Skenario 3 Blok Hemato

Embed Size (px)

DESCRIPTION

file

Citation preview

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    1/45

    LAPORAN TUTORIAL

    BLOK VI SKENARIO III

    MASIH MEREMBES, DOK

    Kelompok A-9

    1. Apriska Mega Sutowo Putri (G0012025)2. Astrid Astari Aulia (G0012033)3. Dewi Nur Maharani (G0012059)

    4. Gilang Yuka Septiawan (G0012083)5. Khairunnisa Nurul Huda (G0012107)6. Mahira Bayu Adifta (G0012125)7. Prathita Nityasewaka (G0012161)8. Raka Aditya Pradana (G0012175)

    9. Rosa Riris Suciningtyas (G0012193)10.Utari Nur Alifah (G0012225)11.Zakka Zayd Z.J. (G0012241)12.Yurike Rizkhika (G0012245)

    Tutor:

    Briandani Subariyanti, dr.

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

    TAHUN 2013

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    2/45

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Trombosit adalah sel darah tak berinti yang berasal dari sitoplasma megakariosit.

    Diameter trombosit berkisar antara 2-4 nm, volume 7 fl (5-8 fl). Jumlah trombosit normal antara

    150-400 X 109/ltr, sedangkan umur trombosit berkisar 7-10 hari. Kira-kira sepertiga dari jumlah

    trombosit yang dikeluarkan dari sumsum tulang teratangkap di limpa normal, namun pada kondisi

    sphlenomegali masif jumlah ini bisa meningkat sampai 90%. Produksi trombosit diatur oleh

    hormon trombopoetin yang diproduksi oleh hepar dan ginjal.

    Sel ini memegang peranan penting pada hemostasis karena fungsi utama trombosit

    adalah pembentukan sumbat mekanik selama respon hemostasis normal terhadap cedera vascular.

    Tanpa trombosit, dapat terjadi kebocoran darah spontan melalui pembuluh darah kecil. Reaksi

    trombosit berupa adhesi, sekresi, agregasi dan fusi serta aktivitas prokagulannya sangat penting

    untuk fungsinya

    Kerusakan atau kelainan pada trombosit akan menyebabkan terganggunya fungsi

    trombosit yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit dan kelainan bagi manusia.

    Berbagai tipe penyakit berhubungan dengan trombosit memiliki penanganan yang berbeda-beda,

    oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang mendalam tentang morfologi, fisiologi, dan histologi

    trombosit, patologi, patofisiologi, dan patogenesis penyakit yang berhubungan dengan trombosit

    sehingga diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat dapat ditegakkan.

    Skenario III

    MASIH MEREMBES, DOK

    Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun dibawa orang tuanya ke temppat praktek dokter

    dengan keluhan perdarahan belum berhenti setelah dikhitan oleh mantri sehari sebelumnya. Pada

    riwayat penyakit diperoleh keterangan bahwa sejak kecil pasien mudah memar bahkan jika hanya

    mengalami trauma ringan. Salah seorang sepupu laki-laki pasien juga mengalami penyakit yang

    sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan darah masih merembes di perban yang membalut penis

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    3/45

    pasien. Dokter meminta pemeriksaan skrining hemostasis untuk pasien tersebut. Untuk

    penanganan sementara, dokter memberikan obat hemostatik terhadap pasien.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana morfologi, fisiologi, dan histologi dari trombosit?2. Bagaimana mekanisme trombopoiesis?3. Bagaimana hemostasis normal dan abnormal serta patofisiologinya?4. Apa sajakah kelainan trombosit?5. Bagaimanakah mekanisme terjadinya gejala klinis pada penyakit yang diderita oleh pasien?6. Apakah hubungan umur, jenis kelamin, dan faktor genetik pada penyakit yang diderita oleh

    pasien?

    7. Mengapa dokter melakukan skrining hemostasis dan terapi farmakologi?8. Bagaimana langkah penegakan diagnosis banding dalam kasus ini? (Anamnesis dan

    pemeriksaan penunjang)

    9. Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan penyakit dalam kasus ini?C. Tujuan Pembelajaran

    1. Mengetahui morfologi, fisiologi, dan histologi dari trombosit.

    2. Mengetahui mekanisme trombopoiesis.

    3. Mengetahui hemostasis normal dan abnormal beserta patofisiologinya.

    4. Mengetahui berbagai macam kelainan trombosit.

    5. Mengetahui mekanisme terjadinya gejala klinis pada penyakit yang diderita oleh pasien.

    6. Mengetahui hubungan umur, jenis kelamin, dan faktor genetik pada penyakit yang dideritaoleh pasien

    7. Mengetahui indikasi dokter melakukan skrining hemostasis dan terapi farmakologi.8. Mengetahui langkah penegakan diagnosis banding dalam kasus ini.9. Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan penyakit dalam kasus ini.

    D. Manfaat

    1. Mahasiswa mampu memahami dasar-dasar dari ilmu hematologi.2. Mahasiswa mampu memahami beberapa penyakit yang disebabkan oleh kelainan trombosit.3. Mahasiswa mampu memahami dasar teori mendiagnosis serta tatalaksana kasus penyakit

    yang berkaitan dengan kelainan trombosit.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    4/45

    BAB II

    STUDI PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

    A. Klarifikasi Istilah Khitan adalah pengangkatan semua atau sebagian preputium (lipatan kulit

    penutup) penis pria. (Dorland, 2011)

    Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskular, disertaipenimbunan dalam jaringan atau dalam ruang tubuh atau disertai keluarnya

    darah dari tubuh. (Price, 2003)

    Trauma adalah keadaan fisik atau psikis yang disebabkan oleh luka atau cedera.(Dorland, 2011)

    Skrining hemostasis adalah suatu keadaan untuk mengetahui penyebab darikesalahan perdarahan (Hillman et al, 2005; Lichtman et al, 2007)

    Obat hemostatik adalah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikanperdarahan. Obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputi

    daerah yang luas. (Gunawan, 2007)

    Memar adalah jejak pada suatu bagian tanpa kerusakan kulit. (Dorland, 2011)

    B. Studi PustakaTrombositJumlah normal trombosit di dalam darah, yaitu 150 450 x 10 3/uL. 2.5 u. Berumur

    710 hari. Diproduksi di sumsum tulang melalui fragmentasi sitoplasma megakariosit.

    Jadi trombosit ini bukan sel, melainkan hanya pecahan sitoplasma megakariosit saja.

    Diameter trombosit berkisar antara 2-4 nm, volumenya 7 fl (5-8 fl). Hitung trombosit

    antara 150-400 x 109 / l, sedagkan umur trombosit berkisar antara 7-10 hari. Kira-kira

    sepertiga dari jumlah trombosit yang dikeluarkan dari summsum tulang tertangkap di

    limpa normal, namun pada kondisis splenomegali masif, jumlah ini bisa meningkat

    hingga 90%. Produksi trombosit diatur oleh hormon trombopoietin yang diproduksi oleh

    hepar dan ginjal. (IPD, 2009)

    Megakariosit berfungsi sebagai sel induk trombosit, yang mana akan matur dan

    kemudian mengalami fragmentasi membentuk trombosit. Satu megakariosit bisa

    menghasilkan 4000 trombosit. Produksi trombosit dikendalikan oleh mekanisme humoral

    yaitu hormon Trombopoietin Trombopoietin ini disintesis oleh hati sebanyak 90% &

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    5/45

    sisanya (10%) diproduksi di ginjal. (Ini berkebalikan dengan eritropoietin. Pada

    eritropoietin, 90% di ginjal, 10% di hati).Trombosit berperan dalam adhesi, sekresi, dan

    agregasi, sehingga nantinya berperan dalam hemostatis primer yaitu pembentukan sumbat

    trombosit. Pada penampang di mikroskop elektron, trombosit yang normal / belum aktif

    (kiri) dindingnya terlihat licin, tidak terlalu cekung, sama seperti eritrosit yaitu tidakpunya inti (karena dia bukan sel), tapi tetap mempunyai organel :

    - granula,

    - mitokondria (utk pembentukan energi),

    - membran punya sistem mikrotubulus.

    - Glikoprotein (terutama Ib/IX dan IIb/IIIa)

    Prekursor megakariosit-megakarioblast muncul melalui proses diferensiasi dari sel

    induk hemopoietik. Megakriosit mengalami pematangan dengan replikasi ini

    endomitotik yang sinkron, memperbesar volume sitoplasma sejalan dengan penambahan

    lobus inti. Pada berbagai stadium dalam perkembangannya, sitoplasma menjadi granular,

    dan trombosit dilepaskan. Tiap megakariosit bertanggung jawab menghasilkan sekitar

    4000 trombosit. Trombopoietin adalah pengatur utama prroduksi trombosit yang

    dihasilkan di hati dan ginjal, dan reseptor trombosit terhadap trombopoietin adalah C-

    MPL. Fungsi dari trombopoietin sendiri adalah meningkatkan jumlah dan kecepatan

    maturasi megakariosit. (Hoffbrand et.al, 2005)

    Struktur Trombosit

    Secara ultrastruktur, trombosit terdiri atas :

    1. Zona perifer, yang terdiri atas glikokalik yaitu suatu membran ekstra yangterletak di bagian paling luar dan di dalamnya terdapat membran plasma, serta

    lebih dalam lagi terdapat sistem kanal terbuka.

    2. Zona sol-gel, yang terdiri atas mikrotubulus, mikrofilamen, sistem tubulus padat(berisi nukleotida adenin dan kalsium). Selain itu juga terdapat trombostenin

    yaitu suatu protein penting untuk fungsi kontraktil.

    Zona organela, yang terdiri atas granula padat, mitokondria, granula alfa, dan organela

    (lisosom dan retikulum endoplasmik). Granula padat berisi dan melepaskan nukleotida

    adenin, serotonin, katekolamin, dan faktor trombosit. Sedangkan granula alfa berisi dan

    melepaskan fibrinogen, PDGF (platelet derivat growth factor), enzim lisosom. (IPD, 2009)

    Morfologi dan fisiologi trombosit

    Platelet (disebut juga trombosit) berbentuk cakram kecil dengan diameter 1 sampai 4

    mikrometer. Trombosit dibentuk di sumsum tulang dari megakariosit, yaitu sel yang sangat

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    6/45

    besar dalam susunan hematopoietik dalam sumsum; megakariosit pecah menjadi trombosit

    kecil, baik di sumsum tulang atau segera setelah memasuki darah, khususnya ketika

    memasuki kapiler. Konsentrasi normal trombosit dalam darah ialah antara 150.000 sampai

    300.000 per mikroliter.

    Trombosit mempunyai banyak ciri khas fungsional sel lengkap, walaupun tidakmempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Di dalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor

    aktif seperti (1) molekul aktin dan miosin, (2) sisa-sisa RE dan aparatus golgi, (3)

    mitokondria dan sistem enzim yan g mampu membentuk ATP dan ADP, (4) sistem enzim

    yang mensintesis prostaglandin, (5) faktor stabilitas fibrin, (6) faktor pertumbuhan (growth

    factor).

    Di permukaan membran trombosit terdapat lapisan glikoprotein yang mencegah

    pelekatan dengan endotel normal dan justru menyebabkan pelekatan dengan daerah dinding

    pembuluh yang cedera, terutama pada sel-sel endotel yang cedera, dan bahkan melekat pada

    jaringan kolagen yang terbuka di bagian dalam pembuluh. Selain itu membran mengandung

    banyak fosfolipid yang mengaktifkan berbagai tingkat dalam proses pembekuan darah.

    (Guyton, 2007)

    Endotel

    Endotel yang intact (utuh) resisten terhadap pembentukan thrombus. Maksudnya,

    endotel ini memiliki aktivitas antitrombotik / antikoagulan. Endotel memiliki beberapa efek,

    yaitu :

    1. Efek AntitrombositMembran endotel yang intak bermuatan negative dan ini merupakan barrier

    (penghalang) terhadap matrix subendotel sehingga mencegah adhesi trombosit.

    Endotel menghasilkan substansi berupa PGI-2 & NO yang mencegah adhesi trombosit

    2. Efek FibrinolitikAda sel lain yang memproduksi Tissue-plasminogen activator (t-PA) yang berfungsi

    dalam aktivasi plasminogen menjadi plasmin. Plasmin ini nanti akan melisiskan

    fibrin.

    3. Efek AntikoagulanMenghasilkan substansi-substansi lain, seperti:

    -Heparin like-molecules& thrombomodulin membran

    - Inaktivasi trombin & beberapa faktor koagulasi

    Di lain sisi, endotel juga mempunyai aktivitas protrombik/ prokoagulan, yaitu :

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    7/45

    1. Menghasilkan vWF (vonWillebrand factor) bersama megakariositFaktor ini penting untuk:

    - Adhesi trombosit pada kolagen/ permukaan lain &

    - Agregasi trombosit satu sama lain

    2. Menghasilkan Tissue factor atau faktor3yang distimulasi olehcytokine (TNF, IL-1). Faktor ini berperan dalam mengaktivasi jalur koagulasi

    ekstrinsik. (Dian, 2010)

    Histologi Guyton, 2011)

    Dinding pembuluh darah ada 3 lapisan:

    1. Tunika Intima: terdiri dari selapis endotel yang bersentuhan langsung dengan darahyang mengalir dari lumen, dan selapis jaringan elastin berpori yang disebut membran

    basalis.

    2. Tunika Media: Terdiri dari sel-sel otot polos, jaringan elastin, proteoglikan,glikoprotein, dan jaringan kolagen.

    Dalam keadaan biasa, jumlah jaringan elastin yang membentuk tunika media

    aorta dan pembuluh darah besar lainnya lebih menonjol dibandingkan otot polosnya.

    Sebaliknya, di 15 pembuluh darah arteri lebih banyak dijumpai sel otot polos yang

    membentuk tunika medianya. Perbedaan sel dalam tunika media menjadi tidak jelas

    bila sudah memasuki arteriol, bahkan tampaknya, dapat dikatakan bahwa di dalam

    arteriol jaringan ikat dari tunika adventitia menjadi lebih dominan. Dalam dinding

    kapiler pembuluh darah, tidak didapatkan lagi lapisan tunika media dan yang ada

    adalah lapisan sel endotel.

    Pada sistem venosa, komponen tunika jumlahnya jauh lebih sedikit

    dibandingkan sistem arterial. Tunika media tidak begitu berkembang dan hanya

    terdapat pada vena cava dan pembuluh darah vena besar lainnya. Pada vena-vena

    kecil dan venula, hanya jaringan ikat tuna adventitia yang lebih dominan. Oleh karena

    itu, sistem venosa lebih mudah mengalami dilatasi yang ireguler dan menampung

    pembuluh darah lebih besar.

    3. Tunika Adventitia: bertindak sebagi pelindung dan terdiri dari banyak jaringan ikat,saraf otonom, dan pembuluh darah limfe serta vasa vasorum.

    Kapiler

    - Merupakan sel endotel- Terdapat 2 jenis: Fenestra dan Kontinyu.- Fungsi: Pertukaran bahan secara difusi melalui ruang antar sel.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    8/45

    Arteri

    1. ArteriolTunika Intima: Selapis endotel, Jaringan sub endotel tipis, Sabut elastis belum

    berupa membrana elastika

    Tunika media: 2 5 lapis sel otot polos2. Arteri Kecil

    Tunika Intima: Selapis endotel, jaringan sub-endotel tidak jelas, memrana

    elastika interna tida jelas

    Tunika Media: 40 lapis sel otot polos

    Tunika Adventitia: Membrana elastika belum tampak, terdiri atas jaringan ikat

    kendur yang mengandung sabut-sabut elastis yang teranyam kendur.

    3. Arteri SedangTunika Intima: Selapis endotel dan memrana elastika interna jelas

    Tunika Media: Lapisan otot polos sangat tebal (Arteri muscular)

    Tunika Adventitia: Jaringan ikat kendur dan terdapat membrana elastika

    eksterna

    4. Arteri BesarTunika Intima: endotel terdiri atas epitel selapis pipih, sub endotel terdiri atas

    jaringan fibroelastis, terdapat anyaman sabut elastis bila lapisannya tebal,

    merupakan bentukan berkelok-kelok seperti cacing yang terdiri atas kumpulan

    sabut-sabut elastis.

    Tunika Media: otot polos 40 60 lapis berselang-seling dengan membran

    terfenestrasi

    Tunika Adventitia: Terdapat vasa dan nervi vasorum.

    Vena

    - Dinding tipis, tekanan 1/10 dari arteri- Jaringan elastis konstan karena aliran darah konstan- Terdapat banyak katup- Mudah direnggangkan sehingga dapat berfungsi sebagai reservoir- Dinding tampak kendur- Tunika media tidak berkembang- Tunika adventitia lebih tebal dan dominan

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    9/45

    1. Venulaa. Tunika intima: Selapis endotel

    b. Tunika media: Tipis, 1 3 otot polosc. Tunika adventitia: Relatif Tebal

    2. Vena kecil dan Vena Sedang: Diagnosis vena tergantung arteri pasangannya3. Vena Besar:

    a. Tunika intima: Selapis endotel, jaringan sube ndotel agak tebal, kadangsabut otot polos membujur

    b. Tunika media: Tipis, kadang tidak adac. Tunika adventitia: Paling tebal, otot polos membujur. Tidak terdapat

    membrana elastika eksterna

    Fisiologi

    - Menjamin keadekuatan suplai ateri yang dibutuhkan jaringan,mendistribusikannya, dan membuang zat sisa metabolisme

    - Sebagai tempat mengalirnya darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh dansebaliknya

    Arteri:

    Berfungsi sebagai Jalur cepat (Diameter besar dan resistensi rendah) aliran darah

    dari jantung ke jaringan, serta sebagai reservoir tekanan (menghasilkan gaya

    pendorong saat jantung relaksasi).

    Kapiler:

    Berfungsi sebagai tempat pertukaran zat secara difusi antara darah dan jaringan.

    Hal ini bisa terjadi karena dinding kapiler hanya terdiri dari selapis endotel. Aliran

    darah di kapiler paling lambat karena total luas penampang kapiler paling besar.

    Vena:

    Berfungsi sebagai reservoir darah dan jalan kembali ke jantung. Kapasitas vena

    bergantung pada distensibilitas dinding vena dan semua pengaruh tekanan

    eksternal yang memeras vena. Tekanan vena biasanya sangat rendah, misal di

    vena cava hanya mencapai 4 -5 mmHg. Kecepatan aliran di Vena kecil dan venula

    kontinyu, sedangkan di vena sedang dan besar terjadi fluktuasi aliran darah

    kembali. Aliran balik vena merupakan volume darah yang masuk ke tiap atrium

    per menit dari vena, dipengaruhi beberapa faktor eksternal. Vena memiliki katup

    yang memungkinkan aliran darah hanya searah menuju jantung. Rangkaian

    arteriol-kapiler-venula disebut mikrosirkulasi/Terminal Vascular Bed

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    10/45

    Hemostasis

    Tubuh manusia sering mengalami robekan kapiler halus dan terkadang memutus

    pembuluh darah yang lebih besar. Tubuh mampu menghentikan perdarahan dari pembuluh

    halus tetapi tidak mampu mengendalikan perdarahan dari pembuluh darah besar tanpa

    bantuan eksternal. Pengendalian perdarahan terjadi dalam dua proses yaitu pembentukansumbatan trombosit diikuti pembentukkan bekuan darah. Proses ini bersifat interdependen

    dan terjadi berurutan satu sama lain dalam rangkaian proses yang cepat. Pengendalian proses

    perdarahan inilah yang disebut denngan hemostasis.

    Langkah-langkah hemostasis:

    1. Hemostasis primer, terdiri atas trombosit dan pembuluh darah. Disebut hemostasisprimer karena yang pertama terlibat dalam proses penghentian perdarahan bila terjadi

    luka atau trauma. Hemostasis primer dimulai dengan vasokontriksi pembuluh darah dan

    pembentukan trombosit plak menutup luka dan menghentikan perdarahan. Vasokontriksi

    menyebabkan aliran darah menjadi lebih lambat pada daerah yang luka atau trauma.

    Keadaan ini akan mempermudah trombosis pada reseptor trombosis Gp I b menempel

    pada subendotel pembuluh darah (adhesi) dengan perantaraan faktor von Willebrand.

    Trombosit yang teraktivasi ini menyebabkan reseptor trombosit Gp IIb/IIIa siap

    menerima ligan fibrinogen dan fibrinogen menghubungkan trombosit yang berdekatan

    satu lain dan kemudian terjadi agregasi trombosit dan membentu plak trombosit yang

    menutup luka/trauma. Sumbatan bersifat sementara (temporer). Proses ini kemudian

    diikuti proses hemostasis sekunder.

    2. Hemostasis sekunder, terdiri atas faktor pembekuan dan anti pembekuan. Hemostasissekunder dimulai dengan aktivasi koagulasi melalui jalur ekstrinsik dan intrinsik. Jalur

    ekstrinsik yaitu jaringan yang terlepas terikat pada FVII dan menyebabkan FVII menjadi

    aktif. FVIIa mengaktifkan FX menjadi Fxa dna bersama FV dan PF3 membentuk

    kompleks protrombinase. Selain mengaktifkan FX, FVIIa juga mengaktifkan FIX

    menjadi FIXa dalam jalur intrinsik. Kompleks protrombinase akan mengaktifkan

    protrombin menjadi trombin dan trombin akan memecahkan fibrinogen menjadi fibrin.

    Fibrin akan menggantikan sumbat trombosit sampai terjadi penyembuhan luka. Migrasi

    dan proliferasi sel terjadi pada jaringan yang rusak untuk penyembuhan luka.

    3. Hemostasis tersier, yaitu sistem fibrinolisis akan diaktifakn dan menjadi lisis dari fibrindan endotel menjadi utuh. Pada umumnya proses penyembuhan berlangsung dalam

    waktu 14 hari. (IPD, 2009)

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    11/45

    Mekanisme Hemostasis

    1. Konstriksi pembuluh darahSegera setelah pembuluh darah terpotong atau ruptur, dinding pembuluh darah yang

    rusak itu sendiri menyebabkan otot polos dinding pembuluh berkontraksi; sehingga

    dengan segera aliran darah dari pembuluh yang ruptur berkurang. Kontraksi terjadiakibat dari (1) spasme miogenik lokal, (2) faktor autakoid lokal yang berasal dari

    jaringan yang terkena trauma dan platelet darah, dan (3) berbagai refleks saraf.

    2. Pembentukan sumbat plateletBila luka pembuluh darah berukuran sangat kecil; setiap hari terbentuk banyak

    lubang yang sangat kecil di seluruh tubuh-lubang itu biasanya ditutup oleh sumbat

    platelet, bukan oleh bekuan darah.

    Pada waktu trombosit bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak,

    terutama dengan serabut kolagen di dinding pembuluh, trombost mulai membengkak;

    bentuknya menjadi ireguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari

    permukaannya protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan

    pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif; trombosit itu menjadi

    lengket sehingga melekat pada kolagen dalam jaringan dan pada protein yang disebut

    faktor von Willebrand yang bocor dari plasma menuju jaringan yang trauma;

    trombosit menyekresi sejumlah besar ADP; dan enzim-enzimnya membentuk

    tromboksan A2. ADP dan tromboksan kemudian mengaktifkan trombosit yang

    berdekatan, dan karena sifat lengket dari trombosit tambahan ini maka akan

    menyebabkannya melekat pada trombosit semula yang sudah aktif.

    Dengan demikian, pada setiap lokasi dinding pembuluh darah yang luka, dinding

    pembuluh yang rusak menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya

    terus meningkat yang menyebabkannya menarik lebih banyak lagi trombosit

    tambahan, sehingga membentuk sumbat trombosit.

    3. Pembekuan darah pada pembuluh yang rupturBekuan mulai terbentuk dalam waktu 15 sampai 20 detik bila trauma pada dinding

    pembuluh sangat hebat, dan dalam 1 sampai 2 menit bila traumanya kecil. Zat-zat

    aktivator dari dinding pembuluh darah yang rusak, dari trombosit, dan dai protein-

    protein darah yang melekat pada dinding pembuluh darah yang rusak, akan

    mengawali proses pembekuan darah.

    4. Pembentukan jaringan fibrosa atau penghancuran bekuan darah

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    12/45

    Setelah bekuan darah terbentuk, dua proses berikut dapat terjadi: (1) bekuan dapat

    diinvasi olehfibroblas, yang kemudian membentuk jaringan ikat pada seluruh bekuan

    tersebut, atau (2) dapat juga bekuan itu dihancurkan. Biasanya bekuan yang terbentuk

    pada luka kecil di dinding pembuluh darah akan diinvasi oleh fibroblas, yang mulai

    terjadi beberapa jam setelah bekuan itu terbentuk (dipermudah, paling tidak olehfaktor pertumbuhan yang disekresi oeh trombosit). Hal ini berlanjut sampai terjadi

    pembentukan bekuan yang lengkap menjadi jaringan fibrosa dalam waktu kira-kira 1

    sampai 2 minggu.

    Sebaliknya, bila sejumlah besar darah merembes ke jaringan dan terjadi bekuan yang

    tidak dibutuhkan, zat khusus yang terdapat dalam bekuan itu sendiri menjadi

    teraktivasi. Zat ini berfungsi sebagai enzim yang menghancurkan bekuan itu. (Guyton,

    2007)

    Peran trombosit dalam hemostasis

    Trombosit berperan penting dala kedua proses hemostasis. Trombosit dalam keadaan normal

    bersirkulasi ke seluruh tubuh melalui aliran darah tanpa menempel di sel-sel endotel vaskular.

    Akan tetapi, dalam beberapa detik setelah terjadi kerusakan suatu pembuluh, trombosit

    tertarik ke daerah tersebut sebagai respons terhadap kolagen yang terpajan di lapisan

    subendotel pembuluh darah yang rusak. Trombosit melekat ke protein tersebut (disebut faktor

    von Willebrand) yang menunjukkan adanya kerusakan permukaan pembuluh dara, dan

    mengeluarkan beberapa zat kimia vasoaktif, termasuk serotonin dan ADP. Serotonin

    menyebabkan vasokonstriksi, yang membantu penurunan aliran darah ke area luka sehingga

    membatasi perdarahan. Serotonin dan zat kimia lainnya termasuk ADP, juga akan

    menyebabkan trombosit berubah bentuk dan menjadi lengket, dimulai dengan proses

    pembentukan yang disebut sumbat atau plak trombosit di dalam pembuluh darah yang rusak.

    Trombosit lainnya ditarik ke area luka dan selanjutnya membentuk sumbatan. Tromboksan

    A2dihasilkan dari trombosit dan membantu menarik lebih banyak trombosit ke daerah luka.

    Fibrinogen, adalah suatu protein plasma yang bersirkulasi, menghubungkan antara area yang

    terpajan dengan trombosit, menciptakan suatu jembatan untuk membantu menstabilisasi

    sumbatan yang terbentuk. Sumbat trombosit tersebut akan menambal luka, dan bila terdapat

    defisiensi salah satu faktor yang terlibat akan menyebabkan perdarahan berlebihan.

    Agregasi trombosit (Kapita selekta hematologi Hoffbrand)

    ADP dan tromboksan A2 yang dilepaskan menyebabkan makin banyak trombosit yang

    beragregasi pada tempat cedera vaskular. ADP menyebabkan trombosit membengkak dan

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    13/45

    mendorong membran trombosit pada trombosit yang berdekatan untuk melekat satu sama lain.

    Bersamaan dengan itu, terjadi reaksi pelepasan lebih lanjut terhadap ADP dan tromboksan

    A2. Umpan balik positif ini menyebaban pembesaran sumbat trombosit.

    Bekuan darahSumbat trombosit menjadi bekuan sejati seiring dengan pembesaran ukuran dan menghambat

    sirkulasi eritrosit dan makrofag. Keseluruhan bekuan distabilkan dan diperkuat jaringan

    serabut fibrin yang dihasilkan dari serabut fibrinogen. Produksi fibrin yang stabil merupakan

    langkah akhir pada komponen lain yang penting dalam hemostasis disebut kaskade

    koagulasi.

    Reaksi koagulasi

    o Terdapat total 13 protein yang terlibat dalam jalur koagulasi.o Pada kebanyakan kondisi fisiologis, proses koagulasi pertama kali melalui jalur eksterinsik

    kemudian memperkuat jalur intrinsik. Kedua jalur ini pada akhirnya bekerja sama dan

    perfungsi dengan pengaktifan salah satu protein, yaitu faktor X yang bertanggung jawab

    merngubah protrombin menjadi trombin. Trombin adalah katalis kunci yang mengatur

    perubahan fibrinogen menjadi fibrin dan menyebabkan koagulasi.

    Pembatasan fungsi trombosit

    Penimbunan trombosit yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan aliran darah ke

    jaringan yang memanjang atau mengakibatkan sumbatan menjadi sangat besar sehingga

    terlepas dari tempat semula dan mengalir ke hilir sebagai embolus, yang menyumbat aliran ke

    hilir. Untuk mencegah itu, maka sel-sel endotel terdekat yang tidak cedera melepas zat lain

    yang dapat membatasi lamanya agregasi trombosit. Zat utamnya adalah prostaglandin I2

    yang juga disebut prostasiklin dan oksidanitrat, yang merupakan vasodilator penting.

    (Elizabeth, 2009)

    Protein C dan protein S

    Trombin yang berikatan dengan reseptor permukaan sel endotel yaitu trombomodulin

    membentuk kompleks yang akan mengaktifkan protein C yang merupakan preotease serin

    tergantung vitamin K, yang mempu menghancurkan faktor V dan VIII yang aktif, sehingga

    mencegah pembentukan trombin lebih lanjut. Kerja protein diperkuat oleh protein S, yaitu

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    14/45

    suatu protein lain yang bergantung pada vitamin K, yang mengikat protein C pada permukaan

    trombosit. Selain itu protein C juga meningkatkan fibrinolisis.

    Pemeriksaan Fungsi Hemostasis

    1. Hitung darah dan pemeriksaan sediaan hapus darahTrombositopenia sering merupakan penyebab perdarahan abnormal, oleh karena itu pada

    pasien yang diduga menderita kelainan perdarahan, pertama kali harus dilakukan

    pemerkisaan hitung darah lengkap dan pemeriksaan apusan darah perifer. Selain untuk

    memastikan adanya trombositopenia, tindakan ini juga mungkin dapat menemukan

    penyebabnya, misal leukemia akut.

    2. Uji skrining pembekuan darahMemungkinkan penilaian terhadap sistem ekstrinsik dan intrinsik pembekuan darah dan

    juga perubahan sentral fibrinogen menjadi fibrin.

    a. Waktu Protrombin (PT) mengukur faktor VII, X, V, protrombin dan fibrinogen. Nilainormal 10-14 detik, dan nilai ini sering di diekspresikan sebagai INR (international

    normalized ratio)

    b. aPTT mengukur faktor VII, IX, XI, dan XII, selain faktor V, X, protrombin, danfibrinogen. Nilai normalnya 30-40 detik.

    c. Perpanjangan dari PT dan aPTT yang disebabkan karena defisiensi faktor koagulasidapat dikoreksi dengan penambahan plasma normal ke dalam plasma yang diperiksa.

    Apabila tidak dapat dikoreksi atau hanya sebagian tekoreksi, dicurigai kemungkinan

    adanya inhibitor koagulan.

    d. Waktu trombin (TT) cukup sensitif untuk menilai defisiensi fibrinogen atau adanyahambatan terhadap trombin. Nilai normalnya antara 14-16 detik.

    3. Pemeriksaan khusus faktor-faktor pembekuanSebagian besar pemeriksaan faktor didasarkan pada protrombin time atau masa

    protrombin, termasuk juga misalnya fibrinogen, faktor vW, dan faktor VIII. Pada

    pemeriksaan ini semua faktor kecuali faktor yang akan diukur terdapat dalam plasma

    substrat. Ini biasanya memerlukan pasokan plasma dari pasien. Efek koreksi plasma yang

    diperiksa terhadap masa pembekuan plasma substrat defisien yang menunjang kemudian

    dibandingkan efek koreksi plasma normal. Hasilnya diinyatakan sebagai persentase

    terhadap aktivitas normal.

    4. Masa perdarahan

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    15/45

    Adalah pemeriksaan yang berguna untuk fungsi trombosit yang abnormal. Pemeriksaan

    ini meliputi pemasangan dan pemompaan manset tekanan darah pada lengan atas, setelah

    itu dibuat insisi kecil pada permukaan fleksor kulit lengan bawah. Perdarahan normalnya

    berhenti 3-8 menit.

    5. Pemeriksaan fungsi trombositTes ini mengukur penurunan penyerapan sinar pada plasma kaya trombosit sebagai

    agregat trombosit. Agregasi primer berasal dari rangsangan agen eksternal, sedangkan

    agregasi sekunder berasal dari agen internal dari trombosit sendiri. Agen agregasi yang

    sering digunakan misalnya : ADP, kolagen, ristosetin, asam arakidonat, dan adrenalin.

    6. Pemeriksaan fibrinolisisPeningkatan aktivator plasminogen dalam sirkulasi dapat dideteksi dengan

    memendeknya euglobulin clot lysis time. Beberapa teknik immunologik digunakan untuk

    mendeteksi produk degradasi dari fibrin maupun fibrinogen.

    (Hoffbrand, 2009)

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    16/45

    Mekanisme Pembekuan Darah Klasik

    Granula mengandung serotonin vasokonstriktor yang kuat, faktor adenosin difosfat (ADP),

    fibrinogen, faktor von Willebrand, faktor III dan IV, kalsium dan enzim. Faktor inidilepaskan dan diaktifkan akibat respons terhadap cedera.

    Faktor Pembekuan Plasma :

    I = Fibrinogen (prekursor fibrin)

    II = Protrombin (prekursor enzim proteolitik trombin dan akselerator pada konversi

    protrombin )

    III = Tromboplastin (aktivator lipoprotein jaringan pada protrombin )

    IV = Kalsium

    V = Akselarator plasma darah

    VII = Akselerator konversi protrombin serum

    Ca2+

    , F X, F VII

    Faktor X Faktor X aktif

    Faktor IX aktif

    Fibrin

    Faktor IX

    Ca2+

    , PF3, Faktor VIII

    Ca2+

    , Faktor IV

    Jala stabil

    Fibrinogen

    TrombinProtrombin

    Tromboplastin jar.

    Faktor III

    Karusakan jaringan

    Pembuluh darah

    rusak

    Permukaan benda

    asing

    Faktor XI

    Faktor XII Faktor XII aktif

    Faktor XI aktif

    Ca2+

    Faktor VPF

    3

    Faktor XII

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    17/45

    VIII = Globulin Anti hemofilik ( AHG )

    IX = Faktor Christmas (aktivitas protrombin )

    X = Faktor Stuart Power (PTA)

    XI = Pendahulu Tromboplastin Plasma (PTA)

    XII = Faktor HagemanXIII = Faktor penstabil fibrin

    Semua faktor protein plasma berada dalam sirkulasi darah, kecuali faktor III dan IV. Setiap

    faktor merupakan enzim pemecah protein yang akan mengaktivasi prokoagulan selanjutnya,

    kecuali I, V, VIII, XIII. Semua faktor disintesis di hati, kecuali faktor VIII, XI, XIII. Vitamin

    K penting untuk disintesis oleh faktor II, VII, IX, X (Price et.al, 2003)

    Kaskade Koagulasi Baru/Selular(Adams dan Bird, 2009; Ruseva dan Dimitrova, 2011)

    Dibagi menjadi Insiasi, Amplifikasi, Propagasi, dan Fibrinolisis.

    Inisiasi:

    Penemuan bahwa paparan darah terhadap sel mengekspresikan Tissue Factor (TF) padapermukaan sel adalah diperlukan untuk menginisiasi koagulasi darah in vivo. Dimulai dariplatelet inaktif dan FII,V,VIII,IX,X,XI dan juga inhibitor: Tissue Factor Pathway Inhibitor(TFPI) dan Antithrombin III (ATIII). Proses koagulasi dicegah dengan cara memisahkan duatipe sel hingga sebuah luka menyebabkan aktivasi koagulasi. Dalam seketika, di regio yangterbatas, sel intra dan ekstravaskular akan kontak. Inisiasi koagulasi dalam sel ber-TF, sudahditerima secara umum bahwa koagulasi diinisiasi oleh TF secara in vivo. Sel yangmengekspresikan TF normalnya ditemukan di luar vaskulatur dan untuk mencegah inisiasidari koagulasi ketika kondisi normal. Beberapa sel yang berkoagulasi juga dapatmengekspresikan TF di permukaan memrannya, namun TF ini inaktif dalam keadaan normaldan kegunaannya tidak jelas. Seketika setelah terjadi luka dan darah terpapar pada sel yangmembawa TF, FVIIa secara cepat berikatan dengan TF yang terpapar. Adalah FVIIa satu-satunya protein koagulasi yang secara rutin bersirkulasi di dalam darah secara aktif daninaktif (1% aktif). Kompleks FVIIa/TF mengaktivasi FVII tambahan dan sedikit FIX dan FX.FXa berasosiasi dengan kofaktor, FVa, untuk membentuk kompleks prothrombinase di

    permukaan sel yang membawa TF. FV dapat diaktivasi dengan Fxa atau protease nonkoagulan. Semua Fxa yang berdisosiasi dari sel pembawa TF secara cepat diinhibisi di fasefluida oleh TFPI dan ATIII. Jadi, adanya inhibitor ini secara aktif melokalisasi aktivitas Fxadi permukaan dimana ia dibentuk. Fxa tidak dapat ke permukaan sel lain melalui fase fluida.

    Kebalikannya, FIXa dapat berpindah dari sel pembawa TF dimana ia dibentuk menujuplatelet atau permukaan lain, karena tidak dihambat TFPI dan diinhibisi ATIII dengan sangatlambat. Aktivitas rendah dari jalur TF terus berlanjut di jarak ekstravaskular. Oleh arena itu,FVII mungkin berikatan dengan TF ekstravaskular mensi tidak ada luka, dan FX serta FIXdapat diaktivasi ketika mereka lewat. Ide ini konsisten dengan temuan bahwa aktivasi levelrendah dari peptida faktor koagulasi muncul di darah normal. Hal ini disebut koagulasi basaldan tidak menjadikan pembentukan gumpalan karena banyaknya komponen proses koagulasi(trombosit dan FVII/vWF) yang tetap ada di ruang vaskuler. Progres koagulasi diatas

    pembuatan sedikit thrombin ada ketika hanya inisiasi ketika luka membuat platelet dajn

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    18/45

    protein besar keluar dari ruang vaskuler. TF diekspresikan banyak jaringan, terutama padaotak, jantung, paru-paru, ginjal, testis, dan plasenta,

    Amplifikasi: Pengubahan thrombin ekstrinsik menjadi intrinsik

    Pada fase amplifikasi, FIXa dengan kofaktor teraktivasi, FVIIIa, membuat sebuah kompleks

    tenase faktor intrinsik FIXa/FVIIIa. Ketika ditempelkan ke permukaan membran (Secaraoptimal pada platelet, namun juga pada mikropartikel, endotel, dan sel lain) dengan adanyakalsium. Pembentukan kompleks tenase intrinsik diperlukan untuk derajat amplifikasi dari

    proses penggumpalan yang dibutuhkan untuk hemostasis, dengan meningkatkan produksiFXa (Pembuatan 50 -100 kali lebih banyak daripada yang diproduksi TF/FVIIa) dandipercepat oleh produksi thrombin. Efisiensi reaksi dari kompleks tenase (FIXa/FVIIIa) dankompleks prothrombinase (FXa/FVa) diperkuat oleh co-lokalisasi atas membran fosfolipiddengan adanya kalsium, melalui banyak urutan magnitude. Semua faktor yang teraktivasiakan membuat loopumpan balik positif, yang akan menyebabkan pembuatan thrombin secaracepat sampai cukup untuk membentuk gumpalan yang stabil. Thrombin beraksi atas platelet

    melalui interaksinya dengan reseptor platelet GpIb yang bekerja sebagai scaffolding, yangmenyebabkan dapat terjadinya interaksi dengan komponen membran platelet lain, seperti

    protease-activated protein-1 (PAR-1), yang akan menyebabkan degranulasi dari granula-adan ekspresi membran FVa, dan juga aktibasi dari reseptor GpIIb/IIIa. Hal ini akan bekerjasebagai pemerkuat agregasi platelet, juga menyediakan permukaan fosfolipid bermuatannegatid, dengan paparan dari fosfatidilserin (PS) dari dalam ke luar membran sel, yang akanmuncul sebagai akibat dari aktivasi enzim seperti lipid scramblase, yang ikut berperan dalamregulasi asimetri dari membran. Thrombin juga membuat peningkatan kadar FVIIIa, dengan

    pembebasan FVIII dari komplesnya dengan vWF, dan juga aktivasi FXI menjadi FXIa, yangmelokalisasi ke permukaan platelet dan menyebabkan aktivasi lanjutan terhadap enzim jalur

    intrinsik. Trombosit yang ikut adalah kemungkinan besar yang ikut pada hemostatik plugawal, dan akan diaktivasi oleh kolagen lokal di tempat luka vaskular. Platelet COAT(Collagen and Thrombin Stimulated) diperkirakan juga memperkuat potensi pembuatanthrombin, karena kekuatan yang telah diperkuat untuk mengikat kompleks tenase daan

    prothrombinase. Mereka juga ditempatkan untuk pembuatan efektif thrombin jumlah besardalam fase amplfikasi dan propagasi. Kombinasi dari semua aksi ini akan secara efisienmeningkatkan kadar thrombin yang dibuat.

    Propagasi: Pembuatan Thrombin dengan deposisi Fibrin

    Propagasi bergantung pada rekrutmen dari platelet teraktivasi di lokasi luka, untuk

    memberikan lokalisasi yang baik atas komponen-komponen yang dibutuhkan untukpembuatan optimal dari thrombin, termasuk kompleks tenase intrinsik, kompleksprothrombinase, kalsium, dan permukaan fosfolipid untuk secara efisien melakukan co-lokalisasi atas emua komponen ini. Reaksi ini bergantung pada jumlah trombosit pada angkayang cukup dan dengan potensial untuk aktivasi termediasi thrombin. Hasil Thrombin Burstakan berakhir pada pembuatan fibrin dari fibrinogen untuk memproduksi gumpalan fibrinstabil. Monomer coalesce fibrin soluble menjadi gel fibrin polimer, dan aksi dari FXIIIa,diaktivasi oleh thrombin, secara kovalen cross-link dengan fibrin, untuk membentuk jaringan

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    19/45

    fibrin stabil. Thrombin yang dihasilkan juga mengaktivasi Thrombin-activatable FibrinolysisInhibitor (TAFI) yang berguna untuk menjaga gumpalan dari fibrinolisis dimediasi plasmin.TAFI secara proteolitik memecah residu lisin dari gumpalan fibrin, yang akan melepas situs

    perngikatan dari plasminogen menjadi fibrin dan akan mengurangi efektivitas dari lisisgumpalan dimediasi plasmin.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    20/45

    Gambar II. 1&2: Overview Kaskade Koagulasi Terbaru Dan Detailnya (Diadaptasi dari: Adams dan

    Bird, 2009). Penjelasan: II.2: 3 Fase Koagulasi: (1) Paparan TF subendotel mengakibatkan pembentukan

    dari kompleks tenase ekstrinsik, dengan kombinasi FVIIa. Sedikit FIXa, FXa, dan thrombin terbentuk.

    (2) Amplifikasi: Pembentukan Kompleks Tenase Intrinsik dan Prothrombinase pada fosfatidilserin

    permukaan membran trombosit, dengan pembentukan thrombin meningkat. (3) Propagasi: Thrombin

    Burst berakhir di pembentukan secara faali dari cross-linked fibrin dengan kadar yang dibutuhkan,

    menyebabkan gumpalan stabil.

    Fibrinolisis: Sebuah Resolusi

    Fibrinolis penting untuk melepas penggumpalan yang dibentuk oleh aktivasi dari

    mekanisme hemostasis, di situasi yang diperlukan dan pada thrombosis patologis erta

    artherosklerosis, yang berkaitan dengan deposisi dari fibrin intravaskuler. Prinsip mediator

    dari fibrinolisis adalah plasmin, yang merusak fibrin di lisin spesifik dan residu arginin, yang

    menyebabkan produksi dari degradasi fibrin. Plasmin diproduksi oleh penghancur proteolitik

    dari plasminogen tersirkulasi dengan dua efektor utama, Tissue-type plasminogen activator

    (t-PA), yang dilepas dari sel endotel sebagai respon terhadap protrhombin dan oklusi vena,

    dan Urokinase-type plasminogen activator(u-PA), yand disekresi sebagai prourokinase, dan

    diaktivasi oleh plasmin dan faktor kontal (kininogen, prekallikrein, dan FXIII). Aktivator-ativator dari fibrinolisis diatur oleh Plasminogen Activator Inhibitor(PAI), yang muncul pada

    kelebihan darah yang banyak pada darah yang mengalir, yang menyebabkan kompleks

    aktivasi dengan t-PA dan u-PA, menjadi sebuah rate-limiting factor untuk menentukan

    banyaknya konversi plasmin.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    21/45

    KELAINAN HEMOSTASIS DAN TROMBOSIT

    Trombositopenia

    Trombositopenia adalah keadaan pada saat jumlah trombosit dalam sirkulasi darah berada di

    bawah normal (Dorland 1998). Jadi, jika terjadi perdarahan akan sulit dihentikan, karena

    darah sulit membeku. Penyebab umum trombositopenia antara lain ialah kegagalan produksitrombosit yang merupakan kegagalan sumsum tulang belakang. Hal ini umumnya disebabkan

    oleh toksisitas obat atau infeksi virus. Selain itu, dapat pula disebabkan oleh peningkatan

    destruksi/konsumsi trombosit karena reaksi autoimun, infeksi, purpura pascatransfusi, dan

    induksi obat seperti heparin; distribusi trombosit abnormal pada splenomegali; dan

    kehilangan akibat dilusi pada transfusi darah simpan dalam jumlah sangat besar pada pasien

    dengan perdarahan. Hal ini disebabkan trombosit tidak stabil pada suhu penyimpanan 4 C

    sehingga jumlahnya dapat menurun drastis bila darah disimpan lebih dari 24 jam (Hoffbrand

    et al. 2005). Trombositopenia yang disebabkan virus di antaranya terjadi pada penderita DBD

    dan tifus. (repository.ipb.ac.id, 2013)

    Trombositosis

    Trombositemi/trombositosis adalah peningkatan jumlah trombosit di atas 350000/mm3 atau

    400000/mm3. Terdapat 3 kelainan utama penyebab trombositemi, yaitu : kelainan klonal

    (Trombositemi esensial/primer dan kelainan mieloproliferatif lain), familial (mutasi

    trombopoietin) dan trombositosis reaktif terhadap berbagai penyebab akut dan kronis.

    Trombositemi primer sering ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan hematologi

    pada penderita yang asimtomatis. Trombositemi esensial pertama kali dilaporkan oleh di

    Guglielmo pada tahun 1920 dan Epstein dan Goedel pada tahun 1934. Pada saat itu,

    Trombositemi esensial dianggap merupakan bagian dari penyakit mieloproliferatif yang lain

    (Polisitemia vera, Lekemi mielositik kronik, Mielofibrosis dengan mieloid metaplasia).1,2

    Pada tahun1960, Trombositemi esensial ditentukan sebagai suatu penyakit mieloproliferatif

    yang berbeda.1 Pada makalah ini akan dibicarakan definisi, patofisiologi, kriteria diagnostik,

    terapi, komplikasi dan prognosis Trombositemi esensial. (pustaka.unpad.ac.id, 2013)

    Hemofilia

    Hemofilia adalah penyakit gangguan koagulasi herediter yang diturunkan secara X-linked

    resesif. Gangguan terjadi pada jalur intrinsik mekanisme hemostasis herediter, dimana terjadi

    defisiensi atau defek dari faktor pembekuan VIII (hemofilia A) atau IX (hemofilia B).

    Biasanya bermanifestasi pada anak laki-laki namun walaupun jarang, hemofilia pada wanita

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    22/45

    juga telah dilaporkan. Wanita umumnya bertindak sebagai karier hemofilia. Secara

    imunologis, hemofilia dapat memiliki varian-varian tertentu. Diagnosis Hemofilia dapat

    dilakukan dengan antara lain: deteksi karier, manifestasi klinis dan uji lab. (digilib.unsri.ac.id,

    2013)

    Hemofilia berasal dari bahasa Yunani Kuno, yang terdiri dari dua kata yaitu haimayang berarti darah danphiliayang berarti cinta atau kasih sayang.

    Hemofilia adalah suatu penyakit yang diturunkan, yang artinya diturunkan dari ibu kepada

    anaknya pada saat anak tersebut dilahirkan.

    Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara

    normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan

    sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses

    pembekuan darahnya.

    Penderita hemofilia kebanyakan mengalami gangguan perdarahan di bawah kulit; seperti luka

    memar jika sedikit mengalami benturan, atau luka memar timbul dengan sendirinya jika

    penderita telah melakukan aktifitas yang berat; pembengkakan pada persendian, seperti lulut,

    pergelangan kaki atau siku tangan. Penderitaan para penderita hemofilia dapat

    membahayakan jiwanya jika perdarahan terjadi pada bagian organ tubuh yang vital seperti

    perdarahan pada otak.

    Hemofilia A dan B

    Hemofilia terbagi atas dua jenis, yaitu :

    - Hemofilia A; yang dikenal juga dengan nama :

    - Hemofilia Klasik; karena jenis hemofilia ini adalah yang paling banyak kekurangan

    faktor pembekuan pada darah.

    - Hemofilia B; yang dikenal juga dengan nama :

    - Christmas Disease; karena di temukan untuk pertama kalinya pada seorang bernama

    Steven Christmas asal Kanada

    - Hemofilia kekurangan Factor IX; terjadi karena kekurangan faktor 9 (Factor IX) protein

    pada darah yang menyebabkan masalah pada proses pembekuan darah.

    Bagaimana ganguan pembekuan darah itu dapat terjadi?

    Gangguan itu dapat terjadi karena jumlah pembeku darah jenis tertentu kurang dari

    jumlah normal, bahkan hampir tidak ada. Perbedaan proses pembekuan darah yang

    terjadi antara orang normal (Gambar 1) dengan penderita hemofilia (Gambar 2).

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    23/45

    Gambar 1dan Gambar 2 menunjukkan pembuluh darah yang terluka di dalam darah

    tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan dalam menghentukan

    perdarahan.

    a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada

    pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruhtubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.

    b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.

    c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.

    d. Faktor-faktor pembeku da-rah bekerja membuat anyaman

    (benang - benang fibrin) yang akan menutup luka sehingga

    darah berhenti mengalir keluar pembuluh.

    Gambar II.3

    a. Ketika mengalami perdarahan berarti terjadi luka pada

    pembuluh darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh

    tubuh), lalu darah keluar dari pembuluh.

    b. Pembuluh darah mengerut/ mengecil.

    c. Keping darah (trombosit) akan menutup luka pada pembuluh.d. Kekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,

    mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk

    sempurna, sehingga darah tidak berhenti mengalir keluar

    pembuluh.

    Gambar II.4

    Seberapa banyak penderita hemofilia ditemukan ?

    Hemofilia A atau B adalah suatu penyakit yang jarang ditemukan. Hemofilia A terjadi

    sekurang - kurangnya 1 di antara 10.000 orang. Hemofilia B lebih jarang ditemukan,

    yaitu 1 di antara 50.000 orang.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    24/45

    Siapa saja yang dapat mengalami hemofilia ?

    Hemofilia tidak mengenal ras, perbedaan warna kulit atau suku bangsa.

    Hemofilia paling banyak di derita hanya pada pria. Wanita akan benar-benar

    mengalami hemofilia jika ayahnya adalah seorang hemofilia dan ibunya adalah

    pemabawa sifat (carrier). Dan ini sangat jarang terjadi. (Lihat penurunan Hemofilia)Sebagai penyakit yang di turunkan, orang akan terkena hemofilia sejak ia dilahirkan,

    akan tetapi pada kenyataannya hemofilia selalu terditeksi di tahun pertama

    kelahirannya.

    Tingkatan Hemofilia

    Hemofilia A dan B dapat di golongkan dalam 3 tingkatan, yaitu :

    Klasifikasi Kadar Faktor VII dan Faktor IX di dalam darah

    Berat Kurang dari 1% dari jumlah normalnya

    Sedang 1% - 5% dari jumlah normalnya

    Ringan 5% - 30% dari jumlah normalnya

    Penderita hemofilia parah/berat yang hanya memiliki kadar faktor VIII atau faktor IX

    kurang dari 1% dari jumlah normal di dalam darahnya, dapat mengalami beberapa kali

    perdarahan dalam sebulan. Kadang - kadang perdarahan terjadi begitu saja tanpa sebab

    yang jelas.

    Penderita hemofilia sedang lebih jarang mengalami perdarahan dibandingkan hemofilia

    berat. Perdarahan kadang terjadi akibat aktivitas tubuh yang terlalu berat, seperti olah

    raga yang berlebihan.

    Penderita hemofilia ringan lebih jarang mengalami perdarahan. Mereka mengalami

    masalah perdarahan hanya dalam situasi tertentu, seperti operasi, cabut gigi atau

    mangalami luka yang serius. Wanita hemofilia ringan mungkin akan pengalami

    perdarahan lebih pada saat mengalami menstruasi.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    25/45

    Penyakit Von Willebrand

    Apa itu penyakit Von Willebrand ?

    Penyakit Von Willebrand (vWD) adalah kelainan perdarahan yang paling banyak diderita

    orang.

    Faktanya, ia bukan penyakit tunggal, tetapi penyakit keluarga.Jenis penyakit inidisebabkan oleh masalah Von Willebrand Factor (vWF). Ini adalah protein dalam darah

    yang diperlukan untuk pembekuan darah. Gen yang membuat vWF bekerja pada dua jenis

    sel yaitu :

    - Sel endotel yaitu yang melapisi pembuluh darah dan

    - trombosit

    Jika tidak terdapat cukup vWF dalam darah, atau tidak bekerja dengan baik, maka dalam

    proses pembekuan darah memerlukan waktu lebih lama.

    Bagaimana darah dapat membeku dalam keadaan normal ?

    Dalam tubuh darah diangkut dalam pembuluh darah. Jika ada cedara jaringan, terjadi

    kerusakan pembuluh darah dan akan menyebabkan kebocoran darah melalui lubang pada

    dinding pembuluh darah. Pembuluh dapat rusak dekat permukaan seperti saat terpotong.

    Atau ia dapat rusak di bagian dalam tubuh sehingga terjadi memar atau perdarahan dalam.

    Trombositadalah sel kecil yang beredar dalam darah. Setiap trombosit

    berukuran garis tengah kurang dari 1/10,000 centimeter. Terdapat 150 to 400

    miliar trombositdalam 1 liter darah normal. Trombositmempunyai peranan

    penting untuk menghentikan perdarahan dan memulai perbaikan pembuluh

    darah yang cedera.

    Jika pembuluh darah terluka, ada empat tahap untuk membentuk bekuan darah

    yang normal.

    Tahap 1 Pembuluh darah terluka dan mulai mengalami perdarahan.

    Tahap 2 Pembuluh darah menyempit untuk memperlambat aliran darah ke daerah yang luka.

    Tahap 3 Trombosit melekat dan menyebar pada dinding pembuluh darah yang rusak. Ini

    disebut adesi trombosit. Trombosit yang menyebar melepaskan zat yang

    mengaktifkan trombosit lain didekatnya sehingga akan menggumpal membentuk

    sumbat trombositpada tempat yang terluka. Ini disebut agregasi trombosit.

    Tahap 4 Permukaan trombosityang teraktivasi menjadi permukaan tempat terjadinya bekuan

    darah. Protein pembekuan darah yang beredar dalam darah diaktifkan pada

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    26/45

    permukaan trombositmembentuk jaringan bekuanfibrin.

    Protein ini (Faktor I, II, V, VII, VIII, IX, X, XI, XII dan XIII dan Faktor Von Willebrand )

    bekerja seperti kartu domino, dalam reaksi berantai. Ini disebut cascade koagulasi (Lihat

    Gambar II.5.)

    Gambar II.5a. cascade koagulasi normal Gambar II.5b. cascade koagulasi hemofilia

    Bagaimana Penyakit Von Willebrand terjadi pada proses pembekuan darah normal ?vWD dapat terjadi pada dua tahap terakhir pada proses pembekuan darah.

    Pada tahap ke 3, seseorang dapat berkemungkinan tidak memiliki cukup Faktor Von

    Willebrand (vWF) di dalam darahnya atau faktor tersebut tidak berfungsi secara normal.

    Akibatnya vWF tidak dapat bertindak sebagai perekat untuk menyangga trombositdi sekitar

    daerah pembuluh darah yang mengalami kerusakan. Trombosit tidak dapat melapisi dinding

    pembuluh darah.

    Pada tahap ke 4, vWF membawa Faktor VIII. Faktor VIII adalah salah satu protein yang

    dibutuhkan untuk membentuk jaringan yang kuat. Tanpa adanya faktor VIII dalam dalamjumlah yang normal maka proses pembekuan darah akan memakan waktu yang lebih lama.

    Seberapa sering penyakit Von Willebrand ditemukan ?

    Dokter sekarang berpendapat bahwa vWD dapat mengenai 1 diantara 100 orang. Karena

    banyak orang - orang ini hanya mengalami perdarahan ringan, maka hanya sejumlah kecil

    yang tahu bahwa dirinya membawa pernyakit ini.

    Siapa saja yang dapat terkena penyakit Von Willebrand ?

    Penyakit Von Willebrand dapat mengenai pria dan wanita. Namun, karena banyak wanita

    dengan vWD mengalami perdarahan haid yang banyak dan perdarahan lama setelah

    melahirkan, lebih banyak wanita yang mempunyai gejala dibandingkan pria.

    Anak - anak juga dapat menderita vWD. Mereka dilahirkan dengan penyakit ini. Hal ini

    karena lala adalah kelainan yang diturunkan.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    27/45

    Dapatkah vWD diturunkan dari orang tua ke anaknya ?

    Ya, jika salah satu dari kedua orang tua punya vWD, mereka dapat menurunkan penyakit ini

    ke anak - anaknya.

    Mengapa disebut penyakit Von Willebrand ?

    Nama ini adalah nama seorang dokter Finlandia , Erik Von Willebrand, yang pertama kali

    menguraikan kondisi ini pada 1925. Ia menyadari bahwa penyakit ini tidak sama dengan

    hemofilia, yang dalam kondisi beratnya jatuh pada laki - laki.

    Dalam keadaan bagaimana penyakit Von Willebrand dikatakan berat ?

    Ini tergantung pada jenis penyakit. Untunglah ada pengobatan yang efektif untuk semua jenis

    vWD.

    Apa lagi, beberapa peneliti menemukan bahwa " ... vWD ringan dapat bermanfaat bagi

    kesehatan . " Para peneliti berkata demikian di karenakan vWD membuat trombosit lebih

    sulit untuk saling melekat. Sehingga seseorang dengan vWD akan lebih sedikit mengalami

    sumbatan pembuluh darah, sebagai penyebab serangan jantung atau stroke. (hemofilia.or.id.,

    2013)

    Diagnosis dan diagnosis banding

    Salah satu cara untuk menentukan diagnosis suatu kelainan pada pembekuan darah

    adalah dengan tes pembekuan darah.

    1. Waktu perdarahanBila ujung jari atau cuping telinga ditusuk dengan jarum tajam, perdarahan

    biasanya berlangsung 1-6 menit. Lama perdarahan sangat tergantung pada dalamnya

    luka dan derajat hiperemia di jari atau cuping telinga pada saat tes dilakukan. Waktu

    perdarahan akan memanjang bila kekurangan salah satu faktor pembekuan, dan akan

    sangat memanjang bila kekurangan trombosit.

    2. Waktu pembekuanCaranya bervariasi, namun yang paling banyak dipakai adalah dengan

    menempatkan darah dalam tabung gelas reaksi yang bersih, kemudian

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    28/45

    menggoyangkan tabung itu setiap 30 detik sampai terbentuk bekuan. Dengan cara ini

    waktu pembekuan normal adalah 6 sampai 10 menit.

    Waktu pembekuan sangat bervariasi, bergantung pada metode yang digunakan, jadi

    waktu pembekuan tidak digunakan lagi pada banyak klinik.

    3. Waktu protrombinWaktu protrombin memberi petunjuk tentang kadar protrombin dalam darah.

    Metode untuk menentukan waktu protrombin:

    Darah yang diambil dari pasien segera diberi oksalat agar tidak ada protrombin yang

    berubah menjadi trombin. Kemudian, sejumlah besar ion kalsium dan faktor jaringan

    dicamour secara cepat ke dalam darah oksalat. Kalsium yang berlebihan

    menghilangkan efek oksalat, dan faktor jaringan mengaktifkan reaksi protrombin

    menjadi trombin melalui jalur pembekuan ekstrinsik. Waktu yang diperlukan untuk

    terjadinya pembekuan disebut waktu protrombin. Pendeknya wakt ditentukan

    terutama oleh kadar protrombin. Waktu protrombin normal kira-kira 12 detik.

    Semakin tinggi kadar protrombin dalam darah, semakin kecil waktu protrombin.

    (Guyton, 2007)

    Farmakologi Obat Hemostatik (Dewoto, 2011)

    Hemostatik terbagi menjadi dua yaitu Hemostatik Lokal dan Hemostatik Sistemik

    1. Hemostatik LokalYang termasuk dalam golongan ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa kelompok

    berdasarkan mekanisme hemostasisnya.

    a. Hemostatic SerapHemostatik serap (absorbable hemostatics) menghentikan perdarahan dengan

    pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan jala serat-serat yang

    mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung pada permukaan ang

    berdarah. Dengan kontak pada permukaan asing, trombosit akan pecah dan

    membebaskan factor ang memulai proses pembekuan darah. Hemostatic golongan

    ini berguna untuk mengatasi perdarahan ang berasal dari pembuluh darah kecil

    saja, misalnya kapiler, dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri

    atau vena yang tekanan intravaskularnya cukup besar. Termasuk kelompok ini

    antara lain spons gelatin, oksisel (selulosa oksida) dan busa fibrin insani (human

    fibrin foam). Spons gelatin dan oksisel dapat digunakan sebagai penutup luka

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    29/45

    yang akhirnya akan diabsorpsi. Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan

    penyingkiran yang memungkinkan perdarahan ulang, seperti yang terjadi pada

    penggunaan kain kasa. Untuk absorpsi yang sempurna dari kedua zat ini

    diperlukan waktu sampai 6 jam. Selulosa oksida dapat mempengaruhi regenerasi

    tulang dan dapat mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangkapanjang pada patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat epitelisasi,

    selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan dalam jangka panjang. Busa

    fibrin insani yang berbentuk spons, setelah dibasahi, dengan tekanan sedikit dapat

    menutup dengan baik permukaan yang berdarah.

    b. AstringenZat ini bekerja local dengan mengendapkan protein darah sehingga perdarahan

    dapat dihentikan. Sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini dinamakan

    juga styptic. Yang termasuk kelompok ini antara lain feri klorida, nitras argenti,

    asam tanat. Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler,

    tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan vasokonstriktor yang digunakan

    local.

    c. KoagulanObat kelompok ini pada penggunaan local menimbulkan hemostasis dengan

    dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan protrombin menjadi thrombin dan

    secara langsung menggumpalkan fibrinogen.

    Activator protrombin. Ekstrak yang mengandung activator protrombin dapat

    dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara kering dengan asetat.

    Beberapa racun ular memiliki pula aktivitas tromboplasin ang dapat menimbulkan

    pembekuan darah. Salah satu contoh adalah Russells viper venom yang sangat

    efektif seagai hemostatic local dan dapat digunakan umpamamya umtuk alveolus

    gigi yang berdarah pada pasien hemophilia; untuk tujuan ini kapas dibasahi

    dengan larutan segar 0.1% dan ditekankan ke dalam alveolus sehabis ekstraksi

    gigi.

    Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk penggunaan

    local. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV, sebab segera menimbulkan

    pembekuan dengan bahaya emboli

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    30/45

    d. VasokonstriktorEpinefrin dan norepinefrin berefek vasonkonstriksi, dapat digunakan untuk

    menghentikan perdarahan kapiler suatu permukaan. Cara penggunaannya ialah

    dengan mengoleskan kapas yang telah dibasahi dengan larutan 1:1000 tersebut

    pada permukaan yang berdarah.Vasopresin, yang dihasilkan oleh hipofisis pernah digunakan untuk mengatasi

    perdarahan pasca-bedah persalinan, tetapi banyak efek samping dan tealah

    ditinggalkan penggunaannya. Namun perkembangan terakhir menunjukkan

    kemungkinan kegunaannya kembali bila disuntikkan lansung ke dalam korpus

    uteri untuk mencegah perdarahan yang berlebih selama operasi korektif

    ginekologik.

    2. Hemostatik SistemikDengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat dihentikan dengan

    segera. Hal ini terjadi karena pasien mendapatkan semua factor pembekuan darah yang

    terdapat dalam darah transfuse. Keuntungan lain dari transfuse ialah perbaikan volume

    sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi factor pembekuan darah tertentu dapat

    diatasi dengan mengganti/memberikan factor pembekuan yang kurang.

    a. Faktor Antihemofilik (Faktor VIII) dan Cryoprecipitated Antihemophilic FactorKedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi perdarahan pada pasien

    hemophilia A (defisiensi factor VIII yang sifatnya herediter) dan pada pasien yang darahnya

    mengandung penghambat factor VIII. Cryoprecipitated antihemophilic factor didapat dari

    plasma donor tunggal dan kaya akan factor VIII, fibrinogen dan protein plasma lain. Akan

    tetapi jumlah factor VIII yang dikandung bervariasi dan hal ini berbeda dengan preparat

    konsentrat factor antihemofilik yang mengandung factor VIII dalam jumlah baku. Selain

    untuk pasien hemophilia A, cryoprecipitated antihemophilic factor juga dapat digunakan

    untuk pasien dengan penyakit von Willebrand, penyakit herediter yang selain terdapat

    defisiensi factor VIII juga terdapat gangguan suatu factor plasma yaitu kofaktor ristosetin

    yang penting untuk adhesi trombosit dan stabilitas kapiler. Kofaktor ristosetin ini biasanya

    hilang selama proses pembuatan sediaan konsentrat factor antihemofilik.

    Efek samping. Cryoprecipitated antihemophilic factor mengandung fibrinogen dan

    protein plasma lain dalam jumlah yang lebih banyak dari sediaan konsentrat factor VIII,

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    31/45

    sehingga kemungkinan terjadinya reaksi hipersensitivitas lebih besar pula. Efek samping lain

    yang dapat timbul pada penggunaan kedua jenis sediaan ini ialah hepatitis virus, anemia

    hemolitik, hiperfibrinogenemia, menggigil dan demam.

    Posologi. Kadar factor antihemofilik 20-30% dari normal yang diberikan IV biasanya

    diperlukan untuk mengatasi perdarahan pada pasien hemophilia. Biasanya hemostasis dicapaidengan dosis tunggal 15-20 unit/kgBB. Pada pasien hemophilia sebelum operasi diperlukan

    kadar antihemofilik sekurang-kurangnya 50% dari normal dan pacabedah diperlukan kadar

    20-25% dari normal untuk 7-10 hari.

    b. Kompleks Faktor IXSediaan ini mengandung factor II, VII, IX, dan X, serta sejumlah kecil protein plasma lain

    dan digunakan untuk pengobatan hemophilia B, atau bila diperlukan factor-faktor yang

    terdapat dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan tetapi karena ada

    kemungkinan timbulnya hepatitis, preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pasien

    nonhemofilia. Efek samping lain adalah thrombosis, demam, menggigil, sakit kepala,

    flushing, dan reaksi hipersensitivitas berat (syoh anafilaksis)

    Posologi. Kebutuhan tergantung dari keadaan pasien. Perlu dilakukan pemeriksaan

    pembekuan sebelum dan selama pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. Satu

    unit/kgBB meningkatkan aktibitas factor IX sebanyak 1.5%. Selama fase penyembuhan

    setelah operasi diperlukan kadar factor IX 25-30% dari normal.

    c. DesmopresinDesmopresin merupakan vasopressin sintetik yang dapat meningkatkan kadar factor VIII

    dan vWf untuk sementara. Peningkatan kadar factor pembekuan tersebut paling besar terjadi

    pada 1-2 jam dan menetap sampai dengan 6 jam. Pemberian lebih sering dari tiap 2 atau 3

    hari dapat menurunkan respons terapeutik.

    Obat ini diindikasikan untuk hemostatic jangka pendek pada pasien dengan defisiensi

    factor VII yang ringan sampai sedang dan pada pasien penyakit von Willebrand tipe 1.

    Efek samping antara lain sakit kepala, mual, flushing, sakit dan pembengkakak pada

    tempat suntikan. Juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah yang ringan dan harus

    hati-hati penggunaannya pada pasien hipertensi dan penyakit arteri koronaria. Obat ini sering

    digunakan IV dengan dosis 0.3 ug secara infus dalam waktu 15-30 menit.

    d. FibrinogenSediaan ini hanya digunakan bila dapat ditentukan kadar fibrinogen dalam darah pasien

    dan daya pembekuan yang sebenarnya. Fibrinogen mungkin diberikan pada pasien sebagai

    plasma, cryoprecipitate factor VII, atau konsentrat factor VIII (lyophilized).

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    32/45

    e. Vitamin KSebagai hemostatic, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat menimbulkan

    efek, sebab vitamin K harus merangsang pembentukan factor-faktor pembekuan darah

    lebih dahulu

    f. Asam AminokaproatAsam Aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari activator plasminogen dan

    penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan factor

    pembekuan darah lain oleh karena itu asam aminokaproat dapat membantu mengatasi

    perdarahan berat akibat fibrinolysis yang berlebihan. Dugaan adanya fibrinolysis yang

    berlebihan dapat didasarkan atas hasil tes labolatorium berupa TT dan PT yang memanjang,

    hipofibrinogenemia atau kadar plasminogen yang menurun. Akan tetapi beberapa dari hasil

    laboratorium di atas biasanya didapatkan pula pada pasien DIC, yang merupakan

    kontraindikasi pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan pembentukan

    thrombus yang mungkin bersifat fatal. Oleh karena itu asam aminokaproat hanya digunakan

    untuk mengatasi perdarahan fibrinolysis berlebihan yang bukan disebabkan oleh DIC. Bila

    terdapat keraguan, kriteria untuk membedakan kedua keadaan tersebut adalah hitung

    trombosit, tes parakoagulasi protamine dan lisis bekuan euglobulin. Pada DIC: hitung

    trombosit menurun, tes parakoagulasi protamin positif dan lisis bekuan euglobulin normal.

    Pada fibrinolysis primer : hitung trombosit normal, tes parakoagulasi protamin negative dan

    lisis bekuan euglobulin berkurang. Tetapi fibrinolysis jarang terjadi tersendiri, biasanya

    terjadi sekunder akibat DIC.

    Mekanisme Gejala Klinis Pada Skenario

    a. MemarSeseorang bisa mudah memar karena kerapuhan kapiler dalam kulit. Cedera kecil

    pada kapiler dapat menyebabkan darah merembes dan membentuk bintik bintik merah

    pada kulit (petechiae) atau bercak ungu kebiruan (purpura).

    Tanda biru dan hitam pada memar pada kulit yang memar ditimbulkan oleh adanya bekuan

    darah deoksigenasi di dalam kulit, namun darah ini akan segera dibersihkan oleh plasmin

    diikuti oleh sel fagositosik sebagai pembersih. Plasmin diaktifkan oleh faktor XII.

    Fungsi Plasmin :

    1. Mencegah pembentukan bekuan darah yang berlebihan

    2. Membersihkan bekuan (Lauralee, 2011)

    b. Perdarahan tidak berhenti

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    33/45

    Perdarahan Tidak berhenti dapat disebabkan oleh banyak hal. Penjelasan lebih lanjut

    lihat pada Bagian Diagnosis dan Diagnosis Banding.

    c. Hubungan perdarahan, memar, dan traumaPenyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding

    pembuluh darah, yang memungkinkan darah keluar. Keadaan ini paling sering disebabkanoleh trauma eksternal seperti cedera yang pernah kita alami yang disertai memar. Perubahan

    warna pada memar disebabkan oleh darah yang terkumpul dalam ruang interstisial jaringan

    yang terkena trauma. Dinding pembuluh darah dapat pecah sebagai akibat suatu penyakit

    serta trauma. (Price et.al, 2003)

    Hubungan Usia, Jenis Kelamin, dan Faktor Genetik

    Usia menentukan pada kadar pengobatan. Jika pada pasien pediatri/ geriatri

    pengobatan harus diperpanjang dan dosis dikurangi. Perdarahan pada pasien geriatri pun akan

    lebih berat karena kemampuan untuk homeostasis sudah berkurang. Bahkan pada pasien

    geriatri dibutuhkan sebuah anamnesis yang lebih komprehensif, termasuk obat-obatan yang

    sudah pernah dikonsumsi. Pada pasien produktif semua jenis terapi dapat dilakukan secara

    optimal karena kondisi tubuh dalam keadaan paling tinggi (South-Paul et al, 2007). Jenis

    kelamin mempengaruhi pada diagnosis, jika terjadi pada perempuan, maka Hemofilia dapat

    disingkirkan, karena hemofilia pada perempuan bersifat lethal.

    DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

    Etiologi kesalahan pada perdarahan (Lichtman et al, 2007)

    Tabel II.1 Kesalahan perdarahan berdasarkan mutasi gen (Diadaptasi dari: Licthman, 2007)

    Defisiensi Gene Uku

    ran

    Gen

    Jumlah mutasi berdasarkan tipe Jum

    lah

    Tota

    l

    Prom

    oter

    Miss

    ense

    Nons

    ense

    Splic

    ing

    Insertion/

    Deletion

    Gros

    s

    delet

    ion

    Prothrom

    bin

    Prothrombin

    20.3 33 2 2 5 42

    Faktor V Faktor

    V

    72.3 11 8 5 14 38

    Faktor VII Faktor

    VII

    14.2 7 85+2

    *

    8 17 14 133

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    34/45

    Faktor X Faktor

    X

    26.7 47+1

    *

    5 5 2 60

    Faktor XI Faktor

    XI

    22.7 27 11 7 8 53

    Faktor

    XIII

    Faktor

    XIII A

    176.

    6

    29 4 10 14 1 58

    Faktor

    XIII

    Faktor

    XIII B

    28.0 1 1 2 4

    Kombinasi

    Faktor V

    and VIII

    LMAN

    1

    (ERGI

    C-53)

    29.4 1 3 4 10 18

    Combined

    Faktors V

    and VIII

    MCFD

    2

    13.9 2 2 3 7

    Faktor

    Vitamin K

    dependen

    -

    glutam

    yl

    carbox

    ylase

    12.4 2 2

    Faktor

    Vitamin K

    dependen

    Vitami

    n K

    epoxide

    reducta

    se

    1 1

    *= Kodon pembentuk awal

    Pendekatan klinis (Hillman et al, 2005; Lichtman et al, 2007):

    Evaluasi pada pasien dengan tendensi perdarahan sangat umum dalam bidang kedokteran

    klinis. Diperlukan identifikasi dari elemen kunci atas riwayat pasien dan pemeriksaan fisik

    serta integrasi dengan data pemeriksaan lab dan manuver terapeutik.

    Evaluasi Klinis:

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    35/45

    5 W:

    - Who: umur, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga atas keabnormalan perdarahan- When: Asosiasi apapun dengan keadaan penyakit seperti trauma, operasi, atau obat

    yang dimakan harus diidentifikasi. Detail waktu atas onset dan bagaimana perdarahanjuga penting.

    - Where: Tempat perdarahan, apakah di kulit, atau mukus, atau traktus GI, organ padar,otot, atau sendi harus diidentifikasi.

    - What: Karakteristik fisik dari perdarahan, terutama pada perbedaan hemorrhagekapiler dan purpura, ekimosis, dan pembentukan hematoma yang terlihat dengan

    perdarahan pembuluh besar, harus dideskripsikan.

    Tabel II.2: Klasifikasi Perdarahan (Diadaptasi dari: Lichtman et al, 2007)

    Tipe

    Mayor

    Kelainan Contoh

    Didapat Thrombocytopenias Autoimmune and alloimmune, drug-induced,

    hypersplenism, hypoplastic (primary, suppressive,

    myelophthisic), DIC, thrombotic thrombocytopenic

    purpura

    Liver diseases Cirrhosis, acute hepatic failure, liver

    transplantation, thrombopoietin deficiencyRenal failure

    Vitamin K deficiency Malabsorption syndrome, hemorrhagic disease of

    the newborn, prolonged antibiotic therapy,

    malnutrition, prolonged biliary obstruction

    Hematologic disorders Acute leukemias (particularly promyelocytic),

    myelodysplasias, monoclonal gammopathies,

    essential thrombocythemia

    Acquired antibodiesagainst coagulation

    factors

    Neutralizing antibodies against factors V, VIII, andXIII, accelerated clearance of antibody-factor

    complexes, e.g., acquired von Willebrand disease,

    hypoprothrombinemia associated with

    antiphospholipid antibodies

    Disseminated Acute (sepsis, malignancies, trauma, obstetric

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    36/45

    intravascular

    coagulation

    complications) and chronic (malignancies, giant

    hemangiomas, missed abortion)

    Drugs Antiplatelet agents, anticoagulants, antithrombins,

    and thrombolytic, myelosuppressive, hepatotoxic,

    and nephrotoxic agentsVascular Nonpalpable purpura ("senile," solar, and factitious

    purpura), use of corticosteroids, vitamin C

    deficiency, child abuse, thromboembolic, purpura

    fulminans; palpable-purpura (Henoch-Schnlein,

    vasculitis, dysproteinemias), amyloidosis

    Diturunkan Deficiencies of

    coagulation factors

    Hemophilia A (factor VIII deficiency), hemophilia

    B (factor IX deficiency), deficiencies of fibrinogen

    factors II, V, VII, X, XI, and XIII and von

    Willebrand disease

    Platelet disorders Glanzmann thrombasthenia, Bernard-Soulier

    syndrome, platelet granule disorders.

    Fibrinolytic disorders 2-Antiplasmin deficiency, plasminogen activator

    inhibitor-1 deficiency

    Vascular Hemorrhagic telangiectasias

    Connective tissue

    disorders

    Ehlers-Danlos syndrome

    Berbasis dengan data-data ini, dapat hampir selalu ditentukan penyebab perdarahan. Pasien

    dengan malignansi hematologis atau yang sedang menjalani kemoterapi dosis tinggi

    mempunyai risiko tinggi atas trombositopenia berat. Sebaliknya, pada pasien yang diberi

    warfarin dapat dicurigai memiliki produksi faktor koagulan dependen vitamin K. pasien

    dengan penyakit hepar memiliki risiko defisiensi multifaktor dan juga defek pada strukturfibrinogen dan fungsinya. Untuk koagulopati kongenital, absensi dari penyakit komplikasi

    atau paparan obat antikoagulan dapat menjurus pada defek keturunan. Namun demikian,

    bertanya tentang derajat mudah memar dianggap sebagai pertanyaan tidak berguna karena

    derajat mudahnya kememaran sulit untuk diukur, meski oleh diri sendiri.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    37/45

    Pendekatan Pada Pasien

    Tabel II.3 Evaluasi Pasien dengan kelainan perdarahan (Diadaptasi dari Hillman et al,

    2005)

    Step1:

    Masalah trombosit?Trombositopenia atau defek pada

    fungsi platelet

    Platelet countBleeding time

    Step

    2:

    Defisiensi Faktor tunggal?

    Faktor VII, VIII, IX, X, V, XI,

    fibrinogen

    PT, aPTT

    Step

    3:

    Defisiensi Faktor multipel?

    Vitamin K deficiency, liver disease,

    warfarin

    PT, aPTT, TT

    Faktor assays

    Step

    4:

    Antikoagulan yang bersirkulasi?

    Heparin, Faktor VIII or IX

    antibody, lupus anticoagulant

    aPTT with 1:1 mix

    aPTT with polybrene

    TT

    Reptilase time

    Step

    5:

    Koagulopati konsumtif?

    TTP, HUS, vasculitis, sepsis,

    obstetrical complication, trauma,

    liver disease

    DIC screen:

    Platelet count, PT, aPTT, TT, fibrinogen,

    antithrombin III, 2-antiplasmin, D-Dimer

    assay, blood smear review

    Step 1: Masalah trombosit?

    Hemorrhage petechial (timbulnya bintik merah kecil) adalah hal pertama yang harus

    diperhatikan dalam kelainan pltelet. Jika trombositopenia dan defek fungsional sudah berat,

    akan terjadi pula mudah memar, perdarahan mukosa, epistaksis, menometorraghia

    (Perdarahan uterus yang lama dan berlebihan), dan kecenderungan merembesnya darah pada

    pembuluh kecil ketika operasi. Tes screening laboratorik pada orang dengan kecurigaan defek

    platelet adalah hitung trombosit, dan dengan platelet normal adalah bleeding time untuk

    evaluasi fungsi. Perdarahan tidak merefleksikan beratnya trombositopenia pada penderita.

    Pada pasien normal, trombosit

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    38/45

    Bleeding Time adalah tes konvensional paling baik untuk mengecek fungsi trombosit,

    namun tidak untuk skrining atau pemeriksaan rutin, oleh karena itu pemeriksaan ini hanya

    untuk pasien dengan riwayat perdarahan yang condong pafa defek herediter fungsi platelet,

    seperti pasien yang memiliki lala.

    Step 2: Apakah pasien memiliki koagulopati turunan, defisiensi faktor tunggal?

    Pasien dengan kekurangan faktor berat, misal hemofilia FVIII dan FIX, biasanya akan

    datang dengan riwayat sering berdarah dimulai dari lahir dan berlanjut hingga dewasa. Ketika

    defisiensi kurang berat maka pasien akan melaporkan riwayat perdarahan aneh setelah trauma

    atau operasi, hemarthrosis yang tidak dapat dijelaskan, atau hematoma otot. Terbalik

    dibandingkan pasien defek platelet, individu dengan kekurangan faktor sulit untuk

    mendapatkan purpura, hemarthrosis, hematoma, dan perdarahan pembuluh besar.

    Pemeriksaan PT dan aPTT adalah yang paling baik. Kedua pemeriksaan ini harus

    dilihat secara berpasangan. Bila PT secara signifikan memanjang dan aPTT normal, maka

    pasien mengalami defisiensi FVII. Bila aPTT memanjang dan PT normal, maka defisiensi

    FVIII atau FIX. Interpretasi pemeriksaan ini hanya valid pada pasien dengan riwyat klinis

    tidak menerima obat antikoagulan, dan yang tidak memiliki penyakit hepar atau koagulopati

    konsumtif. PT sangat sensitif meskikarena pengurangan faktor yang sangat kecil. Karena itu,

    PT memanjang dan aPTT normal adalah tipikal pada pasien yang memiliki terapi warfarin

    atau penyakit hepar. Sebaliknya, apTT lebih sensitif pada heparin dan antikoagulan yang

    tersirkulasi yang jarang memanjangkan PT. kemungkinan ini harus disingkirkan terlebih

    dahulu sebelum menentukan diagnosis defisiensi faktor tunggal .

    Step 3: Apakah pasiem memiliki defisiensi beberapa faktor koagulasi vitamin K

    dependen?

    Penyakit hepar dan terapi warfarin secara tipikal memproduksi defisiensi faktor

    multipel berhubungan dengan jalur ekstrinsik dan intrinsik. Pasien dengan penyakit hepar

    berat juga dapat memperlihatkan defek dari produksi fibrinogen dari jumlah dan fungsinya.

    Oleh karena itu, penting untuk melihat riwayat malnutrisi, malabsorbsi vitamin K, ingesti

    coumarin, atau gejala dan tanda dari penyakit hepar.

    Jenis perdarahan juga dapat dijadikan petunjuk. Jika pada defisiensi faktor tunggal,

    hemorrhage petechial tidak didapatkan, pasien biasanya memperlihatkan kombinasi mudah

    memar, purpura meluas, dan perdarahan membran mukosa/traktus GI. Pada pasien dengan

    penyakit hepar sering didapatkan perdarahan GI atas dramatis.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    39/45

    PT, aPTT, TT, dan Fibrinogen Assay adalah kunci tes laboratorikuntuk identifikasi

    defisiensi faktor multipel. PT sangat sensitif terhadapat reduksi kecil faktor K-dependen

    ( FVII, FIX, FX, dan FII (prothrombin)). Kekurangan vitamin K akan menyebabkan PT

    sangat panjang dan aPTT agak panjang/normal. Mirip dengan pasien yang memiliki penyakit

    hepar stadium awal dan yang menerima warfarin. Sebaliknya, pada pasien dengan penyakithepar berat memperlihatkan PT, aPTT, dan TT yang memanjang. Latter merefleksikan

    disfibronegemia dan pembentukan produk breakdown fibrinogen dan fibrin sebagai inhibitor

    TT. Pada pasien penyakit hepar sangat berat juga akan menimbulkan discrepancy antara

    assay von Clauss fibrinogen yang mendeteksi fibrinogen yang dapat berkoagulasi dan assay

    imunologis dari fibrinogen total.

    Step 4: Apakah ada antikoagulan dalam sirkulasi?

    Antikoagulan dalam sirkulasi dapat menjelaskan mengapa pasien cenderung

    mengalami perdarahan. Administrasi Heparin dan adanya FVIII dan FIX secara spontan akan

    menyebabkan perdarahan abnormal. Pada kedua keadaan tersebut, aPTT memanjang. Namun,

    pemanjangan aPTT bisa juga karena antikoagulan lupus (seperti pada sindrom antifosfolipid).

    Namun, antikoagulan lupus tidak menyebabkan perdarahan, lebih kepada thrombosis arterial

    atau vena. Ketika ada antikoagulan lupus, aPTT biasanya memanjang lebih daripada PT.

    Pemanjangan aPTT karena heparin bisa diperbaiki oleh agen netralisasi polybrene. Adanya

    atikoagulan lupus atau inhibitor FVIII dapat dikonfirmasi dengan adanya kagagalan aPTT

    untuk normal setelah pencampuran 1:1 antara plasma pasien dan plasma normal yang

    seharusnya dapat memperbaiki aPTT secara parsial atau penuh. Antikoagulan lupus dapat

    dideteksi oleh koreksi aPTT dengan penambahan fosfolipid berlebih. Spesifisitas dari

    inhibitor terhadap FVII atai FIX dapat ditentukan dengan pencampuran plasma pasien dengan

    plasma normal dan plasma defisiensi faktor spesifik.

    Step 5: Apakah pasien memiliki Koagulopati Konsumtif?

    Tergantung dari proses penyakit, pasien dapat menunjukkan konsumsi atau aktivasi

    platelet yang tinggi dalam kaskade koagulasi keseluruhan. Mikrotrombi dengan tanda dan

    gejala kerusakan organ multipel, biasanya, ren, otak, dan kulit, biasanya dengna kondisi

    seperti pupura trombositopenik trombosit (TTP), sindrom hemolitik uremik (HUS), dan

    beberapa vaskulitis. Trombositopenia sekunder karena konsumsi platelet adalah paling berat

    pada TTP dan lebih ringan pada HUS atau vaskulitis. Fragmentasi eritrosit (skistositosis dan

    LDH meningkat) adalah kondisi tip-off adanya kondisi mikroangiopati.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    40/45

    Full-blown disseminated intravascular coagulation (DIC) sering dilihat pada pasien pasca

    trauma mayor dengan sepsis atau komplikasi obstetri, yaitu koagulopati pada apsien dengan

    penyakit kritis. Biasnaya pasien mengalami perdarahan meluas, termasuk purpura, merembes

    karena needle puncture dan tempat masuknya kateter, perdarahan membran mukus dan GI,sera perdarahan hebat karena operasi.

    Tabel II.4: Manifestasi Klinis dan asosiasinya dengan kelainan hemostasis spesifik

    (Diadaptasi dari: Lichtman et al, 2007)

    Manifestasi Klinis Kelainan Hemostasis

    Mucocutaneous bleeding Thrombocytopenias, platelet dysfunction, von

    Willebrand disease

    Cephalhematomas in newborns,

    hemarthroses, hematuria, and

    intramuscular, intracerebral and

    retroperitoneal hemorrhages

    Severe hemophilias A and B, severe deficiencies of

    factor VII, X, or XIII, severe type 3 von Willebrand

    disease, afibrinogenemia

    Injury-related bleeding and mild

    spontaneous bleeding

    Mild and moderate hemophilias A and B, severe

    factor XI deficiency, moderate deficiencies of

    fibrinogen and factors II, V, VII, or X, combined

    factors V and VIII deficiency, 2-antiplasmin

    deficiency

    Bleeding from stump of umbilical

    cord and habitual abortions

    Afibrinogenemia, hypofibrinogenemia,

    dysfibrinogenemia, or factor XIII deficiency

    Impaired wound healing Factor XIII deficiency

    Facial purpura in newborns Glanzmann thrombasthenia, severe

    thrombocytopenia

    Recurrent severe epistaxis and

    chronic iron deficiency anemia

    Hereditary hemorrhagic telangiectasias

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    41/45

    Gambar II.6-II.9: Algoritma hasil pemeriksaan laboratorium (Diadaptasi dari Lichtman et al,

    2007)

    Diagnosis Definitif dan Tatalaksana

    Evaluasi rutin pasien adalah suatu rencana yang cukup untuk tatalaksana awal, dan

    pasti dibutuhkan untuk pasien kritis dengan perdarahan yang mengancam jiwanya. Pada

    trombositopenia berat atau defek fungsional platelet atay keduanya harus diberikan transfusi

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    42/45

    trombosit pada situasi gawat darurat. Pada defisiensi faktor tunggal pun seperti ini dengan

    adinistrasi faktor yang bersangkutan yang telah dimurnikan atau dengan plasma beku segar.

    Tatalaksana dengan vitamin K dan plasma beku segar juga dapat efektif pada pasien dengan

    defisiensi multipel dari faktor K-dependen yang terjadi karena coumadin atau penyebab lain.

    Untuk pasien DIC, terapi efektif tergantung pada kemampuan dokter untuk mengambilkontrol atas kelainan klinis yang mendasari koagulopati konsumtif. Ketika kondisi tersebut

    terkontrol, maka pasien DIC akan merespon baik untuk selanjutnya dilakukan penggantian

    platelet, fibrinogen, dan faktor koagulasi, penggunaan protein C teraktivasi dapat

    mengameliorasi DIC dan meningkatkan sruvival rate pasien.

    Tatalaksana jangka panjang dibutuhkan diagnosis dari kondisi pasien, diagnosis ini

    membutuhkan konsultan hematologi dan laboratorium referensi hemostasis.

    Beri FVIII dan F christmas (IX) I.V. 20 unit/kg untuk penanganan awal, alasannya

    adalah untuk tatalaksana awal jika terjadi hemofilia dan tidak ada indikasi perdarahan hingga

    sendi, jika ada perdarahan hingga sendi tidak disarankan langsung menggunakan transfusi

    faktor koagulasi. (Karena pasien Pediatri, 8 th, maka: menggunakan rumus:

    = (8/12+8 dari dosis dewasa); atau dapat diukur dari BB denganrumus BB/60 x Dosis dewasa) dan aprotinin karena setelah pembedahan (dosis sangat kecil)

    (Katzung, 2007).

    Pencegahan

    Pencegahan dilakukan dengan cara melihat penyakit yang diderita serta pengaruh

    genetiknya. Jika penderita mengalami Hemofilia yang mempunyai kelainan genetik pada

    kromosom seks X, maka harus diberikan edukasi terhadap orang tuanya untuk lebih berhati-

    hati terhadap seluruh anak laki-lakinya. Namun, jika penderita menderita vWD yang

    menurun secara autosomal resesif, maka tidak hanya pada keluarga inti, namun juga perlu

    diberikan konsultasi kepada keluarga besar.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    43/45

    BAB III

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KesimpulanSang anak tidak dapat langsung didiagnosis penyakitnya, antara vWD dan

    Hemofilia A/B karena belum keluar hasil laboratorium dan skrining hemostasisnya.

    Namun untuk pemberian awal disarankan langsung memberikan transfusi FIX dan

    FVIII sebagai tatalaksana awal Hemofilia, sebab jika kecurigaan Hemofilia terbukti

    akan meningkatkan morbiditas jika tidak langsung diterapi. Setelah itu, harus

    dilakukan sebuah edukasi terhadap pasien dan orang tuanya, termasuk gaya hidup dan

    edukasi genetik.

    B. Saran- Diskusi tutorial diharapkan lebih aktif dalam penyampaian pendapat dan mencari

    permasalah lebih kritis dan komprehensif

    - Skenario diharapkan lebih baik lagi dalam mengajak mahasiswa untuk berpikir kritisdan mandiri.

  • 5/28/2018 Skenario 3 Blok Hemato

    44/45

    DAFTAR PUSTAKA

    Adams RLC dan Bird RJ. Review article: Coagulation cascade and therapeutics update:Relevance to nephrology. Part 1: Overview of coagulation, thrombophilias and history of

    anticoagulants. Nephrology 2009. 14; 462 470.

    Ikatan Dokter Penyakit Dalam Indonesia. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi5. Jakarta: Interna Publishing.

    Corwin J. Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Dewoto HR. 2011. Antikoagulan, Antitrombotik, Trombolitik, dan Hemostatik. Dalam:Gunawan et al. 2011. Farmakologi dan Terapi Ed: 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI

    Gunawan, S. dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

    Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta:EGC.

    Hans PK, Peter JG. Plasminogen-Activator Inbibitor Type 1 and Coronary ArteryDisease. N Eng J Med 2000, 342 : 1792 1801.

    Hillman et al. (2005).Hematology in Clinical Practice: 4thEdition. New York: McGraw-Hill.

    Hoffbrand A. V., Pettit J. E., Moss P.A.H. 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta: EGC.

    Katzung BG. (2007).Basic and Clinical Pharmacology, 10thEdition. New York: McGraw-Hill

    Lichtman et al. (2007). Williams Hematology, 7thEd. New York: McGraw-Hill

    Ruseva AL dan Dimitrova AA.A NEW UNDERSTANDING OF THE COAGULATIONPROCESS THE CELL-BASED MODEL. J Biomed Clin Res 2011. 4:1

    Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 6. Jakarta: EGC.

    Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-ProsesPenyakit edisi 6 volume 1. Jakarta: EGC.

    Sylvia A Price, Lorraine M Wilson. 2003. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-prosesPenyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    http://digilib.unsri.ac.id/download/DIAGNOSIS%20HEMOFILIA.pdf [diaksespada:4April2013]

    http://medicastore.com/penyakit/770/Kelainan_Perdarahan.html [Diakses pada: April, 2013]

    http://old.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=ePDT&direktor