13
Studi Atas Novel Hafalan Sholat Delisa Karya Tere-Liye Dalam Perspektif Pendidikan Akhlak A. Latar Belakang Secara harfiyah, kata Islam berasal dari bahasa Arab salima yang ar selamat. Kemudian terbentuk aslama yang artinya berserah diri atau pat ini juga disinggung dalam Al Qur’an yang artinya: Bahkan, barang siapa aslama (menyerahkan diri) kepada Sedang Ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada Kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersed hati.”(QS Al-Baqarah (2): 122 1 Dari kataaslama itulah kemudian terbentuk kataIslam. Pemeluknya dinamakan Muslim; orang yang memeluk Islam berarti berserah diri, ikh terhadap Allah dan patuh pada ajaranNya, yakni perintah dan laranganNy Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Islam itu ha dapat menimbulkan kedamaian batinya sendiri, sebagai agama kese lahir batin.Untuk memenuhi itu semua, terdapat tiga aspek yang harus d dalam diri seorang Muslim: pertama, dalam hubungan vertikal terhadap T (Allah), manusia haruslah patuh dan berserah diri. Kedua, dalam hubung Horisontal terhadap sesamanyadan makhluk, karenaIslammengajarkan kedamaian dan saling tolong menolong. Ketiga, hubungan kedalam sendiri. Karena Islam dapatmenimbulkankedamaian, ketenangan batin, kemantapan ruhani dan mental. 2 Keberhasilan seorang Muslim diukur dariketiga aspek di atas. Jika ketiganya telah dilakukan dengan sepenuhnya, maka kebahagian du akhirat telah ia temuakan. Ketiga aspek itu juga menempati posisi terp dalam pembentukan akhlak mulia. 1 Mukhni’ah, Materi Pendidikan Agama Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hlm 15 2 Ibid, hlm 17 1

SKRIP

Embed Size (px)

Citation preview

Studi Atas Novel Hafalan Sholat Delisa Karya Tere-Liye Dalam Perspektif Pendidikan Akhlak A. Latar Belakang Secara harfiyah, kata Islam berasal dari bahasa Arab salima yang artinya selamat. Kemudian terbentuk aslama yang artinya berserah diri atau patuh. Hal ini juga disinggung dalam Al Quran yang artinya: Bahkan, barang siapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, Sedang Ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada Kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati.(QS Al-Baqarah (2): 1221

Dari kata aslama itulah kemudian terbentuk kata Islam. Pemeluknya dinamakan Muslim; orang yang memeluk Islam berarti berserah diri, ikhlas, terhadap Allah dan patuh pada ajaranNya, yakni perintah dan laranganNya. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya Islam itu harus dapat menimbulkan kedamaian batinya sendiri, sebagai agama keselamatan lahir batin.Untuk memenuhi itu semua, terdapat tiga aspek yang harus dipenuhi dalam diri seorang Muslim: pertama, dalam hubungan vertikal terhadap Tuhan (Allah), manusia haruslah patuh dan berserah diri. Kedua, dalam hubungan Horisontal terhadap sesamanya dan makhluk, karena Islam mengajarkan kedamaian dan saling tolong menolong. Ketiga, hubungan kedalam dirinya sendiri. Karena Islam dapat menimbulkan kedamaian, ketenangan batin, kemantapan ruhani dan mental.2 Keberhasilan seorang Muslim diukur dari ketiga aspek di atas. Jika ketiganya telah dilakukan dengan sepenuhnya, maka kebahagian dunia dan akhirat telah ia temuakan. Ketiga aspek itu juga menempati posisi terpenting dalam pembentukan akhlak mulia.

1 2

Mukhniah, Materi Pendidikan Agama Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011) hlm 15 Ibid, hlm 17

1

Islam menginginkan masyarakatnya berakhlak mulia. Akhlak mulia sangat ditekankan karena akan membawa kebahagian dalam individu. Sekaligus membawa kedamaian pada masyarakat dan makhluk sekitarnya. Dengan kata lain, akhlak ditampilkan pada diri seseorang semata untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Pada era modern seperti sekarang ini, nampaknya telah banyak tindakan masyarakat yang mengacu pada kemrosotan akhlak. Terbukti banyaknya kasus penganiayaan, pelanggaran serta tindakan anarki yang berkedok agama.Contoh riil yang menunjukkan degradasi akhlak yang paling sederhana di kalangan pelajar. Banyaknya siswa yang tak lagi tawadu pada guru, sering bolos sekolah, tawuran, terlebih hingga melanggar syariat. Tidak putus di situ saja, pergeseran nilai-nilai sosial dan susila kini makin menyeruak di setiap sudut kehidupan. Fenomena semaraknya prilaku yang mengarah pada budaya barat: amoral, hedonis, konsumtif dan yang bertolak belakang dengan religius, kini makin banyak kita temukan. Berbagai idiologi berbungkus modernitas dan teknologi. seperti adanya indikasi makin berkembangnya budaya serba bebas; bebas bergaul antara pria dan wanita, bebas berbuat tanpa batas dan sebagainya, yang telah menimbulkan bencana bagi umat manusia, yaitu dengan munculnya penyakit AIDS yang sangat menakutkan banyak orang, ataupun munculnya bencana yang lain akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Kalau mengingat itu semua, kini makin disadari betapa pentingnya nilainilai agama serta semangat akhlakul karimah dalam berbagai aspek kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif (sosial). Pembangunan kembali terhadap akhlak manusia dari puing-puing kehancuran kini dirasakan lebih penting dari pada hanya membangun kesejahteraan fisik semata. Sebab apalah artinya pembangunan kesejahteraan fisik manusia spektakuler, yang telah dicapai oleh manusia zaman modern ini bila akhirnya manusia tidak dapat menikmatinya. Dan bahkan justru akan menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri.

2

Pembangunan akhlak manusia dapat ditempuh dengan pendidikan, di mana pendidikan merupakan suatu proses atau upaya dalam membantu peserta didik menemukan kedewasaan. Melalui pendidikan, diharapkan peserta didik dapat menjadi manusia yang memiliki pribadi yang bertanggungjawab, baik kepada Tuhannya, sesama ciptaan-Nya, maupun lingkungannya. Sebagaimana dipaparkan dalam undang-undang sistem pendidikan nasional no 20 tahun 2003 bab VI pasal 13 yaitu tentang jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya, dan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka atau melalui jarak jauh. Jadi pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah (formal) tetapi juga dapat berlangsung di luar sekolah (non formal).3 Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor atau komponen. Antara lain adalah media pendidikan, Audio Visual Aid (AVA), alat peraga, sarana prasarna pendidikan dan sebagainya. Ada banyak alat yang dapat digunakan untuk kelangsungan proses pendidikan, antara lain:1) Media tulis atau cetak. Contoh Al Quran, Al Hadits, buku bacaan,

majalah, koran, novel dan lain sebagainya.2) Benda-benda alam seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, zat

padat, zat cair, zat gas. 3) Gambar-gambar, lukisan, peta. Alat ini dapat dibuat daam ukuran besar, bahkan dapat dibuat seperti layaknya permukaan bumi.4) Gambar yang dapat diproyeksikan, baik menggunakan alat maupun

tidak. Contoh foto, slide, film stip, televisi, vidio.5) Audio rekording (alat untuk didengar) seperti kaset, radio, dan lain

sebagainya.43 4

http://hukum.unsrat.ac.id (online) diakses 25 april 2012 Dr. Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000) hlm 80

3

Dari uraian diatas, ada banyak cara dalam menyampaikan nilai-nilai pendidikan akhlak, salah satunya yang digunakan oleh Tere-Liye lewat karya sastranya berupa novel berjudul Hafalan Shalat Delisa. Novel berfungsi sebagai penghibur sekaligus berguna. Dari pengertian dipahami bahwa peranan novel bukan sekedar menghibur tetapi juga mengajarkan sesuatu. Kedudukan novel sama dengan ilmu pengetahuan lainnya, yaitu sesuatu yang penting bagi kemajuan masyarakat. Dengan novel pengarang bisa menanamkan nilai-nilai akhlak dan pesan-pesan tertentu kepada pembacanya. Subjektivitas yang disampaikan pengarang melalui karya novel mampu memberi gambaran dan motivasi bagi suatu perubahan baik secara individu maupun kolektif (masyarakat).5 Seperti yang telah dijelaskan sebelumya. Bahwa keberhasilan akhlak seseorang itu ditentukan atas tiga aspek, yakni: hubungan dengan Allah, hubungan dengan sesama (manusia dan lingkungan) dan hubungan dengan diri sendiri. Novel Hafalan Sholat Delisa karya Tere-Liye merupakan bentuk karya sastra yang memuat nilai pendidikan dari ketiga sisi di atas. Tere-Liye berusaha menunjukkan bentuk pendidikan akhlak yang tergambar jelas melalui tokoh yang dibangun dalam novel tersebut. Gaya penuturan, setting, latar, dan alur tersusun rapi sehingga mudah dipahami. Ada banyak kisah yang tergambar pada novel Hafalan Sholat Delisa. Sebuah kisah pembelajaran yang akan membawa dampak positif bagi pembaca. Misal: Pada fragmen Shalat Lebih Baik Dari Tidur, dalam fragmen tersebut diceritakan aksi kakak-kakak Delisa yang berjuang membangunkan adik tercintanya. Delisa untuk melakukan shalat shubuh berjamaah. Aisyah kakak kedua yang juga kembar itu, berusaha sekuat tenaga dengan beribu cara untuk

5

http://uniqlly.multiply.com/journal/item/2/Novel (Online) diakses 25 april 2012

4

membangunkan si bandel Delisa. Dengan harapan hanya supaya memenuhi panggilan Allah tepat pada waktunya.6 Diteruskan pada fragmen Kalung Separuh Harga, jiwa pluralisme sangat nampak pada fragmen tersebut. Di mana Koh Acan yang beragama Konghuchu tulen, bersikeras memberikan kalung separuh harga pada Umi Salamah. Kalau untuk hadiah hafalan shalat Delisa, saya kasih separuh harga saja. Karena saya senang sekali jika melihat anak-anak kecil belajar menghafal bacaan shalat. Kata Abi Utsman dulu, sholatkan untuk Amm mar Maruf Nahi Mhungkar. Begitu alasan Koh Acan supaya Umi Salamah mau menerima permintaannya untuk membayar separuh harga.7 Dalam fragmen itu juga, dapat kita lihat perjuangan Delisa menghafal bacaan shalatnya. Di ayunan depan rumah, Delisa sibuk membolak-balik buku tuntunan shalatnya. Meski bacaan shalatnya masih banyak yang belum ia hafal; masih terbolak-balik antara bacaan rukuk dan bacaan sujud. Ia berusaha sekuat tenaga; mengerahkan segala kemampuan yang ia miliki. Delisa ingin sempurna bacaan sholatnya ketika ujian praktek shalat di Sekolahannya digelar. Selain itu, Delisa ingin mengerjakan shalat dengan indah, shalat yang diridhoi Allah. Oleh karena itu Delisa tak pernah kenal menyerah.8 Dari kedua fragmen tersebut, novel Hafalan Shalat Delisa adalah novel yang banyak mengandung hikmah dan pesan-pesan pendidikan akhlak yang dapat dipetik. Terlebih novel Hafalan Salat Delisa mampu menarik beberapa orang terkenal untuk ikut andil berkomentar di back cover. Taufiq Ismail, penyair: Novel tentang bacaan shalat anak 6 tahun dengan latar bencana tsunami ini sangat mengharukan. Nilai keikhlasan dengan halus dijalin pengarangnya kedalam plot cerita dunia kanak-kanak ini. Saya membacanya dengan rasa sentimental, karena selepas tsunami saya pernah bolak balik ke Lhok Nga itu.96 7 8

Tere-Liye, Hafalan Shalat Delisa, (Jakarta: Republika, Cetakan XVIII 2012) hlm 1-16

Ibid, hlm 19-22 Ibid, hlm 22-26 9 Ibid, Back Cover

5

Habiburrahman El Shirazy, Novelis/ penulis Best Seller Ayat-Ayat Cinta: Buku yang indah ditulis dalam kesadaran ibadah. Buku ini mengajak kita mencintai kehidupan, juga kematian, mencintai anugrah dan musibah, dan mencintai indahnya hidayah.10 Ahmadun Yosi Herfanda, Sastrawan dan Redaktur Sastra Republika: Dramatis, tanpa perlu hiperbolik. Menyentuh, tanpa perlu mengharu biru. Kecerdasan dalam kepolosan. Terkadang malu sendiri ketika menyimak si mungil Delisa. Seolah menonton film documenter ketika membacanya lembar demi lembar. Two thumbs up!11 Berdasarkan latar belakang. Maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pendidikan ahklak yang terkandung di dalamnya. Mengangkatnya menjadi sekripsi yang berjudul: Studi Atas Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye Dalam Perspektif Pendidikan Ahklak

B. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. 2. 3. Apa yang melatarbelakangi penulisan novel Hafalan Shalat Delisa? Bagaimana isi dan pesan novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye? Materi pendidikan akhlak apa saja yang ada dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye dan bagaimana bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam isi novel Hafalan Shalat Delisa ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah:10 11

Ibid, Back Cover Ibid, Back Cover

6

1. Untuk mendeskripsikan latar belakang penulisan novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye. 2. Untuk mendeskripsikan isi dan amanat novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye dalam perspektif pendidikan akhlak. 3. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye.

D. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat luas pada umumnya, sebagai pijakan dalam mengarungi kehidupan, yakni: a. Manfaat Teoritik Bagi pecinta sastra pada umumnya, diharapkan akan lebih mudah dalam memahami nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra, khususnya nilai-nilai pendidikan aqidah akhlak baik yang tersurat maupun yang tersirat. b. Manfaat Praktis Bagi Pendidikan Agama Islam, diharapkan guru dapat memanfaatkan penelitian ini sebagai alternatif sumber bahan pelajaran dalam rangka penanaman nilai-nilai Islami pada siswa melalui karya sastra, mengingat novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye ini salaras dengan nilai-nilai pendidikan agama Islam termasuk nilai pendidikan akhlak. E. Telaah Pustaka Penelitian ini mengambil novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye sebagai obyek penelitian. Sejauh pengamatan penulis belum ada yang mengadakan penelitian terhadap novel ini. Dari beberapa penelitian yang peneliti ketahui, ada beberapa tulisan yang meneliti tentang karya sastra, baik karya sastra yang berupa naskah-naskah

7

kuno, novel, maupun lakon-lakon cerita yang cukup digemari oleh masyarakat, terutama masyarakat Jawa. Di antaranya adalah:1.

Aspek Moral Dalam Novel Para Priayi, yang ditulis oleh Paryanto (UMS, 2003). Pembahasan pada skripsi ini dia menyimpulkan 3 hal dari hasil penilitiannya, yakni: a) Peran terhadap masyarakat tokoh. perkembangan tokoh c) Agama b) Penyesuaian keluarga diri dalam

dalam kehidupan tokoh dan motivasi kerja

2.

Ajaran Akhlak dalam Lakon Jaka Tarub pada Kesenian Kentrung, Blitar, Jawa Timur, yang ditulis oleh Rahmah Wahyuningrum, Fakultas Tarbiyah, UIN Malang Tahun 2001. Pembahasan pada skripsi ini diawali dengan sinopsis cerita Lakon Jaka Tarub dan kemudian ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur pendidikan akhlak yang ada dalam Lakon Jaka Tarub tersebut. Terdapat penanaman nilai ahklak terhadap sesama dalam konteks hubungan kekeluargaan dan masyarakat serta akhlak terhadap lingkungan.

Sedangkan penelitian terhadap novel, khususnya novel karya Tere-Liye, sejauh pengamatan penulis ada satu pembahas, yaitu:1.

Nilai-Nilai Pendidikan Ahklak Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye, yang ditulis oleh Ummu Mumfaridoh Ulfa, Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhamadiyah Surakarta pada tahun 2010. Skripsi ini berisi pesan-pesan ahklak dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Skripsi hanya menghasilkan tinjauan dari satu sisi saja, yakni: ahklak hubungan dengan sesama. Lebih mengupas tentang kisah dalam keluarga.

Demikian tadi beberapa literatur yang dapat peneliti ketahui yang berhubungan dengan sastra dan juga berhubungan dengan penelitian pada skripsi ini. F. Kerangka Teori 1. Pendidikan Akhlak

8

Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu akhlak jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang berarti budi pekerti, perangai, adat kebiasaan atau segala sesuatu yang sudah menjadi tabiat.12 Dari segi istilah, pengertian akhlak dapat merujuk dari berbagai pendapat para pakar. Ibnu Mikskawaih, berpendapat: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.13 Sementara Imam Ghozali berpendapat, sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran.14 Dari kedua pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa akhlak adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang tibul dari dalam dirinya, tanpa ada pemaksaaan ataupun tekanan dari luar. Akhlah adalah suatu perbuatan yang telah tertanam dari dalam diri seseorang sehingga menimbulkan berbagai perilaku baik berupa ucapan maupun tindakan dengan mudah dan gampang tanpa berpikir panjang lebar. Terbentuknya kondisi jiwa tersebut atau yang disebut sifat ataupun watak manusia tersebut bukan terjadi atau ada dengan begitu saja, tetapi didahului dengan suatu proses. Pendidikan adalah agen peradaban dan pemberadapan manusia, yang merupakan fenomena kemanusiaan universal yang jika benar aktivitasnya akan menumbuhkembangkan multidimensi kemampuan hingga ke titik kesejatian.15 Adapun pendidikan akhlah adalah pendidikan mengenai dasar akhlak dan keutamaan perangai, tabiat, yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan anak sejak kecil hingga ia menjadi seorang mukallaf, pemuda yang mengarungi kehidupan. 2. Karya Sastra dan Novel

12

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. A, Ahklak Tasawuf, (Jakarta: RajaGrafindo Pertsada, 2011), hlm. Ibid, hlm. 3 Ibid, hlm. 4 Prof. Dr. Sudarwan Damim, Penagntar Kependidikan, (Bandung: Afabeta, 2010), hlm. 1

113

14 15

9

Novel merupakan salah satu karya sastra yang bersifat fiktif. Novel berasal dari bahasa Itali yaitu novella yang berarti sebuah barang baru yang kecil. Dalam kesusastraan Indonesia novel termasuk katagori sastra fiksi, kemudian fiksi dibagi menjadi tiga komponen, yakni: fiksi realistis, fiksi nonrealistis dan semi fiksi.16 Penelitian yang penulis lakukan adalah bentuk kritik sastra yakni untuk menghakimi karya sastra, untuk memberi penilaian dan memberi keputusan bermutu atau tidaknya suatu karya sastra yang sedang diteliti.17 Dalam kaitannya dengan penelitian pendidikan, penulis mencoba menganalogikan kritik sastra kepada kritik pendidikan, dalam arti penulis berusaha meneliti teks-teks novel yang mengandung nilai-nilai pendidikan, khususnya pendidikan akhlak. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, yaitu teknik penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai macam materi, baik berupa buku, surat kabar, majalah jurnal dan beberapa tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan penelitian ini.18 2. Subjek dan Obyek Penelitian a. Subyek Penelitian. Yang menjadi subyek penelitian ini adalah karya novel Hafalan Shalat Delisa dan pengarangnya yaitu Tere-Liye. b. Obyek Penelitian. Yang akan menjadi obyek dalam penelitian ini meliputi latar belakang penulisan novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere-Liye, isi dan pesan novel, dan bentuk-bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan16 17

Nining Pranoto, Telaga Inspirasi Menulis Fiksi, (Jakarta: Rayakultura Press, 2011), hlm. 7 Rachmat djoko Pradopo, Kritik Sastra Modern Indonesia, (Yogyakarta: Lukman, 1988), hal. 14

18

Prof.Dr. H. Afifudin, MM, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), hlm. 77

10

akhlak yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya TereLiye. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, penulis

menggunakan Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,agenda dan sebagainya.19 Dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi buku, novel, majalah, surat kabar dan lain-lain yang bekaitan dengan Tere-Liye dan hasil karyanya. 4. Metode Analisis Data Setelah data terkumpul, maka berikutnya adalah mengadakan analisa terhadap data-data tersebut. Sedangkan metode analisa data yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode konten analisis. Analisis ini merupakan analisis tentang isi pesan suatu komunitas.20 Pada dasarnya analisis konten dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman karya sastra dari aspek ekstrinsik. Aspek-aspek yang melingkupi di luar estetika struktur tersebut dibedah, dihayati dan dibahas mendalam. Analisis konten digunakan apabila hendak mengungkap kandungan nilai tertentu dalam karya sastra. Makna dalam analisis konten, biasanya bersifat simbolis. Jadi tugas analisis konten adalah mengungkap makna simbolik yang tersamar dalam karya sastra.21 H. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyusunnya dalam beberapa bab dan sub bab. Untuk memudahkan pemahaman, maka dibuat sistimatika pembahasan sebagai berikut:19 20

Ibid, hlm. 97 Ibid, hlm. 98 21 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, (Yogyakarta: Pustaaka Widyatama, 2003), hlm. 160

11

Dalam bab pertama terlebih dahulu diuraikan pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistimatika pembahasan. Bab kedua berisi biografi Tere-Liye, karya-karya Tere-Liye dan karakteristik karya-karyanya, latar belakang lahirnya novel dan sinopsisnya. Bab ketiga berisi tentang pendidikan akhlak, meliputi pengertian akhlak dan pendidikan akhlak, sumber pendidikan akhlak, tujuan pendidikan akhlak, materi pendidikan akhlak dan nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye beserta metode yang digunakan dalam penyampaian nilai-nilai pendidikan akhlak dalam novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere-Liye. Bab keempat merupakan penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

12

.

Daftar Pustaka

Afifudin. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV Pustaka Setia Daradjat, Zakiah, dkk. 2000. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Endraswara, Suwardi . 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widyatama Mukhniah. 2011. Materi Pendidikan Agama Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Nata, Abuddin. 2011. Ahklak Tasawuf . Jakarta: RajaGrafindo Pertsada Pradopo, Rachmat djoko. 1988. Kritik Sastra Modern Indonesia. Yogyakarta: Lukman Pranoto, Nining. 2011. Telaga Inspirasi Menulis Fiksi. Jakarta: Rayakultura Press Sudarwan Damim, Sudarwan. 2010. Penagntar Kependidikan. Bandung: Afabeta Tere-Liye. 2012. Hafalan Shalat Delisa. Jakarta: Republika http://hukum.unsrat.ac.id (online) diakses 25 april 2012 http://uniqlly.multiply.com/journal/item/2/Novel (Online) diakses 25 april 2012

13