Upload
others
View
6
Download
1
Embed Size (px)
SKRIPSI
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
DI POSYANDU MAWAR DESA KLEDOKAN
KEC. BENDO KAB. MAGETAN
Oleh :
AN AM NOFI NUR CAHYANTI
201302001
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2017
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
DI POSYANDU MAWAR DESA KLEDOKAN
KEC. BENDO KAB. MAGETAN
Diajukan Untuk Memenuhi
Salah Satu Persyaratan dalam Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
AN AM NOFI NUR CAHYANTI
201302001
PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2017
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirohim.
Puji syukur Alhamdulillah senantiasa ku panjatkan kepada Allah SWT
atas karunia-Nya yang begitu besar yang telah memberikan kemudahan,
kelancaran dan kekuatan yang luar biasa kepada saya. Semoga keberhasilan ini
menjadi satu langkah awal bagi saya untuk meraih cita-cita saya.
“Ada janji yang telah di tepati” ini adalah suatu kalimat yang selalu ada
didalam hati saya. Ada sebuah janji yang harus saya tepati kepada kedua orang tua
saya. Sewaktu awal kuliah Ibu bapak saya pernah berkata saya harus menjadi
perempuan yang kuat, jangan pernah malas belajar, tidak mudah menyerah, rajin,
nilai di dunia perkuliahan harus bagus, dan saya akan tunjukkan kepada Ibu saya
Lilik Harsiningsih saya bisa mandiri dan tidak akan pernah mengecewakan Bapak
saya Subagyo yang dengan sabar merawat kakak, saya dan adek saya.
Ku Persembahkan karya kecilku ini yang ku buat dengan sepenuh hati,
sekuat tenaga dan pikiranku ini untuk Ibu saya Lilik Harsiningsih yang telah
menjadi sosok Ibu yang terbaik bagi kehidupanku dari kecil hingga usia ku 23
tahun. Untuk Bapak Subagyo tercinta terima kasih yang telah selalu memberikan
dukungan, motivasi dan doa yang tiada hentinya. Saya yakin bahwa keberhasilan
yang saya raih ini tidak lepas dari doa-doa yang Bapak panjatkan disetiap
sujudnya. Ya Allah Ya Rahman terimakasih telah engkau beri aku tempat terindah
di dunia ini yakni Kau anugrahiku sosok malaikat dalam dunia nyataku.
Untuk Kakak ku Deni Radis Prasetyo dan Adik ku Annas Yoga
Pamungkas terima kasih telah memberikan dukungan dan bantuannya.
Untukmu penyemangatku Hariyanto, sebagai tanda cinta dan kasihku, aku
persembahkan karya kecil ini. Terimakasih atas kasih sayang, perhatian yang tiada
henti, serta kesabaranmu yang telah memberikanku semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Untuk ibu Eulis Liawati, S.kp., M.Kes dan bapak Priyoto, S.Kep,Ns.,
M.Kes terimakasih telah memberikan bimbingan dan masukan dalam penyusunan
vi
proposal dan skripsi dengan penuh sabar dan keletelatenan. Semoga Allah
memberikan balasan atas kebaikan yang telah diberikan.
Untuk semua dosen STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun terimakasih
yang telah mendidik dan membimbing selama ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang telah diajarkan.
Untuk teman-teman satu almamater dan seperjuanganku perjuangan kita
belum selesai sampai disini. Mari kita lanjutkan dengan membuktikan bahwa kita
mampu menjadi perawat yang profesional dan bisa diandalkan agar dapat
mengharumkan nama STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
vii
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : An am Nofi NurCahyanti
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 14 November 1993
Agama : Islam
Alamat : Ds. Metesih rt 03 rw 11 kec.jiwan madiun
No. Hp : 082233109734
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2013-Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
2010-2013 : SMK Bonaventura Madiun
2007-2010 : SMP 01 Takeran
2001-2007 : SD Metesih 01 Madiun
Riwayat Pekerjaan : -
ix
ABSTRAK
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN GANGGUAN TIDUR PADA LANSIA
DI POSYANDU MAWAR DESA KLEDOKAN KEC. BENDO
KAB. MAGETAN
AN AM NOFI NUR CAHYANTI
201302001
Depresi sangat mempengaruh gangguan tidur pada lansia. Hal ini ditandai
dengan aktifitas fisik, tingkat kecerdasan yang bervariasi, terjadi perubahan proses
fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan depresi dengan gangguan
tidur pada lansia di posyandu mawar desa kledokan kec. Bendo kab. Magetan.
Rancangan penelitian ini kolerasi dengan pendekatan Cross Sectional.
Populasinya sebanyak 56 responden, sampel yang diteliti sebanyak 49 responden
yang diperolah dengan rumus Slovin. Sampling yang digunakan adalah Random
Sampling. Variabel independen adalah depresi dan variabel dependen adalah
gangguan tidur pada lansia Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner
dan uji statistic sprearman rank dengan α=0,05.
Hasil penelitian diketahui bahwa lansia yang tidak mengalami depresi
sebanyak 20 responden (40,8%) dan diketahui bahwa lansia yang tidak
mengalami gangguan tidur sebanyak 21 responden (42,9%).
Hasil p value 0,000 ≤ 0,05, sehingga Ha diterima, arah hubungan dari r
hitung = 0.753 yaitu positif yang berarti semakin depresi semakin berat gangguan
tidur pada lansia. Keeratan hubungan dari 0,753 adalah sedang. Ada hubungan
depresi dengan gangguan tidur pada lansia di Posyandu Desa Kledokan Kec.
Bendo Kab. Magetan.
Di harapkan keluarga memberikan dukungan pada lansia untuk pencegahan
diri pada lansia agar tidak terjadi depresi berat sehingga akan menyebabkan
gangguan tidur dengan cara menyegarkan otak seperti olahraga pada pagi hari dan
lain sebagainya agar lansia lebih memaknai hidup agar tidak larut dalam pikiran
yang menimbulkan efek dari depresi.
Kata Kunci : Depresi, Gangguan tidur pada lansia
x
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN DEPRESSION WITH SLEEP PROBLEM AT
AGED IN MAWAR POSYANDU OF KLEDOKAN BENDO MAGETAN
AN AM NOFI NUR CAHYANTI
201302001
Depresion was very influence of sleep problem at aged. This matter was
marked with physical acitivity, mount intellegence which vary, happened change
of physiological process of body and also degradation of respon to excitement
from outside. Intention of this research is to know correlatipn of depression with
sleep problem at aged in Mawar posyandu of Kledokan Bendo Magetan.
This Device Research was correlation with approach of Cross Sectional.
Its Population counted 56 responder, accurate by sampel counted 49 responder
which got with formula of Slovin. Sampling the used is Random Sampling.
Independent Variable was variable and depression of dependen was sleep
problem at Data collecting aged used questionnaire statistic test of spearman
rank with = 0,05
Result of research known that lansia which [do] not experience of depresi
counted 20 responder ( 40,8%) and known that lansia which [do] not experience
of trouble sleep counted 21 responder ( 42,9%).
Result of value p 0,000 < 0,05, so that was ha accepted, correlation
direction of r count = 0.753 that is positive which mean progressively depresi
progressively trouble weight sleep at aged. Hand in glove of correlation from
0,753. There was correlation of depression with sleep problem at aged in
Posyandu Countryside of Kledokan Bendo Magetan.
In expecting family give support at aged for the prevention of aged in
order was not to happened heavy depresi so that will cause sleep problem by
refreshing brain like athletics at morning and others so that aged is more
meaning life in order was not to be dissolve in mind generating effect of
depression.
Keywords : Depression, Sleep problem at aged
xi
DAFTAR ISI
Sampul Depan ................................................................................................. i
Sampul Dalam .................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan ......................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................ iv
Lembar Persembahan ...................................................................................... v
Halaman Pernyataan ........................................................................................ vii
Daftar Riwayat Hidup ..................................................................................... viii
Abstrak ............................................................................................................ ix
Abstract ........................................................................................................... x
Daftar Isi .......................................................................................................... xi
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
Daftar Singkatan .............................................................................................. xvi
Daftar Istilah .................................................................................................... xvii
Kata Pengantar ................................................................................................. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Depresi .............................................................. 8
2.2 Konsep Gangguan tidur ............................................................ 16
2.3 Konsep Lansia .......................................................................... 22
2.4 Konsep Posyandu Lansia .......................................................... 31
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................... 36
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 37
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ...................................................................... 38
4.2 Populasi dan Sampel ................................................................ 38
xii
4.3 Teknik Sampling ..................................................................... 41
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ....................................................... 42
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .......................... 43
4.6 Instrumen Penelitian ................................................................. 45
4.7 Uji Validitas dan Reabilitas ...................................................... 45
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 46
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 46
4.10 Teknik Analisa Data ................................................................. 50
4.11 Etika Penelitian ......................................................................... 53
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................ 55
5.2 Karakteristik Responden ............................................................ 56
5.3 Pembahasan ................................................................................ 60
5.4 Keterbatasan Penelitian .............................................................. 66
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 67
6.2 Saran ........................................................................................... 67
Daftar Pustaka .................................................................................................. 69
Lampiran-lampiran ........................................................................................... 71
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Depresi dengan
Gangguan Tidur pada Lansia di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan ....................................... 44
Tabel 4.2 Interval Koefisien Korelasi Spearman Rank ........................... 53
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Usia .................. 56
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Jenis
Kelamin .................................................................................... 56
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
karekteristik pendidikan ........................................................... 57
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
karakteristik riwayat penyakit .................................................. 57
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
karakteristik tinggal dengan siapa ........................................... 58
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Depresi
Responden ............................................................................... 58
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Gangguan
Tidur Responden ...................................................................... 59
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Proporsi Depresi dan
Gangguan Tidur ....................................................................... 59
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halama
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Depresi dengan
Gangguan Tidur pada Lansia di Posyandu Mawar
Desa Kledokan Kec. Bendo Kab.Magetan .......................... 36
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Depresi
dengan Gangguan Tidurpada Lansia di Posyandu
Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab.Magetan .............. 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Lembar Pengesahan Judul .................................................. 71
Lampiran 2 Permohonan surat ijin pengambilan data awal ................... 72
Lampiran 3 Surat izin penelitian ............................................................ 73
Lampiran 4 Lembar Penjelasan Penelitian ............................................. 74
Lampiran 5 Informed Consent ............................................................... 75
Lampiran 6 Kuesioner Depresi ............................................................... 76
Lampiran 7 Kuesioner Gangguan Tidur ................................................. 78
Lampiran 8 Data Validasi ...................................................................... 80
Lampiran 9 Tabulasi Data ...................................................................... 83
Lampiran 10 Analisis Distribusi Frekuensi .............................................. 87
Lampiran 11 Hasil Uji Korelasi ............................................................... 89
Lampiran 12 Dokumentasi Penelitian ...................................................... 91
Lampiran 13 Surat Keterangan Selesai Penelitian ................................... 92
xvi
DAFTAR SINGKATAN
CT : Computerized Tomograpy
GDS : Geriatric Depression Scale
IMT : Indek Masa Tubuh
KMS : Kartu Menuju Sehat
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
MRI : Magnetic Resonance Imaging
PMT : Pemberian Makanan Tambahan
PSQI : Pittsburgh Sleep Quality Index
SPSS : Statistikal Product and Service Solutions
CS : Census Bureau
xvii
DAFTAR ISTILAH
Advanced old age : Lansia lanjut
Anonimaty : Tanpa nama
Biogenic amines : Komponen biologis otak aktif
Cerebrospina : Spinal Otak
Cingulate anterior : Bagian aktif dari otak saat depresi
Confidentiality : Kerahasiaan
Disengagement : Pelepasan
Early old : Lansia awal
Elderly : Lansia
Feedback : Umpan balik
Gray matter : Zona Abu -abu
Middle age : Usia pertengahan
Monoamine neurotransmitter : Zat pengantar kedalam otak
Mood : Suasana hati
Neuroingmaging : Imajinasi saraf
Norepinephrin : Hormon norepinephrin
Old : Tua
Uptake : Serapan
Very old : Sangat tua
Wear and tear : Pakai dan rusak
xviii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Depresi dengan Gangguan Tidur pada Lansia Di Posyandu
Mawar Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan”. Skripsi ini disusun sebagai salah
satu persyaratan dalam menyelesaikan tugas akhir Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam rangka kegiatan
penyusunan skripsi ini tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa
adanya bantuan dari pihak yang telah memberi banyak bimbingan, arahan, dan
motivasi kepada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Gito S.H selaku Kepala Desa Kledokan yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Posyandu Mawar Kledokan.
2. Zaenal Abidin, S.KM.,M.Kes selaku Ketua STIKES Bhakti Husada Mulia
Madiun yang telah memberikan izin untuk menyusun skripsi ini dengan baik.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di
Program Studi S1 Keperawatan.
4. Eulis Liawati, S.Kp.,M.Kes, selaku pembimbing I yang telah meluangka
banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penyelesaian skripsi ini.
xix
5. Priyoto, S.Kep,Ns.,M.Kes ,selaku pembimbing II yang dengan kesabaran dan
ketelitian dalam membimbing sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
6. Dony Nurliani, S.Kep.,Ns.,M.Kes, selaku dewan penguji yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan penilaian dan membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Kader-Kader Posyandu Mawar Kledokan yang telah membantu dalam
menyelesesaikan penelitian ini.
8. Keluarga tercinta yang telah memberikan doa, nasehat-nasehat dan semangat
yang tiada henti.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bantuan
dalam penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan atas budi baik serta ketulusan
yang telah mereka berikan selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini jauh dari
kesempatan sehingga diharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penelitian ini.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan kita semua.
Madiun, Agustus 2017
Penulis
AN AM NOFI NUR CAHYANTI
201302001
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Menurut Darmajo (2009) mengatakan bahwa “menua” (menjadi
tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas
(termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Menurut
(Nugroho, 2012) menyebutkan bahwa pengertian usia lanjut mereka telah
berusia 60 tahun atau lebih. Usia lanjut adalah seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun. Menjadi tua di tandai dengan adanya
kemunduran biologis yang terdiri sebagai kemunduran yang terjadi adalah
kemampuan-kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi
terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide
baru. Kemunduran lain yang dialami adalah kemunduran fisik antara lain
kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai
ompong, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan
menjadi lamban, dan kurang lincah, serta menjadi penimbun lemak
terutama di perut dan pinggul (Maryam, et.,al,2012). Seiring perubahan
usia tanpa disadari juga pada orang lanjut usia akan mengalami perubahan-
perubahan fisik, psikososial, dan spiritual. Salah satu perubahan tersebut
adalah perubahan kualitas tidur dan depresi.
2
Depresi merupakan perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis,
yang berhubungan dengan suatu penderitaan. Keadaan ini dapat berupa
serangan yang ditunjukkan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang
mendalam. Depresi adalah penyakit atau gangguan mental yang sering
dijumpai (Nugroho, 2008)
Penyakit ini menyerang siapa saja tanpa memandang usia, ras atau
golongan, maupun jenis kelamin. Namun dalam kenyataannya depresi
lebih banyak mengenai perempuan dari pada laki-laki dengan rasio 1:2
(Nugroho, 2008).
Orang yang berusia lebih dari 60 tahun sering menyampaikan
keluhan gangguan tidur, terutama masalah kurang tidur (Aziz, 2008).
Istirahat merupakan keadaan relaks tanpa adanya tekanan emosional,
bukan hanya dalam keadaan tidak beraktivitas tetapi juga kondisi yang
membutuhkan ketenangan. Kata istirahat berarti berhenti sebentar untuk
melepas lelah, bersantai untuk menyegarkan diri atau melepaskan diri dari
segala hal yang membosankan, menyulitkan bahkan menjengkelkan
(Hidayat, 2008).
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar dimana persepsi dan
reaksi individu terhadap lingkungan menurun atau hilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup. Tidur
ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi,
terjadi perubahan proses fisiologis tubuh serta penurunan respon terhadap
rangsangan dari luar. Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut
3
cukup tinggi. Salah satu dari gangguan tidur adalah insomnia. Insomnia
merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan pada lansia.
Dalam melakukan perawatan terhadap lansia, setiap anggota keluarga
memiliki peranan yang sangat penting (Asmadi, 2008).
Depresi merupakan masalah mental yang paling banyak ditemui
pada banyak lansia. Prevelensi depresi pada lansia di dunia (WHO) 2011
sekitar 8-15%. Hasil survey dari berbagai negara di dunia diperoleh
prevalensi rata-rata depresi pada lansia adalah 13,5% dengan perbandingan
pria dan wanita sebesar 14, 1-8, 5. Sementara prevalensi pada lansia yang
menjalani perawatan di Rumah Sakit dan panti perawatan sebesar 30-45%.
Karena pengenalan masalah mental sejak dini merupakan hal yang
penting, sehingga beberapa gangguan masalah mental pada lansia dapat
dicegah (Evy, 2008).
Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa
melaporkan gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur
yang serius. Prevelensi gangguan tidur pada lansia tergolong tinggi yaitu
sekitar 67% (Soud et al, 2014). Sebuah artikel menyatakan riset
internasional yang telah dilakukan US Census Bureau, Internasional Data
Base tahun 2004 terhadap penduduk Indonesia menyatakan bahwa dari
238,452 juta jiwa penduduk Indonesia, sebanyak 28,035 juta jiwa (11,7%)
terjangkit insomnia. Angka ini membuat insomnia sebagai salah satu
gangguan paling banyak dikeluhkan masyarakat Indonesia. Di Indonesia
sendiri diperkirakan 11,7% penduduknya mengalami insomnia (Agung,
4
2011). Di Jatim 45% dari jumlah lansia juga dilaporkan mengalami
gangguan tidur di malam hari (Dinkes, 2008).
Permasalahan yang terjadi pada lansia secara individu, pengaruh
proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,
biologis, mental maupun sosial ekonomis. Semakin lanjut usia, mereka
akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik, yang
dapat menyebabkan penurunan peran sosial. Hal ini mengakibatkan pula
timbulnya gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidup sehingga
dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain
karena kondisinya, lanjut usia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas
perumahan yang khusus. Lanjut usia tidak saja ditandai dengan
kemunduran fisik, tetapi dapat pula mengalami pengaruh kondisi mental.
Penyakit pada lanjut usia cenderung ke arah penyakit degeneratif.
Penyakit jantung iskemik, serebrovaskuler atau penyakit pembuluh darah
otak, merupakan penyebab kematian urutan pertama, selain penyakit
neoplasma dan saluran pernafasan (Hermayudi, 2012).
Permasalahan terhadap lansia sangat memerlukan penanganan yang
lebih lanjut, terutama pada masalah depresi terhadap lansia. Karena
dampak yang ditimbulkan akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia.
Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan memberikan terapi terhadap
lansia, antara lain terapi agama, terapi kreativitas, bercocok tanam,
ataupun kegiatan lainnya yang bermanfaat bagi lansia. Konsep kegiatan-
5
kegiatan tersebut harus membuat lansia tidak menyendiri dan tetap
beraktivitas secara aktif di usia senja (Darmojo, 2009).
Berdasarkan study pendahuluan yang dilakukan peneliti pada lansia
di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan pada 17
April 2017 diperoleh data bahwa lansia yang yang hadir ke Posyandu
Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan tersebut sebanyak 15
orang, Usia 60-74 tahun. Bahwa lansia yang mengalami depresi sebanyak
7 orang, kualitas tidur sebanyak 5 orang dan tidak ada gangguan sebanyak
3 orang. Hal ini disebabkan karena faktor usia yang semakin bertambah
dan menurunnya fungsi fisik.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin
mengangkat masalah tentang hubungan depresi dengan kualitas tidur pada
lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan,
karena masalah tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat
menimbulkan berbagai masalah terhadap lansia. Di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan memandang perlunya adanya
penelitian tentang masalah tersebut karena berpotensi mengganggu
kualitas tidur lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas penulis merumuskan masalah penelitian
yaitu “Adakah Hubungan Depresi dengan Gangguan Tidur pada Lansia di
Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan?
6
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasikan hubungan depresi dengan gangguan tidur
pada lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab.
Magetan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi depresi pada lansia di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan.
2. Mengidentifikasi gangguan tidur pada lansia di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan.
3. Menganalisa hubungan depresi dengan gangguan tidur pada lansia di
Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dalam bidang
keperawatan jiwa dan gerontik berhubungan dengan depresi dan gangguan
tidur pada lansia. Serta dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Lahan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi masukan pada pelayanan
kesehatan seperti di posyandu atau panti jompo supaya dapat lebih
mengantisipasi faktor-faktor yang dapat menimbulkan depresi pada
lansia, dan dapat mengatasi masalah yang dialami secara bersama-
7
sama untuk dapat mengurangi tingkat depresi sehingga dapat
mengurangi gangguan tidur pada lansia.
2. Bagi Lanjut Usia Di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo
Kab. Magetan.
Dari hasil penelitian ini diharapkan lansia memperoleh edukasi
dan informasi mengenai pentingnya kualitas tidur dan dapat
memelihara pola tidur yang baik.
3. Bagi Instansi Pendidikan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan tambahan
referensi bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sehingga
pemahaman mahasiswa khususnya tentang lansia akan semakin
banyak.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Depresi
2.1.1 Definisi Depresi
Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri
(Kaplan, 2010).
Menurut Kaplan, depresi merupakan salah satu gangguan Mood
yang ditandai oleh hilangnya perasaan kendali dan pengalaman subjektif
adanya penderitaan berat. Mood adalah keadaan emosional internal yang
meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu ekspresi dari isi emosional
saat itu (Kaplan, 2010).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa depresi
adalah keadaan emosional individu dengan perasaan sedih, putus asa,
selalu merasa bersalah, dan tidak ada harapan lagi secara berlebihan tanpa
ada bukti-bukti yang rasional.
2.1.2 Gejala-Gejala Depresi
Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang
secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Gejala-gejala depresi
ini bisa kita lihat dari segi, yaitu dari segi fisik, psikis, dan sosial (Kaplan,
2010).
9
a. Gejala Fisik
1) Gangguan pola tidur.
2) Menurunnya tingkat aktifitas.
3) Menurunnya efisiensi kerja.
4) Menurunnya produktivitas kerja.
5) Mudah merasa letih dan sakit.
b. Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri.
2) Sensitif.
3) Merasa diri tidak berguna.
4) Perasaan bersalah.
5) Perasaan terbebani.
c. Gejala Sosial
Lingkungan akan bereaksi terhadap perilaku orang yang
depresi tersebut pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung,
menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang
terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja,
atasan, atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik,
namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas,
jika berada diantara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk
bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan
lingkungan sekalipun ada kesempatan.
10
Seseorang dengan mood yang terdepresi (yaitu depresi)
merasakan hilangnya energi-energi dan minat, perasaan bersalah,
kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran tentang
kematian atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain dari gangguan mood
adalah perubahan tingkat aktivitas, kemampuan kognotif, pembicaraan
dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas seksual, dan
irama biologis lainnya). Perubahan tersebut hampir selalu
menyebabkan fungsi interpersonal, sosial, dan pekerjaan.
Gejala depresi juga dapat ditinjau dari segi afektif dan sikap
individu. Aspek afektif ini meliputi kemarahan, ansietas, apatis,
penyangkalan perasaan, rasa bersalah, ketidakberdayaan,
keputusasaan, kesepian, harga diri rendah, kesedihan, dan rasa tidak
berharga (Azizah, 2011). Gejala-gejala depresi pada lansia diukur
menurut tingkatan sesuai dengan gejala yang termanifestasi. Jika
dicurigai terjadi depresi, pengkajian dengan alat yang terstandarisasi
dan dapat dipercaya harus dilakukan (Azizah, 2011).
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat depresi adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini
diperkenalkan oleh Yesavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama
pada lanjut usia. Keunggulan alat ukur ini yaitu tidak memerlukan
keterampilan khusus dari pengguna dan mudah digunakan. Instrumen
GDS memiliki sensitivitas 84% dan specificity 95%. Tes reliabilitas
alat ini yaitu 0,85 (Burs, 1999, dalam Azizah, 11).
11
Alat ukur Geriatric Depression Scale (GDS) terdiri dari 15
poin pertanyaan yang dibuat sebagai alat penapisan depresi pada
lansia. GDS menggunakan format laporan sederhana yang diisi sendiri
dengan menjawab “YA atau “TIDAK” pada setiap pertanyaan.
Pengisian GDS membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit. Skor 0-4
menunjukkan tidak depresi, nilai 5-9 menunjukkan depresi, skor 10-13
menunjukkan depresi sedang, skor 14-15 menunjukkan depresi berat
(Azizah, 2011).
2.1.3 Etiologi Depresi
1. Faktor biologis
Banyak penelitian menjelaskan adanya abnormalitas biologis
pada pasien-pasien dengan gangguan mood. Pada penelitian akhir-
akhir ini, monoamine neurotransmitter seperti norephinefrin,
dopamin, serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang
menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).
2. Biogenic amines
Norephinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter
yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood.
a. Norephinefrin
Hubungan norephinefrin dengan gangguan depresi
berdasarkan penelitian dikatakan bahwa penurunan regulasi atau
penurunan sensitivitas dari reseptor α2 adrenergik dan penurunan
12
respon terhadap anti depressan berperan dalam terjadinya
gangguan depresi (Kaplan, et al, 2010).
b. Serotonin
Penurunan jumlah dari serotonin dapat mencetuskan
terjadinya gangguan depresi, dan beberapa pasien dengan
percobaan bunuh diri atau mengakhiri hidupnya mempunyai kadar
cair cerebrospinal yang mengandung kadar serotonin yang rendah
dan konsentrasi rendah dari uptake serotonin platelet (Kaplan, et al,
2010).
Penggunaan obat-obatan yang bersifat serotonergik pada
pengobatan depresi dan efektivitas dari obat-obatan tersebut
menunjukkan bahwa adanya suatu teori yang berkaitan antara
gangguan depresi dengan kadar serotonin (Rottenberg, 2010).
3. Gangguan neurotransmitter lainnya
Ach ditemukan pada neuron-neuron yang terdistribusi secara
menyebar pada korteks cerebrum. Pada neuron-neuron yang bersifat
kolinergik terdapat hubungan yang interaktif terhadap semua sistem
yang mengatur monoamine neurotransmitter. Kadar choline yang
abnormal yang dimana merupakan prekursor untuk pembentukan Ach
ditemukan abnormal pada pasien-pasien yang menderita gangguan
depresi (Kaplan, et al, 2010).
13
4. Faktor neuroendokrin
Hormon telah lama diperkirakan mempunyai peranan penting
dalam gangguan mood, terutama gangguan depresi. Gangguan
neuroendokrin meregulasi hormon-hormon penting yang berperan
dalam gangguan mood, yang akan mempengaruhi fungsi dasar, seperti
: gangguan tidur, makan, seksual, dan ketidakmampuan dalam
mengungkapkan perasaan senang. 3 komponen penting dalam sistem
neuroendokrin yaitu : hipotalamus, kelenjar pituitari, dan korteks
adrenal yang bekerja sama dalam feedback biologis yang secara penuh
berkoneksi dengan sistem limbik dan korteks serebral (Kaplan, et al,
2010).
5. Abnormalitas otak
Studi neuroimaging, menggunakan computerized tomograpy
(CT) scan, positron-emission tomograpy (PET), dan magnetic
resonance imaging (MRI) telah menemukan abnormalitas pada 4 area
otak pada individu dengan gangguan mood. Area-area tersebut adalah
korteks prefrontal, hippocampus, korteks cingulate anterior, dan
amygdala. Adanya reduksi dari aktifitas metabolik dan reduksi volume
dari gray matter pada korteks prefrontal, secara partikular pada bagian
kiri, ditemukan pada individu dengan depresi berat atau gangguan
bipolar (kaplan, et al, 2010).
14
2.1.4 Resiko Depresi
Resiko-resiko yang dapat ditimbulkan oleh depresi menurut Lubis
(2009) adalah sebagai berikut :
1) Bunuh diri, Depresi yang tidak ditangani dapat meningkatkan resiko
percobaan bunuh diri. Sangat sering bagi individu yang mengalami
depresi memiliki pikiran bunuh diri. Perasaan kesepian dan
ketidakberdayaan adalah faktor yang sangat besar bagi seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Lansia merupakan populasi yang paling
sering kesepian. Orang yang menderita depresi kadang-kadang merasa
putus asa sehingga mereka benar-benar mempertimbangkan
membunuh diri sendiri.
2) Gangguan tidur (Insomnia dan Hipersomnia), siapa saja pernah
mengalami susah tidur dari waktu ke waktu, tetapi penderita depresi
umumnya juga mengalami kondisi susah tidur. Gangguan tidur dan
depresi cenderung muncul bersamaan. Kesulitan tidur dianggap
sebagai gejala gangguan mood, setidaknya 80% dari penderita depresi
mengalami gangguan insomnia, atau kesulitan tidur. Hipersomnia
adalah perasaan tanda untuk gangguan bipolar atau manik depresi.
3) Gangguan dalam hubungan, sebagai akibat dari depresi, seseorang
cenderung mudah tersinggung, sedih sehingga lebih banyak
menjauhkan diri dari orang lain, hal ini menyebabkan hubungan
dengan orang lain menjadi kurang baik.
15
4) Gangguan dalam pekerjaan, pengaruh depresi sangat terasa dalam
kehidupan pekerjaan seseorang. Depresi meningkatkan kemungkinan
untuk kehilangan pekerjaan dan pendapatan lebih rendah, hal ini
dikarenakan akibat performa dan masalah hubungan di tempat kerja.
5) Gangguan pola makan, pada orang yang menderita depresi terdapat
dua kecenderungan umum mengenai pola makan yang secara nyata
mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan dan keinginan
makan-makanan yang manis bertambah. Beberapa gangguan pola
makan yang diakibatkan oleh depresi adalah bulimia nervosa,
anoreksia nervosa, dan obesitas.
6) Perilaku-perilaku yang merusak yang disebabkan oleh depresi adalah :
a. Agresivitas dan kekerasan pada individu yang terkena depresi
perilaku yang ditimbulkan bukan hanya berbentuk kesedihan,
namun bisa juga dalam bentuk mudah tersinggung dan agresif.
Perilaku agresif lebih cenderung ditunjukkan oleh individu pria
yang mengalami depresi. Hal ini karena pengaruh hormon. Jika
pada wanita hormon yang berpengaruh adalah hormon eksterogen
dan progesteron yang dapat mempengaruhi perilaku, sedangkan
tostesteron mempengaruhi perilaku pria.
b. Penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, diketahui bahwa
penggunaan alkohol dan obat-obatan terlarang pada remaja selain
karena pengaruh teman, kelompok, motivasi dari diri individu
untuk menggunakan alkohol dan obat-obatan terlarang dapat
16
disebabkan oleh keadaan depresi sebagai cara untuk mencari
pelepasan sementara keadaan yang tidak menyenangkan diri.
c. Perilaku merokok, penelitian merupakan bahwa ada hubungan
antara emosi negatif yang ditimbulkan oleh depresi dengan
frekuensi merokok. Seseorang yang mengalami depresi merokok
lebih banyak dari biasanya. Telah diketahui bahwa beberapa zat
kimia dari rokok dapat meredakan strees untuk sementara waktu,
sehingga merokok bagi beberapa orang dianggap dapt
menanggulangi stres.
2.2 Konsep Gangguan Tidur
2.2.1 Definisi Gangguan Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan bawah sadar, seseorang masih
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan
rangsang lainnya. Tidur adalah status perubahan kesadaran ketika persepsi
dan reaksi individu terhadap lingkungan menurun. Tidur
dikarakteristikkan dengan aktivitas fisik yang minimal, tingkat kesadaran
yang bervariasi, perubahan proses fisiologi tubuh dan penurunan respon
terhadap stimulus eksternal. Hal tersebut didasarkan pada keyakinan
bahwa tidur dapat memulihkan atau mengistirahatkan fisik setelah
seharian beraktivitas, mengurangi stres dan kecemasan, serta dapat
meningkatkan kemampuan dan konsentrasi saat melakukan aktivitas
sehari-hari (Hidayat, 2008).
17
Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan
dengan adanya gangguan dalam jumlah, kualitas, atau waktu tidur pada
seorang individu (Hidayat, 2008). Gangguan tidur dapat dialami oleh
semua lapisan masayarakat baik kaya maupun miskin, berpendidikan
tinggi atau rendah, maupun orang muda serta yang paling sering
ditemukan pada orang usia lanjut. Pada orang normal gangguan tidur yang
berkepanjangan akan mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus
tidur biologikanya, daya tahan tubuh menurun, mudah tersinggung dan
depresi, dan akhirnya akan mengakibatkan pengaruh keselamatan bagi diri
sendiri atau orang lan.
2.2.2 Definisi Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga
seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah
terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman sekitar mata, kelopak
mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,
sakit kepala, dan sering mengantuk (Hidayat, 2008).
2.2.3 Kebutuhan Tidur pada Lansia
Kebutuhan tidur setiap orang berbeda-beda, usia lanjut
membutuhkan waktu tidur 6-7 jam perhari (Hidayat, 2008). Walaupun
mereka menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, tetapi usia
lanjut sering mengeluh terbangun pada malam hari, memiliki waktu tidur
kurang total, mengambil lebih lama tidur, dan mengambil tidur siang lebih
banyak (Kryger et al, 2004). Kecenderungan tidur siang meningkat secara
18
progesi dengan bertambahnya usia. Peningkatan waktu siang hari yang
dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun pada malam
hari yang dipakai untuk tidur dapat terjadi karena seringnya terbangun
pada malam hari. Dibandingkan dengan jumlah waktu yang dihabiskan
ditempat tidur menurun sejam atau lebih (Perry&Potter, 2008).
Jumlah jam tidur total yang normal berkisar 5-9 jam pada 90%
orang dewasa. Pada usia lanjut efisiensi tidur berkurang, dengan waktu
yang lebih lama di tempat tidur. Menurut Darmajo (2009), seiring
bertambahnya usia, terdapat penurunan periode tidur. Seorang usia lanjut
membutuhkan waktu lebih lama untuk masuk tidur (berbaring lama di
tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih sedikit waktu tidur
nyenyaknya.
2.2.4 Tahapan Tidur
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4
stadium, lalu diikuti oleh fase REM. Tidur NREM merupakan sekitar 75
sampai 80 persen dari total waktu yang dihabiskan dalam tidur dan tidur
REM merupakan sisa 20 sampai 25 persen. Panjang rata-rata siklus
NREM-REM pertama adalah 70-100 menit. Siklus kedua, dan kemudian,
yang lebih tahan lama sekitar 90 sampai 120 menit. Keadaan tidur normal
antara fase NREM dan REM terjadi secara bergantian antara 4-7 kali
siklus semalam.
19
2.2.5 Fase Tidur
Menurut Asmadi (2008), fase tidur dibagi menjadi :
1. Tidur REM
Merupakan tidur dalam kondisi aktif yang berarti bahwa tidur REM
sifatnya nyenyak sekali, namun fisiknya yaitu gerakan kedua bola mata
sangat aktif. Tidur REM ditandai dengan mimpi, otot-otot kendor,
tekanan darah meningkat, gerakan mata cepat (mata cenderung
bergerak bolak-balik) dan pernafasan sering tidak teratur. Gejala
seseorang yang mengalami kehilangan fase tidur REM, yaitu :
a) Cenderung hiperaktif
b) Emosinya labil
c) Nafsu makan bertambah
d) Bingung dan curiga
2. Tidur NREM
Merupakan tidur yang nyaman dan dalam dengan gelombang otak yang
lebih lambat dibanding pada orang yang sadar atau tidak tidur. Tanda-
tanda pada tidur NREM yaitu mimpi berkurang, tekanan darah
menurun, kecepatan pernafasan dan metabolisme tubuh menurun, dan
gerakan bola mata melambat. Jika seseorang tidak mengalami fase tidur
NREM, maka akan muncul gejala :
a) Menarik diri, apatis, dan respon tubuh mengalami penurunan
b) Merasa kurang enak badan
c) Ekspresi wajah layu
20
d) Malas berbicara
e) Merasakan kantuk berlebihan
2.2.6 Fisiologi Tidur
Fisiologis tidur adalah suatu mekanisme kegiatan yang diakibatkan
karena adanya mekanisme serebral yang aktif secara bergantian dan
menekan saraf pusat otak agar memberi perintah pada tubuh untuk bangun
dan tidur. Pusat pengaturan aktifitas kewaspadaan dan tidur terletak dalam
mesensefalon dan bagian atas pons (Aspiani, 2014). Ada beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia seperti status
kesehatan, lingkungan, gaya hidup, strees emosi, diet dan obat-obatan &
alkohol.
Tidur adalah irama biologis yang kompleks (Kozier, 2008). Tidur
ditandai dengan aktifitas fisik yang minimal, perubahan proses fisiologis
tubuh dan penurunan respon terhadap rangsangan eksternal (Kozier,
2008).
Fluktuasi dan perkiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah,
sekresi hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada
pemeliharaan siklus sirkadian 24 jam. Irma sirkadian dipengaruhi oleh
cahaya dan suhu. Selain faktor eksternal seperti aktifitas sosial dan
rutinitas pekerjaan. Perubahan dalam suhu tubuh juga berhubungan dengan
pola tidur individu, termasuk lansia (Saryono & Widianti, 2010). Individu
akan bangun ketika mencapai suhu tubuh tertinggi dan akan tertidur ketika
mencapai suhu tubuh terendah (Kozier, 2008).
21
2.2.7 Gangguan Tidur pada Lansia
Gangguan tidur menurut Pottter dan Perry (2006) adalah :
2.2.7.1 Insomnia
Gejala yang dialami oleh pasien yang mengalami kesulitan kronis untuk
tidur, sering terbangun dari tidur dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif.
2.2.7.2 Apnea Tidur
Gangguan yang dicirikan dengan kekurangan aliran udara melalui hidung
dan mulut selama periode 10 detik atau lebih pada saat tidur.
2.2.7.3 Narkolepsi
Disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan bangun dan tidur.
2.2.7.4 Deprivasi Tidur
Masalah yang dihadapi banyak klien sebagai akibat insomnia.
Penyebabnya dapat mencangkup penyakit (misalnya demam, sulit bernafas
atau nyeri). Stress emosional, obat-obatan, gangguan lingkungan (misalnya
asuhan keperawatan yang sering dilakukan) dan keanekaragaman waktu
tidur yang terkait dengan waktu kerja).
2.2.7.5 Parasomnia
Masalah yang lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa.
Sindrom kematian bayi mendadak dihipotesis berkaitan dengan apnea,
hipoksia dan aritmia jantung yang disebabkan oleh abnormalitas dalam
sistem otonom yang dimanifestasikan selama tidur.
22
2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tidur
Menurut Potter dan Petry (2009), mengemukakan ada 4 faktor yang
mempengaruhi tidur yaitu :
1. Faktor fisiologis
Tidur adalah proses fisiologis yang bersiklus dan bergantian dengan
periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur dan terjaga
mempengaruhi dan mengatur fungsi isiologis dan respon perilaku.
2. Faktor psikologis
kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu
tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan
seringkali mengarah rustasi apabila tidak tidur. Faktor psikologis juga
memegang peranan utama terhadap kecenderungan insomnia.
3. Faktor lingkungan
Seseorang yang memerlukan lingkungan tidur yang nyaman dan
ventilasi yang baik.
2.3 Konsep Lansia
2.3.1 Definisi Lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa seseorang yang telah
mencapai usia lebih dari 60 tahun.(Maryam dkk,2008 dalam
Yanuarso,2016). Seseorang dikatakan lansia baik wanita maupun pria
apabila sudah berusia 60 tahun keatas. (Kushariyadi, 2010). Menurut
23
Depkes RI (2010) lansia adalah seseorang yang telah berusia 55 tahun
keatas.
Dari berbagai pernyataan diatas dapat disimpulkan pengertian
lansia adalah seseorang baik wanita maupun pria yang berusia kira-kira
60tahun keatas.
2.3.2 Batasan Batasan Lanjut Usia
Menurut Kushariyadi (2010) usia yang dijadikan patokan untuk
lansia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Batasan usia
lanjut adalah sebagai berikut :
1. Usia pertengahan (middle age) 45- tahun,
2. Lanjut usia (elderly)60-74 tahun,
3. Lanjut usia tua (old)75-90 tahun,
4. Usia sangat tua (very old)>90 tahun.
Menurut Hurlock dalam (Kushariyadi,2010 dalam Yanuarso,2016),
perbedaan lanjut usia ada dua tahap :
a) Early old age(usia 60-70 tahun),
b) Advanced old age(usia >70 tahun).
2.3.3 Teori-teori Proses Menua
Menurut (Stanley 2006 dalam Yanuarso,2016), teori-teori proses
menua terdiri dari :
24
1. Teori Biologis
a. Theory Genetic clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic
untuk spesies-spesies tertentu. Tiap spesies mempunyai didalam
inti selnya suatu jam genetic yang telah diputar menurut suatu
replikasi tertentu. Jam ini akan menghitung mitosis dan
menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi menurut konsep
ini bila jam kita itu berhenti akan meninggal dunia,meskipun
tanpa disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit
akhir.(Darmajo, 2004)
b. Theory Wear and Tear
Teori Wear and Tear (dipakai dan rusak)mengusulkan
bahwa akumulasi sampah metabolic atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi organ
tubuh. Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radial bebas mengakibatkan oksidasi O2 bahan-bahan
organic seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi. (Maryam, 2008)
c. Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor didalam lingkungan
(misalnya karsinogen dari industry, cahaya matahari, trauma dan
infeksi) dapat membawa perubahan dalam proyses penuaan.
Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat proses
25
penuaan, dampak dari lingkungan lebih merupakan dampak
sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan.
d. Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam
sistemimun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang
bertambah tua,pertahanan mereka terhadap organisme asing
mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk
menderita penyakit. Seiring dengan kekurangan fungsi system
imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh.
e. Teori Neuroendokrin
Penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan
dalam sekresi hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak
pada reaksi yang diatur oleh system saraf. Hal ini lebih jelas
ditunjukkan dalam kelenjar hopofisis, tiroid, adrenal, dan
reproduksi. Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan
secara universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang
diperlukan untuk menerima, memproses dan bereaksi terhadap
perintah (Stanley, 2006). Seluruh reflek volunteer menjadi lebih
lambat sehingga kemampuan lanjut usia untuk berespon terhadap
stimulasi akan berkurang.
26
2. Teori Psikososiologis
Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilku yang menyertai peningkatan usia. Teori psikososiologis terdiri
dari :
a. Teori Kepribadian
Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan
psikologis separuh kehidupan manusia berikutnya digambarkan
dengan memiliki tujuannya sendiri, yaitu untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan
dirinya sendiri.
b. Teori Tugas Perkembangan
Hasil penelitian Erickson tugas perkembangan adalah aktifitas
dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-
tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang
sukses. Tugas utama lanjut usia adalah mampu melihat kehidupan
seseorang sebagai kehidupan yang harus dijalani dengan
integritas.
c. Teori Disengagement
Teori Disengagement (teori pemutus hubungan) menggambarkan
proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat
dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh. Lanjut usia dikatakan bahagia apabila
27
kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda.
d. Teori Aktivitas
Penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Gagasan
pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan
pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lai. Kesempatan
untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi kehidupan
seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lanjut usia.
e. Teori kontinuitas
Teori kontiunitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembanga,
merupakan suatu kelanjutan dari kedua teori sebelumnya dan
mencoba untuk menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan
untuk tetap aktif atau memisahkan diri agar mencapai
kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan diusia tua. Teori ini
menekan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana
seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan
akibat menua. Ciri kepribadian dasar dikatakan tetap tidak
berubah walaupun usianya telah lanjut.
28
2.3.4 Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
1. Perubahan fisik
a. Kardiovaskuler: kemampuan memompa darah menurun,
elastisitsas pembuluh darah menurun, dan meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
b. Respirasi: elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat
sehingga menarik napas lebih berat, dan terjadi penyempitan
bronkus.
c. Muskuloskeletal: cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh
(osteoporosis), bungkuk (kifosis), persendian membesar dan
menjadi kaku.
d. Gastrointestinal: esophagus membesar, asam lambung menurun,
lapar menurun dan peristaltik menurun.
e. Persyarafan: saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya
menurun serta lambat dalam merespon.
f. Vesika urinaria: otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan
retensi urin.
g. Kulit: keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Elastisitas
menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih dan kelenjar
keringat menurun (Nugroho, 2008).
29
2. Perubahan sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya
fungsi indera pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan sebagainya
menyebabkan gangguan fungsional, misalnya badannya membungkuk,
pendengaran sangat berkurang, pengelihatan kabur sehingga sering
menimbulkan keterasingan. Keterasingan ini akan menyebabkan
lansia semakin depresi, lansia akan menolak untuk berkomunikasi
dengan orang lain (Darmajo, 2009).
3. Perubahan psikologis
Pada lansia pada umumnya juga akan mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses
belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain
sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia semakin lambat.
Sementara fungsi kognitif meliputi hal-hal yang berhubungan dengan
dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi menurun,
yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Nugroho, 2008).
2.3.5 Klasifikasi Lansia
Klasifikasi lansia dibagi menjadi lima yaitu pralansia, lansia, lansia
resiko tinggi, lansia potensial, lansia potensial. Pralansia (prasenelis)
adalah seseorang yang berusia antara 45−59 tahun. Lansia yaitu seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih untuk Lansia Resiko tinggi yaitu
seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih dan bermasalah dengan
kesehatan seperti menderita rematik, demensia, mengalami kelemahan dan
30
lain-lain, lansia potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
Lansia tidak potensial yaitu 14 lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Darmajo, 2009).
2.3.6 Tipe Lansia
Tipe lansia dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe
mandiri, tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung (Nugroho, 2008).
1. Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi
undangan dan menjadi panutan.
2. Tipe mandiri, yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan
memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit
dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung, yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan
acuh tak acuh.
31
2.3.7 Tugas Perkembangan Lansia
Menurut Erickson dalam menurut Maryam dkk (2008), kesiapan
lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
sebelumnya. Apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya
melakukan kegiatan dengan teratur, maka pada usia lanjut ia akan
malakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
2. Mempersiapakan masa pension.
3. Membentuk hubungan baik dengan sesame.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Melakukan penyesuaian diri terhadap masyarakat.
6. Mempersiapkan diri untuk kematian.
2.4 Konsep Posyandu Lansia
2.4.1 Definisi Posyandu Lansia
Menurut Kemenkes (2011), posyandu Lansia adalah pos pelayanan
terpadu untuk masyarakat lanjut usia di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, dan digerakkan oleh masyarakat agar lanjut usia mendapatkan
pelayanan kesehatan yang memadai dan merupakan kebijakan pemerintah
untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang
penyelenggaraanya melalui program puskesmas dengan melibatkan
32
peranserta lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial
(Sulistyorini & dkk, 2010).
Posyandu lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut
di masyarakat dimana proses pembentukan dan pelaksanaanya dilakukan
oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), lintas
sektor pemerintahan dan non pemerintahan, swasta, organisasi sosial dll,
dengan menitik beratkan pelayanan pada upaya promotif dan preventif
(KomNas, 2010).
2.4.2 Tujuan Posyandu Lansia
Menurut (Sulistyorini & dkk, 2010), tujuan dari posyandu lansia
adalah :
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lansia.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan lansia.
3. Membina kesehatan dirinya sendiri.
4. Meningkatkan kesadaran pada lansia.
5. Meningkatkan derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia
lanjut dimasyarakat, untuk mencapai masa tua yang bahagia dan
berdaya guna bagi keluarga.
2.4.3 Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Depkes RI (2006), manfaat dari posyandu lansia adalah :
1. Kesehatan fisik lanjut usia dapat dipertahankan tetap bugar.
2. Kesehatan rekreasi tetap terpelihara.
3. Dapat menyalurkan minat dan bakat untuk mengisi waktu luang.
33
4. Pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar
pembentukan sikap dan dapat mendorong minat lansia sehingga lebih
percaya diri dihari tuanya.
2.4.4 Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran posyandu lansia menurut Depkes RI (2006), dapat dibagi menjadi
2 kelompok yaitu :
1. Sasaran langsung meliputi kelompok pra usia lanjut usia 45 s/d 59
tahun, kelompok lansia 60 tahun keatas, dan kelompok lansia risiko
tinggi yaitu usia lebih dari 70 tahun.
2. Sasaran tidak langsung adalah keluarga yang mempunyai lansia,
masyarakat di lingkungan lansia berada, organisasi sosial yang
bergerak dalam pembinaan lansia, masyarakat luas.
2.4.5 Kegiatan Posyandu Lansia
Menurut KomNas (2010), kegiatan posyandu lansia ini
mencangkup upaya-upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan
masyarakat, seperti :
1. Promotif yaitu upaya peningkatan kesehatan, misalnya penyuluhan
perilaku hidup sehat, gizi usia lanjut dalam upaya meningkatkan
kesegaran jasmani.
2. Preventif yaitu upaya pencegahan penyakit, mendeteksi dini adanya
penyakit dengan menggunakan KMS lansia.
3. Kuratif yaitu upaya mengobati penyakit yang sedang diderita lansia.
34
4. Rehabilitatif yaitu upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri pada
lansia.
5. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter/
spigmomanometer dan stetoskop serta perhitungan denyut nadi selama
satu menit.
6. Pemeriksaan kadar gula darah dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit diabetes.
7. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah atau konseling kesehatan dan gizi sesuai
dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau
kelompok lain.
2.4.6 Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia
Mekanisme pelayanan posyandu lansia menurut (Sulistyorini &
dkk, 2010) terdiri atas 5 meja, yaitu :
1. Meja 1 : Tempat pendaftaran. Lansia mendaftar, kemudian kader
mencatat lansia tersebut. Lansia yang sudah terdaftar
dibuku register kemudian menuju meja selanjutnya.
2. Meja 2 : Tempat pengukuran dan penimbangan BB.
3. Meja 3 : Pencatatan tentang pengukurng TB dan BB, Indek Masa
Tubuh (IMT), dan mengisi KMS.
4. Meja 4 : Tempat melakukan kegiatan konseling dan pelayanan
pojok gizi, penyuluhan kesehatan individu berdasarkan
KMS, serta pemberian PMT.
35
5. Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data-data
hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS. Dan diharapkan
setiap kunjungan para lansia dianjurkan untuk selalu
membawa KMS lansia guna memantau status kesehatan.
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat
diukur dan diamati secara langsung.
Keterangan :
: Tidak diteliti
: Diteliti
: Berhubungan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Depresi dengan Gangguan Tidur Pada
Lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab.
Magetan.
Depresi
Faktor-faktor yang
mempengaruhi depresi :
1. Faktor biologis
2. Biogenic amines
a. Norephinefrin
b. Serotonin
3. Gangguan
neurotransmitter
lainnya
4. Faktor neuroendokrin
5. Abnormalitas otak
Faktor-faktor yang mempengaruhi
gangguan tidur :
1. Faktor fisiologis
2. Faktor psikologis
3. Faktor lingkungan
Ada
Tidak
Gangguan
tidur pada
lansia
37
Gambar 3.1 diatas dapat dijelaskan bahwa depresi merupakan satu
masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan
tidak berdaya, serta bunuh diri (Kaplan, 2010). Faktor-faktor yang
mempengaruhi depresi antara lain faktor biologis, Biogenic
amines:(Norephinefrin, Serotonin), gangguan neurotransmitter lainnya,
faktor neuroendokrin, abnormalitas otak (Kaplan, et al, 2010). Faktor-
faktor yang mempengaruhi gangguan tidur angtara lain: Faktor fisiologis,
Faktor psikologis, Faktor lingkungan (Potter & Petry, 2009)
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah sebuah pertanyaan tentang sesuatu yang di duga
atau hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat
di uji secara empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan
untuk memadu jalan pikiran ke arah tujuan yang dicapai (Notoatmodjo,
2010 dalam Miftakul, 2016).
Ha : Ada hubungan antara depresi dengan gangguan tidur pada lansia di
Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan.
38
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang
mungkin timbul selama proses penelitian (Nursalam, 2008).
Berdasarkan tujuan penelitian desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah korelasional yaitu untuk mengungkapkan hubungan
korelatif antara variabel independen dengan dependen. Peneliti dapat
mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji
berdasarkan teori yang ada (Nurslam, 2008). Penelitian ini menggunakan
Cross Sectional dimana dalam desain ini variabel independen dan
dependen pengukurannya dilakukan hanya satu kali atau satu saat
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu
hubungan depresi dengan gangguan tidur lansia di Posyandu Mawar Desa
Kledokan kec. Bendo kab. Magetan.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan suatu variabel yang menyangkut
masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota
posyandu lansia yang rutin hadir berjumlah 56 responden.
39
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010). Sampel dalam penelitian ini
adalah lansia yang mengalami depresi dan gangguan tidur sejumlah 49
responden.
Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan
eksklusi. Kriteria ini diperlukan dalam upaya mengendalikan variabel
penelitian yang tidak diteliti tetapi memiliki pengaruh terhadap variabel
independen. Kriteria inklusi merupakan karakteristik yang dimiliki oleh
subjek penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel. Kriteria eksklusi
merupakan karakteristik dari subjek penelitian yang tidak memenuhi syarat
sebagai sampel (Hidayat, 2009). Dengan kriteria sampel sebagai berikut :
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakter umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).
Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
a. Bersedia menjadi responden.
b. Kooperatif.
c. Lansia yang mengalami depresi.
2) Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan
subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi karena adanya penyakit
40
yang mengganggu, hambatan etis dan subjek menolak berpartisipasi
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah :
a. Lansia yang tidak hadir di posyandu.
b. Responden yang mengkonsumsi obat penenang sebelumnya.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah lansia yang
mengalami depresi dan gangguan tidur. Sampel yang digunakan
sebanyak 46 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling.
Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan rumus
Slovin (Sevilla, Consuelo G. et. al, 2007) sebagai berikut :
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
Keterangan :
n : jumlah sampel
N : jumlah populasi
e : batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Untuk menggunakan rumus ini, pertama ditentukan berapa
batas toleransi kesalahan. Batas toleransi kesalahan ini dinyatakan
dengan persentase. Semakin kecil toleransi kesalahan, semakin akurat
sampel menggambarkan populasi. Misalnya, penelitian dengan batas
kesalahan 5% memiliki tingkat akurasi 95%. Dengan jumlah populasi
yang sama, semakin kecil toleransi kesalahan, semakin besar jumlah
sampel yang dibutuhkan.
41
n = 𝑁
1+𝑁𝑒2
n = 56
1+56 0,052
n = 56
1+56 0,0025
n = 56
1+0.14
n = 56
1.14
n = 49.12
n = 49
Jadi jumlah minimal sampel adalah 49 responden.
4.3 Teknik Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar
sesuai dengan keseluruhan subjek penelitian (Nursalam, 2013).
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan
cara purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang peneliti kehendaki yaitu
sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi (Setiadi, 2007).
42
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan
kegiatan penelitian yang akan di lakukan, meliputi siapa yang akan di teliti
(subyek penelitian), variabel yang akan di teliti, dan variabel yang
mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2009).
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian hubungan depresi dengan gangguan tidur
pada lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan kec. Bendo kab.
Magetan.
Populasi
Seluruh lansia yang mengalami depresi dan gangguan tidur di Posyandu Mawar
Desa Kledokan kec. Bendo kab. Magetan rata-rata sejumlah 56 responden
Sampel
Seluruh lansia yang mengalami depresi dan gangguan tidur di Posyandu Mawar
Desa Kledokan kec. Bendo kab. Magetan yang memenuhi kriteria inklusi
sejumlah 49 responden
Analisis data
Uji Statistik Spearman rank dengan α = 0,05
Pengolahan data
Editing, Coding, Scoring dan Tabulating
Laporan
Hasil dan Kesimpulan
Pengumpulan data
Kuesioner
Sampling
purposive sampling
43
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi
objek pengamatan penelitian. Sugiyono (2011) menyatakan bahwa
variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga di
peroleh informasi tentang hal tersebut, kemudian di tarik kesimpulanya.
Penjelasan variabel-variabel tersebut adalah :
1) Variabel independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahanya atau timbulnya variabel depeden
(Sugiyono, 2011). Variabel independen dalam penelitian ini adalah
depresi.
2) Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel dependen (Sugiyono, 2011). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah kualitas tidur.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional adalah menjelaskan semua variabel dan
semua istilah yang akan di gunakan dalam penelitian secara optimal,
sehingga mempermudah pembacaan penguji dalam mengartikan makna
penelitian (Nursalam, 2008).
44
Tabel 4.1 Definisi Operasional Depresi dengan Kualitas Tidur Lansia di Posyandu
Mawar Desa Kledokan kec. Bendo kab. Magetan.
Variabel
Penelitian
Definisi
Operasional Parameter Alat ukur
Skala
Data Skor
Independen
Depresi
Suatu keadaan
emosional
individu dengan
perasaan sedih,
putus asa, selalu
merasa bersalah,
dan tidak ada
harapan lagi
secara
berlebihan.
1. Kepuasan Hidup
2. Mengurangi
kegiatan/hobi
3. Perasaan berguna
4. Perasaan bosan
5. Semangat hidup
6. Perasaan takut
hal buruk
7. Perasaan bahagia
sepanjang waktu
8. Perasaan
kesepian
9. Menarik diri
10. Memori/ingatan
11. Keadaan hidup
12. Perasaan tidak
berharga
13. Masalah tenaga
14. Harapan hidup
15. Rendah diri
Kuesioner
Sheikh &
Yesavage,
(1986)
Ordinal Skor :
Pernyataan positif :
Ya : 1
Tidak : 0
Pernyataan negatif :
Ya : 0
Tidak : 1
Tidak depresi = 0-4
Depresi ringan = 5-9
Depresi sedang=10-13
Depresi berat = 14-15
Dependen
Gangguan
tidur
Gangguan tidur
merupakan
suatu kumpulan
kondisi yang
dicirikan dengan
adanya
gangguan dalam
jumlah, kualitas,
atau waktu tidur
pada seorang
individu.
1. Jumlah jam tidur
2. Kualitas tidur
3. Waktu tidur
Kuesioner Ordinal Tidak ada gangguan
tidur/normal 0-5
Gangguan tidur ringan
= 6-15 =<7
Gangguan tidur
sedang = 15-30 = 7-13
Gangguan tidur berat
= >50 =>13
45
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan di gunakan untuk
pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010) Dalam penelitian ini
menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Kuesioner bersifat
pertanyaan tertutup.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Kuesioner yang di gunakan
adalah kuesioner tertutup dimana sudah disediakan jawabanya sehingga
responden tinggal memilih (Arikunto, 2010).
4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang dapat diukur yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya hendak diukur. Untuk mengetahui validitas item dalam
penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus kolerasi
product moment person.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen
yang baik tidak akan bersifat tendensius, mengarahkan responden
46
memilih jawaban-jawaban tertentu. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil tetap akan
sama hasilnya (Arikunto, 2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen,
peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program
komputer SPSS Ver 16,0. Ditanyakan reliabel bila nilai Alpha
Chronbach’s > r kriteria (0,70) (Ghozali, 2009).
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Mawar Desa Kledokan kec. Bendo
Kab. Magetan yang dimulai dari Januari - Juni 2017.
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu pendekatan kepada subjek dan
proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian (Nursalam, 2008).
4.9.1 Pengumpulan Data
1) Mengajukan persetujuan judul kepada KaProdi S1 Keperawatan yang
telah disetujui oleh Pembimbing 1 dan Pembimbing 2.
2) Mengurus perijinan persetujuan judul penelitian sebagai pengantar
surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada ketua STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun untuk melakukan penelitian di
Posyandu Mawar Desa Kledokan kec. Bendo kab. Magetan.
3) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Desa Kledokan Kabupaten Magetan untuk melakukan
47
penelitian di Posyandu Mawar Desa Kledokan kec. Bendo kab.
Magetan.
4) Mengurus surat permohonan ijin melaksanakan penelitian kepada
Kepala Desa Kledokan Kabupaten Magetan.
5) Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan pengumpulan data yaitu
dengan mendatangi di Posyandu Mawar Desa Kledokan kec. Bendo
kab. Magetan.
6) Peneliti memberikan penjelasan kepada calon responden tentang
maksud dan tujuan dari penelitian.
7) Apabila calon responden bersedia menjadi responden, maka
dipersilakan untuk menandatangani informed concent, dan apabila
calon responden tidak bersedia menjadi responden maka peneliti tetap
menghormati keputusan itu.
8) Peneliti membagikan kuesioner kepada responden yang telah
menandatangani informed concent kemudian responden mengisi
kuesioner.
9) Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner tersebut
dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga.
10) Setelah kuesioner terkumpul, peneliti memeriksa kelengkapan data
dan jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden.
48
4.9.2 Analisa Data
Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Menurut Azwar (2010), ada
tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :
1) Editing
Yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambungan data, dan
keseragaman data, apakah sudah sesuai seperti yang diharapkan atau
tidak. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kelengkapan,
kesinambungan, keserasian, dan kejelasan data yang diperoleh dari
responden agar seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa
dengan baik dan mudah.
Peneliti memeriksa kembali semua data yang telah dikumpulkan
melalui kuesioner, hal ini untuk mengecek kembali apakah kuesioner
sudah diisi dan bila ada ketidakcocokkan meminta kembali mengisi
yang masih kosong.
2) Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng
“kodean” atau “coding”, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan (Nugroho, 2012).
1. Coding pada variabel depresi :
a. Tidak depresi/normal = 0-4
b. Depresi ringan = 5-9
c. Depresi sedang = 10-13
49
d. Depresi berat = 14-15
2. Coding pada variabel gangguan tidur adalah :
a. Tidak ada gangguan tidur/normal = 0-5
b. Gangguan tidur ringan = 6-15
c. Gangguan tidur sedang = 15-30
d. Gangguan tidur berat = >30
3. Scoring
Yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada
pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan bobot pada masing-masing
jawaban, sehingga mempermudah perhitungan (Nazir, 2011).
Skor kuesioner depresi :
Pernyataan positif :
Ya : 1
Tidak : 0
Pernyataan negatif :
Ya : 0
Tidak : 1
Tidak depresi/normal = 0-4
Depresi ringan = 5-9
Depresi sedang = 10-13
Depresi berat = 14-15
50
Skor kuesioner gangguan tidur :
Tidak ada gangguan tidur/normal = 0-5
Gangguan tidur ringan = 6-15
Gangguan tidur sedang = 15-30
Gangguan tidur berat = >30
4. Tabulating
Tabulating adalah kegiatan memasukkan data ke dalam
tabel-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung
jumlah kasus dalam berbagai kategori (Nazir, 2011).
4.10 Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk mengelompokkan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan varabel dari
seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang di teliti, melakukan
perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah di ajukan (Sugiyono,
2013).
Pada penelitian ini menggunakan sistem komputer yaitu SPSS
dalam penghitunganya. Adapun analisa data dalam penelitian ini yaitu :
4.10.1 Analisa Deskriptif
Analisa deskriptif adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk
tabel atau grafik (Nursalam, 2008).
51
1) Data Umun
Untuk prosentase data umum meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan
kemudian dikelompokkan sesuai jawaban yang diisi pada kuesioner
menggunakan rumus :
a) Perhitungan tendensi sentral
Perhitungan tendensi sentral adalah ukuran pemusatan sebuah
distribusi data. Untuk data usia responden di analisa dengan
tendensi sentral.
b) Distribusi frekuensi
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan, pekerjaan, jenis
kelamin dan status pernikahan dalam bentuk distribusi frekuensi :
2) Data Khusus
a) Variabel Independen
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data perlu
dilakukan pengolahan data, tetapi sebelumnya setiap item
pertanyaan diberi skor sebagai berikut :
Tidak depresi/normal = 0-4
Depresi ringan = 5-9
Depresi sedang = 10-13
Depresi berat = 14-15
52
b) Variabel Dependen
Kategori tingkat gangguan tidur :
Tidak ada gangguan tidur/normal = 0-5
Gangguan tidur ringan = 6-15
Gangguan tidur sedang = 15-30
Gangguan tidur berat = >30
4.10.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang di duga atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat
dilakukan untuk mengetahui hubungan depresi dengan gangguan tidur di
posyandu desa kledokan kec. Bendo kab. Madiun .Pengolahan analisa data
bivariat ini dengan menggunakan bantuan komputerisasi SPSS 16.0 For
Windows. Uji statistik yang akan di gunakan adalah Spearman Rank
dengan α = 0.05. Dasar di gunakanya uji statistik Spearman Rank, jika
data yang akan di olah mengandung unsur skala ordinal maka dapat
dilakukan uji Spearman Rank. Adapun pedoman signifikansi memakai
panduan sebagai berikut : Bila p value < α (0,05), maka signifikansi atau
ada hubungan. Korelasi Spearman Rank menurut Sugiyono (2012) sebagai
berikut:
rs = 1 – 6 𝑑𝑖2
𝑖=1
𝑛(𝑛2−1)
53
Dimana :
rs = koefisien korelasi Rank Spearman yang menunjukkan keeratan
hubungan antara unsur-unsur variabel x dan variabel y
di = selisih mutlak antara rangking data varaibel x dan variabel y (x1-y1)
n = banyaknya responden atau sampel yang diteliti
Apabila hasil perhitungan koefisien korelasi Spearman Rank rs
hitung > rs tabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol
(H0) ditolak, adanya hubungan depresi dengan gangguan tidur di posyandu
desa kledokan kec. Bendo kab. Madiun. Tetapi bila sebaliknya rs hitung <
rs tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha)
ditolak, yaitu tidak ada hubungan depresi dengan gangguan tidur di
posyandu desa kledokan kec. Bendo kab. Madiun.
Tabel 4.2 Interval Koefisien Korelasi Spearman Rank (Sugiyono, 2009)
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,699
0,60 - 0,799
0,80 – 1,000
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
4.11 Etika Penelitian
Setiap penelitian yang menggunakan subjek manusia tidak boleh
bertentangan dengan etika.
54
1) Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Sebelum lembar persetujuan di berikan pada subjek penelitian,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta manfaat dilakukanya penelitian. Setelah diberikan
penjelasan, lembar persetujuan di berikan kepada subjek penelitian.
Jika subjek penelitian bersedia di teliti maka mereka harus
menandatangani lembar persetujuan. Peneliti juga tidak memaksa
subjek penelitian untuk menjadi responden apabila tidak mau untuk di
teliti.
2) Tanpa Nama (Anonimaty)
Peneliti menjaga kerahasiaan identitas responden sehingga hanya
peneliti saja yang mengetahui hasil jawaban dari masing-masing
responden. Selanjutnya peneliti hanya memberikan kode berupa nomor
urut pada lembar koesioner yang urutannya hanya diketahui oleh
peneliti saja.
3) Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi yang di berikan oleh responden di jamin oleh
peneliti. Penyajian atau pelaporan hasil riset hanya terbatas pada
kelompok data tertentu yang terkait dengan masalah penelitian.
55
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
dengan kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai Hubungan Depresi
dengan Gangguan tidur pada Lansia di Posyandu Mawar Kledokan, Kecamatan
Bendo Kabupaten Magetan.
Pengumpulan data dilakukan selama bulan Juli 2017 dengan jumlah
sebanyak 49 responden. Hasil penelitian akan dijabarkan mulai dari gambaran
umum tempat penelitian, analisa univariat yang terdiri dari karakteristik resonden,
depresi dan gangguan tidur, serta analisa bivariat yaitu hubungan depresi dengan
gangguan tidur pada lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo
Kabupaten Magetan.
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Posyandu Mawar terletak di RT. 03/
RW.2 Desa Kledokan, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan. Posyandu
Mawar dilakukan setiap bulan pada hari rabu pertama diawal bulannya.
Setiap bulan lansia datang untuk memeriksakan kesehatannya yang
berkisar 30-52 orang lansia, peneliti mengambil 49 responden lansia yang
hadir dari total populasi 56 orang lansia yang dibantu oleh 1 orang petugas
kesehatan dari Puskesmas yaitu perawat dari Puskesmas.
56
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden meliputi usia dan jenis kelamin di
Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan.
1. Umur
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
No. Variabel Mean Median Minimal
Maksimal
Standart
Devinasi CI
1 Umur 66,5 65,0 60.0
78.0 4,86
65,27
67,97
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa rata-rata usia
responden adalah 66,5 tahun.
2. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Laki-laki 15 30,6
2. Perempuan 34 69,4
Jumlah 49 100,0 Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui lansia berjenis kelamin
perempuan sebanyak 34 responden (69,4%) dan lansia berjenis kelamin
laki-laki sebanyak 15 responden (30,6%).
57
3. Jenis Pendidikan
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karekteristik
Pendidikan di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo
Kab. Magetan.
No Tingkat pendidikan Frekuensi (f) Prosentantase(%)
1 SD 14 20,9%
2 SMP 13 19,4
3 SMA 15 22,4
4 Tidak Sekolah 7 10,4
Jumlah 49 100%
Sumber : Data umum responden penelitian di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec.
Bendo Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia
berpendidikan sekolah SMA sebanyak 14 orang (22,4%) dan yang paling
sedikit lansia yang tidak sekolah sebnayak 7 orang (10,4%).
4. Riwayat Penyakit
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Riwayat Penyakit pada Lansia di Posyandu Mawar Desa
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan.
No Penyakit Frekuensi (f) Prosentanse (%)
1 Asam urat 34 69,4%
2 Hipertensi 12 24,5%
3 Diabetes 3 6,1%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data umum responden penelitian di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec.
Bendo Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar lansia
yang memiliki riwayat penyakit paling banyak adalah asam urat sebanyak
34 orang (69,4%) dan yang paling sedikit yang memiliki riwayat penyakit
diabetes sebanyak 3 orang (6,1%).
58
5. Lansia Tinggal dengan siapa
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
tinggal dengan siapa di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec.
Bendo Kab. Magetan.
No Tinggal Dirumah Frekuensi (f) Prosentase (%)
1 Anak 31 63,3%
2 Istri 3 6,1%
3 Suami 12 24,5%
4 Sendiri 3 6,1%
Jumlah 49 100%
Sumber : Data umum responden penelitian di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec.
Bendo Kab. Magetan
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagaian besar lansia
tinggal bersama anak nya sebanyak 31 orang (63,3%) dan paling sedikit
lansia yang tinggal dengan istri dan sendiri sebanyak masing-masing 3
orang (6,1%).
5.2.2 Analisa Data Univariat
Analisis univariat ini bertujuan untuk menggambarkan variabel
independen yaitu :
1. Depresi
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Depresi Responden
No. Depresi Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Tidak depresi/normal 20 40,8
2. Ringan 12 24,5
3. Sedang 8 16,3
4. Berat 9 18,4
Jumlah 49 100,0
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui lansia tidak mengalami
depresi sebanyak 20 responden (40,8%), dan lansia mengalami depresi
berat sebanyak 8 responden (16,3%).
59
2. Gangguan Tidur
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Menurut Gangguan tidur Responden
No. Gangguan tidur Frekuensi (f) Persentase (%)
1. Normal 21 42,9
2. Ringan 13 26,5
3. Sedang 5 10,2
4. Berat 10 20,4
Jumlah 49 100,0
Sumber : Data primer
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui lansia tidak memiliki
gangguan tidur sebanyak 21 responden (42,9%) dan lansia gangguan
tidur sedang sebanyak 5 responden (10,2%).
5.2.3 Analisa Data Bivariat
Analisis bivariat ini bertujuan untuk menguji variabel independen
yaitu depresi dan variabel depeden yaitu gangguan tidur pada lansia di
Posyandu Mawar Desa Kledokan, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.
Tabel 5.8 Distribusi Responden Menurut Proporsi Depresi dengan
Gangguan tidur
Depresi
Gangguan tidur Total
Normal Ringan Sedang Berat
N % N % N % N % N %
Normal 15 70,0 5 25,0 0 0 o 0 20 100,0
Ringan 5 41,7 4 33,3 2 16,7 1 8,3 12 100,0
Sedang 1 12,5 4 5,00 2 25,0 1 12,5 8 100,0
Berat 0 0 0 0 1 11,1 8 88,9 9 100,0
Total 15 30,6 4 8,2 10 20,4 20 40,8 49 100,0
r = 0,753 p value = 0,000 α= 0,05
Sumber : Lampiran 10, Crosstab depresi dengan gangguan tidur pada lansia di
posyandu mawar desa kledokan kec. Bendo kab. Magetan.
Dari hasil uji statistik spearman rank didapatkan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,753 dan p-value sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat
disimpulkan yaitu terdapat hubungan depresi dengan gangguan tidur pada
60
lansia di posyandu mawar desa kledokan kec. Bendo kab. Magetan. Dan
nilai koefisien korelasi spearman rank ini sebesar 0,591 menunjukkan jika
kekuatan hubungan antara dua variabel ini pada kategori sedang dan
hubungan ini bersifat positif yang berarti variabel depresi semakin
meningkat maka gangguan tidur akan meningkat juga.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap
responden pada bulan juli 2017 yang telah diolah, maka penulis akan
membahas mengenai hubungan depresi dengan gangguan tidur pada lansia
di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten
Magetan.
5.3.1 Depresi Lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo
Kabupaten Magetan Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa lansia yang tidak
memiliki depresi sebanyak 20 responden (40,8%), dan lansia berdepresi
sedang sebanyak 8 responden (16,3%).
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hermayudi
(2012) tentang Hubungan antara Depresi dengan Insomnia pada lansia di
Panti Werda Dharma Bhakti Surakarta. Hasil penelitian menunjukkan dari
analisa data menunjukkan nilai p value < 0,005 yaitu sebesar 0,000 dan r
0,753 yang mempunyai nilai signifikan yang berarti ada hubungan antara
depresi dengan insomnia pada lanjut usia.
61
Diketahui dari lansia tinggal dengan anak sebanyak 31 responden
(63,3%) dan yang tinggal suami dan sendiri sebanyak 3 responden (6,1%) ,
faktor selanjutnya yang mempengaruhi penyakit yang paling banyak
diderita lansai asam urat sebanyak 34 reponden (69,4%), hipertensi 12
responden (24,5%) dan diabetes sebanyak 3 responden (6,1%). Hal ini
sesuai dengan teori Darmojo (2010) seiring bertambahnya usia tubuh akan
mengalami penurunan elastisitas pada pembulu darah sehingga tekanan
darah secara otomatis akan naik, dan cenderung tidak stabil.
Diketahui dari pendidikan lansia bahwa sebagian besar lansia
berpendidikan SMA sebanyak 15 orang (22,4%) dan paling sedikit
berpendidikan Tidak Sekolah sejumlah 7 orang 10,4%. Pendidikan, usia
dan pekerjaan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang (Mubarak,
2006).
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui lansia usia 60-74 tahun
sebanyak 20 responden (40,8), tidak mengalami depresi. Tahap memasuki
usia tua akan dialami oleh semua orang (tidak bisa dihindarkan), tetapi
kondisi fisik dan psikologis lansia sangat berbeda dari 1 lansia dengan
lansia lainnya. Kekuatan tubuh yang mulai berkurang daya penyesuaian
diri, reaksi terhadap lingkungan, daya inisiatif dan daya kreatif ini pada
lansia dapat menimbulkan masalah psikologis. Apa yang terjadi dan akan
dialami oleh lansia tidak dapat dilepaskan dari pembentukan, pengalaman
masalalu, dia akan memperlihatkan warna kepribadian tertentu yang akan
62
menentukan seberapa berhasil dan tidak berhasil dalam memasuki dan
menjalani lansia (Harimurti, 2009).
Peneliti berasumsi bahwa usia lansia dapat mempengaruhi kondisi
fisik terutama depresi dan cemas. Masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan perasaan yang sedih dan konsentrasi dapat
mengakibatkan lansia putus asa selalu merasa bersalah dan tidak ada
harapan lagi secara berlebihan tanpa ada bukti-bukti yang rasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan hasil depresi berat pada lansia
yang salah satu faktornya adalah karena sudah tidak memiliki keluarga,
anak yang jauh tempat tinggalnya atau memiliki keluarga yang sudah
jarang ditemui lagi. Faktor itulah yang menyebabkan lansia memiliki
pandangan yang negatife terhadap dirinya, sehingga didapatkan gejala
depresi pada lansia. Hal ini ditandai dengan adanya pemikiran tidak ada
yang memperhatikan, merasa kesepian, ,merasa hidupnya tidak beruntung,
dan merasa sedih ditinggal keluarganya. Apabila itu terjadi terus-menerus
akan menyebabkan lansia tidak dapat mengendalikan dirinya, dan kejadian
depresi ringan-sedang merupakan tahapan awal yang terjadi sebelum
memasuki tahapan yang lebih kronis lagi.
Hasil penelitian sosiologis pada tahun 2008 menunjukkan hasil
sebagian besar lansia mengaku, bahwa lansia merasa rendah diri dan tidak
pantas untuk aktif pada masyarakat. Konsekuensinya adalah lansia merasa
kesepian dan depresi. Depresi adalah gangguan emosional yang bersifat
tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak berharga, tidak berarti, tidak
63
mempunyai semangat dan pesimis terhadap hidup lanjut usia. Depresi
merupakan suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam alam perasaan
(Tarbiyati, Soewandi, dan Sumarni, 2008). Hal ini suatu kewajaran yang
banyak di alami oleh para lansia, yang salah satu faktornya adalah karena
jauh dari keluarga dan jarang ketemu atau memang tidak memiliki
keluarga.
5.3.2 Gangguan Tidur Pada Lansia di Posyandu Mawar Desa Kledokan
Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2017
Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa lansia yang tidak
memiliki gangguan tidur berat sebanyak 21 responden (42,9%) dan lansia
bergangguan tidur sedang sebanyak 5 responden (10,2%). Gangguan tidur
adalah suatu keadaan seseorang deangan kualitas tidur dan kuantitas tidur
yang kurang. Seseorang yang mengalami gangguan tidur seperti kesulitan
untuk tidur atau tidak tercapainya tidur nyenyak. Keadaan ini bisa
berlangsung sepanjang malam dan dalam tempo berhari-hari, berminggu-
minggu atau lebih ,merasa lelah saat bangun tidak merasa kesegaran, sakit
kepala dipagi hari, kesulitan berkonsentrasi, psikologi mudah marah dan
mudah mengantuk di siang hari dan mata merah.
Gangguan tidur merupakan keluhan utama yang sering dialami
lanjut usia, dengan perkiraan lebih dari setengah jumlah lanjut usia yang
tinggal dirumah dan sekitar dua pertiga jumlah lanjut usia yang berada
dalam fasilitas perawatan jangka panjang, mengalami kesulitan tidur.
Peneliti berasumsi bahwa gangguan tidur dapat dialami oleh semua
lapisan masyarakat baik kaya maupun miskin, berpendidikan tinggi atau
64
rendah, maupun orang muda serta yang paling sering ditemukan pada
orang lanjut usia. Gangguan tidur mengakibatkan perubahan-perubahan
pada siklus tidur biologikanya, daya tahan tubuh menurun, mudah
tersinggung dan depresi, dam akhirnya akan mengakibatkan pengaruh
keselamatan bagi diri sendiri atau orang lain.
Insomnia atau gangguan tidur biasanya timbul sebagai gejala suatu
gangguan lain yang mendasarinya, seperti kecemasan dan depresi atau
gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia. Gangguan tidur
yang ringan tidak perku diberi obat, tetapi cuku dengan penjaminan
kembali. Gangguan tidur yang berat bisanya merupakan gejala gangguan
yang lain atau dapat merupakan faktor penyebab (misalnya kelemahan
badan, tremor, berkurangnya konsentrasi) mungkin timbul lagi atau
kecemasan. Gangguan tidur pada pagi-pagi sekali (penderita tertidur biasa,
tetapi terbangun terpukul dua atau tiga lalu tidak dapat tidur lagi. Biasanya
merupakan gejala depresi endogenik. Terdapat juga pasien yang takut tidur
karena takut mimpi buruk (Marimis, 2008).
Menurut Nugroho (2008) di Indonesia pada kelompok lanjut usia
60 tahun, hanya ditemukan 70% kasus yang mengeluh tentang gangguan
tidur (hanya dapat tidur lebih dari 5 jam sehari). Hal yang sama juga
ditemukan pada kelompok usia tujuh tahun yang menunjukkan bahwa 22%
kasus mengeluh gangguan tidur itu apabila pada saat tidur terbangun lebih
awal.
65
Salah satu faktor emosional yang menyebabkan gangguan tidur
adalah karena adanya depresi pada lanjut usia. Depresi adalah masalah
yang sering terdapat pada lanjut usia. Karena lansia mengalami penurunan
faal tubuh dan mempengaruhi kerja dari neuritransmiter, dan juga struktur
neukortikal dorsal mengalami hypometabolik dan struktur limbic ventral
mengalami hipermetabolik. Selain itu jalur fontrostiatal pada otak
memediasi antisipasi yang mengarah ke efek yang positif, dan
abnormalitasnya bisa menghasilkan satu ketidak sanggupan untuk
mendorong antisipasi yang mana akan mempredisposisikan keadaan
depresi (Syamsir, 2007).
Dari uraian diatas maka gangguan tidur merupakan kondisi yang di
alamipada usia lanjut. Penurunan fisik dan psikologi membuat depresi dan
kecemasan. Keadaan tersebut merupakan salah satu faktor terjadinya
gangguan tidur.
5.3.3 Hubungan Depresi dengan Gangguan Tidur pada Lansia di Posyandu
Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
Tahun 2017
Berdasarkan hasil tabulasi silang pada tabel 5.8 menunjukan bahwa
lansia berdepresi normal mempunyai gangguan tidur normal sebanyak 15
responden (75,0%) responden dan lansia berdepresi sedang mempunyai
gangguan tidur normal sebanyak 1 responden(12,5%).
Hasil analisis berdasarkan tabel 5.8 diatas didapatkan bahwa lansia
normal tidak mengalami depresi ringan dan tidak mengalami gangguan
tidur berat sebanyak 1 responden (8,3%), sedangkan lansia yang
66
mengalami depresi sedang dan mengalami gangguan tidur berat sebanyak
1 responden (12,5%). Hasil ini diperoleh melalui tabulasi silang antara
depresi dengan gangguan tidur pada lansia di posyandu mawar desa
kledokan kec. Bendo kab. Magetan. dengan p value = 0,000 < α = 0,05
yang artinya Ha diterima yaitu ada hubungan depresi dengan ganggua tidur
pada lansia di posyandu mawar desa keldokan kec. Bendo Kab. Magetan.
Berdasarkan analisis kontingensi dapat diketahui bahwa nilai r
adalah 0,753 yang artinya tingkat keeratan sedang. Hal ini dapat diartikan
bahwa antara variabel depresi dengan gangguan tidur pada Lansia di
Posyandu Mawar Desa Kledokan, Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan
memiliki hubungan yang sedang.
5.4 Keterbatasan Penelitian
Peneliti ini tidak memiliki keterbatasan dalam proses
pelaksanaannya. Lansia dapat bekerjasama dengan baik dalam proses
pelaksanaan peneliti.
67
BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian dari variabel depresi menunjukkan lansia tidak depresi
sebanyak 20 responden (40,8%), dan lansia depresi sedang sebanyak 8
responden (16,3%).
2. Hasil penelitian menunjukkan pada variabel gangguan tidur dapat diketahui
bahwa lansia tidak terjadi gangguan tidur sebanyak 21 responden (42,9%)
dan lansia bergangguan tidur sedang sebanyak 5 responden (10,2%).
3. Ada hubungan depresi dengan gangguan tidur pada Lansia di Posyandu
Mawar Desa Kledokan Kecamatan Bendo Kabupaten Magetan Tahun 2017
adalah sangat sedang.
6.2 Saran
Untuk mempertimbangkan hasil penelitian yang menunjukan bahwa depresi
dapat mengakibatkan gangguan tidur, saran yang bisa diberikan adalah:
1. Bagi Lahan Penelitian
Petugas posyandu melakukan pendekatan dan memberi penanganan terpadu
kepada lansia yang mengalami depresi dan gangguan tidur dengan
memberikan penyuluhan tentang sebab akibat gangguan tidur.
68
2. Bagi Lanjut Usia Di Posyandu Mawar Desa Kledokan Kec. Bendo Kab.
Magetan
a) Diperlukan pencegahan diri pada lansia agar tidak terjadi depresi berat
sehingga akan menyebabkan gangguan tidur dengan cara menyegarkan
otak seperti olahraga pada pagi hari dan lain sebagainya agar lansia
lebih memaknai hidup agar tidak larut dalam pikiran yang
menimbulkan efek dari depresi.
b) Perlu adanya upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang
bahayanya depresi dan gangguan tidur.
3. Bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Diharapkan institusi pendidikan dapat menggunakan penelitian ini sebangai
referensi dan bahan tolak ukur untuk melakukan penelitian selanjutnya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Applikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Darmojo Rb. 2009. Keperawatan Gerontik & Geriatrik (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lanjut Usia
bagi petugas kesehatan. Jakarta.
Depkes RI, 2010, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Depkes RI, Jakarta.
Ghozali, Imam.2009. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan program SPSS. Edisi
Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayat, A. Aziz. 2008. Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut. Jakarta:Dalam
cermin dunia kedokteran.
Hidayat, A. Aziz. 2008, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep
dan Proses Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.
Kaplan, H.I., Sadock, BJ., and Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri : Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made
Wiguna S. Jakarta : Bina Rupa Aksara.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.
Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Kementrian. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta : Kementrian
Kesehatan RI.
Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia.
Komisi Nasional Lanjut Usia. Jakarta.
Kozier. 2008. Pundamental of nursing: Concepts, Proces and Pratice. New
Yersey. Person Prectice hall.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta :
Salemba.
70
Lubis, N. L. 2009. Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Maryam, et al. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: TIM.
Nazir. Mohammad,Ph.D. 2011. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Nugroho, W.H. 2012. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. (Ed.ke- 3). Jakarta:
EGC.
Nursalam. W. 2008. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Praktis Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta : EGC.
Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta : Graha
Ilmu.
Stanley, M &Bear, P. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC.
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.Buku Panduan Penyusunan Tugas Akhir.
2015. Madiun.
Sugiono. 2007. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
71
Lampiran 1
72
Lampiran 2
73
Lampiran 3
74
Lampiran 4
LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN
Hubungan Depresi dengan Kualitas Tidur Pada Lansia Di Posyandu Mawar
Kledokan Kec. Bendo Kab. Magetan
Assalammu’alaikum Wr. Wb
Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun yang sedang melakukan penelitian. Penelitian ini
dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Hubungan Depresi dengan
Kualitas Tidur Pada Lansia Di Posyandu Mawar Kledokan Kec. Bendo Kab.
Magetan. Saya mengharapkan partisipasi Saudara/Saudari, Bapak/Ibu yang
menjadi subjek dalam penelitian ini dengan menjawab pernyataan-penyataan yang
ada pada kuesioner. Identitas dan jawaban Saudara/Saudari dan Bapak/Ibu akan
dijamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk pengembangan ilmu
keperawatan. Responden dapat memilih untuk menolak berpartisipasi dalam
penelitian ini kapan pun tanpa ada tekanan dari siapa pun.
Jika Saudara/Saudari, Bapak/Ibu bersedia menjadi responden penelitian ini
perhatikan petunjuk pengisian kuesioner untuk menjawab pertanyaan yang ada
dan menandatangani formulir persetujuan ini. Terimakasih atas partisipasinya.
Magetan, Juni 2017
Peneliti
(An am Nofi Nur Cahyanti)
75
Lampiran 5
INFORMED CONSENT
Setelah mendapatkan penjelasan serta mengetahui manfaat penelitian
dengan judul “HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KUALITAS TIDUR PADA
LANSIA DI POSYANDU MAWAR KLEDOKAN KEC. BENDO KAB.
MAGETAN”. Saya menyatakan *(setuju/ tidak setuju) diikut sertakan dalam
penelitian ini dengan catatan apabila sewaktu-waktu dirugikan dalam bentuk
apapun berhak membatalkan persetujuan.
Nb : *(coret yang tidak perlu)
Madiun, Juni 2017
Peneliti Responden
An am Nofi Nur Cahyanti
201302001
76
Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER DEPRESI
Petunjuk Umum Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti.
2. Harap mengisi seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan pastikan
tidak ada yang terlewat.
A. Data Demografi
Petunjuk pengisian
Isilah pertanyaan berikut secara langsung dan dengan memberikan tanda (√) pada
kotak yang telah disediakan.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda sebenarnya puas dengan kehidupan
Anda ? 0 1
2. Apakah Anda telah menelantarkan banyak kegiatan
Anda sehari-hari ? 1 0
3. Apakah anda merasa kehidupan Anda kosong ? 1 0
4. Apakah Anda sering merasa bosan ? 1 0
5. Apakah Anda mempunyai semangat yang baik setiap
saat ? 0 1
6. Apakah Anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan
terjadi pada Anda ? 1 0
7. Apakah Anda merasa bahagia untuk sebagian besar
hidup Anda ? 0 1
8. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya ? 1 0
9. Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah daripada
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru ? 1 0
10. Apakah Anda merasa mempunyai banyak masalah
dengan daya ingat Anda dibanding kebanyakan
orang ?
1 0
77
11. Apakah Anda pikir bahwa hidup Anda sekarang ini
menyenangkan ? 0 1
12. Apakah Anda merasa tidak berharga seperti perasaan
Anda saat ini ? 1 0
13. Apakah Anda merasa penuh semangat ? 0 1
14. Apakah Anda merasa bahwa keadaan Anda tidak ada
harapan ? 1 0
15. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih baik
keadaannya daripada Anda ? 1 0
Keterangan :
Pernyataan positif :
Ya : 1
Tidak : 0
Pernyataan negatif :
Ya : 0
Tidak : 1
Skor 0-4 : tidak depresi/normal
Skor 5-9 : depresi ringan
Skor 10-13 : depresi sedang
Skor 14-15 : depresi berat
(Sheikh & Yesavage, 1986)
78
Lampiran 7
LEMBAR KUESIONER GANGGUAN TIDUR
Petunjuk Umum Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan hati-hati sehingga dapat dimengerti.
2. Harap mengisi seluruh pertanyaan yang ada dalam kuesioner dan pastikan
tidak ada yang terlewat.
B. Data Demografi
Petunjuk pengisian
Isilah pertanyaan berikut secara langsung dan dengan memberikan tanda (√) pada
kotak yang telah disediakan.
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
No.
Kejadian
Selama Satu Bulan
Terakhir
Cek List () Jawaban yang Sesuai
Tidak
pernah Jarang
Kadang
-kadang
Hampir
Selalu Selalu
1 Apakah anda tidur
selama 6-7 jam per hari?
2 Apakah anda
menghabiskan banyak
waktu di tempat tidur?
3 Apakah anda sering
mengeluh terbangun
pada malam hari?
4 Apakah anda sering
tidur pada siang hari?
5 Apakah anda
mengalami mimpi buruk
saat tidur dimalam hari?
6 Apakah anda
mengalami kesulitan
bernafas saat tidur ?
79
7 Apakah anda merasa
nyaman saat tidur ?
8 Apakah anda merasa
tubuh anda sedang
kondisi tidak baik ?
9 Apakah waktu tidur
siang anda lebih banyak
daripada malam hari ?
10 Apakah anda sulit untuk
dibangunkan dari tidur ?
Skor :
Tidak ada gangguan tidur/normal = 0-5
Gangguan tidur ringan = 6-15
Gangguan tidur sedang = 15-30
Gangguan tidur berat = >50
80
Lampiran 8
DATA VALIDASI
Correlations
soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7 soal8 soal9 soal10 soal11 soal12 soal13 soal14 totalskor
soal1 Pearson Correlation
1 .567* .856** .712** .712** 1.000** .712** .712** .856** .856** .567* .712** .567* .712** .875**
Sig. (2-tailed) .027 .000 .003 .003 .000 .003 .003 .000 .000 .027 .003 .027 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal2 Pearson Correlation
.567* 1 .567* .712** .712** .567* .712** .856** .423 .712** .856** .567* 1.000** .712** .827**
Sig. (2-tailed) .027 .027 .003 .003 .027 .003 .000 .116 .003 .000 .027 .000 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal3 Pearson Correlation
.856** .567* 1 .712** .712** .856** .712** .712** .856** .856** .567* .567* .567* .712** .851**
Sig. (2-tailed) .000 .027 .003 .003 .000 .003 .003 .000 .000 .027 .027 .027 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal4 Pearson Correlation
.712** .712** .712** 1 .712** .712** 1.000** .712** .712** .856** .712** .712** .712** 1.000** .911**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .003 .003 .003 .000 .003 .003 .000 .003 .003 .003 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal5 Pearson Correlation
.712** .712** .712** .712** 1 .712** .712** .856** .567* .856** .712** .567* .712** .712** .851**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .003 .003 .003 .003 .000 .027 .000 .003 .027 .003 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
81
soal6 Pearson Correlation
1.000** .567* .856** .712** .712** 1 .712** .712** .856** .856** .567* .712** .567* .712** .875**
Sig. (2-tailed) .000 .027 .000 .003 .003 .003 .003 .000 .000 .027 .003 .027 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal7 Pearson Correlation
.712** .712** .712** 1.000** .712** .712** 1 .712** .712** .856** .712** .712** .712** 1.000** .911**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .003 .000 .003 .003 .003 .003 .000 .003 .003 .003 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal8 Pearson Correlation
.712** .856** .712** .712** .856** .712** .712** 1 .567* .856** .856** .567* .856** .712** .887**
Sig. (2-tailed) .003 .000 .003 .003 .000 .003 .003 .027 .000 .000 .027 .000 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal9 Pearson Correlation
.856** .423 .856** .712** .567* .856** .712** .567* 1 .856** .423 .567* .423 .712** .791**
Sig. (2-tailed) .000 .116 .000 .003 .027 .000 .003 .027 .000 .116 .027 .116 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal10
Pearson Correlation
.856** .712** .856** .856** .856** .856** .856** .856** .856** 1 .712** .712** .712** .856** .959**
Sig. (2-tailed) .000 .003 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .003 .003 .003 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal11
Pearson Correlation
.567* .856** .567* .712** .712** .567* .712** .856** .423 .712** 1 .423 .856** .712** .803**
Sig. (2-tailed) .027 .000 .027 .003 .003 .027 .003 .000 .116 .003 .116 .000 .003 .000
N
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
15
82
soal12
Pearson Correlation
.712** .567* .567* .712** .567* .712** .712** .567* .567* .712** .423 1 .567* .712** .756**
Sig. (2-tailed) .003 .027 .027 .003 .027 .003 .003 .027 .027 .003 .116 .027 .003 .001
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal13
Pearson Correlation
.567* 1.000** .567* .712** .712** .567* .712** .856** .423 .712** .856** .567* 1 .712** .827**
Sig. (2-tailed) .027 .000 .027 .003 .003 .027 .003 .000 .116 .003 .000 .027 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
soal14
Pearson Correlation
.712** .712** .712** 1.000** .712** .712** 1.000** .712** .712** .856** .712** .712** .712** 1 .911**
Sig. (2-tailed) .003 .003 .003 .000 .003 .003 .000 .003 .003 .000 .003 .003 .003 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
totalskor
Pearson Correlation
.875** .827** .851** .911** .851** .875** .911** .887** .791** .959** .803** .756** .827** .911** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .001 .000 .000
N 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
83
Lampiran 9
Tabulasi Data Variabel Depresi Pada Lansia di Posyandu Mawar
No.Resp Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Item11 Item12 Item13 Item14 Item15 Jumlah Kriteria
1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 4 normal
2 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 4 normal
3 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 6 ringan
4 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 4 normal
5 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 sedang
6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 berat
7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 8 ringan
8 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 4 normal
9 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 normal
10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 13 sedang
11 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
12 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
13 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
14 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 7 ringan
15 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 9 ringan
16 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 sedang
17 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
18 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
19 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 13 berat
20 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
21 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 4 normal
22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 berat
23 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 berat
24 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12 sedang
25 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 sedang
26 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 4 normal
27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 9 ringan
84
28 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 ringan
29 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 9 ringan
30 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 3 normal
31 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 8 ringan
32 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
33 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 normal
34 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7 ringan
35 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 13 sedang
36 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 12 sedang
37 0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 7 ringan
38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 berat
39 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 7 ringan
40 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 berat
42 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8 ringan
43 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
44 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 sedang
45 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 berat
46 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 berat
48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 berat
49 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 normal
85
Tabulasi Data Variabel Gangguan Tidur Pada Lansia di Posyandu Mawar
No.Resp Item1 Item2 Item3 Item4 Item5 Item6 Item7 Item8 Item9 Item10 Jumlah Kriteria
1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 1 4 normal
2 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 5 normal
3 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 4 normal
4 0 1 2 1 0 0 0 0 0 0 4 normal
5 0 0 0 0 0 4 1 2 3 2 12 ringan
5 4 2 3 4 2 3 2 3 4 4 31 berat
7 1 1 0 1 1 0 0 2 1 1 8 ringan
8 4 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 normal
9 0 0 0 0 0 0 1 1 1 2 5 normal
10 1 3 4 2 3 3 4 4 4 4 32 sedang
11 2 0 0 0 0 0 0 0 0 2 4 normal
12 0 0 1 0 0 0 0 1 1 2 5 normal
13 1 3 0 0 0 0 0 0 3 2 9 ringan
14 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 14 ringan
15 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 4 normal
16 0 0 2 2 1 2 4 2 1 1 4 ringan
17 1 0 0 1 1 2 2 3 3 2 15 ringan
18 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 normal
19 1 0 0 0 2 2 1 2 3 4 15 sedang
20 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 4 normal
21 3 1 2 0 0 0 0 0 3 2 11 ringan
22 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 33 berat
23 2 4 2 4 4 3 3 2 4 4 32 berat
24 0 1 0 0 1 1 1 1 2 3 10 ringan
86
25 3 4 0 0 0 0 0 0 1 3 11 ringan
26 1 1 0 0 0 1 2 4 1 2 12 ringan
27 3 1 2 3 2 1 3 4 3 3 25 sedang
28 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
29 4 3 4 4 3 1 1 3 2 3 28 sedang
30 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
31 1 0 0 0 0 4 3 2 1 1 12 ringan
32 0 1 0 0 1 1 3 3 2 2 13 ringan
33 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
34 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 13 ringan
35 1 3 2 4 4 4 4 3 4 4 33 berat
36 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
37 3 1 2 3 2 4 4 4 4 4 31 berat
38 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 35 berat
39 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
40 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 4 normal
41 1 2 3 4 3 4 4 4 3 3 31 berat
42 0 0 4 4 2 0 0 1 1 0 12 ringan
43 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 4 normal
44 1 1 3 2 1 4 3 2 3 4 24 sedang
45 2 1 4 4 4 4 4 4 4 4 35 berat
46 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 4 normal
47 3 4 2 4 4 4 4 2 4 4 35 berat
48 2 3 4 3 2 3 4 3 4 4 32 berat
49 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 4 normal
87
Lampiran 10
Analisis Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Despresi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 20 40.8 40.8 40.8
2 12 24.5 24.5 65.3
3 8 16.3 16.3 81.6
4 9 18.4 18.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
gangguan_tidur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 21 42.9 42.9 42.9
2 13 26.5 26.5 69.4
3 5 10.2 10.2 79.6
4 10 20.4 20.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
88
Frequencies
Statistics
umur jenis kelamin
N Valid 49 49
Missing 0 0
Frequency Table
Umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 60-74 37 75.5 75.5 75.5
75-90 12 24.5 24.5 100.0
Total 49 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 15 30.6 30.6 30.6
perempuan 34 69.4 69.4 100.0
Total 49 100.0 100.0
89
Lampiran 11
Hasil Uji Korelasi
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
despresi * gangguan_tidur 49 100.0% 0 .0% 49 100.0%
despresi * gangguan_tidur Crosstabulation
gangguan_tidur
Total 1 2 3 4
despresi 1 Count 15 5 0 0 20
% within despresi 75.0% 25.0% .0% .0% 100.0%
2 Count 5 4 2 1 12
% within despresi 41.7% 33.3% 16.7% 8.3% 100.0%
3 Count 1 4 2 1 8
90
% within despresi 12.5% 50.0% 25.0% 12.5% 100.0%
4 Count 0 0 1 8 9
% within despresi .0% .0% 11.1% 88.9% 100.0%
Total Count 21 13 5 10 49
% within despresi 42.9% 26.5% 10.2% 20.4% 100.0%
Correlations
despresi gangguan_tidur
Spearman's rho despresi Correlation Coefficient 1.000 .753**
Sig. (2-tailed) . .000
N 49 49
gangguan_tidur Correlation Coefficient .753** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 49 49
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
91
Lampiran 12
DOKUMENTASI PENELITIAN
92
Lampiran 13
93
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan Bulan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1. Pembuatan dan
Konsul Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Bimbingan Proposal
4. Ujian Proposal
5. Revisi Proposal
6. Pengambilan Data
7. Penyusunan dan
Konsul Skripsi
8. Ujian Skripsi
94
95