5
332 | JULI - AGUSTUS 2010 LATAR BELAKANG Piriformis berasal dari 2 kata ‘pirum’ yang berarti buah pir dan ‘forma’ yang artinya bentuk. Pertama kali didefi- nisikan oleh seorang ahli anatomi dan botani Belgia, Adrian van der Spieghel (1578 - 1625). Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa 36% kasus ischialgia akibat artritis sacro- iliaca ditransmisikan melalui musculus piriformis. Pada tahun 1936, Shordania mengenalkan istilah ‘piriformitis’ atas pengamatannya pada 37 perempuan dengan ischialgia. Dan baru di tahun 1947 Robinson membuat terminologi ‘sindroma piriformis’; beliau melapor- kan bahwa musculus piriformis dan jaringan fascia dapat menyebabkan ischialgia. 1 Meskipun terjadi evolusi diagnosis dan teknik modern se- perti MRI, sindrom piriformis tetaplah merupakan diagnosis eksklusi dan kontroversial. Sebagian besar kontro- versinya berakar dari relatif jarangnya penegakan diagnosis sindrom pirifor- mis dibandingkan dengan pengenal- an dan tatalaksana penyebab iskialgia yang berasal dari vertebrae lumbal. 2 EPIDEMIOLOGI Nyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah; merupakan keluhan umum dengan insidensi sekitar 60–90% se- lama hidup seseorang. 3 Frekuensi sindrom piriformis diperkirakan ham- pir 6% dari total kasus iskialgia dalam praktek dokter keluarga di AS 4 , se- mentara di Indonesia belum ada data. Beberapa laporan menunjukkan rasio angka kejadian perempuan dibanding laki-laki 6:1. 5 ANATOMI Musculus piriformis berbentuk pi- ramida, rata, berasal dari permukaan ventrolateral vertebrae sacrum 2 sam- pai 4, kemudian melewati foramen ischiadicum majus dan berada di se- belah dorsal nervus ischiadicus sebe- lum berinsersi di bagian superomedial trochanter major os femur. Musculus piriformis merupakan otot rotator panggul paling proksimal. Dengan panggul ekstensi, muscu- lus piriformis berfungsi untuk rotasi eksternal panggul. Bila panggul fleksi, maka otot ini berfungsi sebagai ab- duktor panggul. 6 Cabang saraf dari L5, S1, dan S2 menginervasi musculus piriformis. Musculus gemellus supe- rior, musculus gemellus inferior, mus- culus quadratus femoris, dan muscu- lus obturator internus bekerja sinergis dengan musculus piriformis. Banyak variasi hubungan antara nervus ischia- dicus dan musculus piriformis. Nervus ischiadicus terdiri dari cabang radix nervi L3 sampai S3; biasanya berjalan anterior dari musculus piriformis dan dorsal dari musculus gemellus setelah keluar dari pelvis melalui foramen is- chiadicum majus (Gambar 1). 7 PATOFISIOLOGI Etiologi sindrom piriformis masih be- lum jelas namun gejalanya mungkin akibat neuritis bagian proksimal ner- vus ischiadicus. Musculus piriformis se- lain mengiritasi, dapat pula menekan nervus ischiadicus, terkait dengan spasme dan/atau kontrakturnya, prob- lem ini menyerupai ischialgia diskoge- nik (pseudoischialgia). Berdasarkan etiologi, sindrom pirifor- mis dapat dibagi atas penyebab prim- er dan sekunder (Tabel 1). Penyebab primer terjadi akibat kompresi saraf langsung akibat trauma atau faktor intrinsik musculus piriformis, termasuk variasi anomali anatomi otot, hiper- trofi otot, inflamasi kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam perlengketan. Penyebab sekunder termasuk gejala yang ter- kait lesi massa dalam pelvis, infeksi, Sindrom Piriformis Rizal RS Dr. Oen Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Gambar 1. Tampilan posterior panggul yang menunjukkan perjalanan nervus ischiadicus. Perha- tikan posisi musculus piriformis dan musculi rotator eksternal yang pendek memungkinkan terjadinya kompresi di area tersebut. Spina iliaca posterior superior M. Gluteus minimus A & N. Gluteus superior M. Piriformis Lig. Sacrotuberale M. Gluteus medius Mm. Obturator internus & gemellus A & N. Gluteus inferior Trochanter major Mm. Obturator eksternus N. Ischiadicus M. Quadriceps femoris M. Gluteus maximus N. Ischiadicus CDK ed_178_a.indd 332 20/06/2010 21:46:55

Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

  • Upload
    hamien

  • View
    275

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

332 | JULI - AGUSTUS 2010

lAtArBelAkAnGPiriformis berasal dari 2 kata ‘pirum’ yang berarti buah pir dan ‘forma’ yang artinya bentuk. Pertama kali didefi-nisikan oleh seorang ahli anatomi dan botani Belgia, Adrian van der Spieghel (1578 - 1625). Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa 36% kasus ischialgia akibat artritis sacro-iliaca ditransmisikan melalui musculus piriformis. Pada tahun 1936, Shordania mengenalkan istilah ‘piriformitis’ atas pengamatannya pada 37 perempuan dengan ischialgia. Dan baru di tahun 1947 Robinson membuat terminologi ‘sindroma piriformis’; beliau melapor-kan bahwa musculus piriformis dan jaringan fascia dapat menyebabkan ischialgia.1 Meskipun terjadi evolusi diagnosis dan teknik modern se- perti MRI, sindrom piriformis tetaplah merupakan diagnosis eksklusi dan kontroversial. Sebagian besar kontro-versinya berakar dari relatif jarangnya penegakan diagnosis sindrom pirifor-mis dibandingkan dengan pengenal-an dan tatalaksana penyebab iskialgia yang berasal dari vertebrae lumbal.2

EPIDEMIOLOGINyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah; merupakan keluhan umum dengan insidensi sekitar 60–90% se-lama hidup seseorang.3 Frekuensi sindrom piriformis diperkirakan ham-pir 6% dari total kasus iskialgia dalam praktek dokter keluarga di AS4, se-mentara di Indonesia belum ada data.

Beberapa laporan menunjukkan rasio angka kejadian perempuan dibanding laki-laki 6:1.5

ANATOMIMusculus piriformis berbentuk pi-ramida, rata, berasal dari permukaan ventrolateral vertebrae sacrum 2 sam-pai 4, kemudian melewati foramen ischiadicum majus dan berada di se-belah dorsal nervus ischiadicus sebe-lum berinsersi di bagian superomedial trochanter major os femur.

Musculus piriformis merupakan otot rotator panggul paling proksimal. Dengan panggul ekstensi, muscu-lus piriformis berfungsi untuk rotasi

eksternal panggul. Bila panggul fleksi, maka otot ini berfungsi sebagai ab-duktor panggul.6 Cabang saraf dari L5, S1, dan S2 menginervasi musculus piriformis. Musculus gemellus supe-rior, musculus gemellus inferior, mus-culus quadratus femoris, dan muscu-lus obturator internus bekerja sinergis dengan musculus piriformis. Banyak variasi hubungan antara nervus ischia-dicus dan musculus piriformis. Nervus ischiadicus terdiri dari cabang radix nervi L3 sampai S3; biasanya berjalan anterior dari musculus piriformis dan dorsal dari musculus gemellus setelah keluar dari pelvis melalui foramen is-chiadicum majus (Gambar 1).7

PATOFISIOLOGIEtiologi sindrom piriformis masih be-lum jelas namun gejalanya mungkin akibat neuritis bagian proksimal ner-vus ischiadicus. Musculus piriformis se-lain mengiritasi, dapat pula menekan nervus ischiadicus, terkait dengan spasme dan/atau kontrakturnya, prob-lem ini menyerupai ischialgia diskoge-nik (pseudoischialgia).

Berdasarkan etiologi, sindrom pirifor-mis dapat dibagi atas penyebab prim-er dan sekunder (Tabel 1). Penyebab primer terjadi akibat kompresi saraf langsung akibat trauma atau faktor intrinsik musculus piriformis, termasuk variasi anomali anatomi otot, hiper-trofi otot, inflamasi kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam perlengketan. Penyebab sekunder termasuk gejala yang ter-kait lesi massa dalam pelvis, infeksi,

Sindrom PiriformisRizal

RS Dr. Oen Solo Baru, Sukoharjo, Jawa Tengah, Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Tampilan posterior panggul yang menunjukkan perjalanan nervus ischiadicus. Perha-tikan posisi musculus piriformis dan musculi rotator eksternal yang pendek memungkinkan terjadinya kompresi di area tersebut.

Spina iliaca posterior superior

M. Gluteus minimus

A & N. Gluteus superior

M. Piriformis

Lig. Sacrotuberale

M. Gluteus medius

Mm. Obturator internus & gemellus

A & N. Gluteus inferior

Trochanter major

Mm. Obturator eksternus

N. Ischiadicus

M. Quadriceps femoris

M. Gluteus maximus

N. Ischiadicus

CDK ed_178_a.indd 332 20/06/2010 21:46:55

Page 2: Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

333| JULI - AGUSTUS 2010

anomali pembuluh darah atau simpai fibrosis yang melintasi saraf, bursitis tendon piriformis, inflamasi sacroili-aca, dan adanya titik-titik picu myofas-cial. Penyebab lain dapat berasal dari: pseudoaneurysma arteri gluteus infe-rior, sindrom piriformis bilateral terkait dengan posisi duduk yang berkepan-jangan, cerebral palsy terkait dengan hipertonus dan kontraktur, arthroplasti panggul total seperti yang akan didis-kusikan berikut, dan myositis ossifi-cans.1

Tabel 1: Penyebab Sindrom Piriformis

Primer Sekunder

Trauma

Pyomyositis

Myositis ossificans

Dystonia musculorum deformans

Hipertrofi

Adhesi

Fibrosis

Variasi anatomi

Hematoma

Bursitis

Pseduoaneurisma

Pronasi berlebihan

Massa

Anomali vassa

Simpai fibrosis

Hiperlordosis lumbal dan kontraktur panggul pada posisi fleksi mening-katkan regangan musculus pirifor-mis juga cenderung menyebabkan gejala sindrom piriformis. Pasien de-ngan kelemahan otot-otot abduktor atau ketimpangan panjang tungkai bawah juga cenderung mengalami sindrom ini. Perubahan biomekanika gaya berjalan (gait) sebagai penyebab hipertrofi musculus piriformis dan in-flamasi kronik, juga akan memuncul-kan sindrom piriformis. Dalam proses melangkah, saat fase berdiri (stance phase) musculus piriformis teregang sejalan dengan beban pada pang-gul yang dipertahankan dalam posisi rotasi internal. Saat panggul mema-suki fase ayun (swing phase), musculus piriformis berkontraksi dan membantu rotasi eksternal. Musculus piriformis tetap dalam kondisi teregang selama proses melangkah dan cenderung lebih hipertrofi dibanding otot lain di sekitarnya. 8,9 Setiap abnormalitas proses melangkah yang melibatkan panggul dengan posisi rotasi internal

atau adduksi yang meningkat dapat semakin meregangkan musculus piri-formis.

Trauma tumpul dapat menyebabkan hematom dan fibrosis di antara ner-vus ischiadicus dan otot-otot rotator eksternal pendek, salah satu pemicu gejala sindrom ini; suatu studi menun-jukkan di antara 15 pasien sindroma piriformis pasca trauma langsung di area pantat, aktifitas normal kembali 2 bulan setelah operasi pembebasan tendon piriformis tendon dan neuroli-sis nervus ischiadicus.10

Radikulopati lumbal bagian bawah mengakibatkan iritasi sekunder mus-culus piriformis yang nantinya akan memperumit diagnosis dan memper-lambat fisioterapi metode peregan-gan punggung bawah dan panggul karena memperberat gejala-gejala sindrom piriformis.7

GAMBARAN KLINISKeluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area hamstring, nyeri ischialgia di kaki tanpa nyeri punggung, dan gangguan sensorik maupun motorik sesuai distribusi ner-vus ischiadicus. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin men-jadi saat membungkuk, berlama-lama duduk, bangun dari duduk, atau saat merotasi internal paha, juga nyeri saat miksi/defekasi dan dispareunia.1

Penegakan diagnosis sindrom pirifor-mis sering dibuat setelah mengeksklu-si penyebab ischialgia lain. Robinson pertama kali menyusun penegakan di-agnosis berdasar 6 ciri: (1) riwayat jatuh pada pantat; (2) nyeri pada area: sendi sacroiliaca, foramen ischiadicum ma-jus, dan otot piriformis; (3) nyeri akut yang kambuh saat membungkuk atau mengangkat; (4) adanya massa yang teraba di atas piriformis; (5) Tanda La-seque positif; dan (6) atrofi gluteus.10 Hampir 50% pasien sindrom piriformis pernah mengalami cedera langsung pada pantat ataupun trauma torsional pada panggul atau punggung bagian bawah, sisanya terjadi spontan tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.1

Beberapa pemeriksaan fisik dapat mendukung diagnosis sindrom pirifor-mis. Pada posisi telentang, pasien ber-tendensi menjaga posisi tungkainya sedikit terangkat dan berotasi ekster-nal (tanda piriformis positif) (Gam-bar 2).19 Spasme musculus piriformis dapat dideteksi dengan palpasi dalam yang cermat di lokasi otot ini melintasi nervus ischiadicus (Gambar 3) dengan melokalisir titik tengah antara coc-cyx dan trochanter major. Pemerik-saan colok dubur menunjukkan area yang lebih lunak di dinding lateral sisi pelvis yang terkait. Nyeri ischialgia dan turunnya tahanan otot ditunjuk-kan dengan cara menahan gerakan abduksi/rotasi eksternal pasien (tes Pace) (Gambar 4). Pada posisi telung-kup, tes Freiberg (Gambar 5) memicu nyeri dengan merotasi internal tungkai bawah saat panggul ekstensi dan lu-tut fleksi 900. Beatty mendeskripsikan teknik yang membedakan antara ra-dikulopati lumbal, penyakit panggul primer, dan nyeri akibat sindrom piri-formis.11 Tes Beatty dapat pula mem-beri hasil positif pada kasus herniasi lumbal dan osteoarthritis panggul. Pasien tidur miring dengan tungkai diangkat beberapa menit, maka di sisi tungkai yang mengalami sindrom piri-formis akan terasa nyeri pada pantat bagian dalam (Gambar 6). Tak satu-pun pemeriksaan fisik tersebut bersi-fat patognomonis; kombinasi riwayat dan beberapa pemeriksaan fisik akan menunjang penegakan diagnosis sin-drom piriformis.

Sindrom piriformis dapat dibedakan dengan herniasi diskus intervertebra karena minimnya defisit neurologis pada sindrom piriformis,15 namun liter-atur lain menyebutkan sebelas dari 28 kasus (40%), pasien masih mengalami defisit neurologis.7,12

DIAGNOSIS BANDINGKarena tidak ada tanda patogno-monis, beberapa diagnosis banding harus dipertimbangkan; antara lain: herniasi diskus intervertebralis, dege-nerasi diskus intervertebralis, arthro-pati, sacroiliitis, nyeri myofascial, dan bursitis trochanter femur.12

TINJAUAN PUSTAKA

CDK ed_178_a.indd 333 20/06/2010 21:46:55

Page 3: Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

334 | JULI - AGUSTUS 2010

Umumnya, tes laboratoris dan penci-traan memiliki peran terbatas dalam diagnosis, namun sebaiknya tetap di-jalankan untuk membedakan dengan penyebab ischialgia lain. Dengan USG doppler, Broadhurst et al., dengan sampel terbatas berhasil mengiden-tifikasi proses edema dan sklerotik yang simtomatis pada otot pirifor-mis.13 Pada metode pencitraan MRI pelvis dapat dipakai hipotesis Rossi et al. yang menyatakan bahwa pang-gul dengan posisi rotasi eksternal aktif (otot berkontraksi) atau rotasi internal pasif (otot meregang) akan semakin memerangkap nervus ischiadicus se-hingga didapatkan gambaran klinis khas yang menunjukkan pembesaran musculus piriformis dan alih posisi ner-vus ischiadicus dengan sinyal intensi-tas normal (Gambar 7).14

Tes elektrofisiologis dapat menunjang diagnosis dengan kriteria pemanjan-gan refleks H 1.86msec saat tes FAIR (Flexion, Adduction, Internal Rotation) pada ekstrimitas bawah ipsilateral.15,16 Refleks H merupakan versi stimulasi elektrik refleks Achilles dan melewati musculus piriformis dua kali (konduksi orthodromik aferen dan eferen). Pe-rubahan amplitudo dan latensi reka-man potensial di elektroda epidural di lumbal 3–4 pada stimulasi tungkai terkait juga terlihat pada sindrom ini.17

Yang lain mengajukan pendekatan di-agnosis melalui injeksi lidokain dan/atau kortikosteroid ke dalam musculus piriformis dengan panduan EMG dan fluoroskopi.18.19

Lepas dari berbagai usaha mengem-bangkan tes diagnosis yang obyektif, penegakan sindrom piriformis tetap sebaiknya didasarkan pada kumpulan tanda dan gejala yang berasal dari ri-wayat, pemeriksaan fisik, dan tes-tes diagnosis.

TATALAKSANASejumlah strategi terapi efektif bagi pasien sindrom ini (Gambar 8). Pendekatan tatalaksana yang per-tama dan utama ialah rehabilitasi, dimulai dari aktifitas dan terapi fisis, penekanannya pada komponen-kom-

Gambar 7. (A) Potongan aksial T2-weighted dan (B) koronal T2-weighted MRI menunjukkan aspek hipertrofi dari musculus piriformis sinistra (panah putih). Pada gambar A, nervus ischiadicus tampak melebar dan se-dikit mengalami alih posisi ke anterior (panah hitam).

Gambar 4. Tes Pace. Pada tes ini penguji me-nahan abduksi aktif dari tungkai dengan posisi pasien duduk (panggul fleksi). Musculus piriformis sebagai penggerak utama pada posisi ini, dipro-vokasi untuk memunculkan ischialgia yang timbul dari otot itu sendiri atau karena terperangkapnya nervus ischiadicus oleh piriformis.

Gambar 5. Tes Freiberg menunjukkan terbatas-nya gerakan rotasi internal panggul posisi ekstensi karena spasme sekunder musculus piriformis.

Gambar 6. Tes Beatty. (A) pada posisi miring mengangkat tungkai yang difleksikan pada panggul dan lutut, maka akan muncul nyeri pantat bagian dalam. (B) modifikasi Tes Beatty, dengan menahan abduksi tungkai.

Gambar 2. Tanda piriformis positif pada pasien dengan sindrom piriformis menunjukkan rotasi eksternal tungkai bawah kanan.

Gambar 3. Palpasi langsung memicu nyeri dalam yang terlokalisir pada area yang diindikasikan sin-drom piriformis.

TINJAUAN PUSTAKA

CDK ed_178_a.indd 334 20/06/2010 21:46:56

Page 4: Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

335| JULI - AGUSTUS 2010

ponen yang melibatkan otot pirifor-mis. Tujuannya selain meregangkan dan menguatkan otot-otot abduktor/adduktor panggul juga mengurangi efek lingkaran setan nyeri dan spasme. Peregangan mandiri dapat dibantu dengan diatermi, ultrasound, stimu-lasi elektrik, ataupun teknik-teknik manual lainnya. Bila teknik tersebut di-aplikasikan sebelum peregangan otot piriformis, maka akan memudahkan pergerakan kapsul sendi panggul ke anterior dan posterior dan otot-otot abdomen untuk meregang; dengan demikian tendon piriformis akan men-galami relaksasi dan peregangan yang efektif.1

Pasien sebaiknya tetap menjalani pro-gram peregangan mandiri di rumah, karena repetisi peregangan secara intensif sepanjang hari merupakan komponen esensial program. Saat fase awal, peregangan sangat dian-jurkan dilakukan minimal tiap 6 jam. Peregangan musculus piriformis dapat dikerjakan di posisi telentang ataupun tegak dengan tungkai yang terkait difleksikan dan dirotasi internal/ad-duksi (Gambar 9).20

Terapi injeksi dapat disertakan bila keluhan menetap. Arah injeksi dituju-kan ke sendi sacroiliaca atau ke insersi musculus piriformis, dilakukan den-gan panduan pencitraan atau secara manual melalui palpasi titik yang pal-ing lunak atau dengan colok dubur.21 Injeksi steroid (triamcinolone 80 mg) dan/atau anestesi lokal (lidokain 1%)menggunakan jarum spinal 3,5 inci (8.9 cm) atau lebih panjang pada pasien gemuk. Hindari injeksi lang-sung pada nervus ischiadicus dengan meminta pasien melaporkan setiap perubahan sensasi selama prosedur. Beberapa peneliti meyakini hanya se-dikit atau bahkan tidak ada komponen inflamasi yang terkait, maka disarank-an hanya menggunakan lidokain 1% diikuti peregangan piriformis segera. Injeksi tanpa steroid ini dapat setiap minggu selama periode 4-5 minggu sembari dinilai keefektifannya dan ke-mungkinan perlunya tindakan bedah. Ada studi yang menggunakan 12.500

unit neurotoksin botulinum B atau tok-sin botulinum A dengan dosis setara disertai fisioterapi, menunjukkan per-baikan setelah lebih dari 3 bulan.17-19

Hampir 50% pasiennya mengalami efek samping berupa mulut kering dan disfagia.

Prosedur bedah adalah jalan terakhir, namun dapat memberikan hasil dra-matis.7,22-23 Pembedahan dalam kondisi

ini meliputi reseksi musculus piriformis atau tendon di dekat insersinya pada aspek superomedial dari trochanter major os femur. Peneliti lain memakai teknik kombinasi dengan membelah tendon pada insersinya dan kemudian pada ototnya di area keluarnya dari foramen ischiadicum majus guna me-misahkan otot ini dan mendekompresi nervus ischiadicus secara keseluruhan serta mencegah rekurensinya akibat pembentukan fibrosis.1

TEKNIK PEMBEDAHANPasien pada posisi lateral dekubitus dengan tungkai yang terkait di atas. Insisi sebatas sepertiga proksimal dari insisi posterolateral, standar bagi ope-rasi penggantian panggul total. Untuk reseksi piriformis, beberapa ahli lebih memilih pendekatan invasif minimal mikroskop dibanding teknik endosko-pi.24 Dimulai dengan insisi kulit 4 cm, diikuti pemisahan tumpul serat muscu-lus gluteus maximus dengan perlahan dan cermat untuk menghindari cedera nervus ischiadicus. Retraktor dipakai untuk memperlebar serat gluteus ma-ximus dan jaringan lemak di bagian dalam dipotong dengan teliti guna melokalisir musculus piriformis dan in-sersinya di trochanter major. Rotasi in-ternal panggul dapat mempermudah identifikasi tendon musculus pirifor-mis. Nervus ischiadicus seharusnya di-identifikasi dengan pipa Penrose yang diletakkan di sekitar saraf sebagai pe-

Gambar 8. Algoritma terapi sindrom piriformis.

Gambar 9. Latihan pada sindrom piriformis (A) Duduk. (B) Telentang dengan posisi panggul difleksikan 900 dan tungkai kanan diadduksi menyilang tungkai kiri. Tangan kanan menahan ilium ipsilateral guna menahan terangkatnya pelvis, tangan kiri menuntun gerakan kaki kanan dan menambah tekanan pada aspek lateral lutut kanan untuk meningkatkan regangan otot piriformis. Selain itu, peregangan dapat ditingkatkan den-gan relaksasi pasca isometrik, yaitu dengan tangan kiri menahan kontraksi isometrik piriformis kanan (usaha abduksi) selama beberapa detik.

TINJAUAN PUSTAKA

CDK ed_178_a.indd 335 20/06/2010 21:46:56

Page 5: Sindrom Piriformis - · PDF fileNyeri punggung bawah dan iskialgia adalah nyeri atau hipoestesi di area pantat dan paha bagian posterior dengan sesekali menjalar ke tungkai bawah

336 | JULI - AGUSTUS 2010

nanda. Berikutnya tendon piriformis dibelah dan musculus dipisahkan dari nervus ischiadicus sampai di area fora-men ischiadicum majus. Nervus ischia-dicus dieksplorasi dan didekompresi untuk memastikan tidak ada residu lapisan fibrosis, simpai neurovaskular, ataupun faktor lain yang menekan sa-raf (Gambar 10). Pasca operasi pasien menanggung beban berat badan se-penuhnya (fully weight-bearing) den-gan kruk dan menjalani fisioterapi untuk penguatan otot-otot adduktor/abduktor dan latihan berjalan.

SIMPULANSindrom piriformis tetap menjadi kon-troversi ; literatur menyebutkan seba-gian ischialgia sekunder akibat neuri-tis nervus ischiadicus, secara langsung ataupun tidak, terkait dengan mus-culus piriformis. Dalam banyak kasus, pasien-pasien ini mendapat manfaat dari terapi konservatif, sebagian men-galami efek dramatis pasca operasi dekompresi musculus piriformis dan nervus ischiadicus. Studi lanjutan ber-bagai disiplin medis memungkinkan perkembangan metode diagnosis dan terapi sindroma piriformis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mehta S, Auerbach JD, Chin KR. Extra-spinal

disorders: Piriformis Syndrome. April 2006.

[cited 2009 May 5]. Available from URL: http://

www.imissurgery.com/pdf/Slipman-Ch123-

Piriformis%20Syndrome.pdf

2. Rodrigue T, Hardy RW. Diagnosis and treat-

ment of piriformis syndrome. Neurosurg Clin

N Am 2001; 12(2):311–319.

3. Frymoyer JW. Back pain and sciatica. N Engl J

Med 1988; 318(5):291–300.

4. Bernard TN Jr, Kirkaldy-Willis WH. Recogniz-

ing specific characteristics of nonspecific low

back pain. Clin Orthop 1987; 217:266–280.

5. Durrani Z, Winnie AP. Piriformis muscle syn-

drome: an underdiagnosed cause of sciatica.

J Pain Symptom Manage 1991; 6(6):374–379.

6. Brown JA, Braun MA, Namey TC. Piriformis

syndrome in a 10-year-old boy as a complica-

tion of operation with the patient in the sitting

position. Neurosurgery 1988; 23(1):117–119.

7. Jankiewicz JJ, Hennrikus WL, Houkom JA. The

appearance of the piriformis muscle syndrome

in computed tomography and magnetic reso-

nance imaging. A case report and review of

the literature. Clin Orthop 1991; 262:205–209.

8. Parziale JR, Hudgins TH, Fishman LM. The

piriformis syndrome. Am J Orthop 1996;

25(12):819–823.

9. Barton PM. Piriformis syndrome: a rational ap-

proach to management. Pain 1991; 47(3):345–352.

10. Benson ER, Schutzer SF. Posttraumatic pirifor-

mis syndrome: diagnosis and results of opera-

tive treatment. J Bone Joint Surg [Am] 1999;

81(7):941–949.

11. Beatty RA. The piriformis muscle syndrome:

a simple diagnostic maneuver. Neurosurgery

1994; 34(3):512–514; discussion 514.

12. Chen WS. Sciatica due to piriformis pyomyo-

sitis. Report of a case. J Bone Joint Surg [Am]

1992; 74(10):1546–1548.

13. Broadhurst NA, Simmons DN, Bond MJ. Piri-

formis Syndrome: Correlation of Muscle Mor-

phology With Symptoms and Signs. Arch Phys

Med Rehabil 2004;85:2036-9.

14. Rossi P, Cardinali P, Serrao M, et al. Magnetic

resonance imaging findings in piriformis syn-

drome: a case report. Arch Phys Med Rehabil

2001; 82(4):519–521.

15. Fishman LM, Konnoth C, Rozner B. Botulinum

neurotoxin type B and physical therapy in the

treatment of piriformis syndrome: a dose–

finding study. Am J Phys Med Rehabil 2004;

83(1):42–50; quiz 51–53.

16. Fishman LM, Zybert PA. Electrophysiologic ev-

idence of piriformis syndrome. Arch Phys Med

Rehabil 1992; 73(4):359–364

17. Nakamura H, Seki M, Konishi S, et al. Piriformis

syndrome diagnosed by cauda equina action

potentials: report of two cases. Spine 2003;

28(2):E37–E40.

18. Fishman SM, Caneris OA, Bandman TB, Au-

dette JF, Borsook D. Injection of the piriformis

muscle by fluoroscopic and electromyographic

guidance. Reg Anesth Pain Med 1998;23:554-

9.

19. Gonzalez P, Pepper M, Sullivan W, Akuthota

V. Confirmation of Needle Placement Within

the Piriformis Muscle of a Cadaveric Specimen

Using Anatomic Landmarks and Fluoroscopic

Guidance. Pain Physician 2008; 11:3:327-331

20. Cramp F, Bottrell O, Campbell H, Ellyatt P,

Smith C, Wilde B. Non-surgical management

of piriformis syndrome: a systematic review.

Physical Therapy Reviews. 2007;12(1):66-72.

21. Foster MR. Piriformis syndrome. Orthopedics

2002; 25(8):821–825.

22. Lam AW, Thompson JF, McCarthy WH. Uni-

lateral piriformis syndrome in a patient with

previous melanoma. Aust NZ J Surg 1993;

63(2):152–153.

23. Sayson SC, Ducey JP, Maybrey JB, et al. Sci-

atic entrapment neuropathy associated with

an anomalous piriformis muscle. Pain 1994;

59(1):149–152.

24. Dezawa A, Kusano S, Miki H. Arthroscopic re-

lease of the piriformis muscle under local an-

esthesia for piriformis syndrome. Arthroscopy

2003; 19(5):554–557.

Gambar 10. Foto menunjukkan lapisan fibrosis (F) dan simpai neurovaskular (N) yang melintasi nervus is-chiadicus (I). Musculus gluteus (G) telah diretraksi. Setelah membebaskan tendon dan musculus piriformis dilakukan eksplorasi dan dekompresi nervus ischiadicus yang bertujuan menyingkirkan semua konstriksi, adhesi, ataupun simpai fibrosa.

TINJAUAN PUSTAKA

CDK ed_178_a.indd 336 20/06/2010 21:46:56