48
KETENTUAN UMUM: 1. Skills lab modul saraf dibagi dalam 6 topik, masing masing topik diikuti oleh 6 kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 mahasiwa. Tiap kelompok didampingi oleh satu Instruktur skills lab 2. Masing-masing topik berlangsung selama 100 menit dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Waktu tersebut sudah termasuk: overview oleh instruktur, mahasiswa mempraktekannya dibawah pengawasan instruktur dan terakhir pemberian feedback (positive feedback dan negative feedback) 3. Topik yang diajarkan mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Lampiran 3 tentang Keterampilan Klinik bagian saraf 4. Diakhir modul akan diadakan ujian akhir modul keterampilan klinik/skills lab dalam bentuk OSCE (Objective Structured Clinical Examination) 5. Penilaian OSCE mengacu kepada sistem penilaian Standar OSCE Nasional dan berdasarkan Checklist yang telah dibuat 6. Nilai skills lab modul saraf mengacu kepada ketentuan penilaian umum modul saraf KETENTUAN KHUSUS: 1. Topik Skills Lab modul Saraf terdiri dari: Topik I : Pemeriksaan Glaslow Coma Scale (GCS) Topik II : Pemeriksaan Refleks Fisiologis Topic III : Pemeriksaan Refleks Patologis dan Meningeal Sign Topik IV : Pemeriksaan Nervus Kranialis Topik V : Pemeriksaan Tes Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan Koordinassi Topik VI :Pemeriksaan Tes Motorik dan Pemeriksaan Tanda Iritasi Radix Vetebra

Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Embed Size (px)

DESCRIPTION

modul

Citation preview

Page 1: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

KETENTUAN UMUM:1. Skills lab modul saraf dibagi dalam 6 topik, masing masing topik diikuti oleh 6

kelompok dan masing-masing kelompok terdiri dari 10 mahasiwa. Tiap kelompok didampingi oleh satu Instruktur skills lab

2. Masing-masing topik berlangsung selama 100 menit dan mengikuti jadwal yang telah ditentukan. Waktu tersebut sudah termasuk: overview oleh instruktur, mahasiswa mempraktekannya dibawah pengawasan instruktur dan terakhir pemberian feedback (positive feedback dan negative feedback)

3. Topik yang diajarkan mengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) Lampiran 3 tentang Keterampilan Klinik bagian saraf

4. Diakhir modul akan diadakan ujian akhir modul keterampilan klinik/skills lab dalam bentuk OSCE (Objective Structured Clinical Examination)

5. Penilaian OSCE mengacu kepada sistem penilaian Standar OSCE Nasional dan berdasarkan Checklist yang telah dibuat

6. Nilai skills lab modul saraf mengacu kepada ketentuan penilaian umum modul saraf

KETENTUAN KHUSUS:1. Topik Skills Lab modul Saraf terdiri dari:

Topik I : Pemeriksaan Glaslow Coma Scale (GCS)Topik II : Pemeriksaan Refleks FisiologisTopic III : Pemeriksaan Refleks Patologis dan Meningeal SignTopik IV : Pemeriksaan Nervus KranialisTopik V : Pemeriksaan Tes Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan KoordinassiTopik VI :Pemeriksaan Tes Motorik dan Pemeriksaan Tanda Iritasi Radix Vetebra

Page 2: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Berikut rincian topik skills lab modul Saraf berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) keterampilan klinik bagian Saraf:

STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA (SKDI)LAMPIRAN 3KETERAMPILAN KLINIKTOPIK SKILLS LAB SARAF FK UNIZAR 2012

NoNo KeterampilanKeterampilan TingkatTingkatKeterampilanKeterampilan

PEMERIKSAAN FISIK

Fungsi Saraf Kranial

1 Pemeriksaan indra penciuman 4

2 Inspeksi lebar celah palpebral 4

3 Inspeksi pupil (ukuran dan bentuk) 4

4 Reaksi pupil terhadap cahaya 4

5 Reaksi pupil terhadap obyek dekat 4

6 Penilaian gerakan bola mata 4

7 Penilaian diplopia 4

8 Penilaian nistagmus 4

9 Refleks kornea 4

10 Pemeriksaan funduskopi 3

11 Penilaian kesimetrisan wajah 4

12 Penilaian kekuatan otot temporal dan masseter 4

13 Penilaian sensasi wajah 4

14 Penilaian pergerakan wajah 4

15 Penilaian indra pengecapan 4

16 Penilaian indra pendengaran (lateralisasi, konduksi udara dan tulang) 4

17 Penilaian kemampuan menelan 4

18 Inspeksi palatum 4

19 Pemeriksaan refleks Gag 3

20 Penilaian otot sternomastoid dan trapezius 3

21 Lidah, inspeksi saat istirahat 4

22Lidah, inspeksi dan penilaian sistem motorik (misal dengan dijulurkan keluar) 4

Page 3: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Sistem Motorik

23 Inspeksi: postur, habitus, gerakan involunter 4

24 Penilaian tonus otot 4

25 Penilaian kekuatan otot 4

Koordinasi

26 Inspeksi cara berjalan (gait) 4

27 Shallow knee bend 4

28 Tes Romberg 4

29 Tes Romberg dipertajam 4

30 Tes telunjuk hidung 4

31 Tes tumit lutut 4

32 Tes untuk disdiadokinesis 4

Sistem Sensorik

33 Penilaian raba nyeri 4

34 Penilaian raba suhu 4

35 Penilaian raba halus 4

36 Penilaian rasa posisi (proprioseptif) 4

37 Penilaian sensasi diskriminatif (mis. stereognosis) 4

Fungsi Luhur

38 Penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma Glasgow (GCS) 4

39 Penilaian orientasi 4

40 Penilaian afasia 4

41 Penilaian apraksia 2

42 Penilaian agnosia 2

43 Penilaian kemampuan belajar baru 2

44 Penilaian daya ingat/ memori 4

45 Penilaian konsentrasi 4

Refleks Fisiologis, Patologis, dan Primitif

46 Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, platela, tumit) 4

47 Refleks abdominal 4

48 Refleks kremaster 4

49 Refleks anal 4

Page 4: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

50 Tanda Hoffmann-Tromner 4

51 Respon plantar (termasuk grup Babinski) 4

52 Snout reflex 4

53 Refleks menghisap / rooting reflex 4

54 Refleks menggengam palmar / grasp reflex 4

55 Refleks glabella 4

56 Refleks palmomental 4

Tulang Belakang

57 Inspeksi tulang belakang saat istirahat 4

58 Inspeksi tulang belakang saat bergerak 4

59 Perkusi tulang belakang 4

60 Palpasi tulang belakang 4

61 Mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal 4

62 Penilaian fleksi lumbal 4

Pemeriksaan Fisik Lainnya

63 Deteksi kaku kuduk 4

64 Penilaian fontanel 4

65 Tanda Patrick dan kontra-Patrick 4

66 Tanda Chvostek 4

67 Tanda Lasegue 4

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

68 Interpretasi X-Ray tengkorak 3

69 Interpretasi X-Ray tulang belakang 3

70 CT-Scan otak 2

71 Interpretasi hasil CT-Scan otak 3

72 EEG 2

73 EMG, EMNG 2

74 Electronystagmography (ENG) 1

75 MRI 1

Page 5: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

76 PET, SPECT 1

77 Angiography 1

78 Duplex-scan pembuluh darah 1

79 Punksi lumbal 2

KETERAMPILAN TERAPEUTIK

80 Therapeutic spinal tap 1

Keterangan:Tingkat kompetensi keterampilan klinik:

Tingkat kemampuan 1Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan

Tingkat kemampuan 2Mahasiswa pernah melihat atau pernah didemonstrasikan

Tingkat kemampuan 3Mahasiswa dapat melakukan atau menerapkan dibawah bimbingan

Tingkat kemampuan 4Mahasiswa mampu melakukan secara mandiri

Page 6: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

SKILLS LABFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHARMODUL SARAF

LEARNING OUTCOME:1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Glasgow Coma Scale2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Refleks Fisiologis3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Refleks Patologis dan Meningeal Sign4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Nervus Kranialis5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tes Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan

Koordinasi6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tes Motorik dan Pemeriksaan Tanda Iritasi

Radix Vetebra

Page 7: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

TOPIK I

PEMERIKSAAN GLASGOW COMA SCALE (GCS)

Tujuan3. Melakukan prosedur pemeriksaan GCS dengan baik dan benar.5. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan GCS.

Materi Terkait Pembelajaran

Glasgow Coma Scale adalah parameter untuk pemeriksaan kesadaran kuantitatif pada orang dewasa’Kesadaran adalah keadaan yang mencerminkan pengintegrasian impuls eferen (output) dan aferen (input) di susunan

saraf pusat. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan untuk berespon terhadap rangsangan dari luar.Kesadaran dapat diditentukan baik secara kualitas maupun kuantitasnya. Derajat kesadaran (kuantitatif) ditentukan dari jumlah input susunan saraf pusat,sedangkan cara pengolahan input tersebut sehingga menghasilkan pola-pola output susunan saraf pusat menentukan kualitas kesadaran.Input susunan saraf pusat dapat dibedakan jadi 2 yaitu :a. Spesifik : berasal dari semua lintasan aferen impuls protopatik,propioseptif,dan perasaan panca indera.Lintasan ini

menghubungkan satu titik pada tubuh dengan suatu titik pada kortek perseptif primer.b. Non spesifik : merupakan sebagian dari impuls aferen spesifik yang disalurkan melalui aferen non spesifik,menghantarkan

setiap impuls dari titik manapun dalam tubuh ke titik-titik pada seluruh kedua kortek serebri.Tingkat kesadaran sangat penting pada pasien cedera kepala.Glasgow coma Scale sudah digunakan secara luas

untuk menentukan tingkat kesadaran penderita.Glasgow Coma Scale meliputi :1. Eye / Mata

Spontan membuka mata 4Membuka mata dengan perintah(suara) 3Membuka mata dengan rangsang nyeri 2Tidak membuka mata dengan rangsang apapun 1

2. Verbal Berorientasi baik 5Bingung (bisa membentuk kalimat tapi arti keseluruhan kacau) 4Bisa membentuk kata tapi tidak bisa membentuk kalimat 3Bisa mengeluarkan suara yang tidak memiliki arti 2Tidak bersuara 1

3. Motorik Menurut perintah 6Dapat melokalisir rangsang nyeri 5Menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak (withdrawal) 4Reaksi fleksi (dekortifikasi)(berikan rangsang nyeri, misalnya menekan dengan objek keras, seperti ballpoint, pada jari kuku. Bila sebagai jawaban siku mem-fleksi, terdapat reaksi fleksi terhadap nyeri (fleksi pada pergela-gan tangan mungki ada atau tidak ada))

3

Reaksi ekstensi (deserebrasi)(dengan rangsang nyeri tsb di atas terjadi ekstensi pada sikuIni selalu disertai fleksi spastik pada pergelangan tangan)

2

Tidak ada reaksi/tidak ada tonus(sebelum memutuskan bahwa tidak ada reaksi, harus diyakinkan bahwa rangsang nyeri memang cukup adekuat diberikan)

1

Cara Pembelajaran

a. Pasien dibaringkan di atas tempat tidurb. Nilai status pasien,adakah kelainan gawat yang harus ditangani terlebih dahulu/tidak.c. Periksa kesadaran pasien dengan GCS (dewasa)d. GCS :

d.1 Eye :- saat dokter mendatangi pasien,pasien spontan membuka mata dan memandang dokter : skor 4.- pasien membuka mata saat namanya dipanggil atau diperintahkan untuk membuka mata oleh dokter : skor 3.- pasien membuka mata saat dirangsang nyeri (cubitan) : skor 2.- pasien tidak membuka mata dengan pemberian rangsang apapun: skor 1.

d.2 Verbal :- pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab pertanyaan dokter dengan benar (pasien menyadari bahwa ia ada di

rumah sakit,menyebutkan namanya,alamatnya,dll) : skor 5.

Page 8: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

- pasien dapat berbicara normal tapi tampak bingung,pasien tidak tahu secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya,dan memberikan jawaban yang salah saat ditanya oleh dokter : skor 4.

- pasien mengucapkan kata “jangan/stop” saat diberi rangsang nyeri,tapi tidak bisa menyelesaikan seluruh kalimat,dan tidak bisa menjawab seluruh pertanyaan dari dokter : skor 3.

- pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali,dan hanya mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata (bergumam) : skor 2.

- pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsang nyeri (cubitan) : skor 1. d.3 Motoric :- pasien dapat mengikuti perintah dokter,misalkan “Tunjukkan pada saya 2 jari!” : skor 6.- pasien tidak dapat menuruti perintah,tapi saat diberi rangsang nyeri (penekanan ujung jari/penekanan strenum dengan

jari-jari tangan terkepal) pasien dapat melokalisir nyeri : skor 5.- pasien berusaha menolak rangsang nyeri : skor 4.- saat diberi rangsang nyeri,kedua tangan pasien menggenggam dan di kedua sisi tubuh di bagian atas sternum (posisi

dekortikasi) atau kedua tangan fleksi abnormal: skor 3.- saat diberi rangsang nyeri,pasien meletakkan kedua tangannya secara lurus dan kaku di kedua sisi tubuh (posisi

deserebrasi) atau kedua tangan ekstensi abnormal : skor 2.

- pasien tidak ada tonus walaupun diberi rangsang nyeri : skor 1.

Page 9: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Cek List

No. Aspek yang dinilai Nilai0 1 2 3

1. Cuci tangan dengan cairam aseptic2. Mengucapkan basmallahA. Pemeriksaan Eye/mata :3. Pemeriksa mendekati pasien dan pasien spontan membuka mata dan

memandang pemeriksa4. Pemeriksa memanggil nama pasien/memerintahkan pasien untuk membuka

mata5. Pemeriksa memberi rangsang nyeri berupa cubitan,pasien akan membuka

mata6. Pemeriksa memberi rangsang apapun (suara keras/cubitan) pasien tidak

membuka mataB. Pemeriksaan Verbal :7. Pemeriksa menanyakan orientasi pasien (tempat,orang,waktu),pasien

menjawab dengan jelas,benar,dan cepat8. Pemeriksa menanyakan orientasi pada pasien,pasien dapat menjawab tapi

bingung,tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya9. Pemeriksa memberi pertanyaan tapi pasien tidak dapat menjawab seluruh

pertanyaan dan tidak dapat menyelesaikan seluruh kalimat10. Pemeriksa memberi pertanyaan dan pasien hanya bisa bergumam11. Pemeriksa memberikan rangsang tapi pasien tidak mengeluarkan suara /tidak

ada responC. Pemeriksaan motorik12. Pemeriksa memberi perintah dan pasien dapat melaksanakannya13. Pemeriksa memberi perintah,tapi pasien mangabaikannya,diberi rangsang

nyeri pasien dapat melokalisir nyeri14. Pemeriksa memberi rangsang nyeri dan pasien berusaha menolaknya15. Pemeriksa memberi rangsang nyeri,reaksi fleksi (dekortifikasi)16. Pemeriksa memberi rangsang nyeri , reaksi ekstensi (deserebrasi)17. Pemeriksa memberi rangsang apapun pasien tidak bergerak/tidak berespon18. Mengucapkan Hamdallah19. Melaporkan hasil pemeriksaan20. Mengucapkan salam dan terimakasih21. Mencuci tangan dengan cairan aseptic

Total Nilai

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka

Page 10: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

TOPIK II

REFLEKS FISIOLOGIS

Tujuan

1. melakukan prosedur pemerikdaan reflek fisiologis dengan baik dan benar.2. menjelaskan parameter normal hasil pemeriksaan reflek fisiologis3. melakukan interpretasi hasil pemeriksaan reflek fisiologis.

Materi PembelajaranReflek adalah jawaban terhadap suatu rangsang. Sedangkan reflek fisiologis adalah mucle stretch reflexes sebagai

jawaban atas perangsangan tendo, periosteum, tulang, sendi, fasia, aponeurosis, kulit, semua impuls perseptif termasuk panca indera dimana respon tersebut muncul pada orang normal. Semua gerakan yang bersifat reflektorik merupakan suatu usaha tubuh untuk menyesuaikan diri bahkan membela diri. Gerakan reflektorik dapat dilakukan oleh semua otot seran lintang.

Pemeriksaan reflek fisiologis merupakan satu kesatuan dengan pemeriksaan neurologi lainnya, dan terutama dilakukan pada kasus-kasus mudah lelah, sulit berjalan, kelemahan/kelumpuhan, kesemutan, nyeri otot anggota gerak, gangguan trofi otot anggota gerak, nyeri punggung/pinggang gangguan fungsi otonom.

Interpretasi pemeriksaan reflek fisiologis tidak hanya menentukan ada/tidaknya tapi juga tingkatannya. Adapun kriteria penilaian hasil pemeriksaan reflek fisiologis adalah sebagai berikut :1. Positif Normal2. Positif Meningkat3. Positif Menurun

Nilai respon atas pengetukan tendon yang didasarkan atas kecepatan gerakan reflektorik yang bangkit, amplitudonyadan lamanya suatu kontraksi berlangsung. Klasifikasi hasil penilaian tersebut adalah sebagai berikut

Derajat Keterangan0 Tidak ada reflek sama sekali+ Gerakan reflektorik yang lemah++ Normal. Gerakan reflektorik yangcukup cepat, beramplitudo cukup dan berlangsung lama. Derajat

ini dijumpai pada orang yang sehat+++ Meningkat. Gerakan reflektorik yang melebihi respons umum tetapi tidak selalu bersifat patologik,

area pengetukan reflek meluas++++ Gerakan reflektorik yang jelas meningkat dan patologik, biasanya disertai klonus sering merupakan

indicator suatu penyakit

Suatu reflek dikatakan meningkat bila daerah perangsangan meluas, dan respon gerak reflektorik meningkat dari keadaan normal.

Rangsangan yang diberikan harus cepat dan langsung, kerasnya rangsangan tidak boleh melebihi batas sehinggajustru melukai pasien. Sifat reaksi setelah perangsangan tergantung tonus otot sehingga otot yang diperiksa sebaiknya dalam keadaan sedikit kontraksi, dan bila hendak dibandingkan dengan sisi kontralateralnya maka posisi keduanya harus simetris.

Alat dan BahanPalu reflek terbuat dari karet

Cara Pembelajaran- Penentuan lokasi pengetukan yaitu tendon, periosteum, dan kulit- Anggota gerak yang akan diketuk harus dalam keadaan santai- Dibandingkan dengan sisi lainnyha dalam posisi yang simetris

REFLEK FISIOLOGIS DI EKSTREMITAS ATAS :1. Reflek bisep :

a. Pasien duduk santaib. Lengan rileks, posisi antara fleksi dan ekstensi dan sedikit pronasi, lengan diletakkan di atas lengan pemeriksac. Ibu jari pemeriksa diletakkan diatas tendo bisep, lalu pukullah ibu jari tadi dengan palu reflekd. Respon : fleksi ringan di siku.

Page 11: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

2. Reflek trisepa. Pasien duduk rileksb. lengan pasien diletakkan di atas lengan pemeriksa c. Pukullah tendo trisep melalui fosa olekranid. Respon : ekstensi lengan bawah di siku.

3. Reflek brakhioradialis :a. Posisi pasien sama dengan pemeriksaan reflek bisepb. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu reflekc. Respon : muncul gerakan menyentak pada lengan

REFLEK FISIOLOGIS DINDING PERUTReflek dinding perut:

a.Kulit dinding perut digores dengan bagian tumpul palu reflek dengan arah dari samping ke garis tengahb.Respon : kontraksi dinding perut

REFLEK FISIOLOGIS EKSTREMITAS BAWAH :1. Reflek patella :

a.Pasien duduk santai dengan tungkai menjuntaib.Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepatc.Tangan pemeriksa memegang paha pasiend.Ketuk tendo patela dengan palu reflek menggunakan tangan yang lain.e.Respon : pemeriksa akan merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai bawah.

2. Reflek Achillesa.Penderita berbaring terlentangb.Kaki yang akan diperiksa ditumpangkan pada os. Tibia kaki lainnyac.1 tangan pemeriksa memegang jari-jari kaki yang akan diperiksa, sedangkan tangan yang lain mengetuk tendo achillesd.Respon : plantarfleksi kaki

Page 12: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Alat daan Bahan :1. Palu reflek

Page 13: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Cek ListNo. Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1. Cuci tangan dengan cairan aseptic2. Mengucapkan basmallah3. Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan

informed concent4. Pemeriksaan bisep5. Pemeriksaan Reflek Trisep6. Pemeriksaan Reflek brachioradialis7. Pemeriksaan Reflek patella8. Pemeriksaan Reflek Achilles9. Pemeriksaan Reflek dinding perut10. Mengucapkan Hamdallah11. Menyampaikan hasil pemeriksaan12. Mengucapkan salam dan terimakasih13. Mencuci tangan dengan cairan aseptic

Total Nilai

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka

TOPIK III

Page 14: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

REFLEKS PATOLOGIS dan MENINGEAL SIGN

Tujuan PembelajaranMahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Reflek Patologis dan Meningeal SignMahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan Reflek Patologis dan Meningeal Sign

Materi PembelajaranSecara umum reflek adalah respon motorik spesifik akibat rangsang sensorik spesifik. Ada 3 unsur yang berperan yaitu jaras aferen, bussur sentral, dan jaras eferen.

Perubahan ketiga komponen tersebut akan mengakibatkan perubahan dalam kualitas maupun kuantitas dari reflek. Intergritas dari arcus reflek akan terganggu jika trdapat malfungsi dari organ reseptor,nercus sensorik, ganglion radiks posteior, gray matter medula spinal, radik anterior, motor end plate, atau organ efektor.

Pengetahuan tentang reflek dapat dugunakan untuk menentukan jenis kerusakan yang terjadi pada sistem persyarafan. Ada beberapa pembagian tentang reflek :1. Brainstem reflek2. Deep reflek / reflek tendon3. Superficial reflek /skin reflek4. Abnormal reflek / patologisada juga yang menambahkan reflek-reflek primitif.

Ada 5 gradasi dari kekuatan reflek :0 : absent1 : minimal tetapi ada2 : normal3 : hiperativity4 : hiperactivity with clonus

Ada beberapa prinsip umum mengenai reflek :1. Lesi UMN cenderung akan mengakibatkan peningkatan reflek, kecuali :

a. stadium akutb. reflek abdominal / dinding perut dan reflek kremaster akan menurun baik lesi UMN atau LMN

2. Reflek tidak akan dipengaruhi pada lesi CNS yang mengenai sistem sensorik, cerebrum, atau ganglia basalis3. Setelah stadium akut umumnya lesi cerebrum lebih cepat menimbulkan reflek yang meningkat dari pada lesi spinal.4. Adanya asimetri reflek bila disertai tanda-tanda lain berupa defisit motorik dan sensorik pada satu sisi, maka pada satu

sisi yang mengalami defisit motorik atau sensorik tersebut adalah abnormal /patologi5. Reflek kornea tidak dipengaruhi oleh lesi UMN

Pembagian reflek1. reflek braistem / reflek saraf otak

- reflek pupil- refelk konsensual pupil- cornela reflek - jaw reflek- gag reflek, dll

2. deep reflek / tendon- biceps- triceps- patela- ankle jerk- dll

3. reflek superficial- dinding perut- cremaster- anal- dll

4. reflek primitif- snouting- palmo mental- glabela- dll

5. reflek abnormal/ patologi /- babinsky- hoffmann- gordon- dll

Berikut akan disampaikan reflek yang terkait dengan reflek patologis

Page 15: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

1. Reflek hoffmann tromnerTangan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa, kemudian ujung jari tangan pemeriksa yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Kita lihat respon jari tangan penderita, yaitu fleksi jari-jari yang lain, aduksi dari ibu jari.Reflek positif bilateral bisa dijumpai pada 25 % orang normal, sedangkan unilateral hoffmann indikasi untuk suatu lesi UMN .

2. Reflek BabinskiLakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral menuju medial (arah ibu jari

kaki), orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki dan penarikan tungkai. Pada lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari-jari lain akan menyebar atau membuka.

Normal pada bayi masih ada.3. Reflek Oppenheim

Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah, dengan kedua jari telunjuk dan tengah.jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

4. Reflek gordonLakukanpemencetan otot gastrocnemius . jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

5. Reflek schaeferLakukan pemencetan pada tendo achiles. Jika positif maka akan timbul reflek seperti babinski

6. Reflek chaddockLakukan goresan sepanjang tepi lateral punggung kaki di luar telapak kaki, dari tumit ke depan. Jika positif maka

akan timbul reflek seperti babinski

Refleks Patologis1. Babinski2. Openheim3. Gordon4. Schaefer5. Gonda6. Chadox

7. Reflek RossolimoPukulkan hammer reflek pada dorsal kaki pada tulang cuboid. Reflek akan terjadi fleksi jari-jari kaki.

8. Reflek Mendel-BachtrewPukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respon fleksi jari-jari kaki

Page 16: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Meningeal SignMeningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai piameter (lapisan dalam selaput otak) dan

arakhnoid serta dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial. Saluran nafas merupakan port d’entree utama pada penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkan pada orang lain melalui pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput otak dan otak.

Tanda-tanda perangsangan selaput otak:

1. Kaku kudukPastikan bahwa penderita tidak ada cedera servikal kemudian letakkan tangan kiri dibawah kepala pasien. Menggoyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri. Memfleksikan maksimal kepala ke anterior, sampai dagu menyentuh dada. Hasil positif apabila dagu tidak dapat menyentuh dada.

2. Brudzinski’s signa. Neck sign

Memfleksikan kepala secara pasif hingga dagu menyentuh sternum. Hasil positif bila gerakan fleksi pasif tersebut disusul dengan gerakan fleksi reflektoris di sendi lutut dan panggul kedua tungkai.

b. Leg signPenderita terlentang dan dilakukan fleksi pasif pada salah satu panggul . Hasil positif jika tungkai kontralateral timbul fleksi reflektoris di sendi lutut dan sendi panggul

c. Cheek signPenekanan pada pipi kedua sisi tepat dibawah os zigomatikum akan disusul gerakan fleksi reflektoris keatas sejenak dari kedua lengan

d. Symphisis signPenekanan pada simfisis pubis akan disusul dengan timbulnya gerakan fleksi reflektoris pada kedua tungkai di sendi lutut dan panggul. Syarat dilakukan tes ini adalah kandung kemih kosong dan tidak ada fraktur pada os.coxae

3. Kernig’ signPenderita terlentang, pemeriksa menekuk tungkai atas penderita sehingga paha penderita tegak lurus terhadap tubuh kemudian tungkai bawah penderita diluruskan di sendi lutut. Gerakan ini akan mendapat tahanan dan sekaligus membangkitkan nyeri pada otot biseps femoris. Hasil positif apabila ekstensi lutut tidak mencapai 135° oleh karena nyeri dan spasme otot paha sedangkan tungkai sisi kontralateral fleksi di lutut dan panggul secara reflektoris.

Alat dan Bahan1. Palu reflek

Cek List

Page 17: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Reflek PatologisNo. Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1. Cuci tangan dengan cairan aseptic2. mengucapkan basmallah3. Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan

informed concent4. Meminta pasien berbaring5. pemeriksa berada di kanan pasien

ekstremitas superior6. Melakukan rf. Hoffman7. Melakukan rf. Tromner

ekstremitas inferior8. Melakukan rf babinski9. Melakukan rf. Openheim

10. Melakukanrf. Gordon11. Melakukanrf. Schaeffer12. Melakukanrf. Chaddock13. Melakukanrf. Rossolimo14. Melakukanrf. mende-bechtrew15. Mengucapkan hamdalah16. menyampaikan hasil pemeriksaan17. Mengucapkan salam dan terimakasih18. Cuci tangan dengan cairan aseptic

skor total

Meningeal Sign

Page 18: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2 3

1. Cuci tangan dengan cairan anti septik

2. Mengucapkan basmallah

3 . Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

4. Meminta penderita untuk berbaring

5. Pemeriksa berada di sisi kanan pasien

6. Melakukan Pemeriksaan kaku kuduk

Melakukan Pemeriksaan Brudzinski’s Sign

7. Melakukan Pemeriksaan Neck Sign

8. Melakukan Pemeriksaan Leg Sign

9. Melakukan Pemeriksaan Cheek Sign

10. Melakukan Pemeriksaan Symphisis Sign

11. Melakukan Pemeriksaan Kernig’s Sign

12. Mengucapkan hamdallah

13. Melaporkan hasil pemeriksaan

14. Mengucapkan salam dan terima kasih

15. Mencuci tangan dengan cairan aseptic

TOTAL NILAI

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka

Page 19: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

TOPIK IVNERVUS KRANIALIS

Tujuan PembelajaranMahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Nervus KranialisMahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan Nervus Kranialis

Materi PembelajaranSaraf kranialis dibagi menjadi 12 jenis, yaitu :

Saraf I (N. Olfaktorius)

Pemeriksaan dapat secara subyektif dan obyektif. Subyektif hanya ditanyakan apakah penderita masih dapat membaui bermacam-macam bau dengan betul.

Obyektif dengan beberapa bahan yang biasanya sudah dikenal oleh penderita dan biasanya bersifat aromatik dan tidak merangsang seperti : golongan minyak wangi, sabun, tembakau, kopi, vanili, dan sebagainya (3 atau 4 macam). Bahan yang merangsang mukosa hidung (alkohol, amonia) tidak dipakai karena akan merangsang saraf V. Yang penting adalah memeriksa kiri, kanan dan yang diperiksa dari yang normal. Ini untuk pegangan, sebab tiap orang tidak sama. Kemudian abnormal dibandingkan dengan yang normal. Tetapi dalam pembuatan status dilaporkan yang abnormal dahulu.

Cara Pemeriksaan :

Kedua mata ditutup Lubang hidung ditutup salah satu Dilihat apakah tidak ada gangguan pengaliran udara, mahasiswa melihat lubang hidung pasien dengan senter Kemudian bahan satu persatu didekatkan pada lubang hidung yang terbuka dan penderita diminta menarik nafas

panjang, kemudian diminta mengidentifikasi bahan tersebut.Yang harus diperhatikan pada pemeriksaan adalah :

Penyakit pada mukosa hidung, baik yang obstruktif (rinitis) atau atropik (ozaena) akan menimbulkan positif palsu. Pada orangtua fungsi pembauan bisa menurun (hiposmia). Yang penting adalah gangguan pembauan yang sesisi (unilateral) tanpa kelainan intranasal dan kurang disadari penderita

(kronik), perlu dipikirkan suatu glioma lobus frontalis, meningioma pada crista sphenoidalis dan tumor parasellar. Fungsi pembauan juga bisa hilang pada trauma kapitis (mengenai lamina cribosa yang tipis) dan meningitis basalis (sifilis, tuberkulosa).

Untuk membedakan hambatan pembauan karena penyebab psychic dengan organik, pemeriksaan tidak hanya memakai zat yang merangsang N II, tapi juga yang merangsang N V (seperti amoniak). Meskipun N I tidak dapat membau karena rusak, tetapi N V tetap dapat menerima rangsangan amoniak. Bila dengan amoniak tetap tidak membau apa-apa maka kemungkinan kelainan psycis.

1. Saraf II (N. Opticus)Pemeriksaan meliputi :

2.1. Penglihatan sentral

Untuk keperluan praktis, membedakan kelainan refraksi dengan retina digunakan PIN HOLE (apabila penglihatan menjadi lebih jelasmaka berarti gangguan visus akibat kelainan refraksi). Lebih tepat lagi dengan optotype Snellen. Yang lebih sederhana lagi memakai jari-jari tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 60 m dan gerakan tangan dimana secara normal dapat dilihat pada jarak 300 m

2.2. Penglihatan Perifer

diperiksa dengan :

a. Tes Konfrontasi. Pasien diminta untuk menutup satu mata, kemudian menatap mata pemeriksa sisi lain. Mata pemeriksa juga ditutup pada sisi yang lain, agar sesuai denganlapang pandang pasien. Letakkan jari tangan pemeriksa atau benda kecil pada lapang pandang pasien dari 8 arah. Pasien diminta untuk menyatakan bila melihat benda tersebut. Bandingkan lapang pandang pasien dengan lapang

pandang pemeriksa. Syarat pemeriksaan tentunya lapang pandang pemeriksa harus normal

2.3.Melihat warna

Persepsi warna dengan gambar stilling Ishihara.

Page 20: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

2. Saraf III (N. Oculo-Motorius), Saraf IV (N. Trochlearis) dan Saraf VI (N. Abdusen)Pemeriksaan N. III meliputi :

1. Retraksi kelopak mata atas, dilakukan dengan inspeksi pada kelopak mata atas.Bisa didapatkan pada keadaan :

Hidrosefalus (tanda matahari terbit) Dilatasi ventrikel III/aquaductus Sylvii Hipertiroidisme

2. PtosisPada keadaan normal bila seseorang melihat kedepan, maka batas kelopak mata atas akan memotong iris pada titik yang sama secara bilateral. Bila salah satu kelopak mata atas memotong iris lebih rendah daripada mata yang lain, atau bila pasien mendongakkan kepala ke belakang/ ke atas (untuk kompensasi) secara kronik atau mengangkat alis mata secara kronik dapat dicurigai sebagai ptosis.

Penyebab Ptosis adalah:

False Ptosis : enophtalmos (pthisis bulbi), pembengkakan kelopak mata (chalazion). Disfungsi simpatis (sindroma horner). Kelumpuhan N. III Pseudo-ptosis (Blepharospasm) Miopati (miastenia gravis).Cara pemeriksaan :

Inspeksi :

Melihat apakah kelopak mata atas memotong iris pada titik yang sama secara bilateral atau tidak. Melihat apakah pasien mendongakkan kepala ke atas untuk melihat objek yang berada di depan pasien Melihat apakah pasien cenderung mengangkat alis untuk melihat objek yang berada di depan

Palpasi (untuk menilai ptosis karena kelumpuhan M.levator palpebrae akibat kelumpuhan N III):

Meminta pasien memejamkan mata, kemudian disuruh membukanya Saat pasien membuka mata, lakukan fiksasi dengan cara memegang palpebra superior serta dengan menekan alis

mata dengan tangan yang lain3. Pupil

Pemeriksaan pupil meliputi :

Bentuk dan ukuran pupil.Bentuk yang normal adalah bulat, jika tidak maka ada kemungkinan bekas operasi mata. Pada sifilis bentuknya menjadi tidak teratur atau lonjong/segitiga. Ukuran pupil yang normal kira-kira 2-3 mm (garis tengah). Pupil yang mengecil disebut Meiosis, yang biasanya terdapat pada Sindroma Horner, pupil Argyl Robertson( sifilis, DM, multiple sclerosis). Sedangkan pupil yang melebar disebut mydriasis, yang biasanya terdapat pada parese/ paralisa m. sphincter dan kelainan psikis yaitu histeris

Perbandingan pupil kanan dengan kiriPerbedaan diameter pupil sebesar 1 mm masih dianggal normal. Bila antara pupil kanan dengan kiri sama besarnya maka disebut isokor. Bila tidak sama besar disebut anisokor. Pada penderita tidak sadar maka harus dibedakanapakah anisokor akibat lesi non neurologis(kelainan iris, penurunan visus) ataukah neurologis (akibat lesi batang otak, saraf perifer N. III, herniasi tentorium.

Refleks pupilTerdiri atas :

- Reflek cahaya Diperiksa mata kanan dan kiri sendiri-sendiri. Satu mata ditutup dan penderita disuruh melihat jauh supaya tidak ada akomodasi dan supaya otot sphincter relaksasi. Kemudian diberi cahaya dari samping mata. Pemeriksa tidak boleh berada ditempat yang cahayanya langsung mengenai mata. Dalam keadaan normal maka pupil akan kontriksi. Kalau tidak maka ada kerusakan pada arcus reflex (mata---N. Opticus---pusat---N. Oculomotorius)

- Reflek akomodasi

Penderita disuruh melihat benda yang dipegang pemeriksa dan disuruh mengikuti gerak benda tersebut dimana benda tersebut digerakkan pemeriksa menuju bagian tengah dari kedua mata penderita. Maka reflektoris pupil akan kontriksi.

Reflek cahaya dan akomodasi penting untuk melihat pupil Argyl Robetson dimana reflek cahayanya negatif namun reflek akomodasi positif.

Page 21: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

- Reflek konsensualAdalah reflek cahaya disalah satu mata, dimana reaksi juga akan terjadi pada mata yang lain. Mata tidak boleh langsung terkena cahaya, diantara kedua mata diletakkan selembar kertas. Mata sebelah diberi cahaya, maka normal mata yang lain akan kontriksi juga.

4. Gerakan bola mata (bersama-sama dengan N. IV dan VI)Gerakan bola mata yang diperiksa adalah yang diinervasi oleh nervus III, IV dan VI. Dimana N III menginervasi m. Obliq inferior (yang menarik bola mata keatas), m. rectus superior, m. rectus media, m. rectus inferior. N IV menginervasi m. Obliq Superiordan N VI menginervasi m. rectus lateralis.

N III selain menginervasi otot-otot mata luar diatas juga menginervasi otot sphincter pupil. Pemeriksaan dimulai dari otot-otot luar yaitu penderita disuruh mengikuti suatu benda kedelapan jurusan.

Yang harus diperhatikan ialah melihat apakah ada salah satu otot yang lumpuh. Bila pada 1 atau 2 gerakan mata ke segala jurusan dari otot-otot yang disarafi N III berkurang atau tidak bisa sama sekali, maka disebut opthalmoplegic externa. Kalau yang parese otot bagian dalam (otot sphincter pupil) maka disebut opthalmoplegic interna. Jika hanya ada salah satu gangguan maka disebut opthalmoplegic partialis, sedangkan kalau ada gangguan kedua macam otot luar dan dalam disebut opthalmoplegic totalis

Cara pemeriksaan : meminta penderita untuk menggerakkan bola mata ke berbagai arah (superior, inferior, medial, temporal, superolateral, superomedial, inferiomedial dan inferolateral)

Kelumpuhan otot okuler

Beberapa manifestasi dari kelumpuhan nervus okuler adalah sebagai berikut

Otot okuler yang lumpuh Inervasi saraf Manifestasi klinikSikap bola mata yang paralitik

Gangguan pergerakan bola mata

M. Rektus Lateralis N. VI Bersikap konvergen yaitu kearah nasal

Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan kesamping

M. Rektus Medialis N. III Bersikap divergen yaitu kearah temporal

Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakan kearah nasal

M. Rektus Suoerior N. III Bersikap agak kebawah Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan keatas

M. Rektus Inferior N. III Bersikap agak keatas Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan kebawah

M. Oblikus Inferior N. III Bersikap agak menurun dan sedikit menyimpang kesamping

Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan kenasal atas

M. Oblikus Superior N. IV Bersikap agak terangkat dan agak terputar kearah temporal

Bola mata yang paralitik tidak dapat digerakkan ke nasal bawah

3. Saraf V (N. Trigeminus)Pemeriksaan meliputi :

1. SensibilitasSensibilitas N V ini dapat dibagi 3 yaitu :

- bagian dahi, cabang keluar dari foramen supraorbitalis- bagian pipi, keluar dari foramen infraorbitalis- bagian dagu, keluar dari foramen mentale.Pemeriksaan dilakukan pada tiap cabang dan dibandingkan kanan dengan kiri

2. MotorikPenderita disuruh menggigit yang keras dan kedua tangan pemeriksa ditaruh kira-kira didaerah otot maseter. Jika kedua otot masseter berkontraksi maka akan terasa pada tangan pemeriksa. Kalau ada parese maka dirasakan salah satu otot lebih keras

3. Reflek Trigeminal

Page 22: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Penderita diminta melirik kearah laterosuperior, kemudian dari arah lain limbus (tepi) kornea disentuhkan dengan kapas agak basah. Bila reflek kornea mata positif, maka mata akan menutup.

4. Saraf VII (N. Facialis)A. Dalam keadaan diam, perhatikan :

- asimetri muka (lipatan nasolabial)- gerakan-gerakan abnormal (tic fasialis, grimacing, kejang tetanus/rhesus sardonicus, tremor, dsb)

B. Atas perintah pemeriksa 1. M. Frontalis

Mengangkat alis, bandingkan kanan dengan kiri Mengerutkan kulit dahi, kulit antar alis Mengangkat kulit pangkal hidung

2. M. Orbicularis okuli Otot sfingter kelopak mata atas dan bawah. Menutup mata sekuatnya (perhatikan asimetri), kemudian

pemeriksa mencoba membuka kedua mata tersebut (bandingkan kekuatan kanan dan kiri).3. M. Orbicularis Oris

Otot sfingter mulut4. M. Kwadratus labii superior

Mengangkat bibir atas Melebarkan lubang hidung

5. M. Levator anguli oris Mengangkat sudut mulut

6. M. Zygomaticus Menarik sudut mulut kearah oksipital

7. M. Buksinator Mengempiskan pipi

8. M. Kwadratus labii inferior Menarik sudut mulut kebawah dan kesamping

9. M. Levator menti Mengangkat dan menjulurkan bibir bawah

10. M. Depresor anguli oris Menarik sudut mulut ke bawah

C. Sensorik khusus (pengecapan 2/3 depan lidah)Melalui chorda tympani. Pemeriksaan ini membutuhkan zat-zat yang mempunyai rasa :

- manis, dipakai gula- pahit, dipakai kinine- asin, dipakai garam- asam, dipakai cukaPaling sedikit menggunakan 3 macam. Penderita tidak boleh menutup mulut dan mengatakan perasaannya dengan menggunakan kode-kode yang telah disetujui bersama antara pemeriksa dan penderita. Penderita diminta membuka mulut dan lidah dikeluarkan. Zat-zat diletakkan di 2/3 bagian depan lidah. Kanan dan kiri diperiksa sendiri-sendiri, mula-mula diperiksa yang normal.

5. Saraf VIII (N. Acusticus)Pemeriksaan pendengaran

1. Detik arlojiArloji ditempelkan ditelinga, kemudian dijauhkan sedikit demi sedikit, sampai tak mendengar lagi, dibandingkan kanan dan kiri.

2. Tes garpu talaTes Rinne

Tempatkan garpu tala (256 Hz) yang bergetar ditempelkan pada Processus mastoideus, bila suara sudah hilang maka garpu tala didekatkan pada meatus akustikus externus. Orang normal atau tuli sensorineural ringan getaran masih bisa didengar tetapi pada tuli konduksi (penyakit telinga tengah) getaran tersebut tidak bisa didengar lagi

Tes Webber

Tempatkan garpu tala (256 Hz) yang bergetar pada tulang kepala bagian vertek, kemudian mintalah pasien untuk membandingkan getaran tersebut (lebih terasa kanan atau kiri). Normal akan dirasakan sama. Bila ada penurunan pendengaran pada satu sisi karena tuli konduksi maka akan dirasakan pada telinga pada sisi yang terkena, sedangkan pada tuli sensorineural lebih terasa pada telinga yang normal

Page 23: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Pemeriksaan dengan garpu tala penting dalam menentukan nervus deafness atau tranmission deafness. Pemeriksaan pendengaran lebih baik kalau penderita ditutup matanya untuk menghindari kebohongan.

6. Saraf IX-X (N. Glossopharyngeus-N. Vagus)Pemeriksaan saraf IX dan X terbatas pada sensasi bagian belakang rongga mulut atau 1/3 belakang lidah dan faring, otot-otot faring dan pita suara serta reflek muntah/menelan/batuk.

a. Gerakan PalatumPenderita diminta mengucapkan huruf a atau ah dengan panjang, sementara itu pemeriksa melihat gerakan uvula dan arcus pharyngeus. Uvula akan berdeviasi kearah yang normal (berlawanan dengan gerakan menjulurkan lidah pada waktu pemeriksaan N XII).

b. Reflek Muntah dan pemeriksaan sensorikPemeriksa meraba dinding belakang pharynx dan bandingkan refleks muntah kanan dengan kiri. Refleks ini mungkin menghilang pada pasien lanjut usia.

7. Saraf XI (N. Accesssorius)Hanya mempunyai komponen motorik.

Pemeriksaan :

a. Kekuatan otot sternocleidomastoideus diperiksa dengan menahan gerakan fleksi lateral dari kepala/leher penderita atau sebaliknya (pemeriksa yang melawan/ mendorong sedangkan penderita yang menahan pada posisi lateral fleksi)

b. Kekuatan m. Trapezius bagian atas diperiksa dengan menekan kedua bahu penderita kebawah, sementara itu penderita berusaha mempertahankan posisi kedua bahu terangkat (sebaliknya posisi penderita duduk dan pemeriksa berada dibelakang penderita)

8. Saraf XII (N. Hypoglossus)Pada lesi LMN, maka akan tamapk adanya atrofi lidah dan fasikulasi (tanda dini berupa perubahan pada pinggiran lidah dan hilangnya papil lidah)

Pemeriksaan :

a. Menjulurkan lidahPada lesi unilateral, lidah akan berdeviasi kearah lesi. Pada Bell,s palsy (kelumpuhan saraf VII) bisa menimbulkan positif palsu.

b. Menggerakkan lidah kelateralPada kelumpuhan bilateral dan berat, lidah tidak bisa digerkkan kearah samping kanan dan kiri.

c. Tremor lidahDiperhatikan apakah ada tremor lidah dan atropi. Pada lesi perifer maka tremor dan atropi papil positip

Page 24: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Cek List

No Aspek Yang Dinilai Nilai

0 1 2 3

1. Cuci tangan dengan cairan antiseptik

2. Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

3. Mengucapkan basmallah

4. Melakukan pemeriksaan N. I

5. Melakukan pemeriksaan N. II

6. Melakukan pemeriksaan N. III, N. IV dan N. VI

7. Melakukan pemeriksaan N. V

8. Melakukan pemeriksaan N. VII

9. Melakukan pemeriksaan N. VIII

10. Melakukan pemeriksaan N. IX dan N. X

11. Melakukan pemeriksaan N. XI

12. Melakukan pemeriksaan N. XII

13. Mengucapkan hamdallah

14. Menyampaikan hasil pemeriksaan

15. Mengucapkan salam dan terima kasih

16. Cuci tangan dengan cairan anti septik

TOTAL NILAI

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka

Page 25: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

TOPIK VTES SENSORIK, POSISI, KESEIMBANGAN DAN KOORDINASI

Tujuan PembelajaranMahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tes Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan KoordinasiMahasiswa mampu menginterpretasikan pemeriksaan Tes Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan Koordinasi

Materi PembelajaranAdanya gangguan pada otak, medulla spinalis, dan saraf tepi dapat menimbulkan gangguan sensorik. Gangguan ini tidak tampak seperti halnya pada gangguan motorik maupun trofi otot. Gangguan sensorik dapat menimbulkan perasaan kesemutan atau baal (parestesi), kebas atau mati rasa, kurang sensitif (hipestesi) dan ada pula yang sangat sensitif (hiperestesi). Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit di antara pemeriksaan neurologik yang lain karena sangat subjektif.

Sehubungan dengan pemeriksan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus dipahami dulu:

1. Kesadaran penderita harus penuh. Penderita tidak boleh dalam keadaan lelah, kelelahan akan mengakibatkan gangguan perhatian serta memperlambat waktu reaksi.

2. Prosedur pemeriksan harus benar-benar dimengerti oleh penderita, karena pemeriksaan fungsi sensorik benar-benar memerlukan kerja sama yang sebaik-baiknya antara pemeriksa dan penderita. Dengan demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti olehnya.

3. Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan pemeriksaan anggota gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip serta perubahan sikap tubuh.

4. Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaan-perbedaan sensasi yang ringan, dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya.

5. Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap bagian tubuh, pada individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulangan pada hari berikutnya.

6. Azas simetris: pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Hal ini untuk menjamin kecermatan pemeriksaan.

7. Pemeriksaan ini harus dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa), menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan/ tujuan, tanpa menyakiti penderita, dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.

PRINSIP-PRINSIP UMUM

Pemeriksaan Fungsi Sensorik dan Posisi

1. Mencari defisit sensibilitas (daerah-daerah dengan sensibilitas yang abnormal, bisa hipestesi, hiperestesi, hipalgesia atau hiperalgesia)

2. Mencari gejala-gejala lain di tempat gangguan sensibilitas tersebut, misalnya atrofi, kelemahan otot, refleks menurun/negative, menurut distribusi dermatom.

3. Keluhan-keluhan sensorik memiliki kualitas yang sama, baik mengenai thalamus, spinal, radix spinalis atau saraf perifer. Jadi untuk membedakannya harus dengan distribusi gejala/keluhan dan penemuan lain.

4. Lesi saraf perifer sering disertai berkurang atau hilangnya keringat, kulit kering, perubahan pada kuku dan hilangnya sebagian jaringan di bawah kulit.

Alat dan Bahan

Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:

1. Jarum berujung tajam dan tumpul (dapat digunakan jarum pentul atau jarum pada palu refleks) untuk rasa nyeri superficial.

2. Kuas halus, kapas, bulu, tissue, atau bila terpaksa dengan ujung jari tangan yang disentuhkan ke kulit secara halus sekali untuk rasa raba/taktil.

3. Tabung yang diisi air dingin atau air panas untuk sensasi suhu. Lebih baik menggunakan tabung dari metal daripada tabung gelas karena gelas merupakan konduktor yang buruk. Untuk sensai dingin menggunakan air bersuhu 5-10ºC dan sensasi panas diperlukan suhu 40-45ºC. suhu kurang dari 5ºC dan lebih dari 45ºC dapat menimbulkan rasa nyeri.

4. Garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz untuk sensasi getar.

Page 26: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif), seperti: Jangka untuk two point tactile discrimination Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan lain-lain) untuk pemeriksaan stereognosis. Pensil untuk pemeriksaan graphestesi.

6. Untuk pemeriksaan sensasi gerak dan posisi tidak diperlukan alat khusus.CARA PEMERIKSAAN SENSORIK DAN POSISI:

A. Anamnesisa. Apa yang dikeluhkan.

Keluhan dapat berupa:

kesemutan atau baal (parestesi) rangsang yang tidak nyeri dirasakan sebagai nyeri (disestesi/painful parestesi) kurang peka (hipestesi) terlalu peka (hiperestesi) gangguan keseimbangan dan gait (gaya berjalan) modalitas sensorik normal tetapi tidak bias mengenal benda pada perabaan tangan (astereognosis) lain-lain keluhan

b. Kapan timbulnya keluhan.c. Lokasi keluhan.

Keluhan positif semacam parestesi, disestesi dan nyeri biasanya dapat dilokalisir, tetapi gejala-gejala negative seperti hipestesi dan anogsia sulit dilokalisir.

d. Sifat keluhan.Penderita diminta menggambarkan sifat keluhan. Pada keluhan nyeri perlu juga diketahui derajat rasa nyeri yang timbul.

e. Kejadian-kejadian tertentu yang berkaitan.Apakah ada kejadian-kejadian yang memicu terjadinya keluhan. Misalnya pada HNP, penderita merasakan ischialgia pada waktu mengangkat benda berat, dan nyeri meningkat pada keadaan-keadaan yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, misalnya batuk, mengejan, bersin), dan lain-lain.

f. Kelainan neurologis yang menyertai.Dapat berupa kelemahan/gangguan motorik, gangguan bahasa, kejang, gangguan defekasi dan miksi, dan gangguan saraf otonom.

B. Pemeriksaan fisik1. Pemeriksaan modalitas

modalitas primer dari sensasi somatik (seperti rasa nyeri, raba, posisi, getar dan suhu) diperiksa lebih dulu sebelum memeriksa fungsi sensorik diskriminatif/kortikal.

Pemeriksaan sensasi nyeri superfisialNyeri merupakan sensasi yang paling baik untuk menentukan batas gangguan sensorik. Alat yang digunakan adalah jarum berujung tajam dan tumpul.

Cara pemeriksan:

a. Mata penderita ditutupb. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum pada dirinya sendiri. c. Tekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan.d. Rangsangan terhadap kulit dilakukan dengan ujung runcing dan ujung tumpul secara bergantian. Penderita

diminta menyatakan sensasinya sesuai yang dirasakan. Penderita jangan ditanya: apakah anda merasakan ini atau apakah ini runcing?

e. Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)

f. Penderita juga diminta menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsang di derah yang berlainan.

g. Apabila dicurigai daerah yang sensasinya menurun/meninggi maka rangsangan dimulai dari daerah tadi ke arah yang normal.

Pemeriksaan sensasi nyeri tekan dalamPemeriksaan dilakukan dengan cara menekan tendo Achilles, fascia antara jari tangan IV dan V atau testis.

Pemeriksaan sensasi taktil/raba

Page 27: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Alat yang dipakai adalah kapas, tissue, bulu, kuas halus, dan lain-lain. Cara pemeriksaan :

a. Mata penderita ditutupb. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat pada dirinya sendiri. c. Stimulasi harus seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan subkutan.

Tekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan atau telapak kaki yang kulitnya lebih tebal. d. Mulailah dari daerah yang dicurigai abnormal menuju daerah yang normal. Bandingkan daerah yang

abnormal dengan daerah normal yang kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)

e. Penderita diminta untuk mengatakan “ya” atau “tidak” apabila merasakan adanya rangsang, dan sekaligus juga diminta untuk menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang.

Pemeriksaan sensasi getar/vibrasi

Alat yang digunakan adalah garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz.

Cara pemeriksaan:

a. Garpu tala digetarkan dengan memukulkan pada benda padat/keras.b. Kemudian pangkal garpu tala diletakkan pada daerah dengan tulang yang menonjol seperti ibu jari kaki,

pergelangan tangan, maleolus lateralis/medialis, procc. spinosus vertebrae, siku, bagian lateral clavicula, lutut, tibia, sendi-sendi jari dan lainnya. (Gambar 1)

c. Bandingkan antara kanan dan kiri.d. Catat intensitas dan lamanya vibrasi.e. Untuk penentuan lebih cermat, garpu tala kemudian dipindahkan pada bagian tubuh yang sama pada

pemeriksa. Apabila pemeriksa masih merasakan getaran, berarti rasa getar penderita sudah menurun.

Gambar 1

Pemeriksaan sensasi gerak dan posisiTujuannya adalah memperoleh kesan penderita terhadap gerakan dan pengenalan terhadap arah gerakan, kekuatan, lebar atau luas gerakan (range of movement) sudut minimal yang penderita sudah mengenali adanya gerakan pasif, dan kemampuan penderita untuk menentukan posisi jari dalam ruangan. Tidak diperlukan alat khusus.

Cara pemeriksaan:

a. Mata penderita ditutup.b. Penderita diminta mengangkat kedua lengan di depan penderita menghadap ke atas.c. Penderita diminta mempertahankan posisi tersebut. Pada kelemahan otot satu sisi atau gangguan

proprioseptik maka lengan akan turun dan menuju ke arah dalam.Modifikasi dari tes ini adalah dengan menaik turunkan kedua tangan dan penderita diminta menanyakan tangan mana yang posisinya lebih tinggi.

Kedua tes di atas dapat dikombinasi dengan modifikasi tes Romberg. Caranya: penderita diminta berdiri dengan tumit kanan dan jari-jari kaki kiri berada pada satu garis lurus dan kedua lengan ekstensi ke depan. Kemudian penderita diminta menutup matanya. Bila ada gangguan proprioseptik pada kaki maka penderita akan jatuh pada satu sisi.

Untuk tes posisi dapat dilakukan dengan cara berikut:

b. Penderita dapat duduk atau berbaring, mata penderita ditutup.

Page 28: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

c. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan terpisah satu sama lain sehingga tidak bersentuhan.

d. Jari penderita digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan seringan mungkin sehingga tekanan terhadap jari-jari tersebut dapat dihindari, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun.

e. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari atau adakah gerakan pada jarinya.Cara lain adalah dengan menempatkan jari-jari salah satu penderita pada posisi tertentu dan meminta penderita diminta menirukan posisi tersebut pada jari yang lain.

Pemeriksaan sensasi suhuAlat yang dipakai adalah tabung berisi air bersuhu 5-10ºC untuk sensasi dingin dan air 40-45ºC untuk sensasi panas.

Cara pemeriksaan:

a. Penderita lebih baik pada posisi berbaring. Mata penderita ditutup.b. Tabung panas/dingin lebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.c. Tabung ditempelkan pada kulit penderita dan penderita diminta menyatakan apakah terasa dingin atau

panas. 2. Pemeriksan sensorik diskriminatif/kortikal

Syarat pemeriksaan ini adalah fungsi sensorik primer (raba, posisi) harus baik dan tidak ada gangguan tingkat kesadaran, kadang-kadang ditambah dengan syarat harus mampu memanipulasi objek atau tidak ada kelemahan otot-otot tangan (pada tes barognosis)

Macam-macam gangguan fungsi sensorik kortikal:

a. gangguan two point tactile discriminationGangguan ini diperiksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota gerak secara serempak, bisa memakai jangka atau calibrated two point esthesiometer. Pada anggota gerak atas biasanya diperiksa pada ujung jari. Orang normal bisa membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak kedua rangsangan tersebut lebih besar dari 3 mm. Ketajaman menentukan dua rangsangan tersebut sangat bergantung pada bagian tubuh yang diperiksa, yang penting adalah membandingkan kedua sisi tubuh. (Gambar 2)

Gambar 2

b. gangguan graphesthesiaPemeriksaan graphesthesia dilakukan dengan cara menulis beberapa angka pada bagian tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Pasien diminta mengenal angka yang digoreskan pada bagian tubuh tersebut sementara mata penderita ditutup. Besar tulisan tergantung luas daerah yang diperiksa. Alat yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul. Bandingkan kanan dengan kiri. (Gambar 3)

Page 29: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Gambar 3 Gambar 4

c. gangguan stereognosis = astereognosisDiperiksa pada tangan. Pasien menutup mata kemudian diminta mengenal sebuah benda berbentuk yang ditempatkan pada masing-masing tangan dan merasakan dengan jari-jarinya. Ketidakmampuan mengenal benda dengan rabaan disebut sebagai tactile anogsia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan, sensasi proprioseptik harus baik. (Gambar 4)

d. gangguan topografi/topesthesia = topognosiaKemampuan pasien untuk melokalisasi rangsangan raba pada bagian tubuh tertentu. Syarat pemeriksaan, rasa raba harus baik.

e. gangguan barognosis = abarognosisMembedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar bendanya kurang lebih sama tetapi beratnta berbeda. Syarat pemeriksaan, rasa gerak dan posisi sendi harus baik.

f. sindroma Anton-Babinsky = anosognosiaAnosognosia adalah penolakan atau tidak adanya kesadaran terhadap bagian tubuh yang lumpuh atau hemiplegia. Bila berat, pasien akan menolak adanya kelumpuhan tersebut dan percaya bahwa dia dapat menggerakkan bagian-bagian tubuh yang lupuh tersebut.

g. sensory inattention = extinction phenomenonAlat yang digunakan adalah kapas, kepala jarum atau ujung jari. Cara pemeriksaan adalah dengan merangsang secara serentak pada kedua titik di anggota gerak kanan dan kiri yang letaknya setangkup, sementara itu mata ditutup. Mula-mula diraba punggung tangan pasien dan pasien diminta menggenal tempat yang diraba. Kemudian rabalah pada tititk yang satangkup pada sisi tubuh yang berlawanan dan ulangi perintah yang sama. Setelah itu dilakukan perabaan pada kedua tempat tersebut dengan tekanan yang sama secara serentak. Bila ada extinction phenomen maka pasien hanya akan merasakan rangsangan pada sisi tubuh yang sehat saja.

Pemeriksaan Koordinasi dan Keseimbangan

Koordinasi adalah penggunaan normal dari faktor-faktor motorik, sensorik dan sinergik dalam melakukan gerakan. Pusat koordinasi adalah cerebellum.

Gangguan koordinasi dibagi menjadi:

1. Gangguan equlibratory coordination (mempertahankan keseimbangan, khususnya pada posisi berdiri), diperiksa dengan:

a. Tes Romberg

Page 30: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Penderita diminta berdiri dengan kedua tumit saling merapat. Pertama kali dengan mata terbuka kemudian penderita diminta menutup matanya. Pemeriksa menjaga jangan sampai penderita jatuh tanpa menyentuh penderita. Hasil positif didapatkan apabila penderita jatuh pada satu sisi.

b. Tes tandem walkingPenderita diminta berjalan pada satu garis lurus di atas lantai, dengan cara menempatkan satu tumit langsung di depan ujung jari kaki yang berlawanan, baik dengan mata terbuka atau tertutup

2. Gangguan non equilibratory coordination (pergerakan yang disengaja dari anggota gerak, terutama gerakan halus), diperiksa dengan:a. Finger-to-nose test.

Bisa dilakukan dengan posisi pasien berbaring, duduk atau berdiri. Dengan posisi abduksi dan ektensi secara komplit, mintalah pada pasien untuk menyentuh ujung hidungnya sendiri dengan ujung jari telunjuknya. Mula-mula dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, baik dengan mata terbuka dan tertutup.

b. Nose-finger-nose-testSerupa dengan finger to nose test, tetapi setelah menyentuh hidungnya, pasien diminta menyentuh ujung jari pemeriksa dan kembali menyentuh ujung hidungnya. Jari pemeriksa dapat diubah-ubah baik dalam jarak maupun bidang gerakan.

c. Finger-to-finger testPenderita diminta mengabduksikan lengan pada bidang horizontal dan diminta untuk menggerakkan kedua ujung jari telunjuknya saling bertemu tepat ditengah-tengah bidang horizontal tersebut. Pertama dengan gerakan perlahan kemudian dengan gerakan cepat, dengan mata ditutup dan dibuka.

d. DisdiadokinesiaPenderita diminta untuk menggerakan kedua tangannya bergantian pronasi dan supinasi dengan posisi siku diam, mintalah gerakan tersebut secepat mungkin dengan mata terbuka atau mata tertutup. Diadokokinesis pada lidah dapat dikerjakan dengan meminta penderita menjulurkan dan menarik lidah atau menggerakkan ke sisi kanan dan kiri secepat mungkin. (Gambar 7)

Tapping test merupakan variasi test diadokokinesis, dilakukan dengan menepuk pinggiran meja/paha dengan telapak tangan secara berselingan bagian volar dan dorsal tangan dengan cepat atau dengan tepukan cepat jari-jari tangan ke jempol.

e. Heel-to-knee-to-toe testPenderita diminta untuk menggerakkan tumit kakinya ke lutut kontralateral, kemudian diteruskan dengan mendorong tumit tersebut lurus ke jari-jari kakinya. (Gambar 9) Variasi dari test ini adalah toe-finger test, yaitu penderita diminta untuk menunjuk jari penderita dengan jari-jari kakinya atau dengan cara membuat lingkaran di udara dengan kakinya.

Penilaian Keterampilan Fungsi Sensorik, Posisi, Keseimbangan dan Koordinasi

Page 31: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

A. Pemeriksaan Sensasi Taktil

No Aspek yang dinilai Nilai

0 1 2 3

1 Mencuci tangan dengan cairan aseptic

2 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

3 Mengucapkan basmallah

4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan

5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata

6 Mencoba alat pada dirinya sendiri

7 Meminta penderita mengatakan “ya” atau “tidak” apabila merasakan adanya rangsang

8 Meminta penderita menyebutkan tempat yang dirangsang

9 Memberikan rangsang pada penderita pada daerah yang dicurigai abnormal menuju ke daerah normal

10 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat setangkup kontralateral.

11 Melaporkan hasil pemeriksaan

12 Mengucapkan hamdallah

13 Mengucapkan salam dan terima kasih

14 Mencuci tangan dengan cairan aseptic

TOTAL NILAI

Page 32: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

A. Pemeriksaan Sensasi Nyeri Superfisial

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2 3

1 Cuci tangan dengan cairan antiseptik

2 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

3 Mengucapkan basmallah

4 Memilih dengan benar alat yang akan dipergunakan

5 Meminta penderita untuk relaks dan memejamkan mata

6 Mencoba alat pada dirinya sendiri

7 Meminta penderita untuk menyebutkan apakah rangsangannya tajam atau tumpul

8 Menanyakan apakah ada perbedaan intensitas ketajaman rangsangan.

9 Memberikan rangsang seminimal mungkin tanpa menimbulkan luka/perdarahan pada penderita pada daerah yang dicurigai abnormal menuju ke daerah normal.

10 Melakukan rangsangan dengan ujung tajam dan tumpul secara bergantian

11 Membandingkan daerah yang diperiksa pada tempat setangkup kontralateral.

12 Melaporkan hasil pemeriksaan

13 Mengucapkan hamdallah

14 Mengucapkan salam dan terima kasih

15 Cuci tangan dengan cairan aseptic

TOTAL NILAI

Page 33: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

B. Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2 3

1 Mencuci tangan dengan cairan aseptik

2 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

3 Mengucapkan basmallah

4 Melakukan Tes Romberg

5 MelakukanTes Tandem Walking

6 MelakukanFinger-to-nose test

7 MelakukanNose-finger-nose test

8 MelakukanFinger-to-finger test

9 Melakukan disdiadokokinesia

10 MelakukanHeel-to-knee-to-toe test

11 Melaporkan hasil pemeriksaan

12 Mengucapkan hamdallah

13 Mengucapkan salam dan terima kasih

14 Mencuci tangan dengan cairan aseptic

TOTAL NILAI

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka

Page 34: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

TOPIK VI

TES MOTORIK dan PEMERIKSAAN TANDA IRITASI RADIX PADA DAERAH VERTEBRALIS

Tujuan

Mahasiswa mampu :

1. Melakukan pemeriksaan tes motorik dan pemeriksaan tanda iritasi radix pada daerah vertebralis2. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan tes motorik dan pemeriksaan neurologis pada kasus low back

Materi Pembelajaran

Pemeriksaan sistem motorik

Pemeriksaan sistim motorik sebaiknya dilakukan dengan urutan urutan tertentu untuk menjamin kelengkapan dan ketelitian pemeriksaan.

  Pengamatan

-         Gaya berjalan dan tingkah laku.

-         Simetri tubuh dan ektremitas.

-         Kelumpuhan badan dan anggota gerak, dll.

Gerakan volunter

Yang diperiksa adalah gerakan pasien atas permintaan pemeriksa, misalnya:

-         Mengangkat kedua tangan pada sendi bahu.

-         Fleksi dan ekstensi artikulus kubiti.

-         Mengepal dan membuka jari-jari tangan.

-         Mengangkat kedua tungkai pada sendi panggul.

-         Fleksi dan ekstensi artikulus genu.

-         Plantar fleksi dan dorso fleksi kaki.

-         Gerakan jari- jari kaki.

 Palpasi otot

-         Pengukuran besar otot.

-         Nyeri tekan.

-         Kontraktur.

-         Konsistensi (kekenyalan).

-         Konsistensi otot yang meningkat terdapat pada:

Spasmus otot akibat iritasi radix saraf spinalis, misal: meningitis, HNP Kelumpuhan jenis UMN (spastisitas) Gangguan UMN ekstrapiramidal (rigiditas) Kontraktur otot

-         Konsistensi otot yang menurun terdapat pada

Kelumpuhan jenis LMN akibat denervasi otot. Kelumpuhan jenis LMN akibat lesi di “motor end plate”

 Tonus otot

Page 35: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

-         Pasien diminta melemaskan ekstremitas yang hendak diperiksa kemudian ekstremitas tersebut kita gerak-gerakkan fleksi dan ekstensi pada sendi siku dan lutut. Pada orang normal terdapat tahanan yang wajar.

-         Flaccid : tidak ada tahanan sama sekali (dijumpai pada kelumpuhan LMN).

-         Hipotoni : tahanan berkurang.

-         Spastik : tahanan meningkat dan terdapat pada awal gerakan, ini dijumpai pada kelumpuhan UMN.

-         Rigid : tahanan kuat terus menerus selama gerakan misalnya pada Parkinson.

Kekuatan otot

-         Pemeriksaan ini menilai kekuatan otot, untuk memeriksa kekuatan otot ada dua cara:

Pasien disuruh menggerakkan bagian ekstremitas atau badannya dan pemeriksa menahan gerakan ini. Pemeriksa menggerakkan bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh menahan.

-         Cara menilai kekuatan otot:

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total. 1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus

digerakkan oleh otot tersebut.  2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat (gravitasi). 3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat. 4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan. 5 : Tidak ada kelumpuhan (normal)

Cervical syndrome adalah sindrome atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya iritasi atau kompresi pada radiks saraf servikal ditandai dengan adanya rasa nyeri pada leher yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks yang terganggu. Rasa nyeri yang dijalarkan tersebut disebut nyeri radikuler artinya bahwa rasa nyeri tersebut berpangkal pada tempat perangsangan dan menjalar ke daerah persarafan radiks yang terkena. Daerah ini sesuai dengan kawasan suatu dermatom. Untuk mengetahui adanya nyeri di tengkuk yang mungkin bersifat radikuler dapat dikerjakan tes-tes sebagai berikut:

1. Tes Kompresi LhermittePada pasien yang duduk dilakukan kompresi pada kepalanya dalam berbagai posisi : miring kanan, miring kiri, tengadah dan menunduk. Hasil tes dinyatakan positif bila pada penekanan tersebut dirasakan adanya nyeri yang dijalarkan

2. Tes ValsavaPada pasien yang duduk, penderita disuruh mengejan dengan epiglottis menutup (penderita disuruh menahan napas). Hasil tes positif bila timbul rasa nyeri yang ditimbulkan

3. Tes NaffzigerKedua vena jugularis ditekan dan penderita diuruh mengejan. Dengan ini tekanan intrakranial ditingkatkan yang akan diteruskan ke sepanjang rongga arakhnoidal medula spinalis. Jika terdapat proses desak ruang di kanalis vertebralis maka radiks yang terbentang atau teregang mendapat perangsangan pada saat tes dikerjakan. Oleh karena itu akan timbul rasa nyeri yang dijalarkan melintasi kawasan dermatomnya.

Low back pain (LBP) / nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang cukup sering muncul di pelayanan kesehatan. Low back pain disebabkan oleh berbagai hal. Sebab terbanyak kasus low back pain meliputi trauma muskuloskeletal, penyakit degeneratif, hernia nukleus pulposus (HNP), dan stenosis spinalis. Penyebab lain yang dapat mengakibatkan low back pain yaitu keganasan, infeksi tulang belakang, spondilitis dan nyeri alih dari organ-organ viseral. Penegakan diagnosis pada kasus LBP memerlukan pemeriksaan yang sistematis. Anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan langkah awal yang sangat menentukan ketepatan penegakan diagnosis pada pasien LBP.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis LBP antara lain :

1. inspeksi tulang belakang : mengamati ada/tidaknya ketidaknormalan kurvatura vertebrae.

2. observasi cara berjalan pasien : diamati pada saat berjalan

Page 36: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

3. Observasi posisi duduk pasien

4. palpasi / perkusi vertebra

5. range of motion

Setelah melakukan beberapa pemeriksaan fisik diatas, dapat dilakukan beberapa tes yang dapat membantu mengarahkan diagnosis nyeri punggung bawah

1. Tes PatrickPenderita posisi terlentang, tumit atau maleolus externus tungkai yang sakit diletakkan diatas lutut tungkai yang lain ( fleksi, abduki, eksorotasi) kemudian dilakukan penekanan pada lutut yang difleksikan tersebut. Hasil positif apabila nyeri pada sendi panggul yang terkena penyakit

2. Tes Kontra PatrickPenderita terlentang, tungkai yang sakit dilipat, endorotasi dan adduksi kemudian dilakukan penekanan pada lutut tungkai tersebut sejenak. Hasil positif apabila nyeri pada sendi sacroiliaka

3. Tes LasequeAngkat tungkai pasien dalam keadaan lurus. Untuk menjamin lurusnya tungkai maka tangan si pemeriksa yang satu mengangkat tungkai dengan memegang pada tumit pasien, sedangkan tangan lain pemeriksa memegang serta menekan pada lutut pasien. Fleksi pasif tungkai dalam keadaan lurus di sendi panggul menimbulkan peregangan nervus ischiadikus. Apabila salah satu radiks yang menyususn nervus ischiadikus mengalami penekanan, pembentangan dan sebagainya karena HNP atau tumor kanalis vertebralis maka tes laseque membangkitkan nyeri yang berpangkal pada radiks yang terkena dan menjalar sepanjang perjalanan perifer ischiadikus

Alat dan Bahan

1.Bed Periksa

2.Lampu/penerangan yang cukup

Page 37: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Cek List

No Aspek Yang Dinilai Nilai0 1 2 3

1. Mencuci tangan dengan cairan aseptic2. Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan

informed concent3. Mengucapkan basmallah4. berdiri di sebelah kanan pasien

melakukan pemeriksaan ekstremitas superior5. inspeksi :

adakah drop hand, claw hand, pitcher hand, kontraktur, warna kulit6. palpasi :

pada kedua belah sisi lengan atas dan bawah kemudian dibandingkan adakah nyeri tekan, udem, merasakan palpasi pada otot apakah kenyal, lembek, kendor, kontur hilang, kenyal spastik, terasa lebih tegang

7. menilai gerakan secara aktif dgn pasien diminta untuk menggerakkan pd sendi bahu, siku, dan jari – jari apakah bebas (B), bebas terbatas (BT), atau tidak dapat menggerakkan (T)

8. menilai kekuatan : bila pasien tidak sadar, diobservasi gerakan yang tampakbila pasien sadar diminta menggerakkan sendi siku, dan menilai kekuatan apakah 0/1/2/3/4/5

9. pemeriksaan tonus : tangan kiri memegang siku, tangan kanan menggerakkan berkali-kali dari perlahan lalu makin cepat kemudian dinilai tahanan yang terasa dan dibandingkan kanan&kiri

10. menilai trofi: dengan menilai adakah perbedaan ukuran otot pada ekstremitas atas kanan &kiri

melakukan pemeriksaan ekstremitas inferior11. inspeksi

adakah drop foot, claw foot, kontraktur, warna kulit12. palpasi

pada kedua belah sisi tungkai atas dan bawah kmd dibandingkan adakah nyeri tekan, udem, merasakan palpasi pd otot apakah kenyal, lembek, kendor, kontur hilang, kenyal spastik, terasa lebih tegang

13. menilai gerakan secara aktif dgn pasien diminta untuk menggerakkan pd sendi panggul, lutut, dan pergelangan kaki apakah bebas (B), bebas terbatas (BT), atau tidak dapat menggerakkan (T)

14. menilai kekuatan : bila pasien tidak sadar, diobservasi gerakan yang tampakbila pasien sadar diminta menggerakkan sendi panggul/lutut/pergelangan kaki, dan menilai kekuatan apakah 0/1/2/3/4/5

15. pemeriksaan tonus : tangan kiri memegang lutut, tangan kanan menggerakkan berkali-kali dari perlahan lalu makin cepat kemudian dinilai tahanan yang terasa dan dibandingkan kanan&kiri

16. menilai trofi: dengan menilai adakah perbedaan ukuran otot pada ekstremitas bawah kanan &kiri

17. menyampaikan hasil peemriksaan18. Mengucapkan hamdallah19. Mengucapkan salam dan terima kasih20. Mencuci tangan dengan cairan aseptic

Cara menilai kekuatan otot :

Dengan menggunakan angka dari 0-5.

0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh total.

1 : Terdapat sedikit kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.

2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu melawan gaya berat ( gravitasi ).

3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.

4 : Disamping dapat melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan yang diberikan.

5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).

Page 38: Skill Lab MODUL Saraf Dr. Mona

Pemeriksaan Tanda Iritasi Radix Pada Daerah Vertebralis

No Aspek yang dinilaiNilai

0 1 2 3

1 Mencuci tangan dengan cairan aseptik

2 Memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur pemeriksaan dan melakukan informed concent

3 Mengucapkan basmallah

4 Meminta penderita berbaring

5 Melakukan Tes Patrick

6 Melakukan Tes Kontrapatrick

7 MelakukanTes Laseque

8 Melakukan Tes Naffziger

9 Melakukan Tes Valsava

10 Melakukan Tes Kompresi Lhermitte

11 Melaporkan hasil pemeriksaan

12 Mengucapkan hamdallah

13 Mengucapkan salam dan terima kasih

14 Cucitangan dengan cairan aseptik

TOTAL NILAI

Penulis : dr. Mona Soraya

Konsulan : dr. S.A. Putri Sp.S

Daftar Pustaka