Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEGER
KABUPATEN MADIUN
Oleh :
DILA YUNITA NIKSA SARAHWATI
NIM : 201402010
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
TINGKAT KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HALUSINASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEGER
KABUPATEN MADIUN
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
DILA YUNITA NIKSA SARAHWATI
NIM : 201402010
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
iii
iv
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim ...
Atas rahmat dan hidayahnya dari allah SWT skripsi ini dapat
diselesaikan dengan penuh perjuangan dan iringan doa. Oleh karena
itu skripsi ini dipersembahkan penulis untuk keluarga dengan
penderita halusinasi Indonesia agar dapat mengurangi stigma
tentang halusinasi di masyarakat. Penulis juga mempersembahkan
skripsi yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kekambuhan Penderita Halusinasi Di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun” antara lain :
❖ Yang pasti pertama untuk kedua orang tua yang luar biasa
mengiringi proses skripsi ini yaitu sang pemimpin dalam
keluarga Bpk. Suparno serta seorang wanita terindah yang
diberikan dalam hidup Ibu Marjanah.
❖ Mempersembahkan untuk adek tercinta Amanda dan Amara
serta Saudara – saudara tercinta yang selalu memberikan
doa dan motivasi
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan..
❖ Untuk Bapak Aris Hartono, S.Kep.,Ns., M.Kes dan Bu Dian
Anisia W, S.Kep.,Ns., M.Kep yang telah sabar membimbing
dan mengajari saya, serta Ibu Asrina Pitayanti, S.Kep.,Ns.,
M.Kes selaku penguji. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih
kepada Dosen Prodi S1 Keperawatan STIKES BHM Madiun
atas seluruh ilmu, didikan dan bimbingan yang telah di
berikan.
❖ John Suwarno E. S, S.Kep.,Ns terimakasih telah membantu
dalam memberikan informasi dan arahan sebelum hingga
sesudah terwujudnya skripsi ini. Semoga Allah membalas
semua kebaikan dan ilmu yang diberikan.
vi
❖ Mempersembahkan untuk para sahabat-sahabat Pejuang
S.Kep angkatan 2015 yang telah bersama selama 4 tahun
mengarungi perjuangan kuliah
❖ Untuk Skuad Pak Aris dan Bu Dian terima kasih atas
dorongan semangat dan kerjasama kalian.
❖ Untuk semua teman-teman khususnya keperawatan 8a
angkatan 2015 dan teman-teman angkatan 2014 khususnya
Siti Nur Cholifah yang membantu jalannya penelitian sampai
terselesaikan skripsi ini. Terima Kasih banyak atas dorongan
semangat dan do`a kalian semuanya.
❖ Teruntuk Someone in my heart
Semangat dan kerja kerasmu .. membuka mata .. Bahwa
hidup ini butuh perjuangan ..Terima kasih atas support,
motivasi dan waktunya.
❖ Ungkapan terakhir Alhamdulillah Terima kasih ya Allah atas
rahmat dan Karunia-Mu.
~DYNS~
vii
MOTTO
Jika Orang tuamu tidak punya
nama besar untuk dibanggakan
Maka buat namamu menjadi
kebanggaan orang tua yang telah
membesarkan
~DYNS~
viii
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dila Yunita Niksa Sarahwati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 18 Juni 1994
Agama : Islam
Alamat : Ds. Mojorayung, RT/RW : 13/04,
Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
2001 – 2006 : SDN 2 Kanigoro
2006 – 2009 : SMPN 4 Madiun
2009 - 2012 : SMA Cokroaminoto Madiun
2015 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Riwayat Pekerjaan : CV. Bagasindo Mandiri Madiun
x
ABSTRAK
Dila Yunita Niksa Sarahwati
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT
KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HALUSINASI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS GEGER KABUPATEN MADIUN
137 Halaman + 14 Tabel + 4 Gambar + 15 Lampiran
Halusinasi merupakan salah satu tanda dan gejala yang paling sering dijumpai
pada orang dengan gangguan jiwa. Penderita halusinasi mengalami kekambuhan
terjadi tiga sampai lima tahun setelah seseorang didiagnosa menderita halusinasi.
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan yang
sangat berarti bagi penderita, sehingga sangat berpengaruh besar dalam proses
penyembuhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun.
Jenis penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini sejumlah 60 keluarga pada penderita halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, besar sampel yang digunakan sejumlah 34
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah Proportional Random
Sampling. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner pada setiap
variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Somers’D
dengan α 0,05.
Hasil penelitian ini diketahui bahwa dukungan keluarga kategori baik dengan
kemandirian perawatan diri tergolong baik sebanyak 55.9%. Hasil analisa
Somers’D diperoleh nilai signifikansi ρ value = 0,000 < α = 0,05 artinya ada
hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada penderita
halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dengan keeratan hubungan
0.559 yang artinya keeratan hubungan dikategorikan sedang.
Dukungan keluarga sangat mempengaruhi tingkat kekambuhan penderita
halusinasi, semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin jarang
pula tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi. Dan diharapkan keluarga
menyadari akan pentingnya dukungan terhadap anggota keluarganya yang
mengalami halusinasi didalam mencegah tingkat kekambuhan.
Kata kunci : dukungan keluarga, tingkat kekambuhan, halusinasi
xi
ABSTRACT
Dila Yunita Niksa Sarahwati
THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT WITH RECURRENCE
RATE OF HALLUCINATION PATIENTS IN IN THE WORKING PUSKESMAS
GEGER REGENCY OF MADIUN
137 pages + 14 Tables + 4 pictures + 15 Attachmant
Hallucination are one of the most common signs and symptoms in people with
mental disorders. Hallucinations sufferers recurrence occur three to five years
after a person was diagnosed with hallucination. Family and friend support was
one of the healing drugs that means so much to sufferers that it has a big
influence on the healing process.The purpose of this study was to analyze the
relationship between family support and recurrence rates in hallucination
patients in the district of Madiun regency.
This type of research was correlational with cross sectional approach. The
population in this research were 60 families in hallucination patients in Geger
Sub-District of Madiun District, the sample size was 34 respondents. The
sampling technique used was Proportional Random Sampling. Methods of data
collection using questionnaires on each variable. The statistical test used in this
study is Somers'D with α 0,05.
The results of was research that good category of family support with
recurrence rate was quite good as much as 55.9%. Somers'D analysis results
obtained significance value ρ value = 0.000 <α = 0.05 that there was the
relationship family support with recurrence rate hallucination patients in Geger
Sub-District of Madiun District with the relationship 0.559 which means the
relationship was average.
Family support greatly affects the recurrence rate of hallucination patients,
the better family support provided, the less recurrence rate in hallucination
patients. And the family is expected to realize the importance of support for family
members who experience hallucinations in preventing recurrence.
Keywords: family support, recurrence rate, hallucination
xii
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................... i
Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ........................................................................................... iv
Lembar Persembahan .......................................................................................... v
Motto ................................................................................................................... vii
Lembar Pernyataan.............................................................................................. viii
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... ix
Abstrak ................................................................................................................ x
Abstract ............................................................................................................... xi
Daftar Isi.............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Gambar ..................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvii
Daftar Istilah........................................................................................................xviii
Daftar Singkatan.................................................................................................. xix
Kata Pengantar .................................................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 7
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Halusinasi ....................................................................... 9
2.1.1 Pengertian Halusinasi ...................................................... 9
2.1.2 Etiologi Halusinasi........................................................... 9
2.1.3 Jenis Halusinasi ............................................................... 12
2.1.4 Tahap Halusinasi ............................................................. 13
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi ........................................... 14
2.1.6 Rentang Neurobiologi Halusinasi .................................... 15
2.1.7 Manifestasi Klinis Halusinasi .......................................... 18
2.1.8 Peran Keluarga dalam Perawatan Halusinasi .................. 20
2.2 Konsep Dukungan Keluarga........................................................ 25
2.2.1 Pengertian Dukungan dan Keluarga ................................ 25
2.2.1.1 Pengertian Dukungan........................................... 25
2.2.1.2 Pengertian Keluarga............................................. 25
2.2.2 Pengertian Dukungan Keluarga ....................................... 26
2.2.3 Fungsi Keluarga ............................................................... 26
2.2.4 Peran Keluarga................................................................. 28
2.2.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ....................... 29
2.2.6 Sumber-Sumber Dukungan Keluarga .............................. 30
2.2.7 Bentuk Dukungan Keluarga ............................................ 30
2.2.8 Manfaat Dukungan Keluarga ........................................... 32
xiii
2.2.9 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga 33
2.2.10 Dukungan Keluarga Bagi Halusinasi............................... 36
2.3 Konsep Tingkat Kekambuhan ..................................................... 36
2.3.1 Pengertian Kekambuhan .................................................. 36
2.3.2 Gejala Kekambuhan......................................................... 37
2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan ............................ 37
2.3.4 Tindakan Mencegah Kekambuhan .................................. 40
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 42
1.2 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 44
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 45
4.2.1 Populasi ........................................................................... 45
4.2.2 Sampel ............................................................................. 46
4.3 Teknik Sampling ......................................................................... 48
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 49
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ............... 50
4.5.1 Identifikasi Variabel ........................................................ 50
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ......................................... 50
4.6 Instrument Penelitian ................................................................... 51
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... 52
4.7.1 Lokasi Penelitian ............................................................. 52
4.7.2 Waktu Penelitian .............................................................. 53
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 53
4.8.1 Pengumpulan Data........................................................... 53
4.8.2 Pengolahan Data .............................................................. 55
4.9 Teknik Analisa Data .................................................................... 60
4.9.1 Analisa Univariat............................................................. 60
4.9.2 Analisa Bivariat ............................................................... 60
4.10 Etika dalam Penelitian ................................................................. 61
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 64
5.2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................ 64
5.2.2 Data Umum Responden .................................................. 65
5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ........................................................... 65
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia .... 66
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status
Hubungan Keluarga Dengan Yang Sakit ......... 66
5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir .......................................... 67
5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan ........................................................... 67
xiv
5.2.3 Data Khusus Responden .................................................. 67
5.1.3.1 Dukungan Keluarga Penderita Halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ............. 68
5.1.3.2 Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ......... 69
5.1.3.3 Tabulasi Silang Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ............. 70
5.2 Pembahasan ............................................................................... 71
5.2.1 Dukungan Keluarga Penderita Halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun .......................... 71
5.2.2 Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ........................... 74
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kekambuhan Penderita Halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun .............................................. 75
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ...................................................................................... 78
6.2 Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 80
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 83
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel 2.1 Tahap Halusinasi .............................................................................. 13
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel .......................................................... 50
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Desa ............................................................. 54
Tabel 4.3 Interval Koefisien Korelasi Somer’s D ............................................ 61
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin ............................................................................................ 65
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 66
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Hubungan Keluarga Dengan Yang Sakit ........................... 66
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Terakhir ......................................................................... 67
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan .......................................................................................... 67
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia ......... 68
Tabel 5.7 Deskripsi Kuesioner Dukungan Keluarga Pasien Skizofrenia
Berdasarkan 4 Indikator di Dukungan Keluarga di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun ................................................................ 68
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi.... 69
Tabel 5.9 Deskripsi Kuesioner Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi
Berdasarkan 3 Indikator di Dukungan Keluarga di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun ................................................................ 69
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi ..................................... 70
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
Gambar 2.1 Respon Neurobiologi ..................................................................... 16
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual ..................................................................... 42
Gambar 4.1 Desain Penelitian Cross Sectional ................................................. 45
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 49
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Permohonan surat ijin pengambilan data awal ............................ 83
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 84
Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian ....................................................... 86
Lampiran 4 Surat Keterangan selesai Penelitian............................................. 87
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 88
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 89
Lampiran 7 Kisi – Kisi Kuesioner .................................................................. 90
Lampiran 8 Lembar Kuesioner Penelitian ..................................................... 91
Lampiran 9 Tabulasi Data Demografi ............................................................ 95
Lampiran 10 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga ................................... 103
Lampiran 11 Distribusi Frekuensi Tingkat Kekambuhan ................................. 109
Lampiran 12 Hasil Uji SPSS ............................................................................. 110
Lampiran 13 Jadwal Kegiatan .......................................................................... 111
Lampiran 14 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 112
Lampiran 15 Lembar Konsultasi Bimbingan .................................................... 114
xviii
DAFTAR ISTILAH
Anonymity : Tanpa nama
Benfits ratio : Resiko
Bivariate : Analisis yang dilakukan untuk menganalisis
dua variabel
Coding : Memberi tanda kode
Confidentiality : Rahasia
Cross Sectional : Pengukuran/observasi data variable hanya satu kali
waktu
Data Entry : Memasukkan data
Door to Door : Pintu ke pintu
Editing : Memeriksa
Homicide : Pembunuhan
Informed Concent : Lembar persetujuan
Kuratif : Suatu kegiatan untuk penyembuhan penyakit
Multiple choice : Pilihan ganda
Preventif : Suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu
masalah/ penyakit
Promotif : Suatu kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat
Promosi kesehatan
Product Moment Pearson : Uji korelasi yang mengukur keeratan hubungan 2
variabel
Reinforcement : Penguatan
Rehabilitatif : Pemulihan atau proses menjaga agar seorang yang
sudah sembuh kembali bugar seperti semula
Respect Human Dignity : Prinsip menghargai hak asasi manusia
Right in Fair Treatment : Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil
Right to Full Disclosure : Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan
yang diberikan
Right to Justice : Prinsip keadilan
Right to Privacy : Hak dijaga kerahasiaannya
Right to Self Determination : Hak untuk ikut/tidak menjadi responden
Scoring : Pemberian skor
Self care group : Kelompok perawatan diri
Software : Perangkat lunak
Suicide : Bunuh diri
Tabulating : Tabulasi data
Univariate : Analisis yang dilakukan untuk satu variabel Atau
pervariabel
xix
DAFTAR SINGKATAN
ADL : Activities of Daily Living
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
Kesbangpolinmas : Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan
Masyarakat
SPSS : Statistical Package for the Social Sciences
WC : Water Closed
WHO : Word Health Organization
xx
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan
Pada Penderita Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun” dengan baik. Tersusunnya skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan,
saran dan dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Sulistyo Widiantono, MM sebagai Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Madiun
2. drg. Sunu Setyowati sebagai Kepala Puskesmas Geger Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
3. Kepala Desa yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk
melakukan penelitian.
4. Zainal Abidin, S.KM., M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
5. Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
6. Aris Hartono S.Kep.,Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh ketelatenan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
7. Dian Anisia W, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang
selalu membimbing dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
8. Asrina Pitayanti, S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua dewan penguji dalam
skripsi ini.
9. John Suwarno E.S, S.Kep., Ns sebagai penanggung jawab kejiwaan di
Puskesmas Geger Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang telah
xxi
membantu dalam memberikan informasi dan arahan sebelum hingga
sesudah terwujudnya skripsi ini.
10. Kedua Orang tua saya yang telah memberi dorongan dan semangat tanpa
henti.
11. Terimakasih juga untuk teman-teman Angkatan 2015 yang telah memberi
dorongan dan bantuan berupa apapun dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
Madiun, 06 Agustus 2019
Peneliti,
Dila Yunita Niksa Sarahwati
NIM. 201402010
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Halusinasi merupakan salah satu tanda dan gejala yang paling sering
dijumpai pada orang dengan gangguan jiwa. Keliat, B. A. dkk,(2010)
menyatakan bahwa halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan
sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Tanda
gejala yang diperlihatkan klien dengan halusinasi yaitu klien tidak dapat
memusatkan perhatian/kurangnya konsentrasi, selalu berubah respon dari
rangsangan, gelisah, ketakutan, wajah tegang, perubahan sensori akut,
mudah tersinggung, disorientasi, ketidakmampuan memecahkan masalah,
sikap curiga dan bermusuhan, menyalahkan diri sendiri/orang lain serta
perubahan pola perilaku (Yusnipah, 2012). Menurut Hardianto (2009)
melaporkan bahwa penderita halusinasi mengalami kekambuhan terjadi
tiga sampai lima tahun setelah seseorang didiagnosa menderita halusinasi.
Penderita halusinasi membutuhkan perhatian dari orang lain atau
lingkungan terdekat seperti keluarga. Akan tetapi adanya beban bagi
keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami halusinasi
mengakibatkan keluarga tidak mempedulikan dan bersikap keliru pada
penderita (Wirawan, 2006). Penderita halusinasi sering digambarkan
sebagai individu yang bodoh, aneh dan berbahaya. Karena pandangan
2
halusinasi yang salah dari masyarakat penderita tidak dibawa berobat
kerumah sakit karena keluarga malu dan dianggap berbahaya beberapa
penderita halusinasi yang dipasung (Hawari, 2003).
Gangguan jiwa di era globalisasi dan persaingan bebas seperti
sekarang ini cenderung dalam jumlah banyak dan menjadi salah satu
permasalahan kesehatan yang signifikan di dunia. Menurut WHO (2016)
prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari
penduduk dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% diantaranya
adalah gangguan jiwa berat. Dalam penelitian Yosep (2011)
memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Di indonesia dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi seperti faktor biologis, psikologis dan sosial maka jumlah
kasus gangguan jiwa terus bertambah. Sehingga berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk
jangka panjang. Di Indonesia sendiri pada tahun 2013 jumlah gangguan
jiwa berat terdapat 1,7 juta pasien dan gangguan jiwa ringan terdapat 19
juta pasien. Hasil riset kesehatan dasar (2013) bahwa prevalensi masalah
gangguan jiwa berat 0,17% atau secara absolute penduduk Indonesia yang
menderita gangguan jiwa sebanyak 400 ribu jiwa, sedangkan di Jawa
Timur menunjukkan 83.612 dari 38.005.413 jiwa yang mengalami
gangguan jiwa (Balitbang, 2013). Sedangkan data Dinas Kesehatan pada
tahun 2013, 2014 dan 2015 berturut-turut mengalami peningkatan, tahun
2013 sebanyak 1.408 orang, tahun 2014 sebanyak 1.869 orang dan tahun
3
2015 sebanyak 2.195 orang mengalami gangguan jiwa (Dinkes Kab.
Madiun, 2016).
Dalam menangani gangguan kesehatan jiwa sesuai kebijakan
pemerintah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009
tentang kesehatan jiwa Bab IX kesehatan jiwa Pasal 148 1) Penderita
gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga negara. 2) Hak
sebagaimana dimaksud pada ayat tersebut meliputi persamaan perlakuan
dalam setiap aspek kehidupan kecuali peraturan perundang-undangan
menyatakan lain. Maka upaya kesehatan jiwa harus dilakukan secara
komprehensif (promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif) dan pelayanan
ditujukan kepada individu,masyarakat serta keluarga. Menurut perawat di
Rumah Sakit Grhasia Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di
ruang kelas III rata-rata angka halusinasi mencapai 46,7% setiap bulannya
(Mamnu’ah, 2010). Tingginya angka penderita gangguan jiwa yang
mengalami gangguan halusinasi apabila tidak ditangani dengan baik akan
berakibat buruk bagi klien sendiri, keluarga, orang lain dan lingkungan.
Di Indonesia gangguan jiwa terbagi 7 masalah keperawatan utama
yaitu perilaku kekerasan, menarik diri / isolasi sosial,waham,resiko bunuh
diri,defisit perawatan diri, harga diri rendah,dan halusinasi. Ada beberapa
hal yang bisa memicu kekambuhan halusinasi, antara lain penderita tidak
minum obat,tidak kontrol ke dokter secara teratur, menghentikan sendiri
obat tanpa persetujuan dari dokter, dan adanya masalah kehidupan yang
berat dapat memicu stress, sehingga penderita kambuh dan perlu dirawat
4
di rumah sakit (Raharjo, 2014). Chaery (2009) menyatakan bahwa dampak
yang dapat ditimbulkan oleh penderita yang mengalami halusinasi adalah
kehilangan kontrol dirinya. Penderita akan mengalami panik dan
perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat
melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide), bahkan
merusak lingkungan. Selain itu halusinasi juga akan berimbas pada
keluarganya, peningkatan beban keluarga penderita dengan halusinasi
tidak dapat bekerja dan bergantung kepada keluarga, dampak pada
psikologis keluarga terutama stress, hilangnya waktu produktif keluarga
penderita dapat mengakibatkan keadaan yang sangat membahayakan
seperti berisiko menimbulkan perilaku kekerasan dan lainnya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat
hubungannya dengan seseorang, tinggal bersama dan berinteraksi untuk
memenuhi kebutuhan antar individu. Dimana keluarga yang akan
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga itu sendiri dan
masyarakat yang lebih luas secara afektif, sosialisasi, maupun ekonomi.
Keluarga perlu memahami kebutuhan penderita, karena keluarga sebagai
pendukung utama yang memberikan perawatan langsung pada klien.
Keluarga harus memiliki 3 domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
untuk meningkatkan kemampuannya (Bloom, 1956 dalam Potter dan
Perry, 2009). Faktor penyebab yang bisa memicu kekambuhan pada
penderita halusinasi antara lain tidak rutin kontrol obat, tidak minum obat,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, serta adanya
5
masalah kehidupan yang berat dapat memicu stress sehingga penderita
kambuh dan perlu dirawat dirumah sakit. Wiscarz (2016) menyatakan
bahwa bagi penderita halusinasi yang setia pada rejimen pengobatan maka
besarnya kekambuhan akan turun jika dikombinasikan antara obat,
pendidikan kelompok dan dukungan.
Berbagai upaya pengobatan dan teori model konsep keperawatan jiwa
telah dilaksanakan, akan tetapi masih banyak klien yang mengalami
perawatan ulang atau kekambuhan dan mondok di rumah sakit jiwa.
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuhan
yang sangat berarti bagi penderita, sayangnya masyarakat sendiri justru
mengasingkan keberadaan penderita gangguan jiwa sehingga hal ini turut
mempengaruhi sikap keluarga terhadap penderita bahkan gangguan jiwa
dianggap sebagai penyakit yang membawa aib bagi keluarga, sehingga
keluarga menjadi stress, bingung, marah, cemas, tak berdaya,
menyalahkan satu sama lain, malu yang sering disebut sebagai beban
subjektif keluarga sehingga diputuskan untuk dibuang oleh keluarganya
sendiri (Sumarjo, 2004). Wirawan (2006) mengatakan bahwa anggota
keluarga penderita harus dilibatkan dan terlibat dalam perlakuan proses
kolaboratif sejauh mungkin. Anggota keluarga umumnya berkontribusi
untuk perawatan penderita dan memerlukan pendidikan, bimbingan dan
dukungan serta pelatihan membantu mereka mengoptimalkan peran
mereka. Pernyataan ini didukung dengan penelitian yang dilakukan Sari
(2017) yang diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan
6
antara dukungan keluarga dengan kekambuhan skizofrenia pada pasien
skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi. Dukungan keluarga berdasarkan aspek melibatkan klien
dalam kunjungan rutin ke Poliklinik Jiwa sebanyak 50% (cukup), aspek
keteraturan keluarga mengontrol pengobatan sebanyak 50% (cukup), dan
aspek memberikan dukungan mental-emosional sebanyak 70% (baik).
Studi pendahuluan dilakukan pada tanggal 11 Januari 2019 di
Puskesmas Geger terdapat 151 orang penderita gangguan jiwa yang
tersebar dalam 10 desa. Masalah yang banyak terjadi pada penderita
dengan gangguan jiwa yaitu halusinasi, dalam catatan kunjungan terakhir
terdapat 60 orang rata-rata mengalami halusinasi. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan oleh peneliti ternyata ditemukan dari 10 responden didapat
8 pasien kambuh dan 2 pasien baru. Dari 8 orang yang kambuh rata’’
kambuh 70% pada tahun kedua setelah pulang dari rumah sakit. Dan total
pasien pasung sebanyak 15 orang, lepas pasung 13 orang, repasung/
pasung ulang 12 orang.
Berdasarkan permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian tentang ’’Hubungan Antara Dukungan
Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada penderita Halusinasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun’’.
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menyusun rumusan
masalah dalam penelitian ini yaitu: ’’Apakah ada Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada penderita
Halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun?’’
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi
di wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi dukungan keluarga penderita halusinasi di
wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
2. Untuk mengidentifikasi tingkat kekambuhan penderita halusinasi di
wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
3. Untuk menganalisis hubungan antara dukungan keluarga dengan
tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi di wilayah kerja
Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
8
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu keperawatan jiwa terkait dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi.
2. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
tentang penanganan terhadap tingkat kekambuhan pada halusinasi.
3. Hasil penelitian ini untuk menambah wawasan dan berguna sebagai
dasar bagi penelitian selanjutnya dalam pengembangan tentang
kekambuhan pada halusinasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi informasi
bagi keluarga akan pentingnya dukungan keluarga terhadap anggota
keluarganya yang mengalami halusinasi dalam mengatasi kekambuhan dan
diharapkan pada peneliti selanjutnya bisa menganalisa faktor-faktor lain
untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Halusinasi
2.1.1 Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respons
neurobiologis maladaptif. Penderita sebenarnya mengalami distorsi
sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponnya. Halusinasi dapat
muncul dari salah satu panca indera (Wiscarz, 2016).
Halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal maupun rangsangan eksternal. Penderita
memberi pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan
yang nyata, misalnya penderita mengatakan mendengar suara padahal
tidak ada orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
2.1.2 Etiologi Halusinasi
Menurut Yosep (2009), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.
10
b. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungan.
c. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa, adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik
neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan pasien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Pasien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua Halusinasi cenderung mengalami Halusinasi. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan
yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
11
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap
stresor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Mekanisme Koping
Tiap upaya yang diarahkanpada pelaksanaan stress, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang
digunakan untuk melindungi diri. Terdapat 3 mekanisme yaitu :
a. Regresi : menjadi malas beraktifitas sehari – hari.
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal (Stuart, 2007).
12
4. Sumber Koping
Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang.
Individu dapat mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan
sumber koping dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai
modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan
budaya dapat membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman
yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang
berhasil.
2.1.3 Jenis Halusinasi
Jenis-jenis halusinasi menurut (Wiscarz, 2016) sebagai berikut:
1. Halusinasi pendengaran: Mendengarkan kegaduhan atau suara, paling
sering dalam bentuk suara. Suara yang berkisar dari kegaduhan atau
suara sederhana, suara berbicara tentang penderita, menyelesaikan
percakapan antara dua orang atau lebih tentang orang yang
berhalusinasi. Pikiran mendengar dimana penderita mendengar suara-
suara yang berbicara pada penderita dan perintah yang memberitahu
penderita untuk melakukan sesuatu dan kadang-kadang berbahaya.
2. Halusinasi penglihatan: Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau
cahaya, gambar geometris, tokoh kartun, adegan, bayangan rumit dan
kompleks. Bayangan dapat menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
3. Halusinasi penciuman/penghidu : Mencium tidak enak, busuk, tengik
seperti darah, urin, atau feses dan terkadang bau menyenangkan. Ini
13
sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang,atau
dimensia.
4. Halusinasi perabaan: Penderita mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Merasa sensasi listrik
datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecapan: Penderita sering meludah, muntah, merasakan
seperti mengecap darah,urine seperti feses, atau yang lainnya.
6. Halusinasi kenestik: Penderita merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinestetik: Penderita merasakan pergerakan sementara
berdiri tanpa bergerak.
2.1.4 Tahap Halusinasi
Menurut tim kesehatan jiwa Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia tahap-tahap halusinasi, karakteristik dan perilaku yang
ditampilkan oleh penderita yang mengalami halusinasi adalah :
Tabel 2.1 Tahap Halusinasi
Level Karakteristik Halusinasi Perilaku klien
TAHAP 1
Memberi nyaman
tingkat ansietas
sedang secara
umum halusinasi
merupakan suatu
kesenangan.
• Mengalami ansietas,
kesepian, rasa bersalah
dan ketakutan.
• Mencoba berfokus pada
pikiran yang dapat
meghilangkan ansietas.
• Pikiran dan
pengalaman sensori
masih dalam kontrol
kesadaran.
• Tersenyum atau tertawa
sendiri
• Menggerakkan bibir tanpa
suara
• Pergerakan mata yang
cepat
• Respon verbal yang lambat
• Diam dan berkonsentrasi
14
Level Karakteristik Halusinasi Perilaku klien
TAHAP 2
Menyalahkan,ting
kat kecemasan
berat secara
umum halusinasi
menyebabkan rasa
antipasi.
• Pengalaman sensori
yang menakutkan
• Merasa dilecehkan oleh
pengalaman sensori
tersebut
• Mulai merasa
kehilangan kontrol
• Menarik diri dari orang
lain
• Terjadinya peningkatan
denyut jantung, pernapasan
dan tekanan darah
• Perhatian dengan
lingkungan berkurang
• Konsentrasi dengan
lingkungan berkurang
• Konsentrasi terhadap
pengalaman sensorinya
• Kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi
dengan realitas.
TAHAP 3
Mengontrol
tingkat kecemasan
berat pengalaman
sensori
(halusinasi) tidak
dapat ditolak.
• Penderita menyerah
dan menerima
pengalaman sensorinya
(halusinasi)
• Isi halusinasi menjadi
atraktil
• Kesepian bila
pengalaman sensori
berakhir
• Perintah halusinasi ditaati
• Sulit berhubungan dengan
orang lain
• Perhatian dengan
lingkungan kurang atau
hanya beberapa detik
• Tidak mampu mengikuti
perintah dari perawat,
tampak tremor dan
berkeringat
TAHAP 4
Menguasai tingkat
kecemasan, panik
secara umum,
diatur dan
dipengaruhi oleh
halusinasi.
• Pengalaman sensori
menjadi mengancam.
• Halusinasi dapat
berlangsung selama
beberapa jam atau hari.
• Perilaku panic
• Potensial untuk bunuh diri
atau membunuh
• Tindakan kekerasan agitasi,
menarik atau katatonik
• Tidak mampu merespon
terhadap lingkungan
• Tidak mampu berespon
terhadap lebih dari satu
orang.
Sumber : Keliat (2010)
2.1.5 Tanda dan Gejala Halusinasi
Menurut Keliat dikutip oleh Syahbana (2009), tanda dan gejala
halusinasi meliputi :
1. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri.
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat dan
respon verbal yang lambat.
15
3. Menarik diri dari orang lain dan berusaha untuk menghindari diri dari
orang lain.
4. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang
tidak nyata.
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik
dan berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
7. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan
lingkungannya) dan takut.
8. Sulit berhubungan dengan orang lain.
9. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah.
10. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
11. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton.
2.1.6 Rentang Neurobiologi Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan dari persepsi sensori, waham
merupakan gangguan pada isi pikiran. Keduanya merupakan gangguan
dari respons neurobiologi. Oleh karenanya secara keseluruhan, rentang
respons halusinasi mengikuti kaidah rentang respons neurobiologi.
Rentang respons neurobiologi yang paling adaptif adalah adanya pikiran
logis dan terciptanya hubungan sosial yang harmonis. Rentang respons
yang paling maladaptif adalah adanya waham, halusinasi, isolasi sosial,
dan menarik diri.
16
Berikut adalah gambaran rentang respons neurobiologi :
Adaptif Maladaptif
Gambar 2.1 Respon Neurobiologi
Sumber : Wiscarz (2016).
Proses terjadinya halusinasi
1. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam
batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan
masalah tersebut. Respon adaptif meliputi:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarahkan pada
kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
d. Perilaku cocok adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran
• Gangguan
pemikiran/wah
am
• Halusinasi
• Kesulitan
pengolahan
emosi
• Perilaku kacau
• Isolasi sosial
• Pikiran sesekali
terdistorsi
• Ilusi
• Reaksi emosional
berlebihan atau tidak
bereaksi
• Perilaku aneh atau
penarikan tidak biasa
• Pikiran Logis
• Persepsi akurat
• Emosi konsisten
dengan
pengalaman
• Perilaku cocok
• Hubungan sosial
harmonis
17
e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain
dan lingkungan.
2. Respon psikososial meliputi:
a. Proses pikiran sesekali terdistorsi adalah proses yang
menimbulkan gangguan dalam ekonomi.
b. Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indra.
c. Emosi berlebihan atau berkurang.
d. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
e. Menarik diri yaitu percobaan untuk menghindari intraksi dengan
orang lain.
3. Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif ini meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan social
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada
c. Kesulitan pengolahan emosi adalah sesuatu yang timbul dari hati
18
d. Perilaku kacau merupakan pola pembicaraannya tidak jelas dalam
susunan bahasa dan logika
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
2.1.7 Manifestasi Klinis Halusinasi
Menurut Kusumawati (2010) manifestasi klinik pada gangguan
persepsi sensori halusinasi adapun perilaku yang dapat teramati adalah
sebagai berikut:
1. Halusinasi penglihatan
a. Melirik mata kekiri dan kekanan seperti mencari siapa atau apa
yang sedang dibicarakan
b. Mendengar dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang
tidak berbicara atau pada benda seperti mebel
c. Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang
yang tidak tampak
d. Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang
menjawab suara.
2. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati:
a. Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakuti oleh orang lain,
benda mati atau stimulus yang tidak tampak.
b. Tiba- tiba berlari keruangan lain.
19
3. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat diamati pada penderita gangguan halusinasi
penciuman adalah :
a. Hidung yang dikerutkan seperti, mencium bau yang tidak enak
b. Mencium bau tubuh
c. Mencium bau udara ketika sedang berjalan kearah orang lain
d. Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api
atau darah
e. Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan
memadamkan api.
4. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada penderita yang mengalami
gangguan halusinasi peraba adalah:
a. Meludahkan makanan atau minuman
b. Menolak untuk makan, minum atau minum obat
c. Tiba-tiba meninggalkan meja makan
5. Halusinasi perabaan
a. Menggaruk-garuk permukaan kulit
b. Merasa ada serangga dipermukaan tubuh
c. Merasa seperti tersengat listrik
20
2.1.8 Peran Keluarga dalam Perawatan Halusinasi
1. Membantu mengenal halusinasi
a. Bina hubungan saling percaya dengan penderita.
Hubungan saling percaya dengan memfasilitasi penderita
agar merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh
halusinasinya agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh
penderita dapat diceritakan secara komprehensif. Keluarga harus
sabar, memperlihatkan penerimaan yang tulus, dan aktif
mendengar ungkapan penderita saat menceritakan halusinasinya.
Hindarkan menyalahkan penderita atau menertawakan penderita
walaupun pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan
menggelikan.
b. Mendiskusikan kapan muncul dan situasi penyebab halusinasi.
Membantu penderita mengenali halusinasi mengenai isi
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi, dan perasaan penderita saat
halusinasi muncul). Setelah penderita menyadari bahwa
halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya penderita perlu dilatih bagaimana cara yang
bisa dilakukan dan terbukti efektif mengatasi halusinasi.
c. Meningkatkan kontak dengan realita
1) Bicara dengan pasien secara sering dan singkat
2) Ajak bicara pasien jika tampak pasien sedang berhalusinasi
21
3) Buat jadwal sehari-hari untuk menghindari kesendirian
4) Ajak bicara jika tampak penderita sedang berhalusinasi
d. Membantu penurunan kecemasan dan ketakutan
1) Temani pasien, cegah isolasi dan menarik diri
2) Terima halusinasi pasien tanpa mendukung dan
menyalahkan. Misalnya : “Saya percaya anda mendengar,
tetapi saya sendiri tidak mendengar”.
3) Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan
4) Tetap hangat, empati dan lemah lembut
e. Mencegah pasien melukai dirinya sendiri dan orang lain
1) Melakukan perlindungan
2) Kontak sering dengan personal
f. Tingkatkan harga diri
1) Identifikasi kemampuan pasien dan beri kegiatan yang sesuai
2) Beri kesempatan dan beri pujian atas kegiatan yang pasien
lakukan
3) Dorong supaya pasien melakukan kegiatan yang positif.
2. Keluarga melatih penderita untuk mengontrol halusinasi, meliputi:
a. Mengajarkan penderita menghardik halusinasi
Menghardik yaitu upaya mengendalikan halusinasi dengan cara
menolak halusinasi yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan,
”pergi pergi...kamu palsu...kamu tidak nyata...aku tidak mau
22
dengar...aku tidak mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila
halusinasi muncul setiap saat.
b. Berinteraksi dengan penderita saat halusinasinya kambuh
Dengan bercakap-cakap dengan penderita, maka penderitaakan
terjadi teknik distraksi, fokus perhatian penderita saat terjadi
halusinasi beralih kepercakapan.
c. Mengajak penderita beraktivitas dengan menyusunkan kegiatan
harian
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang
yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh penderita. Penderita
akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu, penderita dilatih
menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai
malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat seperti
memasak, maka bersama, mencuci piring, menyapu lantai, dan
aktivitas lainnya. Keluarga harus selalu memonitor pelaksanaan
kegiatan tersebut sehingga penderita betul-betul tidak ada waktu
lagi untuk melamun tak terarah.
d. Menggunakan obat
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin,
serotonin). Untuk itu, penderita perlu diberi penjelasan bagaimana
obat dapat mengatasi halusinasi, pemberian obat kepada penderita
23
harus patuh dan teratur untuk menjalankan pengobatan yang
optimal.
3. Pemenuhan ADL
Keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari penderita
(Fitria, 2009) yang meliputi :
a. Kebersihan diri : memandikan penderita dan melakukan
perawatan kulit, perawatan kuku dan kaki, perawatan mulut,
perawatan rambut, perawatan mata, telinga dan hidung dan
perawatan alat kelamin (Fitria, 2009).
b. Toileting : melepaskan dan memakaikan kembali pakaian untuk
toileting, membersihkan penderita setelah BAB/ BAK dengan
tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Fitria, 2009).
c. Berhias : mengambil pakaian, memakaikan pakaian, mengancing
baju dan celana, menggunakan kaos kaki, menggunakan alat
tambahan, memberikan penampilan pada yang memuaskan, dan
mengenakan sepatu secara tepat sesuai dengan iklim dan kondisi
sosial. Dan seluruh kegiatan ini tergantung pada kesukaan dan
budaya seseorang, penderita wanita memakai make up, mencukur
bulu ketiak dan alis merupakan bagian yang penting dari
kerapian. Sedangkan untuk pria mencukur merupakan sesuatu
yang penting sekali bagi penampilan dan harga diri mereka
(Fitria, 2009).
24
d. Makan dan minum : mempersiapkan makanan, perkakas makanan
dan minuman, mengajarkan berdoa sebelum makan dan sesudah
makan (Fitria, 2009).
4. Keluarga memodifikasi lingkungan rumah
Memanipulasi dan memodifikasi lingkungan akan berpengaruh
positif terhadap proses penyembuhan seperti membersihkan rumah,
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dengan ruang yang
mudah dijangkau klien baik ruang makan, kamar mandi ataupun WC,
memberikan perhatian selama 24 jam, menghindarkan alat-alat yang
menyebakan pencideraan diri yang menimbulkan terjadinya
kecelakaan/luka, meminta klien berpartisipasi melakukan kegiatan
membereskan kamarnya sendiri (Stuart, 2007).
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
Keluarga memutuskan tindakan yang tepat bagi penderita yang
sakit. Keluarga mengajak anggota keluarga lain berdiskusi bersama
dalam menentukan tempat pengobatan yang tepat untuk penderita.
Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, memahami
keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan, memanfaatkan
fasilitas kesehatan dengan mengunjungi balai kesehatan jiwa,
puskesmas, maupun rumah sakit. Keluarga datang ke pelayanan saat
obat pasien habis ataupun penderita yang mengalami gangguan jiwa
kambuh dan keluarga tidak mampu menanganinya (Stuart, 2007).
25
2.2 Konsep Dukungan Keluarga
2.2.1 Pengertian Dukungan dan Keluarga
2.2.1.1 Pengertian Dukungan
Dukungan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sesuatu
yang didukung, sokongan, bantuan. Dukungan juga dapat diartikan sebagai
memberikan dorongan/motivasi atau semangat dan nasihat kepada orang
lain dalam situasi pembuat keputusan (Chaplin, 2011). Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa dukungan adalah sesuatu yang diberikan
kepada seseorang, baik itu berupa motivasi dan nasehat agar dia bisa
bertahan dalam menghadapi sesuatu keadaan yang dihadapi atau
dijalaninya.
2.2.1.2 Pengertian Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan
kebudayaan (Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
perkawinan dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.
26
2.2.2 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan,
dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk sokongan atau
bantuan dari anggota keluarga yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga lainnya, sehingga anggota keluarga
merasa ada yang memperhatikan.
2.2.3 Fungsi Keluarga
Fungsi Keluarga menurut Friedman (2010) yaitu :
1. Fungsi Afektif
Fungsi internal keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikososial
anggota keluarga, seperti saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan,
saling mendukung antar anggota keluarga. Fungsi afektif keluarga
yang utama adalah mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan
angggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi afektif juga
dimanfaatkan untuk mempertahankan kepribadian dengan
memfasilitasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan
psikologis angota keluarga, peran keluarga dilaksanakan dengan baik
dengan penuh kasih sayang (Friedman, 2010). Untuk mengurangi
tingkat kekambuhan penderita halusinasi, fungsi afektif harus
dipenuhi dengan cara memberikan Reinforcement positif terhadap
27
kemampuan yang sudah dilakukan penderita dengan tujuan
meningkatkan harga diri positif.
2. Fungsi Sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan melatih anggota keluarga untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain di luar rumah. Tujuan dari fungsi sosial agar
anggota keluarga menjadi lebih tempat melaksanakan sosialisasi dan
interaksi dengan anggotanya (Friedman, 2010). Keluarga dengan
anggota keluarga yang mengalami halusinasi diharapkan dapat
membantu penderita halusinasi agar mampu melakukan hubungan
sosial baik di dalam lingkungan keluarga itu sendiri maupun di luar
lingkungan seperti berinteraksi dengan tetangga sekitarnya,
berbelanja, memanfaatkan transportasi umum ataupun melakukan
interaksi dalam kelompok yang ada di wilayah tempat tinggalnya.
Perilaku penderita halusinasi membuat pola komunikasi keluarga
dengan pasien terganggu, hal ini menjadi tantangan bagi keluarga
untuk mengendalikan hubungan dan bagaimana menata lingkungan
masyarakat untuk menerima perubahan pola hubungan pasien.
3. Fungsi Kesehatan
Fungsi perawatan kesehatan keluarga adalah memberikan
perawatan keluarga bagi seluruh anggota keluarganya. Tanggung
jawab utama keluarga pada fungsi ini adalah memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional
28
tenaga kesehatan (Friedman, 2010). Perawatan yang
berkesinambungan melalui berobat secara teratur, keterlibatan pasien
dalam aktifitas sehari-hari serta peran keluarga akan mengurangi
angka kejadian kekambuhan penderita halusinasi di rumah.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi ketersediaan sumber-sumber keluarga
secara finansial, dan pengalokasian sumber finansial dengan sesuai
melalui proses pengambilan keputusan. Kemampuan keluarga untuk
mengalokasikan sumber untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang,
pangan, papan, dan perawatan kesehatan yang memadai merupakan
suatu perspektif tentang sistem nilai keluarga itu sendiri (Friedman,
2010). Salah satu beban yang dialami oleh keluarga dengan Halusinasi
adalah beban ekonomi yang harus dikeluarkan untuk pengobatannya.
Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota keluarga untuk
memanfaatkan sumber finansial yang tersedia agar pengobatan klien
tetap berkelanjutan.
2.2.4 Peran Keluarga
Peran keluarga adalah perilaku spesifik yang diharapkan oleh
seseorang dalam konteks keluarga yang menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
(Setiadi, 2008). Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga
menurut Effendy (2007), peran keluarga dibagi menjadi 3 yaitu :
29
1. Peran ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak. Ayah
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya. Ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan
pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari
nafkah tambahan dalam keluarganya.
3. Peran anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
2.2.5 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Menurut Friedman (2010) tugas keluarga dalam bidang kesehatan
dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya.
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang
tepat bagi keluarga.
30
3. Memberikan perawatan untuk anggota keluarga yang sakit atau yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usia yang
terlalu muda.
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
2.2.6 Sumber-Sumber Dukungan Keluarga
Berdasarkan sumbernya dukungan keluarga dibagi menjadi dua, yaitu :
Dukungan keluarga internal dan eksternal (Setiadi, 2008).
1. Dukungan keluarga internal
Dukungan keluarga internal berasal dari suami atau istri, atau dari
saudara kandung, atau dukungan dari anak.
2. Dukungan keluarga eksternal
Dukungan keluarga eksternal berasal dari sahabat, pekerjaan,
tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok sosial, kelompok
rekreasi, tempat ibadah, dan praktisi kesehatan.
2.2.7 Bentuk Dukungan Keluarga
Menurut Friedman (2010) Keluarga memiliki bentuk dukungan yang
dibagi atas 4 dukungan, yaitu :
1. Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk
memahami kejadian penderita halusinasi dan strategi penatalaksanaan
31
yang digunakan pada penderita halusinasi. Dukungan penelian ini
terjadi bila ada ekspresi penelitian positif terhadap individu. Individu
yang dapat diajak bicara mengenai masalah yang terjadi pada
penderita berupa harapan positif, penyemangat, persetujuan ide-ide
atau perasaan dan perbandingan positif antara keluarga dengan
penderita. Dukungan keluarga dapat membantu dalam peningkatan
strategi individu dengan stratagei-strategi alternative berdasarkan
pengalaman positif.
2. Dukungan Informasional
Dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah,
memberikan nasihat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa
yang dilakukan. Keluarga juga menyediakan informasi dengan
menyarankan tentang dokter, terapi dan tindakan yang baik dan
spesifik untuk mengontrol emosi keluarga terhadap penderita. Pada
dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan
pemberi informasi.
3. Dukungan Instrumen
Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti
pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata. Suatu
kondisi dimana benda atau jasa membantu dalam pemecahan masalah
secara praktis bahkan bantuan secara langsung. Misalnya : membantu
pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan
32
transportasi, menjaga dan merawat orang yang sakit dengan membawa
ke jasa pelayanan kesehatan.
4. Dukungan Emosi
Dukungan ini meliputi memberikan individu rasa nyaman, merasa
dicintai saat mengalami kekambuhan atau proses penyembuhan,
bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian
sehingga individu yang menerimanya merasa berharga. Pada
dukungan emosional ini keluarga memberikan fasilitas berupa tempat
istirahat untuk individu dan memberikan semangat dalam proses
penyembuhan atau mencegah terjadinya kekambuhan.
2.2.8 Manfaat Dukungan Keluarga
Friedman (2010) mengatakan bahwa ada semacam hubungan yang
kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggotanya. Dukungan
keluarga juga secara signifikan dan positif dihubungkan dengan kualitas
hidup termasuk kepuasan hidup, konsep diri, kesehatan dan fungsional.
Keluarga merupakan system pendukung sosial utama bagi anggota
keluarga, khususnya bagi penderita halusinasi. Karena keluarga dapat
memberikan dukungan yang penuh, sensitive terhadap kebutuhan anggota
keluarga, mempertahankan komunikasi yang efektif dan selalu berupaya
membantu meningkatkan harapan hidup bagi penderita halusinasi
(Hindrawati, 2008).
Manfaat dukungan keluarga sangat penting untuk proses yang terjadi
sepanjang masa kehidupan, sifat, jenis dukungan social berbeda-beda
33
namun demikian dapat membantu penderita bersosialisasi kembali,
menciptakan kondisi lingkungan suportif, menghargai penderita secara
pribadi, dan membantu pemecahan masalah penderita (Friedman, 2010).
2.2.9 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga menurut Setiadi (2008)
adalah :
1. Faktor internal
a. Tahap perkembangan
Artinya dukungan dapat ditemukan oleh faktor usia dalam hal
ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian
setiap rentang usia (bayi-lansia memiliki pemahaman dan respon
terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda).
b. Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan
dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang
kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya sehingga lebih
kooperatif dalam memberikan dukungan. Dukungan yang
diberikan pada lansia tergantung dari tingkat pengetahuan
keluarga. Keluarga yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
34
akan memberikan dukungan informasional kepada lansia untuk
mengikuti kegiatan posyandu lansia.
c. Faktor emosi
Faktor emosional juga mempengauhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang
mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya
cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin
dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut
dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional
yang kecil selama ia sakit. Seseorang individu yang tidak mampu
melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit
mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya
dan tidak mau menjalani pengobatan.
d. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
2. Faktor eksternal
a. Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
35
Misalnya: penderita juga kemungkinan besar akan melakukan
tindakan pencegahan jika keluarganya melakukan hal yang sama.
Misal : anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan rutin, maka ketika punya anak dia akan
melakukan hal yang sama.
b. Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang
mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel
psikososial mencakup : stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan
lingkungan kerja. Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan
persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi
keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi
tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang dirasakan. Sehingga ia akan segera
mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya. Serta sebaliknya semakin rendah tingkat ekonomi
seseorang maka ia akan kurang tanggap terhadap gejala penyakit
yang dirasakan.
c. Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan
kebiassaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara
pelaksanaan kesehatan pribadi. Keyakinan keluarga dan
36
masyarakat selama ini akan berpengaruh pada rendahnya
dukungan keluarga yang diberikan.
2.2.10 Dukungan Keluarga Bagi Halusinasi
Dukungan keluarga terjadi dalam semua tahap siklus kehidupan.
Dengan adanya dukungan keluarga, keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal untuk meningkatkan kesehatan dan adaptasi
keluarga dalam kehidupan (Friedman, 2010). Sehingga dukungan keluarga
sangat berpengaruh besar dalam proses penyembuhan, apabila dukungan
keluarga tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan dan pemulihan
pasien juga berkurang (Friedman 2010). Dengan demikian dukungan
keluarga berkaitan dengan kekambuhan halusinasi sehingga tidak dapat
diabaikan dalam penatalaksanaan halusinasi.
2.3 Konsep Tingkat Kekambuhan
2.3.1 Pengertian Kekambuhan
Kekambuhan merupakan suatu keadaan dimana muncul gejala yang
sama seperti sebelumnya dan mengakibatkan klien harus dirawat kembali
(Nasir, 2010). Keadaan sekitar atau lingkungan yang penuh stres dapat
memicu pada orang-orang yang mudah terkena serangan halusinasi, di
mana dapat ditemukan bahwa orang-orang yang mengalami kekambuhan
lebih besar kemungkinannya daripada orang-orang yang tidak mengalami
kejadian buruk dalam kehidupan mereka.
37
2.3.2 Gejala Kekambuhan
Menurut Nasir, (2010) ada beberapa gejala kekambuhan yang perlu di
identifikasi oleh penderita dan keluarga yaitu:
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut
2. Tidak ada nafsu makan
3. Sulit tidur
4. Depresi
5. Tidak ada minat
6. Menarik diri
2.3.3 Faktor-Faktor Penyebab Kekambuhan
Orang dengan halusinasi diperkirakan akan kambuh 60% sampai 70%
dalam beberapa tahun pertama setelah diagnosis (Wiscarz, 2016).
Faktor-faktor penyebab penderita kambuh adalah:
1. Dokter (sebagai pemberi resep)
Minum obat secara teratur dapat mengurangi kambuh, namun
pemakaian obat neoroleptik yang lama dapat menimbulkan efek
samping tardive diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial
seperti gerakan yang tidak terkontrol. Dokter yang memberi resep
diharapkan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapeutik yang
dapat mencegah kambuh dan efek samping.
2. Perawat (sebagai penanggung jawab asuhan keperawatan)
Setelah penderita pulang kerumah, maka perawat komuniti tetap
bertanggung jawab atas program adaptasi penderita dirumah. Maka
38
perawat komuniti tetap bertanggung jawab atas program adaptasi
penderita dirumah. Penanggung jawab kasus memiliki kesempatan
yang lebih banyak bertemu dengan penderita dan keluarga sehingga
dapat mengidentifikasikan gejala dini dan segera mengambil tindakan
(Nasir, 2010).
3. Penderita
Penderita yang gagal minum obat secara teratur mempunyai
kecenderungan kambuh. Hasil penelitian menunjukkan 25% sampai
50% penderita yang pulang kerumah dari rumah sakit jiwa tidak
minum obat secara teratur. Penderita kronis khususnya sukar
mengikuti aturan minum obat karena adanya gangguan realita dan
ketidak mampuan mengambil keputusan, isolasi sosial, sistem
pendukung dan adanya gangguan fungsi dari penderita yang
menyebabkan kurangnya kesempatan penderita menggunakan koping
untuk menghadapi stress, akibatnya koping penderita akan melemah
dan tidak ada penambahan koping baru sehingga penderita tidak
berespon secara adaptif dalam menghadapi stress dan mudah masuk
ke keadaan krisis (Nasir,2010).
4. Keluarga
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa faktor utama
penyebab penderita kambuh adalah karena keluarga tidak tahu cara
menangani penderita dirumah (Nasir, 2010). Menurut Vaugh dan
Synder (Keliat, 2007) keluarga yang tidak dapat mentolerir perilaku
39
penderita dapat mengakibatkan kambuhnya penderita seperti halnya
teori yang diungkapkan oleh stuard dan sundden (Yosep, 2009) bahwa
penderita halusinasi lebih banyak memiliki sikap bermusuhan dan
sikap berlebihan. Hal-hal yang perlu diperhatikan keluarga yang
anggota keluarganya mengalami halusinasi adalah:
a. Pengertian
1) Keluarga dapat mengerti tingkah laku penderita dan tahu cara
merespon perubahan perilaku penderita.
2) Keluarga jelas mengenal penyakit penderita secara teknis dan
prognosis.
3) Keluarga perlu mengetahui tentang perilaku yang di
indikasikan sebagai kekambuhan dan mencari pertolongan
sedini mungkin.
b. Mempunyai seseorang untuk diajak bicara seperti perawat (self
care grup)
c. Perilaku istirahat bagi keluarga tanpa disertai penderita
Secara umum keluarga tidak siap untuk menerima penderita yang
baru pulang dari rumah sakit, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
a. Adanya rasa pesimis terhadap masa depan penderita sehubungan
dengan adanya opini keluarga bahwa penderita tidak akan mampu
bertingkah laku normal.
40
b. Kurangnya pengakuan rumah sakit bahwa keluarga merupakan
salah satu sumber.
c. Kurangnya instruksi dan bimbingan terhadap keluarga tentang
bagaimana mereka harus berespon terhadap tingkah laku
penderita.
Selain anggapan keliru diatas ada juga anggapan lain yang
menyatakan bahwa penderita halusinasi tidak dapat diobati atau
disembuhkan. Anggapan ini tentu saja keliru karena bila terapi atau
pengobatan dapat dilakukan dengan teratur maka penderita halusinasi
bisa disembuhkan.
2.3.4 Tindakan Mencegah Kekambuhan
Menurut Wiscarz (2016). adapun pencegahan kekambuhan pada
penderita yaitu:
1. Mengidentifikasi gejala yang menandakan kambuh.
2. Mengidentifikasi gejala pemicu.
3. Memilih teknik manajemen gejala
4. Mengidentifikasi strategi koping untuk gejala pemicu.
5. Mengidentifikasi system pendukung apabila terjadi kekambuhan di
masa depan.
6. Dokumen tertulis rencana tindakan dan kuncinya adalah dukungan
dari orang-orang.
7. Memfasilitasi integrasi ke dalam keluarga dan masyarakat.
8. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi penderita.
41
9. Memberi pujian kepada penderita untuk segala perbuatannya yang
baik dari pada menghukumnya pada waktu berbuat kesalahan.
10. Mengikutkan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan sesama
anggota keluarga.
42
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Keterangan = = Diteliti = Berpengaruh
= Tidak diteliti
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Dengan Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Halusinasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun.
Faktor yang mempengaruhi Halusinasi :
1. Faktor Predisposisi :
Faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia,
psikologis, genetik dan pola
asuh
2. Faktor Presipitasi :
Biologis dan stres lingkungan
3. Mekanisme Koping :
Regresi, proyeksi dan menarik
diri
4. Sumber Koping :
Strategi koping
Tingkat
kekambuhan
Terapi psikososial :
1. Psikoterapi individual
2. Psikoterapi kelompok
3. Psikoterapi keluarga
Dukungan Keluarga :
1. Dukungan penilaian
2. Dukungan
informasional
3. Dukungan instrument
4. Dukungan emosi
1. Pola hidup
2. Pola tidur terganggu
3. Pemenuhan ADL
4. Modifikasi lingkungan
kurang
43
Gambar 3.1 menjelaskan tentang hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan pasien halusinasi. Faktor yang mempengaruhi
Halusinasi adalah Faktor Predisposisi : (Faktor perkembangan,
sosiokultural, biokimia, psikologis, genetik dan pola asuh), Faktor
Presipitasi : (Biologis dan stres lingkungan), Mekanisme Koping :
(Regresi, proyeksi dan menarik diri) dan Sumber Koping : Strategi koping
dari beberapa faktor tersebut mempengaruhi tingkat kekambuhan pada
penderita halusinasi. Selain itu tingkat kekambuhan juga mempengaruhi
pola hidup, pola tidur terganggu, pemenuhan ADL dan modifikasi
lingkungan kurang. Terapi psikososial yang meliputi psikoterapi
individual, psikoterapi kelompok, dan psikoterapi keluarga. Psikoterapi
keluarga sangat dibutuhkan untuk membantu tingkat kekambuhan pada
pasien halusinasi, seperti dukungan keluarga. Dukungan yang dapat
diberikan meliputi dukungan penilaian, dukungan informasional,
dukungan instrumen, dan dukungan emosi.
3.2 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian maka hipotesa yang
diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kekambuhan pada penderita halusinasi.
44
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian, dalam penelitian ini, saya
menggunakan desain penelitian survey analitik yaitu survey atau penelitian
yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu
terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena
atau antara faktor risiko (fenomena yang menyebabkan pengaruh) dengan
faktor efek (suatu akibat dari adanya faktor risiko). Penelitian ini
menggunakan pendekatan cross sectional yang artinya jenis penelitian
yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen
dan dependen hanya satu kali. Dalam penelitian ini variabel yang telah
diteliti yaitu hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan
pada penderita halusinasi di Wilayah kerja Puskesmas Geger Kabupaten
Madiun, yang dilakukan dengan satu kali pengamatan.
Desain penelitian yang telah dilakukan digambarkan dalam skema
cross sectional di bawah ini :
45
Gambar 4.1 Desain Penelitian cross sectional
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Dalam penelitian ini, populasi yang telah digunakan adalah semua
keluarga dengan penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun yang tersebar dalam 10 desa. Desa Pagotan 8 keluarga, Desa
Jatisari 13 keluarga, Desa Purworejo 5 keluarga, Desa Banaran 3
keluarga, Desa Geger 3 keluarga, Desa Uteran 4 keluarga, Desa Sareng 6
keluarga, Desa Klorogan 5 keluarga, Desa Slambur 5 keluarga dan Desa
Sumberejo 8 keluarga. Jumlah populasi 60 keluarga dan berkurang 10
responden karena digunakan untuk study pendahuluan awal. Total
populasi menjadi 50 keluarga dengan penderita halusinasi.
Populasi /
Sampel
Faktor Risiko (+)
Faktor Risiko (-)
Efek (+)
Efek (-)
Efek (+)
Efek (-)
46
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pasien halusinasi
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yaitu Desa Pagotan, Jatisari,
Purworejo, Banaran, Geger, Uteran, Sareng, Klorogan, Slambur, dan
Sumberejo.
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika terhadap variabel-
variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel yang
diteliti. Kriteria sampel dalam penelitian meliputi kriteria inklusi dan
ekslusi yaitu sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target yang terjangkau dan telah diteliti. Kriteria inklusi
pada penelitian ini adalah :
a. Keluarga yang memiliki anggota keluarga yang di diagnosa
halusinasi (dengan memiliki gejala : bicara,senyum dan ketawa
sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang
cepat dan respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain,
tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata,
terjadi peningkatan denyut jantung, perhatian dengan lingkungan
yang kurang atau hanya beberapa detik, curiga, bermusuhan, sulit
berhubungan dengan orang lain, ekspresi muka tegang, mudah
tersinggung, jengkel, tidak mampu mengikuti perintah dari
47
perawat, tampak tremor, berkeringat, perilaku panik, agitasi dan
kataton ).
b. Keluarga yang tinggal dengan anggota halusinasi secara langsung
(Ayah, Ibu, Suami, Istri, Anak, Cucu, Saudara, Sepupu).
2. Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria ekslusi pada penelitian ini
adalah :
a. Penderita halusinasi yang tidak ada saat di tempat penelitian.
b. Penderita halusinasi yang tidak memiliki anggota keluarga.
3. Untuk menentukan besar sampel yang digunakan rumus Slovin
sebagai berikut :
n = N
1+N(d)2
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : tingkat signifikansi (ρ)
𝑛 =𝑁
1 + 𝑁 (𝑑)²
n = 50
1+50(0,12)
𝑛 =50
1 + 50(0,01)
𝑛 =50
1 + 0,5
48
𝑛 =50
1,5
n = 33,3
n = 34
Jadi, setelah dilakukan perhitungan didapatkan besar sampel kasus
sebanyak 34 responden.
4.3 Teknik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Proporsional Random Sampling dengan pembagian sebagai berikut :
Rumus : 𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 𝒅𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒂
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒐𝒑𝒖𝒍𝒂𝒔𝒊 x besar sampel (n)
1. Desa Pagotan = 7
50𝑥 33 = 4,62 = 5 responden
2. Desa Jatisari = 12
50𝑥 33 = 7,92 = 8 responden
3. Desa Purworejo = 4
50 𝑥 33 = 2,64 = 3 responden
4. Desa Banaran = 2
50 𝑥 33 = 1,32 = 1 responden
5. Desa Geger = 2
50 𝑥 33 = 1,32 = 1 responden
6. Desa Uteran = 3
50 𝑥 33 = 1,98 = 2 responden
7. Desa Sareng = 5
50 𝑥 33 = 3,3 = 3 responden
8. Desa Klorogan = 4
50 𝑥 33 = 2,64 = 3 responden
9. Desa Slambur = 4
50 𝑥 33 = 2,64 = 3 responden
10. Desa Sumberejo = 7
50 𝑥 33 = 4,62 = 5 responden
49
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kekambuhan Pada Penderita Halusinasi Di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun.
Populasi:
Semua keluarga dengan penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun ada 10
desa yaitu di Desa Jatisari, Pagotan,Purworejo, Banaran, Geger, Uteran, Sareng, Klorogan,
Slambur dan Sumberejo (sebanyak 60 orang anggota keluarga)
Sampel:
Sebagian anggota keluarga penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yaitu
Desa Jatisari, Pagotan, Purworejo, Banaran, Geger, Uteran, Sareng, Klorogan, Slambur dan
Sumberejo (sebanyak 34 orang anggota keluarga)
Tehnik Sampling:
Proposional random sampling
Desain Penelitian:
Survey Analitik dengan pendekatan waktu cross sectional
Variabel bebas :
Dukungan Keluarga
Pengumpulan Data
Menggunakan Kuesioner
Variabel terikat :
Tingkat Kekambuhan
Pengolahan data :
Editing, Coding, Scoring, Data Entry, tabulating.
Analisa Data:
Uji statistik Somers’D dengan α 0,05
Hasil dan kesimpulan
50
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
4.5.1 Identifikasi Variabel
Macam jenis variabel meliputi independen dan dependen :
1. Independent variable (variabel bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Dukungan Keluarga
penderita halusinasi.
2. Dependent variable (variabel terikat)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Tingkat Kekambuhan
penderita halusinasi.
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah definisi berdasarkan karakteristik
yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Definisi operasional
dirumuskan untuk kepentingan akurasi, komunikasi dan replikasi.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kekambuhan pada penderita Halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.
Variabel Definisi
Operasional
Parameter/
Indikator Instrumen Skala Skor
Variabel
independent :
Dukungan
keluarga
Sikap tindakan
dan penerimaan
keluarga
terhadap
anggota
keluargannya
yang bersifat
mendukung
selalu siap
memberikan
pertolongan dan
bantuan jika
diperlukan
Dukungan
keluarga :
1. Dukungan
penilaian
2. Dukungan
informasio nal
3. Dukungan
instrumen
4. Dukungan
emosi
Kuesioner Ordinal Menggunakan skala
Likert dengan
pembagian :
4 = Selalu
3 = Sering
2 = Jarang
1 = Tidak pernah
Kategori skor :
1. Kurang (total skor
< 40)
2. Cukup (total skor
40-60)
3. Baik (total skor >
60)
51
Variabel Definisi
Operasional
Parameter/
Indikator Instrumen Skala Skor
Variabel
dependent :
Tingkat
Kekambuhan
Suatu keadaan
dimana muncul
gejala yang
sama seperti
sebelumnya dan
mengakibatkan
klien harus
dirawat kembali
dalam kurun
waktu satu
tahun
Tingkat
kekambuhan
ditentukan oleh
keluarga dari
beberapa gejala :
1. Bicara
sendiri
2. Ketawa
sendiri
3. Menyendiri
4. Mengamuk
5. Tidak nafsu
makan
6. Gelisah
Kuesioner Interval Tingkat
kekambuhan dalam
satu tahun dengan
skor :
1 = Tidak pernah
2 = 1 kali
3 = 2 kali
4 = > 2 kali
Kategori skor :
1. Tidak pernah
kambuh (satu
tahun terakhir)
2. Jarang kambuh
(tiga bulan
terakhir)
3. Sering kambuh
(satu bulan
terakhir)
4.6 Instrument Penelitian
Alat (instrumen) dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
variable X adalah dukungan keluarga, menggunakan instrument sesuai
dengan konsep berupa lembar kuesioner yang berisi 20 item soal dengan
menggunakan skala Likert. Pertanyaan dengan jawaban Selalu (4), Sering
(3), Kadang-kadang (2), Tidak Pernah (1). Kuesioner diambil dari (Dita
Samudra, 2014: 48). Untuk hasil uji dukungan keluarga dengan rumus
korelasi product momen pearson. Adapun ≤ 0,05 maka item dinyatakan
valid, begitupun sebaliknya jika signifikansinya > 0,05 maka item
pertanyaan dinyatakan tidak valid atau didasarkan pada nilai r, dimana
pertanyaan dinyatakan valid apabila r hitung > r table pada taraf
signifikansi 5%, sehingga pertanyaan dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian.
52
Untuk hasil uji validitas kuesioner dukungan keluarga diperoleh r
hitung antara 0,954 - 0,540 item pertanyaan dinyatakan valid jika r hitung
lebih besar dari r tabel (0,514) pada taraf signifikan 5% yaitu r hitung > r
tabel. Untuk hasil uji reliabilitas kuesioner tersebut dengan cara yang sama
dengan komputerisasi menggunakan tehnik Alpha Cronbach (α) dalam uji
reliabilitas r hasil adalah Alpha. Jika r alpha > r tabel pertanyaan tersebut
dinyatakan reliabel, begitu juga sebaliknya. Suatu instrument dikatakan
reliable jika memberikan nilai Alpha Cronbach > 0,6. Hasil dari uji
reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga yang sudah valid menunjuk
nilai alpha 0,948 dan kuesioner variabel dukungan keluarga disini sudah
reliable karena nilai sudah memenuhi syarat yaitu 0,948 > 0,6.
Kuesioner variabel Y adalah tingkat kekambuhan menggunakan
instrument sesuai dengan konsep berupa kuesioner yang berisi pernyataan
dengan menggunakan multiple choise untuk menentukan tingkat
kekambuhan pasien.
Pertanyaan yang digunakan adalah angket tertutup atau terstruktur
dimana responden hanya tinggal menjawab atau memilih kolom yang
sudah disediakan (responden hanya memberikan tanda (√)).
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
4.7.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.
53
4.7.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dimulai dari bulan Januari sampai bulan Agustus
2019.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada subjek
dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Dalam melakukan penelitian, prosedur yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Perijinan
Peneliti mengurus surat ijin penelitian dengan membawa surat ijin
dari Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun yang ditujukan kepada
kepala Puskesmas Geger Kabupaten Madiun untuk mengurus
pengambilan data awal. Kemudian mengajukan surat ijin penelitian
kepada Kepala KESBANGPOLINMAS Kabupaten Madiun untuk
melakukan penelitian di Desa Pagotan, Jatisari, Purworejo, Banaran,
Geger, Uteran, Sareng, Klorogan, Slambur, dan Sumberejo
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun, setelah mendapatkan ijin
kemudian mengantarkan surat tembusan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten Madiun dan Puskesmas Pembantu Kecamatan Geger.
Setelah mendapatkan izin, peneliti menemui calon responden
secara langsung dengan cara door to door, untuk mengadakan
pendekatan serta memberikan penjelasan kepada calon responden
mengenai penelitian yang telah dilakukan. Apabila calon responden
54
bersedia menjadi responden, maka dipersilahkan untuk
menandatangani lembar informed concent sebagai bukti ketersediaan
untuk menjadi responden dan apabila tidak bersedia menjadi
responden maka peneliti tetap menghormati keputusan tersebut.
Setelah responden menandatangani lembar inform concent
peneliti mengajukan pertanyaan yang ada pada lembar kuesioner
kemudian jawaban dari responden diisi pada lembar kuesioner
tersebut. Setelah kuesioner diisi oleh responden maka kuesioner
tersebut dikumpulkan kembali kepada peneliti pada saat itu juga,
kuesioner terkumpul, peneliti memeriksa kelengkapan data dan
jawaban dari kuesioner yang diisi oleh responden.
2. Proses Vulta
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dari kuesioner yang telah
diisi oleh responden. Dalam penelitian ini peneliti mengajak 1 orang
teman untuk membantu jalannya penelitian. Penelitian dilakukan
selama 10 hari. Pembagian kelompok telah digambarkan pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.2 Pembagian Kelompok Desa
Hari Nama Desa
Senin Pagotan
Selasa Uteran
Rabu Purworejo
Kamis Jatisari
Jum’at Slambur
Senin Geger
Selasa Sareng
Rabu Sumberejo
Kamis Klorogan
Jum’at Banaran
55
4.8.2 Pengolahan Data
1. Memeriksa (editing).
Editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut :
a. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaan sudah terisi.
b. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup
jelas atau terbaca.
c. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.
d. Apakah jawaban-jawaban pertanyaaan konsisten dengan jawaban
pertanyaan yang lainnya.
2. Memberi tanda kode (coding)
Coding mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data
angka atau bilangan. Dalam penelitian jenis kalimat yang diberi kode
antara lain yaitu :
a. Data demografi
1) Jenis Kelamin
Laki –laki : diberi kode 1
Perempuan : diberi kode 2
2) Pendidikan
Tidak tamat SD : diberi kode 1
SD : diberi kode 2
SMP : diberi kode 3
SMA : diberi kode 4
56
Perguruan tinggi : diberi kode 5
3) Pekerjaan
Tidak bekerja : diberi kode 1
Pedagang : diberi kode 2
Petani : diberi kode 3
Pegawai negeri : diberi kode 4
Swasta : diberi kode 5
TNI / POLRI : diberi kode 6
4) Status hubungan keluarga dengan pasien
Anak : diberi kode 1
Orang tua : diberi kode 2
Suami/Istri : diberi kode 3
Saudara yang tinggal serumah dengan penderita : 4
5) Umur
31-43 : diberi kode 1
44-57 : diberi kode 2
58-71 : diberi kode 3
b. Variabel dukungan keluarga
Kriteria Kurang : diberi kode 1
Kriteria Cukup : diberi kode 2
Kriteria Baik : diberi kode 3
c. Variabel tingkat kekambuhan
Kriteria Tidak pernah : diberi kode 1
57
Kriteria Jarang : diberi kode 2
Kriteria Sering : diberi kode 3
3. Pemberian skor (scoring)
Scoring yaitu penilaian data dengan memberikan skor pada
pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan responden. Hal ini
dimaksudkan untuk memberikan bobot pada masing-masing jawaban,
sehingga mempermudah perhitungan.
Untuk menentukan kategori dukungan keluarga dan tingkat
kekambuhan menggunakan rumus Azwar (2011) yaitu :
Mean = 𝟏
𝟐 ( X max + 𝑋 𝑚𝑖𝑛 ) 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎n
Skor kuesioner dukungan keluarga:
1 = Tidak pernah
2 = Kadang-kadang
3 = Sering
4 = Selalu
Berikut keterangan untuk menentukan kategori dukungan
keluarga :
X max = 4
X min = 1
Mean = 1
2 ( X max + 𝑋 𝑚𝑖𝑛 ) 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛
1
2 ( 4 + 1 )𝑥 20
2,5 x 20 = 50
58
L max = 20 x 4 = 80
L min = 20 x 1 = 20
Standart Deviasi = 1
6 ( Lmax− 𝐿min)
1
6 ( 80 − 20)
1
6 × 60 = 10
Baik : jika skor jawaban x ≥ (µ + 1.σ)
x ≥ (50 + 1.10)
x ≥ 60
Cukup : jika skor jawaban (µ - 1.σ) ≥ x < (µ + 1.σ)
(50 – 1.10) ≥ x < (50 + 1.10)
40 ≥ x < 60
Kurang : jika skor jawaban x < (µ - 1.σ)
x < (50 – 1.10)
x < 40
Skor kuesioner tingkat kekambuhan
1 = Tidak pernah
2 = 1 kali
3 = 2 kali
4 = > 2 kali
Berikut keterangan menentukan kategori tingkat kekambuhan :
X max = 4
X min = 1
Mean = 12 ( X max+ 𝑋 min ) 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑡𝑒𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛
59
1
2 ( 4 + 1)𝑥 3
1
2 𝑥 15 = 7,5
L max = 3 x 4 = 12
L min = 1 x 4 = 4
Standart Deviasi = 1
6 (Lmax− 𝐿min)
1
6 (12 - 4)
1
6 × 8 = 1,3
Sering : jika skor jawaban x ≥ (µ + 1.σ)
x ≥ (7,5 + 1.1,3)
x ≥ 8,8
Jarang : jika skor jawaban (µ - 1.σ) ≥ x < (µ + 1.σ)
(7,5 – 1.1,3) ≥ x < (7,5 + 1.1,3)
6,2 ≥ x < 8,8
Tidak pernah : jika skor jawaban x < (µ - 1.σ)
x < (7,5 – 1.1,3)
x < 6,2
4. Memasukkan data (entry)
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan
ke dalam progam atau “software” computer. Dalam proses ini dituntut
ketelitian dari orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak
maka terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data.
60
5. Tabulasi data (tabulating)
Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti. Tabel yang telah
ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai dengan
kebutuhan analisis.
4.9 Teknik Analisa Data
4.9.1 Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Untuk menganalisis hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada halusinasi.
Penyajiannya dalam bentuk distribusi dan prosentase dari setiap variabel.
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa hubungan antara dukungan
keluarga dengan tingkat kekambuhan pada halusinasi. Semua karakteristik
responden dalam penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, hubungan
keluarga, tingkat pendidikan, dan pekerjaan berbentuk kategori yang
dianalisis menggunakan analisa proporsi dan dituangkan dalam tabel
distribusi frekuensi.
4.9.2 Analisa Bivariat
Analisa Bivariat yaitu analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara variabel bebas dan terikat dengan menggunakan
uji statistic. Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
kekambuhan pada halusinasi. Uji statistic yang digunakan adalah uji
61
Somer’s D dengan α 0,05. Uji Somer’s D adalah salah satu uji Asosiatif
Parametris, yang mengukur hubungan antara 2 variabel dengan skala
ordinal yang dibentuk ke dalam tabel kontingensi. Data atau variabel
kategorik pada umumnya berisi variabel yang berskala ordinal. Adapun
pedoman signifikansi memakai panduan sebagai berikut: Bila p value < α
(0,05), maka signifikansi atau ada hubungan.
Apabila hasil perhitungan koefesien korelasi Somer’s D rs hitung > rs
tabel maka hipotesis alternative (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0)
ditolak, yaitu adanya Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kekambuhan pada Halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun.
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefesien Korelasi
Tabel 4.3 Interval Koefesien Korelasi Somer’s D
Interval Koefesien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : (Sugiyono, 2012)
4.10 Etika dalam Penelitian
Dalam penelitian ini, saya telah melakukan semua penelitian dengan
memperhatikan etika penelitian. Saya memperhatikan etika dalam
penelitian sesuai dengan prinsip etika dalam penelitian dibedakan menjadi
3 bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan
prinsip keadilan.
62
1. Prinsip manfaat
a. Bebas dari penderitaan
Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan
kepada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.
b. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari
keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan
bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah
diberikan, tidak telah dipergunakan dalam hal-hal yang dapat
merugikan subjek dalam bentuk apa pun.
c. Risiko (benfits ratio)
Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan
yang telah berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self
determination)
Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai
hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun
tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau telah berakibat terhadap
kesembuhannya, jika mereka seorang klien.
63
b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure)
Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci
serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada
subjek.
c. Informed consent
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang
tujuan penelitian yang telah dilaksanakan, mempunyai hak untuk
bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada
informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang
diperoleh hanya telah dipergunakan untuk pengembangan ilmu.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment)
Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan
sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya
diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau
dikeluarkan dari penelitian.
b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang
diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama
(anonymity) dan rahasia (confidentiality).
64
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 - 28 Juni 2019 dengan
jumlah sampel sebanyak 34 responden dari keluarga dengan masalah
halusinasi. Dimana untuk penelitiannya dilakukan di Desa Pagotan, Desa
Uteran, Desa Purworejo, Desa Jatisari, Desa Slambur, Desa Geger, Desa
Sareng, Desa Sumberejo, Desa Klorogan, dan Desa Banaran,
penentuannya diambil sesuai dengan prosentase halusinasi yang ada di
sepuluh Desa tersebut yang berada di Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun.
Puskesmas Geger merupakan Puskesmas Induk yang berada di
Wilayah Kecamatan Geger.Batas–batas wilayah Puskesmas Geger sebelah
utara Kecamatan Kaibon, sebelah timur Kecamatan Dagangan, sebelah
selatan Kecamatan Bangunsari dan sebelah barat Kecamatan
Kebonsari.Pelayanan dibuka setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00 sampai
habis pasien.Tenaga kesehatan di Wilayah Kecamatan Geger terdapat satu
orang merupakan lulusan Sarjana Keperawatan khusus untuk menangani
Orang dengan Gangguan Jiwa salah satunya penderita halusinasi.
Sesuai dengan program Pemerintah Jawa Timur, Puskesmas Geger
mengadakan program pengobatan rutin setiap tiga bulan sekali bekerja
sama dengan pihak desa, program pengobatan dilakukan di balai desa
65
dengan didampingi keluarga dan aparat keamanan setempat, pihak
puskesmas memberikan obat injeksi dan pemberian obat oral. Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan peneliti terkait program kunjungan puskesmas
memberikan penjelasan kepada keluarga saat keluarga menanyakan terkait
dukungan keluarga.
Selain itu peneliti saat pengkajian didampingi oleh petugas kesehatan
dari puskesmas.Responden rutin kontrol datang langsung ke Puskesmas
setiap 10 hari / bila obat sudah habis.Sebagian besar mereka datang
bersama keluarga ada juga yang datang sendiri dengan kendaraan pribadi /
sepeda motor.
5.1.2 Data Umum Responden
Data umum akan menyajikan mengenai karakteristik responden
berdasarkan sebaran populasi, karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin, karakteristik responden berdasarkan umur, karakteristik
responden berdasarkan tinggal bersama keluarga yang sakit, karakteristik
responden berdasarkan status hubungan keluarga dengan yang sakit,
karakteristik responden berdasarkan pendidikan, dan karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan.
5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Bulan
Juni 2019 (n=34)
Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)
Laki-laki 16 47.1
Perempuan 18 52.9
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
66
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden
laki-laki sebanyak 16 responden (47.1%) dan jenis kelamin responden
perempuan sebanyak 18 responden (52.9%).
5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Deskriptif Karakteristik Usia Responden di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun Bulan Juni 2019
Variabel N Mean Median Modus SD Min-Max
Usia 34 56.53 58.00 50 10.45 31-71
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa rerata usia responden 56
tahun, usia responden paling banyak 50 tahun, usia responden terendah 31
tahun dan tertinggi 71 tahun.
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Hubungan Keluarga
dengan yang Sakit
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Status Hubungan Keluarga dengan yang Sakit di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun Bulan Juni 2019
Hubungan dengan penderita Frekuensi (f) Persentase %
Anak 1 2.9
Orang tua 23 67.6
Suami / Istri 2 5.9
Saudara 8 23.6
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar hubungan
penderita dengan keluarga sebagai orang tua sebanyak 23 responden
(67.6%) sebagian kecil hubungan penderita dengan keluarga sebagai anak
sebanyak 1 responden (2.9%).
67
5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Bulan
Juni 2019
Pendidikan Frekuensi (f) Persentase %
Tidak tamat SD 0 0
SD 4 11.8
SMP 16 47.1
SMA 14 41.1
Perguruan Tinggi 0 0
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar
pendidikan terakhir SMP sebanyak 16 responden (47.1%) dan responden
yang tamat SD sebanyak 4 responden (11.8%).
5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Bulan Juni
2019
Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase %
Tidak bekerja 20 58.8
Pedagang 2 5.9
Petani 6 17.7
PNS 0 0
Wiraswasta 6 17.6
TNI/POLRI 0 0
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak bekerja sebanyak 20 responden (58.8%) dan sebagian
kecil responden bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 responden (5.9%).
5.1.3 Data Khusus Responden
Setelah mengetahui dari data umum dalam penelitian ini maka akan
ditampilkan hasil penelitian berdasarkan dengan data khusus yang
68
meliputi: Dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan penderita
halusinasi dalam bentuk tabel distribusi frekuensi serta tabulasi silang
tentang variabel independent dan variabel dependent.
5.1.3.1 Dukungan Keluarga Penderita Halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Pasien Halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun Bulan Juni 2019
Dukungan Keluarga Frekuensi (f) Persentase %
Kurang 3 8.8
Cukup 12 35.3
Baik 19 55.9
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner identitas responden di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
bulan juni 2019)
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa dukungan keluarga pada
penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 34
responden terdapat 19 responden (55.9%) dukungan keluarga tergolong
baik dan 3 responden (8.8%) dukungan keluarga tergolong kurang.
Tabel 5.7 Deskripsi Jawaban Kuesioner Responden Dukungan Keluarga
Penderita Halusinasi Berdasarkan 4 Indikator di Dukungan
Keluarga di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Juni
2019 (n = 34)
Indikator Hasil
Baik Cukup Kurang
Dukungan Penilaian 52.9% 38.3% 8.8%
Dukungan Informasional 50.0% 41.7% 8.8%
Dukungan Instrumental 52.9% 38.3% 8.8%
Dukungan Emosional 52.9% 38.3% 8.8%
Hasil penelitian berdasarkan 4 indikator dukungan keluarga penderita
halusinasi yaitu dukungan penilaian, dukungan informasional, dukungan
instrumental dan dukungan emosional.Didapatkan dukungan penilaian
dengankategori kurang 8.8%, cukup 38.3% dan baik 52.9%.Dukungan
69
informasional dengan kategori kurang 8.8%, cukup 41.7% dan 50.0%
baik.Dukungan instrumental dengan kategori kurang 8.8%, cukup 38.3%
dan baik 52.9%.Dan dukungan emosional dengan kategori kurang 8.8%,
cukup 38.3% dan baik 52.9%.
5.1.3.2 Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi Dalam Satu Tahun Di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Tingkat Kekambuhan di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun Bulan Juni 2019
Tingkat Kekambuhan Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidak pernah 14 38.8%
Jarang 20 61.2%
Sering 0 0
Total 34 100.0
(Sumber : Lembar kuesioner tingkat kekambuhan penderita halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun bulan Juni 2019)
Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa tingkat kekambuhan
penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dari 34
respondenterdapat 20 responden (61.2%) tingkat kekambuhan tergolong
jarang dan 14 responden (38.8%%) tidak pernah kambuh.
Tabel 5.9 Deskripsi Jawaban Responden Tingkat Kekambuhan Penderita
Halusinasi Berdasarkan Tigaindikator di Dukungan Keluarga
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun bulan Juni 2019) (n =
34)
Pernyataan Hasil
Tidak pernah Jarang Sering
Kekambuhan dalam satu bulan
terakhir 28.5 % 5.6 % 65.9 %
Kekambuhan dalam tiga bulan
terakhir 77.6 % 5.6 % 16.8 %
Kekambuhan dalam satu tahun
terakhir 91.6 % 2.8 % 5.6 %
Hasil penelitian berdasarkan 3 indikator yaitu satu bulan, tiga bulan
dan satu tahun. Didapatkan tingkat kekambuhan dalam satu bulan dengan
kategori tidak pernah 28.5.% penderita, jarang 5.6% penderita dan sering
70
65.9% penderita. Tingkat kekambuhan dalam tiga bulan dengan kategori
tidak pernah 77.6% penderita, jarang 5.6% penderita, dan sering 16.8%
penderita. Dan tingkat kekambuhan dalam satu tahun dengan kategori
tidak pernah 91.6% penderita, jarang 2.8% penderita dan sering 5.6%
penderita..
5.1.3.3 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kekambuhan Penderita HalusinasiDi Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun bulan Juni 2019
Dukungan
Keluarga
Tingkat Kekambuhan
Tidak pernah Jarang Sering Total
F % F % F % F %
Kurang 3 100.0 0 0 0 0 3 100.0
Cukup 2 5.6 10 94.4 0 0 12 100.0
Baik 5 14.0 14 86.0 0 0 19 100.0
Total 10 28.0 24 72.0 0 0 34 100.0
α = 0, 05 r = 0,559 ρ value = 0,000
Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukan bahwa dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan kurang 100% sebanyak 3 keluarga.Dukungan
keluarga cukup dengan tingkat kekambuhan tidak pernah 5.6% sebanyak 2
keluarga, tingkat kekambuhan jarang 94.4 sebanyak 10 keluarga dan
dukungan keluarga baik dengantingkat kekambuhan tidak pernah 14.0%
sebanyak 5 keluarga dan tingkat kekambuhan jarang 86.0% sebanyak 14
keluarga.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistik Somers’D
dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ value = 0.000 < α =0.05,
artinya Ha diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan
71
keluarga dengan tingkat kekambuhan penderita halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun.Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung
=0.559 yaitu positif yang berarti semakin baik dukungan keluarga maka
semakin jarang tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi. Keeratan
hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0.559 yang dikategorikan
sedang (0.40 – 0.599) yang artinya keeratan hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun adalah sedang.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Dukungan Keluarga Penderita Halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa
dukungan keluarga pada penderita halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun yang termasuk dalam kategori dukungan keluarga
tergolong baik sebanyak 55.9%.Sesuai dengan kuesioner dukungan
keluarga dari 4 indikator ditemukan dukungan keluarga dengan kategori
baik sebanyak 52.9% keluarga pada indikator dukungan penilaian. Pada
dukungan penilaian dimana 52.9% keluarga memberikan dukungan
tergolong baik pada pernyataan nomer 2 yaitu keluarga menunjukkan
bahwa kita sebagai keluarga terdekat peduli terhadap penderita.
Menurut Friedman (2010) dukungan keluarga merupakan support
sistem yang diberikan oleh keluarga dalam menghadapi masalah anggota
keluarganya. Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan tempat
72
yang paling nyaman bagi penderita halusinasi.Keluarga dapat
meningkatkan semangat dan motivasi untuk berperilaku sehat, yaitu
dengan memberikan perawatan dan pengobatan yang layak. Dukungan
keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
penderita halusinasi. Dukungan keluarga yang di wujudkan dalam bentuk
kasih sayang, adanya kepercayaan, kehangatan, perhatian, saling
mendukung dan menghargai antar keluarga.
Peneliti berpendapat bentuk dari dukungan penilaian merupakan suatu
respon positif yang diberikan oleh keluarga, dimana keluarga selalu
memberikan yang dibutuhkan penderita sebagai wujud dari kepeduliannya.
Pada kuesioner dukungan keluarga indikator kedua mengenai
dukungan informasional tergolong cukup sebanyak 41.7%, dimana 41.7%
keluarga memberikan dukungan dengan kategori cukup pada pernyataan
nomer 6 yaitu keluarga senantiasa memberikan informasi kekambuhan
yang benar. Sesuai dengan teori yang ada menyebutkan bahwa keluarga
berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi yang disediakan
keluarga dapat digunakan olehindividu untuk mengatasi persoalan yang
dialami penderita halusinasi (Friedman et al, 2010).
Peneliti berpendapat bahwa keluarga senantiasa memberikan
informasi kekambuhan yang benar karena keluarga ingin ada kemajuan
dari tingkat kekambuhan penderita dan keluarga bisa memberikan
pengobatan yang sesuai dengan masalah yang dialami penderita.
73
Pada kuesioner dukungan keluarga indikator ketiga mengenai
dukungan instrumental tergolong baik sebanyak 52.9%, dimana 38.3%
keluarga memberikan dukungan dengan kategori cukup pada pernyataan
nomer 12 yaitu keluarga meluangkan waktu untuk menemani penderita
agar tetap menjaga kesehatannya. Dukungan instrumental meliputi
dukungan yang bersifat bio, psiko, sosial dan spiritual.Kebutuhan biologis
adalah kebutuhan dasar maupun kebutuhan materi yang harus dipenuhi
keluarga (Friedman et al, 2010).
Peneliti berpendapat bahwa keluarga harus meluangkan waktu untuk
menemani penderita agar tetap menjaga kesehatannya, karena dengan
meluangkan waktu untuk penderita maka penderita merasa ada yang
peduli dengan keadaannya.
Sedangkan pada kuesioner dukungan keluarga indikator keempat
mengenai dukungan emosional tergolong baik sebanyak 52.9%, dimana
38.3% keluarga memberikan dukungan dengan kategori cukup pada
pernyataan nomer 19yaitu keluarga mendengarkan curhatan hati penderita
ketika sedih. Secara emosional, dukungan dari keluarga menunjukan hal
positif dan baik. Setiap keluarga memberikan dukungan yang membuat
penderita halusinasi yaituanggota keluarganya ada yang memperhatikan
dan keluarga selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik agar anggota
keluarganya dapat sembuh (Hartanto, 2014).
Peneliti berpendapat bahwa keluarga mendengarkan curhatan hati
penderita ketika sedih, karena keluarga merupakan orang terdekat dengan
74
penderita dan tempat paling nyaman bagi penderita untuk menyampaikan
perasaan penderita, selain itu keluarga bisa memberi masukan bagi
penderita tentang masalah yang dialaminya.Pernyataan ini didukung oleh
penelitian Muntiaroh dkk (2012) yang menunjukkan bahwa sebagian besar
keluargamempunyai rasa simpati kepada penderita halusinasi, dan
sebagian kecil keluarga tidak mendukung penderita halusinasi.
5.2.2 Tingkat Kekambuhan Penderita Halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun
Hasil penelitian tabel 5.8 menunjukkan bahwa tingkat kekambuhan
pada penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun yang
termasuk dalam 3 indikator didapatkan hasil satu tahun terakhir kambuh
dengan kategori tidak pernah 38.8% penderita dan jarang 61.2% penderita.
Berdasarkan data tersebut diketahui penderita yang jarang mengalami
kekambuhan lebih banyak dibandingkan dengan yang sering mengalami
kekambuhan. Hal ini sesuai dengan kuesioner dukungan keluarga pada
indikator dukungan penilaian keluarga mengamati perilaku penderita
ketika terdapat kemajuan tingkat kekambuhan. Menurut opini peneliti
bahwa penderita jika mendapatkan perawatan yang baik maka akan
mempengaruhi penurunan angka kekambuhannya. Untuk menekan angka
kekambuhannya penderita mendapatkan dukungan dari keluarga seperti
dukungan informasional, dimana keluarga senantiasa memberikan
informasi kekambuhan yang benar dengan kategori cukup sebanyak
41.7%. Dukungan informasional merupakan dukungan dimana keluarga
berfungsi sebagai kolektor dan diseminator yaitu penyebar informasi.
75
Ketika ada anggota keluarga yang sakit dan harus dirawat di rumah sakit
serta membutuhkan pertolongan, maka keluarga mulai mencari informasi
yang berhubungan dengan masalah kesehatan yang sedang dialami oleh
anggota keluarga. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui konsultasi
dengan tenaga kesehatan professional (Friedman, 2010).
Karakteristik penelitian Fitriani (2006) juga hampir sama dengan
penelitian ini kesamaan itu terletak pada karakteristik tentang usia,
pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan SLTA adalah yang sering dijumpai
dengan jumlah 16 responden dengan prosentase 47.1% dan dikarakteristik
pekerjaan tidak bekerja menjadi angka paling tinggi dengan 20 responden
prosentase 58.8%.
5.2.3 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan
Penderita Halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Hasil uji Somers’D menunjukkan bahwa ρ value = 0.000 < α = 0.05
artinya Ha diterima berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan
keluarga dengan tingkat kekambuhan penderita halusinasi di Kecamatan
Geger Kabupaten Madiun. Hasil uji statistik Somers’D bahwa r hitung =
0.559 yaitu positif yang berarti semakin baik dukungan keluarga maka
semakin menurun pula tingkat kekambuhan pada penderita halusinasi.
Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai r hitung = 0.559 yang
dikategorikan sedang (0.40– 0.599) yang artinya keeratan hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan penderita halusinasi di
Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah sedang.
76
Dari hasil analisa data diperoleh dukungan keluarga dengan tingkat
kekambuhan dalam satu tahun terakhir yaitu tergolong jarang. Dukungan
yang baik merupakan dominan penting bagi seseorang yang dapat
merasakan perasaan saling memiliki antara satu sama lain sehingga
tercipta hubungan yang saling mendukung (Setiadi, 2008). Menurut
Setiadi (2008), bahwa dukungan keluarga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya : faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
meliputi, tahap perkembangan (usia), pendidikan atau tingkat pengetahuan,
faktor emosi, dan spiritual.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad Ali (2014) yang berjudul Hubungan dukungan keluarga
terhadap kekambuhan pasien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Sulawesi
Selatan. Bahwa hasil penelitiannya menunjukkan mayoritas keluarga
pasien gangguan jiwa sangat mendukung sebanyak 30 responden (63.5%),
dan mayoritas keluarga sebanyak 30 responden (57.7%) mengatakan
tingkat kekambuhan pasien gangguan jiwa.
Dari hasil penelitian di atas peneliti berpendapat bahwa dukungan
keluarga yang baik pada penderita halusinasi semakin terkontrol
kekambuhannya. Dukungan keluarga terhadap penderita halusinasiharus
terus diberikan, seperti dukungan penilaian dimana keluarga mengamati
perilaku penderita ketika terdapat kemajuan tingkat kekambuhan.Selain itu
keluarga sebagai orang yang paling dekat dengan penderita berfungsi
merawat, membimbing, mengamati dan menjaga anggota keluarga yang
77
mengalami halusinasi untuk mendapatkan hal-hal yang terbaik guna proses
penyembuhan.
Hal ini sesuai teori Friedman (2010) yang menyebutkan bahwa
keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu: dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jika dukungan tersebut ada pada keluarga penderita, maka akan
berdampak positif pada penderita.
78
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Dukungan keluarga yang menjadi responden pada penderita halusinasi
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun adalah sebagian besar baik.
2. Tingkat Kekambuhan pada penderita halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun adalah sebagian besar jarang.
3. Ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kekambuhan pada
penderita halusinasi di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun dengan ρ
value 0.000. Nilai keeratan sedang yaitu 0.559 berarah positif yang
berarti semakin baik dukungan keluarga yang diberikan maka semakin
jarang tingkat kekambuhan penderita halusinasi.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pada Penderita
Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun, peneliti
ingin menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Puskesmas Geger dapat memberikan saran kepada keluarga dengan
penderita halusinasi untuk lebih ditingkatkan asuhan keluarganya dan
lebih memperhatikan diskusi bersama keluarga. Agar keluarga lebih
79
leluasa menceritakan keluh kesahnya yang mungkin saja selama ini
belum tersampaikan.
2. Bagi Kades setempat atau perangkat desa lain lebih memperhatikan
keluarga penderita halusinasi terkait sarana transportasi ke instansi
kesehatan seperti berobat ke puskesmas jika ada keterbatasan waktu.
3. Kepada keluarga lebih mendukung dalam dukungan informasional yang
senantiasa memberikan informasi kekambuhan penderita. Selain itu
keluarga juga diharapkan mengupayakan kepekaan pada setiap individu
didalam keluarga untuk lebih menghargai dan memberikan perasaan
nyaman kepada penderita.
4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk penelitian mengenai
dukungan keluarga dengan menggunakan metode lain dengan jangka
waktu yang lebih lama untuk meningkatkan kemampuan keluarga.
80
DAFTAR PUSTAKA
Ali, dan Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.
Chaery. 2009. TAK: Persepsi Sensori. Online. Http://www.schizophrenia.com/
[12 Desember 2017]
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi, penerjemah Kartini Kertono, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Depkes RI. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia. (Online),
http://www.riskesdas.co.id. Diakses pada Desember 2017.
Effendy, dan Nasrul. 2007. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Edisi II. Jakarta : EGC.
Fitria, dan Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Fitriani, N. 2006. Hubungan Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan
Jiwa Di Rumah Dengan Tingkat Kekambuhan Pasien Skizofrenia Di RSJD
Surakarta. Skripsi tidak dipublikasikan. Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Friedman, dan Marilyn. 2010. Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek. Edisi 5,
Jakarta : EGC.
Hardianto. dan Handoko. (2009). Gangguan Jiwa Harus Ditangani Sejak Awal.
Diambil pada tanggal 25 November 2013 dari
http://www.komnasham.go.id/portal/files/suar%20edisi%20juli%202009.p
df
Hartanto, S, dkk. 2014. Studi Etnobotani Famili Zingiberaceace dalam Kehidupan
Masyarakat Lokal di Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi,
Riau. Jurnal Biosaintifika. 6 (2).
Hawari. 2003. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Jallo. 2008 dalam Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat, B. A. dkk. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC.
81
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Balitbang Kementrian
Kesehatan RI.
Kusumawati. 2010. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGC.
dan Yudi, H. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika.
Laporan Puskesmas Geger. 2017. Prevalensi Halusinasi di Kecamatan Geger
Kabupaten Madiun. Puskesmas Geger.
Mamnu’ah. 2010. Stres dan Strategi Koping Anggota Keluarga Merawat yang
Mengalami Halusinasi.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta :
Stikes „Aisyiyah Yogyakarta.
Muntiaroh dkk, 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang
Skizofrenia Dan Dukungan Keluarga Pada Klien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah dr Amino Ghondohutomo Semarang. Jurnal
Keperawatan Jiwa. Volume 2, No 1, 192-196 : Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Nasir. Abdul dan, Muhith. 2010. Dasar-dasar Keperawatan jiwa,. Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
Potter. Patricia A. dan Anne G. P. 2009. Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi
7. Jakarta: Salemba Medika.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Mulia.
Sugiyono. (2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sumarjo. 2004. Dukungan Keluarga. Jtptunimus-gdl-herlisdian-7616-3-babii.pdf.
Diakses pada september 2017.
Stuart, G. W. dan Laraia, M. T. 2005. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing, Elsevier Mousby, Alih Bahasa Budi Santosa, Philadelphia.
Stuart, G. W. dan Laraia, M. T. 2007. Principles and Practice of Psychiatric
Nursing. St. Louis: Mousby.
, dkk. 2016. Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa
Stuart. Penerbit: Elsevier.
Wirawan. 2006. Masalah Keluarga Penyebab Terbesar. Dibuka pada website
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/112006/06/11lapsus05.htm/05
September 2009.
82
World Health Organization (WHO). 2016. World Health Statistic, Geneva.
Diakses pada September 2017.
Yoseph, dan Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama.
,2011. Keperawatan Jiwa. Bandung: Penerbit Refika Aditama.
Yusnipah. 2012. Tingkat Pengetahuan Keluarga dalam Merawat Pasien
Halusinasi di Poliklinik Psikiatri Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor.
Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
83
Lampiran 1
Surat Izin Pengambilan Data Awal
84
Lampiran 2
SURAT IZIN PENELITIAN
85
86
Lampiran 3
SURAT BALASAN IZIN PENELITIAN
87
Lampiran 4
SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
88
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth. Calon Responden
Di Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Progam Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama :Dila Yunita Niksa Sarah Wati
NIM : 201402010
Bermaksud melakukan penelitian tentang berjudul “Hubungan Antara
Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pada Penderita Halusinasi di
Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun”. Sehubungan dengan ini,
saya mohon kesediaan saudara untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang akan saya lakukan. Kerahasiaan data pribadi saudara akansangat
kami jaga dan informasi yang akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya ucapkan
terima kasih.
Madiun, Juni 2019
Peneliti,
Dila Yunita Niksa SarahWati
NIM : 201402010
89
Lampiran 6
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :
Setelah saya mendapatkanpenjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Dila Yunita Niksa SarahWati mengenai berjudul “Hubungan
Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan Pada Penderita
Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Geger Kabupaten Madiun”. Saya
mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi
pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data
yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian penyataan ini saya buat
untuk dipergunakan sesuai keperluan.
Madiun, Juni 2019
Responden,
90
Lampiran 7
KISI – KISI KUESIONER
Dukungan Keluarga
No Uraian Nomer Soal
1 Dukungan Penilaian 1,2,3,4,5
2 Dukungan Informasional 6,7,8,9,10
3 Dukungan Instrumental 11,12,13,14,15
4 Dukungan Emosional 16,17,18,19,20
91
Lampiran 8
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kekambuhan
di Kecamatan Geger Kabupaten Madiun
Petunjuk pengisian :
Jawablah pertanyaan berikut dengan mengisi jawaban atau memberikan tanda
centang (√) pada kotak yang tersedia di bawah ini!
Lembar Kuesioner Data Demografi
Tanggal wawancara :
Nomer Responden :
Lembar Kuesioner Data Demografi
1. Jenis kelamin : Laki – laki Perempuan
2. Usia : ....... Tahun
3. Tinggal bersama keluarga : Iya Tidak
4. Status hubungan keluarga Anak Orang tua
Suami Istri
Saudara yang tinggal serumah
5. Pendidikan : Tidak tamat SD
SMP SMA
Perguruan Tinggi
6. Pekerjaan : Tidak bekerja Petani
Pedagang Pegawai negeri
Swasta TNI/POLRI
92
Lembar Kuesioner Dukungan Keluarga
Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan
sesuai dengan jawaban anda.
Keterangan : Selalu (SL) = bila dilakukan sepenuhnya
Sering (SR) = bila dilakukan sebagian
Kadang-kadang (KD) = bila dilakukan hanya sedikit
Tidak pernah (TP) = bila tidak pernah dilakukan
No Pertanyaan SL SR KD TP
Dukungan Penilaian
1 Keluarga membimbing penderita agar tetap menjaga
kondisi kesehatan
2 Keluarga menunjukkan bahwa kita sebagai keluarga
terdekat peduli terhadap penderita
3 Keluarga menghormati setiap keputusan yang
diungkapkan oleh penderita
4 Keluarga menyarankan penderita agar tetap menjalin
hubungan sosial dengan orang lain
5 Keluarga mengamati perilaku penderita ketika terdapat
kemajuan tingkat kekambuhan
Dukungan Informasional
6 Keluarga senantiasa memberikan informasi
kekambuhan yang benar
7 Keluarga menyarankan penderita untuk rutin kontrol/
berobat ke pelayanan kesehatan terdekat
8 Keluarga mengingatkan hal-hal yang harus dihindari
yang dapat membuat penderita terserang penyakit
9 Keluarga mengingatkan penderita untuk minum obat
yang diberikan dokter
10 Keluarga mencari informasi tentang masalah kesehatan
yang dialami penderita
Dukungan Instrumental
11 Keluarga memberi fasilitas (alat mandi, makan) yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
dalam proses perawatan
12 Keluarga meluangkan waktu untuk menemani
penderita agar tetap menjaga kesehatan
13 Keluarga menyediakan transportasi untuk
mempermudah dalam perawatan kesehatan
14 Keluarga memberikan uang kepada penderita
15 Keluarga mengantar kemana penderita akan pergi
93
No Pertanyaan SL SR KD TP
Dukungan Emosional
16 Keluarga senantiasa memberikan pujian yang positif
bagi penderita
17 Keluarga memberikan perhatian dengan menciptakan
suasana lingkungan rumah yang aman
18 Keluarga memberikan kepercayaan kepada penderita
dalam proses perawatan
19 Keluarga mendengarkan curhatan hati penderita ketika
sedih
20 Keluarga memberikan kasih sayang kepada penderita
dalam proses perawatan
94
Lembar Kuesioner Tingkat Kekambuhan
Isilah angket dengan jujur sesuai dengan waktu satu/tiga bulan/satu tahun pasien
mengalami kekambuhan. Apapun jawaban anda akan dijamin kerahasiaannya.
Petunjuk pengisian : Berilah tanda check list (√) pada tempat yang telah
disediakan sesuai dengan jawaban anda.
Untuk kerjasama dan perhatiannya, peneliti mengucapkan terimakasih.
1. Dalam satu bulan ini berapa kali Pasien mengalami kekambuhan?
a. ( ) Tidak Pernah
b. ( ) 1 kali
c. ( ) 2 kali
d. ( ) Lebih dari 2 kali
2. Dalam tiga bulan terakhir berapa kali Pasien mengalami kekambuhan?
a. ( ) Tidak Pernah
b. ( ) 1 kali
c. ( ) 2 kali
d. ( ) Lebih dari 2 kali
3. Dalam satu tahun terakhir berapa kali Pasien mengalami kekambuhan?
a. ( ) Tidak Pernah
b. ( ) 1 kali
c. ( ) 2 kali
d. ( ) Lebih dari 2 kali
95
Lampiran 9
DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
No_
Resp
Jenis
Kelamin Umur
Tinggal
Bersama
Keluarga
Status
Hubungan
Keluarga
Pendidikan Pekerjaan
1 1 66 1 1 3 5
2 2 50 1 1 4 5
3 1 56 1 1 4 5
4 2 62 1 1 4 1
5 2 47 2 2 3 1
6 1 45 1 1 4 1
7 1 69 1 1 3 3
8 1 50 1 1 3 1
9 1 70 1 1 4 1
10 1 45 1 1 4 1
11 1 50 1 4 2 1
12 1 49 1 2 2 3
13 1 44 1 2 3 5
14 1 50 1 1 4 1
15 2 65 2 3 3 1
16 2 64 1 2 3 1
17 1 60 1 2 2 3
18 2 43 1 2 3 1
19 2 71 1 2 3 1
20 1 56 1 1 3 3
21 2 49 1 1 4 1
22 2 60 1 1 3 1
23 2 45 2 2 3 1
24 2 48 1 1 4 5
25 2 62 1 1 4 2
26 2 68 1 1 3 1
27 2 62 1 1 3 1
28 2 70 1 3 2 1
29 1 66 1 1 3 3
30 1 66 1 1 3 3
31 1 69 1 1 4 5
32 2 31 1 1 4 2
33 1 46 1 1 4 1
34 1 68 1 1 4 1
96
DATA DUKUNGAN KELUARGA
NoResp DK
1
DK
2
DK
3
DK
4
DK
5
DK
6
DK
7
DK
8
DK
9
DK
10
DK
11
DK
12
DK
13
DK
14
DK
15
DK
16
DK
17
DK
18
DK
19
DK
20
Jml
DK
Kt
DK
1 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 2 3 3 4 2 3 3 2 3 59 2
2 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 70 3
3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 65 3
4 3 3 3 3 2 3 4 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 54 2
5 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 70 3
6 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 1 2 3 4 3 3 3 66 3
7 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 2 1 3 4 3 3 4 66 3
8 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 3 3 3 60 2
9 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 3 2 1 2 1 2 2 1 1 1 30 1
10 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 4 3 3 4 65 3
11 3 4 2 3 3 4 3 4 4 1 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 68 3
12 3 3 2 2 3 3 3 4 3 2 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 59 2
13 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 3 3 59 2
14 3 4 4 3 2 4 3 4 1 4 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 64 3
15 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 67 3
16 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 78 3
17 3 4 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 59 2
18 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 52 2
19 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 1 4 3 3 3 3 70 3
20 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 67 3
21 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 58 2
22 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 2 2 65 3
97
NoResp DK
1
DK
2
DK
3
DK
4
DK
5
DK
6
DK
7
DK
8
DK
9
DK
10
DK
11
DK
12
DK
13
DK
14
DK
15
DK
16
DK
17
DK
18
DK
19
DK
20
Jml
DK
Kt
DK
23 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 68 3
24 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 52 2
25 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 25 1
26 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 3 70 3
27 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 50 2
28 2 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 23 1
29 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 3 65 3
30 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 68 3
31 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 48 2
32 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 64 3
33 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 52 2
34 3 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 61 3
98
DATA TINGKAT KEKAMBUHAN
No_Resp TK_1bln TK_3bln TK_1thn Jml_TK Kt_tk
1 1 2 1 4 1
2 1 1 2 4 1
3 4 1 1 6 2
4 4 1 1 6 2
5 1 1 3 5 1
6 4 1 1 6 2
7 4 1 1 6 2
8 4 1 1 6 2
9 3 1 1 5 1
10 4 1 1 6 2
11 1 3 1 5 1
12 1 4 1 6 2
13 1 2 1 4 1
14 4 1 1 6 2
15 4 1 1 6 2
16 3 1 1 5 1
17 4 1 1 6 2
18 4 1 1 6 2
19 4 1 1 6 2
20 4 1 1 6 2
21 1 3 1 5 1
22 3 1 1 5 1
23 1 4 1 6 2
24 3 1 1 5 1
25 2 1 1 4 1
26 4 1 1 6 2
27 4 1 1 6 2
28 2 1 1 4 1
29 4 1 1 6 2
30 4 1 1 6 2
31 1 1 4 6 2
32 1 3 1 5 1
33 3 1 1 5 1
34 1 4 1 6 2
99
Pengolahan Data
SPSS 16
Statistics
Jenis_ Kelamin Umur
Tinggal_Bersama_ Keluarga
Status_Hubungan_Keluarga Pendidikan Pekerjaan
N Valid 34 34 34 34 34 34
Missing 0 0 0 0 0 0
Jenis_Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-laki 16 47.1 47.1 52.9
Perempuan 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
UmurResponden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 31 1 2.8 2.8 2.9
43 1 2.8 2.8 5.9
44 1 2.8 2.8 8.8
45 3 8.3 8.3 17.6
46 1 2.8 2.8 20.6
47 1 2.8 2.8 23.5
48 1 2.8 2.8 26.5
49 2 5.6 5.6 32.4
50 4 11.1 11.1 44.1
56 2 5.6 5.6 50.0
60 2 5.6 5.6 55.9
62 3 8.3 8.3 64.7
64 1 2.8 2.8 67.6
65 1 2.8 2.8 70.6
66 3 8.3 8.3 79.4
68 2 5.6 5.6 85.3
69 2 5.6 5.6 91.2
70 2 5.6 5.6 97.1
71 1 2.8 2.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
100
Descriptives
Statistics
Umur
N Valid 34
Missing 0
Mean 56.53
Std. Error of Mean 1.793
Median 58.00
Mode 50
Std. Deviation 10.454
Variance 109.287
Skewness -.319
Std. Error of Skewness .403
Kurtosis -.848
Std. Error of Kurtosis .788
Range 40
Minimum 31
Maximum 71
Sum 1922
Percentiles 25 47.75
50 58.00
75 66.00
UmurPenderita
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 19 1 2.8 2.8 2.9
22 2 5.6 5.6 8.8
23 1 2.8 2.8 11.8
24 1 2.8 2.8 14.7
27 1 2.8 2.8 17.6
29 1 2.8 2.8 20.6
30 1 2.8 2.8 23.5
32 1 2.8 2.8 26.5
33 2 5.6 5.6 32.4
36 2 5.6 5.6 38.2
37 1 2.8 2.8 41.2
38 1 2.8 2.8 44.1
40 1 2.8 2.8 47.1
41 3 8.3 8.3 55.9
42 1 2.8 2.8 58.8
43 2 5.6 5.6 64.7
44 2 5.6 5.6 70.6
45 1 2.8 2.8 73.5
101
46 3 8.3 8.3 82.4
48 3 8.3 8.3 91.2
51 1 2.8 2.8 94.1
56 1 2.8 2.8 97.1
68 1 2.8 2.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Tinggal_Bersama_Keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Iya 34 100.0 100.0 100.0
Tidak 0 0 0 0
Total 34 100.0 100.0
Status_Hubungan_Keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Anak 1 2.9 2.9 42.3
Orang Tua 23 67.6 67.6 97.1
Suami/Istri 2 5.9 5.9 67.6
Saudara yang tinggalserumahdenganpenderita
8 23.6 23.6 91.2
Total 34 100.0 100.0
102
Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SD 4 11.8 11.8 31.8
SMP 16 47.1 47.1 68.2
SMA 14 41.1 41.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakbekerja 20 58.8 58.8 64.7
Pedagang 2 5.9 5.9 20.8
Petani 6 17.7 17.7 35.5
Swasta 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
103
Lampiran 10
Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Dukungan Keluarga Tiap Indikator
Kategori DK 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup 3 8.8 8.8 8.8
Baik 20 58.8 58.8 67.6
4 11 32.4 32.4 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Cukup 2 5.9 5.9 5.9
Baik 16 47.1 47.1 52.9
4 16 47.1 47.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 3
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 10 29.4 29.4 35.3
Baik 18 52.9 52.9 88.2
4 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 4
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 2 5.9 5.9 14.7
Baik 20 58.8 58.8 73.5
4 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
104
Kategori DK 5
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 8 23.5 23.5 32.4
Baik 17 50.0 50.0 82.4
4 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 6
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 2 5.9 5.9 14.7
Baik 21 61.8 61.8 76.5
4 8 23.5 23.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 7
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 4 11.8 11.8 17.6
Baik 13 38.2 38.2 55.9
4 15 44.1 44.1 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 8
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 7 20.6 20.6 29.4
Baik 15 44.1 44.1 73.5
4 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
105
Kategori DK 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 4 11.8 11.8 11.8
Cukup 2 5.9 5.9 17.6
Baik 19 55.9 55.9 73.5
4 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 10
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 4 11.8 11.8 11.8
Cukup 10 29.4 29.4 41.2
Baik 17 50.0 50.0 91.2
4 3 8.8 8.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 11
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 1 2.9 2.9 2.9
Cukup 1 2.9 2.9 5.9
Baik 14 41.2 41.2 47.1
4 18 52.9 52.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 12
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 6 17.6 17.6 23.5
Baik 20 58.8 58.8 82.4
4 6 17.6 17.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
106
Kategori DK 13
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 3 8.8 8.8 17.6
Baik 15 44.1 44.1 61.8
4 13 38.2 38.2 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 14
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 5 14.7 14.7 20.6
Baik 13 38.2 38.2 58.8
4 14 41.2 41.2 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 15
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 5 14.7 14.7 14.7
Cukup 14 41.2 41.2 55.9
Baik 11 32.4 32.4 88.2
4 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 16
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 5 14.7 14.7 20.6
Baik 18 52.9 52.9 73.5
4 9 26.5 26.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
107
Kategori DK 17
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 2 5.9 5.9 5.9
Cukup 3 8.8 8.8 14.7
Baik 22 64.7 64.7 79.4
4 7 20.6 20.6 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 18
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 5 14.7 14.7 23.5
Baik 19 55.9 55.9 79.4
4 7 20.6 20.6 0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 19
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 8 23.5 23.5 32.4
Baik 19 55.9 55.9 88.2
4 4 11.8 11.8 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kategori DK 20
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 3 8.8 8.8 17.6
Baik 20 58.8 58.8 76.5
4 8 23.5 23.5 100.0
Total 34 100.0 100.0
108
Jumlah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 23 1 2.9 2.9 2.9
25 1 2.9 2.9 5.9
30 1 2.9 2.9 8.8
48 1 2.9 2.9 11.8
50 1 2.9 2.9 14.7
52 3 8.8 8.8 23.5
54 1 2.9 2.9 26.5
58 1 2.9 2.9 29.4
59 4 11.8 11.8 41.2
60 1 2.9 2.9 44.1
61 1 2.9 2.9 47.1
64 2 5.9 5.9 52.9
65 4 11.8 11.8 64.7
66 2 5.9 5.9 70.6
67 2 5.9 5.9 76.5
68 3 8.8 8.8 85.3
70 4 11.8 11.8 97.1
78 1 2.9 2.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
Kt_DK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Kurang 3 8.8 8.8 8.8
Cukup 12 35.3 35.3 44.1
Baik 19 55.9 55.9 100.0
Total 34 100.0 100.0
109
Lampiran 11
Hasil Distribusi Frekuensi Kuesioner Tingkat Kekambuhan
Statistics
TK_1 TK_2 TK_3 Jumlah Kt_TK
N Valid 34 34 34 34 34
Missing 0 0 0 0 0
Tingkat Kekambuhan 1 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakpernah 11 28.5 28.5 32.4
Jarang 2 5.6 5.6 7.1
Sering 21 65.9 65.9 68.5
Total 34 100.0 100.0 100.0
Tingkat Kekambuhan 3 bulan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakpernah 26 77.6 77.6 80.5
Jarang 2 5.6 5.6 8.0
Sering 6 16.8 16.8 21.0
Total 34 100.0 100.0 100.0
Tingkat Kekambuhan 1 tahun
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakpernah 31 91.6 91.6 95.5
Jarang 1 2.8 2.8 4.5
Sering 2 5.6 5.6 9.5
Total 34 100.0 100.0 100.0
Kt_TK
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidakpernah 14 38.8 38.8 41.2
Jarang 20 61.2 61.2 100.0
Total 34 100.0 100.0
110
Lampiran 12
Hasil Uji Korelasi
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan
Pada Penderita Halusinasi di Wilayah Kerja Puskesmas Geger
Kabupaten Madiun
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Dukungan_Keluarga * Tingkat_Kekambuhan
34 100.0% 0 .0% 34 100.0%
Dukungan_Keluarga *
Tingkat_Kekambuhan_Crosstabulation
Count
Tingkat_Kekambuhan
Total Tidakpernah Jarang
Dukungan_Keluarga Kurang 3 0 3
Cukup 2 10 12
Baik 5 14 19
Total 10 24 34
Hasil Uji Korelasi Somers’D Directional Measures
Value
Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.
Ordinal by Ordinal
Somers' d Symmetric .559 .180 .959 .000
Dukungan_Keluarga Dependent
.557 .215 .959 .000
Tingkat_Kekambuhan Dependent
.560 .155 .959 .000
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
111
Lampiran 13
JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
No. Kegiatan
Bulan
Jan
2019
Feb
2019
Mar
2019
Apr
2019
Mei
2019
Jun
2019
Jul
2019
Agst
2019
1 Pembuatandankonsuljudul
2 Bimbingan proposal
3 Penyusunan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data
7 Bimbinganpenelitian
8 Penyusunanskripsi
9 Ujianskripsi
10 Revisiskripsi
112
Lampiran 14
DOKUMENTASI PENELITIAN
113
114
Lampiran 14
Lembar Konsultasi Bimbingan
115