21
Skenario LBM 5 JATUH Wanita 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan menurut keluarganya tiba-tiba jatuh terduduk akibat terpeleset di depan kamar mandi tadi pagi. Setelah itu, salah satu tungkai tidak dapat digerakkkan disertai nyeri. Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak nafas serta nafsu makan berkurang tetapi tidak demam. Penderita selama ini mengidap dan minum obat penyakit DM dan hipertensi, kedua mata dianjurkan untuk dioperasi tetapi penderita selalu menolak. Setelah dilakukan pemeriksaan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dan BMD. Terminologi Jatuh merupakan BDM merupakan Key Word Wanita 68 tahun Keluhan Utama : jatuh terduduk Onset : tadi pagi Keluhan Penyerta : salah satu tungkai tidak dapat digerakkan dan nyeri, batuk-batuk dan agak sesak nafas serta nafsu makan berkurang tetapi tidak demam. Riwayat pemakaian obat : konsumsi obat DM dan hipertensi Kedua mata dianjurkan untuk dioperasi tetapi penderita selalu menolak. Setelah dilakukan pemeriksaan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dan BMD. Permasalahan

Skenario LBM 5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skenario LBM 5

Skenario LBM 5

JATUH

Wanita 68 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan menurut keluarganya tiba-tiba jatuh terduduk

akibat terpeleset di depan kamar mandi tadi pagi. Setelah itu, salah satu tungkai tidak dapat digerakkkan

disertai nyeri. Sejak seminggu penderita terdengar batuk-batuk dan agak sesak nafas serta nafsu makan

berkurang tetapi tidak demam. Penderita selama ini mengidap dan minum obat penyakit DM dan

hipertensi, kedua mata dianjurkan untuk dioperasi tetapi penderita selalu menolak. Setelah dilakukan

pemeriksaan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dan BMD.

Terminologi

Jatuh merupakan

BDM merupakan

Key Word

Wanita 68 tahun

Keluhan Utama : jatuh terduduk

Onset : tadi pagi

Keluhan Penyerta : salah satu tungkai tidak dapat digerakkan dan nyeri, batuk-

batuk dan agak sesak nafas serta nafsu makan berkurang tetapi tidak demam.

Riwayat pemakaian obat : konsumsi obat DM dan hipertensi

Kedua mata dianjurkan untuk dioperasi tetapi penderita selalu menolak.

Setelah dilakukan pemeriksaan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan radiologi dan BMD.

Permasalahan

1. Apa factor yang dapat menyebabkan jatuh pada scenario di atas?

2. Bagaimana hubungan riwayat minum obat DM dan hipertensi dengan keluhan pasien tersebut?

3. Apa penyebab tungkai tidak dapat digerakkan dan nyeri?

4. Bagaimana hubungan usia lanjut dengan jatuh?

5. Apa penyebab batuk dan sesak pada pasien scenario terbesut?

6. Jelaskan mengenai fisiologi tulang!

7. Apa hubungan DM dengan kejadian jatuh?

8. Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan dokter pada pasien tersebut?

9. Apa yang terjadi pada mata pasien?

Page 2: Skenario LBM 5

10. Jelaskan Mengenai Osteoporosis!

a) Definisi

b) Etiologi dan factor resiko

c) Patofisiologi

d) Diagnosis

e) Penatlaksanaan

Jawaban Permasalahan

1. Factor yang dapat menyebabkan jatuh pada scenario di atas

Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa stabilitas badan

ditentukan atau dibentuk oleh:

a. Sistem sensori

Yang berperan di dalamnya adalah: visus (penglihatan), pendengaran, fungsi vestibuler,

dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan menimbulkan

gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan gangguan

pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga karena adanya

perubahan fungsi vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer dan penyakit

degeneratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif (Tinetti, 1992). Gangguan

sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi

abnormal pada saat dilakukan uji klinik.

b. Sistem saraf pusat (SSP)

SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik. Penyakit SSP

seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita oleh lansia dan

menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik terhadap input

sensorik (Tinetti, 1992).

c. Kognitif

Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan risiko jatuh.

d. Muskuloskeletal

Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar-benar murni

milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh. Gangguan muskuloskeletal.

Menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan dengan proses menua

Page 3: Skenario LBM 5

yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses menua tersebut antara lain

disebabkan oleh:

Kekakuan jaringan penghubung

Berkurangnya massa otot

Perlambatan konduksi saraf

Penurunan visus/lapang pandang

Kerusakan proprioseptif

Yang kesemuanya menyebabkan:

Penurunan range of motion (ROM) sendi

Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas bawah

Perpanjangan waktu reaksi

Kerusakan persepsi dalam

Peningkatan postural sway (goyangan badan)

Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor, antara lain:

a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh lansia)

b. Nyeri kepala dan atau vertigo

c. Hipotensi orthostatic

Hipovilemia / curah jantung rendah

Disfungsi otonom

Penurunan kembalinya darah vena ke jantung

Terlalu lama berbaring

Pengaruh obat-obat hipotensi

Hipotensi sesudah makan

d. Obat-obatan

Diuretik/antihipertensi

Antidepresen trisiklik

Sedativa

Page 4: Skenario LBM 5

Antipsikotik

Obat-obat hipoglikemia

Alkohol

e. Proses penyakit yang spesifik

Penyakit-penyakit akut seperti:

Kardiovaskuler : aritmia, stenosis aorta, dan sinkope sinus carotis

Neurologi : TIA, stroke, serangan kejang, Parkinson, Kompresi saraf spinal

karena spondilosis, Penyakit serebelum

f. Idiopatik ( tak jelas sebabnya)

g. Sinkope : Drop attack (serangan roboh), Penurunan darah ke otak secara tiba-tiba,

Terbakar matahari

FAKTOR-FAKTOR SITUASIONAL YANG MUNGKIN MEMPRESIPITASI JATUH ANTARA LAIN:

a. Aktivitas

Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti berjalan,

naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali (5%), jatuh terjadi pada

saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki gunung atau olahraga berat.

Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin

disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering

terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin pindah tempat

atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.

b. Lingkungan

Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan kejadian

jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya terjadi karena

tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai yang licin atau tak

rata, penerangan ruang yang kurang

c. Penyakit Akut

Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit kronik

yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas akut pada

penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba-tiba pada penderita

penyakit jantung iskenmik, dan lain-lain.

2. Hubungan riwayat minum obat DM dan hipertensi dengan keluhan pasien tersebut

Page 5: Skenario LBM 5

3. Penyebab tungkai tidak dapat digerakkan dan nyeri

4. Hubungan usia lanjut dengan jatuh

5. Penyebab batuk dan sesak pada pasien scenario terbesut

6. Fisiologi tulang

7. Hubungan DM dengan kejadian jatuh

8. Pemeriksaan yang harus dilakukan dokter pada pasien tersebut

9. Apa yang terjadi pada mata pasien

10. Jelaskan Mengenai Osteoporosis!

a) Definisi

Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut

WHO adalah penyakit skeletal sistemik dengan karakteristik massa

tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan

tulang dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan

meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang.

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan

massa tulang total. Terdapat perubahan pergantian tulang

homeostasis normal, kecepatan resorpsi tulang lebih besar dari

kecepatan pembentukan tulang, pengakibatkan penurunan masa

tulang total. Tulang secara progresif menjadi porus, rapuh dan

mudah patah; tulang menjadi mudah fraktur dengan stres yang

tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal.

b) Etiologi dan factor resiko

Osteoporosis postmenopause terjadi karena kekurangan estrogen

(hormone utama pada wanita), yang membantu mengatur

pengankutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala

timbul pada wanita yang berusia dintara 53 – 73 tahun, tetapi bisa

muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita

memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

postmenopause, pada wanita kulit putih dan daerah timur lebih

mudah menderita penyakit ini daripada kulit hitam.

Page 6: Skenario LBM 5

Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari

kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan

pembentukan tulang yang baru. Senilis yaitu keadaan penurunan

massa tulang yang hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini

biasnya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada

usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita seringkali menderita osteoporosis postmenopause dan

senilis.

Kurang dari lima persen penderita osteoporosis juga

menngalami osteoporosis sekunder, yang disebabkan oleh keadaan

medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit ini bisa diakibatkan

oleh gagal ginjal kronik dan kelainan hormonal (terutama tiroid,

paratiroid, dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid,

barbiturate, antikejang, dan hormone tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alcohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa

memperburuk keadaan ini.

Osteoporosis juvenile idiopatik merupakan jenis osteoporosis

yang tidak diketahui penyebabnya. Hal ini terjadi pada anak-anak

dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang

normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab

yang jelas dari rapuhnya tulang.

Faktor resiko terjadinya osteoporosis:

Wanita

Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita. Hal ini

disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun

kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Selain itu, wanita

pun mengalami menopause yang dapat terjadi pada usia 45

tahun.

Usia

Seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru

Page 7: Skenario LBM 5

menurun. Pada usia 75-85 tahun, wanita memiliki risiko 2 kali

lipat dibandingkan pria dalam mengalami kehilangan tulang

trabekular karena proses penuaan, penyerapan kalsium

menurun dan fungsi hormon paratiroid meningkat.

Ras/Suku

Ras juga membuat perbedaan dimana ras kulit putih atau

keturunan asia memiliki risiko terbesar. Hal ini disebabkan

secara umum konsumsi kalsium wanita asia rendah. Salah satu

alasannya adalah sekitar 90% intoleransi laktosa dan

menghindari produk dari hewan. Pria dan wanita kulit hitam

dan hispanik memiliki risiko yang signifikan meskipun

rendah.

Keturunan Penderita Osteoporosis

Jika ada anggota keluarga yang menderita osteoporosis, maka

berhati-hatilah. Osteoporosis menyerang penderita dengan

karakteristik tulang tertentu. Seperti kesamaan perawakan dan

bentuk tulang tubuh. Itu artinya dalam garis keluarga pasti

punya struktur genetik tulang yang sama.

Gaya Hidup Kurang Baik

Konsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena

keduanya mengandungfosfor yang merangsang

pembentukan horman parathyroid, penyebab pelepasan

kalsium dari dalam darah.

Minuman berkafein dan beralkohol.

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat

menimbulkan tulang keropos, rapuh dan rusak. Hal ini

dipertegas oleh Dr.Robert Heany dan Dr. Karen Rafferty dari

creighton University Osteoporosis Research Centre di

Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman

berkafein dengan keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa

air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium,

Page 8: Skenario LBM 5

dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang.

Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang

menghambat proses pembentukan massa tulang

(osteoblas).

Malas Olahraga

Mereka yang malas bergerak atau olahraga akan terhambat

proses osteoblasnya (prosespembentukan massa tulang).

Selain itu kepadatan massa tulang akan berkurang. Semakin

banyak gerak dan olahraga maka otot akan memacu tulang

untuk membentuk massa.

Merokok

Ternyata rokok dapat meningkatkan risiko penyakit

osteoporosis. Perokok sangat rentan terkena osteoporosis,

karena zat nikotin di dalamnya mempercepat penyerapan

tulang. Selain penyerapan tulang, nikotin juga membuat

kadar dan aktivitas hormon estrogen dalam tubuh

berkurang sehingga susunan-susunan sel tulang tidak kuat

dalam menghadapi proses pelapukan. Disamping itu, rokok

juga membuat penghisapnya bisa mengalami hipertensi,

penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah ke seluruh

tubuh. Kalau darah sudah tersumbat, maka proses

pembentukan tulang sulit terjadi. Jadi, nikotin jelas

menyebabkan osteoporosis baik secara langsung tidak

langsung. Saat masih berusia muda, efek nikotin pada

tulang memang tidak akan terasa karena proses pembentuk

tulang masih terus terjadi. Namun, saat melewati umur 35,

efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena proses

pembentukan pada umur tersebut sudah berhenti.

Mengkonsumsi Obat

Obat kortikosteroid yang sering digunakan sebagai anti

peradangan pada penyakit asma dan alergi ternyata

Page 9: Skenario LBM 5

menyebabkan risiko penyakit osteoporosis. Jika sering

dikonsumsi dalam jumlah tinggi akan mengurangi massa

tulang. Sebab, kortikosteroid menghambat proses

osteoblas. Selain itu, obat heparin dan anti kejang juga

menyebabkan penyakit osteoporosis.

c) Klasifikasi

Menurut Farida Mulyaningsih (2008), osteoporosis diklasifikasikan

sebagai berikut:

Osteoporosis Postmenopausal

Terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada

wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke

dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala timbul pada wanita

yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul

lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki

risiko yang sama untuk menderita osteoporosis

postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih

mudah menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

Osteoporosis Senilis

Merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang

berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan

diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan

tulang yang baru. Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya

terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia

diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.

Wanita seringkali menderita osteoporosis senilis dan

postmenopausal.

Osteoporosis Sekunder

Dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.

Penyakit osteoporosis bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis

Page 10: Skenario LBM 5

dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan

adrenal) dan obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat,

anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian

alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk

keadaan osteoporosis.

Osteoporosis Juvenil Idiopatik

Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya belum

diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda

yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar

vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas

dari rapuhnya tulang (Mulyaningsih, 2008).

d) Patofisiologi

Di dalam kehidupan, tulang akan selalu mengalami proses

perbaharuan. Tulang memiliki 2 sel, yaitu osteoklas (bekerja

untuk menyerap dan menghancurkan/merusak tulang) dan

osteoblas (sel yang bekerja untuk membentuk tulang).

Tulang yang sudah tua dan pernah mengalami

keretakan, akan dibentuk kembali. Tulang yang sudah rusak

tersebut akan diidentifikasi oleh sel osteosit (sel osteoblas

menyatu dengan matriks tulang). (Cosman, 2009) Kemudian

terjadi penyerapan kembali yang dilakukan oleh sel osteoklas dan

nantinya akan menghancurkan kolagen dan mengeluarkan

asam. (Tandra, 2009) Dengan demikian, tulang yang sudah

diserap osteoklas akan dibentuk bagian tulang yang baru yang

dilakukan oleh osteoblas yang berasal dari sel prekursor di

sumsum tulang belakang setelah sel osteoklas hilang. (Cosman,

2009)

Menurut Ganong, ternyata endokrin mengendalikan proses

remodeling tersebut. Dan hormon yang mempengaruhi yaitu

hormon paratiroid (resorpsi tulang menjadi lebih cepat) dan

Page 11: Skenario LBM 5

estrogen (resorpsi tulang akan menjadi lama). Sedangkan pada

osteoporosis,terjadi gangguan pada osteoklas, sehingga timbul

ketidakseimbangan antara kerja osteoklas dengan osteoblas.

Aktivitas sel osteoclas lebih besar daripada osteoblas. Dan secara

menyeluruh massa tulang pun akan menurun, yang akhirnya

terjadilah pengeroposan tulang pada penderita osteoporosis.

Dalam pembentukan massa tulang tersebut tulang akan

mengalami perubahan selama kehidupan melalui tiga fase: Fase

pertumbuhan, fase konsolodasi dan fase involusi. Pada fase

pertumbuhan sebanyak 90% dari massa tulang dan akan

berakhir pada saat epifisi tertutup. Sedangkan pada tahap

konsolidasi yang terjadi usia 10-15 tahun. Pada saat ini massa

tulang bertambah dan mencapai puncak ( peak bone mass ) pada

pertengahan umur tiga puluhan. Serta terdapat dugaan bahwa

pada fase involusi massa tulang berkrang ( bone Loss ) sebanyak

35-50 tahun

Secara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal

dari Adanya massa puncak tulang yang rendah disertai adanya

penurunan massa tulang. Massa puncak \ tulang yang rendah ini

diduga berkaitan dengan faktor genetic, sedangkan faktor yang

menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan,

menopause, faktor lain seperi obat obatan atau aktifitas fisik

yang kurang serta faktor genetik. Akibat massa puncak tulang

yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang

menyebabkan Densitas tulang menurun yang merupakan faktor

resiko terjadinya fraktur.

Kejadian osteoporosis dapat terjadi pada setiap umur

kehidupan. Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan

bone turn over yang terjadi sepanjang kehidupan. Satu dari dua

wanita akan mengalami osteoporosis, sedangkan pada laki-laki

hanya 1 kasus osteoporsis dari lebih 50 orang laki-laki. Dengan

Page 12: Skenario LBM 5

demikian insidensi osteoporosis pada wanita jauh lebih banyak

daripada laki-laki. Hal ini di duga berhubungan dengan adanya

fase masa menopause dan proses kehilangan pada wanita jauh

lebih banyak.

Setelah usia 30 tahun, resorpsi tulang secara perlahan

dimulai akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan

pembentukan tulang. Kehilanga massa tulang menjadi cepat

pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan akan

menetap padabeberapa tahun kemudian pada masa

postmenopause. Proses ini terus berlangsung pada akhirnya

secara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis. Percepat

osteoporosis tergantung dari hsil pembentukan tulang sampai

tercapainya massa tulang puncak.

Massa tulang puncak ini terjadi sepanjang awal kehidupan

sampai dewasa muda. Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh

tetapi juga menjdai solid. Pada usia rata-rata 25 tahun tulang

mencapai pembentuk massa tulang puncak. Walaupun demikian

massa puncak tulang ini secara individual sangat bervariasi dan

pada umumnya pada laki-laki lebih tinggi dibanding pada wanita.

Massa puncak tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi

ukuran seseorang menjadi risiko terjadinya fraktur pada

kehidupannya. Apabila massa puncak tulang ini rendah maka akan

mudah terjadi fraktur kan saja, tetapi apabila tinggi makan akan

terlindung dari ancaman fraktur. Faktor faktor yang menentukan

tidak tercapainya massa tulang puncak sampai saai ini belum

dapat dimengerti sepenuhnya tetapi diduga terdapat

beberapa faktor yang berperan, yaitu genetik, asupan

kalsium, aktifitas fisik, danhormon seks. Untuk memelihara

dan mempertahan massa puncak tulang adalah dengan diet,

aktifitas fisik, status reproduktif, rokok, kelebiham konsumsi

alkohol, dan beberapa obat (Permana, 2009).

Page 13: Skenario LBM 5

e) Gejala Klinis

Patah tulang

Punggung yang semakin membungkuk

Penurunan tinggi badan

Postur tubuh kelihatan memendek akibat dari Deformitas

vertebra thorakalis

Nyeri punggung

Nyeri tulang akut. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang,

nyeri dapat dengan atau tanpa fraktur yang nyata dan nyeri

timbul mendadak

Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur

Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila

melakukan aktivitas

Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra

dan menyebabkan kifosis angular yang menyebabkan medulla

spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis

Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita

tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk

dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah

terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan

punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada

pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah

jatuh

f) Diagnosis

Untuk menentukan kepadatan tulang tersebut, ada 3 teknik yang

biasa digunakan di Indonesia, antara lain :

Densitometri DXA (dual-energy x-ray absorptiometry)

Menurut Putri, DXA dapat digunakan pada wanita yang

mempunyai peluang untuk mengalami osteoporosis,

Page 14: Skenario LBM 5

seseorang yang memiliki ketidakpastian dalam diagnosa,

dan penderita yang memerlukan keakuratan dalam hasil

pengobatan osteoporosis. (Putri, 2009).

Keuntungan yang didapatkan jika melakukan

pemeriksaan ini yaitu dapat menentukan kepadatan tulang

dengan baik (memprediksi resiko patah tulang pinggul) dan

mempunyai paparan radiasi yang sangat rendah. Akan tetapi

alat ini memiliki kelemahan yaitu membutuhkan koreksi

berdasarkan volume tulang (secara bersamaan hanya

menghitung 2 dimensi yaitu tinggi dan lebar) dan jika pada

saat seseorang melakukan pengukuran dalam posisi yang

tidak benar, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan

tersebut. (Cosman, 2009)

Hasil dari DXA dapat dinyatakan dengan T-score, yang

dinilai dengan melihat perbedaan BMD dari hasil

pengukuran dengan nilai rata-rata BMD puncak. (Tandra,

2009)

Menurut WHO, kriteria T-score dibagi menjadi 3, yaitu T-

score > -1 SD yang menunjukkan bahwa seseorang masih

dalam kategori normal. T-score <-1 sampai -2,5

dikategorikan osteopenia, dan < - 2,5 termasuk dalam

kategori osteoporosis, apabila disertai fraktur, maka orang

tersebut termasuk dalam osteoporosis berat. (WHO, 1994)

Densitometri US (ultrasound)

Kerusakan yang terjadi pada tulang dapat didiagnosis dengan

pengukuran ultrsound, yaitu dengan mengunakan alat

quantitative ultrasound (QUS). Hasil pemeriksaan ini

ditentukan dengan gelombang suara, karena cepat atau

tidaknya gelombang suara yang bergerak pada tulang dapat

terdeteksi dengan alat QUS. Jika suara terasa lambat, berarti

tulang yang dimiliki padat. Akan tetapi, jika suara cepat,

Page 15: Skenario LBM 5

maka tulang kortikal luar dan trabekular interior tipis. Pada

beberapa penelitian,menyatakan bahwa dengan QUS dapat

mengetahui kualitas tulang, akan tetapi QUS dan DXA sama-

sama dapat memperkirakan patah tulang . (Lane, 2003)

Pemeriksaan CT (computed tomography)

Pemeriksaan CT merupakan salah satu pemeriksaan

laboratorium yang dilakukan dengan memeriksa biokimia

CTx (C-Telopeptide). Dengan pemeriksaan ini dapat menilai

kecepatan pada proses pengeroposan tulang dan pengobatan

antiesorpsi oral pun dapat dipantau. (Putri, 2009) Kelebihan

yang didapatkan jika menggunakan alat ini yaitu

kepadatan tulang belakang dan tempat biasanya terjadi

patah tulang dapat diukur dengan akurat. Akan tetapi pada

tulang yang lain sulit diukur kepadatannya dan ketelitian

yang dimiliki tidak baik serta tingginya paparan radiasi.

(Cosman, 2009) (Agustin, 2009).

Penilaian langsung densitas tulang untuk memngetahui

ada tidaknya osteoporosis dapat dilakukan secara:

Radiologic

Radioisotope

QCT (Quantitative Computerized Tomography)

MRI (Magnetic Resonance Imaging)

Densitometer (X-ray absorpmetry)

Penilaian osteoporosis secara laboratorik dilakukan dengan melihat

patanda biokomia untuk osteoblas, yaitu osteokalsin, prokolagen I

peptide dan alkali fosfatase total serum. Petanda kimia untuk

osteoklas; dioksipiridinolin (D-pyr), piridinolin (Pyr) Tartate

Resistant Acid Phosfotase (TRAP), kalisium urin, hidroksisiprolin dan

hidroksi glikosida. Secara bioseluler, penilaian biopsi tulang

Page 16: Skenario LBM 5

dilakukan secara histopometri dengan menilai aktivitas osteoblas

dan osteoklas secara langsung. Namun pemeriksaan diatas

biayanya masih mahal.

g) Penatlaksanaan