32
Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2 1102012067 Blok KedKom LI. 1. KLB & Wabah Definisi Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Suatu kejadian penyakit dikatakan wabah / KLB apabila terjadinya peningkatan kasus suatu penyakit di daerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu. Menurut UU No 4 tahun 1984 yang dikatakan wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Ketentuan KLB untuk DBD : Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu Terdapat peningkatan kasus kematian Tujuan Umum KLB : • Mencegah meluasnya (penanggulangan). • Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian). Tujuan khusus : • Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit . • Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB, • Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan

Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Blok Kedokteran komunitas

Citation preview

Page 1: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomLI. 1. KLB & Wabah

Definisi

Timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 949/MENKES/SK/VII/2004. 

Suatu kejadian penyakit dikatakan wabah / KLB apabila terjadinya peningkatan kasus suatu penyakit di daerah tertentu pada kelompok tertentu dan pada periode waktu tertentu. Menurut UU No 4 tahun 1984 yang dikatakan wabah adalah kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Sedangkan KLB adalah meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis, pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.

Ketentuan KLB untuk DBD : Jumlah kasus bulan ini >2 X dari kasus bulan yang sama tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > 2X dari rata-rata tahun lalu Jumlah kasus bulan ini > dari jumlah kasus tertinggi tahun lalu Terdapat peningkatan kasus kematian

Tujuan Umum KLB :• Mencegah meluasnya (penanggulangan). • Mencegah terulangnya KLB di masa yang akan datang (pengendalian).

Tujuan khusus :• Diagnosis kasus yang terjadi dan mengidentifikasi penyebab penyakit .• Memastikan bahwa keadaan tersebut merupakan KLB,• Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan• Mengidentifikasi keadaan yang menyebabkan KLB • Mengidentifikasikan populasi yang rentan atau daerah yang beresiko akan terjadi KLB

Jenis penyakit yang menimbulkan KLB : Penyakit menular : Diare, Campak, Malaria, DHF Penyakit tidak menular :Keracunan, Gizi buruk Kejadian bencana alam yang disertai dengan wabah penyakit

Penyebab Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB adalah Herd

Immunity. Herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang

dapat menghalangi penyebaran, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi semakin sulit.

Page 2: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom Kemampuan mengadakan perlindungan atau tingginya herd immunity untuk

menghindari terjadi epidemi bervariasi untuk tiap penyakit tergantung pada:1.      Proporsi penduduk yang kebal,2.      Kemampuan penyebaran penyakit oleh kasus atau karier, dan3.      Kebiasaan hidup penduduk.

Klasifikasi

Karakteristik Penyakit yang berpotensi KLB :

Penyakit yang terindikasi mengalami peningkatan kasus secara cepat. Merupakan penyakit menular dan termasuk juga kejadian keracunan. Mempunyai masa inkubasi yang cepat. Terjadi di daerah dengan padat hunian.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:

1. Toksina. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio,

Kholera, Eschorichia, Shigella.b. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,

Clostridium perfringens.c. Endotoxin.

2. Infeksi : Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing.3. Toksin Biologis : Racun jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun

tumbuh-tumbuhan4. Toksin Kimia

Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.Zat kimia organik: nitrit, pestisida.Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Klasifikasi menurut Sumber KLB

1. Manusia, ex: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.

2. Kegiatan manusia, ex : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).

3. Binatang, ex : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton

4. Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya), ex : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.

5. Udara, ex : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.6. Permukaan benda-benda/alat-alat, ex : Salmonella.7. Air, ex : Vibrio Cholerae, Salmonella.8. Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam

kaleng.

Page 3: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom

Kriteria

KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya, maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria kerja KLB yaitu :

1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu

berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan

periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau

lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan

kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan

kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.

8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, “DHF/DSS”, (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.

9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Pencegahan

Pencegahan PrimordialUntuk Menghindari kemunculan dari adanya faktor resiko. Pencegahan primordial memerlukan peraturan yang tegas dari yang berwenang untuk tidak melakukan hal-hal yang akan menjadikan faktor risiko bagi timbulnya penyakit tertentu.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)Sasaran pencegahan tingkat pertama dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta pejamu. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab bertujuan untuk mengurangi atau menurunkan pengaruh penyebab serendah mungkin dengan usaha antara lain: desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi, penyemprotan insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan sumber penularan.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)Pencegahan tingkat kedua ini meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat samping atau komplikasi.

Page 4: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi

Penanggulangan

Penaggulangan KLB Adalah kegiatan yg dilaksanakan utk menangani penderita, mencegah perluasan KLB, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yg sedang terjadi

Tujuan penanggulangan KLB :

Mengenal dan mendeteksi sedini mungkin terjadinya klb Melalukan penyelidikan klb Memberikan petunjuk dalam mencari penyebab dan diagnose klb Memberikan petunjuk pengiriman dan penanggulangan klb Mengembangkan sistem pengamatan yang baik dan menyeluruh, dan menyusun

perencanaan yang mantap untuk penanggulangan klb

Upaya Penanggulangan KLB :

Penyelidikan epidemiologis Pemeriksaan, pengobatan, perawatan dan isolasi penderita termasuk tindakan

karantina Pencegahan dan pengendalian Pemusnahan penyebab penyakit Penanganan jenazah akibat wabah Penyuluhan kepada masyarakat

Indikator Program penanggulangan KLB adalah :

Terselenggaranya system kewaspadaan dini KLB di unit-unit pelayanan wilayan puskesmas, kabupaten/kota, propinsi dan nasional.

Deteksi dan respon dini KLB Tidak terjadi KLB besar.

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB :

Menurunnya frek KLB Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB Memendeknya periode KLB Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB

Penanggulangan pasien saat KLB :

Jangka pendek o Menemukan dan mengobati pasieno Melakukan rujukan dengan cepat

Page 5: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomo Malakukan kaporasi sumber air dan disinfeksi kotoran yang tercemar o Memberi penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi lingkungano Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektoral

Jangka panjango Memperbaiki faktor lingkungano Mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi sehat

Pelatihan petugas

Upaya penaggulangan KLB DBD :

Pengobatan/ perawatan penderita Penyelidikan epidemiologi Pemberantasan vector Penyuluhan kepada mayarakat Evaluasi/ penilaian penanggulangan KLB

Pengukuran epidemiologi1. UKURAN MORBIDITAS

Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun. Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap pelayanan kesehatan. Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan proporsi. Ukuran kesakitan dan kematian yang lazim dipakai dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi disebut ‘rate’. Sebelumnya, perhatikan hal-hal berikut:

Untuk penyususnan rate diperlukan 3 elemen yakni, jumlah orang yang terserang penyakit atau yang meninggal, jumlah penduduk dari mana penderita berasal (reference population), dan waktu atau periode dimana orang-orang terserang penyakit.

Apabila pembilang terbatas pada umur, seks, atau golongan tertentu, maka penyebut juga harus terbatas pada umur, seks, atau golongan yang sama

Jika penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit penyakit, maka penyebut tersebut dinamakan populasi yang mempunyai risiko (population at risk)

a) Incidence rateAdalah jumlah kasus baru yang terjadi di kalangan penduduk selama periode waktu tertentu.

incidencerate= jumlah kasusbaru suatu penyakit selama periode tertentupopulasi ygmempunyai resiko

x1000

b) attack rate

attack rate= jumlahkasus selama epidemipopulasi yg mempunyairesiko

x 1000

c) prevalence rate

Page 6: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom

prevalence rate= jml kasus−kasus penyakit pd suatutitik waktujml penduduk seluruhnya

x1000

d) period prevalence

period prevalence= jml kasus penyakit yg selama periodependuduk rata−rata periode tsb(mid period popuation)

x 1000

Period prevalence terbentuk dari prevalence pada suatu titik waktu ditambah kasus-kasus baru (incidence) dan kasus-kasus yang kambuh selama periode observasi.

e) cause disease spesific death ratecontoh: kematian karena TBC

Cause (TB ) spesific deathrate= jml kematiankrn TBC di suatu daerahdlm 1thnjml penduduk rata 2 ( pertengahan thn ) pd daerahdan thn yg sama

x1000

2. UKURAN FERTILITASa. Crude Birth Rate (CBR)

Angka kelahiran kasar adalah semua kelahiran hidup yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.

Rumus:

CBR=BP

xKB = semua kelahiran hidup yang dicatat

P = Jumlah penduduk pertengahan tahun yang sama.K = konstanta(1000)Angka kelahiran kasar ini dapat digunakan untuk menggambarkan tingkat fertilitas secara umum dalam waktu singkat tetapi kurang sensitif untuk:

Membandingkan tingkat fertilitas dua wilayah Mengukur perubahan tingkat fertilitas karena perubahan pada tingkat

kelahiran akan menimbulkan perubahan pada jumlah penduduk

b. Age Spesific Fertilty Rate (ASFR)Angka fertilitas menurut golongan umur adalah jumlah kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat selam 1 tahun yang dicata per 1000 penduduk wanita pada golongan umur tertentu apda tahun yang sama

Rumus:

CBR= FR

xK F = Kelahiran oleh ibu pada golongan umur tertentu yang dicatat

R = Penduduk wanita pada golongan umur tertentu pada tahun yang samaAngka fertilitas menurut golongan umur ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan pada angka kelahiran kasar karena tingkat kesuburan pada setiap golongan umur tidak sama hingga gambaran kelahiran menjadi lebih teliti

c. Total Fertility Rate ( TFR)Angka fertilitas total adalah jumlah angka fertilitas menurut umur yang dicatat selama 1tahunRumus:TFR = Jumlah angka fertilitas menurut umur X k

Page 7: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom

3. UKURAN MORTALITASa. Case Fatality Rate (CFR)

CFR adalah perbandingan antara jumlah kematian terhadap penyakit tertentu yang terjadi dalam 1 tahun dengan jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang sama

Rumus:

CFR= PT

xK

P = Jumlah kematian terhadap penyakit tertentuT = jumlah penduduk yang menderita penyakit tersebut pada tahun yang samaPerhitungan ini dapat digunakan uutk mengetahui tingakat penyakit dengan tingkat keamtia yang tinggi. Rasio ini dapat dispesifikkan menjadi menurut golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lain-lain

b. Crude Death Rate (CDR)Angka keamtian kasar adalah jumlah keamtian ang dicata selama 1 tahun per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama. Disebut kasar karena akngka ini dihitung secatra menyeluruh tanpa memperhatikan kelompok-kelompok tertentu di dalam populasi denga tingkat kematian yang berbeda-beda.U7

CDR= jml kematiandi penduduk suatu daerahdlm 1 thnjml penduduk rata−rata ( pertengahan thndi daerahdan thn yg sama )

x 1000

Manfaat CDR:- Sebagai gambaran status kesehatan masyarakat- Sebagai gambaran tingkat permasalahan penyakit dalam masyarakat- Sebagai gambaran kondisi sosial ekonomi- Sebagai gambaran kondisi lingkungan dan biologis- Untuk menghitung laju pertumbuhan penduduk

b. Age Spesific Death Rate (ASDR)contoh: ASDR pada golongan umur 20-30 tahun

ASDR= jml kematianantara umur 20−30 thndi suatu daerahdlm 1 thnjml penduduk berumur 20−30 thn pd daerah dan thn yg sama

x 1000

Manfaat ASDR sebagai berikut:- Untuk mengetahui dan menggambarkan derajat kesahatan masyarakat dengan melihat

kematian tertinggi pada golongan umur- untuk membandingkan taraf kesehatan masyarakat di bebagai wilayah- untuk menghitung rata-rata harapan hidup

c. Under Five Mortality Rate (UFMR)Angka kematian Balita adalah gabungan antara angka kematian bayi dengan angka kematian anak umur 1-4 tahun yaitu jumlah kematian balita yang dicatat selam satu tahun per 1000 penduduk balita pada tahun yang sama.

Page 8: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomRumus:

UFMR= MR

xK

M = Jumlah kematian balita yang dicatat selama satu tahunR = Penduduk balita pada tahun yang samak = KonstantaAngka kematian balita sangat penting untuk mengukur taraf kesehatan masyarakat karena angka ini merupakan indikator yang sensitif untuk sataus keseahtan bayi dan anak

d. Neonatal Mortality Rate (NMR)Neonatal adalah bayi yang berumur kurang dari 28 hari. Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hari yang dicatata selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

NMR=diB

xK

di = Jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 28 hariB = Kelahiran hidup pada tahun yang samak = konstantaManfaat dari angka kematian neonatal adalah sebgai berikut:

- untuk mengetahuai tinggi rendahnya perawatan post natal- Untuk mengetahui program Imuninsasi- Untuk pertolongan persalina- untuk mengetahui penyakit infeksi

e. Perinatal Mortality Rate (PMR)Angka kematian perinatal adalah jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 minggu atau lebih ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hari yang dicatat dalam 1 tahun per 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.

Rumus:

PMR=(P+ MR

)xK

P = jumlah kematian janin yang dilahirkan pada usia kehamilan berumur 28 mingguM =ditambah kematian bayi yang berumur kurang dari 7 hariR = 1000 kelahiran kelahiran hidupn pada tahun yang sama.

Manfaat dari angka kematian perinatal adalah untuk menggambarkan keadaan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu hamil dan bayi. Faktor yang mempengaruhi tinggnya PMR adalah sebagai berikut:

- Banyak bayi dengan berat badan lahir rendah- Status gizi ibu dan bayi- Keadaan sosial ekonomi- Penyakit infeksi terutama ISPA- Pertolongan persalinan

f. Infant Mortality Rate (IMR)

Page 9: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomAngka Kematian Bayi adalah perbandingan jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahun yang diacat selama 1 tahun dengan 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

IMR=d 0B

xK

d0 = Jumlah penduduk yang berumur kurang dari 1 tahunB = Jumlah lahir hidup pada thun yang samak = KonstantaManfaat dari perhitungan angka kematian bayi adalah sebagai berikut:

- Untuk mengetahui gambaran tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi

- Untuk Mengetahui tingkat pelayanan antenatal- Untuk mengetahui status gizi ibu hamil- Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan

Program Keluaga berencana (KB)- untuk mengetahui kondisi lingkungan dan social ekonomi

g. Maternal Mortality Rate (MMR) Angka kematian ibu adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan,

persalinan, dan masa nifas yang dicatat selama 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Rumus:

MMR= IT

xK

I = adalah jumlah kematian ibu akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan masa nifasT = Kelahiran hidup pada tahun yang sama.k = konstantaTinggi rendahnya angka MMR tergantung kepada:

- Sosial ekonomi- Kesehatan ibu sebellum hamil, persalinan, dan masa nasa nifas- Pelayanan terhadap ibu hamil- Pertolongan persalinan dan perawatan masa nifas

http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-ukuran-epidemiologi/

Pengertian Wabah1) Wabah merupakan kejadian terjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat

yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaaan lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka (UU NO 4 TAHUN 1984).

2) Wabah adalah penyakit menular yang terjangkit dengan cepat, menyerang sejumlah besar orang didaerah luas (KBBI : 1989).

3) Wabah adalah peningkatan kejadian kesakitan atau kematian yang telah meluas secara cepat, baik jumlah kasusnya maupun daerah terjangkit (Depkes RI, DirJen P2MPLP : 1981).

Page 10: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom4) Wabah adalah terdapatnya penderita suatu penyakit tertentu pada penduduk suatu

daerah, yang nyata jelas melebihi jumlah biasa (Benenson : 1985) 5) Wabah adalah timbulnya kejadian dalam suatu masyarakat, dapat berupa penderita

penyakit, perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, atau kejadian lain yang berhubungan dengan kesehatan yang jumlahnya lebih banyak dari keadaan biasa. (Last : 1981)

Di Indonesia pernyataan adanya wabah hanya boleh ditetapkan oleh Menteri KesehatanSuatu wabah dapat terbatas pada lingkup kecil tertentu (disebut outbreak, yaitu serangan penyakit) lingkup yang lebih luas (epidemi) atau bahkan lingkup global (pandemi). Kejadian atau peristiwa dalam masyarakat atau wilayah dari suatu kasus penyakit tertentu yang secara nyata melebihi dari jumlah yang diperkirakan.CONTOH WABAH :

1. Polio Polio (juga disebut poliomyelitis) adalah penyakit menular yang telah menghancurkan populasi manusia di belahan bumi Barat di paruh kedua abad ke-20. Walaupun polio telah menjangkiti manusia sejak zaman kuno, wabah yang paling luas terjadi di paruh pertama 1900-an sebelum vaksinasi dibuat oleh Jonas Salk, dan telah tersedia secara luas pada tahun 1955.

2. Cacar (variola vera) Cacar adalah penyakit menular yang serius dan kadang-kadang fatal. Tidak ada obat khusus untuk penyakit cacar. Yang ada hanya pencegahan melalui vaksinasi. Ada dua bentuk klinis dari cacar. Variola mayor (besar) adalah bentuk parah dan paling umum, ditandai dengan ruam kulit yang luas dan demam tinggi. Secara historis, variola besar memiliki tingkat kematian keseluruhan sekitar 30%, namun, perdarahan yang terjadi bisa berakibat fatal. Variola minor. merupakan bentuk kurang umum dari cacar. Jenis ini kurang parah, dengan angka kematian historis dari 1% atau kurang.

3. Kolera Adalah suatu infeksi usus halus yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae. Gejala utamanya adalah diare dan muntah. Penularan terutama melalui air minum atau mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Keparahan diare dan muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit.

EpidemiWabah atau epidemi adalah istilah umum untuk menyebut kejadian tersebarnya

penyakit pada daerah yang luas dan pada banyak orang, maupun untuk menyebut penyakit yang menyebar tersebut. Epidemi dipelajari dalam epidemiologi. Dalam epidemiologi, epidemi berasal dari bahasa Yunani yaitu “epi” berarti pada dan “demos” berarti rakyat. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi secara lebih cepat daripada yang diduga. Jumlah kasus baru penyakit di dalam suatu populasi dalam periode waktu tertentu disebut incidens rate (laju timbulnya penyakit).

Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia , pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan epidemi, yaitu “kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetakaEndemi

Page 11: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomEndemi adalah penyakit yang umum terjadi pada laju konstan namun cukup tinggi

pada suatu populasi. Berasal dari bahasa Yunani “en” yang artinya di dalam dan “demos” yang artinya rakyat. Terjadi pada suatu populasi dan hanya berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.Pandemi

Pandemi atau epidemi global atau wabah global adalah kondisi dimana terjangkitnya penyakit menular pada banyak orang dalam daerah geografi yang luas. Berasal dari bahasa Yunani “pan” yang artinya semua dan “demos” yang artinya rakyat.Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), suatu pandemi dikatakan terjadi bila ketiga syarat berikut telah terpenuhi :

• Timbulnya penyakit bersangkutan merupakan suatu hal baru pada populasi bersangkutan,

• Agen penyebab penyakit menginfeksi manusia dan menyebabkan sakit serius,• Agen penyebab penyakit menyebar dengan mudah dan berkelanjutan pada

manusia.Suatu penyakit atau keadaan tidak dapat dikatakan sebagai pandemic hanya karena

menewaskan banyak orang. Sebagai contoh, kelas penyakit yang dikenal sebagai kanker menimbulkan angka kematian yang tinggi namun tidak digolongkan sebagai pandemi karena tidak ditularkan.

LI.2. Perilaku Kesehatan Individu & Kesehatan Masyarakat

Pengertian PerilakuDari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk

hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skiner (1938) seorang ahli psikologis, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua :1) Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya.

2) Perilaku terbuka (overt behavior)Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Misalnya : seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi.

Perilaku Kesehatan Individu

Page 12: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomPerilaku kesehatan individu pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai 2 unsur pokok, yakni respons dan stimulus atau perangsangan. Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap) maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Sedangkan stimulus atau rangsangan terdiri 4 unsur pokok, yakni : sakit & penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan lingkungan. Dari batasan ini perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok :1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintenance) adalah perilaku atau usaha-

usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebeb itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sakit.c. perilaku gizi (makanan & minuman).

2) Perilaku Pencarian atau Penggunaan Sistem atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau sering disebut Perilaku Pencarian Pengobatan (health seeking behavior) adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

3) Perilaku terhadap makanan (nutrition behavior), yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan, meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung di dalamnya/zat gizi, pengelolaan makanan, dll.

4) Perilaku Kesehatan Lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya dan bagaimana sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Seorang ahli lain (Becker, 1979) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan ini.

a. Perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup antara lain :

a) Menu seimbangb) Olahraga teraturc) Tidak merokokd) Tidak minum-minuman keras dan narkobae) Istirahat yang cukupf) Pengendalian stresg) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan

b. Perilaku sakit mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit. Persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya, dsb.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) mencakup :a) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.

Page 13: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomb) Mengenal/mengetahu fasilitas atau sasaran pelayanan penyembuhan

penyakit yang layak.c) Mengetahu hak (misalnya : hak memperoleh perawatan dan

pelayanan kesehatan).Kosa & Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung

dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap indivisu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasi dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya. Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni :1) Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau

ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.

2) Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancaman-ancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku.

3) Penerapan pengetahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur di dalam suatu kelompok tertentu maka setiap irang di dalam kelompok tersebut dapat menghimpun pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku.

4) Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau menghilangkan kecemasan atau gangguan tersebut. Di dalam hal ini baik orang awam maupun tenaga kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan sesuatu untuk mengatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata kesehatan baik tradisional maupun modern.

Page 14: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomLI. 3. Cakupan Mutu & Pelayanan Kesehatan serta Imunisasi

Pengertian Mutu1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati

(Winston Dictionary, 1956)2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang jasa, yang didalamnya

terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para pengguna (Din ISO 8402, 1986)

4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan (Crosby, 1984)Mutu Pelayanan KesehatanMutu Pelayanan Kesehatan adalah yang menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etikdan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.Faktor-Faktor yang MempengaruhiJika diperhatikan rumusan tentang mutu pelayanan kesehatan sebagaimana dikemukakan diatas, segeralah terlihat bahwa mutu pelayanan kesehatan sebenarnya menunjukkan pada penampilan (performance) dari pelayanan kesehatan. Secara umum disebutkan, makin sempurna penampilan pelayanan kesehatan, makin sempurna pula mutunya. Dalam Program Menjaga Mutu, penampilan pelayanan kesehatan ini disebut dengan nama keluaran (output).Karena baik atau tidaknya keluaran sangat dipengaruhi oleh proses (process), masukan (input), dan lingkungan (environment), maka mudahlah dipahami bahwa baik atau tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh ketiga unsur yang dimaksud. Uraian dari ketiga unsur Program Menjaga Mutu ini serta kaitannya dengan mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut :

1) Unsur masukanTelah disebutkan yang dimaksud dengan unsur masukan adalah tenaga, dana dan sarana. Secara umum disebutkan apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas) tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan (standard of personnnels and facilities), serta jika dana yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Bruce, 1990; Fromberg, 1988; Gambone, 1991).

2) Unsur lingkunganTelah disebutkan yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah kebijakan, organisasi, dan manajemen. Secara umum disebutkan apabila kebijakan, organisasi dan manajemen tersebut tidak sesuai dengan standar dan atau tidak bersifat mendukung, maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan kesehatan (Donabedian, 1980).

3) Unsur prosesTelah disebutkan yang dimaksud dengan unsur proses adalah tindakan medis dan tindakan non-medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ii tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (standard of conduct), maka sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan (Pena, 1984).

Page 15: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomUntuk dapat menjamin baiknya mutu pelayanan kesehatan, ketiga unsur ini haruslah dapat diupayakan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar dan atau kebutuhan. Sekali salah satu dari ketiga unsur ini berada dibawah standar dan atau tidak sesuai dengan kebutuhan, sulitlah diharapkan baiknya mutu pelayanan. Ketiga unsur ini saling berhubungan dan mempengaruhi yang kaitannya dengan unsur keluaran yakni yang menunjuk pada mutu pelayanan kesehatan secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut :

Lingkungan

Mutu Pelayanan (Keluaran)

Masukan Proses Skema 1 Program Menjaga Mutu

Pelayanan Kesehatan yang BermutuSecara umum disebutkan yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta yang penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan profesi, meskipun diakui tidak mudah, namun masih dapat diupayakan, karena untuk ini memang telah ada tolak ukurnya, yakni rumusan kode etik serta standar pelayanan profesi yang pada umumnya telah dimiliki oleh setiap negara. Kode etik serta standar pelayanan profesi, pada dasarnya merupakan kesepakatan antar warga profesi sendiri, dan karenanya wajib sifatnya untuk dipakai sebagai pedoman dalam menyelenggarakan setiap kegiatan profesi, termasuk pelayanan kesehatan.

Sesungguhnya kehendak untuk mengupayakan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang wajar (appropriate), berkesinambungan (continue), dapat diterima (acceptable), bermutu (quality) serta efisien (efficient) yang merupakan bagian dari persyaratan pelayanan kesehatan, pada dasarnya juga merupakan bagian dari kewajiban etis. Dengan perkataan lain, kelima persyaratan ini juga akan dapat dicapai apabila kode etik profesi dapat diterapkan dengan baik.Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bermutu, yang perlu diperhatikan hanyalah mengupayakan agar kode etik serta standar pelayanan profesi dapat diterapkan dengan sebaik-baiknya. Penerapan yang dimaksudkan di sini tidak hanya yang memuaskan para pelaksana pelayanan kesehatan, tetapi yang terpenting adalah pemakai jasa pelayanan kesehatan.

Dengan perkataan lain, adalah telah merupakan kewajiban bagi setiap pelaksana pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan kode etik serta standar pelayanan profesi yang mengacu pada kepuasan pasien. Apabila kewajiban ini dapat dilaksanakan, dapatlah diharapkan terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yakni pelayanan kesehatan yang penerapan kode etik serta standar pelayanan profesinya dapat memuaskan para pemakai jasa palayanan kesehatan.

Page 16: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomAkses terhadap fasilitas Pelayanan Kesehatan

Akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Namun dalam kehidupan bermasyarakat saat ini akses terhadap fasilitas pelayanan kesehatan masih sulit. Hal ini dikarenakan faktor-faktor berikut :

a. Masalah GeografiGeografi yang sulit disekitar tempat tinggal masyarakat pedalaman mempersulit mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Misalnya fasilitas pelayanan kesehatan yang jauh dari tempat tinggal.

b. KetersediaanKetersediaan fasilitas kesehatan yang sedikit di daerah pun cukup membuat masyarakat kesulitan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan tersebut.

c. Distribusi PelayananDistribusi pelayanan yang sedikit juga menghambat masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.

Tenaga Kesehatan Pelayanan Kesehatan

Tenaga kesehatan masyarakat (Kesmas) merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat berperan dalam pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Pelayanan promotif, untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan diperlukan program penyuluhan dan pendidikan masyarakat yang berjenjang dan berkesinambungan sehingga dicapai tingkatan kemandirian masyarkat dalam pembangunan kesehatan. Dalam program promotif membutuhkan tenaga-tenaga kesmas yang handal terutama yang mempunyai spesialisasi dalam penyuluhan dan pendidikan. Pelayanan preventif, untuk menjamin terselenggaranya pelayanan ini diperlukan tenaga kesmas yang memahami epidemiologi penyakit, cara-cara dan metode pencegahan serta pengendalian penyakit. Program preventif ini merupakan salah satu lahan bagi tenaga kesmas dalam pembangunan kesehatan. Keterlibatan kesmas dibidang preventif di bidang pengendalian memerlukan penguasaan teknik-teknik lingkungan dan pemberantasan penyakit. Tenaga kesmas juga dapat berperan dibidang kuratif dan rehabilitatif kalau yang bersangkutan mau dan mampu belajar dan meningkatkan kemampuannya dibidang tersebut.

ImunisasiImunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Ranuh,2008,p.10).

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem imun tubuhmempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari sebelumnya.

Page 17: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomJenis-jenis imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu: a. Imunisasi aktif

Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.

b. Imunisasi pasif Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi .

Tujuan Program ImunisasiProgram imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini, penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio dan tuberkulosa.Cakupan ImunisasiDefinisi Perbandingan antara jumlah anak usia 1-2 tahun yang telah mendapat imunisasi lengkap dengan jumlah anak uisa 1-2 tahun, dan biasanya dinyatakan dalam persen.Rumus

KegunaanMemberikan gambaran tentang tingkat pelayanan kesehatan terhadap anak usia 1-2 tahun. Cakupan yang baik minimal 80 persen.Jadwal Imunisasi

Page 18: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom

LI.4. Aspek Sosial & Budaya Masyarakat

Pengaruh sosial budaya terhadap kesehatan masyarakat Tantangan berat yang masih dirasakan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia adalahsebagai berikut. 

1. Jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang cukup tinggi serta penyebaran penduduk yang tidak merata di seluruh wilayah.

2. Tingkat pengetahuan masyarakat yang belum memadai terutama pada golongan wanita.

3. Kebiasaan negatif yang berlaku di masyarakat, adat istiadat, dan perilaku yang kurang menunjang dalam bidang kesehatan.

4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan.Aspek sosial budaya yang berhubungan dengan kesehatanAspek soaial budaya yang berhubungan dengan kesehatan anatara lain adalah faktorkemiskinan, masalah kependudukan, masalah lingkungan hidup, pelacuran dan homoseksual.

Komunikasi

Komunikasi kesehatan disebut juga promosi kesehatan. Karena komunikasie merupakan kegiatan untuk mengkondisikan faktor-faktor predisposisi. Kurangnya pengetahuan, dan sikap masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit, adanya tradisi, kepercayaan yang negative tentang penyakit, makanan, lingkungan, dan sebagainya, mereka tidak berprilaku sesuai dengan nilai-nilai kesehatan. Untuk itu maka diperlukan komunikasi, pemberian informasi-informasi tentang kesehatan. Untuk berkomunikasi yang efektif para petugas kesehatan perlu dibekali ilmu komunikasi, termasuk media komunikasinya.

Pola PikirPerilaku pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior) adalah pola atau perilaku pencarian pelayanan kesehatan di masyarakat. Dua hal yang perannya kuat dalam menentukan pengambilan keputusan tentang pengobatan.

Pertama adalah persepsi mereka terhadap penyakit.Orang yang mempesepsikan penyakitnya sebagai penyakit ringan cenderung untuk memilih pengobatan sendiri (self medication) misalnya dengan mencari obat di warung atau apotik, orang yang mengganggap penyakit mereka serius, biasanya tiga hari sampai seminggu tidak sembuh cenderung untuk memilih datang ke dokter atau layanan kesehatan, tetapi mereka yang menganggap penyakitnya sangat serius atau kronis seperti diabetes, stroke dan hipertensi justru memilih pengobatan alternatif baik itu tabib, pengobatan herbal, maupun dukun.

Kedua adalah persepsi mereka tentang layanan kesehatan profesional. Mereka yang mempersepsikan bahwa pengobatan profesional sulit untuk dijangkau, mahal dan tidak efektif cenderung untuk lari ke pengobatan sendiri dan pengobatan alternatif. Pada penderita penyakit kronis yang sifatnya degeneratif seperti penyakit diabetes dan darah tinggi atau strok, tampaknya

Page 19: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKomkebanyakan mengangap bahwa penyembuhan melalui usaha medis adalah sia-sia.

LI. 5. Sistem Rujukan

Sistem Rujukan Kesehatan MasyarakatSistem Rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, pragmatis, merata proaktif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal di wilayah mereka berada.

Sesuai SK Menteri Kesehatan Nomor 23 tahun 1972 tentang system rujukan adalah suatu system penyelenggaraan pelayanan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti unit-unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan DepkesMeningkatkan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat melalui peningkatan dan mekanisme rujukan berjenjang antar puskesmas dengan RS Dati II, RS Dati I dan RS tingkat pusat dan labkes dalam suatu system rujukan, sehingga dapat mendukung upaya mengurangi kematian ibu hamil dan melahirkan dan angka kematian bayi.Tugas Sistem RujukanMemeratakan pelayanan kesehatan melalui system jaringan pelayanan kesehatan mulai dari Dati II sampai pusat karena keterbatasan sumber daya daerah yang seyogyanya bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnyaSyarat Rujukan

• Adanya unit yang mempunyai tanggung jawab baik yang merujuk maupun yang menerima rujukan .

• Adanya pencatatan tertentu :- Surat rujukan- Kartu Sehat bagi klien yang tidak mampu- Pencatatan yang tepat dan benar- Kartu monitoring rujukan ibu bersalin dan bayi (KMRIBB)

• Adanya pengertian timbal balik antar yang merujuk dan yang menerima rujukan

• Adanya pengertian tugas tentang system rujuikan• Sifat rujukan horizontal dan vertical (kearah yang lebih mampu dan lengkap).

Jenis Rujukano Rujukan medis

- Rujukan pasien- Rujukan pengetahuan- Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan

Page 20: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom

o Rujukan kesehatan

- Rujukan ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, misalnya : pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam dan dokter anak dari RSU Provinsi ke RSU Kabupaten.

- Pengiriman asisten ahli senior ke RS Kabupaten yang belum ada dokter ahli dalam jangka waktu tertentu.

- Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas RSU Kabupaten ke RS Provinsi.- Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan

pengoperasian peralatan.o Rujukan manajemen

- Pengiriman informasi- Obat, biaya, tenaga, peralatan- Permintaan bantuan : survei epidemiologi, mengatasi wabah (KLB)

Alur Rujukan

Manfaat RujukanDari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan :1) Membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam alat

kedokteran pada setiap sarana kesehatan.2) Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, kemudian terdapat hubungan antara kerja

berbagai sarana kesehatan yang tersedia.3) Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama aspek perencanaan.Dari sudut masyarakat sebagai jasa pelayanan :1) Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara

berulang-ulang.2) Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah diketahui

dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan.Dari sudut tenaga kesehatan :

Page 21: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom1) Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat positif, semangat

kerja, ketekunan dan dedikasi.2) Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan melalui jalinan kerjasama.

LI.6. Tujuan Syariat Islam dalam Konsep KLB

Penanggulangan KLB dalam syariat islam  

Nabi tidak memerintahkan mereka untuk mengucilkan para pengidap penyakit lepra tersebut. Tetap bergaul seperti biasa, namun waspada dan antisipatif. Hadis Nabi di atas adalah dalam konteks tersebut, bukan dalam rangka mengukuhkan opini masyarakat kala itu bahwa suatu penyakit mutlak bisa menular secara alamiah.Jika kita melihat hal ini dari konteks tauhid, sesungguhnya tidak ada penyakit menular dari atau melalui apapun secara alamiah. Jelas - jelas Nabi pernah menyatakan, “Tidak ada penyakit menular („adwa).”(HR Muslim dari Abu Hurairah). Bahkan, dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmizi dari sahabat Jabir bin Abdullah, Nabi pernah menemani makan salah seorang sahabat penderita lepra bernama Mu‟aiqib bin Abi Fathimah, tanpa memiliki kekhawatiran yang berlebihan.

LI.7. Hukum Menjaga Kesehatan dan Berobat

Hukum berobat dalam islam

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa berobat hukumnya wajib, dengan alasan adanya perintah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam  untuk berobat dan asal hukum perintah adalah wajib, ini adalah salah satu pendapat madzhab Malikiyah, Madzhab Syafi’iyah, dan madzhab Hanabilah.

2. Pendapat kedua mengatakan sunnah/ mustahab, sebab perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk berobat dan dibawa kepada hukum sunnah karena ada hadits yang lain Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan bersabar, dan ini adalah madzhab Syafi’iyah.

3. Pendapat ketiga mengatakan mubah/ boleh secara mutlak , karena terdapat keterangan dalil- dalil yang sebagiannya menunjukkan perintah dan sebagian lagi boleh memilih, (ini adalah  madzhab Hanafiyah dan salah satu pendapat madzhab Malikiyah).

4. Pendapat kelima mengatakan makruh, alasannya para sahabat bersabar dengan sakitnya, Imam Qurtubi rahimahullah mengatakan bahwa ini adalah pendapat Ibnu Mas’ud,  Abu Darda radhiyallahu ‘anhum, dan sebagian para Tabi’in.

5. Pendapat ke enam mengatakan lebih baik ditinggalkan bagi yang kuat tawakkalnya dan lebih baik berobat bagi yang lemah tawakkalnya, perincian ini dari kalangan madzhab Syafi’iyah.

Hukum menjaga kebersihan

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 57 yang bermaksud: “Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, melainkan mereka menganiaya diri mereka sendiri”.

Page 22: Skenario 2 Blok Kedkom Dimas 1102012067

Dimas Adriyono Wibowo Skenario 2

1102012067 Blok KedKom“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal dan baik dan apa yang terdapat di mukabumi; dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, kerana sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Surah Al-Baqarah, ayat 168) “Sesungguhnya mendapat kemenanganlah orang yang membersihkan dirinya “QS Al A’la ayat : 14

Daftar Pustaka

http://www.slideshare.net/cheynissa/pengantar-ilmu-perilaku-kesehatan-masyarakat

http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/

http://bnnpsulsel.com/pencegahan/peran-tenaga-kesehatan-masyarakat/

http://www.imunisasi.net/

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003.

http://ahmadbinhanbal.wordpress.com/2013/04/20/konsep-kesehatan-dalam-islam/

http://axbarif.wordpress.com/2012/11/20/definisi-puskesmas/

http://ners.unair.ac.id/materikuliah/PUSKESMAS.pdf