Sistem Urinaria 2003

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar BelakangSedikit orang yang menyadari betapa mengagumkannya ginjal kita. Ginjal sesungguhnya merupakan pabrik kimia yang sangat rumit. Ginjal mampu menyaring seluruh suplai darah di tubuh kita 25 kali dalam satu hari. Ginjal membersihkan kotoran beracun yang dihasilkan tubuh sementara dalam waktu yang bersamaan ginjal juga menjaga keseimbangan kandungan garam, asam dan air dalam tubuh. Limbah kimia dan kelebihan air dikumpulkan oleh ginjal dan disalurkan ke kandung kemih dalam bentuk urin. Ginjal juga membantu kondisi lingkungan tubuh dan menghasilkan hormon penting untuk mengatur tekanan darah dan produksi sel darah merah. Walaupun kita jarang memperhatikan dan karena ginjal kita biasa bekerja dengan indahnya, kerja ginjal tidak begitu kita hargai sampai saatnya kerja ginjal tersebut gagal. Kegagalan kerja ginjal memicu berbagai kelainan baik yang terdapat didalam urin maupun gangguan sistem urinaria.Fungsi terpenting dari ginjal adalah membuang limbah beracun dari darah. Sebagian besar dari limbah ini adalah senyawa urea mengandung nitrogen dan asam urat. Kemampuan ginjal untuk menjalankan fungsinya dalam membuang kotoran, bergantung pada unit fungsional dari ginjal yang disebut nephron. Bersama dengan kandung kemih, dua ureter, dan satu urethra, ginjal menyusun sistem uriner tubuh. Di makalah ini akan saya bahas semua proses yang terdapat di sistem urinaria dan beberapa gangguan yang terjadi jika sistem urinaria kita mengalami kerusakan.1.2 Rumusan Makalah

1.2.1 Apa saja struktur makroskopis sistem urinaria manusia?

1.2.2 Apa saja struktur mikroskopis sistem urinaria manusia?

1.2.3 Apa saja fungsi sistem urinaria manusia?

1.2.4 Bagaimana proses mekanisme sistem urinaria manusia?

1.2.5 Apa saja komposisi urin manusia?1.2.6 Bagaimana cara memeriksa urin yang bermasalah?1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui struktur makroskopis sistem urinaria manusia.

1.3.2 Untuk mengetahui struktur mikroskopis sistem urinaria manusia.

1.3.3 Untuk mengetahui fungsi sistem urinaria manusia.

1.3.4 Untuk mengetahui proses mekanisme sistem urinaria manusia.1.3.5 Untuk mengetahui komposisi urin manusia.

1.3.6 Untuk mengetahui cara pemeriksaan urin yang bermasalah.

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dari mahasiswa/i Universitas Kristen Krida Wacana.

1.4.2 Untuk menambah referensi perpustakaan.BAB II

Isi

2.1 Makroskopis Sistem Urinaria Manusia

A. GinjalGinjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terdapat sepasang (masing-masing satu di sebelah kanan dan kiri vertebra) dan posisinya retroperitoneal. Ginjal kanan terletak sedikit lebih rendah (kurang lebih 1 cm) dibanding ginjal kiri, hal ini disebabkan adanya hati yang mendesak ginjal sebelah kanan. Ren sinistra terletak setinggi costa XI atau vertebra lumbal 2-3, sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau vertebral lumbal 3-4. Jarak antara extremitas superior ren dextra dan sinistra adalah 7 cm, sedangkan jarak dari extremitas inferior ren dextra dan ren sinistra adalah 11 cm. Sedangkan jarak dari extremitas inferior ke crista iliaca adalah 3-5 cm.1

Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian:

Korteks, yaitu bagian ginjal di mana di dalamnya terdapat/terdiri dari korpus renalis/Malpighi (glomerulus dan kapsul Bowman), tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distalis.

Medula, yang terdiri dari 9-14 pyiramid. Di dalamnya terdiri dari tubulus rektus, lengkung Henle dan tubukus pengumpul (ductus colligent).

Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal

Processus renalis, yaitu bagian pyramid/medula yang menonjol ke arah korteks

Hilus renalis, yaitu suatu bagian/area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus memasuki/meninggalkan ginjal.

Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor.

Calix minor, yaitu percabangan dari calix major.

Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis.

Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan ureter.

Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.2Ren di bungkus oleh:

1. Capsula fibrosa

Capsula fibrosa melekat pada ren dan mudah di kupas. Capsula fibrosa hanya menyelubungi ginjal dan tidak membungkus glandula supra renalis.2. Capsula adiposa

Capsula adiposa mengandung banayk lemak dan membungkus ginjal dan glandula suprarenalis. Capsula adipose di bagian depan relative lebih tipis di bandingkan di bagian belakang. Ginjal dipertahankan pada tempatnya oleh fascia adiposa. Pada keadaan tertentu capsula adiposa sangat tipis sehingga jaringan ikat yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun, yang di sebut nephroptosis.3. Fascia renalis (Gerota)

Fascia renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terditi dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di bagian depan dan fascia retrorenalis di bagian belakang.kedua lembar fascia renalis ke audal tetap terpisah, ke cranial bersatu, sehingga kantong ginjal terbuka ke bawah, oleh karena itu sering terjadi ascending infection.1Ginjal di perdarahi oleh oleh a.renalis cabang dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbal 1-2. Arteri renalis kanan lebih panjang daripada arteri renalis kiri karena arteri renalis kanan harus menyilangi vena cava inferior. Arteri renalis berjalan di antara lobus ginjal dan bercabang menjadi arteri interlobaris. Arteri interlobaris pada perbatasn cortex dan medulla akan bercabang menjadi arteri arcuata yang akan mengelilingi cortex dan medulla, sehingga di sebut arteri arciformis. Arteri arcuata mempercabangkan mempercabangkan arteri interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex), kemudian mempercabangkan vasa afferents: glomerolus dan di dalam glomerolus membentuk anyaman/ pembuluh kapiler, sebagai vassa efferentsanyaman rambut=tubuli contorti.1Di superomedial dari ginjal terdapat suatu kelenjar endokrin yaitu glandula suprarenalis. Glandula suprarenalis dextra berbentuk pyramid dan terletak antar diafragma dan lobus dexter hepatis. Glandula suprarenalis lebih pipis dan berbentuk bulan sabit.Glandula suprarenalis mendapatkan pendarahan dari:

1. Arteri suprarenalis superior, cabang dari a.phrenica inferior

2. Arteri suprarenalis media, cabang dari aorta abdominalis

3. Arteri suprarenalis inferior, cabang dari a.renalis

Sedangkan pembuluh darah baliknya melalui beberapa vena-vena kecil mengikuti pembuluh nadinnya. Vena suprarenalis dextra bermuara pada vena cava inferior , sedangkan vena suprarenalis sinistra bermuara pada vena renalis sinistra dan biasanya membentuk satu saluran dengan vena phrenica inferior.Aliran getah bening dari cortex glandula suprarenalis lebih sedikit daripada medulla dan mengikuti aliran limfe ke nnl.lumbales (aortica).

Glandula suprarenalis dipersarafi oleh plexus coeliacus dan cabang-cabang nn.splanchnici.1B. Ureter

Ureter merupakan saluran sepanjang 25-30 cm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, reabsorpsi, sekresi) dari pelvis renalis menuju vesica urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing satu untuk setiap ginjal.

Menurut letaknya, ureter di bedakan menjadi pars abdominalis ureteris dan pars pelvina ureteris. Dimana jalannya ureter pars abdominalis pada pria dan wanita sama, sedangkan pars pelvina ureteris pada pria dan wanita tidaklah sama. Dimana perbedaan tersebut dipengaruhi oleh alat-alat panggul pada pria dan wanita.

Sepanjang perjalanannya, ureter mengalami penyempitan di beberapa tempat, yaitu pada:

1. Ureteropelvic junction

2. Saat ureter menyilangi vassa iliaca communis (flexura marginalis)

3. Saat ureter masuk ke dalam vesica urinaria

Ureter dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior T11-L2 melalui neuron simpatis.1C. Vesica UrinariaBerfungsi sebagai tempat reservoir urine dengan kapasitas 200-400 cc. pada anak-anak terletak di aperture pelvis superior. Setelah dewasa, rongga panggul membesar dan vesica urinaria akan turun ke dalam rongga perut. Vesica urinaria yang terisi, berbentuk ovoid atau menyerupai telur. Vesica urinaria yang kosong, seluruhnya terletak di symphisis ossis pubis dalam rongga panggul dan berbentuk seperti limas, sehingga dapat dibedakan menjadi:

1. Apex vesica urinaria

Terletak di belakang symphisis ossis pubis. Apex ditutupi oleh peritoneum dan berbatasan langsung dengan ileum dan colon sigmoid.

2. Dasar vesica urinaria

Di bentuk oleh permukaan dorsal dan berbentuk segitiga. Pada sudut laterosuperior dextra dan sinistra dapat di jumpai muara ureter, sedangkan pada sudut inferior dapat di jumpai orificium urethrae internum.

3. Dinding vesica urinaria

Terdiri dari satu dinding superior dan dua dinding lateroinferior. Dinding lateroinferior berhubungan dengan m. obturator internus di sebelah cranial dan m. levator ani di sebelah distal. Pertemuan kedua dinding lateroinferior di caudal disebut dengan cervix vesicae.

4. Collum vesica urinaria

Pada laki-laki berbatasan dengan permukaan atas gl. Prostata. Collum vesica urinaria difiksasi oleh lig. Puboprostatica pada laki-laki atau lig. Pubovesicale pada wanita.1Secara anatomi, vesica urinaria dibagi menjadi:

1. Apex

2. Corpus

3. Fundus

Berbentuk segitiga dan menghadap ke caudodorsal dan berhadapan dengan rectum. Pada laki-laki, dinding posterior vesica urinaria dilekati oleh vesikula seminalis dan ampulla ductus deferens, sedangkan di antara vesica urinaria dan rectum dapat dijumpai lekukan preitoneum yang disebut excavatio recto vesicalis. Pada wanita, fundus vesica urinaria dipisahkan dari rectum oleh fornix posterior dan portio vaginalis carvisis uteri.

Lapisan dinding vesica urinaria dapat dibedakan menjadi:

1. Lapisan mukosa

Pada saat kosong, permukaan mukosa tampak berlipat-lipat. Saat terisi penuh, lapisan mukosa menjadi tipis dan lipatan-lipatan mukosa menghilang. Di dalam vesica urinaria dapat di jumpai trigonum vesica (liutaudi) yang dibentuk oleh orificium urethrae internum. Trigonum vesica bekerja sebagai katup untuk mencegah aliran balik urine ke ginjal. Dapat di jumpai juga uvula vesica, berupa tonjolan kecil di belakang orificium urethrae interna yang disebabkan oleh lobus medial gl. Prostata.

2. Lapisan otot

Merupakan lapisan otot yang kuat dan terdiri dari 3 lapisan otot yang saling menutupi:

Musculus detrusor, di lapisan dalam, untuk mengeluarkan isi vesica urinaria.

Musculus trigonal, di dalam segitiga liutadi, ikut membentuk uvula, untuk membuka orificium irethrae interna.

Musculus sphincter vesica, di daerah collum vesica urinaria, untuk menahan urine.

Di sekitar vesica urinaria juga terdapat ruangan-ruangan yang terbentuk karena posisi vesica urinaria terhadap dinding panggul dan oragan panggul lain yang di sebut juga spatium para vesicalis, dapat di bedakan:

1. Spatium praevesicale: ruang antara symphisis ossis pubis dan vesica urinaria.

2. Excavatio retrovesicalis pada laki-laki

3. Excavatio vesicouterina pada wanita, di bentuk oleh permukaan dorsal (basis) vesica urinaria dan uterus serta vagina.

Ikat-ikat antara vesica urinaria dengan organ sekitar:

1. Lig. Vesicoumbilicale, membentang dari vertex ke umbilicus.

2. Lig. Puboprostatica pada laki-laki, dari prostat menuju pinggir bawah symphisis ossis pubis.

3. Lig. Pubovesicale pada wanita, dari vesica urinaria menuju pinggir bawah symphisis ossis pubis.

4. Lig. Rectovesicale, dari bagian bawah vesica urinaria menuju sisi rectum dan os sacrum.

Lipatan peritoneum di sekitar vesica urinaria:

1. Plica umbilicalis media, menutupi lig. Vesicoumbilicale mediale.

2. Plica umbilicales laterales, menutupi lig. Vesicoumbilicale laterale.

3. Plica vesicalis transversa, berjalan melintang melalui permukaan atas vesica urinaria ke dinding pelvis.

4. Plica recto vesicales, menutupi lig. Recto vesicale dan merupakan batas atas excavatio rectovesicalis.1Vesica urinaria di pendarahi oleh cabang-cabang a. iliaca interna, yaitu:

1. Arteriae vesicales superior

Cabang dari a. umbilicalis bagian proximal. A. umbilicalis bagian distal melanjut sebagai lig. Umbilicalis lateralis. Aa. Vesicalis superior mendarahi fundus dan akhirnya beranastomosis dengan a. epigastrica inferior.

2. Arteriae vesicales inferior

Mendarahi bagian caudal dan lateral permukaan depan vesica urinaria, serta glandula prostata.

3. Arteria vesiculodeferentialis

Merupakan cabang dari a. iliaca interna dan mendarahi 1/3 permukaan posterior vesica urinaria, glandula vesiculosa, dan ductus deferentialis.

Pada wanita, a. vesiculodeferentialis disebut a. vaginalis dan mendarahi ovarium dan vagina.

Aliran pembuluh darah balik dari vesica urinaria bermuara ke plexus venosus vesicales yang berhubungan dengan plexus venosus prostaticus, kemudian ke v. iliaca interna. Aliran getah bening ke nnll. Iliaca interna dan nnll. Iliaca externa.

Vesica urinaria dipersarafi cabang-cabang plexus hypogastricus inferior yang berisi serabut-serabut:

1. Serabut post ganglioner simpatis gl. Paravertebralis L1-2 pada truncus sympaticus melalui plexus hypogastricus inferior ke vesica urinaria.

2. Serabut preganglionerparasimpatis dari medula spinalis segmen sacral 2,3,4 melalui n. splanchnicus dan plexus hypogastricus inferior akan mencapai dinding vesica urinaria.

3. Serabut sensoris visceral afferent melalui n. splanchnicus. Mengikuti serabut simpatis plexus hypogastricus dan berakhir pada medulla spinalis segmen lumbal 1-2.1

D. UrethraUretra merupakan saluran yang membawa urine keluar dari vesica urinaria menuju lingkungan luar. Terdapat beberapa perbedaan uretra pada pria dan wanita. Uretra pada pria memiliki panjang sekitar 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjar prostat), sedangkan uretra pada wanita panjangnya sekitar 3.5 cm. selain itu, Pria memiliki dua otot sphincter yaitu m.sphincter interna (otot polos terusan dari m.detrusor dan bersifat involunter) dan m.sphincter externa (di uretra pars membranosa, bersifat volunter), sedangkan pada wanita hanya memiliki m.sphincter externa (distal inferior dari kandung kemih dan bersifat volunter).

Pada pria, uretra dapat dibagi atas pars pre-prostatika, pars prostatika, pars membranosa dan pars spongiosa.

Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.

Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat. Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.

Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali volunter (somatis).

Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus spongiosum di bagian luarnya.3

Sedangkan uretra pada wanita berukuran lebih pendek (3.5 cm) dibanding uretra pada pria. Setelah melewati diafragma urogenital, uretra akan bermuara pada orifisiumnya di antara klitoris dan vagina (vagina opening). Terdapat m. spchinter urethrae yang bersifat volunter di bawah kendali somatis, namun tidak seperti uretra pria, uretra pada wanita tidak memiliki fungsi reproduktif.3

2.2 Mikroskopis Sistem Urinaria Manusia

A. Ginjal (Ren)

Dalam jaringan korteks ginjal terdapat :

Glomerulus ginjal (korteks Malpighi), bangunan ini bentuknya khas, bulat dengan warna lebih gelap daripada sekitarnya karena sel-selnya tersusun lebih padat. Permukaan luarnya diliputi epitel selapis gepeng yang disebut kapsula bowman pars parietal. Kadand ditemukan tautan antara kapsula bowman pars parietalis dengan tubulus kontortus proksimal yang membentuk polus tubularis. Dibawah kapsula bowman pars parietal terdapat ruangan kosong yang dalam keadaan hidup terisi cairan ultrafiltrat (urine primer). Pada sisi yang berlawanan dengan polus tubularis terdapat polus vaskularis, tempat masuk dan keluarnya arteriol pada glomerulus. Arteriol yang masuk disebut vasa aferen, yang kemudian bercabang-cabang menjadi sejumlah kapiler yang bergelung-gelung membentuk glomerulus. Pembuluh kapiler tadi sebenarnya diliputi oleh podosit yang merupakan kapsula bowman pars viseralis. Dengan mikroskop cahaya biasanya sulit membedakan sel endotel kapiler dari podosit. Semua pembuluh kapiler tadi kemudian menjadi satu lagi membentuk arteriol yang selanjutnya keluar dari glomerulus dan disebut vasa eferen yang berupa suatu arteriol.4Pada beberapa glomerulus dapat dibedakan vasa aferen dari vasa eferen karena kebetulan terpotong pada apparatus yuxta glomerularis. Bangunan ini terdiri atas makula densa dan sel yuxta glomerularis. Vasa aferen ikut membentuk bangunan ini karena sel yuxta glomerularis sebenarnya merupakan sel otot polos dinding vasa aferen didekat glomerulus yang berubah sifatnya menjadi sel epiteloid. Sel-sel tersebut tampak jernih dan kadang-kadang di dalam sitoplasmanya terdapat granula. Ditempat ini, arteriol tidak mempunyai tunika elastika interna.5Sisi luar sel yuxtaglomerularis berhimpit dengan sel yang menyusun makula densa yang merupakan epitel dinding tubulus kontortus distalis. Pada bagina ini sel dinding tubulus tersusun lebih padat daripada bagian lain. Sel makula densa dan sel yuxtaglomerular bersama-sama membentuk apparatus yuxta glomerularis. Diantara apparatus yuxta glomerularis dan tempat keluarnya vasa eferen glomerulus terdapat kelompokan sel-sel kecil yang jernih yaitu sel mesangial atau sel polkisen.

Tubulus kontortus proksimal. Saluran ini selalu terpotong dalam berbagai bidang karena jalannya berkelok-kelok. Dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid dengan batas-batas sel yang sukar dilihat. Intinya bulat, biru dan biasanya terletak agak berjauhan dengan inti sel disebelahnya. Sitoplasma berwarna asidofil. Dinding lateral sel tidak jelas. Permukaan sel yang menghadap lumen mempunyai batas sikat(brush border).

Tubulus kontortus distal. Seperti yang proksimal, dindingnya terdiri atas selapis sel kuboid yang batas antar selnya agak lebih jelas dibanding yang proksimal, inti sel bulat, berwarna biru, tetapi bila diperhatikan, jarak antara inti sel disebelahnya agak berdekatan satu sama lain. Sitoplasma berwarna basofil dan permukaan sel yang menghadap lumen tidak mempunyai brush border.

Arteri dan vena interlobularis. Pembuluh ini disebut juga a/v intralobularis atau a/v kortikalis radiata. Kedua pembuluh ini sering terlihat berjalan berdampingan dan tergolong arteriol dan venula. Bergantung pada arah potongannya, kedua pembuluh ini dapat terpotong melintang atau memanjang, tetapi selalu berada didalam jaringan koteks ginjal. 4Pada daerah yang berbatasan dengan jaringan medulla (pyramid) pada beberapa sajian dapat ditemukan a/v arkuata yang tergolong arteriol dan venula yang lebih besar daripada a/v interlobularis.

Kolumna renalis bertini. Jaringan korteks ginjal sebagian kecil menjorok kedaerah medulla membentuk kolom mengisi celah diantara piramid. Jaringan medulla seperti itulah yang disebut kolumna renalis bertini. Pada beberapa sajian disini pun dapat ditemukan pembuluh darah yang juga tergolong arteriol/venula dan disebut a/v interlobaris.

Medula ginjal. Jaringan medulla ginjal hanya terdiri atas saluran-saluran yang kurang lebih berjalan lurus. Jaringan medulla ada juga yang menjorok masuk kedalam daerah korteks.didalam korteks ginjal jaringan medulla ini membentuk berkas-berkas yang disebut prosesus ferreini. Di dalam berkas ini terdapat sekelompok saluran yang gambarannya berbeda dari saluran yang ada di dalam jaringan korteks. Jika berkas itu terpotong melintang biasanya tampak sejumlah saluran lumennya lebih kecil dan dindingnya pun lebih tipis.

Didalam jaringan medulla ginjal, yang terdapat pada prosesus ferreini maupun pada piramid dapat dipelajari saluran-saluran urine sebagai berikut

a. Ansa henle segmen tebal naik (pars asenden). Gambarannya mirip tubulus kontortus distal, tetapi garis tengahnya lebih kecil.

b. Ansa henle segmen tipis. Gambarannya mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya meskipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat, selain itu lumennya tampak kosong.

c. Ansa henle segmen tebal turun (pars desenden). Gambarannya mirip tubulus kontortus proksimal, tetapi diameternya lebih kecil.

d. Duktus koligens. Gambarannya mirip tubulus kontortus distal tetapi dinding sel epitelnya jauh lebih jelas, selnya lebih tinggi dan lebih pucat.

Jaringan medulla yang terdapat di dalam piramid gambarannya sama dengan yang tedapat dalam prosesus ferreini. Tetapi makin dekat ke papilla renis, saluran-saluran yang ada didalamnya tamapak berdiameter lebih besar, dindingnya dilapisi epitel kubis tinggi selapis sampai torak dan disebut duktus papilaris bellini. Saluran yang terakhir ini bermuara kedalam kaliks minor.4,5B. Ureter

Mukosanya dilapisi oleh epitel trasnsisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk lamina propia dibawahnya.

Tunika muskularisnya terdiri atas tiga lapisan jaringan otot polos yaitu

-lapis otot longitudinal (dalam)

-lapis otot sirkular ( tengah)

-lapis otot longitudinal(luar)

Tunika adventisia merupakan jaringan ikat jarang4C. Vesika urinaria

Mukosa vesika urinaria dilapisi epitel trasnsisional dengan jaringan ikat jarang yang membentuk lamina propria dibawahnya.

Tunika muskularis terdiri atas berkas-berkas otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tidak membentuk aturan tertentu. Tunika adventisia terdiri atas jaringan ikat jarang yang sebagian diliputi oleh peritoneum dan disebut tunika serosa.42.3 Fungsi Sistem urinaria Manusia

Fungsi ginjal sebagian besar adalah untuk mempertahankan kestabilan lingkungan cairan internal. Berikut adalah fungsi spesifik ginjal:

1. Mempertahankan keseimbangan H2O dalam tubuh.

2. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian besar ion CES, termasuk Na+, Cl-, K+, HCO3-, Ca++,Mg++,SO4, PO4 , dan H+. Bahkan flutuasi minor pada konsentrasi sebagian elekrolit ini dalam CES dapat menimbulkan pengaruh besar.

3. Meningkatkan volume plasma yang sesuai, sehingga sangat berperan dalam pengaturan jangka panjang tekanan darah arteri. Fungsi ini dilaksanakan melalui peran ginjal sebagai pengatur keseimbangan garam dan H2O.

4. Memebantu memelihara keseimbangan asam basa tubuh dengan menyesuaikan pengeluaran H+ dan HCO3- dalam urin.5. Memelihara osmolaritas (konsentrasi zat terlarut) berbagai cairan tubuh, terutama melalui pengaturan keseimbangan H2O.

6. Mengekskresi produk-produk sisa dari metabolism tubuh, misalnya urea , asama urat dan kreatinin. Jika dibiarkan menumpuk, zat-zat sisa tersebut bersifat toksik, terutama bagi otak.

7. Mengeksresi banayk senyawa asing, misalnya obat, zat penambah pada makanan, pestisida dan bahan-bahan eksogen non-nutrisi lainnya yang berhasil masuk ke dalam tubuh.8. Mengekskresi eitropoetin, suatu hormon yang dapat merangsang pembentukan sel darah merah.

9. Mengekresi rennin, suatu hormon enzimatik yang memicu reaksi berantai yang penting dalam konversi garam oleh ginjal.

10. Mengubah vitamin D dalam bentuk aktifnya.62.4 Mekanisme Sistem Urinaria Manusia

1.Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, yaitu jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-molekular-protein besar ke dalam sistem vaskuler , menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut rongga bowman (bowman space) dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrat glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membran dasar, epitelium visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate.7Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif permeabel. Normalnya komponen seluler dan protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring.7Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring, sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan. Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk (electric charged) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi. Kation ( positif ) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein.72. Penyerapan ( Reabsorpsi)

Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini mengalir melalui bagian-bagian tubulus sebelum diekskresikan sebagai urin. Di sepanjang jalan yang dilaluinya, beberapa zat direabsorpsi kembali secara selektif dari tubulus dan kembali ke darah., sedangkan yang lain disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus.1 Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.6Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrat lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membrane plasma.6

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorpsi melewati jalur paraseluler bergerak dari vcairan tubulus menuju zonula ocludens yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah. Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel polar. Jadi interior sel bersifat negatif. Pergerakan Na melewati sel apikal difasilitasi oleh pembawa yang spesifik dan berada di membran. Pergerakan Na melewati pembawa ini berpasangan dengan larutan lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau berlawanan pimpinan ( countertransport ).6

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino, fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di pengaruhi gradient Na.6

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03, dalam urin primer dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam amino meresap melalui peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osmosis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal.6

Reabsorpsi Tubulus Proksimal

Banyak zat yang diperoleh melalui mikropunksi ternyata masa isoosmotik sampai ke ujung tubulus proksimal. Pada tubulus proksimal ini, air akan keluar dari tubulus secara pasif akibat perbedaaan osmotik yang dihasilkan oleh transport aktif zat terlarut sehingga keadaan isotonik bisa dipertahankan.3 Zat organik terlarut seperti glukosa, asam amino, dan bikarbonat, lebih banyak dirabsorpsi daripada air, sehingga konsentrasi zat tersebut menurun secara nyata.6

Reabsorpsi Ansa Henle

Ansa Henle terdiri dari tiga segmen fungsional yang berbeda: segmen tipis desenden, segmen tipis desenden, dan segmen tebal asenden. Bagian desenden segmen tipis sanagat permeabel terhadap air dan sedikit permeabel terhadap kebanyakan zat terlarut termasuk ureum dan natrium. Sekitar 20% dari air yang difiltrasi akan direabsorpsi di ansa henle, dan hampir semua terjadi di lengkung tipis desenden karena lengkung tipis dan tebal asenden tidak permeabel terhadap air. Segmen tebal ansa henle, yang mereabsorpsi secara aktif natrium, klorida, dan kalium. Segmen tipis lengkung asenden mempunya kemampuan reabsorpsi yang lebih rendah daripada segmen tebal, dan lengkung tipis desenden tidak mereabsorpsi zat terlarut ini dalam jumlah bermakna.7Reabsorpsi Tubulus Distal

Segmen tebal asenden ansa henle berlanjut ke dalam tubulus distal. Bagian tubulus ini mempunyai kesamaan aktivitas reansorpsi seperti segmen tebal ansa henle, artinya mereabsorpsi natrium, klorisa, dan kalium, tetapi tidak permeabel terhadap air dan ureum. Oleh karena itu, segmen ini disebut segmen pengencer.7Reabsorpsi Duktus Koligens

Duktus ini adalah bagian akhir dalam pemrosesan urin sehingga memainkan peranan penting dalam menentukan keluaran akhir dari air dan zat terlarut dari urin. Ciri-ciri khusus segmen tubulus adalah sebagai berikut:

1. Permeabilitas duktuis koligens bagian medula terhadap air dikontrol oleh kadar ADH. Dengan kadar ADH yang tinggi, air banyak direabsorpsi ke dalam interstisium medula.

2. Duktus koligens bagian medula bersifat permeabel terhadap ureum.7Reabsorpsi glukosa

Glukosa, asam amino, dan bikarbonat direabsorpsi bersama-sama dengan Na+ di bagian awal tubulus proksimal. Mendekati akhir tubulus, Na+ akan direabsorpsi bersama dengan Cl-. Glukosa merupakan contoh zat yang direansorpsi melalui transport aktif sekunder.

Ambangt ginjal untuk glukosa ialah kadarnya di plasma yang pertama kali menyebabkan glukosa ditemukan di urin dalam jumlah melebihi jumlah kecil yang biasa diekskresi. Ambang ginjal untuk glukosa adalah 375 mg/menit.83. Sekresi

Sekresi tubulus melibatkan transportasi transepitel sperti yang dilakukan epitel reabsorpsi tubulus, tetapi langkh-langkahnya berlawanan arah. Seperti reabsorpsi, sekresi tubulus dapat aktif dan pasif.bahan yang paling penting disekresi adalah ion hidrogen dan ion kalium, anion dan kation organik, serta senyawa-senyawa asing bagi tubuh.

Ion Hidrogen

Sekresi H+ ginjal sangatlah penting dalam pengaturan keseimbangan asam-basa tubuh. Ion hidrogen dapat ditambahkan ke cairan filtrasi melalui proses sekresi di tubulus proksimal, distal, dan koligens. Tingkat konsentrasi H+ bergantung pada keasaman tubuh.7Ion Kalium

Ion kalium adaalh zat yang secara selektif berpindah dengan arah berlawanan diberbagai bagian tubulus; zat ini secara aktif direabsorpsi di tubulus proksimal dan secara aktif disekresi di tubulus distal dan koligens. Sekresi ion kalium di tubulus distal dan pengumpul digabungkan dengan reabsorpsi Na+ melalui pompa Na+-K+ basolateral yang berganung energi. Pompa ini tidak saja memindahkan Na+ ke luar ke ruangan lateral, tetapi juga memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Konsentrasi K+ intrasel yang meningkat mendorong difusi K+ dari sel ke dalam lumen tubulus. Perpindahan menembus membran luminal berlangsung secara pasif melalui sejumlah besar saluran K+ di sawar tersebut. Dengan menjaga konsentrasi K+ di cairan interstisium rendah, yaitu memindahkan K+ ke dalam sel tubulus. Dari cairan interstium di sekitarnya, pompa basolateral mendorong difusi pasif K+ keluar dari plasma kapiler peritubulus ke dalam cairan interstisium. Kalium yang keluar melalui cara ini kemudian dipompakan ke dalam sel, dan dari tempat ini kalium berdifusi ke dalam lumen. Dengan cara ini, pompa basolateral secara aktif menginduksi sekresi netto K+ dari plasma kapiler peritubulus ke dalam lumen tubulus.6Anion dan Kation Organik

Tubulus proksimal mengandung dua jenis pembawa sekretorik yang terpisah, satu untuk sekresi anion organik dan suatu sistem terpisah untuk sekresi kation organik. Fungsi dari jalur sekresi ini, yaitu:

1. Dengan menambahkan lebih banyak ion organik tertentu ke cairan tubulus yang sudah mengandung bahan yang bersangkutan melalui proses filtrasi, jalur sekretorik organik mempermudah ekskresi bahan-bahan tersebut.

2. Mempermudah eliminasi ion-ion organik yang tidak dapat difiltrasi.

3. Mengeliminasi senyawa asing dari tubuh.6Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun, yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin.Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah.6Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine,yaitu :

Vasopresin (ADH)

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel.

AldosteronHormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.

ProstaglandinProstagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal GukokortikoidHormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.

ReninSelain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus jukstaglomerularis pada :

1. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

2. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

3. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

4. Innervasi ginjal dihilangkan

5. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan ini efeknya menaikkan tekanan darah.62.5 Komposisi Urin ManusiaSifat dan Susunan Urin

Sifat dan susunan urin setiap 24 jam tidak banyak berubah, tetapi antara urin sewaktu sepanjang hari dapat berbeda bermakna. Oleh karena itu, sampel urin perlu dipilih sesuai tujuan pemeriksaan. Misalnya untuk analisis kuantitatif harus digunakan sampel urin yang dikumpulkan 24 jam. Apabila sampel urin dibiarkan tanpa pengawet, sifat dan susunan urin dapat berubah, misalnya lebih asam atau menjadi lebih basa dan bila urin tersebut mengandung gula maka konsentrasi gula yang terdapat di dalamnya dapat berkurang akibat aktivitas bakteri sehingga mempengaruhi hasil pemeriksaan. Oleh karena itu, pengawetan urin menjadi penting apabila tidak segera dilakukan pemeriksaan seperti pada pengambilan sampel urin 24 jam.

Kandungan zat padat dalam urin 24 jam adalah sebagai berikut :

1. Klorida sebagai NaCl : kurang lebih 10g

2. Ca2+, Mg2+ dan iodium : sedikit

3. Urea: kurang lebih 20-30 g

4. Kreatinin :1,5 g

5. Ammonia : 0,7 g

6. Asam urat : 0,7 g

Sifat-sifat urin

Volume

Volume urin dalam24 jam tergantung pada factor fisiologik (misalnya intake cairan, suhu keliling, kerja fisik) dan factor patologik (misalnya penyakit ginjal, diabetes mellitus dan sebagainya). Beberapa obat misalnya golongan diuretika, kopi, alcohol dapat pula mempengaruhi volume urin. Pada orang dewasa normal, volume urin antara 600-2500 mL/24 jam.

Kelainan-kelainan dalam urin

1. Poliuria : bila volume urin meningkat.

2. Oliguria : bila volume urin menurun

3. Anuria : bila tidak terbentuk urin sama sekali

4. Nocturia : bila urin malam hari jumlahnya meningkat sehingga lebih banyak dari pada urin siang hari.

Warna

Warna urin berbeda-beda sesuai dengan kepekaannya, tetapi dalam keadaan normal urin berwarna kuning muda dan jernih. Warna terutama disebabkan oelh pigmen urokrom yang berwarna kuning, dan sejumlah kecil oleh urobilin dan hematoporfirin.

Bila urin dibiarkan, warnanya akan bertambah gelap akbiat perubahan kromogen yang tak berwarna menjadi senyawa-senyawa berwarna. Pada beberapa penyakit atau setelah makan obat-obat tertentu, warna urin dapat berubah. Dalam keadaan demam, karena pemekatan, warna urin berubah menjadi kuning tua atau agak coklat. Pada penyakit hati, pigmen empedu dapat menyebabkan urin menjadi hijau, coklat, atau kuning tua. Darah atau hemoglobin menyebabkan warna urin merah, sedangkan methemoglobin atau asam hemogentisat menyebabkan warna urin coklat tua.

Berat jenis

Berat jenis urin 24 jam normal antara 1.003- 1.030, tergantung pada jumlah yang larut didalamnya dan volume urin. Biasanya berat jenis urin berbanding terbalik dengan volumenya, kecuali pada penyakit diabetes mellitus dimana volume urin besar dan BJ nya tinggi karena mengandung banyak glukosa. Berat jenis urin berubah terutama pada penyakit ginjal.

Secara kasar BJ urin dapat dipakai untuk menentukan julah total zat padat dalam urin. Dengan mengalikan ke dua angka terakhir dari BJ urin dengan angka 2,6 (koefisien ling), dapat jumlah total zat padat dalam g/ liter urin. Pada keadaan normal jumlah zat padat dalam urin 24 jam kira-kira 50g. jumlah zat padat dapat menurun diantaranya pada nefritis berat (disebabkan gangguan ekskresi) dan meningkat misalnya pada diabetes mellitus.

Reaksi

Urin dapat bersifat asam, netral atau basa dengan PH antara 4,7-8,0. Tetapi urin yang dikumpulkan selama 24 jam biasanya bersifat asam. Reaksi urin dipengaruhi oleh susunan makanan, misalnya diet tinggi protein akan menambah keasaman, disebabkan pada katabolisme protein akan banyak membentuk sulfat dan fosfat. PH urin juga rendah pada demam dan asidosis.

Urin yang diambil apda waktu-waktu tertentu mempunyai PH yang berbeda-beda. Beberapa waktu sesudah makan, urin akan bersifat netral bahkan alkalis. Ini disebut alkaline tide. Bila dibiarkan dalam waktu lama, urin dapat mengalami amoniacal fermentation atau acid fermentation. Amoniacal fementation disebabkan oleh bakteri dan PH urin berubah menjadi basa. Pada acid fermentation PH urin berubah menjadi asam. Urin semacam ini mungkin mengandung asam urat, kalsium oksalat, jamur dan senyawa-senyawa yang mengandung urat. Penetapan jumlah asam yang dikeluarkan ginjal dapat dilakukan dengan pemeriksaan keasaman urin yang didasarkan atas titrasi.

Bau

Urin yang baru dikeluarkan mempunyai bau khas. Bila urin mengalami dekomposisi, timbul bau ammonia yang tidak enak. Makanan atau obat-obat teretentu dapat menimbulkan bau khas, misalnya metal salisilat, asparagus, buah jengkol, pete, dan sebagainya. Pada ketosis urin akan berbau aseton.

Kekeruhan

Urin normal biasanya jernih pada waktu dikeluarkan, tetapi bila dibiarkan untuk waktu lama, akan timbul kekeruhan disebabkan oleh nucleoprotein mukoid atau sel-sel epitel. Disamping itu pada urin yang alkalis kekeruhan dapat disebabkan oleh endapan fosfat, sedangkan pada urin asam biasanya disebabkan oleh endapan urat.

Endapan yang tidak larut pada pemanasan atau penambahan asam pada umumnya merupakan bahan sel, misalnya epitel sel, nanah atau mikroorganisme yang biasanya terdapat dalam jumlah besar pada radang traktus urinarius. Oleh karena itu, pemeriksaan mikroskopis sedimen urin penting untuk membantu diagnosa.

Susunan Urin

Urin normal mempunyai susuna yang sangat berbeda-beda dipengaruhi oleh makanan dan factor-faktor lain. Urin normal mengandung sejumlah zat, beberapa diantaranya antara lain:

Urea

Urea merupakan hasil akhir metabolism protein yang utama. Jumlahnya kira-kira setengah jumlah zat padat total dalam urin. Yaitu antara 25-30 g/ 24 jam (10-15 g N urea), atau 80-90% dari nitrogen total. Pembentukan urea terjadi di hati. Oleh karena itu pada penyakit hati ekskresinya dapat menurun. Ekskresi urease meningkat pada diet tinggi protein dan pada keadaan-keadaan di mana katabolisme protein meningkat. Misalnya pada demam. Enzim urease mempercepat pemecahan urea menjadi ammonium karbonat. Ini merupakan dasar pemeriksaan urea secara kualitatif. Ammonium karbonat yang terbentuk dapat dihitung dengan berbagai cara.

Asam Urat

Asam urat merupakan hasil akhir utama metabolism purin pada manusia. Zat ini berasal dari pemecahan inti sel atau lain-lain senyawa yang mengandung purin, baik yang berasal dari makanan maupun dari pemecahan sel dalam tubuh sendiri. Jumlah yang dikeluarkan dalam urin antara 0,5 1 g/ 24 jam. Makanan yang banyak mengandung nucleoprotein seperti daging dan kelenjar-kelenjar akan menambah ekskresi asam urat. Ekskresi asam urat juga akan meningkat pada beberapa penyakit misalnya pada leukemia, disebabkan penghancuran leukosit yang sangat meingkat. Pada penyakit pirai kadar asam urat darah dan urin tinggi, disertai penimbunan asam jrat di dalam persendian. Pada urin asam, sam urat lebih mudah mengendap, sehingga pembentukan batu asam urat mudah terjadi . pemberian zat-zat yang menaikkan PH urin akan memperbesar daya larut asam urat, sehingga pembentukan batu berkurang. Pemeriksaan asam urat biasanya didasarkan atas daya asam urat mereduksi garam-garam perak, tembaga, fosfomolibdat dan fosfotungsat dalam lingkungan alkalis.

Kreatinin

Jumlah kreatinin yang diekskresi melalui urin kira-kira 1-1,8 g/ 24 jam. Hamper seliruhnya berasal dari keratin dalam tubuh. Karena sebagian besar kreatinin terdapat dalam jaringan otot, terdapat hubugnan antara jumlah kreatinin yang dikeluarkan dengan jumlah jaringan otot dalam tubuh.

Keratin

Dalam urin orang dewasa keratin terdapat dalam jumlah yang yang sangat kecil, tetapi pada anak-anak dan wanita hamil jumlahnya lebih besar. Keratin terdapat dalam semua jaringan, terbanyak dalam jaringan otot dalam bentuk fosfokreatin.

Indikan

Jumlah indikan yang diekskresi dalam urin kira-kira 10-20 mg /24 jam. Indikan merupaka bagian terpenting dari sulfat eterial dalam urin. Zat ini bersal dari pembusukan triptofan dalam usus atau ditempat lain.

Ammonia

Merupakan hasil akhir matabolisme protein yang mengandung N. merupaka yang kedua terpenting sesudah urea.

2.6 Pemeriksaan Urin

1. Jumlah zat padat dalam urin

Tujuan : menetapkan jumlah zat padat total dalam urin normal

Dasar: jumlah zat padat total dalam urin ditentukan oleh volume dan berat jenisnya

Bahan dan Alat:

1. Urin normal 24 jam

2. Gelas ukur

3. Pipet tetes

4. Urinometer

5. Thermometer

6. Gelas kimia 50 mlCara Kerja :

1. Tetapkan volume (mL) urin memakai gelas ukur. (toluene yang terdapat di permukaan urin dipindahkan ke gelas kimia memakai pipet tetes).

2. Catatlah suhu tera urinometer dan tetapkan suhu urin (sama dengan suhu ruang)

3. Letakkan urinometer sedemikan rupa pada (1) sehingga urinometer tidak menyentuh dinding gelas ukur dan catatlah berat jenis yang ditunjukkan oleh urinometer.

4. Apabila suhu urin tidak sama dengan suhu tera, tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan urinometer untuk setiap 3oC di atas suhu tera atau kurangi 0,001 untuk setiap 3oC di bawah suhu tera

5. Simpanlah urin kembali dengan memakai pengawet toluene.

2. Uji Benedict

Tujuan : menetapkan kadar gula dalam urin normal dan urin patologis secara semikuantitatif.

Dasar : gula dalam urin yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan merah yang terbentuk sesuai dengan kadar gula yang terdapat di dalam urin.

CuSO4 + 2 NaOH Cu(OH)2 + Na2SO4

(putih kebiruan)

2 CU(OH)2 Gula Pereduksi 2CuOH +H2O +O2

Pemanasan

2 CuOH + O2 + H2O Cu2O +H2O

2 CuOH + O + H2O Cu2O +H2O

Bahan dan alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis A,B,C, dan D

2. Larutan benedict

3. Tabung reaksi

4. Pipet Mohr 10 mL

5. Pipet tetes alat pemanas / penangas air yang mendidih

6. Pengatur waktu

Cara kerja :

1. Sediakan 2 tabung reaksi dan campur dalam tiga tabung 2,5 mL larutan Benedict dan 4 tetes urin normal atau urin patologis

2. Panaskan kedua tabung tadi selama 5 menit dalam penangas air mendidih atau didihkan langsung selama 2 menit memakai alat pemanas.

3. Dinginkan perlahan-lahan

4. Lakukan penafsiran terhadap endapan atau warna yang terbentuk

Penafsiran warnaPenilaian Konsentrasi

Biru / Hijau--

Hijau / Hijau kekuningan+1Kurang dari 0,5%

Kuning Kehijauan / Kuning+20,5 1,0%

Jingga+31,0 2,0%

Merah+4Lebih dari 2%

3. Uji Heller

Tujuan : memeriksa adanya protein dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam nitrat pekat yang tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan.

Bahan dan Alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Buret 50mL

3. Asam nitrat pekat

4. Tabung reaksi

5. Pipet Mohr 10 mL

Cara kerja:

1. Alirkan melalui buret 3 mL asam nitrat pekat perlahan-lahan ke dalam tabung reaksi

2. Dengan memakai pipet Mohr, pelan-pelan tambahkan 3mL urin normal atau urin patologis melalui dinding tabung sehingga kedua cairan tidak bercampur

3. Perhatikan cincin putih yang terbentuk pada perbatasan kedua cairan

4.Uji Asam Sulfosalisilat

Tujuan : memeriksa adanya protein dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : protein dalam urin mengalami denaturasi oleh asam sulfosalisilat

Bahan dan Alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Larutan asam sulfosalisilat 3%

3. Tabung reaksi

4. Pipet Mohr 10mL

5. Penangas air mendidih

Cara kerja :

1. Pipetkan 3 mL asam sulfosalisilat 3% ke dalam tabung reaksi berisi 1 mL urin normal atau urin patologis.

2. Perhatikanlah timbulnya kekeruhan atau endapan

3. Panaskanlah kedua tabung dalam penangas air mendidih dan perhatikan bertambahnya endapan.

5.Uji Zat Keton (Rothera)

Tujuan : memeriksa adanya zat-zat keton dalam urin normal dan urin patologis

Dasar : zat keton dalam urin akan bereaksi dengan pereaksi yang dipakai membentuk kompleks berwarna ungu.

Bahan dan alat :

1. Urin normal 24 jam dan urin patologis

2. Kristal ammonium sulfat

3. Larutan natrium nitroprusida

4. Larutan ammonium hidrosida pekat

5. Tabung reaksi

6. Pipet Mohr

7. Pipet tetes

8. Sendok plastik9. Pengatur waktu

Cara Kerja :

1. Tambahkan Kristal ammonium sulfat ke dalam 5 mL urin normal atau urin patologis hingga jenuh

2. Tambahkanlah pada (1) 2-3 tetes natrium nitroprosida 5% yang baru dibuat dan 1-2 mL ammonium hidroksida pekat

3. Campur dan biarkanlah setengah jam

4. Perhatikanlah warna ungu yang terbentuk. Warna tidak berarti positif. Uji ini lebih peka terhadap asam asetoasetat

6.Penetapan Kadar Kratinin Urin (Folin)

Kreatinin merupakan produk katabolisme keratin fosfat dalam otot. Dalam keadaan normal sebesar 1-1,8 kreatinin diekskresi ke dalam urin dalam 24 jam. Bila fungsi ginjal tidak terganggu, ekskresi kreatinin dalam urin dapat dijadikan indeks massa otot. Dari hari ke hari pada satu individu di ekskresi kreatinin bersifat konstan dan tidak tergantung pada diet, sehingga dapat dinyatakan sebagai koefisien kreatinin.

Koefisien kreatinin menyatakan ekskresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg) dibanding dengan berat badan (dalam Kg). Karena besaran koefisien kreatinin konstan untuk semua individu, koefisien kreatinin dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu sample urin benar merupakan urin yang dikumpulkan selama 24 jam.

Ekskresi kreatinin dalam urin berkurang pada keadaan lapar dan atrofi otot dan meningkat bila terjadi peningkatan katabolisme jaringan seperti pada demam.

Koefisien kreatinin laki-laki : 20-26 mg.kg berat badan/24 jam, wanita : 14-22 mg/kg berat badan /24 jam.

Tujuan : untuk menetapkan kadar kreatinin dan koefisien kreatinin urin

Dasar : kreatinin bereaksi dengan larutan pikrat alkalis (reaksi Jaffe) menghasilkan senyawa kompleks (tautomer kreatinin pikrat) berwarna kuning jingga.

Bahan dan peraksi :

1. Urin 24 jam

2. Larutan pikrat jenuh

3. Larutan NaOH 10%

4. Larutan standar kreatinin mengandung 1 mg/ mL

Larutkan 1 g kreatinin dalam HCl 0,1 N dan encerkan sampai 1000 mL dengan HCl 0,1 N

LarutanBlankoStandar 1Standar 2Uji 1Uji 2

Akuades1mL----

Standar-1 mL1 mL--

Urin---1 mL1 mL

Larutan asam pikrat20 mL20 mL20 mL20 mL20 mL

NaOH 10%1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL1,5 mL

Kocok perlahan-lahan dan diamkan 25 menit. Encerkan dengan akuades sampai volume 100 mL, campur dengan membalik-balikkan labu. Bacalah serapan pada panjang gelombang 540 nm.

Perhitungan :

Kadar kreatinin = ((AU-AB)/ (AS-AB) x 1mg/ mL x vol. urin 24 jam (mL)

Koefisien kreatinin = kadar kreatinin urin 24 jam / berat badan (kg).9BAB III

Pentutup

3.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembelajaran yang dikaji, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang disepakati, yaitu Gangguan sistem urinaria dapat menyebabkan masalah seperti sering kencing pada malam hari dengan pemeriksaan urin adalah reduksi glukosa +4 dan benda keton +1. Dapat diterima. Pengujian hipotesis dilakukan dengan analisa terhadap organ dan saluran kemih secara makroskopik dan mikroskopik, mekanisme dan fungsi organ dan saluran kemih menunjukkan bahwa sistem urinarius merupakan sistem yang kompleks dan penting bagi berlangsungnya proses ekskresi urin, sehingga jika terjadi gangguan, baik yang terjadi pada organ, saluran, maupun mekanisme fungsinya, maka dapat terjadi gangguan pada sistem urinarius.Daftar Pustaka1. Kasim YI. Traktus urogenitalia. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana; 2010.

2. Sloane E. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: EGC; 2004.

3. Anatomi ginjal dan saluran kemih. Edisi agustus 2005. Diunduh dari http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-ginjal-dan-saluran-kemih/ , 2 oktober 2010.4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Penuntun praktikum kumpulan foto mikroskop Histologi. Jakarta: Universitas Trisakti;2009.

5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi dasar. Jakarta: EGC; 2007.

6. Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.7. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.

8. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2005.9. Maria AD, Winata Susanty Dewi. Penuntun praktikum biokimia. Jakarta: Bagian Biokimia Fakultas Kesokteran Universitas Kristen Krida Wacana. 2010.34