Upload
jipin-altiro
View
60
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara geografis Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua benua,
dimana ± 70 % wilayah Indonesia adalah daerah lautan dengan panjang lautan
mencapai ± 81.000 km, sedangkan 30 % lainnya adalah daratan yang didalamnya
juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.
Karena di Indonesia lebih banyak lautan dibandingkan daratan sehingga
mendorong masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan
sumber kelautan sebagai tumpuan hidupnya. Ketergantungan masyarakat
terhadap sektor kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai
masyarakat pesisir dengan pola hidup yang dikenal sebagai kebudayaan
pesisir (Geertz, H., 1981: 42). Secara potensial wilayah laut Indonesia terkenal
dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam di dalamnya. Oleh
karena itu lah banyak yang bermata pencarian sebagai nelayan.
Wilayah Indonesia khususnya provinsi Bengkulu merupakan salah satu yang
mempunyai lautan yang cukup luas. Provinsi Bengkulu terletak diantara 101001’-
103046’ Bujur Timur serta 2016’ dan 5031’ Lintang Selatan. Daerah ini terbentang
di sepanjang pegunungan yang disebut bukit barisan dengan luas wilayah 19,789
km² yang mana di bagian barat berbatasan dengan samudra Indonesia.
1
2
(http://organisasi.org/informasi-profil-provinsi-bengkulu-detail-daerah-wilayah-
yang-ada-di-negara-indonesia).
Karena potensi kelautan yang dimiliki Provinsi Bengkulu, banyak masyarakat
yang bermata pencarian sebagai nelayan, dimana sebagian besar dari mereka
bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai kota Bengkulu salah satunya kelompok
nelayan Sepang Serumpun di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu. Nelayan Sepang Serumpun merupakan pisahan dari
keluarga nelayan Malabro, Pasar Pantai,dan Sumur Meleleh, dengan ± 130 KK
nelayan.( Profil Kelurahan Teluk Sepang ).
Secara ekologis, kelompok nelayan Sepang Serumpun sama halnya juga
dengan masyarakat pesisir yang mempunyai cara kehidupan yang bervariasi,
sekurangnya mereka mempunyai alternatif pemanfaatan dua lingkungan
hidup : dataran (tanah) dan lautan (air); pada bentuk masyarakat ini, komoditi
ekonomi lain selain dari aspek kelautan (mencari ikan dan sumber-sumber
alam pantai) merupakan mata pencaharian tambahan, sedangkan pada
masyarakat petani darat keadaan ini berlaku sebaliknya, yaitu sektor perikanan
adalah sebagai bentuk mata pencaharian tambahan (Koentjaraningrat : 1990),
begitu juga dengan kelompok nelayan Sepang Serumpun yang tinggalnya di
daerah pesisir. Secara umum, bisa disebut nelayan tradisional yaitu nelayan yang
memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional,
modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.
3
(http://komjakarta.org/wp-content/uploads/2010/02/tekanan-kemiskinan-
struktural.pdf). Kelompok nelayan ini sangat bergantung dengan potensi sumber
daya alam yang terdapat dilingkungan tempat tinggalnya, dalam artiannya nelayan
orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.
Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang
melakukan pekerjaan seperti membuat Jaring, mengangkut alat-alat penangkapan
ikan ke dalam perahu/kapal motor, mengangkut ikan dari perahu/kapal motor,
tidak dikategorikan sebagai nelayan. Nelayan menurut Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan.
Dalam persebarannya Nelayan Sepang Serumpun beraktivitas lebih banyak di
daerah lautan dengan menganut sistem gotong royong seperti : pola kerja sama,
pola kegiatan nelayan dalam melaut, selain itu juga di lihat dari distribusinya
masih mengalami kendala dikarenakan kurangnya modal yang cukup,musim yang
berubah-ubah dan fasilitas yang kurang untuk melakukan penangkapan ikan
karena pada umumnya alat yang di gunakan nelayan tersebut masih bersifat
tradisional.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengangkat
permasalahan ini dengan judul “ Distribusi Pola Kerja Kelompok Nelayan Sepang
Serumpun Di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu Kota
Bengkulu ” .
4
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang maka identifikasi masalah meliputi :
a. Apakah musim yang berubah-ubah mempengaruhi pola kerja
nelayan ?
b. Bagaimana pola kerja nelayan dalam melaut ?
c. Bagaimana perbekalan dan peralatan yang di gunakan dalam melaut ?
d. Bagaimana waktu yang digunakan nelayan dalam melaut ?
C. PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar dari pembahasan yang ada,
maka permasalahan ini hanya di batasi pada : Pola Kerja Nelayan.
D. RUMUSAN MASALAH
Bedasarkan identifikasi masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
Bagaimana distribusi pola kerja kelompok nelayan Sepang Serumpun di kelurahan
Teluk Sepang kecamatan Kampung Melayu kota Bengkulu ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan :
Untuk mengetahui distribusi pola kerja kelompok nelayan Sepang Serumpun
Kelurahan Teluk Sepang kecamatan Kampung Melayu.
5
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan mata
kuliah geografi dalam mata kuliah geografi ekonomi, terutama mahasiswa
jurusan geografi program studi ilmu pendidikan ilmu sosial UNIHAZ
Bengkulu.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah daerah agar dapat dijadikan bahan masukan dalam
mencari jalan keluar agar para nelayan mendapatkan fasilitas yang layak
dan memadai untuk menopang kehidupannya.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para
nelayan yang berkaitan dengan distribusi pola kerjanya.
c. Bagi penulis untuk dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Distribusi.
Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari
produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau
jasa tersebut diperlukan “ dilihat dari segi ekonomi “. Namun yang dimaksud
dengan distribusi disini adalah suatu persebaran suatu kelompok sosial dalam
melakukan kegiatan kerjanya dengan berdasarkan system bagi hasil. Ada satu
prinsip dalam ekosistem, yaitu bahwa masing-masing komponen yang ada
dalam sistem itu saling memberi dan menerima secara seimbang, alam
seolaholah telah mengatur keseimbangan ini. Terjadinya perubahan dari
satu komponen ekosistem ini, akan mempengaruhi kebeeradaan komponen
lain dan mengganggu keseimbangan ekosistem itu sendiri .(http://blog-
indonesia.com/blog.php).
Berkaitan dengan distibusi faktor yang paling dominan di dalam distribusi
adalah manusia. Manusia merupakan satu komponen dari suatu jaringan
komponen dalam ekosistem tertentu, masing-masing komponen dari suatu
lingkaran ekologi mempunyai peranan menurut fungsi dan kebutuhannya,
masing-masing saling menyesuiakan dan menempatkan dirinya sehingga
terwujud suatu keseimbangan ekologis.
6
7
Satu komponen berubah, maka akan merubah pula peran dan fungsi
dari komponen yang lain, keadaan mana akan mempengaruhi keseimbangan
ekologi. Dengan kemampuan akal serta dorongan-dorongan yang ada
dalam diri manusia, mereka berusaha meningkatkan kualitas hidupnya,
hal mana menyebabkan terejadinya serangkaian perubahan yang
berkenaan dengan diri manusia itu sendiri maupun lingkungan seputar
hidupnya; hal ini kemudian ternyata menunjukkan kecenderungan
bahwa pada perkembangan selanjutnya manusia tidak lagi berusaha
menyesuaikan diri dengan ekosistem yang ada, tetapi sistem itu yang
berusaha disesuaikan dengan kehidupan manusia.
2. Sumber Daya Alam
Faktor sumber alam dalam ekosistem masyarakat pesisir atau nelayan
adalah yang berhubungan dengan berbagai komponen di lingkungan sekitar
pesisir itu, dan keterlibatan manusia dengan ekosistem tersebut tentunya
berkisar pada aspek lingkungan yang berfungsi untuk memenuhi
seperangkat kebutuhan masyarakat atau nelayan itu sendiri. Salah satu
kebutuhan pokok dari masyarakat pesisir atau nelayan adalah mencari dan
mendapatkan ikan dari sumber kelautan,dan dapat juga memanfaatkan
rumput laut, maupun terumbuh karang yang mempunyai nilai ekologis dan
nilai ekonomi (Mulyadi 2005 : 2).
Aktivitas kerja untuk mencari dan mendapatkan ikan ini sebenarnya
8
menujuk pada pola kerja berburu dan meramu (food gatherings
economics), bila dilihat dalam proses evolusi mata pencarian hidup hampir
sama dengan pola berburu dan meramu yang hidup pada masyarakat yang
masih sangat sederhana, hanya tingkatannya lebih tinggi karena teknologi
yang dikembangkan lebih kompleks (Koentjaraningrat, 1998 : 32). Seperti
yang telah diuraikan mata pencarian berburu dan meramu merupakan sutu
mata pencarian manusia yang paling tua. (Koentjaraningrat, 2009 : 279).
Dengan melihat polanya, aktivitas nelayan ini dapat digolongkan sebagai
bentuk kehidupan yang masih tradisional, walaupun teknologi dan
peralatan yang dikembangkan telah modern. Disebutkan taraf tradisional
karena pada hakekatnya nelayan itu hanya malakukan kegiatan
pengumpulan, mencari dan mendapatkan segala apa yang telah ada di
alam, tanpa ada usaha untuk membudidayakannya, kemudian menangkap
ikan di laut ternyata membutuhkan seperangkat pengetahuan yang
berhubungan dengan sifat-jenis penangkapan, mekanisme penangkapan
ikan dari berbagai pengaruh alam lainnya.
Waktu dan masa (musim) penangkapan ini berkaitan dengan penentuan
saat-saat yang tepat untuk mendapatkan ikan. Waktu dan masa ini
berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin, keadaan
air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak
sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman
yang mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup
9
ekosistem yang berlaku di sana.
3 . Pola Kerja Sama
Manusia hidup tidak terlepas dari kerja sama antar manusia itu
sendiri, dengan kerjasama inilah berbagai tujuan atau harapan manusia
baik secara individual maupun kolektif bisa tercapai. Potensi dan
kapasitas setiap individu manusia sangat terbatas, tidak mungkin seluruh
persoalan hidupnya dapat dilakukan hanya oleh seorang individu saja.
Aspek kerja sama inilah yang membedakan derajat manusia dengan
mahluk hidup lainnya; walau pada species mahluk-mahluk hidup tertentu
beerkembang pola kerja sama ini, namun pola yang berkembang
sedemikian monoton sehingga tidak ada perubahan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Pola kerja sama yang dikembangkan manusia terwujud dari
seperangkat nilai-nilai tentang kehidupan manusia itu sendiri, tidak
mengherankan bila kemudian terjadi perbedaan pola kerja sama antara
kelompok manusia yang satu dengan kelompok yang lainnya. Dalam
pengamatannya tentang prinsip-prinsip kehidupan dari berbagai
kelompok manusia, “Kluckhohn dan Strodbeck” menyatakannya dalam
suatu analisa orientasi nilai budaya; mereka mengatakan bahwa pada
hakekatnya nilai-nilai yang mengatur hubungan antar manusia itu
mempunyai tiga bentuk; pertama, bentuk horisontal (collaterality) yaitu
bentuk hubungan yang mengacu pada aspek kesamaan antara manusia
10
satu dengan lainnya; kedua, bentuk vertikal (lineality) yaitu bentuk
hubungan yang mengacu pada faktor senioritas; ketiga, bentuk
individual (individuality) yaitu bentuk hubungan yang mengacu
pada faktor kemandirian manusia (Koentjaraningrat, 1990 : 82). Dilihat
dari hubungan sesama nelayan, kerja sama di lingkungan kelompok
ini memang erat sekali, disamping didorong oleh faktor saling
membutuhkan juga melibatkan aspek kepercayaan dan aspek
emosional; konsep yang dikemukakan Kluckhohn dan Strodbeck
tentang bentuk hubungan horisontal pada komunitas nelayan ini bisa
dijadikan sebagai dasar kajian. Namun diluar lingkungan ini, pola
hubungan antar manusia tidak sekaku gambaran diatas, pada
kenyataannya nelayan bebas untuk menjual hasil tangkapannya
kepada fihak mana saja (bandar ikan) yang mampu menawar dengan
harga yang tinggi, hubungan yang selanjutnya terjadi adalah pola hubungan
jual-beli.
4. Pola kerja Nelayan
Pola adalah sistem, cara kerja atau serangkaian dari beberapa pekerjaan
yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau
jasa, pola kerja melibatkan banyak faktor manusia dan adanya keterkaitan
pola kerja manusia dengan alat atau mesin.
(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100315170032AApvU)
Sedangkan menurut kamus besar Indonesia pola kerja adalah suatu alat
11
kerja berupa perencanaan yang operasional untuk mewujudkan sasaran yang
telah ditetapkan secara bersama ( pihak-pihak yang berkaitan).
Berkaitan dengan hal diatas pola kerja nelayan dapt meliputi hal berikut :
a. Pola kerja nelayan dalam pergi melaut cukup bervariasi tergantung
Pada ransum (perbekalan bagi nelayan selama melaut).
Perbekalan merupakan faktor yang sangat penting dalam melaut
apalagi kalau melautnya lama. Jenis pembekalan yang paling utama
dalam kegiatan melaut yaitu bensin, bahan bakar ini biasanya selalu
mengalami kenaikan harga sehingga biaya pembekalan jauh lebih besar.
Selain itu, bekal makanan dan minuman juga sangat diperlukan, bekal ini
bertujuan untuk bertahan hidup selama kegiatan dalam melaut (2008
suaramerdeka.com.) Di dunia kenelayanan telah dikenal adanya empat
macam musim, yaitu Musim Barat (bulan September-Desember),
Musim Utara (bulan Desember-Maret), Musim Timur (bulan Maret-
Juni), dan Musim Selatan (Juni-September). Musim Barat dikenal
sebagai musim paceklik, yang biasanya ombaknya terlalu besar
sehingga nelayan tidak dapat melaut (Mulyadi 2005:152). Namun
musim paceklik berlangsung selama enam bulan (bulan Juli-Desember).
b. Peralatan tangkap
Jenis perahu dan peralatan tangkap yang digunakan. Nelayan
yang menggunakan perahu kecil (body batang) biasa pergi melaut
12
untuk waktu 5-7 hari kemudian mendaratkan hasil tangkapannya.
Nelayan yang menggunakan perahu sedang (body jolor) biasa pergi
melaut untuk waktu 7-10 hari atau bahkan lebih dan kemudian
pulang untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Sedangkan nelayan
yang menggunakan perahu layar (Perahu Tanpa Mesin-PTM) biasa
pergi melaut untuk kurun waktu paling lama 1 bulan. (Drs. Syarif
Moeis 2008)
Menurut Mulyadi ( 2005:164 ) jenis alat penangkapan ikan terdiri
dari pancing, bubu dan jaring ingsang. Dalam kegiatan melaut ada ada
dua tipe penangkapan, penangkapan di tengah laut, dan
penangkapan di pinggir pantai; masing-masing cara memerlukan
mekanisme dan perangkat kerja yang berbeda
Menurut Drs. Syarif Moeis 2008 ada dua macam teknik penangkapan
ikan :
1) Penangkapan di tengah laut alat yang digunakan :
a) Teknik ngarendul sebagai suatu cara memancing dengan
penggunaan 1 s/d 5 mata kail dari satu tali dengan pemberat
ke bawah, dan umpan yang dipakai adalah jenis-jenis ikan
laut kecil, laut yang relatif rata dan tenang.
b) Jaring, besar kecilnya jaring juga tergantung dari besarnya
perahu; jenis jaring besar/lebar (gilnet) hanya bisa dipakai
13
oleh perahu besar.
c) Pelampung, sebagai perlengkapan pacing dan jaring.
d) Pemberat, sebagai perlengkapan memancing, jaring, dan
jangkar.
e) Lampu, lentera atau jenis lampu pijar petromaks,
perlengkapan diperlukan terutama dalam aktivitas
penangkapan di tengah laut pada malam hari yaitu untuk
memberikan tanda kepada kapal besar (tanker) tentang
keberadaan mereka di laut, sedangkan untuk di siang hari
cukup menggunakan atribut dengan warna yang mencolok.
f) Bahan pengawet ikan, baik garam maupun es (perahu besar).
2) Penangkapan di pinggir laut alat yang digunakan :
a) Cara ngarad dimana jaring ditebar didaerah pinggir pantai
dengan menggunakan perahu, kemudian di tarik dari arah
pantaicontohnya jarring ingsang.
b) cara pagang dimana jaring di simpan di dasar laut dengan
memakai umpan-umpan ikan tertentu untuk beberapa waktu,
kemudian ditarik dari semacam tempat penangkapan ikan
yang sengaja dirangkai untuk itu, contohnya pancing.
c. Waktu
Waktu yang digunkan nelayan dalam melaut cukup bervariasi ini
14
tergantung dengan perbekalan dan jenis perahu. Waktu yang digunakan
dalam melaut sebanyak 5-7 hari kemudian mendaratkan hasil
tangkapannya untuk perahu kecil. Nelayan yang menggunakan perahu
sedang (body jolor) biasa pergi melaut untuk waktu 7-10 hari atau
bahkan lebih dan kemudian pulang untuk mendaratkan hasil
tangkapannya. Sedangkan nelayan yang menggunakan perahu layar
(Perahu Tanpa Mesin-PTM) biasa pergi melaut untuk kurun waktu
paling lama 1 bulan. (Drs. Syarif Moeis 2008)
5. Ciri Kepribadian Umum Nelayan.
Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan
nelayan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan
profesi seeorang yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam
melangsungkan eksistensi hidupnya (Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004). Sebaliknya gelora nuansa laut memberikan karakter tersendiri
terhadap individu yang menyelami riak gelombang didalamnya secara
total (Everett-Roregs, 1980 : 23). Nelayan dan usaha penangkapan ikan
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain.
Dikatakan demikian mengingat bahwa nelayan merupakan kelompok
penduduk yang hidup dari hasil penangkapan ikan. Menurut Imron (2003)
nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung
pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.
Mereka pada umumnya tinggal di pesisir pantai.
15
Fenomena ini memberikan ciri kepribadian nelayan dengan
penggambaran karakter yang keras, watak sebagai seorang individu yang
konsisten, dan kelakuan manusia yaitu kelakuan organisme manusia yang
ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks atau akal dan
jiwanya yang ataupun disiplin sekeras kehidupan dilautan lepas, yang
bersifat kekerabatan kuat (Koendtjaraningrat, 2009 : 83).
6. Nelayan Sepang Serumpun
Dari sejarahnya, Kelurahan Teluk Sepang adalah daerah baru yang
dibuka pada tahun 1986 untuk memindahkan kelompok masyarakat korban
bencana alam gelombang pasang, berjumlah 420 kepala keluarga dari empat
kelurahan yaitu, Kelurahan Berkas, Kelurahan Sumur Meleleh, Kelurahan
Malabero dan Kelurahan Pasar Pantai Kecamatan Teluk Segara kota
Bengkulu melalui program transmigrasi sosial, dan ditetapkan melalui SK
Walikota Bengkulu tanggal 20 juli 1999 No.465/650/B sebagai kawasan
rawan bencana.
Pada tahun 1993 terbentuklah kelompok nelayan yang bernama Sepang
Serumpun yang pada waktu itu berjumlah ± 300 KK nelayan. Menurut kamus
besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata serumpun berasal dari kata dasar rumpun
yang berarti sekelompok atau sekumpulan (http://www.artikata.com/arti-
376026-serumpun.php). Dan menurut bapak Paisol ketua kelompok Nelayan
Sepang Serumpun nama serumpun itu berarti kumpulan dari berbagai
16
golongan / suku karena pada waktu perpindahan penduduk banyak penduduk
luar di pindahkan ke daerah Teluk Sepang dan ada juga yang merantau sampai
ke Teluk Sepang dan menetap disana seperti : orang Bugis, Padang, Bengkulu
Selatan dan Jawa.). Dan hingga saat ini jumlah kelompok nelayan Sepang
Serumpun berjumlah ± 130 KK nelayan.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Teluk Sepang kelurahan Teluk
Sepang kecamatan Kampung Melayu. Pada bulan Desember 2010 sampai bulan
Februari 2011.
B. Metode Penelitian
Menurut Usman, dkk, (1996 : 42), dalam buku Metodelogi Penelitian Sosial,
metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai
langkah-langkah sistematis. Metodelogi adalah suatu kajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.
Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan maka metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto
(2007:234) metode diskriptif ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis
tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala
atau keadaan.
Menurut Surachmad (1998:139) bahwa metode diskriptif tertuju pada
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan tidak terbatas hanya
sampai pengumpulan data tetapi analisa dan inprestasi tentang arti tersebut.
18
C. Defenisi Operasional Variabel
Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa operasional variable adalah
konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, selain itu juga dapat
dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai berbeda (different
values) dengan demikian variable itu bervariasi. Selanjutnya, S. Margoro (1997)
menyatakan operasional variable sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih. Singarimbun (1981) juga menyatakan bahwa operasional
variable merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel yang di ukur.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa operasional variable adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.oleh karena itu variabel yang dioperasionalkan dalam
penelitian ini adalah : Pola kerja kelompok nelayan. Pola kerja kelompok nelayan
dalam penelitian ini dengan indikator pola kerjanya sebagai berikut :
1. Pola kerja nelayan dalam melaut, cukup bervariasi tergantung pada
ransum ( perbekalan ).
2. Jenis perahu dan peralatan tangkap yang digunakan bervariasi.
3. Waktu yang digunakan nelayan dalam melaut.
17
19
D. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Menurut Subagyo. P, (2006 : 22) populasi adalah suatu objek penelitian
sebagai sarana untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Usman Husnani
(1996:43) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu
mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga nelayan
Sepang Serumpun kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu,
yang berjumlah 130 KK nelayan.
2. Sampel Penelitian
Menurut Winarno Suarachmad, (1986 : 86) yang dimaksud dengan
sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh
populasi. Sedangkan menurut Usman Husaini, (1996 : 44) sampel adalah
sebagian anggota dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik
tertentu untuk diteliti.
Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian.
Menurut Suharsimi Arikunto, (2007 :95) jika peneliti mempunyai beberapa
ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30%
20
dari jumlah subjek tersebut. Dan yang menjadi sampel penelitian ini hanya
kepala keluarga nelayan saja.
Berdasarkan pendapat diatas maka total sample pada penelitian ini
sebesar 25 % dari 130 KK nelayan atau dari jumlah populasi adalah 33 KK
nelayan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu
penelitian, oleh sebab itu teknik pengumpulan data harus sesuai dengan jenis
data. Jenis data meliputi data sekunder dan data primer. Data skunder adalah
sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya
berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data
dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.dta skunder
disini meliputi : buku refrensi, data dari internet, buku kelurahan, surat-surat
keterangan. Sedangkan data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung
dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini
subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu
benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Pengambilan data
primer dalam survei menggunakan kuesione, maka untuk memperoleh data yang
akurat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa teknik data berupa angket (kuesioner)
Angket (kuesioner)
21
Angket ialah daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada
responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara)
Usman Husaini, (1996 : 60). Menurut kartono (1990 : 217) angket adalah
penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan
umum (banyak orang), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan
yang diajukan secara tertulis kepada subjek. Angket digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden tentang data dan informasi yang
diperlukan.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket
No Variabel Indikator No Item Angket
1 Distribusi Pola Kerja
Nelayan
A. Pola Kerja Nelayan Dalam
Melautcukup bervariasi
B. Jenis Perahu Dan Peralatan
Tangkap
C. Waktu Yang Digunakan
Nelayan Dalam Melaut
1-9
10-22
23-26
F. Teknik Analisa Data
Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah
menganalisa data tersebut, langkah ini menjadi penting mengingat analisa data
sangat diperlukan dan erat kaitannya dengan proses penarikan kesimpulan suatu
22
penelitian. Maka dari itu, dalam menganalisa data yang diperoleh penulis
menggunakan teknik analisis deskriftif, dengan rumus persentase sebagai
berikut:
f p = — x 100% (Anas Sudjono, 1996 : 40).
n
Keterangan :
P = Persentase.
F = Frekuensi.
N = Number of core.
23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Geografis Wilayah
1. Letak Geografis Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu
secara administratife berbatasan dengan
a. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Sera/Sumber Jaya
c. Sebelah Utara berbatasan dengan daerah pelabuhan Pulau Bai
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bangkahan
2. Iklim
Pada dasarnya daerah Bengkulu mempunyai curah huajn yang cukup tinggi
dan sering tejadi pada bulan Oktober hingga Januari dan curah hujan rata-rata
di atas 3000 mm/tahun dan 100 mm/bulan yaitu pada bulan agustus, sehingga
menurut Schimement Ferguesen iklim daerah Bengkulu termasuk iklim tipe
A.
3. Topografi
Keadaan topografi Keluran Teluk Sepang memiliki daerah yang
bergelombang. Dengan luas wilayah Kelurahan Teluk Sepang lebuh kurang
1.830 Ha, dengan perincian sebagai berikut :
a. Lahan pemukiman : 10 Ha
b. Lahan perkebunan : 100 Ha
23
24
c. Lahan persawahan: 500 Ha
4. Kependudukan Dan Mata Pencarian
Penduduk Kelurahan Teluk Sepang bila di lihat dari suku,ras budaya dan
agama sangat nitrogen, secara keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan Teluk
Sepang sebagai berikut :
Tabel 4.1. jumlah penduduk
NoJumlah KK
Nelayan Petani Buruh Laki-laki Perempuan
1 130 343 257 1360 1531
Jumlah
730 2891
Sumber : kantor lurah Teluk Sepang
Table 4.2 Perkembangan / perubahan penduduk Kelurahan Teluk Sepang pada desember 2010
No Jumlah kelahiran kematian Jumlah pendatang
Jumlah keluar
1 26 1 0 0
Sumber : kantor lurah Teluk Sepang
Sedangkan mata pencarian para penduduk
a. Warga Teluk Sepang yang berprofesi sebagai petani dan nelayan lebih
dari 90 persen.
25
b. Warga teluk sepang yang berprofesi sebagai wiraswasta kurang dari 10
persen.
c. Warga yang menjadi PNS hanya satu orang.
5. Pendidikan dan agama
Tabel 4.3. Tingkat pendidikan masyarakat Teluk Sepang
NO. PENDIDIKAN f Persentase (%)1.
2.
3.
4.
5.
6.
SD
SLTP/MTS
SLTA/SMK
D III
S1
Tidak Sekolah
795
580
547
1
1
967
27,50
20,06
18,93
0,03
0,03
33,45Jumlah 2891 100
Sumber: kantor lurah Teluk Sepang
Table 4.4. jumlah penduduk berdasarkan tingkat agama yang dianut
No. Agama f Persentase (%)1.
2.
3.
4.
5.
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
Budha
2882
6
2
1
-
99,67
0,25
0,05
0,03
0Jumlah 2891 100
Sumber : kantor lurah Teluk Sepang
6. Kesehatan dan keluarga berencana
26
Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Teluk Sepang
a. Puskesmas pembantu :1 buah
b. Posyandu : 1 buah
7. Jumlah penduduk menurut usia
Tabel 4.5. Jumlah penduduk berdasarkan usia
No Golongan umur f Persentase (%)
1 0-4 tahun 176 6,08
2 5-9 tahun 104 3,60
3 10-14 tahun 244 8,45
4 15-19 tahun 228 7,88
5 20-24 tahun 440 15,24
6 25-29 tahun 435 15,04
7 30-34 tahun 332 11,48
8 35-39 tahun 288 9,96
9 40-44 tahun 239 8,26
10 45-49 tahun 206 7,13
11 50-54 tahun 87 3,00
12 55-59 tahun 79 2,74
13 60-69 tahun 20 0,69
14 70-74 tahun 13 0,45
Jumlah 2891 100
Sumber : kantor lurah Teluk Sepang
27
B. Hasil Dan Pembahasan
Pada bagian ini penulis akan menguraikan dan menggambarkan data hasil
penelitian yang mana objeknya adalah kelompok nelayan Sepang Serumpun.
1. Pola kerja nelayan dalam melaut
Didalam kegiatan melaut anggota nelayan banyak bergantung pada
musim, karena musim menetukan hasil tangkapan bagi nelayan. Untuk
mengetahui apa musim berpengaruh dalam melaut dapat di lihat pada data
berikut: sebayak 18 orang ( 54.55%) dari responden mengatakan dalam
kegiatan melaut berdasarkan pada musim, sedangkan 2 orang ( 6,06%) dari
responden mengatakan dalma kegiatan melaut tidak bergantung pada musim,
dan 13 orang lainnya (39,39%) mengatakan dalam kegiatan melaut kadang-
kadang berdasarkan musim. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.6. Kegiatan nelayan yang melaut berdasarkan pada musim.
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang
18213
54,556,0639,39
jumlah 33 100
28
Sumber : hasil analisis data 2011
Bulan dalam melaut sangatlah ,menentukan bagi nelayan dalam kegiatan
mencari ikan. Pernyataan ini berdasarkan pengakuan dari sebagian kelompok
nelayan sepang serumpun. Sebanyak 15 orang ( 45,46%) dari responden
mengatakan bulan maret-juni untuk jadwal melaut, sebanyak 2 orang ( 6,06%)
dari responden mengatakan bulan desember-maret untuk melaut, bulan
September-juni tidak ada yang melaut dan sebanyak 16 orang (48,48%) dari
responden mengatakan bulan juni-september digunakan untuk melaut. Dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.7. Kegiatan melaut yang berdasarkan pada bulan
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Maret-junib. Desember-maretc. September-
desember d. Juni-september
152016
45,466,06
048,48
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisi data 2011
Dalam kegiatan nelayan disaat melaut bervariasi tergantung pada tiap
nelayan yang akan melaut. Disini dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang
(90,91%) dari responden mengatakan yang dilakukan pada kegiatan melaut
ialah menjaring, untuk memasang perangkap tidak ada nelayan yang
29
menggunakannya dalam kegiatan melaut. sedang sebayak 3 orang (9,09%)
dari reponden mengatakan memancing yang dilakukan pada kegiatan melaut.
Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.8. Kegiatan yang dilakukan nelayan pada saat melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Menjaring b. Memasang perangkap c. Memancing
3003
90,910
9,09
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Dalam kegiatan melaut para nelayan biasanya dilaksanakan secara
kelompok . Pernyataan ini berdasarkan pengakuan dari sebagian kelompok
nelayan sepang serumpun. Sebanyak 30 orang ( 90,91%) dari responden
mengatakan dalam kegiatan melaut dilakukan secara kelompok,sedangkan
sebanyak 3 orang ( 9,09%) dari responden mengatakan dalam kegiatan melaut
dilakukan secara individu. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Tabel 4.9. Kegiatan melaut dilaksanakan nelayan secara kelompok
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Kadang-kadangc. Individu
3003
90,910
9.09
30
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Dari hasil data yang di dapatkan berkaitan dengan jumlah anggota
nelayan dalam satu kelompok dengan sebanyak 25 orang (75,76%) dari
responden mengatakan dalam 1 kelompok berjumlah 3 orang untuk kegiatan
melaut, sedangkan yang beranggotakan 6 orang dalam 1 kelompok hanya
sebesar 1 responden (3,03%), lalu sebanyak 2 oarang (6,06%) dari responden
mengatakan berjumlah 5 orang dalam 1 kelompok untuk kegiatan melaut dan
sebanyak 2 orang lagi (6,06%) mengatakan berjumlah 8 orang dalam 1
kelompok untuk kegiatan melaut, kemudian sebanyak 3 orang (9.09%) dari
responden tidak menjawab karena mereka melaut secara individu.
Untuk mengetahui jumlah anggota dalm tiap kelompok dapat dilihat pada tabel
berikut ini,
Tabel 4.10. Jumlah anggota nelayan dalam setiap 1 kelompok
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. 3 orangb. 6 orangc. 5 orangd. 8 orang e. Tidak menjawab
251223
75,763,036,066,069,09
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Perbelakan merupakan syarat yang sangat penting dalam melaut karena
didalam melaut biasanya banyak yang kehabisan perbekalan oleh kaerana itulah
31
perbelakan sangatlah penting dalam kegiatan melaut, ini tebukti dari sebanyak
33 orang (100%) mengatakan membawa perbekalan dalam kegiatan melaut.
untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.11. Kegiatan Membawa perbekalan dalam melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang
3300
10000
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Dalam kegiatan nelayan melaut ada bulan-bulan tertentu yang membuat
nelayan tidak melaut ini terbukti dari hasil data yang telah di dapatkan sebagai
berikut : Untuk melihat bulan apa saja nelayan tidak melaut, sebanyak 2 orang
(6,06%) dari responden mengatakan bahwa bulan maret-juni tidak melaut, 6
orang (18,18%) dari responden mengatakan bahwa bulan juni-september tidak
melaut,sebanyak 24 orang (72,73%) dari responden mengatakan bulan
September-desember tiak melaut dan hanya 1 orang (3,03%) mengatakan bulan
desember-maret tidak melaut. Dan lebih jelasnya seperti tabel berikut
Tabel 4.12. Bulan-bulan nelayan tidak melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Maret-junib. Juni-septemberc. September-desember
2624
6,0618,1872,23
32
d. Desember-maret 1 3,03
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Untuk mengetahui alasan mengapa nelayan tidak melaut, bisa dilihat dari
hasil data yang telah didapatkan, sebanyak 27 orang (81,81%) dari responden
mengatakan karena ada badai yang menyebakan nelayan tidak melaut, 4 orang
(12,13%) dari responden mengatakan karena ada musibah nelayan tidak melaut
dan sebanyak 2 orang (6,06%) dari responden mengatakan karena sakit
menyebakan tidak melaut.untuk lebih jelas seperti pada tabel berikut
Tabel 4.13. Alasan nelayan tidak melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Badai ( cuaca )b. Karena ada musibah c. Sakit
2742
81,8112,136,06
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Dalam mengisi kegiatan luang disaat tidak melaut, para nelayan nelayan
melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : sebanyak 13 orang (39,39%)
dari responden mengatakan membuat jaring pada saat tidak melaut, kemudian
sebanyak 13 orang lainnya (39,39%) dari responden mengatakan memperbaiki
perahu pada saat tidak melaut,dan 7 orang (21,22%) dari responden mengatakan
menjadi pekerja pengumpul limbah batu bara pada saat tidak melaut. Sama hal
y seperti pada tabel berikut
33
Tabel 4.14. Kegiatan nelayan pada saat tidak melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Memperbaiki jaringb. Memperbaiki perahuc. Menjadi pekerja
pengumpul limbah batu bara
13137
39,3939,3921,22
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
2. Jenis perahu dan peralatan tangkap
Dalam kegiatan nelayan melaut memerlukan peralatan, baik peralatan
tangkap maupun peralatan lainnya seperti perahu. Dan sebanyak 33 orang
(100%) dari responden menggunakan perahu sebagai peralatan melaut.Dan
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.15. Nelayan yang menggunakan perahu dalam kegiatan melaut Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak ( individu )
3300
10000
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Sedangkan untuk jenis perahu yang digunakan nelayan dalam melaut terdapat
tiga jenis perahu seprti perahu motor, body johor dan layar dan dari hasil analisi
34
data yang di dapat menunjukkan bahwa sebanyak 18 orang (54,55%) dari
responden mengatakan menggunakan perahu motor dalam kegiatan melaut,
kemudian sebanyak 15 orang lainnya (45,45%) dari responden mengatakan
menggunakan perahubody jolor dalam kegiatan melaut dan untuk perahu layar
tidak ada nelayan yang menggunkannya. Seperti pada tabel berikut
Tabel 4.16. Jenis perahu yang digunakan nelayan dalam melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Perahu motorb. Perahu body jolorc. Perahu layar
18150
54,5545,45
0
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Untuk melihat dan mengetahui jenis peralatan yang di bawah dalam melaut
untuk mencari ikan para nelayan menggunakan jaring sebagai alat tangkat ini
terbukti sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan jaring sebagai
peralatan dalam melaut. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 4.17. Nelayan yang menggunakan jaring dalam kegiatan melaut.
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak
3300
10000
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
35
Sedangkan untuk jenis jaring yang digunakan para nelayan cukup
bervariasi, sebanyak 8 orang (24,24%) dari responden mengatakan membawa
jaring besar dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 25 orang lainnya
(75,76%) dari responden mengatakan membawa jarring kecil dalam kegiatan
melaut. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.18. Jenis jaring yang di bawa nelayan dalam melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Jaring besarb. Jaring kecil
825
24,2475,76
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Untuk penggunaan karing dan jangkar para nelayan mengunakan pemberat
ini terbukti dari sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan
pemberat unuk jaring dan jangkar sebagai peralatan dalam melaut. Seperti pada
tabel berikut
Tabel 4.19. Nelayan yang menggunakan pemberat untuk jaring dan jangkar.
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Tidak
330
1000
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
36
Sedangkan untuk mengetahui alat penerangan yang digunakan oleh para
nelayan dalam melaut, sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan
penerangan/lampu di malam hari dalam melaut. Untuk lebih jelas dapat di lihat
dari tabel berikut.
Tabel 4.20. Nelayan yang menggunakan penerangan / lampu di malam hari dalam kegiatan melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Yab. Tidak
330
1000
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Sedangkan untuk lampu yang digunakan nelayan sebagia peneranganya
meliputi lampu lentera dan pijar dan sebanyak 10 orang (30,31%) dari
responden mengatakan menggunakan lampu lentera sebagai penerangan di
malam hari dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 23 orang lainnya
(69,69%) dari responden mengatakan menggunakan lampu pijar petromak
sebagai penerangan di malam hari dalam kegiatan melaut. Dan untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.21. Jenis-jenis lampu yang di gunakan para nelayan sebagai penerangannya di malam hari.
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Lampu lenterab. Lampu pijar petromak
1023
30,3169,69
Jumlah 33 100
37
Sumber : hasil analisis data 2011
Berkaitan dengan hasil tangkapan, untuk membuat hasil tangkapan ikan
tidak busuk para nelayan biasanya menggunakan bahan pengawet, ini terbukti
dari sebanyak 26 orang (78,79%) dari responden mengatakan menggunakan
pengawet ikan dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 7 orang lainnya
(21,21%) dari responden mengatakan tidak menggunakan pengawet ikan dalam
kegiatan melaut.dan supaya lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.22. Nelayan yang menggunakan pengawet ikan
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Ya b. Kadang-kadangc. Tidak
2607
78,790
21.21
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
sedangkan jenis pengawet yang digunakan sebanyak 5 orang (15,15%) dari
responden mengatakan menggunakan garam sebagai pengawet ikan dalam
kegiatan melaut, sedangkan sebanyak 21 orang lainnya (63,64%) dari
responden mengatakan batu es sebagai pengawet ikan dalam kegiatan melaut
lalu ada 7 orang (21,21%) dari responden tidak menjawab karena mereka tidak
menggunakan pengawet ikan dan tidak ada nelayan yang menggunakan
formalin dalam pengawetan ikannya. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilhat
pada tabel berikut
38
Tabel 4.23. Jenis pengawet ikan yang digunakan para nelayan
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Garam b. Batu esc. Pormalin d. Tidak menjawab
52107
15,1563,64
021,21
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011.
Dalam kegiatan melaut peralatan yang digunakan para nelayan tersebut ada
yang punya sendiri, minjam dengan orang lain sebanyak 17 orang (51,52%)
dari responden mengatakan peralatan melaut kepunyai sendiri , sedangkan
sebanyak 5 orang lainnya (15,15%) dari responden mengatakan tidak memiliki
pelatatan kepunyai sendiri,sedangkan 4 orang (12,12%) dari responden
mengatakan pelatan melaut pinjam dengan tengkulak dan sebanyak 7 orang
(21,21%) dari responden menagatakan peralatan melaut meminjam dengan bagi
hasil dan untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.24. Nelayan yang memiliki peralatan dalam kegiatan melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Ya b. Tidakc. Pinjam dengan
tengkulakd. Pinjam bagi hasil
17547
51,5215,1512,1221,21
Jumlah 33 100
Jenis alat tangkap yang bisa nelayan buat cukup bervariasi dapat dilihat
dari sebanyak 5 orang (15,15%) dari responden mengatakan bisa membuat 1
39
macam alat tangkap, sedangkan sebanyak 9 orang lainnya (27,27%) dari
responden mengatakan bisa membuat 2 macam alat tangkap, 19 orang (57,58%)
dari responden mengatakan dapat membuat 3-4 macam jenis alat tangkap. Dan
dapat dilihat Seperti tabel berikut
Tabel 4.25. Jenis alat tangkap yang nelayan buat
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. 1 macamb. 2 macamc. 3-4 macam
5919
15,1527,2757,58
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Jenis peralatan tangkap ditengah laut terdapat pancing, jaring, pekat
harimau dan sebanyak 6 orang (18,18%) dari responden mengatakan untuk
penangkapan ditengah laut alat yang digunakan ialah pancing, sedangkan
sebanyak 25 orang lainnya (75,76%) dari responden mengatakan untuk
penangkapan di tengah laut alat yang digunakan ialah jaring dan 2 orang
(6,06%) dari responden mengatakan menggunakan pekat harimau untuk
peralatan di tengat laut. Dan lebih jelasnya seperti tabel berikut
Tabel 4.26. Jenis peralatan nelayan yang digunakan untuk penangkapan ikan di tengah laut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
40
a. Pancingb. Jaringc. Pekat harimau
6252
18,1875,766,06
jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Sedangkan untuk pengkapan di pinggir laut sebanyak 28 orang (84,85%)
dari responden mengatakan menggunakan cara menebar jaring untuk
penangkapan di pinggir laut, sedangkan sebanyak 3 orang lainnya (9,09%) dari
responden menggunakan jala untu penagkapan ikan dipinggir laut.
Dan ada 2 orang (6,06%) dari responden menggunakan cara pagang untuk
penangkapan ikan dipinggir laut dan dapat dilhat pada tabel berikut
Tabel 4.27. Jenis peralatan nelayan yang digunakan untuk penagkapan ikan di pinggir laut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Menebar jaringb. Jala c. Cara pagang
2832
84,859,096,06
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
3. Waktu yang digunakan nelayan dalam melaut
Di dalam kegiatan nelayan dalam melaut waktu yang digunakan nelayan
selama melaut cukup bervariasi, ini terbukti sebanyak 16 orang (48,48%) dari
responden mengatakan dapat melaut selama 1 hari, sedangkan sebanyak 17
41
orang lainnya (51,51%) dari responden mengatakan dalam melaut mencapai
waktu 5-7 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.28. Lama waktu nelayan pergi melaut
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. 1 harib. 5-7 haric. 7-10 harid. 1 bulan
161700
48,4951,51
00
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Untuk waktu yang digunakan sebanyak 10 orang (30,30%) dari responden
mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dilakukan pada pagi hari, sedangkan
sebanyak 11 orang lainnya (33,33%) dari responden mengatakan bahwa
kegiatan mencari ikan dilakukan pada siang hari, 2rang (6,06%) dari responden
mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dilakukan pada sore hari dan
sebanyak 12 orang (36,37%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan
mencari ikan dilakukan pada saat malam hari. Seperti tabel berikut
Tabel 4.29. Waktu yang digunakan nelayan dalam mencari ikan
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
42
a. Pagi harib. Siang haric. Malam hari
101112
30,3033,3336,37
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
Berkaitan dengan hasil tangkapan sebanyak 17 orang (51,51%) dari
responden mengatakan bahwa penangkapan hasil melaut paling banyak pada
pagi hari , sedangkan sebanyak 16 orang lainnya (48,49%) dari responden
mengatakan bahwa penagkapan hasil melaut paling banyak pada malam
hari.dan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.30. Kegiatan nelayan tentang waktu hasil tangkapan paling banyak
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. Pagi harib. Siang haric. Malam hari
17016
51,510
48,49
Jumlah 33 100
Sedangkan untuk waktu yang dihabiskan nelayan pada saat 1 hari melaut
sebanyak 1 orang (3,03%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari
ikan dalam 1 hari mencapai 1 jam , sedangkan sebanyak 5 orang lainnya
(15,15%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dalam 1
hari mencapai 3 jam, 8 orang (24,24%) dari responden mengatakan bahwa
kegiatan mencari ikan dalam 1 hari mencapai 4 jam per harinya dan sebanyak
19 orang (57,58%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan
43
dalam 1 hari menghabiskan waktu 5 jam. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut
Tabel 4.31. Waktu yang dihabiskan nelayan pada saat 1 hari melaut.
Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)
a. 2 jamb. 3 jamc. 4 jamd. 5 jam
15819
3,0315,1524,2457,58
Jumlah 33 100
Sumber : hasil analisis data 2011
C. Deskripsi Hasil Penelitian Dan Pembahasan
1. Pola kerja nelayan dalam melaut
Berdasarkan deskripsi data tentang pola kerja nelayan dalam melaut
sangatlah bervariasi ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan nelayan dan dari
hasil penelitian. Dari hasil penelitian sebanyak 33 responden (100%) dari
nelayan. 18 orang nelayan (54,55%) menerangkan bahwa kegiataan melaut
tergantung kepada musim, disini dapat dikatan musim sangatlah berpengaruh
dalam kegiatan melaut, berkaitan dengan musim nelayan melaut sebanyak 16
orang (48,48%) mengatakan musim selatan ( bulan juni-september) adalah
bulan yang baik untuk melaut sedangkan musim barat (September-desember)
nelayan tidak melaut karena sering terjadi badai. Dalam kegiatan melaut
sebanyak 30 orang (90,91%) mengatakan menjaringlah kegiatan yang
dilakukan pada saat melaut.
44
Kegiatan melaut biasanya dilakukan oleh para nelayan dengan cara
gotong royong dan saling membantu karena sebanyak 30 orang (90,91%)
mengatakan bahwa kegiatan melaut dilakukan secara berkelompok sebab
menurut pengakuan dari para nelayan dengan adanya kelompok kegiatan
melaut akan menjadi lebih mudah dan dapat saling membantu dengan
kelompok lainnya, sebesar 30 orang nelayan (90,91%) mengatakan paling
banyak 3 orang anggota dalam tiap kelompok, namun tiap anggota kelompok
tergantung pada tergantung pada jenis perahu masing-masing. Setiap melaut
para nelayan biasanya membawa ransum untuk perbekalan di tengah
lautsenayak 33 orang (100%) mengatakan membawa perbekalan dalam
melaut, karena ransum sangatlah penting bagi nelayan apalagi disaat nelayan
pergi melaut cukup lama. Disamping itu juga terdapat bulan-bulan tertentu
yang memebuat para nelayan tidak melaut sebanyak 24 orang (72,73%)
mengatakan musim barat tidak baik untuk melaut yang berjalan antara bulan
September-desember karena pada musim itu sering terjadi badai, sebanyak 27
orang (81,81%) menyatakan karena ada badai tidak bisa melaut, karena tidak
bisa melaut untuk mengisi waktu luang banyak para nelayan yang
memanfaatkan waktu luangnya dengan cara memperbaiki jaring (39,39%) dan
memperbaiki perahu (39,39%) dan ada juga yang menjadi pengumpul limbah
batu bara (30,22%). Berdasarkan dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pola
kegiatan kerja nelayan dalam melaut cukup bervariasi tergantung dengan
musim, peralatan, dan perbekalan yang ada pada nelayan. Dengan demikian
45
bahwa pola kerja nelayan dalam melaut dipengaruhi oleh musim, peralatan,
dan perbekalan yang di bawah oleh nelayan.
2. Jenis perahu dan peralatan tangkap
Berdasarkan dari deskripsi data tentang jenis perahu dan peralatan
tangkap yang dimiliki para nelayan Teluk Sepang mengatakan bahwa untuk
kegiatan melaut alat yang digunakan sebagai transporatsi ialah perahu ini
dikuatkan dengan pernyataan 33 orang nelayan ( 100%) menyatakan
perahulah sebagai alat yang digunakan untuk melaut. Berkaitan dengan perahu
menurut Asri (2005) mengenmukakan bahwa jenis perahu dibedakan dalam 2
golongan: golongan tradisional dan moderent, dalam golongan nelayan
tradisional belum menggunakan perhu motor tapi masih menggunakan perahu
layar sedangkan utuk nelayan modernt sudah menggunakan perahu motor.
jenis perahu yang digunakan pun bervariasi tergantung pada kebutuhan dan
lama nelayan melaut, sebanyak 18 orang (54,55%) mengatakan menggunakan
perahu ukuran kecil ( perahu motor ) yang digunakan untuk pergi melaut
karena menurut pengakuan para nelayan dengan menggunakan perahu kecil
tingkat perawatannya tidak terlalu rumit dan waktu yang dihabiskan untuk
melaut tidak terlalu lama.
Dalam kegiatan nelayan melaut tidak lepaslah dengan membawa jenis-
jenis peralatan tangkap. Peralatan tangkap yang digunakan para nelayanpun
juga bervariasi ada yang menggunakan jaring, sebanyak 33 orang (100%)
mengatakan membawa jaring sebagai peralatan dalam melaut,berkaitan
46
dengan jaring ada 2 tipe jaring yang digunakan yaitu : jaring besar dan kecil
dan sebayak 25 orang nelayan (75,76%) mengatakan lebih enak menggunakan
jaring kecil dibandingkan jaring besar, untuk perlengkapan pada jaring di
perlukan adanya pemberat supaya jaring tidak terapung di permukaan air laut
dan sebanyak 33 orang nelayan (100%) menggunakan pemberat untuk
perlengkapan jaring.
Kegiatan yang dilakukan para nelayan terjadi selama berhari-hari yang
dimulai dari pagi sampai sore bahkan pada malam hari, berkaitan dengan
malam hari para nelayan menggunakan alat penerangan untuk membantu pada
proses penaggakapan ikan di malam hari, ada 2 alat yang digunakan oleh para
nelayan sebagai penerangan yaitu : lampu lentera dan lampu pijar, ternyata
sebanyak 23 orang nelayan (69,69%) lebih banyak menggunakan lampu pijar
petromak sebagai penerangan di malam hari karena lampu pijar lebih terang
dibandingkan dengan lampu lentera,kemudian lampu pijar ini digunakan
dengan menggunkan acu sebagai sumber energinya. Untuk hasil tangkapan
nelayan para nelayan mengalami kendala dengan hasil tangkapannya
dikarenakan waktu yang digunakam untuk melaut tersebut ada yang mencapai
berhari-hari bahkan berminggu-minggu, karena itulaha untuk mengatasi hal
tersebut supaya hasil tangkapan tidak busuk para nelayan menggunakan
pengawet, ternyata sebanyak 26 orang nelayan (78,79%) menggunakan
pengawet ikan untuk menjaga supaya hasil tangkapan tidak busuk, dan jenis
pengawet yang digunakan para nelayan pun berbeda-beda ada yang
47
menggunakan garam dan batu es, sebanyak 21 orang nelayan (63,64%)
menggunakan batu es sebagai pengawet ikan dan tidak ada nelayan yang
menggunakan pengawet yang berbahaya seperti pormalin.
Berkaitan dengan peralatan dalam melaut baik itu perahu dan peralatan
tangkap para nelayan memeiliki peralatan itu semua abik secara pribadi
maupu meminjam, dan sebanyak 17 orang nelayan (51,52%) mengatakan
peralatan tangkap tersebut kepunyaan sendiri, dan rata-rata para nelayan bisa
membuat peralatan tangkap tersebut, ternyata sebanyak 19 orang nelayan
(57,58%) rata-rata bisa mebuat 3-4 macam alat tangkap. Nelayan Sepang
Serumpun dalam cara penangkapan ikan tekniknya berbeda-beda baik untuk
ditengah laut dan di pinggir laut, berkaitan untuk teknik penangkapan ikan
ditengah laut sebanyak 25 orang nelayan (75,76%) menggunakan jaring
sebagai alat tangkap ditengah laut sedangkan untuk penagkapan ikan dipinggir
laut sebanyak 28 orang nelayan (84,85%) menggunakan cara ngerat (menebar
jaring) untuk pengkapan ikan dipinggir laut.
Jenis peralatan yang digunakan nelayan dalam kegiatan melaut adalah
perahu, jaring, jangkar, pancing, pengawet ikan dan lampu untuk penerangan.
Kegunaan peralatan tersebut tergantung kepada lokasi penangkapan ikan.. Jadi
peralatan yang digunakan oleh nelayan sangatlah penting dalam kegiatan
penangkapan ikan.
3. Waktu yang di gunakan nelayan dalam melaut
48
Berdasarkan hasil dari deskriptif data yang berkaitan dengan waktu yang
dihabiskan para nelayan selama melaut bervariasi, sebagian besar para
nelayan melaut selam 1 hari bahkan 5-7 hari, ini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga dengan resiko meninggalkan keluarga di rumah dan
menghadapi tantangan alam disana. Untuk waktu melaut yang digunakan para
nelayan sebanyak 16 orang nelayan (48,49%) nelayan melaut sampai 1 hari
bahkan ada yang melaut sampai 5-7 hari (48,49%), untuk kegiatan mencari
ikan sebanyak 12 orang nelayan (36,37%) lebih memanfaatkan pagi dan
malam hari untuk mencari ikan dan untuk hasil penangkapan paling banyak
menurut pengakuan nelayan banyak terjadi pada pagi hari (51,51%), dari
pengakuan para nelayan dalam 1 hari melaut bisa menghabiskan waktu
sebanyak 5 jam (57,58%). Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa waktu
dalam melaut sangatlah menentukan uktuk pengkapan ikan. Waktu dan masa
ini berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin,
keadaan air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak
sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman yang
mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup
ekosistem yang berlaku di sana.
Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan
nelayan dalam melaut cukup bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan,
keberadaan ikan dan khususnya yang berkaitan dengan lama nelayan dalam
49
kegiatan melaut, yang mencapai 1 minggu itu semua dilakukan untu
menopang kehidupan keluarga para nelayan.
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pola kerja nelayan dalam melaut
Pola kerja nelayan sepang serumpun dalam melaut bergantung terhadap
musim ini dapat dilihat dari kegiatan nelayan yang tidak bisa melaut setiap
harinya karena perubahan alam seperti adanya badai, berkaitan dengan badai
terjadi pada bulan September-desember, karena itulah untuk melaut para
nelayan berdasarkan musim-musim tertentu dan musim tengah yang paling
ideal bagi nelayan untuk melaut yang terjadi pada bulan juni-september.
Dalam kegiatan melaut kegiatan nelayan pada umumnya menjaring
dengan anggota tiap kelompok berjumlah 3 orang, yang bertujuan untuk
meringankan kerja dalam melaut dan mempunyai sifat gotong royong,disini
dapat dilihat bahwa kegiatan poal kerja nelayan dalam melaut sangat
bervariasi tergantung dengan ransum yang dibawah dan memliki sistem
kekeluargaan yang kuat dan di dalam dunia kenelayanan kegiatan mencari
ikan di laut sangat berpengaruh terhadap kondisi alam ( musim ), peralatan
dan perbekalan Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa pola kerja nelayan
dalam melaut dipengaruhi oleh musim, peralatan, dan perbekalan yang di
bawah oleh nelayan.
50
51
2. Jenis perahu dan peralatan tangkap
Jenis perahu dan peralatan tangkap yang ada pada nelayan pada
umumnya sudah cukup lengkap ini dapat dilihat dari peralatan-peralatan yang
ada pada nelayan seperti : perahu, jaring, lampu pijar petromak, serta
pemberat pada jaring. Dari semua peralatan itulah yang digunakan oleh para
nelayan untuk melaut.
Berkaitan dengan perahu dibedakan dalam 2 golongan: golongan
tradisional dan moderent, dalam golongan nelayan tradisional belum
menggunakan perhu motor tapi masih menggunakan perahu layar sedangkan
utuk nelayan modernt sudah menggunakan perahu motor. Khususnya untuk
perahu dan jaring nelayan Sepang Serumpun lebih suka menggunakan perahu
motor yang bermuatan 3 orang dan untuk jaring para nelayan juga lebih
sering menggunakan jaring yang kecil yang berukuran antara 2½ - 3 inci,
sedangkan untuk penangkapan ikan para nelayan memiliki 2 cara penagkapan
yaitu : penangkapan ditengah laut dan dipinggir laut.
4. Waktu yang di gunakan nelayan dalam melaut
Waktu yang digunakan para nelayan untuk melaut bergantung pada
lingkungan . karena Waktu dan masa (musim) penangkapan; ini berkaitan
dengan penentuan saat-saat yang tepat untuk mendapatkan ikan. Waktu dan
masa ini berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin,
keadaan air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak
sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman yang
52
mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup
ekosistem yang berlaku di sana. Bahkan ada nelayan yang melaut 5-7 hari,
didalam waktu selama itu para nelayan juga tidak lupa membawa ransum
untuk kebutuhan hidup selama melaut. Dalam kegiatan nelayan mencari ikan
biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut
banyak iakan yang didapatkan dan waktu yang dihabiskan para nelayan dalam
melaur rata-rata 5 jam/harinya.
B. Saran
1. Di harapkan kepada pemerintah daerah setempat untuk dapat memperhatikan
kondisi para nelayan di dalam kegiatan pola kerjanya dalam melaut
2. Berkaitan dengan jenis perahu dan peralatan tangkap yang ada pada nelayan
masih perlu untuk di perbaiki karena sebagian besar dari peralatan sudah
banyak yang rusak.
3. Berkaitan dengan waktu yang digunakan nelayan dalam melaut,jangan terlalu
lama pergi melaut kerena kondisi laut sering berubah-ubah dan bawalah
perbekalan yang cukup dalam waktu melaut.
53