Upload
ratna-kurnia-ningsih
View
150
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Hepatitis A
Citation preview
Skenario 2
LI.1. Mampu Memahami dan Menjelaskan Anatomi Hepar
LO.1.1.Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Hepar
Hepar atau hati adalah organ terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga abdomen. Pada kondisi
hidup hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan darah .Beratnya 1200-1800 gram, dengan
permukaan atas terletak bersentuhan dibawah diafragma, permukaan bawah terletak bersentuhan diatas
organ-organ abdomen. Batas atas hepar sejajar dengan ruang interkosta V kanan dan batas bawah
menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan
terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis.
Vaskularisasi appendix vermiformis
Arteria hepatica propria, cabang truncus coeliacus, berakhir dengan bercabang menjadi ramus dekster
dan sinister yang masuk ke dalam porta hepatis.
Vena porta hepatis bercabang dua menjadi cabang terminal, yaitu ramus dekster dan sinister yang masuk
porta hepatis di belakang arteri.
Persarafan appendix vermiformis
Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk pleksus coeliacus. Truncus vagalis anterior mempercabangkan
banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37593/4/Chapter%20II.pdf
LO.1.2.Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Hepar
Merupakan kelenjar terbesar yang beratnya + 1500 g. Dibungkus oleh jaringan penyambung padat
fibrosa (capsula Glissoni). Capsula ini bercabang-cabang ke dalam hati membentuk sekat-sekat
interlobularis, ketebalan sekat berbeda pada spesies yang berbeda, misalnya pada babi lebih tebal daripada
pada manusia.
Terdiri dari lobulus-lobulus yang bentuknya hexagonal/polygonal, dibatasi jaringan interlobular. Jika
dilihat dari tiga dimensi, lobulus seperti prisma hexagonal/polygonal disebut lobulus klasik, panjangnya 1-
2 mm. Sel-sel hati/ hepatocyte berbentuk polygonal tersusun berderet radier, membentuk lempengan yang
saling berhubungan, dipisahkan oleh sinusoid yang juga saling berhubungan.
Lobulus hati
Lobulus Klasik
Bagian jaringan hati dengan pembuluh-pembuluh darah yang mendarahinya yang bermuara pada
pusatnya vena centralis. Batas-batasnya adalah jaringan penyambung interlobular.
Lobulus Portal
Bagian jaringan hati dengan aliran empedu yang menuju ductus biliris didalam segitiga Kiernan.
Unit fungsional hati (acinus hati)
Bagian jaringan hati yang mengalirkan empedu ke dalam satu ductus biliaris terkecil di dalam jaringan
interlobular dan juga daerah ini mendapat perdarahan dari cabang terakhir vena porta dan arteri hepatica.
Sinusoid hati
Lebih lebar dari kapiler dengan bentuk tidak teratur. Dindingnya dibentuk oleh sel endotel yang
mempunyai fenestra. Pada dinding menempel:
Pada dinding sebelah luar menempel fat storing cell (pericyte)
Pada dinding sebelah dalam menempel sel Kupffer yang bersifat fagositik.
LI.2. Mampu Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Hepar
Fungsi utama hati :
1. Sekresi garam empedu
2. Memproses secara metabolic ketiga kategori utama nutrient (karbohidrat, protein, lemak) setelah zat-
zat ini diserap dari saluran cerna
3. Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormone serta obat dan senyawa asing lainnya
4. Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk pembekuan darah dan yang
untuk mengangkut hormone steroid dan tiroid serta kolesterol dalam arah
5. Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin
6. Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama ginjal
7. Menegluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya
8. Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang berasal dari
destruksi sel darah merah tua
Metabolisme Glukosa
Setelah dicerna dan diserap ke dalam aliran darah, glukosa disalurkan ke seluruh tubuh sebagai sumber
energi. Ketika glukosa masuk ke organ pencernaan (usus) lalu masuk ke pembuluh darah diperlukan insulin
agar mudah diserap di sel tubuh, apabila masih belum dipakai, glukosa diubah sel hati menjadi glikogen
dan disimpan didalam hati (glikogenesis). Sehingga hati berperan sebagai penyangga kadar glukosa untuk
darah. Apabila kadar gula darah turun, glikogen diubah menjadi glukosa (glikogenolisis). Selain itu terdapat
glukoneogenesis, terjadi saat penurunan glukosa diantara waktu makan dengan mengubah asam amino
menjadi glukosa setelah deaminasi (pengeluaran gugus amino) dan mengubah gliserol dari penguraian asam
lemak menjadi glukosa
Metabolisme Asam amino
Hati sebagai tempat penyimpanan protein. Setelah pencernaan asam amino memasuki semua sel dan
diubah menjadi protein untuk digunakan membentuk:
1. Enzim dan komponen struktural sel (DNA/RNA inti, basa purin dan pirimidin, ribosom, kolagen,
protein kontraktil otot).
2. Selain itu, sintesis protein digunakan dalam pembentukan protein serum (albumin, α globulin, β
globulin kecuali γ globulin)
3. Factor pembekuan darah I, II, V, VII, VIII, IX, dan X; vitamin K digunakan sebagai kofaktor pada
sintesi ini kecuali factor V)
4. Hormon (tiroksin, epinefrin, insulin)
5. Neurotransmiter, kreatin fosfat, heme pada hemoglobin dan sitokrom, pigmen kulit melanin.
Penguraian protein terjadi ketika asam amino plasma turun dibawah ambang batas. Ketika tidak ada lagi
asam amino yang disimpan sebagai protein, maka hati melakukan deaminasi asam amino dan
menggunakannya sebagai sumber energi atau mengubahnya menjadi glukosa, glikogen atau asam lemak.
Selama deaminasi asam amino, terjadi pelepasan amonia yang hampir seluruhnya diubah di hati menjadi
urea yang kemudian diekskresikan lewat ginjal. Selain hati, ginjal dan mukosa usus ikut berperan sebagai
tempat penyimpanan protein.
Biotransformasi Amonia
Amonia adalah suatu produk sampingan penguraian protein. Sebelum rangka karbon pada asam amino
dioksidasi, nitrogen terlebih dahulu harus dikeluarkan. Nitrogen asam amino membentuk ammonia.
Amonia ditransformasikan menjadi urea (sifatnya yang larut dalam urin) di hati dan diekskresikan dalam
urin. Tanpa fungsi hati ini, terjadi penimbunan amonia (bersifat toksik) yang bisa menyebabkan disfungi
saraf, koma, dan kematian. Walaupun urea adalah produk ekskresi nitrogen yang utama, nitrogen juga
dibentuk menjadi senyawa lain, asam urat (produk penguraian basa purin), keratin (dari kreatin fosfat),
ammonia (dari glutamine). Semua senyawa ini, selain lewat urin, juga dikeluarkan melalui feses dan kulit
Metabolisme asam lemak
Hampir semua pencernaan lemak melewati saluran limfe sebagai kilomikron (gabungan dari trigliserida
(TG), kolesterol, fosfolipid (FL) dan lipoprotein (LP)). Kilomikron masuk ke pembuluh darah melalui
duktus torasikus. TG kemudian diubah menjadi asam lemak dan gliserol oleh enzim-enzim di dinding
kapiler, terutama kapiler hati dan jaringan adiposa. Dari kapiler, asam lemak dan gliserol dapat masuk ke
sebagian besar sel. Setelah itu memasuki hati dan sel lain menjadi TG kembali. TG disimpan sampai
stadium pasca-absortif. Pada saat ini, TG diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Hormon glukagon,
kortisol, hormon pertumbuhan dan katekolamin berfungsi sebagai sinyal untuk menguraikan TG. Gliserol
dan asam lemak bebas masuk ke siklus kreb untuk menghasilkan ATP. Sebagian tidak masuk siklus kreb
tapi digunakan hati membentuk glukosa. Hal inilah yang dapat menyebabkan timbunan keton apabila
penguraian TG secara berlebih. Otak tidak dapat memanfaatkan TG sebagai sumber energi secara langsung
kecuali melalui glukoneogenesis.
Metabolisme Kolesterol
Hati memetabolisme sebagian kolesterol yang terdapat didalam misel menjadi garam-garam empedu.
Sisa kolesterol lainnya disalurkan ke darah, berikatan dengan FL sebagai LP. LP mengangkut kolesterol ke
semua sel untuk membentuk membran sel, struktur intrasel, dan hormon steroid. Tingginya kadar LDL
(Low Density Lipoprotein) dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein) menandakan hati menangani
kolesterol dalam jumlah besar. LDL dan VLDL bisa merusak sel, terutama pada epitel pembuluh darah
dengan membebaskan radikal bebas dan elektron berenergi tinggi selama metabolismenya. HDL (High
Density Lipoprotein) mengangkut kolesterol dari sel ke hati dan bersifat protektif terhadap penyakit arteri.
Peranan utama pada sintesis kolesterol oleh hati, sebagian besar diekskresi dalam empedu sebagai
kolesterol dan asam kolat.
Metabolisme Bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan
katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari katabolisme protein heme,
dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari penghancuran eritrosit yang imatur
dan protein heme lainnya seperti mioglobin, sitokrom, katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin
meliputi pembentukan bilirubin, transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi
bilirubin.
Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain. Biliverdin yang larut
dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH normal bersifat tidak larut.
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang
akan berikatan dengan albumin.
Bilirubin yang terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan
ditransportasikan ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik. Pada saat kompleks
bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan terikat ke reseptor permukaan sel.
Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin
juga dengan protein ikatan sitotoksik lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang
tak terkonjugasi akan berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.
Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam air di
retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl transferase (UDPG-T).
Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu. Sedangkan satu molekul bilirubin yang
tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya.
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung empedu, kemudian
memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang
terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak
terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali bilirubin dari
saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi enterohepatik.
LI.3. Mampu Memahami dan Menjelaskan Hepatitis
LO.3.1.Memahami dan Menjelaskan Definisi Hepatitis
Hepatitis atau yang biasa disebut dengan penyakit kuning ini merupakan bagian dari penyakit yang
menyebabkan peradangan pada fungsi organ hati dan berakibat pada kerusakan fungsi hati. Hepatitis
memiliki banyak jenis atau tipe dengan beragam gejala, penyebab dan cara penyembuhannya. Hepatitis
adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Hepatitis yang berlangsung kurang dari 6 bulan disebut
"hepatitis akut", hepatitis yang berlangsung lebih dari 6 bulan disebut "hepatitis kronis".
http://obat-hepatitis.com/hepatitis-a-hepatitis-b-hepatitis-c-hepatitis-d-hepatitis-e-hepatitis-g/
LO.3.2.Memahami dan Menjeaskan Klasifikasi Hepatitis
Hepatitis A
Penyakit hepatitis A disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui feses manusia yang diakibatkan
kesalahan dalam mengkonsumsi suatu jenis makanan dan minuman. Virus hepatitis A atau VHA
penyebarannya melalui pembuangan limbah manusia yang dilatar belakangi oleh keadaan lingkungan dan
sanitasi yang kurang baik dan bersih. Hepatitis A ini masih tergolong jenis hepatitis yang ringan dan dapat
disembuhkan dengan pemberian vaksinasi, lamanya penyakit ini berlangsung 2-6 minggu.
Gejala-gejala yang ditimbulkan dari Hepatitis A ini, adalah :
a. Mengalami demam
b. Tubuh cepat merasa lemah, letih, lesu dan mudah capek
c. Sebagian diantaranya ada yang mengalami rasa mual dan muntah
d. Penurunan nafsu makan yang kian hari kian menurun
e. Berat badan yang semakin berkurang
Hepatitis A dibagi menjadi 3 stadium. Prodromal dengan gejala letih, lesu, demam, kehilangan selera
makan, dan mual. Stadium dengan gejala kuning (stadium ikterik), dan stadium kesembuhan
(konvalesensi), namun stadium dengan gejala kuning jarang ditemukan. Akan tetapi untuk memastikan
diagnosis dilakukan pemeriksaan enzim hati, SGPT dan SGOT. Karena pada hepatitis A juga bisa terjadi
radang empedu, maka pemeriksaan gama-GT dan alkali fosfatase dapat dilakukan disamping kadar
bilirubin.
Masa pengasingan yang disarankan adalah selama 2 minggu setelah gejala pertama atau 1 minggu
setelah penyakit kuning muncul. Jangan terlalu banyak aktivitas. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
menjaga kebersihan perorangan seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyentuh
sesuatu. Orang yang dekat dengan penderita mungkin memerlukan terapi imunoglobulin. Imunisasi
hepatitis A bisa dilakukan dengan bentuk sendiri/havrix atau bentuk kombinasi dengan vaksin hepatitis B
(twinrix).
Imunisasi hepatitis A dilakukan 2 kali yaitu vaksinasi dasar dan booster yang dilakukan 6-12 bulan
kemudian. Imunisasi hepatitis A dianjurkan bagi orang yang memiliki potensi terinfeksi seperti penghuni
asrama dan mereka yang menggunakan obat-obat terlarang.
Hepatitis B
Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB), suatu anggota
famili hepadnavirus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil
kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kerusakan fungsi hati dan kanker hati.
Penyakit hepatitis ini mula-mula banyak terjadi di negara Asia dan Afrika kemudian penyakit ini mulai
merambah samapi ke Tiongkok dan berbagai negara Asia lainnya termasuk Indonesia. Penyebab penyakit
hepatitis B ini tidak hanya dikarenakan oleh virus dari hepatitis B, banyak faktor penyebab dari hepatitis B
seperti keracunan obat dan berbagai efek samping zat kimia yang mungkin terdapat dalam jenis makanan,
minuman dan jenis obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida, chlorpromazine, chloroform, arsen,
fosfor dan zat-zat lain yang banyak sekali digunakan obat dalam industri modern bisa juga menyebabkan
hepatitis. Zat-zat kimia ini mungkin saja tertelan, terhirup atau diserap oleh darah dan kulit penderita. Organ
hati yang kita ketahui berfungsi sebagai organ tubuh yang dapat menetralisir segala macam racun yang
berada di setiap jaringan darah.
Namun jika organ hati sudah terinfeksi dan teridentifikasi racun dan virus seperti hepatitis B ini maka
fungsi organ hati akan terganggu dan tak mampu lagi menetralkan racun. Hal ini disebabkan virus hepatitis
B ini 100 kali lebih kuat dan virus 10 kali lebih banyak dibanding dengan virus HIV yang sifatnya sama-
sama menular.
Gejala dari hepatitis B ini umumnya sangat ringan dan hampir menyerupai gejala pada hepatitis A, seperti:
a. Kehilangan selera makan
b. Mulut terasa pahit
c. Rasa mual ingin muntah
d. Demam ringan
e. Terkadang disertai rasa nyeri sendi dan bengkak pada perut kanan atas
f. 1 minggu setelah diatas muncul dan dirasakan, kemudian akan timbul gejala lanjutan seperti bagian
putih pada mata akan berubah warna menjadi kuning, perubahan kulit tubuh tampak kuning
g. Warna air seni juga terlihat agak kuning seperti warna air teh.
Hepatitis C
Hepatitis C adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis C. Infeksi virus ini dapat menyebabkan
peradangan hati (hepatitis) yang biasanya asimtomatik. Virus ini menyebar melalui kontak darah. Gejala
pada hepatitis C ini dapat ditangani secara medis dan prorposi pasien dapat dibersihkan dengan jangka
panjang. Seseorang yang mengalami infeksi virus ini sering mengalami gejala ringan dan sebagai sebab
tidak melakukan perawatan. Diperkirakan 150-200 juta orang di dunia terinfeksi hepatitis C.
Hepatitis D
Virus hepatitis D atau virus Delta adalah virus yang unik yang tidak lengkap dan untuk replikasi
memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularanmnya melalui hubungan seksual, jarum suntik dan
transfusi darah, Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi)
atau amat progresif.
Hepatitis E
Virus hepatitis E ini merupakan penyebab dari timbulnya penyakit hepatitis E. Penyebarannya melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh virus. Gejala-gejalanya adalah demam, rasa letih, hilang
nafsu makan, rasa mual, sakit perut, air seni berwarna kuning tua, serta timbul warna kekuningan pada kulit
dan mata. Hepatitis E ini akan semakin parah dan perlu diwaspadai terutama pada ibu yang sedang dalam
masa kehamilan pada usia kandungan 3 bulan terakhir. Masa inkubasi virus asalah 40 hari (rentang 15-60
hari).
http://www.scribd.com/doc/102455840/Hepatitis
LI.4. Mampu Memahami dan Menjelaskan Hepatitis A
LO.4.1.Memahami dan Menjelaskan Epidemiologi Hepatitis A
Di sebagain besar negara bekembang, infeksi virus hepatitsi A terjadi pada masa kanak-kanak umumnya
asimtomatis atau dengan gejala sakit ringan. Insiden terbesar ditemukan pada usia < 15 tahun. Lali-laki
mempunyai resiko yang lebih tinggi dibandingkan wanita. Lebih sering menyerang manusia dengan daya
tahan tubuh yang rendah, meskipun demikian penyakit ini lebih sering didapatkan pada orang dewasa
dibandingkan anak-anak.Infeksi yang terjadi pada usia selanjutnya hanya dapat diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium terhadap fungsi hati. Penyakit ini mempunyai gejala klinis dengan spektrum
yang bervariasi mulai dari ringan yang sembuh dalam 1-2 minggu sampai dengan penyakit dengan gejala
yang berat yang berlangsung sampai beberapa bulan.
Perjalanan penyakit yang berkepanjangan dan kambuh kembali dapat terjadi dan penyakit berlangsung
lebih dari 1 tahun ditemukan pada 15% kasus, tidak ada infeksi kronis pada hepatitis A. Konvalesens sering
berlangsung lebih lama. Pada umumnya, penyakit semakin berat dengan bertambahnya umur, namun
penyembuhan secara sempurna tanpa gejala sisa dapat terjadi.
Kematian kasus dilaporkan terjadi berkisar antara 0.1% – 0.3%, meskipun kematian meningkat menjadi
1.8% pada orang dewasa dengan usia lebih dari 50 tahun, seseorang dengan penyakit hati kronis apabila
terserang hepatitis A akan meningkat risikonya untuk menjadi hepatitis A fulminan yang fatal. Pada
umumnya, hepatitis A dianggap sebagai penyakit dengan case fatality rate yang relatif rendah.
Menurut US. Food Drug Administration (2005), penyebaran HAV dari orang ke orang dapat meningkat
karena masalah personal hygiene yang buruk, kepadatan penduduk, serta pada kasus serangan sporadik
pada makanan yang terkontaminasi secara besar, air minum, susu dan ikan laut. Penyebaran pada keluarga
dan teman dekat juga sering terjadi. Observasi epidemiologi diperkirakan bahwa predileksi hepatitis A
terjadi pada akhir musim gugur dan awal musim dingin sedangkan pada daerah yang beriklim sedang,
gelombang epidemik hepatitis A terjadi setiap 5 sampai 20 tahun pada populasi baru yang tidak di
imunisasi.
Menurut Chin J (2006), pada negara sedang berkembang, orang dewasa biasanya sudah kebal dan wabah
hepatitis A (HA) jarang terjadi. Namun adanya perbaikan sanitasi lingkungan di sebagian besar negara di
dunia ternyata membuat penduduk golongan dewasa muda menjadi lebih rentan sehingga frekuensi terjadi
KLB cenderung meningkat. Di negara-negara maju, penularan penyakit sering terjadi karena kontak dalam
lingkungan keluarga dan kontak seksual dengan penderita akut, dan juga muncul secara sporadis di tempat-
tempat penitipan anak usia sebaya, menyerang wisatawan yang bepergian ke negara dimana penyakit
tersebut endemis, menyerang pengguna suntikan pecandu obat terlarang dan pria homoseksual. Didaerah
dengan sanitasi lingkungan yang rendah, infeksi umumnya terjadi pada usia sangat muda. Di Amerika
Serikat, 33% dari masyarakat umum terbukti secara serologis sudah pernah terinfeksi HAV.
Menurut Depkes RI (2000), hepatitis A sangat umum menyerang anak-anak sekolah dan dewasa muda.
Pada tahun-tahun belakangan ini, KLB yang sangat luas penularannya umumnya terjadi di masyarakat,
namum KLB karena pola penularan ”Common source” berkaitan dengan makanan yang terkontaminasi
oleh penjamah makanan dan produk makanan yang terkontaminasi tetap saja terjadi. KLB pernah
dilaporkan terjadi diantara orang-orang yang bekerja dengan primata yang hidup liar.
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/05/epidemiologi-hepatitis-a.html
LO.4.2.Memahami dan Menjelaskan Etiologi Hepatitis A
Hepatitis A terjadi karena serangan virus yang diberi nama Virus Hepatitis A (HAV) yang merupakan
virus RNA positif. HAV merupakan anggota family pikornaviradae. HAV merupakan partikel membulat
berukuran 27 hingga 32-nm dan mempunyai simetri kubik, tidak mempunyai selubung serta tahan terhadap
panas dan asam. Partikel ini mempunyai genom RNA beruntai tunggal dan linear dengan ukuran 7,8 kb,
sehingga cukup jelas virus ini menjadi genus pikornavirus yang baru, Heparnavirus. Hepatitis A
mempunyai pravelansi yang tinggi
Siklus hidup virus hepatitis A:
HAV mula-mula diidentifikasi dari tinja dan sediaan hati. Penambahan antiserum hepatitis A spesifik
dari penderita yang hampir sembuh (konvalesen) pada tinja penderita diawal masa inkubasi penyakitnya,
sebelum timbul ikterus, memungkinkan pemekatan dan terlihatnya partikel virus melalui pembentukan
agregat antigenantibodi. Asai serologic yang lebih peka, seperti asai mikrotiter imunoradiometri fase-padat
dan pelekatan imun, telah memungkinkan deteksi HAV didalam tinja, homogenate hati, dan empedu, serta
pengukuran antibody spesifik di dalam serum.
Sifat-sifat umum virus hepatitis A:
Virus ini dapat dirusak dengan di otoklaf (1210C selama 20 menit), dengan dididihkan dalam air selama
5 menit, dengan penyinaran ultra ungu (1 menit pada 1,1 watt), dengan panas kering (1800C selama 1 jam),
selama 3 hari pada 370C atau dengan khlorin (10-15 ppm selama 30 menit). Resistensi relative hepatitis
virus A terhadap cara-cara disinfeksi menunjukkan perlunya diambil tindakan-tindakan pencegahan
istimewa dalam menangani penderita hepatitis beserta produk-produk tubuhnya.
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/maretta-putri-078114104.pdf
LO.4.3.Memahami dan Menjelaskan Patogenesis dan Patofisiologi Hepatitis A
Patogenesis
Virus Hepatiti A disebarkan melalui kotoran atau tinja penderita. Penyebarannya disebut fecal-oral (tinja
ke mulut) karena biasanya tangan secara tidak sengaja menyentuh benda bekas terkena tinja (misal di kamar
mandi) dan kemudian digunakan untuk makan, dapat juga melalui tranfusi darah, alat-alat tidak steril,
tempat tinggal yang sesak, kebersihan yang kurang, juga bisa melalui kontak seksual dengan penderita.
Virus yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menimbulkan penyakit Hepatitis. Kuman ini masuk ke dalam
tubuh dengan perantara makanan atau air yang tercemar. Di dalam saluran penceranakan kuman tersebut
dapat berkembang biak dengan cepat, kemudian diangkut melalui aliran darah ke dalam hati, dimana tinggal
di dalam kapiler-kapiler darah dan menyerang jaringan-jaringan sekitarnya sehingga menyebabkan radang
hati.
Patofisiologi
Diawali dengan masuk nya virus kedalam saluran pencernaan,kemudian masuk ke aliran darah menuju
hati(vena porta),lalu menginvasi ke sel parenkim hati. Di sel parenkim hati virus mengalami replikasi yang
menyebabkan sel parenkim hati menjadi rusak. Setelah itu virus akan keluar dan menginvasi sel parenkim
yang lain atau masuk kedalam ductus biliaris yang akan dieksresikan bersama feses. Sel parenkim yang
telah rusak akan merangsang reaksi inflamasi yang ditandai dengan adanya agregasi makrofag,pembesaran
sel kupfer yang akan menekan ductus biliaris sehinnga aliran bilirubin direk terhambat, kemudian terjadi
penurunan eksresi bilirubin ke usus. Keadaan ini menimbulkan ketidakseimbangan antara uptake dan
ekskresi bilirubin dari sel hati sehingga bilirubin yang telah mengalami proses konjugasi(direk) akan terus
menumpuk dalam sel hati yang akan menyebabkan reflux(aliran kembali keatas) ke pembuluh darah
sehingga akan bermanifestasi kuning pada jaringan kulit terutama pada sklera kadang disertai rasa gatal
dan air kencing seperti teh pekat akibat partikel bilirubin direk berukuran kecil sehingga dapat masuk ke
ginjal dan di eksresikan melalui urin. Akibat bilirubin direk yang kurang dalam usus mengakibatkan
gangguan dalam produksi asam empedu (produksi sedikit) sehingga proses pencernaan lemak terganggu
(lemak bertahan dalam lambung dengan waktu yang cukup lama) yang menyebabkan regangan pada
lambung sehingga merangsang saraf simpatis dan saraf parasimpatis mengakibatkan teraktifasi nya pusat
muntah yang berada di medula oblongata yang menyebabkan timbulnya gejala mual, muntah dan menurun
nya nafsu makan.
Kumar,Cotran,Robbins.Buku Ajar Patologi.Edisi 7.Jakarta:EGC,2007
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/penelitian/PROPOSAL%20REV.2.pdf
LO.4.4.Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klnis Hepatitis A
Waktu terekspos sampai terkena penyakit kira-kira 2 sampai 6 minggu.Gejala hepatitis A biasanya
muncul akut, seperti gejala flu, mual, demam pusing yang terus menerus, air seni kemerahan, bagian bola
mata yang putih menjadi kekuningan, dan perut sebelah kanan atas terasa sakit atau bebal. Namun pada
anak-anak kadang kala tidak timbul gejala yang mencolok hanya demam tiba-tiba, hilang nafsu makan.
Penyakit hepatitis kadang-kadang dapat timbul sebagai komplikasi leptospirosis, sifilis, tuberculosis,
toksoplasmosis, dan amebiasis, yang kesemuanya peka terhadap pengobatan khusus. Penyebab
noninfeksiosa meliputi penyumbatan empudu, sirosis empedu primer, keracunan obat, dan reaksi
hipersensitivitas obat.
Umumnya Hepatitis Virus A menunjukkan gambaran klinis :
1. Masa Inkubasi Berlangsung kurang lebih 28 hari. pasien tetapasimtomatik meskipun terjadi
replikasi aktif virus.
2. Masa Prodromal 3-10 hari, rasa lesu/lemah badan, panas, mual sampai muntah, anoreksia, nyeri
perut sebelah kanan
3. Masa Ikterik di mana penyakit kuning berkembang di tingkat bilirubin totalmelebihi 20 - 40 mg/l.
Pasien sering minta bantuan medis pada tahap penyakit mereka. Fase icteric biasanya dimulai dalam
waktu 10 hari gejalaawal. Demam biasanya membaik setelah beberapa hari pertama penyakitkuning.
Viremia berakhir tak lama setelah mengembangkan hepatitis,meskipun tinja tetap menular selama 1 -
2 minggu. Tingkat kematian rendah(0,2% dari kasus icteric) dan penyakit akhirnya sembuh sendiri.
Kadang-kadang, nekrosis hati meluas terjadi selama 6 pertama - 8 minggu pada masasakit. Dalam hal
ini, demam tinggi, ditandai nyeri perut, muntah, penyakitkuning dan pengembangan ensefalopati hati
terkait dengan koma dan kejang,ini adalah tanda-tanda hepatitis fulminan, menyebabkan kematian
pada tahun70 - 90% dari pasien. Dalam kasus-kasus kematian sangat tinggi berhubungandengan
bertambahnya usia, dan kelangsungan hidup ini jarang terjadi lebihdari 50 tahun.
4. Masa Penyembuhan ikterus berangsur berkurang dan hilang dalam 2-6 minggu,demikian pula
anorksia, lemas badan dan hepatomegali. Penyembuhan sempurna sebagian besar terjadi dalam 3-4
bulan.
http://mikrobia.files.wordpress.com/2008/05/maretta-putri-078114104.pdf
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/penelitian/PROPOSAL%20REV.2.pdf
LO.4.5.Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Hepatitis A
Anamnesis
Anamnesis pada pasien hepatitis A bisa didapatkan demam yang tidak terlalu tinggi antara 38,0 ᵒC –
39,0 ᵒC, selain itu terdapat pula gangguan pencernaan seperti mual,muntah, lemah badan, pusing, nyeri
sendi dan otot, sakit kepala, mudah silau, nyeri tenggorok, batuk dan pilek dapat timbul sebelum badan
menjadi kuning selama 1 – 2 minggu. Keluhan lain yang mungkin timbul yaitu dapat berupa air seni
menjadi berwarna seperti air teh (pekat gelap) dan warna feses menjadi pucat terjadi 1 – 5 hari sebelum
badan menjadi kuning. Pada saat timbul gejala utama yaitu badan dan mata menjadi kuning (kuning kenari),
gejala-gejala awal tersebut biasanya menghilang, tetapi pada beberapa pasien dapat disertai kehilangan
berat badan (2,5 – 5 kg), hal ini biasa dan dapat terus terjadi selama proses infeksi. Hati menjadi membesar
dan nyeri sehingga keluhan dapat berupa nyeri perut kanan atas, atau atas, terasa penuh di ulu hati.
Terkadang keluhan berlanjut menjadi tubuh bertambah kuning (kuning gelap) yang merupakan tanda
adanya sumbatan pada saluran kandung empedu.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita hepatitis A didapatkan ikterus, hepatomegali ringan, nyeri tekan pada
abdomen regio hipocondriaca dextra (70%) dan splenomegali (5-20%).
Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosis hepatitis A ditegakkan dengan tes darah.
Tes darah ini mencari dua jenis antibodi terhadap virus, yang disebut sebagai IgM dan IgG. Pertama,
dicari antibodi IgM, yang dibuat ole hepatitis virus. sistem kekebalan tubuh lima sampai sepuluh hari
sebelum gejala muncul, dan biasanya hilang dalam enam bulan. Tes juga mencari antibodi IgG, yang
menggantikan antibodi IgM dan untuk seterusnya melindungi terhadap infeksi HAV. (Putri, 2008)
1. Bila tes darah menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan IgG, kita kemungkinan tidak pernah
terinfeksi HAV, dan sebaiknya mempertimbangkan untuk divaksinasi terhadap HAV.
2. Bila tes menunjukkan positif untuk antibodi IgM dan negative untuk IgG, kita kemungkinan tertular
HAV dalam enam bulan terakhir ini, dan sistem kekebalan sedang mengeluarkan virus atau infeksi
menjadi semakin parah.
3. Bila tes menunjukkan negatif untuk antibodi IgM dan positif untuk antibodi IgG, kita mungkin
terinfeksi HAV pada suatu waktu sebelumnya, atau kita sudah divaksinasikan terhadap HAV. Kita
sekarang kebal terhadap HAV.
b. Pemeriksaan fungsi hati, dilakukan melalui contoh darah.
Diagnosis Banding
Diagnosis bandingnya adalah infeksi virus: mononukleus infeksiosa, sitomegalovirus, herpes simpleks,
coxackie virus, toxoplsmosis, drug-induced hepatitis; hepatitis aktif kronis; hepatitis alkoholik; kolesistitis
akut; kolestasis; gagal jantung kanan dengan kongesti hepar; kanker metastasis; dan penyakit
genetik/metabolik (penyakit Wilson, defisiensi alfa-1-antitripsin).
Andri Sanityoso. 2006. Hepatitis Virus Akut. Dalam Aru W Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi,
Marcellus Simandibrata, Siti Setiadi : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
http://m.medicastore.com/index.php?mod=penyakit&id=613
LO.4.6.Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Hepatitis A
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar SGOT-SGPT >10x
normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat ensefalopatihepatitis fulminan, dan prolong,
atau relapsing hepatitis.
Tidak ada terapi medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting disease).
Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk melihat proses
penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau relapsing hepatitis. Pembatasan
aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif selama SGOT-SGPT tiga kali batas atas normal.
Diet disesuaikan dengan kebutuhan dan hindarkan makanan yang berjamur, yang mengandung zat
pengawet yang hepatotoksik ataupun zat hepatotoksik lainnya. Biasanya antiemetik tidak diperlukan dan
makan 5-6 kali dalam porsi kecil lebih baik daripada makan tiga kali dalam porsi besar. Bila muntah
berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti metoklopramid, tetapi bila demikan perlu baehati-
hati terhadap efek efek samping yang timbuk karena dapat mengacaukan gejal klinis pernurukan. Dalam
keadaan klinis terdapat mual dan muntah pasien diberikan diet rendah lemak. Viamin K diberikan bila
terdapat perpanjangan masa protrombin. Kortikosterosid tidak boleh digunakan. Pencegahan infeksi
terhadap lingkungan harus diperhatikan.
Biasanya pengobatan hepatitis hanya berfokus pada cara-cara mengatasi gejala, seperti :
Memperbanyak istirahat
Kebanyakan penderita hepatitis A seringkali merasa lelah dan merasa energinya berkurang untuk
mengerjakan tugas sehari-hari mereka. Perbanyak istirahat karena Anda mungkin saja merasa lelah dan
sakit selama beberapa waktu.
Temukan cara mengatasi mual
Mual dapat membuat Anda sulit untuk makan. Temukan cara untuk membuat makanan lebih menarik.
Makan makanan kecil sepanjang hari lebih sering dengan porsi lebih kecil dibanding tiga kali makan besar.
Jika Anda mengalami kesulitan makan kalori yang cukup, hindari makanan rendah kalori dan memilih
makanan berkalori tinggi. Misalnya, minum jus buah atau susu, dan bukan air.
Biarkan hati beristirahat
Liver Anda mungkin mengalami penurunan fungsi kerjanya dalam metabolisme obat dan alkohol dapat
memperberat hal tersebut. Selalu konsultasikan obat-obatan dengan dokter Anda, karena mungkin saja
dokter menyarankan menghentikan atau mengubah beberapa obat Anda. Hentikan minum alkohol saat
Anda mengalami tanda-tanda atau gejala hepatitis A.
LO.4.7.Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Hepatitis A
1. Pencegahan Umum
Meliputi nasihat kepada pasien :
a. Perbaikan higien makanan-minuman.
b. Perbaikan higien sanitasi lingkungan dan pribadi.
c. Isolasi pasien (anak dilarang ke sekolah atau penitipan anak sampai dengan 2 minggu sesudah timbul
gejala)
2. Pencegahan Khusus
Dengan cara :
a. Pasif dengan immunoglobulin normal manusia (NHIG : Normal Human Immune Globulin).
b. Aktif dengan vaksin HAV yang diinaktifasi.
3. Pencegahan dengan imunoprofilaksis
Imunoprofilaksis sebelum paparan
a. Vaksin HAV yang dilemahkan
Efektivitas tinggi (angka proteksi 93-100%)
Sangat imunogenik (hampir 100% pada subjek sehat)
Antibosi protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-90% subjek
Aman, toleransi baik
Efektivitas proteksi selama 20-50 tahun
Efek samping utama adalah nyeri di tempat suntikan
b. Dosis dan jadwal vaksin HAV
Usia >19 tahun, 2 dosis HAVRIX (1440 Unit Elisa) dengan interval 6-12 bulan
Anak > 2 tahun, 3 dosis HAVRIX (360 Unit Elisa), 0, 1, dan 6-12 bulan atau 2 dosis (720 Unit
Elisa), 0, 6-12 bulan
c. Indikasi vaksinasi
Pengunjungan ke daerah resiko
Homoseksual dan biseksual
IDVU
Anak dewasa muda yang pernah mengalami kejadian luar biasa luas
Anak pada daerah dimana angka kejadian HAV labih tinggi dari angka nasional
Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik
Pekerja laboratorium yang menangani HAV
Pramusaji
Pekerja pada pembuangan limbah
Profilaksis pasca paparan
a. Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas
b. Keberhasilan imunoglobulin sudah nyata tetapi tidak sempurna
c. Dosis dan jadwal pemberian imunoglobulin:
Dosis 0,02 ml/kgBB, suntikan pada daerah deltoid sesegera mungkin setelah paparan
Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan
Indikasi: kontak erat dan kontak rumah tangga dengan pasien HAV akut
http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/penelitian/PROPOSAL%20REV.2.pdf
LO.4.8.Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Hepatitis A
Sebuah hepatitis akut Sebuah kasus dapat berkembang menjadi hepatitis fulminan A. Ini adalah suatu
komplikasi yang jarang namun parah Hepatitis A, di mana racun dari virus hepatitis membunuh jumlah
tinggi abnormal sel-sel hati (sekitar ¾ dari jumlah sel hati), dan hati mulai mati. Lima puluh persen pasien
dengan kondisi ini memerlukan transplantasi hati langsung untuk menghindari kematian. Hepatitis
fulminan A juga bisa menyebabkan komplikasi lebih lanjut, termasuk disfungsi otot dan kegagalan organ
multiple.
LO.4.9.Memahami dan Menjelaskan Prognosis Hepatitis A
Prognosis hepatitis A sangat baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitis A infeksi sembuh sendiri.
Hanya 0,1% pasien berkembang menjadi nekrosishepatik akut fatal.