36
PROSEDUR GTP 1. ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN KLINIS 2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI GTP Indikasi 1. Individu yang seuruh gigi telah tanggal atau dicabut 2. Individu yang masih mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaikin 3. Keadaan umum dan kondisi pasien sehat 4. Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak ada alternatif yamg tersedia KONTRAINDIKASI 1. Ada Alternatif perawatan lain 2. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk kooperatifselama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan. 3. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan . 4. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut. 5. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

SKENARIO DK2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tutorial

Citation preview

PROSEDUR GTP

1. ANAMNESA DAN PEMERIKSAAN KLINIS

2. INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI GTP

Indikasi

1. Individu yang seuruh gigi telah tanggal atau dicabut

2. Individu yang masih mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan

gigi yang masih ada tidak mungkin diperbaikin

3. Keadaan umum dan kondisi pasien sehat

4. Gigi yang tersisa tidak dapat mendukung gigi tiruan sebagian, dan tidak ada alternatif

yamg tersedia

KONTRAINDIKASI

1. Ada Alternatif perawatan lain

2. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien untuk

kooperatifselama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan gigi tiruan.

3. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan.

4. Individu yang seluruh giginya telah tanggal atau dicabut.

5. Individu yang masih punya beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi

yang masih ada tidak mungkin diperbaiki.

6. Bila dibuatkan GTS gigi yang masih ada akan mengganggu keberhasilannya.

7. Keadaan umum dan kondisi mulut pasien sehat.

8. Ada persetujuan mengenai waktu, biaya dan prognosis yang akan diperoleh. 

3. PENCETAKAN

PERAWATAN KASUS LINGIR DATAR

Pada kasus rahang bawah dengan lingir datar karena mengalami resorbsi, perlekatan

otot-otot terletak pada puncak lingir sehingga dengan mudah melepaskan gigi tiruan.

Pembuatan gigi tiruan lengkap pada rahang bawah yang berlingir datar mempunyai suatu

masalah tersendiri dalam mencapai hasil yang baik dan memuaskan. Kesulitan-kesulitan

terutama ditemukan dalam memperoleh retensi, stabilisasi dan dukungan gigi tiruan lengkap.

Pada kasus resorbsi lingir alveolar yang kontinyu, otot-otot wajah (bibir dan pipi)

akhirnya tidak ditopang dan cenderung untuk jatuh ke dalam rongga mulut (collaps). Pada

waktu yang bersamaan lidah membesar untuk mengisi ruang yang sebelumnya ditempati oleh

gigi dan tulang alveolar. Selanjutnya akan terbentuk suatu ruangan di dalam rongga mulut

pada pasien yang tidak bergigi yang disebut ruangan gigi tiruan.

Resorbsi lingir alveolar akan mengurangi jumlah perlekatan mukoperiosteum pada

tulang sehingga vestibulum bukal dan lingual berkurang. Perubahan-perubahan ini

mempersulit operator untuk membedakan batas-batas anatomis dan fungsional dari rongga

mulut.(Gambar 6)

Gambar 6. Resorbsi linggir alveolar rahang bawah yang parah.

Resorbsi tulang rahang bawah akan menyebabkan lingir menjadi datar karena ikatan-ikatan

otot berada pada puncak lingir. Kondisi-kondisi tersebut di atas sangat

berpengaruh terhadap gigi tiruan lengkap rahang bawah dimana dengan berkurangnya

vestibulum bukal dan lingual, operator sulit membedakan batas-batas anatomis dan

fungsional dari rongga mulut.

Terdapat beberapa cara untuk mengatasi masalah pada rahang bawah dengan lingir

datar pada pembuatan gigi tiruan lengkap. Misalnya dengan melakukan pendalaman sulkus

lingual dan vestibuloplasty dengan metode operasi sehingga didapatkan suatu bentuk lingir

baru yang memberikan dukungan yang baik. Tetapi seringkali kerugian diderita oleh pasien

karena terjadi berbagai efek samping setelah menjalani prosedur operasi yaitu post operative

defiguration, anasthesia dan neuralgia pains.

Selain vestibuloplasty juga dapat dibuat implant denture pada pasien dengan lingir

datar. Tetapi metode ini dilakukan pada pasien-pasien yang betul-betul memenuhi indikasi

baik lokal maupun umum. Disamping itu, tahap operasi yang dilakukan pada proses

pembuatan implan ini juga dapat menyebabkan berbagai efek samping dan kegagalan,

misalnya mental nerve traumatization dan fraktur rahang.

Melihat berbagai efek samping yang dapat terjadi pada metode yang telah dijelaskan

di atas, maka untuk mendapatkan suatu gigi tiruan lengkap rahang bawah yang baik dan

memuaskan dapat dilakukan suatu teknik pencetakan khusus dengan memahami dan mencari

berbagai kemungkinan retensi dari letak otot-otot sekitar gigi tiruan.

Pengaruh utama dari resorbsi lingir alveolar rahang bawah terhadap gigi tiruan

lengkap adalah retensi saat pemakaian gigi tiruan tersebut. Dimana bentuk tulang lingirnya

memberikan sedikit kemungkinan untuk retensi. Ikatan otot-otot yang terletak pada puncak

lingir menyebabkan daya melepaskan besar sekali.

Pengaruh terhadap retensi dan stabilisasi gigi tiruan seperti yang telah dijelaskan

diatas, sangat berkaitan dengan teknik pencetakan yang dilakukan. Sebuah gigi tiruan yang

baik akan mempunyai retensi yang baik bila dihasilkan dari cetakan yang baik. Tetapi bentuk

dan ukuran lingir mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigi tiruan lengkap. Dengan adanya

perubahan-perubahan yang radikal pada lengkung mandibula yang tidak bergigi akibat

resorbsi maka teknik pencetakan yang biasa dilakukan pada pembuatan gigi tiruan lengkap

tidak akan menghasilkan suatu hasil yang diharapkan. Ini merupakan suatu kesulitan

tersendiri dimana pada lingir rahang bawah yang datar harus dengan suatu teknik pencetakan

yang khusus untuk memperoleh hasil yang terbaik.

Teknik Pencetakan rahang bawah dengan linggir datar

Teknik pencetakan merupakan salah satu tahap yang sangat penting dalam pembuatan

gigi tiruan lengkap rahang bawah dengan lingir datar untuk mendapatkan hasil yang baik.

Dalam prosedur pencetakan ini, dapat dilakukan dengan dua tahap, yang pertama yaitu

pencetakan awal (preliminary impression) dan pencetakan fungsional (secondary

impression). Pencetakan fungsional ditujukan untuk mencetak struktur jaringan pendukung

dan membentuk tepi gigi tiruan (peripheral border) yang dapat menutup pinggiran (border

seal) dengan baik. Keadaan ini memberikan retensi dan stabilisasi yang maksimal pada gigi

tiruan. Pencetakan pada lingir datar ini ditujukan untuk memanfaatkan semua kemungkinan

fiksasi jaringan baik aktif maupun pasif pada gigi tiruan.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk tulang pada pasien-pasien dengan

lingir datar kecil kemungkinannya untuk retensi dan stabilitas pada gigi tiruan lengkap.

Perlekatan otot terletak dekat dengan puncak lingir dan menyebabkan efek melepaskan yang

sangat besar pada gigi tiruan. Dengan alasan ini, batas pergerakan otot dan ruang dimana gigi

tiruan dapat diperluas tanpa melepaskan gigi tiruan harus tercatat dengan akurat pada

cetakan. Pencetakan seperti ini bisa didapatkan dari metode pencetakan dinamik.

Pencetakan dinamik adalah suatu metode pencetakan yang dapat mencetak daerah

mukosa otot yang bergerak untuk perluasan gigi tiruan tanpa menyebabkan pelepasan gigi

tiruan tersebut.

Keuntungan-keuntungan dari pencetakan dinamik adalah:

1. Menghindarkan efek melepaskan oleh otot, pada bentuk batas gigi tiruan yang tidak tepat.

2. Sebanyak mungkin memanfaatkan fiksasi jaringan aktif dan pasif pada gigi tiruan.

Keuntungan-keuntungan ini merupakan hasil langsung dari bahan cetak yang dibentuk

oleh gerakan-gerakan fungsional dari otot dan perlekatan otot sepanjang tepi landasan gigi

tiruan.

Pada pencetakan dinamik, cetakan dibentuk oleh aktivitas fungsional otot dan perlekatan

otot, maka unsur-unsur perkiraan seperti pada metode konvensional dikurangi. Suatu

perkiraan pada model yang harus dinilai untuk mendapatkan perluasan yang tepat di

sublingual seperti yang dikemukakan oleh Schreinemokers, atau perkiraan penentuan panjang

perluasan posterior dan sayap lingual, seperti pada teknik mukosa tidak diperlukan pada

teknik pencetakan dinamik.

TEknik pencetakan dinamik menurut DeFranco & Sallustio (1995).

Pencetakan ini menggunakan teknik untuk memaksimalkan aspek dukungan landasan

gigi tiruan dengan dua pendekatan yaitu fungsional dan anatomis. Pinggiran cetakan

diperoleh secara fungsional dengan metode mulut tertutup dan fase akhir pencetakan dibuat

dengan metode mulut terbuka untuk memperoleh dukungan anatomis.

Prosedur pencetakannya adalah sebagai berikut:

1. Buat oklusal rim RA pada model kerja di atas landasan lilin dan oklusal rim RB pada

model diagnostik di atas sendok cetak pribadi. Oklusal rim ini dibuat dari lilin yang datar.

2. Oklusal rim maksila dan mandibula kemudian dioklusikan sehingga didapatkan vertikal

dimensi. Penting sekali diperhatikan bahwa oklusal rim beroklusi tanpa adanya inklinasi.

(gambar 7)

Gambar 7. Oklusal rim rahang atas dan rahang bawah

3. Setelah didapatkan oklusi dan dimensi vertikal yang tepat, kemudian dibentuk perluasan

tepi cetakan dengan mengunakan bahan cetak tissue conditioning. Tepi bagian lingual

dibentuk dalam keadaan mulut terbuka dan pasien diminta untuk melakukan gerakan-

gerakan lidah seperti menempatkan lidah ke pipi dan gerakan menyapu bibir atas. Pasien

juga diinstruksikan untuk membentuk tepi cetakan secara fisiologis dengan membunyikan

“ooo” dan “eee” sewaktu menggigit oklusal rim. Perlu diperhatikan, untuk aplikasi

pertama conditioning material harus diberikan dalam konsistensi yang lebih tebal untuk

mendapatkan perluasan yang maksimum. (gambar 8a)

4. Ulangi lagi tahap ke-3 diatas sesring mungkin untuk memperoleh perluasan yang

diinginkan. Pada setiap pengulangan, conditioning yang diaplikasikan lebih tipis

dibandingkan dengan yang pertama. Bentuklah sendok cetak pada setiap bagian dengan

conditioning sebelum penambahan berikutnya. Hilangkan kelebihan perluasan dengan

menggunakan ujung pisau yang panas. Bagian sendok cetak yang perluasannya terlalu

lebar dapat diidentifikasi dengan melihat daerah mana yang menyebabkan sendok cetak

terlepas selama mandibula bergerak normal. (gambar 8b)

(a) (b)

Gambar 8 (a). Aplikasi pertama tissue conditioning dgn konsistensi lebih tebal

(b). Aplikasi terakhir setelah 2x aplikasi conditioning yg lebih tipis

5. Setelah perluasan dengan conditioning diperoleh, lakukan pencetakan akhir kedua

menggunakan bahan cetak polisulfide rubber dengan metode mulut terbuka dan

menggunakan prosedur standar pembentukan tepi cetakan. Proses ini meminimalkan

tekanan selama fase pencetakan mulut tertutup dan menghasilkan permukaan yang lebih

baik serta penggabungan yang lebih sempurna dengan bahan model atau gips batu.

(gambar 9)

Gambar 9. Cetakan polysulfide rubber dgn metode mulut terbuka

6. Cetakan tidak perlu dilakukan boxing, karena prosedur ini sulit dan memakan waktu.

Cetakan langsung diisi gips untuk menghindari distorsi conditioning dan polisulfide. (gambar

10)

Gambar 10. Cetakan langsung diisi dengan stone gips.

Teknik Pencetakan Sublingual (Krammer 1982).

Pencetakan ini dimaksudkan untuk mendapatkan perluasan horizontal sayap lingual

gigi tiruan rahang bawah ke sublingual sehingga diperoleh retensi dan stabilisasi yang baik

dimana retensi yang dipengaruhi oleh perluasan landasan ini adalah retensi daya otot. Daya

otot ini didapat dari otot-otot lidah yang menahan gigi tiruan pada tempatnya dengan jalan

bersandar di atas sayap lingual. Selain daya otot juga daya atmosfir yang didapat dari border

seal akibat perluasan landasan.

Tahap-tahap pencetakan:

1. Pencetakan awal dengan bahan cetak alginat (irreversibel hidrocolloid) atau bahan cetak

kompon.

2. Pembuatan sendok cetak pribadi, setelah didapatkan model studi kemudian dibuat outline

yang meliputi bagian labial, bukal dan sublingual. Pada daerah sublingual dibuat

peredaan dengan lilin setebal 3 mm. Selanjutnya diatas outline ini dibuat sendok cetak

pribadi dari base plate atau self curing acrylic lalu dilakukan base plate trimming.

Pinggiran dari perluasan sayap lingual harus terletak dalam groove yang bergerak

diantara dasar lingual dan sublingual eminence. Setelah bagian sublingual, juga dilakukan

di bagian bukal dan labial.

3. Selanjutnya dilakukan muscle trimming, Pada daerah lingual sendok cetak ditambahkan

bahan untuk mencetak batas pinggiran lalu dilakukan gerakan-gerakan fungsionil. Agar

otot genioglosus dan frenulum dapat bebas maka bahan cetak dimasukkan kembali

dengan menjulurkan lidah keluar. Pembentukan pinggiran di daerah tersebut harus

menghasilkan border seal yang baik agar retensi cukup saat pasien membuka mulut dan

menggerakkan lidah. (gambar 11)

Gambar 11. Hasil muscle trimming dengan kompon.

4. Kemudian dilakukan pencetakan fisiologis, sebelumnya pada sendok cetak pribadi dibuat

beberapa lubang pada daerah yang membutuhkan peredaan tekanan. Lalu bahan cetak

zinc oxide eugenol yang telah diaduk rata, dioleskan pada sendok cetak dan dimasukkan

ke dalam mulut pasien. Pada posisi ini kemudian dilakukan gerakan menelan untuk

mengaktifasi lingual paraprosthetic muscular system. Selanjutnya pasien diminta untuk

membuat peredaan dari frenulum lingualis dan otot genioglosus. Gerakan lateral juga

dilakukan untuk mencatat gerakan dari dasar mulut. Setelah itu hasil cetakan diisi dengan

gips untuk membuat model kerja, kemudian pada model kerja ini dibuat gigi tiruan

lengkap. (gambar 12 a,b)

(a) (b)

Gambar 12 (a). Cetakan terakhir

(b). Hasil cetakan yg telah diisi gips, perluasan sayap Sublingual ditandai dgn garis putus-

putus.

4. SCP

5. PEMBUATAN BASE PLATE DANBITE RIM

6. ARTIKULATOR

MOUNTING MODEL RAHANG PADA ARTIKULATOR

Mounting adalah prosedur laboratoris pemasangan model studi/kerja rahang atas dan

rahang bawah pada artikulator atau instrumen yang serupa. Pada tahapan pembuatan gigi

tiruan, mounting dilakukan setelah penetapan gigit (jaw relation record) yang hasilnya

digunakan sebagai panduan untuk melekatkan model studi/kerja pada artikulator.

Menurut the glossary of prosthodontics, artikulator merupakan alat mekanik yang

dapat merepresentasikan posisi TMJ dan bagian-bagian rahang, dimana pada alat tersebut

model rahang atas dan rahang bawah dilekatkan. Kegunaan artikulator antara lain untuk

keperluan diagnostik (melihat relasi rahang dan oklusi gigi geligi dan rahang) dan rehabilitasi

stomatognatik (pembuatan gigi tiruan).

Klasifikasi artikulator antara lain :

1. Artikulator engsel sederhana (simple hinge artikulator) atau disebut juga sebagai

okludator, hanya mampu melakukan gerakan membuka dan menutup rahang. Perlu

diwaspadai bila menggunakan artikulator jenis ini, karena tingkat kecermatan rendah

dan resiko kesalahan oklusi cukup besar.

2. Artikulator rata-rata (average value/fixed condyle/three-point/ free-plane

artikulator). Pada artikulator jenis ini sudut kondile 25°- 30° dan kemiringan meja

insisal 10° telah ditetapkan dan tidak dapat disesuaikan dengan kondisi pasien, contoh

: artikulator buatan Shofu, SMIC, Ash, Leon, Detrey.Artikulator padan sebagian

(semi adjustable artikulator). Pada jenis ini penyesuaian inklinasi kondile dan sudut

bennet menggunakan interocclusal record dengan bantuan face-bow. Model dapat

disesuaikan dengan sumbu engsel rahang dan posisi meja insisal dapat diatur akan

tetapi jarak antara kondile tidak dapat disesuaikan. Artikulator jenis ini dibagi menjadi

(a) artikulator arkon (arcon artikulator) dimana lereng kondile terletak di atas, dan (b)

artikulator non-arkon (non-arcon artikulator) dimana lereng kondile terletak di bawah.

Contoh : artikulator buatan Hanau, Dentatus, Dinar.

3. Artikulator semi atau padan penuh (semi atau fully adjustable artikulator).

Sistem kerja artikulator ini sepenuhnya mengimitasi arah maupun lengkung gerak

kondile. Dibutuhkan keahlian operator yang cukup baik karena pemakaiannya yang

rumit dan sulit.

Alat dan Bahan : Lap & Koran untuk alas kerja; Model kerja RA & RB; Pisau Malam, Pisau

Model, Pisau gips , Bunsen burner & pemantik api, Artikulator Rata-Rata, Mangkuk karet

dan Spatula Gips, Kuas, Vaseline & Malam perekat (sticky wax) , Gips tipe II (warna putih) ;

Malam mainan, batang korek api, karet gelang, tali rafia; Vibrator

Tahapan kerja :

1. Buatlah bentukan 3 (tiga) cekungan (index groove) atau sesuaikan dengan tonjolan

pada permukaan split cast plate (untuk artikulator handy IIA Shofu) pada dasar model

kerja RA dan RB dengan menggunakan bantuan pisau gips dan pisau malam.

Tujuannya adalah untuk menambah retensi model kerja dengan gips saat dipasang

dalam artikulator.

2. Model kerja difiksasi menggunakan batang korek api dan malam perekat (sticky wax

warna oranye) yang dilunakkan di atas nyala api bunsen burner.

3. Periksa terlebih dahulu kelengkapan artikulator yaitu sendi artikulator, pin vertical

(incisor guide pin), pin horizontal (incisor indicator), pasak pengunci artikulator

dengan gips (model locking pin RA dan RB), model plate, magnet.

4. Ulasi

semua

bagian

artikulator

(model locking pin, split cast plate) yang akan berkontak dengan stone gipsum dan

dasar model kerja menggunakan bahan separasi (vaseline)

5. 5. Sebelum pemasangan model studi/kerja pada artikulator, terlebih dahulu pasang

model plate RA dan RB pada split cast plate RA dan RB

6. 6. Tentukan posisi model kerja pada artikulator dengan bantuan karet gelang atau

occlusal plane table. Perhatikan! garis median model harus sebidang garis median

pada artikulator dan bidang oklusi model sebidang dengan horisontal

artikulator (segitiga Bonwill). Periksa kesejajaran bidang oklusal gigi geligi atau

galangan gigit terhadap segitiga Bonwill dengan menggunakan karet gelang.

7. 7. Sebelum pemasangan model studi/kerja pada artikulator, terlebih dahulu pasang

model plate RA dan RB pada split cast plate RA dan RB

8. 8. Siapkan adonan gips tipe II untuk memasang model dalam artikulator. Letakkan

adonan gips tipe II di bagian atas artikulator hingga menutupi split cast plate dan

model locking pin, tunggu hingga gips mengeras ± 30 menit, gunanya untuk

memfiksasi split cast plate dan model locking pin (Untuk artikulator handy IIA Shofu)

supaya tidak berubah posisi.

9. Letakkan adonan gips tipe II pada model RA yang sudah diulasi vaselin.

10. Letakkan adonan gips tipe II pada model plate RA hingga menutupi bagian-bagian

undercut model plate.

11. Katupkan bagian atas artikulator sehingga menekan model kerja RA.

12. Rapikan kelebihan gips tipe II yang melekat pada artikulator lalu tunggu hingga gips

mengeras

13. Perhatikan pin vertikal harus menempel pada incisor guide table dan pin horisontal

harus tetap berkontak pada pertemuan antara insial gigi insisif pertama RA dan RB

(sejajar garis median).

14. Apabila gips untuk model kerja RA dalam artikulator telah mengeras, baliklah posisi

artikulator sehingga bagian bawah artikulator menjadi bagian atas.

15. Lakukan tahapan pemasangan model dalam artikulator RB (tahapan sama dengan

pemasangan model kerja dalam artikulator RA).

16. Fiksasi artikulator menggunakan tali rafia yang diikatkan sekeliling artikulator dengan

erat agar tidak terjadi perubahan gigitan model kerja (mis. kesalahan letak gigit) dan

meminimalkan ekspansi gips.

17. Periksa apakah garis median model kerja yang telah dipasang dalam artikulator telah

sebidang dengan garis median artikulator, periksa posisi pin horisontal. Tunjukkan

pada instruktur dengan karet gelang tetap terpasang.

7. PENYUSUNAN GIGI

1. PENYUSUNAN ANASIR GIGI ANTERIOR

Penyusunan anasir gigi tiruan agar terlihat natural terutama dalam hal

penampilan(estetik) dan saat gigi tiruan berfungsi (mis. Bicara, tertawa, pengunyahan)

merupakan penggabungan antara seni dan ilmu pengetahuan. Pada saat pembuatan rekam

medis, penting untuk mencatat seluruh fitur pada wajah pasien baik kondisi normal maupun

abnormal. Penyusunan anasir gigi tiruan untuk mencapai estetik yang diharapkan umumnya

tergantung pada komposisi, ukuran, bentuk dan warna dari ke enam gigi anterior yang

dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kpribadian pasien, kosmetik dan refleksi artistik.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan ukuran dan bentuk gigi anterior antara lain:

Ukuran wajah

Jarak antara maksila mandibula (interarch space) yang tersisa

Pengukuran jarak antara distal gigi kaninus sisi kiri hingga distal gigi kaninus

sisi kanan

Panjang bibir

Ukuran dan relasi rahang

Sedangkan warna gigi dipengaruhi oleh:

Usia

Kebiasaan

Kompleksi wajah

Warna pupil mata

Pemilihan warna gigi dilakukan dengan bantuan panduan warna (shade guide)dengan

cara membasahi shade guide dengan air terlebih dahulu kemudian memposisikannya sedikit

di dalam rongga mulut pasien yang terbuka dengan bantuan pencahayaan alami.

Tahap penyusunan anasir gigi anterior:

Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang labial

galangan gigit merupakan bidang labil gigi.

Perhatikan! Sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek labial dan proksimal dan

relasi gigi-gigi anterior rahang atas dengan rahang bawah.

Urutan penyusunan: dimulai dari RA 11-12-13-21-22-23, berlanjut pada RB 41-42-

43-31-32-33

Penyusunan gigi insisivus sentral RA:

1) Perhatikan! Posisi garis median harus sejajar dengan median wajah.

2) Incisal edge paralel dan menyentuh bidang oklusi atau galangan gigit RB nya

(diketahui dengan bite plane table articulator).

3) Bila dilihat dari aspek labial : sumbu gigi 900 dengan bidang oklusal dan

bagian servikal gigi sedikit miring ke distal, sumbu gigi hampir paralel dengan

garis median.

4) Permukaan labial I1 diposisikan berada 5-9mm lebih anterior dari bagian

tengah papila oleh karena pola resorpsi residual alveolar ridge RA umumnya

mengarah ke atas dan kebelakang sehingga posisi anasir gigi anterior RA

diletakkan lebih ke anterior dan inferior residual alveolar ridge untuk mengisi

posisi gigi aslinya.

5) Apabila dilihat dari aspek proksimal: gigi deviasi 80 terhadap bidang vertikal

(protrusi) dan permukaan labial gigi sama dengan permukaan labial galangan

gigit.

Penyusunan gigi insisivus lateral RA:

1) Incisal edge paralel dengan bidang oklusal tetapi permukaannya lebih kurang

0,5mm di atas bidang oklusi (sedikit mengambang)

2) Aspek labial terlihat deviasi 100 terhadap garis median, bagian servikal sedikit

miring ke arah palatal.

3) Aspek proksimal ada deviasi 120 terhadap garis median.

Penyusunan gigi kaninus RA:

1) Incisal edge menyentuh bidang oklusi.

2) Aspek labial tampak sumbu gigi bervariasi pada bagian servikal, dari tegak

hingga sedikit miring ke arah distal. Sisi mesiolabial terlihat dari aspek labial

dengan cara memiringkan servikal gigi ke arah distal.

3) Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak dengan 2/3 bagian servikal lebih

menonjol ke labial untuk memperlihatkan tonjolan kaninus.

Sebelum menyusun gigi-gigi anterior rahang bawah, perhatikan dahulu relasi gigi RA

dan RB. Overbite (vertical overlap) yaitu jarak antara insisal gigi anterior RA

terhadap insisal gigi anterior RB, lebih kurang 1mm. Sedangkan overjet (horizontal

overlap) yaitu jarak antara permukaan palatal gigi anterior RA terrhadap permukaan

labial gigi anterior RB, lebih kurang 2mm. Permukaan labial gigi anterior RB tidak

menyentuh permukaan lingual gigi anterior RA saat relasi sentris untuk menghindari

masalah yang timbul (mis. Kontak prematur yang dapat menyebabkan gigi tidak

stabil) saat pergerakan eksentris rahang yang dapat berakibat ketidakstabilan gigi

tiruan.

Penyusunan gigi insisivus sentral RB:

1) Incisal edge berada 1mm diatas bidang oklusal

2) Aspek labial terlihat sumbu gigi paralel dengan garis median.

3) Aspek proksimal terlihat sumbu gigi condong 50 ke lateral dan terletak di

puncak residual alveolar ridge.

Penyusunan gigi insisivus lateral RB:

1) Incisal edge disesuaikan dengan incisal edge gigi 31 dan 41

2) Aspek labial tampak sumbu gigi paralel dengan garis median.

3) Aspek proksimal tampak gigi tegak atau condong sedikit ke labial.

Penyusunan gigi kaninus RB:

1) Incisal edge sejajar dengan gigi insisivus sentral dan lateral.

2) Aspek labial tampak sumbu gigi sedikit miring.

3) Aspek proksimal tampak sumbu gigi tegak atau condong ke lingual dan bagian

servikal sedikit menonjol.

2. PENYUSUNAN ANASIR GIGI POSTERIOR

Anasir gigi posterior RA dan RB disusun pada posisi oklusi sentris. Penyusunan

berpedoman pada curve of wilson sebagai kurva kompensasi transversal, curve of spee

sebagai kurva kompensasi sagital dan optimal intercuspidal antara gigi geliginya.

Curve of wilson merupakan garis kompensasi transversal yang menyentuh ujung cups

dari gigi-gigi posterior. Curve of spee merupakan garis kompensasi sagital

Tahapan penyusunan anasir gigi posterior:

Perhatikan! Gigi harus terletak di puncak residual alveolar ridge dan bidang bukal

galangan gigit merupakan bidang bukal gigi.

Perhatikan!sumbu-sumbu masing-masing gigi dari aspek bukal dan proksimal serta

relasi gigi-gigi posterior rahang atas dengan rahang bawah.

Urutan penyusunan gigi: pada rahang atas dimulai dari gigi premolar pertama hingga

molar kedua (PI-P2-M1-M2) sisi kanan kemudian berlanjut pada sisi kirinya,

sedangkan pada rahang bawah dimulai dari gigi molar pertama kemudian molar kedua

lalu berlanjut ke gigi premolar kedua dan pertama (M2-M1-P2-P1) pada sisi kanan

dan kiri.

Penyusunan gigi premolar pertama rahang atas:

Cups bukal menyentuh bidang oklusi. Cusp palatinal berada ±0,5mm di atas bidang

oklusi. Aspek bukal dan proksimal terlihat sumbu gigi tegak lurus.

Penyusunan gigi premolar kedua rahang atas:

Cusp bukal dan palatinal menyentuh bidang oklusi. Aspek bukal dan proksimal

terlihat sumbu gigi tegak lurus.

Penyusunan gigi molar pertama rahang atas:

1) Cusp mesio palatinal menyentuh bidang oklusi

2) Cusp mesio bukal ±0,5mm diatas bidang oklusi

3) Cusp distobukal ±1mm diatas bidang oklusi. Cusp distopalatinal ±0,5 mm

diatas bidang oklusi.

4) Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 50 terhadap garis

vertikal.

Penyusunan gigi molar kedua rahang atas:

1) Cusp mesiopalatinal ±1 mm diatas bidang oklusi. Cusp mesiobukal ±1,5 mm

diatas bidang oklusi. Cusp distobukal ±2 mm diatas bidang oklusi. Cusp disto

palatinal ±1,5 mm di atas bidang oklusi.

2) Aspek bukal dan proksimal terlihat kemiringan sumbu gigi 150 terhadap garis

vertikal.

3) Catatan : Cusp palatinal gigi premolar dan molar pertama dan kedua terletak

pada garis yang ditarik dari retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus pada

galangan gigit rahang bawah. Garis tersebut merupakan tampak kedudukan

fissura gigi-gigi posterior rahang bawah.

Penyusunan gigi posterior rahang bawah perlu diperhatikan:

a. Aspek bukal: relasi molar kelas 1 yaitu cusp mesio bukal M1 RA terletak pada

fissura bukal (mesio bukal-developmental groove) M1 RB.

b. Aspek proksimal: cusp palatinal gigi RA terletak pada fissura gigi RB.

c. Tinggi gigi RA akan semakin tinggi (mendekati puncak ridge) ke arah

posterior sedangkan pada RB mengikuti lengkung RA

d. Garis retromolar pad hingga ke distal gigi kaninus rahang bawah merupakan

tempat kedudukan fissura gigi RB.

e. Penyusunan gigi-gigi posterior harus mengikuti garis anteroposterior

curve/curve of spee/ garis kompensasi sagital untuk tercapai stabilitas gigi

tiruan; garis lateral curve/curve of wilson/ garis kompensasi lateral untuk

mengikuti gerakan mandibula saat mengunyah (cusp palatinal menyentuh

bidang oklusi)

Periksa susunan gigi dalam artikulator:

a) Oklusi sentrik : lihat overbite dan overjet pada gigi anterior dan teliti kontak

gigi posterior RA dan RB

b) Gerakan protrusi mandibula: apabila mandibula digerakkan ke arah anterior

maka gigi anterioe akan berada pada posisi edge to edge dan gigi-gigi

posterior akan berada pada posisi cusp to cusp. Pada artikulator free-plane,

yang dilakukan adalah memundurkan rahang atas agar tercapai gerakan

protrusi mandibula.

c) Artikulasi: periksa working side (sisi kerja) yang digunakan untuk mengunyah

dan balancing side (sisi keseimbangan) untuk keseimbangan agar tidak terjadi

kontak prematur yang mengarah pada traumatik oklusi dan ketidakstabilan

GTP. Sesuaikan dengan oklusi dinamik ideal GTP (bilateral balancing

occlusion/BBO)

Perlu diperhatikan! Dalam posisi oklusi sentrik, gerakan protrusi mandibula dan

artikulasi, pin vertikal artikulator tetap menyentuh incisal guide table.

Catatan: untuk melihat kesejajaran gigi gunakan occlusal bite plane. Aspek bukal gigi

kaninus dan premolar serta mesial cusp bukal molar pertama harus menyentuh

occlusal bite plane sedangkan cusp distobukal molar pertama tidak menyentuh.

(gambar 30A). Untuk kesejajaran gigi posterior RA, ke empat cusp bukal gigi molar 1

dan 2 menyentuh occlusal bite plane sedangkan gigi premolarnya tidak menyentuh.

(gambar 30B).

3. KONTUR GINGIVA

Bentuk kontur gingiva pada GTP penting untuk menunjang retensi dan stabilitas GTP

serta kenyamanan pasien terhadap GTPnya.

Buat batasan tepi lempeng gigit sesuai dengan outline gigi tiruan yang telah dibuat

sebelumnya.

1. Ketebalan malam model disesuaikan dengan jaringan lunak pasien yang hilang

akibat resorpsi dan kontur wajah pasien dan tidak terlalu tipis. Usahakan dibuat

sesuai aslinya dan terlihat sealamiah mungkin

2. Pada rahang atas:

Buat bentuk rugae dan raphe palatina pada daerah palatum yang

mempunyai ketebalan maksimal 2,5 mm.

Ketebalan malam model pada daerah labial ±2 mm untuk memperbaiki

kontur fasial yang hilang akibat pencabutan gigi-gigi anterior (mis.lip

support), sedangkan pada gigi-gigi posterior ketebalan malam model

mencapai ±3 mm.

Tepi malam model dibuat landai/membulat.

3. Pada rahang bawah:

Permukaan labial tidak boleh terlalu menonjol agar tekanan yang

diaplikasikan bibir bawah terhadap gigi tiruan berkurang (stabilitas).

Pada permukaan bukal dibuat landai, ketebalan sayap pada daerah

premolar maksimal 2mm dan pada daerah molar melebar sesuai dengan

outline gigi tiruan hingga mencapai daerah retromolar pad.

Permukaan lingual diperluas ke ares retromylohyoid dan sedikit konkaf

agar lidah dapat berada dalam posisi istirahat untuk kestabilan gigi tiruan.

4. Pada daerah attached gingiva dibuat stippling dengan cara memukul sikat gigi

yang berbulu kaku pada daerah leher gigi. Umumnya terlihat lebih prominen di

daerah interproksimal gigi dibandingkan pada daerah akar gigi.

5. Gunakan nyala api bunsen burner untuk memanaskan permukaan malam model,

tetapi berhati—hatilah agar tidak terlalu panas supaya kontur gingiva tidak rusak.

Malam model harus melekat dengan baik pada permukaan model kerja dan tidak

dapat dilepas.

6. Haluskan permukaan malam model menggunakan kapas ataupun kain yang

dibasahi dengan air sabun.

Catatan: masalah yang biasa dihadapi saat tahapan ini antara lain terlalu banyak

bagian yang tertutup oleh malam model, gagal membentuk kontur anatomi gingiva seperti

yang diharapkan dan perubahan warna pada malam model akibat terlalu panas (overheating).

Hal-hal tersebut di atas kurang mendukung estetik gigi tiruan, oleh karena itu harus dihindari.

8. TRY IN

- Beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat try in penyusunan gigi:

a. Kesesuaian susunan, bentuk, ukuran dan posisi gigi di dalam mulut pasien

b. Pemeriksaan oklusi dengan bantuan articulating paper. Hubungan gigi atas dan

bawah harus interdigitasi dengan baik.

c. Pemeriksaan basis gigi tiruan rahang bawah terhadap gerakan fungsional lidah

d. Pemeriksaan stabilitas, retensi, basis gigi tiruan rahang atas

e. Pemeriksaan estetis dengan melihat garis kaninus

f. Pemeriksaan fonetik

Setelah semuanya sesuai dan pasien merasa puas dan tidak ada keluhan, maka

dilanjutkan pada proses packing dan lain-lain.

- Setelah gigi tiruan jadi, maka dilakukan try in dengan memperhatikan

a. Retensi

Dilakukan dengan cara mengerak-gerakkan pipi dan bibir, protesa lepas atau tidak

b. Oklusi

Dilakukan dengan bantuan lembar articulating paper, bagian yang kontak

prematur atau daerah yang tertekan berat harus dilakukan oclusal adjustment pada

gigi tiruannya

c. Stabilitas

Diperiksa saat mulut berfungsi, tidak boleh mengganggu mastikasi, penelanan,

bicara, ekspresi wajah dan sebagainya.

Selain itu, adaptasi basis dan tepi gigi tiruan, posisi distal, dimensi vertikal, fonetik,

estetik dan keadaan jaringan pendukung gigi tiruan juga diperiksa. Pastikan tidak ada gusi

yang menerima tekanan yang besar dan perhatikan juga pipi dan bibir pasien jangan ada yang

kendur. Apabila pasien merasa puas dan tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan insersi gigi

tiruan.

9. INTRUKSI DAN PEMELIHARAAN

Instruksi penggunaan dan pemeliharaan protesis

1. Bersihkan gigi tiruan menggunakan sikat dan setelah makan

2. Protesis direndam dengan air bersih suhu kamar sewaktu dilepas

3. Pada malam hari, sebelum tidur lepaskan gigi tiruan agar jaringan otot-otot

dibawahnya dapat beristirahat.

4. Sebagai latihan, saat awal pemakaian sebaiknya makan makanan bertekstur lunak.

5. Biasakan mengunyah makanan pada kedua sisi rahang secara bersamaan

6. Hindari makanan yang keras, makanan dan minuman yang lengket taupun terlalu

panas

7. Apabila tidak nyaman atau terasa sakit, gangguan bicara, gigi tiruan tidak stabil,

ataupun terjadi kerusakan pada gigi tiruan dianjurkan untuk konsultasi ke dokter gigi

8. Pasien dianjurkan kontrol sesuai waktu yang telah ditentukan guna pengecekan lebih

lanjut dan jika tidak terdapat gangguan, pasien dapat terus memakai gigi tiruan

tersebut

Yang perlu di perhatikan pada saat kontrol adalah

1. Pemeriksaan subjektif: tanyakan pada pasien ada tidaknya keluhan, gangguan

ataupun rasa sakit

2. Pemeriksaan objektif: melihat keadaan mukosa apakah ada peradangan atau perlukaan

dan periksa retensi dan stabilisasi