Upload
ragerishcire-kanaalaq
View
270
Download
35
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I. Pendahuluan
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Seiring kemajuan teknologi yang berkembang pesat dalam kehidupan
manusia. Tuntutan akan teknologi-teknologi baru memaksa para ilmuan untuk
terus berinovasi menciptakan penemuan yang sejalan dengan kemajuan zaman,
salah satu dari teknologi tersebut adalah alat pengkondisian udara atau AC (air
conditioner).
Mengingat letak geografis Indonesia yang beriklim tropis (hangat) dan
kebutuhan akan mesin pengkondisian udara untuk menyejukkan ruangan,
mengawetkan dan menjaga mutu pada jenis makanan tertentu, maka
ketergantungan akan manfaat yang dihasilkan oleh mesin pengkondisian udara
sangatlah besar. Dikehidupan sehari-hari, kebanyakan orang menggunakan mesin
pengkondisian udara ini sebagai alat pendingin ruangan contohnya di mobil,
rumah, gedung, perkantoran, hotel, rumah sakit, bioskop, mall dan lain
sebagainya.
Banyaknya mobil yang dilengkapi dengan sistem pengkondisian udara
atau AC (air conditioner) bertujuan untuk menyejukkan udara didalamnya. Dari
sekian banyak mobil yang menggunakan AC, ada sebagian diantaranya yang
memiliki 2 kabin yang terpisah, yaitu kabin depan (pengemudi) dan kabin
belakang (barang), aplikasinya dapat dijumpai pada mobil barang pengangkut
BAB I. Pendahuluan
I-2
ikan, buah-buahan dan produk-produk lain yang memerlukan pendingin udara
sebagai penjaga mutu dan pengawetnya. Jadi, dibutuhkan 2 evaporator terpisah
untuk memenuhi kebutuhan pengkondisian udara yang berbeda.
Sistem refrigerasi yang paling sederhana memiliki komponen utama
evaporator, kompresor, kondensor dan alat ekspansi. Kebanyakan dijumpai para
pemilik mobil ber-AC sering memodifikasi pendingin kondensor dengan
menambahkan kipas tambahan (extra fan). Penambahan kipas tersebut bertujuan
untuk mendapatkan suhu ruangan yang lebih sejuk dan dingin.
Hal ini menarik untuk dikaji, apakah penambahan peralatan (extra fan)
untuk 2 (dua) evaporator pada mesin pengkondisian udara akan mempengaruhi
kinerja sistem pendingin. Secara analitis muncul dugaan bahwa penambahan kipas
akan mempercepat laju aliran udara yang melewati kondensor sehingga terjadi
pertukaran kalor lebih cepat. Menurut Marwan Efendy pada jurnalnya bahwa
penambahan aliran udara pendingin kondensor akan mempengaruhi koefisien
prestasi (COP) mesin pengkondisian udara (AC), dengan penambahan laju
kecepatan udara yang mengalir pada kondensor akan mempengaruhi kinerja
kondensor.
I.2. Perumusan Masalah
Untuk mempercepat pelepasan kalor ke lingkungan pada kondensor
diperlukan kipas pendingin agar kondensor tidak mengalami over heat, sehingga
kinerja kondensor dapat maksimal dan akan berpengaruh pula pada kinerja mesin
pengkondisian udara (AC) secara keseluruhan. Berdasarkan hal tersebut,
BAB I. Pendahuluan
I-3
permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh kecepatan
udara yang mengalir pada kondensor terhadap performansi mesin pengkondisian
udara terutama Coefisien of Performance (COP).
I.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk lebih memahami dan mendalami cara kerja/fungsi dari setiap
peralatan pada sistem refrigerasi.
2. Mengadakan uji coba untuk mendapatakan data teknik dari instalasi
sistem refrigerasi yang dibuat.
3. Untuk mengetahui pengaruh kecepatan aliran udara pada kipas
pendingin kondensor terhadap koefisien prestasi (COP), terhadap efek
refrigerasi (RE), terhadap laju aliran massa refrigeran (Mref), terhadap
daya kompresi (Qw), terhadap laju perubahan kalor kondensor (Qc),
juga terhadap laju perubahan kalor evaporator (Qe) pada mesin
pengkondisian udara (air conditioner) dengan 2 evaporator dan
refrigeran-134a.
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai referensi bagi pembaca dalam hal pengujian sistem
pengkondisian udara.
2. Memberi informasi tentang pengaruh variasi kecepatan aliran udara
pada kipas pendingin kondensor terhadap COP mesin pengkondisian
udara dengan menggunakan 2 evaporator dan refrigeran-134a.
BAB I. Pendahuluan
I-4
1.4. Batasan Masalah
Pada penelitian ini peneliti akan membatasi masalah-masalah yang
dibahas, antara lain peneliti hanya membahas pengaruh perubahan kecepatan
aliran udara pada kipas pendingin kondensor pada mesin pengkondisian udara
(AC) tanpa membahas pengaruh lain dari parameter-parameter dari komponen
mesin pendingin.
Peneliti hanya membahas pengaruh perubahan kecepatan aliran udara (550
fpm, 700 fpm dan 800 fpm) pada kipas pendingin kondensor pada mesin
pengkondisian udara (AC) untuk mengetahui koefisien performansi (COP) pada
putaran kompresor konstan, tanpa adanya pengaruh beban pendingin dari luar dan
menggunakan refrigeran-134a.
I.5. Metodologi Penelitian
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Mempelajari studi literatur yang berhubungan dengan mesin pendingin.
b. Mengumpulkan komponen-komponen peralatan yang akan digunakan
untuk instalasi peralatan pengujian.
c. Membuat alat uji yang akan digunakan dalam penelitian.
d. Melakukann penelitian dan mengumpulkan data-data yang diperlukan.
e. Melakukan perhitungan dari data-data yang didapat kemudian menganalisa
dalam bentuk tabel dan grafik.
f. Mengambil kesimpulan dari analisa yang didapat dari hasil penelitian.
BAB I. Pendahuluan
I-5
I.6. Sistematika penulisan
Pada penulisan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yang menjadi
gambaran atas penulisan tugas akhir ini, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II TINJUAN PUSTAKA
Berisi tentang sejarah perkembangan mesin pengkondisisan udara,
pengertian dari mesin pengkondisian udara, psikrometrik, komponen penyusun
suatu mesin pengkondisian udara, cara kerja mesin pengkondisian udara (AC).
BAB III METODE PENELITIAN
Berisi tentang prinsip kerja instalasi, spesifikasi peralatan uji, tahap
kalibrasi alat ukur, menguji kebocoran pada instalasi, pemvakuman instalasi dan
pengisian refrigeran, prosedur pengambilan data.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang pengolahan data pengujian, analisis grafik hasil penelitian
dan perhitungan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses pengkondisian udara adalah perlakuan terhadap udara untuk
mengatur temperatur, kelembaban, kebersihan dan pendistribusian secara
bersamaan sehingga dicapai kondisi yang diinginkan. Sistem pengkondisian udara
pada umumnya dibagi menjadi 2 golongan utama :
1. Pengkondisian udara untuk kenyamanan
2. Pengkondisian udara untuk industri
Sistem pengkondisian udara untuk kenyamanan dirancang untuk
memperoleh temperatur dan kelembaban yang sesuai sehingga dicapai kondisi
yang nyaman bagi penghuninya, aplikasinya dapat dijumpai pada sistem
pengkondisian udara di mobil, rumah, mall, perkantoran, rumah sakit. Sedangkan
sistem pengkondisian udara untuk industri dirancang untuk memperoleh
temperatur dan kelembaban yang diinginkan sesuai dengan ketentuan, biasanya
difungsikan untuk menjaga mutu dan mengawetkan suatu produk, aplikasinya
dapat dijumpai pada gudang penyimpanan ikan, daging, buah-buahan, pabrik obat
dan lain-lain. Pengkondisian udara untuk industri lebih mengutamakan kestabilan
temperatur dan kelembaban dari pada kenyaman, karena dalam dunia industri
mesin pengkondisian udara difungsikan berbeda dengan mesin pengkondisian
udara (air conditioner) untuk kenyamanan.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-2
II.1. Sejarah Teknik Pendingin
Sejarah teknik pendinginan berkembang sejalan dengan perkembangan
peradaban manusia di wilayah sub-tropik. Secara alamiah, manusia yang tinggal
di wilayah sub-tropik menyadari bahwa bahan pangan yang mudah rusak ternyata
dapat disimpan lebih lama dan lebih baik pada saat musim dingin dibandingkan
dengan pada saat musim panas.
Tulisan dari ilmuan Perancis Sadi Carnot (1796-1832) menjadi inspirasi
bagi banyak penelitian yang dilakukan tentang konsep termodinamika dan sistem
pendingin, termasuk James Prescot Joule (Inggris, 1818-1889), Julios von Mayer
(Jerman, 1814-1878), Herman von Helmholtz (Jerman, 1821-1894), Rudolph
Clausius (Jerman, 1822-1888), Ludwig Boltzmann (Austria, 1844-1906), dan
William Thomson (Lord Kelvin, Inggris, 1824-1907).
Disamping mesin pendingin sistem kompresi uap, berbagai sistem
pendingin lain juga ditemukan selama abad ke-19. Salah satu diantaranya adalah
sistem pendingin siklus gas yang muncul akibat penemuan ”mesin udara” siklus
terbuka oleh John Gorrie (1803-1855), seorang dokter Amerika. Gorrie
mematenkan penemuan tersebut setelah berhasil mendinginkan brine ke suhu -7oC
pada tahun 1850 dan 1851. Alexander Kirk (1830-1892) berhasil
mengembangkan mesin siklus tertutup yang dapat mendinginkan hingga suhu
-130C pada tahun 1864. Mesin ini didasarkan pada motor udara panas yang
dikembangkan oleh pastor Skotlandia Robert Stirling pada tahun 1837. Sejarah
teknik pendingin pasca abad ke-19 lebih diwarnai oleh perkembangan pesat
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-3
refrigerasi mekanik dengan kompresor berkapasitas besar yang banyak digunakan
pada industri.
II.2. Komponen - komponen Utama Sistem Pengkondisian Udara
Siklus refrigerasi merupakan sebuah mekanisme berupa siklus yang
mengambil energi (termal) dari daerah bertemperatur rendah dan dibuang ke
daerah yang bertemperatur tinggi. Siklus ini berlawanan dengan proses spontan
yang terjadi sehari-hari, maka diperlukan masukan energi untuk menjalankan
siklus refrigerasi. Teknologi refrigerasi sangat erat berkaitan dengan kehidupan
dunia modern, bukan hanya pada sisi peningkatan kualitas dan kenyamanan
hidup, namun juga menyentuh hal-hal esensial penunjang kehidupan manusia.
Komponen-komponen utama penyusun mesin pengkondisian udara adalah
kondensor, kompresor, evaporator, katup ekspansi dan drier.
Gambar 2.1 Siklus sistem pengkondisian udara
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-4
Berikut ini adalah uraian ringkas tentang komponen-komponen sistem
pengkondisian udara,
II.2.1. Kondensor
Kondensor adalah bagian terpenting dari pembuangan panas dalam sistem
refrigerasi. Kondensor berfungsi sebagai media pemindah kalor dari refrigeran ke
lingkungan, mencairkan uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi
dari kompresor.
Berdasarkan media pendinginannya kondensor dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu :
1. Kondensor berpendingin air (Water Cooled Condenser)
2. Kondensor berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
3. Kondensor berpendingin udara dan air (Air and Water Cooled Condenser)
Gambar 2.2 Kondensor berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
Gambar 2.2 menunjukkan kondensor jenis pendingin udara yang
digunakan dalam penelitian ini. Udara mengalir dengan arah tegak lurus pada
bidang pendingin, dan gas refrigeran yang berada didalam pipa yang
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-5
bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan berangsur-angsur mencair
dibagian bawah dari koil.
II.2.2. Kompresor
Kompresor mengubah uap refrigeran yang masuk pada suhu dan tekanan
rendah menjadi uap bertekanan tinggi. Pada mesin AC mobil kompresor
digerakkan oleh tali kipas pada pulley engine. Perputaran kompresor ini akan
menggerakan piston/vane. Piston/vane ini akan menimbulkan tekanan bagi
refrigeran yang berfase uap sehingga tekanannya meningkat dan dengan
sendirinya juga akan meningkatkan temperaturnya. Jenis kompresor dapat dibagi
sebagai berikut :
a. Kompresor tipe Crank
b. Kompresor tipe Reciprocating
c. Kompresor tipe Swash Plate
d. Kompresor tipe Rotary Through Vane
e. Kompresor tipe reciprocating
Pada pengujian ini menggunakan kompresor tipe Rotary Through Vane. Tipe
kompresor ini terdiri atas dua vane yang integral dan saling tegak lurus. Bila rotor
berputar maka vane akan bergeser pada arah radial sehingga ujung-ujung vane
akan bersinggungan dengan permukaan dalam silinder. Pada kompresor jenis ini
tidak diperlukan katup hisap karena pada saat penghisapan uap refrigeran maka
refrigeran akan masuk kedalam kompresor secara terus-menerus.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-6
Gambar 2.3 Kompresor tipe Rotary Through Vane
Fungsi kompresor antara lain :
a. Mensirkulasikan refrigeran.
b. Menaikkan tekanan agar refrigeran dapat berkondensasi pada kondisi
ruangan.
c. Mempertahankan tekanan yang konstan pada evaporator.
d. Menghisap uap refrigeran bertekanan dan bertemperatur rendah dari
evaporator, Kemudian menekan/memampatkan gas tersebut, sehingga
menjadi uap yang bertekanan dan bertemperatur tinggi lalu dialirkan
menuju kondensor.
II.2.3. Evaporator
Evaporator berfungsi sebagai alat penyerap kalor dari lingkungan ke
refrigeran sehingga akan mengalami perubahan fase cair menjadi uap.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-7
Berdasarkan bentuk dan permukaan koilnya, evaporator dibagi menjadi
3 jenis, yaitu :
1. Evaporator tipe Plate Fin
2. Evaporator tipe Serpentine Fin
3. Evaporator tipe drwan cup
Gambar 2.4 tipe-tipe evaporator
Berdasarkan cara kerja, evaporator dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Flooded Evaporator
2. Dry Expantion Evaporator
Berdasarkan bahan konstruksinya, evaporator dibagi menjadi :
1. Shell and Tube Evaporator
2. Shell and Coil Evaporator
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-8
II.2.4. Katup Ekspansi
Katup Ekspansi berfungsi untuk menurunkan tekanan dan temperatur
pada refrigeran yang berfase liquid sampai tingkat keadaan tekanan dan
temperatur rendah sebelum mengalami penguapan dan penyerapan kalor dari
lingkungan didalam evaporator.
Ada bermacam-macam jenis katup ekspansi, antara lain :
1. Automatic Expantion Valve
2. Thermostatic Expantion Valve
3. Katup Apung Sisi Tekanan Tinggi
4. Katup Apung Sisi Tekanan Rendah
5. Manual Expantion Valve
6. Pipa Kapiler
7. Thermoelectric Expantion Valve
8. Electronic Expantion Valve
Gambar 2.5 Sistem Katup Ekspansi
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-9
Alat ekspansi yang sering digunakan adalah katup ekspansi termostatik
dan pipa kapiler. Katup ekspansi termostatik merupakan katup ekspansi
berkendali panas lanjut yang digunakan agar refrigeran yang masuk evaporator
sesuai dengan beban pendingin yang harus dipenuhi. Sedangkan jenis pipa kapiler
bekerja dengan memanfaatkan tahanan gesek refrigeran terhadap pipa, sehingga
tekanannya turun. Pipa kapiler biasanya mempunyai diameter yang kecil (0,031 –
0,054 inch) dengan panjang 5 – 20 ft. Pipa kapiler digunakan karena mudah dan
murah kemudian beban yang didinginkanya relatif konstan.
II.2.5. Dryer/Reciefer
Filter dryer berfungsi untuk menyaring kotoran dan menyerap uap air
yang terkandung di dalam sistem. Saringan didalam komponen ini berupa
anyaman kawat yang halus sedangkan bahan penyerapnya berasal dari zat kimia.
Selain dapat menyerap uap air, dryier juga dapat menyerap asam, hasil uraian
minyak pelumas, zat kimia dan lain-lain.
Hal-hal yang akan terjadi apabila tidak menggunakan filter dryier pada
mesin pengkondisian udara :
1. Membekunya uap air dalam sistem, sehingga terjadinya penyumbatan.
2. Terbentuknya asam yang disebabkan reaksi uap air dengan bahan
pendingin dan minyak pelumas kompresor. Terbentuknya asam ini dapat
menimbulkan korosi pada komponen sistem.
3. Rusaknya kompresor karena terbentuknya endapan air dan asam dalam
sistem sehinggga merusak minyak pelumas dalam kompresor .
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-10
Gambar 2.6 Dryer/Reciefer
II.2.6. Refrigeran
Refrigeran merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi
untuk menyerap kalor dari lingkungan atau sebaliknya. Refrigeran dapat
diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok, yaitu halocarbon compounds,
azeotropes, hidrocarbon, inorganic compounds, dan unsaturated organic
compounds. Sifat-sifat fisik termodinamika refrigeran yang digunakan dalam
sistem refrigerasi perlu diperhatikan agar sistem dapat bekerja dengan aman dan
ekonomis, adapun sifat refrigeran yang baik adalah :
1. Memiliki tekanan penguapan tinggi, untuk menghindari kemungkinan
terjadinya kevakuman pada evaporator dan turunya efisiensi volumetrik
karena naiknya perbandingan kompresi.
2. Memiliki tekanan pengembunan rendah sehingga perbandingan
kompresinya rendah dan penurunan prestasi kompresor dapat dihindari.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-11
3. Kalor laten penguapan harus tinggi agar panas yang diserap oleh
evaporator lebih besar jumlahnya, sehingga untuk kapasitas yang sama,
jumlah refrigerant yang dibutuhkan semakin sedikit.
4. Koefisien prestasi harus tinggi, ini merupakan parameter yang penting
untuk menentukan biaya operasi.
5. Konduktifitas termal yang tinggi untuk menentukan karakteristik
perpindahan panas.
6. Viskositas yang rendah dalam fasa cair atau gas. Dengan turunnya tahanan
aliran refrigeran dalam pipa maka kerugian tekanan akan berkurang.
7. Konstata dielektrik yang kecil, tahanan listrik yang besar serta tidak
menyebabkan korosi pada material isolasi listrik.
8. Refrigeran harus stabil dan tidak bereaksi dengan material yang digunakan
sehingga tidak menyebabkan korosi.
9. Refrigeran tidak boleh beracun dan berbau.
10. Refrigeran tidak mudah terbakar.
11. Dapat bercampur dengan minyak pelumas tetapi tidak merusak dan
mempengaruhinya.
12. Harganya murah dan mudah dideteksi jika terjadi kebocoran.
II.3. Prinsip – Prinsip Dasar Sistem Refrigerasi
Sistem refrigerasi adalah suatu sistem yang menjadikan kondisi
temperatur suatu ruangan berada dibawah temperatur semula (temperatur siklus).
Pada prinsipnya temperatur rendah yang dihasilkan oleh suatu sistem refrigerasi
diakibatkan oleh penyerapan panas pada reservoir dingin (low temperature
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-12
source) yang merupakan salah satu bagian sistem refrigerasi tersebut. Panas yang
diserap dan energi yang diakibatkan kerja luar, dibuang pada bagian sistem
refrigerasi yang disebut reservoir panas (high temperature sink).
Untuk suatu sistem refrigerasi, jumlah panas Q1 yang diserap pada
reservoir dingin merupakan kuantitas yang terpenting, dapat menunjukan berapa
kapasitas pendingin yang dapat diberikan oleh sistem refrigerasi. Secara skematis
proses itu dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.7 Skema sistem refrigerasi
Keterangan :
1 = Reservoir dingin (low tempeerature source)
2 = Reservoir panas (high temperature sink)
Q1 = Panas yang diserap dari reservoir dingin
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-13
Q2 = Panas yang dibuang reservoir panas = Q1 + w
W = Kerja yang diberikan dari luar
II.4. Dasar – Dasar Psikrometrik
Psikrometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara
dengan uap air, hal ini sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara
pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-
benar kering. Kandungan uap air dalam udara untuk suatu keperluan harus
dibuang atau malah ditambahkan.
Pada bagan psikrometrik ada dua hal penting, yaitu penguasaan akan
dasar-dasar bagan dan kemampuan menentukan sifat-sifat pada kelompok-
kelompok keadaan lain, misalnya tekanan barometrik yang tidak standar. Untuk
memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikrometrik perlu adanya
pemahaman tentang hukum Dalton dan sifat-sifat yang ada dalam karta
psikrometrik, antara lain :
1. Temperatur bola kering (Dry Ball)
Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada
termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur
ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas.
2. Temperatur bola basah (Wet Ball)
Temperatur bola basah merupakan temperatur yang terbaca pada
termometer dengan sensor yang dibalut dengan kain basah. Untuk
mengukur temperatur ini diperlukan aliran udara sekurangnya adalah 5
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-14
m/s. Temperatur bola basah sering disebut dengan temperatur jenuh
adiabatik.
3. Titik embun
Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya
sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap
air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara
lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda titik embun uap air akan
berbeda, semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
4. Kelembaban relatif.
Kelembaban relatif didefinisikan sebagai perbandingan fraksi molekul uap
air didalam udara basah terhadap fraksi molekul uap air jenuh pada
temperatur dan tekanan yang sama atau perbandingan antara tekanan
persial uap air yang ada di dalam udara dengan tekanan jenuh uap air yang
ada pada temperatur yang sama. Kelembaban relatif dapat dikatakan
sebagai kemampuan udara untuk menerima kandungan uap air.
Kelembaban ini dapat dirumuskan :
PwsPw
=φ .......... (Lit, 6. Hal 40)
dimana :
Pw = Tekanan uap air parsial
Pws = Tekanan jenuh air murni pada suhu yang sama
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-15
5. Kelembaban spesifik (rasio kelembaban)
Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung
didalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap
air dengan massa udara kering yang ada didalam atmosfir.
Kelembaban spesifik dapat dirumuskan :
ast
ss
aa
ss
RppRp
TRVpTRVp
MaMww
/)(/
//
−=== …….( Lit, 6. Hal 41 )
Dimana :
W = Kelembaban spesifik
Mw = Massa uap air
Ma = Massa udara kering
V = volume sembarang campuran udara-uap (m3)
Pt = tekanan atmosfer (Pa)
Pa = tekanan parsial udara kering (Pa)
Ra = tetapan gas untuk udara kering = 287 J/kg.K
Rs = tetapan gas untuk uap air = 461,5 J/kg.K
T = suhu absolut campuran udara-uap (oK)
Ps = tekanan uap air parsial dalam keadaan jenuh
6. Entalpi.
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-16
Entalpi merupakan energi kalor yang dimiliki oleh suatu zat pada tekanan
dan temperature tertentu atau jumlah energi kalor yang diperlukan untuk
memanaskan 1 kg udara kering dan x kg air (fase cair) dari 0oC sampai
mencapai ToC dan menguapkannya menjadi uap air (fase gas).
7. Volume spesifik.
Volume spesifik merupakan volume udara campuran dengan satuan meter-
kubik per kilogram udara kering.
II.5. Analisis Termodinamika Siklus Kompresi Uap
II.5.1. Siklus Kompresi Uap
Siklus kompresi uap merupakan salah satu siklus yang digunakan dalam
proses pendingin, siklus kompresi uap memerlukan beberapa komponen utama
agar siklus ini dapat bekerja dengan baik seperti kompresor, kondensor, katup
ekspansi dan evaporator.
Gambar 2.8 Siklus Kompresi Uap
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-17
Adapun proses ideal yang terjadi pada siklus kompresi uap adalah proses
kompresi, kondensasi, proses ekspansi dan proses evaporasi, dan proses ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.9 Diagram kompresi uap
Gambar 2.10 Diagram P-h sistem kompresi uap
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-18
4 – 1 Proses Evaporasi
Pada tahap ini terjadi pertukaran kalor di evaporator, dimana kalor dari
lingkungan atau media yang didinginkan diserap oleh refrigeran cair dalam
evaporator sehingga refrigeran cair yang berasal dari katup ekspansi yang
bertekanan dan bertemperatur rendah berubah fasa dari fasa cair menjadi uap
yang mempunyai tekanan dan temperatur tinggi. Maka besar kalor yang diserap
oleh refrigerant adalah :
Qe = mref( h1 – h4 ) …… ( Lit, 7. Hal 26 )
Dimana :
Qe = Laju pelepasan kalor evaporasi ( kJ/s).
mref = Laju aliran massa refrigeran ( kg/s).
h1 – h4 = Efek refrigerasi (kJ/kg).
1 – 2 Proses Kompresi
Tahap ini terjadi di kompresor dimana refrigeran yang berfasa uap
dengan temperatur dan tekanan rendah dikompresi secara isentropik sehingga
temperatur dan tekanannya menjadi tinggi, besar kapasitas pemanasan dapat
ditulis dengan persamaan :
Qw = mref( h2 – h1 ) …… ( Lit, 7. Hal 26 )
Dimana :
Qw = Daya kompresi ( kJ/s)
mref = Laju aliran massa refrigeran ( kg/s)
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-19
h2 – h1 = Kerja kompresi (kJ/kg)
2 – 3 Proses Kondensasi
Tahap ini terjadi didalam kondensor, dimana panas dari refrigeran yang
berfase uap dari kompresor dibuang ke lingkungan sehingga refrigeran tersebut
mengalami kondensasi. Pada tahap ini terjadi perubahan fase dari dari fase uap
superheat menjadi fase cair jenuh, pada fase cair jenuh ini tekanan dan
temperaturnya masih tinggi. Besarnya kalor yang dilepaskan di kondensor adalah:
Qc =mref (h2 – h3) .……… ( Lit, 7. Hal 26)
Dimana :
Qc = Laju pelepasan kalor kondensasi (kJ/kg)
h2 = Entalpi refrigeran yang keluar dari kompresor (kJ/kg)
h3 = Entalpi refrigeran cair jenuh (kJ/kg)
3 – 4 Proses Ekspansi
Tahap ini terjadi di katup ekspansi dimana refrigeran diturunkan
tekanannya yang diikuti dengan turunnya temperatur isentalpi. Pada proses ini
tidak ada kerja yang dilakukan atau ditimbulkan sehingga W = 0.
Perubahan energi kinetik dan energi potensial dianggap nol. Proses
dianggap adiabatik sehingga q = 0. Persamaan energi aliran ini adalah :
h3 = h4 (kJ/kg) ………. (Lit, 7. Hal 27)
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-20
II.6.2. Efek Refrigerasi
Efek refrigerasi adalah besarnya kalor yang diserap oleh refrigeran pada
proses evaporasi.
efek refrigerasi dapat dirumuskan sebagai berikut :
RE = h1 – h4 ( kJ/kg ) ………. (Lit, 7. Hal 27)
Dimana :
RE = Efek refrigerasi (kJ/kg)
h1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran pada titik 4 (kJ/kg)
II.6.3. Laju Aliran Kalor Evaporator
Laju aliran kalor udara evaporator dirumuskan sebagai berikut :
Qevap = Mud.evap ( hin –hout ) ………. (Lit, 7. Hal 27)
Dimana :
Qevap = Laju aliran kalor evaporator ( kJ/s )
Mud.evap = Laju aliran massa udara evaporator ( kg/s )
hin = Entalpi udara pada sisi masuk evaporator dan dikoreksi
pada Twb ruang ( kJ/kg )
hout = Entalpi udara pada sisi keluar evaporator dan dikoreksi
pada Twb ruang ( kJ/kg )
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-21
II.6.4. Laju aliran Massa Udara Evaporator
Laju aliran massa udara melalui evaporator dirumuskan sebagai berikut :
Mud.evap = ρudara . A. V ……..(Lit, 7. Hal 28)
Dimana :
Mud.evap = laju aliran massa udara evaporator ( kg/s )
ρudara = Massa jenis udara ( kg/m3)
A = Luas penampang saluran udara evaporator (0,017 m2)
V = Kecepatan udara melalui saluran udara keluar evaporator (m/s)
Dimana :
R = tetapan gas untuk udara 0,287 kJ/kg.K
P = tekanan absolut 101,325 kPa
T = suhu absolut (oK)
A = π D2
Dimana :
D = diameter saluran udara evaporator (0,15 m)
II.6.5. Laju Aliran Massa Refrigeran
Laju aliran massa refrigeran menyatakan jumlah refrigeran yang
disirkulasikan tiap satuan waktu dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
BAB II. Tinjauan Pustaka
II-22
............ (Lit, 7. Hal 28)
Dimana :
mref = Laju aliran massa refrigeran (kg/s)
Qevap = Laju aliran kalor udara evaporator (kJ/s)
h1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran pada titik 4 (kJ/kg)
II.6.6. Koefisien Prestasi
Koefisien prestasi dari sistem refrigerasi adalah perbandingan antara kalor
yang diserap dari ruang pendingin (efek refrigerasi) dengan kerja yang dilakukan
kompresor. Koefisien prestasi (COP) dapat dirumuskan sebagai berikut :
............ (Lit, 7. Hal 29)
Dimana :
COP = Koefisien Prestasi (Coefisien of performance)
h1 = Entalpi refrigeran pada titik 1 (kJ/kg)
h4 = Entalpi refrigeran pada titik 4 (kJ/kg)
h2 = Entalpi refrigeran pada titik 2 (kJ/kg)
BAB III. Metoda Penelitian
III-1
BAB III
METODA PENELITIAN
III.1. Prinsip Kerja Instalasi
Prinsip kerja instalasi sistem pengkondisian udara dapat dilihat pada
gambar dibawah ini adalah :
Gambar 3.1 Prinsip kerja peralatan uji sistem pengkondisian udara dengan 2 evaporator
BAB III. Metoda Penelitian
III-2
1. Didalam kompresor, refrigeran berfase uap yang bertemperatur dan bertekanan
rendah dikompresikan sehingga mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.
Kemudian refrigeran masuk kedalam kondensor.
2. Didalam kondensor, uap refrigeran yang bertemperatur dan bertekanan tinggi
didinginkan oleh udara sehingga berkondensasi menjadi cairan refrigeran.
Didalam kondensor ini, kalor yang dibawa oleh uap refrigeran dari kompresor
dilepaskan keluar sistem (lingkungan) dibantu oleh kipas pendingin sehingga
proses perpindahan kalor berlangsung lebih cepat.
3. Refrigeran cair dari kondensor akan diterima oleh filter dryer kemudian
dialirkan pada pipa kapiler yang berfungsi sebagai alat ekspansi. Pada pipa
kapiler, tekanan refrigeran yang akan masuk evaporator akan diturunkan.
Penurunan tekanan ini disesuaikan sehingga refrigeran dapat menyerap cukup
banyak kalor dari lingkungan didalam evaporator.
4. Refrigeran yang bertekanan rendah akan menguap didalam pipa-pipa
evaporator. Penguapan ini membutuhkan energi kalor yang diserap dari
sekelilingnya, sehingga ruangan menjadi dingin karena temperaturnya turun.
Uap refrigeran dari evaporator, seterusnya akan masuk ke pipa hisap (suction
line) menuju kompresor lagi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui koefisien prestasi (COP) mesin
pengkondisian udara dengan 2 evaporator terhadap perubahan kecepatan aliran
udara kipas pendingin pada kondensor.
BAB III. Metoda Penelitian
III-3
Instalasi peralatan uji ini terdiri dari komponen utama siklus refrigerasi
yaitu evaporator (koil pendingin), kondensor, kompresor, katup ekspansi, dryer.
Alat ukur yang digunakan adalah : velometer, pressure gauge, thermocouple. Alat
pendukung seperti motor penggerak kompresor, accu, kipas angin, ruangan
penyekat (kabin).
Gambar 3.2 Instalasi peralatan uji
III.2. Spesifikasi Peralatan Uji
III.2.1. Komponen Utama
a. Kompressor
Tipe : rotary through vane
Pabrikan : Jepang
Brand : Nippon Denso
BAB III. Metoda Penelitian
III-4
Gambar 3.3 Kompresor Rotary through vane
Fungsi : mensirkulasikan bahan pendingin (refrigeran), menaikan tekanan
agar refrigeran dapat berkondensasi pada kondisi ruangan,
mempertahankan tekanan refrigeran pada evaporator.
b. Kondensor
Tipe : Berpendingin udara (Air Cooled Condenser)
Luas : 17,15 m2
Pabrikan : Jepang
Material : Tembaga
Brand : Denso
Fungsi : sebagai media pemindah kalor dari refrigeran
kelingkungan untuk mencairkan uap refrigeran yang
bertekanan dan bersuhu tinggi dari kompressor.
Gambar 3.4 Kondensor Pendingin Udara (Air Cooled Condenser)
BAB III. Metoda Penelitian
III-5
c. Evaporator
Tipe : Bare tube evaporator
Material koil : Aluminium
Brand : Denso
Fungsi : sebagai alat penyerap kalor dari lingkungan ke refrigeran
sehingga refrigeran mengalami perubahan fase dari cair
menjadi uap.
Gambar 3.5 Evaporator tipe Bare Tube
BAB III. Metoda Penelitian
III-6
d. Dryer
Fungsi : untuk menyaring kotoran dan menyerap uap air yang terkandung
didalam sistem.
Gambar 3.6 Dryer
e. Katup Ekspansi
Jenis : Termostatik
Fungsi : untuk mengekspansikan secara adiabatik cairan refrigeran yang
bertekanan dan bertemperatur tinggi sampai ke tingkat keadaan
tekanan dan temperatur rendah.
Gambar 3.7 Katup ekspansi tipe Termostatik
BAB III. Metoda Penelitian
III-7
f. Refrigeran
Jenis : R-134a
Fungsi : media pendingin dalam sistem pengkondisian udara.
Gambar 3.8 Refrigeran R-134a
III.2.2. Alat Ukur
a. Pressure Gauge
Satuan : psi
Buatan : USA
Brand : Asian First and Royal
Fungsi : untuk mengukur tekanan refrigeran yang mengalir dalam pipa
Gambar 3.9 Pressure gauge
BAB III. Metoda Penelitian
III-8
b. Digital Thermocouple
Tipe : K-type bead thermocouple
Buatan : Taiwan
Fungsi : untuk mengukur suhu refrigeran yang bersirkulasi dalam
sistem.
Gambar 3.10 Thermocouple
c. Thermometer
Satuan : Celcius
Fungsi : untuk mengukur temperatur ruangan.
Gambar 3.11 Thermometer
d. Velometer
Nama : Velometer
Satuan : fpm
Brand : Alnor
BAB III. Metoda Penelitian
III-9
Fungsi : untuk mengukur kecepatan laju aliran udara.
Gambar 3.12 Velometer
III.2.3. Peralatan Pendukung
a. Motor listrik
Power : 2200 W
Pols/Phase : 2/1
rpm : 2850
Volt : 220 V
Amp/Hz : 14A/50 HZ
Fungsi : untuk menggerakan kompresor agar kompresor dapat bekerja.
Gambar 3.13 Motor listrik
BAB III. Metoda Penelitian
III-10
b. Accu
Brand : Yuasa
Fungsi : untuk menggerakan blower pada evaporator dan menggerakan
magnet clutch pada kompresor.
Gambar 3.14 Accu
c. Kipas pendingin
Brand : Maspion
Blade size : 300 mm
Buatan : Indonesia
Voltage : 220-240V ; 50/60HZ
Wattage : 45 watts
Fungsi : untuk mendinginkan dengan mempercepat perpindahan kalor
refrigeran pada kondensor.
BAB III. Metoda Penelitian
III-11
Gambar 3.15 Kipas pendingin
d. Ruang penyekat (Kabin)
Fungsi : agar waktu yang dibutuhkan untuk pendingin ruangan lebih cepat
maka diperlukan ruang penyekat.
Gambar 3.16 Ruang penyekat (Kabin)
III.3. Tahap Kalibrasi Alat Ukur
Kalibrasi adalah cara untuk menentukan sifat-sifat metrologi suatu alat
ukur dengan membandingkannya terhadap standar alat ukur yang diketahui.
Proses kalibrasi sangat penting didalam suatu pengukuran untuk menjamin
BAB III. Metoda Penelitian
III-12
validitas pengukuran, karena ketelitian alat ukur bisa berubah setelah pemakaian
yang lama, sehingga hasil yang ditunjukkan belum tentu menunjukkan data yang
sebenarnya. Alat-alat yang dikalibrasi sebelum digunakan untuk mengukur data
dalam pengujian ini adalah : Thermocouple, pressure gauge.
III.4. Menguji Kebocoran pada Instalasi
a. Untuk menguji kebocoran pada peralatan uji, terlebih dahulu melakukan
memvakumkan sistem peralatan dengan menggunakan pompa vakum
yang dilengkapi dengan indikator tekanan. Jika setelah pompa vakum
dihentikan dan ditunggu beberapa saat terjadi kenaikan tekanan berarti
dalam peralatan uji tersebut masih ada kebocoran.
b. Untuk mendeteksi lokasi kebocoran maka dapat dilakukan dengan
mengoleskan busa sabun pada permukaan pipa dan peralatan uji
lainnya.
III.5. Pemvakuman Instalasi dan Pengisian Refrigeran
III.5.1. Pemvakuman Instalasi
Sebelum refrigeran diisi kedalam kompresor, perlu dilakukan proses
pemvakuman terlebih dahulu. Hal ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada
kotoran-kotoran, uap air (bunga es) dan udara didalam kompresor dan pipa-pipa
refrigeran yang dapat menyebabakan tejadinya penyumbatan. Adapun langkah-
langkah pemvakuman pada sistem dapat dilakukan sebagai berikut:
BAB III. Metoda Penelitian
III-13
1) Memasang manifold gauge pada sistem.
2) Menghubungkan selang warna kuning ke pentil isi/buang yang terdapat
pada kompresor.
3) Menghubungkan selang warna biru ke pompa vakum.
4) Menghubungkan selang warna merah ke tabung refrigeran.
5) Menutup rapat katup merah dan biru yang terdapat pada manifold
gauge.
6) Menghidupkan pompa vakum, kemudian membuka katup warna biru
pada manifold gauge, biarkan selama ± 20 menit sampai tekanan pada
manifold gauge mencapai –20 psi.
7) Membuka katup warna merah pada manifold gauge untuk membuang
udara yang terdapat pada kompresor.
8) Menutup semua katup pada manifold gauge setelah kondisi vakum
tercapai dan mematikan pompa vakum.
9) Membiarkan kondisi ini ± 10 menit dengan mempertahankan tekanan
pada manifold gauge.
10) Jika terdapat kenaikan tekanan setelah langkah no. 9 berarti terdapat
kebocoran pada sistem, lakukan pemeriksaan ulang dan
memperbaikinya.
BAB III. Metoda Penelitian
III-14
11) Mengulangi langkah pemvakuman no. 1 sampai no. 9 hingga diyakini
tidak terjadi kebocoran.
Gambar 3.17 manifold gauge
III.5.2. Pengisian Refrigeran
Pengisian refrigeran R-134a dapat dilakukan dengan dua metode yaitu:
pengisian berdasarkan jumlah berat refrigeran yang diijinkan kedalam kompresor
atau pengisian refrigeran berdasarkan tekanan maksimal didalam kompresor.
Metode yang akan dilakukan kali ini adalah metode pengisian refrigeran
berdasarkan tekanan maksimal didalam kompresor. Adapun langkah-langkah
pengisiannya sebagai berikut :
1) Melakukan proses pemvakuman seperti yang dijelaskan dalam proses
pemvakuman sistem diatas.
2) Setelah pemvakuman selesai, rangkaian selang pada manifold gauge,
kompresor dan pompa vakum tidak perlu dilepas.
3) Melihat tekanan awal pada kompresor.
BAB III. Metoda Penelitian
III-15
4) Menghidupkan kompresor yang selesai divakumkan untuk proses
pengisian refrigeran.
5) Melanjutkan dengan langkah membuka keran pada tabung refrigeran
kemudian dilanjutkan dengan membuka keran warna merah pada
manifold gauge, perhatikan nilai pada digital clamp tester yang
menunjukkan jumlah refrigeran yang sudah masuk dalam kompresor.
Banyaknya refrigeran yang sudah masuk dalam kompresor tidak boleh
melebihi dari tekanan kompresor yang dimiliki.
6) Menutup keran warna merah jika jumlah pengisian dirasa sudah cukup.
7) Menutup keran pada tabung refrigeran dan melepas semua selang dari
kompresor dan pompa vakum.
III.6. Prosudur Pengambilan Data
III.6.1. Pemeriksaan Peralatan Sebelum Pengujian
Pemeriksaan seluruh peralatan uji dan perlengkapannya merupakan
langkah pertama yang harus dilakukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan
baik penguji maupun peralatan uji. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Memeriksa kondisi mesin baik pada komponen yang bergerak maupun
komponen yang tidak bergerak.
b. Memastikan dan memeriksa suplai listrik yang diperlukan oleh peralatan uji.
BAB III. Metoda Penelitian
III-16
c. Memeriksa kondisi di dalam evaporator.
d. Memeriksa putaran kipas pendingin kondensor serta kebersihan sirip-sirip
kondensor untuk memastikan pertukaran kalor yang terjadi berlangsung
dengan baik dan maksimal.
e. Memastikan pipa-pipa refrigeran dari kebocoran dan memastikan sudah
terisolasi termal dengan baik.
f. Memeriksa setiap peralatan ukur yang akan digunakan didalam pengambilan
data apakah berfungsi dengan baik.
III.6.2. Cara Menghidupkan Mesin
a. Menghidupkan motor listrik untuk digunakan menggerakan kompressor.
b. Menghidupkan blower .
c. Memilih prosedur pengujian dengan kecepatan aliran udara kondensor pada
putaran rendah (550 fpm), sedang (700 fpm) dan tinggi (800 fpm).
d. Menunggu beberapa saat sampai mencapai kondisi tunak (±15 menit)
III.6.3. Data Pengujian
Dalam penngujian ini, data yang diperlukan untuk mendukung
perhitungan adalah sebagai berikut :
a. Temperatur masuk kompresor (T1)
b. Temperatur keluar kompresor (T2)
c. Temperatur keluar kondensor (T3)
BAB III. Metoda Penelitian
III-17
d. Temperatur masuk evaporator I (T4)
e. Temperatur masuk evaporator II (T5)
f. Temperatur keluar evaporator I (T6)
g. Temperatur keluar evaporator II (T7)
h. Tekanan masuk kompresor (P1)
i. Tekanan keluar kompresor (P2)
j. Tekanan keluar kondensor (P3)
k. Tekanan masuk evaporator I (P4)
l. Tekanan masuk evaporator II (P5)
m. Tekanan keluar evaporator I (P6)
n. Tekanan keluar evaporator II (P7)
o. Temperatur lingkungan
p. Kecepatan udara dalam kabin
q. Temperatur bola basah masuk dan keluar kabin dan bola kering masuk dan keluar kabin
III.6.4. Pengamatan yang Dilakukan
a. Menentukan pengamatan keposisi putaran blower yang minimal.
b.Menentukan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada kondensor
dengan putaran rendah yaitu 550 fpm.
c. Menunggu beberapa saat sampai tercapai kondisi tunak.
d. Mencatat data :
1) Temperatur refrigeran di titik T1, T2, T3, T4, T5, T6 dan T7.
2) Tekanan refrigeran di titik P1, P2, P3, P4, P5, P6 dan P7.
BAB III. Metoda Penelitian
III-18
3) Temperatur bola kering (Tdb) dan temperatur bola basah (Twb)
udara masuk evaporator.
4) Temperatur bola kering (Tdb) dan temperatur bola basah (Twb)
udara keluar evaporator.
5) Kecepatan aliran udara pada saluran udara keluar evaporator.
e. Mencatat data pada peralatan uji
f. Mengulang langkah c-e pada kecepatan aliran udara kipas pendingin
kondensor dengan putaran sedang yaitu 700 fpm.
g. Mengulang langkah c-e pada kecepatan aliran udara kipas pendingin
kondensor dengan putaran tinggi yaitu 800 fpm.
m. Mematikan peralatan uji
1) Mematikan blower
2) mematikan motor listrik
3) mematikan kipas pendingin kondensor
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1. Data Hasil Pengujian
Setelah melakukan pengujian dan mencatat perubahan temperatur (T),
tekanan (P), temperatur bola basah (Twb) dan temperatur bola kering (Tdb) pada
lingkungan dan pada kabin dan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor, maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data hasil pengujian perangkat uji mesin pengkondisian udara dengan 2 evaporator terhadap variasi kecepatan aliran udara kipas pendingin kondensor
IV.2. Pengolahan Data Hasil Pengujian
Data yang didapatkan dari pengujian mesin pengkondisian udara, diambil
contoh pada putaran kipas udara pendingin kondensor dengan putaran maksimum
(800 fpm).
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-2
IV.2.1. Perhitungan Laju Aliran Massa Udara Evaporator (Mud.evap)
a. Evaporator I
Mud.evap = ρud x V x A
Mud.evap I = ρud x V x A
= 1,218 x 3,556 x 0,017
= 0,0736 kg/s
b. Evaporator II
Mud.evap = ρud x V x A
Mud.evap II = ρud x V x A
= 1,226 x 3,556 x 0,017
= 0,0741 kg/s
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-3
IV.2.2. Perhitungan Beban Evaporator (Qevap)
a. Evaporator I
Qevap I = Mud.evap I ( hin –hout )
= 0,0736 (76,5 – 45)
= 2,318 kW
b. Evaporator II
Qevap II = Mud.evap II ( hin –hout )
= 0,0741 (76,5 – 42)
= 2,556 kW
IV.2.3. Perhitungan Efek Refrigerasi (RE)
RE = (h1 – h3)
= (259,52 – 137,41)
= 122,11 kJ/kg
IV.2.4. Perhitungan Laju Aliran Massa Refrigeran (mref)
IV.2.5. Perhitungan Kerja Kompresi
Kerja kompresi = (h2 – h1)
= (286,27 – 259,52)
= 26,75 kJ/kg
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-4
IV.2.6. Perhitungan Daya Kompresi (Qw)
Qw = mref (h2 – h1)
= 0,0209 x 26,75
= 0,559 kW
IV.2.7. Perhitungan Laju Pelepasan Kalor Kondensor (Qc)
Qc = mref (h2 – h3)
= 0,0199 (286,27 – 137,41)
= 2,962 kW
IV.2.8. Perhitungan Laju Pelepasan Kalor Evaporator (Qe)
Qe = mref (h1 – h3)
= 0,0199 x (259,52 – 137,41)
= 2,429 kW
IV.2.9. Perhitungan Coefisien Of Performance (COP)
Dari data-data yang sudah didapat tersebut akan diketahui sifat-sifat
termodinamika dan untuk perhitungan menggunakan daur kompresi uap standar
yang diplot pada diagram p-h.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-5
Gambar. 4.1 diagram p-h R-134a untuk kecepatan aliran udara kipas pendingin 800 fpm
• Pada titik 1, 6 dan 7 (keluar evaporator dan masuk kompressor) dengan
menggunakan parameter tekanan dan temperatur akan diketahui entalpi
pada titik 1, titik 6 dan titik 7 sebesar 259,52 kJ/kg (property tables
refrigerant-134a) dengan kondisi saturated refrigerant.
• Pada titik 2 (keluar kompressor dan masuk kondensor) dengan
mengguanakan parameter tekanan dan temperatur akan diketahui entalpi
pada titik 2 sebesar 286,27 kJ/kg dengan kondisi superheated refrigerant.
• Pada titik 3 (keluar kondensor dan masuk katup expansi) dengan
menggunakan parameter tekanan dan temperatur akan diketahui entalpi
pada titik 3 sebesar 137,41 kJ/kg dengan kondisi subcooled refrigerant.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-6
• Pada titik 4 dan 5 (masuk evaporator) karena prosesnya di asumsikan
adiabatik (tidak ada kalor yang di pindahkan), isoentalpi (terjadi pada
entalpi konstan) maka h3 = h4 = h5 = 137,41 kJ/kg.
• Pada Evaporator I Twbin dan Twbout dari pengukuran thermocouple di
dapatkan entalpi hin 76,5 kJ/kg dan entalpi hout 45 kj/kg dan pada
Evaporator II Twbin dan Twbout dari pengukuran thermocouple di dapatkan
entalpi hin 76,5 kJ/kg dan entalpi hout 42 kj/kg. (berdasarkan ASHRAE
Psychrometric Chart No.1)
Gambar. 4.2 Diagram Psikrometrik
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-7
IV.3. Data Hasil Perhitungan
Setelah melakukan perhitungan dan mengamati tabel psikometrik dan
property tables and charts (SI units) tabel A-13 dari data yang didapat
sebelumnya, maka didapat entalpi (h) pada setiap tekanan (P), temperatur bola
basah (Twb) dan bola kering (Tdb) pada lingkungan, temperatur bola basah (Twb)
dan bola kering (Tdb) pada kabin, massa udara pada evaporator (Mud.evap), Beban
Evaporator (Qevap), Efek Refrigerasi (RE), Laju Aliran Massa Refrigeran (mref),
Kerja Kompresi (Qw), Kalor Kondensor (Qc), Kalor Evaporator (Qe) dan Coefisien
Of Performance (COP) untuk setiap kecepatan kipas pada kondensor. Untuk
putaran kipas kondensor 550 fpm dan 700 fpm dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.2 Data perhitungan dari hasil data pengujian mesin pengkondisian udara dengan 2 evaporator terhadap variasi kecepatan udara kipas pendingin kondensor.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-8
Diagram P-h untuk ketiga variasi kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor dapat diamati pada gambar diagram dibawah ini.
Gambar. 4.3 diagram P-h R-134a variasi kecepatan aliran udara kipas kondensor
IV.3. Grafik Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian dan perhitungan diatas maka dapat dianalisa melalui grafik
pengaruh perubahan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada kondensor
terhadap efek refrigerasi (RE), laju aliran masa refrigeran (mref), daya kompresi
(Qw), kalor kondensor (Qc), kalor evaporator (Qe) dan koefisien prestasi (COP).
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-9
IV.3.1. Analisis Pengaruh Perubahan Kecepatan Aliran Udara Kipas
Pendingin pada Kondensor terhadap Efek Refrigerasi (RE)
Gambar. 4.4 Grafik kecepatan aliran udara kipas pada kondensor terhadap efek refrigerasi
Gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa pada kecepatan aliran udara
pada kondensor rendah (550 fpm) efek refrigerasinya 118,91 kJ/kg dan pada
kecepatan aliran udara pada kondensor tinggi (800 fpm) efek refrigerasinya
122,11 kJ/kg, sehingga terjadi kenaikan efek refrigerasi (RE) akibat bertambahnya
kecepatan aliran udara pada kondensor.
Dengan bertambahnya kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor maka proses pelepasan kalor kondensor ke lingkungan akan semakin
cepat. Hal ini mengakibatkan efek refrigerasi meningkat dan akan mengakibatkan
pendinginan ruangan meningkat juga. Hal ini terjadi karena persamaan efek
refrigerasi adalah selisih antara h3 dengan h1.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-10
IV.3.2. Analisis Pengaruh Perubahan Kecepatan Aliran Udara Kipas
Pendingin pada Kondensor terhadap Laju Aliran Massa Refrigeran
(mref)
Gambar. 4.5 Grafik kecepatan aliran udara pada kondensor dan laju aliran massa
refrigeran (mref)
Gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa pada kecepatan aliran udara
pada kondensor rendah (550 fpm) laju aliran massa refrigeran 0,0225 kg/s dan
pada kecepatan aliran udara pada kondensor tinggi (800 fpm) laju aliran massa
refrigeran 0,0199 kg/s, sehingga terjadi penurunan laju aliran massa refrigeran
akibat bertambahnya kecepatan aliran udara pada kondensor.
Kecepatan aliran udara pendingin pada kondensor berbanding terbalik
terhadap laju aliran massa refrigeran. Semakin besar kecepatan aliran udara
pendingin pada kondensor semakin kecil laju aliran massa refrigerannya. Proses
perpindahan kalor yang semakin cepat pada kondensor mempengaruhi tekanan
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-11
masuk dan keluar kondensor, karena tekanan yang dihasilkan oleh kompresor
berkurang maka temperatur juga ikut.
Laju aliran massa refrigeran adalah perbandingan antara nilai beban
pendingin dengan efek refrigerasi yang dihasilkan. Beban pendingin akan
menurun terhadap kenaikan laju aliran udara pendingin pada kondensor
sedangkan efek refrigerasi akan meningkat. Massa refrigeran akan berkurang
karena kerja kompresi yang dihasilkan oleh kompresor berkurang. Sesuai dengan
diagram p-h yang dihasilkan, terlihat bahwa tekanan dan temperatur menurun dan
entalpi juga akan menurun.
IV.3.3. Analisis Pengaruh Kecepatan Aliran Udara Kipas Pendingin pada
Kondensor terhadap Daya Kompresi (Qw)
Gambar. 4.6 Grafik kecepatan putaran kipas kondensor dan daya kompresi (Qw)
Gambar grafik diatas terlihat bahwa daya yang dibutuhkan kompresor
mengalami penurunan seiring dengan kenaikan laju kecepatan udara pendingin
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-12
kondensor. Daya kompresor ini diperoleh dari perkalian laju aliran massa
refrigeran dengan kerja kompresi. Kerja kompresi semakin menurun karena
entalpi yang dihasilkan juga menurun. Disebabkan tekanan yang dihasilkan
menurun karena pengaruh udara pendingin kondensor. Sedangkan untuk laju
aliran massa refrigeran juga menurun. Kerja kompresi menurun karena kalor yang
dilepaskan oleh kondensor banyak sehingga temperatur kondensor menjadi rendah
dan tekanannya juga akan rendah. Maka untuk mengalirkan refrigeran akan lebih
mudah dan kerja kompresi akan kecil, sehingga daya kompresor yang dihasilkan
akan berkurang.
Pada kecepatan aliran udara pada kondensor kecil (550 fpm) daya yang
dibutuhkan kompresor sebesar 0,675 kW dan pada kecepatan aliran udara tinggi
(800 fpm) daya yang dibutuhkan kompresor sebesar 0,559 kW. Hal ini dapat
dikatakan bahwa semakin besar kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor maka daya yang dibutuhkan kompresor semakin kecil sehingga
koefisien prestasi akan semakin besar.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-13
IV.3.4. Analisis Pengaruh Perubahan Kecepatan Aliran Udara Kipas
Pendingin pada Kondensor Terhadap Kalor Kondensor
Gambar. 4.7 Grafik kecepatan aliran udara kipas pendingin kondensor terhadap kalor kondensor (Qc)
Gambar grafik diatas terlihat bahwa pada kecepatan aliran udara rendah
(550 fpm) kalor kondensor 3,275 kW dan pada kecepatan aliran udara tinggi (800
fpm) maka kalor kondensor 2,962 kW. perubahan kalor kondensor akan turun
berbanding terbalik dengan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor.
kalor kondensor akan semakin turun karena adanya aliran udara pendingin
pada kondensor yang meningkat. Sehingga kalor yang dilepaskan akan semaikin
banyak, sedangkan temperatur kondensor akan berkurang Perubahan entalpi
antara h2 dengan h3 akan meningkat sedangkan laju aliran massa refrigeran
menurun.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-14
IV.3.5. Analisis Pengaruh Perubahan Kecepatan Aliran Udara Kipas
Pendingin pada Kondensor Terhadap Kalor Evaporator
Gambar. 4.8 Grafik kecepatan aliran udara kipas pendingin pada kondensor terhadap kalor evaporator (Qe)
Gambar grafik diatas memperlihatkan bahwa kecepatan udara pendingin
kondensor berbanding lurus dengan kalor evaporator. Semakin besar kecepatan
putaran kipas pendingin kondensor maka akan semakin besar nilai evaporator dan
akan meningkatkan nilai koefisien prestasi mesin AC tersebut juga akan
menurunkan suhu pendinginan.
Pada kecepatan aliran udara pada kondensor rendah (550 fpm) kalor
evaporator 2,429 kW dan kecepatan aliran udara tinggi (800 fpm) maka
perubahan kalor evaporator 2,699 kW.
Kalor yang diserap pada evaporator dan kalor yang dikeluarkan pada
kondensor berbanding terbalik. Hal ini dikarenakan kalor yang dilepaskan pada
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-15
kondensor lebih banyak disebabkan adanya perubahan laju udara pendingin yang
melawati sirip-sirip pemanas pada kondensor. Sehingga temperatur akan turun
dan mengakibatkan nilai entalpi akan menurun juga. kalor evaporator adalah
perkalian antara laju aliran massa refrigeran dengan efek refrigerasi. Semakin
besar efek refrigerasi yang dihasilkan akan meningkatkan nilai kalor pada
evaporator.
IV.3.6. Analisis Pengaruh Perubahan Kecepatan Aliran Udara Kipas
Pendingin pada Kondensor Terhadap Koefisien Prestasi (COP)
Gambar. 4.9 Grafik kecepatan aliran udara pada kondensor dan koefisien prestasi (COP)
Dari gambar grafik diatas terlihat bahwa koefisien prestasi yang rendah
sebesar 4,128 pada kecepatan aliran udara yang rendah (550 fpm) dan tinggi pada
4,564 pada kecepatan aliran udara yang tinggi (800 fpm). Nilai dari COP
sebanding dengan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada kondensor,
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-16
sebanding juga dengan efek refrigerasi dan berbanding terbalik dengan kerja
kompresi dan beban pendingin.
Pada kecepatan aliran udara kipas pendingin pada kondensor rendah, akan
mengakibatkan temperatur kondensor tinggi dan diikuti dengan naiknya tekanan
pada sisi masuk kondensor dan tekanan keluar kondensor. Sedangkan dengan
kecepatan putaran kipas pendingin kondensor tinggi, akan mempercepat laju
perpindahan kalor pada kondensor sehingga temperatur kondensor dan
tekanannya akan berkurang. Hal ini mengakibatkan nilai entalpi akan semakin
rendah bila tekanan dan temperaturnya semakin rendah. Sehingga nilai dari efek
refrigerasi akan semakin besar sedangkan kerja kompresi akan menurun. Inilah
yang mengakibatkan koefisien prestasi (COP) mesin pengkondisian udara
meningkat.
Harga koefisien prestasi (COP) yang semakin besar menunjukan bahwa
kerja mesin tersebut semakin baik. Koefisien prestasi yang tinggi akan
memperkecil biaya operasional. Besarnya COP dipengaruhi oleh efek refrigerasi
dan kerja kompresi. Kenaikan kecepatan aliran udara kipas pendingin pada
kondensor mengakibatkan efek refrigerasi akan meningkat, sedangkan kerja
kompresi mengalami penurunan.
BAB IV. Hasil dan Pembahasan
IV-17
IV.3.7. Grafik Gabungan
Gambar. 4.10 Grafik kecepatan aliran udara kondensor dan mref dan RE
Gambar. 4.11 Grafik kecepatan aliran udara kondensor dan Qc dan Qe
BAB V. Penutup
V-1
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Didalam hasil penelitian tugas akhir ini, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Semakin besar kecepatan aliran udara pada kondensor yang diberikan
maka akan semakin besar pula COP yang dihasilkan mesin pengkondisian
udara tersebut. kecepatan aliran udara 550 fpm COP = 4,128, kecepatan
aliran udara 700 fpm COP = 4,359, kecepatan aliran udara 800 fpm COP =
4,564.
2. Semakin besar kecepatan aliran udara pada kipas pendingin kondensor
maka kalor refrigeran pada evaporator akan meningkat. kecepatan aliran
udara 550 fpm Qe = 2,429 kW, kecepatan aliran udara 700 fpm Qe =
2,554 kW, dan kecepatan aliran udara 800 fpm Qe = 2,699kW.
3. Daya kompresor yang dihasilkan akan semakin menurun seiring dengan
kenaikan kecepatan aliran udara pada kipas pendingin kondensor.
kecepatan aliran udara 550 fpm Qw = 0,675 kW, kecepatan aliran udara
700 fpm Qw = 0,640 kW dan kecepatan aliran udara 800 fpm = 0,559 kW.
4. Kenaikan kecepatan aliran udara pada kipas pendingin kondensor akan
menyebabkan kenaikan efek refrigerasi. kecepatan aliran udara 550 fpm
BAB V. Penutup
V-2
RE = 118,91 kJ/kg, kecepatan aliran udara 700 fpm RE = 121,01 kJ/kg,
dan kecepatan aliran udara 800 fpm RE = 122,11 kJ/kg.
5. Kecepatan aliran udara pada kipas pendingin kondensor yang semakin
tinggi maka kalor refrigeran pada kondensor cenderung menurun.
Kecepatan aliran udara pada kondensor 550 fpm Qc = 3,275 kW,
Kecepatan aliran udara 700 fpm Qc = 3,095 kW, dan Kecepatan aliran
udara 800 fpm Qc = 2,962 kW.
V.2. Saran
Untuk mengetahui perubahan apa yang akan terjadi bila putaran kipas
pendingin kondensor dinaikan terus menerus melebihi dari yang telah diteliti,
maka diadakan penelitian yang lebih lanjut pada kecepatan aliran udara pada
kondensor yang lebih tinggi. Menurut dugaan bahwa pada kondisi tertentu akan
terjadi kejenuhan dimana COP akan bernilai sama untuk penambahkan kecepatan
aliran udara tertentu.
Bagi para pengguna mesin pengkondisian udara (AC) khususnya AC
mobil disarankan harus bisa mengetahui berapa besarnya kecepatan aliran udara
pada kipas pendingin kondensor yang digunakan agar suhu pendinginan ruangan
yang dihasilkan baik, dan juga penggunaan kipas pendingin kondensor harus
sesuai dengan dimensi atau ukuran kondensor. Kondensor dengan ukuran yang
besar harus menggunakan kipas pendingin yang besar juga, agar semua
permukaan kondensor dapat didinginkan. Sehingga proses penukaran kalor dapat
berjalan dengan baik dan kenyamanan pun dapat dirasakan lebih baik.