98
PENGANGKATAN ANAK DALAM ADAT LAMPUNG PEPADUN DAN SAIBATIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF (Kec.Banjar Margo & Kec.Kedondong) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: SARY WIDIASTUTI NIM. 11140440000002 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

PENGANGKATAN ANAK DALAM ADAT LAMPUNG PEPADUN DAN

SAIBATIN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN POSITIF

(Kec.Banjar Margo & Kec.Kedondong)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh:

SARY WIDIASTUTI

NIM. 11140440000002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 3: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 4: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 5: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

iv

ABSTRAK

Sary Widiastuti NIM 11140440000002. Pengangkatan anak dalam adat

Lampung Pepadun dan Saibatin dalam perspektif hukum Islam dan positif

(Kec.Banjar Margo & Kec.Kedondong). Skripsi Program Studi Hukum Keluarga,

Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1440 H/ 2018 M. ( 71 halaman, dan halaman lampiran).

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana praktek pengangkatan

anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin, dan bagaimana kedudukan anak yang

diangkat adat Lampung Pepadun dan Saibatin, untuk mengetahui bagaimana

pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dalam perspektif hukum

Islam dan positif.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research),

dan merupakan jenis penilitan kualitatif. Penelitian ini bersifat analitik merupakan

kelanjutan dari penelitian deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar

memaparkan karakteristik tertentu, tetapi juga menganalisa dan menjelaskan

mengapa dan bagaimana hal itu terjadi. Pendekatan yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan pendekatan Normatif empiris. Kriteria data yang

digunakan adalah wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi.

Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila

terjadinya pernikahan beda suku dan dilaksanakan sebelum pernikahan dan

dilakukan secara terang dan tunai yakni dengan cara musyawarah dan

menghadirkan pihak yang bersangkutan dengan bantuan Tokoh adat setempat.

Dan kedudukan anak yang diangkat dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin

tersebut disamakan dengan anak kandung, dalam artian hal pemeliharaan dan

kasih sayang nya disamakan dengan anak kandung dengan tidak memutuskan

hubungan nasab anak angkat dengan orang tua kandungnya. Pengangkatan anak

adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan hanya untuk seseorang yang

berasal dari luar suku Lampung agar mendapat pengakuan dari warga suku

Lampung tersebut dan agar suku Lampung itu sendiri tidak hilang statusnya

dalam adat sebagai warga adat Lampung.

Kata kunci : Adat Pengangkatan anak, Adat Lampung Pepadun dan

Saibatin.

Pembimbing : Hj. Rosdiana, M.A.

Daftar Pustaka : 1972-2018

Page 6: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

v

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

Alhamdu Lillahi Rabbi al-‘Alamin, segala puji hanya bagi Allah Swt, yang

senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia nikmat-Nya kepada hamba-Nya.

Shalawat beriring salam tak luput selalu tercurahkan kepada Rasulullah yakni

Baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Menuntut ilmu adalahan suatu kewajiban yang harus dijalankan untuk

setiap manusia, karena menuntut ilmu dapat menghantarkan manusia menuju

gerbang masa depan yang cerah. Disebabkan hal itu penulis mencoba untuk

menyelesaikan suatu karangan ilmiah yang merupakan salah satu syarat demi

menggapai masa depan tersebut dengan cara menyelesaikan skripsi ini. Namun

penulis sadar dalam menulis skripsi ini masih banyak kekurangan didalamnya,

akan tetapi penulis berharap hasil tulian ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan umumnya bagi orang banyak. Perlu diketahui penulis tidaklah

dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.

Penulis mengucapakan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga

yang selama ini telah memberikan pelayanannya kepada penulis.

3. Indra Rahmatullah, S.HI., M.H. selaku sekretaris Program Studi Hukum

Keluarga, terimakasih atas pelayanan yang sangat memuaskan dan bantuan

yang tidak terlupakan.

4. Hotnida Nasution, M.A. selaku dosen pembimbing akademik yang telah

banyak meluangkan waktu dan arahnya dalam menyelesaikan skripsi ini.

semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

5. Hj. Rosdiana, M.A dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

meluangkan waktu dan arahannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

semoga beliau senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Page 7: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

vi

6. Dr. KH. A. Juaini Syukri Shofia, Drs. BA. Lcs, M.A dan Dr. Ahmad

Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A. selaku penguji skripsi, yang telah

memberikan arahan serta kritik dalam penulisan skripsi, semoga beliau

senantiasa diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

7. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, khususnya Program Studi Hukum Keluarga tanpa megurangi rasa

hormat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis selama dibangku

kuliah, semoga senantiasa dimudahkana segala urusannya.

8. Yang tercinta dan selalu penulis sayangi sepanjang masa, ibunda Endang

Werdiningsih,dan ayahanda Mrajak selaku orangtua penulis. Serta adik

tercinta Dyah Ayu Ningsih dan Isthafa Rafif Anugrah. Terimakasih yang

tak terhingga atas do’a, semangat, kasih sayang, pengorbanan dan

ketulusan dalam mendampingi penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga

senantiasa dalam lindungan Allah SWT.

9. Khususnya teruntuk Sayyidah, Istiqomah,Siti Afifah dan M.Ridlo Cholif

Zulfian yang selalu memberi semangat, motivasi, bantuan serta dukungan

disaat sedang menulis skripsi ini. semoga kelak kita semua menjadi orang-

orang yang berguna bagi bangsa dan negara amiin.

10. Keluarga besar Mahasiswa Prodi Hukum Keluarga angkatan 2014,

khususnya SAS A 2014 serta kawan-kawan Kosan Cempaka, terimakasih

atas semangat motivasi,bantuan dan support yang telah kalian berikan

disaat sedang menulis skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaaat bagi

yang membacanya khususnya untuk mahasiswa/i Fakultas Syariah dan

Hukum.

Jakarta, Agustus 2018

Penulis

Page 8: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

vii

DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................................. ii

SURAT PENGESAHAN PANITIA UJIAN ................................................................... iii

ABSTRAK ......................................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................ 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................................. 5

E. Metode Penelitian ...................................................................................... 6

F. Kajian Pustaka ........................................................................................... 9

G. Sistematika Penulisan ............................................................................... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK

A. Pengertian Pengangkatan Anak ................................................................. 12

B. Sejarah Pengangkatan Anak Dalam Hukum Islam .................................... 14

C. Pengangkatan Anak dalam Hukum Positif ................................................ 16

D. Pengangkatan Anak dalam Hukum Islam .................................................. 19

1. Syarat Pengangkatan Anak .................................................................. 21

2. Tujuan Pengangkatan Anak ................................................................. 22

3. Akibat Hukum Pengangkatan Anak ..................................................... 23

E. Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat ................................................... 24

1. Kedudukan Anak dalam Hukum Adat ................................................. 27

2. Akibat Hukum Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat .................... 30

Page 9: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

viii

BAB III TATA CARA PENGANGKATAN ANAK DALAM ADAT

LAMPUNG

A. Adat Lampung Pepadun ............................................................................. 31

1. Gambaran Umum Lokasi Tempat ........................................................ 31

2. Struktur Masyarakat Lampung Pepadun .............................................. 38

3. Proses Pengangkatan Anak Adat Lampung Pepadun .......................... 40

4. Hak dan Kedudukan Anak yang diangkat Adat Lampung

Pepadun ................................................................................................ 43

B. Adat Lampung Saibatin ............................................................................. 46

1. Gambaran Umum Lokasi Tempat ........................................................ 46

2. Struktur Masyarakat Lampung Saibatin .............................................. 49

3. Proses Pengangkatan Anak Adat Lampung Saibatin ........................... 51

4. Hak dan Kedudukan Anak yang diangkat Adat Lampung

Saibatin ................................................................................................. 53

BAB IV PENGANGKATAN ANAK PADA ADAT LAMPUNG

PEPADUN DAN SAIBATIN

A. Pengangkatan Anak dalam Adat Lampung Pepadun ................................. 55

B. Pengangkatan Anak dalam Adat Lampung Saibatin .................................. 57

C. Pengangkatan Anak dalam Adat Lampung Pepadun dan Saibatin

dalam Hukum Islam dan Positif ................................................................. 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 67

B. Saran-saran .................................................................................................. 68

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 70

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 10: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah suatu Negara yang terdiri beberapa Provinsi yang terdiri

dari berbagai macam suku. Suku di Indonesia sangat beraneka ragam seperti suku

Lampung, Baduy, Betawi, Jawa, Batak, Padang, Palembang, Sunda, Bugis,

Dayak, Ambon dan masih banyak lagi lainnya. Dari banyaknya aneka ragam

bentuk suku diatas, maka Indonesia dapat dikatakan bangsa yang majemuk yang

didukung oleh keanekaragaman perilaku budaya yang berbeda pula. Salah satu

keanekaragaman budaya yang berbeda tersebut dapat kita lihat salah satunya pada

masyarakat adat Lampung.

Budaya masyarakat Lampung dapat dibedakan menjadi dua kelompok

besar yaitu masyarakat yang menganut Adat Pepadun dan masyarakat Adat

Saibatin.

1. Masyarakat adat Pepadun terdiri dari :

Abung Siwo Migo, Pubian Telu Suku, Mego pak, Waykanan,Tulang

Bawang, Sungkai Bunga Mayang dan Melinting.

2. Dan sedangkan masyarakat Adat pesisir beradat Saibatin yang terdiri

secara garis besar yaitu : Buai Parnong, Buai nyerupai, Buai Bujalan, Buai

Belunguh.1

Adat pengangkatan anak misalnya dalam adat Lampung, Mahmud syaltut

menyatakan bahwa pengangkatan anak dalam konteks mengangkat orang lain

yang diperlakukan seperti memperlakukan anak sendiri dalam hal kasih sayang,

nafkah sehari-hari,pendidikan dan lain-lain, tanpa harus menyamakan sebagai

anak kandung, maka pengangkatan seperti ini dalam islam dibenarkan.2 Sebelum

islam datang pengangkatan anak dikalangan bangsa Arab telah menjadi tradisi

1Bambang Irawan, “Perkawinan Adat Lampung Pepadun” Lampung 2010. Hal 2.

2Andi Syamsu Alam dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Islam, Kencana,

Jakarta, 2008 ,hlm.21.

Page 11: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

2

turun menurun yang dikenal dengan Tabanni yang artinya mengambil anak atau

mengambil anak orang lain untuk diberi status anak kandung, sehingga ia berhak

memakai nasab orangtua angkatnya dan mewarisi harta peninggalan dan hak

lainnya sebagai hubungan anak dengan orangtua.3Pengangkatan anak bertujuan

untuk kepentingan kebaikan anak angkat tersebut dalam rangka melindungi

kesejahteraan anak dan perlindungan anak tersebut.4

Pengangkatan anak secara umum dilakukan dengan motif yang berbeda-

beda, diantaranya adalah keinginan untuk mempunyai anak, adanya harapan atau

kepercayaan akan mendapatkan anak, adanya keinginan memiliki anak lagi yang

diharapkan dapat menjadi teman bagi anak yang telah dimilikinya, sebagai

harapan untuk menjadi meneruskan keturunan, sebagai rasa belas kasihan

terhadap anak terlantar, dan juga terhadap anak yatim piatu.

Masyarakat adat Lampung, pengangkatan anak di zaman sekarang

mengalami perbedaan proses pengangkatan anak antara masyarakat adat lampung

pepadun dan saibatin. Dalam adat lampung pepadun kalangan masyarakat dapat

mengangkat anak apabila terjadinya pernikahan beda suku baik adat Lampung

Pepadun maupun Adat Lampung Saibatin. Pengangkatan anak pada masyarakat

adat Lampung Pepadun Tulang Bawang dan Saibatin Kedondong hampir sama

dengan pengangkatan marga di Sumatra Utara.

Keluarga yang tidak mempunyai anak, mereka akan melakukan

pengangkatan anak atau yang disebut dengan adopsi. Pengangkatan anak

merupakan suatu pengangkatan anak orang lain sebagai anak sendiri, anak yang

diadopsi disebut anak angkat dan peristiwa hukumnya disebut dengan

pengangkatan anak.5 Pada masyarakat Lampung Pepadun seseorang dapat

mengangkat anak jika terdapat anak laki-laki beda suku akan menikahi wanita

suku Lampung itu sendiri atau memang dari suku Lampung itu sendiri yang sudah

3Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010 ,hal.98. 4Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007.

5Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia,

Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal.96.

Page 12: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

3

diangkat dari kecil, namun mayoritas masyarakat Lampung Pepadun Tulang

Bawang melakukan pengangkatan anak dengan motif apabila terjadi pernikahan

beda suku. Dan seseorang yang mengangkat nya boleh siapa saja yang terpenting

termasuk dari golongan Lampung, karena bagi masyarakat lampung tidak

diperbolehkan perkawinan beda suku.

Adat Lampung Saibatin juga memiliki kesamaan, apabila terjadi

pernikahan beda suku maka seseorang yang berasal dari luar suku Saibatin harus

mengambil gelar atau pengangkatan anak terlebih dahulu. Masyarakat Lampung

Saibatin menerima pernikahan dari kalangan suku mana saja, hanya saja proses

pengangkatan anak nya yang berbeda dengan adat Lampung Pepadun. Oleh sebab

itu pengangkatan anak dalam adat Lampung saibatin dan pepadun mengalami

perbedaan.

Pengangkatan di Indonesia anak telah menjadi kebudayaan masyarakat dan

menjadi bagian dari sistem kekeluargaan, karena menyangkut kepentingan per

orang dalam keluarga. Oleh karena itu lembaga pengangkatan anak yang telah

menjadi bagian budaya masyarakat, akan mengikuti perkembangan situasi dan

kondisi seiring dengan tingkat kecerdasan serta perkembangan masyarakat itu

sendiri.

Hal yang perlu digaris bawahi adalah pengangkatan anak harus dilakukan

dengan proses hukum dengan produk penetapan pengadilan. Apabila hukum

berfungsi sebagai payung hukum, penjaga ketertiban dan sebagai rekayasa sosial,

maka pengangkatan anak yang harus dilakukan melalui penetapan pengadilan

tersebut merupakan kemajuan ke arah penertiban praktik hukum pengangkatan

anak yang hidup di tengah-tengah masyarakat, agar peristiwa pengangkatan anak

tersebut di kemudian hari memiliki kepastian hukum bagi anak angkat maupun

bagi orang tuang angkat tersebut. Praktik pengangkatan anak yang dilakukan

melalui pengadilan tersebut, telah berkembang baik di lingkungan Pengadilan

Page 13: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

4

Negeri maupun dalam lingkungan Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama

Islam.6

Berdasarkan apa yang dikemukakan, maka jelaslah bahwa pengangkatan

anak yang sesuai dengan aturan Indonesia adalah pengangkatan anak yang

ditetapkan oleh Pengadilan, baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan Negeri.

Namun masih banyak kalangan masyarakat yang tidak mengindahkan aturan

tersebut seperti halnya masyarakat Adat Lampung Pepadun dan Saibatin. Adat

Lampung Pepadun dan Saibatin Penngangkatan anak terjadi apabila terjadinya

pernikahan beda suku dan dilakukan dengan upacara adat tertentu namun dengan

proses yang berbeda atau upacara adat yang berbeda.

Berdasarkan pengamatan penulis diatas, maka penulis tertarik untuk

menelaah lebih jauh mengenai pengangkatan anak pada masyarakat adat

Lampung dengan judul : Pengangkatan Anak Dalam Adat Lampung Pepadun

Dan Saibatin Dalam Prespektif Hukum Islam dan Positif (kec.Tulang

Bawang & kec.Kedondong)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat di identifikasi beberapa masalah

dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Apa akibatnya jika pengangkatan anak dalam masyarakat adat

pepadun dan saibatin tidak di laksanakan ?

2. Apa dampak negatif dan postif pengangkatan anak dalam masyarakat

lampung pepadun dan saibatin ?

3. Bagaimana pandangan tokoh adat dalam pengangkatan anak

masyarakat lampung pepadun dan saibatin ?

6Ahmad Kamil dan M.Fauzan, Hukum perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta:PT. Raja.Grafindo Persada,2008),h.12.

Page 14: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Dari beberapa persoalan diatas, dan yang perlu terus diperhatikan, menjadi

fokus dalam pembahasan skripsi kali ini, agar lebih terarah dan tidak melebur

mengenai masalah yang akan dibahas, adalah mengenai Pengangkatan anak

dalam Adat Lampung Pepadun dan Saibatin

2. Perumusan Masalah

Pengangkatan anak dalam masyarakat Lampung, terdapat dua sistem

pengangkatan seperti halnya Lampung Pepadun dan Saibatin mengenal sistem

pengangkatan anak yang harus dilaksanakan apabila terjadi sebuah perkawinan

beda suku,. Namun realitanya saat ini banyak orang Lampung Pepadun dan

Saibatin yang menikah dengan suku lain, maka dari itu harus dilaksanakan

pengangkatan anak terlebih dahulu sebelum menikah. Dan Adat Lampung

Saibatin melakukan pengangkatan gelar dengan tujuan untuk menjadi penerus

dalam suatu keluarga.

Berdasarkan rumusan diatas, penulis rinci dalam bentuk pertanyaan

sebagai berikut :

a. Bagaimana praktek pengangkatan anak dalam masyarakat adat

Lampung Pepadun dan Saibatin ?

b. Bagaimana kedudukan anak yang di angkat dalam masyarakat adat

Lampung Pepadun dan Saibatin ?

c. Bagaiman pola pengangkatan anak dalam hukum adat lampung

pepadun dan saibatin secara hukum islam dan hukum positif ?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latarbelakang dan rumusan masalah diatas maka yang

menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

Page 15: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

6

1. Untuk mengetahui bagaimana praktek pengangkatan anak pada

masyarakat adat Lampung Pepadun dan Saibatin.

2. Untuk mengetahui bagaimana Hak-Hak Anak yang di Angkat dalam

masyarakat adat Lampung Pepadun dan Saibatin.

3. Untuk mengetahui pola pengangkatan anak dalam hukum islam dan

positif.

4. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan anak angkat dalam adat

lampung pepadun dan saibatin.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi konstribusi pemikiran dalam

masyarakat Indonesia terkait dengan melaksanakan upacara adat khususnya adat

pengangkatan anak Lampung Pepadun dan Saibatin. Sehingga manfaat yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk menjadi pembelajaran serta pertimbangan baik buruknya bagi

seseorang yang ingin melakukan pengangkatan anak.

2. Mengetahui pengangkatan anak ini apa mungkinkah sudah tepat

dalam prespektif hukum islam dan positif.

3. Masyarakat indonesia mengetahui adat pengangkatan anak Lampung

ini dapat di kenal luas oleh masyarakat di luar Lampung.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian berarti cara yang dipakai untuk mencari, mencatat,

menemukan dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai tujuan.

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian ini

diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis penelitian

Penelitian ini termasuk pada jenis penelitian kualitatif, penelitian kualitatif

merupakan salah satu cara dalam penelitian yang bertujuan untuk memahami

masyarakat,masalah atau gejala dalam masyarakat dengan mengumpulkan

Page 16: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

7

sebanyak mungkin fakta secara mendalam. Dan data disajikan dalam bentuk

verbal bukan dalam bentuk angka.7

2. Pendekatan penelitian

Dalam pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan empiris.

Pendekatan empiris adalah pengetahuan didasarkan atas berbagai fakta yang

diperoleh dari hasil penelitian penelitian.8

Selain itu metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini juga

menggunakan pendekatan sosiologi empiris, pendekatan sosiologi empiris

merupakan penelitian non doktrinal yang bertititik tolak pada data primer yaitu

data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, seperti masyarakat sebagai

sumber pertama dalam satu penelitian, dengan kata lain ini menekankan pada

pencarian jawaban terhadap fenomena sosial yang terjadi terhadap

pemberlakuan hukum sehingga akan menjawab pertanyaan signifikan atau

efektifitas hukum.9

3. Sifat penelitian

Penelitian ini bersifat analitik, merupakan kelanjutan dari penelitian

deskriptif yang bertujuan bukan hanya sekedar memaparkan karakteristik

tertentu. Tetapi juga menganalisa dan menjelaskan mengapa dan bagaimana hal

itu terjadi.10

4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di 2 (dua) tempat yakni di Kecamatan Banjar

Margo Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung dan di Kecamatan

Kedondong.

7Neong Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, ( Yogyakarta:Pilar Media,1996),

cet3,hal.2. 8Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, ( Jakarta: Buku Ajar,2009),h.19.

9 Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta:Buku Ajar,2009), h.32

10Yayan Sopyan, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Buku Ajar,2009),h.24.

Page 17: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

8

5. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tokoh adat

masyarakat Lampung Pepadun dan Saibatin dan Masyarakat Pepadun dan

Saibatin.

b. Sumber Sekunder

Adapun sumber sekunder yang penulis gunakan adalah buku-buku, karya

ilmiah, jurnal dan literatur lain yang terkait dengan tema penelitian ini.

6. Pengumpulan Data

Adapun pengumpulan data penelitian ini penulis menggunakan metode :

a. Wawancara : wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

tanya jawab, disini penulis mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan melalui wawancara (pedoman

wawancara). Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada orang

yang dapat dipercaya, dalam hal ini penulis melakukan wawancara

kepada tokoh adat Lampung Pepadun dan Saibatin untuk mendapatkan

bukti yang kuat sebagai penguat argumentasi.

b. Studi pustaka : kajian pustaka yang digunakan untuk mencapai

pemahaman. Bahan yang digunakan untuk kajian pustaka ini yaitu

buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan, jurnal,

artikel-artikel yang berkaitan dengan pengangkatan anak.

7. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskrptif

kualitatif. Dimana dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan,

menguraikan kemudian menganalisis data sehingga akan terungkat jelas,

kemudian penulis akan menyimpulkan hasil penelitian dengan logika induktif.

Page 18: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

9

Dimana masalah-masalah yang bersifat khusus akan ditarik menjadi suatu

kesimpulan yang bersifat umum.

8. Pengelolahan Data

Dalam mengelola data yang penulis dapatkan baik berbentuk wawancara

maupun data tertulis dari berbagai studi perpustakaan penulis melakukan

analisis terhadap data tersebut dengan analisis secara deskriptif maupun

analisis komparatif.

F. Kajian Pustaka

Sejauh ini peneliti baru menemukan karya ilmiah yang berbentuk skripsi,

jurnal atau tesis yang bisa menjadi acuan peneliti dalam pembuatan karya ilmiah

skripsi tentang pengangkatan anak sebagai berikut:

Pertama, skripsi yang ditulis oleh Zakia Al Farhani dalam skripsinya yang

berjudul Proses Pengangkatan Anak (Adopsi) Dalam Perspektif Hukum Islam

(Studi Kasus Yayasan Siran Malik Pesantren Al-Falah Parung Benying ).11

Skripsi menyimpulkan bahwa proses pengangkatan anak di Yayasan Siran Malik

Pesantren Al-Falah Prung Benying pada umumnya tidak ditetapkan di pengadilan,

serta menjelaskan apa akibat hukum dari proses pengangkatan anak yang tidak

sesuai dengan aturan hukum Indonesia, sedangkan penulis melakukan penelitian

pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin tata cara serta hak-

hak anak yang diangkat, apakah sudah sesuai dengan hukum islam maupun

hukum positif.

Kedua, Tesis yang ditulis oleh Annisa Tanjung Sari dalam tesisnya yang

berjudul Kedudukan anak Laki-Laki Tertua Dari Hasil Perkawinan Leviraat

Dalam Hukum Waris Adat Masyarakat Lampung Pepadun (Studi Kasus di

Kampung Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Pemerintah

11

Zakia Al-Farhani, skripsi: “Proses Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam Studi

Kasus Yayasan Siran Malik Pesantren Al-Falah Parung Benying, “(Jakarta: UIN Jakarta,2011).

Page 19: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

10

Kabupaten Lampung Tengah).12

Skripsi ini membahas tentang kedudukan anak

Laki-laki tertua dari hasil perkawinan leviraat dalam hukum waris adat

masyarakat lampung pepadun , dalam tesis ini juga membahas adat lampung

pepadun, yang mana penulis akan meneliti tentang adat Lampung Pepadu juga

yang membedakan adalah dalam tesis ini tentang kedudukan waris anak laki-laki

sedangkan penulis akan meneliti pengangkatan anak dalam adat Lampung

pepadun dan saibatin.

Ketiga, Jurnal yang ditulis oleh Gusti Yanti, Adelina Hasyim dan Yunisca

Nurmalisa yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangkatan Anak

Dalam Adat Perkawinan Lampung Pepadun.13

Dalam jurnal ini membahas

mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi dalam pengangkatan anak dalam

adat perkawinan adat lampung pepadun, jurnal ini membahas juga tentang

pengangkatan anak namun hanya sekedar faktor-faktor yang mempengaruhi

pengangkatann anak tersebut, sedangkan penulis akan membahas lebih dalam

mengenai praktek, hak-hak apa saja yang didapat oleh anak angkat tersebut.

Keempat, skripsi yang ditulis oleh Fadly Khairuzzadhi yang berjudul

Pengangkonan dalam Pernikahan Beda Suku Pada Masyarakat Lampung14

. Dalam

skripsi ini membahas mengenai praktek Pengangkonan, pandangan tokoh adat

mengenai pengangkonan tersebut namun yang membedakan disini penulis lebih

mengupas dua adat Lampung yakni Pepadun dan Saibatin praktek serta

kedudukan dan hak anak angkat tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam pembahasan skripsi ini agar lebih jelas dan tertata rapih,

maka disusun dalam berbagai bab dari bab satu hingga bab lima.

12

Annisa Tanjung, “Kedudukan Anak Laki-laki Tertua Dari Hasil Perkawinan Leviraat

Dalam Hukum Waris Adat Masyarakat Lampung Pepadun Studi Kasus di Kampung Terbanggi

Besar Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah,

“(Semarang: UNDIP, 2005). 13

GustiYanti, Adelina Hasyim dan Yunisca Nurmalisa, Faktor-faktor yang mempengaruhi

pelaksanaan pengangkatan dalam Adat Perkawinan Lampung Pepadun, (Lampung:Unila 2014). 14

Fadly Khairuzzadhi, Pengangkonan Dalam Pernikahan Beda Suku, (Jakarta:UIN

Jakarta 2015).

Page 20: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

11

Pada bab kesatu, dimana bab ini merupakan awal dari pembukaan pokok

permasalahan yang akan dibahas. Dengan dituliskan latar belakang, pembahasan

dan perumusan masalah, manfaat, metode penulisan dari pembahasan ini sebagai

pengantar untuk pembaca agar mengetahui hal apa yang akan dibahas dalam

skripsi ini.

Pada bab kedua, disajikan data-data hasil penelitian yang akan

dikumpulkan secara akurat, berupa gambaran umum tentang pengertian

pengangkatan anak, syarat pengangkatan anak, dan tujuan pengangkatan anak,

pengertian pengangkatan anak dalam hukum adat, serta sejarah pengangkatan

anak.

Pada bab ketiga, disajikan gambaran lokasi penelitian ,praktek

pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dan saibatin, hak dan

kedudukan anak yang di angkat pada masyarakat lampung pepadun dan saibatin

Pada bab keempat berisi analisa pola pengangkatan anak dalam hukum

islam dan hukum positif Indonesia serta pengangkatan anak dalam adat lampung

pepadun dan saibatin.

Pada bab kelima merupakan kesimpulan dari pengangkatan anak dalam

adat Lampung Pepadun dan saibatin, saran dari penulis tentang hal yang menjadi

beban pembahasan dari Pengangkatan Anak dalam Adat Lampung Pepadun dan

Saibatin.

Page 21: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

12

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKATAN ANAK

A. Pengertian pengangkatan anak

Istilah “pengangkatan anak” berkembang di Indonesia sebagai terjemahan

dari bahasa inggris Adoption,1 mengangkat seorang anak yang berarti mengangkat

anak orang lain untuk dijadikan sebagai anak sendiri dan mempunyai hak yang

sama dengan anak kandung.2 Dalam kamus populer, adopsi memiliki arti

mengambila anak orang lain untuk dijadikan anak sendiri sehingga memutuskan

hubungan anatara anak dengan orang tua kandungnya, serta segala urusan

perwalian dan waris jatuh kepada orang tua angkat tersebut.3

Dalam kamus bahasa Arab, adopsi berasal dari kata بى(بىي ي ), secara

etimologis kata tabanni berarti اتخزي ابىآ yang artinya mengambil anak orang lain

untuk diangkat.4 Dari pengertian menurut bahasa, dapat diambil kesimpulan

bahwa anak angkat adalah anak orang lain yang diangkat untuk dijadikan anak

sendiri. Jadi penekanannya pada persamaan status anak angkat hasil

pengangkatannya sebagai anak kandung.

Secara terminologis ada beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian

pengangkatan anak atau adopsi, antara lain sebagai berikut :

Menurut Wahbah AZ-Zuhaili pengangkatan anak (tabani) artinya

pengambilan anak yang dilakukan oleh seseorang terhadap anak yang jelas

nasabnya, kemudian anak itu di nasabkan kepada dirinya. Dalam pengertian lain,

tabanni adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang dengan sengaja

menasabkan seorang anak kepada dirinya padahal anak tersebut sudah punya

1Jhon.M. Echols dan Hasan Sadly, Kamus Inggris Indonesia,(Jakarta:PT.Gramedia

Pustaka Utama, 2004), cet. XXV, h. 13. 2 Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum perlindungan dan Pengangkatan Anak di Indonesia

(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2010) h. 95. 3 Chuzaimah Tahido Yanggo, Problematika Hukum Islam Kontemporer,(Jakarta:Pustaka

Firdaus 1996) , h. 130. 4Andi Syamsu dan Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Hukum Islam

(Jakarta:Kencana,2008), cet 1, hal.19.

Page 22: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

13

nasab yang jelas pada orang tua kandungnya. Pengertian anak seperti demikian

jelas bertentangan dengan hukum islam, maka unsur menasabkan seorang anak

kepada orang lain yang bukan nasabnya harus dibatalkan.5

Selanjutnya menurut Mahmud Syaltut. Beliau mengemukakan bahwa

pengangkatan anak setidaknya memiliki ada dua pengertian. Pengertian pertama,

mengambil anak orang lain untuk diasuh dididik dengan penuh perhatian dan

kasih sayang, tanpa diberikan status anak kandung keopadanya, kemudian ia

perlakukan anak tersebut sama dengan anak kandungnya. Pengertian kedua,

pengangkatan anak adalah mengambil anak orang lain sebagai anak sendiri dan ia

diberi status sebagai anak kandung sehingga ia berhak memakai nama keturunan

orang tua angkatnya dan saling mewarisi harta peninggalan, serta hak-hak lain

sebagai akibat hukum antara anak angkat dan orang tua angkatnya tersebut.6

Selanjutnya menurut Busyar Muhammad, pengertian adopsi, ambil anak

maupun anak angkat adalah suatu perbuatan hukum dalam hukum adat, dimana

seseorang di angkat atau di dudukkan dan di terima dalam suatu posisi, baik

biologis maupun sosial, yang semula hal tersebut tidak ada padanya.7

Menurut Prof.H Hilman Hadikusuma menyebutkan anak angkat adalah

anak orang lain yang dianggap anak sendiri oleh orangtua angkat dengan resmi

menurut hukum adat setempat dikarenakannya tujuannya untuk melangsungkan

keturunan dan atau pemeliharaan atas harta kekayaan rumah tangga.8

Sedangkan menurut Surojo Wignjodipuro berpendapat bahwa

pengangkatan anak adalah suatu perbuatan mengambil anak orang lain kedalam

keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak

5 Wahbah al-Zuhaili, Al Fiqih Al-Islami Wa Al-Adilatuhu, juz 9, (Bairut,Dar al Fikr al-

Ma’ashir),h.271 6 Mahmud Syaltut, Al-Fatawa, (Mesir:Daar al-Syuruk, 1991), h.321

7 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta :Pradnya Paramita, 1985),

hal.33 8 Tolib Setiady, Intisari Hukum Adat Indonesia, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2013), cet

ke 3, h. 215.

Page 23: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

14

dan anak yang di pungut itu timbul hubungan kekeluargaan yang sama seperti

yang ada antara orang tua dengan anak kandungnya sendiri.9

Berdasarkan dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat

disimpulkan bahwa pengangkatan anak adalah tindakan mengambil anak orang

lain untuk dipelihara, dididik, disayangi, dilindungi dan dipenuhi kebutuhannya,

agar tumbuh menjadi pribadi yang berguna bagi bangsa dan negara.

Yang dimaksud pengangkatan anak dalam skripsi ini adalah pengangkatan

anak yang dilakukan ketika terjadinya pernikahan beda suku dan dilakukan

sebelum pernikahan.

B. Sejarah Pengangkatan Anak dalam Hukum Islam

Secara historis, pengangkatan anak (adopsi) sudah dikenal dan

berkembang sebelum kerasulan Nabi Muhammad Saw. Mahmud Syaltut

menjelaskan, bahwa tradisi pengangkatan anak sebenarnya dan dipraktikkan oleh

masyarakat bangsa-bangsa lain sebelum kedatangan islam, seperti yang

dipraktikkan oleh bangsa Yunani, Romawi, India dan beberapa bangsa zaman

kuno.10

Dikalangan bangsa Arab sebelum Islam (masa jahiliyah) istilah

pengangkatan anak dikenal dengan at-tabanni, dan sudah ditradisikan secara turun

menurun.

Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa sebelum kenabian, Rasulullah SAW

sendiri pernah mengangkat Zaid bin Haritsh menjadi anak angkatnya, bahkan

tidak lagi memanggil Zaid berdasarkan nama ayahnya (Haritsah), tetapi ditukar

oleh Rasulullah Muhammad SAW. Di depan kaum Quraisy Nabi Muhammad

juga menyatakan bahwa dirinya dan Zaid saling mewarisi. Zaid kemudian

dikawinkan dengan Zainab binti Jahsy, putri Aminah binti Abdul Muthalib, bibi

9Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama (Jakarta:Kencana

2008), cet 1 h. 14. 10

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum (Jakarta:Sinar Grafika,

2002), h.53.

Page 24: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

15

Nabi Muhammad Saw. Oleh karena Nabi Saw, telah meanggapnya sebagai anak,

maka para sahabat pun kemudian memanggilnya Zaid bin Muhammad.11

Setelah Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul, turunlah surat al-

Ahzab ayat 4 dan 5 yang berbunyi :

ف ه قهبيه في ج ا جعم انهة نشجم م تكم م ن مىه أم ش اجكم انئ تظ ما جعم اص

ماجعم آدع ياء ذ انسبيم )آبىاء كم رنكم ق كم ي ل انحق للا يق كم نكم بآف 4 )

أقسط عىذللا م م ألبآء ني ادع نيكم م يه وكم في انذ ا ءابآءم فؤ فؤن نم تعهم

نكه طؤتم ب حيما عهيكم جىاح فيمآ أ كان للا غفساس ذت قهبكم اتعم (5-4)انالحضاب م

Artinya :” Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam

rongganya, dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai

ibumu, dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu

(sendiri). Yang demikian itu hanyalah perkataanmu di mulut saja. Dan Allah

mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukan jalan yang benar.Panggillah

mereka (anak-anak angkat itu) dengan memakai nama bapak-bapak

mereka;itulah yang lebih adil pada sisi Allah dan jika kamu tidak mengetahui

bapak-bapak mereka, maka (panggillah mereka) sebagai saudara-saudarmu

seagama dan maula-maula mu, dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang

kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatim.

Dan adalah Allah maha pengampun lagi maha penyayang.(QS:Al-ahzab:4-5)

Salah satu intinya dari ayat diatas yakni melarang pengangkatan anak

dengan akibat hukum seperti diatas (saling mewarisi) dan memanggilnya sebagai

anak kandung. Imam Al-Qurtubi menyatakan bahwa kisah di atas menjadi latar

belakang turunnya ayat tersebut.

Adapun pengangkatan anak di negara-negara Barat, berkembang setelah

berakhirnya perang Dunia II. Saat itu banyak anak-anak yang kehilangan orang

tua kandungnya karena gugur dalam medan pertempuran, di samping banyak pula

anak-anak yang lahir di luar perkawinan yang sah. Pengangkatan anak di

Indonesia mulanya dijalankan berdasarkan Staatsblad (Lembaran Negara) Tahun

1917 No.129, dalam ketentuan ini pengangkatan anak tidak saja berasal dari anak

11

Ahmad Kamil dan Fauzan, Hukum perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia,(Jakarta: Raja Grafindo, 2010), cet 2, h. 99.

Page 25: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

16

yang jelas asal usulnya, tetapi juga anak yang lahir di luar perkawinan yang sah

(tidak jelas asal-usulnya).12

C. Pengangkatan Anak dalam Hukum Positif

Untuk mengetahui pengertian pengangkatan anak menurut perundang-

undang an terlebih dahulu melihat Undang-Undang perkawinan, karena

pengangkatan anak termasuk dalam hukum keluarga bidang perkawinan. Undang-

undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yang mengatur tentang perkawinan

dalam pasal-pasalnya tidak menyinggung anak angkat atau pengangkatan anak.

Pengertian anak angkat dalam Perundang-undangan dapat ditemukan

dalam Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan

atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

Undang-undang tersebut memberikan pengertian bahwa yang dimaksud anak

angkat adalah anak yang haknya dialihkan dari lingkungan kekuasaan keluarga

orang tua, wali yang sah, atau orang lain yang bertanggung jawab atas perawatan,

pendidikan dan membesarkan anak tersebut, kedalam lingkungan keluarga orang

tua angkatnya berdasarkan putusan atau penetapan pengadilan.13

Sedangkan dalam Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun

2007 memberikan definisi Pengangkatan anak bahwa pengangkatan anak adalah

suatu perbuatan hukum, yang mengalihkan seseorang anak dan lingkungan

kekuasaan orang tua, wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas

perawatan,pendidikan dan membesarkan anak tersebut kedalam lingkungan

keluarga orang tua angkat.14

Dari definisi tersebut dapat kita ketahui pengangkatan anak haruslah

mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Merupakan suatu perbuatan hukum

12

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, ( Jakarta:Sinar

Grafika,2002), h.61. 13

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta:Kencana

2008), cet 1, h.16. 14

Peraturan Pemerintan Nomor 54 Tahun 2007.

Page 26: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

17

2. Dimana perbuatan hukum tersebut harus mengalihkan seorang anak.

3. Mengalihkan seorang anak tersebut dari lingkungan kekuasaan orang

tua wali yang sah atau orang lain yang bertanggung jawab atas

perawatan,pendidikan dan membesarkan anak tersebut.

4. Anak tersebut harus tinggal kedalam keluarga orang tua angkat.

Pengaturan pengangkatan anak dalam perundang-undangan telah

mengalami kemajuan dibandingkan keberadaan lembaga pengangkatan anak

sebelumnya. Ketentuan anak tidak mengenal sistem diskriminasi laki-laki ataupun

perempuan bagi calon orang tua angkat maupun calon anak angkat. Pengaturan

lembaga pengangkatan anak merupakan upaya agar setiap anak mendapat

kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal,

baik fisik,mental maupun sosial dan berakhlak mulia.15

Ada beberapa hal penting

mengenai pengaturan pengangkatan anak dalam perundang-undangan yang patut

diketengahkan, yaitu:16

1. Pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk kepentingan yang

terbaik bagi anak yang dan dilakukan berdasarkana adat kebiasaan

setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2. Pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara antara

anak yang diangkat dan orang tua kandungnya.

3. Pengangkatan anak wajib dicatatkan dalam akta kelahiran,dengan

tidak menghilangkan identitas awal anak.

4. Calon orang tua angkat harus seagama dengan agama yang dianut

olehcalon anak angkat.

5. Pengangkatan anak oleh warga negara asing hanya dapat dilakukan

sebagai upaya terakhir.

6. Dalam hal anak yang tidak diketahui asal-usulnya, orang yang akan

mengangkat anak tersebut harus menyertakan identitas anak.

15

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta:Kencana

2008),cet 1,h. 17. 16

Pasal 39 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.

Page 27: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

18

7. Dalam hal asal usul anak diketahui, agama anak disesuaikan dengan

agama mayoritas penduduk setempat.

Kompilasi hukum islam sebagai pedoman hukum materiil peradilan agama

memberikan pengertian anak angkat dalam pasal 171 huruf h bahwa anak angkat

adalah anak yang dalam hal pemeliharaan hidupnya sehari-hari,biaya pendidikan

dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua

angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.17

Ketentuan pasal tersebut secara implisit menegaskan bahwa terjadinya

pengangkatan anak berakibat pada beralihnya tanggung jawab dari orang tua asal

kepada orang tua ngkatnya dalam hal pemeliharaan untuk hidup sehari-hari,biaya

pendidikan dan sebagainya,sedangkan hubungan nasab,wali nikah bagi anak

perempuan,dan hak saling mewarisi dengan orang tua kandungnya tidak terputus.

Akibat hukum pengangkatan anak berdasarkan hukum islam berbeda

dengan akibat hukum pengangkatan anak menurut konsepsi staatsblad 1917

nomor 129 dan pengangkatan anak menurut sebagian hukum adat di indonesia.

Status anak angkat menurut hukum islam tidak sama dengan anak kandung, akibat

hukumnya tidak memutuskan hubungan nasab, wali nikah bagi anak angkat

perempuan, dan hak saling mewarisi dengan orang tua kandungnya.demikian pula

dalam hubungan mahram, anak angkat tetap bukan sebagai mahram orang tua

angkatnya. Dalam hal kewarisan, anak angkat bukan ahli waris, tetapi anak angkat

dapat menerima wasiat yang kemudian dalam Kompilasi Hukum Islam diatur

bahwa anatara anak angkat dengan orang tua angkat atau sebaliknya terjadi

hubungan wasiat wajibah sebagaimana ketentuan pasal 209 Kompilasi Hukum

Islam.18

17

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta:Kencana

2008), cet 1, h.21. 18

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta:Kencana

2008), cet 1, h.22.

Page 28: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

19

D. Pengangkatan Anak dalam Hukum Islam

Pada hakikatnya Islam mendukung adanya usaha perlindungan anak yang

salah satunya dengan cara melakukan pengangkatan anak. Adapun pengangkatan

anak yang diperbolehkan dalam islam tentu saja yang memiliki arti mengangkat

anak semata-mata ingin membantu dalam hal mensejahterakan dan melindungi

anak tersebut tanpa menjadikannya anak kandung.

Agama Islam menganjurkan agar umat manusia dapat saling tolong

menolong terhadap sesama manusia. Pengangkatan anak atau adopsi merupakan

salah satu cara untuk menolong sesama manusia, karena adopsi dengan pengertian

mengangkat anak orang lain untuk diperlakukan sebagai anak sendiri tanpa

mengubah status anak tersebut menjadi anak kandung adalah adopsi yang

diperbolehkan dalam Islam.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam pengangkatan anak adalah

posisi anak angkat dalam sebuah keluarga tidak sama dengan anak kandung.

Maka dari itu tidak ada nya hubungan khusus antara anak angkat dengan orangtua

angkat mengenai masalah keperdataan seperti perwalian dan kewarisan.karena

apabila kita melihat kembali apa tujuan pengangkatan anak tersebut maka, tujuan

pengangkatan anak yakni tolong menolong sesama manusia.

Menurut hukum islam pengangkatan anak hanya dapat dibenarkan apabila

memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

1. Tidak memutuskan hubungan darah anatara anak yang diangkat

dengan orang tua biologis dan keluarga

2. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua

angkat, melainkan tetap sebagai pewaris dari orang tua kandungnya,

demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai pewaris

dari anak angkatnya.

3. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya

secara langsung kecuali sekedar sebagai tanda pengenal/ alamat.

Page 29: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

20

4. Orang tua angkat tidaka dapat bertindak sebagai wali dalam

perkawinanterhadap anak angkatnya.19

Dari ketentuan tersebut diatas dapat diketahui bahwa prinsip pengangkatan

anak menurut hukum islam adalah bersifat pengasuhan anak dengan tujuan agar

seorang anak tidak sampai terlantar atau menderita dalam pertumbuhan dan

perkembangannya.

Berdasarkan prinsip dasar yang termaksud maka hukum islam tidak

melarang memberikan berbagai bentuk bantuan atau jaminan penghidupan oleh

orang tua terhadap anak angkatnya, antara lain berupa:20

1. Pemberian hibah kepada anak angkat untuk bekal hidupnya di

kemudian hari

2. Pemberian wasiat kepada anak angkat dengan ketentuan tidak boleh

lebih dari sepertiga harta kekayaan orang tua angkat yang kelak akan

diwariskan kepada ahli warisnya yang berhak.

Tata cara pengangkatan anak, menurut ulama fikih, untuk mengangkat

anak atas dasar ingin mendidik dan membantu orang tua kandungnya agar anak

tersebut dapat mandiri dimasa datang. Secara hukum tidak dikenal perpindahan

nasab dari ayah kandungnya ke ayah angkatnya.21

maksudnya ia tetap menjadi

salah seorang mahram dari kalangan keluarga ayah kandungnya, dalam arti

berlaku larangan kawin dan tetap saling mewarisi dengan ayah kandungnya. Jika

ia melangsungkan perkawinan setelah dewasa, maka walinya tetap ayah

kandungnya. Adapun pada pengangkatan anak yang diiringi oleh akibat hukum

lainnya terjadi perpindahan nasab dari ayah kandungnya ke ayah angkatnya.

Konsekuensinya, antara dirinya dengan ayah angkatnya dan keluarga kandung

ayah angkatnya berlaku larangan kawin serta kedua bealah pihak saling mewarisi.

19

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, ( Jakarta : Sinar

Grafika,2002), h. 54. 20

M.Budiarto, Pengangkatan Anak Ditinjau dari Segi Hukum, (Jakarta : Akademika

Pressindo,1985), cet 1, h.25. 21

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, ( Jakarta:Raja Grafindo, 2010), cet 2, h.101.

Page 30: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

21

Jika ia akan melangsungkan perkawinan nantinya, maka yang berhak menjadi

walinya adalah ayah angkatnya tersebut, bukan ayah kandungnya. Ada dua hal

yang terkait dengan status hukum anak angkat, yaitu dalam hal kewarisan dan

dalam hal perkawinan.

1. Syarat Pengangkatan Anak

Dalam hal pengangkatan anak, kita harus mengetahui apa saja yang boleh

dan Tidak boleh dilakukan oleh orang tua angkat. Untuk menghindari dari hal-

hal yang tidak diinginkan, oleh karenanya islam telah mengatur tentang syarat-

syarat pengangkatan anak tersebut. Adapun syarat-syarat pengangkatan anak

yang sesuai dengan hukum islam sebagai berikut22

:

a. Tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang diangkat dengan

orangtua kandung dan keluarganya

b. Anak angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris dari orang tua

angkat, melainkan tetap sebagai ahli waris dari orang tua kandungnya,

demikian juga orang tua angkat tidak berkedudukan sebagai ahli waris

dari anak angkatnya.

c. Hubungan keharta bendaan antara anak angkat dengan orang tua

angkatnya hanya diperbolehkan dalam hubungan wasiat dan hibah.

d. Orang tua angkat tidak dapat bertindak sebagai wali dalam perkawinan

terhadap anak angkatnya.

e. Anak angkat tidak boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya

secara langsung kecuali sekedar sebagai tanda pengenal atau alamat

f. Antara anak yang diangkat dengan orang tua angkat seharusnya sama-

sama orang yang beragama islam, agar si anak tetap pada agama yang

dianutnya.

22

MuderisZaini, Adopsi Tinjauan dari Tiga Sistem Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika,2002),

h.54.

Page 31: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

22

2. Tujuan Pengangkatan Anak

Pengangkatan anak dilakukan oleh keluarga untuk melanjutkan dan

mempertahankan garis keturunan dalam suatu keluarga yang tidak memiliki

anak kandung. Oleh karena itu keluarga mempunyai peranan penting dalam

kehidupan manusia sebagai makhluk sosial dan merupakan masyarakat terkecil

yang terdiri dari seorang ayah, ibu. Akan tetapi tidak selalu ketiga unsur ini

terpenuhi,karena ada keluarga yang tidak mempunyai atau belum memiliki

seorang anak.

Seseorang dalam mengangkat anak pasti memiliki tujuan yang ingin

dicapai karena pada dasarnya banyak faktor yang mendukung seseorang

melakukan pengangkatan anak, namun lazimnya latar belakang pengangkatan

anak dilakukan oleh orang yang tidak diberi keturunan . pengangkatan anak

dilakukan guna memenuhi keinginan manusia untuk menyalurkan kasih

sayangnya kepada anak yang dirasakan akan merupakan kelanjutan hidupnya.23

Tujuan pengangkatan anak antara lain adalah untuk meneruskan keturunan

suatu keluarga, dalam hal suatu perkawinan suami isteri tidak memperoleh

keturunan. Hal ini merupakan suatu solusi bagi pasangan suami istri yang

kebanyakan belum atau di vonis dokter tidak mungkin untuk mempunyai anak,

sebagai penerus perjuangan keluarga, yang diharapkan dapat mendoakan di

kala orang tua angkat telah meninggal dunia.24

Dapat disimpulkan tujuan utama pengangkatan anak menurut hukum islam

adalah untuk kepentingan kesejahteraan anak. Hal ini sejalan dengan isi dan

semangat pasal 12 menenai pengangkatan anak dalam Undang-Undang No.4

Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak. Dan jika dikaitkan dengan Undang-

Undang Dasar 1945 pasal 34 dan nilai-nilai luhur pancasila sebagaimana

diketengahkan diatas serta isi dan semangat Undang-Undang No.4Tahun 1979

23

Ahmad Azhar Basyir, Kawin Campur, Adopsi, Wasiat Menurut Islam, ( Bandung: PT

Al-Ma’rif,1972), h.19. 24

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 2, h.106.

Page 32: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

23

tentang kesejahteraan anak maka dapat disimpulkan tujuan pengangkatan anak

secara nasional terutama adalah untuk kesejahteraan anak baik rohani,jasmani

maupun sosial.25

3. Akibat Hukum Pengangkatan anak

Pengangkatan anak sudah dikenal pada zaman Jahiliyah yaitu zaman

sebelum kerasulan Nabi Muhammad SAW, pada zaman tersebut bahwa apabila

seseorang mengangkat anak maka nasabnya disambungkan kepada ayah

angkatnya, dan nasab kedua orang tua nya terputus. Selain dari pada itu anak

angkat mendapatkan hak waris layaknya seperti anak kandung.

Berbeda dengan pengangkatan anak menurut hukum Islam , seperti yang

telah penulis sebutkan dalam syarat-syarat pengangkatan anak dikemukakan

bahwa pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan darah antara anak yang

di angkat dengan orang tua biologis dan keluarga, dan anak angkat tidak

berkedudukan sebagai pewaris dari orang tua angkat, melainkan tetap sebagai

pewaris dari orang tua kandungnya demikian juga orang tua angkat tidak

berkedudukan sebagai pewaris dari anak angkatnya, dan anak angkat tidak

boleh mempergunakan nama orang tua angkatnya secara langsung kecuali

sekadar sebagai tanda pengenal atau alamat.26

Akibat hukum pengangkatan

anak berdasarkan hukum islam berbeda dengan akibat hukum pengangkatan

anak menurut konsepsi staatblad 1917 Nomor 129 dan pengangkatan anak

menurut sebagian hukum adat di Indonesia. Akibat hukumnya dalam islam

tidak memutuskan hubungan nasab, wali nikah bagi anak angkat perempuan,

dan hak saling mewarisi dengan orang tua kandungnya, demikian pula dalam

hal mahram orang tua angkatnya, dalam hal kewarisan anak angkat bukan ahli

waris, tetapi anak angkat dapat menerima wasiat yang kemudian dalam

Kompilasi Hukum Islam diatur bahwa antara anak angkat dengan orang tua

25

M Budiarto, Pengangkatan Anak DiTinjau dari Segi Hukum, (Jakarta: Akademika

Pressindo, 1985), cet 1, h.26 26

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar

Grafika), h.54

Page 33: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

24

angkat atau sebaliknya terjadi hubungan wasiat wajibah sebagaimana pasal 209

Kompilasi Hukum Islam.27

Adapun mengenai nasab dan mahram, apabila antara calon mempelai laki-

laki dan perempuan terdapat hubungan nasab, maka dalam banyak hal

diharamkan kawin antara keduanya. Nasab yang diharamkan untuk di kawini

dijelaskan dalam Al-Quran surat an-Nisa ayat 23, yaitu :

a. Ibu, nenek dari bapak atau dari ibu, dan seterusnya keatas

b. Anak perempuan, cucu perempuan, dan seterusnya ke bawah

c. Saudara perempuan sekandung, sebapak, seibu

d. Anak perempuan saudara laki-laki (sekandung, sebapak, dan seibu)

e. Anak perempuan saudara perempuan (sekandung, sebapak dan seibu)

f. Saudara perempuan bapak, kakek dan seterusnya keatas dan

g. Saudara perempuan ibu, nenek dan seterusnya keatas.

Dalam kaitan ini, nasab yang haram dikawini disebut mahram. Mengenai

hubungan persusuan, dapat dianalogikan (qiyas) pada hubungan nasab

sebagaimana ketentuan surat an-Nisa ayat 23 tersebut, yaitu ibu dan saudara

perempuan sepersusuan kedua orang ini diharamkan untuk dikawini oleh anak

atau saudara sepersusuannya.28

E. Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat

Pengangkatan anak bukanlah masalah baru di negara Indonesia,

pengangkatan anak sudah ada pada zaman dahulu dan berkembang mengikuti

perubahan zaman serta mengangkat anak dengan motivasi yang berbeda-beda dan

motif berbeda-beda, sesuai dengan daerah tersebut. Pengangkatan menurut hukum

adat sering dikenal sebagai usaha untuk mengambil anak bukan keturunan sendiri

dengan maksud untuk memelihara dan memperlakukannya sebagai anak sendiri.

27

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, ( Jakarta: Kencana

2008),cet 1, h.22. 28

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, ( Jakarta: Kencana

2008),cet 1, h. 23.

Page 34: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

25

Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengangkat ini,

terutama di Indonesia sendiri yang juga mempunyai aneka ragam sistem

peradatannya. Di seluruh lapisan masyarakat pengangkatan anak ini lebih banyak

atas pertalian darah, sehingga kelanjutan keluarga tersebut tergantung kepadanya,

adapun harta kekayaan anak tersebut juga bergantung apakah pengangkatan anak

tersebut berdasarkan hukum pertalian darah atau tidak. Demikian juga kedudukan

anak tersebut dalam masyarakat, masih dipengaruhi oleh perlakuan dan

pertimbangan tertentu.29

Ambil anak,kukut anak, anak angkat adalah suatu perbuatan hukum dalam

konteks hukum adat kekeluargaan (keturunan). Apabila seseorang anak telah

dikukut, dipupon, diangkat, sebagai anak angkat, maka dia akan didudukan dan

diterima dalam suatu posisi yang dipersamakan baik biologis maupun sosial yang

sebelumnya tidak melekat pada anak tersebut.30

Menurut ilmu Antropologi

budaya adopsi memiliki arti yang lebih luas sebagaimana yang dikatakan oleh

Dr.H.TH.Fischer yang dalam bahasa indonesianya adalah memasukkan

sepenuhnya dalam lingkungan penduduk inti dilakukan dengan adopsi atau

dengan upacara sehingga dapat diterima dalam masyarakat keluarga.31

Prinsip

hukum adat dalam suatu perbuatan hukum adat adalah terang dan tunai. Terang

ialah suatu prinsip legalitas, yang berarti suatu perbuatan hukum itu dilakukan

dihadapan dan diumumkan di depan orang banyak, dengan resmi secara formal,

dan dianggap semua orang mengetahuinya. Sedangkan kata tunai, berarti

perbuatan itu akan selesai seketika pada saat itu juga, tidak mungkin ditarik

kembali.32

Surojo Wignjodipuro menyebutkan bahwa adopsi dalam hal ini harus

terang, artinya wajib dilakukan dengan upacara adat serta dengan bantuan Kepala

29

Muheris Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar

Grafika), h.38. 30

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia,( Jakarta: PT Raja Grafindo,2010), cet 2, h.31. 31

B.Bastian Tafal, Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat, (Jakarta: RajaWali

Press,1989), cet 2, h.38. 32

Bushar Muhammad, Pokok-Pokok Hukum Adat, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1981),

h.29.

Page 35: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

26

Adat. Kedudukan hukum anak yang diangkat demikian ini adalah sama dengan

anak kandung daripada suami istri yang mengangkatnya, sedangkan hubungan

kekeluargaan dengan orang tua sendiri secara adat menjadi putus, seperti yang

terdapat di daerah Gayo, Lampung, Pulau Nias dan Kalimantan.33

Dilihat dari sudut anak yang di angkat, maka dapat dicatat adanya

pengangkatan-pengangkatan anak sebagai berikut:34

1. Mengangkat anak bukan warga keluarga

Anak itu diambil dari lingkungan asalnya dan dimasukkan dalam keluarga

orang yang mengangkat ia menjadi anak angkat. Lazimnya tindakan ini disertai

dengan penyerahan barang-barang magis atau sejumlah uang kepada keluarga

anak semula. Kedudukan hukum daripada anak yang diangkat demikian ini

adalah sama dengan anak kandung sedangkan hubungan kekeluargaan dengan

orang tua sendiri secara adat putus. Adopsi harus terang artinya wajib

dilakukan dengan upacara adat, adopsi demikian ini terjadi di daerah Lampung,

Pulau Nias dan Kalimantan.

2. Mengangkat anak dari kalangan keluarga.

Anak lazimnya diambil dari salah satu clan yang ada hubungan

tradisionalnya, yaitu disebut purusa. Dalam keluarga dengan selir-selir

(gundik) maka apabila isteri tidak mempunyai anak, biasanya anak-anak dari

selir-selir itu diangkat dijadikan anak-anak isterinya. Adopsi demikian terdapat

di daerah Bali.

3. Mengangkat anak dari kalangan keponakan-keponakan

Perbuatan ini banyak terdapat di Jawa, Sulawesi, dan beberapa daerah

lainnya. Mengangkat keponakan menjadi anak itu sesungguhnhya merupakan

pergeseran hubungan kekeluargaan dalam lingkungan keluarga. Lazimnya

33

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia,( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 2, h.33. 34

Soerojo Wignjodipoero, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, (Jakarta: PT Gunung

Agung, 1989), cet ke 8, h. 118.

Page 36: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

27

mengangkat keponakan ini tanpa disertai dengan pembayaran-pembayaran

uang ataupun penyerahan-penyerahan sesuatu barang kepada orang tua anak

yang bersangkutan yang pada hakikatnya masih saudara sendiri dari orang

yang memungut anak. Selain daripada pengangkatan-pengangkatan anak

seperti tersebut, masih dikenal juga pemungutan-pemungutan anak yang

maksud serta tujuannya bukan semata-mata untuk memperoleh keturunan,

melainkan lebih maksudkan untuk memberikan kedudukan hukum kepada anak

yang di pungut itu yang lebih baik dan menguntungkan daripada yang dimiliki

semula.

1. Kedudukan Anak dalam Hukum Adat

Beberapa putusan Pengadilan Negeri, misalnya putusan pengadilan Negeri

Pangkalan Bun Kalimantan Tengah dalam salah satu poin pertimbangan

hukumnya menyatakan bahwa pengangkatan anak secara adat belum disahkan

oleh pengadilan.itulah sebabnya kasus perdata yang sifatnya sengketa

(Contentiosa) gugatan waris, biasanya ada petitum permohonan pengesahan

pengangkatan anak yang telah berlangsung lama dan dilakukan berdasarkan

hukum adat setempat, guna untuk mendapatkan bagian watisan dari harta

peninggalan orang tua angkatnya.35

R.Soepomo ,menjelaskan perihal kedudukan dan akibat hukum

pengangkatan anak yang dilakukan secara hukum adat terutama yang terjadi di

beberapa daerah di pulau Jawa, dan Sunda bahwa kedudukan anak angkat yang

dilakukan daerah-daerah, dimana sistem keluarga berdasarkan keturunan dari

pihak laki-laki, seperti di Bali misalnya dimana perbuatan mengangkat anak

adalah perbuatan hukum yang melepaskan anak angkat dari pertalian

keluarganya dengan orang tua nya sendiri dengan memasukkan anak angkat

tersebut ke dalam keluarga pihak bapak angkat, sehingga anak itu

35

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2010), cet 1, h.43.

Page 37: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

28

berkedudukan sebagai anak kandung, untuk meneruskan keturunan bapak

angkatnya.36

Status anak angkat dalam hukum adat masyarakat Bali seperti tersebut,

hampir sama dengan pengertian anak angkat dalam hukum Barat yang juga

memutuskan, dan memasukkan anak angkat dalam keluarga orang tua

angkatnya sebagai anak kandung yang diberi hak-hak yang sama status sah

atau anak kandung.37

Berbeda dengan kedudukan status anak angkat dalam sistem hukum adat

jawa. Di Jawa, pengangkatan anak tidak memutuskan hubungan pertalian darah

dengan orang tua kandung anak tersebut, hanya anak angkat didudukkan

sebagai anak kandung untuk meneruskan keturunan bapak angkatnya, dan

sama sekali tidak memutuskan hak-haknya dengan orang tua kandungnya

sehingga hukum adat Jawa memberikan pepatah bagi anak angkat dalam hak

waris di kemudian hari dengan istilah anak angkat memperoleh warisan dari

dua sumber air sumur.38

Maksudnya anak angkat tetap memporoleh harta

warisan dari orang tua kandung, juga mendapatkan warisan dari orang tua

angkatnya.

Hak kewarisan anak angkat baik terhadap orang tua kandung maupun

orang tua angkat, terdapat beberapa perbedaan praktik adatnya. Di daerah

Lampung Utara, adat menyatakan dengan tegas bahwa anak angkat tidak

memperoleh harta warisan dari orang tua kandungnya. Dengan demikian,

secara akontrario dapat dipahami bahwa logika adam masyarakat Lampung

Utara memandang bahwa anak angkat harus memperoleh warisan dari orang

tua angkatnya. Berbeda dengan halnya di daerah Gresik yang hukum adatnya

menyatakan bahwa anak angkat memperoleh hak warisan dari orang tua angkat

dan hak warisan dari orang tua kandungnya sendiri.39

36

Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1976),h. 118 37

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 1, h. 44. 38

Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1976), h. 118 39

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 1, h. 45.

Page 38: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

29

Muderis Zaini, meyakini bahwa sebetulnya banyak di daerah-daerah di

Indonesia yang hukum adatnya menyatakan bahwa anak angkat bukanlah

sebagai ahli waris, seperti di daerah Lahat (Palembang), Pasemah, Kabupaten

Batanghari, Kecamatan Bontomaranu Kabupaten Goa daerah Tidore. Beberapa

daerah tersebut secara umum menyatakan bahwa anak angkatbukanlah ahli

waris dari orang tua angkatnya, anak angkat adalah ahli waris dari orang tua

nya sendiri. Anak angkat memperoleh harta warisan dari peninggalan orang tua

angkatnya melalui hibah atau pemberian atau wasiat (sebelum orang tua

angkatnya meninggal dunia).40

Secara adat kebiasaan masyarakat yang mengakui adanya hukum adat

anak angkat,bagi mereka adalah suatu hal tidak etis dan akan mendapatkan

celaan dari masyarakat apabila anak angkat yang telah diketahui masyarakat

tersebut kemudian dibatalkan oleh anak atau keluarga orang tua angkat.

Kecuali anak angkat tersebut nyata-nyata telah melakukan

penghianatan,pembunuhan, percobaan pembunuhan terhadap orang tua

angkatnya.41

Kesadaran masyarakat muslim tentang kewajibannya untuk menjalankan

hukum islam (syariat islam)secara konsisten dalam kehidupan berbangsa dan

bermasyarakat semakin menguat. Penguatan kesadaran pelaksanaan hukum

islam tersebut telah secara riil terjadi di tengah-tengah masyarakat.

Di lembaga eksekutif, legislatif dan di kalangan akademik dan semuanya

bermuara pada menguatnya desakan dibentuknya peraturan perundang-

undangan yang bernuansa islami. Hukum adat yang telah sesuai dengan

semangat dan prinsip-prinsip hukum islam dikembangkan sebagai bahan

hukum yang diakui eksistensinya oleh hukum islam, tetapi bentuk-bentuk

praktik adat yang menyimpang akan diluruskan secara politis dan bertahap

melalui proses pembentukan hukum Indonesia yang islami.42

40

Muderis Zaini, Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, (Jakarta: Sinar

Grafika), h.50. 41

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia. (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010),cet 1, h. 46. 42

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 1, h. 47.

Page 39: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

30

2. Akibat hukum Pengangkatan Anak dalam Hukum Adat

Dilihat dari aspek akibat hukum, pengangkatan anak menurut hukum adat

tersebut, memiliki segi persamaan dengan hukum adopsi yang dikenal dengan

hukum Barat, yaitu masuknya anak angkat kedalam keluarga orang tua yang

mengangkatnya dan terputusnya hubungan keluarga dengan keluarga atau

orang tua kandung anak angkat. Perbedaannya dalam hukum adat

disyaratkannya suatu imbalan sebagai pengganti kepada orang tua kandung

anak angkat, biasanya berupa benda-benda yang dikeramatkan atau dipandang

memiliki kekuatan magis.43

Dilihat dari segi motivasi pengangkatan anak,berbeda dengan motivasi

pengangkatan anak yang terdapat dalam Undag-undang perlindungan anak

yang menekankan bahwa perbuatan hukum pengangkatan anak harus di dorong

oleh motivasi semata-mata untuk kepentingan yang terbaik untuk anak yang

diangkat. Dalam hukum adat, lebih ditekankan kepada kekhawatiran (calon

orang tua nagkta )akan kepunahan,maka calon orangtua angkat (keluarga yang

tidak mempunyai anak) mengambil anak dari lingkungan kekuasaan

kekerabatnya yang dilakukan secara kekerabatan,maka anak yang diangkat itu

kemudian menduduki seluruh kedudukan anak kandung ibu dan bapak yang

mengangkatnya dan ia terlepas dari golongan sanak saudaranya semula.44

Pengangkatan anak tersebut dilakukan dengan upacara-upacara dengan

bantuan pemuka-pemuka rakyat atau penghulu-penghulu yang dilakukan

secara terang karena dihadiri dan disaksikan oleh hadirin undangan dan

khalayak ramai.

43

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Pengangkatan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo,2010), cet 1, h. 34. 44

Ahmad Kamil dan M Fauzan, Hukum Perlindungan dan Pengangkatan Anak di

Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2010), cet 1, h. 35.

Page 40: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

31

BAB III

TATA CARA PENGANGKATAN ANAK DALAM ADAT LAMPUNG

A. Adat Lampung Pepadun

1. Gambaran Umum Lokasi Tempat

a. Geografi

Kecamatan Banjar Margo adalah salah satu kecamatan di

Kabupaten Tulamg Bawang yang merupakan pemekaran dari

Kecamatan Banjar Agung sejak Oktober 2005 membawahi tujuh

kampung, yaitu kampung Agung Dalem,Bujuk Agung,Penawar Jaya,

Purwajaya, Catur Karya Buana Jaya, Ringin Sari, dan Suka maju.

Berdasarkan Perda No. 03 Tahun 2008, kecamatan Banjar Margo

menjadi 10 kampung karena adanya pemekaran kampung. Tiga

kampung yang mekar adalah Sumber Makmur, Tri Tunggal Jaya, dan

Agung Jaya. Kemudian pada tahun 2011 mekar kembali menjadi 12

kampung, dua kampung yang mekar adalah kampung Penawar Rejo

dan Mekar Jaya.1

Luas wilayah Kecamatan Banjar Margo 132,95 km dengan

jumlah penduduk sebesar 36.614 jiwa, terdiri 274 RT dan terdapat 12

kampung dalam Kecamatan Banjar Margo. Untuk lebih terinci penulis

akan memaparkan gambaran Kecamatan Banjar Margo dalam bentuk

tabel sebagai berikut:

Tabel.3.1

Luas Daerah Kecamatan Banjar Margo

NO Nama Kampung/ Kelurahan Luas (km)

1 Ringin Sari 17,68

2 Catur Karya Buana Jaya 7,46

3 Bujuk Agung 6,16

1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang

Page 41: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

32

4 Suka Maju 8,22

5 Penawar Jaya 20,09

6 Purwajaya 18,78

7 Agung Dalem 13,83

8 Sumber Makmur 7,81

9 Tri Tunggal Jaya 8,68

10 Agung Jaya 6,17

11 Penawar Rejo 7,91

12 Mekar Jaya 10,16

Jumlah Luas Kecamatan 132,95

b. Pemerintahan

Administrasi pemerintah Kecamatan Banjar Margo terdiri atas

12 kampung definitif. Secara total Kecamatan Banjar Margo terdiri

dari 274 RT (Rukun Tetangga).

Tabel.3.2

Data Rukun Tetangga Kecamatan Banjar Margo

No Nama Kampung/ Kelurahan Rukun Tetangga

1 Ringin Sari 32

2 Catur Karya Buana Jaya 22

3 Bujuk Agung 28

4 Suka Maju 15

5 Penawar Jaya 27

6 Purwajaya 31

7 Agung Dalem 23

8 Sumber Makmur 16

9 Tri Tunggal Jaya 16

10 Agung Jaya 30

Page 42: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

33

11 Penawar Rejo 22

12 Mekar Jaya 12

Jumlah 274

c. Kependudukan

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2017, jumlah rumah

tangga di Kecamatan Banjar Margo sebesar 9.511 dan jumlah

penduduknya sebesar 36.614 jiwa.

Dengan luas wilayah 132,95 km berarti kepadatan

penduduknya mencapai 275 jiwa perkm.

Banyaknya Rumah Tangga menurut Kampung/ Kelurahan di

Kecamatan Banjar Margo.

Tabel3.3

Jumlah Rumah Tangga Kecamatan Banjar Margo

NO Nama Kampung/Kelurahan Jumlah Rumah

Tangga

1 Ringin sari 1021

2 Catur Karya Buana Jaya 513

3 Bujuk Agung 1921

4 Suka Maju 629

5 Penawar Jaya 936

6 Purwajaya 778

7 Agung Dalem 624

8 Sumber Makmur 396

9 Tri Tunggal Jaya 578

10 Agung Jaya 883

11 Penawar Rejo 829

Page 43: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

34

12 Mekar Jaya 385

JUMLAH 9.511

Banyaknya Penduduk menurut Kampung/Kelurahan di

Kecamatan Banjar Margo sebagai berikut:

Tabel.3.4

Jumlah Pendududuk Kecamatan Banjar Margo

NO Nama

Kampung/Kelurahan

Jumlah

penduduk

laki-laki

Jumlah

Penduduk

Perempuan

Jumlah

laki-laki +

perempuan

1 Ringin Sari 2035 1.874 3.909

2 Catur Karya Buana

Jaya

917 963 1.934

3 Bujuk Agung 3762 3.200 6.962

4 Suka Maju 1434 1.314 2.748

5 Penawar Jaya 1881 1.766 3.647

6 Purwajaya 1578 1.428 3.006

7 Agung Dalem 1318 1.244 2.562

8 Sumber Makmur 811 730 1.540

9 Tri Tunggal Jaya 1194 1.093 2.287

10 Agung Jaya 1807 1.723 3.530

11 Penawar Rejo 1671 1.511 3.182

12 Mekar Jaya 664 644 1.308

JUMLAH 19.125 17.489 36.614

Berdasarkan hasil dari tabel diatas maka dapat disimpulkan

maka kependudukan Kecamatan Banjar Margo memiliki jumlah

rumah tangga 9.511, dan dilihat dari segi jumlah penduduk laki-laki

dan perempuan, pada Kecamatan Banjar Margo lebih dominan laki-

Page 44: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

35

laki yakni dengan jumlah 19.125 sedangkan perempuan 17.489 dan

jumlah keduanya antara penduduk laki-laki dan perempuan berjumlah

36.614 penduduk.

d. Sosial

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu

negara adalah tersedianya cukup sumber daya manusia yang

berkualitas. Peningkatan SDM sekarang ini lebih difokuskan pada

pemberian kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk

mengecap pendidikan, terutama penduduk kelompok usia sekolah

(umur 7- 24 tahun ).

Di Kecamatan Banjar Margo, fasilitas SD sampai SLTA sudah

lengkap. Untuk fasilitas SD terdapat 16 unit, SLTP 9 unit dan SLTA 3

unit, namun demikian untuk jumlah fasilitas dan kualitas dari sekolah

tersebut tetap harus ditingkatkan.

Berikut penulis akan memaparkan banyaknya sarana

pendidikan SD, SLTP, SLTA menurut Kampung atau Kelurahan

berdasarkan tabel berikut:

Tabel.3.5

Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Banjar Margo

NO Nama

Kampung/Kelurahan

SD

(sederajat)

SLTP

(sederajat)

SLTA

(sederajat)

1 Ringin Sari 2 1 -

2 Catur Karya Buana

Jaya

1 - -

3 Bujuk Agung 2 1 1

4 Suka Maju 1 - -

5 Penawar Jaya 2 - -

Page 45: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

36

6 Purwajaya 1 2 -

7 Agung Dalem 1 - -

8 Sumber Makmur 1 1 1

9 Tri Tunggal Jaya 1 1 -

10 Agung Jaya 2 1 -

11 Penawar Rejo 1 2 1

12 Mekar Jaya 1 - -

JUMLAH 16 9 3

Banyaknya penduduk dirinci menurut agama yang dianut dari

kampung/kelurahan di Kecamatan Banjar Margo .

Tabel.3.6

Data Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut.

NO Nama

Kampung/Kelurahan

Pemeluk Agama

Islam Kristen Katolik Hindu Budha Jumlah

1 Ringin Sari 3.611 47 101 - - 3.759

2 Catur Karya Buana

Jaya

1.692 9 13 33 6 1.752

3 Bujuk Agung 3.631 64 19 63 - 3.776

4 Suka Maju 3.446 18 14 1 - 3.478

5 Penawar Jaya 3.105 107 43 - - 3.254

6 Purwa Jaya 2.283 129 183 - - 2.595

7 Agung Dalem 2.653 30 - 5 - 2.688

8 Sumber Makmur 1.196 71 - 5 87 1.359

9 Tri Tunggal Jaya 2.141 11 38 1 10 2.200

10 Agung Jaya 3.068 78 37 - - 3.184

11 Penawar Rejo 2.113 44 18 - - 2.175

12 Mekar Jaya 1.175 13 5 - - 1.193

Page 46: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

37

13 JUMLAH 30.11

4

620 471 108 102 31.415

Dari hasil tabel diatas pada Kecamatan Banjar Margo dilihat

dari segi sosial, Kecamatan Banjar memiliki fasilitas 16 unit SD, 9

unit SLTP dan 3 unit SLTA. Dan sedangkan dilihat dari keagamaan

pada Kecamatan Banjar Margo mayoritas penduduk tersebut

beragama islam dengan jumlah 30.114 dan terdapat pula beragama

Kristen dengan jumlah 620, Katolik 471, Hindu 108 dan Budha 102

penduduk.

e. Jumlah Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun.

Kecamatan Banjar Margo merupakan salah satu Kecamatan

yang beradatkan Lampung Pepadun. Kecamatan Banjar Margo

terdiri dari 12 kampung yaitu: Ringin Sari, Catur Karya Buana

Jaya, Bujuk Agung, Suka Maju, Penawar Jaya, Purwajaya, Agung

Dalem, Sumber makmur, Tri Tunggal Jaya, Agung Jaya, Penawar

Rejo dan Mekar Jaya.

Tabel 3.7

Jumlah Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun

Kecamatan Banjar Margo

NO Nama Kampung Jumlah Pengangkatan anak

1 Ringin sari 8

2 Catur Karya Buana 6

3 Bujuk Agung 8

4 Suka Maju 7

5 Penawar Jaya 8

6 Purwajaya 5

7 Agung Dalem 9

Page 47: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

38

8 Sumber Makmur 5

9 Tri Tunggal Jaya 6

10 Agung Jaya 5

11 Penawar Rejo 4

12 Mekar Jaya 4

Sumber:Kecamatan Banjar Margo

2. Struktur Masyarakat Lampung Pepadun

Masyarakat Lampung Pepadun memegang teguh teguh norma-

norma adat setegguh mereka memeluk agama islam, sehingga pada

masyarakat Lampung Pepadun adat dan agama jalin menjalin

seimbang kuatnya.

Adat Lampung Pepadun dibentuk dan dilaksanakan dengan

cara perundingan (berpadu) kesepakatan dan kebulatan kata dalam

suasana kekeluargaan yang penuh keakraban. Dalam adat Lampung

Pepadun ada 3 bagian yaitu:

a. Adat cepalo, berupa larangan-larangan guna membentuk

akhlak yang baik sehingga menimbulkan nilai-nilai harga

diri dan norma-norma kehormatan pribadi maupun

keluarga, yang di dalam bahasa Lampung dinamakan Pi’il

Pesenggrei.

b. Adat Ngejuk-Ngukuk, merupakan sumber utama

penjelmaan adat karena keharusan manusia yang normal

untuk kawin guna melanjutkan generasi dan ini perlu diatur

dalam tata cara yang sebaik-baiknya.

c. Adat Kebumian, dimaksukdkan disini untuk memastikan

tempat kedudukan dan sekaligus hak dan kewajiban

seseorang dalam struktur masyarakat adat.

Page 48: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

39

Masyarakat Lampung beradat pepadun ditandai dengan

upacara adat pengambilan gelar kedudukan adat dengan upacara yang

disebut Pepadun. Pepadun merupakan singgasana yang dipergunakan

dalam setiap upacara pengambilan gelar adat, oleh karena itu upacara

ini disebut Cakak Pepadun.

Kelompok masyarakat ini pada umumnya mendiami daratan

wilayah Lampung yang jauh dari pantai laut seperti daerah Abung,

Way Kanan, Sungkai, Tulang Bawang dan Gunung Sugih. Dan secara

kekerabatan masyarakat Lampung Pepadun terdiri dari empat clan

besar yang masing-masing di bagi-bagi kedalam kelompok kerabat

yang disebut Buay.dengan uraian rincian sebagai berikut:2

a. Abung Siwo Megeo, yang wilayahnya meliputi way abung,

way rarem, way pengubuan dan way seputih. Terdiri dari

Buay-buay nunyai,unyi, belituk,kunang,aji selagi dan

nuwat. Kebudayaan nuwat masuk ikatan adat Abung Siwo

megeo akan tetapi marga nuwat adalah kesatuan teritorial.

b. Tulang Bawang Mego, meliputi tanah Tulang Bwaang ilir.

c. Way Kanan Buwai Lima(lima keturunan) dan sngkai,

meliputi wilayah tanah di daerah Way Kanan (Tulang

Bawang Ulu, Way Umpu dan Way Besai) dan Way

Sungkai , mencakup buay-buay semenjuk.

d. Pubian Telu Suku ( Pubian Tiga Suku), meliputi wilayah di

daerah Way sekampung dan Way sekampung Ulu.

Umunya masyarakat adat suku Lampung Pepadun menganut

prinsip garis keturunan Bapak, dimana anak laki-laki tertua dari

keturunan tertua memegang kekuasaan adat. Setiap anak laki-laki

adalah Penyeimbang, yaitu anak yang mewarisi kepemimpinan ayah

sebagai kepala keluarga atau kepala kerabat seketurunan. Hal ini

2 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi,Tulang Bawang

29 Juni 2018.

Page 49: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

40

tercermin dalam sistem dan bentuk perkawinan adat serta upacara-

upacara adat yang berlaku. Dan kedudukan penyeimbang begitu

dihormati dan istimewa karena merupakan pusat pemerintahan

kekerabatan, baik yang berasal dari satu keturunan pertakian darah ,

satu pertalian adat atau satu pertalian karena perkawinan.

3. Proses Pengangkatan Anak Adat Lampung Pepadun

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan Bapak

Muhammad Jelham selaku Tokoh Adat Lampung Pepadun Tulang

Bawang dengan Gelar Sultan menjelaskan bahwa pengangkatan anak

ini dilakukan sebelum menikah, bagi calon mempelai yang berbeda

suku atau berasal dari luar suku Lampung Pepadun dan pengangkatan

anak ini terjadi karena terjadinya pernikahan beda suku. Apabila

pernikahan antara sesama suku Lampung Pepadun maka tidak perlu

melakukan pengangkatan anak.3

Sebelum melaksanakan perkawinan, menurut adat Lampung

Pepadun harus dilakukan pengangkatan anak terlebih dahulu yang

diawali dengan melakukan pertemuan keluarga untuk membahas

upacara pengangkatan anak tersebut. Dan setelah diadakan

peretemuan yang didalamnya diikuti kedua keluarga dan para tetua

adat, maka mereka akan membahas siapakah yang akan mengangkat

calon mempelai yang berbeda suku tersebut.

Setelah mendapatkan titik temu siapakah yang akan

mengangkat calon mempelai yang beda suku tersebut, maka mempelai

yang berbeda suku tersebut dipertemukan oleh calon orang tua

angkatnya. Dan baiasanya calon orang tua angkat tersebut dicarikan

dari kerabat atau tetangga dari masyarakat adat setempat, hal ini

3 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi,Tulang Bawang

29 Juni 2018

Page 50: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

41

bertujuan bahwa apabila terjadi sesuatu maka akan mudah untuk

memusyawarahkan nya.

Di dalam pengangkatan anak ini , ada tiga keluarga yang saling

berkaitan yaitu, keluarga mempelai asli suku Lampung Pepadun, calon

mempelai yang berbeda suku dan keluarga calon orang tua yang akan

mengangkat. Apabila sudah terjadi kesepakatan antara ketiga keluarga

tersebut maka baru bisa di laksanakan upacara pengangkatan anak

antara kedua belah pihak tersebut.

Pengangkatan anak ini dipimpin oleh Tokoh Adat setempat

dan biasanya pelaksanaan pengangkatan anak ini di laksanakan

dirumah salah satu mempelai atau di balai desa setempat. Dalam hal

ini upacara pengangkatan anak adalah pembacaan bahwa sahnya

keluarga mempelai yang akan menikah dengan mempelai bersuku

Lampung meminta kepada calon keluarga angkat untuk mengangkat

anak nya agar dapat menikah secara Adat Lampung Pepadun. Karena

pada dasarnya masyarakat adat Lampung Pepadun memiliki aturan

berdasarkan aturan adat yang berlaku bahwa barang siapa berada di

lingkungan rumah bukan bagian dari kerabat merupakan suatu

pelanggaran adat dan akan dikenakan sanksi, sehingga untuk mereka

yang akan bebeas keluar masuk dari rumah masyarakat adat Lampung

Pepadun tersebut makalah perlu dilaksanakan pengangkatan anak

secara adat , agar mereka diakui keberadaannya dan merupakan

bagian dari masyarakat Lampung Pepadun.

Adapun proses upacara pengangkatan anak dalam perkawinan

beda suku adalah sebagai berikut:4

a. Pemandai Kampung (memberitahukan kepada Tokoh

adat)

4 Sayuti Ibrahim, Buku Handak II Mengenal Adat Lampung, ( Bandar Lampung: Gunung

Pesagi, 1900), 1005, H.87.

Page 51: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

42

Upacara pengangkatan anak diawali dengan orang yang

bersangkutan datang kepada rukun tetangga untuk

memberitahukan perihal pengangkatan anak dan dipilih

calon orang tua angkat, setelah keluarga yang akan

mengangkat mengetahui latar belakang anak yang akan

diangkat, maka keluarga yang akan mengangkat

tersebut memberitahukan kepada majelis perwatin,

sekertaris adat dan anggota adat atas maksud dan tujuan

untuk mengangkat dan meminta sekertaris adat agar

dibuatkan konsep pengangkatan anak atas keputusan

perwatin (hadirin) dan mengumpulkan tokoh-tokoh adat

yang berkepentingan.

b. Sidang Adat Perwatin

Setelah pemberitahuan dilakukan oleh orang yang akan

mengangkat kepada majelis perwatin dan masyarakat

adat, mereka dikumpulkan dalam rapat perwatin

diruang yang telah ditentukan oleh orang yang akan

mengangkat atau dapat juga dilakukan disalah satu

rumah orang yang bersangkutan atau pun balai

musyawarah. Acara ini pada umunya dapat dihadiri

oleh seluruh masyarakat adat dan majelis perwatin yang

ada ditempat tersebut. Jalannya rapat dalam

pengangkatan anak ini dimulai dengan tuan rumah

menunjuk salah seorang tokoh adat untuk menjadi juru

bicara atas perihal tersebut. Selanjutnya juru bicara dari

tuan rumah bertanya kepada perwatin, kepada lawan

bicaranya dan dilanjutkan dengan pertanyaan dari juru

bicara tuan rumah atas kedatangan mereka kepada

majelis perwatin serta menanyakan apakah perwatin

setuju dengan maksud tersebut.setelah itu dilanjutkan

dengan penandatanganan keputusan perwatin.

Page 52: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

43

c. Penurunan Uno atau Daw adat (dana anggaran wajib

adat)

Selanjutnya setelah pengesahan surat keputusan

perwatin dan telah dianggap resmi oleh majelis

perwatin maka acara selanjutnya adalah penurunan Uno

atau Daw adat (dana anggaran wajib adat) yang

merupakan syarat sah dalam pelaksanaan pengangkatan

anak yang harus dipenuhi serta dijalankan oleh keluarga

yang hendak melakukan pengangkatan anak secara adat

tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak

Muhammad Jelham selaku Tokoh Adat Lampung Pepadun Tulang

Bawang dengan gelar Sultan, bahwa besarnya Daw adat (uang

adat)yang harus dipenuhi oleh pelaku yang akan diangkat berupa

kelipatan yang dimulai dari nilai yang tertinggi yakni 24 kemudian 12

dan 6 hal ini tergantung kesepakatan kemampuan si pelaku yang akan

diangkat tersebut. Persyaratan ini disiapkan sebelum upacara

pengangkatan anak dilaksanakan, setelah terpenuhi kemudian Daw

adat tersebut dibagikan kepada majelis perwatin. Tujuan Daw adat ini

adalah agar semua perwatin yang ada mengakui akan keberadaan

orang yang diangkat. Dengan diterimanya syarat-syarat tersebut oleh

majelis perwattin maka secara otomatis otrang yang berasal dari luar

suku Lampung telah sah menjadi warga adat Lampung Pepadun.5

4. Hak dan Kedudukan Anak yang Diangkat Adat Lampung

Pepadun

Kedudukan anak yang telah diangkat oleh orang tua angkat

yang berasal dari suku Lampung berdasarkan penjelasan diatas dengan

kesepakatan kedua belah pihak baik laki-laki maupun perempuan

5 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi,Tulang Bawang

29 juni 2018

Page 53: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

44

yakni kedudukan nya disamakan dengan anak kandung, dan posisi

kedudukan anak yang telah diangkat tersebut menjadi bungsu selain

dari pada itu gelar yang diambil menjadi bagian keluarga yang

mengangkat tersebut. akan terapi mengenai perwalian dan warisan

tidak ada hak mutlak atas perwalian dan warisan tersebut.

Penulis telah melakukan wawancara dengan salah satu pelaku

yang melakukan pengangkatan anak karena pernikahan beda suku,

informan mengatakan bahwa pengangkatan anak ini, mengenai

warisan anak angkat tidak mendapatkan nya akan tetapi jika ingin

memberi dan menerima atas dasar suka sama suka di perbolehkan.6

Kemudian Bapak Muhammad Jelham menjelaskan kedudukan

anak yang telah diangkat dalam tmasyarakat adat sebagai berikut:7

a. Kedudukan laki-laki yang telah diangkat

Kedudukan sesorang laki-laki yang telah diangkat yakni

disamakan dengan anak kandung dari seseorang yang

telah mengangkatnya dan posisinya dijadikan anak

bungsu, namun beliau menjelaskan lebih lanjut apabila

pada saat orang tua atau ayah dari orang tua angkat laki-

laki tersebut meninggal dunia, namun anak kandung

dari orang tuangkat tersebut belum menikah atau dapat

dikatakan masih bujang, maka anak kandung tersebut

belum berhak menggantikan posisi ayahnya dalam

mengikuti berbagai prosesi adat atau upacara adat.

Namun dalam hal ini anak angkat dari luar suku

Lampung tersebut berhak menggantikan posisi ayah

angkatnya dalam berbagai hal prosesi adat, karena anak

angkat tersebut dianggap telah mengikuti upacara

pengangkatan anak dan sudah sah menjadi bagian dari

6 Muhammad Lilik, Pelaku Pengangkatan Anak Adat Lampung Pepadun, Interview

Pribadi,Tulang Bawang 27 Juni 2018. 7 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi, Tulang

Bawang 29 Juni 2018.

Page 54: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

45

suku Lampung Pepadun tersebut. Oleh karena itu anak

angkat berhak menggantikan ayah angkatnya apabila

anak kandung dari ayah angkat tersebut masih bujang

atau belum menikah.

b. Kedudukan perempuan yang telah diangkat

Anak perempuan yang telah diangkat oleh suku

Lampung ini disebut mirul karena sudah menikah dan

apabila belum menikah maka disebut muli. kedudukan

anak perempuan yang telah diangkat tersebut menjadi

anak atau adik perempuan kandung dari seorang yang

telah mengangkatnya.

Dengan adanya pengangkatan anak ini maka adanya

pengakuan juga dari mayarakat Lampung Pepadun itu

sendiri. Oleh karena itu seseorang yang bersuku asli

Lampung pepadun jika menikahi dengan seseorang

yang berasal dari luar suku Lampung maka tidak akan

hilang statusnya dalam adat tersebut.

Kemudian dalam hal waris mewarisi,anak yang telah di

angkat tersebut tidak berhak mendapatkan warisan dari

orang tua angkatnya ataupun sebaliknhya karena pada

dasarnya pengangkatan anak ini hanya untuk mendapat

pengakuan saja dari masyarakat Lampung Pepadun jika

terjadinya pernikahan beda suku.

Page 55: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

46

B. Adat Lampung Saibatin

1. Gambaran Umum Lokasi Tempat

a. Geografi

Kecamatan Kedondong adalah salah satu Kecamatan yang

berada di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung yang sudah lama

terbentuk dari kecamatan yang wilayahnya termasuk pemekaran

kecamatan way lima dan kecamatan way khilau Luas wilayah

Kecamatan Kedondong 73,337 km dengan jumlah penduduk 44288

jiwa . Kecamatan Kedondong terdiri dari 12 Desa yaitu Desa Pasar

Baru, Kedondong, Teba Jawa, Pesawaran, Kerta Sana, Way

Kepayang, Gunung Sugih, Tempel Rejo dan Sinar Harapan.8

Berikut penulis akan memaparkan gambaran Kecamatan

Kedondong dalam bentuk tabel.9

Tabel.3,7

Luas Kecamatan Kedondong

NO Nama Kampung/Kelurahan Luas (Km2)

1 Suka Maju 7,36

2 Way Kepayang 8,27

3 Kedondong 8,53

4 Sinar Harapan 4,39

5 Tempel Rejo 8,90

6 Pasar Baru 3,46

7 Kertasana 4,45

8 Gunung Sugih 6,00

9 Babakan Loa 5,35

8 Marzuki, Kepala Camat, Interview Pribadi, Kedondong 4 Juni 2018

9 Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran .

Page 56: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

47

10 Pesawaran 7,26

11 Teba Jawa 6,20

12 Harapan Jaya 6,20

JUMLAH 73,37

b. Pemerintahan

Administrasi pemerintahan Kecamatan Kedondong terdiri

atas 12 kampung definitif. Secara total Kecamatan Kedondong

terdiri dari 217 RT (Rukun Tetangga).

Tabel.3.8

Jumlah Rukun Tetangga Kecamatan Kedondong

NO Nama Kampung/Kelurahan Rukun Tetangga

1 Suka Maju 15

2 Way Kepayang 16

3 Kedondong 16

4 Sinar Harapan 24

5 Tempel Rejo 28

6 Pasar Baru 25

7 Kertasana 12

8 Gunung Sugih 18

9 Babakan Loa 19

10 Pesawaran 20

11 Teba Jawa 12

12 Harapan Jaya 12

JUMLAH 217

Sumber: Kantor Kecamatan Kedondong

Page 57: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

48

c. Kependudukan

Berdasarkan hasil sensus penduduk 2017 Kecamatan

Kedondong , jumlah penduduknya sebesar 33.952 jiwa.

Dengan luas wilayah 73,37 km berarti kepadatan penduduknya

mencapai 275 jiwa perkm.

Kepadatan Penduduk menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan

Kedondong.

Tabel.3.9.

Jumlah Kepadatan Penduduk Kecamatan Kedondong

NO Nama

Desa/Kelurahan

Luas Penduduk Kepadatan

Penduduk

1 Suka Maju 7,36 2359 320,52

2 Way Kepayang 8,27 1516 183,31

3 Kedondong 8,53 4813 564,24

4 Sinar Harapan 4,39 4080 929,38

5 Tempel Rejo 8,9 4381 492,25

6 Pasar Baru 3,46 3883 1122,25

7 Kertasana 4,45 1665 374,16

8 Gunung Sugih 6 3150 525,00

9 Babakan Loa 5,35 2193 409,91

10 Pesawaran 7,26 3462 476,86

11 TebaJawa 6,2 1186 191,29

12 Harapan Jaya 3,2 1264 395,00

13 JUMLAH 73,37 33952 5984,17

Jumlah Penduduk Kecamatan Kedondong berdasarkan jenis

kelamin10

10

Badan Statistik Kecamatan Kedondong

Page 58: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

49

Tabel.3.10

Data Penduduk Kecamatan Kedondong Berdasarkan Jenis

Kelamin

NO Nama

Desa/Kelurahan

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Suka Maju 1.243 1.116 2.359

2 Way Kepayang 788 728 1.516

3 Kedondong 2.461 2.352 4.813

4 Sinar Harapan 2.120 1.960 4.080

5 Tempel Rejo 2.278 2.103 4.381

6 Pasar Baru 1.967 1.916 3.883

7 Kertasana 845 820 1.665

8 Gunung Sugih 1.618 1.532 3,150

9 Babakan Loa 1.135 1.058 2.193

10 Pesawaran 1.781 1.681 3.462

11 Teba Jawa 605 581 1.186

12 Harapan Jaya 658 606 1.264

13 JUMLAH 17.499 16.453 33952

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penduduk

Kecamatan Kedondong berjumlah sebesar 33.952 jiwa dengan luas

73,37. Dan lihat dari segi jumlah penduduk berdasarkan jenis

kelamin pada Kecamatan Kedondong maka laki-laki lebih

dominan dibanding perempuan dengan jumlah laki-laki 17.499

sedangkan perempuan 16.453 dan jika di jumlah keduanya maka

jumlah penduduk tersebut berjumlah 33952 penduduk.

d. Sosial

Banyaknya sarana pendidikan TK,SD,SLTP,SLTA dan SMK di

Kecamatan Kedondong. Penulis akan memaparkan dengan bentuk

tabel sebagai berikut:

Page 59: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

50

Tabel.3.11

Jumlah Sarana Pendidikan Kecamatan Kedondong

NO Desa/Kelurahan TK SD SLTP SLTA SMK

1 Suka Maju - 2 - - -

2 Way Kepayang - 2 1 1 -

3 Kedondong 1 7 1 1 2

4 Sinar Harapan - 5 1 - -

5 Tempel Rejo - 3 - -- -

6 Pasar Baru 2 2 - - -

7 Kertasana - 1 - - -

8 Gunung Sugih - 1 - - -

9 Babakan Loa - 1 - - -

10 Pesawaran 1 3 1 - -

11 Teba Jawa - - - - -

12 Harapan Jaya - - - - -

13 JUMLAH 4 30 4 2 2

Di lihat dari segi sosial pada Kecamatan Kedondong maka

sarana pendidikan terdapat TK,SD,SLTP,SLTA dan SMK dengan

fasilitas 4 unit TK, 30 unit SD,4 unit SLTP,2 unit SLTA dan 2 unit

SMK. Dan lihat dari segi keaagmaan mayoritas penduduk

Kecamatan Kedondong beragama Islam.11

2. Struktur Masyarakat Lampung Saibatin

Masyarakat adat Lampung Saibatin merupakan masyarakat

yang selalu menjaga kemurnian daerah dalam menduduki seseorang

11

Marzuki, Kepala Camat, Interview Pribadi, Kedondong 04 Juni 2018

Page 60: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

51

pada jabatan yang oleh sekelompok masyarakat Lampung Saibatin

disebut dengan kepenyumbingan.

Saibatin sesungguhnya diartikan sebagai status yang ada dalam

adat untuk membina kerukunan dalam bermasyarakat yang mengikat

hubungan persaudaraan sehingga berkembang menjadi suatu

kedudukan dengan adanya penyimbang Saibatin.

Masyarakat adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat :

Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja

Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima,

Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak,

Belalau,Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua Kayu

Agung, empat kota ini ada di Provinsi Selatan.12

Masyarakat adat Lampung Saibatin dalam sistem

kekerabatannya menganut prinsip patrilineal dan patriloka. Dalam

prinsip patrilineal berarti pihak laki-laki yang melamar perempuan dan

kemudian menetap di rumah pihak keluarga atau kerabat laki-laki.

Bagi perempuan yang telah menikah secara patrilokal menetap di

rumah keluarga luas suaminya. Apabila keluarga hanya mempunyai

anak perempuan, maka untuk meneruskan keturunannya dapat diatasi

dengan cara ngakuk ragah (menganmbil suami), dengan ketentuan

bahwa suami bukan anak pertama bagi keluarganya sendiri.

3. Proses Pengangkatan Anak Adat Lampung Saibatin

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan Tokoh

adat Lampung Saibatin dengan Bapak Husni bahwa proses

pengangkatan anak dengan terjadinya pernikahan beda suku ini

dilakukan bisa sebelum menikah atau setelah menikah, karena pada

dasarnya adat Lampung Saibatin berbeda dengan adat Lampung

12

Suhendra, Tradisi Sebambangan Dalam Adat Lampung Menurut Hukum Islam dan

Hukum Positif, (UIN Jakarta 2014)

Page 61: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

52

Pepadun, yang mana adat Lampung Saibatin, dahulunya adat

Lampung Saibatin dan Pepadun sama-sama tidak memperbolehkan

pernikahan beda suku bahkan Adat Lampung Saibatin dahulu apabila

terjadi nya pernikahan beda suku maka haruslah melakukan

perceraian. Dan seiring perubahan zaman adat Lampung saibatin ini

tidak melarang terjadinya pernikahan suku, maka barang siapa yang

melakukan pernikahan suku saat ini di perbolehkan akan tetapi

haruslah melakukan pengangkatan anak terlebih dahulu.13

Yang dimaksud Pengangkatan anak dalam adat Lampung

Saibatin ini adalah Pengangkatan anak dengan pengambilan gelar

untuk melanjutkan suatu generasi dalam suatu keluarga. Oleh

karenanya tidak ada sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan

anak tersebut. Biasanya seseorang yang melakukan pernikahan beda

suku ini bisa melakukan pengangkatan anak dengan pengambilan

gelar sebelum menikah atau setelah menikah.14

Adapun peneliti juga melakukan wawancara dengan pelaku

yang melakukan pengangkatan anak yang berasal dari luar suku

Lampung Saibatin, bahwa pengangkatan anak ini harus dilakukan

ketika sebelum menikah guna untuk mendapatkan gelar karena pada

dasarnya laki-laki lah yang akan menjadi pemimpin dalam suatu

keluarga.

Mengenai proses pengangkatan anak adat Lampung Saibatin

ini, dilakukan dengan cara musyawarah apabila dilakukan nya

sebelum menikah maka proses tersebut dilakukan dengan cara arak-

arakan (acara besar-besaran) dengan mengundang minimal 12

Saibatin atau Tokoh Adat, kemudian memberi tahu bahwa seseorang

tersebut yang berasal dari luar suku Lampung Saibatin akan

melaksanakan Pengangkatan anak. Setelah memberi pengumuman

13

Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018. 14

Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018.

Page 62: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

53

kepada 12 Saibatin atau tokoh adat, maka dilakukannya musyawarah

terlebih dahulu maka selanjutnya dilakukan dengan pemotongan

kerbau, karena pada dasarnya bagi masyarakat Saibatin pemotongan

kerbau adalah menjadi keabsahan seseorang tersebut menjadi bagian

dari Saibatin tersebut, setelah itu seseorang yang berasal dari luar suku

Lampung resmi menjadi bagian dari Saibatin dan mendapoatkan gelar.

Adapun urutan gelar-gelar dalam adat Lampung Saibatin dari

yang tertinggi hingga yang terbawah sebagai berikut:15

a. Temenggung

b. Pangeran

c. Dalom

d. Saibatin

e. Raja

f. Raden

Untuk mendapatkan gelar tersebut maka haruslah berurutan

sesuai urutan gelar dari yang terendah hingga tertinggi.

4. Hak dan Kedudukan Anak yang Diangkat Adat Lampung

Saibatin

Kedudukan anak yang diangkat dalam adat Lampung Saibatin

berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Husni selaku

Tokoh Adat Lampung Saibatin, yakni disamakan dengan anak

kandung baik laki-laki ataupun perempuan.16

Untuk hal waris mewarisi pengangkatan anak dalam adat

Lampung Saibatin berdasarkan hasil wawancara informaan

mengatakan bahwa anak yang telah diangkat dalam adat Lampung

Saibatin tersebut apabila laki-laki yang telah diangkat maka anak laki-

15

Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018. 16

Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018.

Page 63: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

54

laki yang diangkat tersebut mendapatkan warisan dari keluarga bapak

istrinya. Karena pada dasarnya laki-laki merupakan kepala rumah

tangga atau pemimpin dalam suatu keluarga, maka dari itu laki-laki

lah yang berhak mendapatkan warisan dari mertua nya.

Dalam hal perwalian tidak ada hak mutlak anak yang diangkat

dalam adat Lampung Saibatin untuk menjadi wali nikah apabila orang

tua bapak yg mengangkatnya telah meninggal, ia hanya berhak

menjadi wali atas anak nya sendiri kelak.

Kemudian kedudukan anak yang telah diangkat dalam adat

Lampung Saibatin, anak yang telah diangkat tersebut berhak

menggantikan bapak angkatnya atau mertuanya apabila bapak tersebut

tidak mempunyai anak laki-laki, dalam menghadiri acara-acara

tertentu atau upaca adat khusus karena anak tersebut telah dianggap

sudah sah menjadi orang Lampung Saibatin dan telah mendapatkan

gelar nya.

Page 64: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

55

BAB IV

PENGANGKATAN ANAK

PADA ADAT LAMPUNG PEPADUN DAN SAIBATIN

A. Pengangkatan Anak Dalam Adat Lampung Pepadun

Seperti yang dibahas pada pembahasan sebelumnya bahwa pengangkatan

anak dalam adat Lampung Pepadun ini diawali dengan pertemuan dan persetujuan

untuk melakukan pengangkatan ketika terjadinya pernikahan beda suku. Dan

setelah kesepakatan telah terjadi lalu orang tua yang akan mengangkat

mengundang ketua-ketua kampung serta tokoh adat dan memberitahu bahwa

calon orang tua angkat akan mengangkat anak dari luar suku Lampung Pepadun

karena terjadinya pernikahan beda suku.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Jelham selaku Tokoh adat

Lampung Pepadun bahwa tujuan dilakukannya pengangkatan anak karena

terjadinya beda pernikahan beda suku yakni untuk menjaga suku Pepadun karena

pada hakikatnya orang yang bersuku Lampung Pepadun tidak boleh lepas dari

suku tersebut dan masih memegang teguh Lampung Pepadun tersebut. Oleh sebab

itu barang siapa yang akan menikah dengan suku Lampung Pepadun namun calon

suami atau istri tersebut berasal dari luar suku Lampung harus diangkat menjadi

anak adat Lampung Pepadun terlebih dahulu.1

Anak angkat karena terjadinya pernikahan beda suku ini dilakukan hanya

untuk memenuhi syarat perkawinan adat. Pengangkatan anak tersebut tidak

menyebabkan anak tersebut menjadi ahli waris dalam keluarga angkatnya,

melainkan hanya akan mendapatkan kedudukan kewargaan adat dalam kesatuan

kekerabatan yang bersangkutan.

Adapun kedudukan anak yang diangkat pada masyarakat adat Lampung

Pepadun berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh adat yakni disamakan

dengan anak kandung dan kedudukan anak tersebut menjadi anak bungsu bagi

1 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi, Tulang

Bawang 29 Juni 2018

Page 65: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

56

orang tua angkat dalam suatu keluarga tersebut. Dan kedudukan anak tersebut

bisa menggantikan posisi ayahnya untuk mengikuti acara adat tertentu jika dalam

suatu keluarga orang tua angkat meninggal dunia dan anak kandung dari orang tua

angkat dikatakan masih bujang belum menikah maka yang berhak menggantikan

ayahnya dalam mengikuti upacara-upacara adat tertentu ialah anak angkat yang

berasal dari luar suku Lampung, karena pada dasarnya anak angkat yang berasal

dari luar suku Lampung tersebut sudah sah dianggap menjadi bagian dari orang

Lampung Pepadun tersebut dengan mengikuti upacara pengangkatan anak

tersebut.2

Kedudukan anak adat ini hanya merupakan suatu pengakuan dan

pengesyahan sebagai warga adat persekutuan, jadi yang bersangkutan bukan

sebagai waris dari orang tua yang mengangkatnya, melainkan dikarenakan

pengangkatan itu si anak mempunyai hak dan kewajiban yang sama sebagai

warga adat perseketuan lainnya.3

Pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dilihat dari segi ushul

fiqh, termasuk dalam kategori U‟rf. Kata Urf berasal dari kata „arafa, ya‟rifu

sering diartikan dengan kata “al-ma‟ruf dengan arti “ sesuatu yang dikenal”. Kata

„urf juga terdapar dalam Al-Qur‟an dengan arti “ma‟ruf” yang artinya kebajikan

(berbuat baik), seperti dalam surat al-A‟raf (7):199.4

(911)األعساف:وأمسبهمعسوفخرانعفى

Artinya:”Maafkanlah dia dan suruhlah berbuat ma‟ruf”.

Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dilihat dari segi Urf ditinjau

dari segi ruang lingkup penggunaannya termasuk dalam Adat atau U‟rf khusus ,

yaitu kebiasaan yang dilakukan sekelompok orang di tempat tertentu atau waktu

tertentu seperti halnya Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun yang mana

2 Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun, Interview Pribadi, Tulang Bawang

29 Juni 2018 3Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: CitraAdtya Bakti, 1977),

h.149.

4 Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2, (Jakarta:Kencana,2008), h.363.

Page 66: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

57

dilakukan oleh masyarakat Lampung Pepadun saja dengan waktu tertentu yakni

pengangkatan anak tersebut dilakukan jika terjadinya pernikahan beda suku.

Dilihat dari segi materi yang dilakukan maka pengangkatan anak adat Lampung

Pepadun ini termasuk dalam urf fi‟li yakni kebiasaan yang berlaku dalam

perbuatan, seperti halnya pengangkatan anak adat Lampung karena terjadinya

pernikahan beda suku sudah menjadi kebiasaan masyarak adat Lampung Pepadun.

Kemudian dilihat dari segi penilaian baik buruknya pengangkatan anak

adat Lampung Pepadun ini termasuk dalam urf shahih yaitu adat yang berulang-

ulang dilakukan, diterima oleh orang banyak, tidak bertentangan dengan

agama,sopan santun dan budaya luhur.5

Penulis melihat bahwa upacara adat pengangkatan anak adat Lampung

Pepadun karena terjadinya pernikahan beda suku patut dilestarikan meskipun

tidak ada dalam syarat dalam pernikahan hukum Islam, karena ada hal positif

didalamnya salah satunya yakni sebagai perekat tali kekerabatan antara suku asli

Lampung dengan suku lainnya selain itu juga bisa sebagai pelestarian ragam

budaya di Indonesia.

Berdasarkan analisis data-data yang ada, peneliti berpendapat bahawa

pengangkatan anak adat Lampung Pepadun karena terjadinya pernikahan beda

suku merupakan usaha untuk mempertahankan tali kekerabatan adat yang ada

tidak terputus walaupun menikah dengan orang yang berlainan suku, karena

pengangkatan anak ini merupakan ketentuan yang harus dipenuhi bagi mereka

yang akan menikah dengan lain suku lain guna untuk mengikuti tata tertib adat

untuk mendapatkan legalitas perkawinan yang dilaksanakan tersebut.

B. Pengangkatan Anak Dalam Adat Lampung Saibatin

Pengangkatan anak dalam adat Lampung Saibatin, seperti penjelasan

pembahasan sebelumnya, bahwa pengangkatan anak dalam adat Lampung

Saibatin dilakukan karena terjadinya pernikahan beda suku ini dilaksanakan

dengan cara arak-arakan (acara besar-besaran) dan musyawarah para tokoh adat

5 Muhammad Abu Zahrah, Ushul fiqh, (Jakarta:Pustaka Firdaus, 2014), h. 443.

Page 67: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

58

dan pemberitahuan dari calon orang tua angkat bahwa akan melaksanakan

pengangkatan, namun yang membedakan dengan adat Lampung Pepadun disini

pengangkatan anak dalam adat Lampung Saibatin diangkat oleh bapak dari calon

istri atau calon suaminya, sedangkan adat Lampung Pepadun diangkat oleh

kerabat dari kalangan Lampung itu sendiri yang bersedia mengangkat anak

tersebut sebelum pernikahan itu terjadi.

Masyarakat adat Lampung Saibatin lebih mengartikan pengangkatan anak

dalam terjadinya pernikahan beda suku ini sebagai pengambilan gelar sebagai

penerus keluarga nantinya, agar suku Lampung Saibatin yang ada pada diri orang

Lampung asli yang menikah dengan berlainan suku tidak hilang begitu saja.6

Kedudukan anak yang telah diangkat pada masyarakat adat Lampung

Saibatin yakni, disamakan dengan anak kandung, untuk perwalian dalam anak

kandung tersebut tidak ada hak mutlak dan warisan dalam masyarakat adat

Lampung Saibatin anak angkat tersebut mendapatkan warisan dari orang tua

angkatnya.

Dilihat dari segi ushul fiqh, pengangkatan anak dalam adat Lampung

Saibatin termasuk dalam Urf. Dan apabila ditinjau lebih dalam pengangkatan

anaak adat Lampung Saibatin ditinjau dari segi materi yang biasa dilakukan

termasuk dalam u‟rf fi‟li yaitu kebiasaan yang berlaku dalam perbuatan seperti

pengangkatan anak adat Lampung Saibatin terjadi apabila terjadinya pernikahan,

dan apabila dilihat dari segi ruang lingkuppenggunaannya maka termasuk

kedalam urf khusus,yaitu kebiasaan yang dilakukan sekelompok orang di tempat

tertentu atau pada waktu tertentu seperti halnya pengangkatan anak adat Lampung

Saibatin, hanya dilakukan oleh kalangan luar suku Lampung apabila ingin

menikah dengan Lampung Saibatin dan dilaksanakan di waktu tertentu seperti

pengangkatan anak tersebut dilakukan apabila terjadinya pernikahab beda suku

dan dilihat dari segi baik buruknya maka pengangkatan anak adat Lampung

saibatin termasuk dalam urf shahih, yaitu adat yang berulang-ulang dilakukan dan

diterima oleh banyak orang.7

6Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018

7Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh Jilid 2,(Jakarta:Kencana, 2008), h.363.

Page 68: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

59

Pengangkatan adat Lampung Saibatin dilakukan dengan cara arak-arakan

(acara besar-besaran) dengan mengundang para tokoh adat setempat serta

bermusyawarh bahwa akan melakukan pengangkatan anak serta dengan

pemotongan kerbau. Kedudukan anak yang diangkat dalam adat Lampung

Saibatin posisinya menjadi anak bungsu serta disamakan dengan anak kandung

dan bagi anak laki-laki akan mendapatkan warisan dari orang tua angkatnya

(mertuanya), serta anak angkat ini berhak menggantikan ayah angkatnya apabila

ayah angkatnya tidak mempunyai anak laki-laki untuk mengikuti acara adat atau

upacara adat tertentu.

Kedudukan anak adat Lampung Saibatin ini disamakan dengan anak

kandung dalam artian pemeliharaan serta kasih sayang nya sama seperti anak

kandung akan tetapi anak angkat tersebut tidak terputus nasabnya oleh orang tua

kandung tersebut.

C. Pengangkatan Anak Dalam Adat Lampung Pepadun dan Saibatin Dalam

Hukum Islam dan Positif

Pengangkatan anak dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan dalam

masyarakat khususnya pasangan suami istri yang telah lama menikah tetapi belum

mempunyai keturunan.8 Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam-macam

suku, agama, budaya dan etnis yang menyebabkan bermacam-macam pula

motivasi, tata cara pengangkatan anak yang dilakukan oleh masing-masing

suku,agama dan etnis tersebut.

Pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin misalnya,

dalam kalangan masyarakat Lampung Pepadun Saibatin terjadinya pengangkatan

anak karena terjadinya pernikahan beda suku, yang mana dalam kalangan yang

berasal dari luar suku Lampung harus yang hendak menikah dengan suku

Lampung harus diangkat menjadi anak oleh kalangan masyarakat Lampung

tersebut, agar pernikahan mereka diakui oleh adat setempat.

8Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, Hukum Pengangkatan anak Perspektif Hukun Islam,

(Jakarta: Kencana Pernada Media Group, 2007), h.3.

Page 69: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

60

Dalam segi pelaksanaan adat pengangkatan anak adat Lampung Pepadun

dan Saibatin mengalami perbedaan yang mana adat Lampung Pepadun diangkat

oleh kalangan kerabat atau orang suku Lampung itu sendiri tidak di angkat oleh

bapak calon istrinya, sedangkan dalam adat Lampung Saibatin bapak calon

istrinya lah yang mengangkat sendiri.

Berdasarkan hukum Islam para ulama fikih sepakat menyatakan bahwa

hukum Islam tidak mengakui lembaga pengangkatan anak yang mempunyai

akibat hukum seperti yang pernah dipraktikkan masyarakat jahiliyah, dalam artian

terlepasnya ia dari hukum kekerabatan orang tua kandungnya dan masuknya ia ke

dalam hukum kekerabatan orang tua angkatnya.9 Hukum Islam hanya mengakui

bahkan menganjurkan pengangkatan anak dalam artian status kekerabatannya

tetap berada di luar lingkungan keluarga orang tua angkatnya dan dengan

sendirinya tidak mempunyai akibat hukum apa-apa. Ia tetap anak dan kerabat

orang tua kandungnya.

Larangan pengangkatan anak dalam artian benar-benar dijadikan anak

kandung berdasarkan firman Allah SWT, dalam Surat al-Ahzab (33) ayat 4-5

sebagai berikut:

هقه هتكموماجعمبيهفيجىفهوماجعمأشواجكمان ماجعمللانسجمم أم ئتظهسونمىهه

وهى (4)االحصاب:انسبيميهديأدعياءكمأبىاءكمذنكمقىنكمبأفىهكموللايقىلانحق

Artinya: “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam

rongganya, dan dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu zhihar itu sebagai

ibumu, dan dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu sebagai anak kandungmu

sendiri. Yang demikian itulah hanyalah perkataan mu dimulutmusaja, dan Allah

mengatakan yang sebenarnya dan dia menunjukkan jalan yang benar”.

(QS.Al-Ahzab:4)

عى أقسط ألباءهمهى ن مادعىهم فإن نديدللا فيا فإخىوكم ونيسهومىنيكمتعهمىاءاباءهم

غفى للا وكان قهىبكم دت تعم ما ونكه به أخطأتم فيما جىاح حيماعهيكم (4)االحصاب:زاز

9 Andi Syamsu Alam dan M.Fauzan, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Hukum

Islam, (Jakarta: Kencana Permada Media Group,2007), hal. 43.

Page 70: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

61

Artinya:”Panggillah mereka (anak-anak angkat ini) dengan memakai nama

bapak bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak

mengetahui bapak-bapak mereka, maka panggillah mereka sebagai saudara-

saudaramu seagama dan maula-maulamu. Dan tidak ada dosa atasmu terhadap

apa yang kamu khilaf padanyta, tetapi yang ada dosanya apa yang disengaja oleh

hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.10

(QS.Al-Ahzab:5).

Ayat diatas menjelaskan bahwa dalam mengangkat anak hendaklah tidak

mengubah status (nasab) dan agamanya, misalnya dengan menyematkan nama

orang tua angkat dibelakang nama si anak, sebagaimana Rasullah telah

mencotohkan, beliau tetap mempertahankan nama ayah kandung Zaid, yakni

Harisah di belakang namanya dan tidak lantas mengubahnya dengan bin

Muhammad.

Yang perlu diperhatikam dalam pengangkatan anak dalam adat Lampung

Pepadun posisi anak angkat disamakan dengan anak kandung , akan tetapi tidak

ada hubungan khusus di dalam nya dan tidak memutuskan hubungan anak angkat

dengan orang tua kandung nya sehingga untuk permasalahan wali dan warisan

tidak bertentangan dengan hukum Islam, dalam hal ini hanya disamakan

perlakuan nya dengan anak kandung sedangkan adat Lampung Saibatin

kedudukan anak angkat juga disamakan dengan anak kandung untuk perihal

warisan anak angkat mendapatkan warisan dari orang tua angkat, dan untuk

perwalian anak angkat mutlak tidak ada hak untuk itu dan pada dasarnya orang

tua angkat dari luar suku Lampung Saibatin itu sendiri adalah mertua dari calon

istri nya.

Menurut analisis penulis bahwa pengangkatan anak dalam adat Lampung

Pepadun Saibatin terjadi karena pernikahan beda suku merupakan upacara adat

yang harus dilaksanakan oleh masyarakat adat Lampung Pepadun dan Saibatin

apabila ingin menikahi seseorang yang berasal dari luar suku Lampung Pepadun

dan Saibatin. Dilihat dari proses upacara pengangkatan anak dalam adat Lampung

dan Saibatin tidak ada unsur yang dilarang dalam agama Islam. Pengangkatan

10

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Group, 2008), h. 19.

Page 71: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

62

anak dalam adat Lampung Saibatin dalam pelaksanaan proses upacara adat nya

tidak ada yang bertentangan dengan agama Islam akan tetapi hak dan kedudukan

anak tersebut jelas bertentangan dengan ajaran agama Islam yang mana pada adat

Lampung Saibatin tersebut anak angkat mendapatkan warisan dari mertua nya

atau orang tua angkat nya.

Pengangktan anak dalam hukum Islam boleh saja dilakukan asal tidak

mengubah nasab dan anak yang diangkat tidak mendapatkan warisan dari bapak

angkatnya, namun yang perlu dicermati saat terjadinya proses pengangkatan anak

tersebut, anak yang diangkat mulai masuk dan hidup bersama dalam satu rumah

dengan orang tua angkatnya secara adat, tetap yang perlu digaris bawahi anak

hasil pengangkatan adat tersebut tetap orang lain seperti pendapat Yusuf

Qardhawi.

Sedangakan menurut Kompilasi Hukum Islam, sebagai pedoman hukum

materil peradilan agama memberikan pengertian anak angkat dalam pasal 171

huruf h, bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan hidupnya

sehari-hari,biaya pendidikan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua

asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan pengadilan.11

Praktek Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin, dalam

Kompilasi Hukum Islam dalam pasal 171 huruf h, pada dasarnya tidak sesuai

karena untuk hal pemeliharaan hidup yang beralih dari orang tua kandung kepada

orang tua angkat tersebut tidak ada yang ada hanya pemberian atas dasar suka

sama suka tau pemeliharaan hidupnya tetap tanggung jawab masing-masing,

karena pada dasarnya pengangkatan anak ini hanya suatu kewajiban adat yang

harus dilakukan apabila terjadinya pernikahan beda suku. Dalam sebab akibat

pengangkatan anak ini juga tidak ada hak mutlak bagi anak angkat dalam hal

waris mewarisi dan hak perwalian apabila orang tua angkatnya sudah meninggal

11

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008), h. 21.

Page 72: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

63

Sedangkan adat Lampung Saibatin hasil wawancara dengan Tokoh adat

Lampung Saibatin, pengangkatan anak ini yang menjadi orang tua angkat nya

sendiri ialah mertua atau bapak dari istri nya tersebut, dan dalam adat Lampung

Saibatin ini anak yang telah diangkat tersebut mendapatkan warisan karena pada

hakikatnya anak laki-laki adalah sebagai penerus suatu keluarga tersebut.12

Pengangkatan anak dan anak angkat termasuk dalam hukum perlindungan

anak yang telahmenjadi bagian dari hukum yang hidup dan berkembang sesuai

adat istiadat dan motivasi yang berbeda-beda serta perasaan hukumyang hidup

dan berkembang di masing-masing daerah.

Di Indonesia pengangkatan anak telah menjadi kebutuhan masyarakat dan

menjadi bagian dari sistem hukum kekeluargaan, karena pada dasarnya

menyangkut kepentingan orang perorang dalam suatu keluarga. Secara faktual

diakui pengangkatan anak telah menjadi bagian dari adat kebiasaan masyarakat

muslim di Indonesia, pengertian anak angkat dalam Kompilasi Hukum Islam pada

pasal 171 huruf h jika dibandingkan dengan pengertian anak angkat dalam

Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No

23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 1 angka 9 memiliki

substansi yang sama disebutkan bahwa “anak angkat adalah anak yang dalam hal

pemeliharaan untuk hidupnya sehari-hari, biaya pendidikan dan lain sebagainya

beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya

berdasarkan keputusan pengadilan.13

Dalam Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas

Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pada pasal 39 ayat

1 menjelaskan bahwa pengangkatan anak hanya dapat dilakukan untuk

kepentingan yang terbaik bagi anak dan dilakukan berdasarkan adat istiadat

setempat dan Ketentuan peraturan perundang-undangan.14

Pengangkatan anak

12

Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin, Interview Pribadi, Kedondong 02 Juni 2018. 13

Kompilasi Hukum Islam, Pasal 171 huruf h. 14

Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang No 23

Tahun 2002.

Page 73: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

64

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) tidak memutuskan hubungan darah

antara anak yang diangkat dan orang tua kandungnya.

Seperti halnya pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dan

Saibatin bahwa pengangkatan dilakukan berdasarkan adat istiadat setempat dan

pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin tidak memutuskan

hubungan darah antara anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya sendiri.

Sedangkan dalam pasal 39 ayat (2a) Undang-Undang No 35 Tahun 2014

menjelaskan bahwa pengangkatan anak yang dimaksud pada ayat (1) wajib

dicatatkan dalam akta kelahiran, dengan tidak menghilangkan identitas awal

anak.15

Sedangkan yang dimaksud pengangkatan anak dalam skripsi ini bahwa

pengangkatan anak yang harus dilakukan apabila terjadinya pernikahan beda suku

oleh sebab itu tidak perlu adanya akta kelahiran karena pengangkatan anak adat

Lampung Pepadun dan Saibatin ini dilakukan pada berkisar usia pernikahan,

karena pada dasarnya pengangkatan anak ini dilakukan apabila terjadinya

pernikahan beda suku.

Hal yang perlu digaris bawahi bahwa pengangkatan anak harus dilakukan

dengan proses hukum dengan produk penetapan pengadilan agama. Agar sebab

akibat dari pengangkatan anak tersebut agar peristiwa pengangkatan anak tersebut

dikemudian hari memiliki kepastian hukum baik bagi anak angkat maupun bagi

orang tua angkat tersebut.

Suatu perbuatan hukum akan selalu menimbulkan akibat hukum di

kemudian hari. Seperti halnya perbuatan hukum berupa pengangkatan anak, perlu

adanya suatu bukti tertulis berupa penetapan pengadilan. Pengangkatan anak

dengan tanpa suatu bukti tertulis akan menimbulkan permasalahan terutama

mengenai beban pembuktian di kemudian hari apabila terjadi suatu sengketa.

Pengangkatan anak tanpa penetapan pengadilan tidak sah menurut Negara,

namun dalam hukum Islam pengangkatan anak seperti ini sah karena pada

15

Undang-Undang No 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002.

Page 74: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

65

dasarnya pengangkatan anak dalam hukum Islam menggariskan bahwa hubungan

hukum antara orang tua angkat dengan anak angkat terbatas sebagai hubungan.

Akibat hukum dari pengangkatan anak dalam Islam hanyalah terciptanya

hubungan kasih dan sayang dan hubungan tanggung jawab sebagai sesama

manusia. Karena tidak ada hubungan nasab, maka konsekuensi hukum lainnya

adalah orang tua angkat dengan anak angkat harus menjaga mahram, dan tidak

ada hubungan nasab.

Seperti halnya pengangktan anak dalam adat Lampung Pepadun dan

Saibatin, proses pengangkatan anak tersebut dilakukan secara adat di bantu oleh

kepala adat setempat dan secara terbuka disaksikan oleh kedua belah pihak

keluarga dan di sepakati kedua belah pihak dan tanpa penetapan pengadilan.

Sebenarnya penetapan pengangkatan anak dari pengadilan tidak perlukan lagi

apabila keluarga orang tua angkat dan anak angkat masing-masing sepakat dan

mempunyai itikad baik.

Berdasarkan jenis pengangkatan anak, ada dua jenis pengangkatan anak

yang terlampir dalam PP RI No 54 Tahun 2007, yaitu pengangkatan anak antar

Warga Negara Indonesia dan pengangkatan anak antar Warga Negara Asing.

Pengangkatan anak antar Warga Indonesia meliputi pengangkatan anak

berdasarkan adat istiadat setempat dan berdasarkan peraturan perundang-

undangan.16

Maksud dari pengangkatan anak berdasarkan adat setempat yakni

pengangkatan anak yang dilakukan dengan terang tunai, maksudnya wajib

dilakukan dengan upacara adat serta dengan bantuan kepala adat dan juga

pengangkatan anak ini dilakukan dalam satu komunitas yang nyata-nyata masih

melakukan adat kebiasaan dalam kehidupan masyarakat.

Dari pernyataan diatas tentang pengangkatan anak antar Warga Negara

Indonesia berdasarkan adat istiadat setempat, penulis memaparkan bahwa upacara

pengangkatan anak dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin secara hukum

Indonesia sah karena pada dasarnya pengangkatan anak adat Lampung Pepadun

16

PP RI No 54 Tahun 2007, pasal 7 dan 8.

Page 75: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

66

dan Saibatin karena terjadinya pernikahan beda suku adalah suatu adat kebiasaan

yang dilakukan dengan upacara adat serta dengan bantuan kepala adat yang

nyatanya masih dilakukan secara turun menurun dalam kehidpan masyarakat adat

Lampung Pepadun dan Saibatin.

Page 76: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

67

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka

penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin

dilakukan dengan upacara adat masing-masing yakni dilakukan dengan

cara musyawarah dan melalui Tokoh adat setempat. Sistem yang di

pakai dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin terang dan tunai,

dimana dalam pelaksanaannya pengangkatan anak ini dilakukan secara

musyawarah, menghadirkan pihak keluarga yang bersangkutan dan

dihadiri oleh para Tokoh adat setempat dan diumumkan kepada

masyarakat bahwa terjadinya pengangkatan anak karena pernikahan

beda suku daan dengan pembayaran uang adat.

2. Kedudukan anak angkat dalam adat Lampung Pepadun dan Saibatin

yakni disamakan dengan anak kandung, yang di maksud disamakan

dengan anak kandung tersebut pemeliharan kasih sayang nya sama

disamakan dengan anak kandung dan tidak memutuskan hubungan

nasab dari orang tua kandungnya tersebut. Selain dari pada itu

kedudukan anak angkat karena pernikahan beda suku dalam adat

Lampung Pepadun dan Saibatin yakni dapat diakui dalam adat dan sah

menjadi warga adat Lampung, sehingga orang Lampung yang menikah

dengan orang yang berlainan suku tidak hilang dalam adat sebagai

warga adat Lampung.

3. Dalam perspektif hukum Islam, Pengangkatan anak dalam adat

Lampung Pepadun dan Saibatin merupakan pengangkatan anak yang

hanya berkenaan hukum adat untuk tidak menghilangkan sifat

kesukuan, dalam hal waris pengangkatan anak adat Lampung Saibatin

bahwa anak angkat mendapat harta warisan dari orang tua angkat nya

sedangkan dalam hukum Islam menjelaskan bahwa anak angkat tidak

Page 77: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

68

mendapatkan warisan akan tetapi anak angkat tersebut mendapatkan

wasiat wajibah. Dalam persfektif Undang-Undang bahwa

pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dianggap sah

berdasarkan PP RI No 54 Tahun 2007 yang mana pengangkatan anak

di Indonesia memiliki dua jenis yakni pengangkatan anak warga

negara Indonesia dan pengangkatan anak warga negara Asing,

pengangkatan anak dalam warga Indonesia meliputi pengangkatan

anak berdasarkan adat istiadat setempat dan pengangkatan anak

berdasarkan Undang-Undang. Maksud Pengangkatan anak adat istiadat

setempat yakni pengangkatan anak wajib dilakukan sesuai adat

tersebut dengan terang dan tunai serta dengan bantuan kepala adat

setempat, dari penjelasan tersebut pengangkatan anak adat Lampung

Pepadun dan Saibatin sah menurut hukum karena telah dilakukan

secara terang dan tunai berdasarkan aturan adat setempat serta dengan

bantuan kepala adat setempat berdasarkan PP RI No 54 Tahun 2007.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas maka penulis

memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Diharapkan dengan pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan

Saibatin ini dapat mempertahankan tali kekerabatan ukhuwah

Islamiyah adat tidak terputus walaupun terjadinya pernikahan beda

suku, karena pengangkatan anak merupakan ketentuan yang harus

dipenuhi bagi mereka yang akan menikah beda suku, serta upacara

adat Lampung Pepadun dapat dilakukan dengan sederhana tanpa

meninggalkan kesakralan ketentuan adat yang berlaku sesuai dengan

perkembangan zaman tanpa merubah nilai dan isi budaya itu sendiri.

2. Diharapkan pengangkatan anak adat Lampung khususnya

pengangkatan anak adat Lampung Saibatin karena terjadinya

pernikahan beda suku dapat dipertahankan dengan mengubah atau

Page 78: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

69

tidak bertentangan dengan hukum Islam seperti halnya dalam masalah

kewarisan.

3. Kepala adat diharapkan dapat melakukan sosialisasi dan pengetahuan

khususnya mengenai perkawinan serta pengangkatan anak secara adat

dengan muda-mudi atau penerus masyarakat adat Lampung Pepadun

dan Saibatin, agar kedepannya masyarakat adat Lampung Pepadun dan

Saibatin tidak melupakan dan meninggalkan tradisi dan adat istiadat

tersebut.

Page 79: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

70

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, 2014.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademikka

Pressindo, 1992.

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Banjar Margo dalam Angka 2017.Tulang

Bawang: Badan Pusat Statistik,2017.

Badan Pusat Statistik, Kecamatan Kedondong dalam Angka 2017. Pesawaran:

Badan Pusat Statistik, 2017.

Basyir,Ahmad Azhar. Kawin Campur,Adopsi,Wasiat Menurut Islam, Bandung:

PT Al-Ma’rif, 1972.

Budiarto,M. Pengangkatan anak ditinjau dari segi hukum. Jakarata: Akademika

Pressindo,1985.

Bushar, Muhammad. Pokok-Pokok Hukum Adat, Jakarta : Pradnya Paramita,1985.

Echols, Jhon. M. dan Hasan Sadly. Kamus Inggris Indonesia,cet. XXV, Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Hadikusuma, Hilman. Hukum Perkawinan Adat, Jakarta: Fajar Agung, 1987.

Hadikusuma, Hilman. Antropologi Hukum Indonesia, Bandung: PT Alumni,2010

Irawan Bambang. Perkawinan Adat Lampung Pepadun, Lampung, 2010.

Ibrahim, Sayuti. Buku Handak II Mengenal Adat Lampung, Bandar Lampung:

Gunung Pesagi 1900.

Kamil, Ahmad dan Fauzan,H.M. Hukum Perlindungan Dan Pengangkatan Anak

Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008.

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1998.

Muhadjir, Neong. Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Pilar Media, 1996.

Musthofa, Pengangkatan Anak Kewenangan Pengadilan Agama, Jakarta:

Kencana, 2008.

Qardhawi, Yusuf. Halal dan Haram Dalam Islam, Surakarta: Era Intermedia,

2005.

Setiady.Tolib, Intisari Hukum Adat Indonesia,Bandung: Penerbit Alfabeta, 2013.

Page 80: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

71

Soekanto. Soerjono, Hukum Adat Indonesia.Jakarta:PT Raja Grafindo, 2001.

Soepomo, Bab-Bab Tentang Hukum Adat, Jakarta: Pustaka Rakyat,1976.

Sopyan.Yayan, Metode Penelitian Hukum,Jakarta: Buku Ajar, 2009.

Sudiyat. Imam,Hukum Adat Sketsa Asas,cet II, Yogyakarta: Liberti Yogyakarta,

1981.

Syarifuddin.Amir, Ushul Fiqh Jilid II, Jakarta: Kencana, 2008.

Syamsu Alam, Andi dan Fauzan.Hukum Pengangkatan Anak Perspektif

Islam,Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.

Tafal, B. Bastian. Pengangkatan Anak Menurut Hukum Adat Serta Akibat-Akibat

Hukumnya Di Kemudian Hari,cet.II,edisi I, Jakarta: CV.Rajawali,1989.

Wignjodipoero.Soerojo, Pengantar Dan Asas-Asas Hukum Adat, Jakarta: PT

Gunung Agung,1989.

Yanggo,Chuzaimah Tahido. Problematika Hukum Islam Kontemporer,cet I,

Jakarta: Pustaka Firdaus,1996.

Zahrah,Abu.Muhammad, Ushul Fiqh,Jakarta: Pustaka Firdaus, 2014.

Zaini, Muderis. Adopsi Suatu Tinjauan Dari Tiga Sistem Hukum, cet.IV, Jakarta:

Sinar Grafika,2002.

A. Sumber Skripsi dan Thesis

Al Farhani.Zakia.Proses Pengangkatan Anak Menurut Hukum Islam Studi Kasus

Yayasan Siran Malik Pesantren Al-Falah Parung Benying.Jakarta:UIN

Jakarta.2011.

Khairuzzadhi.Fadly,Pengangkonan Dalam Pernikahan Beda Suku, Jakarta:UIN

Jakarta.2015.

Tanjung Annisa, Kedudukan Anak Laki-laki Tertua Dari Hasil Perkawinan

Leverrat Dalam Hukum Waris Adat Lampung Pepadun Studi Kasus

Terbanggi Besar, Semarang: UNDIP.2005.

B. Sumber Jurnal

Yanti.Gusti, Hasyim Adelina dan Nurmalisa Yunisca, Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pelaksanaan Pengangkatan Dalam Adat Lampung

Pepadun,Lampung:Unila 2014.

Page 81: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

72

C. Peraturan Perundang-Undangan

Kompilasi Hukum Islam

Peraturan Pemerintah RI No.54 Tahun 2007

Undang-Undang No 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

D. Sumber Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Muhammad Jelham, Tokoh Adat Lampung Pepadun,

Tulang Bawang, 29 Juni 2018.

Wawancara Pribadi dengan Bapak Husni, Tokoh Adat Lampung Saibatin,

Kedondong, 02 Juni 2018.

Wawancara dengan Bapak Marzuki, Kepala Camat Kedondong, Kedondong, 04

Juni 2018.

Page 82: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 83: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 84: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 85: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 86: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 87: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya
Page 88: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Hasil Wawancara Kepada Tokoh Adat Lampung Pepadun

Muhammad Jelham

Glr. Sultan Pangeran ke 3

Soal : Bagaimana aturan adat Lampung Pepadun dalam Pengangkatan

anak ?

Jawab: Masyarakat adat Lampung pepadun memiliki aturan berdasarkan

adat yangberlaku bahwa pengangkatan anak ini bisa terjadi karena

terjadinya pernikahan beda suku atau mengangkat anak secara

tegak tegi. Berdasarkan adat yang berlaku barang siapa berada di

lingkungan rumah dan bukan bagian dari kerabat merupakan suatu

pelanggaran adat dan akan dikenakan sanksi, sehingga untk mereka

yang bukan anggota kerabat agar dapat bebas keluar masuk dalam

rumah masyarakat adat Lampung Pepadun maka perlu dilakukan

pengangkatan anak apabila terjadinya pernikahan beda suku , agar

keberadaan mereka diakui sebagai bagian dari kerabat masyarakat

Lampung Pepadun. Dan pengangkatan anak disini hanya

diperuntukan bagi mereka yang bukan suku asli Lampung

Pepadun. Dan apabila pengangkatan anak tegak tegi yakni

mengangkat anak dari saudara nya sendiri dalam hal ini jarang

sekali terjadi karena mayoritas masyarakat Lampung Pepadun

Tulang Bawang mempunyai penerus atau keturunan bagi

keluarganya.

Soal : Apakah ada sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan anak

tersebut ?

Jawab : untuk mengenai sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan

anak terhadap terjadinya pernikahan beda suku tidak ada sanksi

denda apapun hanya saja pernikahan nya dianggap tidak sah secara

adat walaupun sah menurut islam namun tidak sah dimata hukum

Page 89: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

adat Lampung Pepadun, dalam hal lain mereka dianggap belum

menikah. Konsekuensinya tidak bisa mengikuti acara adat-adat

suku Lampung Pepadun.

Soal : Bagaimana Praktek Pengangkatan Anak tersebut ?

Jawab: Praktek pengangkatan anak terjadinya pernikahan beda suku

dilakukan dengan cara musyawarah pepung adat para penyeimbang

dan harus diangkat secara terang, agar bisa diakui oleh masyarakat

Lampung Pepadun Tulang Bawang. Dan pengangkatan anak ini

dilakukan sebelum terjadinya pernikahan harus diselesaikan

terlebih dahulu dan dengan menggunakan biaya biaya khusus agar

bisa di Pepadunkan.

Soal : Apa faktor terjadinya pengangkatan anak ?

Jawab : pada dasarnya dulu masyarakat Lampung Pepadun Tulang

Bawang ini hanya mengenal pernikahan satu suku saja, namun

dengan perkembangan zaman maka mulai sedikit-demi sedikit

terjadinya pernikahan anatara beda suku, karena kedua belah saling

mencintai tidak mungkin untuk dilarang maka pengangkatan anak

ini terjadi apabila terjadinya pernikahan beda suku agar suku lain

di pepadunkan dan diakui keberadaan nya oleh suku Lampung

Pepadun.

Soal: Bagaimana Pengaruh Pengangkatan anak ini dalam perwalian dan

waris?

Jawab: Menurut Tokoh Adat Tulang Bawang tidak merupakan mutlak/hak

perwalian atas orang tua angkat dalam adat, akan tetapi tetap

kepada orang tua kandung nya. Begitu pula dalam hal warisan pun

anak angkat dalam adat hanya akan mendapatkan hibah saja

apabila seandainya ada harta yang ditinggalkan .

Soal : Bagaimana kedudukan anak yang diangkat tersebut:

Page 90: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Jawab: Menurut Tokoh Adat kedudukan anak yang diangkat disamakan

dengan anak kandung dan masuk dalam urutan keluarga yang

mengangkatnya,biasanya urutan nya menjadi yang bungsu, sesuai

dengan pangkat panggung kedudukan adat dalam rumah/ keluarga

tersebut.

Tulang Bawang, 29 Juni 2018.

Page 91: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Hasil Wawancara Dengan Pelaku Pengangkatan Anak Adat Lampung

Pepadun

Muhammad Lilik

Soal : Bagaimana aturan adat Lampung Pepadun dalam pengangkatan anak?

Jawab: mengenai aturan adat Lampung Pepadun dalam Pengangkatan anak dalam

pernikahan beda suku ini yang jelas harus adanya pengangkatan terlebih

dahulu sebelum melaksanakan pernikahan guna agar diakui keberadaan

kita oleh masyarakat Lampung Pepadun. Karena jika tidak maka

pernikahan nya dianggap tidak sah dimata adat dan dianggap belum

menikah

Soal : Apakah ada sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan anak tersebut ?

Jawab: Sanksi denda sih tidak ada tetapi ya itu tadi hanya saja keberadaan kita

tidak akan diakui oleh masyarakat lampung Pepadun dan dianggap belum

menikah, dan jika ada acara-acara tidak boleh mengikuti acara tersebut .

Soal : Bagaimana praktek pengangkatan anak tersebut ?

Jawab: Prakteknya dilakukan sebelum pernikahan berlangsung dan dengan cara

mengundang para tokoh adat dan orang tertentu seperti sesepuh, dan

setelah itu pembacaan bahwa mohon izin untuk mengangkat anak dari

orang tua angkat untuk orang tua kandung, serta dilanjutkan dengan

pemotongan kerbau dan pesok (calon anak angkat di suap makanan dan

minuman ) setelah itu diberi gelar dan dimasukan kedalam keluarga orang

tua angkat.

Soal : Apa faktor terjadinya pengangkatan anak tersebut ?

Jawab: faktornya ya karena memang sudah aturan nya ada pengangkatan anak jika

tidak diangkat maka tidak diakui oleh masyarakat Lampung Pepadun.

Page 92: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Soal : Bagaimana pengaruh pengangkatan anak ini dalam perwalian dan warisan ?

Jawab: perwaliaan dan pewarisan tidak ada hak mutlak bagi anak angkat, karena

pada dasarnya saya hanya formalitas membantu agar anak angkat saya dari

luar suku Lampung ini bisa menikah dan dianggap sah di mata Adat serta

diakui keberadaanya oleh masyarakat Adat Lampung Pepadun ini.

Soal : Bagaimana Kedudukan anak yang diangkat ini ?

Jawab: kedudukan anak ya anak angkat , dan kedudukan nya menjadi anak

bungsu, tetapi menenai warisan anak angkat saya tidak dapat hanya

sebatas memberi seperlunya saja untuk mempererat tali persaudaraan.

Tulang Bawanng,29 Juni 2018

Page 93: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

TOHIRIN

Glr.Minak Pagar Alam

Soal : Bagaimana aturan adat Lampung Pepadun dalam Pengangkatan

anak ?

Jawab: Berdasarkan adat yang berlaku barang siapa berada di lingkungan

rumah dan bukan bagian dari kerabat merupakan suatu pelanggaran

adat dan akan dikenakan sanksi, sehingga untk mereka yang bukan

anggota kerabat agar dapat bebas keluar masuk dalam rumah

masyarakat adat Lampung Pepadun maka perlu dilakukan

pengangkatan anak apabila terjadinya pernikahan beda suku , agar

keberadaan mereka diakui sebagai bagian dari kerabat masyarakat

Lampung Pepadun. Dan pengangkatan anak disini hanya

diperuntukan bagi mereka yang bukan suku asli Lampung

Pepadun. Dan apabila pengangkatan anak tegak tegi yakni

mengangkat anak dari saudara nya sendiri dalam hal ini jarang

sekali terjadi karena mayoritas masyarakat Lampung Pepadun

Tulang Bawang mempunyai penerus atau keturunan bagi

keluarganya.

Soal : Apakah ada sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan anak

tersebut ?

Jawab : untuk mengenai sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan

anak terhadap terjadinya pernikahan beda suku tidak ada sanksi

denda, tapi ya itu tadi keberadaan seseorang yang tidak melakukan

pengangkatan anak dianggap tidak ada keberadaan nya di

lingkungan Lampung.

Soal : Bagaimana Praktek Pengangkatan Anak tersebut ?

Page 94: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Jawab: Praktek pengangkatan anak terjadinya pernikahan beda suku

dilakukan dengan cara musyawarah pepung adat para penyeimbang

dan harus diangkat secara terang, agar bisa diakui oleh masyarakat

Lampung Pepadun Tulang Bawang. Dan pengangkatan anak ini

dilakukan sebelum terjadinya pernikahan harus diselesaikan

terlebih dahulu dan dengan menggunakan biaya biaya khusus agar

bisa di Pepadunkan.

Soal : Apa faktor terjadinya pengangkatan anak ?

Jawab : Faktornya karna orang Lampung itu tetep ingin mempertahankan

darah Lampungnya, tujuan nya pengangkatan anak ini supaya

orang yang berasal dari luar Lampung bisa mengikuti dan menjadi

orang Lampung juga.

Soal: Bagaimana Pengaruh Pengangkatan anak ini dalam perwalian dan

waris?

Jawab: warisan ya tidak dapat, karena pengangkatan anak ini hanya

sebagai mempepadunkan supaya orang yg bearsal dari Lampung

diakui keberadaan nya, dan pengangkatan anak ini enggak

memutuskan hubungan dengan orang tua kandungnya.

Soal : Bagaimana kedudukan anak yang diangkat tersebut:

Jawab: kedudukannya ya disamakan sama anak kandung gak ada pilih

kasihkasihan, tetap dianggap seperti anak kandung tapi kan tetep

tidak memutuskan hubungan anak angkat dengan orang tua

kandungnya.

Tulang Bawang,29 Juni 2018

Page 95: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

HUSNI

Hasil Wawancara Kepada Tokoh Adat Lampung Saibatin

Soal : Bagaimana aturan adat Lampung Saibatin dalam Pengangkatan

Anak?

Jawab: Aturan pengangkatan anak dalam adat Lampung Saibatin ini

sebagai penerus dalam keluarga dan untuk mendapatkan gelar

dalam Lampung Saibatin tersebut. Pengangkatan anak dalam

pernikahan beda suku dalamLampung saibatin ini hanya untuk

mengambil gelar saibatin saja tidak ada orang tua angkat.

Soal: Apakah ada sanksi apabila tidak melakukan pengangkatan anak

tersebut ?

Jawab: Tidak ada sanksi apapapun.

Soal: Bagaimana praktek pengangkatan anak tersebut ?

Jawab: pengangkatan anak ini dilakukan dengan arak-arakan (acara besar-

besaran), dan melalui musyawarah peyeimbang adat dan

menghadirkan seluruh para penyeimbang adat serta dilakukan

dengan pemotongan kerbau, karena dengan pemotongan kerbau

pengangkatan anak ini dianggap sah. Dan hasil pemotongan kerbau

itu di masak dan dibagi-bagikan kepada masyarakat yang hadir

dalam acara arak-arakan ( besar-besaran ).

Soal: Apa Faktor terjadinya pengangkatan anak ?

Jawab: pengangkatan anak dalam adat lampung saibatin ini, hanya untuk

pengambilan gelar saja sebagai penerus dalam suatu keluarga

tersebut. Karena pada dasarnya setelah menikah beda suku maka

Page 96: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

untuk melanjutkan keluarga baru agar saibatin nya tidak hilang

maka harus diambil gelar dahulu.

Soal : Bagaimana pengaruh pengangkatan anak ini dalam hal perwalian

dan warisan?

Jawab: Menurut Tokoh Adat setempat, mengenai warisan seseorang yang

dari luar suku Saibatin mendapatkan warisan dari istri dan mertua

tersebut, namun mengenai perwalian tidak ada hak mutlak atas

perwalian tersebut.

Soal : Bagaimana Kedudukan anak yang diangkat tersebut?

Jawab: Menurut Tokoh Adat setempat adat Lampung Saibatin, kedudukan

anak yang di angkat dari luar suku Lampung Saibatin disamakan

dengan dengan anak kandung. Akan tetapi tidak berhak atas

perwalian namun warisan mengikuti dari suku saibatin.

Kedondong, 04 Juni 2018.

Page 97: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Hasil Wawancara Dengan Pelaku Pengangkatan Anak Adat Lampung

Saibatin

Nama: Sanuriyah

Soal: Bagaimana aturan Adat Lampung Saibatin dalam pengangkatan anak?

Jawab: Aturan adat Lampung Saibatin ini tidak ada paksaan atas pengangkatan

anak, akan tetapi setelah dia menikah dan mempunyai anak, jika laki-laki

nya berasal dari luar suku Saibatin maka haruslah mengambil gelar dalam

Saibatin tersebut, karena gunanya ketika anak itu lahir maka dia akan

punya gelar saibatin juga.

Soal: Apakah ada sanksi jika tidak melakukan pengangkatan anak ?

Jawab : tidak ada sanksinya

Soal: Bagaimana Praktek Pengangkatan anak Adat Lampung Saibatin ini?

Jawab: prakteknya ya dengan mendatngkan para tokoh adat, terkadang ya juga

pak camat dengan upacara arak-arakan (acara besar-besaran), dengan

pemotongan kerbau dan setelah itu pembrian gelar Saibatin .

Soal: Apa faktor terjadinya pengangkatan anak tersebut?

Jawab: faktornya ya biasanya karena daia harus mengambil gelar Saibatin, supaya

nanti anak dari orang Saibatin asli ini juga mempunyai gelar.

Soal: Bagaimana pengaruh perwalian dan warisan?

Jawab: mengenai perwalian dan warisan ini ya sesuai dengan hukum islam yang

ada.

Soal: Bagaimana kedudukan anak yang diangkat tersebut?

Jawab: kedudukan nya ya disamakan dengan anak kandung.

Page 98: Skripsi - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44155/1/SARY...Pengangkatan anak adat Lampung Pepadun dan Saibatin dilakukan apabila terjadinya

Kedondong,04 Juni 2018.