81
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Secara geografis Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua benua, dimana ± 70 % wilayah Indonesia adalah daerah lautan dengan panjang lautan mencapai ± 81.000 km, sedangkan 30 % lainnya adalah daratan yang didalamnya juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk. Karena di Indonesia lebih banyak lautan dibandingkan daratan sehingga mendorong masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan sumber kelautan sebagai tumpuan hidupnya. Ketergantungan masyarakat terhadap sektor kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai masyarakat pesisir dengan pola hidup yang dikenal sebagai kebudayaan pesisir (Geertz, H., 1981: 42). Secara potensial wilayah laut Indonesia terkenal

Skrip Si

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skrip Si

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara geografis Indonesia terletak diantara dua samudra dan dua benua,

dimana ± 70 % wilayah Indonesia adalah daerah lautan dengan panjang lautan

mencapai ± 81.000 km, sedangkan 30 % lainnya adalah daratan yang didalamnya

juga memuat kandungan air tawar dalam bentuk sungai, danau, rawa, dan waduk.

Karena di Indonesia lebih banyak lautan dibandingkan daratan sehingga

mendorong masyarakat yang hidup di sekitar wilayah laut memanfaatkan

sumber kelautan sebagai tumpuan hidupnya. Ketergantungan masyarakat

terhadap sektor kelautan ini memberikan identitas tersendiri sebagai

masyarakat pesisir dengan pola hidup yang dikenal sebagai kebudayaan

pesisir (Geertz, H., 1981: 42). Secara potensial wilayah laut Indonesia terkenal

dengan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam di dalamnya. Oleh

karena itu lah banyak yang bermata pencarian sebagai nelayan.

Wilayah Indonesia khususnya provinsi Bengkulu merupakan salah satu yang

mempunyai lautan yang cukup luas. Provinsi Bengkulu terletak diantara 101001’-

103046’ Bujur Timur serta 2016’ dan 5031’ Lintang Selatan. Daerah ini terbentang

di sepanjang pegunungan yang disebut bukit barisan dengan luas wilayah 19,789

km² yang mana di bagian barat berbatasan dengan samudra Indonesia.

1

Page 2: Skrip Si

2

(http://organisasi.org/informasi-profil-provinsi-bengkulu-detail-daerah-wilayah-

yang-ada-di-negara-indonesia).

Karena potensi kelautan yang dimiliki Provinsi Bengkulu, banyak masyarakat

yang bermata pencarian sebagai nelayan, dimana sebagian besar dari mereka

bertempat tinggal di wilayah pesisir pantai kota Bengkulu salah satunya kelompok

nelayan Sepang Serumpun di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung

Melayu Kota Bengkulu. Nelayan Sepang Serumpun merupakan pisahan dari

keluarga nelayan Malabro, Pasar Pantai,dan Sumur Meleleh, dengan ± 130 KK

nelayan.( Profil Kelurahan Teluk Sepang ).

Secara ekologis, kelompok nelayan Sepang Serumpun sama halnya juga

dengan masyarakat pesisir yang mempunyai cara kehidupan yang bervariasi,

sekurangnya mereka mempunyai alternatif pemanfaatan dua lingkungan

hidup : dataran (tanah) dan lautan (air); pada bentuk masyarakat ini, komoditi

ekonomi lain selain dari aspek kelautan (mencari ikan dan sumber-sumber

alam pantai) merupakan mata pencaharian tambahan, sedangkan pada

masyarakat petani darat keadaan ini berlaku sebaliknya, yaitu sektor perikanan

adalah sebagai bentuk mata pencaharian tambahan (Koentjaraningrat : 1990),

begitu juga dengan kelompok nelayan Sepang Serumpun yang tinggalnya di

daerah pesisir. Secara umum, bisa disebut nelayan tradisional yaitu nelayan yang

memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional,

modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang relatif sederhana.

Page 3: Skrip Si

3

(http://komjakarta.org/wp-content/uploads/2010/02/tekanan-kemiskinan-

struktural.pdf). Kelompok nelayan ini sangat bergantung dengan potensi sumber

daya alam yang terdapat dilingkungan tempat tinggalnya, dalam artiannya nelayan

orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

Dalam perstatistikan perikanan perairan umum, nelayan adalah orang yang

secara aktif melakukan operasi penangkapan ikan di perairan umum. Orang yang

melakukan pekerjaan seperti membuat Jaring, mengangkut alat-alat penangkapan

ikan ke dalam perahu/kapal motor, mengangkut ikan dari perahu/kapal motor,

tidak dikategorikan sebagai nelayan. Nelayan menurut Undang-Undang Nomor 31

Tahun 2004 adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan

ikan.

Dalam persebarannya Nelayan Sepang Serumpun beraktivitas lebih banyak di

daerah lautan dengan menganut sistem gotong royong seperti : pola kerja sama,

pola kegiatan nelayan dalam melaut, selain itu juga di lihat dari distribusinya

masih mengalami kendala dikarenakan kurangnya modal yang cukup,musim yang

berubah-ubah dan fasilitas yang kurang untuk melakukan penangkapan ikan

karena pada umumnya alat yang di gunakan nelayan tersebut masih bersifat

tradisional.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis tertarik untuk mengangkat

permasalahan ini dengan judul “ Distribusi Pola Kerja Kelompok Nelayan Sepang

Serumpun Di Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu Kota

Bengkulu ” .

Page 4: Skrip Si

4

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang maka identifikasi masalah meliputi :

a. Apakah musim yang berubah-ubah mempengaruhi pola kerja

nelayan ?

b. Bagaimana pola kerja nelayan dalam melaut ?

c. Bagaimana perbekalan dan peralatan yang di gunakan dalam melaut ?

d. Bagaimana waktu yang digunakan nelayan dalam melaut ?

C. PEMBATASAN MASALAH

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar dari pembahasan yang ada,

maka permasalahan ini hanya di batasi pada : Pola Kerja Nelayan.

D. RUMUSAN MASALAH

Bedasarkan identifikasi masalah, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut :

Bagaimana distribusi pola kerja kelompok nelayan Sepang Serumpun di kelurahan

Teluk Sepang kecamatan Kampung Melayu kota Bengkulu ?

E. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan :

Untuk mengetahui distribusi pola kerja kelompok nelayan Sepang Serumpun

Kelurahan Teluk Sepang kecamatan Kampung Melayu.

Page 5: Skrip Si

5

F. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan menambah wawasan keilmuan yang berkaitan dengan mata

kuliah geografi dalam mata kuliah geografi ekonomi, terutama mahasiswa

jurusan geografi program studi ilmu pendidikan ilmu sosial UNIHAZ

Bengkulu.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi pemerintah daerah agar dapat dijadikan bahan masukan dalam

mencari jalan keluar agar para nelayan mendapatkan fasilitas yang layak

dan memadai untuk menopang kehidupannya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi para

nelayan yang berkaitan dengan distribusi pola kerjanya.

c. Bagi penulis untuk dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Page 6: Skrip Si

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Distribusi.

Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari

produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau

jasa tersebut diperlukan “ dilihat dari segi ekonomi “. Namun yang dimaksud

dengan distribusi disini adalah suatu persebaran suatu kelompok sosial dalam

melakukan kegiatan kerjanya dengan berdasarkan system bagi hasil. Ada satu

prinsip dalam ekosistem, yaitu bahwa masing-masing komponen yang ada

dalam sistem itu saling memberi dan menerima secara seimbang, alam

seolaholah telah mengatur keseimbangan ini. Terjadinya perubahan dari

satu komponen ekosistem ini, akan mempengaruhi kebeeradaan komponen

lain dan mengganggu keseimbangan ekosistem itu sendiri .(http://blog-

indonesia.com/blog.php).

Berkaitan dengan distibusi faktor yang paling dominan di dalam distribusi

adalah manusia. Manusia merupakan satu komponen dari suatu jaringan

komponen dalam ekosistem tertentu, masing-masing komponen dari suatu

lingkaran ekologi mempunyai peranan menurut fungsi dan kebutuhannya,

masing-masing saling menyesuiakan dan menempatkan dirinya sehingga

terwujud suatu keseimbangan ekologis.

6

Page 7: Skrip Si

7

Satu komponen berubah, maka akan merubah pula peran dan fungsi

dari komponen yang lain, keadaan mana akan mempengaruhi keseimbangan

ekologi. Dengan kemampuan akal serta dorongan-dorongan yang ada

dalam diri manusia, mereka berusaha meningkatkan kualitas hidupnya,

hal mana menyebabkan terejadinya serangkaian perubahan yang

berkenaan dengan diri manusia itu sendiri maupun lingkungan seputar

hidupnya; hal ini kemudian ternyata menunjukkan kecenderungan

bahwa pada perkembangan selanjutnya manusia tidak lagi berusaha

menyesuaikan diri dengan ekosistem yang ada, tetapi sistem itu yang

berusaha disesuaikan dengan kehidupan manusia.

2. Sumber Daya Alam

Faktor sumber alam dalam ekosistem masyarakat pesisir atau nelayan

adalah yang berhubungan dengan berbagai komponen di lingkungan sekitar

pesisir itu, dan keterlibatan manusia dengan ekosistem tersebut tentunya

berkisar pada aspek lingkungan yang berfungsi untuk memenuhi

seperangkat kebutuhan masyarakat atau nelayan itu sendiri. Salah satu

kebutuhan pokok dari masyarakat pesisir atau nelayan adalah mencari dan

mendapatkan ikan dari sumber kelautan,dan dapat juga memanfaatkan

rumput laut, maupun terumbuh karang yang mempunyai nilai ekologis dan

nilai ekonomi (Mulyadi 2005 : 2).

Aktivitas kerja untuk mencari dan mendapatkan ikan ini sebenarnya

Page 8: Skrip Si

8

menujuk pada pola kerja berburu dan meramu (food gatherings

economics), bila dilihat dalam proses evolusi mata pencarian hidup hampir

sama dengan pola berburu dan meramu yang hidup pada masyarakat yang

masih sangat sederhana, hanya tingkatannya lebih tinggi karena teknologi

yang dikembangkan lebih kompleks (Koentjaraningrat, 1998 : 32). Seperti

yang telah diuraikan mata pencarian berburu dan meramu merupakan sutu

mata pencarian manusia yang paling tua. (Koentjaraningrat, 2009 : 279).

Dengan melihat polanya, aktivitas nelayan ini dapat digolongkan sebagai

bentuk kehidupan yang masih tradisional, walaupun teknologi dan

peralatan yang dikembangkan telah modern. Disebutkan taraf tradisional

karena pada hakekatnya nelayan itu hanya malakukan kegiatan

pengumpulan, mencari dan mendapatkan segala apa yang telah ada di

alam, tanpa ada usaha untuk membudidayakannya, kemudian menangkap

ikan di laut ternyata membutuhkan seperangkat pengetahuan yang

berhubungan dengan sifat-jenis penangkapan, mekanisme penangkapan

ikan dari berbagai pengaruh alam lainnya.

Waktu dan masa (musim) penangkapan ini berkaitan dengan penentuan

saat-saat yang tepat untuk mendapatkan ikan. Waktu dan masa ini

berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin, keadaan

air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak

sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman

yang mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup

Page 9: Skrip Si

9

ekosistem yang berlaku di sana.

3 . Pola Kerja Sama

Manusia hidup tidak terlepas dari kerja sama antar manusia itu

sendiri, dengan kerjasama inilah berbagai tujuan atau harapan manusia

baik secara individual maupun kolektif bisa tercapai. Potensi dan

kapasitas setiap individu manusia sangat terbatas, tidak mungkin seluruh

persoalan hidupnya dapat dilakukan hanya oleh seorang individu saja.

Aspek kerja sama inilah yang membedakan derajat manusia dengan

mahluk hidup lainnya; walau pada species mahluk-mahluk hidup tertentu

beerkembang pola kerja sama ini, namun pola yang berkembang

sedemikian monoton sehingga tidak ada perubahan dari satu generasi ke

generasi berikutnya.

Pola kerja sama yang dikembangkan manusia terwujud dari

seperangkat nilai-nilai tentang kehidupan manusia itu sendiri, tidak

mengherankan bila kemudian terjadi perbedaan pola kerja sama antara

kelompok manusia yang satu dengan kelompok yang lainnya. Dalam

pengamatannya tentang prinsip-prinsip kehidupan dari berbagai

kelompok manusia, “Kluckhohn dan Strodbeck” menyatakannya dalam

suatu analisa orientasi nilai budaya; mereka mengatakan bahwa pada

hakekatnya nilai-nilai yang mengatur hubungan antar manusia itu

mempunyai tiga bentuk; pertama, bentuk horisontal (collaterality) yaitu

bentuk hubungan yang mengacu pada aspek kesamaan antara manusia

Page 10: Skrip Si

10

satu dengan lainnya; kedua, bentuk vertikal (lineality) yaitu bentuk

hubungan yang mengacu pada faktor senioritas; ketiga, bentuk

individual (individuality) yaitu bentuk hubungan yang mengacu

pada faktor kemandirian manusia (Koentjaraningrat, 1990 : 82). Dilihat

dari hubungan sesama nelayan, kerja sama di lingkungan kelompok

ini memang erat sekali, disamping didorong oleh faktor saling

membutuhkan juga melibatkan aspek kepercayaan dan aspek

emosional; konsep yang dikemukakan Kluckhohn dan Strodbeck

tentang bentuk hubungan horisontal pada komunitas nelayan ini bisa

dijadikan sebagai dasar kajian. Namun diluar lingkungan ini, pola

hubungan antar manusia tidak sekaku gambaran diatas, pada

kenyataannya nelayan bebas untuk menjual hasil tangkapannya

kepada fihak mana saja (bandar ikan) yang mampu menawar dengan

harga yang tinggi, hubungan yang selanjutnya terjadi adalah pola hubungan

jual-beli.

4. Pola kerja Nelayan

Pola adalah sistem, cara kerja atau serangkaian dari beberapa pekerjaan

yang berbeda kemudian dipadukan untuk menghasilkan suatu benda atau

jasa, pola kerja melibatkan banyak faktor manusia dan adanya keterkaitan

pola kerja manusia dengan alat atau mesin.

(http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20100315170032AApvU)

Sedangkan menurut kamus besar Indonesia pola kerja adalah suatu alat

Page 11: Skrip Si

11

kerja berupa perencanaan yang operasional untuk mewujudkan sasaran yang

telah ditetapkan secara bersama ( pihak-pihak yang berkaitan).

Berkaitan dengan hal diatas pola kerja nelayan dapt meliputi hal berikut :

a. Pola kerja nelayan dalam pergi melaut cukup bervariasi tergantung

Pada ransum (perbekalan bagi nelayan selama melaut).

Perbekalan merupakan faktor yang sangat penting dalam melaut

apalagi kalau melautnya lama. Jenis pembekalan yang paling utama

dalam kegiatan melaut yaitu bensin, bahan bakar ini biasanya selalu

mengalami kenaikan harga sehingga biaya pembekalan jauh lebih besar.

Selain itu, bekal makanan dan minuman juga sangat diperlukan, bekal ini

bertujuan untuk bertahan hidup selama kegiatan dalam melaut (2008

suaramerdeka.com.) Di dunia kenelayanan telah dikenal adanya empat

macam musim, yaitu Musim Barat (bulan September-Desember),

Musim Utara (bulan Desember-Maret), Musim Timur (bulan Maret-

Juni), dan Musim Selatan (Juni-September). Musim Barat dikenal

sebagai musim paceklik, yang biasanya ombaknya terlalu besar

sehingga nelayan tidak dapat melaut (Mulyadi 2005:152). Namun

musim paceklik berlangsung selama enam bulan (bulan Juli-Desember).

b. Peralatan tangkap

Jenis perahu dan peralatan tangkap yang digunakan. Nelayan

yang menggunakan perahu kecil (body batang) biasa pergi melaut

Page 12: Skrip Si

12

untuk waktu 5-7 hari kemudian mendaratkan hasil tangkapannya.

Nelayan yang menggunakan perahu sedang (body jolor) biasa pergi

melaut untuk waktu 7-10 hari atau bahkan lebih dan kemudian

pulang untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Sedangkan nelayan

yang menggunakan perahu layar (Perahu Tanpa Mesin-PTM) biasa

pergi melaut untuk kurun waktu paling lama 1 bulan. (Drs. Syarif

Moeis 2008)

Menurut Mulyadi ( 2005:164 ) jenis alat penangkapan ikan terdiri

dari pancing, bubu dan jaring ingsang. Dalam kegiatan melaut ada ada

dua tipe penangkapan, penangkapan di tengah laut, dan

penangkapan di pinggir pantai; masing-masing cara memerlukan

mekanisme dan perangkat kerja yang berbeda

Menurut Drs. Syarif Moeis 2008 ada dua macam teknik penangkapan

ikan :

1) Penangkapan di tengah laut alat yang digunakan :

a) Teknik ngarendul sebagai suatu cara memancing dengan

penggunaan 1 s/d 5 mata kail dari satu tali dengan pemberat

ke bawah, dan umpan yang dipakai adalah jenis-jenis ikan

laut kecil, laut yang relatif rata dan tenang.

b) Jaring, besar kecilnya jaring juga tergantung dari besarnya

perahu; jenis jaring besar/lebar (gilnet) hanya bisa dipakai

Page 13: Skrip Si

13

oleh perahu besar.

c) Pelampung, sebagai perlengkapan pacing dan jaring.

d) Pemberat, sebagai perlengkapan memancing, jaring, dan

jangkar.

e) Lampu, lentera atau jenis lampu pijar petromaks,

perlengkapan diperlukan terutama dalam aktivitas

penangkapan di tengah laut pada malam hari yaitu untuk

memberikan tanda kepada kapal besar (tanker) tentang

keberadaan mereka di laut, sedangkan untuk di siang hari

cukup menggunakan atribut dengan warna yang mencolok.

f) Bahan pengawet ikan, baik garam maupun es (perahu besar).

2) Penangkapan di pinggir laut alat yang digunakan :

a) Cara ngarad dimana jaring ditebar didaerah pinggir pantai

dengan menggunakan perahu, kemudian di tarik dari arah

pantaicontohnya jarring ingsang.

b) cara pagang dimana jaring di simpan di dasar laut dengan

memakai umpan-umpan ikan tertentu untuk beberapa waktu,

kemudian ditarik dari semacam tempat penangkapan ikan

yang sengaja dirangkai untuk itu, contohnya pancing.

c. Waktu

Waktu yang digunkan nelayan dalam melaut cukup bervariasi ini

Page 14: Skrip Si

14

tergantung dengan perbekalan dan jenis perahu. Waktu yang digunakan

dalam melaut sebanyak 5-7 hari kemudian mendaratkan hasil

tangkapannya untuk perahu kecil. Nelayan yang menggunakan perahu

sedang (body jolor) biasa pergi melaut untuk waktu 7-10 hari atau

bahkan lebih dan kemudian pulang untuk mendaratkan hasil

tangkapannya. Sedangkan nelayan yang menggunakan perahu layar

(Perahu Tanpa Mesin-PTM) biasa pergi melaut untuk kurun waktu

paling lama 1 bulan. (Drs. Syarif Moeis 2008)

5. Ciri Kepribadian Umum Nelayan.

Lingkungan pesisir berkaitan erat dengan kehidupan nelayan, laut dan

nelayan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Nelayan merupakan

profesi seeorang yang begitu terkait erat dengan keberadaan laut dalam

melangsungkan eksistensi hidupnya (Undang-Undang Nomor 31 Tahun

2004). Sebaliknya gelora nuansa laut memberikan karakter tersendiri

terhadap individu yang menyelami riak gelombang didalamnya secara

total (Everett-Roregs, 1980 : 23). Nelayan dan usaha penangkapan ikan

merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan antara satu sama lain.

Dikatakan demikian mengingat bahwa nelayan merupakan kelompok

penduduk yang hidup dari hasil penangkapan ikan. Menurut Imron (2003)

nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung

pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.

Mereka pada umumnya tinggal di pesisir pantai.

Page 15: Skrip Si

15

Fenomena ini memberikan ciri kepribadian nelayan dengan

penggambaran karakter yang keras, watak sebagai seorang individu yang

konsisten, dan kelakuan manusia yaitu kelakuan organisme manusia yang

ditentukan oleh naluri, dorongan-dorongan, refleks-refleks atau akal dan

jiwanya yang ataupun disiplin sekeras kehidupan dilautan lepas, yang

bersifat kekerabatan kuat (Koendtjaraningrat, 2009 : 83).

6. Nelayan Sepang Serumpun

Dari sejarahnya, Kelurahan Teluk Sepang adalah daerah baru yang

dibuka pada tahun 1986 untuk memindahkan kelompok masyarakat korban

bencana alam gelombang pasang, berjumlah 420 kepala keluarga dari empat

kelurahan yaitu, Kelurahan Berkas, Kelurahan Sumur Meleleh, Kelurahan

Malabero dan Kelurahan Pasar Pantai Kecamatan Teluk Segara kota

Bengkulu melalui program transmigrasi sosial, dan ditetapkan melalui SK

Walikota Bengkulu tanggal 20 juli 1999 No.465/650/B  sebagai kawasan

rawan bencana.

Pada tahun 1993 terbentuklah kelompok nelayan yang bernama Sepang

Serumpun yang pada waktu itu berjumlah ± 300 KK nelayan. Menurut kamus

besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata serumpun berasal dari kata dasar rumpun

yang berarti sekelompok atau sekumpulan (http://www.artikata.com/arti-

376026-serumpun.php). Dan menurut bapak Paisol ketua kelompok Nelayan

Sepang Serumpun nama serumpun itu berarti kumpulan dari berbagai

Page 16: Skrip Si

16

golongan / suku karena pada waktu perpindahan penduduk banyak penduduk

luar di pindahkan ke daerah Teluk Sepang dan ada juga yang merantau sampai

ke Teluk Sepang dan menetap disana seperti : orang Bugis, Padang, Bengkulu

Selatan dan Jawa.). Dan hingga saat ini jumlah kelompok nelayan Sepang

Serumpun berjumlah ± 130 KK nelayan.

Page 17: Skrip Si

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian dilakukan di Teluk Sepang kelurahan Teluk

Sepang kecamatan Kampung Melayu. Pada bulan Desember 2010 sampai bulan

Februari 2011.

B. Metode Penelitian

Menurut Usman, dkk, (1996 : 42), dalam buku Metodelogi Penelitian Sosial,

metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai

langkah-langkah sistematis. Metodelogi adalah suatu kajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.

Sesuai dengan data yang telah dikumpulkan maka metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode diskriptif. Menurut Suharsimi Arikunto

(2007:234) metode diskriptif ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis

tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala

atau keadaan.

Menurut Surachmad (1998:139) bahwa metode diskriptif tertuju pada

pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan tidak terbatas hanya

sampai pengumpulan data tetapi analisa dan inprestasi tentang arti tersebut.

Page 18: Skrip Si

18

C. Defenisi Operasional Variabel

Menurut Kerlinger (1973) menyatakan bahwa operasional variable adalah

konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari, selain itu juga dapat

dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai berbeda (different

values) dengan demikian variable itu bervariasi. Selanjutnya, S. Margoro (1997)

menyatakan operasional variable sebagai pengelompokan yang logis dari dua

atribut atau lebih. Singarimbun (1981) juga menyatakan bahwa operasional

variable merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel yang di ukur.

Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa operasional variable adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang atau objek kegiatan yang mempunyai

variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.oleh karena itu variabel yang dioperasionalkan dalam

penelitian ini adalah : Pola kerja kelompok nelayan. Pola kerja kelompok nelayan

dalam penelitian ini dengan indikator pola kerjanya sebagai berikut :

1. Pola kerja nelayan dalam melaut, cukup bervariasi tergantung pada

ransum ( perbekalan ).

2. Jenis perahu dan peralatan tangkap yang digunakan bervariasi.

3. Waktu yang digunakan nelayan dalam melaut.

17

Page 19: Skrip Si

19

D. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Subagyo. P, (2006 : 22) populasi adalah suatu objek penelitian

sebagai sarana untuk mendapatkan dan mengumpulkan data. Usman Husnani

(1996:43) populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu

mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga nelayan

Sepang Serumpun kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu,

yang berjumlah 130 KK nelayan.

2. Sampel Penelitian

Menurut Winarno Suarachmad, (1986 : 86) yang dimaksud dengan

sampel adalah penarikan sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh

populasi. Sedangkan menurut Usman Husaini, (1996 : 44) sampel adalah

sebagian anggota dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik

tertentu untuk diteliti.

Berdasarkan kedua pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto, (2007 :95) jika peneliti mempunyai beberapa

ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 25-30%

Page 20: Skrip Si

20

dari jumlah subjek tersebut. Dan yang menjadi sampel penelitian ini hanya

kepala keluarga nelayan saja.

Berdasarkan pendapat diatas maka total sample pada penelitian ini

sebesar 25 % dari 130 KK nelayan atau dari jumlah populasi adalah 33 KK

nelayan.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu

penelitian, oleh sebab itu teknik pengumpulan data harus sesuai dengan jenis

data. Jenis data meliputi data sekunder dan data primer. Data skunder adalah

sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui

media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya

berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.dta skunder

disini meliputi : buku refrensi, data dari internet, buku kelurahan, surat-surat

keterangan. Sedangkan data primer adalah sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini

subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu

benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Pengambilan data

primer dalam survei menggunakan kuesione, maka untuk memperoleh data yang

akurat sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa teknik data berupa angket (kuesioner)

Angket (kuesioner)

Page 21: Skrip Si

21

Angket ialah daftar pertanyaan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada

responden baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara)

Usman Husaini, (1996 : 60). Menurut kartono (1990 : 217) angket adalah

penyelidikan mengenai suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan

umum (banyak orang), dengan jalan mengedarkan formulir daftar pertanyaan

yang diajukan secara tertulis kepada subjek. Angket digunakan untuk

mendapatkan jawaban dari responden tentang data dan informasi yang

diperlukan.

Tabel 3.1 Kisi-kisi Angket

No Variabel Indikator No Item Angket

1 Distribusi Pola Kerja

Nelayan

A. Pola Kerja Nelayan Dalam

Melautcukup bervariasi

B. Jenis Perahu Dan Peralatan

Tangkap

C. Waktu Yang Digunakan

Nelayan Dalam Melaut

1-9

10-22

23-26

F. Teknik Analisa Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisa data tersebut, langkah ini menjadi penting mengingat analisa data

sangat diperlukan dan erat kaitannya dengan proses penarikan kesimpulan suatu

Page 22: Skrip Si

22

penelitian. Maka dari itu, dalam menganalisa data yang diperoleh penulis

menggunakan teknik analisis deskriftif, dengan rumus persentase sebagai

berikut:

f p = — x 100% (Anas Sudjono, 1996 : 40).

n

Keterangan :

P = Persentase.

F = Frekuensi.

N = Number of core.

Page 23: Skrip Si

23

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografis Wilayah

1. Letak Geografis Kelurahan Teluk Sepang Kecamatan Kampung Melayu

secara administratife berbatasan dengan

a. Sebelah Barat berbatasan dengan Samudra Hindia

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Padang Sera/Sumber Jaya

c. Sebelah Utara berbatasan dengan daerah pelabuhan Pulau Bai

d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bangkahan

2. Iklim

Pada dasarnya daerah Bengkulu mempunyai curah huajn yang cukup tinggi

dan sering tejadi pada bulan Oktober hingga Januari dan curah hujan rata-rata

di atas 3000 mm/tahun dan 100 mm/bulan yaitu pada bulan agustus, sehingga

menurut Schimement Ferguesen iklim daerah Bengkulu termasuk iklim tipe

A.

3. Topografi

Keadaan topografi Keluran Teluk Sepang memiliki daerah yang

bergelombang. Dengan luas wilayah Kelurahan Teluk Sepang lebuh kurang

1.830 Ha, dengan perincian sebagai berikut :

a. Lahan pemukiman : 10 Ha

b. Lahan perkebunan : 100 Ha

23

Page 24: Skrip Si

24

c. Lahan persawahan: 500 Ha

4. Kependudukan Dan Mata Pencarian

Penduduk Kelurahan Teluk Sepang bila di lihat dari suku,ras budaya dan

agama sangat nitrogen, secara keseluruhan jumlah penduduk Kelurahan Teluk

Sepang sebagai berikut :

Tabel 4.1. jumlah penduduk

NoJumlah KK

Nelayan Petani Buruh Laki-laki Perempuan

1 130 343 257 1360 1531

Jumlah

730 2891

Sumber : kantor lurah Teluk Sepang

Table 4.2 Perkembangan / perubahan penduduk Kelurahan Teluk Sepang pada desember 2010

No Jumlah kelahiran kematian Jumlah pendatang

Jumlah keluar

1 26 1 0 0

Sumber : kantor lurah Teluk Sepang

Sedangkan mata pencarian para penduduk

a. Warga Teluk Sepang yang berprofesi sebagai petani dan nelayan lebih

dari 90 persen.

Page 25: Skrip Si

25

b. Warga teluk sepang yang berprofesi sebagai wiraswasta kurang dari 10

persen.

c. Warga yang menjadi PNS hanya satu orang.

5. Pendidikan dan agama

Tabel 4.3. Tingkat pendidikan masyarakat Teluk Sepang

NO. PENDIDIKAN f Persentase (%)1.

2.

3.

4.

5.

6.

SD

SLTP/MTS

SLTA/SMK

D III

S1

Tidak Sekolah

795

580

547

1

1

967

27,50

20,06

18,93

0,03

0,03

33,45Jumlah 2891 100

Sumber: kantor lurah Teluk Sepang

Table 4.4. jumlah penduduk berdasarkan tingkat agama yang dianut

No. Agama f Persentase (%)1.

2.

3.

4.

5.

Islam

Protestan

Katolik

Hindu

Budha

2882

6

2

1

-

99,67

0,25

0,05

0,03

0Jumlah 2891 100

Sumber : kantor lurah Teluk Sepang

6. Kesehatan dan keluarga berencana

Page 26: Skrip Si

26

Sarana dan prasarana kesehatan yang terdapat di Kelurahan Teluk Sepang

a. Puskesmas pembantu :1 buah

b. Posyandu : 1 buah

7. Jumlah penduduk menurut usia

Tabel 4.5. Jumlah penduduk berdasarkan usia

No Golongan umur f Persentase (%)

1 0-4 tahun 176 6,08

2 5-9 tahun 104 3,60

3 10-14 tahun 244 8,45

4 15-19 tahun 228 7,88

5 20-24 tahun 440 15,24

6 25-29 tahun 435 15,04

7 30-34 tahun 332 11,48

8 35-39 tahun 288 9,96

9 40-44 tahun 239 8,26

10 45-49 tahun 206 7,13

11 50-54 tahun 87 3,00

12 55-59 tahun 79 2,74

13 60-69 tahun 20 0,69

14 70-74 tahun 13 0,45

Jumlah 2891 100

Sumber : kantor lurah Teluk Sepang

Page 27: Skrip Si

27

B. Hasil Dan Pembahasan

Pada bagian ini penulis akan menguraikan dan menggambarkan data hasil

penelitian yang mana objeknya adalah kelompok nelayan Sepang Serumpun.

1. Pola kerja nelayan dalam melaut

Didalam kegiatan melaut anggota nelayan banyak bergantung pada

musim, karena musim menetukan hasil tangkapan bagi nelayan. Untuk

mengetahui apa musim berpengaruh dalam melaut dapat di lihat pada data

berikut: sebayak 18 orang ( 54.55%) dari responden mengatakan dalam

kegiatan melaut berdasarkan pada musim, sedangkan 2 orang ( 6,06%) dari

responden mengatakan dalma kegiatan melaut tidak bergantung pada musim,

dan 13 orang lainnya (39,39%) mengatakan dalam kegiatan melaut kadang-

kadang berdasarkan musim. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.6. Kegiatan nelayan yang melaut berdasarkan pada musim.

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Tidakc. Kadang-kadang

18213

54,556,0639,39

jumlah 33 100

Page 28: Skrip Si

28

Sumber : hasil analisis data 2011

Bulan dalam melaut sangatlah ,menentukan bagi nelayan dalam kegiatan

mencari ikan. Pernyataan ini berdasarkan pengakuan dari sebagian kelompok

nelayan sepang serumpun. Sebanyak 15 orang ( 45,46%) dari responden

mengatakan bulan maret-juni untuk jadwal melaut, sebanyak 2 orang ( 6,06%)

dari responden mengatakan bulan desember-maret untuk melaut, bulan

September-juni tidak ada yang melaut dan sebanyak 16 orang (48,48%) dari

responden mengatakan bulan juni-september digunakan untuk melaut. Dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.7. Kegiatan melaut yang berdasarkan pada bulan

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Maret-junib. Desember-maretc. September-

desember d. Juni-september

152016

45,466,06

048,48

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisi data 2011

Dalam kegiatan nelayan disaat melaut bervariasi tergantung pada tiap

nelayan yang akan melaut. Disini dapat dilihat bahwa sebanyak 30 orang

(90,91%) dari responden mengatakan yang dilakukan pada kegiatan melaut

ialah menjaring, untuk memasang perangkap tidak ada nelayan yang

Page 29: Skrip Si

29

menggunakannya dalam kegiatan melaut. sedang sebayak 3 orang (9,09%)

dari reponden mengatakan memancing yang dilakukan pada kegiatan melaut.

Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.8. Kegiatan yang dilakukan nelayan pada saat melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Menjaring b. Memasang perangkap c. Memancing

3003

90,910

9,09

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Dalam kegiatan melaut para nelayan biasanya dilaksanakan secara

kelompok . Pernyataan ini berdasarkan pengakuan dari sebagian kelompok

nelayan sepang serumpun. Sebanyak 30 orang ( 90,91%) dari responden

mengatakan dalam kegiatan melaut dilakukan secara kelompok,sedangkan

sebanyak 3 orang ( 9,09%) dari responden mengatakan dalam kegiatan melaut

dilakukan secara individu. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Tabel 4.9. Kegiatan melaut dilaksanakan nelayan secara kelompok

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Kadang-kadangc. Individu

3003

90,910

9.09

Page 30: Skrip Si

30

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Dari hasil data yang di dapatkan berkaitan dengan jumlah anggota

nelayan dalam satu kelompok dengan sebanyak 25 orang (75,76%) dari

responden mengatakan dalam 1 kelompok berjumlah 3 orang untuk kegiatan

melaut, sedangkan yang beranggotakan 6 orang dalam 1 kelompok hanya

sebesar 1 responden (3,03%), lalu sebanyak 2 oarang (6,06%) dari responden

mengatakan berjumlah 5 orang dalam 1 kelompok untuk kegiatan melaut dan

sebanyak 2 orang lagi (6,06%) mengatakan berjumlah 8 orang dalam 1

kelompok untuk kegiatan melaut, kemudian sebanyak 3 orang (9.09%) dari

responden tidak menjawab karena mereka melaut secara individu.

Untuk mengetahui jumlah anggota dalm tiap kelompok dapat dilihat pada tabel

berikut ini,

Tabel 4.10. Jumlah anggota nelayan dalam setiap 1 kelompok

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. 3 orangb. 6 orangc. 5 orangd. 8 orang e. Tidak menjawab

251223

75,763,036,066,069,09

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Perbelakan merupakan syarat yang sangat penting dalam melaut karena

didalam melaut biasanya banyak yang kehabisan perbekalan oleh kaerana itulah

Page 31: Skrip Si

31

perbelakan sangatlah penting dalam kegiatan melaut, ini tebukti dari sebanyak

33 orang (100%) mengatakan membawa perbekalan dalam kegiatan melaut.

untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.11. Kegiatan Membawa perbekalan dalam melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Ya b. Tidak c. Kadang-kadang

3300

10000

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Dalam kegiatan nelayan melaut ada bulan-bulan tertentu yang membuat

nelayan tidak melaut ini terbukti dari hasil data yang telah di dapatkan sebagai

berikut : Untuk melihat bulan apa saja nelayan tidak melaut, sebanyak 2 orang

(6,06%) dari responden mengatakan bahwa bulan maret-juni tidak melaut, 6

orang (18,18%) dari responden mengatakan bahwa bulan juni-september tidak

melaut,sebanyak 24 orang (72,73%) dari responden mengatakan bulan

September-desember tiak melaut dan hanya 1 orang (3,03%) mengatakan bulan

desember-maret tidak melaut. Dan lebih jelasnya seperti tabel berikut

Tabel 4.12. Bulan-bulan nelayan tidak melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Maret-junib. Juni-septemberc. September-desember

2624

6,0618,1872,23

Page 32: Skrip Si

32

d. Desember-maret 1 3,03

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Untuk mengetahui alasan mengapa nelayan tidak melaut, bisa dilihat dari

hasil data yang telah didapatkan, sebanyak 27 orang (81,81%) dari responden

mengatakan karena ada badai yang menyebakan nelayan tidak melaut, 4 orang

(12,13%) dari responden mengatakan karena ada musibah nelayan tidak melaut

dan sebanyak 2 orang (6,06%) dari responden mengatakan karena sakit

menyebakan tidak melaut.untuk lebih jelas seperti pada tabel berikut

Tabel 4.13. Alasan nelayan tidak melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Badai ( cuaca )b. Karena ada musibah c. Sakit

2742

81,8112,136,06

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Dalam mengisi kegiatan luang disaat tidak melaut, para nelayan nelayan

melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : sebanyak 13 orang (39,39%)

dari responden mengatakan membuat jaring pada saat tidak melaut, kemudian

sebanyak 13 orang lainnya (39,39%) dari responden mengatakan memperbaiki

perahu pada saat tidak melaut,dan 7 orang (21,22%) dari responden mengatakan

menjadi pekerja pengumpul limbah batu bara pada saat tidak melaut. Sama hal

y seperti pada tabel berikut

Page 33: Skrip Si

33

Tabel 4.14. Kegiatan nelayan pada saat tidak melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Memperbaiki jaringb. Memperbaiki perahuc. Menjadi pekerja

pengumpul limbah batu bara

13137

39,3939,3921,22

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

2. Jenis perahu dan peralatan tangkap

Dalam kegiatan nelayan melaut memerlukan peralatan, baik peralatan

tangkap maupun peralatan lainnya seperti perahu. Dan sebanyak 33 orang

(100%) dari responden menggunakan perahu sebagai peralatan melaut.Dan

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.15. Nelayan yang menggunakan perahu dalam kegiatan melaut Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak ( individu )

3300

10000

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Sedangkan untuk jenis perahu yang digunakan nelayan dalam melaut terdapat

tiga jenis perahu seprti perahu motor, body johor dan layar dan dari hasil analisi

Page 34: Skrip Si

34

data yang di dapat menunjukkan bahwa sebanyak 18 orang (54,55%) dari

responden mengatakan menggunakan perahu motor dalam kegiatan melaut,

kemudian sebanyak 15 orang lainnya (45,45%) dari responden mengatakan

menggunakan perahubody jolor dalam kegiatan melaut dan untuk perahu layar

tidak ada nelayan yang menggunkannya. Seperti pada tabel berikut

Tabel 4.16. Jenis perahu yang digunakan nelayan dalam melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Perahu motorb. Perahu body jolorc. Perahu layar

18150

54,5545,45

0

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Untuk melihat dan mengetahui jenis peralatan yang di bawah dalam melaut

untuk mencari ikan para nelayan menggunakan jaring sebagai alat tangkat ini

terbukti sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan jaring sebagai

peralatan dalam melaut. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel berikut ini.

Tabel 4.17. Nelayan yang menggunakan jaring dalam kegiatan melaut.

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Kadang-kadangc. Tidak

3300

10000

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Page 35: Skrip Si

35

Sedangkan untuk jenis jaring yang digunakan para nelayan cukup

bervariasi, sebanyak 8 orang (24,24%) dari responden mengatakan membawa

jaring besar dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 25 orang lainnya

(75,76%) dari responden mengatakan membawa jarring kecil dalam kegiatan

melaut. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.18. Jenis jaring yang di bawa nelayan dalam melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Jaring besarb. Jaring kecil

825

24,2475,76

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Untuk penggunaan karing dan jangkar para nelayan mengunakan pemberat

ini terbukti dari sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan

pemberat unuk jaring dan jangkar sebagai peralatan dalam melaut. Seperti pada

tabel berikut

Tabel 4.19. Nelayan yang menggunakan pemberat untuk jaring dan jangkar.

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Tidak

330

1000

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Page 36: Skrip Si

36

Sedangkan untuk mengetahui alat penerangan yang digunakan oleh para

nelayan dalam melaut, sebanyak 33 orang (100%) dari responden menggunakan

penerangan/lampu di malam hari dalam melaut. Untuk lebih jelas dapat di lihat

dari tabel berikut.

Tabel 4.20. Nelayan yang menggunakan penerangan / lampu di malam hari dalam kegiatan melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Yab. Tidak

330

1000

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Sedangkan untuk lampu yang digunakan nelayan sebagia peneranganya

meliputi lampu lentera dan pijar dan sebanyak 10 orang (30,31%) dari

responden mengatakan menggunakan lampu lentera sebagai penerangan di

malam hari dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 23 orang lainnya

(69,69%) dari responden mengatakan menggunakan lampu pijar petromak

sebagai penerangan di malam hari dalam kegiatan melaut. Dan untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.21. Jenis-jenis lampu yang di gunakan para nelayan sebagai penerangannya di malam hari.

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Lampu lenterab. Lampu pijar petromak

1023

30,3169,69

Jumlah 33 100

Page 37: Skrip Si

37

Sumber : hasil analisis data 2011

Berkaitan dengan hasil tangkapan, untuk membuat hasil tangkapan ikan

tidak busuk para nelayan biasanya menggunakan bahan pengawet, ini terbukti

dari sebanyak 26 orang (78,79%) dari responden mengatakan menggunakan

pengawet ikan dalam kegiatan melaut, kemudian sebanyak 7 orang lainnya

(21,21%) dari responden mengatakan tidak menggunakan pengawet ikan dalam

kegiatan melaut.dan supaya lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.22. Nelayan yang menggunakan pengawet ikan

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Ya b. Kadang-kadangc. Tidak

2607

78,790

21.21

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

sedangkan jenis pengawet yang digunakan sebanyak 5 orang (15,15%) dari

responden mengatakan menggunakan garam sebagai pengawet ikan dalam

kegiatan melaut, sedangkan sebanyak 21 orang lainnya (63,64%) dari

responden mengatakan batu es sebagai pengawet ikan dalam kegiatan melaut

lalu ada 7 orang (21,21%) dari responden tidak menjawab karena mereka tidak

menggunakan pengawet ikan dan tidak ada nelayan yang menggunakan

formalin dalam pengawetan ikannya. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilhat

pada tabel berikut

Page 38: Skrip Si

38

Tabel 4.23. Jenis pengawet ikan yang digunakan para nelayan

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Garam b. Batu esc. Pormalin d. Tidak menjawab

52107

15,1563,64

021,21

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011.

Dalam kegiatan melaut peralatan yang digunakan para nelayan tersebut ada

yang punya sendiri, minjam dengan orang lain sebanyak 17 orang (51,52%)

dari responden mengatakan peralatan melaut kepunyai sendiri , sedangkan

sebanyak 5 orang lainnya (15,15%) dari responden mengatakan tidak memiliki

pelatatan kepunyai sendiri,sedangkan 4 orang (12,12%) dari responden

mengatakan pelatan melaut pinjam dengan tengkulak dan sebanyak 7 orang

(21,21%) dari responden menagatakan peralatan melaut meminjam dengan bagi

hasil dan untuk lebih jelasanya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.24. Nelayan yang memiliki peralatan dalam kegiatan melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Ya b. Tidakc. Pinjam dengan

tengkulakd. Pinjam bagi hasil

17547

51,5215,1512,1221,21

Jumlah 33 100

Jenis alat tangkap yang bisa nelayan buat cukup bervariasi dapat dilihat

dari sebanyak 5 orang (15,15%) dari responden mengatakan bisa membuat 1

Page 39: Skrip Si

39

macam alat tangkap, sedangkan sebanyak 9 orang lainnya (27,27%) dari

responden mengatakan bisa membuat 2 macam alat tangkap, 19 orang (57,58%)

dari responden mengatakan dapat membuat 3-4 macam jenis alat tangkap. Dan

dapat dilihat Seperti tabel berikut

Tabel 4.25. Jenis alat tangkap yang nelayan buat

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. 1 macamb. 2 macamc. 3-4 macam

5919

15,1527,2757,58

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Jenis peralatan tangkap ditengah laut terdapat pancing, jaring, pekat

harimau dan sebanyak 6 orang (18,18%) dari responden mengatakan untuk

penangkapan ditengah laut alat yang digunakan ialah pancing, sedangkan

sebanyak 25 orang lainnya (75,76%) dari responden mengatakan untuk

penangkapan di tengah laut alat yang digunakan ialah jaring dan 2 orang

(6,06%) dari responden mengatakan menggunakan pekat harimau untuk

peralatan di tengat laut. Dan lebih jelasnya seperti tabel berikut

Tabel 4.26. Jenis peralatan nelayan yang digunakan untuk penangkapan ikan di tengah laut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

Page 40: Skrip Si

40

a. Pancingb. Jaringc. Pekat harimau

6252

18,1875,766,06

jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Sedangkan untuk pengkapan di pinggir laut sebanyak 28 orang (84,85%)

dari responden mengatakan menggunakan cara menebar jaring untuk

penangkapan di pinggir laut, sedangkan sebanyak 3 orang lainnya (9,09%) dari

responden menggunakan jala untu penagkapan ikan dipinggir laut.

Dan ada 2 orang (6,06%) dari responden menggunakan cara pagang untuk

penangkapan ikan dipinggir laut dan dapat dilhat pada tabel berikut

Tabel 4.27. Jenis peralatan nelayan yang digunakan untuk penagkapan ikan di pinggir laut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Menebar jaringb. Jala c. Cara pagang

2832

84,859,096,06

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

3. Waktu yang digunakan nelayan dalam melaut

Di dalam kegiatan nelayan dalam melaut waktu yang digunakan nelayan

selama melaut cukup bervariasi, ini terbukti sebanyak 16 orang (48,48%) dari

responden mengatakan dapat melaut selama 1 hari, sedangkan sebanyak 17

Page 41: Skrip Si

41

orang lainnya (51,51%) dari responden mengatakan dalam melaut mencapai

waktu 5-7 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.28. Lama waktu nelayan pergi melaut

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. 1 harib. 5-7 haric. 7-10 harid. 1 bulan

161700

48,4951,51

00

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Untuk waktu yang digunakan sebanyak 10 orang (30,30%) dari responden

mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dilakukan pada pagi hari, sedangkan

sebanyak 11 orang lainnya (33,33%) dari responden mengatakan bahwa

kegiatan mencari ikan dilakukan pada siang hari, 2rang (6,06%) dari responden

mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dilakukan pada sore hari dan

sebanyak 12 orang (36,37%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan

mencari ikan dilakukan pada saat malam hari. Seperti tabel berikut

Tabel 4.29. Waktu yang digunakan nelayan dalam mencari ikan

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

Page 42: Skrip Si

42

a. Pagi harib. Siang haric. Malam hari

101112

30,3033,3336,37

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

Berkaitan dengan hasil tangkapan sebanyak 17 orang (51,51%) dari

responden mengatakan bahwa penangkapan hasil melaut paling banyak pada

pagi hari , sedangkan sebanyak 16 orang lainnya (48,49%) dari responden

mengatakan bahwa penagkapan hasil melaut paling banyak pada malam

hari.dan dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.30. Kegiatan nelayan tentang waktu hasil tangkapan paling banyak

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. Pagi harib. Siang haric. Malam hari

17016

51,510

48,49

Jumlah 33 100

Sedangkan untuk waktu yang dihabiskan nelayan pada saat 1 hari melaut

sebanyak 1 orang (3,03%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari

ikan dalam 1 hari mencapai 1 jam , sedangkan sebanyak 5 orang lainnya

(15,15%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan dalam 1

hari mencapai 3 jam, 8 orang (24,24%) dari responden mengatakan bahwa

kegiatan mencari ikan dalam 1 hari mencapai 4 jam per harinya dan sebanyak

19 orang (57,58%) dari responden mengatakan bahwa kegiatan mencari ikan

Page 43: Skrip Si

43

dalam 1 hari menghabiskan waktu 5 jam. Dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut

Tabel 4.31. Waktu yang dihabiskan nelayan pada saat 1 hari melaut.

Alternatif jawaban frekuensi ( f ) Persentase (%)

a. 2 jamb. 3 jamc. 4 jamd. 5 jam

15819

3,0315,1524,2457,58

Jumlah 33 100

Sumber : hasil analisis data 2011

C. Deskripsi Hasil Penelitian Dan Pembahasan

1. Pola kerja nelayan dalam melaut

Berdasarkan deskripsi data tentang pola kerja nelayan dalam melaut

sangatlah bervariasi ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan nelayan dan dari

hasil penelitian. Dari hasil penelitian sebanyak 33 responden (100%) dari

nelayan. 18 orang nelayan (54,55%) menerangkan bahwa kegiataan melaut

tergantung kepada musim, disini dapat dikatan musim sangatlah berpengaruh

dalam kegiatan melaut, berkaitan dengan musim nelayan melaut sebanyak 16

orang (48,48%) mengatakan musim selatan ( bulan juni-september) adalah

bulan yang baik untuk melaut sedangkan musim barat (September-desember)

nelayan tidak melaut karena sering terjadi badai. Dalam kegiatan melaut

sebanyak 30 orang (90,91%) mengatakan menjaringlah kegiatan yang

dilakukan pada saat melaut.

Page 44: Skrip Si

44

Kegiatan melaut biasanya dilakukan oleh para nelayan dengan cara

gotong royong dan saling membantu karena sebanyak 30 orang (90,91%)

mengatakan bahwa kegiatan melaut dilakukan secara berkelompok sebab

menurut pengakuan dari para nelayan dengan adanya kelompok kegiatan

melaut akan menjadi lebih mudah dan dapat saling membantu dengan

kelompok lainnya, sebesar 30 orang nelayan (90,91%) mengatakan paling

banyak 3 orang anggota dalam tiap kelompok, namun tiap anggota kelompok

tergantung pada tergantung pada jenis perahu masing-masing. Setiap melaut

para nelayan biasanya membawa ransum untuk perbekalan di tengah

lautsenayak 33 orang (100%) mengatakan membawa perbekalan dalam

melaut, karena ransum sangatlah penting bagi nelayan apalagi disaat nelayan

pergi melaut cukup lama. Disamping itu juga terdapat bulan-bulan tertentu

yang memebuat para nelayan tidak melaut sebanyak 24 orang (72,73%)

mengatakan musim barat tidak baik untuk melaut yang berjalan antara bulan

September-desember karena pada musim itu sering terjadi badai, sebanyak 27

orang (81,81%) menyatakan karena ada badai tidak bisa melaut, karena tidak

bisa melaut untuk mengisi waktu luang banyak para nelayan yang

memanfaatkan waktu luangnya dengan cara memperbaiki jaring (39,39%) dan

memperbaiki perahu (39,39%) dan ada juga yang menjadi pengumpul limbah

batu bara (30,22%). Berdasarkan dari uraian di atas dapat dilihat bahwa pola

kegiatan kerja nelayan dalam melaut cukup bervariasi tergantung dengan

musim, peralatan, dan perbekalan yang ada pada nelayan. Dengan demikian

Page 45: Skrip Si

45

bahwa pola kerja nelayan dalam melaut dipengaruhi oleh musim, peralatan,

dan perbekalan yang di bawah oleh nelayan.

2. Jenis perahu dan peralatan tangkap

Berdasarkan dari deskripsi data tentang jenis perahu dan peralatan

tangkap yang dimiliki para nelayan Teluk Sepang mengatakan bahwa untuk

kegiatan melaut alat yang digunakan sebagai transporatsi ialah perahu ini

dikuatkan dengan pernyataan 33 orang nelayan ( 100%) menyatakan

perahulah sebagai alat yang digunakan untuk melaut. Berkaitan dengan perahu

menurut Asri (2005) mengenmukakan bahwa jenis perahu dibedakan dalam 2

golongan: golongan tradisional dan moderent, dalam golongan nelayan

tradisional belum menggunakan perhu motor tapi masih menggunakan perahu

layar sedangkan utuk nelayan modernt sudah menggunakan perahu motor.

jenis perahu yang digunakan pun bervariasi tergantung pada kebutuhan dan

lama nelayan melaut, sebanyak 18 orang (54,55%) mengatakan menggunakan

perahu ukuran kecil ( perahu motor ) yang digunakan untuk pergi melaut

karena menurut pengakuan para nelayan dengan menggunakan perahu kecil

tingkat perawatannya tidak terlalu rumit dan waktu yang dihabiskan untuk

melaut tidak terlalu lama.

Dalam kegiatan nelayan melaut tidak lepaslah dengan membawa jenis-

jenis peralatan tangkap. Peralatan tangkap yang digunakan para nelayanpun

juga bervariasi ada yang menggunakan jaring, sebanyak 33 orang (100%)

mengatakan membawa jaring sebagai peralatan dalam melaut,berkaitan

Page 46: Skrip Si

46

dengan jaring ada 2 tipe jaring yang digunakan yaitu : jaring besar dan kecil

dan sebayak 25 orang nelayan (75,76%) mengatakan lebih enak menggunakan

jaring kecil dibandingkan jaring besar, untuk perlengkapan pada jaring di

perlukan adanya pemberat supaya jaring tidak terapung di permukaan air laut

dan sebanyak 33 orang nelayan (100%) menggunakan pemberat untuk

perlengkapan jaring.

Kegiatan yang dilakukan para nelayan terjadi selama berhari-hari yang

dimulai dari pagi sampai sore bahkan pada malam hari, berkaitan dengan

malam hari para nelayan menggunakan alat penerangan untuk membantu pada

proses penaggakapan ikan di malam hari, ada 2 alat yang digunakan oleh para

nelayan sebagai penerangan yaitu : lampu lentera dan lampu pijar, ternyata

sebanyak 23 orang nelayan (69,69%) lebih banyak menggunakan lampu pijar

petromak sebagai penerangan di malam hari karena lampu pijar lebih terang

dibandingkan dengan lampu lentera,kemudian lampu pijar ini digunakan

dengan menggunkan acu sebagai sumber energinya. Untuk hasil tangkapan

nelayan para nelayan mengalami kendala dengan hasil tangkapannya

dikarenakan waktu yang digunakam untuk melaut tersebut ada yang mencapai

berhari-hari bahkan berminggu-minggu, karena itulaha untuk mengatasi hal

tersebut supaya hasil tangkapan tidak busuk para nelayan menggunakan

pengawet, ternyata sebanyak 26 orang nelayan (78,79%) menggunakan

pengawet ikan untuk menjaga supaya hasil tangkapan tidak busuk, dan jenis

pengawet yang digunakan para nelayan pun berbeda-beda ada yang

Page 47: Skrip Si

47

menggunakan garam dan batu es, sebanyak 21 orang nelayan (63,64%)

menggunakan batu es sebagai pengawet ikan dan tidak ada nelayan yang

menggunakan pengawet yang berbahaya seperti pormalin.

Berkaitan dengan peralatan dalam melaut baik itu perahu dan peralatan

tangkap para nelayan memeiliki peralatan itu semua abik secara pribadi

maupu meminjam, dan sebanyak 17 orang nelayan (51,52%) mengatakan

peralatan tangkap tersebut kepunyaan sendiri, dan rata-rata para nelayan bisa

membuat peralatan tangkap tersebut, ternyata sebanyak 19 orang nelayan

(57,58%) rata-rata bisa mebuat 3-4 macam alat tangkap. Nelayan Sepang

Serumpun dalam cara penangkapan ikan tekniknya berbeda-beda baik untuk

ditengah laut dan di pinggir laut, berkaitan untuk teknik penangkapan ikan

ditengah laut sebanyak 25 orang nelayan (75,76%) menggunakan jaring

sebagai alat tangkap ditengah laut sedangkan untuk penagkapan ikan dipinggir

laut sebanyak 28 orang nelayan (84,85%) menggunakan cara ngerat (menebar

jaring) untuk pengkapan ikan dipinggir laut.

Jenis peralatan yang digunakan nelayan dalam kegiatan melaut adalah

perahu, jaring, jangkar, pancing, pengawet ikan dan lampu untuk penerangan.

Kegunaan peralatan tersebut tergantung kepada lokasi penangkapan ikan.. Jadi

peralatan yang digunakan oleh nelayan sangatlah penting dalam kegiatan

penangkapan ikan.

3. Waktu yang di gunakan nelayan dalam melaut

Page 48: Skrip Si

48

Berdasarkan hasil dari deskriptif data yang berkaitan dengan waktu yang

dihabiskan para nelayan selama melaut bervariasi, sebagian besar para

nelayan melaut selam 1 hari bahkan 5-7 hari, ini dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga dengan resiko meninggalkan keluarga di rumah dan

menghadapi tantangan alam disana. Untuk waktu melaut yang digunakan para

nelayan sebanyak 16 orang nelayan (48,49%) nelayan melaut sampai 1 hari

bahkan ada yang melaut sampai 5-7 hari (48,49%), untuk kegiatan mencari

ikan sebanyak 12 orang nelayan (36,37%) lebih memanfaatkan pagi dan

malam hari untuk mencari ikan dan untuk hasil penangkapan paling banyak

menurut pengakuan nelayan banyak terjadi pada pagi hari (51,51%), dari

pengakuan para nelayan dalam 1 hari melaut bisa menghabiskan waktu

sebanyak 5 jam (57,58%). Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa waktu

dalam melaut sangatlah menentukan uktuk pengkapan ikan. Waktu dan masa

ini berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin,

keadaan air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak

sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman yang

mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup

ekosistem yang berlaku di sana.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan

nelayan dalam melaut cukup bervariasi tergantung pada kondisi lingkungan,

keberadaan ikan dan khususnya yang berkaitan dengan lama nelayan dalam

Page 49: Skrip Si

49

kegiatan melaut, yang mencapai 1 minggu itu semua dilakukan untu

menopang kehidupan keluarga para nelayan.

Page 50: Skrip Si

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pola kerja nelayan dalam melaut

Pola kerja nelayan sepang serumpun dalam melaut bergantung terhadap

musim ini dapat dilihat dari kegiatan nelayan yang tidak bisa melaut setiap

harinya karena perubahan alam seperti adanya badai, berkaitan dengan badai

terjadi pada bulan September-desember, karena itulah untuk melaut para

nelayan berdasarkan musim-musim tertentu dan musim tengah yang paling

ideal bagi nelayan untuk melaut yang terjadi pada bulan juni-september.

Dalam kegiatan melaut kegiatan nelayan pada umumnya menjaring

dengan anggota tiap kelompok berjumlah 3 orang, yang bertujuan untuk

meringankan kerja dalam melaut dan mempunyai sifat gotong royong,disini

dapat dilihat bahwa kegiatan poal kerja nelayan dalam melaut sangat

bervariasi tergantung dengan ransum yang dibawah dan memliki sistem

kekeluargaan yang kuat dan di dalam dunia kenelayanan kegiatan mencari

ikan di laut sangat berpengaruh terhadap kondisi alam ( musim ), peralatan

dan perbekalan Dari pendapat diatas dapat dilihat bahwa pola kerja nelayan

dalam melaut dipengaruhi oleh musim, peralatan, dan perbekalan yang di

bawah oleh nelayan.

50

Page 51: Skrip Si

51

2. Jenis perahu dan peralatan tangkap

Jenis perahu dan peralatan tangkap yang ada pada nelayan pada

umumnya sudah cukup lengkap ini dapat dilihat dari peralatan-peralatan yang

ada pada nelayan seperti : perahu, jaring, lampu pijar petromak, serta

pemberat pada jaring. Dari semua peralatan itulah yang digunakan oleh para

nelayan untuk melaut.

Berkaitan dengan perahu dibedakan dalam 2 golongan: golongan

tradisional dan moderent, dalam golongan nelayan tradisional belum

menggunakan perhu motor tapi masih menggunakan perahu layar sedangkan

utuk nelayan modernt sudah menggunakan perahu motor. Khususnya untuk

perahu dan jaring nelayan Sepang Serumpun lebih suka menggunakan perahu

motor yang bermuatan 3 orang dan untuk jaring para nelayan juga lebih

sering menggunakan jaring yang kecil yang berukuran antara 2½ - 3 inci,

sedangkan untuk penangkapan ikan para nelayan memiliki 2 cara penagkapan

yaitu : penangkapan ditengah laut dan dipinggir laut.

4. Waktu yang di gunakan nelayan dalam melaut

Waktu yang digunakan para nelayan untuk melaut bergantung pada

lingkungan . karena Waktu dan masa (musim) penangkapan; ini berkaitan

dengan penentuan saat-saat yang tepat untuk mendapatkan ikan. Waktu dan

masa ini berhubungan dengan kondisi lingkungan alam, iklim, cuaca, angin,

keadaan air laut, tanda-tanda keberadaan ikan serta tumbuhan tertentu; tidak

sembarang waktu nelayan dapat menangkap ikan, karena pengalaman yang

Page 52: Skrip Si

52

mengajarkan mereka untuk tahu keberadaan ikan itu dalam lingkup

ekosistem yang berlaku di sana. Bahkan ada nelayan yang melaut 5-7 hari,

didalam waktu selama itu para nelayan juga tidak lupa membawa ransum

untuk kebutuhan hidup selama melaut. Dalam kegiatan nelayan mencari ikan

biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut

banyak iakan yang didapatkan dan waktu yang dihabiskan para nelayan dalam

melaur rata-rata 5 jam/harinya.

B. Saran

1. Di harapkan kepada pemerintah daerah setempat untuk dapat memperhatikan

kondisi para nelayan di dalam kegiatan pola kerjanya dalam melaut

2. Berkaitan dengan jenis perahu dan peralatan tangkap yang ada pada nelayan

masih perlu untuk di perbaiki karena sebagian besar dari peralatan sudah

banyak yang rusak.

3. Berkaitan dengan waktu yang digunakan nelayan dalam melaut,jangan terlalu

lama pergi melaut kerena kondisi laut sering berubah-ubah dan bawalah

perbekalan yang cukup dalam waktu melaut.

Page 53: Skrip Si

53