Sindrom Nefrotik Anak 1

  • Upload
    jah-su

  • View
    233

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    1/13

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Sindroma Nefrotik (SN) adalah kelainan keadaan klinik yang khas ditandai oleh

    Proteinuria massive, hipoalbuminemia dan edema yang biasanya disertai dengan atau tanpa

    hiperkolesterolemia. Di Amerika Serikat di laporkan kejadian tahunan penyakit tersebut adalah

    2-5 per 100.000 anak usia < 10 tahun. Angka prevalensi kurang lebih 15,5 per 100.000 orang

    usia

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    2/13

    kasus SN merupakan SN primer (idiopatik). Pada anak-anak (< 16 tahun) paling sering

    ditemukan nefropati lesi minimal

    Kebanyakan SN pada anak memberikan respon terhadap pengobatan kortikosteroid

    (prednison / prednisolon), hanya 10 20% yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan

    kortikosteroid. Disebut SN sensitif steroid (SNSS) bila penderita memberikan respon dan terjadi

    remisi dalam empat minggu pengobatan dengan kortikosteroid, sedangkan bila tidak mengalami

    remisi disebut SN resisten steroid (SNRS). Walaupun presentase SNRS dalam jumlah kecil,

    namun jika tidak tertangani dengan baik dalam kurun 3 tahun akan mengalami komplikasi

    ekstrarenal dan berkembang menjadi gagal ginjal terminal.

    Mengingat pengobatan sindrom nefrotik pada anak memerlukan kecermatan dan ketelitian

    dalam pemberian obat, seperti dosis dan indikasi pemberian. Perlu pembahasan lebih lanjut

    dengan runtut mengenai tata laksana pada sindrom nefrotik steroid dependen atau steroid

    sensitif dan sindrom nefrotik steroid resisten.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    3/13

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi

    Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria masif

    (proteinuria >2+ dengan dipstik, atau protein urin >40 mg/m2/jam, atau >50 mg/kgbb/hari,

    atau rasio protein:kreatinin >2 mg/mg); hipoalbuminemia (albumin < 2,5 g/dL), edema, dan

    hiperkolesterolemia.

    Terdapat beberapa definisi atau batasan yang dipakai pada sindrom nefrotik, antara lain :

    1. Remisi, yaitu proteinuria negatif atau trace (proteinuria < 4mg/m 2 LPB/jam) selama 3

    hari berturut turut dalam 1 minggu.

    2. Relaps, yaitu proteinuria > 2+ (proteinuria > 40 mg/m 2 LPB/jam ) selama 3 hari berturut

    turut dalam 1 minggu.

    3. Relaps jarang, yaitu relaps yang terjadi kurang dari 2 kali dalam 6 bulan pertama setelah

    respon awal, atau kurang dari 4 kali per tahun perngamatan.

    4. Relaps sering ( frequent relapes ), yaitu relaps terjadi > 2 kali dalam 6 bulan pertama atau

    > 4 kali dalam periode satu tahun.

    5. Dependen steroid, yaitu keadaan dimana terjadi relaps saat dosis steroid diturunkan atau

    dalam 14 hari setelah pengobatan dihentikan, dalam hal ini terjadi 2 kali berturut turut.

    6. Resisten steroid, yaitu suatu keadaan tidak terjadinya remisi pada pengobatan prednison

    dosis penuh 2 mg/kg BB/hari selama 4 minggu.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    4/13

    2.2 Epidemiologi

    Di klinik (75%-80%) kasus SN merupakan SN primer (idiopatik). Pada anak-anak paling

    sering ditemukan nefropati lesi minimal (75%-85%) dengan um ur ra ta -r at a 2 ,5 ta hu n,

    (80%) pada usia < 6 tahun saat diagnosis dibuat, dan laki-laki dua kali lebih

    banyak dari pada wanita. Kejadian SN idiopatik 2-3 kasus/100.000 anak/tahun.

    2.3 Etiologi

    Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

    1) Primer atau idiopatik ( ~ 90% kasus)

    a) Minimal change nephrotic syndrome (MNCS) 84,5%

    b) Focal segmental glomerulosclerosis (FSGS) 9,5%

    c) Membranous nephropathy (MN) 3,5%

    d) Membrano proliferative glumerulonephritis (MPGN)

    e) Mesangial proliferative glumerulonephritis (Mes PGN) 2,5%

    2) Sekunder (~ 10% kasus)

    a) Infeksi (HIV, Hepatitis, Malaria, Toxoplasmosis, Sipilis, dan infeksi bakteri)

    b) Obesitas

    c) Toxin atau obat ( NSAID, Interferon, lithium)

    d) Malignansi (lymphoma, leukimia)

    e) Penyakit sistemik (SLE Nefritis, nefropati dabetikum, tiroiditis)

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    5/13

    2.4 Patofisiologi

    1. Proteinuria

    Penyebab proteinuria pada SN adalah kerusakan fungsi atau struktur membran filtrasi

    glomerulus. Membran filtrasi glomerulus terdiri dari endotel fenestra sebelah dalam, membran

    basalis dan sel epitel khusus dibagian luar yang dikenal dengan podosit.

    Podosit memiliki tonjolan tonjolan menyerupai kaki ( foot processes ), diantara tonjolan

    tonjolan tersebut, terdapat celah diafragma, yang berperan penting dalam pemeliharan fungsi

    filtrasi glomerulus.

    Terdapat dua mekanisme yang berperan pada patogenesis SN, yaitu pertama secara

    imunologis sel T memproduksi circulating factor , berupa vascular permeability factor (VPF)

    yang merupakan asam amino identik dengan vascular endothelial growth factor (VEGF). Hal ini

    menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler gromelurus sehingga terjadi kebocoran

    protein. Mekanisme kedua adalah terdapatnya defek primer pada barier filtrasi glomerulus yang

    mengakibatkan celah diafragma melebar.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    6/13

    Zat zat terlarut yang dapat melewati sawar gromelurus ditentukan oleh besarnya molekul.

    Molekul > 10 kDa akan ditahan sehingga tidak dapat melewati sawar tersebut ( size selectivity

    barrier ). Bila ada gangguan pada mekanisme ini menyebabkan proteinuria baik protein dengan

    berat molekul besar (proteinuria nonselektif). Faktor lain yang dapat mempengaruhi adalah

    adanya daya elektrostatik dari muatan negatif permukaan molekul pada epitel foot processes

    yang dibentuk oleh sialoprotein kapiler, heparan sulfat membran basalis gromelurus dan

    podokaliksin ( charge-selectivity barrier ). Gangguan pada daya elektrostatik tersebut

    menyebabkan proteinuria selektif (protein dengan berat molekul < berat molekul albumin dapatmelewati membran filtrasi gromelurus). Kerusakan struktur dan sawar elektrostatik ini

    menyebabkan banyaknya protein plasma yang melewati filtrasi gromelurus. Pada penderita

    SNRS diduga selain charge selectivity barrier juga berperan size selectivity barrier yang

    menyebabkan proteinuria yang keluar selain berat molekul rendah (selektif) juga protein dengan

    berat molekul tinggi (non-selektif).

    2. Hipoalbuminemia

    Hipoalbuminemia disebabkan oleh hilangnya albumin melalui urin dan peningkatan

    katabolisme albumin di ginjal. Sintesis protein di hati biasanya meningkat (namun tidak

    memadai untuk mengganti kehilangan albumin dalam urin), tetapi mungkin normal atau

    menurun.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    7/13

    3. Edema

    Edema pada SN dapat diterangkan dengan teori underfill dan overfill. Teori underfill

    menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan faktor kunci terjadinya edema pada SN.

    Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma, sehingga cairan bergeser

    dari intravaskular ke jaringan interstitium dan terjadi edema. Akibat penurunan tekanan onkotik

    plasma dan bergesernya cairan plasma terjadi hipovolemia, dan ginjal melakukan kompensasi

    dengan meningkatkan retensi natrium dan air. Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki

    volume intravaskular tetapi juga akan mengekserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga

    edema semakin berlanjut.Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium adalah defek renal utama. Retensi natrium

    oleh ginjal menyebabkan cairan ektraselular meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan laju

    filtrasi glomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah retensi natrium dan edema akibat

    teraktivasinya sistem renin angiotensin aldosteron terutama kenaikan konsentrasi hormon

    aldosteron yang akan mempengaruhi sel sel tubulus ginjal untuk mengabsorbsi ion natrium

    sehingga eksresi ion natrium (natriuresis) menurun. Selain itu juga terjadi kenaikan aktivasi saraf

    simpatetik dan konsentrasi katekolamin yang menyebabkan tahanan atau resistensi vaskuler

    glomerulus meningkat, hal ini mengakibatkan penurunan LFG dan kenaikan desakan starling

    kapiler peritubuler sehingga terjadi penurunan eksresi natrium.

    4. Hiperlipidemia

    Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL),

    trigliserida meningkat, sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal atau

    menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    8/13

    perifer (penurunan pengeluaran lipoprpotein, VLDL, kilomikron, intermediate densitiy

    lipoprotein dari darah). Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin

    serum dan penurunan tekanan onkotik.

    2.5 Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis yang sering ditemukan adalah edema menyeluruh dan terdistribusi

    mengikuti gaya gravitasi bumi. Edema sering ditemukan dimulai dari daerah wajah dan kelopak

    mata pada pagi hari, yang kemudian menghilang, digantikan oleh edema di daerah peritibial pada

    sore hari.

    Asites sering ditemukan tanpa udem anasarka, terutama pada anak kecil dan bayi yang

    jaringannya lebih resisten terhadap pembentukan edema interstitial dibandingkan anak yang

    lebih besar. Efusi transudat lain sering ditemuakn, seperti efusi pleura. Bila tidak diobati edema

    dapat menjadi anasarka, sampai ke skrotum atau daerah vulva.

    Dalam laporan International Study Of Kidney Diseases In Children (ISKDC), ditemukan

    22% disertai hematuri mikroskopik, 15 20% disertai hipertensi, dan 32% dengan peningkatan

    kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.

    2.6 Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain :

    1. Urinalisis dan bila perlu biakan urin

    2. Protein urin kuantitatif, dan dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein / kreatinin pada

    urin pertama pagi hari.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    9/13

    3. Pemeriksaan darah, antara lain :

    a. Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit, hematokrit, LED)

    b. Kadar albumin dan kolesterol plasma

    c. Kadar ureum, kreatinin, serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus

    Schwartz

    d. Kadar komplemen C3 bila curiga Lupus Eritematous Sistemik, pemeriksaan ditambah

    dengan komplemen C4, ANA ( Anti Nuclear Antibody ) dan anti ds-DNA.

    2.7

    Penatalaksanaan1. Terapi awal sindrom nefrotik :

    a. Prednison 2 mg/kgBB per hari selama 6 minggu (dosis maksimum 60mg)

    b. Kemudian dilanjutkan prednison dengan dosis 1,5 mg/kgBB per hari selama 6

    minggu ( maksimum 40 mg).

    c. Kombinasi prednison 2mg/kgBB per hari selama 6 minggu ditambah

    Cyclophospamid 2mg/kgBB selama 12 minggu, keduanya diberikan bersamaan.

    Dosis prednison setelah 6 minggu tetap diturunkan menjadi 1,5mg/kgBB per hari

    hingga 12 minggu.

    2. Terapi pada relaps sindrom nefrotik relaps jarang :

    a. Prednison 2 mg/kgBB per hari, diberikan sampai proteinuria negatif atau hasil

    proteinuria negatif selama tiga hari.

    b. Kemudian dilanjutkan prednison dengan dosis 1,5 mg/kg BB per hari, diberikan

    hingga 4 minggu. Penggunaan prednison 2 mg/kgBB per hari, pada keadaan

    kambuhan dapat diberikan hingga nilai proteinuria normal selama 3 hari.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    10/13

    3. Pilihan terapi untuk sindrome nefrotik relaps sering ( frequent ) :

    a. Prednison 2 mg/kg BB per hari, diberikan hingga proteinuria negatif selama 3 hari.

    Kemudian diturunkan dosis menjadi 1,5 mg/kgBB per hari selama 4 minggu,

    kemudian dilanjutkan dengan dosis 0,5 mg/kgBB per hari selama 2 bulan. Total

    pengobatan selama 3 4 bulan.

    Pengobatan dengan glukokortikoid (prednison) dapat diindikasikan untuk dilanjutkan

    pemberianya jika tidak ditemukan adanya efek samping atau tampak ada perbaikan

    minimal > 4 minggu.

    b.

    Oral cyclophospamide 2mg/kgBB per hari selama 12 minggu, dimulai bersamaandengan terapi inisiasi prednison 2 mg/kgBB per hari.

    Cyclophospamid yang merupakan sitotosik agen dapat diberikan bersamaan atau

    kombinasi dengan prednison. Dari hasil penelitian didapatkan hasil yang signifikan

    terjadi remisi sebesar 72% dan menurunkan frekuensi relaps hingga 5 tahun atau

    lebih.

    c. Mycophenolate mofetil 25 36 mg/kgBB per hari (dosis maksimum 2 g/hari)

    diberikan 2 kali sehari selama 1 sampai 2 tahun.

    Mycophenolate mofetil lebih efektif digunakan bersamaan dengan prednison 1,5

    mg/kgBB pada saat dosis prednison diturunkan (setelah nilai proteinuria normal).

    d. Cyclosporine A 3 5 mg/kgBB per hari, diberikan 2 kali sehari selama 2 5 tahun.

    Memiliki efek nefrotoksik sehingga jarang dipakai dalam praktek klinis.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    11/13

    4. Terapi pada sindrom nefrotik sensitif steroid / dependen steroid :

    Pada sindrom nefrotik dependen steroid sangat bergantung pada glukokortikoid

    (prednison) dapat dapat kambuh jika dosis diturunkan atau dihentikan. Mengingat efek

    samping dari glukokortikoid seperti obesitas, hipertensi, katarak dll, sehingga diperlukan

    pengobatan alternatif yang lebih aman dan memiliki efek yang baik untuk sindrom

    nefrotik jenis ini. Antara lain :

    a. Cyclophospamid 2 3 mg/kgBB per hari diberikan 8 12 minggu.

    b. Tacrolimus 0.05 0.1 mg/kgBB per hari, diberikan dua kali sehari.

    c.

    Mycophenolate mofetil 24

    36 mg/kgBB per hari (maksimum 2g/hari).

    Pada penelitian di eropa, membandingkan antara glukokortikoid dengan beberapa obat

    seperti cyclophospamid, mychopenolate mofetil, clorambucil, tacrolimus atau torambucil

    dapat menurunkan resiko relaps tanpa pemberiaan glukokortikoid.

    5. Terapi pada sindrom nefrotik resisten steroid

    Sindrom nefrotik resisten steroid meningkatkan resiko mengalami komplikasi dan

    secara progresif dapat berkembang menjadi gagal ginjal terminal. Tujuan terapi pada

    sindrom nefrotik resisten steroid adalah pengendalian proteinuria dan memelihara

    fungsi ginjal. Berdasarkan guidelines EBM terdapat 3 kelompok kategori dalam

    pengobatan sindrom nefrotik dependen steroid, antara lain : 1) immunosuppresif, 2)

    imunostimulator dan 3) non-immunosuppresif.

    a. Immunosuppresif

    Calnecerium inhibitor, mycophenolate mofetil, methylprednisolon dan sitotoksik

    agen (cyclophospamid ).

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    12/13

    b. Immunostimulator

    Levamisole

    c. Non-immunosuppresif

    Pada pengobatan ini merupakan pengobatan konservatif antara lain ; ACE Inhibiotr,

    Angiotensin Reseptor Blocker (ARB) dan vitamin E.

    Disamping terapi utama, juga diberikan terapi supportif untuk membantu memperbaiki keadaan,

    antara lain :1. Manajemen hipertensi

    - Kontrol tekanan darah sistolik < 90 mmHg

    - Diet rendah garam, olahraga atau aktivitas dan kurangi BB pada anak dengan obesitas.

    - ACE Inhibitor atau ARB dapat digunakan untuk manajemen hipertensi, dan merupakan

    lini pertama sebagai antihipertensi. Efeknya dapat menurunkan proteinuria karena

    sifatnya sebagai nefroprotektan dan mengontrol tekanan darah.

    - ACE Inhibitor atau ARB direkomendasikan pada sindrom nefrotik resisten-steroid.

    2. Manajemen edema

    - Diet rendah sodium 1500 2000 mg per hari.

    - Penggunaan diuretik ; loop diuretik, tiazide diuretik

    - Dan infus albumin 25%.

  • 8/11/2019 Sindrom Nefrotik Anak 1

    13/13

    2.8 Komplikasi