Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SISTEM PAKAR PENYAKIT ANJING MENGGUNAKAN METODE FUZZY
(SKRIPSI)
Oleh
ALFPINKA MUTIA RAHMANITA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2019
ABSTRACT
DOG DISEASE EXPERT SYSTEM USING FUZZY METHOD
By
ALFPINKA MUTIA RAHMANITA Expert system is a system that can provide advice on a problem contained in an object of research in a particular field of expertise. Dogs are animals that are susceptible to disease. Public understanding of diseases in dogs is still low, so there are still many people who still rely on expertise from experts manually. This study aims to develop a system of Android-based dog disease experts. The inference method used is Fuzzy Mamdani. The research data used were 19 types of diseases and 69 symptoms. This study has 19 types of rules. This dog disease expert system can identify diseases suffered by dogs with an average accuracy rate of 76.57% according to dog experts, 83% dog lovers, and 86% according to Computer Science Students, University of Lampung. The average accuracy rate of this Dog Disease Expert System is 81.85%, included in the very good assessment criteria.
Keywords: Expert System, Dog Disease, Android, Fuzzy Mamdani.
ABSTRAK
SISTEM PAKAR PENYAKIT ANJING MENGGUNAKAN METODE
FUZZY
Oleh
ALFPINKA MUTIA RAHMANITA
Sistem pakar merupakan suatu sistem yang dapat memberikan saran pada suatu masalah yang terdapat di suatu objek penelitian bidang keahlian tertentu. Anjing merupakan hewan yang rentan terjangkit penyakit. Pemahaman masyarakat akan penyakit pada anjing masih rendah, sehingga masih banyak masyarakat yang masih mengandalkan keahlian dari pakar secara manual. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem pakar penyakit anjing berbasis Android. Metode inferensiyang digunakan adalah Fuzzy Mamdani. Data penelitian yang digunakan adalah 19 jenis penyakit dan 69 gejala. Penelitian ini terdapat 19 jenis aturan. Sistem pakar penyakit anjing ini dapat mengidentifikasi penyakit yang diderita anjing dengan tingkat keakuratan rata-rata sebesar 76,57% menurut pakar anjing, 83% pecinta anjing, dan 86% menurut Mahasiswa Ilmu Komputer Universitas Lampung. Rata-rata tingkat keakuratan dari Sistem Pakar Penyakit Anjing ini adalah 81,85%, termasuk dalam kriteria penilaian sangat baik. Kata Kunci: Sistem Pakar, Penyakit Anjing, Android, Fuzzy Mamdani.
Sistem Pakar Penyakit Anjing Menggunkan Metode Fuzzy
Oleh:
Alfpinka Mutia Rahmanita
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA KOMPUTER
Pada
Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
JURUSAN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG 2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 25 September 1996 di Bandar Lampung
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dengan Ayah bernama
Gunawan dan Ibu bernama Eka Yuni Harti.
Penulis menyelesaikan Pendidikan formal pertama kali di
Taman Kanak-kanak Al-Kautsar pada tahun 2002, kemudian melanjutkan
Pendidikan dasar di SD Al-Kautsar pada tahun 2008. Sekolah Menengah Pertama
(SMP) diselesaikan di SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2011. Penulis
melanjutkan Pendidikan kejenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA
Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan penulis pada tahun 2014.
Pada tahun 2014 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Semasa
kuliah, penulis terdaftar dalam organisasi HIMAKOM (Himpunan Mahasiswa
Ilmu Komputer) sebagai anggota Eksternal periode 2015/2016 dan 2016/2017.
Selama menjadi mahasiswa beberapa kegiatan yang dilakukan penulis antara lain :
1. Pada bulan Januari tahun 2015 penulis melaksanakan Karya Wisata Ilmiah
(KWI) di Desa Sidokaton Gisting, Kabupaten Tanggamus.
2. Pada Bulan Januari tahun 2017 penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Kiluan Negeri Kecamatan Kelumbayan Kabupaten
Tanggamus.
3. Pada Bulan Juli 2017 penulis melakukan kerja praktik di Dinas Pendidikan
Provinsi Lampung.
RIWAYAT HIDUP
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah Yang Maha Essa atas berkat dan kasih karunia-Nya
yang telah memberikan keyakinan serta kekuatan dalam setiap urusan dan
langkahku, kesehatan dan kesabaran serta keyakinan untuk ku dalam
menyelesaikan skripsi ini.
aku persembahkan karya kecil ku ini untuk:
kedua Orang Tua ku, adik ku serta keluarga besar ku
yang telah menjadi penyemangat ku serta motivasi dan inspirasi yang selalu
memberikan doa untuk ku.
Seluruh dosen-dosen ku, terkhusus dosen pembimbing ku
yang tak pernah lelah dan dengan sabar selalu memberikan motivasi serta
bimbingan kepada ku.
Untuk sahabat-sahabat seperjuangan ku, yang telah memberikan cerita,
dukungan serta kebahagiaan disetiap hariku. Selalu bersyukur dikelilingi dan
mememiliki orang-orang yang baik seperti kalian.
Aku selalu berusaha dan berdoa untuk mencapai titik kesuksesan, dan menjadikannya suatu pembelajaran hingga aku berhasil. Terimakasih semuanya.
MOTTO
“Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia
menyelesaikannya dengan baik”
[H.R Thabrani]
“Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kau berusaha menangkapnya, ia akan lari.
Tapi kalau kau membelakanginya, ia tak punya pilihan selain mengikutimu.”
[Ibnu Qayyim Al Jauziyyah]
“Ilmu pengetahuan itu bukanlah yang dihafal, melainkan yang memberi
manfaat.”
[Imam Syafi’I]
SANWACANA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Sistem
Pakar Penyakit Anjing Menggunakan Metode Fuzzy”. Skripsi ini disusun sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer di Jurusan Ilmu Komputer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Proses penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar jika tanpa ada pihak yang
membantu. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua Orang Tua tercinta, Mama Eka Yuni Harti dan Papa Gunawan yang
selalu mendoakan, memberikan dukungan dan semangat serta membantu
dalam bentuk moril maupun materil.
2. Bapak Aristoteles, S.Si., M.Si. sebagai Pembimbing I yang telah memberikan
motivasi, candaan, semangat serta bimbingan sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan.
3. Ibu Drh. Fitria Damayanti sebagai Pembimbing II yang telah memberikan
motivasi, saran, serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
4. Bapak Dwi Sakethi, M.Kom. selaku Penguji skripsi. Terima kasih atas
masukan, saran, serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
xiii
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan FMIPA Universitas
Lampung.
6. Bapak Dr. Ir. Kurnia Muludi, M.S.Sc. selaku Ketua Jurusan Ilmu Komputer
dan Pembimbing Akademik selama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Ilmu
Komputer Universitas Lampung.
7. Bapak Didik Kurniawan, S.Si., M.T. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu
Komputer, Fakultas MIPA, Universitas Lampung.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komputer yang telah memberikan ilmu
dan pengalaman yang bermanfaat bagi penulis.
9. Saudara kandung, Balqis Vania Gitta.
10. Para sahabat terbaik, A.A Gieniung Pratidina, Muhammad Angki Wijaya,
Adriani Susanto, Akbar Rismawan Tanjung, M. Juandika Rizky, M Doni
Syahtria, Muhammad Nur Falah, Muhammad Thomi Fadholi, Rahmat
Purnama, Rama Bayu Nugraha, Maria Kristina Silalahi, Reny Rosa Enjelica,
Sunita Agustina, Widyan Hasbi Pranata, Ghina Khansa Izzati, Rera Consta,
Mahardina Putri, Yuki Chiba, Galih, Tiara Sanedi, Murtika, dan Gading
terima kasih atas bantuan, dukungan dan motivasinya.
11. Para anggota Public Relations organisasi AIESEC UNILA yaitu Adriani
Susanto, Sahestina Susi, Abi Hasan Benjamin, Aulia Rahman, Syawalludin,
Tazqiyah Azizah yang selalu memberikan motivasi kepada penulis.
12. Seluruh teman-teman Ilmu Komputer 2014 Universitas Lampung.
13. Almamater tercinta, Universitas Lampung.
xiv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Namun besar harapan penulis semoga skripsi
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama teman-teman Ilmu
Komputer serta semua pihak yang membaca
Bandar Lampung, 25 April 2019
Alfpinka Mutia Rahmanita
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xix
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xxii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ............................................................................................. 4
1.4 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.5 Manfaat .......................................................................................................... 4
II. LANDASAN TEORI .......................................................................................... 5
2.1 Sistem Pakar ................................................................................................... 5
2.1.1 Komponen Sistem Pakar ......................................................................... 5
2.1.2 Ciri Ciri Sistem Pakar .............................................................................. 6
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Pakar .................................................................... 7
2.2 Jenis Penyakit ............................................................................................... 9
2.2.1 Cacingan ................................................................................................. 9
2.2.2 Cholangiohepatitis .................................................................................. 9
2.2.3 Constipation .......................................................................................... 10
2.2.4 Demodex ................................................................................................ 10
2.2.5 Rabies .................................................................................................... 11
2.2.6 Distemper .............................................................................................. 12
xvi
2.2.7 Exocrine Pancreatic Insufficiency (EPI) ............................................... 13
2.2.8 Gingivitis ............................................................................................... 14
2.2.9 Kennel cough ......................................................................................... 14
2.2.10 Megacolon ........................................................................................... 15
2.2.11 Otitis Externa and Media .................................................................... 16
2.2.12 Otitis Media and Interna ..................................................................... 17
2.2.13 Parvovirus ........................................................................................... 17
2.2.14 Protozoa .............................................................................................. 18
2.2.15 Pyodermatitis Supuratif (Hot Spot) ..................................................... 19
2.2.16 Pyometra ............................................................................................. 20
2.2.17 Rhinitis ................................................................................................. 20
2.2.18 Ringworm ............................................................................................ 21
2.2.19 Sarcoptes scabiei ................................................................................. 22
2.3 Metode Inferensi .......................................................................................... 22
2.3.1 Forward Chaining ................................................................................. 23
2.3.2 Backward Chaining ............................................................................... 23
2.4 Logika Fuzzy ................................................................................................ 24
2.4.1 Fuzzy Set ................................................................................................ 25
2.4.2 Proses Perhitungan Nilai Fuzzy ............................................................ 26
2.4.3 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Mamdani ............................................. 26
2.4.4 Perhitungan Nilai Kesesuaian ................................................................ 27
2.5 Metode Waterfall ......................................................................................... 27
2.6 Hypertext Prepocessor (PHP) ...................................................................... 29
2.7 Pengujian ...................................................................................................... 30
2.7.1 Black Box Testing .................................................................................. 30
2.8 Skala likert .................................................................................................. 30
III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 33
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...................................................................... 33
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................. 33
3.2.1 Alat ........................................................................................................ 33
xvii
3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 34
3.3 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 34
3.3.1 Study Literatur ....................................................................................... 34
3.3.2 Pengumpulan Data ................................................................................ 34
3.3.3 Pengembangan Sistem ........................................................................... 35
3.3.3.1 Perancangan UML .............................................................................. 36
a. Use Case Diagram ..................................................................................... 36
b. Activity Diagram ........................................................................................ 37
1. Activity Diagram Mengakses Menu Data Penyakit .................................... 38
2. Activity Diagram Mengakses Menu Diagnosa Penyakit ............................ 38
3. Activity Diagram Mengakses Menu Tentang ............................................. 39
4. Activity Diagram Mengakses Menu Bantuan ............................................. 40
c. Sequence Diagram ...................................................................................... 41
1. Sequence Diagram Mengakses Menu Data Penyakit ................................. 41
2. Sequence Diagram Mengakses Menu Diagnosa ........................................ 42
3. Sequence Diagram Mengakses Menu Tentang .......................................... 42
4. Sequence Diagram Mengakses Menu Bantuan .......................................... 43
3.3.3.2 Perancangan Antarmuka ..................................................................... 44
a. Interface Halaman Splash Screen ............................................................... 44
b. Interface Menu Utama ................................................................................ 44
c. Interface Daftar Jenis Penyakit ................................................................... 45
d. Interface Informasi Jenis Penyakit ............................................................. 45
e. Interface Konsultasi .................................................................................... 46
f. Interface Bantuan ........................................................................................ 47
g. Interface Tentang ........................................................................................ 48
3.3.3.3 Pembuatan Rule .................................................................................. 49
3.3.3.4 Fuzzy Mamdani .................................................................................. 49
3.3.4 Pengujian Sistem ................................................................................... 49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 50
4.1 Studi Literatur .............................................................................................. 50
xviii
4.2 Proses Pengumpulan Data ............................................................................ 50
4.3 Pengembangan Sistem ................................................................................. 50
4.3.1 Tampilan Menu Splash Screen .............................................................. 51
4.3.2 Tampilan Menu Utama .......................................................................... 51
4.3.3 Tampilan Menu Daftar Jenis Penyakit .................................................. 52
4.3.4 Tampilan Menu Informasi Jenis Penyakit ............................................. 52
4.3.5 Tampilan Menu Konsultasi ................................................................... 54
4.3.6 Tampilan Menu Bantuan ....................................................................... 55
4.3.7 Tampilan Menu Tentang ....................................................................... 55
4.4 Proses Fuzzy Mamdani ................................................................................. 56
4.5 Pengujian Sistem .......................................................................................... 58
4.5.1 Pengujian Internal ................................................................................. 58
4.5.1.1 Pengujian Fungsional ......................................................................... 58
4.5.1.2 Pengujian Versi Android .................................................................... 58
4.5.1.3 Pengujian Resolusi layar dan Densitas Layar .................................... 59
4.5.1.4 Pengujian User Interface .................................................................... 60
4.5.1.5 Pengujian Fungsi dari Menu Aplikasi ................................................ 62
4.5.1.6 Pengujian Kepakaran Sistem .............................................................. 63
4.5.2 Pengujian Eksternal ............................................................................... 67
4.5.2.1 Kuisioner Pakar .................................................................................. 67
4.5.2.2 Kuisioner Pecinta Anjing ................................................................... 70
4.5.2.3 Kuisioner Mahasiswa Ilmu Komputer ................................................ 73
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 77
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 77
5.2 Saran ............................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 78
LAMPIRAN .......................................................................................................... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Penyakit Cacingan pada Anjing (Anonim B, 2017).1 ....................................... 9
2.2 Penyakit Cholangiohepatitis pada Anjing (Yusni, 2014).2 ............................. 10
2.3 Penyakit Constipation pada Anjing (Elliott,2015).3 ....................................... 11
2.4 Penyakit Demodex pada Anjing (Alexandrova, 2015).4 ................................. 11
2.5 Penyakit Rabies pada Anjing (Dodgson, 2018).5 ............................................ 12
2.6 Penyakit Distemper pada Anjing ( Respatiningtyas, 2017).6 .......................... 13
2.7 Penyakit EPI pada Anjing (Anonim C, 2013).7 ............................................. 13
2.8 Penyakit Gingivitis pada Anjing (Bellows, 2017).8 ........................................ 14
2.9 Penyakit Kennel cough pada Anjing (Anonim D, 2018).9 .............................. 15
2.10 Penyakit Megacolon pada Anjing (Ellison, 2012).10 .................................... 15
2.11 Penyakit Otitis Externa and Media pada Anjing (Anonim E, 2016).11 ........ 16
2.12 Penyakit Otitis Media and Interna pada Anjing (Fletcher, 2013).12 ............ 17
2.13 Penyakit Parvovirus pada Anjing (Anonim F, 2015).13 ............................... 18
2.14 Penyakit Protozoa pada Anjing (Crosby, 2018).14 ....................................... 19
2.15 Penyakit Pyodermatitis Supuratif pada Anjing (Anonim G, 2016).15 .......... 19
2.16 Penyakit Pyometra pada Anjing (Anonim H, 2013).16 ................................. 20
2.17 Penyakit Rhinitis pada Anjing (Sharman, 2011).17 ...................................... 21
2.18 Penyakit Ringworm pada Anjing ( Engle, 2018).18 ...................................... 21
xx
2.19 Penyakit Sarcoptes Sscabiei pada Anjing (Brooks,2017).19 ........................ 22
2.20 Proses Forward Chaining (Kusumadewi, 2003).20 ...................................... 23
2.21 Proses Backward Chaining (Syafrizal, et al., 2015).21 ................................. 24
2.22 Diagram Alir Proses Waterfall 22 ................................................................. 29
3.1 Tahapan Penelitian 23 ...................................................................................... 35
3.2 Alur Pengembangan Sistem24 ......................................................................... 36
3.3 Use Case Diagram Sistem Pakar Penyakit Anjing.25 ..................................... 37
3.4 Activity Diagram Mengakses Menu Data Penyakit26 ..................................... 38
3.5 Activity Diagram Mengakses Menu Diagnosa Penyakit.27 ............................ 39
3.6 Activity Diagram Mengakses Menu Tentang.28 ............................................. 40
3.7 Activity Diagram Mengakses Menu Bantuan.29 ............................................. 40
3.8 Sequence Diagram Mengakses Menu Data Penyakit 30 ................................. 41
3.9 Sequence Diagram Mengakses Menu Diagnosa.31 ........................................ 42
3.10 Sequence Diagram Mengakses Menu Tentang 32 ........................................ 43
3.11 Sequence Diagram Mengakses Menu Bantuan.33 ........................................ 43
3.12 Rancangan Home Splash Screen 34 ............................................................... 44
3.13 Rancangan Menu Utama 35 ........................................................................... 45
3.14 Rancangan Daftar Jenis Penyakit36 .............................................................. 46
3.15 Rancangan Informasi Jenis Penyakit37 ......................................................... 46
3.16 Rancangan halaman konsultasi 38 ................................................................. 47
3.17 Rancangan halaman hasil diagnosa39 ........................................................... 47
3.18 Rancangan bantuan 40 ................................................................................... 48
3.19 Rancangan Tentang41 .................................................................................... 48
4.1 Tampilan Menu Splash Screen 42 ................................................................... 51
xxi
4.2 Tampilan Menu Utama 43 ............................................................................... 52
4.3 Tampilan Menu Daftar Jenis Penyakit 44 ........................................................ 53
4.4 Tampilan Menu Informasi Jenis Penyakit 45 .................................................. 53
4.5 Tampilan Menu Konsultasi 46 ......................................................................... 54
4.6 Tampilan Menu Bantuan 47 ............................................................................ 55
4.7 Tampilan Menu Tentang 48 ............................................................................. 55
4.8 Ilustrasi Gejala Penyakit 49 ............................................................................. 56
4.9 hasil persentasi kuisioner sistem dari pakar anjing .......................................... 76
DAFTAR TABEL Tabel Halaman
4.1 Diagnosa .......................................................................................................... 57
4.2 Pengujian Versi Android .................................................................................. 59
4.3 Pengujian Resolusi layar dan Densitas Layar .................................................. 60
4.4 Pengujian User Interface ................................................................................. 61
4.5 Pengujian Fungsi dari Menu Aplikasi ............................................................. 62
4.6 Pengujian Kepakaran Sistem ........................................................................... 63
4.7 Hasil Pengujian Kepakaran Sistem .................................................................. 68
4.8 Hasil Penilaian (Index) Kuisioner Pakar .......................................................... 70
4.9 Hasil Kuisioner Pecinta anjing ........................................................................ 70
4.10 Hasil Penilaian (Index) Kuisioner Pecinta Anjing ......................................... 72
4.11 Hasil Kuisioner Mahasiswa Ilmu Komputer ................................................. 73
4.12 Hasil Penilaian (Index) Kuisioner Mahasiswa Ilmu Komputer ..................... 75
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anjing merupakan hewan yang cukup digemari oleh manusia. Anjing dapat
terjangkit berbagai jenis penyakit yang membuat pemiliknya sulit untuk
mendeteksi penyakit pada anjing peliharaannya. Pemahaman masyarakat akan
penyakit pada anjing masih rendah, sehingga masih banyak masyarakat yang
masih mengandalkan keahlian dari pakar secara manual. Biaya untuk pengobatan
ke dokter hewan tergolong mahal (Anonim A, 2017).
Solusi dari masalah tersebut dapat diselesaikan melalui sistem pakar. Sistem pakar
merupakan suatu sistem yang dapat memberikan saran pada suatu masalah yang
terdapat di suatu objek penelitian. Data yang terdapat pada suatu sistem pakar
diperoleh dari pakar pada bidangnya, agar data yang berada dalam sistem tersebut
akurat dan terpercaya.
Penelitian tentang sistem pakar penyakit anjing telah banyak dilakukan. Dewanti
(2017) mengembangkan sistem pakar berbasis web untuk mendiagnosa penyakit
anjing menggunakan forward chaining. Sistem pakar ini meneliti 18 penyakit
anjing dengan 66 gejala klinis. Hasil pengujian fungsional sistem yang
2
menyatakan telah berjalan dengan baik dan mampu membantu pengguna dalam
mendiagnosa penyakit anjing.
Yulianti (2012) melakukan penelitian tentang sistem pakar diagnosis penyakit
anjing dengan metode forward chaining. Hasilnya adalah sebuah sistem dengan
ASP.Net VB dan SQL Server sebagai database, dengan akurasi pengujian sebesar
80%.
Niswati, et al. (2016) mengembangkan sistem pakar aplikasi Fuzzy logic dalam
diagnosa penyakit diabetes mellitus pada puskesmas di Jakarta Timur. Hasilnya
aplikasi ini mempermudah masyarakat dan pekerja klinik dalam diagnosa
penyakit diabetes mellitus secara cepat dan efisien. Hasil uji coba oleh bidan dan
perawat puskesmas adalah 100% aplikasi ini sesuai dengan diagnosa dokter.
Munirah, et al. (2016) melakukan penelitian tentang rancangan dan
pengembangan sistem diagnostik penyakit anjing online. Metode yang digunakan
adalah Knowledge Engineering (KE). Hasilnya adalah sebuah sistem yang dapat
mendiagnosis serta membantu user untuk memprediksi penyakit anjing dan
memperkirakan langkah apa yang harus diambil. Pengguna hanya butuh
menjawab beberapa pertanyaan.
Setyarin, et al. (2013) melakukan penelitian tentang sistem pakar analisis
perbandingan sistem pakar diagnosis penyakit anjing dengan metode certainty
factor dan metode dempster-shafer. Setyarin, et al. meneliti 74 gejala fisik
3
penyakit untuk menemukan 17 jenis penyakit umum pada anjing. Lima pilihan
diberikan untuk menjawab pertanyaan perhitungan dengan menggunakan setiap
metode. Keakuratan analisis masing-masing metode diuji dengan menilai hasil
masing-masing metode analisis berdasarkan user yang diberikan. Hasil
analisisnya akurat bila dinilai dari sudut pandang para ahli.
Dartawibawa (2013) melakukan penelitian tentang sistem pakar untuk
mendiagnosis penyakit anjing dengan menggunakan metode dempster-shafer.
Pengujian sistem dilakukan dengan cara membandingkan hasil yang didapatkan
oleh sistem yang dibangun dengan hasil diagnosis dari pakar di bidang penyakit
anjing. Hasil yang didapatkan ialah sebuah sistem yang menghasilkan data yang
sudah layak dan serupa dengan hasil yang didiagnosis oleh pakar.
Penelitian ini mengembangkan sistem pakar penyakit anjing menggunakan
metode Fuzzy berbasis Android. Penelitian ini diharapkan dapat mempermudah
pemilik anjing untuk memberikan pertolongan pertama pada anjingnya yang
terkena penyakit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana membuat sistem pakar
penyakit anjing dengan menggunakan Metode Fuzzy berbasis Android.
4
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penyakit yang diteliti berjumlah 19 macam penyakit yang sering diderita anjing
dengan gejala klinis berjumlah 69.
b. Sistem penyakit anjing berbasis Android.
c. Metode yang digunakan pada sistem pakar adalah Fuzzy Mamdani.
1.4 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah merancang sistem pakar yang membahas
penyakit anjing dengan menggunakan Metode Fuzzy Mamdani berbasis Android.
1.5 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempermudah untuk mengetahui penyakit anjing berdasarkan gejala-gejala
yang ada.
2. Dapat mengetahui tindakan yang harus diambil berdasarkan jenis penyakit.
II. LANDASAN TEORI
2.1 Sistem Pakar
Sistem pakar ialah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke
komputer, agar dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh
para ahli. Sistem pakar biasanya digunakan untuk melakukan interpretasi dan
analisa, diagnosa, dan membantu pengambilan keputusan (Kusumadewi, 2003).
2.1.1 Komponen Sistem Pakar
Komponen sistem pakar menurut Siswanto (2010), terdiri dari:
1. Basis pengetahuan (Knowledge Base)
a. Inti program sistem pakar merupakan representasi pengetahuan dari seorang
pakar.
b. Tersusun atas fakta-fakta yang berupa objek dan kaidah atau ketentuan yang
merupakan informasi tentang cara bagaimana membangkitkan faktπa baru dari
fakta yang telah diketahui.
2. Mesin Inferensi (Inference Engine)
a. Bagian-bagian yang mengandung mekanisme fungsi berpikir dan pola-pola
penalaran sistem yang digunakan seorang pakar.
b. Mekanisme ini akan menganalisa masalah tertentu dan selanjutnya mencari
sebuah jawaban atau kesimpulan yang yang terbaik.
6
c. Memilih pengetahuan yang relevan dalam rangka mencapai suatu kesimpulan.
d. Memulai pelacakannya dengan mencocokan kaidahnya (rule) dalam basis
pengetahuan dengan fakta-fakta yang ada dalam daftar fakta-fakta (fact list)
yang disimpan dalam basis pengatahuan di harddisk.
3. User Interface
a. Bagian penghubung antara sistem pakar dengan pemakai.
b. Akan terjadi dialog antara program dan pemakai.
c. Program akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan berbentuk panduan
menu (menu driven), pernyataan-pernyataan bahasa alami (natural language),
dan graphics interface style. Program sistem pakar akan mengambil
kesimpulan berdasarkan jawaban-jawaban dari pemakai tadi.
4. Development Engine
Bagian dari sistem pakar sebagai fasilitas untuk mengembangkan mesin inferensi
dan penambahan basis pengetahuan yang akan dilakukan knowledge engineer atau
harus punya keahlian dalam mengerti bagaimana pakar menerapkan pengetahuan
mereka dalam memecahkan suatu masalah, dan juga mampu mengekstrasikan
penjelasan (knowledge acquisition).
2.1.2 Ciri Ciri Sistem Pakar
Ciri-ciri dari sistem pakar Menurut Siswanto (2010) adalah:
a. Terbatasnya pada domain keahlian tertentu.
b. Dapat memberikan penalaran data yang tidak pasti.
c. Dapat mengemukakan rangkaian alasan-alasan yang tidak diberikannya dengan
cara yang tidak dapat di pahami.
7
d. Berdasarkan kaidah-kaidah atau ketentuan atau rule yang berlaku.
e. Dirancang untuk dapat di kembangkan secara bertahap.
f. Pengetahuan dan mekanisme penalaran jelas terpisah.
g. Keluaran bersifat anjuran.
h. Sistem dapat mengaktifkan kaidah secara searah yang sesuai dituntun oleh
dialog dengan user.
2.1.3 Konsep Dasar Sistem Pakar
Ada enam hal yang menjadi konsep dasar dari sebuah sistem pakar menurut
Arhami (2005), konsep dasar sistem pakar, yaitu:
a. Keahlian (Expertise )
Keahlian dapat diperoleh dari pelatihan (training), membaca atau dari
pengalaman. Keahlian itu meliputi :
1. Fakta-fakta tentang area permasalahan.
2. Teori-teori tentang area permasalahan.
3. Aturan-aturan tentang apa yang harus dilakukan dalamsituasi permasalahan
yang diberikan.
4. Strategi global untuk memecahkan masalah.
b. Pakar (Expert )
Sulit untuk mendefinisikan apakah yang dimaksud dengan pakar itu. Masalahnya
adalah berapa banyak keahlian yangharus dimiliki oleh seseorang agar dapat
dikualifikasikan sebagai pakar. Namun berikut ini dijelaskan beberapa kualifikasi
yang harus dimiliki oleh seorang pakar :
- Dapat mengenal dan merumuskan masalah.
8
- Dapat memecahkan masalah dengan cepat dansemestinya.
- Dapat menjelaskan suatu solusi.
- Dapat menentukan hubungan.
c. Pemindahan Keahlian (Transferring Expertise)
Tujuan dari sistem pakar adalah memindahkan keahlian dari seorang pakar ke
komputer dan kemudian ke manusia lainyang bukan pakar. Proses ini meliputi
empat kegiatan, yaitu:
1. Memperoleh pengetahuan pakar.
2. Merepresentasikan pengetahuan ke dalam komputer.
3. Mengolah pengetahuan sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.
4. Memindahkan pengetahuan ke pengguna.Pengetahuan disimpan dalam
komputer berupa komponen yang disebut knowledge base. Pengetahuan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu fakta dan Rule.
d. Menarik Kesimpulan (Inferencing)
Keistimewaan dari sistem pakar adalah kemampuan nalarnya. Komputer
diprogram sehingga dapat membuat kesimpulan. Pengambilan keputusan ini
dilaksanakan dalam komponen yang disebut inference engine.
e. Aturan (Rule)
Kebanyakan sistem pakar adalah sistem berbasis rule, pengetahuan disimpan
dalam bentuk aturan-aturan sebagai prosedur pemecahan masalah.
f. Kemampuan Menjelaskan (Explanatin Capability )
Keistimewaan lain dari sistem pakar adalah kemampuan menjelaskan darimana
asal sebuah solusi atau rekomendasi diperoleh.
9
2.2 Jenis Penyakit
Anjing memiliki beragam penyakit, dan juga beragam penyebab dari penyakit
yang diderita. Penyakit-penyakit pada anjing diantaranya adalah sebagai berikut:
2.2.1 Cacingan
Cacing merupakan endoparasit (parasit yang hidup dalam tubuh) yang dapat
menyerang kucing, anjing, dan hewan lainnya. Gejala klinis penyakit ini
diantaranya adalah berat badan berkurang, bulu kusam, hilang nafsu makan, lesu,
mata berair, muntah, perut kembung, terdapat cacing berbentuk lidi atau pita tipis
berwarna putih pada kotoran (Dewanti, 2017). Gambar 2.1 adalah gambar
penyakit cacingan pada anjing.
Gambar 2.1 Penyakit Cacingan pada Anjing (Anonim B, 2017).1
2.2.2 Cholangiohepatitis
Cholangiohepatitis ini merupakan peradangan pada struktur empedu dan di sekitar
parenkim hepatoseluler. Gejala klinis penyakit ini diantaranya: nafsu makan
hilang, muntah, diare, mukosa (selaput lendir) mata, mulut (gusi), kulit berwarna
10
kekuningan, reaksi sakit bila perutnya dipalpasi (Dewanti, 2017). Gambar 2.2
adalah gambar penyakit cholangiohepatitis pada anjing.
Gambar 2.2 Penyakit Cholangiohepatitis pada Anjing (Yusni, 2014).2
2.2.3 Constipation
Constipation atau yang sering disebut dengan sembelit adalah sulit buang air
besar dengan kotoran yang keras atau kering. Obstipation adalah sembelit yang
disebabkan oleh retensi berkepanjangan, feses kering. Pasien dengan obstipasi
tidak bisa buang air besar (Dewanti, 2017). Gambar 2.3 adalah gambar penyakit
constipation pada anjing.
2.2.4 Demodex
Demodex merupakan penyakit kulit anjing yang disebabkan oleh Protozoa
Demodek follicularumvar canis atau Demodex canis. Penyakit ini menyebabkan
rasa gatal dan kebotakan pada kulit anjing. Bila penyakit ini tidak segera ditangani
dengan pengobatan, maka akan timbul infeksi sekunder. Infeksi sekunder ini
11
dapat mengakibatkan cendawan atau bakteri masuk kedalam lewat luka tersebut
sehingga semakin sulit untuk diobati (Dewanti, 2017). Gambar 2.4 adalah gambar
penyakit demodex pada anjing.
Gambar 2.3 Penyakit Constipation pada Anjing (Elliott,2015).3
Gambar 2.4 Penyakit Demodex pada Anjing (Alexandrova, 2015).4
2.2.5 Rabies
Rabies merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia atau
sebaliknya (zoonosis), yang disebabkan oleh virus. Sebagian kasus rabies yang
terjadi di manusia disebabkan oleh gigitan anjing yang terinfeksi virus rabies.
12
Penyakit ini menyebabkan kerusakan otak, sistem syaraf dan bahkan kematian
(Dewanti, 2017). Gambar 2.5 adalah gambar penyakit rabies pada anjing.
Gambar 2.5 Penyakit Rabies pada Anjing (Dodgson, 2018).5
2.2.6 Distemper
Distemper anjing atau canine distemper merupakan penyakit virus yang sangat
menular dan bersifat sistemik. Distemper mempunyai tingkat kematian yang
sangat tinggi terutama pada anak anjing. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
virus Distemper (Canine Distemper Virus=CVD). Virus ini lebih suka menyerang
dan mengakibatkan kematian pada hewan muda dibandingkan hewan dewasa.
Gejala klinis penyakit ini ialah nafsu makan hilang, demam dehidrasi, lesu,
muntah, diare berair, tubuh gemetar, susah bernafas, kulit pada hidung dan
bantalan kaki keras dan tebal (Dewanti, 2017). Gambar 2.6 adalah gambar
penyakit distemper pada anjing.
13
Gambar 2.6 Penyakit Distemper pada Anjing (Respatiningtyas, 2017).6
2.2.7 Exocrine Pancreatic Insufficiency (EPI)
Exocrine Pancreatic Insufficiency (EPI) adalah ketida mampuan untuk mencerna
makanan dengan benar karena kurangnya enzim pencernaan yang dibuat oleh
pankreas. Gejala klinis penyakit ini ialah diare, berat badan turun, kelaparan, feses
banyak dan lembek, kadang cair, tapi tidak diare, feses berwarna abu-abu
(Dewanti, 2017). Gambar 2.7 adalah gambar penyakit exocrine pancreatic
insufficiency (EPI) pada anjing.
Gambar 2.7 Penyakit EPI pada Anjing (Anonim C, 2013).7
14
2.2.8 Gingivitis
Gingivitis dianggap tahap awal penyakit periodontal. Tahap ini bersifat reversibel
dengan perawatan yang tepat. Hal ini ditandai dengan peradangan pada gingiva,
atau gusi. Pada fase awal gingivitis, terdapat beberapa plak dan ada kemerahan
ringan pada gusi. Penyakit ini ditandai dengan nafsu makan hilang, demam,
dehidrasi, bulu rontok, gusi berwarna kemerahan sampai merah (Dewanti, 2017).
Gambar 2.8 adalah gambar penyakit gingivitis pada anjing.
Gambar 2.8 Penyakit Gingivitis pada Anjing (Bellows, 2017).8
2.2.9 Kennel cough
Kennel cough adalah infeksi saluran pernapasan atas yang mempengaruhi anjing.
Hal ini disebabkan oleh kombinasi dari virus parainfluenza anjing dan bakteri
Bordetella bronchiseptica. Hal ini sangat menular. Kennel cough dinamakan
demikian karena infeksi dapat menyebar dengan cepat di antara anjing dalam
jarak dekat dari kennel atau penampungan hewan. Penyakit ini ditandai dengan
nafsu makan hilang, demam, berat badan turun, leleran dari hidung batuk kering,
15
seperti mau muntah tetapi tidak mengeluarkan apa-apa (Dewanti, 2017). Gambar
2.9 adalah gambar penyakit kennel cough pada anjing.
Gambar 2.9 Penyakit Kennel cough pada Anjing (Anonim D, 2018).9
2.2.10 Megacolon
Megacolon adalah suatu gangguan fungsional dimana terjadi peningkatan
diameter (pelebaran) pada kolon atau usus besar. Perubahan struktur usus ini
menyebabkan fungsi, gejalanya klinis penyakit ini antara lain nafsu makan hilang,
depresi, defekasi (buang air besar) tidak bisa (Dewanti, 2017). Gambar 2.10
adalah gambar penyakit megacolon pada anjing.
Gambar 2.10 Penyakit Megacolon pada Anjing (Ellison, 2012).10
16
2.2.11 Otitis Externa and Media
Secara umum telinga terbagi menjadi tiga bagian, bagian luar (eksternal), tengah
dan dalam (internal). Otitis dapat terjadi pada salah satu atau ketiga bagian telinga
tersebut. Otitis yang tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menyebabkan
radang berlangsung lama atau kronis. Pada beberapa kondisi radang kronis ini
dapat menyebabkan tumbuhnya polip. Lebih lanjut lagi polip ini dapat
berkembang menjadi tumor atau kanker dan menutup saluran telinga, akibatnya
anjing tidak dapat mendengar suara dengan baik lagi. Gejala pada penyakit ini
adalah nafsu makan hilang, demam, bau tidak sedap pada telinga, mencakar-cakar
telinga, menggosok-gosok telinga atau kepala pada dinding atau benda lain,
muncul cairan kotor (nanah) dari dalam telinga, telinga terasa hangat bila diraba
(Dewanti, 2017). Gambar 2.11 adalah gambar penyakit otitis externa and media
pada anjing.
Gambar 2.11 Penyakit Otitis Externa and Media pada Anjing (Anonim E, 2016).11
17
2.2.12 Otitis Media and Interna
Otitis yang terjadi pada telinga bagian dalam biasanya bersifat parah dan fatal,
dapat mengakibatkan hilangnya kemampuan mendengar secara permanen. Otitis
yang tidak ditangani secara cepat dan tepat dapat menyebabkan radang
berlangsung lama atau kronis. Pada beberapa kondisi radang kronis ini dapat
menyebabkan tumbuhnya polip. Lebih lanjut lagi polip ini dapat berkembang
menjadi tumor atau kanker dan menutup saluran telinga, akibatnya anjing tidak
dapat mendengar suara dengan baik lagi. Gejala klinis dari penyakit ini ialah nafsu
makan hilang suhu tubuh normal, bau tidak sedap pada telinga, mencakar cakar
telinga, menggosok-gosok telinga atau kepala pada dinding atau benda lain,
telinga terasa hangat bila diraba (Dewanti, 2017). Gambar 2.12 adalah gambar
penyakit otitis media and interna pada anjing.
Gambar 2.12 Penyakit Otitis Media and Interna pada Anjing (Fletcher, 2013).12
2.2.13 Parvovirus
Parvovirus merupakan penyakit virus yang sangat menular dan dapat
menghasilkan penyakit yang dapat mengancam nyawa penderitanya. Virus ini
18
menyerang dengan cepat memisahkan sel-sel tubuh dalam tubuh anjing dan yang
paling parah adalah menyerang saluran ususnya. Parvovirus juga menyerang sel
darah putih dan jika sejak muda terinfeksi virus ini, maka virus akan
menghancurkan otot jantung dan bisa menyebabkan masalah jantung pada anjing
seumur hidupnya. Parvovirus adalah penyakit yang sangat serius dan berpotensi
mematikan. Gejala klinis dari penyakit ini ialah nafsu makan dan minum hilang,
demam, dehidrasi, lesu, muntah, diare, feses berwarna kecoklatan atau bercampur
darah (Dewanti, 2017). Gambar 2.13 adalah gambar penyakit parvovirus pada
anjing.
Gambar 2.13 Penyakit Parvovirus pada Anjing (Anonim F, 2015).13
2.2.14 Protozoa
Menurut Subronto (2006) protozoa dalam darah yang sering ditemukan pada
anjing, antara lain dari genus Babesia, Hepatozoon dan Trypanosoma. Penyakit
yang disebabkan oleh protozoa. Gejala klinis penyakit ini diantaranya adalah
nafsu makan hilang, lemah, dehidrasi, diare berlendir, buang air besar seperti tidak
tuntas, buang air besar disertai darah segar (Dewanti, 2017). Gambar 2.14 adalah
gambar penyakit protozoa pada anjing.
19
Gambar 2.14 Penyakit Protozoa pada Anjing (Crosby, 2018).14
2.2.15 Pyodermatitis Supuratif (Hot Spot)
Pyodermatitis Supuratif (Hot Spot) adalah salah satu dari sekian banyak penyakit
kulit. Adanya infeksi bakteri pada kulit, sehingga kulit jadi seperti melepuh.
Gejala klinis penyakit ini diantaranya adalah suka menggaruk kulit, terdapat luka
di kulit yang basah dan bernanah, daerah sekitar luka (radang) kemerahan dan
terasa panas (Dewanti, 2017). Gambar 2.15 adalah gambar penyakit pyodermatitis
supuratif pada anjing.
Gambar 2.15 Penyakit Pyodermatitis Supuratif pada Anjing (Anonim G, 2016).15
20
2.2.16 Pyometra
Pyometra adalah infeksi rahim. Pyometra merupakan penyakit penting yang harus
diperhatikan untuk setiap pemilik anjing karena sifat tiba-tiba penyakit dan akibat
fatal jika tidak diobati. Gejala klinis dari penyakit ini diantara lain ialah depresi,
tidak mau makan tetapi banyak minum, keluar leleran dari vagina, usia tua tidak
pernah dikawinkan (Dewanti, 2017). Gambar 2.16 adalah gambar penyakit
pyometra pada anjing.
Gambar 2.16 Penyakit Pyometra pada Anjing (Anonim H, 2013).16
2.2.17 Rhinitis
Rhinitis adalah suatu keadaan radang atau inflamasi pada hidung. Terdapat
berbagai bakteri, jamur, virus yang mampu menyebabkan infeksi pada hidung
anjing. Gejala klinis penyakit ini diantaranya ialah nafsu makan hilang, demam,
suara nafas dihidung ngorok, ingusan, bersifat serous (bening, encer), mukosa
(selaput lendir) hidung kemerahan sampai merah, bersin (Dewanti, 2017). Gambar
2.17 adalah gambar penyakit rhinitis pada anjing.
21
Gambar 2.17 Penyakit Rhinitis pada Anjing (Sharman, 2011).17
2.2.18 Ringworm
Ringworm menyebar melalui kontak dengan bulu atau ketombe yang terinfeksi
dan mengandung spora. Spora jamur terdapat tersebar dimana-mana seperti di
lantai, bulu yang rontok, kandang, peralatan makan dan minum anjing, tempat
tidur anjing, dan lain-lain. Hewan yang masih muda dan tua rentan terhadap
infeksi jamur ini. Gejala klinis penyakit ini diantaranya adalah bulu rontok, daerah
kerontokan berbentuk lingkaran, kulit menyerupai ketombe, kulit kering
mengelupas menyerupai sisik, luka, sisa-sisa kulit kering menyerupai ketombe
(Dewanti, 2017). Gambar 2.18 adalah gambar penyakit ringworm pada anjing.
Gambar 2.18 Penyakit Ringworm pada Anjing ( Engle, 2018).18
22
2.2.19 Sarcoptes scabiei
Sarcoptes scabiei lebih sering menyerang anjing. Tungau ini berukuran sangat
kecil (0.2-0.4 mm), hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau kaca pembesar.
Penularan penyakit kulit ini terjadi melalui kontak fisik antar anjing atau kontak
dengan alat-alat yang tercemar tungau seperti sisir, kandang, dan lain-lain. Gejala
klinis penyakit ini diantaranya adalah bulu rontok di bagian telinga, kerak
berwarna putih di pinggiran daun telinga, sering menggaruk-garuk, luka (Dewanti,
2017). Gambar 2.19 adalah gambar penyakit sarcoptes scabiei pada anjing.
Gambar 2.19 Penyakit Sarcoptes Sscabiei pada Anjing (Brooks,2017).19
2.3 Metode Inferensi
Metode inferensi adalah bagian yang mengandung mekanisme fungsi berpikir dan
penalaran sistem yang digunakan oleh seorang pakar, secara dedukatif mesin
inferensi memiliki pengetahuan yang relevan dalam mencapai kesimpulan.
Dengan demikian sistem ini dapat menjawab pertanyaan pemakai. Mesin inferensi
memulai pelacakannya dengan kaidah-kaidah dalam basis pengetahuan dan
23
menggunakan fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Ada dua teknik yang
menjadi dasar untuk pembentukan mesin inferensi, yaitu forward chaining dan
backward chaining (Syafrizal, et al., 2015).
2.3.1 Forward Chaining
Sebuah metode pelacakan ke depan yang diawali dari fakta-fakta yang diberikan
user kemudian dilakukan pencarian pada basis pengetahuan lalu pencarian rule
yang sesuai dengan fakta-fakta merupakan metode dari forward chaining.
Kemudian dilakukan hipotesa untuk memperoleh kesimpulan (Syafrizal, et al.,
2015). Proses forward chaining ditunjukkan pada Gambar 2.20.
Gambar 2.20 Proses Forward Chaining (Kusumadewi, 2003).20
ß
2.3.2 Backward Chaining
Backward chaining ialah suatu teknik pelacakan yang dimulai dari sekumpulan
kesimpulan yang dilanjutkan dengan hipotesa yang diinginkan, kemudian dicari
sejumlah besar kondisi awal dengan menggunakan kaidah-kaidah yang ada akan
fakta-fakta yang mendukung kaidah-kaidah tersebut. Pencocokan fakta atau
Fakta 1 Rule P
Fakta 2
Fakta 3
Rule Q
Rule R Hipotesa 3 Kesimpulan 3
Hipotesa 1
Hipotesa 2
Kesimpulan 1
Kesimpulan 2
24
pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (Syafrizal, et al., 2015). Proses
backward chaining dapat dilihat pada Gambar 2.21.
Gambar 2.21 Proses Backward Chaining (Syafrizal, et al., 2015) 21
2.4 Logika Fuzzy
Logika Fuzzy adalah sebuah logika yang merupakan peningkatan dari logika
boolean yang mengenalkan konsep kebenaran sebagian. Di mana logika klasik
menyatakan bahwa segala hal dapat diekpresikan dalam istilah biner yaitu 0 atau
1, logika Fuzzy menggantikan kebenaran boolean dengan tingkat kebenaran.
Sebagaimana yang dikemukakan Lotfi A.Zadeh : “Logika Fuzzy merupakan
generalisasi dari logika klasik yang hanya memiliki dua nilai keanggotaan antara 0
dan 1 (Indrasari, 2011).
Logika Fuzzy memiliki nilai kemungkinan sama dengan logika probabilitas akan
tetapi dalam konsep berbeda karena logika Fuzzy sesuai dengan derajat kebenaran
sedangkan logika probabilitas sesuai dengan nilai kemungkinan. Pada interpretasi-
interpretasi teori probabilitas. Logika Fuzzy sesuai dengan derajat kebenaran,
sementara logika probabilistik sesuai dengan kemungkinan. Alasan mengapa
menggunakan logika Fuzzy antara lain:
a. Konsep logika Fuzzy mudah dimengerti.
Hipotesa 1
Hipotesa 2
Kesimpulan 1
Kesimpulan 2
Fakta 1
Fakta 2
Fakta 3
Rule P
Rule Q
25
b. Logika Fuzzy sangat fleksibel
c. Logika Fuzzy memiliki toleransi terhadap data-data yang tidak tepat.
d. Logika Fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linear yang sangat
kompleks.
e. Logika Fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-
penagalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan.
f. Logika Fuzzy dapat bekerja sama dengan teknikteknik kendali secara
konvensional.
g. Logika Fuzzy didasarkan pada bahasa alami (Andi, 2003).
2.4.1 Fuzzy Set
Logika Fuzzy merupakan generalisasi dari logika klasik yang hanya memiliki dua
nilai keanggotaan, yaitu 0 dan 1. Dalam logika Fuzzy nilai kebenaran suatu
penyataan berkisar dari sepenuhnya benar sampai sepenuhnya salah. Dengan teori
Fuzzy set, suatu objek dapat menjadi anggota dari banyak himpunan dengan
derajat keanggotaan yang berbeda dalam masing-masing himpunan. Konsep ini
berbeda dengan teori himpunan klasik (crisp). Teori himpunan klasik tergantung
pada logika dua-nilai (two-valued logic) untuk menentukan apakah sebuah objek
merupakan suatu anggota himpunan atau bukan (Arhami, 2005).
Knowledge-based Fuzzy set merupakan suatu logika Fuzzy yang digunakan untuk
menyatakan suatu ketidak-pastian dalam menentukan keanggotaan dari suatu
elemen terhadap suatu set dengan memberikan derajat keanggotaan (membership
degree) antara 0 sampai dengan 1 yang diberikan kepada beberapa orang
(knowledge). Definisi knowledge-based Fuzzy set adalah sebagai berikut: Misal U
26
= {u1, ..., un} sebagai set of elemen dan K = {k1, ..., kn} sebagai set of
knowledge, kemudian suatu Fuzzy set A, k1(A) didefinisikan sebagai sebuah
Fuzzy set berdasarkan knowledge k1 terhadap universal set U dengan suatu
mapping dari U ke dalam interval yang tertutup [0,1] (Arhami, 2005).
2.4.2 Proses Perhitungan Nilai Fuzzy
Setelah proses inferensi forward chaining dilakukan oleh user maka perlu
dilakukan perhitungan nilai Fuzzy untuk memperoleh kemungkinan penyakit yang
diderita oleh user. Pada perhitungan nilai Fuzzy terdiri atas dua bagian yaitu,
pertama perhitungan nilai kesesuaian tiap-tiap gejala untuk suatu penyakit dan
yang kedua adalah perhitungan nilai Fuzzy conditional probability suatu penyakit
berdasarkan hasil inputan gejala dari user.
2.4.3 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Mamdani
Metode Mamdani sering juga dikenal dengan nama metode min–max. Metode ini
diperkenalkan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Untuk mendapatkan
output diperlukan empat tahapan, diantaranya :
1. Pembentukan himpunan Fuzzy, baik variabel input maupun variable output
dibagi menjadi satu atau lebih himpunan Fuzzy.
2. Aplikasi fungsi implikasi, fungsi implikasi yang digunakan adalah min.
3. Komposisi aturan, metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem
Fuzzy, yaitu Metode max (maximum). Secara umum dapat dituliskan :
μsf[Xi] = max (μsf [Xi], μkf [Xi])
Dengan :
27
μsf[Xi] = nilai keanggotaan solusi Fuzzy sampai aturan ke i μkf [Xi]) = nilai
keanggotaan konsekuan Fuzzy aturan ke i
4. Penegasan (defuzzy) Defuzzyfikasi pada komposisi aturan mamdani dengan
menggunakan metode centroid. Dimana pada metode ini, solusi crisp diperoleh
dengan cara mengambil titik pusat daerah Fuzzy atau metode centroid. Secara
umum, metode centroid (Kastina dan Silalahi, 2016).
2.4.4 Perhitungan Nilai Kesesuaian
Misalnya jika U adalah suatu knowledge-based gejala suatu set dari penyakit yang
dinyatakan sebagai sebuah Fuzzy set terhadap gejala A dan B adalah gejala yang
diinputkan oleh user yang dinyatakan sebagai suatu Fuzzy set terhadap A, dimana
A={a1,a2,a3,...,an} sedangkan U={μuj(a1)/(a1), μuj(a2)/(a2), μuj(a3)/(a3),
μuj(a4)/(a4)} dan B={ μB(a1)/(a1), μB(a2)/(a2), μB(a3)/(a3), μB(a4)/(a4)}. Untuk
mencari nilai kesesuaian antara Fuzzy set U dengan B maka dicari seberapa besar
selisih antara μuj(a1) yang merupakan nilai Fuzzy set gejala a1 menurut
knowledge-based dengan μB(a1) yang merupakan nilai Fuzzy set gejala a1 yang di-
input-kan oleh user dibagi dengan nilai μuj(a1) (Kastina dan Silalahi, 2016).
2.5 Metode Waterfall Metode waterfall merupakan model pengembangan sistem informasi yang
sistematik dan sekuensial (Pressman, 2008). Metode waterfall memiliki tahapan-
tahapan sebagai berikut (Sommerville, 2011) :
1) Requirements analysis and definition
Layanan sistem, kendala, dan tujuan ditetapkan oleh hasil konsultasi dengan
28
pengguna yang kemudian didefinisikan secara rinci.
2) System and software design
Tahapan perancangan sistem mengalokasikan kebutuhan-kebutuhan sistem baik
perangkat keras maupun perangkat lunak dengan membentuk arsitektur sistem
secara keseluruhan. Perancangan perangkat lunak melibatkan identifikasi dan
penggambaran abstraksi sistem dasar perangkat lunak dan hubungannya.
3) Implementation and unit testing
Pada tahap ini, perancangan perangkat lunak direalisasikan sebagai serangkaian
program atau unit program. Pengujian melibatkan verifikasi bahwa setiap unit
memenuhi spesifikasinya.
4) Integration and system testing
Unit-unit individu program atau program digabung dan diuji sebagai sebuah
sistem lengkap untuk memastikan apakah sesuai dengan kebutuhan perangkat
lunak atau tidak. Setelah pengujian, perangkat lunak dapat dikirimkan ke
customer.
5) Operation and maintenance
Biasanya (walaupun tidak selalu), tahapan ini merupakan tahapan yang paling
panjang. Sistem dipasang dan digunakan secara nyata. Maintenance melibatkan
pembetulan kesalahan yang tidak ditemukan pada tahapan-tahapan sebelumnya,
meningkatkan implementasi dari unit sistem, dan meningkatkan layanan sistem
sebagai kebutuhan baru.
29
Gambar 2.22 Diagram Alir Proses Waterfall 22
2.6 Hypertext Prepocessor (PHP)
PHP merupakan salah satu bahasa pemograman berbasis web dimana sistem yang
diterapkan adalah pada sisi server side. PHP dapat disisipkan diantara skrip-skrip
bahasa HTML dan arena bahasa server side lainnya, dengan itu maka PHP akan
dieksekusi secara langsung pada server. Sedangkan browser akan mengeksekusi
halaman web tersebut melalui server yang kemudian akan menerima tampilan
“hasil jadi” dalam bentuk HTML, sedangkan kode PHP itu sendiri tidak akan
dapat terlihat.
Requirements analysis and definition
System and software design
Implementation and unit testing
Integration and system tasting
Operation and maintenance
30
2.7 Pengujian
Pengujian perangkat lunak adalah proses eksekusi suatu program atau sistem yang
bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya kekurangan maupun masalah pada
sistem yang melibatkan setiap aktivitas. Untuk mengetahui apakah sistem yang
dibuat sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna, maka dilakukan evaluasi pada
setiap atribut atau kemampuan suatu sistem (Zulkifli, 2013).
2.7.1 Black Box Testing
Pengujian pada metode Black Box Testing dilakukan berdasarkan spesifikasi
kebutuhan sistem tanpa memeriksa source code. Dengan black box testing,
Pengujian yang dilakukan hanya berdasarkan pandangan pengguna agar
mengetahui apakah fungsi yang dibutuhkan berjalan sesuai harapan atau tidak
(Nidhira dan Dondeti, 2012).
Pendekatan pengujian Black Box adalah metode pegujian di mana data tes berasal
dari persyaratan fungsional yang ditentukan tanpa memperhatikan struktur
program akhir (Perry, 1990).
2.8 Skala likert
Skala likert adalah metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan
distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Nilai skala setiap
pertanyaan ditentukan oleh distribusi respon setuju dan tidak setuju dari
sekelompok responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba (Azwar, 2011).
31
Skala likert berisi lima tingkat prefensi jawaban dengan pilihan sebagai
berikut.
1. Sangat tidak setuju dengan bobot nilai 1.
2. Tidak setuju dengan bobot nilai 2.
3. Ragu-ragu setuju dengan bobot nilai 3.
4. Setuju dengan bobot nilai 4.
5. Sangat setuju dengan bobot nilai 5.
Selanjutnya, penentuan kategori interval tinggi, sedang, atau rendah
digunakan dalam rumus berikut.
…….………(1) Keterangan.
I = Interval
K = Kategori jawaban
Penghitungan total skor skala likert kemudian diolah menggunakan rumus
berikut.
………....……(2) Keterangan.
T = Total jumlah responden
Pn = Tingkat prefensi bobot nilai
Untuk mendapatkan hasil interpretasi, harus diketahui dulu skor tertinggi
(X) dan angka terendah (Y) untuk item penilaian dengan rumus sebagai
berikut:
𝐼 =100%K
𝑇 × 𝑃𝑛
32
1. Y = Skor bobot tertinggi likert (nilai angka tertinggi 5) × Jumlah
responden.
2. X = Skor bobot terendah likert (nilai angka terendah 1) × Jumlah
responden.
Penentuan interpretasi skor dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.
……………(3)
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠𝐼𝑛𝑑𝑒𝑥% = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑆𝑘𝑜𝑟𝑌 × 100
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018 sampai
dengan semester genap tahun ajaran 2019/2020. Tempat penelitian adalah
laboratorium komputasi dasar Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung yang beralamat di Jalan Prof. Dr.
Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedung Meneng, Bandarlampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
3.2.1 Alat
Perangkat keras yang digunakan dalam penelitian adalah
a. Note Book dengan spesifikasi:
Processor: Intel(R) Core(TM) i5-3230M CPU @ 2.60GHz (4CPUs), ~2.6GHz
RAM: 8192MB
SSD: 1TB
b. Smartphone Android
Perangkat Lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
34
a. Windows 10 Pro 64-bit (10.1, Build 10240)
b. Star UML
c. NotePad++
d. Android Studio
e. MockUp
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data berupa 69 gejala penyakit
anjing. Data dilampirkan pada Lampiran 1.
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian sistem pakar penyakit anjing berbasis Android dapat dilihat
pada Gambar 3.1.
3.3.1 Study Literatur
Pada metode ini peneliti melakukan pencarian dan pembelajaran yang didapatkan
dari buku,jurnal, serta dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Didapatkan
kelemahan-kelemahan, kelebihan, pengertian dan rumus dari referensi tersebut.
3.3.2 Pengumpulan Data
Pada tahap ini pengumpulan data dilakukan dengan metode sebagai berikut:
a. Studi Pustaka
b. Wawancara
35
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas atau wawancara tidak
terstruktur dengan ahli atau pakarnya. Garis-garis besar permasalahan dicatat
kemudian ditanyakan kepada pihak yang bersangkutan ialah dokter hewan secara
lisan. Pertanyaan yang ditanyakan adalah tentang gejala pada penyakit anjing
beserta sarannya.
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian 23
3.3.3 Pengembangan Sistem
Tahap pengembangan sistem merupakan tahap penggambaran rencana
pengembangan sistem kedalam bentuk gambar yang bertujuan agar dapat
Mulai
Study Literatur
Proses Pengumpulan Data
Pengembangan sistem
Pengujian Sistem
Selesai
36
mempermudah pengguna dalam memahami konsep sistem yang akan dibangun.
Gambar 3.2 merupakan alur pengembangan sistem.
3.3.3.1 Perancangan UML
Diagram yang dirancang pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Use Case Diagram
Diagram ini memperlihatkan himpunan use-case dan aktor-aktor. Aktor dalam
sistem pakar penyakit anjing ini yaitu pengguna. Diagram ini memodelkan
perilaku suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna. Use Case
Diagram yang diterapkan pada sistem pakar penyakit anjing dapat dilihat pada
Gambar 3.3.
Mulai Perancangan UML
Perancangan Antar Muka
Pembuatan Rule
Fuzzy Mamdani
Implementasi Sistem
Selesai
37
Gambar 3.2 Alur Pengembangan Sistem24
Gambar 3.3 Use Case Diagram Sistem Pakar Penyakit Anjing.25
b. Activity Diagram
Diagram aktivitas adalah diagram status yang memperlihatkan aliran dari suatu
suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam suatu sistem. Diagram ini memodelkan
fungsi-fungsi suatu sistem dan memberi tekanan pada aliran kendali antar objek.
Berdasarkan use case diagram pada Gambar 3.3, activity diagram pada sistem
pakar penyakit anjing ini adalah sebagai berikut.
38
1. Activity Diagram Mengakses Menu Data Penyakit
Activity diagram “Mengakses Menu Data Penyakit” dapat dilihat pada Gambar
3.4.
Gambar 3.4 Activity Diagram Mengakses Menu Data Penyakit26
Pengguna mengakses menu data penyakit anjing, sistem akan menampilkan daftar
penyakit anjing. Pengguna memilih salah satu penyakit yang ingin diketahui dan
sistem akan menampilkan detail data penyakit anjing tersebut, mulai dari foto,
keterangan, dan saran pengobatan.
2. Activity Diagram Mengakses Menu Diagnosa Penyakit
Pengguna mengakses menu diagnosa penyakit anjing lalu sistem akan
menampilkan halaman diagnosa penyakit anjing yang berisi pertanyaan berupa
39
gejala-gejala yang diderita anjing. Pengguna dapat memilih tombol ya atau tidak
berdasarkan gejala yang diamati pada anjing. “Ya”, jika anjing yang diamati
secara langsung mengalami gejala tersebut. Dan “Tidak”, jika gejala tidak
terdapat pada anjing yang sakit. Selanjutnya, sistem akan menampilkan hasil
diagnosa penyakit anjing beserta saran pengobatannya. Gambar 3.5 merupakan
activity diagram mengakses menu diagnosa penyakit.
Gambar 3.5.Activity Diagram Mengakses Menu Diagnosa Penyakit.27
3. Activity Diagram Mengakses Menu Tentang
Activity Diagram mengakses menu tentang, dimulai dengan pengguna yang
memilih menu tentang dan sistem akan menampilkan menu tentang yang berisi
40
informasi mengenai aplikasi sistem pakar penyakit anjing. Gambar 3.6.
merupakan activity diagram mengakses menu tentang.
Gambar 3.6 Activity Diagram Mengakses Menu Tentang.28
4. Activity Diagram Mengakses Menu Bantuan
Pengguna mengakses menu bantuan dan sistem akan menampilkan bantuan
mengenai cara penggunaan aplikasi sistem pakar penyakit anjing. Activity
diagram mengakses menu bantuan dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Activity Diagram Mengakses Menu Bantuan.29
41
c. Sequence Diagram
Diagram urutan atau sequence diagram adalah iterasi aksi yang menekankan pada
pengiriman pesan dalam suatu waktu tertentu. Berdasarkan use case diagram pada
Gambar 3.3, sequence diagram pada sistem pakar penyakit anjing ini adalah
sebagai berikut.
1. Sequence Diagram Mengakses Menu Data Penyakit
Pengguna sebagai aktor memilih menu data penyakit. Sistem akan menampilkan
daftar penyakit-penyakit anjing. Untuk melihat data, pengguna memilih salah satu
jenis penyakit yang ingin diketahui. Sistem akan meminta data program dari
database dan database akan mengirimkannya kepada sistem untuk ditampilkan
pada halaman data penyakit anjing. Sequence diagram mengakses menu data
penyakit ditunjukkan pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Sequence Diagram Mengakses Menu Data Penyakit 30
42
2. Sequence Diagram Mengakses Menu Diagnosa
Sequence diagram mengakses menu daignosa yang ditunjukkan Gambar 3.9,
dijalankan oleh pengguna. Sistem awalnya akan menampilkan halaman menu
utama untuk pengguna dan pengguna harus menekan menu “Diagnosa Penyakit”
agar sistem dapat menampilkan halaman berisi pertanyaan-pertanyaan
terkaitdengan gejala. Pengguna berinteraksi dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Sistem akan menampilkan hasil diagnosa penyakit anjing
beserta saran pengobatannya pada halaman diagnosa penyakit.
Gambar 3.9 Sequence Diagram Mengakses Menu Diagnosa.31
3. Sequence Diagram Mengakses Menu Tentang
Pengguna sebagai aktor memilih menu tentang yang ada pada menu utama.
Sistem akan meminta data mengenai aplikasi dari database dan database akan
43
mengirimkannya kepada sistem untuk ditampilkan pada halaman “Tentang”.
Sequence diagram mengakses menu tentang ditunjukkan pada Gambar 3.10.
Gambar 3.10 Sequence Diagram Mengakses Menu Tentang 32
4. Sequence Diagram Mengakses Menu Bantuan
Pengguna sebagai aktor memilih menu bantuan yang ada pada menu utama.
Sistem akan meminta data mengenai aplikasi dari database dan database akan
mengirimkannya kepada sistem untuk ditampilkan pada halaman “Bantuan”.
Sequence diagram mengakses menu tentang ditunjukkan pada Gambar 3.11.
Gambar 3.11 Sequence Diagram Mengakses Menu Bantuan 33
44
3.3.3.2 Perancangan Antarmuka
User interface (UI) atau antar-muka pemakai merupakan bagian darikomputer dan
perangkat lunaknya yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan diajak bicara, baik
secara langsung maupun dengan proses pemahaman tertentu. Sistem pakar
penyakit anjing ini memiliki tujuh antar-muka.
a. Interface Halaman Splash Screen
Halaman Splash screen muncul ketika pertama kali membuka aplikasi sistem
pakar penyakit anjing. Rancangan tampilan splash screen dapat dilihat pada
Gambar 3.12.
Gambar 3.12 Rancangan Home Splash Screen 34
b. Interface Menu Utama
Halaman menu utama yang ditunjukkan pada Gambar 3.13 merupakan interface
untuk pengguna akan tampil pertama kali ketika pengguna berhasil melakukan
login.
45
Gambar 3.13 Rancangan Menu Utama 35
c. Interface Daftar Jenis Penyakit
Halaman daftar jenis penyakit merupakan halaman yang menampilkan daftar-
daftar penyakit anjing. Di halaman ini, pengguna dapat memilih penyakit anjing
yang ingin diketahui. Rancangan daftar jenis penyakit disajikan pada Gambar
3.14.
d. Interface Informasi Jenis Penyakit
Halaman informasi jenis penyakit yang ditampilkan pada Gambar 3.15 merupakan
halaman yang menampilkan informasi penyakit anjing yang telah dipilih oleh
pengguna berupa keterangan gejala beserta saran dan juga foto dari penyakit
anjing yang dipilih.
46
Gambar 3.14 Rancangan Daftar Jenis Penyakit36
Gambar 3.15 Rancangan Informasi Jenis Penyakit37
e. Interface Konsultasi
Pada halaman konsultasi, terdapat pertanyaan, jawaban serta solusi dari penyakit
anjing terkait. Rancangan konsultasi berupa pertanyaan dan hasilnya terdapat pada
Gambar 3.16 dan 3.17.
47
Gambar 3.16 Rancangan halaman konsultasi 38
Gambar 3.17. Rancangan halaman hasil diagnosa39
f. Interface Bantuan
Halaman ini berisi tentang cara penggunaan aplikasi sistem pakar penyakit anjing
berbasis android. Gambar 3.18 menunjukkan rancangan antarmuka menu bantuan.
Hasil Diagnosis
48
Gambar 3.18. Rancangan bantuan 40
g. Interface Tentang
Halaman ini memuat tentang deskripsi sistem pakar penyakit anjing dan Gambar
3.19 menunjukkan halaman menu tentang.
Gambar 3.19 Rancangan Tentang41
49
3.3.3.3 Pembuatan Rule
Tahap penentuan aturan ini digunakan sebagai rule yang nantinya akan digunakan
dalam tahap inferensi Fuzzy mamdani. Aturan dibuat berdasarkan pengolahan data
gejala penyakit anjing dan wawancara dengan doketer hewan sistem pakar dalam
bidang penyakit anjing.
3.3.3.4 Fuzzy Mamdani
Sistem pakar pada penelitian ini diakukan dengan menggunakan metode Fuzzy
Mamdani. Tahapan analisis sistem pakar dengan Fuzzy Mamdani. dimulai dari
penentuan input variable dan diakhiri oleh output variable. Variable input-nya
adalah gejala-gejala penyakit anjing dan variabel output-nya adalah diagnosis
penyakit anjing. Tahapan pertama pada sistem pakar penyakit anjing ini ialah
penentuan bobot untuk setiap gejala yang ada. Kemudian dari geala-gejala
tersebut, dibentuk suatu basis pengetahuan atau rule Fuzzy.
Langkah terakhir adalah proses defuzzyfikasi. Proses defuzzyfikasi adalah suatu
proses untuk memproduksi sebuah nilai yang dapat dihitung dalam bentuk logika.
Nilai tersebut sesuai dengan nilai yang diberikan oleh himpunan Fuzzy dan derajat
keanggotaan. Metode defuzzyfikasi yang digunakan ialah metode MOM. pada
Metode MOM dilakukan perhitungan dengan cara mengambil nilai rata-rata dari
domain yang memiliki nilai keanggotaan paling tinggi.
3.3.4 Pengujian Sistem
Pengujian pada sistem pakar ini menggunakan metode blackbox testing. Pengujian
dilakukan guna memastikan apakah sistem sesuai dengan yang diharapkan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai
berikut:
1. Sistem pakar penyakit anjing dengan menggunakan Metode Fuzzy telah
berhasil dikembangkan.
2. Sistem pakar penyakit anjing ini dapat mengidentifikasi penyakit yang diderita
anjing dengan tingkat keakuratan rata-rata sebesar 76,57% menurut pakar
anjing, 83% pecinta anjing, dan 86% menurut Mahasiswa Ilmu Komputer
Universitas Lampung. Rata-rata tingkat keakuratan dari Sistem Pakar
Penyakit Anjing ini adalah 81,85%, termasuk dalam kriteria penilaian sangat
baik.
5.2 Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Pengembangan menggunakan metode inferensi lainnya, seperti Tsukamoto.
2. Pengembangan dengan menggunakan data penyakit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim A. 2017. Tarif Berobat ke Dokter Hewan. MyCity. 10 Oktober 2017.
https://dokter-hewan.com/?p=209. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim B. 2017. Cacingan pada Anjing - Gejala & Cara Mengatasinya. PT Raja Pet Pasti Sukses. 4 Januari 2019. https://rajapetshop.com/en/news/CACINGAN-PADA-ANJING---GEJALA-and-CARA-MENGATASINYA. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim C. 2013. Managing epi. Epi for dogs foundation, Inc. 4 Januari 2019.http://www.epi4dogs.com/beforeafter.html. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim D. 2018. 13 Cara Menyembuhkan Anjing Sesak Nafas yang Cepat dan Tepa. Arena hewan.com. 4 Januari 2019.https://arenahewan.com/cara-menyembuhkan-anjing-sesak-nafas. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim E. 2016. Otitis Externa. Zoetis. 4 Januari 2019. https://www.zoetis.co.za/health-management/otitis-externa.aspx. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim F. 2015. Baker Institute for Animal Health. Cornel University. Januari 2019. https://www.vet.cornell.edu/departments-centers-and-institutes/baker-institute/about-us/animal-health-articles/canine-parvovirus. Diakses pada 25 November 2018.
Anonim G. 2016. Pyoderma. Sayang Guguk. 4 Januari 2019. http://sayanggukguk.blogspot.com/2015/05/pyoderma.html. Diakses pada 25 November 2018.
79
Anonim H. 2013. Pyometra. Northwest PA Pet Emergency Cemter. 4 Januari 2019. http://www.eriepetemergency.com/pyometra-canine.html. Diakses pada 25 November 2018.
Alexandrova, S. 2015. Demodicosis in adult cross breed dog secondary to corticosteroids treatment. Vets on The Balkans. 4 Januari 2019. http://balkanvets.com/index.php/2015/10/03/demodicosis-in-adult-cross-breed-dog-secondary-to-corticosteroids-treatment/. Diakses pada 25 November 2018.
Andi, 2009. Pengembangan Sistem Pakar Menggunakan Visual Basic. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Arhami, M., 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar, Yogyakarta: Penerbit Andi.
Azwar, S. 2011. Sikap dan Perilaku dalam Sikap manusia Teori dan Pengukurannya 2nd edition. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bellows, J. 2017. Gingivitis and Stomatitis in Dogs. VCA. 4 Januari 2019.https://vcahospitals.com/know-your-pet/gingivitis-and-stomatitis-in-dogs. Diakses pada 25 November 2018.
Brooks, W. 2017. Sarcoptic Mange (Scabies) in Dogs. Veterinary Partner. 4 Januari 2019. https://veterinarypartner.vin.com/default.aspx?pid=19239&id=4951492. Diakses pada 25 November 2018.
Crosby, J. T. 2018. Canine Parasites. The Spruce Pets. 4 Januari 2019. https://www.thesprucepets.com/canine-parasites-3385013. Diakses pada 25 November 2018.
Dartawibawa, U., 2013. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Anjing Dengan Menggunakan Metode Dempster-Shafer Berbasis Android., Pekanbaru: Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Dewanti, I., 2017. Sistem Pakar Berbasis Web untuk Mendiagnosa Penyakit Anjing Menggunakan Forward Chaining, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
80
Dodgson, L. 2018. A homeopathy enthusiast gave rabid dog saliva to a 4-year-old to treat bad behaviour — and scientists aren’t happy. Business Insider Singapore. 4 Januari 2019. https://www.businessinsider.sg/homeopathy-fan-thinks-rabid-dog-saliva-can-cure-boys-bad-behaviour-2018-4/?r=US&IR=T. Diakses pada 25 November 2018.
Elliott, P. 2015. How to Treat Dog Constipation. Wikihow. 4 Januari 2019. https://www.wikihow.com/Treat-Dog-Constipation. Diakses pada 25 November 2018.
Ellison, G. 2012. Abdominal Radiograph. Research Gate. 4 Januari 2019. https://www.researchgate.net/figure/Abdominal-radiograph-showing-megacolon-associated-with-type-II-atresia-ani-in-a-dog_fig7_221925191. Diakses pada 25 November 2018.
Engle, A. L. 2018. How to treat ringworm in cats and dogs. Animal Wellness. 4 Januari 2019. https://animalwellnessmagazine.com/treatringworm/. Diakses pada 25 November 2018.
Fletcher, D. 2013. Canine & Feline Ear Problems. Viovet. 4 Januari 2019. https://www.viovet.co.uk/knowledgebase/a173-Canine-and-Feline-Ear-Problems. Diakses pada 25 November 2018.
Indrasari, R., 2011. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Autis Berbasis
Web, Semarang: Universitas Stikubank.
Kastina, M. & Silalahi, M., 2016. Logika Fuzzy Metode Mamdani Dalam Sistem Keputusan Fuzzy Produksi Menggunakan Matlab. JIK: Jurnal Ilmu Komputer, Volume Vol 1 No 2.
Kelung, C. J. 2017. Sistem Pakar Pengenalan Dan Penanganan Awal Penyakit Pada Anjing Di Manado. Universitas Sam Ratulangi.
Kusumadewi, Sri. 2003. Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Munirah, M., Suriawati, S. & Teresa, P., 2015. Design and Development of Online Dog Diseases Diagnosing System. International Journal of Information and Education Technology, Volume Vol 6 No 11.
81
Nidhira, S. & Dondeti, J., 2012. Black Box and White Box Testing Techniques – A Literature review. International Journal of Embedded System and Applications (IJESA).
Niswati, Z. , Paramitha, A., Mustika, FA. 2016. Aplikasi Fuzzy Logic dalam Diagnosa Penyakit Diabetes Mellitus pada PUSKESMAS di Jakarta Timur. Jurnal Nasional Teknologi & Sistem Informasi.
Pressman, R. S., 2008. Rekayasa Perangkat Lunak: Pendekatan Praktisi (Buku Dua). Yogyakarta: Penerbit Andi.
Respatiningtyas, P. 2017. 5 Hal Penting Distemper pada Anjing. Tanya dokter hewan. 4 Januari 2019. https://tanyadokterhewan.com/2017/08/08/5-hal-penting-distemper-pada-anjing/. Diakses pada 25 November 2018.
Setyarin, E., Putra, D. & Purnawan, A., 2013. The Analysis of Comparison of Expert System of Diagnosing Dog Disease by Certainty Factor Method and Dempster-Shafer Method. IJCSI.
Syafrizal, D. P., Setyaningrum, A. H. & Hulliyah, K., 2015. Penggunaan Metode Forward Chaining pada Aplikasi Deteksi Pendingin Reaktor Serbaguna PRSG Batan. Jurnal Teknik Informatika, Volume Vol 8 No 1, pp. 1-9.
Sharman, M. 2011. Mycotic Rhinosinusitis In Dogs. Research Gate. 4 Januari 2019. https://www.researchgate.net/figure/Mucopurulent-Nasal-Discharge-in-a-dog-affected-by-sinonasal-aspergillosis_fig1_283053633. Diakses pada 25 November 2018.
Siswanto, 2010. Kecerdasan Tiruan Edisi 2. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sommerville, I., 2011. Software Engineering. 9th Edition ed. Wokingham: Addison-Wesley.
Yulianti, M. A., 2012. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Anjing dengan Forward Chaining, Bandung: Universitas Kristen Maranatha.
82
Yusni. 2014. Hepatitis Kronis (Penyakit Kuning) Pada Anjing. Anjingkita.com. 4 Januari 2019. https://anjingkita.com/artikel/26166/hepatitis-kronis-penyakit-kuning-pada-anjing. Diakses pada 25 November 2018.
Zulkifli, 2012. Model Prediksi Berbasis Neural Network untuk Pengujian Perangkat Lunak Metode Black-Box. Jurnal teknik Informatika STMIK Teknorat, pp. 160-167.