SISTEM SKELET JADI

  • Upload
    rhey-iu

  • View
    324

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

SISTEM SKELET2.1 Pengertian Sistem Skelet Rangka (skeletal) bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi. Sistem skelet atau rangka adalah suatu sistem organ yang memberikan dukungan fisik pada makhluk hidup. Terdiri dari tulang-tulang yang terpisah yang dihubung-hubungkan satu sama lain oleh sendi. Keseluruhan tulang-tulang ini akan membentuk rangka tubuh. Fungsi tulang atau rangka antara lain :

Menyokong struktur tubuh Menjadi tempat melekatnya serat otot Membentuk sel darah Menyimpan ion anorganik (yaitu, kalsium dan fosfor) Melindungi organ dalam dari trauma

2.2 Macam-Macam Tulang Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi empat macam meliputi tulang pipa, tulang pipih, tulang pendek, dan tulang tak beraturan (ireguler). Selain itu, ada satu jenis tulang yakni tulang sesamoid, yaitu tulang di dalam tendon. Contohnya tulang patella. Permukaan tulang sesamoid tidak rata, tetapi berbenjol-benjol di satu tempat dan di tempat lainnya berlubang.

2 3

1. Tulang pipa atau tulang panjang Bentuknya bulat, panjang dan tengahnya berongga. Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah. Contohnya tulang paha (femur), tulang lengan atas (humerus), tulang jari tangan (phalanges). Disebut tulang pipa karena tulang ini berbentuk seperti pipa dengan kedua ujungnya yang bulat. Ujung tulangnya yang berbentuk bulat dan tersusun atas tulang rawan disebut epifise. Sedangkan pada jenis ini bagian tengah tulang pipa yang berbentuk silindris dan berongga disebut diafise. Di antara epifise dan diafise terdapat bagian yang disebut metafise. Metafise tersusun atas tulang rawan.Bagian metafise ini terdapat cakra epifise, yang memiliki kemampuan memanjang. Di dalam rongga tulang pipa, terdapat bagian yang disebut sumsum tulang. Sumsum tulang tersusun dari pembuluh darah dan pembuluh saraf. Tulang pipa memiliki dua sumsum tulang yakni sumsum tulang merah dan kuning. Tempat sel-sel darah dibentuk berada di dalam sumsum tulang merah. Adapun tempat pembentukan sel-sel lemak terdapat pada sumsum tulang kuning. Saat kita masih bayi, hampir seluruh tulang mengan dung sumsum merah. Namun, saat mulai tumbuh, beberapa di antaranya berubah menjadi sumsum tulang kuning.

2. Tulang pipih Bentuknya pipih (gepeng) dan berupa lempengan-lempengan lebar. Tulang pipih ini tersusun atas dua lapisan tulang kompak yaitu lamina eksterna dan interna ossis karnii. Di antara dua lapisan ini terdapat lapisan spongiosa yang dinamakan diploe. Peran tulang pipih adalah melindungi struktur tubuh yang berada di bawahnya Berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Contohnya tulang belikat, tulang dada (sternum), dan tulang rusuk.

2 3

3. Tulang pendek Bentuknya pendek dan bulat. Tulang jenis pendek memiliki bentuk mirip kubus, pendek tak beraturan, atau bulat. Adanya tulang ini dimungkinkan goncangan yang keras dapat diredam dan gerakan tulang yang bebas dapat dilakukan. Selain itu, tulang ini berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan sel darah putih. Sebagai contoh, tulang telapak kaki dan telapak tangan.

4. Tulang Ireguler Tulang ini memiliki bentuk tidak beraturan. Contohnya seperti tulang-tulang muka dan tulang-tulang vertebrae. 2.3 Beberapa Istilah

Foramen Fissura Condylus Fossa Sinus Paranassal

: Lubang tempat masuknya pembuluh darah, lymph dan syaraf. : Celah antara beberapa tulang. : Tonjolan besar. : Lekukan. : Rongga dalam tulang yang berisi udara. Contohnya sinus maxillaris pada tulang muka yang berhubungan dengan rongga hidung.

Sulcus Tuberkel Spina Crista

: Alur pada permukaan tulang untuk pembuluh darah. : Tonjolan kecil. : Tonjolan tajam : Bagian samping tulang yang menonjol.

2.4 Pembentukan Tulang (Ossifikasi)

2 3

Rangka embrio terdiri dari tulang rawan hialin atau membrana fibrosa, dari sinilah tulang akan dibentuk. Ossifikasi bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Mula-mula-mula sel mesenchyim (sel-sel jaringan ikat embrional) akan memasuki daerah ossifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblast, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk chondroblast. Ada dua jenis ossifikasi : 1. Ossifikasi intra-membranasea (Desmal) Ossifikasi intra-membranasea (Desmal) ialah pembentukan tulang dari membran fibrosa di kepala yang menutupi bakal otak embrio. Osteoblast akan mensekresikan zat interseluler seperti serat-serat kolagen, yang ke dalamnya akan didepositkan garam kapur sehingga terbentuklah tulang. Osteoblast yang telah dikelilingi zat kapur menempati rongga yang disebut lacuna dan berubah menjadi osteocyt. Tulang yang terbentuk akan berbentuk lempengan-lempengan trabecula karena matriks akan membungkus jejeran-jejeran osteoblast, sehingga akan terjadi tulang spongiosa yang berisi sumsum merah, sedangkan pada bagian permukaan akan terbentuk tulang-tulang kompakta. 2. Ossifikasi endochondral (intra-cartilagenosa) Ossifikasi endochondral (intra-cartilagenosa) ialah pembentukan tulang dari tulang rawan hialin embrio. Sebagian besar dari tulang-tulang kepala yang tidak pipih dibentuk dengan proses penulangan cara ini. Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblast. Osteoblast ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diaphisis yang disebut pusat ossifikasi primer, sel-sel tulang rawan hyperthropi (membesar), akhirnya pecah dan terjadi kenaikan pH (alkalis), sehingga zat kapur didepositkan (calcifikasi), dengan demikian terganggulah nutrisi semua selsel tulang rawan yang mengakibatkan kematian sel-sel ini. Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya

2 3

pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga (canalis medullaris) untuk sumsum tulang. Pada tahap selanjutnya, pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi pusat ossifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epiphise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu lagi tulang rawan diantara epifise dan diafise yang disebut cakram epifise. Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah kemudian sel-sel hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh (memanjang). Pada pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang di daerah rongga sumsum (canalis medullaris) dihancurkan oleh osteoclast sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblast di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan. Pertumbuhan tulang (juga pertumbuhan tubuh lainnya) dirangsang oleh hormonhormon pertumbuhan (Growth Hormone), insulin, diperlukan sejumlah hormon thyroid yang sedang untuk membantu pertumbuhan. Semuanya akan menambah anabolisme protein. Growth Hormone pada orang dewasa akan menyebabkan pertumbuhan tulang hanya ke arah samping, sehingga tulang menjadi lebar terutama ujung-ujungnya, disebut akromegali. Testosteron suatu hormon sex yang menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder pria sewaktu remaja akan menyebabkan pertumbuhan tulang yang cepat tetapi berakhir dengan penutupan cakram epifise (perubahan tulang rawan cakram epifise menjadi tulang) dan orang tersebut tidak dapat bertambah tinggi lagi. Sedang estrogen yang menimbulkan tanda-tanda kelamin sekunder wanita praktis tidak menumbuhkan tulang, malahan menyebabkan penutupan cakram epifise. Dengan demikian secara umum laki-laki lebih tinggi dari wanita. Ossifikasi biasanya selesai dibawah usia 25 tahun. Berlainan dengan pendapat umum, ternyata tulang (termasuk tulang orang dewasa) bukanlah jaringan yang tetap tetapi terus menerus berubah, tulang-tulang yang sudah tua akan dihancurkan dan yang baru dibentuk (remodeling), tetapi bentuk dan besar tulang relatif konstan (keseimbangan dinamis). Jumlah zat kapur dalam tulang pun tidak tetap selalu berada dalam keseimbangan dengan Ca++ dan PO4= cairan ekstraseluler, dibawah pengaruh hormon

2 3

parathyroid (mengeluarkan Ca++ dari usus) dan Calcitonin (mencegah pengeluaran Ca++

dari tulang). Walaupun pertumbuhan (tinggi) badan seseorang telah ditentukan secara

genetis, tetapi makanan dan penyakit-penyakit memegang peranan yang sangat penting yang menentukan apakah tinggi tersebut dapat dicapai. Makanan yang kaya akan asam amino essensial, asam lemak essensial, kalori yang cukup, vitamin dan mineral (contoh dibutuhkan 1 gram calcium/hari) harus dipenuhi bila ingin mempunyai tinggi badan yang cukup. Sebaliknya bila tinggi maksimum telah dicapai, makanan yang berlebihan hanya akan menimbulakan obesitas bukan peninggian.

Gambar : Ossifikasi Endochondral

2.5 Beberapa Kelainan Klinik 1. Riketsia. Adalah suatu penyakit defisiensi vitamin D pada anak-anak yang menyebabkan zat kapur kurang diabsorbsi dari usus, sehingga proses pembentukan tulang dari cakram epifise terganggu, cakram epifise menjadi lebar membenjol. Matriks tulang pun menjadi lunak karena kurangnya zat kapur, tulang-tulang menjadi bengkok-bengkok dan berubah bentuk. Bila disefiensi vitamin D terjadi pada orang dewasa, timbul penyakit yang disebut Osteomalasia, terjadi demineralisasi (kehilangan Calcium dan phosphor) dari tulang dan akhirnya tulang-tulang menjadi bengkok. Pengobatan : riketsia dan osteomalasia diobati dengan pemberian vitamin D, zat kapur, phosphor dan menjemur diri karena kulit kita bisa merubah kolesterol menjadi vitamin D3.

2 3

Defisiensi vitamin D juga dapat terjadi bila terdapat gangguan pencernaan lemak karena vitamin D diabsorbsi bersamaan dengan lemak.2. Osteoporosis. Adalah suatu penyakit dimana terjadi penurunan massa tulang

(pengurangan jaringan tulang) terutama terjadi pada tulang spongiosa. Pada penyakit ini proses penghancuran tulang melebihi proses pembentukan tulang. Penyakit ini terjadi terutama pada wanita kulit putih usia lanjut setelah menopause. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis ialah : Gangguan absorbsi pada usus (terutama vitamin D dan Calcium) Naiknya kadar hormon parathyroid, menurunnya kadar estrogen setelah menopause (estrogen mempengaruhi pembentukan tulang) Usia lanjut (osteoblast tidak aktif) Kurangnya olahraga Osteoporosis menyebabkan mudahnya terjadi patah tulang (vertebrae dan leher femur), tulang menjadi kecil dan bengkok (bungkuk), sakit-sakit pada tulang dan turunnya tonus otot (lemah).3. Osteomyelitis. Ialah penyakit infeksi yang menyerang jaringan tulang (termasuk

periosteum sumsum tulang belakang, tulang rawan). Mikroorganisme (terutama Staphylococcus) mencapai tulang melalui patah tulang terbuka, melalui darah atau melalui gigi caries ke dalam sinus. Bakteri dan jamur juga sering menimbulkan osteomyelitis. Pengobatan : dengan antibiotika.4. Patah tulang. Disebut tertutup bila tulang tidak mencuat keluar dari kulit. Bila

patahan tulang mencuat keluar dari kulit disebut terbuka. Tulang biasanya patah karena adanya benturan kuat. Garis patah tulang dapat bermacam-macam, dapat retak saja, dapat hancur tulangnya, dsb. Agar penyembuhan bisa berlangsung cepat dan sempurna, tulang harus dikembalikan ke posisi normal semula (reposisi) dapat dilakukan secara operasi (terbuka) ataupun tanpa operasi manual (tertutup), kemudian tulang harus dibiarkan berada pada posisi tersebut (fixasi). Untuk jangka waktu tertentu bergantung pada besar tulang dapat dilakukan dari luar (gips) atau dengan rawat dan sekrup melalui operasi. Hal ini diperlukan untuk memberikan kesempatan penyembuhan pada tulang. Walaupun demikian tulang yang patah memerlukan waktu yang relatif lama(berbulanbulan) untuk sembuh, karena sel-sel tulang tumbuh dan membelah secara lambat,

2 3

sedangkan zat-zat kapur didepositkan secara bertahap. Bila tulang patah, pembuluh darah dalam periosteum, Canalis Haver dan sumsum tulang pecah, terjadi bekuan darah. Disekitar bekuan darah sel tulang mati karena tidak mendapat suplai darah segar. Mula-mula dibentuk jaringan lunak(tulang rawan hialin) yang disebut callus pada daerah patah tulang. Kemudian osteoblast dari periosteum bermitosis dari kedua ujung patah tulang disertai pengeluaran zat interseluler dan deposit calcium. Biasanya mula-mula terbentuk trabecula-trabecula yang kemudian dirubah menjadi tulang kompakta. Suatu alat yang dapat menghasilkan denyutan gelombang elektromagnetik (pulsating electromagnetic fields) diduga merangsang osteoblas dan menghambat osteoblas sehingga dapat mempercepat penyembuhan pada patah tulang. Fungsi osteoklast pada proses penyembuhan patah tulang ialah menghancurkan pecahan-pecahan tulang sehingga memberi bentuk (remodeling) pada tulang. 2.6 Pembagian Sistem Skelet

Rangka manusia terdiri dari 206 tulang dan dibagi menjadi: 1. Axial skeleton (rangka poros, 80 tulang) yaitu costa, sternum, tulang-tulang kepala dan tulang-tulang vertebrae; tulang-tulang ini membentuk sumbu tubuh.2. Appendicular skeleton (rangka tambahan, 126 tulang) yaitu tulang-tulang gelang

bahu, extremitas atas, gelang panggul dan extremitas bawah. AXIAL SKELETON A. Tulang-tulang kepala (tengkorak) 1. Tulang-tulang tempurung (8 tulang) melindungi otak, organ pendengaran dan organ penglihatan, yaitu - Os. Frontalis (tulang dahi) 1 - Os. Parietalis (tulang ubun-ubun) 2 - Os. Temporalis (tulang pelipis) 2 - Os.Occipitalis (tulang kepala belakang) 1 - Os. Ethmoidalis (tulang tapis) 1 2. Tulang muka (14 tulang) - Os. Maxillaris (tulang rahang atas) 2 - Os. Nasalis (tulang hidung) 2 - Os. Zygomaticus (tulang pipi) 2

2 3

- Os. Lacrimais (tulang air mata) 2 - Os. Palatinus (tulang langit-langit) 2 - Os. Concha nasalis inferior 2 - Os. Mandibula (tulang rahang bawah) 1 - Os. Vomer 1

Gambar: Rangka manusia tampak dari depan dan belakang.

2 3

Gambar : Tulang-tulang kepala (tampak dari samping)

Sewaktu lahir proses penulangan belum sempurna, beberapa tulang kepala masih dalam bentuk membran fibrosa sehingga membentuk bagian lunak dikepala yang disebut fontanel. Ada beberapa fontanel: a. Fontanel anterior (1), berbentuk belah ketupat, terletak antara 2 tulang varietal dan tulang frontal (pada bayi ada 2 tulang frontal). Fontanel ini menutup setelah bayi berumur 18 bulan. b. Fontanel posterior (1), berbentuk segitiga, terletak diantara 2 tulang parietal dan 1 tulang occipital, menutup setelah bayi berumur 2-4 bulan. c. Fontanel sphenoidalis (2), terletak diatas os. Sphenoidalis, menutup setelah bayi berumur 2-4 bulan. d. Fontanel mastoideus (2), terletak dibelkang os. Temporalis, menutup setelah bayi berumur 2-12 bulan. Ada fontanel ini sangat penting, karena memungkinkan kepala bayi berubah bentuk sewaktu proses persalinan untuk menyesuaikan diri dengan jalan lahir panggul ibu. Juga memungkinkan perkembangan otak yang cepat pada bayi. Bila prosessus palatin pada tulang maxilla tidak bersatu setelah lahir, maka akan terbentuk palatin sumbing (langit-langit sumbing), sering disertai bibir sumbing.

2 3

Gambar : Fontanel

Sinus paranasalis ialah rongga yang terletak didalam tulang. Yaitu sinus frontalis, sphenoideus, eithmoideus dan maxillaris. Rongga ini dilapisi oleh membrana mukosa dan berhubungan dengan rongga hidung. Peradangan sinus-sinus ini disebut sinusotis. Fungsi sinus ini: Menghasilkan lendir yang membantu dalam membasahi udara pernafasan. Meringankan berat kepala. Membentuk rongga resonansi suara.

Gambar: Sinus Paranasalis

B. Columna Vertebralis Terdiri dari jejeran tulang-tulang vertebrae (26 pada orang dewasa, 33 pada bayi). Di antara tulang-tulang vertebrae discus intervertebralis yang terdiri dari tulang rawan fibrosa. Discus ini membentuk sendi yang kuat dan elastis, memungkinkan columna vertebralis untuk bergerak ke segala arah. Diantara tulang vertebrae terdapat foramen intervertebrae, melaui lubang-lubang inilah saraf perifer keluar dari vertebralis. Columna vertebralis terdiri dari tulang-tulang: - Cervix (leher) 7 - Thorax (punggung) 12 - Lumbar (pinggang) 5 - Sacrum (selangkang) 1 (pada bayi ada 5) - Coccygeus (ekor 1 (pada bayi ada 4)

2 3

Di dalam columna vertebralis terdapat medulla spinalis bagian dari susunan saraf pusat. Dilihat dari samping, columna vertebralis membentuk lekukan yaitu: - Lekukan cervix - Lekukan thorax - Lekukan lumbar - Lekukan sacral Vertebrae cervix ke-1 disebut atlas, bersendi dengan occipitalis memungkinkan kepala mengangguk. Vertebrae cervix disebut axsis mempunyai satu tonjolan yang disebut dens (preodontoid) yang bersendi dengan atlas memungkinkan kepala menggeleng.

Lekukan cervix

Lekukan Thorax

Lekukan Lumbar

Lekukan Sacral

C. Sternum dan Costa Sternum (tulang dada) terdiri dari manubrium sterni diatas corpus (badan) di tengah dan prosessus xyphoideus (taju pedang) dibawah. Sternum bersendi dengan tulang selangka (clavicula) dan 7 tulang costa teratas. Prosessus xyphoideus terdiri

2 3

dari tulang rawan dan akan menjadi tulang setelah usia 40 tahun. Karena terdiri dari sumsum merah dan mudah dicapai, sternum sering merupakan tempat untuk pengambilan sumsum tulang pada pemeriksaan berbagai penyakit darah (boipsi sumsum tulang). Costa (iga) terdiri dari 12 pasang, costa 1-10 mempunyai bagian tulang rawan disebut tulang rawan costa disebelah depan. Costa 1-7 disebut costa sejati (vera) karena melekat langsung dengan sternum, sedangkan costa 8-12 tidak melekat pada sternum disebut costa palsu (spuria). Costa 8-10 melekat pada costa ke-7 disebut costa vertebochondral dan costa 11-12 disebut costa melayang. Ruang diantara costa disebut ruang intercosta diisi oleh otot dan pembuluh darah. Thorax adalah rongga yang dibatasi oleh tulang-tulang sternum, costa dan vertebrae. Thorax berbentuk conus, didalamnya terdapat alat-alat penting seperti jantung, paru-paru dan pembuluh-pembuluh.

STERNUM DAN COSTA

Manubrium

Corpus Prosesus xiphoid

APPENDICULAR SKELETON A. Bahu gelang Ada 2, kanan dan kiri, masing-masing terdiri dari tulang clavicula (selangka) dan scapula (belikat). Clavicula bersendi dengan manubrium sterni, sedangkan scapula di belakang bergantung bebas melekat pada otot-otot panggung. Ujung lateralnya bersendi dengan clavicula dan humerus (tulang lengan atas). Gelang bahu tidak terlalu stabil tetapi memungkinkan ekstremitas atas bergerak bebas.

2 3

B. Ekstremitas atas Ada 2, kanan dan kiri, masing-masing terdiri dari 30 tulang, yaitu:

os. Humerus (tulang lengan atas) 2 os. Ulna (tulang Hasta) 2 os. Radius (tulang pengumpil) 2

os. Carpalia (pergelangan tangan)16 (2x8) os. Metacarpalia (telapak tangan)10 (2x5)

os. Phalanges (jari-jari tangan)28 (2x14)

2 3

C. Gelang Panggul Terdiri dari 2 tulang coxae (tl. pinggul) di kanan dan kiri. Gelang panggul sangat stabil yang befungsi untuk menahan berat tubuh. Gelang panggul dibelakang bersendi dengan sacrum. Didepan kedua coxae bersendi sesamanya pada shimpisis phubis, sehingga terbentuklah suatu rongga yang menyerupai baskom disebut panggul. Panggul sendiri dibagi menjadi panggul besar (pelvis mayor) di sebelah atas dan panggul kecil ( pelvis minor) di sebelah dengan garis batas sebelah belakang yaitu promontorium (sacrum bagian atas) sebelah samping garis innominata dan disebelah depan simphisis phubbis. Jadi untuk panggul besar batas disebelah belakang ialah tulang ilium bagian atas dan sarcum bagian atas, sedangkan di sebelah depan hanya dibatasi oleh otot-otot dinding perut. Pelvis mayor berisi usus-usus, sedangkan pelvis minor sangat penting bagi ilmu kebidanan karena merupakan jalan lahir pada wanita dan berisi alat-alat reproduksi wanita (rahim, tuba, fallopii, ovarium, vagina) juga vesica urinaria dan rectum. Pada pria, pelvis minor diisi oleh vesica urinaria, prostat dan rectum. Ruangan yang ada dalam garis batas atas panggul kecil disebut pelvis inlet sedangkan dasar panggul kecil dengan batas-batas ujung bawah tulang coccygeus dan uschium disebut pelvis outlet. Pelvis inlet pria lebih berbentuk belah ketupat, pada wanita bundar, sedangkan sudut pubhis pada pria 90 Sewaktu lahir setiap tulang coxae sebetulnya terdiri dari 3 tulang yaitu ileum, ischium dan phubis. Setelah dewasa ke-3 tulang ini bersatu menjadi tulang coxae.

2 3

D. Ekstremitas bawah Terdapat kanan dan kiri yang masing-masing terdiri dari 30 tulang yaitu : os. Femur (tulang paha) 2 os. Patella (tulang Tempurung kaki) 2 os. Tibia (tulang kering) 2 os. Fibulla (tulang betis) 2 os. Tarsalia (tulang Pergelangan kaki) 14 (2x7) os. Metataarsalius (tl. Telapak kaki) 10 (2x5) os. Phalanges (tl. Jari kaki) 28 (2x14)

Telapak kaki manusia melengkug dan ridak kaku sehingga berfungsi sebagai pegas sewaktu berjalan. Kalau ligamen-ligamen yang mempertahankan tulang-tulang telapak kaki melemah lengkungan telapak kaki berkurang disebut telapak datar.

Gambar : Ekstremitas bawah

2.7 Persendian

2 3

Persendian (sendi) ialah tempat perhubungan antara tulang-tulang atau antara tulang dengan tulang rawan. Sistem tulang hanya bisa dibengkokkan atau diputar didaerah sendi saja karena tulang sendiri terlalu keras untuk dibengkokkan tanpa patah. Adanya sendi memungkinkan tulang-tulang disatukan dengan bantuan jaringan ikat yang lentur, sehingga terbentuklah rangka dan gerakkan-gerakkan tulang menjadi mulus. Secara fungsional sendi dibagi menjadi : 1. Synarthrosis yaitu sendi yang tidak dapat bergerak 2. Amphiarthrosis yaitu sendi yang pergerakkanya sedikit 3. Dyarthrosis yaitu sendi yang pergerakkannya bebas Secara struktural sendi dibagi berdasarkan ada atau tidak adanya rongga sendi dan jaringan ikat yang berada didalamnya. Berdasarkan pembagian struktural, ada 3 macam sendi yaitu :1. Sendi fibrosa, terbagi lagi menjadi :

a Sutura Tidak terdapat rongga sendi, tulang dengan tulang dihubungkan oleh jaringan ikat fibrosa yang kuat dan tipis. Terdapat diantara tulang kepala, secara fungsional sendi ini termasuk synarthrosis. b Syndesmosis Terdapat lebih banyak jaringan ikat pada sendi, memungkinkan sedikit pergerakan sehingga termasuk amphiarthrosis. Contoh : sendi antara tibia dan fibula. c Gomphosis Contohnya ialah akar gigi yang bersendi dengan alveoli (soket) rahang, zat yang berada diantaranya ialah jaringan ikat ligamen periodontal, secara fungsional termasuk synarthrosis. 2. Sendi tulang rawan Pada jenis ini rongga sendi menghilang karena diisi tulang rawan, terbagi menjadi : a. Synchondrosis Tulang rawan yang mengisi rongga sendi berupa tulang rawan hyalin, termasuk jenis ini adalah cakram epifise pada tulang-tulang yang masih tumbuh dan sendi antara costa dengan sternum. b. Symphisis

2 3

Tulang rawan yang mengisi rongga sendi berupa cakram tulang rawan fibrosa yang tipis. Contohnya ialah sendi di antara vertebrae dan di antara os. Pubis (symphisis pubis), secara fungsional termasuk amphiarthrosis.

3. Sendi synovial Pada sendi jenis ini terdapat suatu rongga diantara 2 tulang, rongga ini disebut rongga synovia. Permukaan tulang yang bersendi diselaputi oleh selapis tulang lawan hyalin. Di sekeliling sendi synovia terdapat capsula articularia yang menghubungkan kedua ujung tulang. Capsula ini dibagi menjadi : a Bagian luar, capsula fibrosa berupa jaringan ikat collagen padat yang kuat yang melekat pada periosteum kedua ujung tulang, sebagian serabut-serabut capsula fibrosa ini membentuk bundel-bundel yang sangat kuat disebut ligamen. b Lapisan dalam dibentuk oleh membrana synovia yang mensekresi cairan synovia sebagai pelumas dan memberi makanan pada tulang rawan hyalin.c Cairan synovia mengandung asam hialuronat, jumlah cairan ini pada sendi lutut

ialah 1:1 Beberapa sendi synovia mengandung ligamen-ligamen tambahan baik yang terletak diluar maupun yang terletak di dalam capsula articularis. Kadang-kadang terdapat puala bantalan tulang rawan fibrosa yang disebut discus articularis di antara permukaan sendi kedua tulang. Discus ini diperlukan agar kedua tulang yang agak berbeda bentuk permukaannya, bila bersatu dapat pas satu sama lain. Dengan struktur seperti diatas maka secara fungsional sendi ini berupa diarthrosis.

2 3

Gambar : Sendi Synovial

2.8 Macam-Macam Sendi Macam-macam sendi yaitu sendi geser (gliding), sendi engsel (hinge), sendi putar (pivot), sendi ellips, sendi pelana (saddle), sendi peluru (ball and socket) perhatikan arah gerakannya (arah panah), dapat berporos satu, dua, atau tiga.

Gambar : Macam-macam sendi synovia

2.9 Gerakan-gerakan pada sendi 1. Bergeser Berupa pergeseran antara tulang, contohnya gerakan pada sendi-sendi di antara tulang-tulang carpalia dan tarsalia, terjadi pada sendi geser.

2 3

2. Extensi

Berupa gerakan pelurusan sendi. Exstensi bisa terjadi pada sendi engsel, contohnya extensi sendi lutut. 3. Flexi Berupa gerakkan pembengkokkan sendi. Flexi terjadi pada sendi engsel, contohnya flexi sendi jari-jari. Sedangkan flexi-extensi pada pergelangan tangan merupakan gerakkan sendi ellipsoidal. 4. Abduksi Berupa gerakkan yang menjauhi sumbu tubuh, terjadi pada sendi peluru, contohnya mengangkat lengan kesamping, atau gerakkan ibu jari menjauhi telunjuk oleh sendi pelana di antara metacarpal 1 dan os.carpal (trapezium). 5. Adduksi Berupa gerakkan yang mendekati sumbu tubuh, gerakkan ini berlawanan dengan gerakan abduksi. 6. Rotasi Berupa gerakkan berputar, terjadi pada sendi putar. Misalnya atlas (cervix 1) berputar terhadap processus odontoideus dari axis (cervix 2) sewaktu menggelengkan kepala. 7. Circumduksi Berupa gerakkan dimana ujung distal satu tulang membentuk 1 lingkaran sedangkan ujung proksimalnya tetap. Contohnya gerakkan memutar lengan 1 lingkaran mengitari sendi bahu, terjadi pada sendi peluru dengan arah gerakan 3 poros. 8. Pronasi Gerakan memutar lengan bawah untuk membalikkan telapak tangan, sehingga telapak tangan menghadap ke bawah bila lengan bawah di taruh di atas meja. 9. Supinas Gerakan berlawanan dengan pronasi. 10. Protraksi Gerakkan mendorong mandibula ke luar. 11. Retraksi Gerakkan menarik mandibula ke dalam. 2.10 Beberapa kelainan klinik 1. Fraktur columna vertebralis

2 3

Sering terjadi pada T12 sampai L12 karena terjatuh dari tempat tinggi dan mendarat dengan kaki atau pantat. Tidak disertai dislokasi dan kerusakkan medulla spinalis ataupun syaraf-syaraf dan ligamen-ligamen, dengan akibat kelumpuhan. Sedangkan pada vertebrae cervix karena sendi-sendinya terletak lebih horizontal jarang terjadi fraktur tetapi lebih sering dislokasi misalnya karena kepala terbentur, karena kepala terdorong kedepan secara kuat pada kecelakaan kapal terbang atau tabrakan. Pada kecelakaan kadang-kadang processus odontoideus dari axis terdorong kedepan sehingga menusuk medulla oblongata otak dan menyebabkan kematian. 2. Hernia nukleus pulposus Discus intervertebralis di bawah L4 dan L5 sering terkena tekanan berat misalnya karena mengangkat beban yang berat sambil membungkuk. Hal ini sering menyebabkan bagian inti discus yang disebut nucleus pulposus (yang bersifat elastis) menonjol, menerobos lapisan luar tulang rawan fibrosa dan bila ke arah posterior dapat menekan medulla spinalis dan sering menekan syaraf spinal sciatis menimbulkan sakit punggung yang hebat menjalar sepanjang syaraf ke arah kaki (sciatica). Pengobatan dapat dengan istirahat, traksi (columna vertebrae ditarik) ataupun operasi. 3. Kyphosis Yaitu bungkuk yang terjadi karena infeksi TBC vertebrae ataupun proses ketuaan (osteoporosis, osteomalasia). 4. Lordosis Sebaliknya dari kyphosis, di sini lengkung lumbar melekuk ke dalam, terjadi karena perut besar dan berat pada obesitas ataupun kehamilan, dll. 5. Scoliosis Bila columna vertebralis membungkuk ke arah samping membentuk huruf S. 6. Arthritis Ialah peradangan sendi (tulang rawan, synovia, dan ligamen) dengan tandatanda umum merah, sakit, bengkak, panas dan gangguan fungsi dari sendi tersebut, bisa terjadi secara akut ataupun secara kronis Arthritis dapat terjadi karena berbagai sebab, antara lain karena : a) Infeksi mikroorganisme b) Terjadinya deposit asam urat pada sendi (gout) c) Gangguan immunitas tubuh (rheumatic fever dan rheumatoid arthritis) d) Proses ketuaan

2 3

e) Beban yang terlalu berat pada sendi dan sering pula menyertai beberapa penyakit lainnya seperti penyakit kulit psoriasis. Sebagian tidak diketahui penyebabnya atau malah dikarenakan oleh beberapa sebab sekaligus. 7. Rheumatism (rheumatik) Adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan rasa sakit dari alat gerak yaitu otot, tulang, ligamen, bursa (synovia), sendi, dsb. Arthritis adalah salah satu jenis rheumatik yang mengenai sendi. 8. Disokasi Bila sendi terlepas dari tempatnya disertai sobeknya ligamen. 9. Sprain (keseleo, salah urat) Bila sendi terpuntir disertai terlukanya capsula fibrosa ataupun ligamen tanpa terjadinya dislokasi. Baik dislokasi maupun Sprain dapat menimbulkan pecahnya pembuluh darah disertai bengkak, sakit, dan daerah yang terkena menjadi kebirubiruan. 10. Strain Keadaan dimana otot terlalu diregangkan karena beban terlalu berat sehingga terasa sakit. 11. Tenis Elbow Ialah strain otot-otot dan urat lengan bawah yang menimbulkan sakit di ujung bawah lateral humerus (epicondylus lateralis), sering terjadi pada pemain tenis.

2 3

KesimpulanTubuh manusia ini memiliki sistem yang mengaturnya, dimana ada banyak sistem yang bekerja didalam tubuh yang dapat kita lihat secara kasat mata maupun tidak, dimana sistem ini saling terkait satu sama lain untuk memungkinkan manusia dapat beraktivitas seperti biasanya. Sistem kerja masing-masing sistem sesuai dengan fungsi dan organ masingmasing. Dalam pembahasan diatas hanyalah sebagian kecil saja tentang sistem rangka, otot dan syaraf. Masih banyak lagi kajian-kajian tentang sistem tubuh yang dapat dipelajari. Namun dari pembahasan diatas dapat memberikan pemahaman kepada kita bahwa setiap organ dan bagian mempunyai fungsi dan peran masing-masing dan saling berhubungan satu sama lain, tidak terpisahkan menjadi satu kesatuan yang untuh untuk memungkinkan setiap orang dapt beraktivitas sesuai keinginannya masing-masing. Sehingga manusia dapat melakukan segala sesuatu dengan nyaman, karena jika salah satu sistem ada yang rusak, secara otomatis dapat mengganggu sistem yang lain, sehingga mempengaruhi kegiatan manusia.

2 3