SKRIPSI - sitedi.uho.ac.idsitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/F1B112056_sitedi_SKRIPSI FIRMAN... · KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI vii ... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN . ix DAFTAR ... slag

Embed Size (px)

Citation preview

  • PEMANFAATAN SLAG NIKEL DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI

    BAHAN PEMBUATAN PAVING BLOCK

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

    Mencapai Derajat Sarjana (S-1)

    OLEH :

    FIRMAN SUHANDA

    F1B1 12 054

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS HALU OLEO

    KENDARI

    2017

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah

    Azza Wajallah, atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang

    berjudul Pemanfaatan Slag Nikel dan Abu Sekam Padi Sebagai bahan Pembuatan

    Paving Block dapat terselesaikan meskipun dalam susunan yang sangat sederhana.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan skripsi ini terdapat

    banyak kesulitan, tantangan dan hambatan. Namun penulis yakin bahwa Allah

    Taalllah akan memudahkan urusan setiap hamba-Nya yang bekerja keras dan

    tidak putus asa.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis

    persembahkan kepada Bapak Dr. Eng La Agusu, S.Si., M.Si. selaku pembimbing

    I dan Ibu Dra.Lina Lestari, M.Si selaku pembimbing II yang penuh keikhlasan

    dan kesungguhan dalam memberikan bimbingan, petunjuk serta arahan selama

    penyusunan skripsi ini.

    Melalui kesempatan ini tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang

    sedalam dalamnya dan setulus-tulusnya kepada Ibunda yang tercinta Habiba

    (Rohimahullah) dan Ayahanda La Harisani Kasim yang telah mencurahkan

    segenap perhatian, kasih sayang dan cintanya kepada penulis. Terima kasih pula

    untuk setiap nasihat dan iringan doa yang selalu kalian panjatkan untuk kebaikan

    penulis di dunia dan akhirat. Semoga Allah senantiasa melindungi dan merahmati

    setiap jejak langkah kalian.Amiin.

  • iv

    Ucapan terima kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada yang

    terhormat :

    1. Bapak Rektor Universitas Halu Oleo

    2. Bapak Dr. Muhammad Zamrun, F., S.Si., M.Si., M.Sc, Selaku Dekan

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo

    3. Bapak Dr. Eng I Nyoman Sudiana, S.Pd., M.Si, selaku ketua Jurusan

    Fisika dan serta bersama Ibu Wd. Sitti Ilmawati, S.Si., M.Sc, selaku

    Koordinator Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo

    4. Bapak Dr. La Aba, S.Si., M.Si (selaku ketua penguji), Ibu Yumnawati,

    S.Pd., M.Sc (selaku sekretaris penguji) dan Ibu Lina Lestari, S.Pd., M.Si

    (selaku penguji) yang banyak memberikan saran dan kritik yang sangat

    membangun terhadap Skripsi penulis.

    5. Ibu Viska Indah Variani selaku ketua Laboratorim Fisika Pengembangan

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unversitas Halu Oleo.

    6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan mengajarkan kami baik dibidang

    Fisika maupun bidang bidang lainya. Penulis mengucapkan terimakasi

    yang sebesar besarnya dan semoga Allah Taalla membalasnya.

    7. Kepada Bapak dan Ibu Staf Jurusan Fisika yang telah berbesar hati dan

    ikhlas membantu segala perlengkapan dan kepengurusan selama penulis

    berada di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

    8. Lembaga Dakwah Kampus Ulul Albabb yang telah memberikan

    kesempatan kepada penulis untuk berjuang bersama - sama dalam

  • v

    menjalankan roda pengkaderan dalam rangkah mengajak umat Islam

    kembali pada Al Quran dan Sunnah Rasulullah Sallaulahu Alaihi

    Wasallam.Penulis menucapkan syukron jaza kumullahu khoiron katsiron.

    9. Senior dan seperjuangan LDK Ulul Albabb ( Reo adi Syaputra, S.Si, Erik

    Ramlan, S.Mat, Imar Putra, S.Pd, Muhammad Arsyil, S.Ars, Al Rubayn,

    S.T, Muhammad Rahmad, S.Pd, Iwan, S.Pd, Tasdin, S.Sos, Ilham

    Samuna, SE, Jumadin, S.Pd., M.Si, Nanang Purwana, S.Sos, Andi Wali,

    S.Sos, Muhammad adhan, S.Sos, Muhammad Bibi, S.Mat, Jainal, Sos,

    Andri Jufri, S.KM, Pian, SH, La Denda, Nawir Hamzah, Nurdil Kolewara,

    Amd, Ikram, SE, Rizal Haris, Rizal Perikanan, Isman, Bambang, Amd,

    Miswan Ebi, Ardinto, dll. Penulis mengucapkan Syukron atas

    kerjasamanya dan kebaikan semua dalam memahami satu sama lain dan

    semoga Allah Taala menjadikan kita semua mukmin mukmin yang

    istiqomah diatas manhaj yang lurus ini.Syukron Jazakumullahu Khoiron.

    10. Rekan rekan di Jurusan Fisika angkatan 2012 Arfad, S.Si, Rasap, S.Si,

    Purwo Adi Setyo, S.Si, Joko Saharuddin, Gusti Erik, Alif Pratama, Ahmad

    Barun, Ali Hae, Rizal Day, Musafru Wahidin, Mardiana Napirah, S.Si,

    Ade Andriani, S.Si, Susiana, S.Si, Juliana, S.Si, Sitti Asriejah, S.Si,

    Yustin, S.Si, Cristin Oktavin, S.Si, Albertin Once, S.Si, Endang Safitri,

    S.Si, Badrotul, S.Si, Yuliana, S.Si, Wa Amira, Halimasi, Linda Muslaini,

    Tri Irnawati, Ruslina, Nurlinda, Nurtriani, Uliana, Agustina serta Hilda.

    Tidak ada paling special diantara kalian, karena kalian semua special bagi

    penulis. Tidak ada kata yang mampu menguraikan segala kenangan dan

  • vi

    masa - masa yang telah kita lewati selama ini. Semoga kebersamaaan ini

    menjadi sala satu catatan sejarah indah kita semua.

    11. Guru guruku di SDN 4 Wameo, SMP N 4 Bau Bau, SMA N 4 Bau

    Bau. Terimakasi atas segenap ilmu yang telah kalian berikan kepada

    penulis, tanpa kalian penulis tidak akan sampai pada jengjang ini,

    12. Terkhusus buat kakak kakak kebangganku Mba Mita, Mba Ruli, Ka

    Fani, Mba yuni. Terimakasi atas semua nasihat dan doa yang kalian

    panjatkan untuk penulis.Semoga Allah Taala memberikan balasan yang

    lebih disisi Allah Taalah.Amiin.

  • vii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PENGESAHAN ii

    KATA PENGANTAR iii

    DAFTAR ISI vii

    DAFTAR TABEL ix

    DAFTAR GAMBAR x

    DAFTAR LAMPIRAN xi

    DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xii

    ABSTRAK xiii

    ABSTRACT xiv

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 4 C. Tujuan Penelitian 5 D. Manfaat Penelitian 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Paving block 6 B. slag nikel 10 C. Serbuk Kayu 12 D. Air 16 E. Semen 17 F. Kuat Tekan Beton 20 G. Spektrofotometer Serapan Atom 22 H. X-Ray Flourecence (XRF) 25 I. Penelitian Penggunaan Slag Nikel yang Pernah Dilakukan 31

  • viii

    III. METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian 33 B. Jenis Penelitian 33 C. Bahan Penelitian 33 D. Alat Penelitian 34 E. Prosedur Penelitian 34

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Data Hasil Penelitian 38 1. Kandungan Slag Nikel 38 2. Paving block 39 3. Kuat Tekan Paving block 40 4. Hasil Analisis kadar logam besi (Fe) terlarut 43

    rendaman paving block

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan 45 B. Saran 46

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • ix

    DAFTAR TABEL

    No. Teks Halaman

    1. Tabel 1. Kuat Tekan Mutu Paving block 9

    2. Tabel 2. Hasil Pengujian Kimiawi Slag Nikel menunjukkan

    Komposisi yang Lebih Besar dari 70 %

    12

    3. Tabel 3. Sifat-sifat Kayu Jati 15

    4. Tabel 4. Komposisi Kimia Semen Portland Tipe I 18

    5. Tabel 5. Bahan Penelitian 33

    6. Tabel 6. Alat Penelitian 34

    7. Tabel 7. Komposisi Perbandingan Variasi Paving block 35

    8. Tabel 8. Kandungan Logam yang terdapat dalam slag nikel 38

    9. Tabel 9. Analisis kadar logam besi (Fe) terlarut rendaman paving

    block

    43

  • x

    DAFTAR GAMBAR

    No Teks Halaman

    1. Gambar 1. Limbah terak nikel yang digunakan sebagai bahan

    Reklamasi pantai 2

    2. Gambar 2. Bentuk dan ukuran paving block 6

    3. Gambar 3. Bentuk dan Ukuran Fisik Limbah Slag Nikel 11

    4. Gambar 4. Atomic Absorption Spektrophotometry (AAS) 20

    5. Gambar 5. X-Ray Flourecence (XRF) 23

    6. Gambar 6. Hasil percetakkan paving block 35

    7. Gambar 7. Grafik hasil uji kuat tekan paving block 35

    8. Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Paving block 44

    9. Gambar 9. Diagram Alir Proses Pembakaran Abu Sekam Padi 45

    10. Gambar 10.Hasil Uji Kuat Tekan Paving block 46

    11. Gambar 11. Proses Pembuatan Paving block 47

    12. Gambar 12. Proses pengujian paving block 48

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    NO. Teks Halaman.

    1. Diagram Alir 51

    2. Hasil Uji Kuat Tekan 53

    3. Dokumen Penelitian 55

  • xii

    DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

    SSA Spektrofotometer Serapan Atom

    XRF X- Ray Fluorosence

    kg Kilogram

    gr Gram

    L Liter

    ml Mililiter

    m3 Meter Kubik

    Cm2 Sentimeter Kuadrat

    mm Milimeter

    Mpa Mega Pascal

    % Seperseratus

    Ca Kalsium

    K Kalium

    Mg Magnesium

    Si Silika

    Na Natrium

    Mn Mangan

    Fe Besi

    Al Aluminium

    Cl Klorida

    CaO Kapur

    SiO2 Silika

    Fe2O3 Oksida besi

    Al2O3 Alumina

    C3S2H3 Calsium Silikat Hidrat

    Ppm Part per million

    Mg/l Milligram per liter

    MgO Magnesium Oksida

  • xiii

    PEMANFAATAN SLAG NIKEL DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI

    BAHAN

    PEMBUATAN PAVING BLOCK

    Oleh :

    Firman Suhanda

    F1B1 12 056

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan slag nikel dan abu sekam

    padi sebagai bahan pembuatan paving block . Tujuan dilakukan penelitian ini

    untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi bahan terhadap kuat tekan paving

    block, untuk mengetahui kadar logam Fe terlarut rendaman paving

    block.Pembuatan dan pencetakan paving block menggunakan metode

    konvensiaonal. Analisis kandungan slag nikel dilakukan dengan pengujian XRF

    dan AAS. Hasil pengujian XRF menunjukan bahwah kandungan logam terbesar

    pada slag nikel terdapat pada logam Fe (9, 04%). Hasil pengujian logam Fe

    terlarut pada rendaman paving block menggunakan alat pengujian AAS

    menunjukan bahwah besar logam Fe terlarut 0,14 ppm. Analisis hasil pengujian

    kuat tekan menggunakan alat uji tekan merek ENERPAC menunjukan nilai kuat

    tekan tertinngi pada paving block terdapat pada sampel A (0% abu : 75% Slag :

    25% Semen) dengan kuat tekan 235 /2.

    Kata Kunci : paving block, slag nikel, kua tekan, logam terlarut.

  • xiv

    The use of slag nickel and a rice husk ash as a making paving blocks

    Oleh :

    Firman Suhanda

    F1B1 12 056

    abstract

    Has been done research on the use of slag nickel and a rice husk ash as a

    making paving blocks.The investigation is Aimed to know a composition of

    influence variation on strong press paving blocks, to know the metal fe dissolved

    paving of marinade block.pembuatan and printing paving blocks in a

    konvensiaonal. Analysis nickel content of slag testing done by XRF and the AAS.

    The XRF testing show that although the heavy metals at the greatest of slag nickel

    metal is on fe (9, 04%). The results of assaying metals dissolved in the marinade

    fe paving blocks use an instrument for testing large metal the AAS Showed

    bahwah fe dissolved 0.14 ppm. An analysis of testing used a strong press test

    press Enerpac brand value Showed strong press tertinngi in paving blocks there

    are in samples of a (0% ashes: 75% of slag: 25% of cement with strong press 235

    kg /2

    Keywords: paving blocks, of nickel slag, strong press, metal dissolved.

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan

    perekonomian di Indonesia. Berbagai macam industri mengalami perkembangan

    yang cukup pesat. Salah satu bidang industri yang berkembang adalah industri

    kontruksi khususnya pembangunan infrastruktur dan properti yang membutuhkan

    material salah satunya adalah paving block.

    Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari

    campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat

    dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton

    tersebut (SNI 03 0691 -1996). Paving block adalah bahan bangunan yang dibuat

    dari campuran semen, pasir dan air, sehingga karakteristiknya hampir mendekati

    dengan karakteristik mortar. Mortar adalah bahan bangunan yang dibuat dari

    pencampuran antara pasir dan agregat halus lainnya dengan bahan pengikat dan

    air yang didalam keadaan keras mempunyai sifat - sifat seperti batuan (Artiyani

    2010).

    Penggunaan paving block sebagai alternatif pengerasan jalan lingkungan

    akhir- akhir ini mulai marak digunakan. Meningkatnya kebutuhan akan

    pengerasan jalan mengharuskan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan

    kualitas mutu paving block yang lebih baik.

  • 2

    Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan

    slag tungku besi yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk

    membentuk suatu beton semen hidrolik atau adukan (SK-SNI-15-1991-03:4).

    Sebagai limbah buangan hasil pengolahan bijih nikel, selama ini slag

    hanya digunakan sebagai bahan timbunan yang kurang memiliki nilai ekonomis.

    Jika dilihat secara visual, bentuk fisik dari slag nikel ini menyerupai agregat baik

    yang halus menyerupai pasir maupun yang kasar menyerupai kerikil yang biasa

    digunakan untuk agregat dalam campuran paving block.

    Gambar 1. Limbah terak nikel yang digunakan sebagai

    bahan timbunan reklamasi pantai

    Sekitar 70% komposisi kimia slag nikel terdiri dari Silika 41,47%, Ferri

    Oksida 30,44% dan Alumina 2,58%. Dengan komposisi Silika yang cukup besar

    pada slag nikel, diharapkan proses hidrasi yang terjadi antara pasta semen dan

    agregat akan membentuk ikatan yang lebih sempurna, sehingga kehancuran beton

    tidak terjadi pada bahan campuran, atau kalaupun terjadi kehancuran pada bahan

    diperlukan energi yang cukup tinggi, dengan kata lain akan diperoleh kekuatan

    beton yang cukup tinggi (Sugiri Saptahari, dkk, 1997).

  • 3

    Proses peleburan bijih nikel tersebut menghasilkan limbah berupa terak

    yang jumlahnya sangat besar. Terak tersebut harus ditangani atau dimanfaatkan

    dengan benar karena berpotensi menimbulkan masalah lingkungan serta fenomena

    sosial di masyarakat. Dengan demikian diharapkan dapat mengurangi efek

    pencemaran yang ditimbulkan dan juga dapat memberikan nilai ekonomis bagi

    terak tersebut (Wayan, dkk, 2016).

    Menurut Ari Sudarmadji (2005) yang sudah melakukan pengujian

    kandungan kimia slag PT. Inti Jaya Steel diketahui bahwa kandungan senyawa

    kimia slag nikel adalah Sio2 20 %, Al2O3 2,36 %, Fe2O3 52,66 %, CaO 10,05 %,

    dan MgO 1,38 %.

    Dari hasil pengujian unsur kimia tersebut dapat dilihat bahwa komponen

    penyusun terak peleburan besi hampir sama dengan komponen penyusun pasir

    pada umumnya. Perbedaan mencolok adalah pada kandungan besinya, hal ini

    disebabkan karena terak tersebut berasal dari peleburan besi bekas sehingga

    kandungan besi yang ada pada korosi besinya akan terbawa dalam terak.

    Berdasarkan unsur kimia terak yang hampir sama, maka terak dapat dijadikan

    sebagai bahan bangunan alternative (Dermawan, 2011).

    Slag nikel dapat dijadikan sebagai pengganti pasir pada paving block. Pada

    penelitian ini slag nikel diambil dari PT. Aneka Tambang Pomalaa yang terletak

    di Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara.

    Penelitian ini juga menggunakan abu sekam padi sebagai bahan pembuatan

    paving block dimana abu sekam padi merupakan limbah dari pengolahan padi

    yang mengandung unsur dominan Silika (SiO2) yaitu antara 86,90

  • 4

    97,30.Muntohar (2000). Abu sekam padi telah digunakan sebagai bahan pozzolan

    reaktif yang sangat tinggi untuk meningkatkan mikrostruktur pada daerah transisi

    interfase antara pasta semen dan agregat beton yang memiliki kekuatan tinggi.

    Penggunaan abu sekam padi pada komposit semen dapat memberikan beberapa

    keuntungan seperti meningkatkan kekuatan dan ketahanan, mengurangi biaya

    bahan, mengurangi dampak lingkungan limbah bahan, dan mengurangi emisi

    karbon dioksida (Bui et al., 2005).

    Berdasarkan latar belakang diatas maka penelititian ini bertujuan

    memanfaatkan slag nikel dan abu sekam padi sebagai bahan pembuatan paving

    block.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas timbul permasalahan yang menarik untuk

    diteliti yaitu :

    1. Bagaimana pengaruh variasi komposisi bahan terhadap kuat tekan

    paving block?

    2. Bagaimana kadar logam besi (Fe) terlarut dari rendaman paving block ?

    C. Tujan Penelitian

    Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1. Untuk mengetahui pengaruh variasi komposisi bahan terhadap kuat

    tekan paving block.

    2. Untuk mengetahui kadar logam besi (Fe) terlarut dari rendaman.

  • 5

    D. Manfaat Penelitian

    Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

    1. Menambah wawasan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dari

    penggunaan Slag nikel dan abu sekam padi .

    2. Sebagai bahan terapan ilmu fisika dibidang material.

    3. Memberikan informasi kepada peneliti lain terkait dengan kegunaan Slag

    nikel dan abu sekam padi

  • 6

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    A. Paving block

    Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari

    campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat

    atau bahan perekat-perekat lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton

    tersebut (SN1 - 03 - 0691 1989:1).

    Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Paving block.

    Selain sebagai penutup permukaan tanah dan peresapan air, paving block

    merupakan alternatif baru sebagai sistem perkerasan selain sistem perkerasan

    yang sudah ada. Silvia Sukirman (1993), menjelaskan bahwa berdasarkan bahan

    pengikatnya kontruksi perkerasan permukaan tanah dapat dibedakan menjadi :

    1. Kontruksi perkerasan lentur

    2. Kontruksi perkerasan kaku

    3. Kontruksi perkerasan komposit

    Menurut Sianturi JR ( Istiwarni 2000 ) mengungkapkan bahwa paving

    block muncul dengan membawa sifat yang unik. Jika paving block dipasang

    hanya satu buah maka akan bersifat seperti perkerasan kaku dan bila dipasang

    secara interlocking atau saling mengungsi maka akan bersifat saling lentur.

  • 7

    Menurut Wintoko (2012) keunggulan paving block antara lain :

    1. Daya serap air melalui paving block menjaga keseimbangan air tanah

    untuk menopang betonan/rumah diatasnya.

    2. Berat paving block yang relatif lebih ringan dari betonan atau

    aspal menjadikan satu penopang utama agar pondasi rumah tetap stabil.

    3. Serapan air yang baik sekitar rumah atau tempat usaha akan menjamin

    ketersediaan air tanah untuk bisa dibor atau digunakan untuk keperluan

    sehari- hari.

    Sedangkan kelemahan paving block antara lain:

    1. Mudah bergelombang bila pondasinya tidak kuat dan kurang nyaman untuk

    kendaraan dengan kecepatan tinggi.

    2. Sehingga perkerasan paving block sangat cocok untuk

    mengendalikan kecepatan kendaraan di lingkungan permukiman dan

    perkotaan yang padat.

    Jenis-jenis Paving block menurut Wintoko (2012) :

    1. Paving block press manual/tangan diproduksi menggunakan cetakan paving

    dengan tenaga press tangan manusia. Mutu beton dari paving block jenis ini

    tergolong dalam mutu beton kelas D (K 50-100). Pada umumnya paving

    block press manual hanya digunakan untuk pemakaian non struktural, seperti

    taman, trotoar, halaman rumah dan penggunaan lainnya yang tidak diperlukan

    untuk menahan beban berat diatasnya.

  • 8

    2. Paving block press mesin vibrasi. Pada umumnya paving block press mesin

    vibrasi tergolong sebagai paving block dengan mutu beton kelas C-B (K 150-

    250). Paving block jenis ini diproduksi dengan mesin press sistem

    getar. Paving block press mesin vibrasi dapat digunakan sebagai

    alternatif perkerasan lahan pelataran parkir. Akan tetapi, karena

    pertimbangan selisih harga yang tidak terlalu jauh berbeda dengan paving

    block jenis press mesin hidrolik (K 300-450) mengakibatkan banyak

    konsumen lebih tertarik memilih paving jenis press hidrolik daripada paving

    jenis press vibrasi.

    3. Paving block press hidrolik. Paving jenis ini diproduksi dengan cara dipress

    menggunakan mesin press hidrolik dengan kuat tekan diatas 300

    kg/cm2. Paving block press hidrolik dapat dikatagorikan sebagai paving

    block dengan mutu beton kelas B-A (K 300-450). Pemakaian paving

    jenis ini dapat digunakan untuk keperluan non struktural maupun untuk

    keperluan struktural yang berfungsi untuk menahan beban yang berat

    yang dilalui diatasnya, seperti areal jalan lingkungan hingga sebagai

    perkerasan lahan pelataran terminal peti kemas dipelabuhan (Wintoko,

    2012).

    Paving block memiliki beragam kekuatan dan klasifikasi penggunaan

    bila diukur dengan standar SNI. Harga paving block yang murah tidak selalu

    dapat diartikan bahwa kualitas dan kekuatan paving block tersebut tidak

    bagus. Untuk lebih jelasnya diperlihatkan pada Tabel 1.

  • 9

    Tabel 1. Kuat Tekan Mutu Paving block

    Mutu

    Mutu

    Kuat Tekan (MPa) Ketahanan Aus (mm/menit) Penyerapan

    Air

    (Rata-Rata

    Maks)

    Rata-Rata Min Rata-Rata Min A 40 35 0,090 0,103 3 B 20 17 0,130 0,149 6 C 15 12,5 0,160 0,184 8 D 10 8,5 0,219 0,251 10

    Sumber: Anonim 3, 1996

    Berdasarkan Anonim 3, klasifikasi paving block dibedakan menurut

    kelas penggunaannya sebagai berikut:

    1. Paving block mutu A : digunakan untuk jalan

    2. Paving block mutu B : digunakan untuk pelataran parkir

    3. Paving block mutu C : digunakan untuk pejalan kaki

    4. Paving block mutu D : digunakan untuk taman dan pengguna lain ( Ayu,

    dkk 2015 ).

    Paving block memiliki banyak kelebihan dan keuntungan baik dari segi

    kekuatan, kemudahan pembuatan maupun pelaksanaannya. Bentuk dan ukuran

    paving block didesain sesuai dengan fungsi dan penggunaannya. Beberapa

    keuntungan menggunakan paving block adalah tahan lama, bentuk penyelesaian

    hasilnya bagus, pembuatanya sederhana, mudah diperoleh. Kerusakan paving

    sering disebabkan oleh beberapa hal, misalnya mutu bahan susun yang tidak

    memenuhi syarat, pengaruh gerusan air hujan, banyaknya lintasan roda kendaraan

    yang melebihi ketahanan dampaknya (biasanya dalam tiga ribu lintasan, paving

    block akan mengalami retak-retak) (Kardiyono, 1992).

    Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang

    menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan

  • 10

    tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan (Depkimpraswil, 2002). Dalam SK

    SNI M - 14 -1989 - E dijelaskan pengertian kuat tekan beton yakni besarnya

    beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani

    gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan.

    Kekuatan tekan beton ditentukan oleh pengaturan dari perbandingan

    semen, agregat kasar, agregat halus, dan air. Perbandingan air terhadap semen

    merupakan faktor utama dalam penentuan kekuatan beton. Semakin rendah

    perbandingan air semen, semakin tinggi kekuatan tekan. Suatu jumlah tertentu

    air diperlukan untuk memberikan aksi kimiawi di dalam proses pengerasan

    beton, kelebihan air meningkatkan kemampuan pengerjaan akan tetapi

    mempengaruhi kekuatan. Suatu ukuran dari pengerjaan beton ini diperoleh dengan

    percobaan slump (Ikhsan, dkk, 2013).

    B. Slag Nikel

    Slag nikel merupakan salah satu limbah padat dari hasil penambangan dan

    proses pengolahan nikel. Jumlah slag nikel kian hari kian menumpuk, karena

    setiap proses pemurnian satu ton produk nikel menghasilkan limbah padat 50

    kalinya, setara 50 ton. Sehingga dari hasil limbah yang cukup banyak, dilakukan

    penelitian untuk menggunakan limbah padat tersebut sebagai bahan pembentuk

    beton, baik sebagai agregat kasar dan halus, ataupun sebagai bahan campuran

    semen. Sekitar 70% komposisi kimia slag nikel terdiri dari Silika 41,47%, Ferri

    Oksida 30,44% dan Alumina 2,58%. Dengan komposisi silika yang cukup besar

    pada slag nikel, diharapkan proses hidrasi yang terjadi antara pasta semen dan

  • 11

    agregat akan membentuk interface yang lebih sempurna, sehingga kehancuran

    beton tidak terjadi pada interface, atau kalaupun terjadi kehancuran pada interface

    diperlukan energi yang cukup tinggi, dengan kata lain akan diperoleh kekuatan

    beton yang cukup tinggi. Adapun pada pembentukan bongkahan slag nikel

    tersebut ada dua macam terak yang terbentuk, yaitu slag nikel yang berpori sekitar

    2.835, sehingga dalam penggunaannya, agregat slag nikel dapat digunakan

    sebagai beton normal ( = 2.400 kg/m3) dan beton berat ( = 3.000 kg/m3)

    (Saptahari.S, 2005).

    Gambar 3. Bentuk dan Ukuran Fisik Limbah Slag Nikel

    Khosama (1997), meneliti tentang penggunaan slag nikel sebagai agregat

    pada beton mutu tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beton mutu tinggi

    baik dengan menggunakan slag nikel sebagai agregat kasar dan halus maupun

    hanya sebagai agregat kasar mempunyai kekuatan tekan, tarik, modulus

    elastisitas, dan berat volume lebih tinggi, disamping susut yang relatif kecil dari

    beton normal.

    Dari hasil pengujian kimia slag nikel ternyata kandungan senyawa silika

    memberikan bobot persentase yang paling dominan. Dengan senyawa silika yang

  • 12

    tinggi diharapkan penggunaan slag nikel sebagai agregat kasar ataupun agregat

    halus dapat memperkuat interface antara agregat dan pasta, sehingga kehancuran

    beton tidak terjadi pada interface ataupun kalau terjadi pada interface

    membutuhkan kekuatan yang tinggi, dengan demikian kekuatan beton mutu tinggi

    dapat tercapai.

    Menurut ASTM C618-93, material dengan komposisi kimia SiO2, Fe

    2O

    3

    dan Al2O

    3 lebih besar dari 70%, dapat digunakan sebagai bahan tambahan.

    Tabel 2. Hasil pengujian kimiawi slag nikel menunjukkan komposisi yang lebih

    besar dari 70%.

    Pengujian Slag nikel

    Berpori

    Slag nikel

    Padat

    Beton Normal

    -Beton Berat

    Berat Volume 1,327 1,913 2,402

    Specivic gravity( SSD ) 2,835 3,215 3,858

    Specivic Cravity ( Dry ) 2,692 3,179 3,848

    Kadar Air ( % ) 0,11 0,11 0,1

    Absorsi ( % ) 5,301 1,151 0,1

    Slag nikel yang digunakan sebagai agregat biasa terdiri dari slag nikel

    berpori dan slag nikel padat. Untuk mendapatkan beton normal digunakan

    kepadatan yang lebih ringan, sedangkan untuk beton berat hanya digunakan beton

    padat yang spesifik gaya beratnya diatas (Saptahari dan Louis, 2003).

    Sedangkan slag nikel yang digunakan sebagai bahan campuran semen

    terdiri atas slag nikel berpori, dengan alasan lebih mudah menghaluskannya untuk

    mendapatkan permukaan tertentu yang mendekati kehalusan semen (Saptahari dan

    Lelyani, 1997).

  • 13

    C. Abu Sekam Padi

    Sekam padi merupakan bahan berligno selulosa seperti biomassa lainnya

    namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas

    50 % selulosa, 25 30 % lignin, dan 15 20 % silika (Ismail and Waliuddin,

    1996). Sekam padi saat ini telah dikembangkan sebagai bahan baku untuk

    menghasilkan abu yang dikenal di dunia sebagai RHA (rice husk ask). Abu sekam

    padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 4000 5000 C

    akan menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 10000 C akan

    menjadi silika kristalin.

    Sekam padi tidak dapat digunakan sebagai material pengganti pasir tanpa

    mengalami proses pembakaran. Dua faktor yang perlu diperhatikan pada proses

    pembakaran yaitu kadar abu dan unsur kimia dalam abu. Kadar abu menjadi

    penting sebab hal ini menunjukkan atau menentukan berapa jumlah sekam yang

    harus dibakar agar menghasilkan abu sesuai kebutuhan. Selama proses

    pembakaran sekam padi menjadi abu mengakibatkan hilangnya zat-zat organik

    yang lain dan menyisakan zat-zat yang mengandung silika. Pada proses

    pembakaran akibat panas yang terjadi akan menghasilkan perubahan struktur

    silika yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozolan dan

    kehalusan butiran abu. Penggunaan abu sekam padi dengan campuran yang sesuai

    pada semen akan menghasilkan semen lebih baik (Singh et al., 2002).

  • 14

    D. Air

    Air merupakan bahan pembuat beton yang sangat penting namun

    harganya paling murah. Air diperlukan untuk bereaksi dengan semen sehingga

    terjadi reaksi kimia yang menyebabkan pengikatan dan berlangsungnya proses

    pengerasan pada beton, serta untuk menjadi bahan pelumas antara butir- butir

    agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Untuk bereaksi dengan

    semen, air hanya diperlukan 25 % dari berat semen saja. Selain itu, air

    juga digunakan untuk perawatan beton dengan cara pembasahan setelah

    dicor (Tjokrodimuljo, 1996).

    Kebutuhan kualitas air untuk beton mutu tinggi tidak jauh berbeda

    dengan air untuk beton normal. Pengerasan beton dipengaruhi reaksi semen dan

    air, maka air yang digunakan harus memenuhi syarat- syarat tertentu. Air yang

    digunakan harus memenuhi persyaratan air minum yang memenuhi syarat untuk

    bahan campuran beton, tetapi air untuk campuran beton adalah air yang bila

    dipakai akan menghasilkan beton dengan kekuatan lebih dari 90 % dari

    kekuatan beton yang menggunakan air suling ( Nurzal dan Adriansyah, 2015).

    Menurut Alfian ( 1998) bahwa banyaknya air yang diperlukan oleh semen

    untuk dapat menciptakan proses pengikatan dan pengerasan sekitar 20% dari berat

    semen.

  • 15

    SK SNI S-04-1989-F mensyaratkan air yang dapat digunakan sebagai

    bahan bangunan sebagai berikut:

    1) Air harus bersih

    2) Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda terapung lainnya yang dapat

    dilihat secara visual.

    3) Tidak mengandung benda-benda yang tersuspensi lebih dari 2 gr/L.

    4) Tidak mengandung garam-garam terlarut dan bahan yang dapat merusak beton

    (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gr/L.

    5) Kandungan klorida (Cl), tidak lebih dari 500 ppm dan senyawa sulfat tidak

    lebih dari 1000 ppm sebagai SO3.

    6) Bila dibandingkan dengan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air

    suling, maka penurunan kekuatan tekan adukan dan beton yang memakai air

    yang diperiksa tidak lebih dari 10%.

    E. Semen

    Semen merupakan bahan perekat yang dapat merekatkan bahan bangunan

    dan pertama kali dibuat dari kalsinasi kapur yang tidak murni oleh bangsa Mesir

    untuk konstruksi Pyramid. Pada Tahun 1824, Joseph Aspdin dari Inggris

    melakukan proses kalsinasi sampai tingkat tertentu terhadap campuran batu kapur

    dan tanah liat. Semen Aspdin dinamakan Portland karena beton yang dibuat

    dengan semen ini sangat menyerupai batuan - batuan alam yang terdapat di pulau

    Portland, di Inggris.

  • 16

    Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat

    SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986 dan harus

    memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standard tersebut (PB.1989 : 3.2-8).

    Tabel 4. Komposisi kimia Semen Portland Tipe I

    NO Sifat Kimia Tipe I ASTCM C -150

    1 CaO 64,90 -

    2 SiO2 21,20 -

    3 Al2O3 6,00 -

    4 Fe2O3 3,10 Maks 6,00

    5 MgO 1,20 Maks 3,50

    6 SO3 2,10 Maks 0,60

    Semen yang satu dapat dibedakan dengan semen lainnya berdasarkan

    susunan kimianya maupun kehalusan butirnya. Perbandingan bahan-bahan utama

    penyusun semen portland adalah kapur (CaO) sekitar 60%-65%, silika (SiO2)

    sekitar 20%-25%, dan oksida besi serta alumina (Fe2O3 dan Al2O3) sekitar 7%-

    12%. Sifat-sifat semen portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat fisika

    dan sifat kimia. Sifat-sifat fisika semen meliputi kehalusan butir, waktu

    pengikatan, kekalan, kekuatan tekan, pengikatan semu, panas hidrasi, dan hilang

    pijar (https://pubon.blogspot.co.id/2013/03/sifat-dan-karakteristik-semen

    portland.html).

    Semen setelah bercampur dengan air akan mengalami pengikatan, dan

    setelah mengikat lalu mengeras. Lamanya pengikatan sangat tergantung dari

    komposisi senyawa dalam semen dan suhu udara sekitarnya. Waktu pengikatan

    pada pasta semen ada 2 (dua) macam, yaitu waktu ikat awal (setting time) dan

    waktu ikat akhir (final setting). Waktu ikat awal adalah waktu yang dibutuhkan

    sejak semen bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi tidak plastis,

    https://pubon.blogspot.co.id/2013/03/sifat-dan-karakteristik-semen%20portland.htmlhttps://pubon.blogspot.co.id/2013/03/sifat-dan-karakteristik-semen%20portland.html

  • 17

    sedangkan waktu ikat akhir adalah waktu yang dibutuhkan sejak semen

    bercampur dengan air dari kondisi plastis menjadi keras. Yang dimaksud

    dengan keras pada waktu ikat akhir adalah hanya bentuknya saja yang sudah kaku,

    tetapi pasta semen tersebut belum boleh dibebani, baik oleh berat sendiri maupun

    beban dari luar. Waktu ikat awal menurut standar SII minimum 45 menit,

    sedangkan waktu ikat akhir maksimum 360 menit. Waktu ikat awal tercapai

    apabila masuknya jarum vicat ke dalam sampel dalam waktu 30 detik sedalam 25

    mm. Waktu ikat akhir tercapai apabila pada saat jarum vicat diletakkan diatas

    sampel selama 30 detik, pada permukaan sampel tidak berbekas atau tidak

    tercetak.

    Pasta semen sebagai bahan perekat pada beton harus memiliki kekuatan

    yang memenuhi syarat, karena untuk beton struktural, apabila kuat tekan

    semennya tidak memenuhi standard, maka mutu betonnya juga tidak akan

    memenuhi syarat. Kekuatan pada semen timbul karena reaksi anatara C3S dan C2S

    dengan air membentuk Calsium Silikat Hidrat (C3S2H3) atau dalam semen disebut

    Tobermorin, seperti terlihat pada reaksi dibawah ini :

    2C3S + 6H C3S2H3 + 3CH

    2C2S + 4H C3S2H3 + CH

    Sifat dari Tobermorin adalah keras dan tidak mudah larut dalam air, sifat

    inilah yang diharapkan dalam bahan perekat untuk beton. Untuk menguji kuat

    tekan pada semen, dibuat sampel berbentuk kubus dengan sisi 50 mm. Sampel

    dibuat dengan campuran semen, pasir standard dan air dengan perbandingan 1 :

    2.75 : 0.485 dalam komposisi berat. Pasir standard harus menggunakan pasir

  • 18

    Ottawa atau pasir silika yang kekerasannya sama dengan pasir Ottawa, selain

    pasirnya harus standar juga gradasinya harus memenuhi syarat. Ketiga bahan

    tersebut diaduk, lalu dicetak membentuk kubus. Pengadukan dan pencetakan

    harus mengikuti standar SII. Pada umur tertentu dilakukan pengujian. Untuk

    semen jenis I pada umur 3 (tiga) hari harus memiliki kuat tekan lebih dari 125

    kg/cm2 dan pada umur 7 (tujuh) hari harus lebih dari 200 kg/cm2

    (https://taramikacich.wordpress.com/2012/10/23/pengujian-semen-portland/).

    F. Kuat Tekan Beton

    Kuat tekan beton merupakan kekuatan tekan maksimum yang dapat

    dipikul beton per satuan luas. Kuat tekan beton normal antara 20-40 MPa.

    Kuat tekan beton dipengaruhi oleh: faktor air semen (water cement ratio =

    w/c), sifat dan jenis agregat, jenis campuran, workability, perawatan (curing)

    beton dan umur beton. Faktor air semen (water cement ratio = w/c) sangat

    mempengaruhi kuat tekan beton. Semakin kecil nilai w/c nya maka jumlah

    airnya sedikit yang akan menghasilkan kuat tekan beton yang besar. Sifat dan

    jenis agregat yang digunakan juga berpengaruh terhadap kuat tekan beton.

    Semakin tinggi tingkat kekerasan agregat yang digunakan akan dihasilkan kuat

    tekan beton yang tinggi. Selain itu susunan besar butiran agregat yang baik

    dan tidak seragam dapat memungkinkan terjadinya interaksi antar butir sehingga

    rongga antar agregat dalam kondisi optimum yang menghasilkan beton padat dan

    kuat tekan yang tinggi.

    https://taramikacich.wordpress.com/2012/10/23/pengujian-semen-portland/

  • 19

    Kuat tekan paving block dihitung dengan rumus:

    =F

    A

    Dimana :

    = Kuat tekan (kg/cm2)

    F = Beban maksimum (kg)

    A = Luas bidang permukaan (cm2)

    Jenis campuran beton akan mempengaruhi kuat tekan beton. Jumlah

    pasta semen harus cukup untuk melumasi seluruh permukaan butiran agregat dan

    mengisi rongga-rongga diantara agregat sehingga dihasilkan beton dengan kuat

    tekan yang diinginkan. Untuk memperoleh beton dengan kekuatan seperti yang

    diinginkan, maka beton yang masih muda perlu dilakukan perawatan dengan

    tujuan agar proses hidrasi pada semen berjalan dengan sempurna. Pada proses

    hidrasi semen dibutuhkan kondisi dengan kelembaban tertentu. Apabila beton

    terlalu cepat mengering, akan timbul retak-retak pada permukaannya. Retak-retak

    ini akan menyebabkan kekuatan beton turun, juga akibat kegagalan mencapai

    reaksi hidrasi kimiawi penuh. Kuat tekan beton mengalami peningkatan seiring

    dengan bertambahnya umur beton. Kuat tekan beton dianggap mencapai 100 %

    setelah beton berumur 28 hari.

    G. Spektrofotometer Serapan Atom (Atomic Absorption Spektrophotometry

    (AAS))

  • 20

    Gambar 4. Atomic Absorption Spektrophotometry (AAS)

    Spektrofotometer merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang

    pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang dihasilkan atau yang diserap

    oleh spesi atom atau molekul analit. Salah satu bagian dari Spektrofotometer ialah

    Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), merupakan metode analisis unsur secara

    kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang

    gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skoog et. al., 2000

    dalam Al Anshori, 2005).

    Dalam menganalisa sampel, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

    memanfaatkan interaksi radiasi elektromagnetik dengan elektron dari atom atau

    molekul. Cuplikan dibakar dalam nyala, sehingga terbentuk atom-atom netral dari

    unsur yang akan dianalisis dalam tingkat energi dasar (ground state). Suatu energi

    radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang tertentu dikenakan pada atom-

    atom tersebut. Sebagian dari radiasi elektromagnetik itu diserap oleh atom-atom

    unsur dalam nyala, dan sebagian lagi diteruskan. Rasio energi yang diserap

    dengan yang diteruskan dapat dibaca sebagai persen transmiten atau absorban.

  • 21

    Perhitungan secara kuantitatif dari perubahan radiasi elektromagnetik

    tersebut dengan menggunakan instrumentasi optik merupakan basis dari

    spektroskopi. Seperti lazimnya metoda atau teknik pengukuran, proses

    perhitungan akan melibatkan serentetan kejadian terpadu. Pertama zat yang akan

    diukur diidentifikasi (berupa atom atau molekul) kemudian dibuat interaksi antara

    radiasi elektromagnetik pada suatu panjang gelombang dengan jenis zat tersebut.

    Informasi dari zat kemudian ditransmisikan ke photodetektor yang bertindak

    sebagai transducer yang merubah besaran tersebut menjadi besaran listrik agar

    mudah diidentifikasi. Dengan kata lain secara kuantitatif energi yang diserap oleh

    zat akan identik dengan jumlah zat perkandungan zat tersebut, sedangkan secara

    kualitatif panjang gelombang dimana energi dapat diserap akan menunjukan jenis

    zatnya (Panjaitan, 2010). Hasil yang didapat dari (SSA) berupa nilai konsentrasi

    absorbansi yang kemudian dilakukan perhitungan untuk memperoleh kandungan

    Fe, Ni, Cu dan Cr yang sesungguhnya dari sampel.

    Spektrofotometer Serapan Atom merupakan alat untuk menganalisa unsur-

    unsur logam dan semi logam dalam jumlah renik (trace), Komponen SSA adalah :

    1. Sumber Cahaya, Sumber cahaya/radiasi yang akan memancarkan sinar radiasi

    elektromagnet pada panjang gelombang yang diinginkan. Pada umumnya

    sumber yang digunakan dalam instrument SSA yaitu sumber kontinyu. Sumber

    radiasi yang kini banyak di pakai adalah Hallow Cathode Lamp (HCL) atau

    lampu ketoda berongga.

    2. Atomizer, yang terdiri dari :

  • 22

    a. Nebulizer, yaitu alat yang langsung kontak dengan larutan sampel, biasanya

    mangandung asam. Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjaadi

    aerosol. Sistem Nebulizer Burner adalah jantungnya SSA, karena disinilah

    efisiensi pengatoman di tentukan, jadi akan langsung berpengaruh terhadap

    kepekaan analisis.

    b. Spray Chamber, yaitu bagian alat dalam SSA yang berfungsi untuk membuat

    campuran sehomogen mungkin antara gas oksigen, bahan bakar, serta aerosol

    yang mengandung sampel sebelum mencapai burner (nyala). Bentuk spray

    chamber sangat mempengaruhi kepekaan analisis yang dapat dicapai. Spray

    chamber mengubah butir-butir cairan yang lebih besar dari 5 mikron akan

    mengembun kembali dan dibuang melalui katup pembuangan. Butir-butir

    yang kecil akan menghasilkan kepekaan lebih tinggi karena lebih mudah

    diuapkan pelarutanya dan lebih mudah untuk diatomisasikan.

    c. Burner, dimana bentuknya harus dapat mencegah bahaya Blow Black

    (masuknya nyala ke dalam spray chamber). Burner harus selalu bersih untuk

    menjamin kepekaan tinggi dan presisi yang baik. Populasi atom terbanyak

    berada dalam nyala 0,5 - 1 cm dari dasar nyala.

    3. Sistem Optik, yang berfungsi mangumpulkan cahaya dari sumbernya,

    melewatkan ke sampel kemudian ke monokromator.

    4. Monokromator, fungsi monokromator dalam alat ini bukan untuk mengubah

    cahaya dari sumber sinar, tetapi untuk cahaya dari nyala pembakaranya

    menjadi sinar monokromatis.

  • 23

    5. Detektor, tipe detektor pada SSA biasanya memakai tabung photomultiplier.

    Tenaga listrik yang dihasilkan dari detektor kemudian diteruskan keamflifier

    setelah itu baru diteruskan ke sistem pembacaan. Skala yang dibaca dalam

    satuan absorbans yang dapat dibaca dalam layar monitor.

    H. X-Ray Flourecence (XRF)

    Gambar 5. X-Ray Flourecence (XRF)

    Spektrometri X-Ray Flourecence (XRF) adalah suatu metode analisis

    berdasarkan pengukuran tenaga dan intensitas sinar-X suatu unsur di dalam

    cuplikan hasil eksitasi sumber radioisotop. Spektrometer XRF didasarkan pada

    lepasnya elektron bagian dalam dari atom akibat dikenai sumber radiasi dan

    pengukuran intensitas pendar sinar-X karakteristik yang dipancarkan oleh

    atom unsur dalam sampel. Metode ini tidak merusak bahan yang dianalisis

    baik dari segi fisik maupun kimiawi sehingga sampel dapat digunakan untuk

    analisis berikutnya.

  • 24

    Mekanisme kerja XRF secara umum adalah sinar-X dari sumber

    pengeksitasi akan mengenai cuplikan dan menyebabkan interaksi antara sinar- X

    yang karakteristik untuk setiap unsur. Sinar-X tersebut selanjutnya

    mengenai detector Si(Li) yang akan menimbulkan pulsa listrik yang lemah, pulsa

    tersebut kemudian diperkuat dengan preamplifier dan amplifier lalu disalurkan

    pada penganalisis saluran ganda atau Multi Chanel Analyzer (MCA). Tenaga

    sinar-X karakteristik yang muncul tersebut dapat dilihat dan disesuaikan dengan

    tabel tenaga sehingga dapat diketahui unsur yang ada di dalam cuplikan yang

    dianalisis (Iswani, 1983).

    Spektrometer XRF tersusun dari tiga komponen utama yaitu sumber

    radioisotop, detektor dan unit pemrosesan data. Sumber radioisotop adalah isotop-

    isotop tertentu yang dapat digunakan untuk mengeksitasi cuplikan sehingga

    menghasilkan sinar-X yang karakteristik. Radioisotop yang dapat digunakan

    adalah Fe, Co, Cd dan Am. Sumber radioisotop ini dibungkus sedemikian

    rupa dengan timbal agar penyebaran radiasinya terhadap lingkungan dapat

    dicegah.

    I. Penelitian Penggunaan Slag Nikel yang Pernah Dilakukan

    1. Nadhiroh Masruri (1992:49)

    Kuat tekan mortar campuran terak dan semen dengan perbandingan 70%

    terak : 30% semen menunjukkan harga yang cukup tinggi yaitu 409,3 kg/cm2 dan

    campuran terak 60% : 40% semen dapat mencapai kuat tekan 453,6 kg/cm2untuk

    umur 28 hari.

  • 25

    2. Joni Talu Lembang,dkk (1996)

    Dengan pemakaian slag sebagai agregat tambahan pada bata beton mutu

    tunggi diperoleh kuat tekan sebesar 548,65 kg/cm2 pada komposisi 1 semen : 1

    terak : 1 pasir, dengan memakai terak peleburan besi. Kuat tekan terendah

    diperoleh pada komposisi 1 semen : 4 terak : 1 pasir, diperoleh kuat tekan 200,51

    kg/cm2 dengan memakai Slag nikel.

  • 26

    3. Endah Safitri (2001)

    Penggunaan slag baja sebagai agregat kasar dalam pembuatan beton

    semen Portland polimer didapatkan hasil bahwa dilihat dari berat jenisnya, beton

    dengan polimer dan beban tanpa polimer mempunyai berat jenis diatas 2600

    kg/cm2. Hal inin berarti bahwa beton dengan agregat kasar sisa baja termasuk

    dalam beton golongan berat. Kuat tekan beton degan agregat kasar slag baja

    diperoleh kuat tekan pada umur 28 hari adalah 25,682 Mpa pada nilai fas 0,45

    tanpa bahan tambah polimer dan dengan polimer 10%, 20% berturut-turut

    diperoleh kuat tekan sebesar 21,429 Mpa dan 18,791 Mpa.

    4. Moch. Husni dermawan (2011)

    Pengujian kuat tekan paving block dilakukan setelah paving block

    berumur 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan paving block dengan subtitusi terak

    20%, 40%, 60% dan 80% menunjukkan hasil yang semakin kecil jika

    dibandingkan dengan paving block tanpa subtitusi terak. Terjadinya penurunan

    kualitas paving block dilihat dari berat jenis dan kuat tekannya memiliki

    keterkaitan dengan karakteristik dari terak yang dipakai sebagai bahan substitusi

    pasir.

  • 27

    III. METODE PENELITIAN

    A. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini berlangsung antara bulan Agustus 2016 sampai selesai.

    Penelitian dilakukan di Lingkungan Percetakan Paving block yang Bertempat di

    Kelurahan Andonohu Kota Kendari dan diuji di Laboratorium Teknik Sipil

    Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo.

    B. Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang material yang berjudul

    Pemanfaatan Slag Nikel Dan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Pembuatan

    Paving block menggunakan metode eksperimen.

    C. Bahan Penelitian

    Bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 5. Bahan Penelitian

    No Nama Bahan Kegunaan

    1 Semen Sebagai bahan perekat

    2 Slag Nikel Sebagai bahan perekat

    3 Sekam Padi Sebagai bahan penelitian

    4 Air Sebagai bahan pelarut

  • 28

    D. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

    Tabel 6. Alat penelitian

    No Nama Alat Kegunaan

    1 Cetakan Paving block Untuk mencetak paving blok

    2 Timbangan Untuk menimbang bahan penelitian

    3 Wadah Untuk tempat pencampuran bahan

    4 Sendok semen Untuk mencampurkan bahan

    5 Alat Uji tekan Menguji kekuatan paving

    6 Palu Untuk menghancurkan Slag nikel

    7 Kertas Label Untuk melabel sampel

    8 Kost tangan Untuk melindungi tangan

    9 Saringan no. 10 mesh Untuk menyaring Slag nikel

    10 Unit Peralatan AAS Untuk menguji kandungan logam

    sampel

    11 Unit Peralatan XRF Untuk menguji kadar logam berat

    yang terdapat pada slag nikel

    12 Baskom Untuk wadah dalam proses perawatan

    sampel selama 23 hari

    E . Prosedur Penelitian

    Adapun prosedur kerja yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

    sebagai berikut:

    1. Tahap preparasi Sampel

    a. Preparasi Slag nikel

    Slag nikel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh PT Antam

    pomalaa dalam bentuk biji bijian yang kemudian sampel tersebut diayak

    dengan menggunakan ayakan no.10 mm sampai menjadi lebih kecil selanjutnya

    ditimbang menggunakan timbangan berdasarkan komposisi variasi bahan pada

    Tabel 7. kemudian siap untuk dicampurkan dengan bahan lain.

  • 29

    b. Preparasi Abu Sekam Padi

    Adapun perbakaran sekam padi yaitu, sekam padi dijemur hingga kering,

    kemudian itu serbuk kayu dibakar hingga menjadi abu, setelah itu abu dapat

    digunakan sebagai sampel.

    2. Tahap pembuatan paving block

    Adapun pembuatan benda uji dilakukan sebagai berikut :

    a) Menyediakan bahan-bahan campuran paving block yaitu semen, Slag nikel,

    abu sekam padi dan air seperti pada Tabel 7. Komposisi perbandingan variasi

    paving block dibawah ini :

    Tabel 7. Komposisi perbandingan variasi paving block.

    Sampel Semen Abu sekam padi Slag nikel

    A 25% 0% 75%

    B 25% 5% 70%

    C 25% 10% 65%

    D 25% 15% 60%

    E 25% 20% 55%

    b) Setelah semua bahan disediakan maka dimasukkan bahan pada tempat

    pengadonan yaitu abu serbuk kayu, Slag nikel dan semen dan diaduk sampai

    rata dan diberi air pada bagian tengah adonan serta dibiarkan 2 5

    menit agar campuran saling mengikat.

    c) Kemudian diaduk dan dicampur semua pasta semen sampai campuran benar-

    benar homogen.

    d) Setelah campuran benar-benar homogen, adonan dicetak lalu dipress secara

    konvensional untuk dipadatkan.

  • 30

    e) Paving block yang sudah dicetak diberi nomor indetitas untuk

    penandaan setiap variasi benda uji. Kemudian dilakukan perawatan dengan

    cara mengeringkan paving block 1 hari kemudian direndam selama 23

    hari.

    f) Cetakan Paving block yang di gunakan berukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm

    dengan luas permukan dapat diperoleh dengan rumus :

    Lp = 2 x {(p x l)+(p x t)+(l x t)}

    Dimana : Lp = luas permukaan (cm2)

    p = panjang (cm)

    l = lebar (cm)

    t = tinggi (cm)

    3. Pengujian Kadar Logam Terlarut Rendaman Paving block

    Pengujian kadar logam dilakukan agar mengetahui kandungan logam yang

    terlarut pada paving block. Dimana air bekas rendaman paving tersebut

    dimasukkan kedalam botol kemudian diukur menggunakan Spektrofotometer

    Serapan Atom (SSA).

    4. Prosedur pengujian Kuat Tekan (Compresive Strength)

    Pengujian kuat tekan dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari

    benda uji. Benda uji yang dipakai adalah balok. Pengujian kuat tekan dilakukan

    saat paving block berumur 23 hari. Jumlah paving block yang diuji pada umur

    23 hari yaitu 6 buah, yang memiliki komposisi bahan yang berbeda. Adapun

    prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:

  • 31

    a) Mengeluarkan benda uji setelah berumur 23 hari dari bak perendaman dan

    diletakkan pada ruangan sampai sampel kering.

    b) Sebelum benda uji diberi pembebanan, diukur kembali masing-masing sisi.

    c) Beban tekan yang diberikan secara perlahan-lahan pada benda uji

    dengan cara mengoperasikan tuas pompa sehingga benda uji runtuh.

    d) Pada saat jarum penunjuk skala beban tidak naik lagi atau bertambah, maka

    skala yang ditunjukkan oleh jarum tersebut dicatat sebagai beban maksimum

    yang dapat dipikul oleh benda uji tersebut.

    e) Prosedur ini dilakukan untuk sampel benda uji kuat tekan yang lain.

  • 32

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil analisis kandungan unsur logam slag nikel

    Slag nikel yang digunakan pada penelitian ini adalah slag nikel yang

    berukuran kecil yang telah disaring dengan menggunakan ayakan 10 mesh

    sebagaimana pada Gambar 3.

    Adapun kandungan logam yang terdapat pada slag nikel berdasarkan hasil

    uji sampel dengan menggunakan XRF ( XRay Flourecence ) portable dapat

    dilihat pada tabel 8.

    Tabel 8. Kandungan logam slag nikel.

    Unsur Jumlah (% )

    Fe 9,04

    Cr 0,816

    Mn 0,836

    Ni 0,045

    Zn 0,013

    Hasil analisis kandungan logam slag nikel yang diuji menggunakan

    XRF(X- Ray Flourence) portable sebagaimana pada Tabel 7 menunjukan bahwah

    kandungan logam yang tertinggi pada slag nikel adalah Fe (9.04 %)

    dibandingkan dengan Cr maupun logam lainya.

    Jika dilihat pada PP 18/1999 jo PP 85/1999, slag nikel memiliki

    kandungan unsur yang termasuk dalam salah satu daftar pada lampiran III

    peraturan tersebut. Unsur yang dimaksud adalah nikel (Ni) dan kromium (Cr).

    Selain itu, Fe2O3 merupakan unsur yang paling banyak yang ada dalam slag

    nikel. Hal ini dikarenakan nikel yang dihasilkan oleh PT International Nickel

    Indonesia (PT INCO) hanya berupa nikel matte, sehingga kandungan besi (Fe)

  • 33

    digolongkan pada limbah khusus yang penanganannya mengikuti pengelolaan

    limbah B3.

    Slag nikel adalah berupa limbah padat yang dapat mengkontaminasi tanah.

    Jumlahnya yang banyak dalam suatu pengolahan bijih di kegiatan pertambangan

    dapat merusak suatu lahan tempat penampungan slag tersebut. Jika dibiarkan

    secara terus-menerus dan mengalami oksidasi saat terkena air hujan, akan

    menghasilkan air lindian yang banyak mengandung unsur-unsur berbahaya, salah

    satunya yaitu kromium yang merupakan unsur yang beracun. Pengelolaan harus

    dilakukan karena jumlah slag nikel yang dihasilkan oleh PT. bisa mencapai

    1.000.078 ton. Jika slag sebanyak ini dibiarkan begitu saja, maka dampak

    lingkungan yang dapat ditimbulkan akan sangat besar. Oleh karena itu,

    pemanfaatan slag nikel sebagai salah satu campuran bahan pengerasan jalan

    dianggap cukup efektif. Hal ini dikarenakan karakteristik slag tersebut yang

    memiliki densitas tinggi, kekerasan dan kekuatan, pemampatan yang baik dengan

    permeabilitas air yang tinggi. Dengan sifat tersebut, slag ini kemungkinan dapat

    digunakan dalam berbagai tujuan, salah satunya yaitu sebagai bahan perkerasan

    jalan seperti paving block.

    B. Hasil Pembuatan Paving block

    Paving block yang terlihat pada Gambar 7 adalah hasil dari proses

    praparasi bahan sampai percetakan bahan. Adapun cetakan yang digunakan pada

    penelitian ini berbentuk balok dengan ukuran 20 cm x 10 cm x 6 cm.

  • 34

    Gambar 6. Hasil percetakkan paving block

    Paving block yang telah di keringkan selama 24 jam kemudian diberikan

    perlakuan (perendaman) selama 23 hari dan selanjutnya dilakukan uji kuat tekan

    paving dengan menggunakan alat uji tekan beton merek ENERPAC.

    C. Hasil Analisis Uji Tekan Paving block

    Hasil uji tekan paving block untuk sampel A,B,C,D dan E dapat dilihat

    pada Gambar 7.

    Gambar 7. Grafik hasil uji kuat tekan paving block

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    0 2 4 6

    Ku

    at

    Tek

    an

    Variasi Komposisi Bahan

    Grafik hubungan Kuat Tekan - Variasi Bahan

    0 % Abu + 25 % semen+ 75 % slag nikel

    5 % Abu + 25 % semen+ 70 % slag nikel

    10 % Abu + 25 % semen+ 65 % slag

    15 % abu + 25 %semen + 60 % slag

    20 % abu + 25 %semen + 50 % slag

  • 35

    Dari grafik pada Gambar 7 terlihat persentase paving block tanpa

    campuran abu sekam padi dengan komposisi bahan 25 % semen : 75 % slag nikel

    dengan waktu perendaman selama 23 hari menghasilkan kuat tekan paving block

    sebesar 235,03 kg/2.

    Kemudian paving block dengan penambahan beberapa persentase abu

    sekam padi dan slag nikel menunjukkan hasil kuat tekan yang berbeda-beda. Kurva

    kuat tekan dengan penambahan 5 % abu sekam padi dan 70 % slag nikel

    menunjukkan perilaku kuat tekan yang cukup baik di mana nilainya kuat

    tekannya mendekati dengan kuat tekan paving block dengan 0 % abu serbuk

    kayu dan 75 % slag nikel. Hal ini disebabkan oleh abu serbuk kayu yang

    ditambahkan mampu bereaksi dengan material lainnya dan mampu menutupi

    pori paving block. Namun, perlu diperhatikan bahwa abu sekam padi mempunyai

    daya serap yang tinggi terhadap air.

    Perilaku hampir sama ditunjukkan oleh kurva beton dengan 10 % dan

    15 % abu sekam padi. Nilai kuat tekan masing-masing sampel selalu berada di

    bawah nilai kuat tekan beton dengan 0 % dan 5 % abu sekam padi dan 75 % dan 70

    % slag nikel. Hal ini disebabkan jumlah abu sekam padi yang lebih besar

    menyebabkan air yang dicampurkan tidak sepenuhnya digunakan untuk bereaksi

    mengikat material pembentuk beton namun diserap oleh abu sekam padi yang

    tercampur dalam beton. Sehingga nilai kuat tekan paving block pada usia 23 hari

    menjadi menurun. Hal ini dimungkinkan oleh abu sekam padi yang menyerap air

    lebih banyak menyebabkan pori dalam paving block lebih banyak yang kosong

    sehingga ketika beban bekerja paving block tidak mampu bekerja dengan baik.

  • 36

    Selain itu ketika semen, slag nikel dan abu sekam padi dicampur dengan

    air, timbullah reaksi kimia antara campuran- campurannya dengan air. Reaksi-

    reaksi ini menghasilkan bermacam-macam senyawa kimia yang menyebabkan

    ikatan dan pengerasan.

    Adapun unsur yang paling berpengaruh dalam menentukan kekuatan

    paving block ialah silikat (SiO2), unsur ini bekerja sebagai pengikatan semua

    campuran paving sehingga berbentuk keras dan bersatu antara satu dengan yang

    lainnya (Bakhtiar A, 2012).

    Kemudian pada campuran 20 % abu sekam padi dan 55 % slag nikel ini

    mengalami kenaikkan. Proses kenaikkan kuat tekan yang dialami pada

    penambahan abu sekam padi 20 % dan 55 % slag nikel dipengaruhi oleh proses

    pengikatan antara silika yang dihasilkan dari pembakaran abu sekam padi dengan

    kalsium hidroksidah dari slag nikel dan semen sudah maksimal.

    Berdasarkan klasifikasi paving block pada Tabel 1. kita dapat menarik

    kesimpulan jenis paving block ini termasuk dalam batasan paving block mutu B

    (170 200 kg/cm2) yaitu digunakan untuk pelataran parkir (Ayu, 2015).

    D. Hasil Analisis Kadar Logam Fe Terlarut pada Rendaman Paving block

    Berdasarkan hasil pengujian kandungan logam slag nikel yang dilakukan

    dengan menggunakan X-Ray Flourecence (XRF) sebagaimana pada Tabel 8

    menunjukan kandungan logam terbanyak dalam slag nikel adalah besi (Fe). Besi

    merupakan logam berat yang dibutuhkan untuk menghasilkan pigmen pernapasan

    (haemoglobin). Logam ini akan menjadi racun apabila keadaannya terdapat dalam

    konsentrasi di atas normal (Hasbi, 2007).

  • 37

    Pada umumnya besi yang ada di dalam air dapat bersifat terlarut hal ini

    dibuktikan dengan hasil uji kandungan logam Fe menggunakan AAS (Atomic

    Absorption Spektrophotometry ),sesudah dan sebelum perendaman seperti pada

    Tabel 9 .

    Tabel 9. Kandungan logam terlarut rendaman paving block .

    No Nama

    Sampel

    Kons.sebelum

    perendaman

    paving block

    (ppm)

    Nama

    Sampel

    Kons. Sesudah

    perendaman

    paving block

    (ppm)

    Kons.Akhir

    (ppm)

    1

    Air

    Jernih

    0.0204

    Air

    Perendaman

    Paving

    block

    0,0857 0,0653

    2 0,1143 0,1143

    3 0,1057 0,1057

    4 0,0971 0,0971

    5 0,1400 0,1400

    Berdasarkan data pada Tabel 9 diatas menunjukan bahwah logam Fe yang

    terdapat pada paving block mengalami penurunan kadar logam sangat kecil yakni

    0.14 ppm dan termasuk dibawah standart baku mutu yang ditetapkan (P.P No. 85

    Thn 1999). Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan daya ikat antara logam-

    logam pada slag nikel dengan bahan penyusun sampel paving block yang lain

    menyebabkan hasil pelepasan logam besi (Fe) juga berbeda-beda antara tiap

    benda uji. Ini berarti dengan proses solidifikasi menggunakan sampel paving

    block dapat mengikat logam berat yang terdapat dalam material bahan-bahan

    campuran sampel paving block sehingga logam berarti aman untuk lingkungan.

  • 38

    V. KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan

    diperoleh kesimpulan bahwa :

    1. Variasi komposisi bahan terhadap kuat tekan paving block mengalami hasil

    kuat tekan yang berbeda-beda. Dimana hasil optimum kuat tekan terdapat

    pada pencampuran paving block 0 % abu sekam padi dan 75 % slag nikel

    yaitu sebesar 235,04 kg/cm2 dan semakin banyak kadar senyawa silika dalam

    paving block maka kuat tekan tekan paving block semakin berkurang.

    2. Kandungan logam besi (Fe) yang terlarut sangat kecil yakni dibawah standar

    baku mutu yang ditetapkan oleh Departemen kesehatan di dalam Permenkes

    No. 492 /Menkes/Per/IV/ 2010 tentang air bersih yaitu sebesar 1,0 mg/l.

    Selain itu konsentrasi besi terlarut yang diperbolehkan dalam air bersih adalah

    sampai dengan 0,3 mg/l. Ini berarti bahwa paving block berhasil mengikat

    logam besi (Fe) dalam agregat secara sempurna sehingga logam larut

    jumlahnya sangat kecil dan paving block berarti aman untuk lingkungan.

  • 39

    B. SARAN

    Berdasarkan dari hasil penelitian dan kesimpulan diatas dapat diberikan

    saran-saran sebagai berikut :

    1. Pada saat proses pencampuran hendaknya dapat disebarkan secara merata

    sehingga secara langsung adukan campuran menjadi homogen.

    2. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan variasi penambahan yang berbeda,

    untuk mendapatkan nilai yang optimal.

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim,1987. Ubin Semen ( SNI 03 0028 1987 ).Bandung :Departemen

    Pekerjaan Umum ,Yayasan Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan.

    Anonim, 1989. Bata Beton untuk lantai ( SNI 03 - 0691 1989 ) Bandung

    Departemen Pekerjaan Umum,Yayasan lembaga Penelidikan masalh

    bagunan.

    Anonim, 2002, Standar Nasional Indonesia, SK SNI-15-1990-F, Bandung:

    Departemen Pekerjaan Umum

    Anonim, 2015. wisuda.unud.ac.id/pdf/1391561012-2-BAB I.pdf

    Alflan, 1998. TinglcatKandungan Air Serta Pengaruhnya Terhadap Kerusalum

    Pada Permulraan Plasteran Dinding. Pekanbaru: Lembaga Penelitian

    UNRL

    Ashad.H, 2005, Kontribusi Nickel Slag-Cement terhadap Kekuatan dan

    Durabilitas Beton Kinerja Tinggi. Tesis Program Magister, Institut

    Teknologi Bandung.

    Bakhtiar A, 2012. Studi Peningkatan Mutu Paving-block dengan Penambahan Abu sekam Padi.

    Staf Pengajar Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.

    Http://eprints.undip.ac.id/34022/5/1893_CHAPTER_I.pdf

    Http://repositori.unhas.id Bitstream/jurnal Lydia.Pdf

    Istiwarni,2002. Analisa Paving Block dan limbah Karbit,Skiripsi.Yogyakarta

    Universitas Negeri Yogyakarta.

    Kardiyono.T, 1992, Teknologi Beton, Yoyakarta, UGMS

    Lilley, A.A., J.R. Collins, 1979, Laying Concrete Block Paving, Cement and

    Concrete.

    Lukito,P, 1999, Abu Sekam Padi sebagai material untuk meningkatkan kuat tekan

    Beton, Tesis S2, Program Studi Teknik Sipil, Prof,rram Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

    Tjokrodimuljo, 1996. Teknologi Beton. Yogyakarta: Naviri.

    http://eprints.undip.ac.id/34022/5/1893_CHAPTER_I.pdf

  • 41

    Wayan.M.,dkk, 2016. Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dalam

    Campuran Beton. Mahasiswa Program Magister Teknik Sipil, Program

    Pascasarjana. Universitas Udayana. Denpasar.

    Wintoko, B. , 2012, Sukses Wirausaha Batako Dan Paving block, Pustaka Baru Press. Pekan Baru.

    Murdock, L.J, and Brook K. M., 1991, Bahan dan praktek Beton (alih bahasa

    Stephanus Hendarko), Erlangga :Jakarta

    Purnama, E, 1995, Pengaruh Abu Sekam Padi (Rice Hush Ask ) ada Kuat tekan

    Beton, l'GA S-1 Teknik Sipil FakultasTeknik Universitas Gadjah Mada,

    Yogyakarta

    Rosyid.A, 1998. Pertambangan Aspal Alam Pulau Buton, PPTM, Bandung

    Saptahari.S, Lelyani.K.K, 2010, Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat pada

    Beton Mutu

    Saptahari.S, Louis, 2003, Penggunaan Terak Nikel Sebagai Agregat Beton

    Pemberat Pipa Gas Lepas Pantai, Tesis Program Magister, Institut

    Teknologi Bandung..

    Sugiri Saptahari, Lelyani Kin Khosama, 1997, Penggunaan Terak Nikel Sebagai

    Agregat pada Beton Mutu Tinggi. Tesis Program Magister, Institut

    Teknologi Bandung. Tinggi. Tesis Program Magister, Institut Teknologi

    Bandung.

    Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Yogyakarta

  • 42

  • 43

    Lampiran 1. Diagram Alir

    1. Tahap Pembuatan Paving block

    Proses pembuatan paving block dapat dilihat pada diagram alir berikut :

    dicampur berdasarkan komposisi

    variasi bahan pada Tabel 7. berikut.

    adonan dibiarkan 2-5 menit agar

    campuran saling mengikat

    di masukan kedalam cetakan paving

    di press secara konvensional

    diberi nomor identitas

    dikeringkan selama 1 hari

    kemudian direndam selama 23 hari

    benda dikeluarkan dalam

    perendaman dan diuji dengan

    menggunakan alat uji tekan

    Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Paving block

    Abu Sekam padi (gr) Semen (gr)

    Slag Nikel (gr)

    Campuran

    Semen+ Slag nikel + Abu

    sekam padi + Air

    Air

    Paving Block

    (Abu Sekam Padi+ Slag Nikel)

    Hasil

    Pengujian Paving block

    menggunakan alat uji tekan

  • 44

    2. Preparasi Abu Sekam Padi

    Adapun Proses Pembuatan Abu Serbuk Kayu adalah sebagai berikut :

    Sekam padi dijemur

    Sekam padi dibakar jadi abu

    Gambar 9. Diagram Alir Proses Pembakaran Abu Sekam Padi.

    Sekam Padi

    Abu Sekam Padi

  • 45

    Lampiran 2. Hasil Uji Kuat Tekan Paving block

    Gambar 10. Hasil Uji Kuat Tekan

  • 46

    Lampiran 3. Dokumen Penelitian

    Gambar 11. Proses Pembuatan Paving Block

  • 47

    Gambar 12. Proses Pengujian Kuat Tekan Paving block