Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
IMPLEMENTASI MATA KULIAH AKHLAK TASAWUF
PADA PERILAKU MAHASISWA
STAIN SALATIGA ANGKATAN 2010 PROGRAM STUDI PAI
TAHUN 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Disusun Oleh :
LUTFI ISTIGHFARINDA
NIM. 11110113
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
TAHUN 2014
2
3
4
5
6
MOTTO
“ Tiga Sifat yang menyebabkan penyandangnya tidak tentram dalam hidupnya :
iri, dengki dan akhlak buruk “
“ Hiduplah sesuka hatimu, Sesungguhnya kamu pasti mati.
Cintai siapa saja yang kamu senangi,
Sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengannya.
Lakukan apa saja yang kamu kehendak,
Sesungguhnya kamu akan memperoleh balasannya”.
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS. Al-Baqarah: 277).
7
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Ayah bundaku tercinta, Budi Ristiyono dan Nur Saidah yang selalu dengan
sabar mencurahkan kasih sayang, dukungan, dan doa yang tak pernah putus
untuk penulis.
2. Adikku tercinta Salma Nadia yang selalu memberikan canda tawanya.
3. Spesial Bapak Ahmad Sultoni, yang tidak henti-hentinya membimbing dan
meluangkan waktunya
4. Sahabat-sahabat Karang Taruna Dsn. Bendosari Ds. Kebumen Kec.
Banyubiru Kab. Semarang atas motivasinya.
5. Mas Eko Haryanto di tempat kerjanya, Terima kasih atas ide-ide kreatifnya
sehingga skripsi dapat tersusun dengan baik.
6. Teman-teman Jurusan Tarbiyah Progdi. PAI angkatan 2010 yang setia
menemani dan memberi motivasi.
8
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan penutup
para Rasul, Muhammad SAW yang telah membimbing dan mendidik manusia dari
masa kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang
lurus.
Skripsi yang berjudul “Implementasi Pendidikan Akhlak Dalam Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf Pada Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2010 Program Studi
PAI Tahun 2014” ini, diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.PdI ) pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga.
Dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan Apa ruang lingkup Pendidikan
Akhlak pada mata kuliah Akhlak Tasawuf, Bagaimana implementasi Pendidikan
Akhlak pada mata kuliah Akhlak Tasawuf dan Bagaimana perubahan Akhlak
Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 Program Studi PAI Tahun 2014 peserta
mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak bantuan yang
telah diberikan dari berbagai pihak, baik berupa material, maupun spiritual.
9
10
ABSTRAKSI
Istighfarinda,Lutfi.2014. Implementasi Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada perilaku Mahasiswa STAIN Salatiga Angkatan 2010 Program Studi PAI tahun 2014. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.
Kata kunci : Mata Kuliah Akhlak Tasawuf dan Perilaku Mahasiswa STAIN Salatiga
Pengajaran Akhlak Tasawuf menjadi suatu keharusan. Karena akan ditanamkan kedalam jiwa akan hadirnya Tuhan dalam hidup dan Tuhan selalu mengawasi tingkah laku kita Saat perkuliahan mahasiswa juga diajarkan untuk berpenampilan yang baik tidak terlalu berlebihan karena sikap yang berlebihan itu akan menimbulkan kemrosotan kualitas keimanan. Penampilan jasmaniah yang berlebih dapat menurunkan kualitas iman seseorang karena jauh dari sikap kepasrahan dan jauh dari penyerahan diri. Hal ini akan bermakna kesombongan.
Pada penelitian ini penulis menggunakan jenis pendekatan kualitatif. Dengan demikian, Pendekatan kualitatif mencakup masalah deskripsi murni tentang pengalaman orang di lingkungan penelitian. peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari penelitian yang dilaksanakan diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Prinsip akhlak itu harus ada keseimbangan antara berakhlak pada diri sendiri, berakhlak kepada Allah, kapada sesama manusia, kepada lingkungan dan kepada orang tua. Berakhlak kepada diri sendiri antara lain:Merawat dan menjaga diri sendiri, Bersyukur atas pemberian Allah mengenai badan kita dan Menutup aurat karena untuk membedakan kita dengan binatang Berakhlak kepada Allah antara lain:Tidak suudzon kepada Allah, Menyembah dan mentaati segala titah-Nya, Menjadikan pedoman hidup apa yang dibenarkannya, Berjanji mentaati segala titah-Nya dan mengamalkan ajaran-Nya, Melaksanakan tugas sebagai wakil Allah dan Mengamalkan ajaran-Nya yang baik dan benar. Berakhlak kepada sesama manusia antara lain: Toleransi antar agama, Memberikan hak sebagai tetangga, Ikut terlibat dalam segala hal, Tidak ingin menang sendiri, Tolong- menolong, Saling menghormati dan Bertanggung-jawab dalam masalah sosial. Berakhlak terhadap lingkungan antara lain: Terhadap hewan dan tumbuhan adalah melestarikan , memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga Nabi Muhammad SAW. Menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin menyembelih hewan, Menjaga Alam dan tidak merusaknya dan Mematuhi peraturan yang berada di lingkungan asalkan sesuai norma-norma yang berlaku. Berakhlak terhadap orang tua antara lain: Menghormati, Mendengarkan nasehatnya, Meringankan pekerjaanya, Merawat dan menjaganya, Mendo’akanya, Menjaga nama baik keluarga dan Tidak durhaka.
11
DAFTAR INFORMAN
NO NAMA NIM ALAMAT
1 Priyo Prasetyo 111-10-137 Tempuran, Magelang
2 Daryanto 111-10-087 Kebonagung, Demak
3 Susi Rahayu 111-10-021 Karanggedong, Temanggung
4 Yuliana Arum P 111-10-123 Bawen, Kab. Semarang
5 Siti Munasiroh 111-10-171 Sido kumpul, Demak
6 Siti Aminah 111-10-097 Pabelan, Kab. Semarang
7 Nailil Asna 111-10-173 Tuntang, Kab. Semarang
8 Syamsul Ma’arif 111-10-157 Sido Kumpul, Demak
9 Nur Farida Luthfiani 111-10-116 Gunung Pati, Semarang
10 Ahmad Syifa’udin 111-10-128 Ungaran, Kab. Semarang
11 Nur Wulan Maslikhah 111-10-041 Bandungan, Kab.Semarang
12 Umi Khamidah 111-10-086 Bandongan, Magelang
13 Oktariana Dini W 111-10-035 Windusari, Magelang
14 Khotim Ahsor 111-10-091 Kaloran, Temanggung
15 Tiwik Melinasari 111-10-165 Ampel, Boyolali
16 Hesti Ambarwati 111-10-053 Lampung, Sumatera
17 Annisa Indah Nurina 111-10-060 Tuntang, Kab. Semarang
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
LEMBAR BERLOGO ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................. x
DAFTAR INFORMAN ......................................................................................... xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6
E. Penjelasan Istilah ............................................................................ 7
F. Metode Penelitian ........................................................................... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ............................................... 8
2. Kehadiran Peneliti .................................................................... 8
3. Lokasi Penelitian ...................................................................... 8
4. Objek Penelitian ...................................................................... 8
5. Sumber Data ............................................................................. 9
6. Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 9
7. Analisis Data ............................................................................. 11
8. Pengecekan Keabsahan Data ..................................................... 12
9. Tahap-tahap Penelitian .............................................................. 13
10. Sistematika Penulisan ............................................................... 16
13
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ruang lingkup Mata Kuliah Akhlak Tasawuf…………………….. 18
1. Tujuan mata kuliah Akhlak Tasawuf………………................. 18
2. Amalan Akhlak Tasawuf ………………………………….…. 19
3. Peran Akhlak Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari …..…. 22
4. Strategi ……………………………………………………...… 23
5. Metode ………………………………………………………… 23
6. Target keseluruhan ……………………………………………. 26
B. Pendidikan Akhlak …………………………………………….…. 29
1. Tinjauan Pendidikan ………………………..……………..… 29
2. Tinjauan Akhlak ……….…………………………………….. 34
3. Pengertian Pendidikan Akhlak ………………………………. 34
4. Tujuan Pendidikan Akhlak ………………………………….. 40
5. Hal-hal yang Menguatkan Pendidikan Akhlak …………….. 40
6. Bentuk-Bentuk Pendidikan Akhlak ………………………… 42
7. Pendidikan Akhlak untuk menumbuh kembangkan
kepribadian …………………………………………………… 44
C. Pemahaman Mahasiswa terhadap Mata Kuliah
Akhlak Tasawuf ………………………………………………….. 46
D. Implementasi Pendidikan Akhlak dalam mata kuliah
Akhlak Tasawuf ………………………………………………….. 48
14
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umum STAIN …………………………………………… 52
1. Sejarah STAIN Salatiga ………………………….……………. 52
2. Visi Misi ………………………………………………………. 59
3. Asas, Fungsi Dan Tujuan ……………………………………. 59
4. Lokasi ………………………………………………………… 61
5. Kontak ……………………………………………………..…. 63
6. Jurusan dan Program ………………..……………………….. 63
7. Fasilitas dan Keunggulan …………………………………….. 64
B. Temuan Penelitian ………………………………………………... 69
1. Daftar nama Informan ……………………………..………... 69
2. Perubahan Akhlak Mahasiswa…..………………………… .. 70
BAB IV PEMBAHASAN ………………………………………………………… 89
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………...... 100
A. Kesimpulan ……………………………………………………... 100
B. Saran ……………………………………………………………… 104
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring kemajuan ilmu dan teknologi mahasiswa dituntut untuk siap dalam
menghadapi kemajuan zaman karena kehidupan manusia selalu mengalami
perubahan, hal itu terjadi akibat banyaknya tuntutan dan keinginan baik dari
lingkungan maupun dari pihak luar. Semakin besar tuntutan atau keinginan
tersebut, semakin besar pula perubahan watak yang dimiliki seseorang, sehingga
membawa seseorang kepada kehidupan sosial yang berdampak positif seperti
perkembangan teknologi semakin cepat, peningkatan dibidang ekonomi,
peningkatan dibidang pendidikan dan sebagainya. Di samping itu pula ada yang
berdampak negatif sperti perubahan watak seseorang yang penuh dengan
kekerasan, kekejaman dan kebengisan. Tanpa pendidikan akhlak, mahasiswa
seperti berjalan tanpa tujuan dan dikelilingi hawa nafsu. Nafsu itu adalah
kumpulan keinginan yang terkumpul pada diri seseorang dan ia selalu menuntut
dikabulkannya semua keinginannya (Al-Hilafi, 2006:192). Jadi pendidikan akhlak
itu sangat perlu, Karena pendidikan itu sendiri akan memberikan dampak dan
perubahan bagi kehidupan pribadi, bangsa dan Negara (Jalaluddin, 2012: 72).
Dalam mata kuliah di STAIN Salatiga terdapat mata kuliah Pendidikan
Akhlak Tasawuf yang diberikan disemester 4 memberikan jawaban dari fenomena
kondisi mahasiswa secara jelas. Banyak sekali mahasiswa mengalami
16
kemerosotan akhlak yang ada di dalam diri yang mempengaruhi perbuatannya.
Kemrosotan itu yang pertama, sebagian mahasiswa memiliki sifat humanisme
yang menganggap diri paling pandai dan tidak bisa bergaul dengan mahasiswa
pada umumnya, hal ini dapat menimbulkan kesombongan-kesombongan pada diri
sendiri. Hingga lupa, masih ada yang lebih darinya yaitu Allah SWT. Jadi peran
mata kuliah akhlak tasawuf di sini fungsinya untuk mengajak manusia agar selalu
mengingat kekuasaan Allah SWT. Segala sesuatu telah diatur oleh Allah SWT.
Manusia hanya bisa berusaha dan tetap saja hasil Allah yang menentukan.
Yang kedua adalah materialisme yaitu watak mahasiswa membuatnya
ingin hidup bermateri yang lebih karena menganggap materi segalanya. Mereka
selalu menunjukkan hal-hal yang mewah dan menurutnya hanya materilah yang
dapat membuatnya hidup. Hal itu membuat mereka lalai, padahal yang mereka
gunakan adalah fasilitas dari orang tua. Jadi peran mata kuliah Akhlak tasawuf
mengajarkan pada diri manusia agar mencari harta benda untuk kebaikan.
Meskipun seperti itu, tetap harus selalu mengingat Allah SWT, karena dengan
ridho-Nya mereka bisa mendapatkan barokah-Nya.
Pengajaran Akhlak Tasawuf menjadi suatu keharusan. Karena akan
ditanamkan kedalam jiwa akan hadirnya Tuhan dalam hidup dan Tuhan selalu
mengawasi tingkah laku kita (Majid, 2010:106). Saat perkuliahan mahasiswa juga
diajarkan untuk berpenampilan yang baik tidak terlalu berlebihan karena sikap
yang berlebihan itu akan menimbulkan kemrosotan kualitas keimanan. Menurut
Untung (2002:142) mengatakan, “ Penampilan jasmaniah yang berlebih dapat
17
menurunkan kualitas iman seseorang karena jauh dari sikap kepasrahan dan jauh
dari penyerahan diri. Hal ini akan bermakna kesombongan”.
Yang ketiga adalah sifat atheisme yang tidak percaya adanya Tuhan.
Mahasiswa cenderung tidak percaya adanya Tuhan dan tidak mau menjalankan
perintah-Nya dikarenakan mereka tidak merasakan peran dan kehadiran-Nya
disisi mereka. Aklak tasawuf mengajarkan penanaman tentang rohaniyah, proses
untuk mendekatkan diri pada-Nya. Agar bisa lebih dekat dengan Allah. Hatinya
tenang jika mengingat-Nya.
Yang keempat adalah pergaulan bebas yang diawali pendekatan-
pendekatan jarak dekat antar Mahasiswa yang berlainan. Banyak mahasiswa yang
beranggapan, mereka kuliah sekaligus mencari pendamping hidup dan tidak
sedikit melalui cara yang salah. Fenomena hamil diluar nikah adalah bukti
lemahnya Akhlak mahasiswa sehingga ketidaksiapan berumah tangga
mengakibatkan melahirkan generasi yang kurang berkualitas. Secara keseluruhan
kemrosotan akhlak tersebut, peran mata kuliah akhlak tasawuf adalah mendidik
mahasiswa untuk dapat memaknai kehidupan dengan beramal sholih sebagai
bekal untuk menghadapi tantangan-tantangan yang kiranya akan dihadapi oleh
mahasiswa untuk mendidik kematangan akhlak dan kedewasaan pola pikir
mahasiswa dalam mencegah fenomena zaman yang serba diwarnai tindakan-
tindakan amoral. Pemikiran mahasiswa akan tumbuh berkembang dengan
berpijak pada iman kepada Allah dan terdidik untuk takut, ingat, bersandar,
meminta pertolongan dan berserah diri pada-Nya, ia akan memiliki potensi dan
respon secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaaan dan kemuliaan, di
18
samping terbiasa melakukan akhlak mulia. Mahasiswa akan jauh dari perbuatan
dosa dan maksiat, karena jika maksiat terus bertambah hati akan didominasi karat,
maka ia akan menjadi gembok atau segel dan akan membuat hati semakin keras
(Farid, 2008:51).
Dalm kompetensinya Akhlak tasawuf menganjurkan mahasiswa untuk
beramal mulia dan menjahui amal yang tercela serta diajarkan bagaimana
merasakan kehadiran Tuhan, berbicara dengan Tuhan. Sampai ada yang
mengartikan proses pendekatan kepada Tuhan sedekat-dekatnya. sebagaimana
firman Allah SWT :
Artinya :Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.(QS. Al-Maidah:35)(Surohadikusumo, 2006:129).
Materi Pendidikan Akhlak tasawuf akan memberikan jawaban semua
persoalan yang akan dihadapi mahasiswa apabila mahasiswa paham akan arti,
hakikat dan tujuan akhlak tasawuf bagi mahasiswa.
Problem diatas akan menghantui mahasiswa. Namun bekal pendidikan
akhlak yang baik dari STAIN Salatiga akan menciptakan penalaran sebagai bukti
kasih sayang Allah kepada manusia dan harus diabdikan untuk beribadah kepada-
Nya. Peranan pendidik sebagai pentransfer ilmu sangatlah penting. Seorang
19
pendidik tidak hanya memberikan pendidikan itu dalam bentuk materi-materi
saja, tetapi lebih dari itu harus dapat menyentuh sisi tauladannya. Sebab perilaku
seorang pendidik yang pertama-tama dilihat mahasiswa. Seorang pendidik selain
memberikan pendidikan yang bersifat materi pelajaran, juga harus memberikan
contoh yang baik dalam sosialisasi kehidupan. Bagaimana mahasiswa akan
berperilaku sesuai dengan yang diajarkan oleh pendidik, jika pendidik sendiri
tidak pernah memberikan contoh yang baik terhadap mahasiswa.
Tujuan dari pendidikan budi pekerti (akhlak) itu sendiri ialah membina
dan membangun kejiwaan serta keadaan mahasiswa, sehingga mahasiswa tidak
akan terpengaruh oleh perkembangan zaman atau pergaulan yang merugikan dan
kalaupun mereka masih juga salah pilih, maka setidak-tidaknya mereka sudah
dapat berfikir secara bertanggung jawab dan di dalam diri mereka sudah terbentuk
suatu fundamen moral (akhlak) yang baik sebagaimana yang diharapkan.
Dalam uraian diatas maka penulis mengusung judul “ Implementasi Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf pada Perilaku Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010
Program Studi PAI Tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa ruang lingkup Pendidikan Akhlak pada mata kuliah Akhlak Tasawuf?
2. Bagaimana implementasi mata kuliah Akhlak Tasawuf pada Perilaku
Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 Program Studi PAI Tahun 2014
peserta mata kuliah Akhlak Tasawuf?
20
C. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ruang lingkup Pendidikan Akhlak pada mata kuliah Akhlak
Tasawuf.
2. Untuk mengetahui implementasi mata kuliah Akhlak Tasawuf pada Perilaku
Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 Program Studi PAI Tahun 2014
peserta mata kuliah Akhlak Tasawuf
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian, di harapkan nantinya dapat berguna yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah, Hasil penelitian ini dapat berguna untuk evaluasi agar terus
meningkatkan mutu pendidikan yang berbasis Agama.
2. Bagi masyarakat, Sebagai sumbangan informasi bagi semua lapisan
masyarakat terutama orang tua agar lebih komunikatif dan cermat
memperhatikan perubhan anaknya yang belajar di STAIN Salatiga.
3. Bagi STAIN Salatiga, Untuk memperkaya perbendaharaan perpustakaan
Sekolah Tinggi Agama Islam Negri (STAIN) Salatiga.
4. Bagi Peneliti, Sebagai bahan masukan unntuk mengembangkan wawasan dan
bahan dokumentasi untuk penelitian lebih lanjut.
E. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dalam memahami definisi pada judul
penelitian diatas, peneliti memberikan batasan-batasan dari beberapa istilah
sebagai berikut:
21
1. Implementasi Akhlak adalah Penerapan dan usaha sadar terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar mahasiswa secara
aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan untuk mendekatkan diri dengan Allah sedekat-dekatnya (Hafid,
2013:30).
2. Mata kuliah Akhlak Tasawuf
Mata kuliah akhlak tasawuf merupakan pembelajaran tentang akhlak
dan tasawuf. Akhlak merupakan Tingkah laku, perangai atau kesopanan
(Mahjuddin, 2010:1). Sedang menurut Sultoni (2007:55), Akhlak adalah
kondisi atau keadaan hati seseorang. Sedangkan Tasawuf berasal dari kata
“Shofia”, yang artinya kebijaksanaan dan kata “Theo” yang artinya Tuhan.
Dua kata itu merangkai kata Theo Shofia / Tasawuf yang berati Hikmah
Ilahiyah / Rahasia dibalik kehendak Tuhan (Sultoni, 2007:23).
3. Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia
dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi,
dan/atau genetika.
Jadi, Implementasi mata kuliah Akhlak Tasawuf pada Perilaku
Mahasiswa adalah penerapan dan usaha sadar untuk mengembangkan potensi
diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan untuk mendekatkan diri
dengan Allah saat mengikuti pembelajaran mata kuliah akhlak tasawuf.
22
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pada penelitian ini penulis menitikberatkan pada “Implementasi Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf pada perilaku Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan
2010 Program Studi PAI Tahun 2014”, dengan menggunakan jenis
pendekatan kualitatif. Dengan demikian, “ Pendekatan kualitatif mencakup
masalah deskripsi murni tentang pengalaman orang di lingkungan penelitian.
Tujuan deskripsi ini adalah untuk membantu pembaca mengetahui apa yang
terjadi di lingkungan di bawah pengamatan, seperti apa pandangan partisipan
yang berada di latar pengamatan dan seperti apa persitiwa atau aktivitas yang
terjadi di latar penelitian. Dalam pembacaan melalui catatan lapangan dan
wawancara, peneliti mulai mencari bagian-bagian data yang akan diperhalus
untuk presentasi sebagai deskrispsi murni dalam laporan penelitian” (Emzir,
2008:174). Dalam pendekatan kualitatif ini semua data diperoleh dalam
bentuk kata-kata lisan maupun tulisan yang bersumber dari manusia.
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul
data dan statusnya diketahui oleh subjek atau informan di lokasi penelitian,
STAIN Salatiga. Namun objek yang sedang diteliti tidak mengetahui maksud
penelitian ini sehingga tidak ada kesan rekayasa justru akan menghasilkan
data yang alami dan apa adanya untuk mendapatkan hasil yang valid sesuai
dengan kondisi yang terjadi di STAIN Salatiga.
23
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
(STAIN) Salatiga Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706 Salatiga 50721 Website:
www.stainsalatiga.ac.id E-mail: [email protected]. Sedangkan
waktu penelitian pada tanggal 29 Maret 2014 – 15 Juni 2014.
4. Objek Penelitian
Objek yang kurang dari 100 lebih baik diambil semua, namun yang
lebih dari 100 diambil 25 % (Arikunto, 1998:20). Jadi Objek penelitian ini
adalah Mahasiswa PAI angkatan 2010 berjumlah 17 orang.
5. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”. Data dalam
penelitian ini adalah semua data atau informasi yang diperoleh dari informan
yang dianggap penting, selain itu data juga dihasilkan dari dokumentasi yang
menunjang. Adapun yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kata-kata atau Tindakan
Data yang berbentuk kata-kata diambil dari para informan /
responden pada waktu mereka diwawancarai. Dengan kata lain data-data
tersebut berupa keterangan dari para informan dari beberapa mahasiswa
STAIN Salatiga jurusan Tarbiyah Pendidikan Agama Islam (PAI)
angkatan 2010 yang penulis anggap mampu untuk memberikan
keterangan yang relevan yaitu:
24
Tabel .I. Data Informan
b. Data Tertulis (Dokumentasi)
Data yang berbentuk tulisan diperoleh dari buku pedoman
penyelenggaraan pendidikan yang diterbitkan oleh STAIN Press yang
berisi Sejarah STAIN, Asas, Fungsi dan tujuan, Visi dan Misi, Organisasi
serta Program Studi STAIN salatiga.
NO NAMA NIM ALAMAT
1 Priyo Prasetyo 111-10-137 Tempuran, Magelang
2 Daryanto 111-10-087 Kebonagung, Demak
3 Susi Rahayu 111-10-021 Karanggedong, Temanggung
4 Yuliana Arum P 111-10-123 Bawen, Kab. Semarang
5 Siti Munasiroh 111-10-171 Sido kumpul, Demak
6 Siti Aminah 111-10-097 Pabelan, Kab. Semarang
7 Nailil Asna 111-10-173 Tuntang, Kab. Semarang
8 Syamsul Ma’arif 111-10-157 Sido Kumpul, Demak
9 Nur Farida Luthfiani 111-10-116 Gunung Pati, Semarang
10 Ahmad Syifa’udin 111-10-128 Ungaran, Kab. Semarang
11 Nur Wulan Maslikhah 111-10-041 Bandungan, Kab.Semarang
12 Umi Khamidah 111-10-086 Bandongan, Magelang
13 Oktariana Dini W 111-10-035 Windusari, Magelang
14 Khotim Ahsor 111-10-091 Kaloran, Temanggung
15 Tiwik Melinasari 111-10-165 Ampel, Boyolali
16 Hesti Ambarwati 111-10-053 Lampung, Sumatera
17 Annisa Indah Nurina 111-10-060 Tuntang, Kab. Semarang
25
6. Prosedur Pengumpulan Data
Agar sebuah kajian ilmiah dapat disajikan secara sistematis, maka
langkah pertama yang perlu dilakukan adalah penentuan seperangkat metode
yang sesuai dengan objek dan karakteristik materal yang diangkat. Hal ini
dimaksudkan agar sebuah metode penelitian rasional dan terarah maka
peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data seperti yang tersebut
di bawah ini:
1) Observasi
Menurut Sukardi (2011: 78-79), “ Observasi adalah pengamatan
dan percatatan secara sisitematik terhadap gejala yang tampak pada obyek
penelitian”. Penulis berusah mengamati dan mendengarkan dalam rangka
memahami, mencari Jawab, mencari bukti terhadap fenomena sosial-
keagamaan (perilaku, kejadian-kejadian, keadaan, benda dan simbol-simbol
tertentu) selama beberapa waktu tanpa mempengaruhi fenomena yang
diobservasi dengan mencatat, merekam, memotret fenomena tersebut guna
penemuan data analisis. Observasi digunakan oleh penulis untuk melihat
langsung lokasi STAIN Salatiga yang berada di Jl. Tentara Pelajar 02 Kota
Salatiga 50721.
2) Wawancara atau Interviu
Pada tehnik wawancara peneliti datang dan berhadapan muka
langsung dengan responden atau subjek yang diteliti Sukardi (2011: 79).
Jadi tekhnik ini identik dengan pengumpulan data dengan bertanya
langsung, lisan maupun tertulis kepada nara sumber. Ciri utamanya adalah
26
kontak langsung dengan tatap muka antara penulis dengan sumber
informasi. Wawancara kepada mahasiswa digunakan oleh penulis untuk
mengetahui bentuk-bentuk perilaku mahasiswa serta perubahan akhlak saat
dan sesudah menerima pelajaran akhlak tasawuf.
3) Dokumentasi
Dalam memperluas pengumpulan data, tehnik ini sangat dibutuhkan.
Tehnik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis, terutama berupa surat-surat, arsip-arsip dan termasuk juga buku-
buku tentang pendapat dan teori yang berhubungan dengan masalah
penyelidikan (Sukardi, 2011: 81). Metode ini digunakan untuk lebih
memperluas pengamatan dan pengumpulan data terhadap sesuatu yang
diselidiki oleh peneliti.
7. Analisis Data
Menurut Muhadjir (1996:104) mengatakan, “Analisis data merupakan
upaya untuk mencapai dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara dan lainya. Untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang
kasus yang diteliti dan menyajikanya sebagi temuan bagi orang lain.
Sedangkan untuk meningkatkan pemahaman tersebut, analisis perlu
dilanjutkan dengan berupaya mancari makna”.
Sedangkan Menurut Suprayogo dan Tobroni (2001:192), “Kegiatan
analisis data selama pengumpulan data dapat dimulai setelah peneliti
memahami fenomena sosial yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan
27
data yang dapat dianalisis”. Kegiatan-kegiatan analisis selama penulis
mengumpulkan data meliputi:
a. Menetapkan fokus penelitian
b. Penyusunan temuan-temuan sementara berdasarkan data yang telah
terkumpul
c. Pembuatan rencana pengumpulan data berikutnya berdasarkan temuan-
temuan pengumpulan data sebelumnya
d. Pengembangan pertanyaan-pertanyaan analitik dalam rangka pengumpulan
data berikutnya; dan
e. Penetapan sasaran-sasaran pengumpulan data berikutnya.
Setelah data terkumpul maka selanjutnya adalah tahap menganalisis
data, sebagai tatap akhir suatu penelitian maka penulis menggunakan metode
deskriptif yaitu dengan cara data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar
dan bukan angka-angka, hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif. Selain itu, semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Jadi, ” Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data serta
menarik kesimpulan (verifikasi)” (Milles, 1992:16-18).
Dengan demikian, penulis akan menunjukkan laporan penelitian akan
berisi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan
tersebut. Data yang penulis mungkin berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, foto, dokumen pribadi, dan sebagainya.
28
8. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan
Kriteria kreadibilitas yang artinya responden yang memang betul-betul
mampu menjawab pertanyaan dari peneliti. Hal ini dimaksudkan untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan
yang ada dalam latar penelitian. Moloeng (2000:175-178) mengatakan,
Pemeriksaan keabsahan data yaitu:
a. Perpanjangan keikutsertaan
Adalah menambah jadwal keterlibatan peneliti pada waktu yang telah
ditentukan
b. Ketekunan pengamatan
Adalah mencermati setiap detail perkataan dari hasil pengumpulan data
dengan metode wawancara
c. Triangulasi
Adalah pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain sebagai
pembanding terhadap data utama
d. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi
Adalah upaya peneliti dalam membandingkan hasil wawancara dan
mengutip hasil yang terbaik
e. Analisis kasus negatif
Adalah menggambarkan peristiwa yang bersebarangan dengan tema
penelitian
29
f. Kecakupan referensional
Adalah kutipan dari pendapat para ahli yang relevan dan memadai seperti
buku, surat kabar atau majalah
g. Uraian rinci
Adalah menjelaskan secara jelas dan detail tentang pokok permasalahan
yang ada didalam penelitian ini
h. Auditing
Adalah memberikan kesimpulan yang sesuia dengan rumusan masalah
dalam penelitian
9. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:
a. Tahap pra lapangan
1) Mengajukan judul penelitian
2) Menyusun proposal penelitian
3) Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian
3) Pencatatn data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisis data, meliputi kegiatan:
1) Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2) Pengecekan keabsahan data
30
d. Tahap penulisan laporan penelitian
1) Penulisan hasil penelitian
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3) Perbaikan hasil konsultasi
4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5) Ujian munaqosah skripsi
G. Sistematika Penulisan
Agar terjadi pemikiran yang urut dalam memahami skripsi ini, maka perlu
diketahui tata urutan penulisanya, adapun tata urutannya sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, penjelasan istilah, rumusan masalah, tujuan
dan signifikasi penelitian, hipotesis, metodologi penelitian, sistematika
penulisan skripsi.
BAB II KERANGKA TEORI
Pada bab ini dikemukakan tentang pembahasan teori yang menjadi dasar
teoritik penelitian, khususnya yang berhubungan dengan variable penelitian.
Dalam bab ini dibagi menjdi sub-sub bab yang mencakup : Ruang lingkup
Pendidikan Akhlak, Implementasi Pendidikan Akhlak pada mata kuliah
Akhlak Tasawuf dan Gambaran umum tentang akhlak Mahasiswa.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Pada bab ini berisi laporan mengenai Lembaga Pendidikan yang dijadikan
tempat penelitian baik yang berkaitan dengan sejarah singkat berdirinya,
letak geografis, struktur organisasi, sarana dan prasarana, dan juga tentang
31
data responden yang berisikan hasil wawancara mahasiswa STAIN Salatiga
program studi pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2010. Di samping
itu juga dilaporkan hasil penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN
Untuk bab ini, akan penulis lakukan pembahasan terhadap data yang
terkumpul.
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari penelitian,
saran-saran, dan penutup
Daftar Pustaka
Lampiran-Lampiran
32
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ruang lingkup Mata kuliah Akhlak Tasawuf
1. Tujuan
Tujuan akhlak tasawuf mempunyai sifat bertingkat-tingkat dan selalu
berkembang yaitu, tujuan akhlak tasawuf yang hakiki adalah menciptakan
kepasrahan yang tinggi kepada Allah SWT, sikap tawakal sebagai
perwujudannya. Yang mana semua itu di lakukan tiada lain agar Allah SWT
ridho. Kesadaran diri akan kehadiran Tuhan dengan segala kesempurnaannya.
Jadi secara umum , tujuan terpenting dari pengamal tasawuf adalah taqarrub
ilallah. Mendekatkan diri kepada Allah, dalam hal ini dapat diartikan:
a. Mengenal atau mempercayai dengan segala kesempurnaan sifat-Nya
b. Melihat kesempurnaan sifat Allah
Bersatu (kehendak dirinya) dengan kehendak Allah. Maka dengan
adanya kebersatuan ini manusia tidak akan pernah mersakan kekecewaan
tarhadap Allah
Beberapa pendapat ulama tentang tujuan tasawuf, diantaranya
(Sultoni,2007:49-51):
a) Hamka
Menurut Hamka, tujuan hidup kerohanian dalam islam (tasawuf) adalah:
33
1) Awalnya ingin mengendalikan jiwa dalam dalam menempuh hidup
mencari kerelaan Tuhan supaya tidak terpedaya oleh kebendaan.
2) Selanjutnya tasawuf menjadi alat untuk mencapai tujuan yang lebih
hebat yaitu melihat wajah Tuhan.
3) Akhirnya ingiun mencapai maqom tertinggi yaitu fana dalam wujud
melalui batin rohani (riadhoh dan kesungguhan atau mujahadah).
b) Rivag Siregar
Tujuan tasawuf adalah Penyerahan diri sepenuhnya kepada kehendak
mutlak Tuhan, karena Dia-lah penggerak utama dari segala kejadian alam
ini.
c) Rabiah al-Adawiyah
Menurutnya tujuan tasawuf yaitu terbukanya tabir pengikat alam ghaib
sehingga seorang sufi bisa mengalami penyaksian dan berhubungan
langsung dengan dunia ghoib dan zat Tuhan.
d) Abdul Hakim
Dalam kitab al-tasawuf fi al-syi‟ri „arobi, beliau mengatakan tujuan
tasawuf adalah sampai pada zat yang hak mutlak atau bahkan bersatu
dengan Tuhan.
34
2. Amalan Akhlak Tasawuf
a. Taqwa
Taqwa Allah adalah takut kepada azab Allah, yang menimbulkan suatu
konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya
b. Dzikir
Zikir bersifat mengingat. Mengingat dan menyebut dalam bahasa zikir
bersifat komplementer (saling terkait dan saling melengkapi). Menyebut
merupakan zikir lisan yang akan mendorong hati untuk mengingat nama
atau suatu yang disebut itu. Demikianlah zikir hati (mengingat) dan zikir
lisan (menyebut) saling mempengaruhi yang nanti akan mendorong akal
untuk menangkap kehendak Allah dialam halini yang dijadikan ibroh
ketundukan dan kepatuhan kepada syariatNya. Sebagaimana dalam tunduk
dan patuh pada sunatullah (ketentuanNya). Selanjutnya akan melahirkan
zikir amal (taqwa).
c. Ikhlas
Maksud ikhlas adalah mengerjakan sesuatu tiada lain adalah hanya
mengharap ridho atau kerelaan Allah semata, bukan karena mengharap
pujian atau sanjungan dari orang lain.Ikhlas merupakan ilmu yang
memadukan amal dan niat, niat merupakan dasar dari segala amal
perbuatan. Setelah berusaha dan berdo‟a maka terserah Allah hendak
35
memberikan keberhasilan atau kegagalan, karena sesungguhnya Allahlah
yang maha tau yang terbaik untuk hamba-Nya.
d. Taubat
Taubat adalah kembali dari sesuatu yang dia sesali menuju yang dia
maksudkan. Taubat yang diperintahkan adalah kembali pada Allah,
mengerjakan apa yang Dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang
oleh Nya.
e. Sabar
Sabar adalah keyakinan dan kerelaan pada taqdir (Sultoni,2007:137)
manusia sering memaksakan kehendak, sehingga sebagai akibatnya tidak
akan menerima kehendak Allah. Maka sabar adalah menyelaraskan
kehendak manusia kepada kehendak Allah, bukan sebaliknya yaitu
menyesuaikan kehendak Allah kepada kehendak diri manusia.
f. Tawadhu’
Kata lain dari tawadhu‟ adalah rendah hati.Diantara tanda-tanda orang
yang tawadhu‟ adalah menghormati, sopan, santun, lemah lembut dalam
bertutur kata dan tidak sombong atas dirinya meskipun memiliki
kedudukan dan harta yang berlebih.Menghormati yang tua, mencintai yang
muda merupakan kunci tawadu’
g. Istiqamah
36
Melakukan amalan secara terus menerus dalam keadaan
bagaimanapun.Yang mana sikap teguh dalam mempertahankan keimanan
dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam rintangan.
h. Sederhana
Secara bahasa sederhana berarti sedang (tidak mewah) menggunakan
segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan maka akan menolong manusia
dikehidupan mendatang didunia maupun akhirat. Sebagai contoh memiliki
uang yang cukup hanya untuk satu bulan akan tetapi tidak terperinci dan
berlebihan dalam membelanjakannya, maka tidak akan cukup sampai akhir
bulan, akhirnya hutang kepada saudara, teman, jika tidak mendapatkannya
mencuri bahkan membunuh dapat dijadikan jalan keluarnya. Oleh karena
itu hidup sederhana sangat penting bagi pengamal akhlak tasawuf.
i. Puasa
Puasa berarti menahan (mengendalikan) diri dari makanan dan minuman
pada waktu tertentu. Sedangkan menurut syara puasa adalah menahan diri
dari segala yang membatalkan puasa mulai terbit fajar hingga terbenamnya
matahari disertai dengan niat (Shaleh,2008.:41).
3. Peran Akhlak Tasawuf Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Mata kuliah akhlak tasawuf sangat berperan dalam kehidupan sehari-
hari. Mahasiswa STAIN Salatiga yang reguler tergolong dalam usia remaja
maka masalah yang dihadapi sangat komplek. Oleh karena itu jika masalah
yang komplek itru tidak segera teratasi maka bisa saja mahasiswa putus asa
37
karena pengetahuan yang minim, diharapkan mata kuliah ini dapat berperan
dalam mengatasi masalah masalah yang sedang dihadapi.
Akhlak tasawuf berperan membentuk pribadi yang optimis, yakin akan
kekuasaan Allah dan pantang menyerah. Karena selalu ada motivasi untuk
maju mengharap belas kasih Allah atas usaha, sabar,dan ikhlas karena Allah.
4. Strategi
a. Untuk mengenal Allah secara ilmu (“ilmu yaqin), perkuliahan ini
menyajikan beberapa materi kuliah (kurikulum) separti: etimologi
Tasawuf, Pendidikan Akhlak, taubat, sabar, zuhud, sedekah, syukur,
hubb, khouf wa raja’, dan fana. Semua itu dikaji berdasarkan sumber
kajian tasawuf.
b. Untuk mengenal Allah berdasarkan pengamatan dan pemahaman ciptaan
Allah, mahasiswa diantarkan kepada relaitas ciptaan Allah, baik tentang
dirinya maupun tentang alam semesta. Misalnya menemukan Allah
dibalik penciptaan rambut, mata, telinga, lidah, tagan, kaki dsb. Atau
menemukan Allah dibalik penciptaan langit, terjadinya hujan, bencana
alam, dsb. Mahasiswa diberikan informasi tentang semua itu, kemudian
bersama-sama menemukan Kuasa dan Cinta Allah yang tersembunyi
dibalik ciptaan-Nya.
c. Untuk mengenal Allah melalui pengalaman langsung, mahasiswa
diwajibkan melakukan amaliah praktis.
38
5. Metode
Khususnya untuk pencapaian tujuan ma’rifatullah yang tartinggi, yaitu
haqqul yaqin, mata kuliah ini menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Berdoa
Berdoa dalam mata kuliah ini diajarakan tidak sebagaimana yang
dilakukan muslim pada umumnya. Apa yang bisa dilihat pada muslim
secara umum, mereka baru melakukan amaliah membaca do’a, tetapi
belum berdo’a. Pendekatan berdoa dalam matakuliah ini menggunakan
kajian dan praktik psikologi, khususnya yang berkaitan dengan Mind
Management (manajemen Pikiran/ Hati). Metode yang dipakai, diantaranya
dengan visualisasi (membayangkan yang diminta), afirmasi (membangun
keyakinan dengan sugesti diri/ self sugesti), selftalk (dialog internal untuk
melakukan zero mind), relaksasi (pengkondisian pikiran/hati agar khusyu’),
dsb.
b. Salat tahajud
Artinya salat sunat diwaktu malam setelah tidur. Salat tahajud
merupakan sunah nabi yang sangat dianjurkan.Orang yang mengenal jalan
Allah swtdan selalu berlindung kepada naungan-Nya adalah orang yang
mengetahui bahwa salat merupakan obat dari segala kesusahan dan
keedihan. Yakin bahwa salat adalah penenang hati, penyejuk jiwa, dan
penghapus duka lara.
39
c. Membaca Al-Qur‟an
Al-Qur‟an berasal dari kata qara‟a yang diartikan membaca, sedang
al-Qur‟an berarti bacaan.(Shaleh,2008.:25) Al-Qur‟an merupakan
petunjuk bagi umat islam sedunia,membacanya merupakan ibadah. Maka
sebagai ahli tasawuf dan memahami tasawuf tidak akan meninggalkan Al-
Qur‟an tidak pula meninggalkan memperdalam ilmunya tentang Al-
Qur‟an, karena itu dapat memotifasi manusia untuk bertaqwa dan iman
kepada Allah dengan seutuhnya.Al-Qur‟an juga diturunkan oleh Allah
melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW.
d. Salat berjamaah
Shalat merupakan do‟a, maka jika do‟a itu jika diaminkan lebih dari
40 orang maka akan diaminkan oleh malikat. Maka barokah salat
berjamaah adalah do‟anya dikabulkan, menjalin ukhuwah islamiyah, dan
dimudahkan rizkinya sehingga hidup akan menjadi senantiasa indah dan
damai.Tegur sapa dengan sesama dapat menenangkan dan menentramkan
hati karena merasa banyak orang yang mengasihi dan saling membutuhkan.
e. Bersedekah
Bersdekah adalah menafkahkan harta yang lain, baik yang wajib
maupun yang sunah.(Shaleh,2008.83). Perlu diketahui sedekah tidak harus
berupa harta.Sedekah dapat berupa pikiran, tenaga, dan yang paling mudah
dan murah adalam senyum. Dianjurkan sedekah dilakukan diwaktu lapang
40
maupun sempit, disaat susah maupun senang, disaat ramai maupun sendiri.
Karena sedekah juga merupakan sebagai penolak balak, membuka jalan
untuk terkabulnya do‟a dan juga kunci sukses menjadi kaya. Secara lahir
apabila bersedekan uang berkurang, akan tetapi pada hakikatnya uang yang
disedekahkan adalah uang yang sesungguhnya yang dimiliki oleh manusia,
yang akan menolongnya kelak dikemudian hari. Selain itu Allah akan
mengembalikan sesuatu yang diberikan dijalan-Nya dengan berlipat ganda
dan pahala mulia di sisi-Nya.
6. Target Keseluruhan
Dengan memahami dan mempraktikan ilmu dan metode pada matakuliah
Akhalk Tasawuf ini, diharapkan ada beberapa manfaat yang bisa dirasakan
oleh mahasiswa;
a. Mahasiswa menjadi lebih memahami beberapa materi atau tema-tema
utama dalam Tasawuf.
b. Dengan kajian ‘ainul yaqin…mengamati ciptaan Allah pada dirinya dan
pada lingkungan alam semesta, mahasiswa berkembang spiritual
intellegence-nya, sehingga mereka menjadi lebih peka dan lembut dengan
fenomena alam semetsa. Mereka tidak mudah untuk mengatakan bahwa
yang terjadi ini kebetulan, sebaliknya mereka menjadi menyadari bahwa
dibalik semua yang ada ada Sang Maha Ada dan Maha Segalanya.
c. Denga metode berdoa, menggunakan pendekatan Mind Management,
mahasiswa menjadi lebih mengenali kekurangan dirinya yang bersumber
41
pada pikiran-pikiran negatif yang selama ini dipeganginya. Mahasiswa
memahami bahwa tantangan keberhasilan mencapai sesuatu adalah dirinya
sendiri. Jihad akbar adalah Jihad melawan hawa nafsunya sendiri, begitu
yang disabdakan Rasulullah saw. Dalam kondisi ini, terjadi proses takhalli
(pembersihan hati/ pikiran dari hal-hal negatif) dan tahalli (mengisi hati/
pikiran dengan hal-hal positif). Kondisi ini berpengaruh besar pada
pembentukan karakter dan akan memperngaruhi pada perubahan sikap dan
prilaku/ akhlak mahasiswa.
d. Perubahan sikap dan prilaku mahasiswa diarahkan pada empat pihak; (1)
kepada Allah, lebih meningkat ibadahnya, lebih dekat dan lebih cinta ke
Allah, (2) diri sendiri: lebih mengenal kelemahan dan kekuatran dirinya,
lebih bsia meneriam dirinya , lebih mencintai dirinya, lebih tenang
menghadapi masalah, lebih optimis menyelesaikan masalah, tidak mudah
putus asa, menjadi lebih percaya diri, (3) kepada orang tua: lebih
menghoramti, lebih menyayangi, lebih dekat, mencairkan hubungan yang
kaku, mendekatkan hubungan yang jauh, mengingat jasa-jasa orang tua, (4)
kepada orang lain: lebih menyayangi kaum lemah, separti fakir miskin dan
anak yatim, lebih santun, lebih banyak mendoakan mereka, tidak suka
membicakan kejelekan mereka, menghargai orang lain sebagaimana
adanya, dsb.
e. Dengan metode Berdoa: mahasiswa menjadi yakin dengan pengalaman
sendiri, bahwa ternyata Allah benar-benar mengabulkan apa yang diminta.
Bahkan sesuatu yang tidak masuk akal, bisa terjadi ketika Allah
42
mengabulkan permintaan itu. Dengan pengalaman ini mahasiswa menjadi
semakin kagum dengan Allah, semakin dekat, mengembalikan masalahnya
dengan mendekat ke Allah dan semakin cinta kepada Allah, karena ia telah
merasakan secara langsung melalui pengalamannnya bahwa Allah
mencintai mereka.
f. Dengan metode meminta sesuatu yang mahal/ berkisar satu juta rupiah,
maka mahasiswa secara tidak langsung dibiasakan untuk melakukan
banyak amaliah syar’i, sekaligus diberikan pemahaman bahwa ibadah yang
mereka lakukan akan memberikan manfaat yang kembali kepada dirinya.
Manfaat Ibadah bukan untuk Allah, tapi untuk mahasiswa yang melakukan.
Hal ini diharapkan dapat mendidik mereka rajin beribadah kepada Allah.
g. Dengan metode berdekah Ibu, mahasiswa menjadi lebih menyadari
eksistensi mulia seorang ibu, tidak lagi menganggap ibu sebagai manusia
biasa, namun manusia yng mulia dan harus dimulikan. Lebih berbakti dan
menyayangi ibu. Lebih banyak berterima kasih kepada ibu. Lebih dekat ke
ibu. Selalu menyertakan ibu dalam doanya, dsb.
Dan simpul semua yang dilakukan serta dialami mahasiswa, sebagaimana
tujuan tasawuf, maka pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan lebih mengenal
Allah baik ilmu yaqin, ainul yaqin maupun haqqul yaqin. Lebih yakin, lebih
dekat dan lebih cinta kepada Allah. Dan cinta ke Allah itu pun dibuktikan dengan
mencintai makhluk-Nya, terutama ke Ibu, anak yatim, fakir miskin dan kaum
dhua’afa lainnya. Pada akhirnya Akhlak Tasawuf membentuk akhlak mahasiswa
43
secara utuh, yang bagus dalam hablum minallah sekaligus bagus dalam hablum
minannas.
B. Pendidikan Akhlak
1. Tinjauan Pendidikan
a. Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam
masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun sederhananya
peradaban suatu masyarakat, di dalammya pasti terjadi atau berlangsung
suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah
ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan usaha manusia melestarikan hidupnya.
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dengan kata lain pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan hidup (Mudyahardjo,
2001:3).
Menurut undang-undang No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan pelatihan bagi peranannya di
masa yang akan datang (Hafid, 2013:29). Edgar Dalle dikutip oleh Hafid
(2013:29) mengatakan, Pendidikan juga dimaknai sebagai usaha sadar yang
dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pembelajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di
44
luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap
untuk masa yang akan datang.
Pendidikan itu secara esensial terdapat kesatuan dan unsur-unsur yang
terdapat didalamnya dan dapat ditarik suatu analisis tentang makna
pendidikan yaitu:
1) Pendidikan sebagai proses transformasi budaya
2) Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi
3) Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara
4) Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja
Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pendidikan itu
mempunyai beberapa karakteristik khusus, menurut Mudyahardjo
membaginya kepada empat hal yaitu:
1) Masa pendidikan. Pendidikan berlangsung seumur hidup dalam setiap
saat selama ada pengaruh lingkungan.
2) Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung dalam segala
lingkungan hidup, baik yang khusus diciptakan untuk kepentingan
pendidikan maupun yang ada dengan sendirinya.
3) Bentuk kegiatan. Terentang dari bentuk-bentuk yang misterius atau tak
disengaja sampai dengan terprogram. Pendidikan berbentuk segala
macam pengalaman belajar dalam hidup. Pendidikan berlangsung
dalam beranaka ragam bentuk, pola, dan lembaga. Pendidikan dapat
45
terjadi sembarang,kapan dan di mana pun dalam hidup. Pendidikan
lebih berorientasi pada peserta didik.
4) Tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman belajar, tidak
ditentukan dari luar. Tujuan pendidikan adalah pertumbuhan, tidak
terbatas, dan sama dengan tujuan hidup (Mudyahardjo, 2001:5).
b. Tujuan Pendidikan
Di dalam UU Nomor 2 tahun 1989 secara jelas disebutkan Tujuan
Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekarti luhur,
memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantab dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.”Sesungguhnya tujuan bagi pendidikan
adalah:
1) Sebagai Arah Pendidikan, tujuan akan menunjukkan arah dari suatu
usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari
situasi sekarang kepada situasi berikutnya.
2) Tujuan sebagai titik akhir, suatu usaha pasti memiliki awal dan akhir.
Mungkin saja ada usaha yang terhenti karena sesuatu kegagalan mencapai
tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan berakhir. Pada umumnya,
suatu usaha dikatakan berakhir jika tujuan akhirnya telah tercapai.
3) Tujuan sebagai titik pangkal mencapai tujuan lain, apabila tujuan
merupakan titik akhir dari usaha, maka dasar ini merupakan titik
46
tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen yang
menjadi alas permulaan setiap usaha.
4) Memberi nilai pada usaha yang dilakukan.
c. Manfaat Pendidikan
Pada dasarnya sebuah arti dalam dunia pendidikan sangatlah berarti
bagi penerus bangsa khusunya di negara indonesia ini. pendidikan sangatlah
berfungsi serta berperan besar khususnya didalam sebuah ruang lingkup
dunia sekolah, ataupun perguruan tinggi lainnya. sebuah pendidikan yang
dterapkan dalam ruang lingkup sekolah tersebut menjadi tolak ukur
berlangsungnya perkembangan pendidikan yang diajarkan tenaga pendidik
khususnya dalam sebuah sekolah tersebut. contoh kecilnya siswa merasa
terpanggil dan turun untuk ikut serta dalam mempelajari sebuah arti dalam
pendidikan tersebut.
Dalam halnya keseharian siswa tersebut di tuntut agar diterapkan nya
ilmu pendidikan dari para guru yang mengajarnya, selain itu juga perlu kita
ketahui bersama bahwa kita pun mesti mengetahui apa itu dari sebuah fungsi
pendidikan , fungsi pendidikan ini sangatlah penting untuk mengetahui apa
manfaat yang memanjang dari dunia pendidikan itu sendiri dalam artian
disini adalah mengalokasikan sumber daya yang tidak hanya antara berbagai
jenis dan tingkat sekolah tetapi juga antara pendidikan dan program sosial.
Separti contoh hal kecilnya dari sebuah program sosial yaitu
"organisasi, ekstrakulikuler, UKM dalam dunia kampus, dll" dan masih
banyak lagi yang lainnya. manfaat dari pendidikan juga harus dihargai oleh
47
semua orang karena untuk memutuskan bagaimana untuk membiayai
pendidikan pada tingkat yang berbeda. Pendidikan manfaat juga harus
diidentifikasi untuk menafsirkan motivasi pendidik.
Pendidikan juga bermanfaat untuk dikalangan sebuah komunitas-
komunitas, forum-forum, karena sebuah pendidikan tidak hanya diterapkan
dalam dunia sekolah maupun perguruan tinggi juga. dalam artian pendidikan
itu mengarah kepada hal yang lebih positif. maka dari itu pemerintah
menunjang agar berlangsungnya sebuah pendidikan yang diterapkan di
sekolah-sekolah agar menjadi lebih baik lagi, sehingga kulaitas pendidikan
kita di mata luar terlihat sangat baik. dengan adanya pendidikan pula
seseorang yang asalnya tidak bisa menjadi bisa itu semua karena proses dari
sebuah pendidikan juga.
Maka dari itu setiap individu tidak bisa berharap lebih untuk
mendapatkan semua manfaat yang telah maju pada saat ini. Kebanyakan
manfaat pendidikan ini menjadi jauh lebih lemah ketika satu tingkat
pendidikan menjadi kurang eksklusif juga. dan harus memiliki dampak
negatif dari pendidikan sekolah.jadi inti dari semuanya bagi penerus bangsa
generasi muda kedepan manfaatkan lah sebuah pendidikan yang anda jalani
karena masa muda anda tidak akan terulang kembali. hanya satu kali muda
dalam hidup ini.
48
2. Tinjauan Akhlak
a. Pengertian Akhlak
Kata pokok (dasar) akhlak adalah khalaqo, khaliqun dan makhluqun,
kata sifatnya adalah akhlakun. Menurut Imam Hamid al-Ghazali yang
dikutip oleh Mahmud mengatakan bahwa kata al-khalq adalah bentuk
lahirnya, sedangkan al-khuluq adalah bentuk batinnya. Hal itu karena
manusia tersusun dari fisik yang dapat dilihat dengan mata kepala, dan ruh
/jiwa yang ditangkap oleh mata batin. Ruh / jiwa yang ditangkap oleh mata
batin itu lebih tinggi nilainya dari fisik yang ditangkap dengan penglihatan
mata (Mahmud , 2004:28).
Jadi akhlak (al-khuluq) pengertiannya adalah suatu sifat yang terpatri
dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa
memikirkan dan merenung terlebih dahulu. Jika sifat yang tertanam itu
darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan
syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika
yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut
dinamakan dengan akhlak yang buruk (Mahmud , 2004:29).
Demikian juga sama pengertian akhlak menurut Muhammad bin Ali
asy-Syariif al-Jurjani yang juga dikutip oleh Mahmud, beliau
mendifinisikan: akhlak adalah istilah bagi semua sifat yang tertanam kuat
dalam diri, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan
ringan, tanpa perlu berpikir dan merenung. Jika dari sifat tersebut terlahir
perbuatan-perbuatan yang indah menurut akal dan syariat, dengan mudah,
49
maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang baik. Sedangkan jika
terlahir perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan akhlak
yang buruk (Mahmud , 2004:32).
Menurut difinisi di atas, akhlak mencakup sifat baik maupun buruk,
namun kita dapati kebanyakan ulama’ akhlak menggunakan kata akhlak
untuk sifat yang baik saja. Menurut mereka, akhlak adalah sifat-sifat baik
yang tertanam pada jiwa dan memancar perilaku yang baik dalam kehidupan
(Abdullah, 2005:55).
Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu
kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.
Dari sini timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa
dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.
Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan
manusia berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya
dengan Tuhan, manusia, dan makhluk sekelilingnya dalam kehidupannya
sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral dan nilai-nilai norma agama.
Beberapa istilah tentang akhlak, moral, etika dan juga budi pekerti
sering disinonimkan antar istilah yang satu dengan yang lainnya, karena
pada dasarnya semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu memberi
orientasi sebagai petunjuk kehidupan manusia (Ahmad Syukri, 2007:112)
Beberapa point dibawah ini akan memberikan penjelasan secara
singkat mengenai istilah-istilah yang juga digunakan dalam pembahasan
50
akhlak dengan tujuan untuk dapat mempermudah pemahaman akan
perbedaan antara istilah-istilah tersebut:
1) Moral
Moral diartikan sebagai sesuatu yang sesuai dengan ide-ide yang
umum diterima tentang tindakan manusia yang baik dan wajar dan
diterima oleh kesatuan atau lingkungan tertentu (Zahruddin, 2004:46).
Moral juga berarti bagaimana seseorang memiliki makna tentang
bagaimana perilaku sesuai dengan dengan norma atau nilai yang diakui
oleh individu atau kelompok (Amril, 2002:18-19).
Nilai-nilai tersebut diyakini oleh masyarkat sebagai yang akan
memberikan harapan munculnya kebahagiaan dan ketentraman. Nilai
tersebut ada yang berkaitan dengan perasaan wajib, rasional, berlaku
umum dan jika nilai-nilai tersebut telah mendarah daging dan lama-
kelamaan akan muncul kesadaran moral.
2) Etika
Menurut istilah bahasa etika berasala dari bahasa Yunani ethos yang
berarti adat istiadat (kebiasaan), Sedangkan secara istilah Etika adalah
sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia untuk menentukan
nilai-nilai perbuatan baik buruk, sedangkan ukuran untuk menetapkan
nilainya adalah akal pikiran manusia (Yatimin Abdulllah, 2006: 4-8).
Dalam arti yang luas etika adalah suatu keseluruhan norma dan
penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat yang bersangkutan untuk
51
mengetahui bagaimana manusia seharusnya menjalankan hidupnya
mengenai suatu cara yang rasional.
Etika berfungsi sebagai penilai, penentu, dan penetap terhadap suatu
perbuatan yang dilakukan oleh manusia, dengan demikian etika lebih
berperan sebagai konseptor terhadap perilaku yang dilakukan oleh
manusia. Selain itu etika bersifat relatif yang dapat berubah-ubah sesuai
dengan tuntutan zaman.
3) Budi Pekerti
Budi pekerti juga sering digunakan sebagai istilah akhlak, yang
mana budi diartikan sebagai alat batin untuk menimbang dan menentukan
mana yang baik dan buruk, budi adalah hal yang berhubungan dengan
kesadaran yang didorong oleh pemikiran atau yang disebut dengan
karakter, sedangkan pekerti ialah perbuatan manusia yang terlihat karena
terdorong oleh perasaan hati (M. Sholihin, 2005: 29-30).
Selain itu budi pekerti berinduk pada etika, yang mana secara hakiki
adalah perilaku, dan budi pekerti berisi perilaku manusia yang akan
diukur menurut kebaikan dan keburukannya melalui norma agama, norma
hukum, tata krama dan sopan santun, norma budaya dan adat istiadat
masyarakat.
b. Ruang Lingkup Akhlak
Dalam hal ini ruang lingkup akhlak Islami tidak berbeda dengan ruang
lingkup ajaran Islam yang berkaitan dengan pola hubungannya dengan
52
Tuhan, sesama makhluk dan juga alam semesta. Sebagaimana dipaparkan
ruang lingkupnya sebagai berikut:
1) Akhlak kepada diri Sendiri
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri,
maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya
sendiri, karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah,
pangkal kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia
terdiri dari jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai
fitrah sendiri, dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan
dimanapun saja manusia mempunyai perbuatan.
2) Akhlak kepada Allah SWT
Yang dimaksud akhlak kepada Allah adalah sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai Kholik (Abuddin Nata, 2006: 147).
Akhlak kepada Allah adalah beribadah kepada Allah SWT, cinta
kepada-Nya cinta karena-Nya, tidak menyekutukan-Nya, bersyukur hanya
kepada-Nya dan lain sebagianya.
3) Akhlak kepada Sesama Manusia
Menurut Hamzah Yacob, akhlak kepada sesama manusia adalah
sikap atau perbuatan manusia yang satu terhadap yang lain. Akhlak
kepada sesama manusia meliputi akhlak kepada orang tua, akhlak kepada
saudara, akhlak kepada tetangga, akhlak kepada sesama muslim, akhlak
kepada kaum lemah, termasuk juga akhlak kepada orang lain yaitu akhlak
53
kepada guru-guru merupakan orang yang berjasa dalam memberikan ilmu
pengetauan. Maka seorang murid wajib menghormati dan menjaga
wibawa guru, selalu bersikap sopan kepadanya baik dalam ucapan
maupun tingkah laku, memperhatikan semua yang diajarkannya,
mematuhi apa yang diperintahkannya, mendengarkan serta melaksanakan
segala nasehat-nasehatnya, juga tidak melakukan hal-hal yang dilarang
atau yang tidak disukainya (Hamzah Yacob, 1978: 19).
4) Akhlak kepada Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun
benda-benda tak bernyawa (Hamzah Yacob, 1978: 210).
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah.
Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti
pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan agar setiap makhluk
mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk
menghormati proses-proses yang sedang berjalan dan terhadap semua
proses yang sedang terjadi. Yang demikian dan mengantarkan manusia
bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan
dengan kata lain, setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai
sebagai perusakan pada diri manusia sendiri (Abuddin Nata, 2006: 158-
166).
54
5) Akhlak kepada Orang Tua
Akhlak ini adalah kewajiban seorang anak kepada orang tua.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih
berhak dari segala manusia lainya untuk kita cintai, taati dan hormati.
Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan
kita, mencintai dengan ikhlas agar kita menjadi seseorang yang baik,
berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat
3. Pengertian Pendidikan Akhlak
Pendidikan Akhlak (Moral) adalah pendidikan mengenai dasar-dasar
moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan
kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi mukallaf, pemuda
yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan-
keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang
mendalam, dan perkembangan religius yang benar.
Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan
berpijak pada iman kepada Allah dan terdidik untuk takut, ingat, bersandar,
meminta pertolongan dan berserah diri padaNya, ia akan memiliki potensi dan
respons secara instingtif di dalam menerima setiap keutamaaan dan kemuliaan,
di samping terbiasa melakuakan akhlak mulia. Sebab benteng pertahanan
religius yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan mengingat Allah yang
telah dihayati dalam dirinya dan instropeksi diri yang telah menguasai seluruh
pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak dari sifat-sifat negatif,
kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi-tradisi jahiliyah yang rusak. Bahkan
55
penerimaannya terhadap setiap kebaikan akan menjadi salah satu kebiasaan dan
kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan menjadi akhlak dan
sifat yang paling menonjol (Abdullah Nasih Ulwan, 1990:99).
4. Tujuan Pendidikan Akhlak
Berbicara masalah tujuan pendidikan akhlak sama dengan berbicara
tentang pembentukan akhlak, karena banyak sekali dijumpai pendapat para ahli
yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengatakan bahwa pendidikan budi
pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan Islam (M. Athiyah al-
Abrasyi, 1987:1).
5. Hal-hal yang Menguatkan Pendidikan Akhlak
Hal-hal yang dapat membantu dalam pelaksanaan pendidikan akhlak yang
dipaparkan oleh Ahmad Amin adalah sebagai berikut:
a. Memperluas fikiran atau cara berfikir yang luas. Herbert Spencer
mengemukakan akan pentingnya berfiikiran luas untuk dapat
menyempurnakan akhlak, karena fikiran yang sempit akan condong untuk
berakhlak rendah.
b. Bergaul dengan orang baik (terpilih), merupakan salah satu cara mendidik
akhlak. Karena sahabat akan memberikan pengaruh yang baik yang dapat
membengunkan kekutan jiwa.
c. Membaca dan mempelajari perjalanan pahlawan dan orang-orang besar
yang berfikiran luas, mengambil contoh-contoh atau tauladan dari orang-
56
orang besar akan membawa semangat dan menggerakkan jiwa untuk dapat
berbuat sesuatu yang besar.
d. Membiasakan jiwa untuk senantiasa berbuat kebaikan (Ahmad Amin,
1991:63-66).
6. Bentuk-Bentuk Pendidikan Akhlak
Pengertian akhlak dalam Islam lebih luas dibandingkan dengan
pengertian yang dibawa oleh agama-agama lain atau para filosof. Akhlak Islam
membingkai setiap hubungan antar manusia dan makhluk hidup lainnya. Nilai
akhlak menurut pandangan Islam adalah setiap kebaikan yang dilaksanakan
manusia dengan kemauan yang baik dan untuk tujuan yang baik pula. Manusia
dikatakan berakhlak bila ia bersikap baik dalam kehidupan sehari-hari secara
lahir maupun batin. Di samping itu, ia memperlakukan secara baik antara
dirinya dan juga orang lain (Miqdad Yaljan, 2004:17).
Masyarakat yang keluar dari aturan-aturan akhlak akan menemukan
kesengsaraan, kesesatan, dan kerusakan-kerusakan. Sebaliknya masyarakat
yang mematuhi sendi-sendi akhlak maka akan menemukan nilai-nilai manfaat.
Sendi-sendi akhlak yang dibawa oleh Islam mencakup berbagai perilaku
manusia, baik kehidupan pribadi maupun kehidupan bersama. Dan sendi-sendi
akhlak itu mencakup nilai-nilai yang bermacam-macam, antara lain nilai
kemasyarakatan, ilmiah, kemanusiaan, politik, dan ekonomi. Nilai-nilai ini
bersifat mutlak, karena hakikat nilainya terletak pada esensinya (Miqdad
Yaljan, 2004:19).
57
Prinsip akhlak itu harus ada keseimbangan antara berakhlak kepada
Allah, kapada sesama manusia, dan kepada alam. Berikut ini penjelasannya
secara rinci:
1. Berakhlak kepada Allah antara lain:
a. Menyembah dan mentaati segala titah-Nya (QS. Adz-Dzariyat: 52)
b. Menjadikan pedoman hidup apa yang dibenarkannya (QS.Al-Isra’:9,
Fushshilat:82, al-Baqarah:2)
c. Berjanji mentaati segala titah-Nya dan mengamalkan ajaran-Nya(QS.
Adz- Dzariyat:3)
d. Melaksanakan tugas sebagai wakil Allah (QS. Al-Baqarah:30)
e. Mengamalkan ajaran-Nya yang baik dan benar (QS. Al-Ra’du: 29)
2. Berakhlak kepada sesama manusia adalah antara lain:
1) Toleransi antar agama
2) Memberikan hak sebagai tetangga
3) Ikut terlibat dalam segala hal
4) Tidak ingin menang sendiri
5) Tolong- menolong
6) Saling menghormati
7) Bertanggung-jawab dalam masalah sosial.
3. Berakhlak terhadap alam yaitu terhadap hewan dan tumbuhan adalah
melestarikan , memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti,
sehingga Nabi Saw. Menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin
menyembelih hewan (Muhaimin, 2005:275).
58
7. Pendidikan Akhlak untuk menumbuh kembangkan kepribadian
a. Pendidikan Keimanan
Mendidik pribadi menjadi muslim, harus ada upaya untuk
menyempurnakan sikap dan perilaku yang dapat berfungsi sebgai hamba
yang kuat iman dan taqwanya. Pendidikan imam merupakan upaya
menumbuh kembangkan kondisi kepercayaan hamba untuk meyakini bahwa
Allah adalah Wujud Yang Esa.
Iman juga merupakan potensi spiritual yang dapat mendorong manusia
selalu ingat untuk melaksanakan kewajibanya kepada Allah dengan cara
memperbanyak ibadah dan kewajibanya kepada sesame makhluk dengan
hubungan sosial yang berkelanjutan.
b. Pendidikan Ketaqwaan
Pendidikan taqwa merupakan upaya menumbuh kembangkan realisasi
kekuatan iman menjadi perbuatan yang dilandasi amar ma’ruf nahi-munkar.
Pendidikan iman dilakukan dengan segala macam amal saleh, yang
sebenarnya disebut taqwa. Maka sudah tentu, bahwa taqwalah yang menjadi
alat untuk mencapai keberhasilan peningkatan iman seseorang.
c. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan yaitu suatu perilaku untuk mencegah dengan
tindakan represif, preventif dan kuratif:
1) Pendidikan kesehatan dengan tindakan represif
a) Mendidik manusia untuk mencegah fisiknya agra tidak sakit dengan
cara memelihara kebersihan diri.
59
b) Mendidik manusia untuk mencegah pakaiannya dari bakteri penyakit
serta memperbaiki dandanan dan kerapiannya.
c) Mendidik manusia untuk menghindari tempat (rumah) yang tidak
sehat karena tidak mendapatkan cahaya matahari dan sirkulasi udara
yang sempurna.
2) Pendidikan kesehatan dengan tindakan preventif
a) Mendidik manusia agar tidak mendapatkan penularan dari wabah
penyakit yang diderita oleh seseorang.
b) Mendidik manusia memelihara kesehatan dengan menyediakan
makanan dan minuman yang sehat.
3) Pendidikan kesehatan dengan tindakan kuratif
Mengenai pendidikan kesehatan dengan upaya penanggulangan
atau kuratif merupakan upaya untuk merehabilitasi atau memulihkan
kondisi fisik dan rohani setelah terganggu penyakit.
4) Pendidikan social
Pendidikan sosial adalah suatu upaya untuk menanamkan atau
membentuk sikap yang selalu ingin memperhatikan kepentingan umum.
5) Pendidikn Keterampilan
Pendidikan keterampilan adalah suatu upaya untuk menanamkan
atau membentuk keahlian kerja kepada peserta didik agar mampu
menghasilkan barang atau jasa yang berguna bagi kehidupan manusia
(Mahjuddin, 2010:60-79).
60
C. Pemahaman Mahasiswa terhadap Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Mata kuliah akhlak tasawuf sangat berperan dalam kehidupan sehari-hari.
Mahasiswa STAIN Salatiga yang reguler tergolong dalam usia mahasiswa maka
masalah yang dihadapi sangat komplek. Oleh karena itu jika masalah yang
komplek itru tidak segera teratasi maka bisa saja mahasiswa putus asa karena
pengetahuan yang minim, diharapkan mata kuliah ini dapat berperan dalam
mengatasi masalah masalah yang sedang dihadapi.
Akhlak tasawuf berperan membentuk pribadi yang optimis, yakin akan
kekuasaan Allah dan pantang menyerah. Karena selalu ada motivasi untuk maju
mengharap belas kasih Allah atas usaha, sabar,dan ikhlas karena Allah. Dibawah
ini adalah manfaat dari implementasi pendidikan akhlak pada mata kuliah akhlak
tasawuf :
1. Membersihkan kalbu dari kotoran hawa nafsu dan amarah sehingga hati
menjadi suci.
2. Memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk.
3. Membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat.
4. Menetapkan perbuatan sebagai perbuatan baik dan buruk.
Dari beberapa manfaat diatas yang pertama dapat disimpulkan penerapan
mata kuliah tersebut lebih dititik beratkan pada pola piker mahasiswa dengan
prasangka, perkiraan, dugaan yang baik. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa
semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk kebaikan manusia. Meyakini
dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.
61
Kedua dapat menimbulkan sifat Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang
tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam pergaulan. Lawan kata
tawaduk adalah takabur. Allah berfirman:
Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya, dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ”Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S. Al Isra:24) Ayat di atas menjelaskan perintah tawaduk kepada kedua orang tua.
Ketiga adalah tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai
sesama manusia. Allah berfirman :
Artinya : Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun: 6). Ayat tersebut menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas
melaksanakan ajaran agama yang diyakini.
Keempat adalah tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan
sesama manusia dan Allah member perintah kepada kita agar tolong menolong
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Hal ini akan menunjukan kualitas ketaqwaan kita
kepada Allah dalam bidang sosial. Karena kita mengetahui bahwa sebagai
makhluk yang humanis, kita sangat memerlukan orang lain untuk memenuhui
62
kebutuhan sehari-hari. Bahkan dalam bekerja pun kita sangat memerlukan patner
dalam melancarkan kegiatan tersebut.
D. Implementasi Pendidikan Akhlak dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf
Sesungguhnya tujuan pendidikan akhlak adalah identik dengan tujuan
hidup setiap muslim, yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Demikian pula dengan perkembangan para mahasiswa yang merupakan masa
peralihan dari remaja menuju dewasa, sehingga pada masa peralihan tersebut
seorang mahasiswa akan mengalami perkembangan dan perubahan dalam
menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kehidupan pribadi
dan masa depannya. Untuk itu, para mahasiswa wajib mendapatkan bimbingan
serta arahan dari pendidik atau orang tua dalam mencari dan menumbuhkan nilai-
nilai luhur demi membentuk identitas dirinya menuju kematangan pribadi.
Disinilah penanaman akhlak diutamakan agar mereka tidak mengalami
kegoncangan pikiran dan jiwanya dalam menentukan solusi atas problem yang
dihadapi para mahasiswa. Maka pendidikan yang pertama dan utama adalah
pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi
sikap, tingkah laku dan kepribadian siswa.
Maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak
didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya
ialah mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan),
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka
untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
63
Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka diperlukan
keseriusan pembentukan kepribadian sebagai hasil pendidikan, sehingga
perwujudan kepribadian muslim, kemajuan masyarakat dan budaya akan dapat
terealisasikan melalui sarana-sarana pendidikan yang dalam hal ini adalah
pendidikan akhlak. Karena dengan penanaman nilai-nilai agama akan sangat
membantu terbentuknya kepribadian dan tingkah laku kelak pada masa dewasa.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha yang
diarahkan kepada pembentukan tingkah laku yang sesuai dengan ajaran Islam,
dalam berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam serta bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai Islam.
Disamping itu pendidikan akhlak tidak hanya sekedar diketahui dan dimilki
oleh para mahasiswa, melainkan lebih dari itu pendidikan akhlak harus dihayati
dengan baik dan benar. Sebab bila pendidikan akhlak telah dimiliki, dimengarti,
dan dihayati dengan baik dan benar, maka kesadaran seseorang akan hak dan
kewajibannya sebagai hamba Allah akan muncul secara sendirinya. Hal ini akan
muncul dalam pelaksanan ibadah, tingkah laku, sikap dan perbuatan serta
perkataannya sehari-hari.
Dan apabila pendidikan akhlak tersebut sudah tertanam dan menjadi dasar
dalam jiwa mahasiswa, maka ia akan menjadi kekuatan batin yang dapat
melahirkan tingkah laku positif dalam kehidupannya. Sehingga para mahasiswa
akan selalu optimis menghadapi masa depan, selalu tenang dalam mencari solusi
atas masalah yang dihadapi, dan tidak takut terhadap apapun kecuali kepada Allah
SWT. Selain itu mereka akan selalu rajin melakukan ibadah dan perbuatan baik,
64
serta tingkah laku positif lainnya yang tidak hanya bermanfaat bagi dirinya tetapi
bermanfaat pula untuk masyarakat dan lingkungannya.
Maka dari itu, yang terpenting dalam mengembangkan dan membentuk
potensi yang dimiliki seorang mahasiswa adalah agar para mahasiswa mengalami
suatu perubahan baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Berkumpulnya
potensi dalam diri mahasiswa tersebut akan menjadikan dia pribadi yang utuh,
seimbang dan selaras. Demikian citra pribadi muslim yang ternyata identik dengan
tujuan pendidikan Islam yaitu menciptakan manusia yang berakhlak Islam,
beriman, bertaqwa dan meyakininya sebagai suatu kebenaran serta berusaha dan
mampu membuktikan kebenaran tersebut melalui akal, rasa, feeling di dalam
seluruh perbuatan dan tingkah laku sehari-hari.
Namun juga dasar agama Islam merupakan fondasi utama dari keharusan
berlangsungnya pendidikan akhlak. Karena ajaran Islam bersifat yang
mengandung aturan-aturan yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan khaliqnya, juga dalam muamalah, masalah
berpakaian, jual beli, aturan budi pekarti yang baik dan sebagainya. Hal ini tentu
memberi nilai positif dalam pembentukan tingkah laku mahasiswa.
Oleh sebab itu, para mahasiswa yang merupakan tumpuhan harapan masa
depan bangsa dan agama sangat penting dalam jiwanya tersebut ditanamkan nilai-
nilai pendidikan akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh pendidikan
akhlak pada tingkah laku mahasiswa dapat dikatakan berguna dan bermanfaat
seumur hidup apabila dapat diimplementasikan kedalam kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu terwujudlah usaha tolong-menolong antara individu dan
65
masyarakat untuk mewujukan pengabdian kepada Allah SWT. Maka para pendidik
atau orang tua harus selalu membimbing dan mengarahkan peserta didik menjadi
warga Negara yang baik dan bertanggung jawab yaitu dengan jalan mendidik dan
menanamkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan keagamaan.
66
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Keadaan Umum STAIN
1. Sejarah STAIN Salatiga
Sejak berdirinya sampai saat ini, STAIN Salatiga telah melewati
sejarah yang cukup panjang, dan mengalami beberapa kali perubahan
kelembagaan. Pendirian lembaga ini, bermula dari cita-cita masyarakat Islam
Salatiga untuk memiliki Perguruan Tinggi Islam. Oleh karena itu didirikanlah
Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
“Nahdlatul Ulama” di Salatiga. Lembaga ini menempati gedung milik
Yayasan “Pesantren Luhur”, yang berlokasi di Jalan Diponegoro Nomor 64
Salatiga. Lembaga ini berdiri berkat dukungan dari berbagai pihak, khususnya
para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.
Dalam waktu yang bersamaan dengan proses pendirian IAIN
Walisongo Jawa Tengah di Semarang, Fakultas Tarbiyah Salatiga diusulkan
untuk dinegerikan sebagai cabang IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Setelah
dilakukan peninjauan oleh Tim Peninjau yang dibentuk IAIN Sunan Kalijaga,
akhirnya pembinaan dan pengawasan Fakultas Tarbiyah Salatiga diserahkan
padanya. Keputusan ini didasarkan pada Surat Menteri Agama c.q. Direktorat
Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam Nomor Dd/PTA/3/1364/69
tanggal 13 November 1969.
67
Ketika IAIN Walisongo Jawa Tengah di Semarang berdiri, Fakultas
Tarbiyah Salatiga mendapatkan status negeri, dan menjadi cabang IAIN
Walisongo. Penegerian Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo tersebut
berdasarkan SK Menteri Agama Nomor 30 Tahun 1970 tanggal 16 April 1970
Meskipun telah berstatus negeri dan menjadi IAIN Walisongo,
Fakultas Tarbiyah namun kondisinya tidak berubah dalam waktu singkat,
sehingga sejajar dengan Perguruan Tinggi Negeri yang lain. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Sarana dan prasarana yang jauh dari memadai. Utamanya belum tersedia
gedung milik sendiri;
b. Tenaga profesional baik edukatif maupun administrasi yang masih kurang;
dan
c. Animo mahasiswa yang relatif masih kecil.
Keadaan tersebut berlangsung dalam waktu yang relatif lama,
sehingga kondisi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Di Salatiga, dapat
dikatakan kurang layak untuk disebut sebagai perguruan tinggi, terutama
dilihat dari sarana dan fasilitas yang dimiliki. Oleh Karena itu pernah
berkembang isu untuk menutup lembaga ini.
Mengingat kendala utama bagi pengembangan lembaga tersebut belum
tersedianya kampus milik sendiri, maka para pengelola fakultas mencurahkan
perhatian dan usahanya untuk menjawab tantangan tersebut. Jalan satu-
satunya yang mesti ditempuh adalah membeli areal tanah kampus, sebab
68
mengharapkan wakaf dari masyarakat dan meminta kepada Pemerintah
Daerah tidak memungkinkan (STAIN Press, 2007:1-3).
Suatu kebetulan ada seorang warga Muhammadiyah (H. Asrori Arif)
yang menaruh perhatian terhadap keberadaan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga. Beliau menawarkan tanah pekarangannya seluas 0,75 ha
lengkap dengan bangunannya yang letaknya cukup strategis untuk
penyelenggaraan pendidikan.
Berkat perhatian Menteri Agama (H. Alamsyah Ratu Prawiranegara)
terhadap perkembangan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga, maka
beliau berkenan mengabulkan usulan Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga Nomor 031/A-a/FT-WS/I/1979, tanggal 24 Januari 1979,
tentang maksud pembelian tanah tersebut (pada waktu itu Dekan dijabat oleh
Drs. Achmadi).
Berdasar pada surat Dirjen Binbaga Islam Nomor E/Dag/BI/2828.
tanggal 10 Agustus 1982, maka dibelilah tanah sebagaimana ditawarkan di
atas dengan menggunakan DIP Pusat (tahun anggaran 1980/1981 dan
1981/1982). Hal penting yang perlu dicatat adalah bahwa pembelian tanah
tersebut tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama Bapak Muhammad
Natsir (selaku Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia) yang juga telah
lama menaruh perhatian terhadap kehidupan umat Islam di Salatiga.
Tercatat mulai tahun 1982 Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga
hijrah dari kampus lama ke kampus baru milik sendiri, tepatnya dijalan
Caranggito 2 (sekarang berubah menjadi jalan Tentara Pelajar 2). Kampus
69
baru dinilai sebagai jawaban tepat yang bersifat fisik atas tantangan rencana
rasionalisasi. Bahkan kampus baru tersebut dirasakan mampu membangkitkan
kembali optimisme dan antusiasme seluruh civitas akademikanya.
Sedikit demi sedikit sarana dan prasarana pendidikan bertambah,
antara lain gedung kuliah, perpustakaan dan kantor. Pemerintah Daerah pun
juga tidak mau ketinggalan untuk memberikan bantuan tambahan tanah
kampus seluas 3000 m2 yang waktunya bersamaan dengan pembangunan
masjid kampus bantuan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila. Memang
secara administratif masjid tersebut milik PEMDA, tetapi secara fungsional
menjadi tanggungjawab Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.
Seiring dengan semakin bertambahnya fasilitas akademik, bertambah
pula tenaga kependidikan khususnya tenaga edukatif dan mahasiswanya. Jika
pada masa dekade pertama Fakultas Tarbiyah Salatiga hanya memiliki 7
(tujuh) orang dosen tetap, pada dekade kedua menjadi 30 (tiga puluh) orang.
Fenomena yang hampir sama terjadi pula pada perkembangan jumlah
mahasiswa. Pada tahun 1987 tercatat 940 orang. Jika dibanding dengan
jumlah mahasiswa tahun 1983, maka peningkatannya sudah lebih dari 300%.
Disimak dari sisi akademis, eksistensi Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga juga semakin mantap, sebab mulai tahun akademik
1983/1984 sudah diberi kewenangan menyelenggarakan Program Pendidikan
Strata Satu (S1) dengan sistem SKS. Sebelumnya Perguruan Tinggi ini hanya
berhak menyelenggarakan Program Pendidikan Sarjana Muda. Disamping itu
secara yuridis juga semakin kokoh dengan diberlakukannya Peraturan
70
Pemerintah Nomor 33 Tahun 1985 tentang Struktur Organisasi IAIN di mana
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga termasuk di dalamnya.
Tahun 1987 tampaknya relevan untuk dipahami sebagai awal
pengembangan kinerja bagi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga.
Serangkaian peristiwa bersejarah terjadi mengiringi perjalanan waktu ini.
Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 1987 tentang status
IAIN/Fakultas merupakan justifikasi yuridis yang amat mengokohkan
eksistensi lembaga pendidikan tinggi Islam ini. Pada Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Salatiga sendiri sebenarnya tengah terjadi pula proses penguatan
institusional, baik berupa sarana fisik maupun sumber daya tenaga
kependidikannya.
Di atas tanah bantuan PEMDA didirikan gedung kuliah, laboratorium
bahasa, ruang micro teaching dan sarana komputer. Pada tahun 1991 dibangun
pula sebuah gedung auditorium yang amat bermakna bagi proses pendidikan.
Perkembangan selanjutnya dibangun sarana kegiatan mahasiswa seperti
POSKO MENWA, Sekretariat RACANA, Sekretariat Teater dan kantor
Koperasi Mahasiswa yang menyatu dengan gedung Pusat Kegiatan
Mahasiswa (PKM) yang diresmikan pada tahun 1995.
Di celah perkembangan sarana fisik tersebut ada kenyataan historis
yang perlu diberi catatan khusus, yaitu peran Badan Koordinasi Orang Tua
dan Alumni (BAKOAMI) yang dibentuk pada tahun 1988. Pada tahun 1992
diaktanotariskan dengan nama Yayasan Kerjasama Orang Tua dan Alumni
(YAKOAMI) yang dipimpin oleh Bapak Jumadi, B.A.
71
Adapun peningkatan sumber daya insani tampak pada upaya serius
lembaga ini dalam mendorong tenaga edukatif dan administrasi untuk
melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Pada awal tahun 1997
Fakultas Tarbiyah telah memiliki 44 orang dosen tetap. Dari jumlah itu 1
orang telah bergelar Doktor, 22 orang bergelar Magister, dan 10 orang sedang
menyelesaikan program S.2 dalam berbagai bidang keilmuan. Di antara
tenaga administrasi ada 2 orang yang sedang menyelesaikan studi program
S.1.
Dengan menyimak pada proses perkembangan tersebut, maka Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Salatiga sebenarnya tampak semakin mapan secara
akademik untuk memberdayakan mahasiswa yang berjumlah 1337 orang.
Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
1997, maka secara yuridis mulai tanggal 21 Maret 1997 Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Salatiga beralih status menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga. Sesuai dengan keputusan itu, STAIN tetap
didudukkan sebagai perguruan tinggi di bawah naungan Departemen Agama
Republik Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau
profesional dalam disiplin ilmu pengetahuan agama Islam. Sebagai salah satu
bentuk satuan Pendidikan Tinggi, STAIN Salatiga masih tetap pula memiliki
kedudukan dan fungsi yang sama dengan institut maupun universitas negeri
lainnya.
Beralihnya status Fakultas Tarbiyah menjadi STAIN Salatiga telah
membawa berbagai peningkatan, baik yang bersifat fisik maupun non fisik.
72
Peningkatan fisik meliputi penambahan tanah dan gedung sekretariat. Pada
tahun 1997 STAIN Salatiga telah menambah tanah seluas 12.500 meter
persegi yang terletak tidak jauh dari kampus sekarang. Kemudian pada tahun
2001, STAIN Salatiga telah membangun gedung sekretariat berlantai tiga
dengan luas bangunan seluruhnya 900 meter persegi, yang dibangun di atas
tanah bekas KUA seluas 871 meter persegi.
Sedangkan peningkatan non fisik meliputi peningkatan jumlah dan
pendidikan bagi dosen dan pegawai tetap STAIN Salatiga. Hingga tahun
2007, jumlah dosen tetap STAIN Salatiga sebanyak 94 orang. Dari jumlah
tersebut 2 orang bergelar profesor, 5 orang bergelar Doktor, 70 orang bergelar
Magister, dari 26 orang tersebut sedang studi S-3 sebanyak 10 orang, studi S.2
sebanyak 30 orang (termasuk calon dosen). Sedangkan jumlah pegawai tetap
STAIN Salatiga hingga tahun 2007 mencapai 27 orang, 2 orang di antaranya
sudah menyelesaikan S-2. jumlah mahasiswa reguler 1991 mahasiswa.
2. Visi dan Misi
Visi lembaga: “Menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam
mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional,
dan kecerdasan spiritual”.
Dengan visi tersebut, maka Misi yang diemban lembaga diuraikan
sebagai berikut:
a. Mengantarkan mahasiswa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman
spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.
73
b. Memberikan layanan kepada civitas akademika dan masyarakat dalam
menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
c. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat
melalui kinerja internal dan eksternal.
d. Mengembangkan college base management dengan pelibatan stake holder
dan masyarakat.
e. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan
budaya bangsa (STAIN Press, 2007:9).
3. Asas, Fungsi Dan Tujuan
Dalam menyusun dan mengembangkan program, STAIN Salatiga
berasaskan Pancasila. Sedang dasar operasionalnya adalah:
a. Undang-undang Dasar 1945
b. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi.
d. Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 1997 tentang Pendirian STAIN.
e. Statuta Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.
f. Peraturan-peraturan lain yang terkait.
Keberadaan STAIN Salatiga mempunyai fungsi:
a. Merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan program.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran ilmu pengetahuan agama
Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
74
c. Melaksanakan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan
agama Islam dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
d. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat.
e. Pelaksana pembinaan kemahasiswaan.
f. Pelaksana kegiatan sivitas akademika dan hubungan dengan
lingkungannya.
g. Pelaksana kerja dengan Perguruan Tinggi dan/atau lembaga-lembaga lain.
h. Menyelenggarakan administrasi dan manajemen.
i. Pelaksana pengendalian dan pengawasan kegiatan.
j. Melaksanakan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan
serta penyusunan laporan.
Adapun tujuan penyelenggaraan pendidikan STAIN Salatiga adalah:
a. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan agama Islam
dan teknologi serta seni yang bernapaskan Islam.
b. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan agama Islam
dan/atau teknologi serta seni yang bernapaskan Islam, dan mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional (STAIN Press, 2007:8).
4. Lokasi
Kota Salatiga teletak pada ketinggian antara: 450 – 825m dpl
menjadikan kota ini sejuk dan udaranya segar, itulah kesan pertama yang bisa
75
digambarkan untuk Salatiga. Iklimnya tropis dan secaraastronomis Kota ini
terletak antara 1100.27′.56,81″ – 1100.32′.4,64″ BT dan 0070.17′. –
0070.17′.23″ LS. Kota ini Secara morfologis berada di daerah cekungan,
dikelilingi Gunung Merbabu diantara gunung-gunung kecil antara lain: Gajah
Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Wilayah Salatiga dikelilingi wilayah
Kabupaten Semarang dari berbagai sisinya.
Wilayah Kota Salatiga berbatasan dengan wilayah Kabupaten
Semarang. Di wilayah utara berbatasan dengan Kecamatan Pabelan, sebelah
timur dengan Kecamatan Tengaran. Sedangkan di Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Getasan dan sebagian Tengaran . Adapun di sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Tuntang.
65% Daerah Salatiga Bergelombang seperti Kelurahan Dukuh, Ledok,
Kutowinangun, Salatiga, Sidorejo Lor, Bugel, Kumpulrejo, dan Kauman
Kidul. Sisanya adalah daerah miring25% dan datar 10%.
Salatiga merupakan kota multicultural yang sangat Indonesia dengan
jumlah penduduk 177.088 orang. 78 % atau sekitar 136.000 penduduk
beragama Islam, 17 % beragama Kristen Prostestan, 5 % Katolik, sisanya
beragama Hindu, Budha serta aliran Kepercayaan (termasuk Kejawen).
Dikenal sebagai kota yang indah, Kota Salatiga memiliki beberapa perguruan
tinggi seperti Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), STIA AMA, Akbid
Bakti Nusantara, Akbid Ar Rum, dan tentu saja STAIN Salatiga. Dengan
demikian, STAIN Salatiga menjadi kampus Negeri satu-satunya di wilayah
ini.
76
Salatiga berada di jalur utama Semarang- Boyolali-Solo, dengan jarak
tempuh 1,5 jam dari Semarang/ Bandara Ahmad Yani , 1 Jam dari Solo/
Bandara Adi Sumarmo dan 2 Jam dari Jogja/ bandara Adi Sucipto. Bus besar
dan minibus melewati Kota Salatiga sepanjang hari selama 24 jam. Bus-bus
yang lewat adalah PO. Raya, Ismo, Esto, Sari, Safari, Putra Palagan, Mulyo
Indah, Rajawali, Sumber Kencono, Sawojajar, Santika. Bus jurusan Solo –
Jakarta via pantura dan sebaliknya juga melewati Kota ini
Untuk menuju STAIN Salatiga cukup mudah karena ada di pusat
kota, tepatnya bersebelahan dengan alun-alun Kota Salatiga. Juga
berdampingan dengan Masjid Raya Darul Amal, Kantor Polres, Samsat,
Kantor Walikota, RSU Salatiga, Stadion Kridosono dan pusat pemerintahan
lainnya. Mudah dijangkau dengan kendaran roda dua maupun mobil. Semua
angkutan kota melewati kampus STAIN Salatiga dengan tarif berkisar Rp.
1000-2000, dari arah manapun.(Sumber : http://stainsalatiga.ac.id/about/peta-
lokasi/ diunduh Kamis 22 April 2014 Jam 11.10 WIB).
5. Kontak
a. Kampus I
Jl. Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721
Telp. (0298) 323706 – Fax. (0298) 323433
Email : [email protected]
b. Kampus II
Jl. Nakula Sadewa V No. 9 Salatiga 50722
77
Telp. (0298) 341900. (Sumber : http://stainsalatiga.ac.id/about/kontak/
diunduh Kamis 22 April Jam 12.05 WIB).
6. Jurusan dan Program
STAIN Salatiga merupakan satu – satunya Perguruan Tinggi Negeri di
kota Salatiga yang memberikan jaminan mutu proses maupun output
pendidikannya. STAIN Salatiga mengupayakan integritas dalam
pengembangan dimensi spiritualitas, intelektualitas, moralitas, dan
profesionalitas mahasiswa. Melalui proses ini setiap lulusan STAIN Salatiga
diharapkan dapat memasuki profesi dengan kompetensi yang tinggi, dan
akhlak yang luhur.Secara konstitusional alih status dari Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo di Salatiga menjadi STAIN Salatiga memberi peluang untuk
mengembangkan lembaga sesuai peraturan yang berlaku. Sebagai sebuah
sekolah tinggi, maka STAIN Salatiga berwenang mengembangkan program
Sarjana Strata Satu (S.1) maupun Program Pascasarjana S.2 dan S.3. Selain
itu, apabila persyaratan-persyaratan yang ditentukan telah terpenuhi, tidak
tertutup peluang untuk berkembang menjadi Universitas Islam Negeri (UIN)
(Sumber: http://stainsalatiga.ac.id/jurusan/ diunduh 22 April 2014 Jam 14.30
WIB).
7. Fasilitas dan Keunggulan
Fasilitas dan keunggulan yang dimiliki STAIN Salatiga diantaranya :
a. Asrama Mahasiswa gratis selama satu tahun, untuk menjamin intensitas
pembelajaran agama dan bahasa asing (Arab dan Inggris) yang diampu
oleh Native Speaker (penutur asli)
78
b. Studi Intensif Bahasa Asing (SIBA) selama dua semester.
c. Perpustakaan yang terkoneksi dengan Jasapusperti
d. Ruang kuliah multimedia.
e. Laboratorium: Lab. IPA, Lab. Falak, Lab. Bahasa, Lab. Peradilan, Lab.
Microteaching, Lab. Perbankan dan Akuntansi, Lab. Komputer dan
jaringan internet terpadu, hotspot area.
f. Fasilitas olah raga dan pengembangan bakat/minat lainnya.
g. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Islam (LKBHI)
h. LembagaKonsultasiPsikologi’Tazkia’(Sumber:http://stainsalatiga.ac.id/fa
sislitas/ diunduh Kamis 22 April 2014 Jam 14.40 WIB).
8. Program dan Jurusan
a. Jurusan Syariah
Jurusan Syari’ah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan
akademik dan profesional, yang bertujuan untuk membentuk Sarjana
Hukum Islam, yang memiliki keahlian dalam bidang hukum Islam
maupun hukum positif dengan keahlian khusus dalam bidang al-Ahwal al-
Syakhshiyah (peradilan agama). Gelar kesarjanaan yang diperolehnya
adalah S.HI.
Program D-III dengan konsentrasi Keuangan dan Perbankan Islam
menyelenggarakan pendidikan profesional bertujuan membentuk ahli
madya yang memiliki keahlian dalam bidang manajemen dan akuntansi
keuangan baik di
79
lembaga keuangan maupun perbankan. Gelar sarjana yang
diperolehnya adalah A.Md. Jurusan Syariah meliputi:
1) Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah (Perdata Islam)
2) Perbankan Syariah S1
3) Hukum Ekonomi Syariah
4) Ilmu Al’quran dan Tafsir
5) Sejarah Kebudayaan Islam
6) Komunikasi dan Penyiaran Islam
7) Program D. III Perbankan Syariah
(Sumber: http : // syariah.stainsalatiga.ac.id diunduh Kamis 22 April
2014 Jam 15.10 WIB).
b. Jurusan Tarbiyah
Jurusan Tarbiyah berfungsi untuk menyelenggarakan pendidikan
akademik dan profesional, yang tujuannya adalah membentuk Sarjana
Pendidikan Islam, yang memiliki keahlian dalam bidang pendidikan dan
pengajaran Islam dengan keahlian khusus dalam bidang studi pendidikan
agama Islam, bahasa Arab, dan bahasa Inggris serta berkewenangan
menjadi guru atau mengajar dalam bidang studinya. Adapun gelar sarjana
yang diterimanya untuk alumni Strata satu adalah S.Pd.I. Jurusan Tarbiyah
meliputi:
1) Program Studi Pendidikan Agama Islam
2) Program Studi Pendidikan Bahasa Arab
3) Program Studi Tadris Bahasa Inggris
80
4) Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
5) Program Studi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
6) Program Ekstensi (Transfer)
c. Program Pascasarjana
Program Magister (S-2) Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga didirikan sebagai upaya untuk
merespons perkembangan masyarakat yang semakin membutuhkan
tenaga-tenaga terdidik yang berorientasi pada keilmuan dan profesional
dalam bidang keislaman dan pengajarannya. Perkembangan masyarakat
yang berada dalam proses globalisasi-informasi dan hubungan
internasional Barat-Timur, menuntut peningkatan peran ilmu dan tenaga
profesional dalam bidang ke islaman dan pengajarannya baik secara
kuantitatif maupun kualitatif.
Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (PPs-
STAIN) Salatiga dibuka berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI Nomor: Dj.I/818/2010 tanggal
22 November 2010. Program ini diselenggarakan sebagai bentuk
kesadaran dan tanggung jawab STAIN Salatiga dalam rangka ikut serta
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, terutama dalam bidang
pendidikan keagamaan Islam. Dengan komitmen ini, Program
Pascasarjana STAIN Salatiga berusaha melahirkan Magister Pendidikan
Agama Islam yang mampu menjadi dosen, guru, penilik dan pengawas,
serta peneliti profesional.
81
1) Visi
Menjadi program magister yang terdepan dalam pengembangan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang kontekstual dan
transformatif berbasis riset dan teknologi di sekolah/madrasah.
2) Misi
Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul dan
bermutu dalam pembelajaran PAI yang kontekstual dan transformatif
di sekolah/madrasah sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
masyarakat. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam
pembelajaran PAI di sekolah/madrasah berbasis riset teknologi untuk
menghasilkan tenaga pendidik PAI yang profesional;
Mengembangakan program pengabdian kepada masyarakat yang
mampu mendorong terjadinya inovasi dan transformasi dalam
pembelajaran PAI di sekolah/madrasah;
Mengembangkan jaringan kerjasama/kemitraan dengan perguruan
tinggi, lembaga, dan stakeholder lainnya untuk memajukan pendidikan
Islam di Indonesia.
3) Tujuan
Menghasilkan Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I) yang
memiliki integritas, keteladanan dalam beragama, keluasan ilmu, serta
profesional dalam melaksanakan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di sekolah/madrasah;
82
Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki
kemampuan metodologis dalam pengembangan keilmuan dan metode
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah berbasis
riset dan teknologi.
Menghasilkan Magister Pendidikan Islam yang memiliki
kesadaran moral dan kepekaan sosial untuk mengembangkan model
pendidikan Islam yg bermutu dan unggul serta responsif terhadap
setiap peluang dan tantangan di masyarakat baik pada skala nasional,
regional maupun internasional.
B. Temuan Penelitian
1. Daftar nama Informan Mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan PAI
angkatan 2010.
NO NAMA NIM ALAMAT
1 Priyo Prasetyo 111-10-137 Tempuran, Magelang
2 Daryanto 111-10-087 Kebonagung, Demak
3 Susi Rahayu 111-10-021 Karanggedong, Temanggung
4 Yuliana Arum P 111-10-123 Bawen, Kab. Semarang
5 Siti Munasiroh 111-10-171 Sido kumpul, Demak
6 Siti Aminah 111-10-097 Pabelan, Kab. Semarang
7 Nailil Asna 111-10-173 Tuntang, Kab. Semarang
8 Syamsul Ma’arif 111-10-157 Sido Kumpul, Demak
9 Nur Farida Luthfiani 111-10-116 Gunung Pati, Semarang
10 Ahmad Syifa’udin 111-10-128 Ungaran, Kab. Semarang
11 Nur Wulan Maslikhah 111-10-041 Bandungan, Kab.Semarang
12 Umi Khamidah 111-10-086 Bandongan, Magelang
83
2. Perubahan Akhlak Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 Program
Studi PAI Tahun 2014 peserta mata kuliah Akhlak Tasawuf.
1. Akhlak kepada diri Sendiri
Yang paling dekat dengan seseorang itu adalah dirinya sendiri,
maka hendaknya seseorang itu menginsyafi dan menyadari dirinya sendiri,
karena hanya dengan insyaf dan sadar kepada diri sendirilah, pangkal
kesempurnaan akhlak yang utama, budi yang tinggi. Manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, disamping itu manusia telah mempunyai fitrah sendiri,
dengan semuanya itu manusia mempunyai kelebihan dan dimanapun saja
manusia mempunyai perbuatan.
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-
baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah
yang harus dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana
hasil wawancara bersama Umi Khamidah wawancara pada tanggal 24
April 2014 Jam 10.10 WIB :
“……. Dengan berjilbab juga termasuk menjaga diri sendiri dari lawan jenis. Banyak sekali mahasiswi selepas kuliah melepaskan jilbab nya. Dahulu saya juga demikian. Saat dikost tidak lagi
13 Oktariana Dini W 111-10-035 Windusari, Magelang
14 Khotim Ahsor 111-10-091 Kaloran, Temanggung
15 Tiwik Melinasari 111-10-165 Ampel, Boyolali
16 Hesti Ambarwati 111-10-053 Lampung, Sumatera
17 Annisa Indah Nurina 111-10-060 Tuntang, Kab. Semarang
84
tampil sebagai wanita muslim sejati. Saya merenungkan, kenapa mendalami agama setengah-setengah. Akhirnya saya berpesan secara pribadi kepada diri saya untuk tidak melepas Jilbab”.
Ditambahkan oleh Susi Rahayu, wawancara pada tanggal 24 April
2014 Jam 08.05 WIB:
“Berjilbab itu merupakan kewajiban sebagai seorang muslimah. Hal ini menjadi benteng agar wanita menjaga auratnya”. Di kesempatan lain Daryanto wawancara pada tanggal 24 April
2014 Jam 08.15 WIB mengatakan :
“Menjaga lisan dan perbuatan juga salah satu modal kita untuk menghargai diri dalam lingkungan. Semua yang kita lakukan akan dinilai oleh orang lain baik atau buruk. Untuk itu perbuatan yang merugikan diri sendiri sebaiknya di hindari”.
Ditambahkan oleh Hesti Ambarwati wawancara pada tanggal 24
April 2014 Jam 09.25 WIB) mengatakan bahwa:
Berjilbab menjadi sebuah keharusan. Dan wanita akan terlihat berwibawa dan menjadi muslim sejati. Berjilbab juga akan berpengaruh pada perilaku wanita. Akan merasa risih jika melakukan perbuatan tercela”. Hal ini menunjukan ketaqwaan kepada Allah karena menutup aurat”.
Ditegaskan oleh Priyo Prasetyo wawancara pada tanggal 21 April
2014 Jam 10.40 WIB mengatakan :
“Kerapian dalam berpakaian dan berkata-kata baik dapat menimbulkan perasaan yang tenang. Tidak berlebih-lebihan juga merupakan identitas Mahasiswa STAIN Salatiga yang harus dipertahankan dan merupakan bentuk kepribadian kita”.
Ditambahkan oleh Yuliana Arum Permadani wawancara pada
tanggal 21 April 2014 Jam 10.45 WIB berkata :
85
“ Rapi, bersih dan sopan adalah cerminan pribadi seseorang, seseorang dapat terlihat berwibawa ketika akhlaknya baik dan soleh” Dikesempatan lain Nailil Asna wawancara pada tanggal 21 April
2014 Jam 11.20 WIB mengungkapkan bahwa”
“ Menjadi orang baik itu tidak harus punya uang banyak. Dengan tersenyum dan menyapa kepada sesama termasuk perilaku terpuji. Dan Allah menyukai hal itu. Allah menyukai orang-orang yang mampu mengendalikan hawa nafsu dan tidak menyakiti diri sendiri adalah sifat yang mulia. Hal serupa juga ditambahkan oleh Nur Farida Luthfiani,
wawancara pada tanggal 22 April 2014 Jam 09.00 WIB:
“ Dengan bergulirnya era modernisasi, maka segala bentuk kehidupan penuh dengan tantangan. Ditambah dengan adanya era globalisasi yang sangat memungkinkan masuk dengan bebas setiap peradaban dan budaya seluruh dunia. Tentu dalam kerangka demikian pengaruh positif dan negatif pasti akan timbul. Tinggal bagaimana kemampuan individu mahasiswa mampu untuk menyaringnya dengan baik agar mampu membedakan yang baik dan buruk. Akhlak kepada diri sendiri itu dapat berbentuk rohani dan jasmani. Rohani contohnya tidak berfikir negatif seperti putus asa, tidak percaya diri dan suka cemas. Sedangkan jasmani contohnya adalah bagi laki-laki tidak bertato, tindik bahkan bersifat seperti perempuan. Untuk yang perempuan harusnya bagaimana menjadi muslimah yang baik”.
Manusia sering memaksakan kehendak, sehingga sebagai
akibatnya tidak akan menerima kehendak Sempurnanya seseorang adalah
mampu mensyukuri diri sendiri atas pemberian Allah. Ditambahkan oleh
Oktariana Dini Wahyuningsih wawancara pada tanggal 22 April 2014 Jam
11.40 WIB:
“ Menghormati, sopan, santun, lemah lembut dalam bertutur kata dan tidak sombong atas dirinya meskipun memiliki kedudukan
86
dan harta yang berlebih. Menghormati yang tua, mencintai yang muda merupakan kunci menuju akhlakul karimah”.
Ditambahkan oleh Khotim Ahsor, wawancara pada tanggal 22
April 2014 Jam 12.30 WIB:
“Akhlak kepada diri sendiri dapat dilihat dari segi amalan secara terus menerus dalam keadaan bagaimanapun yang mana sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam”.
2. Akhlak kepada Allah SWT
Yang dimaksud akhlak kepada Allah adalah sikap atau perbuatan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk kepada Tuhan
sebagai Kholik (Abuddin Nata, 2006: 147).
Menurut Annisa Indah Nurina, wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 09.05 WIB mengatakan :
“Akhlak kepada Allah SWT dapat kita buktikan dengan menjalankan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Jadi mahasiswa dengan shalat tepat waktu juga merupakan Akhlak kita kepada”. Menurut Nur Wulan Maslikhah wawancara pada tanggal 24 April
2014 Jam 09.15 WIB:
“ Kita harus menjalankan perintah Allah dan Menjauhi larangan Nya. Pernah Satu tahun kuliah saya tidak terlepas dari yang namanya HP. Waktu saya habiskan untuk sms, facebook dan browsing. Kadang saat perkuliahan berlangsung saya asyik dengan HP di tas. sehingga kewajiban Sholat, belajar dan bergaul jadi terhambat. namun ketika hp rusak saya berfikir, Allah menegur perbuatan itu. Dan akhirnya saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu dan menggantinya dengan beribadah dan belajar sungguh-sungguh.
87
Menerima dengan ikhlas dan optimis termasuk mendekatkan diri
pada Allah SWT. Semua yang ada didunia ini akan kembali pada-Nya dan
Allah Maha Berkehendak. Menurut Yuliana Arum Permadani wawancara
pada tanggal 21 April 2014 Jam 12.40 WIB:
“ Nilai jelek dan harus mengulang semester depan merupakan usaha kita yang belum maksimal, saya pernah mengalami hal itu, tapi saya berusaha menerima dengan ikhlas dan saya pasti bisa mendapatkan nilai terbaik karena Allah SWT”, Ditambahkan oleh Siti Munasiroh wawancara pada tanggal 23
April 2014 Jam 09.40 WIB:
“ Tidak ada mahasiswa yang bodoh, tapi banyak sekali mahasiswa yang malas. Mereka cenderung bersikap seolah-olah pandai dan tidak mau bergaul, tapi pada kenyataanya gagal saat memperoleh nilai yang baik”. Disisi lain Menurut Siti Aminah wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 10.00 WIB mengatakan :
“ Perilaku menyimpang dengan bergaul bebas lawan jenis merupakan pelanggaran moral, hal ini dapat mempengaruhi kualitas Ilmu yang dimiliki mahasiswa. Dengan berbekal Ilmu yang didapat dari perkuliahan tentunya dapat mengurangi tindakan-tindakan tersebut dan merasa takut karena Allah mengawasi kita setiap waktu”.
Ditambahkan oleh Nailil Asna wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 10.20 WIB: “
“ Sebaiknya kita sebagai makhluk ciptaan Allah, mampu berintrospeksi diri akan dosa-dosa yang pernah dilakukan. Maka hal itu akan mendorong keimanan dan ketaqwaan kita. Namun jika tidak kita akan semakin jauh dengan Allah”.
88
Ditambahkan lagi oleh Susi Rahayu wawancara pada tanggal 23
April 2014 Jam 10.58 WIB bahwa :
“ Melakukan kejahatan atau kemungkaran sekecil apapun Allah akan mengetahui. Saya pernah melakukan berbohong tidak berpuasa. Namun saya sadar bahwa perbuatan itu sangat tidak diperbolehkan. Karena Allah Maha Mengetahui yang kita lakukan. Untuk cinta kepada Allah sangat sulit. Karena banyak sekali halangan dan rintangan. Pernah saya alami saat dihadapkan dengan gagal saat ujian. Saya rasanya down merasa tidak ada harapan lagi. Namun dengan sisa Iman dan Taqwa saya, akhirnya semangat saya untuk bangkit memperbaiki kesalahan saya”.
Menurut Ahmad Syifa’udin wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 13.08 WIB mengatakan bahwa,
“ Allah memberi kita fisik dan rizki dengan gratis. Coba kalau telinga kita tidak bisa mendengar maka untuk berobat saja sampai milyaran. Kita syukuri saja nikmat Nya dan menjalankan perintah Nya. Dan paling penting saya tidak akan meninggalkan shalat 5 Waktu. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganutnya diharapkan akan taat, seperti dalam ajaran Islam dikenal dengan enam pokok keimanan atau arkanul iman. Kepercayaan tersebut adalah : iman kepada Allah, iman kepada malaikat, iman kepada kitab –kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada Qodho dan Qadar. Sebagai umat Islam kita harus menegakkan nilai-nilai Islam”. Menurut Umi Khamidah wawancara pada tanggal 23 April 2014
Jam 14.00 WIB:
”Pada dasarnya manusia membutuhkan kepercayaan, kepercayaan itu akan membentuk sikap dan pandangan hidup seseorang. Kepercayaan atau keimanan merupakan pondasi utama yang akan menentukan sikap seseorang dengan keimanan yang tertanam dalam diri seseorang. Maka segala amal perbuatannya ditunjukan untuk memenuhi perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. Objek keimanan yang tidak akan berubah manfaatnya dan tidak akan pernah hilang adalah keimanan yang ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam ada macam pokok keimanan yang disebut rukun iman, yaitu: iman kepada Allah, iman kepada
89
malaikat, iman kepada kitab-kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir dan iman kepada Qodho dan Qadar atau takdir. Nah Iman yang paling penting adalah Iman kepada Allah”. Hal serupa juga diungkapkan oleh Khotim Ahsor, wawancara pada
tanggal 23 April 2014 Jam 15.00 WIB:
“Sebagai hubungan antara makhluk dengan khaliqnya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak dalam ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya. Iman kepada Allah juga berarti segala bentuk perintah wajib dilaksanakan dan menjauhi larangan-larangan Nya. Akhlak kepada Allah adalah pola hidup yang mengarah kedalam sebuah ketentraman bathin. Dan akhirnya berbuah ketaatan pada Sang Pencipta.
3. Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan
manusia yang satu terhadap yang lain. Akhlak kepada sesama manusia
meliputi akhlak kepada orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak kepada
tetangga, akhlak kepada sesama muslim, akhlak kepada kaum lemah,
termasuk juga akhlak kepada orang lain yaitu akhlak kepada guru-guru
merupakan orang yang berjasa dalam memberikan ilmu pengetauan. Maka
seorang murid wajib menghormati dan menjaga wibawa guru, selalu
bersikap sopan kepadanya baik dalam ucapan maupun tingkah laku,
memperhatikan semua yang diajarkannya, mematuhi apa yang
diperintahkannya, mendengarkan serta melaksanakan segala nasehat-
nasehatnya, juga tidak melakukan hal-hal yang dilarang atau yang tidak
disukainya.
90
Menurut Oktariana Dini Wahyuningsih wawancara pada tanggal
24 April 2014 Jam 11.20 WIB:
“ Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada sesama, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang melengkapi setiap aktivitas kita. Allah saja memuliakan manusia, jadi sebaliknya kita juda dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargai pendapatnya, bersikap sopan dan tidak memusuhinya. Membantu orang menyeberang jalan adalah perbuatan mulia, hanya saja sebagian manusia menganggap orang yang tidak dikenal merupakan ancaman. Padahal itu salah”. Pengalaman yang pernah diungkapkan oleh Annisa Indah Nurina,
wawancara pada tanggal 24 April 2014 Jam 12.05 WIB:
“Saya pernah menemukan dompet. Ternyata saya buka dompet itu penuh dengan uang tunai dan surat-surat berharga. Akhirnya saya cari tahu lewat KTP dan ternyata ada no.hp. akhirnya saya meminta untuk ketemu dan saya kembalikan (wawancara pada tanggal 24 April 2014 Jam 13.05 WIB). Menurut Nur Wulan Maslikhah, “ Saya sering membantu teman kost saat sulit mengerjakan tugas kuliah. Dan menurut saya itu perbuatan yang baik (wawancara pada tanggal 24 April 2014 Jam 12.25 WIB).
Menurut Yuliana Arum Permadani wawancara pada tanggal 24
April 2014 Jam 12.40 WIB :
“Meminjamkan uang untuk teman yang lagi membutuhkan adalah sifat yang tidak buruk dan mahasiswa yang buruk adalah mahasiswa yang tidak mau kenal dengan mahasiswa lainya”.
Disisi lain dalam pandangan Siti Aminah wawancara pada tanggal
24 April 2014 Jam 13.00 WIB:
“ Saat dirumah saya sering mengajar ngaji, walaupun hanya sanak saudara. Dan saya tidak memungut biaya. Tujuan saya agar anak-anak pandai dan tidak menjadi bodoh”.
91
Pengalaman pribadi juga diungkapkan Nailil Asna, wawancara
pada tanggal 24 April 2014 Jam 13.20 WIB:
“Menjadi relawan saat bencana adalah pengalaman yang tak terlupakan. Dan hal itu membuat saya merasakan memiliki keluarga besar. Ditambahkan lagi oleh Susi Rahayu wawancara pada tanggal 24
April 2014 Jam 14.00 WIB bahwa:
“ Menghormati orang yang lebih tua merupakan sikap yang baik. Maka dari itu kita harus sopan dengan siapa saja serta menyisihkan uang kita kepada anak yatim adalah wujud kepedulian kita terhadap sesama”.
Menurut Ahmad Syifa’udin wawancara pada tanggal 24 April
2014 Jam 14.30 WIB mengatakan bahwa:
”Berdonor darah tidak akan megurangi bentuk kepedulian kita kepada yang membutuhkan. Tidak ada seseorang yang dapat hidup sendirian. Pasti butuh orang lain untuk memperlancar segala aktivitasnya.
Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan balaslah
perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan
menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang
baik. Ditambahkan oleh Oktariana Dini Wahyuningsih wawancara pada
tanggal 25 April 2014 Jam 07.43 WIB mengatakan bahwa:
“ Perkembangan moral (akhlak) seorang kepada sesama banyak dipengaruhi oleh pola pikir dan kreatifitas. Kita akan memperoleh nilai-nilai dari apa yang kita bayangkan, terutama dari bayangan untuk berbuat baik”. Dengan berbuat baik kepada orang lain adalah kunci sukses
menciptakan kepercayaan dan akan menambah daftar relasi yang luas
92
serta memberi infak kepada pengemis dan mengasihinya wujud empati
kita yang tak akan pernah terputus amal kebaikanya. Allah adalah Maha
Adil . Menurut Hesti Ambarwati wawancara pada tanggal 25 April 2014
Jam 10.00 WIB:
“ Hidup didunia ini seperti dineraka, jika kita tidak mau mengenal orang-orang didekat atau lingkungan kita”.
4. Akhlak kepada Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan di sini adalah segala sesuatu
yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-
benda tak bernyawa (Hamzah Yacob, 1978: 210).
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al Qur’an terhadap
lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan
menuntut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia
terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan
penciptaannya.
Ditambahkan oleh Tiwik Melinasari wawancara pada tanggal 25
April 2014 Jam 10.50 WIB mengatakan bahwa:
”Manusia yang bijak adalah manusia yang tidak menimbulkan kerusakan dan kesengsaraan dimuka bumi ini. Dua tahun lalu saya sering menyakiti dengan memukul kucing saat dikost yang sering berkeliaran dengan alasan jijik. Seiring berjalanya waktu saya berpikir. Kucing juga makhluk Allah. Dan saya sadar itu perbuatan buruk”.
93
Hal serupa ditambahkan oleh Susi Rahayu wawancara oleh Susi
Rahayu pada tanggal 25 April 2014 Jam 11.20 WIB:
”Bencana alam juga merupakan ulah manusia. Kita sadar sering membuat kesalahan dan akhirmya alam kita rusak. Mari kita menjaga lingkungan dengan aman, tertib dan tidak semena-mena. Karena Allah akan memberikan azab yang pedih bagi manusia yang serakah. Islam mengajarkan kita bagaimana pentingngya kebersihan. Karena kebersihan dapat mencegah bencana”.
Mengikuti semua kegiatan dilingkungan masyarakat adalah bukti
eksistensi dalam membangun bangsa. Menurut Daryanto wawancara pada
tanggal 25 April 2014 Jam 10.00 WIB:
“ Saya mencintai kebersihan karena itu adalah gaya hidup sehat. Banyak sekali hutan yang gundul, musibah akan dating dan menghampiri kita. Banjir dimana-mana. Mari kita wujudkan lingkungan yang cinta dengan alam. Bukan dieksploitasi demi kebutuhan sendiri”.
Disisi lain dalam pandangan Siti Aminah wawancara pada tanggal
25 April 2014 Jam 11.30 WIB.
“ Membuang sampah pada tempatnya adalah perbuatan yang mulia. Karena dengan demikian kita akan merasa nyaman. Kebersihan adalah sebagian dari Iman. Maka kebersihan itu menjadi penting. Idealnya lingkungan adalah lingkungan yang nyaman. Kenyamanan itu termasuk kerapian, kebersihan, kebersamaan, serasi, selaras dan tenteram”.
Lingkungan kita adalah Alam, yang merupakan ciptaan Allah. Dan
wajib kita jaga sebaik-baiknya dan tidak boleh menodainya dengan
tumpukan sampah di tanah, di pohon, di tiang listrik, di tembok-tembok
rumah warga dan menyebar sembarangan palstik atau kertas reklame yang
94
berisi penawaran jasa atau barang. Ditambahkan lagi oleh Susi Rahayu
wawancara pada tanggal 25 April 2014 Jam 14.00 WIB bahwa:
“ Bumi yang indah ini mari kita jaga dan perbaiki sebagaimana mestinya. Agar anak cucu kita nanti tidak sengsara. Kesengsaraan manusia adalah akibat ulah manusia. Banyak bencana dimana-mana dan kita seolah tidak mau tau dan kita hanya menonton saja tanpa melakukan tindakan untuk mencegahnya. cinta alam dan kasih saying sesame manusia sering kita dengar saat mengikuti pramuka di kampus. Mari kita aplikasikan dan kita jalankan untuk kepentingan bersama”. Ditambahkan oleh Syamsul Ma’arif, (wawancara pada tanggal 25
April 2014 Jam 14.40 WIB). Bahwa:
“ Kepentingan yang merusak Alam hendaknya dibuatkan undang-undang dengan tegas dan jangan ada KKN yang mengakibatkan korban dari masyarakat sipil”.
Kecintaan kita terhadap lingkungan harus dibentuk sejak dini agar
kelak menjadi mengerti bahwa Alam dunia ini bisa saja rusak. Jikalau
rusak maka makhluk hidup akan terancam punah bahkan akan semakin
cepat kedatangan hari kiamat. Ditambahkan oleh Oktariana Dini
Wahyuningsih wawancara pada tanggal 25 April 2014 Jam 07.43 WIB
mengatakan bahwa:
“ Saat kita duduk dibangku sekolah dasar sering kita menggambar gunung dan pemandangan. Bapak atau ibu guru ingin ekspresi menggambar itu akan diaplikasikan kelak dewasa bahwa Alam akan terlihat buruk saat kita rusak dan tidak akan menarik untuk digambar lagi”.
5. Akhlak kepada Orang Tua
Akhlak ini adalah kewajiban seorang anak kepada orang tua.
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka lebih
95
berhak dari segala manusia lainya untuk kita cintai, taati dan hormati.
Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan
kita, mencintai dengan ikhlas agar kita menjadi seseorang yang baik,
berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.
Menurut Daryanto wawancara pada tanggal 21 April 2014 Jam
10.30 WIB:
“ Pendidikan keagamaan keluarga saya sangat kental sekali, bukan tanpa alasan orang tua yang mengatur setiap kegiataan saya pada waktu kecil hingga sekarang. Saya lebih tahu, mana yang baik dikerjakan dan mana yang tidak baik. Hal itu adalah peran orang tua, maka kita harus wajib membalasnya dan berbakti kepada orang tua. Dengan membantu pekerjaanya, mendoa’kanya dan paling penting tidak membuat orang tua susah karena sikap kita. Jangan sekali-kali kita menyakitinya karena hal itu merupakan tanda-tanda sifat durhaka. Setelah kita sukses jangan sekali-kali kita mencampakkan orang tua karena jaminan kita adalah neraka. Jadi, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak. bahkan didalam Al-Qur’an menganjurkan kita untuk berbakti kepadanya”.
Berbakti kepada orang tua saat masih hidup dapat berupa
membantu meringankan pekerjaanya, sekolah dengan tekun dan mematuhi
nasehatnya. Sedangkan jika sudah meninggal, kita wajib mendo’akanya,
berziarah ke makamnya, menjaga amanah orang tua dan menjaga nama
baik orang tua. Menurut Siti Aminah wawancara pada tanggal 26 April
2014 Jam 07.30 WIB :
“ Kita harus berbakti kepada orang tua. Di dalam Al-Qur’an telah disebutkan bahwa orang tua sangat mulia disisi Allah. Nah sebagai anak kita wajib membantu Bapak atau ibu dirumah. Orang tua yang mendidik kita sampai dewasa. Bahkan sampai pun kita sudah menikah, orang tua masih peduli dengan kita. Untuk itu tidak ada salahnya kita berbakti kepadanya dengan menjaga nama baiknya
96
dan menjaganya diusia senja. Orang tua yang menjadikan kita sukses. Jadi berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban bagi kita”. Ditambahkan oleh Tiwik Melinasari wawancara pada tanggal 26
April 2014 Jam 09.00 WIB.
“Kita tidak boleh membentak orang tua dan berkata-kata kasar. Karena jika orang tua sakit hati dan tidak memaafkan kita. Maka kita akan masuk neraka dan jauh dari bau surga. Ditambahkan oleh Susi Rahayu, Saya tidak tega membayangkan orang tua yang sudah bersusah payah mendidik kita sampai kuliah. Mereka bekerja keras mati-matian demi memenuhi kebutuhan kita. Jadi mari kita rawat orang tua kita sebaik mungkin. Surga berada ditelapak kaki ibu, mereka sangat mulia dan kita tidak akan menjadi apa-apa tanpanya”.
Saya sangat setuju dari pendapat teman-teman diatas. Semuanya
mengacu pada bagaimana wujud bakti kita kepada orang tua yang masih
hidup. Dengan tidak membentak dan menyakitinya adalah kunci kita dekat
dengan orang tua. Menurut Nur Wulan Maslikhah wawancara pada
tanggal 26 April 2014 Jam 11.15 WIB:
“ Orang tua tersenyum, kita juga akan merasakan bahagia yang mendalam. Tetapi sebaliknya, jika orang tua kita bersedih maka hati juga akan sama. Mari kita mencintai orang tua kita sebagaimana kita akan mencintai surga”.
Kita akan menjadi anak yang durhaka. Jika kita menelantarkan
orang tua dan tidak merawatnya. Merawatnya saat sakit adalah kewajiban
kita sebagai anak. Menurut Nailil Asna, wawancara pada tanggal 27 April
2014 Jam 09.10 WIB:
“Dalam perjalanan hidup kita, peran orang tua sangat besar. Kadang saya merasa takut jika nanti tidak bisa membalas semua yang pernah dilakukan orang tua terhadap kita. Pernah ada
97
ungkapan “ Orang tua mampu membesarkan dan merawat 5 orang anak sekaligus, tapi satu anak belum tentu bisa merawat kedua orang tua. Sekali saja menyakiti orang tua ibarat air susu tercampur dengan air tuba. Mari kita berhati-hati dalam mengambil sikap dan keputusan agar keluarga kita harmonis. Orang tua ibarat karang dilautan yang sering diterjang ombak. Mereka mencukupi kebutuhan kita hingga mereka tak mampu menjaga dirinya sendiri. Terima kasih whai bapak dan ibu yang telah merawat kami. Perjuanganmu akan kami lanjutkan dihari esok. Kami akan selalu menjagamu bagaimanapun keadaanmu”.
98
BAB IV
ANALISIS
A. Amalan Akhlak Tasawuf Mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari
1. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya adalah suatu
konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Sebagai mahasiswa kata taqwa memberikan arti yang penting.
Dalam hal ini dengan ide dan buah pikiran mahasiswa dituntut untuk
melakukan perbuatan sesuai norma ajaran Islam, yang seterusnya akan
digunakan untuk kepentingan diri di dunia dan akhirat. Dicontohkan oleh
Priyo Prasetyo wawancara 24 April 2014 Jam 13.30 WIB :
“ Saya sudah dewasa dan berhak menentukan keyakinan sendiri. Alhamdulillah keyakinan saya jatuh di agama suci Allah ini yaitu Islam. Dalam menjalankan perintah Nya saya mencoba untuk menjalankan ibadah tanpa harus dipaksa. Hal itu terbukti tergeraknya hati untuk selalu shalat berjamaah, puasa dan menuntut ilmu sebaik-baiknya. di STAIN saya mendapatkan perubahan dalam diri. Ketaqwaan seseorang hanya bisa diukur oleh diri sendiri yang didasari ajaran Islam dan Rassul Nya. Saya mencintai Islam bukan karena Agama mayoritas. Tetapi ini adalah kata hati”.
Menurut Nur Farida Luthfiani wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 11.05 WIB):
“Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya adalah suatu konsekuensi untuk melaksanakan semua perintah Allah sering disebut dengan kata taqwa, sedangkan iman adalah meyakini bahwa tiada Tuhan sealain Allah. Menjalankan perintah-Nya contohnya
99
adalah sholat, puasa, zakat dan seterusnya sedangkan menjauhi larangan-Nya seperti mencuri, membunuh, berzina dan sesuatu hal yang dapat merugikan materi dan non materi”. Menurut Siti Aminah wawancara pada tanggal 26 April 2014 Jam
07.40 WIB:
“ Jangan berbuat dosa adalah kunci sebuah ketaqwaan. Allah maha pengampun setiap dosa kecuali durhaka dan musyrik. Menjadi orang baik adalah menjadi diri sendiri dan tidak meniru orang lain. Artinya berbuat baik jangan karena orang lain. Kekuatan terbesar seorang Muslim terletak pada keimanan dan ketaqwaan. Jika keimanan kita rendah maka kita akan selalu jauh pada Allah dan jika ketaqwaan kita luntur maka neraka akan mendekati kita”. Sholat dengan khusuk adalah tanda-tanda menjalankan perintah-
Nya. dijelaskan oleh Oktariana Dini Wahyuningsih wawancara pada tanggal
26 April 2014 Jam 10.30 WIB:
“ Sholat dengan khusuk itu datangnya dari Allah bagi hamba-Nya yang dikehendaki. Kita hanya bisa mencobanya. Allah yang mengatur semuan-Nya. Asal tidak kafir kita termasuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya Menurut Nur Wulan Maslikhah wawancara pada tanggal 26 April
2014 Jam 11.15 WIB:
“ Sholat 5 waktu adalah tiang agama dan perbanyak sedekah jalan menuju surga”. Orang yang baik itu adalah orang yang mampu menahan emosi,
tidak kafir, tidak menyekutukan Allah dan orang yang mampu menegakkan
agama Allah. Ditambahkan oleh Hesti ambarwati wawancara pada tanggal 26
April 2014 Jam 14.03 WIB mengatakan bahwa:
“ Tidak meninggalkan sholat 5 waktu saja sudah banyak sekali cobaanya. Seperti yang saya alami saat ini”.
100
Apabila melihat fenomena perilaku masyarakat sekarang, maka
tantangan pencapaian tujuan syiar Islam semakin berat. Pengaruh media,
terutama media elektronik semakin terasa. Masyarakat semakin terbius
dengan tontonan-tontonan di televisi, tanpa melihat isi dari tontonan tersebut.
Dengan kata lain, kini masyarakat lebih menyukai tayangan yang bersifat
tontonan rekreatif daripada tayangan yang bersifat tuntunan. Tidak dapat
dipungkiri bahwa dampak dari tontonan tersebut sangat besar bagi gaya
hidup masyarakat, baik dari cara bicara, bergaul, hingga cara berpakaian.
Parahnya lagi waktu mereka tersita untuk menonton dibanding melibatkan
diri pada kegiatan-kegiatan positif dan keagamaan. Salah satunya semakin
terkikisnya waktu untuk beraktivitas dalam menjalankan syariat Agama.
Ditambahkan lagi oleh Susi Rahayu wawancara pada tanggal 26 April 2014
Jam 14.00 WIB bahwa:
“ Akibatnya, dari media tersebut semakin terkikis oleh hingar bingarnya acara-acara di televisi. Sehingga kita justru mencontoh periilaku yang menyimpang dari ajaran Islam. Taqwa adalah menghindari perbuatan dosa. Menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya adalah tujuan manusia diciptakan”.
2. Dzikir
Zikir bersifat mengingat. Mengingat dan menyebut. Menurut Susi
Rahayu wawancara 25 April 2014 Jam 11.40 WIB:
“ Kita Sholat itu adalah dzikir. Karena selain untuk mengingat Allah. Dengan shalat kita telah mendirikan tiang Agama. Terus terang sampai detik ini saya tidak pernah meninggalkan shalat 5 waktu. Dzikir adalah untuk mengingat Allah. dengan berdzikir hati kita akan tenang tidak mudah emosi” .
101
Berdzikir setelah shalat menambah kedekatan kita dengan Allah.
Orang yang dekat dengan Allah, Insayaallah akan dimudahkan segala
urusanya. Menurut Siti Aminah wawancara pada tanggal 26 April 2014 Jam
07.30 WIB:
“ Berdzikir dapat dilakukan dimana saja yang intinya kita mengingat Allah sanga Maha Pencipta. Berdzikir termasuk obat hati yang paling mujarab. Allah tidak akan menyia-nyiakan orang yang memperbanyak dzikirnya. Dzikir adalah mengingat Allah dan Dzikir itu mengandung do’a kepada Allah”.
Menurut Nur Wulan Maslikhah wawancara pada tanggal 26 April
2014 Jam 11.15 WIB:
“ Bedrdzikir termasuk ingat dengan Allah”.
Berdzikir tidak harus dimasjid dimana saja diperbolehkan. Dzikir
dapat menolak bahaya. Disisi lain Dzikir berarti mengingat Allah. dzikir
yang paling baik adalah ketika malam hari setelah shalat tahajud Menurut
Ahmad Syifa’udin wawancara pada tanggal 26 April 2014 Jam 14.30 WIB
mengatakan bahwa:
“ Dzikir tidak memandang usia. Siapa saja boleh melakukan dan mengamalkanya”.
3. Ikhlas
Ikhlas adalah mengharap ridho atau kerelaan Allah semata, bukan
karena mengharap pujian atau sanjungan dari orang lain. Ditambahkan oleh
Yuliana Arum Permadani wawancara 24 April 2014 Jam 16.00 WIB:
“ Ikhlas itu tidak boleh mengeluh dan mengaharap pujian. Dalam hal ini saya dulu waktu Ujian mata kuliah mendapat nilai yang
102
sangat jelek. Setelah saya merenungkan, ternyata itu murni kesalahan pribadi. Saya sadar dengan frustasi dapat menciderai akhlak kita. Iklas bersifat tidak mengarapkan imbalan. Ikhlas adalah memohon rindho Ilahi dan dengan rasa Ikhlas dalam melakukan sesuatu akan mendapat pahala yang besar dari Allah” .
Menurut Syamsul Ma’arif wawancara pada tanggal 23 April 2014
Jam 10.30 WIB:
”Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan berupa materi (Uang) dan non materi (Pujian). Ikhlas adalah mensedekahkan akal, pikiran dan harta kejalan yang dirindhoi Allah. Ikhlas dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dan sekali lagi Ikhlas berarti tidak mengharap pujian”.
Ikhlas berarti segala sesuatu yang kita lakukan optimis akan diganti
oleh Allah. Ikhlas mampu mendekatkan diri kita kepada rendah hati. Ikhlas
itu bukan rekayasa hati yang ingin mengharapkan suatu imbalan. Ikhlas
berasal dari buah keimanan yang kuat. Menurut Annisa Indah Nurina,
wawancara pada tanggal 25 April 2014 Jam 09.05 WIB, bahwa:
” Sempurnanya Iman seseorang didasari Ikhlas hanya karena Allah. Ikhlas itu adalah usaha sadar kita dalam mendekatkan diri pada Allah Menurut Umi Khamidah wawancara pada tanggal 26 April 2014
Jam 12.00 WIB:
”Ikhlas yang dapat membawa diri kita dalam hidup kesederhanaan. Ikhlas kunci kesuksesan dunia dan akhirat”.
Menurut Nailil Asna, wawancara pada tanggal 27 April 2014 Jam
09.10 WIB:
“Disisi lain Ikhlas merupakan faktor terpenting kuatnya Iman seseorang”.
103
4. Taubat
Taubat adalah kembali dari sesuatu yang dia sesali menuju yang dia
maksudkan. Taubat yang diperintahkan adalah kembali pada Allah,
mengerjakan apa yang dia perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh
Nya. Ditambahkan oleh Munasiroh wawancara 26 April 2014 Jam 12.20
WIB ,
“ Dengan bertaubat sungguh-sungguh Insyaallah Allah memaafkan kita. Dulu saya sering telat untuk masuk kuliah. Dan itu sangat merugikan saya. Karena nilai saya anjlok. Saya sadar dan berusaha memperbaiki ini”.
Taubat artinya tidak mengulangi perbuatan yang sama. Dalam arti
lain taubat adalah kembali dijalan Allah. Ditambahkan oleh Yuliana Arum
Permadani wawancara pada tanggal 26 April 2014 Jam 08.14 WIB,
“Taubat pintu menuju surga Allah dan taubat itu berarti upaya manusia untuk memperbaiki masalah”.
Ditambahkan oleh Yuliana Arum Permadani wawancara pada
tanggal 26 April 2014 Jam 08.14 WIB :
“Taubat artinya memendam masa lalu yang suram yang merugikan diri sendiri maupun orang lain”
Taubat adalah perbaikan sifat dan perilaku yang tidak sesuai syariat
Islam agar menjadi oaring yang lebih baik. Dan paling penting tidak
mengulangi kesalahan yang sama. Menurut Yuliana Arum Permadani
wawancara 24 April 2014 Jam 16.00 WIB,
104
“ Taubat adalah kembali kepada ajaran Islam, taubat adalah wujud dari jera, taubat merupakan pernyataan dari hati bukan paksaan, Taubat dengan bersungguh-sungguh akan diterima Allah bagi hamba yang dikehendaki-Nya dan taubat adalah kembali dari sesuatu yang di sesali menuju kebaikan serta tidak mengulanginya. Taubat tidak harus menunggu usia tua dan taubat adalah kembali kejalan yang benar”.
Menurut Annisa Indah Nurina, wawancara pada tanggal 25 April
2014 Jam 09.05 WIB bahwa:
” Taubat adalah membuang sial, taubat itu adalah mengubur kejahatan kita dan brubah menjadi baik dan taubat adaah perbuatan yang sangat dianjurkan agar mendapat ampunan dari Allah”.
5. Sabar
Sabar adalah keyakinan dan kerelaan pada takdir. manusia sering
memaksakan kehendak, sehingga sebagai akibatnya tidak akan menerima
kehendak Allah. Maka sabar adalah menyelaraskan kehendak manusia
kepada kehendak Allah, bukan sebaliknya yaitu menyesuaikan kehendak
Allah kepada kehendak diri manusia. Ditambahkan oleh Siti Aminah
wawancara 26 April 2014 Jam 14.00 WIB,
“ Perjalanan kuliah 4 tahun ini merupakan bukti kesabaran kita. Banyak sekali rintangan dari mulai nilai jelek, nilai tunda, tugas yang sulit dan menumpuk, ujian tidak lulus dan belum lagi penghambat saat diluar perkuliahan. Ternyata buah kesabaran itu kita nikmati sekarang”.
Menurut Susi Rahayu wawancara 25 April 2014 Jam 11.40 WIB,
“ Sabar adalah menahan sesuatu dan menahan nafsu“.
Menurut Nur Farida Luthfiani wawancara pada tanggal 23 April
2014 Jam 11.05 WIB),
105
“ Sabar adalah menahan emosi. Sabar merupakan sifat yang di senangi oleh Allah. Karena sabar merupakan bentuk Akhlak Terpuji dan sabar itu menahan amarah”, Ditambahkan oleh Siti Munasiroh wawancara pada tanggal 26 April
2014 Jam 08.30 WIB bahwa,
“ Sabar artinya menahan segala bentuk amarah, dendam dan benci dan sabar kunci menuju keberhasilan”. Menurut Annisa Indah Nurina, wawancara pada tanggal 25 April
2014 Jam 09.05 WIB, bahwa:
” Sabar itu tidak membuat manusia menjadi bodoh artinya dengan menahan sesuatu kita dapat lebih berfikir dewasa. Sabar itu dapat mendewasakan kita. Sabar adalah menahan sesuatau untuk tidak melakukannya dan sabar adalah ekspresi iman dan taqwa”.
6. Tawadhu’
Kata lain dari tawadhu‟ adalah rendah hati. Dengan menghormati
dosen dan orang disekitar kita merupakan sifat tawadhu’. Menurut Priyo
Prasetyo wawancara pada tanggal 26 April 2014 Jam 08.14 WIB,
“ Tawadu’ adalah mau mengalah, tidak melebihkan, rendah hati dan tawadu’ bisa saja saling menghormati satu sama lain”.
Ditambahkan oleh Yuliana Arum Permadani wawancara 24 April
2014 Jam 16.00 WIB,
“ Sabar merupakan sifat yang di senangi oleh Allah. Karena rendah hati merupakan bentuk Akhlak Terpuji”.
Menurut Annisa Indah Nurina, wawancara pada tanggal 25 April
2014 Jam 09.05 WIB, bahwa:
” Tawadu’ itu wujud dari sebuah kelembutan sifat seseorang, tawadu’ itu dapat menggambarkan kesederhanaan”.
106
Ditambahkan oleh Ahmad Syifa’udin wawancara pada tanggal 26
April 2014 Jam 14.30 WIB mengatakan bahwa,
“Tawadu’ berarti hormat kepada orang yang berada disekitar kita, tawadu’ adalah rendah hati, tawadu’ menjauhkan sifat kikir, tawadu’ artinya sifat rendah hati yang akan menjauhkan diri dari kesombongan”. Jadi, Tawadu’ itu berarti rendah hati dan sifat yang harus dimiliki
seseorang karena hal ini sering diajarkan Rasulullah dan rendah hati berarti
keterbukaan yang akan memisahlan perbedaan menjadi kesamaan status,
pangkat, suku atau jabatan.
7. Sederhana
Secara bahasa sederhana berarti sedang (tidak mewah)
menggunakan segala sesuatu sesuai dengan kebutuhan. Mahasiswa yang
sederhana adalah mahasiswa yang tidak menampakkan dan menunjukkan
kemewahan dalam dirinya. Seperti busana, Hp, Motor bahkan kesederhanaan
itu juga bisa dilihat dari segi pembicaraan. Contohnya: berbicara sesuai
perlunya dan mendengarkan dengan baik lawan bicara. Tidak berkata-kata
yang dapat memicu emosi dan praduka dengan menonjolkan diri sendiri.
Menurut Munasiroh wawancara 27 April 2014 Jam 12.20 WIB:
”Sederhana berarti tidak mewah, tidak berlebihan, tidak boros”. Ditambahkan oleh Yuliana Arum Permadani wawancara pada
tanggal 28 April 2014 Jam 08.14 WIB,
“Sederhana itu merupakan kunci menuju kaya hati”,
107
Ditambahkan oleh Siti Munasiroh wawancara pada tanggal 28 April
2014 Jam 08.30 WIB bahwa,
“Sederhana akan mengubur sifat kesombongan”.
Sederhana itu adalah tidak suka pamer dan menyombongkan diri,
tidak mewah dan sederhana merupakan buah ketaqwaan kita untuk saling
menghormati orang yang masih dibawah kita. Menurut Yuliana Arum
Permadani wawancara 28 April 2014 Jam 16.00 WIB:
“Sederhana itu tidak sombong. Karena sombong akan mencelakakan diri sendiri. Akan timbul ketidakpercayaan seseorang bagi pelakunya”.
Ditambahkan oleh Susi Rahayu wawancara 28 April 2014 Jam
11.40 WIB,
“Sederhana berarti tidak mahal dan masih terjangkau dan tidak memaksakaan kehendak dan sederhana berarti tidak berlebih-lebihan“. Menurut Nur Farida Luthfiani wawancara pada tanggal 29 April
2014 Jam 11.05 WIB),
“Sederhana berarti tidak menunjukan sesuaatu yang orang lain tidak punya” .
Menurut Annisa Indah Nurina, wawancara pada tanggal 30 April
2014 Jam 09.05 WIB, bahwa:
” Sederhana tidak akan dibenci sesama mahasiswa. kesederhanaan merupakan wujud kepribadian yang bersifat gaya hidup dan sederhana memanfaatkan barang secara pas pada porsinya”.
108
B. Perilaku Akhlak Mahasiswa STAIN Salatiga angkatan 2010 Program
Studi PAI Tahun 2014 peserta mata kuliah Akhlak Tasawuf.
Berdasarkan hasil data yang diperoleh, peneliti menganalisis data
mengenai perubahan Akhlak yang dilakukan mahasiswa diantaranya:
1. Akhlak kepada diri Sendiri
Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai,
menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya,
karena sadar bahwa dirinya itu sebgai ciptaan dan amanah Allah yang harus
dipertanggungjawabkan dengan sebaik-baiknya. Dengan berjilbab juga
termasuk menjaga diri sendiri dari lawan jenis. Banyak sekali mahasiswi
selepas kuliah melepaskan jilbabnya.
Wujud perubahanya: Dahulu banyak sekali mahasiswiyang tidak
berjilbab. Saat dikost tidak lagi tampil sebagai wanita muslim sejati. Saya
merenungkan, kenapa mendalami agama setengah-setengah. Akhirnya saya
berpesan secara pribadi kepada diri saya untuk tidak melepas Jilbab.
Ditambahkan oleh Priyo Prasetyo wawancara pada tanggal 21 April
2014 Jam 10.40 WIB:
“Kerapian dalam berpakaian dan berkata-kata baik dapat menimbulkan perasaan yang tenang. Tidak berlebih-lebihan juga merupakan identitas Mahasiswa STAIN Salatiga yang harus dipertahankan dan merupakan bentuk kepribadian kita”.
109
2. Akhlak kepada Allah SWT
Akhlak kepada Allah adalah sikap atau perbuatan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Wujud perubahanya menurut Nur Wulan Muslikhah wawancara pada
tanggal 24 April 2014 Jam 09.15 WIB:
”Kita harus menjalankan perintah Allah dan Menjauhi larangan Nya. Pernah Satu tahun kuliah saya tidak terlepas dari yang namanya HP. Waktu saya habiskan untuk sms, facebook dan browsing. Kadang saat perkuliahan berlangsung saya asyik dengan HP di tas. sehingga kewajiban Sholat, belajar dan bergaul jadi terhambat. namun ketika hp rusak saya berfikir, Allah menegur perbuatan itu. dan akhirnya saya meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk itu dan menggantinya dengan beribadah dan belajar sungguh-sungguh. Perilaku menyimpang dengan bergaul bebas lawan jenis merupakan pelanggaran moral, hal ini dapat mempengaruhi kualitas Ilmu yang dimiliki mahasiswa. Dengan berbekal Ilmu yang didapat dari perkuliahan tentunya dapat mengurangi tindakan-tindakan tersebut dan merasa takut karena Allah mengawasi kita setiap waktu”.
3. Akhlak kepada Sesama Manusia
Akhlak kepada sesama manusia adalah sikap atau perbuatan manusia
yang satu terhadap yang lain. Akhlak kepada sesama manusia meliputi
akhlak kepada orang tua, akhlak kepada saudara, akhlak kepada tetangga,
akhlak kepada sesama muslim, akhlak kepada kaum lemah, termasuk juga
akhlak kepada orang lain.
Wujud perubahanya menurut Oktariana wawancara pada tanggal 24
April 2014 Jam 11.20 WIB:
110
“Tidak sedikit mahasiswa yang bertegur sapa dengan teman bahkan dosen, saya tidak pernah memalingkan muka saat berhadapan dengan orang lain dan tidak pernah menganggap musuh siapapun. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada sesama, Karena orang lain merupakan orang yang melengkapi setiap aktivitas kita. Allah saja memuliakan manusia, jadi sebaliknya kita juda dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargai pendapatnya, bersikap sopan dan tidak memusuhinya.
4. Akhlak kepada Lingkungan
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
bimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Menurut Tiwik Melinasari wawancara pada tanggal 21 April 2014
Jam 10.50 WIB Wujud perubahanya:
”Manusia yang bijak adalah manusia yang tidak menimbulkan kerusakan dan kesengsaraan dimuka bumi ini. Dua tahun lalu saya sering menyakiti dengan memukul kucing saat dikost yang sering berkeliaran dengan alasan jijik. Seiring berjalanya waktu saya berpikir. Kucing juga makhluk Allah. Dan saya sadar itu perbuatan buruk. Kita sadar sering membuat kesalahan dan akhirmya alam kita rusak. Mari kita menjaga lingkungan dengan aman, tertib dan tidak semena-mena. Karena Allah akan memberikan azab yang pedih bagi manusia yang serakah (wawancara oleh Susi Rahayu pada tanggal 21 April 2014 Jam 11.20 WIB).
5. Akhlak kepada Orang Tua
Seorang anak haruslah mencintai kedua orang tuanya karena mereka
lebih berhak dari segala manusia lainya untuk kita cintai, taati dan hormati.
111
Karena keduanya memelihara,mengasuh, dan mendidik, menyekolahkan
kita, mencintai dengan ikhlas agar kita menjadi seseorang yang baik,
berguna dalam masyarakat, berbahagia dunia dan akhirat.
Ditambahkan Daryanto wawancara pada tanggal 21 April 2014 Jam
10.30 WIB Wujud Perubahanya:
“Pendidikan keagamaan keluarga saya sangat kental sekali, bukan tanpa alasan orang tua yang mengatur setiap kegiataan saya pada waktu kecil hingga sekarang. Saya lebih tahu, mana yang baik dikerjakan dan mana yang tidak baik. Hal itu adalah peran orang tua, maka kita harus wajib membalasnya dan berbakti kepada orang tua. dengan membantu pekerjaanya, mendoa’kanya dan paling penting tidak membuat orang tua susah karena sikap kita. Disisi lain Berbakti kepada orang tua saat masih hidup dapat berupa membantu meringankan pekerjaanya, sekolah dengan tekun dan mematuhi nasehatnya. Sedangkan jika sudah meninggal, kita wajib mendo’akanya, berziarah ke makamnya, menjaga amanah orang tua dan menjaga nama baik orang tua jadi Jangan sekali-kali kita menyakitinya karena hal itu merupakan tanda-tanda sifat durhaka. Setelah kita sukses jangan sekali-kali kita mencampakkan orang tua karena jaminan kita adalah neraka”. Jadi, berbakti kepada orang tua adalah kewajiban bagi anak. bahkan didalam Al-Qur’an menganjurkan kita untuk berbakti kepadanya.
112
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tasawuf berperan membentuk pribadi yang optimis,
yakin akan kekuasaan Allah dan pantang menyerah. Karena selalu ada
motivasi untuk maju mengharap belas kasih Allah atas usaha, sabar,dan
ikhlas karena Allah. Implementasi pendidikan akhlak pada mata kuliah
akhlak tasawuf adalah Membersihkan kalbu dari kotoran hawa nafsu dan
amarah sehingga hati menjadi suci, Memiliki pengetahuan tentang kriteria
perbuatan baik dan buruk, Membersihkan diri manusia dari perbuatan
dosa dan maksiat dan menetapkan perbuatan sebagai perbuatan baik dan
buruk.
Prinsip akhlak itu harus ada keseimbangan antara berakhlak pada
diri sendiri, berakhlak kepada Allah, kapada sesama manusia, kepada
lingkungan dan kepada orang tua. Berikut ini penjelasannya secara rinci:
1. Berakhlak kepada diri sendiri antara lain:
a. Merawat dan menjaga diri sendiri
b. Bersyukur atas pemberian Allah mengenai badan kita
c. Menutup aurat karena untuk membedakan kita dengan binatang
113
2. Berakhlak kepada Allah antara lain:
a. Tidak suudzon kepada Allah
b. Menyembah dan mentaati segala titah-Nya
c. Menjadikan pedoman hidup apa yang dibenarkannya
d. Berjanji mentaati segala titah-Nya dan mengamalkan ajaran-Nya
e. Melaksanakan tugas sebagai wakil Allah
f. Mengamalkan ajaran-Nya yang baik dan benar
3. Berakhlak kepada sesama manusia antara lain:
a. Toleransi antar agama
b. Memberikan hak sebagai tetangga
c. Ikut terlibat dalam segala hal
d. Tidak ingin menang sendiri
e. Tolong- menolong
f. Saling menghormati
g. Bertanggung-jawab dalam masalah sosial.
4. Berakhlak terhadap lingkungan antara lain:
a. Terhadap hewan dan tumbuhan adalah melestarikan ,
memanfaatkan untuk kepentingan ibadah, tidak menyakiti, sehingga
Nabi Saw. Menyerukan agar menajamkan alat potong ketika ingin
menyembelih hewan
b. Menjaga Alam dan tidak merusaknya
c. Mematuhi peraturan yang berada di lingkungan asalkan sesuai
norma-norma yang berlaku.
114
4. Berakhlak terhadap orang tua antara lain:
a. Menghormati
b. Mendengarkan nasehatnya
c. Meringankan pekerjaanya
d. Merawat dan menjaganya
e. Mendo’akanya
f. Menjaga nama baik keluarga
g. Tidak durhaka
B. Saran-saran
Setelah penulis mengadakan penelitian tentang Implementasi
Pendidikan Akhlak dalam Mata Kuliah Akhlak Tasawuf pada Mahasiswa
STAIN Salatiga angkatan 2010 Program Studi PAI Tahun 2014.
Selanjutnya penulis disini akan mengajukan saran-saran yang
sekiranya penulis anggap perlu. Adapun saran-saran tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Lembaga
Sebagai lembaga Pendidikan Agama Islam di Salatiga STAIN
merupakan dambaan umat islam dalam membentuk insan yang
berakhlak mulia. Mengacu pada hal tersebut, penulis mengaharapkan
kepada lembaga untuk lebih memperhatikan STAIN Salatiga secara
menyeluruh, demi terselenggraanya pendidikan yang seimbang antara
dunia dan akhirat.
115
Disamping itu STAIN juga diharapkan untuk memperhatikan
pendidikan batin yaitu dengan mengembangkan mata kuliah akhlak
tasawuf yang bertujuan untuk membentuk pondasi yang kokoh bagi
mahasiswa untuk menghalau masa depan yang sudah menanti. karena
jika sejak dini mahasiswa tidak dibekali agama yang kuat, akan
mengakibatkan kefatalan yaitu mengambil jalan pintas yang tidak
sesuai dengan tutunan atau syari’at Islam dan membahayakan diri
sendiri maupun orang lain.
2. Bagi dosen
Dosen dalam dunia pendidikan adalah orang tua bagi
mahasiswa, maka figurseorang dosen merupakan hal terpenting dalam
dunia kampus. Oleh karena itu penulius mengharapkan lebih
meningkatkan cakrawala pandangannya tentang ajaran agama islam
yang benar, dan mengantisipasi perkembangan dunia luar, sehingga
dapat mempengaruhi akhlak mahasiswa dalam menghadapi segala
ujian maupun cobaan hidup.
Bagi dosen STAIN Salatiga, jika mendekati mahasiswa dengan
hati, niscaya mahasiswa takkan lari, namun jika mendekati dengan
emosi maka mahasiswa akan membenci, jika mahasiswa dibengis
maka ia akan menangis, jika mahasiswa dibentak maka ia akan
berontak. maka dari lubuk hati yang dalam, penulis mengharapkan
agar seluruh dosen STAIN Salatiga mendidik, membentuk generasi
yang cerdas, mandiri dan terarah sesuai syari’at Islam.
116
3. Bagi mahasiswa
Kepada para Mahasiswa STAIN Salatiga, jangan mudah
menyerah dengan apa yang di usahakan jika suatu saat mengalami
kegagalan. Dunia pasti berputar dan kehidupan pasti akan berubah.
Tetaplah optimis dengan impian dan harapan dengan belajar dan
berusaha sungguh-sungguh.
Kepahitan hidup didunia hanya sekejap mata dan gapailah cita-
cita setinggi langit. Sempatkanlah untuk bermunajat agar jauh dari
laknat agar bahagia dunia akhirat.
117
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 2001. Ilmu Pendidikan. PT. Rineka Cipta: Jakarta
Abdullah bin Qasim Al-Wasyli. 2005.Menyelami Samudera 20 Prinsip Hasan Al-
Banna, tarj., Kamal Fauzi. Ahmad Zubaidi dan Jasiman. Solo: Era
Intermedia,
Abdullah Nasih Ulwan. 1990. Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam I, terj.,
SyaifullahKamali dan Hery N. Bandung: Asy Syifa’,
Amril. 2002..Etika Islam Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al Isfahani.
Yojakarta: Pustaka Pelajar
Al-Sakandari, Ibn ‘Atha’illah. 2013. Misteri Berserah Diri. Penerbit Zaman: Jakarta
Al-Sakandari, Ibn ‘Atha’illah. 2013.Zikir Penenteram Hati. Penerbit Zaman: Jakarta
Ahmad Syukri. 2007. Dialog Islam & Barat: Aktualisasi Pemikiran Etika Sutan
Takdir Alisjahbana. Jakarta: Gaung Persada Press,.
Amin, Moh. 2004. 10 Induk Akhlak Terpuji : Kiat Membina dan Mengembangkan
Sumber Daya Manusia. Kalam Mulia: Jakarta
Ahmad Amin, 1991. Etika (Ilmu Akhlak), terj., Farid Ma’ruf. Cet., Ke- 6 Jakarta:
Bulan Bintang,
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf. 2006. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
Ali, Yunasril. 2005. Pilar-Pilar Tasawuf. Kalam Mulia : Jakarta
Al-Ghazali, Al-Imam. 2013. Menggapai Cahaya Hidayah. Pustaka Wasilah : Klaten
Al-Hilafi, Majdi.2006. Hancurkan Belenggu dalam hatimu. Qaula: Surakarta
Arifin. H.M. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. PT. Bumi Aksara: Jakarta
Arikunto, suharsini. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Rineka Cipta: Yogyakarta
Burhanudin, Jajat. 2006. Mencetak Muslim Moderm : Peta Pendidikan Islam
Indonesia. PT. Grafindo Persada: Jakarta
118
Daymon, Christine. 2008. Metode-metode Riset Kualitatif. PT. Bentang Pustaka :
Jakarta
Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT.Raja Grafindo Persada : Jakarta
Farid, Syaikh Ahmad. 2008. Kenali Siksa Hindari Dosa. Aqwam : Solo
Hamzah Yacob, 1978. Etika Islam. Jakarta: CV. Publicita,.
Hafid, Anwar. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung
Jalaluddin. 2012. Filsafat Pendidikan : Manusia, Filsafat dan Pendidikan. PT. Raja
Grafindo Persada: Jakarta
Noor, Fauz. 2009. Berpikir Seperti Nabi. PT. LKIS. Yogyakarta
Milles, Mattew B. dkk. 1992. Analisis data Kualitatif. Jakarta: PT. UI Press.
Moleong, Lely J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Majid, Nurcholis. 2010.Masyarakat Religius : Membumikan Nilai-nilai Islam dalam
Kehidupan. Dian Rakyat : Jakarta
Mahjuddin. 2010. Akhlaq Tasawuf II : Pencarian Ma’rifah Bagi Sufi Klasik dan
Penemuan Kebahagiaan Batin Bagi Sufi Kontemporer. Kalam Mulia :
Jakarta
Mustafa, Abdul Aziz. 2005. 10 Sebab Dicintai Allah. Qisthi Press: Jakarta
Mudyahardjo, Redja. 2001. Pengantar Pendidikan. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani
M. Athiyah al-Abrasyi. 1987. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, terj., Bustami
dan Djohar Bahry. Cet., Ke- 5 (Jakarta: Midas Surya Grafindo,.
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar. 2005. Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan
Makna Hidup. Bandung: Nuansa
Miqdad Yaljan. 2004. Kecerdasan Moral (Aspek Pendidikan Yang Terlupaka),
terj,.Tulus Musthofa (Yogyakarta:Pustaka Fahima,
Muhaimin. 2005. Kawasan dan Wawasan Studi Islam,Jakarta: Prenada Media
Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
119
Qardhawi, Yusuf. 2007. Merasakan Kehadiran Tuhan. Mitra Pustaka Jakarta:
Yogyakarta
Sultoni, Ahmad. 2007. Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa. STAIN
Salatiga Press
STAIN Press. 2007. Buku Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan. Salatiga:
Percetakan Putra Karya Offset.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan : Kompetensi dan Praktiknya. PT.
Bumi Aksara: Jakarta
Soleh, Asrorun Ni’am. 2006. Reorientasi Pendidikan Islam. Elsas : Jakarta
Surohadikusumo, Sabdono. 2006. Kemana Mencari Tuhan. Pustaka Dian:
Yogyakarta
Syarbini, Amirulloh. 2014. Model Pendidikan Karakter dalam Keluarga :
Revitalisasi Peran Keluarga Dalam Membentuk Karakter Anak menurut
Perspektif Islam. PT. Elex Media Komputindo : Jakarta
Shafiq, Muhammad. 2000. Mendidik Generasi Baru Muslim. Pustaka Pelajar
(Anggota IKAPI): Yogyakarta
Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Tjetjep. 2008. Meneladani Rasul-rasul. Puri Pustaka: Bandung
Untung, Moh. Slamet. 2002. Muhammad Sang Pendidik. PT. Pustaka Rizqi Putra:
Semarang
Usa, Muslih. 1991. Pendidikan Islam di Indonesia. PT.Tiara Wacana : Yogyakarta
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter. Pustaka Pelajar: Jakarta
Yahya, Harun. 2006. Mengenal Allah Lewat Akal. Robbani Press: Jakarta
Yatimin Abdulllah, 2006.Pengantar Studi Etika. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Zahruddin. 2004, Pengantar Study Akhlak. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
120
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : LUTFI ISTIGHFARINDA
Tempat/Tgl/lhr : Kab. Semarang, 05 Juni 1992
Agama : Islam
Alamat : Bendosari RT 01 RW 08 Kebumen Kec. Banyubiru
No. HP : 085 600 518 695
E-mail : [email protected]
Pendidikan :
1. TK PGRI Pandansari Kebumen Lulus Tahun 1997
2. SD Negeri 03 Kebumen Lulus Tahun 2003
3. MTs Negeri Salatiga Lulus Tahun 2007
4. MAN Salatiga Lulus Tahun 2009
5. STAIN Salatiga 2009 - Sekarang