77
SKRIPSI HUBUNGAN SENAM DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA AWAL DI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN TAHUN 2018 OLEH : WINDA ASTUTI HULU P07524414052 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV TAHUN 2018

SKRIPSI HUBUNGAN SENAM DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA …

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

SKRIPSI

HUBUNGAN SENAM DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA AWAL DI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN

TAHUN 2018

OLEH :

WINDA ASTUTI HULU

P07524414052

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV

TAHUN 2018

SKRIPSI

HUBUNGAN SENAM DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA AWAL DI PUSKESMAS MEDAN TUNTUNGAN

TAHUN 2018

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan

Program Studi Diploma IV Kebidanan Poltekkes Kemenkes Medan

OLEH :

WINDA ASTUTI HULU

P07524414052

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV

TAHUN 2018

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN

PRODI D-IV KEBIDANAN MEDAN

WINDA ASTUTI HULU (P07524414052)

Hubungan Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia Awal Di Puskesmas Medan

Tuntungan Tahun 2018

X + 40 Halaman, 6 tabel, 2 gambar, 14 lampiran

Abstrak

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1995-2000, Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia sebesar 66 tahun. AHHmerupakan indikator keberhasilan pencapaian indeks pembangunan manusia terutama di bidang kesehatan yang menjadi salah satu sorotan untuk melihat pembangunan kesehatan dalam suatu daerah. Salah satu upaya untuk peningkatan yakni dengan memfokuskan pada kualitas hidup manusia terutama terhadap lansia. Adapun cara untuk meningkatkan kualitas hidup yakni melalui aktivitas fisik olahraga. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan senam dengan kualitas hidup lansia awal di Puskesmas Medan Tuntungan

Jenis penelitian ialah penelitian observasional dengan metode cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia wanita awal (45-59 tahun yang telah menopause) melakukan senam di Puskesmas Medan Tuntungan sebanyak 34 orang maka pengambilan sampel menggunakan total quota sampling.

Dari hasil uji chi square menunjukkan pelaksanaan senam dengan kualitas hidup secara fisik dari 100% yang mengikuti senam yang berkategorik baik dan rutin senam sebanyak 70,8% serta yang berkategorik cukup dan rutin senam hanya 20% dengan P < 0,05 berarti antara skor fisik dan status senam memiliki korelasi atau hubungan, sedangkan untuk kualitas hidup secara psikologis berkategorik baik dan rutin senam 62,5% dan kategorik cukup dan rutin senam hanya 40% dengan P > 0,05 berarti antara skor psikologis dan status senam tidak memiliki korelasi atau hubungan.

Senam yang dilakukan rata-rata memiliki karakteristik status pekerjaan yang tidak bekerja tapi memiliki pendapatan, status pernikahan menikah dan yang tidak memiliki penyakit kronis dan kualitas hidup secara fisik dan psikologis pada lansia yang mengikuti senam cenderung dengan kategorik baik. Kata Kunci : Angka Harapan Hidup, Senam, Kualitas Hidup Daftar Pustaka : 20 (2004-2017)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan anugerah-Nyalah penulis dapat

menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Senam Dengan

Kualitas Hidup Lansia Awal Di Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2018”.

Sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Kebidanan pada Program

Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

Dalam laporan penelitian ini, peneliti menyadari masih banyak

kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun

demikian peneliti mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di

masa yang akan dating. Kiranya tulisan ini dapat menambah pembendaharaan

kepustakaan dan menjadi bahan bagi kita semua.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,

karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada :

1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan,

yang telah memberikan kesempatan menyusun Skripsi.

2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes sebagai Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes

Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun

Skripsi.

3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku ketua prodi D-IV Kebidanan Medan dan

pembimbing utama yang membantu dalam proses menyelesaikan Skripsi.

4. Yusrawati Hasibuan, SKM, M.Kesselaku dosen pembimbing II dan Dosen

Penguji I yang mendukung dalam proses menyelesaikan Skripsi.

5. Julietta Hutabarat, SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah menguji dan

memberikan masukan dan kritik untuk perbaikandalam penyusunan Skripsi.

6. Teristimewa kepada orang tua tercinta penulis, Bapak (Obaza Hulu) dan Ibu

(Sotanimawarni Zalukhu), kakak (Hetti Purnama Hulu, Hasti Putri Hulu, Ester

Hulu) dan adek (Ones Putra Hulu, Marveline Hulu), yang telah memberikan

doa dan dukungan kepada penulis penyusunan Skripsi.

7. Terimakasih untuk Puskesmas Medan Tuntungan yang telah memberikan

kesempatan untuk melakukan penyusunan Skripsi di Lapangan Merdeka.

8. Terimakasih untuk sahabat penulis Natasya Kristanti Saragih, Sri Melati

Manullang, Arni Anjuita Sinaga, Riska Mulyana Wardah, Asnita Fera Sianturi,

Esensiel Firman Gulo, Aditya Putrama Garingging dan Haogo Pugar Gulo.

9. Seluruh teman-teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI Medan,

terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita sama-sama

tuntas dalam penyelesaian Skripsi.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih selalu mencurahkan berkat dan

kasih karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

peningkatan dan pengembangan praktik kebidanan.

Medan, Agustus 2018

Penulis

Winda Astuti Hulu

P07524414052

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB IPendahuluan ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

C1. Tujuan Umum .............................................................................. 4

C2. Tujuan Khusus ............................................................................ 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

D1. Manfaat Teoritis ........................................................................... 4

D2. Manfaat Praktik ........................................................................... 4

E. Keaslian Penelitian ............................................................................ 5

BAB II Tinjauan Pustaka ............................................................................... 6

A. Senam ............................................................................................. 6

A.1 Pengertian Senam ..................................................................... 6

A.2 Manfaat Senam .......................................................................... 8

A.3 Olahraga Atau Aktifitas Fisik Yang Tidak Baik Bagi Lansia ......... 8

A.4 Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Aktifitas Fisik ....... 10

A.5 Pengaruh Musik Dalam Mengiringi Latihan Fisik ......................... 11

A.6 Permasalahan Lansia Dan Upaya Pemecahannya ..................... 11

B. Kualitas Hidup Lanjut Usia ................................................................ 12

B.1 Pengertian Kualitas Hidup ........................................................... 12

B.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ..................... 13

C. Kerangka Teori.................................................................................. 22

D. Kerangka Konsep .............................................................................. 22

E. Defenisi Operasional ......................................................................... 23

F. Hipotesis ........................................................................................... 24

BAB III Metode Penelitian ............................................................................. 25

A. Jenis dan Metode Penelitian ............................................................. 25

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 25

C. Polulasi dan Sampel ......................................................................... 25

C.1 Populasi ...................................................................................... 25

C.2 Sampel ....................................................................................... 25

D. Jenis dan Cara pengumpulan data .................................................... 26

E. Alat/Instrumen dan bahan penelitian ................................................. 26

F. Uji validitas dan reliabilitas ................................................................ 27

G. Prosedur Penelitian ........................................................................... 28

H. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 28

I. Etika Penelitian ................................................................................. 29

BAB IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan ................................................... 30

A. Hasil Penelitian ................................................................................. 30

A.1 Analisis Univariat ........................................................................ 31

B. Pembahasan ..................................................................................... 35

BAB V Simpulan Dan Saran ......................................................................... 38

A. Simpulan ........................................................................................... 38

B. Saran ................................................................................................ 39

Daftar Pustaka .............................................................................................. 40

Lampiran

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Definisi Operasional ...................................................................... 23

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Pelaksanaan Senam Pada

LansiaDi Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2018 ................... 32

Tabel 4.2 Distribusi Kualitas Hidup Secara Fisik Di Puskemas Medan

Tuntungan Tahun 2018 ................................................................. 33

Tabel 4.3 Distribusi Kualitas Hidup Secara Psikologis Di PuskemasMedan

Tuntungan Tahun 2018 ................................................................. 33

Tabel 4.4 Hubungan Pelaksanaan Senam Dengan Kualitas Hidup

Berdasarkan Fisik Di Puskesmas Medan Tuntungan

Tahun 2018 .................................................................................. 34

Tabel 4.5 Hubungan Pelaksanaan Senam Dengan Kualitas Hidup

Berdasarkan Psikologis Di Puskesmas Medan Tuntungan

Tahun 2018 .................................................................................. 34

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar2.1 Kerangka Teori .......................................................................... 22

Gambar 2.2Kerangka Konsep....................................................................... 22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Survey Pendahuluan

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3 Surat Ijin Dinas Kesehatan

Lampiran 4 Surat Balasan Dari Tempat Penelitian

Lampiran 5 Lembar Konsultasi

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 7 Kuesioner Karakteristik Responden

Lampiran 8 Lembar Cheklist Senam

Lampiran 9 Lembar Observasi Senam

Lampiran 10 Pernyataan

Lampiran 11 Waktu Penelitian

Lampiran 12 Output

Lampiran 13 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 14 Etical Clearance

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 1995-2000,

Angka Harapan Hidup (AHH) di Indonesia sebesar 66 tahun. Angka tersebut

meningkat pada tahun 2000-2005 sebesar 67,8 tahun dan sebesar 69,1 tahun

pada tahun 2005-2010. Namun AHH di Indonesia masih kalah jauh jika

dibandingkan dengan empat negara tetangganya, yakni negara Malaysia,

Singapura, Thailand, dan Vietnam.

AHH di negara Singapura yakni sebesar 81,2 tahun pada tahun 2005-

2010. Dilanjutkan dengan AHH berturut-turut pada tahun 2005-2010 oleh Negara

Vietnamsebesar 75,1 per tahun, Malaysia 74,0 per tahun, Thailand 73,3 per

tahun, dan Indonesia 69,1 per tahun (BPS, 2016). Berdasarkan data tersebut,

terlihat bahwa sejak tahun 1995 hingga tahun 2010 AHH di Indonesia masih

terbilang jauh jika dibandingkan dengan Negara-negara tetangganya. AHH di

Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan pada tahun 2045-2050

menjadi 77,6 tahun dengan persentase populasi lanjut usia (lansia) tahun 2045

adalah 28,68 persen dari populasi penduduk Indonesia (Pusdatin Kemkes RI,

2013).

Pada tahun 2010, menurut data di BPS Provinsi Sumatera Utara, AHH di

Sumatera Utara adalah sebesar 67,46 per tahun. Angka ini masih berada di

bawah angka nasional yaitu 69,1 per tahun. AHH yang merupakan indikator

keberhasilan pencapaian indeks pembangunan manusia terutama di bidang

kesehatan yang menjadi salah satu sorotan untuk melihat pembangunan

kesehatan dalam suatu daerah. AHH sebesar 67,46 per tahun di Provinsi

Sumatera Utara pada tahun 2010 mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu

sebesar 68,33 per tahun. Hal ini menunjukkan adanya fokus pemerintah

terhadap kesehatan dalam masyarakat di Sumatera Utara. Salah satu upaya

untuk peningkatan AHH yakni dengan memfokuskan pada kualitas hidup

manusia terutama terhadap lansia.

Hasil proyeksi penduduk 2010-2035, Pusat Data dan Informasi

Kementrian Kesehatan RI (Pusdatin Kemkes RI) memproyeksikan bahwa

Indonesia akan memasuki periode lansia (ageing), dimana 10% penduduk akan

berusia 60 tahun ke atas dimana penduduk lansia yang paling banyak adalah

perempuan dengan presentasi 9% dan penduduk laki-laki 8%. Hal ini

menunjukkan bahwa AHH yang paling tinggi adalah perempuan.Pada tahun

2015 jumlah penduduk di Sumatera Utara adalah sebanyak 13.937.797 orang

dengan jumlah lansia sebanyak2.968.430 orang, dimana lansia laki-laki

sebanyak 1.415.444 orang dan lansia perempuan sebanyak 1.552.986 orang

(BPS, 2017).

Dengan meningkatnya penduduk lansia , akan diikuti dengan

meningkatnya permasalahan kesehatan pada lansia salah satunya adalah

masalah menopause/andropause. Masalah kesehatan yang terjadi selanjutnya

akan menurunkan kualitas hidup pada lansia. Dari hasil penelitian yang dilakukan

oleh Rohmah., dkk (2012) mengatakan bahwa kualitas hidup penduduk lanjut

usia juga mengalami masalah kesehatan dalam aspek fisik, sosial, dan

psikologis. Berdasarkan hasil statistik penduduk lanjut usia sebanyak 37,11%

penduduk pra lansia (umur 45 tahun–59 tahun) mengalami keluhan kesehatan

dalam sebulan, dan meningkat menjadi 48,39% pada lansia muda (umur 60

tahun-74 tahun), meningkat lagi menjadi 57,65% pada lansia madya (umur 75

tahun-90 tahun), dan proporsi tertinggi pada lansia tua (umur diatas 90 tahun)

yaitu sebesar 64,01%.

Adapun jenis keluhan kesehatan yang dialami lansia khususnya pada

kesehatan reproduksi yaitu susah tidur (24,88%), sakit kepala berulang (17,74%),

demam (15,36%), dan penurunan seksualitas (58,04%) berdasarkan penelitian

yang dilakukan oleh Qomariyati (2013) dimana aktivitas fisik responden

menyebabkan adanya perbedaan yang bermakna pada kehidupan seksual.

Kondisi ini tentunya harus mendapatkan perhatian berbagai pihak baik

keluarga, masyarakat dan bahkan pemerintah, sehingga dengan peningkatan

kualitas hidup lansia akan meningkatkan pula AHH yang menjadi salah satu

indikator indeks pembangunan manusia terutama pada lansia perempuan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup yakni melalui aktivitas

fisik olahraga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2013)

olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam

kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik.

Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit

termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoporosis, bentuk kanker,

obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam olahraga juga dikenal untuk mengurangi

depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, tingkat energi,

kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Salah satu kegiatan olahraga yang di gemari dan cocok untuk lansia saat

ini adalah senam lansia. Senam lansiamerupakan salah satu aktivitas fisik

dengan intensitas sedang, senam tersebut dimungkinkan dapat mengurangi

gejala menopause akibat penurunan estrogen dengan cara mengaktifkan

produksi estrogen yang bukan berasal dari ovarium.

Penelitian yang dilakukan oleh Saftarina, Fitria dan Fairuz R (2016) yang

berjudul hubungan senam lansia terhadap kualitas hidup lansia yang menderita

hipertensi di klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung menunjukkan bahwa

sebanyak 24 orang (41%) memiliki kualitas hidup baik dengan skor antara 60-90,

lansia yang melakukan senam lansia tidak rutin dalam satu bulan terakhir

sebanyak 32 orang (53%) serta lansia yang melakukan senam lansia secara rutin

sebanyak 2 orang (4%) memiliki kualitas hidup yang sangat baik dengan skor

lebih dari 90.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas, Mhm. R. dan

Noortje Anita Kumaat (2016) berjudul pengaruh senam bugar lansia terhadap

kualitas hidup lansia usia 60 tahun ke atas di Posyandu Lansia Karang Werdha

Kedurus Surabaya menunjukkan bahwa dari 15 orang lansia, 12 orang

memperoleh presentase 80% dengan kategorik baik dan sebanyak 3 orang

memperoleh presentase 20% dengan kategorik cukup.

Berdasarkan survey data di Puskesmas Medan Tuntungan, lansia datang

berobat dengan rata-rata mengalami gangguan kesehatan : sakit kepala (19%),

Hipertensi (36%), susah tidur (29%), mudah lelah (25%). Dari survey data

tersebut gangguan kesehatan yang dialami lansia merupakan gangguan

kesehatan reproduksi yang mempengaruhi kualitas hidup, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tentang hubungan senam dengan skor kualitas hidup

lansia awal di Puskesmas Medan Tuntungan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah senam

memiliki hubungan dengan kualitas hidup lansia awal?”

C. Tujuan Penelitian

C1. Tujuan Umum

a. Mengetahui hubungan senam dengan kualitas hidup lansia awal di

Puskesmas Medan Tuntungan

C2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi karakteristik responden pelaksanaan senam

pada lansia

b. Mengetahui distribusi kualitas hidup secara fisik

c. Mengetahui distribusi kualitas hidup secara psikologis

d. Mengetahui hubungan pelaksanaan senam dengan kualitas hidup

berdasarkan fisik.

e. Mengetahui hubungan pelaksanaan senam dengan kualitas hidup

berdasarkan psikologis.

D. Manfaat Penelitian

D1. Manfaat Teoritis

Dapat mengetahui hubungan senam dengan skor kualitas hidup lansia

awal khususnya kesehatan reproduksi.

D2. Manfaat Praktik

a. Bagi pengembangan bidang kesehatan, hasil penelitian ini sebagai

bahan untuk meningkatkan pelayanan dalam kesehatan lansia baik

dari Dinas Kesehatan melalui program kesehatan sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup lansia.

b. Bagi lansia, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi lansia agar lansia melalui peningkatan fungsi keluarga

mendapat perhatian dari keluarga dan tenaga kesehatan.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Saftarina, Fitria dan Fairuz R (2016) yang

berjudul hubungan senam lansia terhadap kualitas hidup lansia yang

menderita hipertensi di klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung.

Desain yang digunakan adalah penelitian observasional dengan metode

yang digunakan adalah cross sectional dengan menggunakan sampel

total dan menggunakan analisis korelasi, hasil penelitian menunjukkan

bahwa senam lansia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup pada lansia yang menderita hipertensi.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas, Mhm. R. dan Noortje Anita

Kumaat (2016) berjudul pengaruh senam bugar lansia terhadap kualitas

hidup lansia usia 60 tahun ke atas di Posyandu Lansia Karang Werdha

Kedurus Surabaya. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan eksperimen semu dan desain penelitian yang

digunakan one group pretest post test design, hasil penelitian

menunjukkan senam bugar lansia terhadap peningkatan kualitas hidup

lansia dimana 12 orang kategorik baik dengan presentase 80%, dan 3

orang kategorik cukup dengan presentase 20%

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu :

3. Penelitian dengan judul pengaruh senam lansia terhadap kualitas hidup

lansia di Puskesmas Tuntungan yang di teliti oleh Winda Astuti Hulu

tahun 2018. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian observasional dengan metode cross sectional , dimana

variabel bebas (senam) dan variabel terikat (kualitas hidup). Hasil

penelitian ini menunjukkan adanya hubungan senam dengan kualitas

hidup lansia awal dimana P < 0,05 secara fisik sedangkan untuk

psikologis P > ,05 menunjukkan tidak adanya hubungan senam dengan

psikologis, nilai rata-rata yang melakukan senam rutin secara fisik dan

psikologis lebih tinggi dari pada yang tidak rutin melakukan senam.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Senam

A.1 Pengertian Senam

Senam dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Lalu pada abad 20, senam

mulai diajarkan ke sekolah-sekolah hampir seluruh penjuru dunia sebagai ajang

olahraga. Di Indonesia, senam dikenal sejak zaman penjajahan Belanda. Senam

merupakan cabang olahraga menggerakan tubuh yang menggunakan perpaduan

kekuatan, kecepatan dan keserasian. Tujuannya iayalah melatih otot tubuh dan

mendapatkan kebugaran. Beberapa jenis senam yang banyak dilakukan adalah

senam lantai, senam artistic, senam hamil, senam aerobik, senam pramuka,

senam SKJ, dan sebagainya. Atlet senam Indonesia yang terkenal adalah Eva

Butar-Butar dan Syaiful Nazar (Fe, Eci. 2017).

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta

terencana yang dilakukan secara tersendiri atau berkelompok dengan maksud

meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut.

Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga

(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia

yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia adalah senam aerobic low

impact, intensitas ringan sampai sedang, gerakannya melibatkan sebagian besar

otot tubuh, sesuai dengan gerak sehari-hari, gerakan antara kanan dan kiri

mendapat beban yang seimbang (Pamungkas,Mhd. Rizal dan Noortje A. K.

2016).

Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun

secara sistematika, dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan

mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam lansia adalah olahraga ringan

yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan, yang dapat diterapkan pada

lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh lansia agar tetap bugar dan

tetap segar, karena senam lansia ini mampu melatih tulang tetap kuat,

mendorong jantung bekerja secara optimal dan membantu menghilangkan

radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh. Adapun jenis senam lansia yang

biasa diterapkan, meliputi :

1. Senam kebugaran lansia

2. Senam otak

3. Senam osteoporosis

4. Senam hipertensi

5. Senam diabetes mellitus

6. Olahraga rekreatif/ jalan santai.

Semua jenis senam dan aktivitas olahraga ringan tersebut sangat

bermanfaat untuk menghambat proses degenerative atau proses penuaan.

Senam ini sangat dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pra lansia (45

tahun) dan usia lansia (65 tahun ke atas). Senam lansia disamping memiliki

dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga dapat berpengaruh

dalam peningkatan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Tingkat

kebugaran dievaluasi dengan cara mengawasi kecepatan denyut jantung waktu

istirahat, yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Penelitian menyebutkan

bahwa agar tubuh menjadi lebih bugar, maka kecepatan denyut jantung sewaktu

istirahat harus menurun (Widianti, 2015).

Efek minimal yang dapat diperoleh dengan mengikuti senam lansia

adalah bahwa lansia merasa senantiasa berbahagia, senantiasa bergembira,

bisa tidur lebih nyenyak, dan pikiran tetap segar.Prinsip Senam lansia :

1. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)

2. Bersifat progresif (bertahap meningkat

3. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan

4. Lama latihan berlangsung 15-60 menit

5. Frekuensi latihan perminggu minimal 2 kali dan optimal 5 kali(Widianti,

2015).

Penelitian Setiawan,G., etc. (2013) mengenai pengaruh senam bugar

lansia terhadap kualitas hidup penderita hipertensi diberi perlakuan senam

selama 3 minggu menunjukan peningkatan yang sangat baik terhadap kualitas

hidup yang sangat baik pada penderita hipertensi.

A.2 Manfaat Senam

Sebagai Rehabilitas pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta

kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik

dan terjadinya peningkatan lemak tubuh.Dengan melakukan olahraga seperti

senam lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional

tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian menunjukan bahwa latihan atau olah

raga seperti senam lansia dapat mengeliminasi berbagai resiko penyakit-penyakit

seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri koroner dan kecelakaan

kecil(Widianti, 2015).

Adapun manfaat dari senam (Lilis, Lucky, dkk. 2016):

1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan

(adaptasi)

3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya

terhadap bertambahnya tuntutan, misalya sakit.

4. Mempertahankan atau meningkatkan taraf kesegaran jasmani yang baik

5. Mengadakan koreksi terhadap kesalahan sikap dan gerak

6. Membentuk sikap dan gerak

7. Membentuk kondisi fisik (kekuatan otot, kelenturan, keseimbangan,

ketahanan, keluwesan, dan kecepatan)

8. Membentuk berbagai sikap kejiwaan (membentuk keberanian, kepercayaan

diri, kesiapan diri, dan kesanggupan bekerja sama

9. Memberikan rangsangan bagi syaraf-syaraf yang lemah, khususnya bagi

lansia

10. Memupuk rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri dan

masyarakat.

A.3. Olahraga atau Aktivitas Fisik yang Tidak Baik bagi Lansia

Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh, namun tidak

semua olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada beberapa macam gerakan yang

dianggap membahayakan saat berolahraga. Gerakan-gerakan tersebut adalah

sebagai berikut (Maryam, R. Siti dkk.2008) :

a. Sit-up dengan kaki lurus

Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus dan lutut dipegang dapat

menyebabkan masalah pada punggung. Oleh karena itu sit-up cara klasik ini

menyebabkan otot liopsoas atau fleksor pada punggung (otot yang melekat pada

kolumna vertebralis dan femur) menanggung semua beban. Otot ini merupakan

otot terkuat di daerah perut. Jika fleksor punggung ini digunakan, maka pinggul

terangkat ke depan dan otot-otot kecil pada punggung akan berkontraksi,

sehingga punggung kita akan melengkung. Jadi latihan seperti ini akan

menyebabkan pemendekan otot punggung bagian bawah dan paha. Akhirnya

akan menyebabkan pinggul terangkat ke atas secara permanen dan lengkung

lordosis menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan masalah pada pinggang.

Tetapi bila kita membengkokkan lutut pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor

panggung tidak bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu pada

otot perut dan kecil kemungkinan terjadinya trauma pada pinggang bagian

bawah.

b. Meraih ibu jari kaki

Latihan-latihan ini selain tidak dapat mencapai tujuan, yaitu mengecilkan

perut, juga kurang baik karena dapat menyebabkan cidera. Gerakan ini akan

menyebabkan lutut menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekusensinya, tekanan

yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis yang akhirnya menyebabkan

keluhan-keluhan pada punggung bagian bawah. Terkadang hal ini dapat

menyebabkan gangguan pada diskus intervertrebalis.

c. Mengangkat kaki

Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai kaki terangkat ± 15 cm

dari lantai, kemudian ditahan beberapa saaat selama mungkin. Latihan ini tidak

baik, karena dapat menyebabakan rasa sakit pada punggung bagian bawah (low

back pain) dan menyebabkan terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan

gangguan pada punggung. Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot perut tidak

cukup kuat untuk menahan kaki setinggi 15 cm dari lantai dalam waktu yang

cukup lama dan kaki tidak dapat menahan punggung bagian bawah. Akibatnya

terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini menyebabkan gangguan dari punggung

bagian bawah.

d. Melengkungkan punggung

Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan tujuan merenggangkan

otot perut agar otot perut menjadi lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena dengan

melengkungkan punggung tidak akan menguatkan otot perut, melainkan

melemahkan persendian tulang punggung.

A.4. Hal yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Latihan Fisik

Dalam melakukan aktivitas latihan fisik, ada beberapa hal yang sering

luput dari pandangan kita. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan saat

melakukan latihan fisik (Fe, Eci. 2017):

1. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih meliputi ketahanan

kardiopulmonal, kelenturan, kekuatan otot, komposisi tubuh, keseimbangan

dan kelincahan gerak.

2. Selalu memerhatikan keselamatan / menghindari cedera.

3. Latihan dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat sesuai dengan

kemampuan.

4. Latihan dalam bentuk permainan ringan sangat dianjurkan.

5. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi

sedikit.

6. Hindari kompetisi dalam bentuk apapun.

Bagi mereka yang berusia lebih dari 60 tahun, perlu melaksanakan olahraga

secara rutin untuk mempertahankan kebugaran jasmani dan memelihara serta

mempertahankan kesehatan di hari tua. Salah satu komponen kebugaran

jasmani yang dapat dilatih adalah kelenturan ( flexibility ) yang merupakan

kemampuan untuk menggerakkan otot dan sendi pada seluruh daerah

pergerakannya. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan

kualitas fisik yang berdampak seseorang akan lebih sering / mudah terserang

penyakit. Untuk itu latihan fisik secara teratur perludilaksanakan (Lilis, Lucky,

dkk. 2016).

A.5. Pengaruh Musik dalam Mengiringi Latihan Fisik

Musik sebagai iringan dalam olahraga merupakan upaya untuk

memberikan relaksasi dengan mendengar musik saat bergerak menjadi sangat

ringan dan semangat menjalani semua gerakan. Selain itu juga ada fungsi

destraksi mengingat otak manusia yang dapat memberikan gambaran ilusi

sesuai yang di inginkan manusia, sehingga musik yang lembut dapat

memberikan ketenangan, apalagi jika di arahkan tentang bayangan seperti aliran

air, sungai, gunung atau laut maka otak manusia menjadi lebih rileks karena

sesui dalam bayangan tersebut dapat membayangkan sedang berjalan – jalan di

tempat di mana bayangan di ciptakan (Lilis, Lucky, dkk. 2016).

Dalam ilmu fisika pengaruh musik berhubungan dengan gelombang di

alam semesta antara lain (Pamungkas,Mhd. Rizal dan Noortje A. K. 2016) :

1. Mengantarkan gelombang otak manusia dalam keadaan biasa adalah Beta

(β) menjadi gelombang Alfa (α) sehingga manusia menjadi lebih tenang

santai dan rileks.

2. Manusia menjadi rileks, dalam dunia keperawatan sering disebut mencegah

sakit/ mengatasi penyakit tanpa obat yaitu dengan relaksasi dan

destraksi.Lebih tepatnya memberdayakan system hormonal dalam tubuh

manusia sendiri untuk mengeluarkanya, sehingga berfungsi sebagai

pertahanan tubuh yang kuat dan dapat menghambat penyakit untuk lebih

cepat berkembang.

A.6. Permasalahan Lansia Dan Upaya Pemecahannya

Permasalahan yang biasanya terjadi yang merupakan hambatan dalam

melakukan senam lansia adalah perasaan bosan. Hal ini disebabkan oleh tidak

adanya variasi senam, untuk itu macam atau jenis senam yang dilakukan

sebaiknya bervariasi. Misalnya pada minggu pertama melakukan senam

kebugaran, dan minggu selanjutnya jenis senam osteoporosis dan seterusnya

dilakukan secara bergiliran. Musik juga dapat mempengaruhi, sehingga peserta

senam lansia menyukai musik tertentu yang memungkinkan tumbuhnya rasa

semangat pada lansia ketika melakukan senam lansia (Widianti, 2015).

B. Kualitas Hidup Lansia

B.1 Pengertian Kualitas Hidup

Quality of life (QOL) atau kualitas hidup merupakan mengacu kepada

kemampuan pasien menikmati aktivitas kehidupan kesehariannya. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan

standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. HDI digunakan untuk

mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara

berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari

kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Organisasi Kesehatan Dunia

(World Health Organization = WHO) menyatakan “kualitas hidup” sebagai

“presepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam konteks sistem

kultur dan nilai di mana dia hidup, yang berkaitan dengan tujuan, harapan,

standar dan kepeduliannya”. Kualitas hidup meliputi empat ranah (domain) dalam

kehidupan yaitu : kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial, dan lingkungan

(Pangkahila, 2017).

Penelitian Sari (2017) menyatakan bahwa komponen yang kualitas hidup

yang kompleks, mencakup usia harapan hidup, kepuasan dalam kehidupan,

kesehatan psikologis dan mental, fungsi kognitif, kesehatan dan fungsi fisik,

pendapatan, kondisi tempat tinggal, dukungan sosial dan jaringan sosial. Kualitas

hidup pada lansia menggambarkan fase kehidupan yang dimasuki lansia.

Kualitas hidup individu yang satu dengan yang lain akan berbeda, hal itu

tergantung pada definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang

kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup yang tinggi menggambarkan bahwa

individu memasuki fase integritas dalam tahap akhir hidupnya, begitu juga

dengan kualitas hidup yang rendah berdampak pada keputusasaan yang dialami

oleh lansia. kualitas hidup juga berkaitan erat dengan kebahagiaan, kepuasan

hidup dan kesejahteraan subjektif yang saling berhubungan satu dan lainnya.

Kualitas hidup juga dikaitkan dengan lingkungan yang nyaman, usia dan

kesehatan individu secara menyeluruh yang dipandang sebagai komponen dari

kualitas hidup.

B.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

1. Perubahan fisik lansia

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,

diantaranya sistem pernapasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

sistem pengaturan tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, genitor urinaria,

endokrin, dan integument.

a. Sistem pernapasan

Otot pernapasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara

inspirasi berkurang dan membuat pernapasan cepat dan dangkal.

Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya) sehingga

jumlah udara pernapasan yang masuk ke paru mengalami penurunan,

refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang sehingga pengeluaran sekret

dan korpus alium dari saluran napas berkurang sehingga potensial terjadinya

obstruksi. (Irianto, 2015).

b. Sistem pendengaran

Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama pada bunyi

suara atau nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata,

50% terjadi pada usia di atas 65 tahun. Terjadi pengumpulan serumen,

dapat mengeras karena peningkatan keratin, fungsi pendengaran semakin

menurun pada lansia yang mengalami keteganggan / stress. Tinitus atau

bising yang bersifat mendengung, bisa bernada tinggi atau rendah, bisa

terus-menerus atau intermiten. Vertigo atau perasaan tidak stabil yang

terasa seperti bergoyang atau berputar(Nasrullah, 2016).

c. Sistem penglihatan

Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak, jelas

menyebabkan gangguan penglihatan. Meningkatnya ambang, pengamatan

sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam

gelap, hilangnya daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia, seseorang

sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya elastisitas lensa. Luas

pandang berkurang, daya membedakan warna menurut terutama pada

warna biru dan hijau pada skala (Nasrullah, 2016).

d. Sistem kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta menurun

sehingga kontraksi dan volume menurun. Efektivitas pembuluh darah perifer

untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk dan duduk

ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak). Tekanan darah meninggi akibat

resistensi pembuluh darah perifer meningkat. Sistole normal ±170 mmHg,

±95 mmHg, dan kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan

perdarahan(Nasrullah, 2016).

e. Sistem pengaturan tubuh

Temperatur tubuh menurun secara fisiologis ±350C ini akibat metabolisme

yang menurun, pada kondisi ini lansia akan merasa kedinginan dan dapat

pula menggigil, pucat, dan gelisah. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak

dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi penurunan aktivitas

otot(Nasrullah, 2016).

f. Sistem musculoskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, mudah mengalami

demineralisasi. Kekuatan dan stabilitas tulang menurun, terutama vertebra,

pergelangan dan paha, kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang

penyangga rusak dan aus. Gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan

terbatas, gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung,

persendian membesar dan menjadi kaku. Tendon mengerut dan mengalami

sklerosis, komposisi otot berubah sepanjang waktu, aliran darah ke otot

berkurang sejalan dengan proses menua, otot polos tidak begitu

berpengaruh (Nasrullah, 2016).

g. Sistem reproduksi dan kegiatan seksual

Perubahan pada wanita tidak begitu tampak hingga memasuki usia 45-55

tahun. Pada masa-masa ini para wanita akan memasuki serangkaian masa

sebagai berikut :

Fase klimakterium adalah masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari

periode reproduktif ke periode non reproduktif. Tanda, gejala atau

keluhan yang kemudian timbul sebagai akibat dari masa peralihan ini

disebut tanda atau gejala menopause. Periode ini dapat berlangsung

antara 5 tahun sebelum dan sesudah menopause. Pada fase ini fungsi

reproduksi wanita menurun.

Fase klimakterium berlangsung bertahap yakni :

- Sebelum Menopouse/ Pre Menopouse.Masa sebelum berlangsungnya

saat menopouse, yaitu fungsi reproduksinya mulai menurun, sampai

timbulnya keluhan atau tanda-tanda menopouse.

- Saat Menopouse.Periode dengan keluhan memuncak rentangan 1-2

tahun sebelum dan 1 tahun sesudah menopause. Masa wanita

mengalami akhir dari datangnya haid sampai berhenti sama sekali pada

masa ini menopouse masih berlangsung. Beberapa perubahan fisik yang

dapat mempengaruhi fungsi seksual seseorang wanita. Berkurangnya

kadar estrogen dan progesteron saat dan setelah menopouse

menyebabkan lapisan dinding vagina menjadi tipis dan lebih keras.

Sebagai tambahan, produksi cairan vagina turun, menambahkan rasa

tidak nyaman saat bersetubuh. Kondisi ini menyebabkan stress emosi

yang sangat kuat. Untuk mengatasi hal ini kini banyak merk rubri cating

gel yang bersifat colorless, odorless, water soluble, non greasy. Pendek

kata dapat membuat nyaman bagi pemakainya, sehingga tidak perlu lagi

stress.

- Setelah Menopouse.Masa setelah perimenopouse sampai munculnya

perubahan-perubahan patologik secara permanen disertai dengan kondisi

memburuknya kondisi badan pada usia lanjut (senilitas).

h. Sistem integument

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan

kulit cenderung kusam, kasar, dan bersisik (karena kehilangan proses

keranitasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis), timbul bercak

pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada permukaan

kulit sehingga tampak bintik atau noda cokelat. Terjadi perubahan pada

daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut-kerutan halus di ujung mata akibat

lapisan kulit menipis. Respon terhadap trauma menurun, mekanisme

proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna

kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, pertumbuhan kuku lebih

lambat, lebih keras dan rapuh, menjadi pudar, kurang bercahaya. Kuku kaki

tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, jumlah dan fungsi kelenjar

keringat beringat.

2. Perubahan psikologis lansia

Di bidang mental dan psikis pada lansia, perubahan dapat sikap yang

semakin egosentrik, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak bila memiliki

sesuatu. Gangguan psikologis paling yang berpengaruh pada orang tua adalah

timbulnya depresi, dimensi dan mengigau. Hal ini lebih sering di akibatkan oleh

perasaan sudah tua, sudah pikun, dan secara fisik sudah tidak menarik bagi

pasangan. Perubahan akibat depresi dan dimensi bahkan sering mengganggu

perilaku seksual termasuk gangguan khayal yang dikaitkan dengan kecemburuan

psikologis. Secara umum gangguan psikologis yang timbul adalah : kecemasan

(angiesta), depresi, rasa bersalah (guilty feeling), masalah perkawinan atau juga

akibat dari rasa takut akan gagal dalam berhubungan seksual (Irianto, 2015).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental (Nasrullah, 2016) :

a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.

b. Kesehatan umum.

c. Tingkat pendidikan.

d. Keturunan (hereditas).

e. Lingkungan.

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dan identitasnya

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun

(purnatugas), seseorang akan mengalami kehilangan, antara lain (Nasrullah,

2016) :

a. Kehilangan financial (pendapatan berkurang).

b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan / posisi yang cukup tinggi,

lengkap dengan semua fasilitas).

c. Kehilangan teman / kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan/ kegiatan dan

e. Merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup (memasuki

rumah perawatan, bergerak lebih sempit).

f. Adanya penyakit kronis dan ketidak mampuan

g. Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial

h. Adanya gangguan saraf panca-indra, timbul kebutaan dan ketulian.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan terhadap gambaran diri,

perubahan konsep diri).

Lansia harus beradaptasi pada perubahan psikososial yang terjadi pada

penuaan. Meskipun perubahan tersebut bervariasi, tetapi beberapa perubahan

biasa terjadi pada mayoritas lansia (Widuri, 2010).

a. Pensiun

Pensiun sering dikaitkan secara salah dengan kepafsiran dan pengasingan.

Dalam kenyataannya, pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh

adanya transisi dan perubahan peran, yang dapat menyebabkan stress

psikologis. Stress ini meliputi perubahan peran pada pasangan atau

keluarga dan masalah isolasi sosial.

Pensiun juga mempunyai dampak pada pasangan. Contohnya, keterangan

dapat terjadi karena adanya perubahan peran dan dukungan serta karena

ibu rumah tangga mungkin merasa beban pekerjaan bertambah.

Faktor yang paling kuat yang mempengaruhi kepuasan hidup seorang yang

pensiun adalah status kesehatan, pilihan untuk terus bekerja, pendapatan

yang cukup (Widuri, 2010).

b. Isolasi social

Banyak lansia mengalami isolasi sosial, yang meningkat sesuai dengan usia.

Tipe isolasi sosial yaitu sikap, penampilan, perilaku dan geografi. Beberapa

lansia mungkin dipengaruhi oleh keempat tipe tersebut, dan lansia yang lain

hanya dipengaruhi oleh satu tipe (Widuri, 2010).

c. Isolasi sikap

Terjadi karena nilai perilaku atau budaya. Lansianisme adalah sikap yang

berlaku menstigmatisasi lansia. Suatu bias yang menentang dan menolak

lansia. Karena itu isolasi sikap terjadi ketika lansia tidak secara muda

diterima dalam interaksi sosial karena bias masyarakat. Lingkaran setan

mungkin terjadi. Seiring lansia semakin ditolak, harga diri pun berkurang,

sehingga usaha bersosialisasi berkurang (Widuri, 2010).

d. Isolasi penampilan

Isolasi penampilan diakibatkan oleh penampilan yang tidak dapat diterima

atau faktor lain yang termasuk dalam penampilan diri sendiri pada orang lain.

faktor kontribusi lain adalah citra tubuh, higyine, tanda penyakit yang terlihat

dan kehilangan fungsi. Seseorang diisolasi karena penolakan oleh orang lain

atau karena sedikit interaksi yang dapat dilakukan akibat kesadaran diri

(Widuri, 2010).

e. Isolasi perilaku

Isolasi perilaku diakibatkan oleh perilaku yang tidak dapat diterima pada

semua kelompok usia terutama pada lansia, perilaku yang tidak diterima

secara sosial menyebabkan seseorang menarik diri. Perilaku yang biasanya

dikaitkan dengan pengisolasian pada lansia meliputi konfusi, demensia,

alkoholisme, aksentrisitas, dan inkontinensia (Widuri, 2010).

f. Isolasi geografis

Isolasi geografis terjadi karena jauh dari keluarga, kejahatan di kota, dana

barier institusi. Dalam masyarakat kini yang suka berpindah, umumnya anak

hidup sangat jauh dari orang tuanya. Sehingga kesempatan untuk

mengunjungi anak-anak berkurang.

Di daerah perkotaan, angka criminal yang tinggi menghalangi lansia

bersosialisasi. Hidup di daerah dengan angka criminal yang tinggi dapat

mengakibatkan ketidakinginan untuk ke luar rumah karena mungkin akan

terjadi perusakan atau perampokan saat rumah kosong. Salah satu barier

institusi adalah kurangnya kemudahan akses bagi orang yang menggunakan

kursi roda, walker, tongkat, atau kruk (Widuri, 2010).

3. Perkembangan Spiritual

Perkembangan spiritual dapat terjadi lebih matang dibandingkan

perkembangan spiritual pada masa sebelumnya. Dimana agama / kepercayaan

semakin terintegrasi dalam kehidupan, semakin matur dalam kehidupan

keagaamannya yang dapat dilihat dari cara berpikir dan tindakan sehari-hari.

Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, universalizing, perkembangan yang

dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak contoh cara mencintai dan

keadilan (Nasrullah, 2016).

4. Dampak Kemunduran

Kemunduran yang telah disebutkan sebelumnya mempunyai dampak

terhadap tingkahlaku dan perasaan orang yang memasuki lansia. Jika berbicara

tentang menjadi tua, kemunduran yang paling banyak dikemukakan, selain

sebagai macam kemunduran, ada yang dapat meningkat dalam proses menua,

yaitu sensitivitas emosional seseorang. Hal ini yang akhirnya menjadi sumber

banyak masalah pada masa tua. Kemunduran fisik yang terjadi pada dirinya

membuat yang bersangkutan berkesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan

yang mereka miliki mulai hilang. Baginya, hal ini berarti kehilangan daya tarik

dirinya.

Kecemasan yang timbul pada mereka yang merasa dirinya menjadi

kurang menarik atau kelihatan kurang mampu, berkaitan dengan perasaan

kehilangan daya tarik, ada gejala yang terlihat dalam hal seks. Pria dan wanita

pada akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan klimaterium,

perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan dorongan seks

berkurang. Sering sekali masalah seksualitas pada lansia selalu mendatangkan

pandangan yang biasa.

Pada pria, proses tersebut biasanya secara lambat dan tidak disertai

gejala psikologis yang luar biasa, kecuali sedikit kemurungan, rasa lesu, dan

kemampuan seksualitas berkurang. Terdapat pada penurunan kadar hormone

testosterone. Pada wanita, terjadi menopause (berhenti haid). Menopause terjadi

dalam suatu proses yang kadang-kadang sampai dua tahun. Hal ini disebabkan

oleh faal kandung telur lambat laun mulai berkurang, sampai kemudian berhenti

berfungsi sama sekali.

Gejala yang sering timbul pada masa menopause meliputi (Widuri, 2010) :

a. Gangguan pada haid, dimana haid menjadi tidak teratur, kadang terjadi

perdarahan yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.

b. Gelombang rasa panas (hot flush), kadang-kadang timbul rasa panas pada

wajah, leher dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang

banyak. Perasaan panas ini berlangsung beberapa detik saja, tetapi biasa

berlangsung sampai 30-60 menit (1 jam).

c. Gejala psikologis, berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, cepat

marah, mudah tersinggung, gugup, dan mental yang kurang mantap. Bila

masa mudanya mempunyai kecenderungan mudah dipengaruhi keadaan

emosional, wanita tersebut akan lebih mengalami gangguan psikologis pada

masa ini.

d. Keletihan, merupakan rasa lelah yang diakibatkan berhentinya fungsi

ovarium. Namun, tidak semua rasa lelah dapat diartikan sebagai tanpa

menopause. Sebaiknya dicari penyebab lainnya.

e. Keadaan atrofi jaringan

f. Rasa gatal pada genetalia disebabkan kulit yang menjadi kering dan keriput.

g. Sakit dapat dirasakan di seluruh badan atau pada bagian tubuh tertentu.

h. Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini dapat disebabkan oleh banyak hal,

misalnya karena tekanan darah meninggi, adanya gangguan penglihatan,

atau karena stress mental.

i. Insomnia atau keluhan sulit tidur, hal ini dapat disebabkan oleh penyebab

fisik dan psikis (40% dialami oleh lansia). Insomnia ini dapat terjadi untuk

jangka waktu pendek ataupun jangka panjang.

- Penyebab faktor fisik, antara lain : sering kencing, kram betis, sakit gigi,

nyeri seperti arthritis, sindrom tungkai bergerak (akatisia).

- Penyebab faktor sosial, antara lain : pertengkaran keluarga, menonton tv

sampai larut malam tidak teratur (night life).

- Penyebab faktor emosional, antara lain : kecemasan, depresi, stress,

marah tidak tersalurkan, masalah pribadi.

- Penyebab faktor medis, antara lain : penyakit jantung, penyakit paru,

diabetes mellitus, apnea tidur.

- Penyebab faktor iatrogenik, antara lain : teofilin, kortikosteroid,

antihipertensi, diuretik, activating antidepresi.

- Penyebab faktor perilaku, antara lain : terlalu banyak minum kopi

(cokelat), dan waktu tidur yang berubah-ubah.

j. Palpitasi dan perubahan pada gairah seksual, ini disebabkan oleh pengaruh

hormonal dan pengaruh psikis. Gejala yang timbul sangat bervariasi, dari

yang ringan sampai yang berat seperti rasa takut, tegang, gelisah, cepat

marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, cepat lupa, dan susah tidur.

Wanita yang mengalami menopause, terkadang menafsirkannya sebagai

kehilangan fungsinya sebagai wanita karena tidak bisa hamil dan

mendapatkan anak lagi, adapun yang menafsirkannya sebagai berhentinya

kehidupan seksual.

k. Berubahnya libido (nafsu seks), berbicara tentang seksualitas pada lansia

sering kali mendatangkan pandangan yang bias. Apa pandangan bahwa

minat, dorongan, gairah, dan daya seks pada kehidupan hubungan seks

lansia mengalami penurunan. Bila kehidupan seksual terganggu maka

kualitas hidupnya juga terganggu.

Gangguan fungsi seksual umum pada lansia :

1. Gangguan dorongan seksual (sexual desire/libido).

2. Gangguan bangkitan seksual (sexual arousal).

3. Gangguan orgasme.

4. Gangguan yang menimbulkan rasa sakit sewaktu bersetubuh.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya gejala/ keluhan :

1. Penurunan aktivitas ovarium yang diikuti penurunan produksi hormon.

2. Sosial-budaya, yaitu faktor lingkungan, keadaan sosial ekonomi yang

mempengaruhi keadaan gizi, kesehatan, dan taraf pendidikan.

3. Faktor psikologis yang bergantung pada perilaku wanita tersebut.

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah visualisasi yang biasanya dalam bentuk bagan,

dari kesimpulan hasil telaah pustaka yang menggambarkan hubungan-hubungan

(yang secara teoritis dapat terjadi) antara variabel satu dengan variabel lainnya

berdasarkan telaah pustaka yang dilakukan.

Gambar 2.1 Kerangka teori

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau

kaitan antara konsep satu terhadap konsep satu terhadap konsep yang lainnya,

atau antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Variabel Indenpenden Variabel Denpenden

Gambar 2.2 Kerangka konsep

E. Definisi Operasional

Senam

Kualitas hidup lansia

Senam

Kualitas Hidup Lansia :

- Fisik

- Psikologis

Masalah kesehatan lansia

Faktor Intrinsik :

- Fisik

- Psikologis

Faktor Ekstrinsik :

- Hubungan Sosial

- Lingkungan

Definisi operasional bertujuan mengoperasionalkan variabel-variabel.

Semua konsep dan variabel didefinisikan dengan jelas sehingga kemungkinan

terjadinya kerancuan dalam pengukuran, analisis serta kesimpulan dapat

terhindar.

Tabel 2.1

Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala Ukur

V. Indenpenden

Senam Lansia Senam lansia adalah

olahraga yang

gerakannya bersifat

dinamis atau berubah-

ubah, dilakukan 2 kali

dalam 5 seminggu (rutin

senam) dan senam yang

dilakukan 1 kali dalam 5

minggu (tidak rutin),

waktunya selama 30

menit.

Lembar

Observasi

a. Rutin Senam b. Tidak Rutin

Senam

Nominal

V. Denpenden

Kualitas hidup

lansia

Kualitas hidup lansia

adalah penilaian lansia

terhadap keadaan

umum, fisik dan

psikologisnya yang

meliputi :

a. Fisik - Kepuasan terhadap

kesehatan tubuh. - Kepuasan akan

terapi medis. - Penerimaan

terhadap rasa sakit fisik.

b. Psikologis - Penerimaan

terhadap arti hidup.

Kuesioner

a. Skor 76-100 = baik

b. Skor 56-75 = cukup

c. Skor <56 = buruk

Ordinal

- Kepemilikan fasilitas hidup.

- Penerimaan penampilan fisik.

- Kemampuan bergaul.

- Kepuasan tidur - Kemampuan

bekerja. - Penerimaan

terhadap perasaan negative.

F. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan singkat sebagai jawaban atas

pertanyaan yang dipaparkan di dalam rumusan masalah.

Ha : Ada hubungan senam terhadap skor kualitas hidup lansia awal secara

fisik.

Ha : Ada hubungan senam terhadap skor kualitas hidup lansia awal secara

psikologis.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian

deskriptif kuantitatif dengan pra-eksperimen. Sedangkan desain penelitian yang

digunakan adalah one-shot case study yaitu sebuah eksperimen yang

dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding dan juga tanpa adanya tes

awal. Dengan modelini peneliti tujuannya sederhana yaitu ingin mengetahui efek

dari perlakuan yang diberikan pada kelompok tanpa mengindahkan pengaruh

factor yang lain (Notoatmojo, 2012).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

B1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Medan Tuntungan. Peneliti memilih

Puskesmas Medan Tuntungan karena adanya kegiatan senam pada

lansia namun keluhan berobat yang menyangkut kualitas hidupnya masih

banyak.

B2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dari bulan 1 Mei 2018 sampai dengan 4 Juni

2018 terhadap lansia di Puskesmas Medan Tuntungan pada tahun 2018.

Tabel waktu penelitian : terlampir

C. Populasi dan Sampel Penelitian

C1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh lansia perempuan di Puskesmas Medan Tuntungan

883 orang, memiliki masalah kesehatan yang berhubungan dengan

kualitas hidupnya dan belum pernah mengikuti senam di wilayah kerja

Puskesmas Medan Tuntungan.

C2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari

populasi itu. Pengambilan sampel menggunakan sampling purposive

sebanyak 30 orang dimana teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu atau kriteria tertentu (Sugiono, 2012).

Kriteria inklusi :

- Lansia wanita

- Batas usia > 50 tahun (menopause)

- Tidak mengalami gangguan kognitif seperti pikun

- Dapat berkomunikasi dan berbahasa Indonesia dengan baik

Kriteria eksklusi :

- Lansia yang melakukan aktifitas fisik dengan bantuan orang lain.

- Lansia yang mengalami gangguan komunikasi.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

D1. Jenis Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas 2 (dua) jenis,

yaitu : data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

langsung diperoleh/ diambil oleh peneliti, data sekunder adalah data yang

sudah ada atau sudah dikumpulkan oleh pihak lain.

D2. Cara Pengumpulan Data

Menjelaskan kepada lansia tentang penelitian yang akan dilakukan,

meminta persetujuan dan menandatangani lembarinformed consent,

kemudian menyebarkan kuesioner setelah lansia melakukan senam 2 kali

dalam 5 minggu.

E. Alat Ukur/ Instrument dan Bahan Penelitian

Instrument dan bahan segala alat, bahan, dan sarana yang diperlukan

dalam kegiatan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini :

1. Lembar checklist dan onbservasi senam.

2. Kuesioner data demografi dan kuesioner WHOQOL-BREF (The Bref

Version of World Health Organization’s Quality of Life Questionnaire)

yang telah di modifikasi menjadi 15 pertanyaan, dengan 2 domain fisik

dan psikologis. Semua pertanyaan berdasarkan pada skala likert lima

poin (1-5) dan lima macam pilihan jawaban. Untuk pertanyaan nomor 1

dan 2 tentang kualitas hidup secara menyeluruh dan kesehatan secara

umum, pertanyaan 3, 4, 8, 10, 11, 12, 13 tentang domain fisik sedangkan

pertanyaan 5, 6, 7, 9, 14, 15 tentang domain psikologis. Dengan

menggunakan tes yaitu wawancara sesudah perlakuan. Dalam

menentukan hasil ukur menggunkan rumus :

Skor rata-rata =∑

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Alat ukur/instrument pada penelitian ini telah di uji validitas dan

reliabilitasnya (baku).

G. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan tahap – tahap sebagai

berikut :

a. Studi dokumentasi, studi pustaka, penyusunan proposal, dan

dilanjutkan dengan ujian proposal.

b. Mengurus perizinan melakukan penelitian dari ketua program studi

kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

c. Kemudian melakukan permohonan izin ke Dinas Kesehatan yang di

tujukan ke Puskesmas Medan Tuntungan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Setelah mendapatkan izin melaksanakan penelitian, kemudian

memberikan jadwal pada responden yang melakukan senam dimana

senam dilaksanakan pada hari selasa dan jumat di pagi hari selama 5

minggu, kemudian sampel dimintai persetujuan (informed consent)

sebagai sampel penelitian dan menjelaskan tujuan penelitian kepada

responden.

b. Memberikan kuesioner pada responden pada hari sabtu, minggu dan

senin untuk diisi, serta peneliti membantu pengisian kuesioner dengan

cara wawancara (interview)

c. Data hasil penelitian dikumpulkan, kemudian dilakukan pengecekan.

d. Data yang telah dicek tersebut, kemudian diolah dengan program

komputer.

e. Pada tahap akhir dilakukan pembuatan laporan hasil penelitian.

H. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data :Dengan memeriksa kembali koesioner apakah ada

jawaban yang ganda atau belum dijawab, kemudian memberikan kode

data dan skoring dimana untuk karakteristik responden angka 1 sebagai

nilai terendah yang menyatakan tidak dan 2 nilai tertinggi. Sedangkan

untuk kategorik senam pada nilai 0 menyatakan tidak senam, 1 tidak rutin

senam, dan 2 rutin senam. Lakukan penilaian dengan data yang telah

diberikan kode di analisis kemudian masukkan ke SPSS, kemudian

masukkan dalam tabel-tabel sesuai dengan criteria yang telah ditentukan.

2. Analisis Data :

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Hasilnya berdasarkan distribusi

karakteristik responden berdasarkan senam dan kualitas hidup, serta

distribusi senam, kualitas hidup berdasarkan fisik dan psikologis.

b. Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statististik. Analisis yang digunakan untuk

mengetahui pengaruh senam lansiaterhadap kualitas hidup pada

lansia di Puskesmas Tuntungan yaitu analisis dengan one way anova

dan tabulasi silang.

I. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini segi etik yang diperlukan oleh peneliti adalah:

1. Lembar persetujuan(informed consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden. Informed Consent diberikan sebelum peneliti melakukan

penelitian terhadap responden.

2. Anomity(Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, responden tidak

diharuskan untuk mencantumkan nama pada lembar kuesioner atau

nama dicantunkan dalam inisial huruf. Kemudian lembar tersebut hanya

diberi nomor kode tertentu.

3. Kerahasiaan (confidentaly)

Masalah ini merupakan masalah etik dengan memberikan jaminan hasil

kerahasiaan penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh

peneliti.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini di dapat dari pengambilan data yang dilakukan selama

5 minggu dengan jumlah responden sebanyak 34 orang yaitu dengan nilai

tertinggi adalah 91 dan nilai terendah adalah 49. Penyajian analisa data dalam

penelitian ini di uraikan berdasarkan data demografi dan data kualitas hidup (fisik

dan psikologis) di Puskesmas Medan Tuntungan terletak di Jl. Bunga Melati II

Kelurahan Kemenangan Tani Lingkungan II Kecamatan Medan Tuntungan,

dengan luas tanah sebesar 1.347 m2 dan luas bangunan sebesar 894 m2 .

Jumlah lingkungannya yaitu sebesar 29 lingkungan dengan jumlah penduduk

13.456 jiwa.

A.1. Analisis Univariat

Tabel 4.1

Distribusi karakteristik responden pelaksanaan senam pada lansia di

Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2018

No Karakteristik Responden F %

Pekerjaan

1 Bekerja 16 47,1

2 Tidak Bekerja 18 52,9

Total 34 100

Pendapatan

1 Punya 26 76,5

2 Tidak Punya 8 23,5

Total 34 100

Status Pernikahan

1 Menikah 20 58,8

2 Tidak Menikah/Janda 14 41,2

Total 34 100

Penyakit Kronis

1 Ada 2 5,9

2 Tidak 32 94,1

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Lansia awal di Puskesmas

Medan Tuntungan dengan status pekerjaan dimana yang tidak bekerja sebanyak

18 orang (52,9%), memiliki pendapatan sebanyak 26 orang (76,5%). Status

pernikahan responden sebanyak 20 orang (58,8%) yang menikah sedangkan

32 orang (94,1%) yang tidak memiliki penyakit kronis.

Tabel 4.2

Distribusi kualitas hidup secara fisik di Puskemas Medan Tuntungan

Tahun 2018

No Kualitas Hidup (Fisik) F %

1 Baik 24 70,6 2 Cukup 10 29,4

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kualitas hidup secara fisik

dengan jumlah 34 orang (100%) sebanyak 24 orang (70,6%) dengan kategorik

baik, dan 10 orang (70,6%) dengan kategorik cukup. Sedangkan untuk yang

kategorik buruk tidak ada.

Tabel 4.3

Distribusi kualitas hidup secara psikologis di Puskemas Medan Tuntungan

Tahun 2018

No Kualitas Hidup (Psikologis) F %

1 Baik 24 70,6 2 Cukup 10 29,4

Total 34 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa kualitas hidup secara

psikologis dengan jumlah 34 orang (100%) sebanyak 24 orang (70,6%) dengan

kategorik baik, dan 10 orang (70,6%) dengan kategorik cukup. Sedangkan untuk

yang kategorik buruk tidak ada.

Tabel 4.4

Hubungan pelaksanaan senam dengan kualitas hidup berdasarkan fisik di

Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2018

Kualitas Hidup (Fisik)

Senam

Total % P

Value Rutin

senam %

Tidak Rutin Senam

%

Baik 17 70,8 7 29,2 24 100 0,007 Cukup 2 20 8 80 10 100

Total 19 55,9 15 44,1 34 100

Berdasarkan tabel di atas dari 34 orang (100%) yang mengikuti senam

dengan kualitas hidup secara fisik berkategorik baik dan rutin senam sebanyak

17 orang (70,8%) sedangkan kualitas hidup secara fisik dengan kategorik cukup

dan rutin senam hanya 2 orang (20%). Dan hasil tes chi square menunjukkan

nilai P < 0,05, dimana menunjukkan tingkat kepercayaan 95% yang berarti

antara skor fisik dan status senam memiliki korelasi atau hubungan.

Tabel 4.4

Hubungan pelaksanaan senam dengan kualitas hidup berdasarkan

psikologis di Puskesmas Medan Tuntungan Tahun 2018

Kualitas Hidup (Psikologis)

Senam Total %

P Value

Rutin senam

% Tidak Rutin

Senam %

Baik 15 62,5 9 37,5 24 100 0,229 Cukup 4 40 6 60 10 100

Total 19 55,9 15 44,1 34 100

Berdasarkan tabel di atas dari 34 orang (100%) yang mengikuti senam,

yang kualitas hidup secara psikologis berkategorik baik dan rutin senam

sebanyak 15 orang (62,5%) sedangkan kualitas hidup secara psikologis

dengan kategorik cukup dan rutin senam hanya 4 orang (40%). Dan hasil tes chi

square menunjukkan nilai P > 0,05, dimana menunjukkan tingkat kepercayaan

95% yang berarti antara skor psikologis dan status senam tidak memiliki korelasi

atau hubungan.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik responden lansia awal di

Puskesmas Medan Tuntungan dengan status pekerjaan dimana yang tidak

bekerja sebanyak 18 orang (52,9%), memiliki pendapatan sebanyak 26 orang

(76,5%). Status pernikahan responden sebanyak 20 orang (58,8%) yang

menikah sedangkan 32 orang (94,1%) yang tidak memiliki penyakit kronis.

Senam lansia adalah senam aerobic low impact, intensitas ringan sampai

sedang, gerakannya melibatkan sebagian besar otot tubuh, sesuai dengan gerak

sehari-hari, gerakan antara kanan dan kiri mendapat beban yang seimbang

(Pamungkas,Mhd. Rizal dan Noortje A. K. 2016).

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kualitas hidup secara

fisik dan psikologis dengan jumlah 34 orang (100%) sebanyak 24 orang (70,6%)

dengan kategorik baik, dan 10 orang (29,4%) dengan kategorik cukup.

Sedangkan untuk yang kategorik buruk tidak ada.

Angka harapan hidup (AHH) yang merupakan indikator keberhasilan

pencapaian indeks pembangunan manusia terutama di bidang kesehatan yang

menjadi salah satu sorotan untuk melihat pembangunan kesehatan dalam suatu

daerah. AHH sebesar 67,46 per tahun di Provinsi Sumatera Utara pada tahun

2010 mengalami peningkatan pada tahun 2016 yaitu sebesar 68,33 per tahun.

Hal ini menunjukkan adanya fokus pemerintah terhadap kesehatan dalam

masyarakat di Sumatera Utara. Salah satu upaya untuk peningkatan AHH yakni

dengan memfokuskan pada kualitas hidup terutama terhadap lansia.

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan senam dengan kualitas hidup

secara fisik dari 34 orang (100%) yang mengikuti senam dengan kualitas hidup

secara fisik berkategorik baik dan rutin senam sebanyak 17 orang (70,8%)

sedangkan kualitas hidup secara fisik dengan kategorik cukup dan rutin senam

hanya 2 orang (20%). Dan hasil tes chi square menunjukkan nilai P < 0,05,

dimana menunjukkan tingkat kepercayaan 95% yang berarti antara skor fisik dan

status senam memiliki korelasi atau hubungan.

Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas hidup yakni melalui aktivitas

fisik olahraga berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2013)

olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan setiap manusia di dalam

kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap terjaga dengan baik.

Olahraga dapat meningkatkan kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit

termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, osteoporosis, bentuk kanker,

obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam olahraga juga dikenal untuk mengurangi

depresi, stres dan kecemasan, meningkatkan kepercayaan diri, tingkat energi,

kualitas tidur, dan kemampuan untuk berkonsentrasi.

Ditinjau dari domain fisik, ditemukan perbedaan antara yang tidak pernah

berolahraga dengan yang berolahraga 1-2 kali serta yang berolahraga 1-2 kali

dengan yang berolahraga ≥3 kali. Responden yang tidak pernah berolahraga dan

yang berolahraga ≥2 kali seminggu cenderung memiliki jawaban yang sama

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan domain fisik. Mereka sama-sama

mengakui bahwa rasa sakit fisik sering menghambat mereka untuk beraktivitas

dan kurang puas terhadap kemampuan mereka untuk bekerja dibandingkan

dengan responden yang berolahraga 1-2 kali seminggu.

Hal tersebut kemungkinan dapat dikaitkan dengan gejala menopause

seperti susah tidur, sering mengalami kelelahan fisik dan sakit pada persendian,

serta daya ingat menurun lebih sering dialami oleh mereka(Nasrullah, 2016).

Mereka juga mengakui kurang memiliki kesempatan untuk berekreasi dan kurang

puas terhadap akses pada layanan kesehatan dan akses transportasi. Hal ini

dapat disebabkan mereka lebih sering rasa sakitnya menghambat aktivitas

sehari-hari sehingga kurang cukup memiliki vitalitas untuk beraktivitas seperti

pergi berekreasi, ke tempat layanan kesehatan, dan mengakses transportasi.

Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan senam dengan kualitas hidup

dari 34 orang (100%) yang mengikuti senam, yang kualitas hidup secara

psikologis berkategorik baik dan rutin senam sebanyak 15 orang (62,5%)

sedangkan kualitas hidup secara psikologis dengan kategorik cukup dan rutin

senam hanya 4 orang (40%). Dan hasil tes chi square menunjukkan nilai P >

0,05, dimana menunjukkan tingkat kepercayaan 95% yang berarti antara skor

psikologis dan status senam tidak memiliki korelasi atau hubungan.

Dilihat dari sisi domain psikologis, ditemukan pula perbedaan pada

responden yang tidak pernah berolahraga dibandingkan dengan yang

berolahraga 1-2 kali seminggu dan ≥2 kali seminggu. Olahraga yang teratur

cukup efektif dalam menurunkan depresi dan meningkatkan kesehatan mental,

tetapi intensitas olahraga kurang berpengaruh terhadap hal tersebut.

Pada domain ini didapatkan perbedaan yang signifikan antara responden

yang tidak pernah berolahraga dengan yang berolahraga 1-2 kali serta dengan

yang berolahraga ≥2 kali seminggu. Mereka yang tidak pernah berolahraga lebih

banyak merasa kurang aman dalam hidupnya dan kurang memiliki kesempatan

rekreasi/bersenang-senang bila dibandingkan dengan yang berolahraga (1-2 kali

seminggu dan ≥2 kali seminggu).

Perubahan-perubahan psikologis juga sangat mempengaruhi kualitas

hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause. Perubahan yang

terjadi pada wanita menopause diantaranya adalah perubahan mood, labilitas

emosi, merasa tidak berdaya, gangguan daya ingat, konsentrasi berkurang, dan

merasa tidak berharga (Irianto, 2015). Perasaan kesepian, cemas, dan depresi

juga jarang mereka alami.

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 34 orang responden (lansia awal) di

Puskesmas Medan Tuntungan. Hasil penelitian ini menunjukkan bagaimana

kualitas hidup lansia yang mengikuti senam apakah kualitas hidupnya baik,

cukup, atau buruk. Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat

diambil kesimpulan dan saran mengenai kualitas hidup lansia di Puskesmas

Medan Tuntungan.

C. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya dapat di ambil

kesimpulan :

1. Senam yang dilakukan rata-rata memiliki karakteristik status pekerjaan

yang tidak bekerja tapi memiliki pendapatan, status pernikahan menikah

dan yang tidak memiliki penyakit kronis.

2. Kualitas hidup secara fisik dan psikologis pada lansia yang mengikuti

senam 70,6% dengan kategorik baik dan 29,4% dengan kategorik cukup.

Sedangkan untuk yang kategorik buruk tidak ada.

3. Kualitas hidup secara fisik yang mengikuti senam dengan berkategorik

baik dan rutin senam sebanyak 70,8% sedangkan kualitas hidup secara

fisik dengan kategorik cukup dan rutin senam hanya 20%. Dan hasil tes

chi square menunjukkan antara skor fisik dan status senam memiliki

korelasi atau hubungan.

4. Kualitas hidup secara psikologis berkategorik baik dan rutin senam

sebanyak 62,5% sedangkan kualitas hidup secara psikologis dengan

kategorik cukup dan rutin senam hanya 40%. Dan hasil tes chi square

menunjukkan antara skor psikologis dan status senam tidak memiliki

korelasi atau hubungan.

D. Saran

1. Bagi Puskesmas Medan Tuntungan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan senam bugar

sebagai salah satu pilihan olahraga yang tepat bagi lansia dalam rangka

menjaga kesehatan dan khususnya untuk meningkatkan kualitas hidup.

2. Bagi Praktek Kebidanan

Dari hasil penelitian ini diharapkan bidan dapat meningkatkan wawasan

dalam melaksanakan praktek wanita menopouse kearah yang lebih baik

lagi dengan cara memberikan pendidikan kesehatan dan penyuluhan

wanita menopause yang terkait dengan domain kualitas hidup.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi

bagi institusi pendidikan kebidanan agar dapat mengintegrasikan dalam

pembelajaran terkait dengan keempat domain yang mempengaruhi

kualitas hidup, dan dapat diaplikasikan dalam pendidikan kebidanan

khususnya bagi mata ajar kesehatan reproduksi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini telah dilakukan dengan metode cros sectional maka untuk

peneliti selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan

mengembangkan metode korelasi dan melakukan transformed score.

Untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini

perlu kajian lebih mendalam terhadap empat domain yang mempengaruhi

kualitas hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistika (BPS).2016.Angka Harapan Hidup Penduduk Beberapa Negara (tahun) 1995-2015.Desember.BPS.Jakarta.

_______.2017.Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (jiwa)

2015.Mei.BPS.Sumatera Utara.

Fe, Eci.2017.Buku Pintar Olahraga & Permainan Tradisional.LAKSANA.Jogjakarta. InfoDATIN Kemenkes RI.2013.Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia.

Semester I.Juli.Kementrian Kesehatan RI.Jakarta.

Irianto, Koes.2015.Kesehatan Reproduksi.Cetakan Pertama.ALFABETA.Bandung. Lilis, Lucky, dkk.2016. Kesehatan Olaharaga Sport Medicine.FPOK UPI.Bandung. Maryam, R. Siti dkk.2008.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Salemba

Medika.Jakarta Nasrullah, Dede.2016.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Jilid 1.Cetakan Pertama.

TIM.Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo.2012.Metode Penelitian Kesehatan.Edisi Revisi.Cetakan

Kedua.Rineka Cipta.Jakarta. Pamungkas,Mhd. Rizal dan Noortje A. K. 2016.Kiat-kiat Hidup Sehat.Cetakan

Pertama.Bajawa Press.Yogyakarta. Pangkahila, Wimpie.2017.Tetap Muda, Sehat, dan Berkualitas.Kompas Media.

Jakarta. Prasetyo,Yudik.2013.Keseadaran Masyarakat Berolahraga Untuk Peningkatan

Kesehatan Dan Pembangunan Nasional.Medikoravol XI. No.2 Oktober 2013:219-228.

Qomariyati, A. U.2013.Hubungan Kecemasan Dan Aktivitas Fisik Dengan Kehidupan

Seksual Pada Wanita Menopause Di Kelurahan Sajen Wilayah Kerja Puskesmas Trucuk I Kabupaten Klaten.http://ejournals1.undip.ac.id/index. php/jkm.pdf.2 April 2018 (23:44).

Saftarina, Fitria dan Fairuz R.2016.Hubungan Senam Lansia terhadap Kualitas

Hidup Lansia yang MenderitaHipertensi di Klinik HC UMMI Kedaton Bandar Lampung.Volume 1 Nomor 2 Oktober 2016.pdf.2 April 2018 (23:44).

Sari, Rini Astika dan Alma Yulianti.2017. Mindfullness Dengan Kualitas Hidup Pada

Lanjut Usia.Jurnal Psikologi, Volume 13 Nomor 1, Juni 2017. Setiawan, Gilbert W., etc.2013.Pengaruh Senam Bugar Lanjut Usia (Lansia)

Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi.Volume 1, Nomor 2, Juli 2013, hal. 760-764.Jurnal e-Biomedik.20 Mei 2018 (14:59).

Sugiono.2012.Statistika Untuk Penelitian.Cetakan ke-20.ALFABETA.Bandung. Widianti, A. T. dan Atikah P.2015.Senam Kesehatan.Cetakan Kedua.Nuha Medika. Jogyakarta. Widuri, Hesti.2010.Asuhan Keperawatan Pada Lanjut Usia di Tatanan Klien.Cetakan

I.Fitramaya.Yogyakarta. World Health Organization.2004.TheWorld Health Organization Quality of Life

(WHOQOL)-BREF.WHO.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

“Hubungan Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia Awal”

Setelah saya mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian, saya

bersedia menjadi responden tanpa unsur paksaan, sebagai bukti saya akan

menanda tangani surat persetujuan penelitian.

Medan,……………………………..2018

Hormat saya sebagai responden

(_________________________)

KUESIONER KARAKTERISTIK RESPONDEN

Judul : Hubungan Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia Awal di

Puskesmas

Medan Tuntungan

Peneliti : Winda Astuti Hulu

Kode Responden :

Kuesioner diisi langsung oleh responden atau dibantu oleh peneliti sebagai

pedoman wawancara dalam mengumpulkan data.

Tuliskan secara singkat atau berikan tanda (√) pada kotak yang sesuai dengan

pilihan anda.

Data Demografi

1. Nama :

2. Usia : tahun

3. Pekerjaan : bekerja, tidak bekerja

4. Pendapatan : punya, tidak punya

5. Status Pernikahan : menikah, tidak menikah/janda

6. Penyakit Kronis : ada, tidak ada

KUESIONER PENELITIAN

Hubungan Senam Dengan Kualitas Hidup Lansia Awal di Puskesmas Tuntungan

Pertanyaan berikut ini menyangkut perasaan anda terhadap kualitas

hidup, kesehatan dan hal-hal lain dalam hidup anda. Saya akan membacakan

setiap pertanyaan kepada anda, bersamaan dengan pilihan jawaban.

Pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai. Jika anda tidak yakin

tentang jawaban yang akan anda berikan terhadap pertanyaan yang diberikan,

pikiran pertama yang muncul pada benak anda seringkali merupakan jawaban

yang terbaik. Camkanlah dalam pikiran anda segala standar hidup, harapan,

kesenangan dan perhatian anda. Kami akan bertanya apa yang anda pikirkan

tentang kehidupan anda pada empat minggu terakhir.

Daftar Kuesioner :

Mohon untuk memberikan tanda (√) pada setiap pertanyaan yang anda pilih.

No Pertanyaan Sangat

buruk Buruk

Biasa

saja Baik Sangat baik

1

Bagaimana

menurut

anda

kualitas

hidup anda ?

1 2 3 4 5

Sangat tdk

memuaskan

Tdk

memuas

kan

Biasa

saja

Memuask

an

Sangat

memuaskan

2

Seberapa

puas anda

terhadap

kesehatan

anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan ini tentang seberapa sering anda mengalami hal-hal berikut :

Tidak sama

sekali sedikit

Dalam

jumlah

sedang

Sangat

sering

Dlm jumlah

berlebihan

3

Seberapa

jauh rasa

sakit fisik

untuk

mencegah

anda dalam

beraktivitas

sesuai

kebutuhan?

5 4 3 2 1

4

Seberapa

sering

membutuhka

n terapi

medis untuk

dpt berfungsi

dlm

kehidupan

sehari-hari?

5 4 3 2 1

5

Seberapa

jauh anda

menikmati

hidup?

1 2 3 4 5

6

Seberapa

jauh anda

merasa hidup

itu berarti ?

1 2 3 4 5

7

Seberapa

jauh anda

mampu

berkonsentra

1 2 3 4 5

si ?

Pertanyaan berikut ini adalah tentang seberapa penuh anda alami hal-hal berikut ini dalam 4 minggu terakhir

Tidak sama

sekali Sedikit Sedang Seringkali

Sepenuhnya

dialami

8

Apakah anda

memiliki

vitalitas yang

cukup untuk

beraktivitas

sehari-hari ?

1 2 3 4 5

9

Apakah anda

dapat

menerima

penampilan

tubuh ?

1 2 3 4 5

Sangat

buruk Buruk

Biasa

saja Baik Sangat baik

10

Seberapa

baik

kemampuan

anda dalam

bergaul ?

1 2 3 4 5

Sangat tdk

memuaska

n

Tdk

memuas

kan

Biasa

saja

Memuask

an

Sangat

memuaskan

11

Seberapa

puaskah

anda dengan

tidur anda?

1 2 3 4 5

12

Seberapa

puaskah

anda dengan

kemampuan

1 2 3 4 5

anda untuk

menampilkan

aktivitas

kehidupan

sehari-hari?

13

Seberapa

puas dengan

kemampuan

anda untuk

bekerja?

1 2 3 4 5

14

Seberapa

puaskah dgn

diri anda?

1 2 3 4 5

Pertanyaan berikut merujuk pada seberapa sering anda merasakan atau mengalami

hal-hal berikut dalam empat minggu terakhir

Tidak

pernah Jarang

Cukup

Sering

Sangat

sering Selalu

15

Seberapa

sering anda

memiliki

perasaan

kesepian,

putus asa,

cemas dan

depresi ?

5 4 3 2 1

LEMBAR CHEKLIST SENAM LANSIA

A. Nama Kegiatan Senam Lansia Ya Tidak

B. Pengertian Senam lansia adalah suatu bentuk latihan

fisik yangmemberikan pengaruh baik

terhadap tingkat kemampuanfisik manusia,

bila dilaksanakan dengan baik dan

benar,Senam lansia adalah senam yang

dilakukan oleh klienlanjut usia yang

melibatkan semua otot dan persendian.

C. Tujuan 1. Untuk menurunkan tekanan darah

2. Memperbaiki pasokan oksigen dan proses

metabolisme

3. Membangun kekuatan dan daya tahan

tubuh

4. Menurunkan lemak

5. Meningkatkan kondisi otot dan sendi.

D. Waktu Dilakukan 3kali selama 3 minggu dalam

waktu 30 menit

E. Prinsip senam

Lansia

1. Selalu memperhatikan tekanan darah

sebelum dan sesudah senam

2. Selalu mempertahankan keselamatan

3. Latihan dilakukan secara bertahap

4. Latihan dilakukan secara teratur

5. Membantu tubuh agar tetap bergerak atau

berfungsi

6. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh

7. Mengurangi atau menghambat proses

penuaan

F. Langkah-langkah - Menyiapkan alat dan bahan

1. LCD

2. Buku catatan

3. Mic

4. Speaker/pengeras suara

5. Lingkungan yang nyaman

1. Pemanasan langkah senam lansia

- Jalan di tempat dengan 3x4 hitungan :

Berdiri tegak, lengan di samping badan.

Jalan di tempat mulai dengan kaki kanan,

dengan ayunan lengan. Kemudian jalan di

tempat dengan kepala digerakkan ke depan,

tengok ke samping kanan, ke samping kiri,

ke depan dan kembali tegak. Jalan di tempat

dengan kepala di gerakkan ke depan,

dipatahkan samping kanan, samping kiri, ke

depan kembali tegak. Selanjutnya jalan di

tempat dengan kepala digerakkan ke bawah

dan ke atas

- Angkat lengan kanan melalui depan badan

ke samping telinga. Turunkan lengan kanan,

kembali ke posisi awal. Kemudian angkat

lengan kiri melalui depan badan ke samping

telinga kiri. Turunkan lengan kiri kembali ke

posisi awal. Ulangi gerakan dengan dua

lengan bersama-sama ke samping telinga

disertai pengambilan nafas dan pengeluaran

nafas ulangi gerakan sekali lagi, lakukan

gerakan tersebut sambil jalan kaki di tempat.

- Tekuk tangan kanan dan bawa ke samping

telinga kanan, tekuk tangan kiri dan bawa

menuju tangan kanan dengan melewati atas

kepala, lalu kaitkan kedua tangan tersebut

lakukan sambil jalan kaki di tempat. Ulangi

gerakan dengan menekuk tangan kiri dan

bawa ke samping telinga kiri dan

seterusnya.

- Rentangkan lengan kanan terlebih dahulu

lalu menyusul lengan kiri ke samping lurus,

lengan kanan ke depan dengan punggung

tangan menghadap luar lalu lengan kiri ke

depan dan kemudian berkait dengan jari-jari

tangan kanan, putarkan tangan yang terkait

ke dalam kemudian luruskan, ulangi gerakan

dengan menggunakan tangan kiri terlebih

dahulu.

2. Kegiatan Inti

- Langkah kaki kanan ke kanan di sertai

gerak siku kiri ke samping kiri setinggi bahu,

rapatkan kaki kiri ke kiri disertai gerakan siku

tarik dekat badan. Langkah kaki kanan ke

kanan disertai gerak lengan kiri lurus ke

atas. Rapatkan kaki kiri ke kiri dengan di

setai gerak tangan dirapatkan. Lakukan lagi

dengan arah sebaliknya dengan 4x

hitungan.

- Langkahkan kaki kanan serong ke kanan

dengan kedua lengan direntangkan,

pindahkan berat badan ke kaki belakang,

disertai gerak kedua lengan di silangkan ke

atas kepala. Langkahkan kaki kiri serong kiri

dengan kedua lengan direntangkan, kembali

ke hitungan 2 Lakukan lagi dengan arah

sebaliknya dengan 4x hitungan.

- Putar lengan kanan ke samping kanan,

dengan bersamaan langkah kaki kanan

dilanjutkan rapatkan kaki kiri ke kaki kanan,

kemudian sebaliknya. Putar kedua lengan

ke arah luar. Lakukan lagi dengan arah

sebaliknya dengan 4x hitungan.

- Lengan kanan direntangkan, angkat kaki

kanan yang ditekuk ke belakang badan lalu

sentuh kaki dengan tangan kiri, tahan posisi.

Lakukan lagi dengan arah sebaliknya

dengan 4x hitungan

- Tekuk kaki kiri membentuk sudut 900, di

ikuti dengan gerak lengan kanan harus di

samping telinga kiri. Lakukan lagi dengan

arah sebaliknya dengan 8x4 hitungan.

- Langkahkan kaki kanan ke depan, ke dua

tangan silang di depan dada. Langkahkan

kaki kiri dan rapatkan ke kaki kanan, tangan

tarik dekat badan dengan posisi tekuk siku,

selanjutnya langkahkan kaki kanan ke

samping kanan, di ikuti dengan lurus ke atas

di samping telinga. Kembali tegak. Lakukan

lagi dengan arah sebaliknya dengan 8x4

hitungan.

- Angkat kedua tangan sebahu lalu tangan

kanan membentuk seperti berhitung angka 2

dan tangan kiri membentuk seperti pistol

dan menghadap ke tangan kanan. Lakukan

lagi dengan arah sebaliknya dengan 8x2

hitungan.

- Angkat tangan setinggi bahu kedua tangan

menggengam telapak tangan menghadap ke

dalam lalu tangan kanan hanya ibu jari yang

keluar dan menghadap samping kanan lalu

tangan kiri hanya jari kelingking yang keluar

menghadap samping kanan. Lakukan lagi

dengan arah sebaliknya dengan 8x2

hitungan.

3. Pendinginan

- Kaki kiri silang di depan kaki kanan, lengan

lurus sejajar dengan bahu, tangan kiri posisi

hormat dan badan menghadap sisi kanan.

Lakukan lagi dengan arah sebaliknya

dengan hitungan 1-8.

- Kaki kiri maju ke depan di depan kaki

kanan, kedua lengan dengan posisi siku di

tekuk, angkat setinggi bahu dan telapak

tangan menghadap depan dengan ujung jari

menempel di pelipis dan menghadap ke

samping kanan. Lakukan lagi dengan arah

sebaliknya dengan hitungan 1-8.

- Tekuk kedua lengan mengarah ke depan

dada dan tidurkan lengan dan saling

berhadapan, angkat kedua lengan melalui

depan badan ke samping telinga dan balik

ke posisi tekuk kedua lengan. Lakukan lagi

dengan arah sebaliknya dengan hitungan 1-

8

- Luruskan lengan kiri ke depan dengan

mengepalkan ringan, ibu jari menghadap

atas, hitungan 2-8 membuat angka delapan

dengan posisi tidur, dimulai membuat

lingkaran sisi kiri ke atas, ke bawah, ke atas

dan kembali ke titik setinggi mata. Lakukan

lagi dengan arah sebaliknya sebanyak 3x.

- Tangan kanan pegang bahu kiri. Putar

dagu ke samping kanan menuju bahu, pijat

bahu kiri, kembali tegak. Lakukan lagi

dengan arah sebaliknya dengan hitungan 1-

8

- Tangan kanan menyentuh dada bagian

atas yang dekat dengan tenggorokan,

tangan kiri menyentuh pusar lalu pijat

dengan arah memutar. Lakukan lagi dengan

arah sebaliknya dengan hitungan 1-8

- Sentuh rahang sambil mulut terbuka lalu

pijat dengan gerakan memutar. Lakukan lagi

dengan arah sebaliknya dengan hitungan 1-

8

- Kaki dibuka sejajar bahu dan rentangkan

kedua tangan kanan menghadap kea rah

tubuh sedangkan telapak tangan kiri

menghadap luar tubuh lalu kaki kanan

sedikit ditekuk. Lakukan lagi dengan arah

sebaliknya dengan hitungan 1-8

- Angkat kedua lengan menuju keatas

sambil menghirup udara setelah itu turunkan

lengan sambil buang nafas. Lakukan lagi

dengan hitungan 1-8

LEMBAR OBSERVASI SENAM LANSIA

NAMA HARI

Ket 1 2 3 4 5 6 7 8 9

PERNYATAAN

HUBUNGANSENAMDENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA AWAL DI

PUSKESMASMEDANTUNTUNGAN TAHUN 2018

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oranglain,

kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar

pustaka.

Medan, Juni2018

Winda Astuti Hulu

P07524414052

Waktu Penelitian

No Jadwal Kegiatan

Bulan Pelaksanaan 2017-2018

Des Jan Apr Mei Jun

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Tahap Persiapan

Penelitian

a. Survei

b. Pengajuan

Judul

c. Pembuatan

Proposal

d. Penyusunan

instrument

e. Uji Coba

Instrument

f. Ujian Proposal

g. Perbaikan

Proposal

2 Pelaksanaan

a. Pengumpulan

Data

b. Analisis Data

c. Penyusunan

Laporan