34
1. Retardasi Mental a. definisi Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Fungsi intelektual umum dibawah normal 2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial 3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun. Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat. b. epidemiologi

Skenario 3 Dania

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Skenario 3 Dania

1. Retardasi Mentala. definisi

Menurut WHO, retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Menurut Crocker AC 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental, bila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Fungsi intelektual umum dibawah normal2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.

Hasil bagi intelegensi (IQ = “Intelligence Quotient”) bukanlah merupakan satu-satunya patokan yang dapat dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental. Sebagai kriteria dapat dipakai juga kemampuan untuk dididik atau dilatih dan kemampuan sosial atau kerja. Tingkatannya mulai dari taraf ringan, sedang sampai berat, dan sangat berat.

b. epidemiologi

Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini.4 Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.

c. etiologi dan patofisiologiPenyebab kelainan mental ini adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas sebabnya (simpleks). keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalam kandungan atau anak-anak.

Retardasi mental menurut penyebabnya, yaitu :1. Akibat infeksi dan/atau intoksikasi. Dalam Kelompok ini termasuk keadaan retardasi

mental karena kerusakan jaringan otak akibat infeksi intrakranial, karena serum, obat atau zat toksik lainnya.

Page 2: Skenario 3 Dania

2. Akibat rudapaksa dan atau sebab fisik lain. Rudapaksa sebelum lahir serta juga trauma lain, seperti sinar x, bahan kontrasepsi dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan dengan retardasi mental. Rudapaksa sesudah lahir tidak begitu sering mengakibatkan retardasi mental.

3. Akibat gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi. Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolime lemak, karbohidrat dan protein), pertumbuhan atau gizi termasuk dalam kelompok ini. Ternyata gangguan gizi yang berat dan yang berlangsung lama sebelum umur 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan dapat diperbaiki dengan memperbaiki gizi sebelum umur 6 tahun, sesudah ini biarpun anak itu dibanjiri dengan makanan bergizi, intelegensi yang rendah itu sudah sukar ditingkatkan.

4. Akibat penyakit otak yang nyata (postnatal). Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat neoplasma (tidak termasuk pertumbuhan sekunder karena rudapaksa atau peradangan) dan beberapa reaksi sel-sel optak yang nyata, tetapi yang belum diketahui betul etiologinya (diduga herediter). Reaksi sel-sel otak ini dapat bersifat degeneratif, infiltratif, radang, proliferatif, sklerotik atau reparatif.

5. Akibat penyakit/pengaruh pranatal yang tidak jelas. Keadaan ini diketahui sudah ada sejak sebelum lahir, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomali kranial primer dan defek kogenital yang tidak diketahui sebabnya.

6. Akibat kelainan kromosom. Kelainan kromosom mungkin terdapat dalam jumlah atau dalam bentuknya.

7. Akibat prematuritas. Kelompok ini termasuk retardasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa hamil kurang dari 38 minggu serta tidak terdapat sebab-sebab lain seperti dalam sub kategori sebelum ini.

8. Akibat gangguan jiwa yang berat. Untuk membuat diagnosa ini harus jelas telah terjadi gangguan jiwa yang berat itu dan tidak terdapat tanda-tanda patologi otak.

9. Akibat deprivasi psikososial. Retardasi mental dapat disebabkan oleh fakor-faktor biomedik maupun sosiobudaya.

d. factor resikoe. klasifikasi

Menurut nilai IQ-nya (dikutip dari Swaiman 1989) :

Nilai IQ

Sangat superior 130 atau lebih

Superior 120-129

Page 3: Skenario 3 Dania

Diatas rata-rata 110-119

Rata-rata 90-110

Dibawah rata-rata 80-89

Retardasi mental borderline 70-79

Retardasi mental ringan (mampu didik) 52-69

Retardasi mental sedang (mampu latih) 36-51

Retardasi mental berat 20-35

Retardasi mental sangat berat Dibawah 20

Yang disebut retardasi mental apabila IQ dibawah 70, retardasi mental tipe ringan masih mampu didik, retardasi mental sedang mampu latih, sedangkan retardasi mental tipe berat dan sangat berat memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidupnya.

Ditinjau dari gejalanya, maka Melly Budhiman membagi :

a) Tipe klinikTipe ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisis maupun mentalnya cukup berat. Penyebab sering kelainan organik. Kebanyakan anak ini perlu perawatan yang terus menerus da kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi ataupun rendah. Orang tua dar si anak yang menderiita retardasi mental tipe ini cepat mencari pertolongan karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.

b) Tipe sosialbudayaBiasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti pelajaran. Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam jam. Karena begitu mereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak yang normal lainnya. Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah. Orang tua dari anak tipe ini tidak melihat adanya kelainan pada anaknya, mereka mengetahui kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari psikolog, karena anaknya gagal beberapa kali tidak naik kelas. Pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan borderline dan retardasi mental ringan.

Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :1. Retardasi mental berat sekali

IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental. 2. Retardasi mental berat

IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental. 3. Retardasi mental sedang

IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.

Page 4: Skenario 3 Dania

4. Retardasi mental ringanIQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umumnya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.

1.   Retardasi ringan (IQ 55-65 hingga 70)

Anak tersebut tidak selalu dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah di usia remaja akhir biasanya anak-anak tersebut dapat mempelajari keterampilan akademik yang kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa, anak-anak tersebut mampu melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau dibalai karya, dirumah penampungan, meskipun anak-anak tersebut mungkin membutuhkan bantuan dalam masalah social dan keuangan. Anak-anak tersebut bias menikah dan mempunyai anak.

2.   Retardasi sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)

Anak-anak ini memiliki kelemahan fisik dan difungsi neurologis yang menghasilkan keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan mewarnai didalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan memanjat.  Anak-anak ini mampu dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian sendiri di daerah lokal yang tidak asing bagi mereka, banyak yang tinggal di institusi penampungan, namun sebagian besar hidup tergantung bersama keluarga atau dalam rumah-rumah  bersama yang disupervisi.

3.   Retardasi berat (IQ 20-25 hingga 35-40)

Anak-anak tersebut memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan dan pengendalian sensorik motor. Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan yang membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus, orang dewasa yang mengalami retardasi parah dapat berperilaku ramah. Namun biasanya hanya dapat berkomunikasi secara singkat di level yang sangat konkret. Anak-anak tersebut hanya mampu melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali terlihat lesu karena kerusakan otak yang parah menjadikan anak tersebut relative pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit stimulasi. Anak tersebut mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan supervisi yang terus-menerus.

4.   Retardasi sangat berat (IQ dibawah 20-25)

Anak tersebut membutuhkan supervisi total dan seringkali harus diasuh sepanjang hidup anak tersebut. Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis dan tidak dapat berjalan sendiri kemanapun.

Penyebab spesifik dari retardasi mental yaitu penyebab biologis. Yang dapat diklasifikasikan yaitu faktor genetik, penyakit infeksi, kecelakaan, dan bahaya lingkungan.

1. Penyakit gen resesif Salah satu penyakit gen resesif yaitu fenilketonuria (PKU) , bayi saat lahir normal, tidak lama kemudian mengalami defisiensi enzim hati, yaitu fenilalaninhidroksilase. Enzim tersebut

Page 5: Skenario 3 Dania

dbutuhkan untuk mengubah fenilalanin, suatu asam amino yang terkandung dalam protein menjadi tirosin, suatu asam amino yang penting bagi produksi hormone epinephrine. Karena defisiensi enzim ini, fenilalanin dan derifatnya asam fenilpiruvik tidak dapat terpecah dan justru menumpuk didalam cairan tubuh. Penumpukan ini akhirnya menyebabkan kerusakan otak yang tidak diperbaiki karena asam amino yang tidak termetabolisasi menghambat proses myelinasi, yaitu pembungkusan akson-akson, neuron, yang penting bagi transimsi impuls-impuls dengan cepat sekaligus merupakan transmisi informasi.  Neuron-neuron pada lobus frontalis, merupakan daerah yang berperan dalam banyak fungsi mental, seperti pengambilan keputusan yang rasional. Sehingga menyebabkan retardasi mental menjadi sangat berat.

2. Penyakit infeksi Ibu hamil yang sedang mengalami penyakit infeksi seperti rubella (campak jerman), syphilis, herpes, dll, yang merupakan infeksi kehamilan yang dapat menyebabkan cacat fisik dan retardasi mental pada janin. Penyakit infeksi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak setelah lahir.

3. Kecelakaan Beberapa kecelakaan pada umumnya yang terjadi pada masa kanak-kanak yang dapat menyebabkan berbagai cedera otak dalam tingkat yang bervariasi dan retardasi mental.

4. Bahaya lingkungan Beberapa polutan lingkungan dapat menyebabkan keracunan dan retardasi mental. Salah satu jenis polutan semacam itu adalah merkuri, yang masuk kedalam dengan mengonsumsi ikan yang mengandung merkuri. Polutan yang lain yaitu timah, kabut asap, dan asap buangan kendaraan bermotor yang ditimbulkan oleh pembakaran bensin, sehingga menyebabkan kerusakan ginjal, dan otak, serta anemia, retardasi mental, kejang-kejang, dan kematian.

f. kriteria diagnosisGejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik

yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu (Swaiman, 1989):

1. Kelainan pada mata:1.1. Katarak

- Sindrom Cockayne- Sindrom Down- Sindrom Lowe- Kretin- Galactosemia- Rubela pranatal, dll.

1.2. Bintik cherry-merah pada daerah makula- Mukolipidosis- Penyakit Tay-Sachs- Penyakit Niemann-Pick

Page 6: Skenario 3 Dania

1.3. Korioretinitis- Lues kongenital- Rubela pranatal- Penyakit sitomegalo virus

1.4. Kornea keruh- Lues kongenital- Sindrom Hurler- Sindrom Hunter- Sindrom Lowe, dll.

2. Kejang2.1. Kejang umum tonik klonik

- Defisiensi glikogen sinthetase- Hiperlisinemia- Hipoglikemia, terutama yang disertai glycogen storage disease I, III, IV, dan VI.- Phenyl ketonuria- Sindrom malabsorbsi methionin, dll.

2.2. Kejang pada masa neonatal- Arginosuccinic asiduria - Hiperammonemia I dan II- Laktik asidosis, dll

3. Kelainan kulitBintik cafe-au-lait

- Ataksia-telengiektasia- Sindrom Bloom- Neurofibromatosis- Tuberous sclerosis

4. Kelainan rambut4.1. Rambut rontok

- Familial laktik asidosis dengan necrotizing ensefalopati4.2. Rambut cepat memutih

- Atrofi progresif serebral hemisfer- Ataksia telangiektasia- Sindrom malabsorbsi methionin

4.3. Rambut halus- Hipotiroid- Malnutrisi

5. Kepala - Mikrosefali- Makrosefali

Page 7: Skenario 3 Dania

Hidrosefalus Mucopolisakaridase Efusi subdural

6. Perawakan pendek- Kretin- Sindrom Prader-Willi

7. Distonia- Sindrom Hallervorden-Spaz

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya, adalah sebagai berikut:1. Retardasi mental ringan

Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental. Kebanyakan dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini ternasuk mampu didik, artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga tetap membutuhkan bimbingan dari keluarganya.

2. Retardasi mental sedangKelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll. Dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan. Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu menghadapi stres dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan dan pengawasan.

3. Retardasi mental beratSekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosis mudah ditegakkan secara dinim karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang hidupnya.

4. Retardasi mental sangat beratKelompok ini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka ini seluruh hidupnya tergantung pada orang di sekitarnya.

Ciri lain

Page 8: Skenario 3 Dania

Survei telah mengenali sejumlah ciri klinis yang lebih sering terjadi pada orang dengan retardasi mental dibandingkan populasi umum. Ciri-ciri tersebut, yang dapat terjadi tersendiri atau sebagai bagian dari gangguan mental, adalah hiperaktivitas, toleransi frustrasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri tampaknya lebih sering dan lebih kuat dengan semakin beratnya retardasi mental. Seringkali sulit memutuskan apakah ciri klinis di atas adalah gangguan mental komorbid atau sekuela langsung dari keterbatasan perkembangan yang disebabkan oleh retardasi mental.

Diagnosis didasarkan atas kerusakan otak. Dapat terjadi mulai saat anak dilahirkan atau mula mula berkembang normal lalu terhambat akibat kelainan yang mengganggu otak. Observasi klinis mengenai fungsi sekarang, termasuk prestasi dalam pelajaran, keterampilan motorik, dan kematangan emosional dan sosial. Dilakukan Pemeriksaan psikologis.

WHO memakai pembagian atas dasar psikologis yaitu : borderline ( IQ 68 – 85), mild (53 – 67), moderate ( 36 – 51), severe (20 – 35), profound (kurang dari 20)

Untuk mendiagnosa retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesa dari orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan juga pemeriksaan psikologik, bila perlu diperiksa juga di laboratorium, diadakan evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatrik disamping retardasi mental.

Tingkat kecerdasan intelegensia bukan satu-satunya karakteristik, melainkan harus dinilai berdasarkan sejumlah besar keterampilan spesifik yang berbeda. Penilaian tingkat kecerdasan harus berdasarkan semua informasi yang tersedia, termasuk temuan klinis, prilaku adaptif dan hasil tes psikometrik. Untuk diagnosis yang pasti harus ada penurunan tingkat kecerdasan yang mengakibatkan berkurangnya kemampuan adaptasi terhadap tuntutan dari lingkungan sosial biasa sehari-hari. Pada pemeriksaan fisik pasien dengan retardasi mental dapat ditemukan berbagai macam perubahan bentuk fisik, misalnya perubahan bentuk kepala: mikrosefali, hidrosefali, dan sindrom down. Wajah pasien dengan retardasi mental sangat mudah dikenali seperti hipertelorisme, lidah yang menjulur keluar, gangguan pertumbuhan gigi dan ekspresi wajah tampak tumpul.

Kriteria diagnostik retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :

1. Fungsi intelektual yang secara signifikan dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau dibawahnya pada individu yang dilakukan test IQ.

2. Gangguan terhadap fungsi adaptif paling sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial, pekerjaan, kesehatan dan keamanan.

3. Onsetnya sebelum berusia 18 tahun

Deteksi tumbuh kembang sebagai upaya deteksi dini:

Page 9: Skenario 3 Dania

Deteksi resiko keluarga. Tes ini membantu dalam menilai keadaan keluarga apakah keluarga tersebut memerlukan bantuan dan perhatian khusus atau tidak. Tes skrining ini hanya dilakukan sekali saja.

Berat badan menurut tinggi badan anak. Pengukuran berat badan anak berdasarkan tinggi badan anak adalah cara lain yang digunakan untuk menilai status gizi anak. Pengukuran ini dilaksanakan untuk mengetahui tumbuhnya fisik anak yang tidak dipisahkan dengan perkembangan non fisik.

Pengukuran lingkar kepala anak. Pengukuran lingkar kepala anak adalah cara untuk mengetahui perkembangan otak anak. Biasanya besar tengkorak mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada perkembangan tengkorak, maka perkembangan otak juga terhambat.kepala anak adalah untuk mengetahui fisik anak yang tidak dipisahkan dengan perkembangan non fisik.ak.tau tidak.  untuk

Pengukuran pra skrining perkembangan. Kuesioner pra skrining perkembangan anak adalah suatu pertanyaan singkat yang ditujukan kepada orang tua dari anak dan dipergunakan sebagai alat untuk melakukan skrining pendahuluan perkembangan anak usia 3 bulan sampai 6 tahun. Bagi setiap golongan umur terdapat 10 pertanyaan untuk orang tua dan pengasuh anak.

Kuesioner perilaku anak pra sekolah. Kuesioner perilaku anak pra sekolah adalah sekumpulan kondisi-kondisi perilaku yang digunakan untuk mendeteksi secara dini kelainan perilaku anak pra sekolah (3-6).

Tes daya lihat dan tes kesehatan mata bagi anak sekolah. Tes ini digunakan untuk memeriksa ketajaman daya lihat serta kelainan mata pada golongan 3-6 tahun.

Tes daya dengar anak. Tanpa pendengaran yang baik anak tidak dapat belajar berbicara atau mengikuti pelajaran disekolah dengan baik. Karena itu penting sekali untuk mengetahui daya dengar anak sedini mungkin.

1.Anamnesis Riwayat kehamilan dan persalinan ibu: Apakah kehamilannya diharapkan atau tidak Adakah usaha-usaha untuk menggugurkan kehamilannya Apakah waktu hamil ibu mengalami perdarahan, minum obat-obat yang bukan anjuran dokter Sakit

apa saja yang pernah diderita ibu sewaktu hamil Apakah ibu mengontrolkan kehamilannya secara teratur. Riwayat perkembangan anak Adanya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah didapat Adanya hubungan darah antar kedua orang tuanya Latar belakang sosiokultural

2.Pemeriksaan psikiatrik Bagaimana kesan umum penderita Kesadarannya, psikomotorik, perilaku, atensi/ perhatian, emosi, kemauan, proses berpikir, inteligensi,

daya adaptasi dengan lingkungan.

3.Pemeriksaan fisik

Page 10: Skenario 3 Dania

Sering didapatkan hubungan antara retardasi mental dengan bentuk tubuh, misalnya mikrosefalus, sindroma Down, warna dan bentuk dari kulit dan rambut, ukuran glandula tiroid.

Memeriksa adanya gangguan pendengaran, penglihatan dan sebagainya.

4. Pemeriksaan neurologik:EEG, foto tengkorak (terutama pada kraniosinostosis, hidrosefalus, toksoplasmosis, hipoparatiroidisme dan lain-lain, CT-scan bila perlu.

5. Pemeriksaan laboratorium: Pemeriksaan darah dan urin untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan metabolik atau endokrin,

apabila perlu konsultasi kebidang disiplin terkait. Pemeriksaan enzimatik untuk kelainan kromososm atau metabolisme Pemeriksaan biologi untuk mengetahui kelainan kromosom

6. Pemeriksaan psikologik: Evaluasi psikologik diperlukan untuk menilai kemampuan persepsi, motorik, linguistik dan kognitif.

g. diagnosis banding1.Kelainan sensorik terutama buta dan tuli 2.Gangguan perkembangan spesifik(kelambatan satu aspek perkembangan): gangguan perkembangan bicara, aleksia, agrafia, afasia.3.Gangguan perkembangan pervasif (penyimpangan perkembangan): a u t i s m e infantil, skizofrenia yang timbul pada masa anak. 4.Penyakit fisik yang kronis 5.Kesulitan belajar(diagnosis banding untuk retardasi mental yang ringan).

h. tatalaksanaTujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin.Sedini mungkin diberikan pelatihan dan pembelajaran khusus untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin. Pendekatan prilaku sangat penting dalam memahami dan berkerja sama dengan anak RM.Berikut adalah obat obat yang dapat digunakan :

Obat obat psikotropika, untuk remaja dengan prilaku yang membahayakan diri sendiri

Psikostimulan, untuk remaja yang menjunjukan tanda tanda gangguan konsentrasi Antidepresa

Penanganan anak dengan retardasi mental memerlukan integrasi multidisiplin untuk membantu anak-anak ini:

Remedial Teaching

Perlu pengulangan secara terus menerus di berbagai situasi dan kesempatan untuk membantu

mereka memahami hal-hal yang baru dipelajari.

Pelayanan Pendidikan

Page 11: Skenario 3 Dania

Pendidikan merupakan aspek yang paling penting berkaitan dengantreatment pada anak

penderita retardasi mental. Pencapaian hasil yang “baik” bergantung pada interaksi antara guru

dan murid. Program pendidikan harus berkaitan dengan kebutuhan anak dan mengacu pada

kelemahan dan kelebihan anak. Target pendidikan tidak hanya berkaitan dengan bidang

akademik saja. Secara umum, anak penderita retardasi mental membutuhkan bantuan

dalam memperoleh pendidikan dan keterampilan untuk mandiri. Kebutuhan-kebutuhan Kesenangan dan Rekreasi

Idealnya, anak penderita retardasi mental dapat berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan

rekreasi. Ketika anak tidak ikut dalam aktivitas bermain, pada saat remaja akan kesulitan untuk

dapat berinteraksi sosial dengan tepat dan tidak kompetitif dalam aktivitas olahraga. Partisipasi

dalam olahraga memiliki beberapa keuntungan, yaitu pengaturan berat badan, perkembangan

koordinasi fisik, pemeliharaan kesehatan kardiovaskular, dan peningkatan self-image (gambaran

diri). Kontrol Gangguan Tingkah laku

Gangguan tingkah laku dapat dihasilkan dari ekspektasi/harapan orang tua yang tidak tepat,

masalah organik, dan atau kesulitan keluarga. Kemungkinan lain, gangguan tingkah laku dapat

muncul sebagai usaha anak untuk memperoleh perhatian atau untuk menghindari frustrasi.

Dalam mengukur tingkah laku, kita harus mempertimbangkan apakah tingkah lakunya tidak

sesuai dengan usia mental anak, daripada dengan usia kronologisnya. Pada  beberapa anak,

mereka memerlukan teknik manajemen tingkah laku dan atau penggunaan obat.

Mengatasi Gangguan

Jika terdapat gangguan lain- Cerebral palsy; gangguan visual & pendengaran; gangguan

epilepsi; gangguan bicara dan gangguan lain dalam bahasa, tingkahlaku dan persepsi- maka yang

harus dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal adalah diperlukan terapi fisik terus menerus,

terapi okupasi, terapi bicara-bahasa, perlengkapan adaptif seperti kaca mata, alat bantu dengar,

obat anti epilepsi dan lain sebagainya. Perlu diagnosa yang tepat untuk menetapkan

gangguan, diluar hanya masalah taraf intelegensi. Konseling Keluarga

Banyak keluarga yang dapat beradaptasi dengan baik ketika memiliki anak yang menderita

retardasi mental, tetapi ada pula yang tidak. Diantaranya karena faktor-faktor yang berkaitan

dengan kemampuan keluarga dalam menghadapi masalah perkawinan, usia orang tua, self-

esteem (harga diri) orang tua, banyaknya saudara kandung, status sosial ekonomi, tingkat

kesulitan, harapan orang tua & penerimaan diagnosis, dukungan dari anggota keluarga dan

tersedianya program-program dan pelayanan masyarakat.

Page 12: Skenario 3 Dania

Salah satu bagian yang tidak kalah pentingnya adalah pendidikan bagi keluarga penderita

retardasi mental, agar keluarga dapat tetap menjaga rasa percaya diri dan mempunyai harapan-

harapan yang realistik tentang penderita. Perlu penerimaan orang tua mengenai taraf

kemampuan yang dapat dicapai anak. Orang tua disarankan untuk menjalani konsultasi

dengan tujuan mengatasi rasa bersalah, perasaan tidak berdaya, penyangkalan dan perasaan

marah terhadap anak. Selain itu orang tua dapat berbagi informasi mengenai penyebab,

pengobatan dan perawatan penderita baik dengan ahli maupun dengan orang tua lain. Evaluasi Secara Berkala

Walaupun retardasi mental adalah suatu gangguan statis, kebutuhan-kebutuhan anak dan

keluarga berubah setiap waktu. Seiring perkembangan anak, informasi tambahan harus

diberikan kepada orang tua, dan tujuan harus ditetapkan kembali, serta program perlu diatur.

i. prognosisRetardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya, biasanya prognosisnya lebik baik. Tetapi pada umumnya sukar untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan retardasi mental ringan, dengan kesehatan yang baik, tanpa penyakit kardiorespirasi, pada umumnya umur harapan hidupnya sama dengan orang yang normal. Tetapi sebaliknya retardasi mental yang berat dengan masalah kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.

j. pencegahan Pencegahan primer dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,

perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak menolong).

Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.

Konseling kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. Orang tua sering menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat (metabolisme) sel-sel otak.

1) Pencegahan Primer

Page 13: Skenario 3 Dania

Pada orang dengan Retardasi Mental yaitu usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit.

Pendidikan kesehatan pada masyarakat, Perlindungan terhadap penyakit-penyakit yang potensial dapat menyebabkan

Retardasi Mental, misalnya melalui imunisasi.perbaikan keadaan Sosio-Ekonomi, Konseling Genetik dan Tindakan Kedokteran (seperti perawatan Prenatal yang

baik, pertolongan persalinan yang baik, kehamilan pada wanita Adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan otak pada anak-anak).

Pemeriksaan kehamilan yang rutin, Nutrisi yang baik selama kehamilan Program BKB ( Bina Keluarga dan Balita ) yang merupakan stimulasi mental dini

dan bisa dikembangkan juga deteksi dini maka dapat mengoptimalkan perkembangan anak.

2) Pencegahan Sekunder Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak Perdarahan Subdural Kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka dengan

Kraniotomi; pada Mikrosefali yang Kogenital, operasi tidak menolong)

3) Pencegahan Tersier Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya disekolah luar biasa.

Tindakan pencegahan lainnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya RM: a. Genetik

Penyaringan prenatal (sebelum lahir) untuk kelainan genetik dan konsultasi genetik untuk keluarga-keluarga yang memiliki resiko dapat mengurangi angka kejadian RM yang penyebabnya adalah faktor genetik.

b. Sosial Program sosial pemerintah untuk memberantas kemiskinan dan menyelenggarakan pendidikan yang baik dapat mengurangi angka kejadian RM ringan akibat kemiskinan dan status ekonomi yang rendah.

c. Keracunan Program lingkungan untuk mengurangi timah hitam dan merkuri serta racun lainnya akan mengurangi RM akibat keracunan. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan efek dari pemakaian alkohol dan obat-obatan selama kehamilan dapat mengurangi angka kejadian RM.

d. Infeksi Pencegahan rubella kongenitalis merupakan contoh yang baik dari program yang berhasil untuk mencegah salah satu bentuk RM. Kewaspadaan yang konstan (misalnya yang berhubungan dengan kucing, toksoplasmosis dan kehamilan), membantu mengurangi RM akibat toksoplasmosis.

2. Gizi pada anak dan remaja

Page 14: Skenario 3 Dania

a. Bayi baru lahir sampai umur 4 bulan :

Bayi mulai disusukan sedini mungkin, 3 jam setelah lahir. Waktu dan lama menyusui disesuaikan dengan kebutuhan bayi (on demand). Hindari pemberian makanan tambahan seperti madu, air, larutan glukosa dan makanan prelakteal lainnya. Vitamin A 1500 SI dan D 400 SI mulai diberikan umur 2 bulan. Pada golongan sosioekonomi rendah, jika gizi ibu kurang dan makannya kurang bergizi, boleh dimulai umur 1 bulan. Buah-buahan dianjurkan mulai diberikan pada umur 3 bulan, BB minimal 4,5 kg dan tidak ada diare. Jenis buah yang diberikan bisa pisang atau pepaya (60 gr) dalam bentuk dihaluskan, air jeruk atau sari tomat (50-60 ml). Buah mengandung provitamin A dan vitamin C, mineral dan sedikit kalori.

Pada bulan keempat biasanya dimulai pemberian makanan padat yang pertama dengan pada bayi dengan BB kurang lebih 6 kg, yaitu bubur susu yang dapat dibuat dari tepung (beras atau jagung), susu dan gula. Tujuan pemberian makanan padat mulai 4 bulan antara lain :

- Puncak produksi ASI pada bulan ketiga, sesudahnya produksi akan menetap atau menurun.

- Kebutuhan bayi semakin meningkat untuk pertumbuhan dan aktivitasnya.

- Merupakan persiapan atau adaptasi untuk menyapih (beberapa minggu.

- Melatih gusi dan gigi bayi untuk mengunyah.

Waktu untuk memberikan makanan lunak dapat dipilih yang sesuai, misalnya jam 09.00 dengan memperhatikan bahwa kira-kira 2 jam sebelumnya tidak diberikan apa-apa. Dengan demikian bayi menyusui sesuai dengan kebutuhannya, diberi bubur susu satu kali dan buah-buahan satu kali. Pada umur ini dapat pula diberikan telur ayam, akan tetapi perlu waspada terhadap kemungkinan alergi dengan gejala urtikaria. Bila terjadi hal ini, pemberian telur ditangguhkan.

b. Bayi umur 5-6 bulan :

Dapat diberikan 1 kali bubur susu sehari, 1 kali nasi tim, buah-buahan, biskuit dan telur. Nasi tim dapat dibuat sendiri dengan memasak 50 gr nasi. 50 gr sayur (wortel/bayam), 25 gr hati (tahu / daging) dan 250 ml air, lalu disaring. Bila terlalu merepotkan, tersedia nasi tim instant antara lain: Nestle, SUN, Nutricia, Promina, dan lain-lain. Selama masa bayi nasi tim harus disaring terlebih dahulu untuk memudahkan menelannya dan tidak banyak mengandung serat-serat yang dapat mempersulit pencernaan.

c. Umur 6-10 bulan :

Bubur susu diberikan sekali sehari yaitu pada pagi hari sebagai makan pagi, misalnya sekitar jam 09.00, dan pada siang harinya dapat diberikan nasi tim, sebagai makan siang, sekitar jam 13.00. Pada sore hari sebagai makan malam sekitar jam 17.00 - 18.00, dapat dipilih apakah akan memberikan nasi tim atau bubur susu.Pengaturan makan yang berhasil pada masa bayi mempermudah pengaturan makan pada usia selanjutnya. Pada akhir masa bayi, bayi telah dibiasakan menerima makanan padat 3 kali sehari, yaitu pada waktu pagi (makan pagi), siang (makan siang) dan sore atau malam (makan malam). Selama masa bayi telur cukup diberikan sekali sehari, bila bayi tidak alergi. Telur dapat dimakan

Page 15: Skenario 3 Dania

tersendiri setelah dimasak matang atau setengah matang atau dimakan bersama-sama dengan nasi tim.

Makanan BuatanMemberikan makanan buatan hanya dibenarkan bila menyusukan tidak dapat dilaksanakan, karena :

- Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk menyusukan.

- Produksi ASI sangat kurang atau tidak ada. Indikasi ASI sudah berkurang:

- Anamnesis, apakah bayinya menangis setelah disusui, atau apakah ibu merasa ketegangan payudaranya berkurang.

- Obyektif, dengan menimbang bayi sebelum dan sesudah disusui apakah ada kenaikan BB, atau peras ASI dan takar selama 1 hari.

- Follow Up, apakah pertambahan BB bayi tidak memadai.

- Ibu tidak punya kesempatan karena untuk pekerjaannya harus meninggalkan rumah jangka waktu lama.

Kebanyakan makanan untuk menggantikan ASI dibuat dari susu sapi. Hampir semuanya terdapat dalam keadaan bubuk, hanya memerlukan pengenceran dengan air matang sebelum diberikan kepada bayi. Makanan pengganti ASI dapat dikelompokkan sebagai berikut :

Menurut rasanya : manis dan asam. Contoh pengganti ASI yang manis ialah susu sapi yang diencerkan sendiri, SGM, S-26, Morinaga manis, Isomil, Enfamil, Vitalac, dan lain-lain. Contoh pengganti ASI asam ialah Camelpo-2, Eledon, Dumex, Cap Bendera Asam.

Menurut pH cairan : diasamkan (acidified, acidulated) dan tidak diasamkan (non acidified, non-acidulated). Contoh dan sifat serupa dengan pengganti ASI asam yang manis dan asam.

Menurut kadar nutrien : pengganti ASI rendah laktosa, misalnya Almiron Isomil, Sobee, Nutramigen. Pengganti ASI rendah lemak misalnya Eledon, pengganti ASI dengan lemak yang terdiri dari asam lemak dengan rantai C8-10, misalnya Portagen.

Menurut bahan atau sumber protein : Pengganti ASI dari kacang kedele, misalnya Sobee, Isomil. Umumnya pengganti ASI dari bahan makanan yang tidak berasal dari susu digunakan untuk bayi yang alergi terhadap susu ibu atau susu sapi.

Menurut maksud penggunaan : pengganti ASI yang dimaksudkan untuk menggantikan peranan ASI atau untuk melengkapi kekurangan ASI dan Pengganti ASI yang dimaksudkan untuk diet dalam pengobatan penyakit metabolik bawaan (inborn error of metabolism), misalnya Lofenalac untuk bayi dengan fenilketonuria, Portagen untuk bayi dengan gangguan pencernaan lemak (pada kistik fibrosis), Nutramigen, Sobee, Isomil untuk bayi dengan galaktosemia dan sebagainya.

Selanjutnya ada penggolongan berdasarkan komposisi nutrien yaitu Adapted Formula yang mempunyai komposisi nutrien serupa ASI (contohnya Vitalac, S-26, Nutrilon) dan Complete Formula yaitu formula lain yang mengandung lengkap nutrien (contohnya SGM, Lactogen, Enfamil, Morinaga).

Page 16: Skenario 3 Dania

Kebanyakan bayi yang mengkonsumsi Susu Formula sebelum usia 6 bulan, menderita penyakit Alergi Susu Sapi (Cow's Milik Allergy). Gejala klinis yang paling sering ditemukan adalah batuk kronis dan berulang, diare, dermatitis atopik, urtikaria, dan rhinitis alergi. Gejala-gejala ini muncul sebelum usia 1 tahun. Hal ini seharusnya memberikan kesadaran bagi ibu-ibu yang masih memiliki banyak ASI agar tidak menghentikan menyusui bayinya.Pengaturan makan dengan Pengganti ASIMengenai tahap-tahap peningkatan dalam pengaturan makan, jadwal waktu makan untuk makanan pelengkap dan vitamin tidak ada perbedaan dengan pengaturan makan dengan pemberian ASI / menyusukan. Perbedaan pokok ialah pemberian susu non-ASI sebagai ganti untuk disusukan. Bayi diberi pengganti ASI dengan botol susu atau dengan sendok (lazimnya diberikan dengan botol susu). Jumlah pengganti ASI yang harus diberikan harus diperhitungkan menurut kebutuhan nutrien, terutama kalori dan cairan. Bila pengganti ASI diberikan dengan tujuan untuk melengkapi ASI (mixed-feeding), hendaknya diberikan dengan sendok atau gelas saja agar tidak mengganggu proses menyusu yang dapat merugikan laktasi lebih lanjut. Jumlah pengganti ASI yang dihidangkan, untuk:

Umur 2 minggu - 2 bulan :100 - 120 ml/kali minum Umur 2 - 3 bulan :120 - 140 ml/kali minum Umur 3 - 4 bulan :140 - 160 ml/kali minum Umur 4 - 5 bulan :160 - 200 ml/kali minum Umur 5 - 6 bulan : 200 - 220 ml/kali minum Umur 6 bulan keatas : 200 - 250 ml/kali

Makanan Anak Sehat dikelompokkan berdasarkan umurnya dalam 4 golongan umur, yaitu : golongan anak prasekolah (1 - 3 tahun), golongan anak sekolah (4 - 12 tahun), dan golongan remaja (12 - 18 tahun). Di antara golongan umur tersebut terdapat perbedaan mengenai kebutuhan nutrien, kemampuan menerima makanan, kecepatan tumbuh dan aktivitas. Akan tetapi pada umumnya kepada mereka telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang serupa, yaitu 3 kali makan dan diantaranya dapat diberikan makanan kecil (snack). Makanan untuk anak dianjurkan terdiri dari :

- Makanan pokok, yaitu sumber kalori, misalnya roti, nasi, jagung, ketela, sagu, ubi jalar.

- Lauk pauk, terdiri dari : Sumber protein hewan ---> telur, daging, ikan.

- Sumber protein nabati ---> kacang-kacangan, seperti kacang kedele, kacang hijau, kacang merah; sayuran hijau atau berwarna, misalnya bayam, tomat, wortel; bahan makanan yang telah diproses terlebih dahulu, misalnya tahu, tempe.

- Buah-buahan, sumber vitamin A dan C, misalnya jeruk, pisang, pepaya.

- Tambahan susu 2 kali sehari, yaitu 250 ml setiap kali minum. Waktu makan lazim disebut dengan makan pagi, makan siang dan makan malam. Waktu makan untuk makanan kecil (snack) ialah jam 11.00 dan jam 16.00

Golongan umur 1 - 3 tahun Anak dalam golongan umur ini sangat rentan terhadap penyakit gizi. Angka tertinggi untuk morbiditas penyakit defisiensi vitamin A dan malnutrisi energi protein (MEP) terdapat dalam golongan umur ini. Gigi susu telah lengkap pada umur 2-2,5 tahun, akan

Page 17: Skenario 3 Dania

tetapi belum dapat digunakan untuk mengerat dan mengunyah makanan yang keras. Terutama untuk golongan 1 - 2 tahun masih perlu diberikan nasi tim meskipun tidak perlu disaring. Mereka perlu diberikan makan terpisah dengan waktu makan anak besar dan anggota keluarga yang lain untuk menghindarkan pengaruh kurang baik. Mereka sudah boleh diajari mencoba, mencicipi, makanan yang lunak, tidak pedas dan tidak merangsang. Pemberian gula-gula (permen) yang terlalu banyak mengandung karamel dihindarkan atau sangat dibatasi untuk menjaga karies (gigi berlubang). Kebutuhan nutrien relatif kurang. Pertumbuhan lambat, aktifitas mulai banyak, masih rawan terhadap penyakit gizi dan infeksi. Waktu makan boleh bersama-sama dengan orang dewasa. Mereka telah dapat memilih makanan dan makan sendiri. Golongan umur 7 - 12 tahun Mengenai kebutuhan nutrien perlu diperhatikan kebutuhan kalori yang lebih banyak karena mereka telah lebih banyak melakukan aktifitas jasmani. Gigi susu berangsur-angsur tanggal dan kemudian gigi permanen mulai lengkap. Sebelum pergi ke sekolah perlu makan pagi yang cukup untuk menghindarkan kemungkinan hipoglikemi. Mereka mungkin jajan di luar yang dapat mengakibatkan gangguan pencernaan. Akan tetapi mereka sudah cukup mempunyai daya tahan terhadap penyakit gizi dan infeksi.

a. Faktor yang mempengaruhi giziA. Faktor – faktor yang mempengaruhi asupan makanan adalah :

Keluarga Media Teman sebaya Penyakit

B. Masalah makanan yang sering terjadi pada masa anak adalah : Obesitas Kurang gizi Defisiensi besi Defisiensi vitamin A Karies gigi Alergi makanan Gizi pada masa prasekolah

Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut adalah sebagai berikut : a. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes, 2004).

b. Berat Badan

Page 18: Skenario 3 Dania

Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu (Djumadias Abunain, 1990).

c. Tinggi Badan Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari keadaan

kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).

Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh (M.Khumaidi, 1994).

Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.

Tabel 1 : Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS

NoIndeks yang dipakai

Batas Pengelompokan

Sebutan Status Gizi

1 BB/U < -3 SD Gizi buruk

- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang

- 2 s/d +2 SD Gizi baik

> +2 SD Gizi lebih

2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek

- 3 s/d <-2 SD Pendek

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Tinggi

Page 19: Skenario 3 Dania

3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus

- 3 s/d <-2 SD Kurus

- 2 s/d +2 SD Normal

> +2 SD Gemuk

Sumber : Depkes RI 2004.

Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z). Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan ( Djumadias Abunaim,1990).

Tabel 2: Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)

NoIndeks yang digunakan

InterpretasiBB/U TB/U BB/TB

1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi

Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++

Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +

2 Normal Normal Normal Normal

Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang

Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang

3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal

Tinggi Rendah Tinggi Obese

Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese

Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHSNormal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHSTinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS

Sumber : Depkes RI 2004.

Page 20: Skenario 3 Dania

Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :

Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000 oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat pada tabel 2. Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikutDiketahui BB= 60 kg TB=145 cm

Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15 tahun

Jadi untuk indeks BB/U adalah

= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD

= status gizi baik

Untuk IndeksTB/U adalah

= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD

= status gizi pendek

Untuk Indeks BB/TB adalah

= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD

= status gizi gemuk

b. Penyakit yang mempengaruhi

c. Periode pertumbuhanUsia 0-3 bulan:

Mengangkat kepala setinggi 45° Menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah Melihat dan menatap wajah anda Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh 

Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR

Page 21: Skenario 3 Dania

Suka tertawa keras  Bereaksi terkejut terhadap suara keras Membalas tersenyum ketika diajak bicara/tersenyum. Mengenal ibu dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan kontak

 Usia 3-6 bulan:

Berbalik dari telungkup ke telentang Mengangkat kepala setinggi 90° Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil Menggenggam pensil Meraih benda yang ada dalam jangkauannya Memegang tangannya sendiri Berusaha memperluas pandangan Mengarahkan matanya pada benda-benda kecil Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendiri

 Usia 6-9 bulan:

Duduk sendiri (dalam sikap bersila) Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan Merangkak dan meraih mainan atau mendekati seseorang Memindahkan benda dari satu tangan ke tangan lainnya Memungut dua benda, masing-masing tangan memegang satu benda pada saat yang

bersamaan Memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup Bersuara tanpa arti seperti: mamama, bababa, dadada, tatata Mencari mainan/benda yang dijatuhkan Bermain tepuk tangan/cilukba Bergembira dengan melempar benda Makan kue sendiri

 Usia 9-12 bulan:

Mengangkat badannya ke posisi berdiri Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi Dapat berjalan dengan dituntun Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan Mengenggam erat pensil Memasukkan benda ke mulut Mengulang menirukan bunyi yang didengar Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti Mengeksplorasi sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa saja Bereaksi terhadap suara bisikan (perlahan) Senang diajak bermain "CILUK BA" Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenal

 Usia 12-18 bulan:

Page 22: Skenario 3 Dania

Berdiri sendiri tanpa berpegangan Membungkuk untuk memungut mainan kemudian berdiri kembali Berjalan mundur 5 langkah Memanggil ayah dengan kata "papa", memanggil ibu dengan kata "mama". Menumpuk dua buah kubus Memasukkan kubus di kotak Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara

yang menyenangkan atau menarik tangan ibu Memperlihatkan rasa cemburu/bersaing

 Usia 18-24 bulan:

Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik Berjalan tanpa terhuyung-huyung Bertepuk tangan, melambai-lambai Menumpuk empat buah kubus Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk Menggelindingkan bola kearah sasaran Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri

 Usia 24-36 bulan:

Jalan menaiki tangga sendiri Dapat bermain dan menendang bola kecil Mencoret-coret pensil pada kertas Bicara dengan baik, menggunakan dua kata Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama dua benda atau lebih Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu membawa suatu benda jika

diminta Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah Melepas pakaiannya sendiri

 Usia 36-48 bulan:

Berdiri pada satu kaki selama 2 detik Melompat dengan kedua kaki diangkat Mengayuh sepeda roda tiga Menggambar garis lurus Menumpuk 8 buah kubus Mengenal 2-4 warna Menyebut nama, umur, tempat. Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan Mendengarkan cerita Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri Bermain bersama ternan, mengikuti aturan permainan Mengenakan sepatu sendiri

Page 23: Skenario 3 Dania

Mengenakan celana panjang, kemeja, baju Usia 48-60 bulan:

Berdiri pada satu kaki selama 6 detik Melompat dengan kedua kaki diangkat Mengayuh sepeda roda tiga Menggambar garis lurus Menumpuk 8 buah kubus Mengenal 2-4 warna Menyebut nama, Usia, tempat Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan Mendengarkan cerita Mencuci dan mengeringkan tangan sendiri Bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan Mengenakan sepatu sendiri Mengenakan celana panjang, kemeja, baju

 Usia 60-72 bulan:

Berjalan lurus Berdiri dengan satu kaki selama 11 detik Menggambar 6 bagian tubuh, menggambar orang lengkap Menangkap bola kecil dengan kedua tangan Menggambar segi empat Mengerti arti lawan kata Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10 Mengenal warna-warni Mengungkapkan simpati Mengikuti aturan permainan Berpakaian sendiri tanpa dibantu

3. Kewajiban orangtua terhadap anak menurut pandangan islam1. Anak mempunyai hak untuk hidup2. Menyusui3. Memberi Nama yang Baik          4. Mengaqiqahkan Anak 5. Mendidik  anak6. Memberi rizqi yang ‘thayyib’7. Mendidik anak tentang  agama8. Mendidik anak untuk sholat9. Menyediakan tempat tidur terpisah antara laki laki dan perempuan10. Mendidik anak tentang adab yang baik11. Memberi pengajaran dengan pelajaran yang baik12. Memberi pengajaran Al Quran13. Memberikan pendidikan dan pengajaran baca tulis

Page 24: Skenario 3 Dania

14. Memberikan perawatan dan pendidikan kesehatan15. Memberikan pengajaran ketrampilan.16. Memberikan kepada anak tempat yang yang baik dalam hati orang tua17. Memberi kasih sayang18. Menikahkannya  19. Mengarahkan anak