119
SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10 DIKTAT SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA OLEH: ANGEL PURWANTI S.SOS., M.I.Kom NANA JUANA S.Sos UNIVERSITAS PUTERA BATAM

Sistem Sosial Budaya Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Komunikasi, Manajemen, Sastra, Antropologi,

Citation preview

Page 1: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

DIKTAT

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

OLEH:

ANGEL PURWANTI S.SOS., M.I.Kom

NANA JUANA S.Sos

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

Page 2: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

memberikan Rahmat dan Anugerah-Nya yang begitu besar sehingga diktat mata kuliah

Sistem Sosial Budaya Indonesia ini dapat berjalan dan terselesaikan dengan baik.

Diktat ini dimaksudkan untuk memenuhi sebahagian syarat-syarat atau sebagai

satu kewajiban staf pengajar dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi dan

pengabdian ini memenuhi Tri Dharma pada Universitas Putera Batam. Diktat ini di

tujukan untuk Mahasiswa Universitas Putera Batam, khususnya jurusan Sosial seperti

prodi Komunikasi, prodi Hukum dan prodi Ilmu Administrasi Negara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan diktat ini terdapat

banyak kekurangan, untuk itu mohon masukannya agar diktat ini terlihat

sempurna.

Batam, 28 Mei 2010

Penulis

Page 3: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

PERSEMBAHAN

“Selalu ada Kesempatan jika ada Kemauan”

-UnAuthor-

Page 4: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENGENALAN ILMU DAN

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

1.1 Definisi ilmu

1.2 Sifat-sifat Ilmu

1.3 Mengapa Ilmu Hadir?

1.4 Bagaimanakah Manusia Mendapatkan Ilmu

1.5 Dengan apa manusia memperoleh memelihara

dan meningkatkan ilmu

1.6 Tiga pendapat mengenai pendefinisian

ilmu dan pengetahuan

1.7 Sistem Sosial Budaya Indonesia

BAB II KAITAN SSBI DENGAN

SOSIOLOGI DAN ATROPOLOGI

2.1 Pengertian Sosiologi

2.2 Definisi Antropologi

2.3 Pengertian Sistem

2.4 Pengertian Sistem Sosial Budaya

Page 5: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

2.5 Sistem Sosial Budaya Indonesia

BAB III KEDUDUKAN BUDAYA DAN SENI DALAM

MASYARAKAT

3.1 Pengertian Budaya dan Kebudayaan

3.2 Unsur-unsur Kebudayaan

3.3 Wujud Kebudayaan

3.4 Kebudayaan Sebagai Peradaban

3.5 Sistem Kebudayaan

BAB IV KOMPONEN KEBUDAYAAN

4.1 Dua Komponen Kebudayaan

4.2 Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

4.3 Bahasa dan Sistem Kepercayaan

4.5 Proses Sosial dan Agen Sosial

BAB V NORMA-NORMA DALAM MASYARAKAT

5.1 Elemen-elemen Masyarakat

5.2 Norma-norma Dalam Masyarakat

5.3 Lembaga Sosial

5.4 Group Sosial

BAB VI RELATIVISME BUDAYA

DAN PERUBAHAN SOSIAL

6.1 Relativisme Budaya

Page 6: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

6.2 Perubahan Sosial Budaya

6.3 Penetrasi Budya

6.4 Kebudayaan Sebagai Mekanisme Stabilisasi

6.5 Perilaku Menyimpang

6.6 Asimilasi

6.7 Akulturasi

6.8 Nilai

BAB VII SISTEM SOSIAL DALAM PROSES SOSIAL

7.1 Unsur-unsur Sistem dan Proses Sosial

7.2 Sistem Nilai dan Stratifikasi Sosial

7.3 Interaksi-Komunikasi Sosial

BAB VIII KEPEMIMPINAN DALAM MASYARAKAT

8.1 Sekilas Tentang Kepemimpinan

8.2 Pengertian kepemimpinan

8.3 Teori Lahirnya Kepemimpinan

8.4 Tipe-tipe Pemimpin

8.5 Sifat-sifat Pemimpin Yang Baik

BAB IX MOBILITAS SOSIAL

9.1 Pengertian Mobilitas Sosial

9.2 Cara-cara Melakukan Mobilitas Sosial

9.3 Lima Bentuk Mobilitas Sosial

Page 7: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

9.4 Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial

9.5 Saluran Dan Dampak Mobilitas Sosial

9.6 Dampak Mobilitas Sosial

BAB X NORMA SOSIAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI

10.1 Pengertian Kontrol Sosial

10.2 Gerakan Reformasi

10.3 Sarana Kontrol Sosial

10.4 Pesan Moral Kontrol Sosial

10.5 Jenis dan Macam-macam Norma

BAB XI PERAN KOMUNIKASI DALAM PROSES SOSIAL

11.1 Komunikasi Sebagai Proses Perubahan

11.2 Hakikat Komunikasi Sebagai Proses Sosial

11.3 Komunikasi dan Perubahan Sosial

11.4 Komunikasi Sebagai Proses Sosial

11.5 Komunikasi sebagai Proses budaya

11.6 Unsur Budaya Didalam Proses Komunikasi

11.7 Komunikasi Didalam Sistem Politik

11.8 Komunikasi Sebagai Proses Politik

BAB XII PERAN MEDIA LOKAL

DALAM MASYARAKAT MULTIBUDAYA

12.1 Budaya Lokal dan Kehidupan Bermasyarakat

Page 8: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

12.2 Film dan Budaya Lokal

12.3 Kendala Penyebaran Informasi di Indonesia

BAB XIII KEPEMIMPINAN MASYARAKAT ADAT

13.1 Kepemimpinan Masyarakat Adat

13.2 Konsep Kepemimpinan Tradisional

13.3 Perubahan Pola Kepemimpinan Masyarakat Adat

13.4 Pola Kepemimpinan

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR PUSTAKA

Page 9: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Belajar

2. Gambar 2. Peta Wilayah Indonesia

3. Gambar 3. Skema Sistem

4. Gambar 4. Tari Pendet, berasal dari Bali

5. Gambar 5. Olah Raga, Bentuk dari komunikasi Sosia

6. Gambar 6. Sukarno, Pemimpin Berkharismatik

7. Gambar 7. Facebook, Contoh Dari Kontrol Sosial

Page 10: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB I

PENGENALAN ILMU DAN SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

1.1 DEFINISI ILMU

a) AsianBrain.com Content Team

Definisi Ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum

sebab-akibat dalam suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut

kedudukannya (apabila dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika

dilihat dari dalam).

b) Mohammad Hatta:

Definisi ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang

disistematisasikan---Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh

dunia empiris. Ilmu dapat diamati panca indera manusia---Suatu cara

menganalisis yang mengizinkan kepada para ahlinya untuk menyatakan -suatu

proposisi dalam bentuk: "jika,...maka..."

c) Harsojo (Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran)

Definisi ilmu bergantung pada cara kerja indera-indera masing-masing

individu dalam menyerap pengetahuan dan juga cara berpikir setiap individu

dalam memproses pengetahuan yang diperolehnya. Selain itu juga, definisi ilmu

bisa berlandaskan aktivitas yang dilakukan ilmu itu sendiri. Kita dapat melihat hal

itu melalui metode yang digunakannya.

1.2 SIFAT-SIFAT ILMU

Dari definisi yang diungkapkan Mohammad Hatta dan Harjono di atas,

kita dapat melihat bahwa sifat-sifat ilmu merupakan kumpulan pengetahuan

mengenai suatu bidang tertentu yang mencakup:.

Berdiri secara satu kesatuan,

Page 11: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Tersusun secara sistematis,

Ada dasar pembenarannya (ada penjelasan yang dapat dipertanggung

jawabkan disertai sebab-sebabnya yang meliputi fakta dan data),

Mendapat legalitas bahwa ilmu tersebut hasil pengkajian atau riset.

Communicable, ilmu dapat ditransfer kepada orang lain sehingga

dapat dimengerti dan dipahami maknanya.

Universal, ilmu tidak terbatas ruang dan waktu sehingga dapat berlaku

di mana saja dan kapan saja di seluruh alam semesta ini.

Berkembang, ilmu sebaiknya mampu mendorong pengetahuan-

pengatahuan dan penemuan-penemuan baru. Sehingga, manusia

mampu menciptakan pemikiran-pemikiran yang lebih berkembang

dari sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, kita dapat melihat bahwa tidak semua pengetahuan

dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut:

Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk

mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada

keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam

dari pengetahuan.

1.3 MENGAPA ILMU HADIR?

Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang

ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Sebab, banyak sekali sisi-sisi

kehidupan yang menjadi pertanyaan dalam dirinya. Oleh sebab itulah, timbul

pengetahuan (yang suatu saat) setelah melalui beberapa proses beranjak menjadi

ilmu

1.4 BAGAIMANAKAH MANUSIA MENDAPATKAN ILMU?

Page 12: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Manusia diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dengan sempurna, yaitu

dilengkapi dengan seperangkat akal dan pikiran. Dengan akal dan pikiran inilah,

manusia mendapatkan ilmu, seperti ilmu pengetahuan sosial, ilmu pertanian, ilmu

pendidikan, ilmu kesehatan, dan lain-lain. Akal dan pikiran memroses setiap

pengetahuan yang diserap oleh indera-indera yang dimiliki manusia.

1.5 DENGAN APA MANUSIA MEMPEROLEH, MEMELIHARA, DAN

MENINGKATKAN ILMU?

Pengetahuan kaidah berpikir atau logika merupakan sarana untuk

memperoleh, memelihara, dan meningkatkan ilmu. Jadi, ilmu tidak hanya diam di

satu tempat atau di satu keadaan. Ilmu pun dapat berkembang sesuai dengan

perkembangan cara berpikir manusia.

Gambar 1. Belajar

1.6 TIGA PENDAPAT MENGENAI PENDEFINISIAN ILMU DAN

PENGETAHUAN:

Pengetahuan itu tidak bisa didefinisikan, karena pengetahuan itu bersifat

gamblang dan aksiomatik. Dan pendefinisian bagi perkara-perkara yang gamblang

dan aksiomatik adalah hal yang mustahil (yakni akan terjadi daur atau lingkaran

setan). Untuk menegaskan kegamblangan ilmu dan pengetahuan itu bisa berpijak

pada beberapa hal:

i. Pengetahuan itu sendiri merupakan perkara-perkara kejiwaan dan

kefitraan. Dan Setiap perkara kefitraan dan kejiwaan itu bersifat

aksiomatik dan badihi.

ii. Pengetahuan yang mutlak bersumber dari pengetahuan yang khusus dan

terbatas seperti pengetahuan manusia pada wujudnya sendiri yang bersifat

Page 13: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

aksiomatik. Dan pengetahuan yang berasal dari hal-hal yang aksiomatik

adalah juga bersifat aksiomatik dan gamblang.

iii. Apabila pengetahuan itu bisa didefinisikan, maka akan berkonsekuensi

pada kemustahilan pengetahuan manusia terhadap realitas bahwa “ia

mengetahui sesuatu”, yakni pengetahuan manusia itu sendiri pertama-tama

harus didefinisikan, barulah kemudian ia memahami bahwa dirinya

memiliki pengetahuan terhadap sesuatu.

Hal ini mustahil, karena keberadaan pengetahuan bagi manusia adalah

bersifat fitri dan pengetahuan kepada perkara fitrawi ialah hal yang mungkin,

yakni tidak butuh kepada definisi sebelumnya. Dengan demikian, ilmu manusia,

tanpa pendefinisian sebelumnya, kepada realitas bahwa “ia memahami sesuatu”

ialah bersifat mungkin.

Pengetahuan manusia bahwa “ia mengetahui sesuatu” adalah ilmu

kepada “hubungan zatnya dengan ilmu”, dan ilmu kepada “hubungan suatu

perkara kepada perkara lain” ialah bergantung atas ilmu pada salah satu dari

subjek dan predikatnya.

Pengetahuan itu bisa didefinisikan, namun sangat sulit.

Pengetahuan itu mudah didefinisikan.

Di sini kami tidak akan menyebutkan semua definisi yang telah digagas

dan dirumuskan oleh para filosof dan teolog muslim. Untuk lebih luasnya

wawasan dalam pembahasan definisi ilmu dan pengetahuan silahkan merujuk

pada kitab-kitab filsafat dalam bab pengetahuan. Di bawah ini kami hanya akan

menyebutkan beberapa definisi yang mayoritas diterima oleh kalangan filosof:

a) Pengetahuan didefinisikan sebagai pencerminan objek-objek eksternal di alam

pikiran. Dalam kitab klasik ilmu logika, pengetahuan itu didefinisikan sebagai

suatu gambaran objek-objek eksternal yang hadir dalam pikiran manusia.

Definisi ini juga disepakati oleh sebelas orang filosof dan ilmuwan Rusia.

b) Pengetahuan didefinisikan sebagai sejenis kesatuan wujud antara ‘âqil

(intelligent) dan ma’qûl (intellected)

Page 14: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

c) Pengetahuan didefinisikan sebagai kehadiran sesuatu yang nonmateri pada

maujud yang nonmateri (jiwa) juga

d) Pengetahuan didefinisikan sebagai “keyakinan pasti” yang sesuai dengan

realitas eskternal

e) Pengetahuan adalah sesuatu yang menyatu dengan perbuatan (dan sangat

mungkin perbuatan yang terpancar dari pengetahuan itu adalah lebih kuat dan

lebih pasti)

f) Pengetahuan merupakan hubungan khusus yang terwujud antara subjek

(‘âlim) dan objek-objek eksternal (ma’lûm)

g) Pengetahuan diartikan sebagai kehadiran bayangan dari objek-objek eksternal

di alam pikiran

h) Pengetahuan didefinisikan sebagai cahaya dan kehadiran

i) Pengetahuan didefinsikan sebagai “wujud itu sendiri”

j) Pengetahuan didefinisikan sebagai kehadiran objek pengetahuan (ma’lûm)

pada subjek yang mengetahui (‘âlim)

k) Pengetahuan didefinisikan sebagai “keyakinan tetap” yang sesuai dengan

realitas

1.7 SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

Sistem Sosial Budaya Indonesia mendeskripsikan tentang pengertian

Sistem Sosial Budaya, pengertian pranata sosial, budaya dan masyarakat

Indonesia, karakter dan pendekatan sistem sosial budaya, karakter masyarakat,

pluralisme sebagai realitas objektif masyarakat Indonesia, faktor-faktor penentu

Sistem Sosial Budaya Indonesia.

Ditelaah pula teori-teori teori-teori sistem sosial budaya, realitas hubungan

sistem sosial budaya dengan lingkungan, pengaruh adat istiadat dan kebudayaan

terhadap struktur sosial Indonesia. Pada sisi lain, dalam kuliah Sistem sosial

Page 15: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

budaya sekaligus menyoroti keragaman (kemajemukan) suku bangsa dan agama

dalam masyarakat Indonesia.

Tentu kondisi plural tidak terlepas dari ma-salah perbedaan, pertentangan,

perselisihan dan konflik yang dihadapi bangsa Indonesia se-bagai negara

berkembang. Sistem sosial dan budaya demikian terwujud dalam struktur

masyarakat yang unik, di mana integrasi nasional justeru ditentukan oleh interaksi

dan kohesi antar kera-gaman sosial budaya.

Meskipun tak sedikit pula perkembangan pluralisme menimbulkan

masalah yang mengancam in-tegrasi nasional, namum ada strategi interaksi dan

komunikasi sosial budaya untuk memelihara, me-revitalisasi dan mengentaskan

disintegritas. Ada pula kaitan kajian sosial budaya dengan per-kembangan struktur

organisasi dan kepartaian di Indonesia, yang nampak kian menembus makna

demokratis tanpa batas.

Dalam perkembangannya seiring dengan kema-juan teknologi yang

semakin canggih, kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di per-ha-

tikan keberadaanya, bahkan belakangan ini ba-nyak sekali budaya Indonesia yang

diklaim oleh pihak lain, lantaran mereka tahu kalau pe-miliknya kurang peduli.

Padahal Indonesia ada-lah Negara yang kaya, subur dan seharusnya ju-ga

makmur, termasuk kemakmuran budaya dan etnis yang beranekaragam.

Dari sudut pandang Sistem Sosial dan Budaya di Indonesia, pada

kenyataannya dalam kurun waktu yang singkat telah banyak unsur-unsur budaya

yang terlepas dari bingkainya, terjadi pengikisan makna budaya di mana-mana

dan telah terjadi penyimpangan-penyimpangan dari kemurnian Sistem Sosial dan

Budaya Indonesia. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tek-nologi,

khususnya teknologi informasi dan ko-munikasi, ternyata telah memperlancar arus

ma-suknya budaya asing yang tak terkendali.

Dalam kondisi terbuka tanpa filter, tanpa prinsip yang kuat, rendahnya

sosialisasi, tanpa peme-liharaan nilai-nilai budaya, dan rendahnya kepe-dulian

terhadap pelestarian budaya nasional, maka budaya bangsa ini akan tergilas dan

Page 16: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

punah. Bukan bangsa lain yang harus dipersalahkan, akan tetapi bangsa sendiri

yang tidak menjaga nilai-nilai luhur kebudayaannya.

Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka bangsa Indonesia akan

kehilangan jatidirinya sebagai negara yang kaya raya akan budayanya. Oleh

karena itu, pentingnya mengikuti mata kuliah sistem sosial dan budaya Indonesia

ini agar generasi muda dapat mengenal, mengetahui dan memahami lebih dalam

tentang pentingnya melestarikan ciri khas budaya bangsa ini. Setelah mengikuti

matakuliah Sistem Sosial Bu-daya Indonesia ini, mahasiswa mampu menge-nal

dan mengidentifikasi berbagai masalah yang timbul di dalam proses pembangunan

di Indo-nesia.

Paling tidak secara umum mengeta-hui dan memahami bahwa Indonesia

mempu-nyai paling banyak ragam budaya dengan pen-duduk yang terdiri dari

berbagai suku bangsa/ etnis. Kekayaan budaya dan suku bangsa meru-pakan salah

satu kebanggaan Indonesia, oleh ka-rena itu agar tak luntur oleh infiltrasi budaya

asing, maka anak bangsa ini amat perlu me-mahaminya dengan mempelajari dan

mema-hami sistem sosial budaya Indonesia.

Gambar 2. Peta Wilayah Indonesia

Page 17: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB II

KAITAN SSBI DENGAN SOSIOLOGI & ANTROPOLOGI

2.1 PENGERTIAN SOSIOLOGI

Sosiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata socius dan logos, di mana socius

memiliki arti kawan/teman dan logos berarti kata atau berbicara. Beberapa ahli memiliki

beberapa definisi antara lain

1. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial,

termasuk perubahan-perubahan sosial.

2. Emile Durkheim

Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang

mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana

fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.

3. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik

antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala

moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik

antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu

yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.

4. J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses

kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5. Paul B. Horton

Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok

dan produk kehidupan kelompok tersebut.

Page 18: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

2.2 DEFINISI ANTROPOLOGI

Antropologi berasal dari kata Yunani, anthropos yang berarti "manusia" atau

"orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai

makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya ,

antara lain :

a) David Hunter:

Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas

tentang umat manusia.

b) Koentjaraningrat:

Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya

dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta

kebudayaan yang dihasilkan.

c) William A. Haviland:

Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun

generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk

memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

d) Antropologi adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari

tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu.

2.3 PENGERTIAN SISTEM

Sistem berasal dari bahasa Latin dan Yunani, istilah "sistem" diartikan sebagai

menggabungkan untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama. Jadi, Sistem adalah

kumpulan elemen berhubungan yang merupakan suatu kesatuan. Sistem adalah Suatu

Page 19: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-

sama untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran tertentu.

System is an organized scheme or method (Sistem adalah kumpulan skema atau

metode).

Gambar 3. Skema Sistem

2.4 PENGERTIAN SOSIAL BUDAYA

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut

culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa

diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang

diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Beberapa ahli memiliki pendapat

tentang suatu budaya, seperti :

a) Andreas Eppink:

kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan

serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi

segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat.

Page 20: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

b) Edward B. Tylor:

kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan

kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota

masyarakat.

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak

dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya

struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.

2.5 SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA

Sistem Sosial Budaya Indonesia mendeskripsikan tentang pengertian Sistem

Sosial Budaya, pengertian pranata sosial, budaya dan masyarakat Indonesia, karakter

dan pendekatan sistem sosial budaya, karakter masyarakat, pluralisme sebagai realitas

objektif masyarakat Indonesia, faktor-faktor penentu Sistem Sosial Budaya Indonesia.

Ditelaah pula teori-teori teori-teori sistem sosial budaya, realitas hubungan sistem sosial

budaya dengan lingkungan, pengaruh adat istiadat dan kebudayaan terhadap struktur

sosial Indonesia.

Pada sisi lain, dalam kuliah Sistem sosial budaya sekaligus menyoroti keragaman

(kemajemukan) suku bangsa dan agama dalam masyarakat Indonesia. Tentu kondisi

plural tidak terlepas dari masalah perbedaan, pertentangan, perselisihan dan konflik yang

dihadapi bangsa Indonesia sebagai negara berkembang. Sistem sosial dan budaya

demikian terwujud dalam struktur masyarakat yang unik, di mana integrasi nasional

justeru ditentukan oleh interaksi dan kohesi antar keragaman sosial budaya.

Meskipun tak sedikit pula perkembangan pluralisme menimbulkan masalah yang

mengancam integrasi nasional, namum ada strategi interaksi dan komunikasi sosial

budaya untuk memelihara, merevitalisasi dan mengentaskan disintegritas. Ada pula kaitan

kajian sosial budaya dengan perkembangan struktur organisasi dan kepartaian di

Indonesia, yang nampak kian menembus makna demokratis tanpa batas.

Page 21: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang semakin

canggih, kebudayaan atau budaya Indonesia semakin tidak di perhatikan keberadaanya,

bahkan belakangan ini banyak sekali budaya Indonesia yang diklaim oleh pihak lain,

lantaran mereka tahu kalau pemiliknya kurang peduli. Padahal Indonesia adalah Negara

yang kaya, subur dan seharusnya juga makmur, termasuk kemakmuran budaya dan etnis

yang beranekaragam.

Dari sudut pandang Sistem Sosial dan Budaya di Indonesia, pada kenyataannya

dalam kurun waktu yang singkat telah banyak unsur-unsur budaya yang terlepas dari

bingkainya, terjadi pengikisan makna budaya di mana-mana dan telah terjadi

penyimpangan-penyimpangan dari kemurnian Sistem Sosial dan Budaya Indonesia.

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi

informasi dan komunikasi, ternyata telah memperlancar arus masuknya budaya asing

yang tak terkendali. Dalam kondisi terbuka tanpa filter, tanpa prinsip yang kuat,

rendahnya sosialisasi, tanpa pemeliharaan nilai-nilai budaya, dan rendahnya kepedulian

terhadap pelestarian budaya nasional, maka budaya bangsa ini akan tergilas dan punah.

Bukan bangsa lain yang harus dipersalahkan, akan tetapi bangsa sendiri yang

tidak menjaga nilai-nilai luhur kebudayaannya. Jika kondisi ini dibiarkan berlanjut, maka

bangsa Indonesia akan kehilangan jatidirinya sebagai negara yang kaya raya akan

budayanya. Oleh karena itu, pentingnya mengikuti mata kuliah sistem sosial dan budaya

Indonesia ini agar generasi muda dapat mengenal, mengetahui dan memahami lebih

dalam tentang pentingnya melestarikan ciri khas budaya bangsa ini.

Dengan mempelajarinya mata kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia ini,

mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan mengidentifikasi berbagai masalah yang

timbul di dalam proses pembangunan di Indonesia. Paling tidak secara umum mengetahui

dan memahami bahwa Indonesia mempunyai paling banyak ragam budaya dengan

penduduk yang terdiri dari berbagai suku bangsa/etnis. Kekayaan budaya dan suku

bangsa merupakan salah satu kebanggaan Indonesia, oleh karena itu agar tak luntur oleh

infiltrasi budaya asing, maka anak bangsa ini amat perlu memahaminya dengan

mempelajari dan memahami sistem sosial budaya Indonesia.***

Page 22: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB III

KEDUDUKAN BUDAYA DAN SENI DI DALAM MASYARAKAT

3.1 PENGERTIAN BUDAYA DAN KEBUDAYAAN

3.1.1 Pengertian Budaya

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti

mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurutSoerjanto Poespowardojo

1993). Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah

sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial,

seni, agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu

kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem

gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar.

3.1.2 Pengertian kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits

dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam

masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah

untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu

generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut

Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma

sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain,

tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu

masyarakat.

Menurut EDWARD BURNETT TYLOR, kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

Page 23: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang

sebagai anggota masyarakat.

Menurut SELO SUMARDJAN dan SOELAIMAN SOEMARDI, kebudayaan

adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan

adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide

atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-

hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang

bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,

religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam

melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

3.2 UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN

Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau

unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

a) Melville J. Herskovits

menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:

1. Alat-alat teknologi

2. Sistem ekonomi

3. Keluarga

4. Kekuasaan politik

Page 24: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

b) Bronislaw Malinowski

mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:

1. Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota

masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

2. Organisasi ekonomi.

3. Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan

(keluarga adalah lembaga pendidikan utama).

4. Organisasi kekuatan (politik)

3.3 WUJUD KEBUDAYAAN

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan,

aktivitas, dan artefak.

1. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,

gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak

dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di

alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka

itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan

dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2. Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial

ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,

serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat

tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati

dan didokumentasikan.

3. Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal

Page 25: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga

wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud

kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai

contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas)

dan karya (artefak) manusia.

3.4 KEBUDAYAAN SEBAGAI PERADABAN

Saat ini, kebanyakan orang memahami gagasan "budaya" yang dikembangkan di

Eropa pada abad ke-18 dan awal abad ke-19. Gagasan tentang "budaya" ini merefleksikan

adanya ketidakseimbangan antara kekuatan Eropa dan kekuatan daerah-daerah yang

dijajahnya. Mereka menganggap 'kebudayaan' sebagai "peradaban" sebagai lawan kata

dari "alam". Menurut cara pikir ini, kebudayaan satu dengan kebudayaan lain dapat

diperbandingkan; salah satu kebudayaan pasti lebih tinggi dari kebudayaan lainnya.

Artefak tentang "kebudayaan tingkat tinggi" (High Culture) oleh Edgar Degas.

Pada prakteknya, kata kebudayaan merujuk pada benda-benda dan aktivitas yang

"elit" seperti misalnya memakai baju yang berkelas, fine art, atau mendengarkan musik

klasik, sementara kata berkebudayaan digunakan untuk menggambarkan orang yang

mengetahui, dan mengambil bagian, dari aktivitas-aktivitas di atas.

Sebagai contoh, jika seseorang berpendendapat bahwa musik klasik adalah musik

yang "berkelas", elit, dan bercita rasa seni, sementara musik tradisional dianggap sebagai

musik yang kampungan dan ketinggalan zaman, maka timbul anggapan bahwa ia adalah

orang yang sudah "berkebudayaan".

Orang yang menggunakan kata "kebudayaan" dengan cara ini tidak percaya ada

kebudayaan lain yang eksis; mereka percaya bahwa kebudayaan hanya ada satu dan

menjadi tolak ukur norma dan nilai di seluruh dunia. Menurut cara pandang ini, seseorang

yang memiliki kebiasaan yang berbeda dengan mereka yang "berkebudayaan" disebut

sebagai orang yang "tidak berkebudayaan"; bukan sebagai orang "dari kebudayaan yang

lain." Orang yang "tidak berkebudayaan" dikatakan lebih "alam," dan para pengamat

seringkali mempertahankan elemen dari kebudayaan tingkat tinggi (high culture) untuk

menekan pemikiran "manusia alami" (human nature).

Page 26: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Sejak abad ke-18, beberapa kritik sosial telah menerima adanya perbedaan antara

berkebudayaan dan tidak berkebudayaan, tetapi perbandingan itu -berkebudayaan dan

tidak berkebudayaan- dapat menekan interpretasi perbaikan dan interpretasi pengalaman

sebagai perkembangan yang merusak dan "tidak alami" yang mengaburkan dan

menyimpangkan sifat dasar manusia. Dalam hal ini, musik tradisional (yang diciptakan

oleh masyarakat kelas pekerja) dianggap mengekspresikan "jalan hidup yang alami"

(natural way of life), dan musik klasik sebagai suatu kemunduran dan kemerosotan.

Saat ini kebanyak ilmuwan sosial menolak untuk memperbandingkan antara

kebudayaan dengan alam dan konsep monadik yang pernah berlaku. Mereka menganggap

bahwa kebudayaan yang sebelumnya dianggap "tidak elit" dan "kebudayaan elit" adalah

sama - masing-masing masyarakat memiliki kebudayaan yang tidak dapat

diperbandingkan. Pengamat sosial membedakan beberapa kebudayaan sebagai kultur

populer (popular culture) atau pop kultur, yang berarti barang atau aktivitas yang

diproduksi dan dikonsumsi oleh banyak orang.

3.5 SISTEM KEBUDAYAAN

Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem,

pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana

merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi

sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya.

Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah

dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung

yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan

yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola

tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan.

Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil

karya putera Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan

bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa mengidentifikasikan diri dan

merasa bangga dengan karyanya.Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk

karena ia bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan

sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu memberikan jawaban

Page 27: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

terhadap masing-masing tantangan yang member bentuk kesenian, yang merupakan

bagian dari kebudayaan.

Apa-apa saja yang menggambarkan kebudayaan, misalnya ciri khas :

a. Rumah adat

Daerah yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh cirri khas

rumah adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera

dan rumah adat Hooi berbentuk panggung.

b. Alat musik

Di setiap daerah pun berbeda dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat

dari perbedaan jenis bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah

dikenal di berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat

musik seperti Grantang, Tifa dan Sampe.

c. Seni Tari,

Seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak dari Jawa Barat.

Gambar 4. Tari Pendet, berasal dari Bali

d. Kriya ragam hias

Dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam dari daerah

tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.

Page 28: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

e. Properti Kesenian.

Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik, seni tari,

seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam kesenian yang

kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan teater yang

menggunakan media wayang, sedangkan topeng adalah bentuk seni pertunjukan

tari yang menggunakan topeng untuk pendukung.

f. Pakaian Daerah.

Setiap propinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda antara

satu daerah dengan daerah lainnya.

g. Benda Seni.

Karya seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan

kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat dari perak

yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu karya seni bangsa

yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni dapat menjadi sumber mata

pencaharian dan objek wisata.

Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-

ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai

pelindung untuk menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog Ponorogo

mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara kerajaan Bantarangin

(Ponorogo) yang akan melamar putrid Kediri dapat diartikan Ponorogo menjadi

pahlawan dari serangan ancaman musuh, selain hal-hal tersebut, adat istiadat,

agama, mata pencaharian, system kekerabatan dan system kemasyarakatan,

makanan khas, juga merupakan bagian dari kebudayaan.

h. Adat Istiadat.

Setiap suku mempunyai adata istiadat masing-masing seperti suku Toraja

memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara pemakaman yang biasa

disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat istiadat Ngaben. Ngaben adalah

upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang beragama Hindu,

dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini.

Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik di

daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku

Page 29: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

atau panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum

wanita Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun

telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun

telinga semakin cantik, dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat***

Page 30: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB IV

KOMPONEN KEBUDAYAAN YANG HIDUP

DALAM MASYARAKAT INDONESIA

4.1 Dua Komponen Kebudayaan

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu

tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud

kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya

(artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua

komponen utama: (Honingmann—Koentjaraningrat 2003:74)

1. Kebudayaan Material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata,

konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan

dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya.

Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang,

stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

2. Kebudayaan Nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari

generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian

tradisional. Komponen-komponen atau unsur-unsur utama dari kebudayaan antara lain:

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi). Teknologi merupakan salah satu

komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi,

memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam

cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara mengekspresikan rasa

keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.

Page 31: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup

dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga

sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu:

1. Alat-alat produktif

2. Senjata

3. Wadah

4. Alat-alat menyalakan api

5. Makanan

6. Pakaian

7. Tempat berlindung dan perumahan

8. Alat-alat transportasi

Perhatian para ilmuwan pada sistem mata pencaharian ini terfokus pada masalah-

masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya:

1. Berburu dan meramu

2. Beternak

3. Bercocok tanam di ladang

4.Menangkap ikan (Sistem kekerabatan dan organisasi social)

4.2 Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial.

Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat

Page 32: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan.

Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki

hubungan darah atau hubungan perkawinan.

Anggota kekerabatan terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik,

paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada

beberapa macam kelompok kekerabatan dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar.

Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti,

keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.

Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh

masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang

berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial

untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

4.3 Bahasa dan Sistem Kepercayaan

4.3.1 Bahasa

Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk

saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan

(bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan

bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat

istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya

dengan segala bentuk masyarakat.

Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan

fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi,

berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan

fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan

sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk

mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

Page 33: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4.3.2 Sistem Kepercayaan

Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam

menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan,

muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga

mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu,

baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari

religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.

Agama dan sistem kepercayaan lainnya seringkali terintegrasi dengan

kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasar dari bahasa Latin religare,

yang berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam

sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan

Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut:

... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul

bersama untuk beribadah, dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal

yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan

kebahagiaan sejati.

Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama

Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan

dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi. Agama juga

mempengaruhi kesenian.

4.3.3 Agama Samawi

Tiga agama besar, Yahudi, Kristen dan Islam, sering dikelompokkan sebagai

agama Samawi atau agama Abrahamik. Ketiga agama tersebut memiliki sejumlah tradisi

yang sama namun juga perbedaan-perbedaan yang mendasar dalam inti ajarannya.

Ketiganya telah memberikan pengaruh yang besar dalam kebudayaan manusia di

berbagai belahan dunia.

Page 34: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

a) Yahudi adalah salah satu agama, yang jika tidak disebut sebagai yang pertama,

adalah agama monotheistik dan salah satu agama tertua yang masih ada sampai

sekarang. Terdapat nilai-nilai dan sejarah umat Yahudi yang juga direferensikan

dalam agama Abrahamik lainnya, seperti Kristen dan Islam. Saat ini umat Yahudi

berjumlah lebih dari 13 juta jiwa.

b) Kristen (Protestan dan Katolik) adalah agama yang banyak mengubah wajah

kebudayaan Eropa dalam 1.700 tahun terakhir. Pemikiran para filsuf modern pun

banyak terpengaruh oleh para filsuf Kristen semacam St. Thomas Aquinas dan

Erasmus. Saat ini diperkirakan terdapat antara 1,5 s.d. 2,1 milyar pemeluk agama

Kristen di seluruh dunia.

c) Islam memiliki nilai-nilai dan norma agama yang banyak mempengaruhi

kebudayaan Timur Tengah dan Afrika Utara, dan sebagian wilayah Asia

Tenggara. Saat ini terdapat lebih dari 1,5 milyar pemeluk agama Islam di dunia.

(Agama dan filosofi dari Timur)

4.3.4 Agni, dewa api agama Hindu

Agama dan filosofi seringkali saling terkait satu sama lain pada kebudayaan Asia.

Agama dan filosofi di Asia kebanyakan berasal dari India dan China, dan menyebar di

sepanjang benua Asia melalui difusi kebudayaan dan migrasi. Hinduisme adalah sumber

dari Buddhisme, cabang Mahāyāna yang menyebar di sepanjang utara dan timur India

sampai Tibet, China, Mongolia, Jepang, Korea dan China selatan sampai Vietnam.

Theravāda Buddhisme menyebar di sekitar Asia Tenggara, termasuk Sri Lanka, bagian

barat laut China, Kamboja, Laos, Myanmar, dan Thailand.

4.3.5 Agama Tradisional

Agama tradisional, atau terkadang disebut sebagai "agama nenek moyang",

dianut oleh sebagian suku pedalaman di Asia, Afrika, dan Amerika. Pengaruh mereka

cukup besar; mungkin bisa dianggap telah menyerap kedalam kebudayaan atau bahkan

menjadi agama negara, seperti misalnya agama Shinto. Seperti kebanyakan agama

lainnya, agama tradisional menjawab kebutuhan rohani manusia akan ketentraman hati di

Page 35: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

saat bermasalah, tertimpa musibah dan menyediakan ritual yang ditujukan untuk

kebahagiaan manusia itu sendiri.

4.4 Proses Sosial dan Agen Sosialisasi

4.4.1 Proses Sosial

Lawang, Robert M.Z. (1985--Proses sosialisasi adalah proses mempelajari

norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang diperlukan untuk memungkinkan

partisipasi yang efektif dalam kehidupan sosial. Dengan kata lain, Proses sosialisasi

adalah suatu tahapan tahapan dalam pembentukan sikap atau perilaku seorang anak

sesuai dengan perilaku atau norma norma dalam kelompok atau keluarga.

Proses Sosialisasi Dibagi Menjadi Dua Macam

1. Proses Sosialisasi Primer

Proses sosialisasi yang terjadi di lingkungan keluarga. Dalam proses ini

diharapkan banyak ditanamkan perilaku positif pada anak anak agar mereka

tumbuh dengan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan harapan masyarakat

2. Proses Sosialisi Sekunder

Proses sosialisasi yang terjadi di luar lingkungan keluarga dan dapat

berlangsung selama hidup seseorang.

4.4.2 Agen Sosialisasi

Dalam proses sosialisasi, terdapat pihak-pihak yang berfungsi sebagai pelaksana

proses sosialisasi atau yang serimg disebut sebagai agen sosialisasi. Ada 4 agen

sosialisasi sebagaimana yang disebutkan Fuller dan Jacobs yaitu:

1. Keluarga

Sejak seorang anak lahir, keluarga merupakan lingkungan pertama seorang

anak memulai proses sosialisasinya, yakni berinteraksi dengan ayah, ibu, dan

Page 36: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

saudara kandungnya (keluarga inti) maupun dengan kakek, nenek , sepupu

paman, bibi, dan lainnya (keluarga luas). Peranan yang paling penting di

dalam proses sosialisasi adalah orang tua. Karena melalui orang tua, untuk

pertama kalinya seorang anak diberi pendidikan tentang dasar-dasar

bersosialisasi. Peranan keluarga juga sangat penting karena mendidik seorang

anak menjadi individu yang siap bersosialisasi di luar keluarga.

2. Teman Bermain

Seiring dengan bertambahnya usia, lingkungan berinteraksi seorang anakpun

semakin luas. Tidak hanya di lingkungan keluarga, teman bermain juga

merupakan media sosialisasi di luar lingkungan keluarga. Pada agen

sosialisasi ini, seorang anak dapat berinteraksi dengan lingkungan sebayanya,

yang cenderung memiliki kesamaan minat atau kepentingan, sehinga

kemudian teman bermain dapat berkembang menjadi suatu hubungan yang

bersahabat

3. Sekolah

Agen sosialisasi yang dikenal seorang anak selain keluarga dan teman sebaya

adalah sekolah. Sekolah bisa juga dikatakan sebagai rumah kedua bagi

seorang anak, yang mempunyai peranan penting sebagai sarana belajar untuk

seorang anak. Guru merupakan agen sosialisasi di sekolah yang berperan

penting terhadap pembentukan kepribadian seorang anak.

4. Media Massa

Agen sosialisasi media massa dapat berupa media cetak yaitu (koran,

majalah, brosur, dan sebagainya) . Selain media cetak, juga terdapat media

elektronik seperti: Radio, film, internet, televisi, dan sejenisnya.

4.4.3 Pola Sosialisasi

Menurut para ahli sosiologi, terdapat dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi

yang bersifat represif dan partisipartoris.

a) Pola sosialisasi yang bersifat (represif socialization)

1. Pemberian sanksi atau hukuman terhadap kesalahan.

Page 37: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

2. Pemberian materi sebagai hukuman atau imbalan

3. Penekanan pada kepatuhan seorang anak terhadap orang tua

4. Komunikasi yang berjalan satu arah, fisik, dan berisi perintah

5. Pusat atau fokus terletak pada orang tua dan keinginan orang tua

b) Pola sosialisasi yang bersifat partisipatoris (participatory socialization)

1. Hukuman dan imbalan yang bersifat simbolis

2. Pemberian imbalan ketika anak berperilaku baik

3. Kebebasan yang di berikan anak

4. Komunikasi berjalan dua arah

5. Pusat atau fokus terletrak pada anak dan keperluan anak. ****

Page 38: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB V

NORMA-NORMA DALAM MASYARAKAT

5.1 Elemen-elemen Masyarakat

Istilah masyarakat yang paling mendasar untuk sosiologi. Hal ini berasal dari kata

Latin socius yang berarti teman atau persahabatan. Persahabatan berarti keramahan.

Menurut George Simmel adalah unsur keramahan yang mendefinisikan esensi sejati dari

masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia selalu hidup di perusahaan orang

lain.

Manusia adalah hewan sosial kata Aristoteles berabad-abad yang lalu. Kita bisa

mendefinisikan masyarakat sebagai sekelompok orang yang memiliki kebudayaan umum,

menempati wilayah teritorial tertentu dan merasa diri merupakan entitas yang bersatu dan

berbeda. Ini adalah interaksi bersama dan interrelations individu dan kelompok.

Minimum mengacu pada koleksi orang di wilayah geografis. Tiga elemen

pengertian masyarakat:

1. Masyarakat dapat dianggap sebagai kumpulan orang dengan struktur sosial

tertentu, ada, oleh karena itu, koleksi yang tidak masyarakat. Gagasan

tersebut sering menyamakan masyarakat dengan masyarakat pedesaan atau

pra-industri dan mungkin, di samping itu, memperlakukan masyarakat

perkotaan atau industri sebagai positif destruktif.

2. Rasa memiliki atau semangat masyarakat.

3. Semua kegiatan sehari-hari masyarakat, bekerja dan bekerja non, berlangsung

dalam wilayah geografis yang mandiri.Rekening yang berbeda-beda

masyarakat akan berisi salah satu atau semua unsur-unsur tambahan.

Karakteristik masyarakat sebagai berikut:

1. Wilayah 5. Tutup dan hubungan

informal

Page 39: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

2. Mutuality Pemberian pertolongan 6. Nilai-nilai dan keyakinan

3. Organized interaksi 7. Feeling Kelompok kuat perasaan

4. Budaya kesamaan

Talcott Parsons mendefinisikan masyarakat sebagai kolektivitas anggota yang

berbagi wilayah teritorial umum sebagai dasar operasi mereka untuk kegiatan sehari-hari.

Menurut masyarakat Tonnies didefinisikan sebagai jenis alami organik dari kelompok

sosial yang anggotanya terikat oleh rasa memiliki, diciptakan dari kontak sehari-hari yang

mencakup seluruh jajaran aktivitas manusia.

Dia telah disajikan gambar yang ideal-khas bentuk asosiasi sosial yang kontras

sifat solidaritas dari hubungan sosial di masyarakat dengan skala besar dan hubungan

pribadi berpikir menjadi ciri masyarakat industrialisasi. Kingsley Davis mendefinisikan

sebagai kelompok teritorial terkecil yang dapat merangkul semua aspek kehidupan sosial.

Untuk komunitas Karl Mannheim adalah setiap lingkaran orang-orang yang hidup

bersama dan milik bersama dalam sedemikian rupa sehingga mereka tidak berbagi ini

atau itu saja tetapi seluruh set kepentingan.

5.2 Norma-Norma dalam Masyarakat

Norma yang ditetapkan, baik tersirat maupun tersurat, dan berlaku di dalam

masyarakat adalah berupa tata aturan atau peraturan yang mengikat kelompok individu

dalam suatu daerah atau wilayah dan berlangsung dalam kurun waktu tertentu untuk

mengendalikan (controlling) tingkah laku yang dianggap baik. Dalam definisi lain

disebutkan bahwa norma-norma merupakan aturan atau rambu-rambu yang membatasi

kelompok masyarakat dalam bertingkah laku, agar tidak menyimpang dari kebenaran,

batas kepatutan atau etika pergaulan, dan aturan yang telah ditetapkan dalam peraturan

atau hukum negara. Norma juga bisa berisikan tentang aturan atau kaidah yang dipakai

sebagai tolok ukur untuk menilai sesuatu, atau ukuran yang dapat dipakai untuk

memperbandingkan sesuatu.

Page 40: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat, khususnya di Indonesia, di

antaranya adalah:

1. Norma agama, adalah aturan atau tatanan tindakan manusia dalam pergaulan

dengan sesamanya, agar tidak menyimpang dari kebenaran,

2. Norma sosial, adalah konsep yang mengatur dan mengikat manusia agar

bertindak baik dalam pergaulan dengan sesamanya,

3. Norma susila, adalah konsep yang mengatur tindakan manusia dalam

pergaulan sehari-hari, dan

4. Norma adat atau etika pergaulan yang berlaku setempat maupun internasional,

serta norma-norma yang tidak tertulis lainnya, namun berlaku umum

(culture).

Begitu pula dengan norma atau hukum yang diterapkan oleh masyarakat, meliputi

hukum agama (syariat agama), hukum negara dengan segala bentuk produk hukum

lainnya, dan hukum alam atau hukum rimba. Namun, perlu diingat, menurut Hery

Santoso seorang peneliti dan psikoterapis,3) sekaligus penulis dengan nama pena HS

Harding, disebutkan bahwa perilaku menyimpang yang "keluar" dari norma-norma

kepatutan itu tidak berlaku hanya dibebankan kepada individu saja, melainkan bisa saja

terjadi pada kelompok masyarakat itu sendiri. Misal sesuatu yang telah terlanjur "salah

kaprah". Sedangkan orang-orang yang tetap berpegang teguh pada norma disebut

tindakan yang bersifat normatif.

5.2.1 Norma Tidak Tertulis

Norma tidak tertulis adalah aturan main yang tidak tampak jelas produk

hukumnya dan siapa yang membuatnya, namun berlaku dalam pergaulan antar individu di

tengah pergaulan masyarakat baik di perkotaan (kota besar) maupun di daerah pelosok

pedesaan, seperti hukum adat yang humanis dan lugu, polos, atau begitu sederhana,

namun mengikat yang tiada pandang bulu siapa pelakunya.

Contoh kasus: Pada kelompok masyarakat tertentu tidak akan dengan mudahnya

dapat menerima atau menghilangkan ingatan dari dalam diri mereka tentang masa lalu

Page 41: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

seseorang yang dianggap tidak sesuai dengan norma-norma, agama, negara dan hukum

yang berlaku. Di mana, mereka seolah-olah tidak dapat melegitimasi perubahan sikap dan

sifat seseorang yang bisa berubah secara spontan.

Misalnya, mantan seorang napi yang secara tiba-tiba dan dalam waktu sekejab

berubah menjadi seorang Mubaligh atau ahli Zikir. Sebaliknya masyarakat umum telah

terlanjur melegitimasi suatu kebenaran yang salah kaprah. Di mana mereka tidak dapat

dengan mudah menerima atau percaya begitu saja kalau seseorang pada hari sebelumnya

adalah pemain judi, tetapi saat keesokan malamnya menjadi seorang Imam dalam suatu

Majelis Zikir di Masjid maupun Musholla.

5.2.3 Norma Tertulis

Norma tertulis adalah peraturan atau aturan main yang tampak jelas bentuk

produk hukum (legalistas)-nya dan siapa pembuatnya, di antaranya yaitu;

1. Negara berupa norma, aturan protokoler, undang-undang, dan peraturan

perundang-undangan lainnya sebagai produk hukum negara, dan

2. Agama atau syariat Agama, adalah berupa kaidah-kaidah yang diturunkan

langsung oleh Allah Tuhan Yang Esa melalui para Nabi dan Rasul-Nya.

5.2.4 4 Macam Norma Dalam Masyarakat

1. Cara (usage)-- Cara adalah suatu bentuk perbuatan tertentu yang dilakukan

individu dalam suatu masyarakat tetapi tidak secara terus-menerus. Contoh:

cara makan yang wajar dan baik apabila tidak mengeluarkan suara seperti

hewan.

2. Kebiasaan (Folkways)--Kebiasaan merupakan suatu bentuk perbuatan

berulang-ulang dengan bentuk yang sama yang dilakukan secara sadar dan

mempunyai tujuan-tujuan jelas, dianggap baik dan benar. Contoh: Memberi

hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau

kedudukan, memakai baju yang bagus pada waktu pesta.

Page 42: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

3. Tata kelakuan (Mores)-- Tata kelakuan adalah sekumpulan perbuatan yang

mencerminkan sifat-sifat hidup dari sekelompok manusia yang dilakukan

secara sadar guna melaksanakan pengawasan oleh sekelompok masyarakat

terhadap anggota-anggotanya. Dalam tata kelakuan terdapat unsur

memaksa atau melarang suatu perbuatan. Contoh: Melarang pembunuhan,

pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung.

4. Adat istiadat (Custom)--Adat istiadat adalah kumpulan tata kelakuan yang

paling tinggi kedudukannya karena bersifat kekal dan terintegrasi sangat

kuat terhadap masyarakat yang memilikinya.

5.2.5 Kode Etik

Kode etik adalah tatanan etika yang disepakati oleh suatu kelompok masyarakat

tertentu. Contoh: kode etik jurnalistik, kode etik perwira, kode etik kedokteran. Kode etik

umumnya termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik yang memiliki sangsi

yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma hukum.

5.2.6 Norma Sosial

Norma-norma sosial tumbuh dari nilai sosial dan keduanya berfungsi untuk

membedakan perilaku sosial manusia dari spesies lainnya. Pentingnya belajar dalam

perilaku bervariasi dari spesies ke spesies dan berhubungan erat dengan proses

komunikasi. Hanya manusia mampu komunikasi simbolis yang rumit dan penataan

perilaku mereka dalam hal preferensi abstrak yang kita sebut nilai-nilai. Norma adalah

alat melalui mana nilai-nilai yang disajikan dalam perilaku.

Norma umum merupakan aturan-aturan dan peraturan yang hidup dalam

kelompok. Atau mungkin karena kata-kata, aturan dan peraturan, panggilan ke pikiran

semacam daftar formal, kita bisa lihat norma sebagai standar perilaku kelompok. Untuk

sementara beberapa yang sesuai standar perilaku di masyarakat kebanyakan ditulis,

banyak dari mereka yang tidak formal. Banyak belajar, informal, dalam interaksi dengan

orang lain dan diwariskan "demikian dari generasi ke generasi.

Page 43: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Istilah "norma" mencakup rentang yang sangat luas, sehingga seluruh jajaran

perilaku mungkin termasuk didalamnya. Sosiolog telah menawarkan definisi sebagai

berikut. Norma-norma sosial adalah aturan yang dikembangkan oleh sekelompok orang

yang menentukan bagaimana orang harus, mungkin, tidak boleh, dan tidak harus bersikap

dalam berbagai situasi.

"Mei" dalam definisi norma menunjukkan bahwa, di kebanyakan kelompok, ada

berbagai perilaku di mana individu diberikan pilihan yang cukup. Anak perempuan

negara-negara Barat dapat memilih untuk mengenakan gaun atau halters dan celana jins.

Pemakaman dapat diadakan dengan atau tanpa bunga, dengan peti mati terbuka atau

tertutup, dengan atau tanpa partisipasi agama, dan sebagainya.

Sisa dari definisi, termasuk 'perilaku harus-bukan' dan 'harus-tidak', mungkin

tidak memerlukan ilustrasi panjang karena contoh tersebut tersirat dalam apa yang telah

dikatakan. Kita tidak harus bersendawa di depan umum, membuang sampah di jalan,

jalankan tanda-tanda berhenti, atau berbohong. Kita tidak harus membunuh orang lain

atau melakukan hubungan seksual dengan adik seseorang atau saudara.

5.3 Lembaga Sosial

Sebuah lembaga sosial kompleks, terintegrasi seperangkat norma-norma sosial

yang diselenggarakan di sekitar pelestarian nilai sosial dasar. Sosiolog tidak

mendefinisikan lembaga dengan cara yang sama seperti halnya orang di jalan. Orang

cenderung menggunakan istilah "lembaga" sangat longgar, untuk gereja-gereja, rumah

sakit, penjara, dan banyak hal lainnya sebagai lembaga.

Sosiolog sering berpandangan bahwa lembaga "istilah" untuk menggambarkan

sistem normatif yang beroperasi di lima bidang dasar kehidupan, yang dapat ditunjuk

sebagai lembaga utama. (1) Dalam menentukan kekerabatan; (2) dalam penyediaan untuk

penggunaan kekuatan yang sah, (3) dalam mengatur distribusi barang dan jasa; (4) dalam

transmisi pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya, dan (5) dalam mengatur

kami sehubungan dengan supranatural. Dalam bentuk singkat, atau sebagai konsep,

kelima institusi dasar yang disebut keluarga, pemerintah, ekonomi, pendidikan dan

agama.

Page 44: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Lima lembaga utama yang ditemukan di antara semua kelompok manusia.

Mereka tidak selalu seperti yang diuraikan atau yang berbeda dari satu sama lain, namun

dalam bentuk dasar akhirnya, mereka ada di mana-mana. Universalitas menunjukkan

bahwa mereka berakar di alam manusia dan bahwa mereka sangat penting dalam

pengembangan dan pemeliharaan perintah. Sosiolog operasi dalam hal model

fungsionalis masyarakat telah memberikan penjelasan yang paling jelas dari fungsi yang

dilayani oleh lembaga-lembaga sosial.

5.4 Grup Sosial

Sebuah kelompok sosial terdiri dari dua atau lebih orang-orang yang berinteraksi

satu sama lain dan yang mengenali diri mereka sebagai sebuah unit sosial yang berbeda.

Definisi ini cukup sederhana, tetapi memiliki implikasi yang signifikan. Sering

menyebabkan interaksi orang untuk berbagi nilai-nilai dan keyakinan. Kesamaan dan

interaksi yang menyebabkan mereka untuk mengidentifikasi satu sama lain. Identifikasi

dan lampiran, pada gilirannya, merangsang lebih sering dan intens interaksi. Setiap

kelompok memelihara solidaritas dengan semua kelompok lainnya dan jenis lain dari

sistem sosial.

Kelompok yang paling stabil dan bertahan lama adalah unit sosial. Mereka yang

penting baik kepada anggota mereka dan masyarakat luas. Melalui perilaku yang teratur

dan dapat diprediksi mendorong, kelompok membentuk fondasi yang terletak di

masyarakat. Dengan demikian, keluarga, desa, partai politik dengan serikat buruh adalah

semua kelompok sosial. Ini, perlu dicatat adalah berbeda dari kelas-kelas sosial,

kelompok status atau orang banyak, yang tidak hanya struktur kurangnya tetapi yang

anggotanya kurang menyadari atau bahkan tidak menyadari keberadaan kelompok. Ini

telah disebut kuasi-kelompok atau pengelompokan. Namun demikian, perbedaan antara

kelompok-kelompok sosial dan kuasi-kelompok ini adalah cairan dan variabel sejak

kuasi-kelompok yang sangat sering menimbulkan kelompok-kelompok sosial, seperti

misalnya, kelas sosial menimbulkan partai politik.****

Page 45: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB VI

RELATIVESME BUDAYA DAN PERUBAHAN SOSIAL

6.1 Relativisme Budaya

Ini adalah metode dimana masyarakat yang berbeda atau budaya dianalisis secara

objektif tanpa menggunakan nilai-nilai budaya satu untuk menilai nilai lain. Kita tidak

mungkin memahami tindakan kelompok lain jika kita menganalisis mereka dalam hal

motif dan nilai-nilai. Kita harus menafsirkan perilaku mereka dalam terang motif mereka,

kebiasaan dan nilai-nilai jika kita ingin memahami mereka.

Relativisme budaya berarti bahwa fungsi dan makna dari suatu sifat yang relatif

terhadap setting budayanya. Sifat A adalah baik ataupun buruk pada dirinya sendiri. Itu

baik atau buruk hanya dengan mengacu pada budaya di mana ia berfungsi. Pakaian yang

baik di Kutub Utara tetapi tidak di daerah tropis. Di beberapa masyarakat yang sering

berburu wajah lama kelaparan menjadi lemak yang baik, melainkan memiliki nilai hidup

yang nyata dan orang gemuk yang dikagumi. Dalam masyarakat kita menjadi lemak tidak

hanya tidak perlu tapi dikenal tidak sehat dan lemak orang tidak dikagumi.

Konsep relativisme budaya tidak berarti bahwa semua kebiasaan yang sama-sama

berharga, juga tidak berarti bahwa tidak ada kebiasaan yang berbahaya. Beberapa pola

perilaku dapat merugikan di mana-mana, tapi bahkan pola seperti melayani beberapa

tujuan dalam budaya dan masyarakat akan menderita kecuali pengganti disediakan. Titik

sentral dalam relativisme budaya adalah bahwa dalam suatu ciri khusus tertentu

pengaturan budaya benar karena mereka bekerja dengan baik dalam menetapkan bahwa

meskipun sifat-sifat lainnya yang salah karena mereka akan berbenturan dengan bagian-

bagian menyakitkan budaya itu.

6.2 Perubahan Sosial Budaya

Perubahan sosial budaya dapat terjadi bila sebuah kebudayaan melakukan kontak

dengan kebudayaan asing. Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya

struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya

Page 46: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat.

Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin

mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya

merupakan penyebab dari perubahan.

Ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi perubahan sosial:

1. Tekanan kerja dalam masyarakat

2. Keefektifan komunikasi

3. Perubahan lingkungan alam.

Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya perubahan lingkungan

masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan lain. Sebagai contoh,

berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem pertanian, dan kemudian

memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam kebudayaan.

6.3 Penetrasi Kebudayaan

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu

kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

1. Penetrasi Damai (Penetration Pasifique)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya

pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam

kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya

masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan

hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.

Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi,

atau Sintesis.

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan

baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk bangunan Candi

Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan

India.

Page 47: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk

kebudayaan baru.

Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya

sebuah kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.

2. Penetrasi Kekerasan (Penetration Violante)

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,

masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan

kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan

dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah budaya dari Belanda

yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan Belanda masih melekat di

Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan Indonesia.

6.4 Kebudayaan Sebagai Mekanisme Stabilisasi

Teori-teori yang ada saat ini menganggap bahwa (suatu) kebudayaan adalah

sebuah produk dari stabilisasi yang melekat dalam tekanan evolusi menuju kebersamaan

dan kesadaran bersama dalam suatu masyarakat, atau biasa disebut dengan tribalisme.

(Kebudayaan di antara masyarakat).

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut

sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku

dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, aesthetik, agama,

pekerjaan, pandangan politik dan gender.

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran

dan kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat

tergantung pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan

minoritas, seberapa banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan

dan keintensifan komunikasi antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa:

Page 48: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

1. Monokulturalisme

Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan sehingga

masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja

sama.

2. Leitkultur (kebudayaan inti)

Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di Jerman. Dalam

Leitkultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan

kebudayaannya sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang

ada dalam masyarakat asli.

3. Melting Pot

Kebudayaan imigran/asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan asli

tanpa campur tangan pemerintah.

4. Multikulturalisme

Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok minoritas

untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara

damai dengan kebudayaan induk.

6.5 Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang secara sosiologis dan generallly dapat diartikan sebagai

setiap perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam

sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai

bagian daripada makhluk sosial.

Menurut arti bahasa yang termuat dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

(KLBI)1), perilaku menyimpang diterjemahkan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau

tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang mengacu pada norma-norma dan hukum

yang ada di dalam masyarakat. Perilaku seperti itu__penyimpangan perilaku atau perilaku

menyimpang__terjadi karena seseorang mengabaikan norma, aturan, atau tidak mematuhi

patokan baku, berupa produk hukum baik yang tersirat maupun tersurat dan berlaku di

tengah masyarakat. Sehingga perilaku (pelaku)nya sering disematkan dengan istilah-

Page 49: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

istilah negatif, yang notabene dianggap kontraproduktif dengan aturan yang sudah

ditetapkan atau terdapat di dalam norma-norma maupun hukum Agama dan negara.

Beberapa defenisi perilaku menyimpang, yang diajukan oleh beberapa Sosiolog,

antara lain :

1. J James Vander Zanden, Perilaku meyimpang

Perilaku yang dianggap sebagai hal tercela dan di luar batas-batas toleransi oleh

sejumlah besar orang.

2. J Robert M. Z. Lawang, Perilaku menyimpang

Semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu

sistem sosial (masyarakat) dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang

untuk memperbaiki hal tersebut.

3. J Bruce J. Cohen, Perilaku menyimmpang

Setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri (tidak bisa

bersosialisasi/beradaptasi) dengan kehendak-kehendak masyarakat.

4. J Paul B. Horton, Perilaku menyimpang

Setiap perilaku yang dinyatakan sebagai pelanggaran terhadap norma-norma

kelompok atau masyarakat

Perilaku menyimpang atau penyimpangan perilaku itu sendiri dapat dipetakan

dalam tinjauan beberapa aspek dan sudut pandang, di antaranya:

1. Seks, atau berkenaan dengan kebutuhan biologis individu maupun kelompok,

perilakunya disebut sebagai penyimpangan seks atau seks menyimpang.

2. Hukum Negara dan Agama, atau hak hidup individu, atau berkenaan dengan

motif seseorang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya yang esensial,

perilakunya disebut dengan penyimpangan atau pelanggaran hukum dan/atau

norma agama.

3. Perilaku, berkenaan dengan cara berfikir atau pandangan dan perbuatan atau

tingkah laku individu yang tidak sesuai dengan etika pergaulan yang berlaku

di dalam masyarakat, perilakunya disebut dengan perilaku menyimpang.

Page 50: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4. Keilmuan, berkenaan dengan cara berfikir (kognitif), konsep, pandangan,

gagasan, dogma, teori yang diajukan ke tengah masyarakat berpengetahuan

(knowledge society) dan tidak sejalan dengan hukum, ketetapan, postulat

yang telah berlaku (mapan) sebelumnya, disebut dengan penyimpangan

konsep atau teori.

6.5.1 Bias Perilaku

Perilaku menyimpang dalam konteks agama, secara ekstrem perilakunya

diberikan stempel sebagai pendosa atau orang sesat, termasuk ajaran dan faham yang

disiarkannya kepada masyarakat dianggap bertentangan dengan syariat maupun akidah

agama disebut sebagai ajaran sesat.

Dalam beberapa bukunya, seperti yang tercamtum di bawah, Hery Santoso (HS

Harding) banyak mengungkapkan contoh-contoh kasus yang telah lama berkembang dan

tersembunyi di dalam kehidupan seharihari, terutama tentang perilakuperilaku yang

menyimpang di luar dari batas kelaziman dan norma-norma yang berlaku di dalam

masyarakat.

6.5.2 Penyimpangan Individualistik

Penyimpangan perilaku yang bersifat individual atau personal (pribadi) dan tidak

menggeret pada seseorang, orang kedua, atau pihak lain di luar dirinya, dapat terjadi

dikarenakan adanya pengaruh dari pengalaman di masa lalunya yang kebanyakan "kurang

menyenangkan", hingga menumbuhkan rasa (sense) semacam "virus" yang keliru di

dalam pandangan (persepsi dan interpretasi)nya.

Misalnya, perlakuan kasar yang kerap diterimanya di masa kecil (lampau) akan

membentuk karakter yang tertanam kuat dalam ingatan hingga terbawa pada saat ia telah

menginjak usia dewasa. Di mana orang itu akan berlaku "kasar" dalam urusan seks saat ia

telah memasuki kehidupan berumah tangga. Tidak hanya sampai di situ saja, keadaan

yang terbentuk pada dirinya akan terbawa pula dalam sifat menurun, bawaan, gnosis,

kromosom dalam turunannya. Sehingga ada kemungkinan dapat timbul konflik dalam

Page 51: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

kehidupan domestik berumah tangganya, atau dikenal dengan konflik rumah tangga yang

salah satunya terpicu oleh faktor perilaku menyimpang dalam seks pribadi orang tersebut.

6.6 Asimilasi

Asimilasi Istilah '' lagi adalah dalam penggunaan umum, yang paling sering

diterapkan pada proses dimana sejumlah besar migran dari Eropa terserap ke dalam

populasi Amerika selama 19 dan bagian awal abad ke-20. Asimilasi imigran adalah satu

set dramatis dan sangat terlihat dari peristiwa dan menggambarkan proses dengan baik.

Ada jenis lain dari asimilasi tetapi, dan ada aspek asimilasi migran Eropa yang dapat

dimasukkan dalam bentuk proposisional. Pertama, asimilasi adalah proses dua arah.

Kedua, asimilasi kelompok maupun individu terjadi. Ketiga beberapa asimilasi mungkin

terjadi di semua situasi interpersonal abadi. Keempat, asimilasi sering tidak lengkap dan

menciptakan masalah penyesuaian bagi individu. Dan, kelima, asimilasi tidak berjalan

sama cepat dan sama efektif dalam semua situasi antar-kelompok.

Menurut Young dan Mack, Asimilasi adalah fusi atau campuran dari dua

kelompok sebelumnya yang berbeda menjadi satu. Untuk Bogardus Asimilasi adalah

proses sosial dimana sikap banyak orang bersatu dan dengan demikian berkembang

menjadi kelompok bersatu. Biesanz menjelaskan Asimilasi adalah proses sosial dimana

individu atau kelompok datang untuk berbagi sentimen yang sama dan tujuan. Untuk

Ogburh dan Nimkoff; Asimilasi adalah proses dimana individu atau kelompok yang sama

sekali berbeda dan diidentifikasi menjadi kepentingan mereka dan pandangan.

Asimilasi adalah proses lambat dan bertahap. Butuh waktu. Misalnya, imigran

meluangkan waktu untuk mendapatkan berasimilasi dengan kelompok mayoritas.

Asimilasi berkaitan dengan penyerapan dan penggabungan budaya dengan yang lain.

6.7 Akulturasi

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan baik proses kontak antara budaya

yang berbeda dan juga kebiasaan kontak tersebut. Sebagai proses kontak antara budaya,

akulturasi mungkin melibatkan interaksi sosial baik langsung atau hubungan ke budaya

lain melalui media komunikasi massa. Sebagai hasil dari kontak tersebut, mengacu pada

Page 52: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

asimilasi akulturasi dengan satu kelompok budaya lain yang memodifikasi budaya yang

ada dan jadi identitas perubahan grup. Mungkin ada ketegangan antara lama dan budaya

baru yang mengarah pada mengadaptasi dari baru serta lama.

6.8 Nilai

Nilai Istilah '' memiliki makna dalam sosiologi yang baik mirip dengan namun

berbeda dari makna yang ditugaskan dalam percakapan sehari-hari. Dalam penggunaan

sosiologis, nilai-nilai kelompok konsepsi keinginan hal-hal yang relatif. Kadang-kadang

nilai 'harga berarti''. Tetapi konsep sosiologis nilai jauh lebih luas daripada di sini tak satu

pun dari obyek yang dibandingkan dapat diberi harga.

Apa nilai, untuk ilustrasi, hak setiap manusia untuk martabat dibandingkan

dengan kebutuhan untuk meningkatkan aspek-aspek teknis pendidikan? Masalah ini

secara langsung terlibat dalam desegregasi sekolah umum dan telah diperdebatkan sengit.

Beberapa upaya telah dilakukan untuk memperkirakan biaya dolar dari sistem yang lama

sekolah terpisah dan, baru-baru ini, telah dibuat estimasi biaya menggunakan baik hitam

dan putih anak-anak untuk mengakhiri segregasi. Sebagian besar biaya sosial dari dua

sistem, Namun, menentang pernyataan dalam hal moneter dan kebanyakan orang

mengambil posisi mereka mengenai masalah ini dalam hal keyakinan yang dipegang

teguh tentang apa yang penting dalam hidup.

Gagasan keyakinan yang dipegang teguh lebih ilustrasi dari konsep nilai

sosiologis daripada konsep harga. Selain itu, ada empat aspek lain dari konsep nilai

sosiologis. Mereka adalah: (1) nilai-nilai yang ada pada berbagai tingkat umum atau

abstraksi, (2) nilai cenderung disusun secara hirarkis (3) nilai-nilai yang eksplisit dan

implisit dalam berbagai derajat, dan (4) nilai-nilai yang sering bertentangan dengan satu

sama lain***

Page 53: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB VII

SISTEM SOSIAL DALAM PROSES SOSIAL

7.1 Unsur-unsur Sistem dan Proses Sosial

Sistem adalah suatu kesatuan dari banyak unsur yang dapat menghasilkan output

tertentu. Sistem terbentuk oleh adanya komponen-komponen atau unsur-unsur yang

berhubungan satu sama lain membentuk suatu jaringan. Masing-masing komponen

mempunyai fungsi sendiri yang berbeda satu dengan lainnya. Fungsi komponen yang satu

dipengaruhi oleh fungsi komponen lain yang berhubungan dengannya.

Kualitas output sistem tergantung pada kualitas fungsi setiap komponen. Kalau

salah satu komponen tak ada atau tak berfungsi maka fungsi sistem akan terganggu atau

tak berfungsi sama sekali. Kelompok sebagai suatu Sistem Sosial, Kelompok :

1. Orang-orang yang saling berinteraksi.

2. Mempunyai pola perilaku : teratur, sistematis.

3. Bisa diidentifikasi bagian-bagiannya.

4. Bisa dilihat sebagai suatu sistem sosial.

7.1.1 Unsur- unsur Pokok Sistem Sosial:

1) Tujuan (Goal)

Segala sesuatu yang ingin dicapai Kelompok.

2) Keyakinan (Beliefs)

Pengetahuan atau aspek kognitif yang dimiliki oleh sistem/Kelompok. Segala

sesuatu yang dianggap benar oleh sistem/Kelompok.

3) Sentimen atau perasaan (Sentiments/Feeling)

Perasaan-perasaan dan emosi (aspek affektif) yang ada dalam Sistem/Kelompok.

Page 54: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4) Norma (Norms)

Perilaku baku (standar) yang dapat diterima oleh Sistem/ Kelompok.

5) Sanksi (Sanctions): Sistem penghargaan dan hukuman.

6) Peranan Kedudukan (Status Roles)

i. Setiap kedudukan memiliki seperangkat peranan yang harus dilaksanakan

oleh orang yang bersangkutan.

ii.Peranan-peranan itu lalu menjadi seperangkat norma.

iii.Konsep-konsep yang terkait :

role collision (tabrakan)

role incompatibility (tidak cocok/ tidak sesuai)

role confusion (membingungkan).

7) Kewenangan/Kekuasaan/ (Power/Authority):

a. Kewenangan mengontrol/mengendalikan orang lain.

b. Kewenangan mengambil keputusan

c. Berpengaruh kepada orang lain dalam kelompok.

8) Jenjang Sosial (Social Rank)

a. Kedudukan

b. Prestise (gengsi)

9) Fasilitas (Facility):

Wahana ataupun alat yang perlu untuk mencapai tujuan kelompok.

10) Tekanan dan Ketegangan (Stress and Strain):

a. Tekanan mental

b. Ketegangan jiwa.

Secara teoritis Kelompok sebagai Sistem Sosial yang sehat harus memiliki

kesepuluh unsur pokok itu. Perlu diteliti apakah Kelompok yang dalam

pengamatan memang memiliki unsur-unsur pokok itu. Masing-masing unsur

merupakan perubah, yang mempunyai pengaruh pada interaksi anggota dalam

kelompok, juga akan berpengaruh pada perilaku individu dan perilaku kelompok.

Page 55: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

7.1.2 Proses Sosial (Social Process)

a) Komunikasi

Mutlak untuk terjadinya interaks.

b) Memelihara Batas

Batas antara kelompok dan diluarnya harus jelas dan dijaga dari pengaruh-

pengaruh luar yang merugikan.

c) Kaitan Sistemik (Systemic linkage)

Setiap kelompok perlu memiliki hubungan dengan sistem sosial yang lain.

1. Untuk mendapatkan inputs untuk kelompok.

2. Untuk menyalurkan output dari kelompok.

d) Pelembagaan (Institutionalization)

Proses pemantapan segala sesuatu yang perlu bagi kehidupan yang baik dari

kelompok, termasuk : struktur, norma, kewenangan, dll.

e) Sosialisasi (Socialization)

“mendidik” anggota baru agar cepat dapat menyesuaikan diri dengan kelompok,

dan dapat berperilaku yang dapat diterima oleh kelompok.

f) Kontrol Sosial (Social Control)

Ada mekanis-me yang memantau dan mengevaluasi serta menja-tuhkan sanksi

kepada anggota sistem yang menyim-pang dari norma.

Proses sosial ini dapat dianalogikan dengan proses fisiologi yang terjadi pada

tubuh hewan dan manusia. Kalau proses ini tak ada/tak baik, maka hewan akan

sakit/mati.

Unsur-unsur Proses Sosial itu juga merupakan variables yang kondisinya bisa

baik, tetapi bisa juga kondisinya tidak baik. Sistem Sosial yang sehat (dinamis, produktif,

efektif) adalah yang unsur-unsurnya berproses atau berfungsi secara baik.

Page 56: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Sistem Sosial yang tidak dinamis (tidak produktif, tidak efektif, dll) biasanya

yang salah satu atau lebih dari unsur-unsur prosesnya tidak berfungsi secara baik, atau

salah satu atau beberapa unsur pokoknya tidak dalam kondisi yang baik. Untuk

meningkatkan dinamika sistem sosial bisa dilaku-kan dengan cara memperbaiki unsur

pokok dan atau unsur proses sosial yang keadaannya kurang baik

7.2 Sistem Nilai dan Stratifikasi Sosial

Basrowi menyatakan, sistim nilai adalah nilai inti (core value) dari masyarakat

yang dijunjung tinggi dan diakui oleh setiap manusia di dunia untuk berprilaku. Sistim

nilai sering diasosiasikan dengan “value” dan “norms”.

Menurut Giddens, “value” adalah suatu konsep yang memberikan makna dan

menyediakan tuntunan untuk umat manusia sebagaimana mereka berinteraksi dalam

lingkungan sosialnya. Sedangkan “norms” adalah aturan atau perilaku yang

merefleksikan atau menjelma dalam sebuah nilai budaya. “Value” dan “Norms” bekerja

bersama untuk mengarahkan dan menentukan bagaimana anggota dari suatu budaya

berperilaku sesuai dengan lingkungannya.(Giddens, 2004).

Ibrahim (2002), menyatakan, sistim norma merupakan sejumlah norma yang

terangkai dan berkaitan satu sama lain. Norma norma ini mempunyai kekuatan yang

mengikat yang berbeda beda dan atas dasar kekuatan mengikatnya ini maka dikenal

dengan istilah kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat

7.2.1 Stratifikasi Sosial

Stratifikasi Sosial berasal dari kata stratum yang berarti : strata atau lapisan.

Menurut Sorokin, stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke

dalam kelas kelas secara bertingkat (hirarkis). Dasar dan inti pelapisan dalam masyarakat

adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban

di antara anggota anggota masyarakat.

Ibrahim (2002) berpendapat bahwa pelapisan sosial merupakan proses

penempatan diri di dalam suatu lapisan (subyektif) atau menempatkan orang ke dalam

Page 57: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

lapisan (obyektif). Secara sederhana, pelapisan sosial dalam masyarakat muncul karena

“ada sesuatu yang bernilai” dibanding dengan yang lainnya. Menurut Basrowi, stratifikasi

sosial dalam masyarakat pada prinsipnya dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam :

1. Stratifikasi berdasarkan ekonomis

2. Stratifikasi berdasarkan politis

3. Stratifikasi berdasarkan jabatan jabatan tertentu dalam masyarakat.

Ketiga dasar stratifikasi tersebut satu sama lain saling berhubungan. Dalam sistim

sosial komunitas desa, mereka yang digolongkan dalam strata atas di desa adalah para

pamong desa, orang kaya desa, golongan terdidik setempat, para ulama, dsb. Strata

menengah adalah orang yang tingkat ekonominya sedang, para pedagang, petani kecil,

dll. Strata bawah adalah para buruh dan orang yang tidak memiliki tanah (landless)

7.2.3 Bagaimana Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial memiliki tiga dimensi, yaitu :

1. Kekuasaan,

kesempatan yang ada pada seseorang untuk melaksanakan kemauannya

dalam suatu tindakan sosial.

2. Previlege,

berarti hak istimewa, hak mendahului, dan hak untuk memperoleh perlakuan

khusus dalam kehidupan bersama.

3. Prestise,

berarti kehormatan dan harus dikaitkan dengan suatu sistim sosial tertentu.

Pelapisan-pelapisan sosial mengalami perkembangan atau perubahan

tergantung dari kehidupan masyarakat setempat atau masyarakat lainnya dalam

lingkup yang lebih luas. Ada dua sifat pelapisan sosial yang mempengaruhi

perubahannya, yaitu :

1. Stratifikasi sosial yang bersifat tertutup,

Page 58: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

bercirikan sulitnya seseorang untuk berpindah dari satu lapisan ke lapisan

lainnya. Ex. Kasta.

2. Stratifikasi sosial yang bersifat terbuka, setiap anggota masyarakat

mempunyai kesempatan untuk berpindah dari satu lapisan ke lapisan yang

lain. Hal ini dapat dilakukan dengan usaha berdasar kecakapan sendiri.

7.2.4 Unsur-unsur lapisan dalam masyarakat:

1. Kedudukan (status)

Tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.

a. Ascribed status adalah status seseorang karena kelahirannya.

b. Achieved status adalah kedudukan seseorang yang diperoleh

melalui usaha yang disengaja.

c. Assigned status adalah kedudukan yang diberikan oleh orang lain

2. Peranan (role),

Akan mengatur perilaku seseorang, juga dapat meramalkan perbuatan orang

lain dalam batas tertentu sehingga orang yang bersangkutan akan dapat

menyesuaikan perilakunya dengan perilaku orang orang dikelompoknya.

7.3 Interaksi-Komunikasi Sosial

7.3.1 Ciri-ciri Interaksi Sosial

Interaksi sosial (Giddens, 2004) adalah suatu proses yang mana kita bertindak

dan bereaksi atau memberikan respon terhadap orang-orang disekitar kita. Ciri ciri

interaksi sosial :

a. Jumlah pelaku lebih dari satu orang

b. Terjadinya komunikasi antara pelaku melalui kontak sosial

c. Mempunyai maksud dan tujuan tertentu

d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem tertentu

Page 59: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Pola sistem sosial kelak akan menciptakan suatu pola hubungan sosial yang

relatif baku atau tetap apabila interaksi sosial itu terjadi berulang-ulang dalam kurun

waktu yang relatif lama. Pola seperti ini dapat di jumpai dalam bentuk sistem nilai dan

norma.

1. Tujuan yang jelas

2. Kebutuhan yang jelas dan bermanfaat

3. Adanya kesesuaian dan berhasil guna, serta

4. Adanya kesesuaian dengan kaidah-kaidah sosial yang berlaku

7.3.2 Komunikasi Sosial

Dasar terjadinya interaksi sosial adalah kontak sosial dan komunikasi. Syani

(2002) berpendapat, bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih

melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing masing

dalam kehidupan masyarakat.

a. Dalam Kontak sosial dapat terjadi hubungan positif atau negatif tergantung

dari saling pengertian akan tujuan masing masing.

b. Kontak sosial dapat berlangsung antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

Komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari

perilaku pihak lain:

a. Melalui tafsiran pada perilaku orang lain, seseorang mewujudkan perilaku

sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh

pihak lain itu.

b. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak gerik fisik

ataupun perasaan.

c. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan

bersama masing masing pihak.

Sitorus (2000) berpendapat selain karena kontak dan komunikasi, interaksi sosial

juga dapat berlangsung atas dasar:

Page 60: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

1. Imitasi , yaitu suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku

orang lain

2. Sugesti, adalah cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang

kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti

pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berfikir panjang.

3. Identifikasi, adalah kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk

menjadi sama dengan pihak lain.

4. Simpati, adalah perasaan “tertarik” yang timbul dalam diri seseorang dan

membuatnya merasa seolah olah berada dalam keadaan orang lain.

7.3.3 4 Bentuk Interaksi Sosial

Secara mendasar ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam

masyarakat:

1. Kerjasama,

suatu bentuk proses sosial dimana didalamnya terdapat aktivitas tertentu

yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu

dan saling memahami terhadap aktivitas masing masing.

2. Persaingan,

merupakan suatu usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang

lebih daripada yang lainnya.

3. Akomodasi,

suatu keadaan hubungan antara kedua belah pihak yang menunjukkan

keseimbangan yang berhubungan denagn nilai dan norma norma sosial

yang berlaku di masyarakat.

4. Pertikaian (pertentangan),

bentuk persaingan yang berkembang ke arah negatif

Page 61: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Gambar 5. Olahraga merupakan salah satu bentuk dari Komunikasi Sosia

Page 62: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB VIII

Kepemimpinan

8.1 Sekilas Tentang Kepemimpinan

Manusia merupakan Method yang terpenting dan sangat menentukan bagi

berhasil atau tidaknya sesuatu usaha pencapaian tujuan yang telah ditentukan, yang

seharusnya dapat dicapai dengan cara yang efisien dan ekonomis.

Sebaik–baiknya dan serasionil–serasionilnya sesuatu rencana disusun disertai

dengan pengorganisasian yang efektif, serta dilengkapi dengan peralatan yang modern,

Method kerja yang baik dan biaya yang cukup, namun apabila manusia yang

melaksanakan tidak cakap dan tidak mempunyai moril atau semangat kerja yang cukup

tinggi, maka hasilnyapun akan belum memuaskan, bahkan mungkin menimbulkan

kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan efisien tersebut.

Agar sesuatu penyelenggaraan kerja di dalam mencapai tujuan efisien dan

ekonomis dapat berhasil dengan sukses diperlukan adanya kemampuan dan kecakapan

setiap manager pimpinan penyelenggaraan kerja di dalam memimpin orang–orang

bawahannya sedemikian rupa sehingga mereka mempunyai kemampuan dan kemauan

kerja dalam suatu kerjasama yang harmonis untuk melaksanakan tugas–tugas dengan

teratur serta tertib.

Salah satu cara untuk menguasai dan menggerakan orang–orang agar mempunyai

niat kerja dengan penuh keinsyafan dan keikhlasan ialah dengan melaksanakan fungsi

kepemimpinan dengan baik dalam setiap melaksanakan tugas.

8.2 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan ialah suatu usaha kegiatan untuk mempengaruhi prilaku orang

lain atau kelompok agar bekerjasama menuju kepada suatu tujuan tertentu yang mereka

inginkan bersama.

Page 63: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Dengan demikian pemimpin adalah orang yang mampu mempengaruhi prilaku orang

lain agar mau bekerjasama untuk mencapai tujuan.

8.3 Teori lahirnya kepemimpinan.

Mengenai timbulnya seorang pemimpin oleh para ahli teori kepemimpinan telah

dikemukakan beberapa teori yang berbeda–beda. Namun demikian, apabila beberapa teori

itu dianalisa, akan terlihat adanya tiga teori yang menonjol, ialah:

a) Teori Genetis

Dalam teori Genetis mengatakan bahwa “Leader are born and not made”

seseorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat–

bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang itu ditempatkan

bekerja, karena ia telah ditakdirkan jadi pemimpin, satu saat akan timbul jadi pemimpin.

b) Teori Sosial

Dalam teori sosial mengatakan “Leaders are made and not born”. Merupakan

kebalikan teori genetis. Para penganut teori sosial mengetengahkan pendapat yang

mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan

pengalaman yang cukup. Biasanya ada seorang pemimpin pada waktu masa kanak–

kanak, namun ia sama saja dengan anak–anak lain teman sepermainannya, tidak ada

tanda–tanda menonjol tentang bakat kepemimpinannya. Tetapi setelah selesai

pendidikannya ditempatkan bekerja dalam suatu unit organisasi, kemudian diangkat jadi

kepala pemimpin, ternyata ia menjadi seorang pemimpin yang baik.

c) Teori Ekologis

Karena teori genetis dan teori sosial tidak seluruhnya mengandung kebenaran,

maka sebagai reaksi kepada kedua teori tersebut, teori ekologis yang pada intinya berarti

bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia pada waktu

lahirnya memiliki bakat–bakat kepemimpinan, kemudian dikembangkan melalui

Page 64: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkannya mengembangkan bakat

yang dimiliki sejak kecil. Teori ekologis menggabungkan segi–segi positif dari teori

genetis dan teori sosial dan dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati

kebenaran.

8.4 Tipe–tipe Pemimpin

Sepanjang diketahui sekarang ini, para pemimpin dalam berbagai bentuk

organisasi dapat digolongkan kepada 5 tipe pemimpin, yaitu :

1. Tipe pemimpin yang otokratis

2. Tipe pemimpin yang militeristis

3. Tipe pemimpin yang paternalistis

4. Tipe pemimpin yang kharismatis

5. Tipe pemimpin yang demokratis

Adapun ciri–ciri masing–masing tipe pemimpin itu adalah sebagai berikut :

a) Tipe Pemimpin yang Otokratis

1. Menganggap organisasi sebagai milik pribadi

2. Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

3. Menganggap bawahan sebagai alat semata–mata.

4. Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat.

5. Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya.

6. Dalam tindakan penggerakannya sering mengandung unsur paksaan.

b) Tipe Pemimpin yang Militeristis

1. Sistim perintah lebih sering digunakan.

2. Senang bergantung pada pangkat dan jabatannya.

3. Senang pada formalitas yang berlebih–lebihan.

Page 65: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4. Kaku dari bawahan dan menuntut disiplin yang tinggi.

5. Sukar menerima kritikan.

6. Menggemari upacara–upacara berbagai keadaan.

c) Tipe Pemimpin yang Paternalistis

1. Bawahan dianggap manusia yang tidak dewasa

2. Bersikap terlalu melindungi.

3. Bersikap maha tahu.

4. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan.

5. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil inisiatif.

6. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengembangkan daya dan jasa.

d) Tipe Pemimpin yang Kharismatik

Diberkahi kekuatan gaib (supernatural powers) sehingga mempunyai

pengikut yang jumlahnya sangat besar.

Gambar 6. Sukarno, Pemimpin berkharismatik

e) Tipe Pemimpin yang Demokratis

1. Selalu ingin meningkatkan dan mengembangkan kapasitas dirinya sebagai

pemimpin.

2. Mensinkronkan kepentingan organisasi dengan kepentingan pribadi

bawahannya.

3. Bersifat terbuka dan demokratis serta mau menerima saran dan pendapat

dari bawahannya.

Page 66: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4. Mengutamakan kerjasama dalam kelompok.

5. Bersifat mendidik/membina dan menginginkan bawahannya lebih sukses

dari padanya.

6. Selalu memandang bawahan itu sebagai sebagai makhluk termulia di dunia

dan pola tingkah lakunya menjadi panutan.

7. Dalam menggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa

manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia (manusiawi).

Disamping lima topik pemimpin yang telah diuraikan, masih ada tipe pemimpin

yang perlu dikemukakan yakni :

Tipe pemimpin yang “Leissezfaire” yang mempunyai ciri–ciri antara lain :

a. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol.

b. Pemimpin hanya berfungsi sebagai penasihat.

c. Membebaskan kebebasan sepenuhnya kepada orang yang dipimpin berbuat dan

mengambil keputusan.

d. Kebebasan tidak terarah sehingga perwujudan kerja menjadi simpang siur.

e. Wewenang menjadi tidak jelas dan tanggung jawab menjadi kacau

8.5 Sifat–sifat Pemimpin yang Baik

Tugas terpenting dan utama dari seorang pemimpin ialah untuk memimpin orang,

memimpin pelaksanaan pekerjaan dan menggerakkan menggunakan sumber–sumber

material. Untuk melaksanakan tugas itu dengan baik, seorang pemimpin harus memiliki

ciri–ciri sebagai berikut :

a. Sehat jasmani dan rohani.

b. Berpengetahuan luas.

c. Berkeyakinan, tidak ragu–ragu.

d. Mengetahui dengan jelas sifat hakiki tujuan yang hendak dicapai.

e. Memiliki stamina dan daya kerja yang besar.

f. Cepat dan tepat mengambil keputusan.

g. Obyektif dan rasional.

h. Adil dalam memperlakukan bawahan.

Page 67: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

i. Menguasai prinsip–prinsip Human Relation.

j. Menguasai tehnik–tehnik berkomunikasi.

k. Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap

bawahannya.

l. Generalist, mempunyai gambaran menyeluruh tentang semua aspek kegiatan

organisasi.

Pemimpin selalu motivator mampu menggerakkan bawahan menjalankan

tugasnya, seharusnya menguasai prinsip–prinsip Human Relations yang disebut The Len

Commandement of Human Relation, yakni :

1. Harus ada sinkronisasi antara tujuan organisasi dengan tujuan individu dalam

organisasi tersebut.

2. Suasana kerja yang menyenangkan.

3. Informalitas yang wajar dalam hubungan kerja.

4. Manusia bawahan bukan mesin ( manusiawi ).

5. Kembangkan kemampuan bawahan sampai tingkat maksimal.

6. Pekerjaan yang menarik dan penuh tantangan.

7. Pengakuan dan penghargaan atas pelaksanaan tugas dengan baik.

8. Alat perlengkapan yang cukup.

9. Penempatan personil dengan tepat, The right men in the right place.

10. Balas jasa harus setimpal dengan jasa yang diberikan Equal pay for equal work.

Page 68: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB IX

MOBILITAS SOSIAL

9.1 Pengertian Mobilitas Sosial

Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan,

ataupun penurunan status dan peran anggota masyarakat. Misalnya, seorang pensiunan

pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha

dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti

jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan

ayahnya, namun ia gagal dan jatuh miskin. Proses perpindahan posisi atau status sosial

yang dialami seseorang atau sekelompok orang dalam struktur sosial masyarakat inilah

yang disebut gerak sosial atau mobilitas sosial (social mobility).

Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari

satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata

yang lainnya. Sementara menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas

sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur

organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial mencakup sifat hubungan antara

individu dalam kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas sosial.

Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang menjadi lebih bahagia dan

memungkinkan mereka melakukan jenis pekerjaan yang paling cocok bagi diri mereka.

Mereka merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai kedudukan yang lebih tinggi.

Bila tingkat mobilitas sosial rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam

status nenek moyang mereka, hidup dalam kelas sosial tertutup.

Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih

memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya

tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat yang

menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir

dari kasta yang paling rendah maka untuk selamanya ia akan tetap berada pada kasta yang

Page 69: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki

kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan.

Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih

tinggi.

9.2 Cara-Cara Melakukan Mobilitas Sosial

Untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas diantaranya dapat dicapai

dengan cara:

1. Perubahan standar hidup

Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan

mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi

peningkatan status. Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan

dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Manejer, sehingga

tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat

dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia

memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai

rendahan.

2. Perkawinan

Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui

perkawinan. Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat

sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di

masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.

3. Perubahan tempat tinggal

Page 70: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat tinggal

dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru. Atau dengan cara

merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama menjadi lebih megah, indah,

dan mewah. Secara otomatis, seseorang yang memiliki tempat tinggal mewah

akan disebut sebagai orang kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan

terjadinya gerak sosial ke atas.

4. Perubahan tingkah laku

Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan

status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang

lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku,

tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut

untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya. Contoh: agar

penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan

lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika

bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-

istilah asing.

5. Perubahan nama

Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi sosial

tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah nama yang

menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi. Contoh: Di kalangan

masyarakat feodal Jawa, seseorang yang memiliki status sebagai orang

kebanyakan mendapat sebutan "mas" di depan nama aslinya. Setelah

diangkat sebagai pengawas pamong praja sebutan dan namanya berubah sesai

dengan kedudukannya yang baru seperti "Raden"

Sementara itu ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas

sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain:

1. Perbedaan Kelas Rasial

Page 71: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Apa yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih

berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam

untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan. Sistem ini disebut

Apharteid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit

hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan

2. Agama

Di negara yang masih menggunakan sistem kasta seperti di India, telah

menghambat terjadinya mobilitas sosial ke tingkat yang lebih tinggi.

3. Diskriminasi Kelas

Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini

terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai

syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu

mendapatkannya, misalnya pembatasan jumlah anggota DPR.

4. Kemiskinan

Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang

dan mencapai suatu sosial tertentu. Contoh: "A" memutuskan untuk tidak

melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai,

sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.

5. Perbedaan jenis kelamin

Gender atau jenis kelamin dalam masyarakat kita masih sangat berpengaruh

terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesempatan

untuk meningkatkan status sosialya seseorang.

Page 72: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

9.3 5 Bentuk Mobilitas Sosial

1. Mobilitas Sosial Horizontal

Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial

lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak

terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.

Misalnya orang yang berpindah kewarganegaraan.

2. Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari

suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan

arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua:

a. Mobilitas Vertikal ke Atas (Social climbing)

Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk:

1. Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi.

Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke

dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah

ada sebelumnya.

2. Membentuk kelompok baru.

Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk

meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri

menjadi ketua organisasi

b. Mobilitas Vertikal ke Bawah (Social sinking)

Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama yaitu:

1. Turunnya kedudukan.

Page 73: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.

Misalnya seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran

berat ketika melaksanakan tugasnya.

2. Turunnya derajat kelompok.

Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi

kelompok sebagai kesatuan. Contoh: Korban Lumpur Lapindo yang

sebelumnya telah mempunyai rumah permanen, tetapi sekarang harus

hidup di pengungsian yang menempati tenda-tenda atau barak.

Prinsip umum dalam mobilitas Vertikal (Sorokin, 1959) :

1. Hampir tidak ada yang sistim pelapisannya mutlak tertutup

2. Betapapun terbukanya sistim pelapisan dalam masyarakat, tak mungkin

mobilitas vertikal bisa dilakukan dengan sebebas bebasnya.

3. Tidak ada mobilitas vertikal yang secara umum berlaku pada semua

masyarakat

4. Terdapat perbedaan laju mobilitas sosial vertikal yang disebabkan oleh

faktor faktor ekonomi, politik, dan pekerjaan

5. Dilihat dari sejarah, mobilitas sosial vertikal yang disebabkan faktor

faktor ekonomis, politik dan pekerjaan tak ada kecenderungan yang

kontinu tentang bertambah atau berkurangnya laju mobilitas sosial.

3. Mobilitas Antargenerasi

Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih,

misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini

ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi.

Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada

perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya. Contoh: Pak Parjo adalah

seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi

ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah

terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

Page 74: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

4. Mobilitas Intragenerasi

Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang

atau sekelompok orang dalam satu generasi. Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang

buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia

kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar.

5. Mobilitas Geografis

Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke

daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.

9.4 Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:

1. Perubahan kondisi sosial

Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya

perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan

teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan

ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.

2. Ekspansi teritorial dan gerak populasi

Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti

fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya,

perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.

3. Komunikasi yang bebas

Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam

memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran

pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi

mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas serta

Page 75: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial yang ada dan

merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.

4. Pembagian kerja

Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat

pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat

dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang

bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan

menuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya

untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.

5. Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda

Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan

rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain,

masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat

reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat

ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk

banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu,

mobilitas sosial dapat terjadi.

6. Kemudahan dalam akses pendidikan

Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk

melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat

menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan

yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus,

kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.

9.5 Saluran dan Dampak Mobilitas Sosial

A. Angkatan bersenjata

Page 76: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial. Angkatan

bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal

ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang

berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan

mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan

pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat

rendah.

B. Lembaga-lembaga keagamaan

Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang,

misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain

lain.

C. Lembaga pendidikan

Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret

dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang

bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan

memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih

tinggi.

Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang

yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan

pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya,

yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.

D. Organisasi politik

Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang

loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status

sosialnya meningkat.

E. Organisasi ekonomi

Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat

meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin

besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena

pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya

bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.

Page 77: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

F. Organisasi keahlian

Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/ keahliannya kepada

kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada anggota biasa.

G. Perkawinan

Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah

dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh

pasangannya.

9.6 Dampak mobilitas sosial

Gejala naik turunnya status sosial tentu memberikan konsekuensi-konsekuensi

tertentu terhadap struktur sosial masyarakat. Konsekuensi-konsekuensi itu kemudian

mendatangkan berbagai reaksi. Reaksi ini dapat berbentuk konflik. Ada berbagai macam

konflik yang bisa muncul dalam masyarakat sebagai akibat terjadinya mobilitas.

A. Dampak Negatif

1. Konflik antarkelas: Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial

karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan.

Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi

perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat

dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh:

demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik

antara kelas buruh dengan pengusaha.

2. Konflik antarkelompok sosial: Di dalam masyatakat terdapat pula

kelompok sosial yang beraneka ragam. Di antaranya kelompok sosial

berdasarkan ideologi, profesi, agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok

berusaha untuk menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka

timbul konflik. Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.

Page 78: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

3. Konflik antargenerasi: Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang

mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin

mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak

dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai

yang dianut generasi tua.

4. Penyesuaian kembali: Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau

mengalahkan lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa

konflik itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul

penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa

penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau rasa saling

menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut Akomodasi.

B. Dampak Positif

Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena

adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau

bersaing, dan bekerja keras agar dapat naik ke strata atas. Contoh: Seorang anak miskin

berusaha belajar dengan giat agar mendapatkan kekayaan dimasa depan.

Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke

arah yang lebih baik. Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari

masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih cepat terjadi jika

didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas. Kondisi ini perlu didukung dengan

peningkatan dalam bidang pendidikan.***

Page 79: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB X

NORMA SOSIAL DAN PERILAKU KOMUNIKASI

10.1 Pengertian Kontrol Sosial

Kata kontrol sosial berasal dari kata ‘social control’. ‘Social Control’ atau sistem

pengendalian sosial dalam percakapan sehari-hari diartikan sebagai pengawasan oleh

masyarakat terhadap jalannya pemerintahan, khususnya pemerintah beserta aparatnya.

Soekanto (1990), menjelaskan bahwa arti sesungguhnya dari pengendalian sosial jauh

lebih luas. Dalam pengertian pengendalian sosial tercakup segala proses

(direncanakan/tidak), bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga

masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku.

Dari penjelasan tersebut dapat dipahami bahwa pengendalian sosial adalah suatu

tindakan seseorang/kelompok yang dilakukan melalui proses terencana maupun tidak

dengan tujuan untuk mendidik, mengajak (paksaan/tidak) untuk mematuhi kaidah dan

nilai sosial tertentu yang dianggap benar pada saat itu. Selain itu perlu diketahui pula

bahwa tindakan pengendalian sosial dapat dilakukan antara (1) individu (i) terhadap

individu lain, (2) individu terhadap kelompok (k), (3)kelompok terhadap kelompok, dan

(4)kelompok terhadap individu.

Contoh kasus yang paling hangat adalah tuntutan para mahasiswa (kelompok)

kepada kelompok lain (pejabat pemerintah) untuk segera memberantas korupsi, kolusi

dan nepotisme (KKN) yang melanda birokrat dan sektor swasta dalam menjalankan

segala aktivitasnya. Sebenarnya pemuda/mahasiswa cenderung ‘menjaga jarak’ dengan

pemerintah, hal ini dikarenakan mereka memiliki aktivitas akademik di dalam

sekolah/kampus untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Tetapi jika pemerintah

mulai menunjukkan ketidakbenaran dalam menjalankan aktivitasnya maka dalam diri

pemuda/mahasiswa muncul sikap kritisnya. Sikap kritis ini terbangun dari kebiasaan

aktivitas di lingkungan kampusnya yang memang merangsang mereka untuk berpikir dan

menyampaikan pendapatnya sesuai norma akademik.

Page 80: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Oleh karena itu secara umum, pemuda/mahasiswa walaupun sibuk dengan

kegiatannya dan posisinya berada di luar lingkungan pemerintah, mereka tetap melakukan

pengendalian sosial yang kritis. Secara umum tujuan pengendalian sosial yang dilakukan

pemuda/mahasiswa biasanya adalah untuk mencapai:

1. Keserasian antara kestabilan dengan perubahan dalam masyarakat;

2. Keadaan damai melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan/

kesebandingan.

Tidaklah mudah bagi pemuda/mahasiswa untuk menyampaikan pengendalian

sosial tersebut. Hal ini disebabkan mereka sering dipandang sebelah mata oleh pihak

penguasa. Mereka sering lebih banyak dilihat dari segi lahiriah sebagai anak-muda yang

baru lahir dan tidak tahu persoalan. Padahal mereka lebih sering berpikir kritis dan bebas

dari pengaruh manapun termasuk pribadinya sendiri.

Pengendalian sosial oleh pemuda/mahasiswa lebih banyak bersifat pasif, namun

jika dipandang penyimpangan telah berlebihan, mereka dapat melakukan cara yang lebih

aktif untuk menekan pihak-pihak terkait. Cara pengendalian sosial dapat dilakukan

dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Persuasif

yaitu pengendalian sosial dengan cara damai. Misalnya dengan melayangkan

surat protes, usulan, ajakan dialog, dan lain-lain. Cara ini dapat dilakukan secara langsung

maupun dengan memanfaatkan media massa.

2. Coercive

adalah cara paksaan yang biasanya mengarah terjadinya kekerasan. Misalnya

melakukan demonstrasi yang mengerahkan massa secara besar-besaran dengan

melakukan ajakan untuk menekan pihak yang dikontrol. Gerakan massa ini biasanya

diramaikan dengan yel-yel yang menjadi misi demontrasi tersebut.

10.2 Gerakan Reformasi

Salah satu gerakan pengendalian sosial yang masih hangat diingatan kita adalah

gerakan pada masa reformasi yang dilakukan hampir seluruh mahasiswa di wilayah

Indonesia. Pada saat itu nampaknya mahasiswa melihat adanya suatu yang tidak benar

Page 81: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

dalam pelaksanaan pemerintahan. Kondisi itu telah berjalan cukup lama dan pemerintah

telah mendapat kritikan dari para akademisi, pengamat politik, maupun lembaga

international, di mana korupsi telah merajalela di Indonesia.

Selain itu para pengusaha luar negeri yang mengatakan bahwa di Indonesia

membutuhkan biaya tinggi karena banyaknya biaya siluman. Selain itu pemerintahan

Orde Baru dianggap telah melenceng dari rel yang semestinya, tidak demokratis dan

cenderung otoriter. Tuduhan lain terhadap pemerintah orde baru adalah merajalelanya

kolusi dan nepotisme, baik dari mulai kegiatan kecil sampai pengucuran kredit yang

trilyunan rupiah. Serta pelanggaran hak asasi manusia baik karena alasan kepentingan

negara maupun perorangan yang tidak pernah diusut tuntas.

Gerakan reformasi pada saat itu mengajukan beberapa tuntutan, antara lain

tuntutan untuk memberantas korupsi, kolusi dan nepotisme. Terkenal dengan singkatan

KKN. Tuntutan lain yang dikumandangkan oleh 11 Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi

di Bandung tanggal 12 April 1998 adalah penurunan harga kebutuhan pokok, penggantian

kabinet, pencabutan paket UU politik dan penegakan hak asasi manusia (Mandayun

dalam Hadad, 1998).

Karena pemerintah pada saat itu kurang merespon dan mengakomodasi dengan

baik tuntutan mahasiswa, selanjutnya tuntutan mereka menjadi lebih keras yaitu turunkan

Presiden Soeharto. Menurut Ridya La Ode dalam Hadad (1998), alasan mahasiswa

menuntut turunnya Presiden Soeharto pada saat itu karena alasan tingkat ketergantungan

elit politik di negeri ini terhadap Soeharto sangat besar. Sehingga kunci perubahan itu

sendiri ada pada Presiden Soeharto.

Gerakan mahasiswa ini mempunyai misi untuk menuntut adanya perubahan

dalam kehidupan yang selama ini diikat oleh rezim orde baru. Penurunan Presiden

Soeharto tersebut diharapkan memudahkan jalan kepada sistem pemerintahan yang lebih

demokratis. Keberhasilan tuntutan gerakan reformasi sehingga terjadi perubahan yang

cukup drastis di negeri ini menurut Agung Wicaksono dalam Hamzah, Musa K, dan M.

Ikhsan (1998) adalah karena beberapa hal, antara lain:

1. Mahasiswa memiliki satu ‘musuh bersama’, punya satu titik sentral perjuangan:

turunkan Soeharto. Hal ini sangat berpengaruh terhadap bergulirnya tuntutan

seperti ‘bola salju’, untuk mencapai sasaran yang sesungguhnya.

Page 82: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

2. Dukungan rakyat yang sangat besar. Dukungan rakyat muncul karena krisis

ekonomi telah menyentuh kebutuhan dasar dan kebutuhan fisik dari rakyat.

Gerakan mahasiswa menjadi pemicu solideritas dari rakyat karena mereka sadar

akan fenomena yang ada pada saat itu. Ketiga, persoalan yang dihadapi bangsa

terlihat secara nyata. Kegagalan-kegagalan pemerintah dapat dilihat secara nyata

dengan adanya indikator-indikator kuantitatif seperti kurs dolar, harga kebutuhan

pokok yang melangit, dan sebagainya. Kondisi ini hanya dinikmati oleh sebagian

kecil orang yang diuntungkan karen sistem yang dijalankan orde baru.

Dalam hal ini mahasiswa menempatkan diri sebagai agen kontrol sosial, di mana

gagasan-gagasannya dilontarkan dalam bentuk kritik-kritik yang tajam (karena penguasa

pada saat itu tidak lagi mendengarkan aspirasi dan persoalan masyarakat). Dalam kontek

gerakan reformasi nampaknya pemuda tidak saja memerankan agen kontrol sosial tetapi

juga sebagai agen pembaharu (selanjutnya akan dijelaskan kemudian).

Mengapa pemuda/mahasiswa pada saat itu menempatkan diri sebagai agen

kontrol sosial. Hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti adanya kekosongan komponen

yang mampu menjembatani antara kepentingan rakyat dan kepentingan penguasa.

Walaupun pada saat itu ada kalangan yang juga menyuarakan tuntutan seperti tuntutan

pemuda/ mahasiswa namun penguasa dengan mudah membungkamnya dengan alasan

kepentingan sepihak bukan suara rakyat. Hal ini berbeda dengan posisi mahasiswa yang

dianggap lebih netral tanpa kepentingan tertentu. Gerakan pemuda/mahasiswa merupakan

lambang kekuatan moral yang bersih. Dalam melakukan kontrol sosial tidak

dilatarbelakangi unsur politik.

Idealisme pemuda/mahasiswa serta rasa cinta tanah air menjadi alasan lain

melakukan kontrol sosial. Pemuda/mahasiswa adalah komponen masyarakat yang selalu

berpikir terbuka dan bebas sebagai akademisi, sehingga menyadarkan mereka terhadap

permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pemuda/mahasiswa juga memandang bahwa

dirinyalah sebagai ujung tombak proses kontrol sosial yang selama ini selalu terganjal

oleh penguasa. Alasan lain, pada saat itu hubungan komunikasi antar organisasi

pemuda/mahasiswa cukup solid, sehingga memungkinkan mereka melakukan koordinasi

dengan baik. Seperti yang diungkapkan pengamat politik Arbi Sanit dalam suatu

wawancara tentang ‘ajakan dialog oleh ABRI’ yang dimuat dalam Hadad (1998):

Page 83: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

”Sejauh yang saya ketahui mereka mampu. Apalagi mereka sekarang solid,

kompak dan sepakat bekerja sama mencari kesepakatan siapa yang mau berbicara. Yang

saya dengar mereka mandiri tidak mau diperalat oleh siapapun. Ini nilai tambah

mahasiswa sekarang, menunjukkan bebas dari intervensi, tidak mau pakai perantara. Saya

yakin bila kondisi mahasiswa kompak dan solid mereka bisa jadi tumpuan harapan

rakyat…..”.

Kritik yang dilontarkan merupakan bentuk-bentuk pemikiran yang dikeluarkan

pemuda/mahasiswa bersih dari kepentingan pihak tertentu. Namun kadang-kadang

gerakan pemuda/mahasiswa dimanfaatkan oleh pihak tertentu, sehingga tidak lagi

menjadi kontrol sosial yang murni dengan pesan moral. Keadaan ini terlihat dengan

adanya kerusakan, tindakan anarkhis, dan gangguan secara sengaja terhadap aktivitas

masyarakat lainnya pada saat terjadi demonstrasi atau unjuk rasa.

Kerusakan fasilitas umum, dan gangguan terhadap pemakai jalan (termasuk jalan

tol) mewarnai aksi unjuk rasa. Beberapa pihak menggambarkan peristiwa ini sebagai

bagian dari demokrasi dan usaha menarik perhatian penguasa, tetapi sebagian lain

mengganggap sebagai pelanggaran hak asasi warga masyarakat yang terganggu. Padahal

pelaku perusakan tersebut hanyalah oleh segelintir oknum pemuda/mahasiswa. Tetapi

sempat mencoreng muka gerakan mahasiswa karena publikasi media massa yang sangat

cepat dan atraktif.

10.3 Sarana Kontrol Sosial

Hasil pemikiran pemuda/mahasiswa tidak akan ada gunanya jiga tidak disalurkan

dengan benar dan efektif. Oleh karena itu perlu adanya sarana yang tepat agar fungsi

kontrol sosial tercapai. Sarana ini menjadi penting karena pemerintah dan masyarakat

dapat melihat secara jelas apa sebenarnya pesan kontrol sosial yang diinginkan oleh

pemuda atau mahasiswa. Selain itu, karena wilayah kita sangat luas serta pusat kekuasaan

sentralistis di Jakarta, maka peranan media massa menjadi sangat penting dalam gerakan

ini.

Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai sarana penyampaian pesan kontrol

sosial adalah:

Page 84: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

1. Pesan kontrol sosial ini biasanya dilontarkan pada diskusi-diskusi maupun pada

seminar. Namun sarana ini dipandang sering tidak efektif karena khalayaknya

terbatas, kecuali jika disiarkan melalui media massa. Selain itu pada acara tersebut

mudah dilakukan rekayasa dan manipulasi. Sarana ini mungkin lebih cocok untuk

‘brainstorming’ tentang suatu permasalahan.

2. Sarana kontrol sosial lainnya yang banyak dipakai adalah dengan memanfaatkan

media massa secara langsung, seperti surat kabar, radio, dan televisi. Sarana kontrol

sosial melalui media massa ini cukup efektif jika yang dinginkan sekedar

penyampaian informasi (perubahan kognitif). Untuk mencapai kepada perubahan

perilaku khalayaknya agak sulit. Tetapi memiliki kelebihan lain yang sangat

signifikan. Berupa kemampuan mencapai jangkaun yang sangat luas pada waktu

yang sangat singkat (terutama yang tergolong media massa elektronik). Jumpa

pers/pers realise merupakan contoh yang paling sering digunakan suatu organisasi

pemuda/mahasiswa untuk menyikapi suatu peristiwa.

3. Sarana kontrol sosial yang sangat populer pada era reformasi adalah dengan cara

melakukan demonstrasi, dimana pesan kontrol sosial dapat langsung diarahkan pada

lembaga/instansi yang dituju.

4. Dialog dengan instansi/pejabat pemerintah yang dianggap representatif (seperti

DPR) dengan substansi kontrol sosial juga merupakan sarana yang populer

digunakan. Namun sarana ini juga kadang ditolak karena berbagai alasan. Misalnya,

saat ajakan dialog antara mahasiswa dengan ABRI dan presiden, mahasiswa

menolak dengan alasan seperti: bersifat seremonial saja, simbolik, dan pemuas

sementara.

10.4 Pesan Moral Kontrol Sosial

Ada kalangan yang mengatakan bahwa gerakan reformasi dari mahasiwa kadang

melenceng dari pesan moral sebenarnya. Ada gerakan pemuda/mahasiswa yang ternyata

bergeser dari pesan moral yang non-partisan ke arah gerakan moral yang partisan. Artinya

kadang-kadang pesan kontrol sosial tidak dilandasi prinsip-prinsip demokrasi dan

penghargaan terhadap orang lain. Kondisi seperti ini berbahaya karena suara moral

pemuda/mahasiswa dianggap suara rakyat.

Page 85: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Denny JA. (1999) menjelaskan kadang-kadang terjadi kemunduran ideologis

dalam gerakan mahasiswa. Ini disebabkan oleh beberapa hal, khususnya gerakan

pemuda/mahasiswa menjelang jatuhnya Soeharto.

Pertama, gerakan yang sudah setahun, biasanya mengalami fragmentasi.

Fragmentasi gerakan ini terurai, mungkin dari sifat gerakan yang moderat sampai

ekstrem. Kemunduran gerakan mahasiswa ini karena terjadinya radikalisasi/ekstrimisasi

gerakan. Dalam kasus ini biasanya berbagai rambu prinsip demokrasi sering dilupakan

dan dilanggar.

Kedua, adanya perubahan latar belakang gerakan itu sendiri. Semula gerakan

bersandar pada kekuatan moral perlahan-lahan berubah menjadi gerakan politik. Sebagai

gerakan moral, umumnya gerakan mahasiswa bersifat non-partisan dan tidak berdiri di

atas kelompok partai tertentu. Namun kenyataannya cenderung memihak partai non

Golkar dan menolak pemilu, terutama mereka yang memilih kelompok politik radikal.

Alasan ketiga terjadi pergeseran dalam ideologi gerakan pemuda/mahasiswa. Gerakannya

tidak benar-benar menghayati ideologi yang mereka perjuangakan. Dalam slogan, mereka

mengklaim sebagai kekuatan reformasi dan demokrasi. Tetapi kenyataanya mereka lupa

inti dari reformasi dan demokrasi, yang harus mereka hayati dan menjadi acuan dalam

menyikapi berbagai isu politik.

Dari uraian tersebut di atas kiranya dapat dimengerti bahwa gerakan

pemuda/mahasiswa dapat digolongkan sebagai usaha kontrol sosial. Hal ini disebabkan

posisi pemuda/mahasiswa relatif netral dan mengandalkan pada kekuatan moral sebagai

inti kebenaran universal. Selain itu pemuda dan mahasiswa memiliki kesempatan untuk

berpikir lebih luas dan jernih.

10.5 Jenis dan Macam-macam Norma

Norma memiliki fungsi sebagai pedoman dan pengatur dasar kehidupan

seseorang dalam bermasyarakat untuk mewujudkan kehidupan antara manusia yang

aman, tentram dan sejahtera.

10.5.1 Norma Sopan Santun

Norma sopan santun adalah norma yang mengatur tata pergaulan sesama manusia

di dalam masyarakat.

Page 86: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Contoh :

- Hormat terhadap orang tua dan guru

- Berbicara dengan bahasa yang sopan kepada semua orang

- Tidak suka berbohong

- Berteman dengan siapa saja

- Memberikan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil

10.5.2 Norma Agama

Norma agama adalah norma yang mengatur kehidupan manusia yang berasal dari

peraturan kitab suci melalui wahyu yang diturunkan nabi berdasarkan atas agama atau

kepercayaannya masing-masing. Agama adalah sesuatu hal yang pribadi yang tidak dapat

dipaksakan yang tercantum dalam undang-undang dasar '45 pasal 29.

Contoh :

- Membayar zakat tepat pada waktunya bagi penganut agama islam

- Menjalankan perintah Tuhan YME

- Menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agama

10.5.3 Norma Hukum

Norma hukum adalah norma yang mengatur kehidupan sosial kemasyarakatan

yang berasal dari kitab undang-undang hukum yang berlaku di negara kesatuan republik

indonesia untuk menciptakan kondisi negara yang damai, tertib, aman, sejahtera, makmur

dan sebagainya.

Contoh :

- Tidak melanggar rambu lalu-lintas walaupun tidak ada polantas

- Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesia

- Taat membayar pajak

- Menghindari KKN / korupsi kolusi dan nepotisme

Page 87: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Gambar 7. Facebook contoh dari Kontrol Sosial

Page 88: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB XI

PERAN KOMUNIKASI DALAM PROSES SOSIAL

11.1 Komunikasi sebagai Proses Perubahan

Komunikasi dilihat sebagai faktor penunjang modernisasi dan pembangunan.

Tetapi teori pembangunan Barat terasa historis dalam tingkat praksis di negara-negara

dunia ketiga. Sebab ia lebih menekankan pada faktor internal masyarakat daripada faktor

eksternal sebagai penyebab utama keterbelakangan dan kemiskinan. Mereka melihat

perkembangan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern tidak lain dari

eksistensi intelektual kontemporer evolusi sosial Darwin. Ini bisa dilacak dari pemikiran

Ferdinand Tonnies dengan konsep gammeinschaft dan gesselscaft atau Emile Durkheim

dengan konsep solidaritas mekanis dan organisnya.

Kritik paling radikal diajukan oleh intelektual asal Amerika Latin Andre Gunder

Frank yang intinya melihat kapitalisme negara-negara industri majulah sebagai penyebab

utama pemerasan, ketimpangan, keterbelakangan dan kemiskinan negara-negara dunia

ketiga (Nasution, 1988). Komunikasi tidak selamanya sebagai penyebab perubahan

sosial, serta tidak selamanya pula tidak relevan dengan perubahan sosial. Artinya, ada

perubahan sosial yang tidak disebabkan oleh komunikasi dan ada pula komunikasi yang

ditujukan untuk menghalangi perubahan sosial itu. Misalnya, komunikasi yang bersifat

ritual yang pada dasarnya untuk memelihara status quo.

Padahal disisi lain, saat ini kita telah memasuki era yang disebut ”Revolusi

Komunikasi”__Daniel Lerner, ”Masyarakat Pasca Industri” (The Post Industrial Society)

dari Daniel Bell, ”Abad Komunikasi” atau ”Gelombang Ketiga” (The Third Wave) dari

Alvin Toffler. Salah satu ciri yang menyertai berbagai sebutan era dari para ahli tersebut

adalah penggunaan alat komunikasi sebagai media yang sangat penting di dalam

pergaulan manusia. Globalisasi sendiri telah memporakporandakan sebuah negara yang

berusaha mengisolasi diri dari pergaulan dunia, bahkan Marshall McLuhan mengatakan

bahwa kita telah memasuki Global Village (kampung global).

Page 89: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Global Village artinya dunia diibaratkan sebuah kampung dengan suatu ciri apa

yang terjadi di sebuah wilayah negara dalam waktu singkat segera diketahui oleh negara

lain. Sama persis suatu kejadian yang ada di sebuah sudut kampung dalam waktu singkat

cepat diketahui oleh seluruh masyarakat di kampung tersebut.

Menurut Collin Cherry kasus semacam itu sering diistilahkan dengan ledakan

komunikasi massa. Ledakan komunikasi massa ternyata membawa implikasi geografis

dan geometris. Implikasi geografis artinya suatu negara pada akhirnya akan terseret arus

pada jaringan komunikasi dunia. Sedangkan implikasi geometris adalah berlipatnya

jumlah lalu lintas pesan yang dibawa dalam sistem komunikasi yang jumlahnya berlipat-

lipat. Saat ini kita tidak bisa membayangkan bahwa satelit kita dilewati (menjadi

perantara) banyak informasi dan pesan.

Berbagai perkembangan komunikasi tersebut sebenarnya merupakan proses yang

terus menerus diperbaharui dari hari ke hari. Kalau dahulu sistem komunikasi dilakukan

lewat pelayanan pos (Curtus Publicus) yang terjadi di kota Roma, kemudian berkembang

menjadi lebih maju dengan ditemukannya telegraf satu abad sesudahnya, penemuan

kristal transistor pada 1948, satelit dan saat ini sudah ada bentuk komunikasi yang

semakin canggih dengan menggunakan istilah electronic memory chips (chips) berupa

peralatan mikro komputer.

Daniel Lerner, dalam tulisannya yang berjudul Technology, Communication, and

Change pada 1976, mencatat lima revolusi komunikasi yang pernah terjadi di dunia

sebelum tahun 1975. Lima revolusi komunikasi tersebut yakni sebagai berikut.

Teknologi Media Rentang Waktu ke

Tahun 1975

Mesin cetak cetakan + 500 tahun

Kamera atau film visual 100 tahun

Transmitter atau tabung hampa audio 50 tahun

Page 90: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Transistor atau tabung gambar audio visual 20 tahun

Satelit Jaringan dunia pertama 10 tahun

Setiap revolusi komunikasi berbeda rentang waktunya,antara revolusi pertama ke

revolusi kedua membutuhkan waktu lebih dari 400 tahun. Waktu selama empat abad itu

dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah kelas sosial yang bisa memanfaatkan

teknologi cetak tersebut. Di Indonesia perkembangan tersebut juga terasa sekali.

Komunikasi antarpersona yang dahulu menjadi andalan dalam proses komunikasi lambat

laun posisinya sudah tergeser oleh media radio dan surat kabar yang digunakan untuk alat

perjuangan. Kemudian tergeser oleh peran media televisi ketika di tanah air sudah ada

siaran televisi pada 1962.

11.2 Hakikat Komunikasi sebagai Proses Sosial

Studi tentang peranan komunikasi dalam proses sosial banyak dikaitkan dengan

asumsi-asumsi bahwa perubahan sosial (social change) dapat disebabkan karena

komunikasi. Para ahli umumnya menitikberatkan perhatiannya pada studi tentang efek

komunikasi. Para pakar dari berbagai disiplin ilmu sangat percaya bahwa komunikasi

merupakan sebuah kekuatan yang bisa digunakan secara sadar untuk mempengaruhi dan

mengubah perilaku masyarakat, terutama dalam menerima gagasan-gagasan baru dan

teknologi baru.

Arifin mencatat bahwa keyakinan tersebut telah menyebabkan berkembangnya

kajian tentang difusi. Sesungguhnya kajian difusi ini telah dilakukan oleh Lazarsfeld,

Barelson, dan Gandet, tahun 1948, yang berkembang tahun 1955. Para pakar psikologi ini

menemukan bahwa peranan yang dimainkan oleh media massa dalam mempengaruhi

khalayak sangat kecil, bila dibandingkan dengan komunikasi langsung.

Lain lagi yang dicatat Wilbur Schramm dan Daniel Lezner bahwa konsep difusi

dan adopsi inovasi pada akhirnya melandasi terjadinya dua revolusi besar yang melanda

Dunia Ketiga, yakni revolusi hijau dan revolusi pengendalian penduduk. Pada masa yang

Page 91: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

akan datang, masalah difusi dan inovasi terasa masih sangat urgent atau penting. Bukan

saja diharapkan masyarakat dapat menerima dan menyebarkan inovasi pembangunan,

tetapi juga mampu berpartisipasi secara aktif dalam proses perubahan sosial yang

direncanakan (development).

Santoso S. Hamijoyo mengemukakan konsep tentang komunikasi partisipatoris

di mana partisipasi masyarakat secara sadar, kritis, sukarela, murni, dan

bertanggungjawab memang baik. ”Baik” bukan sekedar karena bahwa dengan demikian

ada kemungkinan biaya pembangunan menjadi murah, tetapi ”baik” karena memang

sesuai dengan prinsip-prinsip dasar membangun masyarakat, bangsa, dan negara. Kendala

partisipasi tersebut, menurut Santoso S. Hamijoyo, bukan hanya karena tingkat

pendidikan dan peradaban, tetapi juga karena sulitnya pelaksanaan partisipasi masyarakat.

Dengan kata lain, kendala partisipasi tersebut lebih banyak bersumber dari kurangnya

kemauan atau itikad baik, komitmen moralitas dan kejujuran dari sebagian para

komunikator, pemimpin dan penguasa, baik di kalangan pemerintah, swasta, maupun

masyarakat dari semua tingkatan.

Maka dari itu, masalah komunikasi pembangunan bukan hanya menyangkut

bagaimana melakukan transformasi ide dan pesan melalui penyebaran informasi. Difusi

dan inovasi merupakan problem struktural. Artinya, penerimaan dan penyebarluasan ide

baru tersebut sangat tergantung pada sifat atau karakteristik lapisan masyarakat

(stratifikasi sosial).

11.3 Komunikasi dan Perubahan Sosial

Jurnal Komunikasi Audientia, Vol. I, 2 April – Juni 1993, menurunkan tulisan

Bruce H. Westley. Ia sudah sejak lama menekuni pemikiran di sekitar komunikasi

sebagai domain perubahan sosial. Dalam buku Process and Phenomena of Social Change

pada 1978, Westley menulis panjang lebar tentang komunikasi dan perubahan sosial.

Beberapa asumsi yang mendasari kajian perubahan sosial di mana komunikasi

terlibat di dalamnya antara lain:

1. Proses komunikasi menghasilkan perubahan-perubahan pengertian.

Page 92: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Hal itu bukan saja terjadi secara individual, bahkan bisa bersifat sistemik. Young

Yun Kim mendefinisikan komunikasi sebagai pertukaran informasi di antara dua sistem

yang mengatur dirinya sendiri.

2. Pertukaran informasi mempunyai tujuan pendidikan, hiburan, persuasi, dan

sebagainya.

Melalui proses inilah teori pembelajaran sosial melihat bahwa setiap manusia

memiliki suatu sikap atau nilai atau pandangan tertentu terhadap dunianya. Sebaliknya,

dunia sekitarnya membangun dan mempengaruhi persepsi kita. Peranan media massa

dalam hubungannya dengan teori pembelajaran sosial tersebut bisa mengisi keempat

proses yang diajukan oleh Albert Bandura, yakni proses memperhatikan, proses

mengingatkan kembali, proses gerakan untuk menciptakan kembali, dan proses

mengarahkan gerakan sesuai dorongan.

3. Dalam proses komunikasi terjadi sosialisasi nilai.

Wilbur Schramm menyatakan bahwa kegiatan komunikasi juga dapat dilihat dari

kedudukan fenomena dalam kehidupan sosial. Komunikasi pada dasarnya membuat

individu menjadi bagian dari lingkungan sosial. Hubungan yang terbentuk akibat

informasi, jika memiliki pola (pattern), akan disebut sebagai instruksi atau perantara

komunikasi. Rogers dan Kincaid menggambarkan terbentuknya suatu realitas sosial

(social reality) akibat proses komunikasi, yakni berupa saling pengertian (mutual

understanding), persetujuan bersama (mutual agreement), dan tindakan bersama

(collective action).

4. Bahwa kegiatan komunikasi mempunyai efek yang spesifik.

Teori komunikasi yang paling banyak membahas masalah efek adalah komunikasi

massa, khususnya efek media. Horton Cooley sejak awal abad ke-20 sudah mengatakan

bahwa media massa dapat memanusiakan dan meningkatkan kemampuan masyarakat,

dalam menanggapi persoalan-persoalan baru, dan memberikan konteks umum dalam

rangka pengambilan keputusan yang demokratis serta menghentikan monopoli

pengetahuan yang aristokratis (sebuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh individu

yang terbaik). Dalam pandangan strukturalisme, C. Wright Mills mengatakan sebaliknya

bahwa kekuatan elite dalam mengontrol massa adalah dengan mengontrol ekses terhadap

media massa.

Page 93: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

5. Komunikasi telah terbukti sebagai cara yang efektif dalam penyebaran ide-ide

baru kepada masyarakat yang terdiri atas inovasi.

Kemudian, asumsi keenam ialah komunikasi merupakan cara penularan perilaku.

Asumsi ketujuh bahwa motivasi berprestasi secara korelatif digunakan dengan cara

memanfaatkan media massa. Asumsi kedelapan bahwa komunikasi memiliki keterbatasan

dalam menjalankan perannya sebagai agen perubahan. Karena, komunikasi bukan satu-

satunya komponen yang menentukan perubahan.

11.4 Komunikasi Sebagai Proses Sosial

Menurut Peter L. Berger, hubungan antara manusia dengan masyarakat

berlangsung secara dialektis dalam tiga momen: eksternalisasi, objektivasi, dan

internalisasi. Berikut ini adalah penjelasannya.

1. Eksternalisasi

ialah proses penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia.

Dimulai dari interaksi antara pesan iklan dengan individu pemirsa melalui tayangan

televisi. Tahap pertama ini merupakan bagian yang penting dan mendasar dalam satu pola

interaksi antara individu dengan produk-produk sosial masyarakatnya. Yang dimaksud

dalam proses ini ialah ketika suatu produk sosial telah menjadi sebuah bagian penting

dalam masyarakat yang setiap saat dibutuhkan oleh individu, maka produk sosial itu

menjadi bagian penting dalam kehidupan seseorang untuk melihat dunia luar;

2. Objektivasi

ialah tahap di mana interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang

dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Pada tahap ini, sebuah produk

sosial berada proses institusionalisasi, sedangkan individu memanifestasikan diri dalam

produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, baik bagi produsen-produsennya maupun

bagi orang lain sebagai unsur dari dunia bersama. Objektivasi ini bertahan lama sampai

melampaui batas tatap muka di mana mereka bisa dipahami secara langsung. Dengan

demikian, individu melakukan objektivasi terhadap produk sosial, baik penciptanya

maupun individu lain. Kondisi ini berlangsung tanpa harus mereka saling bertemu.

Artinya, proses ini bisa terjadi melalui penyebaran opini sebuah produk sosial yang

berkembang di masyarakat melalui diskursus opini masyarakat tentang produk sosial, dan

tanpa harus terjadi tatap muka antarindividu dan pencipta produk sosial;

Page 94: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

3. Internalisasi

ialah proses di mana individu mengidentifikasikan dirinya dengan lembaga-

lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. Terdapat dua

pemahaman dasar dari proses internalisasi secara umum; pertama, bagi pemahaman

mengenai ‘sesama saya’ yaitu pemahaman mengenai individu dan orang lain; kedua,

pemahaman mengenai dunia sebagai sesuatu yang maknawi dari kenyataan sosial.

Kenyataan yang berhadapan antara masyarakat dengan manusia ada hubungan

saling mempengaruhi tersebut dibangun tak lain dengan proses komunikasi. Artinya,

komunikasi dalam hal ini, adalah sebuah proses sosial di masyarakat. Proses sosial

diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama. Dalam

hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan

perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam

masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya

melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks

sosialnya. Dapat dikatakan bahwa ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, norma, dan

pranata masyarakatnya. Jadi antara komunikasi dan proses sosial saling melengkapi dan

saling mempengaruhi. Seperti halnya, hubungan antara manusia dengan masyarakat yang

dikemukakan Berger di atas.

Goran Hedebro mengamati hubungan antara perubahan sosial dengan

komunikasi, berikut adalah hasil pengamatannya:

1. Teori komunikasi

Mengandung makna pertukaran pesan. Tidak ada perubahan dalam masyarakat

tanpa peran komunikasi. Dapat dijelaskan bahwa komunikasi hadir pada semua

upaya yang bertujuan membawa ke arah perubahan.

2. Meskipun komunikasi

Hadir dengan tujuan membawa perubahan, namun ia bukan satu-satunya alat

yang dapat membawa perubahan sosial. Komunikasi hanyalah salah satu dari

banyak faktor yang menimbulkan perubahan masyarakat.

3. Media

Page 95: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Yang digunakan dalam komunikasi berperan melegitimasi bangunan sosial yang

ada. Media adalah pembentuk kesadaran yang pada akhirnya menentukan

persepsi orang terhadap dunia dan masyarakat sebagai tempat mereka hidup.

4. Komunikasi

Adalah alat yang luar biasa guna mengawasi salah satu kekuatan penting

masyarakat; konsepsi mental yang membentuk wawasan orang mengenai

kehidupan. Mereka yang berada dalam posisi mengawasi media, bisa

menggerakkan pengaruh yang menentukan menuju arah perubahan sosial.

Komunikasi sebagai proses sosial adalah bagian integral dari masyarakat. Secara

garis besar komunikasi sebagai proses sosial di masyarakat memiliki fungsi-fungsi

sebagai berikut:

1. Komunikasi menghubungkan antar berbagai komponen masyarakat.

Komponen di sini tidak hanya individu dan masyarakat saja, tetapi juga lembaga-

lembaga sosial (pers, humas, universitas), asosiasi pers, asosiasi humas, organisasi desa,

dan berbagai lembaga lainnya. Bentuk lembaga tersebut dapat dipertahankan dan tidak

sangat tergantung dari peran komunikasi. Jika dalam musyawarah anggota memutuskan

suatu asosiasi bubar, tentu tidak dapat dipertahankan lagi.

2. Komunikasi membuka peradaban (civilization) baru bagi manusia.

Menurut Koentjaraningrat istilah peradaban dipakai untuk bagian-bagian dan

unsur-unsur dari kebudayaan yang halus dan indah, seperti kesenian dan ilmu

pengetahuan. Komunikasi telah mengantarkan peradaban negara Barat menjadi maju

dalam ilmu pengetahuan.

3. Komunikasi ialah manifestasi kontrol sosial dalam masyarakat.

Berbagai nilai (value), norma (norm), peran (role), cara (usage), kebiasaan, tata

kelakuan, dan adat dalam masyarakat yang mengalami penyimpangan akan dikontrol

dengan komunikasi, baik melalui bahasa lisan maupun perilaku nonverbal individu.

4. Tanpa bisa diingkari komunikasi berperan di dalam sosialisasi nilai ke

masyarakat.

Page 96: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Misalnya saja, bagaimana sebuah norma kesopanan disosialisasikan kepada

generasi muda dengan menggunakan contoh perilaku orang tua dan nasihat langsung.

5. Individu berkomunikasi dengan orang lain menunjukkan jati diri

kemanusiaannya.

Seseorang akan diketahui jati dirinya sebagai manusia karena menggunakan

komunikasi. Komunikasi juga berarti mencerminkan identitas sosial individu tersebut di

lingkungan masyarakat.

11.5 Komunikasi Sebagai Proses Budaya

Menurut Jalaluddin Rakhmat dan Deddy Mulyana, di dalam bukunya yang

berjudul Komunikasi Antarbudaya, sekurang-kurangnya ada tiga pandangan terhadap

komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi sebagai aktifitas simbolik

Ketika sedang berkomunikasi, kita biasanya menggunakan simbol-simbol

bermakna yang diubah ke dalam kata-kata verbal (nonverbal) untuk diperagakan. Simbol-

simbol komunikasi yang dimaksud dapat berbentuk tindakan, aktifitas, atau tampilan

objek yang mewakili makna tertentu. Makna adalah persepsi, pikiran, atau perasaan yang

dialami seseorang yang selanjutnya akan dikomunikasikan kepada orang lain.

2. Komunikasi sebagai proses

Komunikasi merupakan aktifitas yang terjadi secara terus berlangsung, dinamis,

dan berkesinambungan sehingga selalu mengalami perubahan.

3. Komunikasi sebagai pertukaran makna

Makna adalah pesan yang dimaksudkan oleh pengirim dan diharapkan dimengerti

pula oleh penerima. Permasalahannya adalah bagaimana setiap orang mampu membuat

kata-kata menjadi bermakna.

Asumsi dasarnya adalah komunikasi merupakan suatu proses budaya. Artinya,

komunikasi yang ditujukan pada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran

kebudayaan. Misalnya, anda berkomunikasi dengan suku Aborigin Australia, secara tidak

langsung Anda sedang berkomunikasi berdasarkan kebudayaan tertentu milik Anda

Page 97: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

untuk menjalin kerja sama atau mempengaruhi kebudayaan lain. Dalam proses tersebut

terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya ialah bahasa. Sedangkan bahasa

adalah alat komunikasi. Maka, komunikasi juga disebut proses budaya.

11.6 Unsur Budaya di dalam Proses Komunikasi

Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan

karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil

budi dan karyanya. Dari definisi yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat, kita bisa

melihat bahwa di dalam kebudayaan terdapat gagasan, budi, dan karya manusia yang

akan menjadi kebudayaan setelah dipelajari terlebih dahulu oleh manusia. Wujud dari

kebudayaan ialah sebagai berikut:

Wujud sebagai suatu kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia;

Wujud sebagai suatu kompleks aktivitas manusia;

Wujud sebagai benda;

Wujud Kebudayaan secara operasional bisa terbagi menjadi beberapa unsur yang

terangkum dalam cultural universal, mencakup: peralatan dan perlengkapan kehidupan

manusia, mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi, sistem kemasyarakatan,

bahasa (lisan maupun tertulis), kesenian, sistem pengetahuan, sistem kepercayaan atau

religi.

Dalam konteks komunikasi sebagai proses budaya, kita tidak terlepas dari

penggunaan bahasa verbal dan nonverbal. Bahasa verbal dan nonverbal yang digunakan

manusia dalam mengadakan kontak dengan lingkungannya memiliki kesamaan antara

lain:

1. Menggunakan sistem lambang;

2. Merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh individu manusia;

3. Orang lain juga memberikan arti pada simbol yang dihasilkan tadi.

Page 98: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Sehingga terjadi proses saling memberikan arti pada simbol-simbol yang

disampaikan oleh individu-individu yang saling berkomunikasi. Tanda atau simbol

merupakan alat yang digunakan dalam interaksi. Pembahasan mengenai simbol harus

diawali dengan konsep ‘tanda’ (sign). Tanda dapat disebut sebagai unsur yang digunakan

untuk mewakili unsur lain. Dari tanda dan simbol tersebut, kita memberikan makna.

Setiap orang akan memberikan makna berdasarkan pengalaman pribadinya. Manusia

dapat memiliki makna sama hanya ketika mereka mempunyai pengalaman yang sama

atau dapat mengantisipasi pengalaman-pengalaman yang sama.

Dilihat dari fungsinya, bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untuk

mengungkapkan gagasan (socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahami apabila

ada kesepakatan di antara anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya.

Bahasa diungkapkan dengan kata-kata dan kata-kata tersebut sering diberi arti arbiter

(semaunya). Contoh: terhadap buah pisang orang Sunda menyebutnya cau dan orang jawa

menyebutnya gedang. Kemudian definisi bahasa secara formal ialah semua kalimat yang

terbayangkan dan bisa dibuat menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa bisa dikatakan

mempunyai tata bahasanya sendiri.

Dalam studi kebudayaan, bahasa ditempatkan sebagai sebuah unsur penting

selain unsur-unsur lain, seperti sistem pengetahuan, mata pencaharian, adat istiadat,

kesenian, dan sistem peralatan hidup. Bahkan bahasa bisa dikategorikan sebagai unsur

kebudayaan yang membentuk non-material selain nilai, norma, dan kepercayaan. Bahasa

merupakan komponen budaya yang sangat penting yang mempengaruhi penerimaan kita,

perilaku kita, perasaan, dan kecenderungan kita untuk bertindak menanggapi lingkungan

kita. Atau dengan kata lain, bahasa mempengaruhi kesadaran kita, aktivitas, dan gagasan

kita, benar atau salah, moral atau tidak bermoral, serta baik atau buruk. Bahasa dari suatu

budaya berbeda dengan bahasa dari budaya lain dan bahasa dari sebuah subkultur tertentu

berbeda dengan bahasa dari subkultur yang lain.

11.7 Komunikasi di dalam Sistem Politik

Sebagaimana diketahui konsep komunikasi politik di dalam ilmu politik telah

mengalami perkembangan dalam pengertiannya. Gabriel Almond pernah

mengkategorikannya sebagai salah satu dari empat fungsi input sistem politik. Kemudian

Alfian, di dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia,

Page 99: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

menjadikan komunikasi politik sebagai penyebab bekerjanya semua fungsi dalam sistem

politik. Komunikasi politik diibaratkan sebagai sirkulasi darah di dalam tubuh.

Bukan darahnya, tapi apa yang terkandung di dalam darah itu yang menjadikan

sistem politik itu hidup. Lebih lanjut Alfian menjelaskan komunikasi politik, sebagai

layaknya darah, mengalirkan pesan-pesan politik berupa tuntutan, protes, dan dukungan

yang berupa aspirasi dan kepentingan, untuk dibawa ke jantung sebagai pusat pemrosesan

sistem politik. Lalu hasil pemrosesan itu disimpulkan dalam bentuk fungsi-fungsi output

untuk dialirkan kembali oleh komunikasi politik yang selanjutnya menjadi feedback di

dalam sistem politik.

Dengan kata lain, komunikasi politik menyambungkan semua bagian dari sistem

politik dan juga masa kini dengan masa lampau, sehingga dengan demikian aspirasi dan

kepentingan dikonversikan menjadi berbagai kebijakan. Apabila komunikasi itu berjalan

lancar, wajar, dan sehat, maka sistem politik itu akan mencapai tingkat kualitas responsif

yang tinggi terhadap perkembangan aspirasi dan kepentingan masyarakat serta tuntutan

perubahan zaman. Hal itu biasanya terjadi pada suatu sistem politik yang mampu

mengembangkan kapasitas dan kapabilitasnya secara terus-menerus.

Bagaimana komunikasi politik menyambungkan seluruh bagian dari sistem

politik? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan contoh berikut ini. Orang tua, sekolah,

pemuka agama, dan tokoh masyarakat melalui komunikasi politik menanamkan nilai-nilai

ke dalam masyarakat. Para pemimpin organisasi politik dan kelompok kepentingan

mengkomunikasikan aspirasi dan kepentingan masyarakat sebagai kehendak mereka serta

rekomendasi kebijakan untuk memenuhinya.

Setelah menerima informasi dari berbagai pihak, mereka yang bertugas

melaksanakan fungsi legislatif membuat undang-undang yang dianggap perlu dan

relevan, yang kemudian dikomunikasikan kepada pihak yang berwenang untuk

melaksanakannya. Proses pelaksanaannya dikomunikasikan kepada masyarakat dan

dinilai oleh masyarakat sehingga penilaian itu dikomunikasikan lagi. Dalam seluruh

proses komunikasi politik, media massa baik cetak maupun elektronik, memainkan peran

penting, selain saluran-saluran lainnya seperti tatap muka, surat-menyurat, media

tradisional, organisasi, keluarga, dan kelompok pergaulan.

Page 100: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Sebagaimana bisa ditinjau, pada setiap bagian dari sistem politik terjadi

komunikasi politik, mulai dari proses penanaman nilai (sosialisasi politik atau pendidikan

politik) sampai kepada pengartikulasian dan penggabungan aspirasi dan kepentingan,

terus kepada proses pengambilan kebijakan, pelaksanaan, dan penghakiman terhadap

kebijakan tersebut. Tiap-tiap bagian atau tahap-tahap itu disambungkan pula oleh

komunikasi politik.

Demikianlah, secara simultan, timbal-balik, vertikal maupun horizontal dalam

suatu sistem politik yang handal, sehat, dan demokratis, komunikasi politik terjadi pada

setiap bagian dari keseluruhan sistem politik. Sistem politik seperti itu sudah berhasil

menjadikan dirinya sistem politik yang mapan dan handal, yakni sistem politik yang

memiliki kualitas kemandirian yang tinggi untuk mengembangkan dirinya secara

kontinyu. Itulah sistem politik yang sudah tinggal landas secara self-sustainable. Lebih

jauh bisa digambarkan peranan penting komunikasi politik dalam memelihara dan

meningkatkan kualitas kehandalan suatu sistem politik yang sudah mapan. Ia berperan

penting sekali dalam memelihara dan mengembangkan budaya politik yang ada dan

berlaku yang telah menjadi landasan yang mantap dari sistem politik yang mapan dan

handal itu.

Komunikasi politik mentransmisikan nilai-nilai budaya politik yang bersumber

dari pandangan hidup atau ideologi bersama masyarakatnya kepada generasi baru (anak-

anak, remaja, dan pemuda, termasuk mahasiswa) dan memperkuat proses

pembudayaannya dalam diri generasi yang lebih tua. Maka dari itu, budaya politik

mampu terpelihara dengan baik, bahkan mungkin berakar dan terus berkembang dari satu

generasi ke generasi berikutnya. Bersamaan dengan itu, komunikasi politik bisa menyatu

dan menjadi bagian integral dari budaya politik tersebut. Komunikasi politik berakar,

hidup, dan berkembang bersama-sama dengan budaya politiknya.

11.8 Komunikasi sebagai Proses Politik

Dengan komunikasi, maka realitas, sejarah, tradisi politik bisa dihubungan dan

dirangkaikan dari masa lalu untuk dijadikan acuan ke masa depan. Dengan komunikasi

Page 101: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

sebagai proses politik, berbagai tatanan politik berubah sesuai dengan tuntutan

masyarakat akan berubah. Misalnya, tradisionalisme.

Berbagai adopsi tradisi luar juga tidak akan mudah diterima begitu saja dan suatu

saat akan mengalami kegagalan seandainya bertentangan dengan tradisi yang sudah ada.

Ada beberapa catatan yang bisa ditarik ketika kita memperbincangkan komunikasi

sebagai proses politik, yakni sebagai berikut:

1. Komunikasi memiliki peran signifikan dalam menentukan proses perubahan

politik di Indonesia. Ini bisa dilihat dari perubahan format lembaga kepresidenan

yang dahulunya sakral kemudian menjadi tidak sakral. Ini semua diakibatkan

terbinanya komunikasi politik yang baik antara masyarakat dan pemerintah.

2. Kita pernah mewarisi komunikasi politik yang tertutup sehingga mengakibatkan

ideologi politik yang tidak terbuka. Kemudian timbul penafsiran ada pada pihak

penguasa yang mendominasi dan mengontrol semua bagian, sehingga

memunculkan hegemoni dan pola atau arus komunikasi top down yang

indoktrinatif.

3. Komunikasi masih dipengaruhi oleh tradisi politik masa lalu. Tradisi politik yang

mementingkan keseimbangan, harmoni, dan keserasian masih diwujudkan

meskipun dalam kenyataannya tradisi itu justru dijadikan alat legitimasi politik

penguasa atas nama stabilitas. Keterpengaruhan ini juga termanifestasikan pada

budaya sungkan yang masih kental dalam tradisi komunikasi kita.

4. Sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu untuk mengalirkan

pesan politik (berupa tuntutan dan dukungan) ke pusat kekuasaan untuk diproses.

Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik.

Ini artinya, komunikasi sebagai proses politik adalah aktivitas tanpa henti.****

Page 102: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB XII

PERAN MEDIA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT

12.1 Budaya Lokal dan Kehidupan Masyarakat

Media Lokal/pers adalah media/pers yang dibangun oleh dan untuk orang-orang

lokal. Lokal dapat berarti suatu kota, kabupaten atau propinsi atau wilayah yang dihuni

atau suatu kelompok suku, dalam suatu wilayah geografis yang lebih besar.

Fungsi media/pers lokal pada dasarnya untuk memebuhi kebutuhan masyarakat

yang bersangkutan, apakah itu dalam segi pendidikan, informasi, kebudayaan atau

hiburan. Akan tetapi yang terpenting yaitu untuk membangun dan mengembangkan jati

diri (identitas) masyarakat lokal tersebut.

Namun dalam kenyataan sekarang masyakat Indonesia termasuk birokrat

dipemerintahan, umumnya menganut pandangan objektif terhadap budaya. Mereka

memandang bahwa budaya adalah suatu entitas yang cenderung statis yang terutama

berbentuk aspek-aspek yang dapat di lihat dan diraba seperti artefak, kerajinan tangan,

tarian bangunan, dsb. Hal ini bisa di lihat dengan adanya kementrian kebudayaan, namun

yang diurusinya hanya hal-hal yang bersifat nyata.

Sebagai kita yang hanya memandang budaya secara objektif, maka sebagai

akibatnya mengundang beberapa persoalan, diantanya:

1. Kita cenderung etnosentrik, menganggap budaya kita sebagai yang terbaik dan

mengukur budaya yang lain dengan standar kita. Maka kita pun menganut

otostereotip “masyarakat kita ramah tamah” “masyarakat kita religius” dsb

padahal bangsa-bangsa lain pun boleh jadi menganggap diri mereka ramah

tamah.

2. Kita menjadi kurang kritis terhadap aspek-aspek budaya yang kita warisi dari

nenek moyang kita, karena kita menganggap sebagai bawaan yang tak perlu

Page 103: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

dipersoalkan lagi. Padahal sebagai aspek budaya mana pun yang merupakan hasil

kreasi manusia selalu ada aspek positif dan negatif. Aspek budaya yang negative

adalah kebiasaan jam karet, etos kerja yang rendah sehingga kita menjadi bangsa

yang lembek dan tidak mampu bersaing dengan bangsa lain. Ironisnya kita justru

malah lebih suka mengadopsi budaya asing yang justru merusak semisal sifat

hedonisme (memuja kesenangan)

Contoh lain yang harus kita kritisi dari budaya kita adalah kolektivisme/gotong

royong. Dalam bahasa Sunda Bongkong ngaronjok bengkung ngariung atau

bahasa jawa mangan ora mangan asal kumpul. Disana memang ada nilai

harmoni/keselarasan tetapi dengan mengorbankan kebiasaan atau kemampuan

berbeda pendapat. Akibatnya kita menjadi orang-orang yang emosional,

temperamental dan berangasa.

Dalam batas-batas tertentu kolektivisme boleh-boleh saja dipertahankan,

misalnya saling berkunjung dan kerja bakti. Akan tetapi kalau tidak hati-hati ini

bisa menimbulkan terjadinga KKN dalam berbagai bentuk dan diberbagai bidang.

3. Kita menjadi kaku dan kurang luwes dalam bergaul dengan budaya lain. Kita

menjadi gagap dan gamang untuk berinteraksi dengan suku-suku lain atau

bangsa-bangsa lain yang ada disekitar kita, kita kerap kali hanya terbawa arus

ikut-ikutan, tidak percaya diri, tidak mandiri.

Menurut Dr.Ide Anak Agung Gde Agung mantan Dubes Indonesia untuk Austria

menjadi salah satu factor yang menyebabkan lemahnya para diplomat Indonesia di luar

negeri. Mereka kurang menguasai bahasa asing dan kurang mampu bergaul dengan orang

asing.

Mengubah pandangan budaya dari objektif ke interpretif yang mengisyaratkan

bahwa budaya itu dinamis, bahwa kita bukan sekedar orang yang harus mengikuti nilai-

nilai budaya yang diwarisi dari terdahulu, tetapi harus mengkritisinya, memperbaharuinya

Page 104: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

sesuai nilai-nilai positif yang kita prioritaskan. Sikap kita yang benar adalah bagaimana

kita mampu memelihara nilai-nilai budaya local yang positif yang sesuai dengan agama

kita, dan bagaimana pula kita mampu menyaring budaya asing.

WS Rendra: kita dapat mengadopsi aspek-aspek budaya dari mana pun sejauh hal

itu meningkatkan martabat kemanusiaan kita. Sayangnya yang lebih banyak ditiru dari

barat yaitu hal-hal yang negative.

Salah satu misi terpenting pers lokal adalah misi pendidikan yaitu bagaimana

membangkitkan jati diri yang selama ini dianggap memble jika berhadapan dengan suku

lain.

12.2 Film dan Budaya Lokal

Melvin DeFleur lewat teori norma budaya (the cultural norm theory): pada

dasarnya media massa lewat sajiannya yang selektif dan tekanannya pada tema-tema

tertentu menciptakan kesan pada khalayak bahwa norma-norma budaya bersama

mengenai topic yang ditonjolkan didefinisikan dengan suatu cara tertentu. Artinya media

massa berkuasa mendefinisikan norma-norma budaya buat khalayaknya dan secra tidak

langsung media akan mempengaruhi individu.

Menurutnya, ada tiga pola pembentukan pengaruh melalui media massa:

1. Pengaruh norma yang ada (mis: kekeluargaan, cinta tanah air,atau

agresivitas).

2. Kedua, menciptakan norma yang baru (pakaian dengan perut terbuka, topi

kupluk, dll).

3. Ketiga, mengubah norma yang ada (mis: selera makanan cepat saji, jilbab

yang lebih fashionable).

Adakah Budaya Indonesia? Deddy Mulyana: Budaya Indonesia seperti budaya

yang lainnya masih dalam proses “menjadi” alih-alih sebagai entitas yang sudah jadi. Dan

pertanyaan lainnya, nilai-nilai budaya apa yang hendak dibangun? Sayangnya

pembangunan budaya kita tanpa “Cetak Biru” yang jelas. Sejak kita merdeka kita belum

Page 105: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

pernaha punya strategi budaya nasional yang ditetapkan oleh pemerintah. Karena itu

perkembangan budaya kita bersifat centang-perenang, zig zag dan tanpa arah yang jelas.

Jika orang Amerika ditanya tentang nilai budaya mereka, mereka akan

menyebutkan seperti yang diungkapkan Vander Zanden yaitu: kekeyaan, keberhasilan,

kerja dan aktivitas, kemajuan, rasionalitas, demokrasi dan kemanusiaan. Sedangkan

bangsa Jerman mencakup sifat rajin, ambisi, ketelitian, dan kerja keras, baik, adil, dapat

dipercaya, suka menolong, dan pencari gelar.

Sedangkan kita sebagai bangsa Indonesia jika ditanya, nilai-nilai utama apa yang

dianut? Kita cenderung bingung, atau gagap menyebutnya, karena kalau pun kita

sebutkan hingga saat ini belum menginternalisasikannilai-nilai positif tersebut secara

utuh. Di jaman Orba kerap mengklaim punya seperangkat nilai budaya seperti religius,

keramahtamahan, dan toleransi antar suku dan antar agama. Itu dalam kenyataannya

hanya sebagai slogan atau bahkan mitos.

Mochtar Lubis dalam bukunya “Manusia Indonesia” yang menandai manusia

Indonesia sebagai: munafik, tak bertanggungjawab, berjiwa feodalpercaya takhayul,

berwatak lemah, dan boros. Bahkan Media massa Malaysia memberikan julukan INDON

untuk menandai bangsa kita yang liar, bringas, dan suka melanggar hokum.

Bangsa ini cenderung membebek kepada bangsa asing. Kaum remaja lebih suka

memuja selebritis asing. Sudjoko mantan dosen ITB pernah menjuluki bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang menderita KROCOJIWA yang rendah diri dihadapan bangsa barat

yang mereka kagumi dan secara membabi buta mereka tiru dalam sikap, peri laku dan

penampilan.

Ibnu Khaldun sosiolog Muslim abad 14 “Muqadimah”Orang-orang taklukan

selalu meniru penakluknya baik dalam pakaian, perhiasan, kepercayaan, dan adapt

istiadat lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya keinginan untuk menyamai mereka

yang telah mengalahkan dan menaklukannya. Orang-orang taklukan menghargai para

penakluknya secara berlebihan.

Page 106: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

12.3 Kendala Penyebaran Informasi di Indonesia

Sebagian besar masyarakat Indonesia belum melek infor-masi, meskipun

globalisasi telah melanda Indonesia, dan hanya wilayah perkotaan yang terimbas proses

tersebut. Masih banyak pulau, desa dan daerah terpencil yang tetap tradisional dan masih

menganut serta mempraktikan budaya mereka yang boleh jadi menghambat penyebaran

informasi yang dilakukan oleh agen-agen pembaharuan termasuk pemerintah.

Beberapa kendala terhadap penerimaan dan penggunaan yang berguna bagi

kehidupan mereka berkaitan dengan kepercayaan dan nilai budaya mereka, sebagian

bersifat mistis dan merupakan mitos yang tidak kondusif bahkan kontra produktif dengan

usaha-usaha untuk memajukan kesejahteraan mereka.

Banyak tanah di Sumatera Barat, Kalimantan, dan Papua yang tidak bisa

dikembangkan untuk pembangunan pari-wisata, karena masyarakat menganggap lahan

tersebut sebagai tanah adapt yang tidak boleh dikomersilkan atau sebagai tanah yang

bersifat sakral.

Masalah utama komunikasi sosial yang dihadapi oleh negara-negara dunia ketiga

umumnya dan Indonesia khususnya dapat dipetakan sebagai berikut: Pertama, organisasi

sosialnya terfrag-mentasi berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras dan Antargolongan).

Kedua, tarik-menarik antara budaya feodal (peasant culture) dengan budaya borjuis

masyarakat industri (industrial culture). Ketiga, norma kelompok yang terbelah di antara

memberships group dan reference group yang kontradiktif.

Secara singkat dapat disimpulkan karakter masyarakat majemuk sebagai berikut:

struktur sosialnya terpecah dalam beberapa subsistem yang berdiri sendiri dalam ikatan

primordial yang nonkomplementer; segmentasi kultural yang saling berbeda yang tidak

punya konsensus dan loyalitas terhadap nilai-nilai dasar; konflik sosial berbentuk vertikal

dan horizontal; intergrasi sosial bersifat koersif dan dominasi politik bersifat rasial

(Nasikun, 1989).

Struktur sosial masyarakat majemuk di Indonesia (plural society) terdiri atas dua

elemen yang berdiri sendiri tanpa pembauran sebagai masyarakat politik (polity). Ini

dapat dicermati dengan pendekatan konflik (conflict approach) dan pendekatan struktural-

fungsional (functional-structural approach).

Page 107: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Seorang sosiolog bernama JS Furnivall dalam karyanya Netherland India: A

Study of Plural Economy (Cambridge University Press, 1967) melihat masyarakat

Indonesia terbelah secara vertikal: kelas sosial ekonomi dan secara horizontal: SARA.

Kekuasaan politik didominasi ras tertentu (baca: Jawa) tanpa ada kehendak bersama

(common will). Dalam karyanya yang lain Colonial Policy and Practice: A Comparative

Study of Burma and Net-herlands India (New York University Press, 1956), Furnivall

menyebutkan dalam masyarakat majemuk seperti ini tidak ada common social demand.

Artinya, hubungan sosial di antara elemen-elemen masyarakat majemuk semata-mata

didasari oleh proses produksi material.

Kepentingan ekonomi berimpit dengan perbedaan ras yang mengerucut seperti

piramida: pribumi sebagai alasnya dalam bidang pertanian sawah (wet rice cultivation) di

Jawa dan pertanian ladang (shifting cultivation) di luar Jawa, posisi tengah ditempati oleh

Timur Asing (Tionghoa; Arab; India) sebagai pedagang perantara dan puncaknya ditem-

pati oleh bangsa Eropa yang komandani oleh Belanda di sektor perkebunan. Pasca

revolusi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 lapisan atas bergeser ditempati oleh

segelintir elite pribumi. Lapisan lainnya nyaris tidak berubah.

Masalahnya, pembangunan yang tidak lain dari perubahan sosial yang terencana

dengan budaya (culture), situasi (situation) dan waktu (time) yang berbeda antara suatu

negara dengan negara lainnya. Dengan demikian, tidak bisa konsep-konsep modernisasi

Barat dicangkokkan begitu saja dalam proyek rekaya sosial masyarakat di negara-negara

dunia ketiga termasuk Indonesia. Seperti terlihat dalam pemikiran David Mc Clelland

dengan konsep N-Ach (Need for Achievement) dalam karyanya The Achieving Society

(Princeton van Nostrand, 1961) yang mirip dengan karya sosiolog Jerman Max Webber

The Protestant Ethics and The Rise of Capitalism yang intinya melihat kerja keras dan

disiplin tinggi sebagai panggilan Illahi (calling) sebagai dasar modernisasi Barat.

Inilah yang tidak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di negara-negara dunia

ketiga ter-masuk Indonesia. Intinya mereka terbelakang dan miskin karena malas. Untuk

itulah perlu disusun strategi komunikasi yang bisa mengubah mental masyarakat yang

selaras dengan modernisasi. Pemikiran ini diadobsi oleh rezim Orde Baru dulu. Tayangan

“Ria Jenaka” di TVRI yang memanfaatkan komunikasi tradisional dengan tokoh

punakawan dalam dunia perwayangan sebagai agen modernisasi. Atau drama radio

“Butir-Butir Pasir Laut” di RRI yang memuat pesan KB Nasional bisa dijadikan sekedar

Page 108: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

ilustrasi.Begitu pula Daniel Lerner dalam karyanya The Pas-sing of Traditional Society:

Modernizing The Mid-dle East (New York: Free Press, 1965). Pemikirannya khas

seorang pengamat Barat. Ia mirip Rostow yang percaya bahwa media massa bisa menjadi

alat percepatan sejarah (acceleration of history) dan mobilisasi massa (mobilization of

periphery***.

Page 109: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

BAB XIII

KEPEMIMPINAN MASYARAKAT ADAT

13.1 Kepemimpinan Masyarakat Adat

Ketika sebuah komunitas menjadi lebih kompleks dalam bentuk keluarga luas

dan etnis, maka pemimpin telah ditentukan melalui proses “memilih”. Hanya saja proses

dan aturan memilih ini kebanyakan sudah ditentukan misalnya berdarah bangsawan, dari

kelompok marga tertua, secara turun menurun, dll. Dalam kedua kasus di atas maka

kekuasaan yang melekat pada seseorang adalah given. Oleh karena itu kadang-kadang

lebih ba-nyak bersifat sabda penguasa.

Pola-pola pemilihan dan kepemimpinan semacam itu belum tentu tidak

demokratis, dalam arti terbuka, trans-paran, dan menyelesaikan persoalan secara damai.

Ada jenis “demokrasi” yang berbeda antara yang ber-laku dimasyarakat adat dengan yang

kita kenal selama ini. Kalau standard demokrasi seperti yang kita kenal ini yang dipakai,

tentu saja komunitas adat bisa dilihat sebagai yang tidak demokratis. Persoalannya

apakah ini yang disebut metode partisipatory?!

Memang benar bahwa kondisi kepemimpinan masyara-kat adat saat ini dalam

dilema, yang disebabkan oleh berlakunya UU no. 5 Tahun 1979 mengenai tata peme-

rintahan desa. Perundangan tersebut secara formal ti-dak mengakui lagi kepemimpinan

informal di tingkat komunitas asli, dan diganti dengan kepemimpinan for-mal dalam

bentuk pemerintahan desa yang segala ke-pemilihan dan strukturnya telah ditentukan oleh

peme-rintah pusat. Sejak saat itu “dualisme” kepemimpinan terjadi di tingkat bawah

khususnya di komunitas-komu-nitas di luar Jawa.

Selain dualisme kepemimpinan, kemudian terjadi ke-cenderungan bahwa tradisi

kepemimpinan informal se-makin lama semakin memudar karena kurang dipakai oleh

masyarakat. Tidaklah mudah untuk membangkit-kan kembali pola struktur

kepemimpinan semacam itu. Mungkin yang hanya bisa dilakukan adalah menegak-kan

kembali nilai tradisinya yang mampu menumbuh-kan semangat kebersamaan, simbol

identitas, dan hukum-hukum adat yang masih relevan.

Page 110: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

13.2 Konsep Kepemimpinan Tradisional

3 (tiga) konsep kepemimpinan, yaitu:

1. Kepemimpinan tradisional mengacu pada aturan lama yang sangat statis,

biasanya mengacu pada agama atau adat.

2. Kepemimpinan rasional mendapat kewe-nangannya dari aturan formal, serta

hu-kum yang disepakati

3. Kepemimpinan kharismatis lebih menon-jolkan kewibawaan dan kharisma

seseo-rang di tengah masyarakat yang dipim-pinnya. Otoritas kepemimpinan

seseo-rang didapat dari proses yang lama, yang diakui oleh masyarakat.

Sejak zaman pra-penjajahan hingga saat ini, model kepemimpinan yang dianut

masyarakat adat menga-lami fluktuasi yang dapat digambarkan sebagai be-rikut:

1. Sebelum kedatangan penjajah, setiap masyarakat adat memiliki model kepe-

mimpinan asli, belum terkooptasi oleh kekuatan manapun di luar masyarakat

adat itu sendiri.

2. Pada masa kolonialisme, tatanan masya-rakat adat mulai dicampuri oleh

penjajah. Sebagian dielaborasikan pada sistem kolonialisme, sebagian

dihilangkan.

3. Tahun 1948, setelah Indonesia merdeka, terdapat UU yang mengatur tentang

se-truktur pemerintahan: propinsi, kabupa-ten, desa/dengan nama lain

(masyarakat adat masih diakomodir).

4. Tahun 1979, melalui UU No. 5/1979, ter-jadi penyeragaman wilayah

pemerinta-han terendah; desa adat dilebur menjadi desa.

5. Tahun 1999, dalam UU No. 22/1999 ten-tang Otonomi Daerah, masyarakat

adat kembali diakomodir.

Page 111: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Kepemimpinan masyarakat adat, saat ini, mempu-nyai 3 muka:

1. Berhubungan dengan negara/pemerintah

2. Berhubungan dengan konstituennya, masyarakat

3. Berhubungan dengan pasar (bisnis).

Bagan di atas merupakan salah satu alat bantu untuk menganalisa pola

kepemimpinan masyarakat adat saat ini. Masyarakat adat yang berhadapan dengan negara

dan kelompok bisnis bisa dilihat dari 3 (tiga) pendekatan: politik, ekonomi, dan sosial-

buda-ya. Benturan-benturan masyarakat adat dengan 2 elemen lain tersebut, selanjutnya

berdampak pada ma-najemen kepemimpinan masyarakat adat, pola rek-rutmen

pemimpin, struktur dan fungsi kepemimpinan serta hak pengelolaan sumberdaya alam.

Dalam kerangka otonomi daerah, apakah pola kepe-mimpinan adat yang lama

masih bisa diberlangsung-kan? Bagaimanakah strategi kepemimpinan adat untuk

mengakomodir perubahan-perubahan yang terjadi pada masa kini?

13.3 Perubahan Pola Kepemimpinan Masyarakat Adat

13.3.1 Kondisi di Sumbar (Pra-kolonialisme)

Sebagai unit pemerintahan otonom, kekuasaan peme-rintahan nagari dipegang

oleh Kerapatan Adat Nagari (KAN) yang berfungsi sebagai badan eksekutif, legislatif dan

yudikatif. Dalam KAN berkumpul para ninik-mamak yang mewakili kaumnya dan secara

musyawarah mu-fakat melaksanakan pemilihan Wali Nagari, melakukan peradilan atas

anggotanya, dan menetapkan peraturan demi kepentingan anak Nagari.

a. Kolonialisme

Nagari diperintah oleh dewan kepala panghulu. Belanda menetapkan seorang

kepala nagari sebagai wakil dan pegawai pemerintah paling tinggi dalam hubungannya

Page 112: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

dengan Belanda. Untuk tujuan sistem pengolahan ta-nam paksa komoditas kopi, Belanda

membuat batasan jumlah kepala kaum administratif (dinamakan panghulu rodi).

b. Orde Lama

Melalui UU No. 22/1948 ditetapkanlah satu hierarki ad-ministratif resmi yang

tergabung dalam organisasi pe-merintah lokal. Ini terdiri dari Wali Nagari dan Kerapatan

Nagari, dimana sejumlah tetua adat yang terpilih selalu memainkan peran penting

disamping ulama dan kaum cerdik pandai.

c. Orde Baru

Melalui UU No.5/1979, dilakukan penyeragaman peme-rintahan terendah, yaitu

mengikuti pola desa Jawa. Kebijakan ini diberlakukan secara efektif di Sumatera Barat

pada tahun 1983. Pembentukan desa didasarkan pada jorong (subdivisi nagari).

Alasannya, supaya mendapat lebih banyak bantuan karena jumlah jorong lebih banyak

daripada nagari, yang secara substansial lebih besar daripada desa di wilayah lain di

Indonesia.

Dengan pelaksanaan UU No.5/1979, nagari bukan lagi sebuah unit administratif

yang resmi. Namun, sebuah perda tahun 1983 mengizinkan nagari sebagai “masya-rakat

hukum adat” dan mengakui Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai institusi yang

mewakili masyarakat ini.

Pada periode ini terjadi dualisme kepemimpinan. Meski nagari hancur, namun

tataran adat nagari masih eksis. Dalam konteks kepemimpinan adminis-tratif, ditetapkan

kepala desa sebagai pemimpinnya. Dan seringkali kepala desa tampil sebagai pemimpin

yang otoriter meskipun kurang legitimate. Pada ma-sa ini, masyarakat adat dipimpin oleh

pemangku adat yang lebih bisa diterima oleh komunitas adat.

Keppemimpinan adat dalam konteks otonomi daerah. Kepemimpinan masyarakat

adat dalam rela-sinya dengan semangat otonomi daerah di Sumatra Barat dapat

digambarkan sebagai berikut: Kepemimpinan adat masih bisa diterima. Pemimpin adat

bisa menjadi pemimpin administratif, meski tidak dianut oleh seluruh komunitas.

Ada 4 kepe-mimpinan nagari: eksekutif, legislatif, yudikatif, dan pelestarian adat.

Tiga fungsi pertama mengabsorbsi pola kepemimpinan yang rasional; Wali Nagari dipilih

Page 113: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

oleh rakyat dan di-SK-kan (ditetapkan) oleh bupati. Sedang fungsi keempat, tidak bisa

diintervensi negara. Kerapatan adat nagari yang menjalankan fungsi ini tumbuh dari

bawah dan turun-temurun.

13.3.2 Kondisi di Bali (Pra-Orde Baru)

Desa adat mempunyai kewenangan meliputi: pa-rahyangan, pawingan dan

pembangunan. Sejak diberlakukannya UU No.5/1979, terjadi dualisme pe-merintahan,

yaitu desa adat dan desa dinas. Hal ini menimbulkan kerancuan dan mengurangi otonomi

desa adat sebelumnya. Desa adat hanya berwenang mengelola urusan parahyangan.

Bendesa tidak memiliki wewenang seperti ketua adat di wilayah lain. Kekuasaan

tertinggi ada di paruman (rapat desa adat) yang diadakan secara rutin dlmkurun waktu

tertentu. Di satu sisi, berdampak positif, yaitu mengontrol wewenang bendesa sehingga

tidak menyimpang dari adat. Di sisi lain, berdampak negatif, respon bendesa terhadap

persoalan dari luar menjadi lamban.

Desa adat terdiri dari satu banjar. Dalam pola kepemimpinan lama, banjar

dipimpin oleh kepala banjar. Sejak diberlakukan UU No.5/1979, kepala banjar diganti

kepala dusun. Dari rapat kepala dusun inilah dihasilkan keputusan desa adat.

Pamor desa adat meredup.

Sistem pemilihan bendesa adat sebagian menggu-nakan sistem keturunan dan ada

juga yang meng-gunakan model pemilihan secara langsung. Bahkan sekarang masa

jabatannya dibatasi. Kalaupun ada yang menjabat dalam waktu lama, ada dua kemung-

kinan: pertama, memang disegani. Kedua, masih ter-sangkut hutang pada desa adat.

Bendesa biasanya tampil one man show.

Sering terjadi perebutan wewenang antara pemimpin desa dinas dengan desa adat

berkaitan dengan masuknya investor. Kalau hanya disahkan pemimpin desa adat, maka

kerjasama itu tidak punya kekuatan legal-formal. Sedangkan jika hanya disahkan

pemimpin desa dinas, kerjasama itu dianggap tidak legitimate di kalangan masyarakat

adat. Namun sekarang ini desa adat lebih diperhatikan.

Page 114: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

13.3.3 Kondisi di Kalimantan Barat (Orde Baru)

Seperti yang terkandung dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika, pemerintahan

negara dibagi dua, yaitu negeri dan adat. Namun sebenarnya, sebelum tahun 1975,

pemerintahan adat hanya satu untuk menja-lankan dua fungsi, yaitu: administrasi dan

adat. Ketika pemerintah Orde Baru mengisyaratkan perubahan struktur pemerintahan adat

masyarakat Landak tidak mau mengganti. Resikonya, tidak ada SK atau tunja-ngan dari

pemerintah. pembentukan desa model Jawa kurang diterima oleh masyarakat adat lokal.

Otoritas kepala desa dalam bidang sosial-budaya tidak menda-pat legitimasi sosial.

Pada pertengahan 1980 pemerintah membentuk De-wan Adat dan Majelis Adat

pada tingkat propinsi. Tu-juannya adalah memperoleh dukungan kultural dari masyarakat

adat. Selain itu untuk kepentingan mobili-sasi politik karena yang duduk di sana

dipastikan Golkar.

13.3.4 Kondisi di Nusa Tenggara Timur

Sebelum kehadiran kolonial, eksistensi masyarakat adat masih kuat dalam

berbagai aktivitas. Masyarakat adat Meto memiliki sebuah mekanisme pergantian

kepemimpinan yang unggul. Jika tiba masa pergantian pemimpin, masyarakat secara

sadar datang tanpa di-undang dan tidak ada kampanye. Ketika kolonial ma-suk, sebagian

hak masyarakat adat diambil alih. Ketika orba berkuasa, mekanisme kepemimpinan lokal

hilang. Untuk Camat atau kepala desa, pemerintah mencari orang yang mampu secara

administrasi tapi juga legitimate secara adat; pemimpin tidak berbasis pada masyarakat

lokal.

Kepemimpinan adat dalam konteks otonomi daerah

Pola kepemimpinan tempo dulu bisa diterapkan dengan melakukan redefinisi dan

kontekstualisasi pada situasi saat ini. Saat ini terjadi dualisme kepemimpinan. Ada tokoh

adat yang dihormati masyarakat dan diakui secara formal oleh pemerintah. Di sisi lain,

terdapat pula kepala desa yang memegang kekuasaan secara administratif.

Page 115: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Secara de jure, tidak ada pengakuan legal-formal terhadap eksistensi pemimpin

adat, tapi secara de facto pengakuan ini kuat sekali. Misalnya: jika kepala desa

mengundang warga untuk membangun jalan, 99% masyarakat tidak akan datang. Tapi

jika kepala desa mendekati pemangku adat, maka 100% warga masyarakat akan bersedia.

13.3.5 Kondisi di Sumatera Selatan

Pola kepemimpinan di Sumatera Selatan sangat dipengaruhi oleh beberapa

kerajaan pendahulunya, antara lain: Kalingga, Majapajit serta invasi dari Laos dan Cina.

Yang berkembang adalah pemerintahan marga yang dipimpin oleh pasirah. Pasirah ini

dike-palai oleh pamong praja (residen). Marga mempu-nyai wakil dan dibantu pemimpin

kelompok-kelom-pok terkecil, yaitu grindo yang memimpin desa kota dan griyo yang

memimpin desa dalam (masyarakat adat asli). Marga dibantu juga oleh ketip (tokoh

agama) dalam pemerintah pasirah.

Pada zaman kolonial, Belanda banyak melakukan intervensi, diantaranya

munculnya pemerintahan pa-sirah dalam marga, dimana residen dipilih atas saran

Belanda. Orang yang dipilih sebagai residen biasa-nya kuat secara ekonomi. Pasca

kemerdekaan, sia-papun bisa ikut dalam pemilihan pemimpin dengan kriteria: karismatik,

dituakan, dan mempunyai kele-bihan dibanding warga lainnya. Kepemimpinan tra-

disional tidak berbenturan dengan masyarakat, kare-na masyarakat cenderung tradisional

juga.

13.3.6 Kepemimpinan Sosial dalam Masyarakat Dayak.

Sebelum tahun 1980-an, dalam masyarakat Dayak sendiri, peranan dan

kewibawaan tokoh masyarakat, pemuka adat, orang-orang yang dituakan dan pe-muka

agama masih sangat besar dan daya kepe-ngikutan para anggota kelompok ini terhadap

me-reka cukup tinggi. Sejak akhir 1980, terutama ketika sumberdaya hutan (SDH) di

Kalbar mulai mengalami kehancuran (deforestation process), oposisi terha-dap sumber

kehancuran itu mulai timbul (Alqadrie, 1994a) yang diikuti secara perlahan dan pasti

bersa-maan dengan menurunnya kewibawaan, kepercaya-an dan peranan tokoh atau

pemuka adat dalam masyarakat mereka.

Page 116: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Krisis kepercayaan terhadap adat dan sekaligus terhadap pemuka adat mencapai

klimaksnya, dan ini terlihat jelas ketika dalam pertikaian antara anggota komunitas Dayak

dengan komunitas Madura pedala-man yang terjadi tahun 1996/1997. Pada kasus Sang-

gau Ledo, Kabupaten Bengkayang dan Kasus Salatiga, Kabupaten Landak, sebagian

besar pemuda dan mahasiswa Dayak menendang tempayan (simbol upa-cara adat dalam

masyarakat Dayak) dan tidak mau lagi mendengarkan himbauan tokoh adat mereka

maupun pemuka agama Nasrani (Katolik dan Protestan) agar tidak bertindak anarkis.

Para pemuda ini menganggap bahwa pemuka adat dan agama tidak lagi mampu

melindungi mereka dan tidak juga dapat merealisasikan harapan keakhiratan

(eschatological expectation).

13.4 Pola Kepemimpinan

Model kepemimpinan suatu masyarakat selalu mengikuti perkembangan sosial

masyarakat itu sendiri. Pada awalnya, ketika komunitas-komunitas adat masih berbentuk

kelompok suku yang biasanya dalam satu garis keturunan, maka pemimpinannya adalah

berdasar senioritas baik menurut umur maupun kekuatan yang dimiliki.

Soekanto (2003) mendefinisikan kepemimpinan (leader-ship) sebagai

kemampuan seseorang untuk mempe-ngaruhi orang lain sehingga orang lain tersebut ber-

tingkah laku sebagaimana dikehendaki pemimpin ter-sebut. Berdasarkan sifatnya

kepemimpinan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :

1. Kepemimpinan formal,

yaitu kepemimpinan yang tersimpul dalam suatu jabatan yang formal yang

dalam pelaksanaannya harus berada di atas landasan atau peraturan res-mi

sehingga daya cakupnya agak terbatas.

2. Kepemimpinan informal,

merupakan kepe-mimpinan karena kepercayaan masyarakat akan

kemampuan seseorang untuk menjadi pemimpin. Lebih fleksibel dengan

ruang lingkup tanpa batas resmi.

Page 117: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau

sebagai hasil dinamika interaksi sosial. Margono Slamet menyatakan bahwa seorang

pemimpin harus mempunyai syarat dan sifat sbb:

1. Mempunyai visi yang jelas tentang lembaga yang dipimpinnya dan mampu

mengkomu-nikasikan visinya

2. Mempunyai kemampuan untuk bekerja keras

3. Mempunyai ketekunan dan ketabahan

4. Mempunyai disiplin kerja

5. Mempunyai sifat pelayanan

6. Mempunyai pengaruh pada orang lain

7. Mempunyai sikap yang tenang dalam mengambil keputusan

8. Memberdayakan orang lain atau anggo-tanya

Secara garis besar ada tiga ciri umum kepemimpinan, yaitu otoriter, demokrasi,

dan leizessfaire. Kepemimpinan seseorang akan efektif bila disesuaikan dengan keadaan

yang dihadapi oleh si pemimpin dalam ber-komunikasi dengan bawahan (kepemimpinan

situa-sional)

Kepemimpinan situasional didasarkan atas (ibrahim, 2002) :

1. Kadar bimbingan dan arahan yang dibe-rikan pimpinan

2. Kadar dukungan emosional yang disedia-kan pemimpin

3. Peringkat kesiapan yang diperlihatkan pengikut dalam pelaksanaan tugas,

fung-si, atas tujuan tertentu.****

Page 118: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 10

DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Prof.Onong Uchana M.A. Ilmu, Teori, Dan Filsafat Komunikasi. PT.

Citra Aditya Bakti. Bandung. 2003.

Mustopo, M.Habib. Ilmu Budaya Dasar. Usaha N asional. Surabaya. 1983.

Lewis, Richard D. Komunikasi Bisnis Lintas Budaya. Remaja Rosdakarya.

Bandung. 2005.

Wiryanto. Teori Komunikasi Massa. Grasindo. Jakarta. 2000.

Efriza S.IP. Ilmu Politik. Alfabeta. Bandung. 2008.

Van Peursen, Prof.Dr.C.A. Strategi Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta. 1988.

Usman Pelly dan Asih Menanti. 1994. Teori-teori Sosial Budaya. Jakarta:

Proyek P&PMTK Dirjen PT. Depdikbud.

Soerjono Soekanto. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Cetakan ke-37. Jakarta

Raja Grafindo Persada.

Alfian, ed. 1985. Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan Kumpulan

Karangan. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 2003. Pengantar Antropologi –Jilid 1, cetakan kedua,

Jakarta: Rineka Cipta.

Page 119: Sistem Sosial Budaya Indonesia

SISTEM SOSIAL BUDAYA INDONESIA Pertemuan 1

188