21
Paper SINUSITIS FRONTALIS AKUT Pembimbing: dr. Rihanna Lubis Oleh: Kharisma Prasetya Adhyatma 070100083 KEPANITRAAN KLINIK SENIOR DEPARTEMEN SMF ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN USU RSUP H. ADAM MALIK MEDAN 2012

Sinusitis Frontalis Akut

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sinusitis Frontalis Akut

Paper

SINUSITIS FRONTALIS AKUT

Pembimbing: dr. Rihanna Lubis

Oleh:

Kharisma Prasetya Adhyatma

070100083

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR

DEPARTEMEN SMF ILMU KESEHATAN

TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

RSUP H. ADAM MALIK

MEDAN

2012

Page 2: Sinusitis Frontalis Akut

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan

rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan paper ini dengan tepat waktu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Rihana, selaku PPDS

pembimbing makalah ini, serta kepada dokter-dokter PPDS lainnya yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan makalah ini, sehingga dapat

selesai walaupun masih jauh dari sempurna.

Penulisan paper ini bertujuan untuk mengetahui pencapaian pembelajaran

dalam kepaniteraan klinik senior Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Bedah Kepala Leher di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

terutama mengenai Sinusitis Frontalis Akut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Departemen Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher dalam penyusunan paper ini. Penulis

menyadari bahwa penyusunan paper ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari

kesempurnaan dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karenanya,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun, untuk kesempurnaan paper

ini.

Medan, 30 Juli 2012

Penulis

i

Page 3: Sinusitis Frontalis Akut

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1. Latar Belakang...............................................................................................1

1.2. Tujuan..............................................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................32

3.1. Definisi........................................................................................................32

3.2. Etiopatofisiologi..........................................................................................32

3.3. Epidemiologi...............................................................................................33

3.4. Gejala Klinis................................................................................................33

3.5. Diagnosis.....................................................................................................34

3.6. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................36

3.7. Penatalaksanaan...........................................................................................36

3.8. Komplikasi..................................................................................................38

3.9. Prognosis.....................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................44

ii

Page 4: Sinusitis Frontalis Akut

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sinusitis merupakan penyakit yang sering ditemukan dalam praktek dokter sehari-

hari, bahkan dianggap sebagai salah satu penyebab gangguan kesehatan tersering di seluruh

dunia. 1

Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Umumnya disertai

atau dipicu oleh rinitis sehingga disebut rinosinusitis. Penyebab utamanya adalah selesma

(common cold) yang mÏerupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti olek infeksi

bakteri. Jika mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua

sinus paranasal disebut pansinusitis. 1

Yang paling sering terkena adalah sinus etmoid dan maksila, sedangkan sinus frontal

lebih jarang dan sinus sfenoid lebih jarang lagi. Sinus maksila disebut juga antrum Highmore,

letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus sehingga

disebut sinusitis dentogen. Sinusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan

komplikasi ke orbita dan intrakranial, serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang

sulit diobati. 1

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik senior

Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)

RSUP H. Adam Malik Medan dan meningkatkan pemahaman mahasiswa mengenai sinusitis

frontalis akut.

1

Page 5: Sinusitis Frontalis Akut

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sinus Frontal

Sinus frontal terletak di os frontal dan mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus. Ini

berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Setelah lahir, sinus

frontal berkembang pada usia 8-10 tahun dan mencapai ukuran maksimal sebelum berusia 20

tahun. 3

Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, dimana satu lebih besar dari yang

lain dan dipisahkan oleh sekat yang terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa

hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang dari 5% sinus frontalnya tidak berkembang. 3

Ukuran sinus frontal adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm, dan dalamnya 2 cm.

Sinus frontal biasanya bersekat-sekat dan tepi sinus berlekuk-lekuk. Tidak adanya gambaran

septum-septum atau lekuk-lekuk dinding sinus pada foto Rontgen menunjukkan adanya

infeksi sinus. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang tipis dari orbita dan fosa serebri

anterior sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini. 3

Dinding anterior sinus frontal berhubungan dengan kulit dahi, dinding inferior

berhubungan dengan orbita dan isinya, dan dinding posteriornya adalah meninges dan lobus

frontal otak. Sinus maksila dapat berhubungan langsung ke meatus media ataupun melalui

duktus frontonasal. Pada meatus media, sinus frontal berdrainase ke resesus frontal,

infundibulum etmoid, dan bula etmoid. 2

2

Page 6: Sinusitis Frontalis Akut

Gambar 1. Potongan Sagital Sinus Paranasal 6

Gambar 2. Sinus Frontal Pada Potongan Koronal CT scan 7

3

Page 7: Sinusitis Frontalis Akut

2.2 Fisiologi Sinus Paranasal

2.2.1 Ventilasi Sinus

Ventilasi sinus berlangsung melalui ostiumnya. Ketika inspirasi, arus udara

menyebabkan terjadinya tekanan negatif di dalam hidung. Ini bervariasi dari -6 mm sampai -

200 mm H2O, tergantung dari kekuatan inspirasi. Saat ekspirasi, tekanan positif terbentuk di

dalam hidung dan ini menyebabkan terjadinya ventilasi sinus. Jadi ventilasi dalam sinus

bersifat paradoks dimana sinus tidak berisi udara saat inspirasi dan berisi udara saat ekspirasi.

Ini terbalik dengan yang terjadi di dalam paru dimana paru-paru berisi udara ketika inspirasi

dan tidak berisi udara saat ekspirasi. 2

2.2.2 Drainase Mukosa Pada Sinus

Mukus yang disekresi di sinus paranasal menuju ke ostium sinus paranasal. Di sini,

silia sangat aktif dan mendorong mukus ke dalam meatus yang kemudian menuju ke faring.

Mukus dari kelompok sinus anterior berjalan sepanjang lateral pharygeal gutter yang

terdapat di belakang posterior pillar, sedangkan mukus dari kelompok sinus posterior

menyebar ke dinding posterior faring dan kemudian ditelan. Infekasi pada kelompok sinus

anterior, lateral lymphoid band, yang terletak di belakang posterior pillar akan hipertrofi. 2

2.2.3 Fungsi Sinus Paranasal

Sampai saat ini belum ada penyesuaian pendapat mengenai fisiologi sinus paranasal.

Ada yang berpendapat bahwa sinus paranasal ini tidak mempunyai fungsi apa-apa karena

terbentuk sebagai akibat pertumbuhan tulang wajah. Beberapa teori yang dikemukakan

sebagai fungsi sinus paranasal antara lain: 2,3

1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)

Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur

kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini karena ternyata tidak terdapat

pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga hidung.

Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang dari 1/1000 volume sinus pada

tiap kali bernafas sehingga dibutuhkan beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam

4

Page 8: Sinusitis Frontalis Akut

sinus. Lagipula mukosa sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak

mukosa hidung.

2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)

Sinus paranasal berfungsi sebagai penahan atau buffer panas, melindungi orbita dan

fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah. Tetapi kenyataannya sinus-sinus

yang besar tidak terletak diantara hidung dan organ-organ yang dilindungi.

3. Membantu keseimbangan kepala

Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang wajah. Akan

tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang, hanya akan memberikan penambahan

berat sebesar 1% dari berat kepal sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.

4. Membantu resonansi suara

Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan mempengaruhi

kulaitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat bahwa posisi sinus dan ostiumnya tidak

memungkinkan sinus berfungsi sebagai resonator yang efektif. Lagipula tidak korelasi antara

resonansi sinus dengan besarnya sinus pada hewan-hewan tingkat rendah.

5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara

Fungsi sebagai peresam perubahan tekanan udara ini berjalan bila ada perubahan

tekanan yang besar dan mendadak, misalnya sewaktu bersin atau membuang ingus.

6. Membantu produksi mukus

Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal jumlahnya sedikit dibandingkan dengan

mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk membersihkan partikel yang ikut masuk

dengan udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius dimana merupakan

tempat yang paling strategis.

2.3 Sinusitis Frontalis Akut

2.3.1 Definisi

Sinusitis frontalis adalah peradangan pada sinus frontal yang terjadi di bawah 4

minggu. 1,8,9

5

Page 9: Sinusitis Frontalis Akut

2.3.2 Faktor Resiko

Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis

anterior. Sinus frontal berkembang dari sel-sel etmoidalis anterior, dan duktus nasalis

frontalis yang berlekuk-lekuk berjalan amat dekat dengan sel-sel ini. Maka, faktor resiko atau

faktor predisposisi terjadinya sinusitis frontal adalah sama dengan faktor-faktor untuk infeksi

sinus lainnya. 4,8

2.3.3 Etiologi

Sinusitis frontalis akut dapat disebabkan oleh:

masuknya air ke dalam sinus saat berenang atau menyelam

biasanya didahului dengan adanya infeksi virus pada saluran nafas bagian atas yang

diikuti dengan invasi bakteri

trauma eksternal pada sinus seperti fraktur atau luka penetrasi

edema meatus media, sekunder terhadap infeksi sinus maksila atau etmoid yang

ipsilateral 5,8

2.3.4 Gejala Klinis

Gejala klinis pada sinusitis frontal akut adalah:

Nyeri kepala frontal. Nyeri kepala ini biasanya berat dan terlokalisasi pada daerah

sinus yang terkena. Biasanya pada daerah dahi atau seluruh kepala. Nyeri kepala ini

mempunyai karakteristik periodik dimana timbul pada saat bangun tidur, memberat

dan mencapai puncak nyeri pada siang hari dan perlahan-lahan mereda hingga

menjelang malam. Nyeri kepala ini disebut dengan: office headache karena hanya

muncul sewaktu jam orang bekerja di kantor.

Tenderness.Tekanan pada bagian atas sinus frontal, di atas canthus media,

menyebabkan timbulnya nyeri. Ini juga dapat timbul dengan mengetuk dinding

anterior sinus frontal pada regio supraorbita bagian medial.

Bengkak atau edema pada kelopak mata bagian atas

Nasal discharge 1,4,8

6

Page 10: Sinusitis Frontalis Akut

2.3.5 Diagnosis

Diagnosis sinusitis frontalis akut dibuat berdasarkan anamnesis sesuai dengan gejala

yang telah dikeluhkan pasien, pemeriksaan rinoskopi, dan dengan X-ray. Pada pemeriksaan

X-ray, akan tampak daerah opak atau gambaran fluid level pada sinus yang terkena. X-ray

dengan posisi Water’s dan foto lateral harus dilakukan. 8

2.3.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan sinusitis frontalis akut tediri dari medikamentosa dan tindakan

pembedahan. Medikamentosa untuk sinusitis frontalis akut sama dengan sinusitis maksilaris

akut dimana diberikan antimikroba, dekongestan ostium sinus untuk drainase, dan analgetik.

Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika kuman

diperkirakan telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka dapat diberikan

amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2. Pada sinusitis, antibiotik

diberikan selama 10-14 hari meskipun gejala klinis sudah hilang. Dekongestan yang

diberikan boleh oral atau topikal. Selain obat di atas, dapat diberikan steroid oral atau topikal,

pencucian rongga hidung dengan NaCl atau pemanasan (diatermi). Antihistamin tidak rutin

diberikan karena antikolinergiknya dapat membuat sekret menjadi lebih kental. Tetapi

kombinasi antihistamin dengan nasal dekongestan oral (pseudoefedrin atau phenylephrine

hydrochloride) terbukti bermanfaat. 1,8

Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan adalah trepanasi sinus frontal dan antral

lavage. Apabila tetap terdapat nyeri atau pireksia selama 48 jam setelah diberikan

medikamentosa, atau terdapat pembengkakan pada kelopak mata yang semakin besar dan

mengancam terjadinya selulitis orbita, sinus frontal harus didrainase dari luar atau dilakukan

tindakan trepanasi sinus frontal. Insisi dilakukan secara horizontal sebesar 2 cm pada daerah

superomedial orbita di bawah alis mata. Suatu bor kecil digunakan untuk membuat lubang

tipis yang menjadi dasar sinus frontal. Suatu kateter ditempatkan di dalam sinus untuk

drainase pus serta irigasi sinus. Pus diambil untuk dilakukan kultur dan tes sensitivitas. Irigasi

sinus dilakukan dengan cairan normal saline dua sampai tiga kali per hari sampai duktus

frontonasal menjadi paten. Ini dapat diketahui dengan menambahkan beberapa tetes

methylene blue pada cairan irigasi dan melihat apakah cairan tersebut keluar melalui hidung.

Kateter dapat diangkat apabila duktus frontonasal telah paten. Antral lavage dilakukan pada

7

Page 11: Sinusitis Frontalis Akut

keadaan co-existence maxillary sinusitis dimana ini akan mendorong terjadinya drainase

dengan cara mengatasi edema pada meatus media. 4,8

2.3.7 Komplikasi Sinusitis

Angka kejadian komplikasi sinusitis telah menurun sejak ditemukannya antibiotik.

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan dari sinusitis akut adalah:

Komplikasi orbita

Komplikasi orbita dapat berupa edema palpebra, selulitis orbita (infeksi pada

jaringan lunak posterior dari septum orbita), abses subperiosteal (pus di bawah

periosteum lamina papirasea), abses orbita, dan trombosis sinus kavernosus.

Inflamasi pada kelopak mata dapat diobati dengan pemberian antibiotik oral

sedangkan selulitis orbita biasanya respon terhadap antibiotik intravena. Abses

subperiosteal dan abses orbita memerlukan drainase operatif. Trombosis sinus

kavernosus sangat mengancam jiwa dan mempunyai prognosis yang jelek walaupun

telah diberikan penatalaksanaan medikal dan operatif yang agresif. Insidensi

terjadinya komplikasi orbita lebih tinggi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.

Kelainan intrakranial

Kelainan intrakranial dapat berupa meningitis, abses ekstradural, epidural atau

subdural, trombosis sinus kavernosus atau abses lobus frontalis apabila infeksi

menyebar melalui dinding belakang sinus.

Osteomielitis dan abses superiosteal

Ini merupakan kompliaksi yang paling sering timbul akibat sinusitis frontal

dan biasanya ditemukan pada anak-anak. Pada osteomielitis sinus maksila dapat

timbul fistula oroantral atau fistula pada pipi.

Sinusitis subakut atau kronik apabila sinusitis akut tidak diobati atau diberikan

penanganan yang tidak sesuai. 1,5,8,9,10

8

Page 12: Sinusitis Frontalis Akut

2.3.8 Prognosis

Sinusitis secara primer tidak menyumbang angka kematian kecuali terkomplikasi.

Sekitar 40% kasus sembuh sendiri tanpa bantuan antibiotik. Angka kesembuhan spontan

dari sinusitis viral mencapai 98%. Beberapa studi menunjukkan perbaikan sampai 25%

kasus sinusitis frontalis dengan pengobatan yang tepat dan operasi. 5,10

9

Page 13: Sinusitis Frontalis Akut

BAB 3

KESIMPULAN

Sinusitis frontalis akut adalah peradangan pada sinus frontal yang terjadi di bawah 4

minggu. Sinusitis frontalis akut hampir selalu bersama-sama dengan infeksi sinus etmoidalis

anterior.

Gejala klinis pada sinusitis frontal akut adalah nyeri kepala frontal, nyeri tekan oada

daerah sinus frontal, bengkak pada kelopak mata bagian atas, dan adanya nasal discharge.

Diagnosis sinusitis frontalis akut dibuat berdasarkan anamnesis sesuai dengan gejala yang

telah dikeluhkan pasien, pemeriksaan rinoskopi, dan dengan X-ray.

Penatalaksanaan sinusitis frontalis akut tediri dari medikamentosa dan tindakan

pembedahan. Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Tindakan

pembedahan yang dapat dilakukan adalah trepanasi sinus frontal dan antral lavage.

10

Page 14: Sinusitis Frontalis Akut

DAFTAR PUSTAKA

1. Soetjipto, D. & Mangunkusomo, E., 2007. Sinus Paranasal. Dalam: Soepardi, E. A.,

Iskandar, N., Bashiruddin, J., dan Restuti, R. D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 145-9.

2. Dhingra, P. L., 2007. Anatomy and Physiology of Paranasal Sinuses. In : Disease of Ear,

Nose and Throat 4th Edition. New Delhi: Elsevier, 178-80.

3. Mangunkusomo, E. & Soetjipto, D., 2007. Sinusitis. Dalam: Soepardi, E. A., Iskandar,

N., Bashiruddin, J., dan Restuti, R. D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorok Kepala & Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 150-5.

4. Hilger, P. A., 1997. Penyakit Sinus Paranasal. Dalam: Adams, G. L., Boies, L. R., Higler,

P. A. BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOEIS Fundamentals of Otolaryngology) Edisi

Keenam. Jakarta: EGC, 240-5.

5. Brook, Itzhak, 2012. Acute Sinusitis. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#showall (diakses tanggal 27

Juli 2012).

6. Netter, F.H. Nasal Region. In: Interactive Atlas of Human Anatomy Version 2.0. Swiss:

Novartis. 126-8.

7. Standring, S., 2008. Viscera: Paranasal Sinuses. In: GRAY’S Anatomy: The Anatomical

Basic of Clinical Practice Thirty-Ninth Edition. Philadelphia: Elsevier.

8. Dhingra, P. L., 2007. Acute Sinusitis. In : Disease of Ear, Nose and Throat 4th Edition.

New Delhi: Elsevier, 181-4.

9. Lalwani, A. K., 2007. Acute and Chronic Sinusitis. In: Current Diagnosis & Treatment /

Otolaryngology Head and Neck Surgery Second Edition. New York: Mc Graw-Hill.

10. Krishna, Priya, 2011. Acute Frontal Sinusitis Surgery. Diunduh dari:

http://emedicine.medscape.com/article/862292-overview#showall (diakses tanggal 27

Juli 2012).

11