47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal ketika sinar X ditemukan bahayanya sendiri belum diketahui, hanya para ahli menemukan bahwa sinar X ini sangat berguna karena memiliki sifat yang unik terutama memiliki daya tembus yang besar yang dapat dimanfaatkan. Juga belum ditemukannya detektor yang dapat mengetahui besarnya dosis radiasi yang dihasilkan sehingga banyak orang yang mendapat resiko dan penyakit akibat radiasi. Dalam sejarah radiologi disebutkan bahwa banyak ahli radiologi, pioneer peneliti, dan pemakai sinar X menjadi korban radiasi sinar X itu sendiri. Pada tahun 1985, W.C. Roentgen menemukan sinar X dan semua sifat-sifatnya kecuali sifat biologi. Sifat biologi atau efek biologinya baru diketahui setelah beberapa tahun kemudian. Perkembangan teknologi pesawat sinar X juga begitu pesat namun hanya mempertimbangkan bagaimana menghasilkan citra yang baik sehingga para praktisi dengan mudah mendiagnosa penyakit atau mendapatkan informasi dari tubuh manusia. Memang tidak dapat

sinar X.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: sinar X.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada awal ketika sinar X ditemukan bahayanya sendiri belum diketahui,

hanya para ahli menemukan bahwa sinar X ini sangat berguna karena memiliki

sifat yang unik terutama memiliki daya tembus yang besar yang dapat

dimanfaatkan. Juga belum ditemukannya detektor yang dapat mengetahui

besarnya dosis radiasi yang dihasilkan sehingga banyak orang yang mendapat

resiko dan penyakit akibat radiasi. Dalam sejarah radiologi disebutkan bahwa

banyak ahli radiologi, pioneer peneliti, dan pemakai sinar X menjadi korban

radiasi sinar X itu sendiri. Pada tahun 1985, W.C. Roentgen menemukan sinar

X dan semua sifat-sifatnya kecuali sifat biologi. Sifat biologi atau efek

biologinya baru diketahui setelah beberapa tahun kemudian.

Perkembangan teknologi pesawat sinar X juga begitu pesat namun hanya

mempertimbangkan bagaimana menghasilkan citra yang baik sehingga para

praktisi dengan mudah mendiagnosa penyakit atau mendapatkan informasi dari

tubuh manusia. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perkembangan

teknologi ini secara tidak langsung terlintas adanya keselamatan pasien sebab

dengan waktu penyinaran yang singkat misalnya kegagalan penyinaran dapat

dihindari sehingga pasien tidak perlu diberikan radiasi secara berulang.

Demikian juga halnya dengan perkembangan teknologi pembuatan film dengan

bahan tertentu akan dapat menghasilkan citra yang sangat memuaskan.

Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan

kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian diikuti

dengan proses biologic dalam tubuh. Proses biologic meliputi rangkaian

perubahan pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh. Konsekuensi

yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada sel. Bergantung

pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan akut dosis relative tinggi,

Page 2: sinar X.doc

efek yang timbul merupakan hasil kematian dari sel yang dapat menyebabkan

gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, bahkan kematian. Efek seperti ini

disebut efek deterministic yang umumnya segera dapat teramati secara klinis

setelah tubuh terppar radiasi dengan dosis diatas dosis ambang. Selain itu,

radiasi dapat tidak mematikan sel tetapi menyebabkan perubahan atau

transformasi sel sehingga terbentuk sel baru yang abnormal. Perubahan ini

terutama karena rusaknya materi inti sel, kususnya DNA dan kromosom.

Perubahan ini berpotensi menyebabkan terbentuknya kanker pada sebagian

individu terpapar atau penyakit herediter meningkat dengan bertambahnya

dosis, tetapi tidak halnya dengan keparahannya. Efek ini disebut efek stokastik

yang terjadi akibat paparan radiasi tanpa ada dosis ambang.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja sifat-sifat sinar X ?

b. Bagaimana proses terbentuknya sinar X ?

c. Apa fungsi sinar X dalam kedokteran gigi ?

d. Apa saja efek dari radiasi sinar X pada tubuh ?

e. Bagaimana dosis untuk melakukan paparan radiasi sinar X ?

f. Apa saja proteksi yang perlu dilakukan saat pemaparan radiasi sinar X ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Agar pembaca mampu memahami dan menjelaskan :

a. Sifat-sifat fisik, kimia, dan biologi dari sinar X.

b. Proses terbentuknya sinar X pada dental X-ray Unit.

c. Fungsi sinar X dalam kedokteran gigi.

d. Efek dan manfaat dari terapi atau paparan sinar X pada tubuh.

e. Dosis paparan sinar X yang dianjurkan sesuai kebutuhan.

f. Proteksi yang perlu dilakukan untuk melindungi dan mengurangi efek paparan

sinar X.

Page 3: sinar X.doc

1.4 Skenario

Dalam sejarah radiologi disebutkan banyak ahli radiologi dan pionir

peneliti dan pemakai sinar X pada saat itu menjadi korban dari sinar X itu

sendiri. WC Roentgen pada tahun1985 meemukan sinar X dan semua sifat-sifat

sinar X (sifat kimia dan sifat fisika) kecuali sifat biologinya. Sifat biologi atau

efek biologi (baik efek langsung maupun tidak langsung) ini baru diketahui

beberapa tahun kemudian. Sejak (berdasarkan) itu, maka semua pemakaian

radiasi pengion termasuk sinar X berapapun dosis radiasinya baik untuk

radioterapi maupun radiodiagnostik harus melakukan pengendalian atau

proteksi radiasi yang mendasarkan pada prinsip ALARA. Hal ini untuk

menghindari efek samping paparan radiasi seperti efek somatic maupun efek

genetic yang dapat terjadi melalui efek stokastik dan efek deterministic.

1.5 Mapping

Page 4: sinar X.doc

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan

gelombang radio, panas, cahaya dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang

gelombang yang sangat pendek.

Sifat sinar X yang berbahaya terutama pada daerah yanh terkena radiasi baik

makhluk hidup maupun lingkungan merupakan efek lanjutan dari pengaruh radiasi

ionisasi terhadap jaringan dan keadaan lingkungan tersebut.

Secara umum, perubahan jaringan atau sel yang terkena radiasi ionisasi sinar

X merupakan akibat terurainya ion-ion air akibat ionisasi sehingga membentuk

molekul air dan hidrogen peroksida yang merupakan racun dalam jaringan atau sel,

serta membentuk ion bebas hidrogen yang akan menimbulkan reaksi kimiawi dan

perubahan biokimia pada jaringan sel tersebut.

Radiasi sinar X dapat menimbulkan perubahaniperubahan di dalam tubuh,

yaitu perubahan biokimia cairan tubuh, biokimia sel, biokimia jaringan, dan biokimia

organ. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya keluhan, gejala klinis bahkan kematian

sel, jaringan, serta organ tersebut.

Efek biologi yang terjadi, mula-mula berupa absorbsi radiasi sampai

timbulnya gejala radiasi, keadaan ini memerlukan waktu bertahun-tahun. Massa atau

waktu tersebut disebut periode latent yang terjadi akibata efek biologi kumulatif.

Efek radiasi dapat dirasakan hampir di seluruh bagian tubuh, terutama pada

organ yang terkena paparan radiasi secara langsung. Di daerah oromaxilofacial efek

radiasi dapat ditemukan pada membran mukosa mulut, gigi, pulpa,tulang, lidah, dan

leher.

Efek radiasi pada membran mukosa mulut dapat terjadi karena adanya radiasi

pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring yang mengikutsertakan sebagian

besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut, penderita akan merasakan nyeri

Page 5: sinar X.doc

pada saat menelan, mulut kering, serta hilangnya cita rasa yang merupakan gejala dari

mukositis.

Efek radiasi pada glandula salivarius dapat terjadi juga karena adanya

radioterapi pada daerah leher dan kepala yang dapat mengakibatkan volume saliva

menurun, mulut menjadi kering dan sakit (xerostomia), dan terjadi pembengkakan

disertai nyeri yang berakhir pada hilangnya fungsi lubrikasi.

Sedangkan efek radiasi pada gigi dan pulpa terjadi karena adanya radioterapi

pada daerah rongga mulut. Efek ini muncul setelah beberapa tahun setelah radiasi.

Pada gigi, efek radiasi berupa destruksi substansi gigi (karies radiasi) yang dimulai

pada daerah servikal. Pada pulpa, efek radiasi yang terjadi adalah apoptosis pada

jaringan fibroral pulpa yang meningkat.

Efek radiasi pada tulang pun terjadi karena adanya paparan radiasi pada

mandibula. Radiasi yang diterima dapat menimbulkan kerusakan primer pada tulang

yang mengakibatkan rusaknya pembuluh darah perioseteum, dapat juga merusak

osteoblas dan osteoklas, serta terjadi atrofi endosteum.

Radiasi ionisasi yang diterima lidah dapat menyebabkan pecahnya papila

filiformis dan papila fungiformis. Setiap sel jaringan ikat yang terkena radiasi ionisasi

akan mengalami perubahan, yaitu pecahnya kromosom, pecahnya vakuola di dalam

inti sel, dan pecahnya sitoplasma.

Bila daerah leher terkena radiasi, yang menerima efeknya adalah kelenjar

tiroid. Dengan pemberian radiasi yang berada di atas nilai ambang, maka akan

mengakibatkan stimulasi sel kelnjar tiroid serta kanker tiroid. (Oedijani, 2007)

Jenis radiografi dalam kedokteran gigi dibagi menjadi dua fungsi yaitu

intraoral dan ekstraoral:

1. Intraoral

dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu:

Page 6: sinar X.doc

a. Periapikal

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran fifi secara individual

local jaringan sekitar dengan indikasi terlihatnya permukaan gigi dan

jaringan sekitarnya secara local terbatas pada 3-4 gigi.

b. Bitewing

Tujuannya adalah mendapatkan gambaran hubungan oklusal antar

gigi.

c. Oklusal

Tujuannya adalah untuk mendapatkan bagaimana gambaran apabila

dilihat dari sisi oklusal dan film diletakkan pada sisi oklusal.

Oklusal dibagi menjadi dua bagian, yaitu: maksila dan mandibula.

2. Ekstraoral

Dibagi menjadi beberapa fungsi, yaitu:

a. Lateral projection

Lateral projection sendiri terdiri dari: -

- True lateral of the skull radiography

- Oblique lateral radiography

- Bimolar technique

- Lateral sinus radiography

- Lateral TMJ radiography

- Lateral facial bone radiography

- Lateral profile radiography

- True lateral of maxile

- True lateral of mandibula

b. Antero-posterior (A-P) projection

Antero-posterior projection, terdiri dari:

- Submento-vertex (basal) projection

- 30ᵒ A-P (Towne’s)

- A-P of the skull

Page 7: sinar X.doc

- A-P of the TMJ

c. Posterior-Anterio (P-A) Projection

- P-A skull radiography

- Standart occipitomental (Water’s)

- 30ᵒ occipitomeatal

- P-A of the jaw/mandibula

- 20ᵒ P-A of the jaw

- P-A sinus radiography

d. Radiography Sendi Rahang

- Transcranial projection

- Transpharingeal projection

(Lebank, 1997)

Page 8: sinar X.doc

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sifat dari Sinar X

Sinar X mempunyai sifat biologi,kimia dan fisika, diantaranya :

Tidak dapat dilihat

Tidak dapat dibelokkan oleh medan magnet

Tidak dapat difokuskan oleh lensa apapun

Dapat diserap oleh timah hitam(Pb)

Dapat dibelokan setelah menembus logam atau benda padat.

Dapat difraksikan oleh unsur kristal tertentu

Mempunyai panjang gelombang sangat pendek

Mempunyai frekuensi gelombang yang tinggi

Mempunyai daya tembus yang sangat tinggi

Membutuhkan tegangan listrik yang tinggi untuk proses terjadinya

Dapat menimbulkan fluoresensi pada karton/plastik yang dilapisi bubuk halida

perak

Dapat bereaksi dengan film yang digunakan untuk roentgenodiagnosa,karena

timbul gambar dari objek yang dieksposi.

Dapat menstimulasi sel-sel muda dari organ tubuh hidup

Dapat menyebabkan nekrotik pada jaringan tubuh hidup

Dapat memutasikan sel-sel gonad

Dapat menimbulkan sindrom prodormal dari sisem saluran pencernaan

Dapat menimbulkan sindrom susunan syaraf pusat

Dapat menimbulkan kelainan sel darah,antara lain anemia (Hb sangat rendah)

trombositopenia,leukositosis,leukimia dan seterusnya.

Page 9: sinar X.doc

3.2 Proses Terbentuknya Sinar X

Sinar X berawal dari adanya tegangan tinggi pada katoda yang dibalut

filamen ( logam pijar molybdeum) yang mengalirkan elektron dari katoda ke

anoda, pada anoda terdapat antikatodan yang akan ditumbuk oleh elektron daerah

pada antikatoda ini disebut daerah focal spot yang bertujusan untuk

menghilangkan panas. Focal spot ini akan menimbulkan proyeksi yang

datangnya tegak lurus searah sumber, proyeksi ini disebut optical focus.

Dari sinilah penyinaran sinar terjadi. Sinar yang terbentuk dilewatkan pada

kolimasi yang berada dipangkal kerucut atau konus. Konis X ray unit ini

digunakan untuk memproyeksikan jarinagn, gigi dan tulang pada permukaan film

untuk membantu radiodiagnosis.

Processing Film

Tahapan pengolahan film secara konvensional terdiri dari pembangkitan

(developing), pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan

pengeringan (drying).

A. Developing ( Pembangkitan )

Pembangkitan merupakan langkah pertama dalam memproses film. Suatu

larutan kimia yang dikenal sebagai larutan pengembang atau developer

digunakan dalam proses pembangkitan. Tujuan dari developer atau

pengembang adalah mengurangi paparan, energi Kristal perak halida kimia ke

perak hitam metalik. Larutan pengembang ini melembutkan emulsi film

selama proses ini

a. Sifat dasar

Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada

tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang

disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di dalam

Page 10: sinar X.doc

emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik atau

perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak. Sementara

butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak akan terjadi

perubahan.

Perubahan menjadi perak metalik ini berperan dalam penghitaman

bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai dengan intensitas

cahaya yang diterima oleh film.Sedangkan yang tidak mendapat

penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran perak halida inilah

akan terbentuk bayangan laten pada film.

b. Bayangan laten (latent image)

Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida

negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal

lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan

berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya ikatan

elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian akan

tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga

bermuatan negatif.

Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion perak positif yang

bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu menetralkan ion perak

positif menjadi perak berwarna hitam atau perak metalik. Maka terjadilah

bayangan laten yang gambarannya bersifat tidak tampak.

c. Larutan developer terdiri dari:

i. bahan pelarut (solvent)

Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih yang tidak

mengandung mineral.

Page 11: sinar X.doc

ii. Bahan pembangkit (developing agent).

Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak halida

menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan pembangkit ini

akan bereaksi dengan memberikan elektron kepada kristal perak bromida

untuk menetralisir ion perak sehingga kristal perak halida yang tadinya

telah terkena penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa

mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan yang biasa

digunakan adalah jenis benzena (C6H6).

iii. Bahan pemercepat (accelerator)

Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya emulsi

pada film mudah membengkak dan mudah diterobos oleh bahan

pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang mengandung alkali ini

disebut bahan pemercepat yang biasanya terdapat pada bahan seperti

potasium karbonat (Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida

(NaOH / KOH) yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.

iv. Bahan penahan (restrainer).

Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi reduksi bahan

pembangkit terhadap kristal yang tidak tereksposi, sehingga tidak terjadi

kabut (fog) pada bayangan film. Bahan yang sering digunakan adalah

kalium bromida.

v. Bahan penangkal (preservatif).

Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi bahan

pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi karena mengabsorbsi

oksigen dari udara. Namun bahan penangkal ini tidak menghentikan

sepenuhnya proses oksidasi, hanya mengurangi laju oksidasi dan

meminimalkan efek yang ditimbulkannya

Page 12: sinar X.doc

vi. Bahan-bahan tambahan.

Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung pula

bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer) dan bahan

pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan penyangga adalah untuk

mempertahankan pH cairan sehingga aktivitas cairan pembangkit relatif

konstan. Sedangkan fungsi dari bahan pengeras adalah untuk

mengeraskan emulsi film yang diproses.

B. Rinsing (Pembilasan)

Setelah proses pembangkitan, rendaman air digunakan untuk mencuci atau

membilas film. Pembilasan digunakan untuk menghilangkan developer atau

pengembang dari film dan memberhentikan proses pengembangan. Pada

waktu film dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan

pembangkit akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi

filmnya.

Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar

tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.Cairan pembangkit yang tersisa

masih memungkinkan berlanjutnya proses pembangkitan walaupun film telah

dikeluarkan dari larutan pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi

pada proses penetapan maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog)

sehingga foto hasil tidak memuaskan.Proses yang terjadi pada cairan pembilas

yaitu memperlambat aksi pembangkitan dengan membuang cairan

pembangkit dari permukaan film dengan cara merendamnya ke dalam air.

Pembilasan ini harus dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.

C. Fixing (Penetapan)

Setelah proses pembilasan, difiksasi. Suatu larutan kimia yang dikenal

sebagai fiksator digunakan dalam proses fiksasi. Tujuan dari fiksator adalah

Page 13: sinar X.doc

untuk menghilangkan Kristal perak halida yang tidak terpapar dan terkena

energi emulsi film. Fiksator menguatkan emulsi film selama proses ini.

Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi permanen

dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-X. Tanpa

mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan dengan cara

mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut bersifat larut dalam

air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada tahap pencucian.

Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan

yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film. Pada

proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan perlindungan

terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat penyerapan uap air.

Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:

a. Bahan penetap (fixing agent).

Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini bersifat dapat

bereaksi dengan perak halida dan membentuk komponen perak yang larut

dalam air, tidak merusak gelatin, dan tidak memberikan efek terhadap

bayangan perak metalik. Bahan yang umum digunakan adalah natrium

thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal dengan nama hypo.

b. Bahan pemercepat (accelerator).

Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan, biasanya

digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit memerlukan basa dalam

menjalankan aksinya, maka tingkat keasaman cairan penetap akan

menghentikan aksinya.

Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap dan

mengendapkan sulfur

Page 14: sinar X.doc

c. Bahan penangkal (preservatif).

Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan penetap

ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan kembali sulfur tersebut.

Bahan penangkal yang digunakan adalah natrium sulfit, natrium metabisulfit,

atau kalium metabisulfit.

d. Balian pengeras (hardener)

Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film yang

berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak bromida mudah

terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata. Bahan yang digunakan

biasanya adalah potassium alum [K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat

[Al2(SO4) 3].

e. Bahan penyangga (buffer).

Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga pada

nilai 4 – 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam asetat dengan

natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan natrium bisulfit.

f. Pelarut (solvent).

Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.

D.Washing (Pencucian)

Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak komplek

dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-bahan tersebut

dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air mengalir agar dan air

yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

Page 15: sinar X.doc

E. Drying (Pengeringan)

Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan pengeringan

adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil akhir dari

proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas dari partikel

debu, endapan kristal, noda, dan artefak.

Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan adalah

dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya, yaitu suhu

udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati emulsi.

Cara kerja otomatis prosesing

Film dimasukkan kedalam alat (prosesor otomatis) yang berisi developer

dan fixer. Film secara otomatis akan berjalan melewati kedua larutan

tersebut dan keluar dari alat sudah dalam keadaan kering.

Mengetahui alat dan cara pemaparan radasi

Teknik radiografi merupakan salah satu metode pengujian material tak-

merusak yang selama ini sering digunakan oleh industri baja untuk menentukan

jaminan kualitas dari produk yang dihasilkan. Teknik ini adalah pemeriksaan

dengan menggunakan sumber radiasi (sinar-x atau sinar gamma) sebagai media

pemeriksa dan film sebagai perekam gambar yang dihasilkan. Radiasi melewati

benda uji dan terjadi atenuasi dalam benda uji.

Sinar yang akan diatenuasi tersebut akan direkam oleh film yang diletakkan

pada bagian belakang dari benda uji. Setelah film tersebut diproses dalam kamar

gelap maka film tersebut dapat dievaluasi. Bila terdapat cacad pada benda uji

maka akan diamati pada film radiografi dengan melihat perbedaan kehitaman

atau densitas. Pemilihan sumber radiasi berdasarkan pada ketebalan benda yang

diperlukan karena daya tembus sinar gamma terhadap material berbeda.

Page 16: sinar X.doc

Pada sumber pemancar sinar gamma tergantung besar aktivitas sumber.

Sedangkan pemilihan tipe film sangat mempengaruhi pemeriksaan kualitas

material. Film digunakan untuk merekam gambar material yangdiperiksa.

Pemilihan tipe film yang benar akan menghasilkan kualitas hasil radiografi yang

sangat baik. Pada umumnya kita mengenal dua macam jenis film, yaitu film

cepat dan film lambat. Pada film cepatbutir-butirannya besar, kekontrasan dan

definisinya kurang baik. Sedangkan pada film lambat butir- butirannya kecil,

Film Processing Solution

Developing solution

- Natrium Karbonat ð akselerator developer, menjaga developer tetap

basa

-Kalium Bromide ðreduksi kristal yg tidak tertembus x-ray, mencegah

kabut film

-Natrium sulfit (preservative) mencegah oksidasi zat pereduks

- Air pelarut

-Metol (elon) ; pereduksi timbulkan detail gambar

-Hiroquinone(pereduksi) kontras yg baik

Fixing solution

Bersifat asam Menghilangkan developer Mengandung:

- Natrium tiosulfat ðmelarutkan AgBr yg tidak larut dlm developing

-Asam asetat ð netralisir sisa developer pd film

-Natrium sulfit ðmencegah zat fixing terurai dlm asam asetat(mencegah

pengendapan)

-Kalium alum (boraks) ðmengeraskan gelatin pada emulsi film ð

gambaran tahan lama

-Air pelarut

Page 17: sinar X.doc

Mengetahui evaluasi dari hasil prosesing film

Kegagalan dalam processing film bisa terjadi oleh beberapa alasan di

antranya:

Time and temperature errors

Pengaturan waktu dalam processing film harus diperhatikan, seperti contoh

dalam FIXING, yang menurut ketentuan harus dilakukan selama 4-15 menit.

Jika kurang dari penetapan waktu tersebut maka hasil film akan mudah

kabur dalam jangka waktu pendek. Sedangkan pabila melebihi batasan

waktu, maka gambar pada film akan hilang. Sedangkan pengaturan

temperature di gunakan dalam processing film dengan metode Time and

Temperature.

Chemical contamination errors

Bahan-bahan kimia yang mencampuri dalam processing film dapat

mengakibatkan hasil film yang buruk. Seperti bila ada senyawa AgBr, yang

masih tertinggal pada film maka hasil film pada nantinya akan terlihat buram

Film handling errors

Pemegangang pada film diperbolehkan saat memastikan bahawa film

tersebut sudah benar benar kering. Karena kalau tidak akan tercetak jari jari

kita pada film, bisa juga timbul bercak bercak yang akan mengganggu dari

hasil FILM itu sendiri.

Lighting errors

Tidak diperbolehkan untuk menggunakan warna lampu yang berwarna putih,

dan jarak antara penerangan dengan working area tidak boleh terlalu dekat,

minimum 4 kaki. Bila hal ini tidak diperhatikan maka hasil pada film akan

terlihat seperti berkabut (fogged)

Page 18: sinar X.doc

ARTEFACT RADIOGRAFI:

Struktur atau gambaran yang tidak normal ada/tampak dlm radiograf ; pada

obyek yg difoto tidak ada

SEBAB:

Defect pada film atau film packet

Improper handling of the film packet

Accidental incidental to processing of the film

Radiographic technical error

3.3 Fungsi dari sinar X

A. Radiografi Intra Oral

a. Periapikal

Teknik ini menggambarkan gigi secara individual lokal beserta

jaringan sekitarnya secara lokal / terbatas (3 – 4 gigi) antara lain:

Deteksi keradangan/lesi periapikal

Pem.status kesehatan periodontal (lokal)

Endodonsia

Evaluasi pertumbuhan gigi

Terdapat tiga tekhnik pada periapikal.

1. Teknik ideal

· Gigi dan film saling kontak

· Aksis gigi dan film pararel

· Sinar x tegak lurus gigi dan film

2. Teknik Bidang bagi

Page 19: sinar X.doc

Sudut di antara axis gigi dan axis film dipisahkan oleh bisected line. Sinar X

ditujukan pada sudut kanan garis ini melalui akar gigi. Dengan susunan

geometri ini panjang gigi sama dengan panjang di film tapi tulang

periodontalnya tidak tertampil secara akurat.

3. Teknik Kesejajaran/Paralel

Gigi dan film berada paralel dengan jarak yang sama. Film harus menempati

mulut secara paralel (lereng palatum).

Periapikal radiografi tidak hanyas erring digunakan untuk membantu

perbedaan diagnosis dari gejala pasien, tetapi juga melihat proses patologis

yang tidak terdeteksi pada gigi dan sekeliling tulang alveolar.Intepretasi dari

radiogram periapikal ini salah satunya untuk mengetahui kelainan pada garis

tengah maksila. Yang termasuk kelainanin iadalah :

1. Kista Nasoalveolar

Lokasi dari kista ini adalah pada vestibulum bagian atas dan daerah

kaninus.Gigi yang berada disekitar kista ini biasanya masih vital.

2. Kista Globulomaksilaris

Lokasinya pada daerah antara gigi insisiv lateral dan kaninus rahang atas.

Gigi-gigi di daerah tersebut masih vital dan secara klinis pada perabaan akan

teraba suatu massa yang lunak di daerah tersebut. Gambaran radiografnya

berupa radiolusen seperti buahpir.

3. Kista median alveolar

Kista ini sangat jarang terjadi.Gambaran radiografnya berupa radiopak.

b. Teknik Bitewing

Teknik ini berfungsi untuk :

· Deteksi karies proksimal

· Pemeriksaan berkala Px dengan insidensi karies tinggi

· Deteksi karies skunder

Page 20: sinar X.doc

· Mengetahui hubungan Ra dan RB

· Deteksi overhanging bagian Proksimal restorasi

· Mengetahui kamar pulpa

· Kesehatan periodontal (lebih luas)

· Evaluasi pertumbuhan gigi

· Secara periodek : deteksi karies awal, karies skunder dan kelainan periodontal

awal

Keuntungan: dapat memeriksa gigi sekaligus rahang atas dan rahang bawah

pada satu sisi.

c. Teknik oklusal

Teknik radiografi intraoral dimana film ditempatkan di dataran oklusal

Klasifikasi:

A. Maxilary Occlusal Projection

1. Upper standard occlusal (Standard occlusal)

· Periapicale assessment gigi-gigi anterior RA khususnya pada Anak-anak

· Deteksi gigi tidak erupsi/supernumeri

· Evaluasi ukuran & perluasan lesi(kista/tumor) pada anterior RA

· Assessment fraktur pada gigi anterior dan tulang alveolar

2. Upper oblique occlusal (oblique occlusal/ topografi)

· Periapicale assessment gigi-gigi posterior RA khususnya pada Anak-anak

· Assessment kondisi dasar antrum serta menentukan hubungan akar gigi

dengan antrum

· Evaluasi ukuran dan perluasan lesi(kista/tumor) pada posterior RA

· Assessment fraktur pada gigi posterior dan tulang alveolar

3. Vertex occlusal

· Assessment posisi pada bukal atau pada palatal dari gigi kaninus yang tidak

erupsi.

B. Mandibular Occlusal Projection

Page 21: sinar X.doc

1. Lower 90º occlusal (true occlusal)

· Deteksi keberadaan dan posisi kalkuli pada kel.ludah submandibula

· Assessment posisi ke bukal/lingual gigi RB yang tidak erupsi

· Evaluasi ekpansi ke bukal/lingual dari kista/tumor

· Assessment fraktur pada anterior dari mandibula

2. Lower 45º occlusal (standard occlusal)

· Periapical assessment gigi-gigi insisiv RB khususnya pada anak-anak

· Evaluasi ukuran dan perluasan lesi pada bagian anterior mandibula

· Assessment Fraktur pada anterior mandibula

3. Lower oblique occlusal (obliqueocclusal)

· Deteksi kalkuli kelenjar ludah submandibula

· Assessment posisi kebukal/lingual gigi RB yang tidak erupsi

· Evaluasi ukuran dan perluasan lesi pada bagian posterior dan sudut dari bodi

mandibula

B. Radiorafi Ekstra Oral

Foto Rontgen ekstra oral digunakan untuk melihat area yang luas pada

rahang dan tengkorak, film yang digunakan diletakkan di luar mulut. Foto

Rontgen ekstra oral yang paling umum dan paling sering digunakan adalah foto

Rontgen panoramik, sedangkan contoh foto Rontgen ekstra oral lainnya

adalah :

a. Teknik rontgen panoramik

Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang

menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk

mandibula dan maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan

perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.

b. Teknik lateral

Page 22: sinar X.doc

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral

tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan

muka.

c. Teknik antero posterior

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma,

atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Rontgen ini

juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan

ethmoidalis, fossanasalis, dan orbita.

d. Teknik postero anterior

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan

maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis,serta tulang

hidung.

e. Teknik cephalometri

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah

akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga

dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal

dan palatum keras.

f. Proyeksi-Waters

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus

ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatiko frontalis, dan

rongga nasal.

g. Proyeksi reverse-Towne

Foto Rontgen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya

mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat

dinding postero lateral pada maksila.

h. Proyeksi Submentovertex

Page 23: sinar X.doc

Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi

kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus

maksila, dan arcus zigomatikus.

3.4 Efek dari Sinar X

Sinar X, selain memiliki sifat yang menguntungkan juga memiliki

beberapa efek yang berdampak buruk pada tubuh maupun lingkungan. Ketika

menembus jaringan tubuh, radiasi sinar ionisasi menimbulkan kerusakan pada

tubuh, terutama dengan ionisasi atom-atom pembentuk jaringan. Indikasi radiasi

yang merusak dalam tingkat atom akan menimbulkan perubahan molekul, yang

menimbulkan kerusakan seluler, serta menimbulkan fungsi sel abnormal atau

hilangnya fungsi sel.

Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik

dan kimia yang terjadi segera setelah terpapar (10-15 detik), kemudian diikuti

dengan proses biologi dalam tubuh. Proses biologi meliputi rangkaian perubahan

pada tingkat molekuler, seluler, jaringan dan tubuh.

Konsekuensi yang timbul dapat berupa kematian sel atau perubahan pada

sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima tubuh. Pada paparan akut dosis

relative tinggi, efek yang timbul merupakan hasil kematian dari sel yang dapat

menyebabkan gangguan fungsi jaringan dan organ tubuh, bahkan kematian.

Efek seperti ini disebut efek deterministic yang umumnya segera dapat

teramati secara klinis setelah tubuh terppar radiasi dengan dosis diatas dosis

ambang. Selain itu, radiasi dapat tidak mematikan sel tetapi menyebabkan

perubahan atau transformasi sel sehingga terbentuk sel baru yang abnormal.

Perubahan ini terutama karena rusaknya materi inti sel, kususnya DNA

dan kromosom. Perubahan ini berpotensi menyebabkan terbentuknya kanker

pada sebagian individu terpapar atau penyakit herediter meningkat dengan

Page 24: sinar X.doc

bertambahnya dosis, tetapi tidak halnya dengan keparahannya. Efek ini disebut

efek stokastik.

Efek radiasi dapat dirasakan hampir di seluruh bagian tubuh, terutama

pada organ yang terkena paparan radiasi secara langsung. Di daerah

oromaxilofacial efek radiasi dapat ditemukan pada membran mukosa mulut, gigi,

pulpa,tulang, lidah, dan leher.

Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut

Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan

mengikutsertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan

akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang

dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya

cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi

jamur pada mukosa lidah serta palatum.

Efek Radiasi pada Glandula Salivarius

Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah

terbukiti dapat mengakibatkan rusaknya struktur kelenjar saliva. Hal ini

ditunjukkan dengan berkurangnya volume saliva. Jumlah dan keparahan

kerusakan jaringan kelenjar saliva tergantung dosis dan lamanya penyinaran..

Mulut akan menjadi kering (Xerostomia) dan sakit, serta pembengkakan dan

nyeri karena berkurangnya saliva sehingga menyebabkan hilangnya fungis

lubrikasi.

Efek Radiasi pada Gigi

Gigi yang telah erupsi cenderung mengalami kerukan akibat radiasi

daerah rongga mulut, meskipun kerusakannya baru tampak setelah beberapa

tahun setelah radiasi. Manifestasi kerusakan berupa destruksi substansi gigi

yang disebut karies radiasi dan dimulai pada servikal gigi. Lesi berupa

Page 25: sinar X.doc

demineralisasi yang lebih daripada karies pada umumnya, dengan pola

melintas gigi dan menyebabkan kerusakan mahkota gigi pada daerah servikal.

Kerusakan jaringan keras gigi (email, dentin, sementum) mengakibatkan

karies gigi. Secara radiografi daerah karies bersifat radiolusen bila

dibandingkan dengan email atau dentin. Hal ini penting bagi pendiagnosa

untuk melihat radiografi dalam situasi pengamatan yang tepat dengan

pandangan yang jelas agar dapat membedakan antara restorasi dan anatomi

gigi yang normal.

Permukaan bukal dan lingual sering Nampak warna putih atau opak

karena terjadi demineralisasi dari email. Daerah ini terjadi demineralisasi bila

saliva menjadi asam dan kehilangan suplai mineral yang secara normal

mengisi ion negative berubah, permukaan lembut, kehailangan translusensi

dan sering fraktur, menyebabkan erosi, membuat dentin menjadi terbuka.

Efek Radiasi pada Pulpa

Apoptosis pada jaringan fibroral pulpa dapat terjadi akibat dosis radiasi

yang diterima selama terapi radiasi adalah ± 200 rad sehingga apoptosis pada

sel fibrolas pulpa meningkat pulpa sehingga selain sel sel fibrolas, sel-sel lain

juga turut mati akibat efek radiasi. Dikarenakan sel fibrolas merupakan sel

terbanyak yang ada di pulpa dengan fungsi sebagai menjaga integritas dan

vitalitas pulpa berupa membentuk dan mempertahankan matriks jaringan

pulpa dengan membentuk ground substance dan serat kolagen sehingga

apoptosis pada sel fibrolas pulpa menjadi proses awal terjadinya karies

radiasi.

Efek Radiasi pada Tulang

Page 26: sinar X.doc

Perawatan kanker pada daerah mulut sering dilakukan penyinaran

termasuk pada mandibula. Kerusakan primer pada tulang disebabkan oleh

penyinaran yan mengakibatkan rusaknya pembuluh darah periosteum dan

tulang kortikal, yang dalam keadaan normalnya sudah tipis. Radiasi juga dapat

merusak osteoblas dan osteoklas. Jaringan sumsusm tulang menjadi

hipovaskular, hipoxik, dan hiposelular.

Sebagai tambahan, endosteum menjadi terjadi atrofi pada endosteum

menunjukkan berkurangnya aktifitas osteoblas dan osteoklas, dan beberapa

lacuna pada tulang yang kompak tampak kosong, hal tersebut merupakan

indikasi terjadinya nekrosis. Derajat mineralisasi menjadi berkurang, memicu

terjadinya kerapuhan, aytau perubahandari tulang yang normal. Jika keadaan

ini bertambah parah tulang akan mangalami kematian, kondisi seperti ini

disebut osteoradionecrosis.

Efek Radiasi pada Lidah

Radiasi ionisasi pada lidah,menyebabkan pecahnya papila filiformis

dan fungiformis. Setiap sel jaringan ikat yang terkena radiasi ionisasi akan

mengalami perubahan,antara lain pecahnya kromosom, pecahnya vakuola

didalam inti sel, dan pecahnya sitoplasma

Perubahan tersebut terjadi terus menerus sedangkan mitosis sel juga

terjadi.Perubahan tersebut mengakibatkan sel mitosis tidak normal dan

pembentukan sel-sel besar atau sel raksasa.Radiasi lebih lanjut akan

mengakibatkan terjadinya kematian jaringan tersebut (nekrotik).Pada

beberapa literatur radiasi tersebut dapat menyembuhkan kanker tetapi dapat

menyebabkan kanker.Kanker mulut kadang-kadang terjadi sebagai akibat

pengobatan dengan radiasi(radioterapi) dengan dosis radiasi sekitar 5000-

7000 Rad.

Efek Radiasi pada Leher

Page 27: sinar X.doc

Bila daerah leher terkena radiasi,yang menderita radiasi ionisasi adalah

kelenjar tiroid.Dosis rendah yang terserap kelenjar tiroid lebih kecil dari 6,5

rad tidak mengakibatkan kelainan,tetapi bila dosis radiasi tersersp jauh lebih

tinggi,akan mengakibatkan stimulasi sel kelenjar tiroid serta kanker tiroid.

3.5 Dosis Pemakaian Sinar X

Dosis dan Efek Somatik Radiasi

1. Dosis lemah / rendah : 0-50 rad

a. 0-25 rad : tidak ada efek, mungkin tidak ada delayed effect.

b. 25-50 rad : efek tidak ada/sedikit perubahan susunan darah, mungkin ada

delayed effect.

2. Dosis sedang : 50-200 rad

a. 50-100 rad : badan lemas/mual, perpendekan umur, perubahan susunan

darah (delayed recovery).

b. 100-200 rad : mual dan muntah 24 jam setelah radiasi, nafsu makan kurang,

lemas, suaara serak, diare, epilepsy, kerontokan rambut.

3. Dosis semi letal : 200-400 rad

Mual, muntah dalam 1-2 jam setelah radiasi, epilepsy, nafsu makan berkurang,

panas dan lemas.

Pada minggu ke 3 : radang mulut/tenggorokan

Pada minggu ke 4 : pucat, pendarahan hidung, diare

4. Dosis letal : 400-600 rad

1-2 jam mengalami mual dan muntah, pada akhir minggu ke-1 mengalami

radang mulut atau tenggorokan.

Pemberian dosis normal sesuai usia :

1. Usia lebih dari 18 tahun : 50 mpv

2. Usia antara 16-18 tahun : 15 mpv

Page 28: sinar X.doc

3. Usia dibawah 16 tahun : 5 mpv

Dosis untuk dental x-ray : 1/1000

3.6 Proteksi untuk Sinar X

Sinar X mempunyai banyak efek yang buruk bagi tubuh,sehingga

membutuhkan proteksi dalam menggunakan Sinar X agar hasil yang didapat

maksimal dengan efek yang minimal. Berikut adalah beberapa proteksi yang bisa

dilakukan :

Ruang operator dan pesawat Sinar X

Sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada dalam satu ruangan maka

disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.

Pintu ruang pesawat sinar X harus diberi penahan radiasi yang cukup

sehingga terproteksi dengan baik. Pintu tersebut biasanya terbuat dari tripleks

dengan tebal tertentu yang ditambah dengan lempengan Pb setebal 1 – 1,5

mm.

Tanda radiasi berupa lampu merah harus dipasang di atas pintu yang dapat

menyala pada saat pesawat digunakan. Tanda peringatan radiasi hendaknya

dibuat dengan ukuran yang sesuai.

Alat-alat proteksi yang digunakan ahli radiologi, radiographer serta karyawan

adalah sarung tangan berlapis timah hitam dan jubbah/apron yang berlapis

timah hitam setebal 0,5 mm Pb. Berikut adalah beberapa jenis baju pelindung

timah :

1. Baju pelindung timah (apron) untuk seluruh tubuh (whole body), apron ini

melindungi tubuh dari bahu sampai tungkai bawah. Apron ini digunakan

baik untuk operator maupun penderita.

2. Apron untuk kelenjar tiroid

Apron untuk melindungi kelenjar tiroid disebut tiroid shield, berguna

untuk mengurangi daya tembus sinar radiasi kearah kelenjar tiroid.

3. Apron untuk kelenjar gonad

Page 29: sinar X.doc

Apron untuk melindungi kelenjar gonad ini disebut sebagai gonadopron,

berbentuk seperti cawat tukang masak yang hanya melindungi perut

bagian bawah.

BAB IV

KESIMPULAN

Page 30: sinar X.doc

Radiologi merupakan suatu ilmu yang sangat berhubungan dengan bidang

kedokteran gigi. Dengan bantuan radiograf atau foto rontgen, dokter gigi dapat

mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada daerah rongga mulut, tulang

mandibula dan maxilla, sinus-sinus, dan daerah lain yang saling berhubungan satu

sama lain dalam menunjang terjadinya kelainan tersebut. Dengan radiograf, dokter

gigi dapat melihat adanya fraktur, granuloma, kista yang tidak dapat dilihat dengan

penglihatan biasa. Adanya denture atau logam yang tertelan, dapat tercetak pada

radiograf karena benda tersebut bersifat opaque. Namun, di balik manfaat tersebut,

radiasi yang ditimbulkan untuk membuat radiograf atau foto rontgen tersebut juga

memiliki efek yang berbahaya baik bagi operator maupun pasien. Radiasi ini dapat

menyebabkan kelainan jangka pendek, jangka panjang, kelainan yang diturunkan,

bahkan kematian. Harus ada beberapa sikap dan peralatan yang wajib diketahui dan

dipahami untuk menciptakan perlindungan yang baik, agar tujuan penggunaan

radiologi memiliki manfaat yang lebih banyak dibandingkan resikonya.

Page 31: sinar X.doc

DAFTAR PUSTAKA

Brocklebank, L. 1997. Dental radiology Understanding The X-ray Image., Oxford.

Oxford University.

Fong, E., et al., (1980), Body Structures and Functions. 6th ed. Delmar Publishing

Inc., Boston. Copyright 2003, Elsevier Science (USA). Produced in the

United States of America.

Lebank, Brock. 1997. Dental Radiology Understanding The X-Ray Image. Oxford:

Oxford University.

O’Brien, Richard C. 1982. Dental Radiography: An Introduction for Dental

Hygienists and Assistants. Philadelphia: W. B. Saunders Company.

Oedijani. 2007.Efek Samping Terapi Radiasi di Daerah Kepala dan Leher terhadap

Jaringan Sekitarnya. Jurnal PDGI th.46. No.1 ed.Khusus.