61
SASARAN BELAJAR 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata 1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Mata 1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Mata 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Mata 3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah 3.1. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah Visus Tidak Turun 3.2 Memahami dan Menjelaskan Mata Merah Visus Turun 4. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis 4.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Konjungtivitis 4.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Konjungtivitis 4.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Konjungtivitis 4.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis 4.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitis 4.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Konjungtivitis 4.7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Konjungtivitis 4.8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Konjungtivitis 4.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis 4.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis 5. Memahami dan Menjelaskan Cara Menjaga dan Memelihara Kesehatan Mata Sesuai Pandangan Islam

Skenario 1 Panca Indera

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sk1

Citation preview

SASARAN BELAJAR

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata

1.1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik Mata

1.2. Memahami dan Menjelaskan Mikroskopik Mata

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Mata

3. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah

3.1. Memahami dan Menjelaskan Mata Merah Visus Tidak Turun

3.2 Memahami dan Menjelaskan Mata Merah Visus Turun

4. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis

4.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Konjungtivitis

4.2. Memahami dan Menjelaskan Etiologi Konjungtivitis

4.3. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Konjungtivitis

4.4. Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Konjungtivitis

4.5. Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Konjungtivitis

4.6. Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Konjungtivitis

4.7. Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Konjungtivitis

4.8. Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Konjungtivitis

4.9. Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Konjungtivitis

4.10. Memahami dan Menjelaskan Prognosis Konjungtivitis

5. Memahami dan Menjelaskan Cara Menjaga dan Memelihara Kesehatan Mata Sesuai Pandangan Islam

1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mata

KONJUNGTIVA

Konjungtiva merupakan membran halus yang melapisi kelopak mata dan melapisi permukaan sklera yang terpajan dengan lingkungan luar. Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:a.   Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata)b.   Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra)c.    Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan

bola mata).3

Gambar 1. Anatomi KonjungtivaKonjungtiva palpebralis merupakan konjungtiva yang melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat ke tarsus. Konjungtiva ini pada tepi superior dan inferior tarsus akan melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.

Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke kapsul tenon dan sclera di bawahnya, kecuali di limbus (tempat kapsul Tenon dan konjungtiva menyatu sejauh 3 mm). Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal, mudah bergerak dan lunak (plika semilunaris) terlelak di kanthus internus dan membentuk kelopak mata ketiga pada beberapa binatang. Struktur epidermoid kecil semacam daging (karunkula) menempel superfisial ke bagian dalam plika semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen kulit dan membran mukosa.

Konjungtiva forniks struktumya sama dengan konjungtiva palpebra. Tetapi hubungan dengan jaringan dibawahnya lebih lemah dan membentuk lekukan-lekukan. Juga mengandung banyak pembuluh darah. Oleh karena itu, pembengkakan pada tempat ini mudah terjadi bila terdapat peradangan mata.

Perdarahan dan Persarafan Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010). Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit (Tortora, 2009).

A. Makroskopis Mata

Mata terdiri dari : Suatu lapisan luar keras yang transparan di anterior (kornea) dan opak di posterior (sklera).

Sambungan antara keduanya disebut limbus. Otot-otot ekstraokular melekat pada sklerasementara saraf optik meninggalkan sklera di posterior melalui lempeng kribiformis.

Suatu lapisan kaya pembuluh darah (koroid) melapisi segmen posterior mata dan memberi nutrisi pada permukaan dalam retina.

Korpus siliaris terletak di anterior. Korpus siliaris mengandung otot siliaris polos yang kontraksinya mengubah bentuk lensa dan memungkinkan fokus mata berubah-ubah.Epitel siliaris mensekresi aqueous humor dan mempertahankan tekanan okular. Korpus siliaris merupakan tempat perlekatan iris.

Lensa terletak di belakang iris dan disokong oleh serabut-serabut halus (zonula) yang terbentang di antara lensa dan korpus siliaris.

Sudut yang dibentuk oleh iris dan kornea (sudut iridokornea) dilapisi oleh suatu jaringan sel dan kolagen (jalinan trabekula). Pada sklera di luar jalinan ini, kanal schlemm mengalirkan aqueous humor dari bilik anterior ke dalam sistem vena, sehingga terjadi drainase aqueous. Daerah ini dianamakan sudut drainase.

Antara kornea di anterior dan lensa serta iris di posterior terdapat bilik mata anterior. Di antara iris, lensa, dan korpus siliaris terdapat bilik mata posterior (yang berbeda dari korpus vitreous). Kedua bilik ini terisi oleh aqueous humor. Di antara lensa retina terletak korpus vitreous.

Di anterior, konjungtiva akan berlanjut dari sklera ke bagian bawah kelopak mata atas dan bawah. Satu lapis jaringan ikat (kapsul tenon) memisahkan konjungtiva dari sklera dan memanjang ke belakang sebagai satu penutup di sekitar otot-otot rektus.

Orbita

Mata terletak dalam ruang orbita yang memiliki bentuk seperti piramida berisi empat. Pada apeks posterior terletak kanal optik yang merupakan tempat lewatnya saraf optik ke otak. Fissura orbita superior dan inferior merupakan tempat lewatnya pembuluh darah dan saraf kranialis yang memberikan persarafan pada struktur orbita. Pada dinding anterior media terdapat fossa untuk sakus lakrimalis. Kelenjar lakrimal terletak di anterior pada aspek superolateral orbit.

Kelopak MataFungsi :- Memberikan proteksi mekanis pada bola mata anterior.

- Mensekresi bagian berminyak dari lapisan film air mata.- Menyebarkan film air mata ke konjungtiva dan kornea.- Mencegah mata menjadi kering.- Memiliki pungta tempat air mata mengalir ke sistem drainase lakrimal.

Kelopak mata terdiri dari : - Suatu lapisan permukaan kulit.- Otot-otot orbikularis.- Suatu lapisan kolagen kuat (lempeng tarsal).- Suatu lapisan epitel, konjungtiva, sampai ke bola mata.

Otot levator berjalan ke arah kelopak mata atas dan berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh saraf ketiga. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan-perubahan pada usia tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis). Suatu otot polos datar yang muncul dari permukaan profunda levator berinsersi pada lempeng tarsal. Otot ini dipersarafi oleh sistem saraf simpatis. Jika persarafan simpatis rusak (seperti pada sindrom Horner) akan terjadi ptosis ringan.

Tepi kelopak mata adalah letak sambungan mukokutan. Sambungan ini mengandung muara kelenjar minyak Meibomm yang terletak di lempeng tarsal. Kelenjar ini mensekresikan komponen lipid dari film air mata. Di medial, pada kelopak mata atas dan bawah, dua pungta kecil membentuk bagian awal sistem drainase lakrimal.

Sistem Drainase LakrimalAir mata mengalir ke dalam pungta atas dan bawah dan kemudian ke dalam sakus lakrimalis melalui

kanalikuli atas dan bawah. Kanalikuli-kanalikuli membentuk kanalikulus komunis sebelum memasuki sakus lakrimalis. Duktus nasolakrimalis berjalan dari sakus ke hidung. Kegagalan bagian distal duktus nasolakrimalis untuk membentuk saluran sempurna pada saat lahir biasanya merupakan penyebab mata berair dan lengket pada bayi. Drainase air mata melalui sistem ini.

PerdarahanMata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui arteri

retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis. Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.

Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris. Retina mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina. Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.

Persarafan

Nervus IIISaraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.

Nervus IVSaraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di otak tengah.

Nervus VISaraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di pons.

Media RefraksiYang termasuk media refraksi antara lain kornea, pupil, lensa, dan vitreous. Media refraksi targetnya

di retina sentral (macula). Gangguan media refraksi menyebabkan visus turun (baik mendadak aupun perlahan). Bagian berpigmen pada mata: uvea bagian iris, warna yang tampak tergantung pada pigmen melanin di lapisan anterior iris.

- banyak pigmen = coklat.

- sedikit pigmen =

biru.-tidak ada pigmen

= merah / pada albino.

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas kornea, aqueous humor (cairan mata), lensa, badan vitreous (badan kaca), dan panjangnya bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan panjang bola mata sedemikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.

KorneaKornea (Latin cornum=seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus

cahaya. Kornea merupakan lapisan jaringan yang menutupi bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis, yaitu:

1. Epitel

Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis selepitel tidak bertanduk yang saling tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat berikatan erat dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, eliktrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ektoderm permukaan

2. Membran Bowman Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang tersusun tidak

teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Stroma Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan lainnya, pada

permukaan terlihat anyaman yang teratur sadangkan dibagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea dihasilkan sel

endotel dan merupakan membran basalnya. Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40 μm.

5. Endotel Berasal dari mesotelium, berlapis satu,bentuk heksagonal, besar 20-40 μm. Endotel melekat pada

membran descement melalui hemi desmosom dan zonula okluden.

Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar, saraf V. saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Boeman melepaskan selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi samapai kepada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbus Krause untuk sensasi dingin ditemukan di daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.

Trauma atau panyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompresi endotel dan terjadi edema kornea. Endotel tidak mempunya daya regenerasi. Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.

Aqueous Humor (Cairan Mata)Aqueous humor mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan lensa, keduanya tidak memiliki pasokan

darah. Adanya pembuluh darah di kedua struktur ini akan mengganggu lewatnya cahaya ke fotoreseptor. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 5 ml/hari oleh jaringan kapiler di dalam korpus siliaris, turunan khusus lapisan koroid di sebelah anterior. Cairan ini mengalir ke suatu saluran di tepi kornea dan akhirnya masuk ke darah.

Jika aqueous humor tidak dikeluarkan sama cepatnya dengan pembentukannya (sebagai contoh,

karena sumbatan pada saluran keluar), kelebihan cairan akan tertimbun di rongga anterior dan menyebabkan peningkatan tekanan intraokuler (di dalam mata). Keadaan ini dikenal sebagai glaukoma. Kelebihan aqueous humor akan mendorong lensa ke belakang ke dalam vitreous humor, yang kemudian terdorong menekan lapisan saraf dalam retina. Penekanan ini menyebabkan kerusakan retina dan saraf optikus yang dapat menimbulkan kebutaan jika tidak diatasi.

LensaJaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam bola mata dan bersifat

bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus-menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh ekuatornya pada badan siliar.

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu: Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi cembung, Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan, Terletak di tempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous body dan berada di sumbu

mata.Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:

Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia, Keruh atau apa yang disebut katarak, Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar dan berat.

Badan Vitreous (Badan Kaca)Badan vitreous menempati daerah mata di balakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan

yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat (Luiz Carlos Junqueira, 2003). Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhanbadan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftalmoskopi. Vitreous humor penting untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.

Panjang Bola MataPanjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang bola mata seseorang dapat

berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang (lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada mekula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.

Lapisan MataLapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan

kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina.

Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi)

Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan.Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera

dilapisi membran konjungtiva bulbi.Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-

corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular.

Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera.

Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.

Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi)Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian

depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris. Iris adalah diafragma sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.

Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda. Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan. Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris.

Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda. Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humorantara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata,  bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa.

Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris.

Tunika nervosa (Tunica interna)Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap. Permukaan

luarnya berkontak dengan koroid; permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous. Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina danpars iridica retina.

Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis. Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat. Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus. Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot.

(Snell, 1997)

B. Mikroskopik Mata

KONJUNGTIVA

Konjungtiva seperti halnya membran mukosa lainnya, terdiri atas dua lapisan, yaitu :

1. Lapisan epitel bertingkatKetebalan lapisan epitel konjungtiva bervariasi mulai dari 2-4 lapisan pada daerah tarsal, 6-8

lapisan pada daerah pertemuan korneoskleral, hingga 8-10 lapisan pada daerah tepi konjungtiva. Di daerah forniks, epitel konjungtiva berbentuk kolumnar dan berubah menjadi epitel kuboid di daerah bulbar dan tarsal. Di limbus, epitel berubah menjadi epitel skuamous bertingkat tak bertanduk yang akan melanjutkan diri menjadi epitel kornea

2. Lapisan Stroma (Substansia Propria)Stroma konjungtiva dipisahkan dengan lapisan epitel konjungtiva oleh membrana basalis.

Lapisan ini dibagi atas lapisan adenoid yang terletak di permukaan dan lapisan fibrosa yang terletak lebih dalam. Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan pada beberapa area juga mengandung struktur mirip folikel. Lapisan ini tidak berkembang hingga mencapai usia 2–3 bulan setelah kelahiran. Lapisan fibrosa tersusun atas jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah dan serabut saraf dan melekat pada lempeng tarsus.

Substansia propria mengandung sel mast (6000/mm3), sel plasma, limfosit, dan netrofil yang memegang peranan dalam respon imun seluler. Jenis limfosit yang paling banyak ditemukan adalah sel T, yaitu kira-kira 20 kali lebih banyak dibanding sel B. Selain itu, ditemukan pula IgG, IgA, dan IgM yang terletak ekstraseluler.

Permukaan epitel konjungtiva ditutupi oleh mikrovili. Mikrovili dibentuk oleh penonjolan sitoplasma yang menonjol ke permukaan sel epitel. Ukuran diameter dan tinggi mikrovilli kira-kira 0,5 um dan 1 um. Fungsi mikrovilli selain untuk memperluas daerah absorbsi juga untuk menjaga stabilitas dan integritas tear film.

Gambar 5. Histologi Konjungtiva 12

Stem Cells Konjungtiva

Epitel konjungtiva memiliki kemampuan untuk memperbarui diri secara konstan. Hal ini dimungkinkan oleh adanya stem cells yang merupakan sumber dari aktivitas miosis. Stem cells pada konjungtva bulbi dimulai dari limbus, sedangkan stem cels pada konjungtiva palpebra dimulai dari mucocutaneus junction dan berjalan ke arah forniks. Masing-masing memiliki dua bagian, yaitu progenitor dimana sel-sel berproliferasi dan bagian di mana sel-sel tidak berproliferasi. Siklus sel yang lambat membentuk sel antara yang kemudian akan berkembang menjadi sel epitel konjungtiva yang matur.

Sel Goblet Konjungtiva

Sel goblet adalah sel yang relatif besar dengan ukuran kurang lebih 25 µm. Sel ini dibentuk oleh membran yang berisi musin. Daerah basal sel goblet mengandung nukleus, retikulum endoplasma, dan apparatus golgi. Daerah apeks mengandung sejumlah besar granula sekretoris yang memberi bentuk yang unik pada sel tersebut. Organel dan nukleus pada sel goblet yang telah berkembang akan terdorong ke tepi oleh kandungan mukus di dalamnya. Lisosom, mikrosom, dan mitokondria juga ditemukan dalam sitoplasma.

Sel goblet diketahui berperan dalam sekresi musin sejak 140 tahun yang lalu. Sekarang kita tahu bahwa sel goblet memproduksi hingga 2,2 µL mukus dalam sehari. Mukus ini penting dalam menjaga integritas permukaan okular, karena ia dapat melicinkan dan melindungi sel epitel.

Gambar 6. Sel Goblet Konjungtiva 12

Sel goblet ditemukan pada lapisan tengah dan superfisial epitel dan merupakan 15 % dari sel epitel permukaan manusia. Sel ini dapat ditemukan di forniks inferior bagian nasal, tengah dan sedikit di daerah palpebral. Jarang ditemukan di konjungtiva bulbi dan tidak ada di kornea. Total populasi sel goblet berkisar antara 1000 hingga 56.000 per mm2 permukaan konjungtiva, tergantung pada ada atau tidaknya proses inflamasi pada daerah tersebut.

MEDIA REFRAKSI

Merupakan media kesemua bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Media refraksi terdiri dari:

KorneaKornea jernih dan tembus cahaya dengan permukaan yang licin tetapi tidak melengkung secara

uniform/seragam. Bagian tengah (zona optikal) mempunyai radius kelengkungan yang lebih kecil dibandingkan bagian tepi, dan permukaan posterior lebih melengkung daripada anterior, karenanya kornea lebih tipis di bagian tengah daripada tepinya.

Daya refraksi kornea, yang merupakan hasil indeks refraksi radius lengkung kornea lebih besar daripada daya refraksi lensa. Secara anatomis kornea mempunyai dua bagian:

Kornea asli

Secara histologi, terdiri dari lima lapisan1. Epitel

Pada permukaan luar terdapat epitel, yaitu suatu epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, dengan 5 hingga 6 lapisan sel. Lapisan basal silindris rendah, kemudian 3 atau 4 lapisan sel polihedral dan 1 atau 2 lapisan sel permukaan yang gepeng. Epitel ini sangat sensitif dengan banyak akhir saraf bebas, dan mempunyai daya regenerasi istimewa/sangat baik, mitosis hanya terjadi dalam lapisan basal.

2. Membran BowmanDibawah epitel, tak berbentuk dan tak mengandung sel, dibentuk oleh perpadatan antar sel

dengan serabut kolagen halus yang tersebar tak beraturan. Membran ini berakhir dengan tegas/ mendadak pada limbus.

3. Substansia propriaMembentuk massa kornea (90% ketebalannya), bersifat tembus cahaya, dan terdiri dari lamel

kolagen dengan sel. Lamel merupakan serat lebar, seperti pita, serabut dalam setiap lamel sejajar, dengan lamel pada sudut-sudut yang berbeda. Lamel saling melekat karena adanya pertukaran serabut antara lamel yang berdampingan. Diameter serabut seragam menunjukkan periodisitas yang khas, dan terbenam dalam substansia antarsel yang kaya akan polisakarida bersulfat. Fibroblas berbentuk bintang, gepeng dengan cabang yang ramping, terletak antar lamel.

4. Membran descementTampak homogen, terletak sebelah dalam substansia propria. Merupakan membrana basalis dari

endotel. Secara kimiawi materinya adalah kolagen.

5. Endotel Merupakan satu lapis sel kuboid yang melapisi permukaan dalam kornea. Sel menunjukkan

kompleks tautan, permukaan antar sel yang tak teratur, dan sejumlah besar vesikula pinositotik. Vesikula ini mentransportasikan cairan dan larutan.

Kornea bersifat avaskular, mendapatkan nutrisi dari difusi pembuluh perifer dalam limbus dan dari humor aqueus di bagian tengah.

Limbus kornea Merupakan zona peralihan atau zona pertemuan antara kornea dengan sklera. Disini epitel

kornea menebal smapai 10 lapisan dan melanjutkan diri dengan konjungtiva, membrana bowman

berhenti dengan tiba-tiba, membran descement menipis dan memecah dan melanjutkan diri menjadi trabekula ligamneti pektinata, dan stroma kornea menjadi kurang teratur dan secara bertahap susunannya berubah dari susunan lamelar yang khas menjadi kurang teratur seperti yang ditemukan pada sklera. Limbus memiliki vaskularisasi yang baik.

Camera occuli anterior dan camera occuli posteriorCamera occuli anterior (COA)

Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:– Anterior oleh permukaan posterior kornea– Posterior oleh lensa, iris, dan permukaan anterior badan siliaris– Lateral oleh sudut iris atau limbus yang ditempati oleh jaringan-jaringan trabekular yang

merupakan tempat penyaliran humor akueus schlemm.

Camera occuli posterior (COP)Merupakan suatu ruangan yang dibatasi oleh:

– Anterior oleh iris– Posterior oleh permukaan anterior lensa dan zonula– Perifer oleh prosesus silia.

Kedua ruangan mengandung humor akueus, suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan oleh difusi dari kapiler dalam prosesus siliaris. Humor akueus mengandung materi yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang rendah dibandingkan serum. Cairan ini disekresi secara kontinyu ke dalam COP, mengalir keruang anterior melalui pupil, dan disalurkan melalui jaringan trabekular ke dalam kanal schlemm.

LensaLensa kristalina bentuknya bikonveks, permukaan posterior lebih melengkung daripada

anterior. Di bagian tengah pada kedua permukaannya terdapat kutup anterior dan kutup posterior. Garis yang menghubungkan keduanya adalah aksis dan batas kelilingnya adalah ekuator.

Secara struktural, terdapat 3 komponen: 1. Kapsul lensa

Kapsul lensa meliputi lensa. Kapsul ini homogen, agaknya merupakan membran yang tak berbentuk, bersifat elastik, dan mengandung glikoprotein dan kolagen tipe IV. Padanya melekat serat zonula, yang berjalan ke badan siliar sebagai ligamentum suspensorium/penyokong.

2. Endotel subkapsularisHanya pada permukaan anterior, di bawah kapsula, terdapat epitel subkapsular, merupakan

satu lapisan sel kuboid. Bagian dasar sel ini terletak di luar dalam hubungan dengan kapsula. Apeksnya terletak di dalam dan membentuk kompleks jungsional dengan serat lensa. Ke arah ekuator sel ini bertambah tinggi dan beralih menjadi serat lensa.

3. Substansia lensaTerdiri dari serat lensa, yang masing-masing berbentuk prisma heksagonal. Sebagian besar

serat tersusun secara konsentris dan sejajar permukaan lensa. Di permukaan, pada korteks serat yang lebih muda mengandung inti dan beberapa organel. Di bagian tengah, dalma ini lensa, serat yang lebih tua telah

kehilangan inti dan

tampak homogen.

Lensa sama sekali tanpa pembuluh

darah, karenanya mendapat nutrisi dari humor akueus dan badan vitreus. Lensa bersifat tembus cahaya, dan membran plasma serat lensanya sangat tidak permeabel.

Lensa dipertahankan pada tempatnya oleh ligamen suspensorium, disebut zonula yang terdiri dari lembaran terdiri dari materi fibrilar yang berjalan dari badan siliar ke ekuator lensa, sehingga meliputi lensa.

Badan vitreusMerupakan suatu agar-agar yang jernih dan tembus cahaya yang memenuhi ruang antara

retina dan lensa. Oleh karenanya bentuknya sferoid/bundar dengan lekukan pada bagian anterior untuk menyesuaikan dengan lensa. Badan vitreus juga memlihara bentuk dan kekenyalan bola mata.

RETINAMerupakan lapisan paling dalam bola mata dan terdiri dari bagian anterior yang tak peka

dan bagian posterior yaitu bagian yang fungsional, yang merupakan organ fotoreseptor atau alat penerima cahaya.

Retina berkembang sebagai penonjolan ke luar otak depan yang disebut vesikel optik. Vesikel optik mempertahankan hubungannya dengan otak mellaui tangkai optik. Vesikel optik akan berubah menjadi cangkir optik yang berlapis dua. Lapisan luar membentuk epitel pigmen, dan lapisan dalam menjadi retina saraf atau retina yang sebenarnya.

Suatu ruang potensial menetap antara kedua lapisan tersebut dan hanya dilalui oleh penonjolan sel pigmen. Lapisan luar, lapisan pigmen melekat erat pada koroid, tetapi lapisan dalam mudah terlepas pada proses pembuatan sajian histologi juga dalam kehidupan sesudah terjadi trauma.

Retina optikal atau neural melapisis koroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di anterior, dan menunjukkan suatu cekungan yang dangkal yang disebut fovea sentralis. Sekeliling fovea terdapat suatu daerah yang dikenal sebagai bintik kuning, atau makula lutea. Fovea merupakan daerah untuk penglihatan terjelas. Tak terdapat fotoreseptor di atas papila optik, sehingga daerah ini disebut juga bintik buta.

Lapisan retina terdiri dari:1. Epitel pigmen2. Lapisan batang dan kerucut3. Membran limitans eksterna4. Lapisan inti luar5. Lapisan pleksiform luar

6. Lapisan inti dalam7. Lapisan pleksiform dalam8. Lapisan sel ganglion9. Lapisan serat saraf10. Membran limitans interna

Terdapat empat kelompom sel:

1. Fotoreseptor (batang dan kerucut)Baik batang maupun kerucut merupakan bentuk modifikasi neuron. Sel ini menunjukkan

segmen dalam dan luar yang terletak di luar membran limitans eksterna.

Batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris mengandung fotopigmen rhodopsin (ungu visual) dan suatu segmen dalma yang sedikit lebih panjang.

Kerucut menunjukkan segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol.

2. Neuron konduksi langsung (sel bipolar dan sel ganglion)Sel bipolar badan sel bipolar sebagian besar terletak pada bagian sentral aerah inti dalam.

Terbagi dalam suatu kelompok utama:– Bipolar difusa berhubungan dengan beberapa fotoreseptor– Bipolar monosinaptik/kerdil yang berhubungan dengan satu sel.

Sel ganglion terletak dalam retina dalam dengan dendritnya dalam lapisan pleksiform dalma dan aksonnya membentuk serat saraf optik. Aksonnta tak pernah bercabang.

3. Neuron asosiasi dan lainnya (sel horisontal, makrin, dan sel bipolar sentrifugal)4. Unsur penyokong (serat Muller dan neuroglia).

(Roland, buku ajar histologi)

ORGAN TAMBAHAN MATA

Bola mata terletak di dalam rongga tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra. Konjungtiva akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.

Organ-organ tambahan mata terdiri atas

1. Kelopak mata

2. konjungtiva

3. Kelenjar lakrimal

KELOPAK MATA

Kelopak mata terdiri atas lempeng penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.

Kulit di bagian depan merupakan kulit tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis lebih padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.

Di bawah kulit terdapat lapisan otot lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang merupakan otot rangka. Bagian atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar kelenjar Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.

Di bagian tengah palpebra terdapat jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata yang disebut tarsus. Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin semakin sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar Meibom yang bermuara bersama ke dalam satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan mukosa.

KONJUNGTIVA

Konjungtiva adalah membran mukosa jernih yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.

Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang biasanya ditandai oleh konjungtiva yang hiperemis (merah) dan sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus, alergen atau parasit-parasit lainnya.

KELENJAR LAKRIMAL

Kelenjar lakrimal utama terletak pada sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/ assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan bawah.

Air mata mengandung banyak air dan lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk memelihara agar epitel konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior.Dari sini air mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya masuk sakus lakrimal.Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel bertingkat silindris bersilia.Sakus lakrimalis merupakan bagian superior duktus nasolakrimalis yang melebar.Air mata kemudian masuk ke duktus nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia.Dari sini air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga hidung.

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologis Penglihatan

Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior di bagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh, maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang sensitif terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil, tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.

Proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang yaitu :

Gelap ↓

konsentrasi GMP-siklik meningkat↓

Konsentrasi Na meningkat↓

Depolarisasi membrane↓

Pengeluaran zat inhibitor↓

Neuron bipolar dihambat↓

Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak↓

Tidak ada ekspresi melihat

Cahaya/terang↓

Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin↓

Konsentrasi Na tinggi↓

Penurunan GMP-siklik↓

Penutupan kanal Ca↓

Menutupnya canal Ca↓

Pengeluaran zat inbihitor dihambat↓

Terjadi eksitasi neuron bipolar↓

Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak↓

Adanya ekspresi melihat(Sherwood, 1996)

LI.3. Memahami & Menjelaskan Kelainan Mata Dengan Mata Merah Visus Normal,Mata Merah Visus Turun

MATA MERAH VISUS NORMAL

I. PTERIGIUM

Definisi

Pterigium merupakan penebalan lipatan konjungtiva bulbi yang berbentuk segitiga dengan banyak pembuluh darah. Punvaknya terletak dikornea dan dasarnya dibagian perifer. Biasanya terletak di celah kelopak dan sering meluas ke daerah pupil.

PenyebabPenyebab pasti dari pterygium tidak diketahui. Tetapi, faktor penyebab yang paling umum adalah :

Terkena paparan sinar matahari yang berlebihan

Bekerja di luar rumah

Paparan berlebihan pada lingkungan yang keras seperti debu, kotoran, panas, angin, kekeringan dan asap.

Paparan berlebihan pada alergen seperti bahan kimia dan solvent

EpidemiologiUmum terjadi pada usia 20-30 tahun dan di daerah yang beriklim tropis

Klasifikasi Pterygium

Tipe 1

Meluas kurang dari 2 mm di atas kornea. Timbunan besi (ditunjukkan dengan Stocker line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior/depan pterygium. Lesi/jejas ini asimtomatis, meskipun sebentar-sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Jika memakai soft contact lense, gejala dapat timbul lebih awal karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterygium yang sedikit naik/terangkat dan ini dapat menyebabkan iritasi.

Tipe 2

Melebar hingga 4 mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme.

Tipe 3

Meluas hingga lebih dari 4 mm dan melibatkan daerah penglihatan (visual axis). Lesi/jejas yang luas (extensive), jika kambuh, dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke fornix yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata.

Gambar 1. Tampak jaringan fibrovaskuler konjungtiva.

Gambar 2. Pterigium

Gejala

Gejala pterygium bervariasi dari orang ke orang. Pada beberapa orang, pterigyum akan tetap kecil dan tidak mempengaruhi penglihatan. Pterygium ini diperhatikan karena alasan kosmetik. Pada orang yang lain, pterygium akan tumbuh cepat dan dapat meyebabkan kaburnya penglihatan. Pterygium tidak menimbulkan rasa sakit.

Gejalanya termasuk :

Mata merah Mata kering Iritasi Keluar air mata (berair) Sensasi seperti ada sesuatu dimata Penglihatan yang kabur

Diagnosis

Diagnosis pterigium dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan berikut:

Pemeriksaan Visus Slit lamp

Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pterygium adalah untuk :

1) Mengevaluasi ukuran2) Mencegah inflamasi3) Mencegah infeksi4) Aid dalam proses penyembuhan, apabila operasi dilakukan

Observasi:

Pemeriksaan mata secara berkala, biasanya ketika pterygium tidak menimbulkan atau menimbulkan gejala yang minimal.

Apabila gejala bertambah berat, dapat ditambahkan :

1. Medikamentosa

Dapat diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi, kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi, lubrikasi okular seperti airmata buatan.

2. Therapy radiasi

Apabila penglihatan menjadi kabur, maka pterygium harus dioperasi. Akan tetapi pterigium dapat muncul kembali. Pemberian mytomycin C to aid in healing dan mencegah rekurensi, seusai pengangkatan pterygium dengan operasi, selain itu menunda operasi sampai usia dekade 4 dapat mencegah rekurensi.

Pencegahan

Secara umum, lindungi mata dari paparan langsung sinar matahari, debu, dan angin, misalnya dengan memakai kacamata hitam.

II. PSEUDOPTERIGIUM

Pseudopterigium merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat. Sering pseudopterigium ini terjadai pada proses penyembuhan tukak kornea, sehingga konjungtiva menutupi kornea. Letak pseudopterygium ini pada daerah konjungtiva yang terdekat dengan proses kornea sebelumnya.

  PTERIGIUM PSEUDOPTERIGIUM

1. Lokasi Selalu di fisura palpebra Sembarang lokasi

2.Progresifitas Bisa progresif atau stasioner

Selalu stasioner

3.Riwayat peny. Ulkus kornea (-) Ulkus kornea (+)

4.Tes sondase Negatif Positif

Pseudopterygium tidak memerlukan pengobatan, serta pembedahan, kecuali sangat mengganggu visus, atau alasan kosmetik.

III. PINGUEKULA

Definisi

Pinguekula merupaka benjolan pada konjungtiva bulbi yang merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.

Pinguekula sangat umum terjadi, tidak berbahaya, biasanya bilateral (mengenai kedua mata). Pinguecula biasanya tampak pada konjungtiva bulbar berdekatan dengan limbus nasal (di tepi/pinggir hidung) atau limbus temporal. Terdapat lapisan berwarna kuning-putih (yellow-white deposits), tak berbentuk (amorphous).

Patogenesis

Patogenesis belum jelas, tetapi umumnya diterima, bahwa rangsangan luar mempunyai peranan pada timbulnya pinguekula. Sebagai rangsangan luar antara lain adalah panas, debu, sinar matahari, udara kering6.

Pengobatan

Biasanya tidak diperlukan,jika terjadi inflamasi/ radang akut yang disebut pinguekulitis, maka diberikan steroid lemah.

Pencegahan

Mencegah rangsangan luar sangat dianjurkan.

Gambar 3. Pinguekula

IV. HEMATOMA SUBKONJUNGTIVA

Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteiosklerosis, konjungtivitis hemorraghik, pemakaian antikoagulan, batuk rejan). Perdarahan subkonjungtiva dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung, yang kadang menutupi perforasi jaringan bola mata yang terjadi.

Biasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu.

V. EPISKLERITIS – SKLERITIS

Episkleritis

Merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak anatara konjungtiva dan permukaan sklera.

Episkleritis umumnya mengenai satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit rematik.

Keluhannya dapat berupa :

1. mata terasa kering

2. rasa sakit yang ringan

3. mengganjal

4. konjungtiva yang kemotik.

Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor, pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata atau sistemik atau salisilat. Pada episkleritis penglihatan normal, dapat sembuh sempurna atau bersifat residif.

Gambar 4. Episkleritis

Skleritis

Adalah reaksi radang yang mempengaruhi bagian luar berwarna putih yang melapisi mata.Penyakit ini biasanya disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Skleritis dibedakan menjadi :

1. Skleritis anterior diffus

Radang sklera disertai kongesti pembuluh darah episklera dan sklera, umumnya mengenai sebagian sklera anterior, peradangan sklera lebih luas, tanpa nodul.

2. Skleritis nodular

Nodul pada skleritis noduler tidak dapat digerakkan dari dasarnya, berwarna merah, berbeda dengan nodul pada episkleritis yang dapat digerakkan.

3. Skleritis nekrotik

Jenis skleritis yang menyebabkan kerusakan sklera yang berat.

Gambar 5. Skleritis

Gejala

- Kemerahan pada sklera dan konjungtiva- Terdapat perasaan sakit yang berat yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu yang kadang

membangunkan sewaktu tidur akibat sakitnya yang sering kambuh.- Fotofobia- Mata berair- Penglihatan menurun

Pengobatan

Pada skleritis dapat diberikan suatu steroid atau salisilat. Apabila ada penyakit yang mendasari, maka penyakit tersebut perlu diobati.

VI. KONJUNGTIVITIS

Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva, biasanya terdiri dari hyperemia konjungtiva disertai dengan pengeluaran secret.

Konjunctivitis dapat disebabkan bakteri, virus, klamidia, alergi toksik, dan molluscum contagiosum.

  VIRUS BAKTERI ALERGI

GATAL Minimal Minimal Berat

HIPEREMI Menyeluruh Menyeluruh Menyeluruh

LAKRIMASI + + + +

EKSUDAT Minimal (serous, Banyak (muko-

Minimal (benang)

(SEKRET) mukous) purulen/purulen)

ADENOPATI + Jarang -

SEL-SEL Monosit PMN Eosinofil

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari, pseodoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membrane, pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti ada benda asing, dan adenopati preaurikular. Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada konjungtiva. 

Jenis Konjungtivitis dapat ditinjau dari penyebabnya dan dapat pula ditinjau dari gambaran klinisnya yaitu :

1. Konjungtivitis Kataral

2. Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

3. Konjuntivitis Membran

4. Konjungtivitis Folikular

5. Konjungtivitis Vernal

6. Konjungtivitis Flikten

Konjungtivitis Kataral

Etiologi

Biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, antara lain stafilokok aureus, Pneumokok, Diplobasil Morax Axenfeld dan basil Koch Weeks.

Bisa juga disebabkan oleh virus, misalnya Morbili, atau bahan kimia seperti bahan kimia basa (keratokonjungtivitis) atau bahan kimia yang lain dapat pula menyebabkan tanda-tanda konjungtivitis kataral. Herpes Zoster Oftalmik dapat pula disertai konjungtivitis.

Gambaran Klinis

Injeksi konjungtiva, hiperemi konjungtiva tarsal, tanpa folikel, tanpa cobble-stone, tanpa flikten, terdapat sekret baik serous, mukus, mukopurulen (tergantung penyebabnya). Dapat disertai blefaritis atau obstruksi duktus lakrimal.

Pengobatan

Pengobatan Konjungtivitis Kataral tergantung kepada penyebabnya. Apabila penyebabnya karena inf. bakteri maka dapat diberikan antibiotik, seperti : tetrasiklin, kloromisetin, dan lain-lain. Pada infeksi virus dianjurkan pemakaia sulfasetamid atau obat anti-virus seperti IDU untuk infeksi Herpes Simplek.

Konjungtivitis Purulen, Mukopurulen

Etiologi

Pada orang dewasa disebabkan oleh infeksi gonokok, pada bayi (terutama yang berumur di bawah 2 minggu) bila dijumpai konjungtivitis purulen, perlu dipikirkan dua kemungkinan penyebab, yaitu infeksi golongan Neisseria (gonokok atau meningokok) dan golongan klamidia (klamidia okulogenital)

Gambaran Klinis

Gambaran konjungtiva tarsal hiperemi seperti pada konjungtivitis kataral. Konjungtivitis Purulen ditandai sekret purulen seperti nanah, kadang disertai adanya pseudomembran sebagai massa putih di konjungtiva tarsal.

Pengobatan

Pengobatan konjungtivitis purulen harus intensif.

Penderita harus dirawat diruang isolasi. Mata harus selalu dibersihkan dari sekret sebelum pengobatan.

Antibiotik lokal dan sistemik

AB sistemik pd dewasa :

Cefriaxone IM 1 g/hr selama 5 hr + irigasi saline atau Penisilin G 10 juta IU/IV/hr selama 5 hr + irigasi

AB sistemik pd neonatus :

Cefotaxime 25 mg/kgBB tiap 8-12 jam selama 7 hr atau Penisilin G 100.000 IU/kgBB/hr dibagi dl 4 dosis selama 7 hr + irigasi saline

Konjungtivitis Membran

Etiologi

Konjungtivitis Membran dapat disebabkan oleh infeksi Streptokok hemolitik dan infeksi difteria. Konjungtivitis Pseudomembran disebabkan oleh infeksi yang hiperakut, serta infeksi pneumokok.

Gambaran Klinis

Penyakit ini ditandai dengan adanya membran/selaput berupa masa putih pada konjungtiva tarsal dan kadang juga menutupi konjungtiva bulbi. Massa ini ada dua jenis, yaitu membran dan pseudomembran.

Pengobatan

Tergantung pada penyebabnya.

Apabila penyebabnya infeksi Streptokok B hemolitik, diberikan antibiotik yang sensitif.

Pada infeksi difteria, diberi salep mata penisillin tiap jam dan injeksi penisillin sesuai umur, pada anak-anak diberikan penisillin dengan dosis 50.000 unit/KgBB, pada orang dewasa diberi injeksi penisillin 2 hari masing-masing 1.2 juta unit. Untuk mencegah gangguan jantung oleh toksin difteria, perlu diberikan antitoksin difteria 20.000 unit 2 hari berturut-turut.

Konjungtivitis Folikular

Dikenal beberapa jenis konjungtivitis follikular, yaitu konjungtivitis viral, konjungtivitis klamidia, konjungtivitis follikular toksik dan konjungtivitis follikular yang tidak diketahui penyebabnya.

Jenis Konjungtivitis Follikular

1. Kerato-Konjungtivitis Epidemi

Etiologi

Infeksi Adenovirus type 8, masa inkubasi 5-10 hari

Gambaran Klinis

Dapat mengenai anak-anak dan dewasa.

Gejala radang mata timbul akut dan selalu pada satu mata terlebih dahulu. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar dan nyeri tekan, kelopak mata membengkak, konjungtiva tarsal hiperemi, konjungtiva bulbi kemosis. Terdapat pendarahan subkonjungtiva. Pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit, baru timbul gejala di kornea. Pada kornea terdapat infiltrat bulat kecil, superfisial, subepitel.

Gejala-gejala subyektif berupa mata berair, silau dan seperti ada pasir. Gejala radang akut mereda dalam tiga minggu, tetapi kelainan kornea dapat menetap berminggu-minggu, berbulan-berbulan bahkan bertahun-tahun setelah sembuhnya penyakit.

Pengobatan

Tidak terdapat pengobatan yang spesifik, dianjurkan pemberian obat lokal sulfasetamid atau antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

2. Demam Faringo-Konjungtiva

Etiologi

Penyebab paling sering adalah adenovirus tipe 3

Gambaran Klinis

Lebih sering pada anak daripada orang dewasa.

Terdapat demam, disamping tanda-tanda konjungtivitis follikular akut dan faringitis akut. Kelenjar pre-aurikuler dapat membesar. Lebih sering mengenai dua mata, kelopak mata membengkak.

Dua minggu sesudah perjalanan penyakit dapat timbul kelainan kornea, yaitu terdapat infiltrat bulat kecil superfisial. Faringitis timbul beberapa hari setelah timbulnya konjungtivitis follikular akut.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang spesifik

3. Konjungtivitis Hemoragik Akut

Etiologi

Penyebabnya adalah Entero-virus 70, masa inkubasinya 1-2 hari

Gambaran Klinis

Timbulnya akut, disertai gejala subjektif seperti ada pasir, berair dan diikuti rasa gatal, biasanya dimulai pada satu mata dan untuk beberapa jam atau satu dua hari kemudian diikuti peradangan akut mata yang lain.

Penyakit ini berlangsung 5-10 hari, terkadang sampai dua minggu.

Pengobatan

Tidak dikenal obat yang spesifik, tetapi dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamid atau antibiotik.

4. Konjungtivitis New Castle

Etiologi

Virus New Castle, masa inkubasi 1-2 hari

Konjungtivitis ini biasanya mengenai orang-orang yang berhubungan dengan unggas, penyakit ini jarang dijumpai.

Gambaran Klinis

Gambaran Klinik : kelopak mata bengkak, konjungtiva tarsal hiperemi dan hiperplasi, tampak folikel-folikel kecil yang terdapat lebih banyak pada konjungtiva tarsal inferior. Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan perdarahan dan pada konjungtiviis ini biasanya disertai pembesaran kelenjar pre-aurikular, nyeri tekan. Sering unilateral

Gejala subjektif : seperti perasaan ada benda asing, berair, silau dan rasa sakit.

Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang efektif, tetapi dapat diberi antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

5. Inclusion Konjungtivitis

Etiologi

Klamidia okulo-genital, masa inkubasi 4-12 hari

Gambaran Klinis

Gambaran kliniknya adalah konjungtivitis follikular akut dan gambaran ini terdapat pada orang dewasa dan didapatkan sekret mukopurulen, sedang pada bayi gambaran kliniknya adalah suatu konjungtivitis purulen yang juga disebut Inclusion blenorrhoe.

Pengobatan

Diberikan tetrasiklin sistemik, dapat pula diberikan sulfonamid atau eritromisin

6. Trachoma

Etiologi

Klamidia trakoma

Gambaran Klinis

Gambaran klinik terdapat empat stadium :

1. Stadium Insipiens atau permulaan

Folikel imatur kecil-kecil pada konjungtiva tarsal superior, pada kornea di daerah limbus superior terdapat keratitis pungtata epitel dan subepitel. Kelainan kornea akan lebih jelas apabila diperiksa dengan menggunakan tes flurosein, dimana akan terlihat titik-titik hijau pada defek kornea.

2. Stadium akut (trakoma nyata)

Terdapat folikel-folikel di konjungtiva tarsal superior, beberapa folikel matur berwarna abu-abu.

3. Stadium sikatriks

Sikatriks konjungtiva pada folikel konjungtiva tarsal superior yang terlihat seperti garis putih halus. Pannus pada kornea lebih nyata.

4. Stadium penyembuhan

Trakoma inaktif, folikel, sikatriks meluas tanpa peradangan

Pengobatan

Pemberian salep derivat tetrasiklin 3-4 kali sehari selama dua bulan. Apabila perlu dapat diberikan juga sulfonamid oral.

Konjungtivitis Vernal

Etiologi

Kemungkinan suatu konjungtivitis atopik

Gambaran Klinis

Gejala subyektif yang menonjol adalah rasa sangat gatal pada mata, terutama bila berada dilapangan terbuka yang panas terik.

Pada pemeriksaan dapat ditemukan konjungtivitis dengan tanda khas adanya cobble-stone di konjungtiva tarsalis superior, yang biasanya terdapat pada kedua mata, tetapi bisa juga pada satu mata. Sekret mata pada dasarnya mukoid dan menjadi mukopurulen apabila terdapat infeksi sekunder.

Pengobatan

Kortikosteroid tetes atau salep mata.

Konjungtivitis Flikten

Etiologi

• Disebabkan oleh karena alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (hipersensitivitas tipe IV).

• Gizi buruk dan sanitasi yg jelek merupakan faktor predisposisi

• Lebih sering ditemukan pd anak-anak

Gejala

Adanya flikten yang umumnya dijumpai di limbus. Selain di limbus, flikten dapat juga dijumpai di konjungtiva bulbi, konjungtiva taarsal dan kornea. Penyakit ini dapat mengenai dua mata dan dapat pula mengenai satu mata. Dan sifatnya sering kambuh

Apabila flikten timbul di kornea dan sering kambuh, dapat berakibat gangguan penglihatan. Apabila peradangannya berat, maka dapat terjadi lakrimasi yang terus menerus sampai berakibat eksema kulit. Keluhan lain adalah rasa seperti berpasir dan silau.

Pengobatan

Usahakan mencari penyebab primernya

Diberikan Kortikosteroid tetes mata/salep

Kombinasi antibiotik + kortikosteroid dianjurkan mengingat kemunginan terdapat infeksi bakteri sekunder.

Konjungtivitis Sika

Konjungtivitis sika atau konjungtivitis dry eyes adalah suatu keadaan keringnya permukaan konjungtiva akibat berkurangnya sekresi kelenjar lakrimal.

Etiologi

Terjadi pada penyakit-penyakit yang menyebabkan defisiensi komponen lemak air mata, kelenjar air mata, musin, akibat penguapan berlebihan atau karena parut kornea atau hilangnya mikrovili kornea. Bila terjadi bersama atritis rheumatoid dan penyakit autoimun lain, disebut sebagai sindrom sjogren.

Manifestasi Klinis

Gatal, mata seperti berpasir, silau, dan kadang-kadang penglihatan kabur. Terdapat gejala sekresi mucus yang berlebihan, sukar menggerakkan kelopak mata, mata tampak kering, dan terdapat erosi kornea. Pada pemeriksaan tedapat edema konjungtiva bulbi, hiperemis, menebal dan kusam. Kadang tedapat benang mucus kekuning-kuningan pada forniks konjungtiva bawah. Keluhan berkurang bila mata dipejamkan.

Komplikasi

Ulkus kornea, infeksi sekunder oleh bakteri, parut kornea, dan noevaskularisasi kornea.

Penatalaksanaan

Diberikan air mata buatan seumur hidup dan diobati penyakit yang mendasarinya. Sebaiknya diberikan air mata buatan tanpa zat pengawet kerena bersifat toksik bagi kornea dan dapat menyebabkan reaksi idiosinkrasi. Dapat dilakukan terapi bedah untuk mengurangi drainase air mata melalui oklusi pungtum dengan plug silicon atau plug kolagen. 

MATA MERAH VISUS MENURUN

I. ULKUS KORNEA

Ulserasi kornea dapat meluas ke dua arah yaitu melebar dan mendalam. Ulkus yang kecil dan superfisial akan lebih cepat sembuh, kornea dapat jernih kembali.

Pada ulkus yang menghancurkan membran Bowman dan stroma, akan menimbulkan sikatriks kornea.

Gejala Subjektif sama seperti gejala keratitis. Gejala Objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagaian jaringan kornea, dan adanya infiltrat.Pada kasus yang lebih berat dapat terjadi iritis disertai hipopion.

II. RADANG UVEA

Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi terhadap antigen dari luar atau antigen dari dalam.

Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor akuos yang tampak pada penyinaran miring menggunakan sentolop atau akan lebi jelas bila menggunakan slit lamp, berkas sinar yang disebut fler.

Fibrin dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman akan tetapi justru mengakibatkan perlekatan-perlekatan misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).

Sel-sel radang yang terdiri atas limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea. Apabila presipitat keratik ini besar, berminyak disebut mutton fat keratic precipitate. Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebut

Koeppe nodules, bila di permukaan iris disebut Busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa dan sudut bilik mata depan.

Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian banyak hingga menimbulkan hipopion.

Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang dan pupil akan miosis dan dengan adanya timbunan fibrin serta sel0sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio pupil. Bila terjadi seklusio dan oklusio total, cairan di dalam bilik mata belakang tidak dapat mengalir sama sekali mengakibatkan tekanan dalam bilik mata belakang lebih besar dari tekanan dalam bilik mata depan sehingga iris tampak menggelembung ke depan yang disebut iris bombans.

Gangguan produksi humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan tekanan bola mata turun. Eksudat protein, fibrin, dan sel-sel radang dapat berkumpul di sudut bilik mata depan terjadi penutupan kanal Schlemm sehingga terjadi gaukoma sekunder.

Pada fase akut terjadi glaukoma sekunder karena gumpalan-gumpalan pada sudut bilik depan, sedang pada fase lenjut glaukoma sekunder terjadi karena adanya seklusio pupil.

Naik turunnya tekanan bola mata disebutkan pula sebagai akibat perna asetilkolin dan prostaglandin.

III. GLAUKOMA KONGESTIF AKUT

Seseorang yang datang dalam fase serangan akut glaukoma memberi kesan seperti orang yang sakit berat dan kelihatan payah; mereka diantar oleh orang lain atau dipapah. Penderita sendiri memegang kepalanya karena sakit, kadang-kadang pakai selimut.Hal inilah yang mengelabui dokter umum; sering dikiranya seorang penderita dengan suatu penyakit sistemik.

Dalam anamnesis, keluarganya akan menceritakan bahwa sudah sekian hari penderita tidak bisa bangun, sakit kepala dan terus muntah-muntah, nyeri dirasakan di dalam dan di sekitar mata. Penglihantannya kabur sekali dan dilihatnya warna pelangi di sekitar lampu.

Pada pemeriksaan, ditemukan kelopak mata bengkak, konjungtiva bulbi yang sangat hiperemik (kongestif), injeksi siliar dan kornea yang suram. Bilik mata depan dangkal dapat dibuktikan dengan memperhatikan bilik mata depan dari samping. Pupil tampak melebar, lonjong miring agak vertikal atau midriasis yang hampir total.

Refleks pupil lambat atau tidak ada.Tajam penglihatan menurun sampai hitung jari.Sebenarnya dengan tanda-tanda luar ini ditambah anamnesis yang teliti sudah cukup.

Diagnosis baru dapat ditegakkan kalau tekanan bola mata diukur, lalu didapatkan tinggi sekali. Mereka yang tidak biasa untuk mentransfer harus dipakai cara digital.

Diagnosis banding :

- Iritis akut

o Nyeri mata pada iritis tidak sehebat glaukoma akut

o Fotofobia lebih hebat daripada glaukoma akut

o Kornea masih mengkilat

o Pupil kecil

o Bilik mata depan tidak terlalu dangkal atau normal

o Tekanan bola mata biasa atau rendah

- Konjungtivitis akut

o Tak ada nyeri atau mungkin hanya sedikit

o Tak ada perubahan tajam penglihatan

o Ada sekret mata

o Hiperemi konjungitva berat; tidak ada hiperemi perikorneal.

Diagnosis banding penting sekali karena berhubungan dengan pengobatan.Glaukoma diobatai dengan miotikum, pada iritis harus diberi midriatik. Bila salah diberikan, akan berabahaya.

Pengobatan

Harus diingat bahwa kasus glaukoma akut adalah masalah pembedahan.Pemberian obat hanya untuk tindakan darurat agar segera dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas pembedahan mata.

Pengobatan dengan obat :

- Miotik : pilokarpin 2-4 % tetes mata yang diteteskan setiap menit 1 tetes selama 5 menit, kemudian disusul 1 tetes tiap jam sampai 6 jam. Hasilnya adalah liosis dan karenanya melepaskan iris dari jaringan trabekulum. Sudut mata depan akan terbuka.

- Carbonic Anhidrase Inhibitor : asetazolamid @ 250 mg, 2tablet sekaligus, kemudian disusul tiap 4 jam 1 tablet sampai 24 jam. Kerja obat ini adalah dengan mengurangi pembentukan akuos humor.

- Obat hiperosmotik :o larutan gliserin, 50% yang diberikan oral. Dosis 1-1.5 gram/kg BB (0.7-1.5 cc/kgBB). Untuk

praktisnya dapat dipakai 1 cc/kgBB. Obat ini harus diminum sekaligus.o Mannitol 20% yang diberikan per infus ± 60 tetes/menit.

Kerja obat hiperosmotik adalah mempertinggi daya osmosis plasma.

- Morfin : injeksi 10-15 mg mengurangi sakit dan mengecilkan pupil.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Konjungtivitis

LO. 4.1. Definisi

Konjungtivitis adalah proses inflamasi akibat infeksi atau non-infeksi pada konjungtiva yang ditandai dengan dilatasi vaskular, infiltrasi seluler, dan eksudasi. Berdasarkan waktu, konjungtivitis dibedakan menjadi:

1. Konjungtivitis akut: awitan terpisah yang diawali dengan inflamasi unilateral, kemudian diikuti dengan inflamasi mata kedua seminggu kemudian. Lama sakit adalah kurang dari empat minggu.

2. Konjungtivitis kronik: lama sakit lebih dari tiga sampai empat minggu.

LO. 4.2. Etiologi

Sama halnya dengan kornea, konjungtiva terpajan dengan lingkungan luar seperti mikroorganisme dan faktor stress.1 Permukaan konjungtiva tidak steril karena dihuni oleh flora normal.Untuk itu, terdapat mekanisme defensi alamiah seperti komponen aqueous yang melarutkan agen infeksius, mukus yang

menangkap debris, kedipan mata, perfusi yang baik, dan aliran air mata yang membilas konjungtiva. Air mata sendiri mengandung antibodi dan antibakterial yaitu immunoglobulin (IgA dan IgG), lisozim, dan interferon.1,3 Inflamasi dapat terjadi dengan kontak langsung dengan patogen melalui tangan yang terkontaminasi, handuk, atau kolam renang. Secara garis besar, penyebab konjungtivitis adalah endogen (non-infeksius) atau eksogen (infeksius).

Infeksius

Bakterial Klamidia Viral Riketsia Parasitik

Non-infeksius

Alergi Autoimun Toksik (kimia atau iritan) Penyakit sistemik seperti sindrom Steven-Johnson Iritasi persisten akibat produksi air mata yang kurang.2

LO. 4.3. Klasifikasi

1. KONJUNGTIVITIS BAKTERIAL

a) Definisi

Definisi Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi mata

b). Etiologi dan Faktor Resiko

Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009).

Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).

c) Tanda dan Gejala

Dua bentuk konjungtivitis bakterial adalah akut dan kronik. Konjungtivitis bacterial akut (subakut) yang disebabkan oleh Haemophilus influenza bersifat self-limited dengan lama sakit melebihi dua minggu (tanpa pengobatan) dan eksudat tipis, berair, serta flokulen.Konjungtivitis purulen yang disebabkan olehNeisseria gonorrhoeae atau Neisseria meningitidis menyebabkan komplikasi yang serius jika tidak diobati dengan benar.

Konjungtivitis bilateral dengan eksudat purulen dan biasanya pembengkakan kelopak mata. Umumnya, infeksi bersifat unilateral pada mulanya kemudian mengenai mata yang lain melalui tangan. Konjungtivitis purulen yang banyak dapat disebabkan oleh N gonorrhoeae, Neisseria kochii, dan N meningitides yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium dan pengobatan segera.Penundaan dapat menyebabkan kerusakan

kornea, kebutaan, dan sepsis. Sedangkan konjungtivitis mukopurulen akut, penyebab tersering adalah Streptococcus pneumoniae.

Konjungtivitis kronik terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakriminal dan dakriosistitis kronik.Disamping itu, blefaritis bacterial kronik atau disfungsi kelenjar meibom juga dapat menyebabkan konjungtivitis kronik.

d) Pemeriksaan Laboratorium

Sebagian besar diagnosis dapat ditegakkan dengan tanda dan gejala.Oleh karena itu, pemeriksaan laboratorium dilakukan apabila konjungtivitis tidak responsif terhadap antibitotik.Adapun pemeriksaan yang dilakukan adalah pewarnaan Gram untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab.Pewarnaan Giemsa bertujuan untuk mengidentifikasi tipe sel dan morfologi. Kerokan konjungtiva dan kultur dianjurkan apabila terdapat sekret purulen, membranosa, atau pseudomembranosa.

e) Komplikasi

Pada infeksi staphylococcal dapat terbentuk blefaritis marginal kronik. Selain itu, konjungtivitis pseudomembranosa dan membranosa akan menimbulkan sikatriks dalam proses penyembuhan, dan lebih jarang menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea marginal mempermudah infeksi N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis, H aegyptius, S aureus, dan M catarrhalis. Apabila produk toksik N gonorrhoeae menyebar pada bilik mata depan, akan terjadi iritis toksik.

f) Pengobatan

Terapi empiris didahulukan sebelum hasil tes sensitivitas antibiotik tersedia.Adapun terapi empiris yang dapat diberikan adalah Polytrim dalam bentuk topical. Sediaan topikal yang diberikan dalam bentuk salep atau tetes mata adalah seperti gentamisin, tobramisin, aureomisin, kloramfenikol, polimiksin B kombinasi dengan basitrasin dan neomisis, kanamisis, asam fusidat, ofloksasin, dan asidamfenikol. Kombinasi pengobatan antibiotik spektrum luas dengan deksametason atau hidrokortison dapat mengurangi keluhan yang dialami oleh pasien lebih cepat.

Namun, apabila hasil mikroskopik menunjukkan bakteri gram-negatif diplokokus seperti neisseria, maka terapi sistemik dan topikal harus diberikan secepatnya.Seftriakson 1 g, dosis tunggal intramuscular, diberikan apabila tidak mengenai kornea.Jika ada keterlibatan kornea, maka diberikan seftriakson 1-2 g/hari secara parenteral selama 5 hari.Pemberian obat tersebut diikuti dengan doksisiklin 100 mg dua kali sehari atau eritromisin 500 mg empat kali sehari selama 1 minggu.Pada konjungtivitis kataral kronik, diberikan antibiotik topikal seperti kloramfenikol atau gentamisin diberikan 3-4 kali/ hari selama dua minggu untuk mengeliminasi infeksi kronik.

Selain itu, eksudat dibilas dengan larutan saline pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen akut.Untuk mencegah penyebaran penyakit, pasien dan keluarga diedukasi untuk memerhatikan kebersihan diri.

g) Prognosis

Konjungtivitis bacterial akut dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari tanpa pengobatan. Namun, konjungtivitis akan sembuh lebih cepat dalam 1-3 hari apabila diobati dengan tepat. Sebaliknya, infeksi kronik membutuhkan terapi yang adekuat untuk dapat pulih.Infeksi staphylococcal dapat menimbulkan blefarokonjungtivitis.Kemudian, konjungtivitis gonococcal dapat menyebabkan ulkus kornea dan endoftalmitis jika tidak diobati.Oleh karena konjungtiva dapat menjadi port d’entry, maka septikemia dan meningitis menjadi komplikasi dari konjungtivitis meningococcal.

2. KONJUNGTIVITIS VIRAL

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus.Adenovirus adalah penyebab tersering, sementara Herpes Simplex Virus merupakan etiologi yang paling membahayakan.Selain itu penyakit ini juga

dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, Picornavirus, Poxvirus, dan Human Immunodeficiency Virus.Transmisi terjadi melalui kontak dengan sekret respiratori, sekret okular, serta benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) seperti handuk.Infeksi dapat muncul sporadik atau epidemik pada tempat ramai seperti sekolah, RS, atau kolam renang.

a) Tanda dan gejala

Presentasi klinis yang muncul berbeda-beda tergantung agen penyebabnya. Namun pada umumnya konjungtivitis viral, mata akan sangat berair dengan eksudat minimal, disertai adenopati preaurikular atau radang tenggorokan dan demam. Vaughan membagi konjungtivitis ke dalam 3 kelompok sbb:

1. Konjungtivitis folikuler viral akut

a) Pharyngoconjunctival fever. Disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4, dan 7. Ditandai dengan demam 38 – 40 o C, nyeri tenggorokan, dan konjungtivitis folikuler pada satu atau kedua mata. Tanda lain dapat berupa injeksi, mata berair, limfadenopati preaurikular, atau keratitis epitelial superfisial.

b) Epidemic keratoconjunctivitis. Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, dan 29. Sering hanya muncul pada satu mata, atau bilateral dengan lesi salah satu mata akan lebih berat. Ditandai dengan injeksi, nyeri, mata berair, kemudian dalam 5 – 14 hari diikuit dengan fotofobia, keratitis epitelial, dan opasitas subepitelial. Tanda lain berupa nodul preaurikular, edema kelopak mata, kemosis, subkonjungtiva hiperemis, dan kadang pseudomembran dan symblepharon. Pada dewasa, infeksi ini hanya terbatas pada mata, sedangkan pada anak-anak gejala nyeri tenggorokan dan demam akan terlihat nyata.

c) Herpes simplex virus conjungtivitis. Biasanya ditemukan pada anak-anak, ditandai dengan infeksi unilateral, iritasi, keluar sekret mukoid, nyeri, dan fotofobia ringan. Muncul pada infeksi primer HSV atau pada episode rekuren herpes okuler. Kadang disertai pula dengan keratitis herpes simplex. Bentuk konjungtivitis berupa folikuler atau pseudomembran (jarang). Dapat pula muncul vesikel herpetik pada kelopak mata dan nyeri pada nodul preaurikuler.

d) Acute hemorrhagic conjunctivitis. Disebabkan oleh enterovirus tipe 70 atau coxsackievirus tipe A24 (jarang). Penyakit ini memiliki masa inkubasi yang pendek 8 – 48 jam, dan perjalanan penyakit yang ringkas 5 – 7 hari. Tanda klinis berupa nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, mata berair, mata merah, kelopak mata bengkak, perdarahan subkonjungtiva, kemosis. Disertai dengan limfadenopati preaurikular, folikel konjungtiva, dan keratitis epitelial.

2. Konjungtivitis folikuler viral kronik

Infeksi Molluscum contagiosum ditandai dengan konjungtivitis folikular unilateral kronik, keratitis superior, dan pannus superior. Lesi berbentuk nodul bulat, waxy, berwarna putih mutiara, dengan pusatnya bertangkai.

Gambar . (A) Konjungtivitis folikular dengan lesi molluscum; (B) lesi molluscum pada konjungtiva bulbar; (C) lesi molluscum ekstensif pafa pasien HIV

3. Blefarokonjungtivitis viral

Infeksi oleh varicella dan herpes zoster, ditandai dengan konjungtivitis hiperemis, lesi erupsi vesikular sepanjang cabang optalmika dari nervus trigeminalis.Lesi berbentuk papil, kadang folikel, pseudomembran, dan vesikel.Lesi varicella dapat muncul pada kulit disekitar mata.

Dengan demikian, presentasi klinis yang mungkin muncul pada konjungtivitis viral adalah sebagai berikut :

1. Oedema kelopak mata dan limfadenopati preaurikular,

2. Konjungtiva hiperemis dan muncul folikel,

3. Inflamasi berat dapat diasosiasikan dengan adanya perdarahan konjungtiva (umumnya ptekiae), chemosis, membran, dan pseudomembran

4. Adanya jaringan parut yang dapat timbul akibat resolusi pseudomembran atau membrane

5. Uveitis anterior ringan, namun jarang terjadi

b) Pemeriksaan

Pada prinsipnya, diagnosis konjungtivitis viral ini dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan oftalmologi, tanpa harus menggunakan pemeriksaan penunjang.Pada anamnesa, penting ditanyakan riwayat kontak dengan penderita konjungtivitis akut.

Namun, bila meragukan etiologinya, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang dengan scrap konjungtiva dilanjutkan dengan pewarnaan giemsa. Pada infeksi adenovirus akan banyak ditemukan sel mononuklear. Sementara pada infeksi herpes akan ditemukan sel raksasa multinuklear. Badan inklusi intranuklear dari HSV dapat ditemukan pada sel konjungtiva dan kornea menggunakan metode fiksasi Bouin dan pewarnaan Papanicolau. Adapaun pemeriksaan yang lebih spesifik lagi antara lain amplifikasi DNA menggunakan PCR, kultur virus, serta imunokromatografi.1,5

Gambar .Keratokonjungtivitis adenoviral. (A) Konjungtivitis folikular, (B) pseudomembran, (C) residu jaringan parut, (D-F) keratitis

c) Komplikasi

Konjungtivitis viral bisa berkembang menjadi kronis hingga menimbulkan blefarokonjungtivitis.Komplikasi lainnya dapat berupa timbulnya pseudomembran, jaringan parut, keterlibatan kornea, serta muncul vesikel pada kulit.

d) Tatalaksana

Mengurangi risiko transmisi

o Menjaga kebersihan tangan, mencegah menggaruk mata

o Tidak menggunakan handuk bersamaan

o Disinfeksi alat-alat kedokteran setelah digunakan pada pasien yang terinfeksi menggunakan sodium hipoklorit, povidone-iodine

Steroid topikal

o Prednisolone 0,5% 4xsehari pada konjungtivitis psuedomembranosa atau membranosa

o Keratitis simtomatik steroid topikal lemah, hati-hati dalam penggunaan, gejala dapat muncul kembali karena steroid hanya menekan proses inflamasi.

o Steroid dapat membantu replikasi virus dan memperlama periode infeksius pasien.

o Harus monitoring tekanan intraokular jika penggunaan steroid diperpanjang

Lainnya

o Untuk infeksi varicella zoster, Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg 5x sehari selama 10 hari) diberikan jika progresi memburuk.

o Pada keratitis herpetik dapat diberikan acyclovir 3% salep 5x/hari, selama 10 hari, atau dengan acyclovir oral, 400 mg 5x/hari selama 7 hari.

o Stop menggunakan lensa kontak

o Artificial tears 4xsehari

o Kompres hangat atau dingin

o Insisi/pengankatan jaringan pseudomembran atau membran

o Antibiotik topikal jika diduga ada infeksi bateri sekunder

o Povidone-iodine

o Jika sudah ada ulkus kornea, lakukan debridemant

e) Prognosis

Konjungtivitis virus merupakan penyakit limited disease, yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Pada infeksi adenovirus, infeksi dapat hilang sempurna dalam 3 – 4 minggu, dan 2 – 3 minggu untuk HSV.Dan infeksi enterovirus tipe 70 atau coxsackievirus tipe A24 sembuh dalam 5 – 7 hari, tanpa butu tatalaksana khusus.

3. KONJUNGTIVITIS ALLERGIKA

Merupakan bentuk alergi pada mata yang disebabkan oleh reaksi sistem imun pada konjungtiva.

a) Tanda dan gejala

Bervariasi untuk tiap kelompok.

1. Reaksi hipersensitivitas tipe cepat (humoral)

a. Hay fever conjunctivitis (pollens, grasses, animal danders, etc).

Merupakan inflamasi nonspesifik yang diasosiasikan dengan hay fever (rinitis alergika).Terdapat riwayat alergi pada pollen, rumput, atau bulu hewan sebelumnya. Mata akan gatal, berair, dan sangat merah. Jika alergern persisten, maka akan tampak gambaran konjungtivitis papiler.

b. Vernal keratoconjunctivitis

Dikatakan sebagai konjungtivitis musiman, yang penyebabkan kadang sulit untuk diketahui.Riwayat alergi sebelumnya kadang diketahui.Gejala berupa gatal dan keluar kotoran jernih yang kental.Tampakan dapat berupa konjungtivitis folikuler atau papiler yang besar-besar.

c. Atopic keratoconjunctivitis

Dimiliki pada pasien dengan dermatitis atopik.Gejala berupa sensasi panas terbakar dengan kotoran mukoid pada mata, mata merah, dan fotofobia.Papila koeratokonjungtivitis lebih kecil.

d. Giant papillary conjunctivitis

Gejala mirip konjungtivitis vernal yang berkembang pada pasien dengan penggunaan air mata artifisial dan lensa kontak.

2. Reaksi hipersensitivitas tipe lambat (seluler)

a. Phylctenulosis

Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat pada protein mikroba, termasuk basil tuberkulosis, spesies staphylococcus species, Candida albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptius, dann Chlamydia trachomatis.Gejala diawali dengan lesi kecil, merah, tinggi, yang dikelilingi dengan zona hiperemi, terasa gatal dan mata berair.Pada limbus terdapat bentuk triangular dengan apex mengarah pada kornea yang dapat membuat ulkus.Biasanya dipicu dengan blefaritis, konjungtivitis bakterial akut, dan defisiensi diet.

b. Konjungtivitis ringan sekunder akibat kontak dengan blepharitis

Blefaritis kontak akubat atropine, antibiotik, neomycin, atau broad-spectrum antibioticsdiikuti dengan hiperemia, papiler, kotoran mukoid, dan iritasi.

3. Penyakit autoimun

a. Keratoconjunctivitis sicca yang diasosiasikan dengan sindroma Sjögren

Sinrom ini ditandai dengan triad: keratoconjunctivitis sicca, xerostomia, dan arthritis. Kelenjar lakrimal terinfiltrasi oleh limfosit dan sel plasma sehingga rusak. Muncul gejala berupa konjungtiva bulbar hiperemis, iritasi, denngan kotoran mukoid,

b. Cicatricial pemphigoid

Diawali dengan konjungtivitis kronik nonspesifik yang resisten terhadap terapi. Progresi hingga membentuk scar pada fornix dan entropion dengan trichiasis.

b) Pemeriksaan

Pemeriksaan diarahkan pada anamnesis riwayat alergi dan tampilan klinis.Penggunaan metode scrapping dan melihat sel imun dibawah mikroskop dapat dilakukan, namun kurang efektif.Hanya pada konjungtivitis sicca, diagnosis dilakukan menggunakan biopsi dan menemukan infiltrasi sel limfositik dan plasma pada kelenjar saliva.

c) Komplikasi

Komplikasi bergantung pada perjalanan dan lokasi penyakit. Jika konjungtivitis berlangsung kronik atau mengenai media refraksi, maka dapat meinggalkan jaringan parut yang akan mengganggu pandangan.

d) Tatalaksana

Pada dasarnya terapi yang diberikan berupa terapi suportif pemberian vasokonstriktor-antihistamin topikal, kompres dingin untuk mengurangi gatal, antihistamin oral, dan steroid topikal untuk mengurangi infeksi. Pemberian steroid harus dengan hati-hati, karena hanya mensupresi gejala, bukan menyingkirkan penyebab utama.Pada pasien dengan kecurigaan infeksi sekunder bakteri, dapat diberikan antibiotik topikal. Sedangkan pada kasus-kasus akibat alergi dengan air mata artifisial atau lensa kontak, penanganan terbaik adalah menghentikan penggunaannya atau mengalihkan dengan jenis lain. Sedangkan pada konjungtivitis sicca, tatalaksana hanya berupa suportif, menggantikan fungsi kelenjar air mata yang hilang, menggunakan air mata artifisial. Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah mengupayakan untuk menghindari kontak dengan alergen.

4. KONJUNGTIVITIS JAMURKonjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun jarang.

5. KONJUNGTIVITIS PARASITKonjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis walaupun jarang.

6. KONJUNGTIVITIS KIMIA DAN IRITATIFKonjungtivitis kimia- iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansi- substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejala- gejala berupa nyeri, pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat- obat lain dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.

LO. 4.4. Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar.Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim.Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan.Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah

limbus.Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal.Sensasi ini merangsang sekresi air mata.Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena.    

LI. 5. Memahami dan Menjelaskan Memelihara Kesehatan dan Fungsi Mata dalam Ajaran Islam

Maha suci Allah, yang telah memberi kita pandangan, pendengaran dan hati agar kita bersyukur.   Dengan kasih sayang-Nya, Allah telah mengizinkan kita untuk menikmati warna-warni alam semesta dan beraneka rupa bentuk benda2. Shalawat serta salam mari kita lantunkan pada Rasulullah terkasih yang telah menunjukan kepada kita cara yang semestinnya ketika menggunakan anugrah Allah yang berupa mata ini.

Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai tuntunan islam. Barang siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan menjerumuskan nya pada zina dan maksiat.

Rasulullah adalah orang yang sangat menjaga pandangannya, beliau sangat berhati-hati dalam memandang yang dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.

“katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan pelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.An-Nuur [24]: 30-31).Pandangan yg sesat adalah panah2 setan, sedangkan setan itu tidak menginginkan apapun dari manusia selain keburukan dan kebinasaan. Oleh karena itu, penjagaan kita terhadapnya adalah salah satu kunci pokok jalan keselamatan, Jalan menuju kebahagiaan yang sesunguhnya.

Pandangan liar yang kita lakukan diluar dari ajaran islam sesungguhnya dapat mengikis dan mengurangi iman kita. Iman tidak runtuh secara langsung, namun perlahan-lahan tapi pasti. Itu merupakan jurus setan yang paling efektif agar iman manusia menjadi rontok dan hilang. Marilah kita mencontoh rasulullah untuk tidak memandang yang diharamkan Allah, ingatlah sewaktu rasulullah memalingkan/menggerakkan wajah sahabat (Al-Fadl) yang memandang seorang wanita asing dengan sengaja ketika ihram.Marilah kita ingat sabda-sabdanya yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menahan pandangan dengan lawan jenis, kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kesaksian, kedokteran, dsb yang diperbolehkan Islam.

Ayo kita bersama-sama taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan bahwa barang siapa yang menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya itu. Ayo jagalah pandangan kita agar terjaga dengan baik dan akan membuat kita merasakan manisnya iman dan lezatnya beribadah. Subhanallah. “ sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu (yaitu) bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak menyebut nama Allah.” (QS.Al-Ahzab [33]: 21)