Author
ngoquynh
View
245
Download
5
Embed Size (px)
SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
HOTEL SANTIKA PREMIERE YOGYAKARTA
LANTAI III
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh:
FX HATMINTO WIDHI KUNCORO
NIM : 065214035
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
AIR CONDITIONING SYSTEM OF
FOR THIRD FLOOR
SANTIKA PREMIERE YOGYAKARTA HOTEL
FINAL PROJECT
Presented as partitial fulfillment of the requirement
To Obtain the Sarjana Teknik degree
In Mechanical Engineering
Created by :
FX HATMINTO WIDHI KUNCORO
Student Number : 065214035
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAMME
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2010
iii
iv
v
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 9 Juni 2010
Penulis,
FX Hatminto Widhi Kuncoro
vi
INTISARI
Perancangan sistem pengkondisian udara dilakukan untuk memperoleh
temperatur, kelembaban, kebersihan, kesejukan udara dan pendistribusian udara yang
nyaman pada gedung Hotel. Pada Tugas Akhir ini penulis menggunakan Hotel
Santika Premiere Yogyakarta sebagai gedung Hotel yang akan dirancang.
Pengkondisian udara yang dirancang adalah lantai III Hotel Santika Premiere
Yogyakarta. Sistem pengkondisian udara yang digunakan dalam perancangan ini
menggunakan sistem air-udara. Sistem air-udara ini menggunakan AHU (Air
Handling Unit) dan FCU (Fan Coil Unit). Komponen utama pada mesin
pendingin/refrigerasi adalah evaporator, kompresor, katup ekspansi, kondenser.
Komponen pendukung sistem pengkondisian udara yang digunakan adalah pompa,
air cooled chiller, AHU, dan FCU. Refrigeran yang digunakan adalah R-22.
Perhitungan beban pendinginan untuk gedung Hotel Santika Premiere
Yogyakarta lantai III diperoleh sebesar 65,6 TR. Pada perancangan sistem
pengkondisian udara ini menggunakan Air Cooled Chiller Carrier 30 GTN 070, AHU
I Carrier 39G 0914, AHU II Carrier 39G 1724, AHU III Carrier 39G 0916, FCU
standard room Carrier 42 CMX 004, FCU deluxe room Carrier 42 CMX 006, FCU
suite room dua buah Carrier 42 CMX 004, FCU president suite room dua buah
Carrier 42 CMX 004, FCU accounting room tiga buah Carrier 42 CMX 004. Sistem
perpipaan yang digunakan dalam gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta lantai
III adalah Two Pipe Direct Return Sistem sehingga air pendingin mempunyai
temperatur yang sama pada saat masuk ke FCU.
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : FX Hatminto Widhi Kuncoro
Nomor Mahasiswa : 065214016
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Sistem Pengkondisian Udara Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai III
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Demikian saya memberikan
Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam Bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan
royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 9 Juni 2010
Yang menyatakan,
(FX Hatminto Widhi Kuncoro)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah
menyertai penulis dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Sistem Pengkondisian Udara (AC) Hotel
Santika Premiere Yogyakarta Lantai III”.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana di jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta. Dengan terselesaikannya tugas akhir ini, penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Program Studi Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ir. PK. Purwadi, M.T., Dosen pembimbing Utama atas waktu, kesabaran,
semangat, masukkan dan kemudahan-kemudahan yang telah diberikan
kepada penulis.
4. Budi Setyahandana, S.T., M.T., Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Setiyana, Chief Engineering Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
6. Fiatin Riastuti,S.E., Sekretaris bagian Engineering Hotel Santika Premiere
Yogyakarta.
ix
7. Bapak dan Ibu penulis yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.
8. Adik penulis Ign. Subono Hadi Nugroho yang selalu memberikan semangat
dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
9. Para sahabat dan pujaan hati penulis yang selalu memberikan dukungan
dikala penulis sedang mengalami kesusahan di dalam mengerjakan tugas
akhir ini.
10. Teman-teman seperjuangan kelompok TA, Evan dan Simeon Hermawan
terimakasih atas sumbangan pemikiran di dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
11. Ignatius Tri Widaryanta selaku karyawan Sekretariat Fakultas Sains dan
Teknologi atas waktu dan kesabarannya dalam menyelesaikan administrasi-
administrasi penulis.
12. Seluruh staff pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
kami
13. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah
ikut membantu dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
diperbaiki dalam Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
masukkan yang membangun dari para pembaca sehingga naskah ini dapat lebih
sempurna.
x
Akhir kata penulis mengharapkan semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan
banyak pengetahuan kepada para pembaca.
Yogyakarta, 9 Juni 2010
Penulis,
FX Hatminto Widhi Kuncoro
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
TITLE PAGE ..................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .................................................. vii
KATA PENGANTAR....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xix
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Tujuan ............................................................................................... 2
1.3. Manfaat ............................................................................................. 3
1.4. Langkah Perancangan........................................................................ 3
1.5. Batasan Masalah ............................................................................... 3
xii
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor ............................................................ 5
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi ......................................... 5
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi.......................................... 5
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi ............................................ 6
2.2. Sistem Penyegaran Udara dan Peralatannya......................................... 6
2.3. Sistem Penyegaran Udara .................................................................... 6
2.3.1. Sistem Udara Penuh .................................................................. 6
2.3.2. Sistem Air Penuh....................................................................... 8
2.3.3. Sistem Air-Udara ...................................................................... 8
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap ................................. 10
2.4.1. Proses Siklus kompresi Uap ..................................…………… 10
2.4.2. Perhitungan Siklus kompresi Uap ............................................ 13
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara .... 15
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi ................................. 16
2.6.1. Kompresor ................................................................................ 16
2.6.2. Kondenser ................................................................................ 19
2.6.3. Katup Expansi .......................................................................... 21
2.6.4. Evaporator ................................................................................. 21
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara ................... 22
2.7.1. Pompa ....................................................................................... 22
2.7.2. Kipas dan Blower ...................................................................... 22
xiii
2.7.3. Pemisah Minyak Pelumas ......................................................... 23
2.7.4. Saringan .................................................................................... 24
2.8. Refrigeran ............................................................................................ 24
2.9. Sistem Perpipaan ................................................................................. 25
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran ............................................ 25
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin.............. 26
BAB III BEBAN PENDINGINAN
3.1. Kalor Sensibel ..................................................................................... 27
3.2. Kalor Laten .......................................................................................... 28
3.3. Kondisi Umum Bangunan ................................................................... 29
3.4. Rumus yang Digunakan Dalam Perhitungan Beban Pendinginan ...... 33
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan.. 33
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca ....................................... 33
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik ..................................................... 34
3.4.4. Manusia ..................................................................................... 34
3.4.5. Ventilasi .................................................................................... 35
3.5. Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III Hotel Santika
Premiere Yogyakarta .......................................................................... 36
3.5.1. Standard Room Hotel Santika Premiere Lantai III ................... 36
3.5.2. Deluxe Room Hotel Santika Premiere Lantai III ..................... 48
3.5.3. Suite Room Hotel Santika Premiere Lantai III ......................... 52
3.5.4. Accounting Room Hotel Santika Premiere ............................... 57
xiv
3.5.5. President Suite Room Hotel Santika Premiere ........................ 62
3.5.6. Koridor Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai III ........... 67
3.6. Psychometric Chart ............................................................................. 72
3.6.1. AHU I Pada Lantai III .............................................................. 73
3.6.2. AHU II Pada Lantai III ............................................................. 76
3.6.3. AHU III Pada Lantai III ............................................................ 80
BAB IV PEMILIHAN AIR COOLED CHILLER, AHU, dan FCU
4.1. Air Cooled Chiller ............................................................................... 87
4.2. Pemilihan AHU (air Handling Unit) ................................................... 91
4.3.1. AHU I ....................................................................................... 91
4.3.2. AHU II ...................................................................................... 95
4.3.3. AHU III ..................................................................................... 97
4.3. FCU (Fan Coil Unit) ............................................................................ 98
4.4.1. Pemilihan FCU untuk Standard Room ...................................... 98
4.4.2. Pemilihan FCU untuk Deluxe Room ....................................... 100
4.4.3. Pemilihan FCU untuk Suite Room .......................................... 101
4.4.4. Pemilihan FCU President Suite Room ………………………. 102
4.4.5. Pemilihan FCU untuk Accounting Room ................................ 102
BAB V PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN dan DUCTING
5.1. Sistem Perpipaan yang Digunakan .................................................... 104
5.2. Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara .......................... 105
5.3. Perhitungan Sistem Perpipaan Lantai III .......................................... 108
xv
5.3.1. Sistem Perpipaan Jalur I .......................................................... 111
5.3.2. Sistem Perpipaan Jalur II ........................................................ 116
5.3.3. Sistem Perpipaan Jalur III ....................................................... 119
5.3.4. Sistem Perpipaan Jalur IV ....................................................... 123
5.4. Perhitungan Head Pompa .................................................................. 126
5.4.1. Perhitungan Head Pompa Jalur I ............................................. 126
5.4.2. Perhitungan Head Pompa Jalur II ............................................ 126
5.4.3. Perhitungan Head Pompa Jalur III .......................................... 128
5.4.4. Perhitungan Head Pompa Jalur IV .......................................... 129
5.5. Sistem Ducting Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta ......... 130
5.5.1. Perancangan Ducting untuk AHU I ......................................... 136
5.5.2. Perancangan Ducting untuk AHU II ........................................ 139
5.5.3. Perancangan Ducting untuk AHU III ...................................... 142
BAB VI LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI PADA HOTEL
BERBINTANG
6.1. Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel Berbintang ........... 144
6.1.1. Pergunakan FCU, AHU, atau AC Paket Seoptimal Mungkin... 145
6.1.2. Menurunkan Jumlah Jam kerja Mesin Pendingin .................... 146
6.1.3. Mencegah Pemasukkan Udara Dari Luar Gedung ................... 146
6.1.4. Mengurangi Pemakaian Peralatan/Bahan yang Mampu
Menimbulkan Panas ................................................................ 147
6.1.5. Mengganti Lampu ................................................................... 148
xvi
6.2. Pemeliharaan Rutin Terhadap Mesin AC/Chiller .............................. 150
BAB VII KESIMPULAN ................................................................................. 151
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 153
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Kaca ......................... 37
Tabel 3.2. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Dinding .................... 38
Tabel 3.3. Faktor Perpindahan Panas Maksimum (U) untuk Langit-langit ............. 39
Tabel 3.4. Harga SHGF Kaca untuk Lintang Utara dan Selatan …………………. 41
Tabel 3.5. Shading Coefficients for Glass Without or With Interior Shading ........ 42
Tabel 3.6. Cooling Load Factors for Glass With Interior shading .......................... 43
Tabel 3.7. Sensible and Laten Heat Gain Pada Manusia ......................................... 45
Tabel 3.8. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Standard Room ........ 46
Tabel 3.9. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Deluxe Room .......... 51
Tabel 3.10. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Suite Room ............ 56
Tabel 3.11. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan
President Suite Room ............................................................................ 61
Tabel 3.12. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Accounting Room... 66
Tabel 3.13. Data Hasil Perhitungan Total Beban Pendinginan Koridor.................... 71
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR .............................. 87
Tabel 4.2. Spesifikasi Water Chiller Tipe 30GTN-060PW, pada 50 Hz ................. 88
Tabel 4.3. Cooling Capacity pada frekuensi 50 Hz ................................................. 89
Tabel 4.4. Physical Data of AHU Jenis-jenis AHU Carrier 39 G ........................... 92
Tabel 4.5. Spesifikasi FCU 42CMX,C/V-2ROW …............................................... 98
Tabel 5.1. Hasil Perhitungan Laju Aliran Pendingin............................................... 107
xviii
Tabel 5.2. Equivalent Feet of Pipe for Fitting and Valves...................................... 111
Tabel 5.3. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk
Perpipaan Jalur 1 .................................................................................. 113
Tabel 5.4. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk
Perpipaan Jalur 2 .................................................................................. 117
Tabel 5.5. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk
Perpipaan Jalur 3 .................................................................................. 120
Tabel 5.6. Hasil Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk
Perpipaan Jalur 4 .................................................................................. 124
Tabel 5.7 Recommended maximum duct velocity for
low velocity system (FPM) .................................................................... 132
Tabel 5.8. Hasil Perhitungan Ducting AHU I lantai III ......................................... 136
Tabel 5.9. Hasil Perhitungan Ducting AHU II bagian A lantai III ........................ 139
Tabel 5.10 Hasil Perhitungan Ducting AHU II bagian B lantai III ....................... 140
Tabel 5.11. Hasil Perhitungan Ducting AHU III lantai III .................................... 142
xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Hotel Santika Premiere Yogyakarta ..................................................... 4
Gambar 2.1. Sistem Udara Penuh ............................................................................. 7
Gambar 2.2. Sistem Air Penuh ................................................................................. 8
Gambar 2.3. Sistem Air-Udara ................................................................................. 9
Gambar 2.4. Siklus Kompresi Uap ........................................................................... 12
Gambar 2.5. Diagram P-h ......................................................................................... 13
Gambar 2.6. Kompresor Torak ................................................................................ 17
Gambar 2.7. Langkah Kerja Kompresor .................................................................. 18
Gambar 2.8. Kondenser Berpendingin Udara .......................................................... 20
Gambar 2.9. Flooded Evaporator dan Direct Expansion Evaporator ....................... 22
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas Dengan Penyaring.................................... 23
Gambar 3.1. Denah Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai III ........... 29
Gambar 3.2. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU1 lantai III ..................... 84
Gambar 3.3. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU II lantai III ................... 85
Gambar 3.4. Psikometrik Beban Pendinginan untuk AHU III lantai III .................. 86
Gambar 4.1. Gambar grafik pemilihan AHU............................................................ 93 Gambar 4.2. AHU Carrier 39G ................................................................................ 94 Gambar 4.3. FCU 42CMX,C/V-2ROW .................................................................. 99 Gambar 5.1. Two Pipe Direct Return System ........................................................ 105
Gambar 5.2. Friction loss for water in cooper tubing – open or
xx
closed system ..................................................................................... 110
Gambar 5.3. Skema sistem perpipaan Lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 112
Gambar 5.4. Skema sistem perpipaan jalur I lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 115
Gambar 5.5. Skema sistem perpipaan jalur II lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 118
Gambar 5.6. Skema sistem perpipaan jalur III lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 122
Gambar 5.7. Skema sistem perpipaan jalur IV lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta................................................... 125
Gambar 5.8. Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel round Ducts ........... 133
Gambar 5.9. Equivalent round duct sizes ............................................................... 134
Gambar 5.10. Sistem ducting untuk AHU I lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 135
Gambar 5.11. Sistem ducting untuk AHU II bagian A lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 137
Gambar 5.12. Sistem ducting untuk AHU II bagian B lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 138
Gambar 5.13. Sistem ducting untuk AHU III lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta .................................................. 141
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada masa sekarang ini tuntutan kebutuhan hidup makin lama makin
banyak. Salah satu dari sekian banyak kebutuhan manusia adalah kebutuhan akan
rasa nyaman di dalam beraktivitas. Kenyamanan di dalam beraktivitas dapat
dicapai dengan tersedianya lingkungan yang bersih, sejuk, dan bebas dari polusi.
Tentu keadaan yang seperti ini sudah sangat jarang ditemukan, khususnya daerah
perkotaan.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi udara.
Polusi udara ini dapat disebabkan dari berbagai macam sumber, yaitu asap
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
asap pembakaran sampah, bakteri/virus, bau keringat manusia.
Dalam kondisi seperti ini, manusia dituntut untuk aktif di dalam berbagai
macam kegiatan/aktivitas. Akan tetapi, dengan keadaan udara yang panas, kotor,
dan kurangnya suplai oksigen dalam udara akan menyebabkan timbulnya sick
syndrome building. Sick syndrome building yang memiliki gejala manusia
menjadi cepat lelah, lemah, mengantuk dan sesak nafas.
Udara kotor dapat disebabkan karena adanya berbagai macam polusi
udara. Polusi udara ini dapat disebabkan dari berbagai macam sumber, yaitu asap
2
knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari pabrik-pabrik yang beroperasi,
asap pembakaran sampah, bakteri/virus, bau keringat manusia. pada bangunan
dapat berupa AC sentral atau AC split. Untuk bangunan dengan ukuran yang
besar, seperti rumah sakit, bank, perkantoran, hotel, supermarket, mall dll lebih
cocok menggunakan AC sentral, tetapi untuk bangunan dengan ukuran kecil
ataupun sedang akan lebih cocok menggunakan AC split.
Gedung Hotel Santika Premiere Yogyakarta merupakan salah satu gedung
yang berperan penting dalam mobilitas tamu pengunjung atau turis/ wisatawan
asing maupun domestik dengan berbagai keperluan/ kegiatan. Oleh karena itu,
untuk mendukung seluruh kegiatan di dalamnya, maka pengkondisian udara di
dalam gedung hotel harus dibuat sedemikian rupa sehingga pengunjung di
dalamnya merasa nyaman dan betah.
1.2 Tujuan
1. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada suhu yang nyaman.
2. Mengkondisikan udara dalam suatu ruangan pada RH (kelembaban) tertentu.
3. Mengkondisikan ruangan agar udara segar tercukupi.
4. Menjaga agar udara di dalam ruangan bersih dan terbebas dari polusi, baik itu
dari debu, kuman, virus, bakteri, maupun bibit penyakit.
5. Menghilangkan bau – bau yang menyengat dari ruangan.
6. Membuang udara kotor yang ada dalam ruangan.
3
7. Mengatur sirkulasi aliran udara dalam ruangan.
1.3 Manfaat
1. Membuat tamu hotel merasa nyaman untuk beristirahat di dalam kamar.
2. Membuat tamu hotel merasa betah di dalam hotel
3. Memberikan suplai udara segar untuk para staff dan tamu hotel.
4. Meningkatkan produktifitas para staff Hotel Santika Primiere Yogyakarta.
1.4 Langkah Perancangan
1. Menentukan gedung yang akan dijadikan sebagai latar perancangan.
2. Mengetahui atau menggambar terlebih dahulu denah ruangan.
3. Menggambar rancangan lengkap sistem rancangan udara, baik itu ducting
maupun sistem perpipaan.
4. Melakukan perhitungan beban pendinginan dalam setiap ruangan.
5. Menentukan water chiller dan cooling tower yang akan digunakan sesuai
beban pendinginan.
6. Merancang sistem ducting dan sistem perpipaan
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah dalam perancangan ini adalah merancang sistem
pengkondisian udara (AC) yang diperuntukkan bagi lantai III Hotel Santika
4
Premiere Yogyakarta yang terarah di Jalan Jenderal Sudirman No.19
Yogyakarta. Sistem pengkondisian yang dipilih adalah sistem AC sentral,
• AC sentral ini dirancang menggunakan mesin pendinginan udara (Air
Cooled Chiller), AHU (Air Handling Unit), dan FCU (Fan Coil Unit)
• Air Cooled Chiller, AHU, dan FCU yang akan digunakan pada
rancangan ini sudah terdapat dipasaran.
• Temperatur udara lingkungan yang terarah diluar dan didalam ruangan
dianggap tetap (yang tidak berubah terhadap waktu).
Gambar 1.1. Hotel Santika Premiere Yogyakarta
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Mekanisme Perpindahan Kalor
Panas didefinisikan sebagai bentuk energi yang berpindah antara dua sistem yang
dikarenakan perbedaan temperatur. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari,
kalor sering digunakan untuk mengartikan tenaga dalam (energi internal).
Dalam termodinamika, kalor dan energi internal adalah dua hal yang berbeda, energi
adalah suatu sifat tetapi kalor bukan merupakan sifat. Suatu benda mengandung energi
tetapi bukan kalor, energi berhubungan dengan suatu keadaan sedangkan kalor
berhubungan dengan proses. Maka dalam termodinamika, kalor berarti heat transfer.
Perpindahan kalor (heat transfer) adalah energi sebagai hasil dari perbedaan
temperatur. Adapun mekanisme perpindahan kalor dapat terjadi secara konduksi,
konveksi, dan radiasi.
2.1.1. Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi adalah proses mengalirnya kalor dari
daerahyang bertemperatur tinggi ke daerah yang bertemperatur lebih rendah di
dalam satu medium atau antar medium berlainan yang bersinggungan secara
langsung.
2.1.2. Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi adalah perpindahan kalor yang
disebabkan karena adanya fluida yang mengalir. Perpindahan kalor
konveksi dapat terjadi secara alami (natural convection) dan secara paksa
6
(forced convection). Konveksi alami terjadi karena adanya fluida yang
mengalir tanpa ada sumber gerakan dari luar. Sedangkan konveksi paksa
terjadi karena adanya sumber gerakan dari luar yang menyebabkan fluida
mengalir, misalnya kipas, pompa, kompresor, blower, dan sebagainya.
2.1.3. Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan kalor secara radiasi adalah perpindahan panas oleh adanya
gerakan gelombang elektromagnetik. Pads perpindahan panas konduksi
dan konveksi memerlukan adanya media, tetapi pads perpindahan kalor
secara radiasi di ruang hampa atau tanpa adanya perantara medium juga
dapat terjadi.
2.2. Sistem Penyegaran Udara dan Peralatannya
Tujuan dari penyegaran udara adalah supaya temperatur, kelembaban,
kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat
yang diinginkan.
2.3. Sistem Penyegaran Udara
Jenis sistem penyegaran udara yang digunakan dalam perancangan adalah
sistem udara penuh, sistem air penuh dan sistem air-udara.
2.3.1. Sis tem Udara Pe nuh
Pada sistem udara penuh campuran udara luar dan udara ruangan
didinginkan dan dilembabkan, kemudian dialirkan kembali ke dalam
7
ruangan melalui saluran udara (ducting). Mesin pendingin dari sistem
udara penuh terletak di luar ruangan yang akan disegarkan.
Gambar 2.1. Sistem Udara Penuh
8
2.3.2. Sistem Air Penuh
Pada sistem air penuh air dingin dialirkan melalui FCU
untuk penyegaran udara. FCU diletakkan di dalam ruangan yang akan
dikondisikan udaranya dan udara luar yang diperlukan untuk ventilasi
dimasukkan melalui celah-celah pintu, jendela atau lubang udara pada
dinding.
Gambar 2.2. Sistem Air Penuh
2.3.3. Sistem Air-Udara
Dalam sistem air-udara, seperti terlihat pada Gambar 2.3, unit koil-
kipas udara atau unit induksi dipasang di dalam ruangan yang akan
disegarkan. Air dingin (dalam hal pendinginan) atau air panas (dalam hal
pemanasan) dialirkan ke dalam unit tersebut, sedangkan udara ruangan
9
dialirkan melalui unit tersebut sehingga menjadi dingin atau panas.
Selanjutnya, udara tersebut bersirkulasi di dalam ruangan. Demikian pula
untuk keperluan ventilasi, udara luar yang telah didinginkan atau
dipanaskan.
Seperti terlihat pada Gambar 2.3, untuk sistem air-udara jumlah
pemasukan udara ke dalam ruangan biasanya sama dengan jumlah udara
luar untuk ventilasi atau jumlah udara yang dikeluarkan dari ruangan.
Udara luar tersebut di atas, didinginkan atau dipanaskan dan termasuk
sebagian dari beban kalor ruangan, sehingga sering disebut sebagai udara
primer. Pada umumnya, sebagian kalor sensibel dari ruangan diatasi oleh
unit ruangan, sedangkan kalor laten diatasi oleh udara primer.
Gambar 2.3. Sistem Air-Udara
10
2.4. Mesin Pendingin Dengan Siklus Kompresi Uap
2.4.1. Proses Siklus Kompresi Uap
Mesin pendingin dengan siklus kompresi uap menggunakan empat
komponen utama yaitu: kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator. Sistem ini menggunakan kompresor untuk mengalirkan
refrigeran yang ada di dalam sistem. Kompresor mengisap uap refrigeran
dari ruang penampung uap.di dalam penampung uap, tekanannya
diusahakan supaya tetap rendah agar refrigerant senantiasa berada dalam
keadaan uap dan bertemperatur rendah. Di dalam kompresor, tekanan
refrigeran dinaikkan sehingga memudahkan pencairannya kembali. Energi
yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang
menggerakkan kompresor. Uap refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi pada akhir kompresi dapat dengan mudah dicairkan
dengan mendinginkannya dengan air pendingin atau dengan udara
lingkungan temperatur normal. Di mana uap refrigeran melepaskan kalor
laten pengembunannya kepada air pendingin atau udara pendingin di dalam
kondenser, sehingga mengembun dan menjadi cair.
Selama refrigeran mengalami perubahan dari fasa uap ke fasa cair,
terdapat campuran refrigeran dalam fasa uap dan cair, tekanan
pengembunan dan temperatur pengembunannya konstan.
Kalor yang dikeluarkan di dalam kondenser adalah jumlah kalor yang
diperoleh dari udara yang mengalir melalui evaporator (kapasitas
pendinginan) dan kerja (energi) yang diberikan oleh kompresor kepada
11
refrigeran. Uap refrigeran menjadi cair sempurna di dalam kondensor,
kemudian dialirkan ke dalam pipa evaporator melalui katup ekspansi.
Dalam hal ini, temperatur refrigeran cair biasanya 5-10 °F lebih rendah dari
temperatur refrigeran cair jenuh pada tekanan kondensasinya. Temperatur
tersebut menyatakan besarnya derajat pendinginan lanjut (degree of
subcooling).
Untuk menurunkan tekanan dari refrigeran cair bertekanan tinggi
yang dicairkan di dalam kondensor supaya dapat mudah menguap maka
dipergunakan alai yaitu katup ekspansi atau pipa kapiler. Diameter dalam
dan panjang dari katup ekspansi ditentukan berdasarkan besarnya
perbedaan tekanan yang diinginkan, antara bagian yang bertekanan tinggi
dan bagian yang bertekanan rendah, dan jumlah refrigeran yang
bersirkulasi.
Tekanan cairan refrigeran yang keluar dari katup ekspansi
didistribusikan secara merata ke dalam pipa evaporator. Di dalam
evaporator, refrigeran akan menguap dan menyerap kalor dari udara
ruangan yang dialirkan melalui permukaan luar dari pipa evaporator.
Apabila udara didinginkan di bawah titik embun, maka air yang ada dalam
udara, akan mengembun pada permukaan evaporator.
12
Gambar 2.4. Siklus kompresi uap
Cairan refrigeran diuapkan secara berangsur-angsur karena menerima
kalor laten penguapan, selama mengalir di dalam pipa evaporator. Selama
proses penguapan, di dalam pipa akan terdapat campuran refrigeran dalam
fasa cair dan gas. Oleh sebab itu, biasanya dilakukan pemanasan lanjut
(superheating) sebesar 5 - 10 0F lebih tinggi dari uap jenuh, agar refrigeran
masuk ke kompresor semuanya berwujud gas. Selanjutnya refrigeran
masuk ke dalam kompresor dan siklus tersebut terjadi secara berulang-
ulang. Tujuan lain dari subcooling dan superheating adalah untuk
menaikkan nilai COP (Coefficient of Performance).
13
Gambar 2.5. Diagram P – h
Proses-proses yang terjadi pada siklus kompresi uap yang ditunjukkan pada
Gambar 2.5. sebagai berikut :
1 - 2 : Proses kompresi berlangsung di kompresor
2 - 4 : Proses penurunan temperatur dan proses pengembunan
4 - 5 : Proses pendinginan lanjut (subcooling)
5 - 6 : Proses penurunan tekanan (throtling) berlangsung di katup ekspansi
6 - 1 : Proses penguapan berlangsung di evaporator
2.4.2. Perhitungan Siklus Kompresi Uap
Perhitungan siklus kompresi uap dengan berdasarkan diagram P – h
dapat menentukan besarnya daya kompresor yang diperlukan dan COP
yang dihasilkan oleh mesin pendingin. Daya kompresor yang diperlukan
untuk mengkondisikan udara pada temperatur tertentu adalah :
Wimp = . (h2 — h1) (BTU/menit) …………………………… (2.1)
14
keterangan : : massa aliran refrigeran (lb/menit)
h1 : besarnya entalpi pada saat masuk kompresor (BTU/lb)
h2 : besarnya entalpi pada saat keluar dari kompresor (BTU/lb)
Refrigeration Effect (RE) adalah
RE = h1 —h6 (BTU/Ib) ………………………………………… (2.2)
Keterangan :
H6 : besarnya entalpi pada saat masuk evaporator (BTU/lb)
Kalor yang diserap evaporator adalah :
Qin = r (h1—h6) (BTU/mnt)…………………………………..(2.3)
Dari persamaan (2.2) dan (2.3), maka laju aliran massa refrigeran dapat
ditulis :
= (lb/menit) … … … … … … … … … … … … … … … … . . (2.4)
Kalor yang dilepas kondenser adalah
Qout = (h2—h4) (BTU/mnt) ………………………………..(2.5)
Keterangan :
h4 : besarnya entalpi pada saat masuk katup ekspansi (BTU/1b)
15
COP yang dihasilkan oleh mesin pendingin adalah :
= … … … … … … … … … … … … … … … … … . . … (2.6)
2.5. Faktor Pertimbangan Dalam Pemilihan Sistem Penyegaran Udara
Sistem penyegaran udara untuk kenyamanan manusia dirancang agar
temperatur, kelembapan, kebersihan dan pendistribusian udara dapat
dipertahankan pada keadaan yang diinginkan. Oleh sebab itu, perancangan
harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam pemilihan sistem penyegaran
udara. Adapun faktor-faktor pemilihan sistem penyegaran udara meliputi :
a. Faktor kenyamanan
Kenyamanan pada sistem penyegaran udara yang dirancang ditentukan oleh
beberapa parameter, antara lain : aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas
ventilasi, tingkat kebisingan dan interior ruangan. Tingkat keadaan pada
sistem penyegaran udara dirancang dapat diatur dengan sistem pengaturan
yang ada pada mesin penyegar udara.
b. Faktor ekonomi
Dalam proses pemasangan, operasi dan perawatan, serta sistem pengaturan
yang digunakan harus diperhitungkan pula segi-segi ekonominya. Oleh sebab
itu, dalam perancangan sistem penyegaran udara harus mempertimbangkan
biaya awal, operasional, dan biaya perawatan yaitu sistem tersebut dapat
beroperasi maksimal dengan biaya total yang serendah-rendahnya.
16
c. Faktor operasi dan perawatan
Pemilihan sistem penyegaran udara yang paling disukai adalah sistem yang
mudah dipahami konstruksi, susunan dan cara menjalankannya. Beberapa
faktor pertimbangan operasi dan perawatan meliputi :
− Konstruksi sederhana
− Tahan lama
− Mudah direparasi jika terjadi kerusakan
− Mudah perawatannya
− Dapat fleksibel melayani perubahan kondisi operasi
− Efisiensi tinggi
2.6. Komponen Utama Mesin Pendingin/Refrigerasi
Komponen utama dari mesm pendingin/ refrigerasi terdiri dari kompresor,
kondenser, katup ekspansi dan evaporator.
2.6.1. Kompresor
Dalam sistem penyegaran udara, fungsi dari kompresor
adalah untuk mengalirkan dan menaikkan tekanan refrigeran dalam
mesin pendingin agar dapat berlangsung proses pendingin. Kompresor
terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
− Kompresor torak (reciprocating compressor)
− Kompresor rotary (rotary compressor)
− Kompresor sentrifugal (centrifugal compressor)
17
− Kompresor hermetik (hermetic compressor)
− Kompresor semi hermetik
Perancangan penyegaran udara ini akan digunakan jenis kompresor
torak (reciprocating compressor) dengan pertimbangan efisiensi tinggi,
tidak berisik, dan umur pakai lebih panjang. Pada Gambar 2.6.
menunjukkan konstruksi dari kompresor torak.
Gambar 2.6. kompresor torak
Adapun cara kerja kompresor torak sebagai berikut :
Lubang yang dilalui refrigeran menuju ke kompresor dan dari
kompresor dikontrol oleh katup masuk (suction valve) dan katup keluar
(discharge valve). Kedua katup tersebut terletak pada bagian tutup
silinder. Gerak naik turun katup menyebabkan refrigeran dapat mengalir
keluar melalui saluran keluar (discharge) dan dapat masuk melalui saluran
masuk (suction).
18
Pada saat torak bergerak ke bawah (menjauhi dari katup masuk)
maka tekanan di dalam silinder menjadi berkurang lebih kecil dibanding
tekanan di atasnya, dengan demikian refrigeran akan dapat mendorong
katup masuk ke sebelah dalam dan mengalirlah refrigeran masuk ke dalam
silinder kompresor.
Pada saat gerak katup ke atas dan katup tertutup (karena telah
dicapai keseimbangan) tekanan di dalam silinder naik sedikit demi sedikit
sesuai dengan jarak yang sudah ditempuh torak. Akibat daya dorong ke
atas maka uap refrigerant terkompresikan sehingga sanggup mendorong
katup keluar (discharge valve) ke arah atas dan dapat mengalirkan
refrigeran tersebut menuju kondenser pada tekanan dan temperatur tinggi.
Gambar 2.7. Langkah kerja kompresor
19
Berdasarkan Gambar 2.7. torak berada di titik mati atas, katup masuk
(suction valve) dan katup keluar (discharge valve) tertutup. Katup keluar
(discharge valve) tertutup karena gaya tekan dari luar terhadapnya,
sedangkan katup masuk (suction valve) tertutup karena tekanan yang ada
pada ruang antara (clearance) kepala kepala torak dengan tutup silinder.
Jika torak bergerak ke bawah tekanan di dalam silinder menjadi menurun
karena volumenya membesar. Pada saat tekanannya lebih kecil dari
tekanan masuk, katup saluran masuk terbuka dan uap akan mengalir
masuk ke dalam silinder. Kejadian ini akan terus terjadi sampai torak
mencapai titik mati bawah. Setelah mencapai titik mati bawah, katup
masuk akan tertutup lagi karena gaya pegas.yang bekerja padanya.
Kemudian torak bergerak lagi ke atas, volume di dalam silinder mengecil,
berarti uap yang ada di dalammya tertekan dan tekanannya menjadi naik.
Pada saat tekanan uap tersebut lebih besar dari gays pegas pada katup
keluar (discharge valve) maka katup keluar akan terbuka dan uap akan
mengalir ke dalam kondenser.
2.6.2. Kondenser
Fungsi dari kondenser adalah untuk mendinginkan atau
mengembunkan uap refrigeran di dalam sistem penyegaran udara sehingga
refrigeran tersebut berubah fase menjadi cair. Jumlah kalor yang dilepaskan
oleh kondenser ke media pendingin merupakan jumlah kalor yang diterima
dari evaporator dan kalor akibat kompresi oleh kompresor. Berdasarkan
media pendinginannya, kondenser dibagi menjadi 3 macam yaitu :
20
− Kondenser berpendinginan udara (air cooled)
− Kondenser berpendinginan air (water cooled)
− Kondenser jenis campuran (evaporative)
Pada perancangan sistem penyegaran udara akan digunakan
kondenser berpendinginan udara (air cooled). Pada Gambar 2.8.
menunjukkan salah satu jenis dari kondenser berpendinginan udara.
Gambar 2.8. Kondenser berpendinginan udara
Kondenser berpendinginan udara menggunakan udara yang berada
disekitar kondenser untuk mendinginkan koil-koil kondenser. Kondenser
jenis pada umumnya memiliki fan dibagian atas untuk mensirkulasikan
udara melewati koil-koil kondenser. Kondenser ini memiliki biaya
perawatan yang lebih murah dan pengoprasiannya mudah. Kondenser tipe
ini harus dipasang pada bagian atap gedung, supaya mendapatkan udara
pendingin yang cukup.
21
2.6.3. Katup Ekspansi
Fungsi dari katup ekspansi adalah untuk menurunkan tekanan cairan
refrigeran dari tekanan tinggi ke tekanan yang rendah dan mengatur
jumlah refrigeran yang masuk ke dalam evaporator sesuai dengan beban
pendinginan yang harus dilayani oleh evaporator. Katup ekspansi yang
banyak digunakan adalah
1. Katup ekspansi otomatis termostatik
2. Katup ekspansi manual
3. Katup ekspansi tekanan konstan
4. Pipa kapiler
5. Orifice plates
2.6.4. Evaporator
Fungsi dari evaporator adalah untuk menyerap kalor pada suatu
produk yang akan didinginkan serta untuk menguapkan cairan refrigeran
yang ada di dalam sistem penyegaran udara. Temperatur refrigeran di
dalam evaporator selalu lebih rendah daripada temperatur sekelilingnya,
sehingga kalor yang ada di sekelilingnya dapat diserap oleh refrigeran.
Evaporator menguapkan cairan refrigeran agar tidak merusak kompresor.
Pada water chiller, evaporator digunakan untuk mendinginkan air dan
merubah fase refrigerant menjadi gas. Air yang telah didinginkan pada
water chiller akan digunakan untuk mengkondisikan udara ruangan.
Terdapat dua jenis evaprorator yang sering digunakan pada water chiller
22
yaitu :
- flooded evaporator
- direct expansion evaporator
Gambar 2.9. Flooded Evaporator (kiri) dan Direct Expansion Evaporator (kanan)
2.7. Komponen Pendukung Dalam Sistem Penyegaran Udara
2.7.1. Pompa
Dalam hal ini, pompa berfungsi untuk mensirkulasikan air dingin ke
dalam ruangan yang akan dikondisikan udaranya serta untuk
memompakan air dari dan ke evaporator untuk didinginkan. Pada
perancangan penyegaran udara ini digunakan pompa sentrifugal, dengan
pertimbangan perawatan dan pengoprasiannya yang mudah.
2.7.2. Kipas dan Blower
Kipas berfungsi untuk menghisap udara dari luar atau ke luar
ruangan. Blower juga mempunyai fungsi yang sama, hanya saja blower
mampu menghisap udara dalam kapasitas yang sangat besar.
23
2.7.3. Pemisah Minyak Pelumas
Kompresor torak merupakan salah satu jenis kompresor yang
membutuhkan pelumasan untuk mengurangi gesekan antara bagian ring
piston dan dinding silinder. Pelumas (refrigerator oil) yang digunakan
untuk melumasi kompresor akan bercampur dengan refrigeran. Pelumas
akan mengganggu proses perpindahan kalor yang terjadi di evaporator dan
kondenser.
Untuk mencegah terjadinya minyak pelumas ikut masuk ke dalam
kondenser dan kemudian masuk evaporator, maka perlu dipasang pemisah
minyak pelumas di antara kompresor dan kondenser. Pemisah tersebut
akan memisahkan pelumas dari refrigeran dan akan mengalirkannya
kembali ke dalam ruang engkol kompresor.
Gambar 2.10. Pemisah Minyak Pelumas dengan Uap Refrigerant
Minyak yang terpisah tersebut akan berkumpul di bagian bawah dari
pemisah minyak pelumas. Apabila permukaan minyak pelumas telah
mencapai suatu ketinggian tertentu, minyak pelumas tersebut akan
mengalir ke dalam ruang engkol kompresor secara otomatik, yaitu apabila
24
pelampung mencapai suatu posisi tertentu.
2.7.4. Saringan
Saringan berfungsi sebagai penyaring kotoran yang akan
mengganggu. Kotoran yang ada di dalam refrigeran yang bersirkulasi
dapat menempel dan mengendap dalam orifice dari katup ekspansi, katup
hisap atau katup buang kompresor, sehingga akan menggangu kerja dari
kompresor.
2.8. Refrigeran
Refrigeran adalah suatu zat yang mudah diubah bentuknya dari gas menjadi
cair atau sebaliknya, dipakai untuk menyerap kalor dari evaporator dan
membuang kalor di kondenser.
Dalam pemilihan refrigeran, sifat-sifat refrigeran yang perlu diperhatikan adalah
1. Tekanan evaporator dan tekanan kondenser diusahakan lebih besar dari
tekanan atmosfir untuk mencegah udara masuk dan memudahkan mencari
kebocoran.
2. Mempunyai viskositas yang rendah.
3. Tidak beracun dan berbau merangsang.
4. Tidak mudah terbakar dan mudah meledak.
5. Tidak bersifat korosif.
6. Mempunyai titik didih dan tekanan kondensasi yang rendah.
25
7. Mempunyai susunan kimia yang stabil, tidak terurai jika dimampatkan
(dikompesi), diembunkan dan divapkan
8. Mempunyai kalor laten yang besar agar kalor penguapan yang terjadi di
evaporator besar sehingga dapat menyerap kalor dalam jumlah yang besar
pula dan refrigeran yang bersirkulasi sedikit.
9. Hemat energi
10. Ramah lingkungan (tidak merusak ozon)
2.9. Sistem Perpipaan
2.9.1. Sistem Perpipaan Pada Refrigeran
Dalam menentukan ukuran pipa refrigeran perlu diperhatikan faktor-
faktor yang berhubungan dengan ekonomi dan kerugian akibat gesekan
(friction loss). Jika dilihat dari segi ekonomi tentunya dipilih ukuran pipa
sekecil mungkin, akan tetapi dari segi lain akan dijumpai beberapa
kerugian yang akan timbul akibat kerugian gesek, baik pada pipa suction
maupun pada pipa discharge, yang nantinya akan mempengaruhi kapasitas
sistem. Selain itu, adanya penurunan tekanan (pressure drop) pada liquid
line akan menyebabkan refrigeran cair mengalir tidak lancar dengan
konsekuensi katup ekspansi tidak akan bekerja normal.
26
2.9.2. Sistem Perpipaan Pada Air Dingin Dan Udara Dingin
Kunci keberhasilan dari sistem pendinginan adalah sebagian besar
tergantung pada perencanaan sistem perpipaan. Dalam pemasangan
perpipaan diusahakan tidak terlalu banyak belokan dan sambungan guna
untuk mengurangi timbulnya kerugian gesekan (friction loss) dan kerugian
tekanan (pressure loss) yang terjadi.
Pipa-pipa pada yang mengalir air dingin atau udara dingin untuk
menyegarkan ruangan harus diisolasi karena ada perbedaan temperatur
antara air dingin atau udara dingin dengan udara luar. Tujuan lain dari
isolasi adalah untuk mengurangi masuknya kalor ke fluida kerja dari
dinding pipa. Bahan isolasi pipa dapat mengunakan asbestos, serat kaca,
magnesium karbida, kalsium silikat, busa polistilen dan bulu binatang
ternak. Untuk mencegah perembesan air embun melalui isolasi maka
permukaan luar isolasi biasanya dilapisi dengan aluminium koil.
27
BAB III
BEBAN PENDINGINAN
Dalam perancangan sistem penyegaran udara, beban pendinginan
merupakan ha l ya n g p a l i n g p e n t in g . U n t u k me mp e r o l e h
k e n ya ma n a n ma k a be b a n pendinginan perlu diperhitungkan. Beban
pendinginan yang dihitung juga akan menentukan sistem perpipaan dan ukuran
ducting dari sistem penyegaran udara.
Sumber beban pendinginan suatu ruangan ada, 2 macam yaitu beban kalor
sensible dan beban kalor latent. Beban kalor sensible adalah beban karena kalor
yang dilepas atau diperlukan untuk merubah temperatur. Sedangkan
beban kalor latent adalah beban karena kalor yang dilepas atau diperlukan untuk
berubah fase.
3.1. Kalor Sensible
Kalor sensible suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh
1. Manusia
2. Penyinaran matahari
3. Perbedaan temperatur udara luar dan udara ruangan (ventilasi)
4. Peralatan listrik yang dioperasikan di dalam ruangan
5. Benda yang bertemperatur tinggi, seperti kopi, air panas, dan
makanan yang bertemperatur tinggi.
6. Ventilasi
28
3.2. Kalor Latent
Kalor latent suatu ruangan dapat ditimbulkan oleh:
1. Manusia.
2. Kebocoran udara dengan temperatur yang berbeda
3. Perbedaan kelembaban udara luar dan udara ruangan (ventilasi)
4. Pengembunan bahan-bahan yang disimpan
5. Pengembunan karena air panas dan gas
6. Ventilasi
29
3.3. Kondisi Umum Bangunan
Dalam perancangan sistem penyegaran udara (AC) pada Hotel Santika
terletak di kota Yogyakarta yaitu pada 7,48o LS dan 110,22o BT. Namun
dalam hal ini, untuk menentukan beberapa parameter dalam perancangan,
digunakan kota Jakarta sebagai acuan perancangan yang terletak pada 6o LS
dan 107o BT.
3 . 3 . 1 . Denah Gedung Hotel Santika Yogyakarta Lantai III
Dow
n Up
Dow
n
Up
Down
Up
Down
Up
Dow
n
STANDARD ROOM
SUITE ROOM
DELUXE ROOM
PRESIDENT SUITE ROOM
ACCOUNTING ROOM
DELUXE ROOM
DELUXE ROOM
VOID
VOID
VOID
Gambar 3.1. Denah Ruangan Lantai III Hotel Santika Yogyakarta
30
3. 3. 2. Lantai III
Sistem penyegaran udara yang digunakan pada lantai III adalah
sistem udara penuh dan sistem air penuh. Pada sistem udara
penuh menggunakan AHU, sedangkan sistem air penuh
menggunakan FCU. Lantai III terdiri dari beberapa jenis ruangan
yang berbeda ukuran dan kondisi perancangan.
a. Standart Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruang sebagai berikut:
Luas lantai : 248,52 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 2853,01 ft3
Luas kaca jendela : 53,792 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 6 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 2 orang
b. Deluxe Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruang sebagai berikut :
Luas lantai : 331,47 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 3805,27 ft3
Luas kaca jendela : 64,55 ft2
31
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 8 @ 40 W
Televisi : 75 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 4 orang
c. Suite Room Hotel Santika Lantai III
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 387,30 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 4446,20 ft3
Luas kaca jendela : 86,07 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 10 @ 40 W
Televisi : 100 W
Kulkas : 45 W
Jumlah pengunjung : 6 orang
d. Presiden suite Room Hotel Santika
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 945,66 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 13709,19 ft3
Luas kaca jendela : 258,21 ft2
32
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 18 @ 40 W
Televisi : 125 W
Kulkas : 100 W
Jumlah pengunjung : 10 orang
e. Accounting Room Hotel Santika
Kondisi dari ruangan sebagai berikut :
Luas lantai : 828,4 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 9510,03 ft3
Luas kaca jendela dan pintu kaca : 53,792 ft2
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
Lampu TL : 20 @ 40 W
Komputer : 7 @ 450 W
Laptop : 1 @ 150 W
Printer : 7 @ 100 W
Jumlah Staff : 7 orang
f. Koridor Hotel Santika Premiere Lantai III
Kondisi dari ruangan sebagai berikut:
Luas lantai : 37324,41 ft2
Tinggi ruangan : 11,48 ft
Volume ruangan : 42848,07 ft3
Daya yang digunakan atau dibangkitkan dalam ruangan
33
Lampu TL : 50 @ 40 W
3.4. Rumus yang Digunakan dalam Perhitungan Beban Pendinginan
Komponen-komponen yang menghasilkan kalor terhadap ruangan
merupakan faktor utama dalam mempengaruhi besar kecilnya beban
pendinginan. Sumber kalor yang ditimbulkan dapat berasal dari luar maupun
dari dalam ruangan.
3.4.1. Konduksi Melalui Lantai, Kaca, Dinding dan Atap Bangunan
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, langit-
langit/atap, lantai, partisi, dan pintu pada bangunan dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
Q = U x A x ∆T (BTU/hr) ……………………………………….(3.1)
Keterangan :
Q : kalor konduksi melalui lantai, kaca dinding dan atap bangunan
(BTU/hr)
U : koefisien perpindahan kalor dari lantai, kaca, dinding dan atap
bangunan (BTU/hr. ft2 . ° F)
A : luas permukaan dari lantai, kaca, dinding dan atap bangunan (ft2 )
∆T : perbedaan temperatur antara kondisi di luar dan di dalam ruangan
(oF )
3.4.2. Radiasi Sinar Matahari Melalui Kaca
Besarnya beban kalor radiasi sinar matahari melalui kaca dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)………………………………(3.2)
34
Keterangan :
Q : kalor dari radiasi sinar matahari melalui kaca (BTU/hr)
SHGF : faktor kalor dari sinar matahari (BTU/hr. ft2 )
A : luas permukaan kaca yang terkena sinar matahari (ft2 )
SC : koefisien penyerapan kaca terhadap sinar matahari
CLF : faktor beban pendinginan pada kaca
3.4.3. Lampu dan Peralatan Listrik
Besarnya beban kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan
listrik dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)……………………………(3.3)
Keterangan :
Q : kalor yang dihasilkan oleh lampu atau peralatan listrik (BTU/hr)
W : daya dari lampu atau peralatan listrik (Watt)
BF : faktor ballast
CLF : faktor beban pendinginan pada lampu atau peralatan listrik
3.4.4. Manusia
Besarnya beban kalor yang dihasilkan manusia dibagi menjadi 2
macam yaitu kalor sensible dan kalor latent. Kalor sensible yang
dihasilkan manusia dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
berikut :
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)……………………………………(3.4)
35
Sedangkan kalor latent yang dihasilkan manusia dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
QL = qL x n (BTU/hr)…………………………………………..(3.5)
Keterangan :
Qs : kalor sensible yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
QL : kalor latent yang dihasilkan manusia (BTU/hr)
qs : kalor sensible yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
qL : kalor latent yang dihasilkan per orang (BTU/hr)
n : jumlah manusia
CLF : faktor beban pendinginan pada manusia
3.4.5. Ventilasi
Besarnya beban kalor yang dihasilkan ventilasi terdiri atas kalor
sensible dan kalor latent. Kalor sensible dari ventilasi dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan berikut
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)…………………………………………(3.6)
Sedangkan untuk menghitung kalor latent dapat digunakan persamaan
berikut :
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr) …………………………………(3.7)
Keterangan
Qs : beban pendinginan kalor sensible dari ventilasi (BTU/hr)
QL : beban pendinginan kalor latent dari ventilasi (BTU/hr)
CFM : laju aliran udara pads ventilasi (ft3/min)
36
∆T : perbedaan temperatur antara di luar dan di dalam ruangan (oF)
∆W’ : perbedaan perbandingan kelembaban antara di luar dan di dalam
ruangan (gr/lb)
Dengan diuraikannya persamaan untuk menghitung beban
pendinginannya, maka perhitungan beban pendinginan pada Gedung Hotel
Santika Yogyakarta Lantai III yang letaknya menghadap ke arah Selatan.
3.5 Perhitungan Beban Pendinginan pada Lantai III Hotel Santika
Yogyakarta
Perhitungan beban pendinginan pada lantai III Hotel Santika
Yogyakarta dilakukan dengan menghitung beban pendinginan pada setiap
ruangan pada lantai tersebut.
3.5.1 Standar Room Hotel Santika Lantai III
a. Kondisi Perancangan
Ø Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 80 oF
Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50%
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Temperatur bola basah : 67 oF
Entalpi (h) : 31,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 76 gr/lb
Ø Kondisi di luar ruangan
37
Asumsi (diambil pada bulan Oktober yang merupakan bulan terpanas
di Indonesia)
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF)
Temperatur bola basah :28 oC (82,4 oF)
Dari Diagram Psikometri diperoleh :
Entalpi (h) : 46,5 BTU/lb
Perbandingan kelembaban (W) : 170 gr/lb
Ø Kondisi udara di dalam hotel dan tempat-tempat lainnya yang tidak
terkena langsung radiasi matahari dan tidak dikondisikan
diasumsikan:
Temperatur bola kering: 28 oC (82,4 oF)
Temperatur bola basah: 24 oC (75,2 oF)
b. Menentukan Nilai Koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh (U) pada
kaca, dinding, langit-langit/atap, dan lantai
Ø Kaca
Kaca yang digunakan adalah kaca single dengan tebal ¼ inchi.
Dari tabel 3.1 diperoleh nilai U = 1,04 BTU/hr.ft2.oF
Tabel 3.1. Harga U untuk Kaca
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Ø Dinding
Dinding terbuat dari beton yang terdiri dari lapisan plester, batu bata,
38
dan plester. Plester dibuat dengan campuran antara semen dan pasir,
kemudian dicat krem. Sehingga tebal dinding keseluruhan 6 inchi.
Dari tabel 3.2 diperoleh, U = 0,200 BTU/hr.ft2.oF
Tabel 3.2. Harga U untuk Dinding (Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Ø Langit-langit diasumsikan mengalami perpindahan panas. Hal ini
dikarenakan langit-langit berbatasan dengan bagian luar gedung yang
39
tidak dikondisikan. Bagian langit-langit dan atap terdiri dari
suspended plaster, concentrate (campuran pasir, semen, dan kerikil),
dan sekat. Sehingga tebal atap keseluruhan 10 inchi.
Dari table 3.3 diperoleh U=0,21 BTU/ hr ft2 0F
Tabel 3.3. Harga U untuk Langit-langit (Hand Book of Air Conditioning System Design, Carrier Air Conditioning Company)
Ø Pintu yang terbuat dari kaca pada standar room lantai III Hotel
Santika, khususnya pada bagian balkon diasumsikan sama dengan
jendela.
40
c. Menghitung Besarnya Beban Pendinginan dengan Rumus-rumus yang
tersedia
Pada lantai III Hotel Santika, digunakan standar room sebagai contoh
dalam perhitungan beban pendinginan.
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, atap dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah: = 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 53,792 (95℉− 80℉)= 839,15 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui langit-langit adalah: = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 248,52 (95℉− 80℉)= 782,84 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108.
41
Tabel 3.4. Harga SHGF Kaca untuk Lintang Utara dan Selatan
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan
cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian
Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan Venetian
Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari tabel 3.6,
yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W = 0,31; S =
0,79 (Heavy Construction)
42
Tabel 3.5 Shading Coefficients untuk kaca
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Tabel 6.1 )
43
Tabel 3.6. Harga CLF untuk kaca dengan interior shading (Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
utara adalah: = 35 53,792 0,29 0,88 = 480,47 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah: = 231 53,792 0,29 0,22 = 792,77 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
barat adalah: = 231 53,792 0,29 0,31 = 1117,09 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah:
44
= 108 53,792 0,29 0,79 = 1330,96 ℎ ⁄
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 6 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 240 Watt. Ballast Factor (BF) diasumsikan
1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja, sehingga lama
waktu penyalaan lampu sama dengan waktu penggunaan AC,
sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 240 1,25 1 = 1020 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah: = 3,4 75 1 1 = 255 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah: = 3,4 45 1 1 = 153 /ℎ
Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam standar room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 2 orang yang beristirahat,maka perhitungannya: = 210 ℎ 2 1 = 420 ℎ ⁄ = 140 ℎ 2 = 280 ℎ ⁄
45
Tabel 3.7. Nilai qL dan qS untuk Setiap Kegiatan
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G.Pita)
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 2) 15℉ = 660 ℎ ⁄
46
= 0,68 (20 2) 94 ⁄ = 2556,8 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada standar room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3.8. Data perhitungan beban pendinginan standar room Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang :
Standar Room Engr : Kuncoro
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22 Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 design Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr
Kaca
Timur 1,04 591,71 95 80 9230,71 Barat 1,04 1183,42 95 80 18461,41 Utara 1,04 537,92 95 80 8391,55 Selatan 1,04 537,92 95 80 8391,55
Dinding
Timur 0,2 645,5 95 80 1937 Barat 0 0 0 0 0 Utara 0,2 322,75 95 80 968,25 Selatan 0 0 0 0 0
Atap 0,21 13420,1 95 80 42273,252 Lantai 0 0 0 0 0 Partisi 0 0 0 0 0 Pintu 0 0 0 0 0
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Kaca
Timur 231 591,71 0,29 0,88 34882,13 Barat 231 1183,42 0,29 0,22 17441,07 Utara 35 537,92 0,29 0,31 1692,57 Selatan 108 537,92 0,29 0,79 13309,65
Peralatan Listrik
W BF CLF (Watt)
Flourance 3,4 12960 1,25 1 55080 Bohlam RLHG Peralatan BTU/hr Televisi 3,4 4050 1 1 13770 Kulkas 3,4 2430 1 1 8262
47
Lanjutan Tabel 3.8 Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 108 22680 Laten 140 108 15120 Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb 0F Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 12838,53 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 6419,27
Room Heat Gain 276028,44 15120
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 108 35640 Laten 0,68 20 94 108 138067,2
Supply air fan gain ( blow through) 0% Pump gain Return air duct gain RTHG Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 311668,44 153187,20 464855,64 Tons Refrigerant 38,74
48
3.5.2 Deluxe Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit-langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah: = 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 64,55 (95℉− 80℉)= 1006,98 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah: = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 331,47 (95℉− 80℉)= 1044,13 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
49
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah: = 231 64,55 0,29 0,22 = 951,32 ℎ ⁄
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 8 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 320 Watt. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1,25. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 320 1,25 1 = 1360 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah: = 3,4 75 1 1 = 255 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah: = 3,4 45 1 1 = 153 /ℎ
50
Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam deluxe room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 4 orang yang beristirahat,maka perhitungannya: = 210 ℎ 4 1 = 840 ℎ ⁄ = 140 ℎ 4 = 560 ℎ ⁄
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 4) 15℉ = 1320 ℎ ⁄
51
= 0,68 (20 4) 94 ⁄ = 5113,6 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada deluxe room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9. Data perhitungan beban pendinginan deluxe room
Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Deluxe Room Engr : Kuncoro
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22 Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 design Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr
Kaca
Timur 1,04 64,55 95 80 1006,98 Barat 1,04 0 95 80 0,00 Utara 1,04 65 95 80 1006,98 Selatan 1,04 64,55 95 80 1006,98
Dinding
Timur 0 0 0 0 0 Barat 0,2 322,75 95 80 968,25 Utara 0 0 0 0 0 Selatan 0 0 0 0 0
Atap 0,21 994,4 95 80 3132,3915 Lantai 0 0 0 0 0 Partisi 0 0 0 0 0 Pintu 0 0 0 0 0
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Kaca
Timur 231 64,55 0,29 0,88 3805,30 Barat 231 0 0 0 0,00 Utara 35 64,55 0 0 0,00 Selatan 108 64,55 0,29 0,79 1597,15
Peralatan Listrik
W BF CLF (Watt)
Flourance 3,4 960 1,25 1 4080
Bohlam RLHG Peralatan BTU/hr Televisi 3,4 225 1 1 765 Kulkas 3,4 135 1 1 459
52
Lanjutan Tabel 3.9
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 12 2520 Laten 140 12 1680 Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb 0F Sensibel Laten
Supply air duct gain Supply air leakage 5% 1017,40 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 508,70
Room Heat Gain 21874,13 1680
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 12 3960 Laten 0,68 20 94 12 15340,8
Supply air fan gain ( blow through) 0% Pump gain Return air duct gain RTHG Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 25834,13 17020,80 42854,93 Tons Refrigerant 3,57
3.5.3 Suite Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan suite room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room,
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit-langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, atap dan pintu
53
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah: = 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 86,07 (95℉− 80℉)= 1342,69 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah: = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 387,30 (95℉− 80℉)= 1220 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah: = 231 86,07 0,29 0,22 = 1268,48 ℎ ⁄
54
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 10 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 400 Watt. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 400 1,25 1 = 1700 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah: = 3,4 100 1 1 = 340 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah: = 3,4 45 1 1 = 153 /ℎ
Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam suite room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 6 orang yang beristirahat,maka perhitungannya: = 210 ℎ 6 1 = 1260 ℎ ⁄ = 140 ℎ 6 = 840 ℎ ⁄
55
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 6) 15℉ = 1980 ℎ ⁄ = 0,68 (20 6) 94 ⁄ = 7670,4 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada suite room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.10
56
Tabel 3.10. Data perhitungan beban pendinginan suite room Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : Suite Room Engr : Kuncoro Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22 Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 design Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr
Kaca
Timur 1,04 86,07 95 80 1342,69 Barat 0 0 95 80 0 Utara 0 0 95 80 0 Selatan 0 0 95 80 0
Dinding
Timur 0,2 172,13 95 80 516,4032 Barat 0 0 0 0 0 Utara 0,2 193,65 95 80 580,9536 Selatan 0,2 193,65 95 80 580,9536
Atap 0,21 387,3 95 80 1220 Lantai 0 0 0 0 0 Partisi 0 0 0 0 0 Pintu 0 0 0 0 0
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Kaca
Timur 231 86,07 0,29 0,88 5073,93 Barat 231 0 0 0 0 Utara 35 0 0 0 0 Selatan 108 0 0 0 0
Peralatan Listrik
W BF CLF (Watt)
Flourance 3,4 400 1,25 1 1700 Bohlam RLHG Peralatan BTU/hr Televisi 3,4 100 1 1 340 Kulkas 3,4 45 1 1 153 Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 6 1260 Laten 140 6 840 Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb 0F Sensibel Laten
57
Lanjutan Tabel 3.10 Supply air duct gain Supply air leakage 5% 638,40 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 319,20
Room Heat Gain 13725, 52 840
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 6 1980 Laten 0,68 20 94 6 7670,4
Supply air fan gain ( blow through) 0% Pump gain Return air duct gain RTHG Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 15705,52 8510,40 24215,92 Tons Refrigerant 2,02
3.5.4. President Suite Room Hotel Santika Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan deluxe room ini, kondisi
udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room
hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan
untuk kaca, dinding, langit dan pintu sama dengan bahan yang
digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien perpindahan
panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room. Perhitungan
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, atap dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah:
58
= 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 258 (95℉− 80℉)= 839,15 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah: = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 945,66 (95℉− 80℉)= 2978,83 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: N = 35, E = 231, W =
231, S = 108. Seluruh kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian
panas dan cahaya dari matahari serta terdapat interior shading oleh
Venetian Blinds atau Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan
Venetian Blinds diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari
tabel 3.6, yaitu pada pukul 13.00 sebesar: N = 0,88; E = 0,22; W =
0,31; S = 0,79 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
utara adalah: = 35 258,21 0,29 0,88 = 2306,33 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
timur adalah: = 231 258,21 0,29 0,22 = 3805,45 ℎ ⁄
59
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
barat adalah: = 231 258,21 0,29 0,31 = 5362,22 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
selatan adalah: = 108 258,21 0,29 0,79 = 6388,84 ℎ ⁄
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 18 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
dihasilkan adalah sebesar 720 Watt. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 720 1,25 1 = 3060 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan TV adalah: = 3,4 125 1 1 = 425 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan Kulkas adalah: = 3,4 100 1 1 = 340 /ℎ
Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
60
Orang-orang di dalam standar room yang melakukan aktivitas dapat
diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF = 1 dan
terdapat 6 orang yang beristirahat,maka perhitungannya: = 210 ℎ 6 1 = 1260 ℎ ⁄ = 140 ℎ 6 = 840 ℎ ⁄
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 6) 15℉ = 1980 ℎ ⁄ = 0,68 (20 6) 94 ⁄ = 7670,4 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada president suite room
lantai III Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.11
61
Tabel 3.11. Data perhitungan beban pendinginan president suite room Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta Ruang : President
Suite Room Engr : Kuncoro Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22 Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00 design Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr
Kaca
Timur 1,04 0 95 80 0 Barat 1,04 0 95 80 0 Utara 1,04 0 95 80 0 Selatan 1,04 258 95 80 4028
Dinding
Timur 0,2 0 95 80 0 Barat 0 0 0 0 0 Utara 0,2 0 95 80 0 Selatan 0,2 253,68 95 80 761,04
Atap 0,21 1194,2 95 80 3762 Lantai 0 0 0 0 0 Partisi 0 0 0 0 0 Pintu 0 0 0 0 0
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Kaca
Timur 231 0 0,29 0,88 0 Barat 231 0 0 0 0 Utara 35 0 0 0 0 Selatan 108 258 0 0 0
Peralatan Listrik
W BF CLF (Watt)
Flourance 3,4 720 1,25 1 3060 Bohlam RLHG Peralatan BTU/hr Televisi 3,4 125 1 1 425 Kulkas 3,4 100 1 1 340 Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang Sensibel 210 1 6 1260 Laten 140 6 840 Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb 0F Sensibel Laten
62
Lanjutan Tabel 3.11 Supply air duct gain Supply air leakage 5% 681,79 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 340,89
Room Heat Gain 14658,47 840
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 6 1980 Laten 0,68 20 94 6 7670,4
Supply air fan gain ( blow through) 0% Pump gain Return air duct gain RTHG Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 16638,47 8510,40 25148,87 Tons Refrigerant 2,10
3.5.5 Accounting Room
Dalam perhitungan beban pendinginan accounting room ini,
kondisi udara rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang
standar room hotel santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang
digunakan untuk kaca, dinding, langit-langit dan pintu sama dengan
bahan yang digunakan pada standar room, sehingga nilai koefisien
perpindahan panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar room.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca, dinding, dan pintu
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Besarnya beban kalor konduksi melalui kaca di sebelah utara, timur,
barat, dan selatan adalah:
63
= 1,04 ℎ ⁄ . .℉ 53,792 (95℉− 80℉)= 839,15 ℎ ⁄
Besarnya beban kalor konduksi melalui atap adalah: = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 828,4 (95℉− 80℉)= 2609,46 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Kaca jendela diasumsikan terdapat lapisan pelindung dari sinar
matahari. Nilai SHGF (Solar Heat Gain Factors) diasumsikan pada
LU = LS, maka pada Tabel 3.4 diambil nilai terdekat dari 7,48 oLS
yaitu 8 oLU, sehingga diperoleh nilai SHGF: SE = 211. Seluruh
kaca diasumsikan dapat menyerap sebagian panas dan cahaya dari
matahari serta terdapat interior shading oleh Venetian Blinds atau
Roller Shades. Dari tabel 3.5 menggunakan Venetian Blinds
diperoleh nilai SC = 0,29. Nilai CLF diperoleh dari tabel 3.6, yaitu
pada pukul 13.00 sebesar: SE = 0,41 (Heavy Construction)
Besarnya beban kalor radiasi melalui kaca yang terletak di sebelah
tenggara adalah: = 211 53,792 0,29 0,41 = 1349,53 ℎ ⁄
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Di dalam standar room terdapat 20 buah lampu TL yang masing-
masing memiliki daya 40 Watt, maka daya total lampu yang
64
dihasilkan adalah sebesar 800 Watt. Ballast Factor (BF)
diasumsikan 1. Lampu hanya dinyalakan selama waktu kerja,
sehingga lama waktu penyalaan lampu sama dengan waktu
penggunaan AC, sehingga nilai CLF = 1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 800 1,25 1 = 3400 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan komputer adalah: = 3,4 (450 7) 1 1 = 10710 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan laptop adalah: = 3,4 150 1 1 = 510 /ℎ
Besarnya beban kalor yang dihasilkan printer adalah: = 3,4 100 1 1 = 340 /ℎ
Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Orang-orang di dalam standar room yang melakukan pekerjaan
ringan dapat diperhitungkan dari Tabel 3.7. Diasumsikan nilai CLF
= 1 dan terdapat 7 orang yang bekerja,maka perhitungannya: = 255 ℎ 7 1 = ℎ ⁄ = 255 ℎ 7 = ℎ ⁄
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
65
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara segar
sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan terdapat
kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga dibutuhkan
suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan gain (draw
through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaman di dalam dan di luar ruangan adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 7) 15℉ = 2310 ℎ ⁄ = 0,68 (20 7) 94 ⁄ = 8948,8 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada accounting room lantai III
Hotel Santika Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 3.12
66
Tabel 3.12. Data perhitungan beban pendinginan accouting room Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika Yogyakarta
Ruang :
President Suite Room
Engr : Kuncoro
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober
Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00
design Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas
Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr
Kaca
Timur 1,04 0 95 80 0
Barat 1,04 0 95 80 0
Tenggara 1,04 53,79 95 80 839
Selatan 1,04 0 95 80 0
Dinding
Timur 0,2 0 95 80 0
Barat 0 0 0 0 0
Utara 0,2 0 95 80 0
Selatan 0,2 0 95 80 0
Atap 0,21 828,4 95 80 2609
Lantai 0 0 0 0 0
Partisi 0 0 0 0 0 Pintu 0 0 0 0 0
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF
Kaca
Timur 231 0 0 0 0
Barat 231 0 0 0 0
Tenggara 211 53,79 0,29 0,41 1349
Selatan 108 0 0 0 0
Peralatan Listrik
W BF CLF
(Watt)
Flourance 3,4 800 1,25 1 3400
Bohlam RLHG
Komputer 3,4 3150 1 1 10710 BTU/hr
Laptop 3,4 150 1 1 510
Printer 3,4 100 1 1 340
67
Lanjutan Tabel 3.12
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang
Sensibel 255 1 7 1785
Laten 255 7 1785
Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb 0F
Sensibel
Laten
Supply air duct gain
Supply air leakage 5% 1077,15
Supply air fan gain (draw through) 2,5% 538,58
Room Heat Gain 23158,79 1785
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 7 2310
Laten 0,68 20 94 7 8948,8
Supply air fan gain ( blow through) 0%
Pump gain
Return air duct gain RTHG
Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 25468,79 10733,80 36202,59
Tons Refrigerant 3,02
3.5.6. Koridor Lantai III
Dalam perhitungan beban pendinginan Korridor ini, kondisi udara
rancangan sama dengan kondisi udara pada ruang standar room hotel
santika dan ruangan lainnya. Selain itu, bahan yang digunakan untuk
dinding dan atap sama seperti seperti standar room sehingga nilai
koefisien perpindahan panas menyeluruhnya (U) sama dengan standar
room. Namun pada koridor tidak terdapat kaca/ jendela. Perhitungan
68
beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Dalam perhitungan beban pendinginan koridor Hotel Santika
Premiere Yogyakarta Lantai III ini, kondisi udara rancangan sama
dengan kondisi udara ruangan lainnya. Tetapi tidak
memperhitungkan beban kalor konduksi melalui kaca, dan beban
kalor radiasi matahari melalui kaca.
Ø Beban kalor konduksi melalui kaca
Q = U x A x ∆T (BTU/hr)
Beban kalor konduksi melalui kaca dianggap = 0 ,karena pada
koridor tidak terdapat terdapat jendela.
Ø Besarnya beban kalor konduksi melalui dinding,
di sebelah timur : = 0,2 ℎ ⁄ . .℉ 918,4 (95℉− 80℉) = 2755,2 ℎ ⁄
di sebelah utara : = 0,2 ℎ ⁄ . .℉ 656 (95℉− 80℉) = 1968 ℎ ⁄
di sebelah barat : = 0,2 ℎ ⁄ . .℉ 64,55 (95℉− 80℉) = 193,65 ℎ ⁄
di sebelah timur laut dan barat laut : = 0,2 ℎ ⁄ . .℉ 129,1 (95℉− 80℉) = 387,3 ℎ ⁄
69
Ø Besarnya beban kalor konduksi melalui atap : = 0,21 ℎ ⁄ . .℉ 8472,24 (95℉− 80℉) = 26687,56 ℎ ⁄
Ø Beban kalor radiasi matahari melalui kaca
Q= SHGF x A x SC x CLF (BTU/hr)
Baban kalor radiasi melalui kaca dianggap = 0 ,karena pada koridor
tidak terdapat jendela.
Perhitungan beban pendinginan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Ø Beban kalor peralatan listrik/lampu
Q = 3,4 x W x BF x CLF (BTU/hr)
Koridor Hotel Santika Yogyakarta Lantai III secara keseluruhan
memiliki panjang 758,62 ft, dan lebar 4,92 ft. Jumlah lampu TL
yang digunakan adalah 60 lampu @ 40 W. Sehingga total lampu
yang dihasilkan sebesar 2400 W. Ballast Factor (BF) diasumsikan
1,25. Lampu hanya dinyalakan selama 24 jam, sehingga nilai CLF =
1.
Maka besarnya beban kalor yang dihasilkan lampu TL adalah: = 3,4 2400 1,25 1 = 10200 /ℎ Ø Beban kalor dari manusia
Qs = qs x n x CLF (BTU/hr)
QL = qL x n (BTU/hr)
Pada koridor keseluruhan diasumsikan terdapat 20 orang (standing,
light work, walking slowly) diperhitungkan dari Tabel 3.6.
70
Diasumsikan nilai CLF = 1, maka perhitungannya: = (315 ℎ 20 1) = 6300 ℎ ⁄ = (325 ℎ 20) = 6500 ℎ ⁄
Maka besarnya = 12800 ℎ ⁄
Ø Beban kalor dari ventilasi
Qs = 1,1 x CFM x ∆T (BTU/hr)
QL = 0,68 x CFM x ∆W’ (BTU/hr)
Untuk ventilasi, diasumsikan setiap orang membutuhkan udara
segar sebanyak 20 CFM. Pada sambungan ducting juga diasumsikan
terdapat kebocoran sebesar 5% dari total CFM. Selain itu, juga
dibutuhkan suatu unit untuk menghembuskan udara suplai air fan
gain (draw through) sebesar 2,5%.
Selisih udara kering di dalam dan di luar ruangan adalah
(95oF - 80oF) = 15oF
Selisih perbandingan kelembaban di dalam dan di luar ruangan
adalah
(170 gr/lb – 76 gr/lb) = 94 gr/lb
Sehingga: = 1,1 (20 20) 15℉ = 6000 ℎ ⁄ = 0,68 (20 20) 94 ⁄ = 25568 ℎ ⁄
Maka besarnya = 31568 ℎ ⁄
Hasil perhitungan beban pendinginan pada koridor Hotel Santika
Premiere Yogyakarta Lantai III dapat dilihat pada Tabel 3.13
71
Tabel 3.13. Data perhitungan beban pendinginan koridor Tabel Perhitungan Beban Pendinginan
Proyek : Hotel Santika premiere Yogyakarta Ruang : Koridor Engr : Kuncoro
Lokasi : Jln. Jend. Sudirman No. 19 Yogyakarta Calc. by Kuncoro
Temperatur Temperatur RH W Daily range : 22
Bola Kering Bola Basah % gr/lb Temp. Ave : 860F
0F 0F Bulan : Oktober
Kondisi Luar 95 (350C) 82,4 (280C) 59 170 Jam : 13:00
Desain Dalam 80 (26,670C) 67 (19,40C) 50 76
Konduksi Letak U Luas Perbedaan Suhu RSHG
BTU/(hr.ft2.0F) ft2 Luar Dalam BTU/hr Kaca 0
Dinding
Timur 0,20 918,4 95 80 2755,2
Barat 0,20 64,55 95 80 193,65
Utara 0,20 656 95 80 1968
Timur Laut 0,20 129,1 95 80 387,3
Barat Laut 0,20 129,1 95 80 387,3 Langit-langit 0,21 10654,85 95 80 33562,78
Lantai
Partisi
Radiasi Letak SHGF Luas SC CLF Jendela Kaca
Lampu W BF CLF RLHG
Watt BTU/hr
Flourance 3,4 2400 1,25 1 10200
Bohlam
Manusia SHG LHG CLF Jumlah orang
Sensibel 210 1 20 4200
Laten 140 20 2800
72
Lanjutan Tabel 3.13
Infiltrasi CFM W ∆T
ft3/menit gr/lb
0F
Sensibel
Laten
Supply air duct gain
Supply air leakage 5% 2682,71 Supply air fan gain (draw through) 2,5% 1341,36
Room Heat Gain 57678,29 2800
Ventilasi CFM W (gr/lb) ∆T (0F)
Jumlah orang
Sensibel 1,1 20 15 20 6600
Laten 0,68 20 94 20 25568,00
Supply air fan gain ( blow through) 0% Pump
gain Return air duct gain RTHG
Return air fan gain 0% BTU/hr
Cooling Load 64278,29 28368,00 92646,29 Ton Refrigerant 7,72
3.6. Psychometric Chart
Psychrometric chart merupakan suatu diagram yang menunjukkan
sifat termal dari udara basah. Sifat-sifat termal dari udara dibedakan menjadi
2, yaitu sensibel dan laten. Dalam uraian berikut akan dipaprkan contoh
penggunaan diagram psychometric.
Dalam hal ini akan diambil dua buah contoh penggunaan diagram
psikometri, yaitu AHU pada lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
73
3.6.1 AHU I pada lantai III
AHU I pada lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room sebanyak 16
kamar, dan koridor seluas 576,11 ft2. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb)
= 80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8. = = ………………………… (3.8)
Dengan :
RSHG = Room Sensible Heat Gain
RLHG = Room Latent Heat Gain
RTHG = Room Total Heat gain atau (RSHG + RLHG)
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa
74
ruangan yang didinginkan oleh AHU I lantai III Hotel Santika
Premiere Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (16 kamar) = 72585,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 6657,20 BTU/hr
Maka RSHG total = 79242,99 BTU/hr
RLHG:
Standar room (16 kamar) = 4480 BTU/hr
Sebagian koridor = 700 BTU/hr
Maka RLHG total = 5180 BTU/hr
= 79242,99 ℎ ⁄79242,99 ℎ ⁄ + 700 ℎ ⁄ = 0,94
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF
didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1)
melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 13℃
atau 55,4℉, sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar
dari chiller, yaitu 55,4℉.
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
75
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9. = = ...................................................... (3.9)
Dengan :
TSH = Total Sensibel Heat
TLH = Total Latent Heat
GTH = Grand Total Heat
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU I
lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (16 kamar) = 83145,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 8307,20 BTU/hr
Maka TSH total = 91452,99 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr
Sebagian koridor = 7092 BTU/hr
Maka TLH total = 52480,80 BTU/hr
= 91452,99 ℎ ⁄91452,99 ℎ ⁄ + 52480,80 ℎ ⁄ = 0,64
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
76
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU I pada lantai III Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
83,5oF, WB (Wet Bulb) = 70,9, dan RH = 54%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 55,4oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 66,8oF dan RH = 79%.
3.6.2 AHU II pada lantai III
AHU II pada lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room (20 kamar),
deluxe room (2 kamar), president suite room, accounting room, dan
koridor seluas 8118,55 ft2. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
77
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
RSHG :
Standar room (20 kamar) = 93879,68 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 12774,89 BTU/hr
President suite room = 14658,47 BTU/hr
Accounting room = 23158,79 BTU/hr
Koridor ( 8118,55 ft2) = 39347,56 BTU/hr
Maka RSHG total = 183819,39 BTU/hr
RLHG:
Standar room (20 kamar) = 5600 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 1120 BTU/hr
President suite room = 840 BTU/hr
Accounting room = 1785 BTU/hr
Koridor ( 8118,55 ft2) = 1120 BTU/hr
Maka RLHG total = 10465 BTU/hr
78
= 183819,39 ℎ ⁄183819,39 ℎ ⁄ + 10465 ℎ ⁄ = 0,95
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF
didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1)
melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 13℃
atau 55,4℉, sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 55,4℉.
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU II
lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (20 kamar) = 107079,68 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 15414,89 BTU/hr
President suite room = 16638,47 BTU/hr
Accounting room = 25468,79 BTU/hr
79
Koridor ( 8118,55 ft2) = 41987,56 BTU/hr
Maka TSH total = 206589,39 BTU/hr
TLH :
Standar room (20 kamar) = 56736 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 11347,2 BTU/hr
President suite room = 8510,4 BTU/hr
Accounting room = 10733,8 BTU/hr
Koridor ( 8118,55 ft2) = 11347,2 BTU/hr
Maka TLH total = 98674,6 BTU/hr
= 206589,39 ℎ ⁄206589,39 ℎ ⁄ + 98674,60 ℎ ⁄ = 0,68
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU II pada lantai III Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.3. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
80
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
82,4oF, WB (Wet Bulb) = 69,8oF, dan RH = 53%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 55,4oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 71,7oF dan RH = 69,8%.
3.6.3 AHU III pada lantai III
AHU III pada lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
digunakan untuk mendinginkan ruang kamar standar room (18 kamar),
deluxe room, suite room, dan koridor seluas 1870,19 ft2. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Mengumpulkan data-data yang telah diketahui
Dari data-data udara yang ada, dapat ditentukkan titik-titik sebagai
berikut :
Titik A : kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) = 95oF, dan
WB (Wet Bulb) = 82,4oF
Titik B : kondisi udara dalam ruang rancangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
80oF, dan RH = 50%
Kemudian, dari titik A dan titik B dihubungkan dengan sebuah garis.
2. Menghitung nilai RSHF (Room Sensible Heat Factor)
RSHF merupakan perbandingan antara RSHG dengan jumlah antara
RSHG dan RLHG. RSHF dapat dihitung dengan persamaan 3.8.
81
Nilai RSHG dan RLHG merupakan penjumlahan dari beberapa
ruangan yang didinginkan oleh AHU III lantai III Hotel Santika
Premiere Yogyakarta.
RSHG :
Standar room (18 kamar) = 118671,35 BTU/hr
Deluxe room = 7976,80 BTU/hr
Suite room = 13725,52 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 13484,37 BTU/hr
Maka RSHG total = 153858,04 BTU/hr
RLHG:
Standar room (13 kamar) = 5040 BTU/hr
Deluxe room = 560 BTU/hr
Suite room = 840 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 980 BTU/hr
Maka RLHG total = 7420 BTU/hr
= 153858,04 ℎ ⁄153858,04 ℎ ⁄ + 7420 ℎ ⁄ = 0,954
Kemudian dari RSHF ditarik garis lurus (1) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis RSHF
didapat dengan menggambar garis lurus yang sejajar dengan garis (1)
melalui titik B.
3. Menentukan suhu permukaan koil pendingin (titik D)
Diasumsikan suhu air pendingin yang keluar dari chiller adalah 13℃
82
atau 55,4℉, sehingga dapat dianggap bahwa suhu permukaan koil
pendingin pada AHU sama dengan suhu air pendingin yang keluar dari
chiller, yaitu 55℉.
4. Menghitung GSHF (Grand Sendible Heat factor)
GSHF digunakan untuk memperoleh coil Process line. GSHF
merupakan perbandingan antara TSH dengan jumlah TSH dan TLH.
GSHF dapat dilhitung dengan persamaan 3.9.
Sama seperti pada perhitungan RSHF, nilai TSH dan TLH merupakan
penjumlahan dari beberapa ruangan yang didinginkan oleh AHU III
lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta.
TSH :
Standar room (18 kamar) = 130551,35 BTU/hr
Deluxe room = 9296,80 BTU/hr
Suite room = 15705,52 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 15794,37 BTU/hr
Maka TSH total = 171348,04 BTU/hr
TLH :
Standar room (18 kamar) = 51062,40 BTU/hr
Deluxe room = 5673,60 BTU/hr
Suite room = 8510,40 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 9928,80 BTU/hr
Maka TLH total = 75175,20 BTU/hr
83
= 171348,04 ℎ ⁄171348,04 ℎ ⁄ + 75175,20 ℎ ⁄ = 0,7
Kemudian dari GSHF ditarik garis lurus (2) sehingga melalui titik
acuan, yaitu DB (Dry Bulb) = 80oF dan RH = 50%. Garis GSHF
didapatkan dengan menggambar garis lurus sejajar dengan garis (2)
melalui titik suhu permukaan koil pendingin (titik D).
Hasil penggambaran Psychometric Chart AHU III pada lantai III Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 3.4. Dari
gambar Psychometric yang telah dilakukan, diperoleh data-data
sebagai berikut :
1. Titik A merupakan kondisi udara luar ruangan, yaitu DB (Dry Bulb)
= 95oF, WB (Wet Bulb) = 82,4oF, dan RH = 59%.
2. Titik B merupakan kondisi udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry
Bulb) = 80oF, dan RH = 50%.
3. Titik C merupakan kondisi udara campuran antara udara segar dari
lingkungan dengan udara dalam ruangan, yaitu DB (Dry Bulb) =
72,8oF, WB (Wet Bulb) = 68,8oF, dan RH = 52%.
4. Titik D merupakan suhu permukaan koil pendingin, yaitu 55,4oF.
5. Titik E merupakan kondisi udara setelah melalui koil pendingin,
yaitu 62oF dan RH = 75%.
84
Gambar 3.2. Psychrometric Chart untuk AHU I Lantai III
0,64
0,94
A
B D
E
C
82,4
85
Gambar 3.3. Psychrometric Chart untuk AHU II Lantai III
E
0,68
0,95
A
B D
C
82,4
E
86
Gambar 3.4. Psychrometric Chart untuk AHU III Lantai III
0,7
0,95
A
B D
E C
82,4
BAB IV
PEMILIHAN KOMPONEN UTAMA
SISTEM PENGKONDISIAN UDARA
Dalam sistem pengkondisian udara sentral, digunakan beberapa
peralatan utama seperti water chiller, AHU (Air Handling Unit) dan FCU
(Fan Coil Unit). Pada perancangan ini digunakan air cooled chiller, AHU dan
FCU yang ada dipasaran/ komersial. Pemilihan air cooled chiller, AHU, dan FCU
didasarkan pada beban pendinginan yang telah dikalkulasikan pada bab III.
4.1. Air Cooled Chiller
Air cooled chiller merupakan peralatan yang berfungsi untuk
mendinginkan air sebelum disalurkan menuju FCU ataupun AHU. Water
chiller merupakan contoh lain dari refrigerator, selain kulkas dan AC split,
sehingga komponen-komponen yang ada pada water chiller sama seperti
refrigerator pada umumnya, yaitu kondenser, kompresor, expansion device,
dan evaporator. Water chiller mendinginkan air dengan menggunakan siklus
kompresi uap.
Total beban pendinginan (RTHG) yang dihasilkan ruangan-ruangan di
lantai III hotel santika :
Standard room 464855,64 BTU/ hr
Deluxe room 42854,93 BTU/ hr
Suite room 24215,92 BTU/ hr
President suite room 25148,87 BTU/ hr
88
Accounting room 36202,59 BTU/ hr
Koridor lantai III 92646,29 BTU/ hr
Total Beban Pendinginan 685924,24 BTU/ hr = 57,16 TR
Berdasarkan hasil perhitungan total beban pendinginan di atas dapat
dipilih air cooled chiller yang memiliki kemampuan beban pendinginan 60
tons refrigerant, sesuai dengan tabel 4.1.
Tabel 4.1. Jenis-jenis Air Cooled Chiller Carrier 30GTN,GTR
Dari tabel 4.1, digunakan air cooled chiller buatan Carrier tipe 30GTN-
060PW dengan spesifikasi yang ditunjukkan pada tabel 4.2. dan 4.3
89
Tabel 4.2. Spesifikasi Water Chiller Tipe 30GTN-060PW, pada 50 Hz
90
Tabel 4.3. Cooling Capacity pada frekuensi 50 Hz
91
4.2. AHU (Air Handling Unit)
Air Handling Unit tersedia dengan kapasitas antara 2000-1.000.000
m3/jam, dalam berbagai ukuran sesuai dengan spesifikasi yang diberikan oleh
pabrik pembuatnya. Ada dua jenis air handling unit, yaitu jenis vertikal dan
jenis horisontal. Jenis fan yang digunakan tergantung dari volume udara dan
tekanan yang diinginkan. Fan yang banyak dipakai adalah jenis daun
berganda (multiblade). Koil udara dibuat dari pipa bersirip plat; kebanyakan
pipa-pipa koil dibuat dari tembaga, sedangkan sirip dibuat dari aluminium.
Ada dua jenis koil udara, satu untuk pendinginan dan yang lain untuk
pemanasan; namun, dapat dipergunakan satu koil udara saja yang dapat
dipakai untuk pendinginan dan pemanasan.
Untuk memilih Air Handling Unit digunakan beban pendinginan total
dari keseluruhan ruangan yang akan dikondisikan oleh AHU I, AHU II, dan
AHU III.
4.2.1. AHU I
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (16 kamar) = 83145,79 BTU/hr
Sebagian koridor = 8307,20 BTU/hr
Maka TSH total = 91452,99 BTU/hr
TLH :
Standar room (16 kamar) = 45388,80 BTU/hr
Sebagian koridor = 7092 BTU/hr
Maka TLH total = 52480,80 BTU/hr
92
RTHG (Room Total Heat Gain) = TSH + TLH
= (91452,99 +52480,80) BTU/hr
= 143933,79 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 143933,79 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU I
adalah 42,21 kW. AHU yang digunakan dapat dipilih sesuai Tabel 4.4
dan Gambar 4.1
93
Tabel 4.4. Jenis-jenis AHU Carrier 39 G
94
Gambar 4.1 Gambar grafik pemilihan AHU
95
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 0914.
AHU ini dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 AHU Carrier 39G
4.2.2 AHU II
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (20 kamar) = 107079,68 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 15414,89 BTU/hr
President suite room = 16638,47 BTU/hr
Accounting room = 25468,79 BTU/hr
Koridor ( 8118,55 ft2) = 41987,56 BTU/hr
Maka TSH total = 206589,39 BTU/hr
96
TLH :
Standar room (20 kamar) = 56736 BTU/hr
Deluxe room (2 kamar) = 11347,2 BTU/hr
President suite room = 8510,4 BTU/hr
Accounting room = 10733,8 BTU/hr
Koridor ( 8118,55 ft2) = 11347,2 BTU/hr
Maka TLH total = 98674,6 BTU/hr
RTHG = TSH + TLH
= 206589,39 BTU/hr + 98674,6 BTU/hr
= 305263,99 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 305263,99 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air
Handling Unit) adalah 89,52 kW. AHU yang akan digunakan dapat
dipilih sesuai Tabel 4.4. dan Gambar 4.1
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 1319.
97
4.2.3 AHU III
Dengan data beban pendinginan sebagai berikut :
TSH :
Standar room (18 kamar) = 130551,35 BTU/hr
Deluxe room = 9296,80 BTU/hr
Suite room = 15705,52 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 15794,37 BTU/hr
Maka TSH total = 171348,04 BTU/hr
TLH :
Standar room (18 kamar) = 51062,40 BTU/hr
Deluxe room = 5673,60 BTU/hr
Suite room = 8510,40 BTU/hr
Koridor Seluas 1870,19 ft2 = 9928,80 BTU/hr
Maka TLH total = 75175,20 BTU/hr
RTHG = TSH + TLH
= 171348,04 BTU/hr + 75175,20 BTU/hr
= 246523,24 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 246523,24 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada AHU (Air
Handling Unit) adalah 72,19 kW. AHU yang akan digunakan dapat
dipilih sesuai Tabel 4.4. dan Gambar 4.1
Dengan demikian, AHU yang akan digunakan adalah Carrier 39G 1118.
98
4.3. FCU (Fan Coil Unit)
FCU (Fan Coil Unit) adalah penyegar udara kecil yang dipergunakan di
dalam ruangan, terdiri dari kipas udara, motor listrik, koil udara dan saringan
udara yang terletak dalam satu kotak. Di dalam unit ini, udara ruangan yang
diisap masuk diatur temperatur serta kelembabannya, kemudian dimasukkan
kembali ke dalam ruangan. Unit ini dapat berupa jenis lantai atau jenis
langit-langit. Jenis langit-langit dapat diletakkan di atas lantai atau
digantungkan pada langit-langit, atau ditanamkan di dalamnya.
Pada perancangan ini FCU akan diletakkan pada ruang kamar tidur saja,
yaitu pada standar room, deluxe room, suite room, president suite room dan
accouting.
Untuk memilih Fan Coil Unit digunakan beban pendinginan pada setiap
kamar standar room, deluxe room, suite room, president suite room dan
accounting room.
4.3.1 Standar Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Standar room (1kamar) = 7799,18 BTU/hr
TLH :
Standar room (1 kamar) = 2836,80 BTU/hr
99
RTHG = TSH + TLH
= 7799,18 BTU/hr + 2836,80 BTU/hr
= 10635,98 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 10635,98 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan
Coil Unit) adalah 3,12 kW = 3120 W. FCU yang akan digunakan dapat
dipilih sesuai Tabel 4.5
Tabel 4.5. Spesifikasi FCU 42CMX,C/V-2ROW
100
Gambar 4.3 FCU Carrier 42CMX
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier
42CMX004.
4.3.2 Deluxe Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Deluxe room (1kamar) = 10419,24 BTU/hr
TLH :
Deluxe room (1 kamar) = 5673,60 BTU/hr
RTHG = TSH + TLH
= 10419,24 BTU/hr + 5673,60 BTU/hr
= 16092,84 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 16092,84 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU adalah
101
4.72 kW = 4720 W. FCU yang akan digunakan dapat dipilih sesuai
Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier
42CMX006.
4.3.3 Suite Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Suite room (1kamar) = 15705,52 BTU/hr
TLH :
Suite room (1 kamar) = 8510,4 BTU/hr
RTHG = TSH + TLH
= 15705,52 BTU/hr + 8510,4 BTU/hr
= 24215,92 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 24215,92 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan
Coil Unit) adalah 7,1 kW = 7100 W. FCU yang akan digunakan dapat
dipilih sesuai Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier
42CMX004 sebanyak 2 buah.
102
4.3.4 President Suite Room
Data beban pendinginan :
TSH :
President suite room (1kamar) = 16638,47 BTU/hr
TLH :
President suite room (1 kamar) = 8510,40 BTU/hr
RTHG = TSH + TLH
= 16638,47 BTU/hr + 8510,4 BTU/hr
= 25148,87 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 25148,87 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan
Coil Unit) adalah 7,38 kW = 7380 W. FCU yang akan digunakan dapat
dipilih sesuai Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier
42CMX004 sebanyak 2 buah.
4.3.5 Accounting Room
Data beban pendinginan :
TSH :
Accounting room (1kamar) = 25468,79 BTU/hr
TLH :
Accounting room (1 kamar) = 10733,8 BTU/hr
103
RTHG = TSH + TLH
= 25468,79 BTU/hr + 10733,8 BTU/hr
= 36202,59 BTU/hr
Diperoleh beban pendinginan sebesar 36202,59 BTU/hr. Jika diketahui
1 kW = 3410 BTU/hr, maka besar beban pendinginan pada FCU (Fan
Coil Unit) adalah 10,62 kW = 10620 W. FCU yang akan digunakan
dapat dipilih sesuai Tabel 4.5.
Dengan demikian, FCU yang akan digunakan adalah Carrier
42CMX004 sebanyak 3 buah.
BAB V
RANCANGAN SISTEM PERPIPAAN DAN DUCTING
5.1 Sistem Perpipaan yang Digunakan
Sistem yang digunakan di dalam sistem pengkondisian udara ada berbagai
macam, tetapi pada rancangan ini digunakan two pipe direct return system. Sistem
ini juga disebut sistem kembali langsung. Sistem ini bertujuan untuk memperoleh
air dingin yang sama pada saat masuk ke setiap unit pendingin udara. Siistem ini
menggunakan dua buah pipa utama, yaitu masing-masing pipamendapatkan
fungsi yang berlainan, yang satu sebagai pipa suplai dan yang satunya menjadi
pipa balik.
Sistem dengan dua pipa ini disebut two pipe direct return system karena
saluran balik untuk mengalirkan air kembali ke generator menggunakan jalur
yang terdekat ini diberikan. Pada two pipe direct system terdapat kontrol terpisah
danservis dari tiap-tiap unit terminal. Karena suhu air suplai sama pada tiap-tiap
unit, sistem ini dapat digunakan untuk berbagai macam ukuran instalasi. Two pipe
direct system sering digunakan untuk sistem dalam skala besar.
Keuntungannyapun jauh lebih besar dibandingkan one pipe system. Sehingga
biaya perawatannyapun jauh lebih besar dari one pipe system, maka biaya yang
dibutuhkan punsemakin mahal. Skema sistem ini dapat dilihat pada Gambar 5.1
105
Gambar 5.1 Two Pipe Direct Return System
(Air Conditioning Principles and System, Edward G. Pita, Fig 5.5)
5.2 Debit Air Pendingin Melalui Unit Penyegar Udara
Setelah dilakukan perhitungan pada Bab III, maka dapat diketahui beban
pendinginan keseluruhan Hotel Santika Premiere Yogyakarta lantai III adalah
sebesar 65,6 TR atau 787200 BTU/hr. Dengan demikian, laju aliran pendingin
yang masuk pada setiap unit penyegar udara dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan :
Q = 500 x GPM x TC ........................................................................ (5.1)
(Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Eq 5.2 )
Dengan :
Q = Beban Pendinginan, BTU/hr
GPM = Laju aliran pendingin
TC = Temprature Change ( perubahan temprature)
Sistem pengkondisian udara Hotel Santika Premiere Yogyakarta ini
dirancang menggunakan menggunakan 67 unit penyegar udara, yaitu 64 buah
106
FCU dan 3 buah AHU. Setiap unit mempunyai beban pendinginan yang berbeda-
beda. Sehingga debit air yang masuk juga berbeda-beda.
Temperatur air dingin yang keluar Air Cooled Chiller menuju ke unit-unit
penyegar udara adalah 10 0C (50 0F) sedangkan yang masuk ke dalam Air
Cooled Chiller temperaturnya adalah 15 0C (59 0F). Dengan demikian dapat
dihitung laju aliran air dingin yang masuk ke setiap unit penyegar udara.
Pada pemompaan jalur 1, AHU I digunakan untuk mendinginkan 16
Standard Room dan pada jalur 1 terdapat 16 FCU yang digunakan untuk
mendinginkan 16 Standard Room. Maka beban pendinginan pada pemompaan
jalur I adalah penjumlahan beban pendinginan AHU I dan 16 FCU, yaitu sebesar
154569,77 BTU/hr. Dengan demikian, dapat dilakukan perhitungan laju aliran
air pendingin pada pemompaan jalur 1 sebagai berikut :
GPM AHU I = 500 ×
GPM AHU I = 143933,79500 × (59− 50)℃ = 31,99
GPM 16 bh FCU = × 16500 ×
GPM 16 FCU = 10635,98 × 16500 × (59− 50)℃ = 37,82
107
Sehingga laju aliran air pendingin yang masuk pada pemompaan jalur 1
adalah GPM tot = GPM untuk AHU I + GPM 16bh FCU
GPMtot = 31,99 GPM + 37,82 GPM
= 69,81 GPM
Perhitungan dengan cara tersebut juga dilakukan terhadap unit-unit
penyegar udara yang lain. Dengan menggunakan microsoft excell, maka dapat
diperoleh hasil perhitungan laju aliran pendingin yang masuk ke setiap unit
penyegar udara. Hasil perhitungan selengkapnya ditunjukan pada Tabel 5.1
Tabel 5.1 Hasil perhitungan laju aliran pendingin
Peralatan Beban/ Unit
Jumlah TC Debit (GPM)
(BTU/hr) oF Setiap peralatan
Pompa ke-
Pemompaan Jalur 1 AHU1 143933,79 1 9 31,99
69,80 FCU-Standard Room 10635,98 16 9 37,82
Pemompaan Jalur 2 AHU2 305263,99 1 9 67,84
100,64 FCU-Accounting Room 8382,96 3 9 5,59
FCU-Standard Room 10635,98 10 9 23,64 FCU-Deluxe Room 16092,84 1 9 3,58
Pemompaan Jalur 3 FCU-President Suite
Room 12574,44 2 9 5,59 48,19 FCU-Standard Room 10635,98 15 9 35,45
FCU-Deluxe Room 16092,84 2 9 7,15 Pemompaan Jalur 4
AHU3 246523,24 1 9 54,78 90,89 FCU-Suite Room 12107,96 2 9 5,38
FCU-Standar Room 10635,98 13 9 30,73
Total GPM 309,52
108
5.3 Perhitungan Sistem Perpipaan Lantai III
Sebelum dilakukan perhitungan sistem perpipaan yang akan digunakan,
terlebih dahulu harus ditentukan bahan pipa yang akan digunakan. Pipa-pipa
yang akan digunakan dapat terbuat dari berbagai macam bahan. Beberapa ha;
yang digunanakan dalam pemilihan bahan pipa, antara lain :
1. Fluida yang mengalir dalam pipa
2. Temperatur
3. Tekanan
4. Ketahanan pipa terhadap oksidasi dan karat
Pada rancangan ini digunakan pipa berbahan tembaga karena pipa tembaga
memiliki beberapa keuntungan. Pertama, hambatan karena gesekan lebih kecil
bila dibandingkan dengan pipa berbahan baja, sehingga pompa yang digunakan
pun akan semakin kecil dan konsumsi daya yang digunakan juga lebih kecil.
Kedua, pipa berbahan tembaga merupakan bahan yang tidak mudah teroksidasi.
Ketiga, tembaga merupakan bahan yang mudah diperoleh, dikerjakan dan
harganya relatif murah.
Pemasangan pipa air pendingin diasumsikan menempel pada dinding atau
langit-langit sehingga panjang pipa yang digunakan menyesuaikan dengan
ukuran dinding atau langit-langit. Sistem perpipaan yang digunakan disini adalah
sistem tertutup (closed hidronic system), hal tersebut dikarenakan pemasangan
sistem perpipaan berada ditempat yang relatif terlindungi. Untuk menentukan
109
perpipaan yang akan digunakan maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Menentukan skema sistem perpipaan yang akan digunakan. Pada gedung
Hotel Santika Premiere Yogyakarta ini digambarkan skema perpipaan pada
lantai III.
2. Laju aliran rata-rata air pendingin pada setiap pipa ditentukan dengan
menjumlahkan debit air pendingin yang mengalir di setiap unit penyegar
udara.
3. Air pendingin yang mengalir pada pipa tembaga akan mengalami rugi-rugi
gesekan. Untuk pipa dengan bahan tembaga, rugi-rugi gesekan dapat
ditentukan dengan Gambar 5.2. Seperti yang dijelaskan sebelumnya dalam
sistem perpipaan ini menggunakan pipa berbahan tembaga, maka
a) Besar rugi-rugi gesekan rata-rata berada diantara 1 s/d 5 feet.w/100ft
b) Kecepatan aliran air pendingin melalui pipa berada diantara 4 s/d 6 FPS
pada sistem kecil. Akan tetapi, kecepatan aliran pendingin dalam pipa yang
berada di daerah yang dihuni tidak boleh lebih dar 4 FPS, hal ini bertujuan
agar dapat menghindari suara berisik yang ditimbulkan oleh aliran
pendingin.
4. Ukuran pipa ditentukan melalui Gambar 5.2 sesuai dengan laju aliran dan
rugi-rugi gesekan yang terjadi.
110
Gambar 5.2 Friction loss for water in cooper tubing – open or closed system (Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, Fig 8.15)
111
5.3.1 Sistem Perpipaan Jalur I
Pada lantai III digunakan 4 jalur sistem perpipaan yang akan menyuplai
air dingin ke FCU dan AHU pada ruangan yang telah ditentukan. Sistem
perpipaan jalur I digunakan untuk mengkondisikan 16 unit FCU dan 1 unit
AHU. 16 unit FCU disini digunakan untuk mendinginkan 16 Standard Room
dan 1 unit AHU disini digunakan untuk mengkondisikan 16 Standard Room
dan sebagian koridor. Pada sistem perpipaan jalur I terdapat belokan 90o dan
percabangan. Panjang ekuivalen untuk belokan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Equivalent Feet of Pipe for Fittings and Valves (Air Conditioning Principles and Systems, Edward G. Pita, tabel 8.1)
112
Gambar 5.3 Sistem perpipaan Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
113
Skema Sistem perpipaan lengkap Hotel Santika Premiere Yogyakarta
dapat dilihat pada Gambar 5.3. Skema perpipaan jalur I lantai III Hotel
Santika Premiere Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 5.4. Setiap unit
penyegar (FCU) untuk Standard Room menerima 2,36 GPM air pendingin
dan untuk AHU I menerima 31,99 GPM air pendingin. Setelah dilakukan
pembacaan grafik pada Gambar 5.2, maka diperoleh data-data menggunakan
excel yang ditunjukan melalui Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop
untuk Perpipaan Jalur 1
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss
Hf GPM FPM in ft ft Item ft.water/100ft
A-B 69,8 3,2 3 65,98 8 3 1,2 1,08 B-C 65,08 3 3 28,37 8 2 1,1 0,49 C-D 60,36 4 2,5 5,93 8 2 2,4 0,53
D-E 55,64 3,6 2,5 28,71 6,5 2 2 0,83 E-F 50,92 3,4 2,5 6,29 6,5 2 1,6 0,31 F-G 46,2 3,1 2,5 28,62 6,5 2 1,5 0,62 G-H 41,48 2,8 2,5 6,23 6,5 2 1,3 0,25 H-I 36,76 2,6 2,5 32,06 6,5 2 1,1 0,50 I-J 32,04 3,4 2 14,49 6,5 1 2,3 0,48
K-L 32,04 3,4 2 24,48 6,5 1 2,3 0,71 L-M 36,76 2,6 2,5 32,06 6,5 2 1,1 0,50 M-N 41,48 2,8 2,5 6,23 6,5 2 1,3 0,25 N-O 46,2 3,1 2,5 28,62 6,5 2 1,5 0,62 O-P 50,92 3,4 2,5 6,29 6,5 2 1,6 0,31 P-Q 55,64 3,6 2,5 28,71 6,5 2 2 0,83 Q-R 60,36 4 2,5 5,93 8 2 2,4 0,53 R-S 65,08 3 3 28,37 8 2 1,1 0,49 S-T 69,8 3,2 3 59,49 8 3 1,2 1,00
114
Lanjutan-Tabel 5.3
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss
Hf GPM FPM in ft ft Item ft.water/100ft CABANG
B-1&L-2
2,36 1,5 0,75
1,73
8
1
1,6 0,16 C-1&-M-2 8 1,6 0,16 D-1&N-2 8 1,6 0,16 E-1&O-2 6,5 1,6 0,13 F-1&P-2 6,5 1,6 0,13 G-1&Q-2 6,5 1,6 0,13 H-1&R-2 6,5 1,6 0,13 I-1&S-2 6,5 1,6 0,13 L-1&B-2
4,79
8 1,6 0,20 M-1&C-2 8 1,6 0,20 N-1&D-2 8 1,6 0,20 O-1&E-2 6,5 1,6 0,18 P-1&F-2 6,5 1,6 0,18 Q-1&G-2 6,5 1,6 0,18 R-1&H-2 6,5 1,6 0,18 S-1&I-2 6,5 1,6 0,18
115
Gambar 5.4 Sistem Perpipaan Lantai III Hotel Santika Yogyakarta jalur 1
A
B C D E F G H I
J K
L M N P Q R S
T 2,36 GPM
2,36 GPM
31,99 GPM
O
1 1 1 1 1 1 1 1
2 2 2 2 2 2 2 2
116
5.3.2 Sistem Perpipaan Jalur II
Sistem perpipaan jalur II digunakan untuk menyuplai 1 unit AHU dan 14
unit FCU. AHU-2 mendinginkan 20 Standard Room, 2 Deluxe Room, 1
accounting room, 1 presindent suite room dan sebagian koridor. Pada sistem
perpipaan jalur II juga terdapat belokan 90o dan percabangan. Panjang
ekuivalen untuk belokan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Skema perpipaan jalur II lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
dapat dilihat pada Gambar 5.5. Setiap unit penyegar untuk Standard Room
mendapat 2,36 GPM air pendingin, unit penyegar untuk Deluxe Room
mendapat 3,58 GPM, unit penyegar untuk Accounting Room mendapat 1,86
GPM dan AHU-2 mendapatkan 67,84 GPM. Setelah dilakukan pembacaan
grafik pada Gambar 5.2, maka diperoleh data-data menggunakan excel yang
ditunjukan melalui Tabel 5.4.
117
Tabel 5.4 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 2
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss Hf GPM FPS in ft ft Item ft.water/100ft A-B 100,64 3,7 3,5 31,53 9,5 5 1,3 0,88 B-C 32,8 3,4 2 8,86 9,5 1 2,2 0,29 C-D 30,44 3,2 2 22,62 5,5 1 2 0,51 D-E 28,58 2,9 2 6,13 5,5 1 1,7 0,16 E-F 26,22 2,6 2 6,4 5,5 1 1,4 0,14 F-G 23,86 2,4 2 4,59 5,5 1 1,3 0,11 G-H 22 2,3 2 16,73 5,5 2 1,1 0,29 H-I 20,14 3,8 1,5 7,12 5,5 0 4 0,28 I-J 17,78 3,3 1,5 6,33 4,3 1 3 0,23 J-K 13,06 2,3 1,5 27,72 4,3 4 1,6 0,62 K-L 8,34 2,2 1 5,28 4,3 2 1,8 0,18 M-N 8,34 2,2 1 6,89 4,3 2 1,8 0,21 N-O 13,06 2,3 1,5 27,71 5,5 2 1,6 0,55 O-P 17,78 3,3 1,5 6,33 5,5 2 3 0,30 P-Q 22 2,3 2 16,33 6,5 3 1,1 0,37 Q-X 23,86 2,4 2 12,12 6,5 1 1,3 0,22 X-W 26,22 2,6 2 6,33 6,5 1 1,4 0,15 W-R 28,58 2,9 2 5,02 6,5 1 1,7 0,15 R-S 30,44 3,2 2 23,76 6,5 1 2 0,54 S-T 32,8 3,4 2 8,23 6,5 1 2,2 0,25 T-U 100,64 3,7 3,5 25,15 11 5 1,3 0,88
CABANG B-V 67,84 3 3 23,98 9,5 1 1,1 0,36 T-V 24,69 9,5 1 0,37 M-1
3,58 2,4 0,75 15,92 2,6 2
4 0,69
L-1 15,39 2,6 2 0,67 D-2
1,86
1,3
0,75
18,89 2,6 1
1,3
0,27 G-2 1,3 6,98 2,6 1 0,12 H-2 1,3 23,72 2,6 1 0,33 P2 1,3 28,69 2,6 1 0,40 Q2 1,3 4,85 2,6 0 0,06 R2 1,3 23,17 2,6 1 0,33
C-1&E-1
2,36 1,5 0,75
2,12
5,5 1
1,6
0,09 F-1&I-1 5,5 1 0,09 J-1&O-2 5,5 1 0,09 K-1&N-2 4,3 1 0,08 N-1&K-2
4,14
4,3 1 0,11 O-1&K-2 5,5 1 0,12 P-1&X-1 5,5 1 0,12 W-1&S-1 5,5 1 0,12 L-2&L-3 9,2 2,6 1 0,17
M-2&M-3 16,95 2,6 1 0,30
118
Gambar 5.5 Sistem Perpipaan Lantai III Hotel Santika Yogyakarta jalur 2
AH
U2
A
B C D E F G H I J K L
M N O P Q R T
U
V
W X
1 1 1 1 1 1
1
2
3 2 2
2,36 GPM
2,36 GPM
1,86 GPM
3,58 GPM
67,84 GPM
S
2
2
2
119
5.3.3 Sistem Perpipaan Jalur III
Sistem perpipaan jalur III digunakan untuk menyuplai dan 19 unit FCU.
Pada sistem perpipaan jalur III juga terdapat belokan 90o dan percabangan.
Panjang ekuivalen untuk belokan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Skema perpipaan jalur III lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
dapat dilihat pada Gambar 5.6. Setiap unit penyegar untuk Standard Room
mendapat 2,36 GPM air pendingin, unit penyegar untuk Deluxe Room
mendapat 3,58 GPM, dan unit penyegar untuk President Room mendapat
2,79 GPM. Setelah dilakukan pembacaan grafik pada Gambar 5.2, maka
diperoleh data-data menggunakan excel yang ditunjukan melalui Tabel 5.5.
120
Tabel 5.5 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 3
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss
Hf GPM FPS in ft ft Item ft.water/100ft AS-BS 48,19 3,2 2,5 18,83 6,5 3 1,5 0,48 BS-CS 26,09 2,7 2 3,47 6,5 1 1,5 0,12 CS-DS 22,51 2,4 2 25,92 5,5 1 1,2 0,37 DS-ES 20,15 2,2 2 6,23 5,5 1 1,1 0,12 ES-FS 17,79 3,4 1,5 28,03 5,5 1 3 0,90 FS-GS 15,43 2,9 1,5 5,76 4,3 1 2,5 0,19 GS-HS 13,07 2,4 1,5 28,36 4,3 1 1,7 0,53 HS-IS 10,71 1,9 1,5 5,76 4,3 1 1,2 0,11 IS-JS 8,35 2,2 1,25 27,21 4,3 1 1,8 0,53 JS-KS 5,99 2,4 1 10,16 3,3 2 2,8 0,35 KR-JR 5,99 2,4 1 7,18 3,3 2 2,8 0,27 JR-IR 8,35 2,2 1,25 27,29 4,3 1 1,8 0,53 IR-HR 10,71 1,9 1,5 5,76 4,3 1 1,2 0,11 HR-GR 13,07 2,4 1,5 28,29 4,3 1 1,7 0,52 GR-FR 15,43 2,9 1,5 5,76 4,3 1 2,5 0,19 FR-ER 17,79 3,4 1,5 28,03 5,5 1 3 0,90 ER-DR 20,15 2,2 2 6,23 5,5 1 1,1 0,12 DR-CR 22,51 2,4 2 25,92 5,5 1 1,2 0,37 CR-BR 26,09 2,7 2 5,25 6,5 1 1,5 0,14 BR-AR 48,19 3,2 3 19,7 7 3 1,5 0,49
CABANG UTAMA BS-LS 22,1 2,4 2 34,28 6,5 2 1,2 0,54 LS-MS 19,74 2,2 1,5 15,91 5,5 1 1,1 0,23 MS-NS 17,38 3,4 1,5 22,31 4,3 1 3,1 0,73 NS-OS 14,59 2,7 1,5 35,2 4,3 1 2,2 0,82 OS-PS 11,8 2,1 1,5 9,8 4,3 1 1,4 0,18 PS-QS 9,44 2,5 1,25 25,54 4,3 1 2,4 0,66 QS-RS 7,08 1,8 1,25 16,2 3,3 1 1,4 0,26 RS-SS 4,72 1,8 1 5,91 3,3 1 1,8 0,14 SR-RR 4,72 1,8 1 5,92 3,3 1 1,8 0,14 RR-QR 7,08 1,8 1,25 16,13 3,3 1 1,4 0,26 QR-PR 9,44 2,5 1,25 25,59 4,3 1 2,4 0,66 PR-OR 11,8 2,1 1,5 9,73 4,3 1 1,4 0,18 OR-NR 14,59 2,7 1,5 35,21 4,3 1 2,2 0,82 NR-MR 17,38 3,4 1,5 22,31 4,3 1 3,1 0,73 MR-LR 19,74 2,2 1,5 15,91 5,5 1 1,1 0,23 LR-BR 22,1 2,4 2 31 6,5 2 1,2 0,50
121
Lanjutan-Tabel 5.5
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss
Hf GPM FPS in ft ft Item ft.water/100ft
Ke Kamar
CS1
3,58 2,4 0,75
3,28 5,5 1
4
0,19
CR1 5,91 5,5 1 0,29
KS1 10,15 3,3 1 0,44
KR1 8,26 3,3 1 0,36
NR2&OR2 2,79 1,9 0,75
10,51 4,3 1 2,8
0,34
NS2&OS2 9,22 4,3 1 0,30
DS1&ES1
2,36 1,5 0,75
3,15
5,5 1
1,6
0,11
FS1&GS1 4,3 1 0,09
HS1&IS1 4,3 1 0,09
JS1-SS2 3,3 1 0,08
RS2-QS2 3,3 1 0,08
PS2-OS2 4,3 1 0,09
NS2&MS2 4,3 1 0,09
LS2 5,5 1 0,11
DR1&ER1
5,28
5,5 1 0,14
FR1&GR1 4,3 1 0,13
HR1&IR1 4,3 1 0,13
JR1-SR2 3,3 1 0,12
RR2-QR2 3,3 1 0,12
PR2-OR2 4,3 1 0,13
NR2&MR2 4,3 1 0,13
LR2 5,5 1 0,14
KS2 3,39 3,3 1 0,09
SS1 19,31 3,3 2 0,37
KR2 2,24 3,3 1 0,07
SR1 21,45 3,3 2 0,41
122
Gambar 5.6 Sistem Perpipaan Lantai III Hotel Santika Yogyakarta jalur 3
2,36 GPM
2,36 GPM
2,36 GPM
3,58 GPM
3,58 GPM
2,36 GPM
2,79 GPM
AS
1
BS
CS
DS
ES
FS
GS
HS
IS
JS
KS
LS
MS
NS
OS
PS
QS
RS
SS
KR
JR
IR
HR
GR
FR
ER
DR
CR
BR
LR
MR
NR
OR
PR
QR
RR
SR
AR
1
1
1
1
1
1
1
1 2
1
2
2
2
2
2
2
2
2
123
5.3.3 Sistem Perpipaan Jalur IV
Sistem perpipaan jalur IV digunakan untuk menyuplai 1 unit AHU dan
15 unit FCU. AHU-3 mendinginkan 18 Standard Room, 1 Deluxe Room, 1
suite room dan sebagian koridor. Pada sistem perpipaan jalur IV juga
terdapat belokan 90o dan percabangan. Panjang ekuivalen untuk belokan
dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Skema perpipaan jalur IV lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
dapat dilihat pada Gambar 5.7. Setiap unit penyegar untuk Standard Room
mendapat 2,36 GPM air pendingin, unit penyegar untuk Suite Room
mendapat 2,69 GPM, unit penyegar untuk Accounting Room mendapat 1,86
GPM dan AHU-3 mendapatkan 54,78 GPM. Setelah dilakukan pembacaan
grafik pada Gambar 5.2, maka diperoleh data-data menggunakan excel yang
ditunjukan melalui Tabel 5.6.
124
Tabel 5.6 Tabel Perhitungan Friction Loss dan Pressure Drop untuk Perpipaan Jalur 4
Section Debit Kecepatan Dia. Panjang E.L. No Friction loss Hf GPM FPS in ft ft Item ft.water/100ft A-B 90,89 4,2 3 222,88 8 4 2 5,10 B-C 88,53 4 3 28,34 8 1 1,8 0,65 C-D 86,17 3,8 3 5,76 8 1 1,7 0,23 D-E 83,81 3,7 3 29,01 8 1 1,7 0,63 E-F 81,45 3,6 3 5,62 8 1 1,6 0,22 F-G 79,09 3,5 3 29,1 8 1 1,5 0,56 G-H 76,73 3,3 3 6,2 8 1 1,3 0,18 H-I 19,59 3,5 1,5 17,41 8 2 3,4 1,14 I-J 17,23 3,2 1,5 19,93 4,3 2 2,8 0,80 J-K 14,87 2,7 1,5 5,64 4,3 1 2,1 0,21 K-L 10,15 1,8 1,5 16,16 4,3 2 1,2 0,30 L-M 5,43 2,2 1 21,05 4,3 2 2,5 0,74 N-O 5,43 2,2 1 13,62 4,3 2 2,5 0,56 O-P 10,15 1,8 1,5 16,16 4,3 2 1,2 0,30 P-Q 14,87 2,7 1,5 5,86 4,3 1 2,1 0,21 Q-R 17,23 3,2 1,5 16,45 4,3 2 2,8 0,70 R-S 19,59 3,5 1,5 17,47 8 2 3,4 1,14 S-T 76,73 3,3 3 5,76 8 1 1,3 0,18 T-U 79,09 3,5 3 29,15 8 1 1,5 0,56 U-V 81,45 3,6 3 5,62 8 1 1,6 0,22 V-W 83,81 3,7 3 29,01 8 1 1,7 0,63 W-X 86,17 3,8 3 5,76 8 1 1,7 0,23 X-Y 88,53 4 3 28,36 8 1 1,8 0,65 Y-Z 90,89 4,2 3 241,11 8 4 2 5,46
CABANG H-2 54,78 3,8 2,5 6,2 8 1 2 0,28 S-2 4,05 8 1 0,24
B-1&C-1
2,36 1,7
0,75
3,15
8 1
1,6
0,18 D-1&E-1 8 1 0,18 F-1&G-1 8 1 0,18 H-1&I-1 8 1 0,18 J-1&K-1 4,3 1 0,12 L-1&O-2 4,3 1 0,12
P-2 4,3 1 0,12 O-1&L2
5,28
4,3 1 0,15 P-1&K2 4,3 1 0,15 Q-1&R-1 4,3 1 0,15 S-1&T-1 8 1 0,21 U-1&V-1 8 1 0,21 W-1&X-1 8 1 0,21
Y-1 8 1 0,21 M-1
2,69 1,6
6,25
4,3
1
2,3
0,24 M-2 6,49 1 0,25 N-1 8,3 1 0,29 N-2 4,41 1 0,20
125
Gambar 5.7 Sistem Perpipaan Lantai III Hotel Santika Yogyakarta jalur 4 A
B C D E F G H I
J
K
L
M
N
O
P
R S T U V W X Y
Z
Q 54,78 GPM
2,36 GPM
2,36 GPM
2,36 GPM
2,69 GPM
2,69 GPM
2
2
1
1
1
1 1 1 1 1 1 1 1
1 2
126
5.4 Perhitungan Head Pompa Lantai I Hotel Santika Premiere Yogyakarta
5.4.1 Perhitungan Head Pompa jalur 1
Skema perpipaan pada perpipaan jalur 1 dapat dilihat pada Gambar 5.4.
Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur I saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa1-B-C-D-E-F-G-H-I-J-AHU1-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T.
Pompa1-B
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 65,98 ft dengan diameter 3
inchi dan mengalirkan air sebanyak 69,8 GPM. Pada Tabel 5.3 diketahui
bahwa rugi-rugi gesekan 1,2 ft . w/100ft dan pada saluran ini terdapat
sambungan siku standar sebanyak 3 buah. Pada Tabel 5.2 didapatkan
ekivalen 90o elbow standard sebesar 8 ft dengan rugi-rugi gesek sebesar 1,2ft
. w/100ft, maka rugi-rugi tekanan pada dua sambungan siku standar adalah :
Hf = [L + (E.L x n)] x FL ................................................. (5.2)
dengan :
Hf = Head pompa (ft w)
L = Panjang (ft)
E.L = Ekivalen panjang (ft)
n = Jumlah belokan
FL = Rugi-rugi gesekan (ft . w/100ft)
Hf = [65,98 ft + (8 ft x 3)] x 1,2 ft.w/100 ft
= 1,08 ft.w
127
Perhitungan Head pompa untuk saluran lain juga menggunakan cara
yang sama yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil
perhitungan Head pompa untuk jalur 1 dapat dilihat dari Tabel 5.3. Dari
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh Hf total jalur 1
sebesar 10,33 ft w.
5.4.2 Perhitungan Head Pompa jalur 2
Skema perpipaan pada perpipaan jalur 2 dapat dilihat pada Gambar 5.5.
Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur 2 saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa2-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-K1-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-U.
Pompa2-B
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 31,53 ft dengan diameter
3,5 inchi dan mengalirkan air sebanyak 100,64 GPM. Pada Tabel 5.4
diketahui bahwa rugi-rugi gesekan 1,3 ft . w/100ft dan pada saluran ini
terdapat sambungan siku standar sebanyak 3 buah. Pada Tabel 5.2 didapatkan
ekivalen 90o elbow standard sebesar 9,5 ft dengan rugi-rugi gesek sebesar
1,3 ft . w/100ft, maka rugi-rugi tekanan pada dua sambungan siku standar
adalah :
Hf = [31,53 ft + (9,5 ft x 5)] x 1,3 ft.w/100 ft
= 1,03 ft.w
Perhitungan Head pompa untuk saluran lain juga menggunakan cara
yang sama yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil
128
perhitungan Head pompa untuk jalur 2 dapat dilihat dari Tabel 5.4. Dari
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh Hf total jalur 2
sebesar 8,97 ft w.
5.4.3 Perhitungan Head Pompa jalur 3
Skema perpipaan pada perpipaan jalur 3 dapat dilihat pada Gambar 5.6.
Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur 3 saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa3-BS-CS-DS-ES-FS-GS-HS-IS-JS-KS-KS1-KR1-JR-IR-HR-GR-FR-
ER-DR-CR-BR-AR.
Pompa3-BS
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 18,83 ft dengan diameter
2,5 inchi dan mengalirkan air sebanyak 48,19 GPM. Pada Tabel 5.5 diketahui
bahwa rugi-rugi gesekan 1,5 ft . w/100ft dan pada saluran ini terdapat
sambungan siku standar sebanyak 3 buah. Pada Tabel 5.2 didapatkan
ekivalen 90o elbow standard sebesar 6,5 ft dengan rugi-rugi gesek sebesar
1,5 ft . w/100ft, maka rugi-rugi tekanan pada dua sambungan siku standar
adalah :
Hf = [18,83 ft + (6,5 ft x 3)] x 1,5 ft.w/100 ft
= 0,57 ft.w
Perhitungan Head pompa untuk saluran lain juga menggunakan cara
yang sama yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil
perhitungan Head pompa untuk jalur 3 dapat dilihat dari Tabel 5.5. Dari
129
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh Hf total jalur 3
sebesar 8,55 ft w.
5.4.4 Perhitungan Head Pompa jalur 4
Skema perpipaan pada perpipaan jalur 4 dapat dilihat pada Gambar 5.7.
Perhitungan Head Pompa yang akan digunakan mengacu pada saluran pipa
yang terpanjang. Pada jalur 4 saluran pipa yang terpanjang adalah melalui
Pompa4-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-M1-N-O-P-Q-R-S-T-U-V-W-X-Y-Z.
Pompa4-B
Saluran ini memiliki pipa lurus sepanjang 222,88 ft dengan diameter
3 inchi dan mengalirkan air sebanyak 90,89 GPM. Pada Tabel 5.6 diketahui
bahwa rugi-rugi gesekan 2 ft . w/100ft dan pada saluran ini terdapat
sambungan siku standar sebanyak 4 buah. Pada Tabel 5.2 didapatkan
ekivalen 90o elbow standard sebesar 8 ft dengan rugi-rugi gesek sebesar 2 ft .
w/100ft, maka rugi-rugi tekanan pada dua sambungan siku standar adalah :
Hf = [222,88 ft + (8 ft x 4)] x 2 ft.w/100 ft
= 5,1 ft.w
Perhitungan Head pompa untuk saluran lain juga menggunakan cara yang
sama yaitu dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh hasil
perhitungan Head pompa untuk jalur 4 dapat dilihat dari Tabel 5.6 Dari
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel diperoleh Hf total jalur 4
sebesar 22,17 ft w.
130
5.5 Sistem Ducting Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
Ducting yaitu Sebuah saluran yang mengalirkan/medistribusikan udara dari
mesin penyegar udara ke lubang keluaran dalam suatu ruangan, dari lubang hisap
ke mesin penyegar udara, mengalirkan udara segar masuk ke penyegar udara, atau
mengalirkan udara kotor untuk dibuang keluar ruangan.
Dalam perancangan sistem saluran udara (ducting), hal pertama yang perlu
diperhitungkan adalah ukuran saluran yang akan digunakan. Metode perancangan
saluran udara ada beberapa macam, tetapi yang digunakan di dalam perancangan
ini adalah metode gesekan sama.
Sistem ducting pada Hotel Santika Premiere Yogyakarta lantai III ini
dirancang menggunakan metode gesekan sama. Dasar dari metode ini adalah
besar rugi-rugi gesek rata-rata per satuan panjang saluran udara saluran udara
yang telah ditentukan sebelumnya. Besar rugi-rugi gesekan yang telah ditentukan
biasanya didasarkan pada kecepatan maksimum udara yang diijinkan di saluran
udara utama dari fan. Hal ini bertujuan untuk mencegah suara bising yang
ditimbulkan akibat aliran udara.
Untuk menentukan besar ukuran saluran udara yang akan digunakan, perlu
dilakukan langkah-langkah adalah sebagai berikut :
1. Menentukan AHU yang sesuai dengan beban pendinginan yang telah didapat
dari perhitungan.
2. Menggambarkan skema ducting bersama panjang pada setiap bagian. Biasanya
digambarkan secara sederhana untuk mempermudah perhitungan.
131
3. Menentukan jumlah kapasitas udara yang mengalir sebelum akhirnya
dikeluarkan ke ruangan.
4. Menentukan kecepatan udara rancangan untuk saluran udara utama, yaitu yang
langsung dihembuskan oleh fan. Kecepatan udara ini dapat ditentukan dari
Tabel 5.7.
5. Menentukan rugi-rugi gesekan pada saluran udara utama. Rugi-rugi gesekan ini
dapat ditentukan melalui gambar 5.8. rugi-rugi gesekan yang telah diperoleh
digunakan sebagai acuan untuk menentukan ukuran saluran udara. Dengan kata
lain semua saluran udara memiliki rugi-rugi gesekan yang sama.
6. Ukuran diameter saluran udara (equivalent round duct) juga ditentukan melalui
gambar 5.8.
7. Setelah diperoleh ukuran diameter saluran udara, maka ukuran saluran udara
dalam bentuk segi empat (rectangular sizes) dapat ditentukan menggunakan
gambar 5.9.
132
Tabel 5.7 Recommended maximum duct velocity for low velocity system (FPM)
(Handbook of Air Conditioning System Design, Table 2)
APPLICATION
CONTROLLING FACTOR CONTROLLING FACTOR-DUCT FRICTION
NOISE GENERATION Main ducts Branch Ducts Main Ducts Supply Return Supply Return
Residences 600 1000 800 600 600 Apartments
1000 1500 1300 1200 1000 Hotel Bedrooms Hospital Bedrooms Private Offices
1200 2000 1500 1600 1200 Directors Rooms Libraries Theatres
800 1300 1100 1000 800 Auditoriums General Offices
1500 2000 1500 1600 1200 High Class Restaurants High Class Stores Banks Averages Stores
1800 2000 1500 1600 1200 Cafetarias Industrial 2500 3000 1800 2200 1500
133
Gambar 5.8 Friction Loss For Air Flow in Galvanized Steel round Ducts
(Air Conditioning Principles and systems, Edward G. Pita, Fig 8.21)
134
Gambar 5.9 Equivalent round duct sizes
(Air Conditioning Principles and systems, Edward G. Pita, Fig 8.23)
135
Gambar 5.10 Sistem ducting untuk AHU I lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
A B C D
I
J
K
L N
M O
P
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
25 CFM 25 CFM 25 CFM 25 CFM
E F G H
1 2
1 2 1 2
1 2 1 2
1 2
1 2
1 2
136
5.5.1 Perancangan Ducting untuk AHU I
Dalam perancangan saluran pendistribusian udara (ducting) untuk lantai
III Hotel Santika Premiere Yogyakarta digunakan 3 unit AHU (AHU I, AHU
II, AHU III). Besarmya beban pendinginan yang dikondisikan oleh AHU I
adalah 128534,59 BTU/hr atau 10,71 TR. Gambar sistem ducting AHU I
dapat dilihat dari Gambar 5.10. Kecepatan udara ditentukan adalah 1000
diambil dari Tabel 5.7. Total kapasitas aliran AHU disini adalah 740 CFM.
Hasil perhitungan ducting dapat dilihat dari Tabel 5.8
Tabel 5.8 Hasil perhitungan ducting AHU I lantai III
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
AHU-A 740 1000 0,1 12 12x10 A-B 715 990 0,1 11,5 12x9,5 B-C 555 940 0,1 10,5 10x9 C-D 530 910 0,1 10 10x8,25 D-E 370 850 0,1 9 9x7,5 E-F 210 740 0,1 7,5 7x6,5 F-G 185 710 0,1 7 7x6 G-H 25 430 0,1 3,5 3,5x3,5
CABANG B-I&B-J
80 570 0,1 5 4,75x4,5 D-K&D-L E-M&E-N G-O&G-P
I1&I2
40 480 0,1 4 3,75x3,5
J1&J2 K1&K2 L1&L4
M1&M2 N1&N2 O1&O2 P1&P2
137
Gambar 5.11 Sistem ducting untuk AHU II bagian A lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
AO
AA
AB AC AD AE AF AG
AN
AU
AK
AS
AT AR
AQ
AH
AM
AJ AI AL
AP
40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM 40 CFM
80 CFM
35 CFM
35 CFM 35 CFM
35 CFM
16 CFM
16 CFM
16 CFM
16 CFM
16 CFM
2 1 2 1 2 1
2 1
138
Gambar 5.12 Sistem ducting untuk AHU II bagian B lantai III
Hotel Santika Premiere Yogyakarta
BA
BC
BO
BD
BE
BF
BG
BH
BJ BI
BX
BM
BL
BK BP
BQ
BU
BR
BV
BS
BW
BT
BN
40 CFM
40 CFM 40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
80 CFM 40 CFM
40 CFM
16 CFM
16 CFM
16 CFM
BY
20 CFM
20 CFM
20 CFM
20 CFM
20 CFM
20 CFM
16 CFM
16 CFM
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
139
5.5.2 Perancangan Ducting untuk AHU II
Besarmya beban pendinginan yang dikondisikan oleh AHU II adalah
217936,59 BTU/hr atau 25,44 TR. Gambar sistem ducting AHU III dapat
dilihat dari Gambar 5.11 dan 5.12. Kecepatan udara ditentukan adalah 1000
diambil dari Tabel 5.7. Total kapasitas aliran AHU disini adalah 2060 CFM.
Hasil perhitungan ducting dapat dilihat dari Tabel 5.9 dan 5.10
Tabel 5.9 Hasil perhitungan ducting AHU II bagian A lantai III
Section CFM v friction loss eq rect duct
ft/ mnt in.w/100ft D.in in AHU-AA 1380 1000 0,09 16 13x16,5 AA-AB 1364 1000 0,09 16 13x16,5 AB-AC 668 850 0,09 12 12x10 AC-AD 588 800 0,09 11 12x8,5 AD-AE 572 800 0,09 11 12x8,5 AE-AF 352 720 0,09 9,5 9x8,5 AF-AG 336 720 0,09 9,5 9x8,5 AG-AH 176 600 0,09 7,5 7x6,75 AH-AN 96 520 0,09 6 5x6 AN-AP 80 500 0,09 5,5 5x5
CABANG AB-AU 696 850 0,09 12,5 12x11 AE-AK 140 560 0,09 6,7 6,5x6 AK-AS 70 470 0,09 5,3 5x4,5 AK-AQ AS-AT 35 400 0,09 4 3,75x3,5 AQ-AR AC-AI
80 500 0,09 5,5 5x5 AE-AJ AG-AL AG-AM AH-AO
AI1&AI2
40 410 0,09 4,3 3,75x4 AJ1&AJ2 AL1&AL2
AM1&AM2 AO1&AO2
Grill Koridor 16 320 0,09 3 3x3
140
Tabel 5.10 Hasil perhitungan ducting AHU II bagian B lantai III
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
AU-BA 680 850 0,09 12 12x10 BA-BC 352 720 0,09 9,5 9x8,5 BC-BE 232 650 0,09 8,2 7,5x7,5 BE-BG 216 640 0,09 8 7,5x7 BG-BH 136 560 0,09 6,7 6,5x6 BH-BI 126 550 0,09 6,5 6x6 BI-BN 40 410 0,09 4,3 3,75x4
CABANG BA-BO 328 700 0,09 9,2 8,5x8,5 BO-BD 312 700 0,09 9,2 8,5x8,6 BD-BF 242 650 0,09 8,2 7,5x7,5 BF-BQ 216 640 0,09 8 7,5x7 BQ-BJ 96 520 0,09 6 5x6 BC-BK 120 550 0,09 6,5 6x6 BJ-BX
80 500 0,09 5,5 5x5 BK2
BG-BL BI-BM BD-BP
BK1
40 410 0,09 4,3 3,75x4
BL1&BL2 BM1&BM2 BP1&BP2 BX1&BX2
BU-BV BR-BS BY-BU 60 460 0,09 5 4,5x4,5 BY-BR BV-BW 20 350 0,09 3,4 3,25x3,25 BS-BT
Grill Koridor 16 320 0,09 3 3x3
141
Gambar 5.13 Sistem ducting untuk AHU III lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta
A
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
40 CFM
B
5 4 3 O
1
6 7 8
C
P
R
2 1 Q
D F E
G 2
1
I H
J K
L
M
N
40 CFM 80 CFM 2
20 CFM
20 CFM
20 CFM 20 CFM
20 CFM
40 CFM
S
T 1
2 3
1
1
1
2
2
142
5.5.3 Perancangan Ducting untuk AHU III
Besarmya beban pendinginan yang dikondisikan oleh AHU III adalah
181276,84 BTU/hr atau 20,54 TR. Gambar sistem ducting AHU III dapat
dilihat dari Gambar 5.13. Kecepatan udara ditentukan adalah 1000 diambil
dari Tabel 5.7. Total kapasitas aliran AHU disini adalah 1060 CFM. Hasil
perhitungan ducting dapat dilihat dari Tabel 5.11
Tabel 5.11 Hasil perhitungan ducting AHU III lantai III
Section CFM v friction loss eq rect duct
ft/ mnt in.w/100ft D.in in AHU-A 1060 1000 0,11 14 13,5x8,5
A-B 380 780 0,11 9,5 9x8,5 B-C 360 750 0,11 9 8x8,5 C-D 340 750 0,11 9 8x8,6 D-S 300 740 0,11 8,6 8x7,5 S-E 280 740 0,11 8,6 8x7,5 E-F 160 630 0,11 6,8 6,5x6 F-G 140 610 0,11 6,5 5,75x6 G-H 60 500 0,11 4,8 4,5x4,5 H-I 40 450 0,11 4,2 3,75x4
CABANG A-J 360 750 0,11 9 8x8,5 J-K 340 750 0,11 9 8x8,6 K-L 300 740 0,11 8,6 8x7,5 L-M 220 700 0,11 7,8 7x7 M-N 200 680 0,11 7,5 6,5x7 N-T 120 590 0,11 6 5x6 E-Q 120 590 0,11 6 5x6 F-R 20 370 0,11 3,2 3x3 A-O 320 740 0,11 8,6 8x7,5 O-O3 240 700 0,11 7,8 7x7
O3-O4 200 680 0,11 7,5 6,5x7 O4-O5 160 630 0,11 6,8 6,5x6 O5-O6 120 590 0,11 6 5x6 O6-O7 80 540 0,11 5,3 5x5
143
Lanjutan - Tabel 5.11
Section CFM v friction loss eq rect duct ft/ mnt in.w/100ft D.in in
O7-O8
40 450 0,11 4,2 3,75x4
O-O1&O-O2 D-P&K1 L1&L2 Q-Q2 T&T1 T&T2 T&T3
G1&G2 Grill Koridor 20 370 0,11 3,2 3x3
BAB VI
LANGKAH-LANGKAH MENGHEMAT ENERGI
PADA HOTEL BERBINTANG
6.1 Langkah-langkah Menghemat Energi Pada Hotel Berbintang
Beberapa cara dapat dilakukan untuk menghemat energi: kebijakan
pengaturan pola operasi, modifikasi ringan, dan modifikasi yang menyeluruh. Jika
dilaksanakan, kebijakan pola-pola operasi akan dapat menghemat konsumsi
energi antara 5% sampai 10%, modifikasi ringan dapat menghemat energi 10%
sampai 20%, dan modifikasi menyeluruh akan dapat menghemat energi sampai
30%.
Kebijakan pengaturan pola-pola operasi relatif membutuhkan biaya rendah
bahkan bisa tidak berbiaya karena sebenarnya tidak melakukan modifikasi apa-
apa. Contohnya, mematikan alat jika tidak dipergunakan, membersihkan alat agar
dapat bekerja secara optimal, menurunkan jam kerja peralatan, dll. Untuk
modifikasi ringan, meskipun memerlukan biaya, tetapi pengeluarannya tidak
begitu besar. Misalnya memberikan alat kontrol, mengganti refrigerant, dll.
Sedangkan modifikasi yang sifatnya lebih menyeluruh membutuhkan biaya yang
cukup tinggi, karena harus mengganti peralatan yang boros energi dengan
peralatan yang hemat energi. Misalnya mengganti semua lampu lama dengan
lampu yang hemat energi, mengganti mesin AC yang hemat energi, dll.
145
Program hemat energi tidak dimaksudkan untuk mengurangi kenyamanan
tamu. Kenyamanan para tamu tetap dinomorsatukan. Program hemat energi
dilakukan untuk mencegah terjadinya pembuangan energi yang tidak semestinya.
6.1.1 Pergunakan FCU, AHU, atau AC Paket Seoptimal Mungkin
Untuk AC kamar, sistemnya adalah AC sentral. Mematikan AC kamar
berarti mematikan kipas-angin FCU (Fan Coil Unit) di kamar bersangkutan.
Sedangkan AC ruangan besar, berarti mematikan blower AHU (Air
Handling Unit) ruangan bersangkutan. Jadi chiller tetap bekerja dan
sirkulasi air dingin tetap berlangsung. Jika kipas angin atau blower mati,
maka air dingin tidak akan menyedot panas ruangan kamar. Untuk ruangan
dengan sistem AC paket, mematikan AC berarti mematikan keseluruhan
kerja AC window, AC split, AC floor mounted, atau Rooftop liquid chiller,
sesuai dengan AC yang ada di ruangan itu. Pola operasi yang harus
dilakukan adalah, gunakan AC ketika diperlukan dan matikan AC ketika
tidak dipergunakan.
Jika AC kamar tidak dipergunakan, AC dimatikan, pelaksanaannya
dapat diserahkan pada tamu hotel sendiri atau dapat diserahkan kepada staf
karyawan hotel. Ketika tamu keluar dalam waktu yang cukup lama, dan jika
146
tamu lupa untuk mematikan AC, maka staf karyawan dapat bekerja untuk
mematikan AC ruang kamar. Sedangkan untuk ruang-ruang hotel besar yang
dipergunakan untuk segala macam kegiatan, pekerjaan mematikan blower
dapat diserahkan pada staf karyawan.
6.1.2 Menurunkan Jumlah Jam Kerja Mesin Pendingin
Salah satu alternatif untuk menghemat energi dilakukan dengan
menurunkan jam kerja chiller. Pihak hotel dapat melakukan pemilihan
kapan waktu yang tepat untuk mematikan/menghentikan kerja chiller, yang
dirasa tidak mengganggu kenyamanan para tamu hotel.
6.1.3 Mencegah Pemasukan Udara dari Luar Gedung
Udara di luar gedung hotel mempunyai kondisi yang berbeda dengan
kondisi udara di dalam ruangan ber-AC. Perbedaannya terletak pada suhu
dan kelembabannya. Suhu udara luar dapat mencapai suhu yang tinggi,
misalnya 34°C dengan kelembaban udara sekitar 85%. Jika udara luar
gedung hotel masuk ke dalam ruangan ber-AC, maka kondisi udara luar ini
selain harus diturunkan suhunya pada suhu standar (24°C-26°C), juga harus
diturunkan kelembabannya pada RH standar 55%-60%.
Udara dari luar gedung dapat masuk ke dalam ruangan melalui banyak
cara, misalnya lewat pintu, jendela, dan celah celah udara. Karenanya pintu
jendela (meskipun dapat dibuka) tidak dibuka ketika AC dihidupkan. Udara
segar sudah disediakan untuk ruangan yang dikondisikan udaranya dengan
147
sistem sentral, jadi tidak perlu kuatir kekurangan oksigen. Kecuali untuk
ruangan yang mempergunakan jenis AC paket (kebutuhan udara segar
diserahkan pada penghuni ruangan). Pintu masuk hotel (atau semua pintu
yang berbatasan dengan udara luar hotel) juga harus diperhatikan, udara
harus dikontrol agar udara luar yang masuk tidak terlalu banyak, atau
melebihi debit udara rancangan. Kecuali jika sudah dirancang dengan "tirai
udara dingin" pada pintu masuk. Prinsipnya udara yang masuk dari luar
gedung hotel diusahakan seminim mungkin. Jika mungkin tidak ada udara
luar yang masuk ke dalam ruangan ber-AC.
6.1.4 Mengurangi Pemakaian Peralatan/Bahan yang Mampu Menimbulkan Panas.
Banyak peralatan dalam ruangan yang mampu menimbulkan panas atau
kalor, seperti lampu, televisi, komputer, kipas angin, kulkas (kondenser-
kulkas). Semua peralatan listrik ketika bekerja akan menimbulkan efek
panas yang tidak dapat dihindarkan. Dalam sistem pengkondisian udara,
munculnya panas/kalor harus diusahakan sedikit mungkin dan sesingkat
mungkin.
Pola operasi yang dipergunakan adalah, jika lampu tidak terpakai,
lampu dimatikan. Nyalakan lampu pada saat diperlukan. Pada saat ruangan
kamar ditinggalkan tamu, lampu kamar sebaiknya dirancang secara otomatis
padam. Saat ini kemajuan teknologi dapat menciptakan peralatan yang dapat
membantu mengendalikan lampu. Gunakan teknologi pengendali
penerangan, misalnya photocell (ketika cahaya alami lemah, sensor ini
148
secara otomatis akan menghidupkan lampu, dan sebaliknya) atau sensor
gerakan (akan menghidupkan/mematikan lampu berdasarkan gerakan
manusia, cocok untuk lampu di koridor). Pesawat televisi dan video, jika
tidak ditonton, hendaknya dimatikan. Hindari kondisi stand by ketika TV
tidak dipergunakan dalam waktu yang lama. Demikian juga dengan kipas
angin, tape compo jika tidak dipakai, dimatikan dan gunakan pada saat
diperlukan saja. Semua peralatan kantor yangdapat merupakan sumber
panas, seperti komputer dimatikan ketika tidakdipergunakan. Dan gunakan
semua peralatan listrik yang hemat energi.
Jika ruangan sudah terang karena adanya pencahayaan matahari melalui
dinding kaca, sebaiknya lampu dimatikan saja. Tentunya dengan rancangan
dinding kaca yang baik sehingga aliran kalor yang menembus melalui
dinding kaca kecil. Penurunan jam kerja lampu akan dapat menurunkan
"sedotan kalor" yang akhirnya akan menghemat energi. Pemakaian lampu
yang dikurangi dari 12 jam per hari menjadi 10 jam per hari bisa menghemat
70 persen dari biaya listrik. Untuk hotel berbintang, bisa menghemat biaya
sebesar Rp 6 juta per bulan. Penghematan ini tidak butuh investasi besar,
hanya membutuhkan kedisiplinan staf hotel (Kompas, 13 Mei 2005).
6.1.5 Mengganti lampu
Dari segi keindahan dan warna yang dihasilkan, lampu pijar memang
menarik, terutama untuk lampu meja dan ruang kamar mandi. Karenanya
masih banyak hotel mempergunakan lampu pijar untuk penerangannya. Tapi
149
sebenarnya lampu pijar boros energi, hampir 85% daya yang dikonsumsi
lampu pijar diubah menjadi panas dan bukannya menjadi cahaya. Lampu
jenis TL sebenarnya lebih hemat energi, tetapi penggunaan lampu TL
menuntut adanya ballast yang memakan daya. Ballast pada lampu TL
(neon) dipergunakan untuk pengatur voltase.
Lampu merupakan kebutuhan yang harus ada, maka langkah untuk
menghemat energi adalah dengan cara mengganti lampu yang yang lama
dengan lampu yang hemat energi, seperti mengganti dengan jenis CFL.
Lampu jenis ini dapat menghemat energi hingga 80%. Sekarang banyak
sekali lampu hemat energi yang dijual di pasaran. Dengan lampu CFL,
jumlah lampu yang terpasang akan menjadi lebih sedikit. Lampu pijar
mempunyai 10-20 lumen per watt (Ipw), sedangkan lampu jenis CFL
mempunyai 50-60 Ipw. Meski harga awal lampu CFL lebih mahal tetapi
untuk jangka panjang, lampu CFL tetap lebih hemat dari lampu pijar. Jika
masih mempertahankan lampu TL, maka untuk menghemat energi, gunakan
lampu TL dengan ballast elektronik. Jenis lampu ini mampu mengurangi
konsumsi listrik hingga 30% dibandingan dengan lampu TL yang
mempergunakan ballas konvensional.
Membersihkan lampu dari debu yang melekat juga diperlukan, agar
kekuatan penerangan yang dihasilkan tidak berkurang. Debu pada lampu,
dapat menurunkan produksi lumen hingga 5%. Terkadang orang lebih
tertarik menambah jumlah lampu ketika yang seharusnya dilakukan adalah
150
membersihkan lampu yang sudah ada. Menambah lampu ketika tidak
diperlukan merupakan tindakan pemborosan energi.
6.2 Pemeliharaan Rutin terhadap Chiller
Pemeliharaan rutin pada sistem AC sentral tidak jauh berbeda dengansistem
AC paket, dengan tujuan utama memaksimalkan kinerja mesin. Kipas angin, filter
udara FCU, blower, filter udara AHU, pipa air dingin perlu dibersihkan.
Pelumasan pada benda yang berputar perlu dilakukan. Pada chiller demikian juga,
pelumasan kompresor, pengisian refrigeran, pembersihan pipa kondenser yang
mungkin timbul kerak, demikian juga pipa-pipa evoporator. Perawatan rutin kipas
angin, dan pompa sirkulasi pada sistem hidronik, semua juga dilakukan.
BAB VII
KESIMPULAN
Dari hasil perancangan sistem pengkondisian udara pada Hotel Santika Premiere
Yogyakarta yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data-data sebagai berikut:
1. Kondisi udara
- Kondisi di dalam ruangan
Temperatur bola kering : 26,6 oC (80 oF)
Kelembaban relatif rata-rata (RH) : 50%
- Kondisi di luar ruangan
Temperatur bola kering : 35 oC (95 oF)
Temperatur bola basah :28 oC (82,4 oF)
2. Beban pendinginan total pada Lantai III Hotel Santika Premiere Yogyakarta adalah
57,16 TR atau 685924,24 BTU/hr.
3. Air Cooled Chiller yang digunakan adalah Air Cooled Chiller buatan Carrier
30GTN-060PW.
4. AHU (Air Handling Unit) yang digunakan adalah
AHU I : Carrier 39G 0914
AHU II : Carrier 39G 1319
AHU III : Carrier 39G 1118
151
5. FCU (Fan Coil Unit) yang digunakan adalah
FCU Standard Room : Carrier 42 CMX 004
FCU Deluxe Room : Carrier 42 CMX 006
FCU Suite Room : 2 bh Carrier 42 CMX 004
FCU President Suite Room : 2 bh Carrier 42 CMX 004
FCU Accounting Room : 3 bh Carrier 42 CMX 004
6. Sistem perpipaan yang digunakan pada Hotel Santika Premiere Yogyakarta adalah
Two Pipe Direct Return System sehingga air pendingin yang masuk ke setiap unit
penyegar udara mempunyai temperatur yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Evan. Sistem Pengkondisian Udara Hotel Santika Premiere Yogyakarta Lantai II.
FST-Universitas Sanata Dharma, 2010
Handbook of Air Conditioning System,Carrier Air Conditioning Company
Pita, Edward G. Air Conditioning Principles and System An Energy Approach. New
York,1981.
Product Data Carrier International Sdn. Bhd. Malaysia
Purwadi, PK. Arah Reformasi Indonesia; Beberapa Langkah Penghematan Energi
Untuk Sistem AC Pada Hotel Berbintang. Yogyakarta : LPPM USD
Yogyakarta
Saito, Heizo. Alih bahasa : Wiranto Arismunandar. Penyegaran Udara. Jakarta :
Pradnya Paramita, 1980.
Shanghai Tonghui Carrier Air-Conditioning Equipment Co., LTD
Sugarman, Samuel C., 1946. HVAC fundamentals
Wang, Shan K. Handbook of Air Conditioning And Refrigeration. New York : Mc
Graw Hill.