Upload
teguhandokosusilo
View
59.615
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Miliki DVD Kompilasi 1500 Skripsi Lengkapdan Thesis, 40 skripsi gratis ASLI !!www.skripsigratis.net
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu hasil karya kreatif yang akan memperkaya kehidupan
manusia akan dapat menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk
mengembangkannya. Apabila si pencipta karya-karya tersebut tidak diakui
sebagai pencipta atau tidak dihargai, karya-karya tersebut mungkin tidak
akan pernah diciptakan sama sekali.
Hak Atas Kekayaan Intelektual (selanjutnya disebut HAKI)
merupakan hak atas kekayaan yang timbul atau lahir dari kemampuan
intelektual manusia. HAKI memang menjadikan karya-karya yang timbul
atau lahir karena adanya kemampuan intelektual manusia yang harus
dilindungi. Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia
melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya
intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi
dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan
konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual.1
1 ? Suyud Margono, Komentar Atas Undang-Undang Rahasia Dagang, Desain Industri, Desain Letak Sirkuit Terpadu, CV. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta 2001, hal. 4.
1
Dalam perkembangannya, muncul pelbagai macam HAKI yang
sebelumnya masih belum diakui atau diakui sebagai bagian daripada
HAKI. Dalam perlindungan Persetujuan Umum tentang Tarif dan
Perdagangan (General Agreement on Tariff and trade – GATT) sebagai
bagian daripada pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO)
telah disepakati pula norma-norma dan standar perlindungan HAKI yang
meliputi 2 :
1. Hak Cipta dan hak-hak lain yang terkait (Copyright and Related
Rights).
2. Merek (Trademark, Service Marks and Trade Names).
3. Indikasi Geografis (Geographical Indications).
4. Desain Produk Industri (Industrial Design).
5. Paten (Patents) termasuk perlindungan varitas tanaman.
6. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay Out Designs
Topographics of Integrated Circuits).
7. Perlindungan terhadap Informasi yang dirahasiakan (Protection
of Undisclosed Information).
2 Sudargo Gautama, Hak Milik Intelektual dan Perjanjian Internasional, TRIPs, GATT, Putaran Uruguay (1994), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 17.
2
8. Pengendalian praktik-praktik persaingan curang dalam
perjanjian lisensi (Control of Anti Competitive Practices in Contractual
Licences).
Di Indonesia, pengaturan tentang hak cipta mengalami beberapa
kali perubahan dan pergantian Undang-Undang yaitu UU No.8 tahun 1982
yang diperbaharui dengan UU No. 17 tahun 1987 dan diperbaharui lagi
dengan UU No. 12 tahun 1997 terakhir dengan UU No. 19 tahun 2002
(selanjutnya disebut dengan UUHC).
UUHC membawa kemajuan baru dalam perlindungan hak tersebut,
yang meliputi perlindungan terhadap buku, program komputer, pamflet,
sampul karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain,
ceramah, kuliah, pidato, lagu atau musik dengan atau tanpa teks, drama,
tari, koreografi, pewayangan dan pantomim, seni rupa dalam segala
bentuk, arsitektur, peta, seni batik, fotografi, sinematografi, terjemahan,
tafsir, saduran, bunga rampai, data base dan karya lain dari hasil
pengalihwujudan.
Secara spesifik, Undang-undang ini memuat beberapa ketentuan
baru, antara lain3 :
1. Database merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi;
3 Penjelasan Undang-undang No. 19 Tahun 2002.
3
2. Penggunaan alat apapun baik melalui kabel maupun tanpa kabel,
termasuk media internet untuk pemutaran produk-produk cakram optik
(optical disc) melalui media radio, media audio visual dan/ atau sarana
telekomunikasi;
3. Penyelesaian sengketa oleh pengadilan niaga, arbitrase atau
alternatif penyelesaian sengketa;
4. Penetapan sementara pengadilan untuk mencegah kerugian lebih
besar bagi pemegang hak ;
5. Batas waktu proses perkara perdata di bidang hak cipta dan hak
terkait baik di pengadilan niaga maupun di Mahkamah Agung ;
6. Pencantuman hak informasi manejemen elektronik dan sarana
kontrol teknologi;
7. Pencantuman mekanisme pengawasan dan perlindungan terhadap
produk-produk yang menggunakan sarana berteknologi tinggi;
8. Ancaman pidana atas pelanggaran Hak Terkait;
9. Ancaman pidana dan denda minimal;
10. Ancaman pidana tetap terhadap perbanyakan penggunaan
program komputer untuk kepentingan komersial secara tidak sah dan
melawan hukum.
Dari sekian banyak ciptaan yang dilindungi sesuai UU itu, penulis
mengkhususkan pembahasannya pada hak cipta atas lagu atau musik,
4
mengingat maraknya pelanggaran yang terjadi. Bahkan Indonesia pernah
dikecam dunia internasional karena lemahnya perlindungan hukum
terhadap hak cipta musik dan lagu tersebut. Sesuai laporan kantor
perwakilan perdagangan Amerika Serikat (USTR atau United States Trade
Representative) sebelum tahun 2000, Indonesia merupakan satu-satunya
negara ASEAN yang masuk dalam kategori Priority Watch List (pada
peringkat ini pelanggaran atas HAKI tergolong berat sehingga Amerika
Serikat merasa perlu memprioritaskan pengawasannya terhadap
pelanggaran HAKI di suatu negara mitra dagangnya).4
Sengketa atas pelanggaran hak Cipta dapat berlangsung dimana
saja di Indonesia maupun diluar Indonesia. Lagu karya cipta milik pencipta
Indonesia dapat dengan mudah digandakan dalam CD atau VCD di
Jepang atau di AS.
Penyelesaian sengketa tentang hak cipta lagu atau musik seringkali
diselesaikan diluar pengadilan. Para pihak yang bersengketa, seperti
komposer, penyanyi, atau produser rekaman musik, tidak mengharapkan
bahwa sengketa diantara mereka diselesaikan melalui pengadilan.
Pada umumnya para pihak yang bersengketa lebih memilih
penyelesaian di luar pengadilan dengan ganti rugi, karena penyelesaian
4 Hulman Panjaitan, Pemahaman Hak Cipta Rendah Pembajakan Lagu Marak, www.inovasi.lipi.go.id/hki/news, 2003.
5
sengketa melalui pengadilan menyita waktu yang panjang dan
menghabiskan biaya serta energi.
Gugatan ganti rugi seharusnya tidak lagi ditempuh melalui lembaga
pengadilan formal, tetapi sudah waktunya diselesaikan melalui arbitrase,
negosiasi dan mekanisme lain yang dikenal di dalam GATT 1994/WTO
seperti melalui tahapan konsultasi, pembentukan panel, pelaksanaan
dengan laporan panel.
Kasus riil yang terjadi tentang penyelesaian sengketa lagu atau
musik di luar pengadilan adalah kasus antara pihak Dj Riri dan Thomas
“GIGI” melawan Gope T. Santani sebagai Direktur PT. Rapi Films. Kasus
tersebut terjadi karena lagu ciptaan Dj Riri yang berkolaborasi dengan
Thomas “GIGI” yang berjudul “23 Juli” yang semula telah dibeli secara
khusus oleh produsen hand phone seluler Nokia untuk dijadikan ring tone,
akan tetapi oleh PT. Rapi Films dengan sengaja dan tanpa hak memakai
lagu tersebut sebagai sound track sinetron “Inikah Rasanya”.5
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian latar belakang tersebut, maka pembahasan
dalam skripsi berjudul “Penentuan Pencipta Atas Lagu “23 Juli” dan
5Rin, Merasa Haknya Dilanggar, Thomas “GIGI” Somasi Rapi Films, www.indonesiaselebriti.com, 2003.
6
Penyelesaian Sengketanya (Studi Kasus Sengketa Antara Pihak
Thomas “Gigi” dan DJ. Riri melawan PT. Rapi Films)”, akan di batasi
pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penentuan pencipta dan pemegang hak cipta
atas lagu 23 Juli ?
2. Bagaimana proses penyelesaian sengketa lagu 23 Juli di
luar pengadilan ?
C. Tujuan penelitian
Setiap penelitian dalam penulisan ilmiah pasti mempunyai tujuan
yang ingin dicapai, demikian halnya dalam penulisan skripsi ini juga
mempunyai tujuan penulisan yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penentuan pencipta dan
pemegang hak cipta atas lagu 23 Juli
2. Untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa
lagu 23 Juli di luar pengadilan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat secara khusus yaitu merupakan suatu studi dibidang HAKI
di mana penulis berharap penelitian ini dapat memberikan gambaran
secara jelas mengenai bagaimana menyelesaikan suatu sengketa lagu
7
atau musik tidak pada jalur litigasi seperti pengadilan, akan tetapi
menggunakan jalur non-litigasi yakni jalur alternatif penyelesaian sengketa
yang merupakan hal yang masih awam di negara Indonesia. Penelitian ini
diharapkan pula dapat berguna bagi peneliti berikutnya, bagi civitas
akademika Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, serta bagi masyarakat
yang khususnya berkecimpung di dunia bisnis entertainment.
Manfaat secara umum yaitu sebagai syarat-syarat yang telah
ditentukan dalam kurikulum Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya dalam mencapai gelar Sarjana Hukum.
E. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitiannya adalah dengan studi kasus yang
menggunakan pendekatan yuridis normatif. Penelitian dengan
pendekatan yuridis normatif artinya permasalahan yang ada diteliti
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada dan literatur-
literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan6.
2. Bahan Penelitian
6 Roni Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jarimetri, Jakarta, Cet. IV, Ghalia Indonesia, 1990, hal. 11.
8
Data sekunder adalah data dari penelitian kepustakaan dimana
dalam data sekunder terdiri dari 3 ( tiga ) bahan hukum, yaitu bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier
sebagai berikut :
a) Bahan Hukum Primer adalah bahan hukum yang sifatnya mengikat
berupa peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ada
kaitannya dengan permasalahan yang dibahas, meliputi :
- UU No. 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta.
- UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
b) Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang sifatnya
menjelaskan bahan hukum primer, dimana bahan hukum sekunder
berupa buku literatur, hasil karya sarjana. Literatur tersebut antara
lain :
- Buku-buku tentang Penelitian Hukum Normatif
- Buku-buku tentang HAKI
- Buku-buku tentang Alternatif Penyelesaian Sengketa
- Website-website tentang HAKI dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa khususnya sengketa musik atau lagu.
9
c) Bahan Hukum Tersier adalah merupakan bahan hukum sebagai
pelengkap dari kedua bahan hukum sebelumnya, berupa7:
a. Kamus Hukum
b. Kamus Besar Bahasa Indonesia
3. Teknik Pengumpulan Data
Penulisan ini dilakukan dengan studi pustaka yaitu dengan cara
membaca dan mencermati buku-buku yang berkaitan dengan
permasalahan dan mempelajari literatur-literatur lainnya yang
kemudian berdasarkan studi pustaka tersebut selanjutnya diolah dan
dirumuskan secara sistematis sesuai dengan masing-masing pokok
dan materi bahasannya.
4. Analisa Data
Pengolahan data menggunakan metode diskriptif analisis
artinya data yang diperoleh berdasarkan kenyataan kemudian
dikaitkan dengan penerapan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, dibahas, dianalisa, kemudian ditarik kesimpulan yang akhirnya
digunakan untuk menjawab permasalahan yang ada.8
7 Ibid.
8 Ibid.,hal. 13
10
F. Pertanggung Jawaban Sistematika Penulisan
Pertanggungjawaban sistematika bertujuan agar penulisan ini
dapat terarah dan sistematis, sehingga dalam penulisan skripsi ini,
penulis membagi menjadi 4 (empat) bab yaitu sebagai berikut :
BAB I, Pendahuluan, yang merupakan pengantar secara
keseluruhan dari isi skripsi ini, yang di dalamnya tertuang latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian yang mencakup, 1) pendekatan penelitian; 2) bahan penelitian ;
3) teknik pengumpulan data ; 4) analisa data, serta pertanggungjawaban
sistematika.
BAB II, Tinjauan Pustaka, Bab II merupakan tinjauan pustaka yang
didalamnya akan mengemukakan teori-teori yang akan digunakan sebagai
dasar dan pijakan bagi penulis untuk menyelesaikan permasalahan
yang dikemukakan pada bab I.
BAB III, merupakan pembahasan, yaitu membahas permasalahan
baik yang pertama maupun yang kedua. Pembahasan yang pertama
mengenai Bagaimana penentuan pencipta dan pemegang hak cipta atas
lagu 23 Juli. Pembahasan yang kedua mengenai Bagaimana proses
penyelesaian sengketa lagu 23 Juli di luar pengadilan.
11
Bab IV mengenai penutup. Berisikan tentang kesimpulan dan
saran-saran penulis. Adapun isi dari kesimpulan adalah tentang jawaban
dari rumusan masalah baik permasalahan yang pertama maupun
permasalahan yang kedua agar lebih jelas. Bagian yang kedua adalah
saran. Saran merupakan rekomendasi penulis kepada ilmu pengetahuan
di bidang hukum khususnya mengenai Hak Cipta dan Penyelesaian
sengketa alternatif.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HAKI dan Pengaturannya
Hak Kekayaan atas Inetelektual (HAKI) adalah Hak yang timbul dari
olah pikir otak yang menghasilkan produk atau proses yang berguna bagi
manusia. HAKI juga merupakan hak untuk menikmati secara ekonomis
hasil dari suatu kreatifitas intelektual.9
Lingkup HAKI sendiri terdiri dari dua macam Hak kekayaan
intelektual. Hak tersebut antara lain adalah10 :
1. Hak cipta (Copy rights)
2. Hak kekayaan industri (Industrial property rights) yang
mencakup :
- Merek (Trademark)
- Paten (Patens)
- Rahasia Dagang (Trade Secret)
- Desain Industri (Industrial Design)
- Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (Layout Design Topographics
of Integration Circuits)
9 Djumhana dan R. Djubaedilah IV, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori, dan Prakteknya di Indonesia), Cetakan kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal 2
10 Ibid.
13
Adapun pengaturan HAKI di Indonesia berdasarkan sejarahnya
yakni11 :
1. Zaman Hindia Belanda
- Octroii Wet No. 136. Staatblad 1911 No. 313
- Industrial Eigendom Kolonien 1912
- Auter Wet 1912 Staatblad 1912 No. 600
2. Setelah kemerdekaan
- Pengumuman Menteri Kehakiman RI No. JS 5/41 tanggal 12
Agustus 1953 dan No. JG 1/2/17 tanggal 29 Agustus 1953 tentang
Pendaftaran Sementara Paten.
- UU No. 21 Tahun 1987 tentang Merek.
- UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
- UU No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan UU No. 6 Tahun 1982
tentang Hak CIpta.
- UU No. 19 Tahun 1992 tentang Merek menggantikan UU yang
sebelumnya.
3. Tahun 1997
- UU No. 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU No. 7
Tahun 1987 tentang Hak Cipta.
11 Ibid.
14
- UU No. 13 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU No. 6
Tahun 1989 tentang Paten.
- UU No. 14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU No. 19
Tahun 1992 tentang Merek.
4. Tahun 2000
- UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang
- UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri
- UU No. 32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.
5. Tahun 2001
- UU No. 14 Tahun 2001 tentang UU No. 13 Tahun 1997 tentang
Perubahan atas UU No. 6 Tahun 1989 tentang Paten.
- UU No. 15 Tahun 2001 tentang tentang perubahan atas UU No.
14 Tahun 1997 tentang Perubahan atas UU No. 19 Tahun 1992
tentang Merek.
6. Tahun 2002
- UU No. 19 Tahun 2002 tentang Perubahan UU No. 12 Tahun
1997 tentang Hak Cipta
15
B. Tentang Hak Cipta
1. Pengertian Hak Cipta dan Ciptaan
Hak cipta merupakan istilah yang populer di dalam masyarakat,
walaupun demikian pemahaman tentang ruang lingkup pengertiannya
tidaklah sama pada setiap orang karena berbedanya tingkat
pemahaman tentang istilah tersebut. Sebagai contoh sering orang awam
menginterprestasikan hak cipta sama dengan hak kekayaan intelektual.
Lainnya adalah pemahaman masyarakat terhadap perlindungan hak cipta
ini, sebagai contoh misalnya karena pemahaman yang kurang sehingga
sering muncul pemikiran dan perkataan yang keluar yaitu hak cipta -
dipatenkan atau merek - dipatenkan sehingga seolah-olah pengertian hak
cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia padahal,
pengertian hak cipta itu cukup luas meliputi keseluruhan ciptaan manusia
di bidang tertentu saja.
Hak cipta sendiri secara harfiah berasal dari dua kata yaitu hak dan
cipta, kata “Hak” yang sering dikaitkan dengan kewajiban adalah suatu
kewenangan yang diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas
untuk digunakan atau tidak12.
12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., hal. 323.
16
Sedangkan kata “Cipta” atau ciptaan tertuju pada hasil karya
manusia dengan menggunakan akal pikiran, perasaan, pengetahuan,
imajinasi dan pengalaman. Sehingga dapat diartikan bahwa hak cipta
berkaitan erat dengan intelektual manusia.13
Dalam hal ini ada beberapa pendapat sarjana mengenai pengertian
hak cipta, antara lain14 :
1. WIPO ( World Intelektual Property Organization )“ Copy Right is legal from describing right given to creator for their literary and artistic works”Yang artinya hak cipta adalah terminology hukum yang menggambarkan hak-hak yang diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang seni dan sastra.
2. J. S. T SimorangkirBerpendapat bahwa hak cipta adalah hak tunggal dari pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalam lapangan kasusasteraan, pengetahuan, dan kesenian. Untuk mengumumkan dan memperbanyaknya, dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh Undang-undang.
3. Imam TrijonoBerpendapat bahwa hak cipta mempunyai arti tidak saja si pencipta dan hasil ciptaannya yang mendapat perlindungan hukum, akan tetapi juga perluasan ini memberikan perlindungan kepada yang diberi kepada yang diberi kuasapun kepada pihak yang menerbitkan terjemah daripada karya yang dilindungi oleh perjanjian ini.
Sedangkan dalam UUHC pasal 2 ayat I memberikan pengertian
hak cipta adalah : “Hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak
cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya yang timbul
13 Ibid.,hal. 210.14 Sujud Margono, Hukum dan Perlindungan Hak Cipta, CV Novindo Pustaka Mandiri,
Jakarta, 2003, hal. 15.
17
secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi
pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Sehingga dasar 4 (empat) pendapat mengenai pengertian hak
cipta, penulis menarik kesimpulan bahwa hak cipta adalah hak istimewa
yang diberikan kepada pencipta atau penerima hak cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, sehingga dalam hal ini
baik pencipta maupun pemegang hak cipta dapat memperbanyak
ciptaannya dan dia juga berhak untuk melarang pihak lain untuk
menerbitkan hasil ciptaannya ataupun memberikan persetujuan pada
pihak lain untuk mengumumkan atau memperbanyak hasil ciptaannya
tersebut.
Berkenaan dengan persoalan lingkup ciptaan/ karya yang dilindungi
maka berdasarkan Pasal 12 UUHC menyebutkan bahwa ciptaan yang
dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan
sastra yang meliputi karya :
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan ( Lay Out ), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis ;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu ;c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu
pengetahuan ;d. Cipta lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomin ;f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,
seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapa ;g. Arsitektur ;
18
h. Peta ;i. Seni batik ;j. Foto grafi ;k. Sinemato grafi ;l. Terjemah, tafsir, saduran, bunga rampai, database, dan karya lain
dari hasil pengalih wujudan.
Selain perlindungan untuk bentuk ciptaan diatas maka ada ciptaan
yang dilindungi oleh negara, yaitu yang tertera dalam Pasal 10 UUHC
sebagai berikut :
a. Hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah, dan benda-benda budaya nasional lainnya ;
b. Hak cipta atas folkar dan hasil kebudayaan rakyat yang menjadi milik bersama, seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda, babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, dan karya seni lainnya ;
Sedangkan mengenai ciptaan yang penulis maksud dalam skripsi
ini adalah lagu atau musik. Pengertian lagu adalah syair atau lirik yang
mempunyai irama.15 Untuk pengertian musik sendiri adalah suatu
komposisi yang terdiri dari notasi-notasi yang mempunyai melodi-melodi
yang berirama.16
2. Pengertian Pencipta dan Pemegang Hak Cipta
Menurut Pasal 1 huruf 2 UUHC, disebut sebagai pencipta apabila
“Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, 15 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hal. 657.16 Ibid., hal. 761.
19
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan
kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.”
Sedangkan pengertian lain dari pencipta (creator) adalah seorang
atau sekumpulan orang (team) yang mempunyai ide atau gagasan baru
dimana ide atau gagasan baru tersebut dituangkan dalam suatu bentuk
karya baik secara abstrak maupun nyata.17
Seorang pencipta memiliki suatu kekayaan personal berupa
ciptaan. Ciptaan dari pencipta tersebut disamakan dengan bentuk
kekayaan yang lain, yakni dapat dialihkan. Secara khusus pengaturan
mengenai pengalihan hak dan hukum hak cipta diatur dalam Pasal 3 ayat
(1) UUHC, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak maka hak
ciptanya dapat dipindah tangankan, di lisensikan, dialihkan, dijual-belikan
oleh pemilik atas pemegang haknya18.
Sedangkan pengertian dari pemegang hak cipta menurut UUHC
Pasal 1 ayat (4) adalah : “Pemegang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai
Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima hak tersebut dari Pencipta,
atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima
hak tersebut.”
17 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Op.Cit., hal. 976.18 Suyud Margono, Op.Cit., hal. 24.
20
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka penulis
menyimpulkan bahwa definisi pencipta, yakni : orang atau sekumpulan
orang yang mempunyai suatu gagasan atau ide yang benar-benar baru
untuk kemudian dikreasikan dalam bentuk suatu ciptaan baik secara nyata
maupun abstrak dimana ciptaan tersebut kedudukannya adalah sama
dengan jenis kekayaan pada umumnya yakni dapat diperjual-belikan
maupun dialihkan. Sedangkan pemegang hak cipta bisa merupakan
pemilik hak cipta yang belum menjual atau mengalihkan haknya, atau
penerima hak yang telah dialihkan oleh pemilik hak cipta.
3. Sistem Perlindungan dan Jangka Waktu Perlindungan Hak
Cipta
Perlindungan hukum berlangsung selama jangka waktu yang
ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya. Apabila orang ingin
menikmati manfaat ekonomi dari hak kekayaan intelektual orang lain, dia
wajib memperoleh izin dari orang yang berhak. Penggunaan hak
kekayaan intelektual orang lain tanpa izin tertulis dari pemiliknya, atau
pemalsuan/ menyerupai hak kekayaan intelektual orang lain, hal itu
merupakan suatu pelanggaran hukum.
Perlindungan hukum merupakan upaya yang diatur oleh undang-
undang guna mencegah terjadi pelanggaran hak kekayaan intelektual oleh
21
orang yang tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran maka pelanggar
tersebut harus diproses secara hukum, dan bila terbukti melakukan
pelanggaran maka pelanggar tersebut akan dijatuhi hukuman sesuai
dengan ketentuan undang-undang bidang hak kekayaan intelektual yang
dilanggar itu. Undang-undang bidang hak kekayaan intelektual mengatur
jenis perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara
perdata maupun pidana.
Perlindungan hukum yang dimaksud dalam HAKI spesifikasinya
adalah sebagai berikut :
1. Pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HAKI)
Menurut ketentuan undang-undang, setiap hak kekayaan
intelektual wajib didaftarkan. Pendaftaran yang memenuhi persyaratan
undang-undang merupakan pengakuan dan pembenaran atas hak
kekayaan intelektual seseorang., yang dibuktikan dengan sertidikat
pendaftaran sehingga memperoleh perlindungan hukum.19
2. Penentuan Masa Perlindungan
19Ibid., hal. 148.
22
Menurut ketentuan undang-undang setiap hak kekayaan intelektual
ditentukan jangka waktu perlindungannya. Dengan demikian, selama
masa perlindungan tersebut, hak kekayaan intelektual yang bersangkutan
tidak boleh digunakan oleh pihak lain tanpa izin pemilik/ pemegangnya.20
3. Penindakan dan Pemulihan
Setiap pelanggaran hak kekayaan intelektual akan merugikan
pemilik/ pemegangnya dan/ atau kepentingan umum/ negara. Pelaku
pelanggaran tersebut harus ditolak dan memulihkan kerugian yang
diderita oleh pemilik/ pemegang hak atau negara. Penindakan dan
pemulihan tersebut diatur oleh undang-undang bidang hak kekayaan
intelektual. Ada 3 (tiga) kemungkinan penindakan dan pemulihan yaitu :
a. Secara Perdata berupa gugatan :
1) Ganti kerugian pelanggar
2) Penghentian perbuatan pelanggar
3) Penyitaan barang hasil pelanggaran untuk dimusnahkan
b. Secara pidana berupa penuntutan :
1) Hukuman pidana
2) Hukuman denda
20Ibid.
23
3) Perampasan barang yang digunakan untuk melakukan
kejahatan
c. Secara administratif berupa tindakan :
1) Pembekuan/ Pencabutan SIUP;
2) Pembayaran pajak/ bea masuk yang tidak dilunasi
3) Reekspor barang hasil pelanggaran
Sedangkan untuk jangka waktu perlindungan hukum, UUHC
membedakan menjadi 2 (dua) macam yakni :
- Ciptaan orisinil
Jangka waktu perlindungan hukum diberikan berlaku selama hidup
Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah
pencipta meninggal dunia. Berdasarkan Pasal 29 UUHC, perlindungan
tersebut diberikan berbentuk :
a. Buku, program komputer, pamflet, susunan perwajahan ( Lay Out ), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis ;
b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu ;
c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan ;
d. Cipta lagu atau musik dengan atau tanpa teks ;e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan,
dan pantomin ;f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar,
seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapa ;
g. Arsitektur ;h. Peta ;i. Seni batik ;
24
j. Foto grafi ;k. Sinemato grafi ;
- Ciptaan derivatif
Merupakan suatu ciptaan yang bersifat turunan, jangka waktu
perlindungan hak ciptanya adalah 50 tahun sejak ciptaan tersebut
diumumkan. Ciptaan tersebut antara lain berupa terjemah, tafsir, saduran,
bunga rampai, database, dan karya lain dari hasil pengalih wujudan.21
4. Upaya Hukum Jika terjadi Sengketa
Asal mula sengketa biasanya bermula pada situasi dimana ada
pihak yang merasa dirugikan oleh pihak lain. Biasanya ini diawali oleh
perasaan tidak puas, bersifat subyektif dan tertutup. Kejadian ini dapat
dialami perorangan maupun kelompok. Jika hal ini berkelanjutan, pihak
yang merasa dirugikan menyampaikan ketidakpuasan ini kepada pihak
kedua dan apabila pihak kedua dapat menanggapi dan memuaskan pihak
pertama, maka selesailah hubungan konfliktual tersebut. sebaliknya jika
beda pendapat terus berlanjut, maka terjadi apa yang disebut sebagai
sengketa.22
21 Ibid.22 Sri Soemantri, Prospek dan Pelaksanaan Arbitrase di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2001, hal. 21.
25
Dalam situasi sengketa, perbedaan pendapat dan perdebatan yang
berkepanjangan biasanya berakhir dengan putusnya jalur komunikasi
yang sehat sehingga masing-masing pihak mencari jalan keluar tanpa
memikirkan nasib ataupun kepentingan pihak lainnya.
Untuk adanya proses penyelesaian sengketa yang efektif,
prasyarat bahwa hak didengar kedua belah pihak sama-sama diperhatikan
harus terpenuhi. Dengan itu baru dapat dimulai proses dialog dan
pencarian titik temu yang akan menjadi panggung dimana proses
penyelesaian sengketa dapat berjalan. Tanpa kesadaran pentingnya
langkah ini, proses penyelesaian sengketa tidak dalam arti yang
sebenarnya. Ada tiga faktor utama yang mempengaruhi proses
penyelesaian sengketa, yaitu23 :
- Kepentingan
- Hak-hak
- Status kekuasaan
Para pihak yang bersengketa ingin kepentingannya tercapai, hak-
haknya dipenuhi serta ingin status kekuasaannya diperlihatkan,
dimanfaatkan dan dipertahankan. Dalam proses penyelesaian sengketa,
23 Ibid.,hal. 22.
26
pihak-pihak yang bersengketa lazimnya akan bersikeras mempertahankan
ketiga faktor tersebut diatas.
Upaya hukum yang dapat ditempuh oleh para pihak yang
bersengketa dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yakni24 :
1. Jalur litigasi/ pengadilan
2. Jalur alternatif penyelesaian di luar pengadilan
Jalur litigasi dimana dalam jalur litigasi ini dibagi menjadi dua
macam yakni jalur Perdata dan jalur pidana. Untuk jalur perdata ditempuh
melalui suatu proses gugatan ganti kerugian di Pengadilan Niaga.
Sedangkan untuk jalur pidana prosedurnya adalah dari pelaporan pihak
yang dirugikan kepada instansi yang berwenang.
Sedangkan untuk upaya hukum lain ditempuh melalui jalur non-
litigasi dikenal sebagai alternatif penyelesaian sengketa. Alternatif
penyelesaian sengketa sering diartikan sebagai alternative to litigation,
namun seringkali juga diartikan sebagai alternative to adjudication.
Pemilihan terhadap salah satu dari dua pengertian tersebut menimbulkan
implikasi yang berbeda. Apabila pengertian yang pertama menjadi acuan
alternative to litigation, maka mencakup seluruh mekanisme alternatif
penyelesaian sengketa di luar pengadilan.25
24 Sudargo Gautama, Perkembangan Arbitrase Dagang Indonesia, Eresco, Bandung, 1989 hal. 52.
25 Ibid., hal. 23.
27
Menurut Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa (selanjutnya disebut UU No. 30 Tahun
1999) yang dimaksud dengan alternatif Penyelesaian Sengketa adalah :
“Lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur
yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan
cara konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.”
Konsep penyelesaian sengketa alternatif (ADR), pada dasarnya
bersumber pada upaya untuk mengaktualisasikan ketentuan kebebasan
berkontrak dalam berjalannya kontrak tersebut. Sehingga akhir
penyelesaian sengketa berupa perdamaian yang tidak lain merupakan
upaya pihak-pihak sendiri maupun dengan menggunakan pihak ketiga
untuk mencapai penyelesaian.
Adapun beberapa penyelesaian sengketa alternatif penjelasannya
adalah sebagai berikut :
1. Arbitrase
Pengertian arbitrase menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 30 Tahun
1999 adalah : “Penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa.”
Arbitrase merupakan institusi penyelesaian sengketa alternatif yang
paling populer dan paling luas digunakan orang dibandingkan dengan
28
institusi penyelesaian sengketa alternatif lainnya. Hal tersebut disebabkan
banyaknya kelebihan yang dimiliki oleh institusi arbitrase ini. Adapun
Kelebihan-kelebihan itu adalah sebagai berikut :26
a. Dijamin kerahasiaan
sengketa para pihak.
b. Dapat dihindari
keterlambatan yang diakibatkan hal prosedural dan administratif.
c. Para pihak dapat
memilih arbiter yang menurut keyakinan memiliki kemampuan,
pengetahuan, pengalaman serta latar belakang yang cukup mengenai
masalah yang disengketakan, jujur, dan adil.
d. Para pihak dapat
menentukan pilihan untuk dapat menyelesaikan masalah serta proses
dan tempat penyelenggaraan arbitrase.
e. Putusan arbitrase
merupakan putusan yang mengikat para pihak dan langsung dapat
dilaksanakan.
Keuntungan lain dari pelaksanaan arbitrase yakni sidang arbitrase
dilakukan secara tertutup dan putusannya diucapkan dalam sidang yang
26 OK. Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal.507.
29
tertutup pula kecuali apabila para pihak dalam sengketa tersebut
menghendaki putusan dalam sidang diucapkan secara terbuka.27
Jika dibandingkan dengan alternatif-alternatif yang lain untuk
menyelesaikan sengketa, maka institusi arbitrase merupakan lembaga
penyelesaian sengketa yang paling mirip dengan badan peradilan,
terutama jika ditinjau dari prosedur yang berlaku, kekuatan putusannya,
keterikatan dengan hukum yang berlaku atau dengan aturan main yang
ada.
Menurut UU. No. 30 tahun 1999, maka pihak pemohomn (claimant)
harus mengajukan surat tuntutan (statement of claim), diikuti oleh jawaban
(statement of defence) dan jika ada tuntutan balasan (counter claim) dari
pihak termohon (respondent). Selanjutnya diikuti dengan pemanggilan
untuk hearing dan pemeriksaan saksi, saksi ahli, dan pembuktian lainnya.
Setelah itu arbitrase baru memberikan putusannya.28
2. Negosiasi
Pada prinsipnya dengan negosiasi dimaksudkan sebagai suatu
proses tawar menawar atau pembicaraan untuk mencapai suatu
kesepakatan terhadap suatu masalah tertentu yang terjadi diantara para
27 Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Alumni Bandung, Bandung, 1992, hal. 7
28 Munir Fuady, Arbitrase Nasional (Alternatif Penyelesaian Sengketa), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 41.
30
pihak. Negosiasi dilakukan baik karena telah ada sengketa diantara para
pihak, maupun hanya karena belum ada kata sepakat disebabkan belum
pernah dibicarakan masalah tersebut.29
Negosiasi dilakukan oleh seorang negosiator. Mulai dari negosiasi
yang paling sederhana dimana negosiator tersebut adalah para pihak
yang berkepentingan sendiri, sampai pada negosiator khusus, atau
memakai lawyer sebagai negosiator.
Ciri-ciri seorang negosiator yang baik adalah sebagai berikut :30
b. Mampu berpikir secara cepat, tetapi mempunyai kesabaran
yang tidak terbatas.
c. Dapat bersikap manis tapi meyakinkan.
d. Dapat mempengaruhi orang tanpa harus menipu.
e. Dapat menimbulkan kepercayaan tanpa harus mempercayai
orang lain.
f. Mempunyai sifat loyalitas yang kuat sehingga tidak mudah
dipengaruhi oleh orang lain
3. Mediasi
29 Ibid., hal. 42.30 Ibid.
31
Mediasi adalah salah satu alternatif dalam menyelesaikan
sengketa. Yang dimaksud dengan mediasi adalah suatu proses negosiasi
untuk memecahkan suatu masalah melalui pihak luar yang tidak memihak
dan netral dan akan bekerja dengan pihak yang bersengketa untuk
membantu menemukan solusi dalam menyelesaikan sengketa tersebut
secara memuaskan bagi kedua belah pihak. Pihak ketiga yang membantu
menyelesaikan masalah tersebut disebut dengan Mediator. Pihak
mediator tidak mempunyai kewenangan untuk memberi putusan terhadap
sengketa tersebut, melainkan hanya berfungsi untuk membantu dan
menemukan solusi terhadap para pihak yang bersengketa tersebut.
pengalaman, integritas dan kemampuan dari pihak mediator tersebut
diharapkan dapat mengefektifkan proses negosisasi diantara para pihak.31
Akan tetapi di samping harapan digantungkan kepada pengalaman,
kemampuan dan integritas dari pihak mediator, kedudukan mediator
sebagai pihak penengah itu saja sudah sangat membantu penyelesaian
sengketa tersebut. Sebab jika pihak ketiga yang netral tidak ikut terlibat,
maka diantara para pihak akan terjadi saling mencurigai, salah pengertian,
salah persepsi, kurang komunikasi, bersikap emosi, bersikap menang-
kalah dan sebagainya.
31 Ibid. hal. 47.
32
Penyelesaian sengketa melalui mediasi banyak keunggulannya,
diantaranya sebagai berikut32 :
a. Relatif murah dibandingkan dengan alternatif penyelesaian
sengketa yang lain.
b. Adanya kecenderungan dari pihak yang bersengketa untuk
menerima dan ada rasa memiliki putusan mediasi.
c. Dapat menjadi dasar bagi para pihak yang bersengketa untuk
menegosiasikan sengketa-sengketanya dikemudian hari.
d. Terbukanya kesempatan untuk menelaah masalah-masalah yang
merupakan dasar dari suatu sengketa.
e. Membuka kemungkinan adanya saling kepercayaan diantara pihak
yang bersengketa, sehingga dapat dihindari rasa bermusuhan dan
dendam.
Disamping kelebihan-kelebihan dari mediasi, maka penyelesaian
sengketa melalui mediasi juga mempunyai kelemahan yang antara lain :33
a. Bisa memakan waktu yang lama
b. Mekanisme eksekusi yang sulit. Karena eksekusi putusan hanya
seperti kekuatan eksekusi suatu kontrak.
32 Ibid.33 Ibid.
33
c. Mediasi tidak akan membawa hasil yang baik terutama jika
informasi dan kewenangan tidak cukup diberikan kepadanya.
d. Jika lawyer tidak dilibatkan dalam proses mediasi, kemungkinan
adanya fakta-fakta hukum yang penting yang tidak disampaikan
kepada mediator, sehingga putusannya menjadi bias.
4. Konsiliasi
Seperti dalam mediasi, konsiliasi juga merupakan suatu proses
penyelesaian sengketa diantara para pihak dengan melibatkan pihak
ketiga yang netral. Hanya saja peranan yang dimainkan oleh seorang
mediator dengan konsiliator yang berbeda, sungguhpun dalam praktek
antara istilah mediasi dan konsiliasi sering saling dipertukarkan.34
Seperti juga mediator, tugas dari konsiliasi hanyalah sebagai pihak
fasilitator untuk melakukan komunikasi diantara para pihak sehingga
dapat diketamukan solusi oleh para pihak sendiri. Dengan demikian pihak
konsiliator hanya melakukan tindakan-tindakan seperti mengatur waktu
dan tempat pertemuan para pihak sendiri. Dengan demikian pihak
konsiliator hanya melakukan tindakan-tindakan seperti mengatur waktu
dan tempat pertemuan para pihak, mengarahkan subyek pembicaraan,
34 Ibid.,hal. 52.
34
membawa pesan dari satu pihak kepada pihak yang lain jika pesan
tersebut tidak mungkin disampaikan secara langsung atau tidak mau
bertemu muka secara langsung, dan lain-lain. Selanjutnya pihak mediator
juga melakukan hal-hal yang dilakukan oleh konsiliator, tetapi juga
melakukan lebih jauh dari itu. Sebab pihak mediator dapat juga
menyarankan jalan keluar atau proposal penyelesaian sengketa yang
bersangkutan, hal mana paling tidak secara teoritis, tidak ada dalam
kewenangan pihak konsiliator.35
5. Pencari Fakta
Pencarian fakta oleh pihak pencari fakta sudah sangat sering
dilakukan dalam praktek sehari-hari. Pihak pencari fakta tersebut dapat
berbentuk :36
a. Pencari fakta tunggal
b. Tim pencari fakta sepihak
c. Tim pencari fakta gabungan
d. Tim pencari fakta tripartit
Sungguhpun tugas utamanya adalah mencari fakta, pihak pencari
fakta biasanya juga mempunyai kewenangan untuk memberikan
35 Ibid.36 Ibid., hal. 54.
35
rekomenasi dari mediasi, maka rekomendasi dari pencari fakta dapat
dipublikasikan secara umum. Hal inilah yang membedakan antara pencari
fakta yang tidak mengikat dengan arbitrase advisory. Sebab, berbeda
dengan arbitrase advisory, maka seperti yang sudah dikatakan bahwa
pencari fakta yang tidak mengukat tersebut dapat dipublikasikan
temuannya, apalagi terhadap pencari fakta terhadap kasus yang
melibatkan masyarakat banyak.
Dengan demikian tugas pencari fakta pada umumnya sebagai
berikut37 :
a. Mengumpulkan fakta
b. Memverifikasi fakta
c. Mengintepretasi fakta
d. Melakukan wawancara dan hearing
e. Menarik kesimpulan tertentu
f. Memberikan rekomendasi
g. Mempublikasi
Seperti dalam praktek di beberapa negara misalnya, bahkan pihak
pencari fakta terhadap sengketa perburuhan, dapat melakukan
rekomendasi seperti perbaikan terhadap tunjangan karyawan. Disamping
37 Ibid,
36
pencari fakta yang tidak mengikat, dimungkinkan juga pencari fakta yang
mengikat. Dalam hal ini pencari fakta, atau minimal salah satu dari
anggota tim pencari fakta haruslah pihak yang netral dan tidak memihak.
Pencari fakta yang mengikat ini mirip dengan arbitrase. Hanya bedanya
adalah pada aspek publikasinya, dimana temuan dan rekomendasi
pencari fakta tersebut dipublikasikan untuk masyarakat. dengan
dipublikasikannya hasil temuan ini, maka diharapkan temuan dan
rekomendasi tersebut akan dipatuhi oleh pihak-pihak yang bersengketa,
sebab akan ada preasure dari masyarakat terhadap para pihak untuk
mengikuti rekomendasi yang dibuat oleh pencari fakta yang dianggap
berkualitas, berpengalaman dan netral.38
5. Jenis-jenis Pelanggaran di Bidang Hak Cipta
Untuk memahami perbuatan itu merupakan perbuatan pelanggaran
hak cipta harus dipenuhi unsur-unsur penting sebagai berikut39 :
1. Larangan undang-undang. Perbuatan yang dilakukan oleh seorang
pengguna hak kekayaan intelektual dilarang dan diancam dengan
hukuman oleh undang-undang.
38 Sujud Margono, Op.Cit.,, hal. 55.39 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Intelektual, PT.Citra Adtya
Bakti, Bandung,2001, hal 143.
37
2. Izin (lisensi). Penggunaan hak kekayaan intelektual dilakukan tanpa
persetujuan (lisensi) dari pemilik atau pemegang hak terdaftar.
3. Pembatasan undang-undang. Penggunaan hak kekayaan intelektual
melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh undang-
undang.
Adapun spesifikasi dari jenis pelanggaran yang terjadi dalam
lingkup hak cipta antara lain adalah40 :
1. Seseorang yang tanpa persetujuan pencipta
meniadakan nama pencipta yang tercantum pada ciptaan tersebut.
2. Mencantumkan nama pencipta pada ciptaan
tanpa persetujuan si pencipta.
3. Mengganti atau mengubah isi ciptaan tanpa
persetujuan pencipta.
4. Mengkomersilkan, Memperbanyak atau
menggandakan suatu ciptaan tanpa seizin pemegang hak cipta.
5. Memuat suatu ketentuan yang merugikan
perekonomian Indonesia dalam suatu perjanjian lisensi.
Akan tetapi disini tidak dapat dikatakan melanggar hak cipta
apabila41 :
40 Ibid., hal. 19.41 Ibid., hal. 21.
38
1. Suatu ciptaan pihak lain
digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan hal-hal non
komersil lainnya.
2. Penggunaan ciptaan pihak
lain untuk keperluan pembelaan dalam suatu proses sengketa baik di
dalam maupun di luar jalur pengadilan.
3. Perbanyakan suatu
ciptaan bidang ilmu pengetahuan dalam huruf braile untuk keperluan
tuna netra.
4. Perubahan yang dilakukan
atas karya arsitektur seperti ciptaan bangunan berdasarkan
pertimbangan teknis. Maksudnya adalah apabila karya arsitektur
tersebut misalkan membahayakan keselamatan umum maka dapat
diubah tanpa seizin penciptanya.
5. Pembuatan salinan
cadangan suatu program komputer yang bukan untuk keperluan
komersil.
6. Pengertian Lagu dan Musik
Seiring dengan laju perkembangan teknologi di bidang musik, maka
kreatifitas para seniman-seniman semakin terasah. Para seniman-
39
seniman tersebut banyak melakukan inovasi-inovasi yakni penciptaan lagu
atau musik dengan peralatan penunjang yang semakin canggih.
Lagu atau musik sendiri dalam UUHC diartikan sebagai karya yang
bersifat utuh, sekalipun terdiri atas unsur lagu atau melodi, syair atau lirik,
dan aransemennya termasuk notasi.42
Karya lagu atau musik adalah ciptaan utuh yang terdiri dari unsur
lagu atau melodi, syair atau lirik dan aransemen, termasuk notasinya,
dalam arti bahwa lagu atau musik tersebut merupakan suatu kesatuan
karya cipta.43 Dalam UUHC pengertian lagu dan musik merupakan satu
kesatuan.
Berbeda dengan pengertian tentang lagu dan musik berdasarkan
kamus bahasa Indonesia dimana dalam pengertuian tersebut dipisahkan
antara pengertian lagu dengan musik. Lagu merupakan suatu syair atau
lirik yang mempunyai irama.44 Sedangkan musik adalah suatu komposisi
yang terdiri dari notasi-notasi yang mempunyai melodi berirama.45
7. Pengalihan Hak CIpta
42 Penjelasan Undang-Undang No. 19 Tahun 200243 Hulman Panjaitan, Loc.Cit.44 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1988, hal. 657.45 Ibid., hal. 761.
40
Hak cipta adalah kekayaan personal yang dapat disamakan
dengan bentuk kekayaan yang lain. Secara khusus pengaturan mengenai
pengalihan hak dan hukum hak cipta diatur dalam Pasal 3 ayat ( 1 )
UUHC, bahwa hak cipta dianggap sebagai benda bergerak maka hak
ciptanya dapat dipindahtangankan, dilisensikan, dialihkan, dijual-belikan
oleh pemilik atas pemegang haknya13. Dalam Pasal 3 UUHC, hak cipta
dapat beralih atau dialihkan baik secara keseluruhan atau sebagaimana
lewat :
a. Pewarisan;
b. Hibah;
c. Wasiat;
d. Perjanjian terbatas.
e. Sebab-sebab lain yang ditentukan oleh Peraturan Perundang –
undangan yang berlaku.
Pengalihan hak cipta ini harus dilakukan secara tertulis baik
dengan maupun tanpa akta notaris, sehingga pengalihan ini harus
berdasarkan suatu perjanjian.
Di samping pengalihan diatas, UUHC juga mengenal adanya
sistem lisensi. Dalam sistem ini pencipta memberikan ijin pada pihak lain
13 O.K. Saidin, Op. Cit, h. 69.
41
(penerima lisensi) untuk jangka waktu tertentu dengan syarat tertentu
menikmati manfaat ekonomi suatu ciptaan yang dilindungi hak cipta14.
Ada 2 ( dua ) macam bentuk lisensi, yaitu :
1. Lisensi Non Eksklusif, yaitu dimana pemberi lisensi sudah
memberikan lisensi kepada pengguna lisensi tertentu berdasarkan
perjanjian lisensi, pemberi lisensi masih tetap dapat melaksanakan
sendiri atau memberikan lisensi kepada pihak lain untuk
melaksanakannya (mengumumkannya atau memperbanyak
ciptaannya ).
2. Sedangkan Lisensi Eksklusif, penerima lisensi adalah satu-satunya
yang berhak, dan pemberi lisensi tidak dapat melaksanakan sendiri
atau melisensikan lebih lanjut kepada pihak-pihak ketiga lainnya
selama jangka waktu tertentu sebagaimana yang disepakati bersama
didalam perjanjian.
Dari penjelasan diatas maka penulis menarik kesimpulan bahwa
hak cipta merupakan benda bergerak yang tidak berwujud sehingga
dapat dialihkan kepada pihak lain yaitu dengan dialihkan sesuai
dengan Pasal 3 UUHC atau dilisensikan kepada pihak lain.
14 Sanusi Bintang, Op. Cit. h. 41.
42
BAB III
PEMBAHASAN
A. Penentuan Pencipta dan Pemegang Hak Cipta Atas Lagu “23 Juli
Konsep perlindungan hak cipta adalah melindungi pencipta dan
hasil ciptanya, dimana dalam UUHC terdapat perbedaan antara pencipta
dan pemegang hak cipta. Begitu pula dengan lagu atau musik, dimana
didalamnya terdapat unsur pencipta dan pemegang hak cipta.
Pencipta musik atau lagu adalah seseorang atau beberapa orang
secara bersama-sama yang atas inspirasinya lahir suatu ciptaan musik
atau lagu berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan
bersifat pribadi, yang dalam istilah lain dikenal sebagai komposer.46
Dalam kasus dibawah ini akan penulis jelaskan pihak mana saja
yang termasuk sebagai pencipta dan pemegang hak cipta. Kasus tersebut
akan penulis jabarkan secara utuh dari awal hingga akhir sehingga
46Zae, Berbisnis Nada Jangan Sampai dipenjara, www.inovasi.lipi.go.id/ hki/news, 2003.
43
43
diketahui bagaimana sampai terjadi persengketaan. Adapun rangkaian
kasus tersebut adalah47 :
- Tanpa sengaja Thomas mendengar lagu "23 Juli" saat
menonton televisi di rumah. Sinetron yang menjadikan lagu mereka
sebagai lagu pembuka adalah sinetron “Inikah Rasanya”. Lagu
tersebut sebenarnya diciptakan bersama-sama antara DJ. Riri dan
Thomas “GIGI” yang kemudian berkolaborasi menciptakan lima buah
lagu yang dibeli secara khusus oleh produsen handphone seluler
Nokia, untuk dijadikan ringtone.
- Thomas dan DJ. Riri merasa tidak pernah dihubungi oleh pihak
siapapun perihal penggunaan lagu ini selain untuk Nokia.
- Karena merasa dilanggar haknya, maka kedua pencipta lagu itu
menunjuk Zul Armain Aziz sebagai pengacara dan melayangkan surat
somasi kepada Rapi Films dengan isi permintaan pertanggungjawaban
atas penggunaan hak cipta milik kliennya.
- Somasi Thomas dan DJ Riri ini dilayangkan kepada rumah
produksi film dan sinetron yang menjadikan karyanya menjadi
soundtrack sinetron tersebut.
- Pada tanggal 25 Oktober, PT. Rapi Films menerima somasi dari
pemain bass Gigi, Thomas Ramadhan dan DJ Riri. Pasalnya, dua
47 Rin, Loc.Cit..
44
musisi ini merasa tidak dihubungi atau dimintai ijin pemakaian lagu
karya mereka yang berjudul "23 Juli" sebagai soundtrack sinetron
"Inikah Rasanya".
- Dilain pihak, pemilik Rapi Films, Gope T Santani membenarkan
bahwa pihaknya telah menerima somasi dari Thomas Ramadhan dan
DJ Riri..
- Selanjutnya, menurut Gope, pihak Rapi Films mengaku siap
bertanggungjawab bila benar-benar pihaknya melakukan pelanggaran
hak cipta. Gope pun siap bertanggungjawab bila ternyata
perusahaannya melakukan kesalahan. Karena ia berpikir bahwa
mungkin jalan yang terbaik yang akan ditempuh dengan cara
kekeluargaan.
- Sebelumnya, baik Thomas maupun Riri juga sepakat bila kasus
ini bisa diselesaikan dengan segera dan tanpa perlu ke pengadilan.
Pada dasarnya mereka sepakat, bila PT. Rapi Films menawarkan jalan
kekeluargaan dengan tanpa kedua pihak merasa dirugikan. Dj Riri dan
Thomas merasa perlu menempuh gugatan ini sebagai pelajaran
berharga agar terulang pada musisi atau production house lainnya.
- Akhirnya setelah terjadi pertemuan antara kedua belah pihak,
PT. Rapi Films berkenan menyetujui untuk mengabulkan besarnya
kompensasi yang pihak Thomas Cs ajukan.
45
Menurut Pasal 1 huruf 2 UUHC, disebut sebagai pencipta apabila
“Seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas
inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran,
imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan
kedalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.”
Sedangkan pemegang hak cipta menurut pasal 1 huruf 4 adalah
pencipta sebagai pemilik hak cipta atau pihak yang menerima hak
tersebut dari pencipta atau pihak lain yang menerima hak tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas pencipta dapat sekaligus sebagai
pemegang hak cipta dalam hal hak cipta tersebut tidak dialihkan kepada
pihak lain, akan tetapi pemegang hak cipta belum tentu ia sebagai
pencipta karena dapat dimungkinkan pemegang hak cipta menerima
pengalihan hak dari pencipta atau membeli hak tersebut dari pencipta48.
Berikut ini yang dapat dikategorikan sebagai pencipta yang
sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 UUHC
adalah sebagai berikut:
1. Orang yang namanya tercantum dalam daftar umum ciptaan
pada Direktorat Jendral ;
2. Orang yang namanya tersebut dalam ciptaan atau diumumkan
sebagai pencipta pada suatu ciptaan ;
48 Suyud Margono, Op. Cit, hal. 38-39
46
3. Penceramah ;
4. Orang yang merancang dan memimpin dan mengawasi
penyelesaian suatu ciptaannya sendiri yang dalam proses
penyelesaiannya dikerjakan oleh orang lain.
5. Perancang, dalam hal ini orang yang merancang ciptaan itu ;
6. Apabila tidak diperjanjikan lain maka pihak yang membuat karya
cipta yang walaupun berdasarkan hasil pesanan orang disebut
pencipta.
7. Badan Hukum
8. Instansi.
9. Negara, apabila ciptaan tersebut tidak diketahui atau tidak ada
yang mengklaim ciptaan tersebut.
Untuk kasus antara Thomas dan DJ. Riri melawan PT. Rapi Films,
maka yang disebut sebagai penciptanya adalah Thomas dan DJ. Riri
karena merekalah orang yang menciptakan secara bersama-sama yang
atas inspirasinya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan
pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan atau keahlian yang dituangkan
kedalam suatu lagu yang berjudul “23 Juli”.
Sehingga hak-hak yang diperoleh oleh Thomas dan DJ. Riri sebagai
pencipta adalah :
47
- Berhak menuntut Pemegang Hak Cipta supaya nama Pencipta
tetap dicantumkan dalam Ciptaannya.
- Thomas dan DJ Riri berhak mewariskan atau menjual hak cipta
tersebut kepada pihak lain, yang dalam hal ini dijual kepada Nokia.
- Lagu “23 Juli” yang mereka ciptakan tidak boleh diubah baik itu
dari segi judul walaupun Hak Ciptanya telah diserahkan kepada Nokia,
kecuali dengan persetujuan Thomas dan DJ. Riri atau dengan
persetujuan ahli warisnya dalam hal misalkan Thomas dan DJ. Riri
telah meninggal dunia.
- Mempunyai hak moral untuk menggugat ganti rugi atas
pelanggaran suatu ciptaan sebagaimana dimaksud diatas yakni
misalkan ada pihak yang mengkomersilkan lagu mereka dan tidak
mencantumkan nama mereka sebagai penciptanya, walaupun hak
cipta telanya telah diserahkan pada pihak lain.
- Thomas dan DJ. Riri mendapat perlindungan hak cipta selama
50 tahun sejak dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio
atau media audiovisual.
Hak cipta sebagai benda bergerak yang immaterial merupakan
obyek hukum perdata (dalam hukum kebendaan) walaupun
sesungguhnya hak cipta merupakan obyek tidak berwujud ( intiangible ),
48
sehingga pada gilirannya hak cipta dapat dimilki sebagai mana layaknya
hak kebendaan ( tangible property ) lainnya.49
Hak cipta adalah kekayaan personal maka hak cipta dapat
disamakan dengan bentuk kekayaan yang lain, yakni dapat dialihkan.
Secara khusus pengaturan mengenai pengalihan hak dan hukum hak
cipta diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UUHC, bahwa hak cipta dianggap
sebagai benda bergerak maka hak ciptanya dapat dipindah tangankan, di
lisensikan, dialihkan, dijual-belikan oleh pemilik atas pemegang haknya50.
Dalam Pasal 3 UUHC, hak cipta dapat beralih atau dialihkan baik
secara keseluruhan atau sebagaimana lewat pewarisan; hibah; wasiat;
perjanjian terbatas atau sebab-sebab lain yang ditentukan oleh Peraturan
Perundang – undangan yang berlaku.
Pengailhan hak cipta ini harus dilakukan secara tertulis baik
dengan maupun tanpa akta notaris, sehingga pengalihan ini harus
berdasarkan suatu perjanjian.
Untuk pemegang hak cipta atas lagu “23 Juli” tidak lagi dipegang
oleh Pihak Thomas dan DJ. Riri, akan tetapi sudah beralih kepada pihak
Nokia karena Thomas Cs telah menjual lagu tersebut kepada Nokia. Bagi
pihak Nokia sendiri lagu tersebut kemudian diubah menjadi ring tone.
49 Ibid. hal. 69.50 Ibid.,
49
Dengan kata lain lagu “23 Juli” tersebut akan menjadi ciptaan derivatif
atau turunan karena telah diubah menjadi bentuk lain.
Dengan dialihkannya hak cipta kepada pihak Nokia, walaupun
sudah bersifat derivatif akan tetapi pihak Nokia tetap berhak atas :
- Berhak atas ciptaan tersebut baik secara komersil
(menggunakan, memperbanyak, menjual, dll) maupun dalam segi
perlindungan hukum.
- Diperkenankan untuk memberikan lisensi kepada pihak lain
untuk menggunakan lagu tersebut dengan ketentuan pembayaran
royalti.
- Mendapat perlindungan hukum sampai 50 tahun kedepan sejak
pertama kali ciptaan berbentuk ring tone tersebut beredar dan
dikomersilkan dipasaran oleh Nokia.
Jadi dalam hal ini walaupun ciptaan yang dikomersilkan oleh Nokia
sudah berbentuk derivatif, akan tetapi pihak Nokia tetap memiliki hak
untuk mendapat perlindungan hukum dan ganti kerugian apabila lagu “23
Juli” tersebut dikomersilkan walaupun dalam bentuk lain misalkan
dijadikan lagu yang tidak berjenis ring tone tapi dijadikan lagu yang utuh
yang bernuansa rock, dangdut ataupun jenis lain.
Akan tetapi walaupun hak cipta telah dijual kepada pihak Nokia,
tidak berarti Nokia memiliki hak penciptaan dari pencipta tersebut antara
50
lain hak moral atas hak cipta atas lagu tersebut karena bagaimanapun
juga suatu karya cipta ( ciptaan ) melekat dengan penciptanya.
B. Proses Penyelesaian Sengketa Lagu 23 Juli di Luar Pengadilan
Dalam UUHC telah diatur perlindungan hukum terhadap pemegang
hak cipta atas lagu atau musik. Perlindungan hukum yang dimaksud
diberikan kepada pemegang hak cipta musik atau lagu atas perbuatan
pihak lain yang dengan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak
ciptaan musik atau lagu. Perbuatan pengumuman ini sendiri adalah
pembacaan, pameran, penjualan, pengedaran atau penyebaran suatu
ciptaan dengan menggunakan alat apapun, termasuk media internet atau
melakukan dengan cara apa pun sehingga suatu ciptaan dapat dibaca,
didengar atau dilihat orang lain.
Pemegang hak cipta dilindungi baik secara pidana maupun
perdata. Dari sisi pidana, perlindungan hukum bagi pemegang hak cipta
(musik atau lagu) diatur dalam Pasal 72 Ayat (1) UUHC yang menentukan
bahwa barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1)
dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling
singkat satu bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- atau
pidana penjara paling lama 7 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5
51
milliar. Selanjutnya dalam Ayat (2) ditentukan bahwa barang siapa dengan
sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak
terkait sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp
500.000.000,-
Sedangkan Perlindungan hukum dari sisi perdata tidak hanya
dilakukan dengan gugatan melalui Pengadilan Niaga akan tetapi bisa
diselesaikan melalui alternatif penyelesaian sengketa. Demi kepentingan
bisnis dengan mengingat keuntungan yang diperoleh melalui
penyelesaian sengketa di luar pengadilan, UUHC memungkinkan untuk
menyelesaikan perselisihan di bidang hak cipta (khususnya lagu) melalui
arbitrase dan sejumlah alternatif penyelesaian sengketa lainnya
berdasarkan UUHC dimana alternatif penyelesaian sengketa lainnya
tersebut antara lain adalah konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau
penilaian ahli.
Dalam kasus antara Thomas dan DJ. Riri melawan PT. Rapi Films
ini terkesan unik, dimana seharusnya yang paling berhak menggugat PT.
Rapi Films atas dijadikannya lagu “23 Juli” sebagai sountrack sinetron
“Inikah Rasanya” adalah pihak Nokia karena hak cipta lagu tersebut telah
dibeli oleh Nokia dari Thomas dan DJ. Riri. Akan tetapi dalam kasus
52
tersebut justru bukan pihak Nokia yang menggugat melainkan pihak
pencipta lagu tersebut yakni Thomas dan DJ. Riri. Mengenai masalah
kenapa Nokia tidak menuntut, hal tersebut penulis tidak membahasnya
terlalu jauh, akan tetapi yang penulis tekankan disini adalah tentang
bagaimana penyelesaian sengketa lagu 23 Juli tersebut di luar
pengadilan.
Berdasarkan UUHC, tindakan Thomas Cs tersebut bisa saja terjadi
karena sesuai dengan filosofi hukum yang diatur dalam UUHC bahwa
pencipta mempunyai hak moral hak yang melekat pada diri pencipta atau
pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun,
walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan dan hak tersebut
adalah hak untuk menikmati hasil kerjanya, termasuk keuntungan yang
dihasilkan oleh keintelektualannya. Lebih spesifiknya pasal yang mengatur
tentang hak tersebut adalah Pasal 55 UUHC. Isi dari pasal tersebut
adalah :
Pasal 55
Penyerahan Hak Cipta atas seluruh Ciptaan kepada pihak lain tidak mengurangi hak Pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat yang tanpa persetujuannya :a. meniadakan nama Pencipta yang tercantum pada Ciptaan itu; b. mencantumkan nama Pencipta pada Ciptaannya; c. mengganti atau mengubah judul Ciptaan; atau
53
d. mengubah isi Ciptaan.
Berdasarkan pasal diatas yang dapat dijadikan salah satu alasan
gugatan Thomas dan DJ. Riri adalah bahwa nama mereka tidak
dicantumkan atau ditiadakan atas lagu atau musik ciptaan mereka pada
sinetron tersebut. Jadi apa yang Thomas dan DJ. Riri lakukan dengan
mensomasi dan akan mengajukan gugatan ganti rugi pada Rapi Films
adalah sudah tepat apabila dilihat dari segi yuridis.
Akhir dari sengketa antara Thomas dan DJ. Riri yang diwakili oleh
Pengacaranya melawan PT. Rapi Films yang diwakili oleh Gope T.
Santani adalah berakhir dengan damai. PT. Rapi Films dalam
kesepakatannya bersedia membayar kompensasi yang diajukan oleh
Pihak Thomas dan DJ. Riri.51
Penyelesaian sengketa semacam ini adalah jenis penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dengan jenis negosiasi. Negosiasi semacam
ini merupakan jenis negosiasi kepentingan, yakni suatu negosiasi yang
sebelum bernegosiasi para pihak tidak ada hak-hak apapun dari satu
pihak kepada pihak lain. Akan tetapi mereka bernegosiasi karena masing-
masing ada kepentingan untuk melakukan negosiasi tersebut.52
51 Rin, Loc.Cit.52 Munir Fuady, Op.Cit., Hal. 43.
54
Pada kasus tersebut negosiasi terjadi karena untuk menyelesaikan
masalah dimana sebelumnya tidak ada perjanjian apapun antara Thomas
Cs dengan PT. Rapi Films yang diwakili Gope T. Santani. Proses
negosiasi merupakan suatu pranata alternatif penyelesaian sengketa yang
bersifat informal tidak seperti halnya dengan arbitrase dimana prosesnya
melalui lembaga alternatif yang sudah tersedia. Tidak ada suatu
kewajiban bagi para pihak untuk melakukan pertemuan secara langsung
pada saat negosiasi dilakukan, dan negosiasi tersebut tidak harus
dilakukan oleh para pihak sendiri. Seperti halnya yang dilakukan oleh
Thomas dan DJ. Riri, mereka tidak datang secara langsung saat terjadi
negosiasi antara pengacaranya dengan pihak PT. Rapi Films. Mereka
menyerahkan sepenuhnya hasil negosiasi kepada negosiator mereka.
Melalui negosiasi para pihak yang bersengketa atau berselisih
paham dapat melakukan suatu proses penjajakan kembali akan hak dan
kewajiban para pihak dengan atau melalui situasi yang sama-sama
menguntungkan (win-win solution).53
Persetujuan atau kesepakatan yang telah dicapai dalam negosiasi
antara pihak Thomas Cs yang diwakili pengacaranya dengan pihak PT.
Rapi Films, dimana agar para pihak dapat mengetahui apa yang menjadi
53 Gunawan Widjaja, Op.Cit.,hal. 89.
55
hak dan kewajiban masing-masing, maka kesepakatan tersebut
dituangkan secara tertulis untuk ditandatangani para pihak dan
dilaksanakan sebagaimana mestinya. Karena kesepakatan tertulis
tersebut merupakan hasil penyelesaian sengketa di luar pengadilan, maka
pihak Thomas Cs harus mendaftarkan hasil kesepakatan tersebut di
Pengadilan untuk mendapat legalitas dan kekuatan eksekutorial dimata
hukum. Hal tersebut berdasarkan ketentuan dalam Pasal 6 ayat (7) UU
No. 30 Tahun 1999 yang berbunyi: “Kesepakatan penyelesaian sengketa
atau beda pendapat secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak
untuk dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di
Pengadilan Negeri dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak
penandatanganan.”
Pelaksanaan kesepakatan tertulis yang sudah didaftarkan di
Pengadilan Negeri tersebut harus dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak pendaftaran. Hal tersebut berdasarkan Pasal 6
ayat (8) UU No. 30 Tahun 1999 yang berbunyi : “Kesepakatan
penyelesaian sengketa atau beda pendapat sebagaimana dimaksud
dalam ayat (7) wajib selesai dilaksanakan dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak pendaftaran.”
Jadi dalam hal ini proses penyelesaian sengketa antara Thomas
dan DJ. Riri melawan PT. Rapi Films yang diwakili Gope T. Santani yang
56
merupakan suatu proses penyelesaian dengan jalan negosiasi atau tidak
melalui proses hukum di Pengadilan, adalah sah menurut hukum karena
sesuai dengan Pasal 1 ayat (10) UU No. 30 Tahun 1999 yang berbunyi :
“Alternatif Penyelesaian Sengketa adalah lembaga penyelesaian sengketa
atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli.”
57
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan bab-bab tersebut diatas, maka penulis menyimpulkan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pasal 1 huruf 2 UUHC, dalam kasus antara
Thomas dan DJ. Riri melawan PT. Rapi Films, yang disebut sebagai
pencipta adalah Thomas dan DJ. Riri karena merekalah orang yang
menciptakan secara bersama-sama yang atas inspirasinya melahirkan
suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan atau keahlian yang dituangkan kedalam suatu lagu yang
berjudul “23 Juli”. Dan karena lagu tersebut telah dijual kepada Nokia
maka pemegang hak cipta disini adalah Nokia berdasarkan Pasal 1
huruf 4 UUHC.
2. Penyelesaian sengketa yang diambil oleh Thomas Cs
dengan PT. Rapi Films adalah alternatif penyelesaian sengketa
dengan jenis negosiasi. Dimana dalam negosiasi ini pihak Thomas Cs
menggunakan pengacaranya untuk mewakili mereka yang kemudian
melakukan kesepakatan dengan pihak PT. Rapi Films yang diwakili
oleh Gope T. Santani. Hasil kesepakatan tersebut kemudian
58
58
didaftarkan di pengadilan paling lama 30 hari sejak penandatanganan
agar mempunyai kekuatan ekselutorial berdasarkan Pasal 6 ayat (7)
UU No. 30 Tahun 1999. Hasil kesepakatan tersebut wajib segera
dilaksanakan paling lambat 30 hari sejak didaftarkan di Pengadilan
berdasarkan Pasal Pasal 6 ayat (8) UU No. 30 Tahun 1999.
B. Saran
1. Seharusnya kita berhati-hati apabila akan menyiarkan, mengedarkan
ataupun menyanyikan lagu milik orang lain untuk tujuan komersil. Kita
harus berpikir bahwa apa yang kita siarkan, edarkan atau nyanyikan
adalah hak cipta orang lain yang tentunya bisa menimbulkan
permasalahan dikemudian hari, seperti adanya tuntutan ganti rugi.
Oleh karena itu apabila kita akan menyiarkan, mengedarkan atau
menyanyikan lagu milik orang lain, kita harus terlebih dahulu meminta
perizinan kepada pencipta maupun pemegang hak ciptanya.
2. Apabila memang terjadi perselisihan mengenai hak cipta hendaknya
ditempuh jalur alternatif penyelesaian sengketa yang prosedurnya
lebih mudah dan tidak mengeluarkan banyak biaya.
59
60
61