92
SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP PEMBEBANAN PADA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL SKALA MIKRO SKRIPSI DEVI DIRGANTINI NIM. 11170970000085 PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M / 1442 H

SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP

PEMBEBANAN PADA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

SKALA MIKRO

SKRIPSI

DEVI DIRGANTINI

NIM. 11170970000085

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021 M / 1442 H

Page 2: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

i

Pembimbing I

Anugrah Azhar, M.Si

NIP. 19921031 201801 1 003

Pembimbing II

Dr. Ambran Hartono, M.Si

NIP. 19710408 200212 1 002

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP

PEMBEBANAN PADA TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL

SKALA MIKRO

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)

DEVI DIRGANTINI

NIM. 11170970000085

Menyetujui,

Mengetahui,

Ketua Program Studi Fisika

Tati Zera, M.Si.

NIP. 19690608 200501 2 002

Page 3: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

ii

Pembimbing II

Dr. Ambran Hartono, M.Si

NIP. 19710408 200212 1 002

Penguji I

Arif Tjahjono, M.Si

NIP. 19751107 200701 1 015

Penguji II

Biaunik Niski Kumila, M.S

NIP. 19910513 201903 2 011

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN

Skripsi yang berjudul Simulasi Kekuatan Struktur Kayu Pinus Terhadap

Pembebanan Pada Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro yang telah

disusun oleh Devi Dirgantini dengan NIM 11170970000085 telah diujikan dan

dinyatakan lulus dalam sidang munaqasyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 24 Juni 2021. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi

Fisika.

Jakarta, 24 Juni 2021

Menyetujui,

Mengetahui,

Pembimbing I

Anugrah Azhar, M.Si

NIP. 19921031 201801 1 003

Ketua Program Studi Fisika

Fakultas Sains dan Teknologi

Tati Zera, M.Si.

NIP. 19690608 200501 2 002

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D

NIP. 19710608 200501 1 005

Page 4: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Devi Dirgantini

NIM : 11170970000085

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Simulasi Kekuatan Struktur

Kayu Pinus Terhadap Pembebanan Pada Turbin Angin Sumbu Horizontal

Skala Mikro adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan

tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan

karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 24 juni 2021

Devi Dirgantini

11170970000085

Page 5: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

iv

ABSTRAK

Bilah inverse taper dibuat dengan material kayu pinus dan dilengkapi dengan

airfoil NACA 4418, bilah dirancang menggunakan SolidWorks dan dilakukan uji

simulasi performa menggunakan Qblade. Dalam penelitian ini, kita fokus pada

gagasan dalam merancang turbin angin sumbu horizontal skala mikro untuk

kecepatan angin maksimal di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bilah

inverse taper memiliki daya dorong optimal sebesar 161 N pada kecepatan putar 716

rpm dan mencapai torsi optimal sebesar 23 Nm pada putaran 358 rpm. Bilah inverse

taper juga dapat menghasilkan daya output optimal sebesar 1025 Watt pada

kecepatan putar 573 rpm yang dapat mengekstraksi energi angin sebesar 49%.

Simulasi performa juga dilakukan untuk menginvestigasi kekuatan struktur pada

bilah menggunakan SolidWorks dan hasilnya menunjukkan bahwa bilah inverse

taper memiliki tegangan optimal sebesar 32,73 MPa pada pembebanan 271,2 N. Nilai

optimal faktor keamanan dan displacement pada bilah diperoleh masing-masing

sebesar 6,3 pada pembebanan 53,7 N dan 103,1 mm pada pembebanan 356,9 N. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa bilah inverse taper yang dibuat dengan material

kayu pinus dan dilengkapi dengan airfoil NACA 4418 dapat diterima untuk

diimplementasikan pada turbin angin karena memiliki faktor keamanan dan kekuatan

struktur yang baik untuk kecepatan angin maksimal di Indonesia.

Kata Kunci: Turbin Angin Sumbu Horizontal, Inverse Taper, Simulasi Kekuatan

Struktur

Page 6: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

v

ABSTRACT

The inverse blade tapper, made by pinewood, and equipped by NACA 4418

airfoil, had been designed by using SolidWorks and had been tested by performing

the simulation using Qblade. In this research, we are focusing on the idea to design a

horizontal axis micro wind turbine for maximum wind speed in Indonesia. Our results

show that the inverse taper blade has the optimum thrust of 161 N at the rotating

speed of 716 rpm and reach the optimum torque of 23 Nm at a rotating speed of 358

rpm. The inverse taper blade has also the optimum output power of 1025 Watt at a

rotating speed of 573 rpm which can convert 49% of the wind energy. We also

perform the simulation to investigate the structural strength of the blade using

SolidWorks and obtain the optimum stress of 32,73 MPa at the load of 271,2 N. The

optimum safety factor and displacement of the blade are 6,3 at the load of 53,7 N,

and 103,1 mm at the load of 356,9 N, respectively. Our results show that inverse

blade tapper, made by pinewood, and equipped by NACA 4418 airfoil is still

acceptable to be implemented as a blade of the wind turbine due to its good safety

factor and structural strength for the maximum wind speed in Indonesia.

Keywords: Horizontal Axis Wind Turbine, Inverse Taper, Structural Strength

Simulation

Page 7: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “ Simulasi Kekuatan Struktur Kayu Pinus Terhadap Pembebanan Pada

Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Mikro “. Skripsi ini disusun sebagai syarat

dalam menyelesaikan studi sarjana di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Terselesaikannya skripsi ini tiada lain atas bantuan, bimbingan, serta dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati maka pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan

semangat.

2. Bapak Anugrah Azhar, M.Si, dan Bapak Ambran Hartono M.Si selaku dosen

pembimbing skripsi.

3. Bapak Nashrul Hakiem, S.Si., M.T, Ph.D selaku dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Tati Zera, M.Si selaku Ketua Program Studi Fisika Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Ricky Elson B.Eng., M.Eng., selaku pimpinan PT. Lentera Bumi

Nusantara yang telah memberikan kesempatan dan ilmu pengetahuan kepada

penulis terkait turbin angin.

6. Ibu Inayah N. Zahra, S.T, M.T, selaku Chief Executive Officer PT. Lentera

Bumi Nusantara beserta staf pembimbing yang telah memberikan izin kepada

penulis untuk mempelajari ilmu turbin angin.

7. Yudi Kuntara, S.T dan Salas Bima Asar selaku alumni senior dari PT. Lentera

Bumi Nusantara yang telah memberikan pertolongan dan bimbingan kepada

penulis.

Page 8: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

vii

8. Khoirun Annisa Raisiyah selaku rekan penelitian yang telah memotivasi serta

memberikan saran membangun kepada penulis.

9. Teman-teman Program Studi Fisika 2017 khususnya fisika material yang selalu

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak luput dari kesalahan, oleh

karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca

agar penelitian ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Dengan demikian,

penulis juga berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta menginspirasi pembaca.

Jakarta, 24 juni 2021

Penulis,

Devi Dirgantini

NIM 11170970000085

Page 9: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

viii

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR TABEL xii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Batasan Masalah 5

1.4 Tujuan Penelitian 5

1.5 Manfaat Penelitian 6

1.6 Sistematika Penulisan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8

2.1 Energi Angin 8

2.1 Teori Momentum Elemen Betz 9

2.3 Turbin Angin Skala Mikro 11

2.4 Bilah Turbin Angin 13

2.4.1 Airfoil 15

2.4.2 Karakteristik Lift dan Drag 17

2.5 Perancangan Bilah Turbin Angin 17

2.5.1 Parameter Perancangan Bilah Turbin Angin 18

2.5.2 Pemilihan Material Bilah Turbin Angin 20

2.5.3 Sifat- Sifat Mekanik Kayu 20

2.5.4 Kayu Pinus 22

2.6 Simulasi Kekuatan Struktur 23

2.6.1 Teori Dasar Metode Finite Elemen 23

2.6.2 Komponen Simulasi Kekuatan Struktur 24

Page 10: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

ix

2.6.3 Parameter Simulasi Kekuatan Struktur 25

2.7 Qblade 29

2.8 SolidWorks 2018 31

BAB III METODE PENELITIAN 33

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 33

3.2 Alat dan Bahan Penelitian 33

3.3 Tahapan Penelitian 33

3.4 Pengolahan Data Penelitian 35

3.4.1 Pemilihan Airfoil 35

3.4.2 Perancangan Geometri Bilah Inverse Taper 36

3.4.3 Pemodelan 3D Dan Simulasi Bilah Inverse Taper 41

3.4.4 Perancangan 3D Bilah Inverse Taper 45

3.4.5 Simulasi Kekuatan Struktur Bilah Inverse Taper 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 57

4.1 Performa Bilah 57

4.2 Hasil Simulasi Kekuatan Struktur 61

BAB V PENUTUP 70

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 73

Page 11: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model aliran dari Teori Momentum Beltz 9

Gambar 2.2 Ekstraksi energi pada turbin angin 111

Gambar 2.3 Turbin angin HAWT 122

Gambar 2.4 Turbin angin VAWT 133

Gambar 2.5 Bilah jenis taper, taperless, dan inverse taper 144

Gambar 2.6 Airfoil 155

Gambar 2.7 Lift dan Drag 177

Gambar 2.8 Tip Speed Ratio terhadap Cp 199

Gambar 2.9 Modul Qblade 30

Gambar 2.10 Pemodelan bilah pada Qblade 30

Gambar 2.11 Analisis struktur pada SolidWorks 32

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 34

Gambar 3.2 Input nomor seri airfoil 35

Gambar 3.3 Kurva perbandingan Cl/Cd terhadap alpha 36

Gambar 3.4 Input geometri bilah 41

Gambar 3.5 Hasil desain 3D bilah pada Qblade 42

Gambar 3.6 Simulasi performa bilah pada Qblade 42

Gambar 3.7 Kurva thrust terhadap kecepatan putar untuk nilai pembebanan 43

Gambar 3.8 Perancangan koordinat bilah 44

Gambar 3.9 Lembar kerja pemodelan 45

Gambar 3.10 Input koordinat bilah 46

Gambar 3.11 Plane bilah 46

Gambar 3.12 Move, rotate, scale, dan garis trailing edge 47

Gambar 3.13 Pembuatan persegi pangkal 48

Gambar 3.14 Pembuatan garis reference 48

Gambar 3.15 Pemodelan 3D elemen bilah 49

Page 12: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

xi

Gambar 3.16 Pemodelan 3D persegi pada pangkal bilah 50

Gambar 3.17 Pemodelan 3D pangkal bilah 50

Gambar 3.18 Cutting pangkal bilah 51

Gambar 3.19 Pembuatan lubang pada pangkal bilah 51

Gambar 3.20 Pembuatan hub rotor pada pangkal bilah 51

Gambar 3.21 Hasil desain 3D bilah inverse taper pada SolidWorks 52

Gambar 3.22 Setting fitur simulasi kekuatan struktur 53

Gambar 3.23 Input data sheet kayu pinus 54

Gambar 3.24 Area tumpuan 54

Gambar 3.25 Input nilai beban 55

Gambar 3.26 Proses meshing 56

Gambar 3.27 Hasil simulasi kekuatan struktur 56

Gambar 4.1 Kurva thrust terhadap kecepatan putar 57

Gambar 4.2 Kurva torsi terhadap kecepatan putar 58

Gambar 4.3 Kurva daya terhadap kecepatan putar 59

Gambar 4.4 Kurva Cp terhadap TSR 60

Gambar 4.5 Stress akibat pembebanan pertama 61

Gambar 4.6 Stress akibat pembebanan kedua 61

Gambar 4.7 Stress akibat pembebanan ketiga 62

Gambar 4.8 Grafik stress maksimum terhadap variasi pembebanan 62

Gambar 4.9 Grafik stress minimum terhadap variasi pembebanan 63

Gambar 4.10 Diplacement akibat pembebanan pertama 64

Gambar 4.11 Diplacement akibat pembebanan kedua 65

Gambar 4.12 Diplacement akibat pembebanan ketiga 65

Gambar 4.13 Grafik diplacement maksimum terhadap variasi pembebanan 66

Gambar 4.14 Factor of safety akibat pembebanan pertama 67

Gambar 4.15 Factor of safety akibat pembebanan kedua 67

Gambar 4.16 Factor of safety akibat pembebanan ketiga 68

Gambar 4.17 Grafik factor of safety terhadap variasi pembebanan 68

Page 13: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Geometri bilah (1) 37

Tabel 3.2 Geometri bilah (2) 38

Tabel 3.3 Geometri bilah (3) 38

Tabel 3.4 Geometri bilah (4) 40

Tabel 3.5 Variasi pembebanan 43

Tabel 3.6 Data sheet kayu pinus 53

Page 14: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggunaan sumber energi di dunia hingga saat ini masih bergantung pada

sumber energi tak terbarukan. Hal tersebut menyebabkan ketersediaan sumber energi

tak terbarukan semakin menipis. Sehingga, diperlukan upaya pemanfaatan sumber

energi alternatif yang dapat diproduksi kembali melalui proses alam. Energi tersebut

dikenal sebagai energi terbarukan yang meliputi cahaya matahari, air, biogas,

biomassa, panas bumi, dan gelombang laut. Salah satu potensi energi terbarukan yang

tengah berkembang pesat di era saat ini adalah energi angin. Indonesia memiliki

potensi energi angin dengan kecepatan angin rata-rata berkisar antara 3-5 m/s dan

mampu menghasilkan total daya hingga 9290 MW. Namun, pemanfaatan energi

angin di Indonesia baru mencapai 1%, padahal ketersediaan energi angin sangat

melimpah [1]. Oleh karena itu, pemanfaatan energi angin perlu ditingkatkan salah

satunya melalui pengembangan turbin angin. Dalam pengembangan turbin angin,

tentunya diperlukan perancangan bilah turbin angin yang sesuai dengan kondisi angin

di Indonesia.

Arisandi et al. [2] telah melakukan penelitian mengenai rancang bangun turbin

angin sumbu horizontal dengan bilah tipe taperless. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa bilah mulai berputar pada saat kecepatan angin 6 m/s dan dapat menghasilkan

tegangan listrik sebesar 15 volt. Rahman et al. [3] telah melakukan penelitian

mengenai rancang bangun dan uji prestasi turbin angin sumbu horizontal dengan

bilah tipe taper. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah mulai berputar pada

saat kecepatan angin 8,7 m/s. Bilah hasil perancangannya tidak cocok digunakan di

daerah-daerah tepi pantai Padang karena kecepatan rata-rata angin di pantai Padang

berkisaran antara 2 m/s sampai 8 m/s. Sedangkan Martin dan Hatta [4] melakukan

Page 15: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

2

penelitian mengenai perancangan bilah inverse taper untuk kecepatan angin rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan dan simulasi, bilah dapat berputar pada kecepatan 5

m/s dan mampu menghasilkan torsi sebesar 16 Nm dan daya 202 watt. Dari ketiga

jenis bilah tersebut, yang sesuai dengan kondisi kecepatan rata-rata angin di Indonesa

adalah bilah jenis inverse taper.

Aji [5] melakukan penelitian mengenai rancang bangun bilah tipe inverse taper

menggunakan kayu mahoni pada turbin angin sumbu horizontal skala kecil dengan

airfoil S1210. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah tipe inverse taper

memiliki keluaran daya dengan cut-in sebesar 1,35 m/s dan mampu beroperasi pada

kecepatan angin rendah. Musyarofah [6] melakukan penelitian mengenai rancang

bangun bilah tipe inverse taper menggunakan kayu mahoni dengan airfoil SG4062.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah tipe inverse taper menghasilkan

peformansi sudu yang baik dengan daya yang dihasilkan dalam pengujian selama tiga

hari yaitu 525,39 Wh, 721,67 Wh, dan 513,77 Wh. Kuntara [7] melakukan penelitian

mengenai rancang bangun bilah tipe taper, taperless, dan inverse taper menggunakan

kayu mahoni. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah inverse taper

menghasilkan daya listrik tertinggi daripada bilah lainnya. Energi listrik yang

diperoleh bilah jenis inverse taper sebesar 5246,15 Wh dengan perolehan daya listrik

rata-rata 1311,53 Wh per hari. Energi listrik yang diperoleh perhari bilah jenis taper

sebesar 3596,03 Wh dengan perolehan daya listrik rata-rata 899 Wh per hari.

Sedangkan energi listrik yang diperoleh bilah jenis taperless sebesar 2619,87 Wh,

dengan perolehan daya listrik rata-rata 654,96 Wh per hari. Hal ini membuktikan

bahwa bilah tipe inverse taper memiliki performa yang baik daripada bilah tipe taper

dan taperless. Sehingga, bilah tipe inverse taper dapat dipilih untuk perancangan

turbin angin dalam penelitian ini.

Perancangan bilah turbin angin bergantung pada penggunaan material.

Irfansyah dan Firman [8] telah melakukan penelitian mengenai perancangan bilah

turbin angin horizontal dengan variasi material yang terdiri dari kayu meranti,

fiberglass, dan pipa PVC. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa material kayu

Page 16: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

3

memiliki performa tertinggi yaitu menghasilkan putaran 181 rpm pada kecepatan 2

m/s dan menghasilkan putaran poros 390 rpm pada kecepatan angin 4,5 m/s.

Sedangkan performa terendah terdapat pada material pipa PVC yaitu menghasilkan

putaran 97 rpm pada kecepatan angin 2 m/s dan menghasilkan putaran poros 251 rpm

pada kecepatan angin 4,5 m/s. Multazam dan Mulkan [9] melakukan penelitian

mengenai rancang bangun turbin angin sumbu horizontal menggunakan material kayu

pinus dan fiber untuk meningkatkan performa Permanent Magnet Generator (PMG).

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa turbin angin berbahan kayu pinus mampu

menghasilkan tegangan lebih tinggi yaitu 12,15 volt daripada turbin angin berbahan

fiber yang hanya menghasilkan tegangan sebesar 11,48 volt. Nilai tegangan yang

dihasilkan bilah kayu pinus mampu meningkatkan output PMG sehingga dapat

digunakan untuk mengoperasikan beban listrik. Hal ini membuktikan material kayu

pinus memiliki performa yang baik sehingga dapat dipilih untuk perancangan turbin

angin dalam penelitian ini.

Perancangan bilah turbin angin seringkali tidak memperhatikan faktor

keamanan sebelum diimplementasikan di lapangan. Dahlan [10] melakukan

penelitian membuat bilah taperless berbahan kayu mahoni dan pinus tanpa

melakukan analisis kekuatan struktur terlebih dahulu. Sehingga dari hasil pengujian

di lapangan, bilah berbahan kayu mahoni mengalami keretakan. Sedangkan Gibran et

al. [11] melakukan penelitian turbin angin sumbu horizontal bilah taperless berbahan

kayu pinus serta melakukan analisis kekuatan struktur pada material bilah

menggunakan perangkat lunak SolidWorks yang didukung dengan Finite Elemen

Method (FEM). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah yang dirancang

memiliki nilai keamanan yang baik yaitu sebesar 5,43 sehingga bilah tersebut layak

untuk diimplementasikan. Handoko [12] melakukan penelitian rancang bangun bilah

semi inverse taper berbahan kayu mahoni dengan variasi rasio pelebaran chord.

Analisis kekuatan struktur dilakukan sebelum bilah diimplementasikan di lapangan.

Hasil analisis menunjukkan bahwa bilah memiliki nilai Factor Of Safety (FOS) atau

faktor keamanan sebesar 31,608 pada kecepatan angin 10 m/s. Hal ini menunjukkan

Page 17: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

4

bahwa bilah aman pada kondisi input gaya yang diberikan dan mampu menahan

beban 31,608 kali lebih besar dari gaya input. Terbukti dalam pengujiannya, bilah

tersebut dapat bekerja dengan baik dan tidak mengalami patah atau retak. Hal ini

menunjukkan bahwa analisis kekuatan struktur menggunakan perangkat lunak yang

didukung dengan Finite Elemen Method (FEM) mampu memberikan validitas

keamanan dari bilah yang dirancang.

Menurut Prasetyo et al. [13] analisis kekuatan struktur penting dilakukan untuk

mengetahui kemampuan material dalam menahan beban maksimum sehingga dapat

diketahui tingkat keamanan dari desain bilah yang dirancang. Hasil analisis

menggunakan perangkat lunak menurut Agustiawan et al. [14] akan lebih cepat

diperoleh dibandingkan dengan hasil analisis dengan perhitungan manual. Selain itu,

menurut Yasmin (2008) [15] bahwa analisis struktur dengan bantuan komputer

memberikan informasi yang akurat. Selain itu, hasil uji analisis desain menggunakan

perangkat lunak juga dapat menampilkan data berupa titik-titik pembebanan pada

bilah yang mengalami pembebanan paling kecil, pembebanan sedang, dan

pembebanan paling besar.

Dari deskripsi yang telah dipaparkan, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai simulasi kekuatan struktur kayu pinus terhadap pembebanan

pada turbin angin sumbu horizontal skala mikro. Bilah yang dirancang dalam

penelitian ini adalah bilah tipe inverse taper. Simulasi kekuatan struktur dilakukan

menggunakan software support analisis desain yaitu SolidWorks 2018 berbasis

Metode Elemen Hingga atau Finite Elemen Method (FEM) dengan tujuan untuk

mengetahui kemampuan bilah bermaterial kayu pinus dalam menahan beban yang

diberikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Page 18: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

5

1. Bagaimana merancang bilah tipe inverse taper pada turbin angin sumbu

horizontal menggunakan material kayu pinus?

2. Bagaimana simulasi kekuatan struktur material kayu pinus terhadap

pembebanan bilah tipe inverse taper pada turbin angin sumbu horizontal?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perancangan bilah turbin angin sumbu horizontal dengan tiga bilah. Jenis bilah

yang dirancang adalah bilah tipe inverse taper dengan airfoil tipe NACA 4418

menggunakan material kayu pinus.

2. Analisis performa pada bilah diketahui dari hasil simulasi menggunakan

perangkat lunak Qblade.

3. Analisis kekuatan struktur material kayu pinus pada bilah tipe inverse taper

dengan airfoil tipe NACA 4418 dilakukan menggunakan perangkat lunak

SolidWorks 2018.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Merancang bilah tipe inverse taper pada turbin angin sumbu horizontal

menggunakan material kayu pinus.

2. Mengetahui kekuatan struktur material kayu pinus terhadap pembebanan bilah

tipe inverse taper pada turbin angin sumbu horizontal.

Page 19: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

6

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi mahasiswi

fisika untuk mempelajari perancangan turbin angin. Selain itu, dapat menambah

wawasan khususnya bagi mahasiswi fisika perminatan material dalam menganalisis

ketahanan material untuk bilah tubin angin.

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini tersusun atas lima bab dengan uraian sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori penelitian yang meliputi informasi

mengenai bilah turbin angin, perancangan bilah turbin angin, dan analisis kekuatan

struktur bilah turbin angin.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang langkah penelitian yang meliputi waktu dan tempat

penelitian, peralatan dan bahan penelitian, serta tahapan penelitian.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang hasil penelitian berupa data yang diolah meliputi hasil

perhitungan geometri bilah, perancangan bilah, dan simulasi kekuatan struktur

material bilah terhadap pembebanan. Kemudian data tersebut dianalisis dan dibahas.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Page 20: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

7

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk

penelitian selanjutnya.

Page 21: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Angin

Dalam ilmu fisika, yang namanya energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat

pula dimusnahkan, tetapi energi dapat diubah satu bentuk ke bentuk energi lainnya.

Contohnya dalam aplikasi turbin angin, dimana energi kinetik dapat diubah menjadi

energi listrik. Proses konversi energi tersebut terjadi saat angin menumbuk bilah pada

turbin angin yang kemudian menyebabkan rotor berputar. Hasil dari putaran tersebut

diteruskan ke sistem kinerja pembangkit tenaga angin sehingga dapat menghasilkan

energi listrik. Timbulnya energi tersebut dikarenakan angin adalah udara yang

memiliki massa dan pergerakannya memiliki kecepatan sehingga dapat dinyatakan

sebagai energi kinetik. Energi kinetik pada angin dirumuskan sebagai berikut [5]:

𝐸𝑘 =1

2𝑚𝑣2 (2.1)

Jika diketahui 𝜌 = 𝑚

𝑉 , dimana 𝜌 adalah massa jenis, 𝑚 adalah massa benda,

dan 𝑉 adalah volume. Maka persamaan energi kinetik di atas dapat ditulis sebagai

berikut [5]:

𝐸𝑘 =1

2𝜌𝑉𝑣2 (2.2)

Karena volume udara yang mengalir merupakan perkalian antara luasan area A

yang dilewati selama jarak dan unit waktu tertentu, maka dapat ditulis sebagai berikut

[5]:

Page 22: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

9

𝑉 =𝐴 . 𝑑

𝑡 (2.3)

Sehingga daya atau energi angin per satuan waktu dapat diperoleh sebagai

berikut [5]:

𝑃 =1

2𝜌𝐴𝑣3 (2.4)

Persamaan (2.4) menunjukkan bahwa besarnya daya angin dipengaruhi oleh

densitas udara, kecepatan angin yang melewati bilah turbin, dan luas sapuan bilah [5].

2.1 Teori Momentum Elemen Betz

Gambar 2.1 Model aliran dari Teori Momentum Beltz (Hau, 2006) [16].

Teori momentum elemen Betz atau Betz limit adalah teori yang

melatarbelakangi perancangan turbin angin. Teori ini menjelaskan tentang aliran

kecepatan angin bebas yang mengalami pembelokan ketika melalui rotor. Hal

tersebut disebabkan oleh putaran rotor yang dapat menghasilkan perubahan kecepatan

angin pada arah tangensial yang dapat mengakibatkan total energi angin menjadi

berkurang [16]. Untuk mengetahui besarnya energi atau daya yang dihasilkan oleh

turbin angin maka dapat dihitung dengan cara mengetahui selisih antara daya angin

Page 23: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

10

sebelum dan sesudah melewati turbin angin sebagaimana yang ditampilkan pada

gambar 2.1 [17]. Gambar tersebut menjelaskan bahwa berkurangnya kecepatan angin

disebabkan karena sebagian energi kinetik diserap oleh turbin angin. Pada keadaan

tersebut, energi kinetik diubah menjadi daya angin (𝑃𝑡). Daya angin yang diekstrak

oleh turbin angin dirumuskan sebagai berikut [17]:

𝑃 = 𝑃1 − 𝑃4 =1

2𝜌(𝐴1𝑉1

3 − 𝐴4𝑉43) =

1

2𝜌 (

8

9𝐴1𝑉1

3 ) (2.5)

Untuk mempermudah perhitungan, persamaan (2.5) diubah ke dalam bentuk

lain dengan menggunakan variabel 𝐴2 atau terkait dengan luas area sapuan turbin

angin sebagai berikut [17]:

𝑃 =1

2𝜌 [

8

9 (

2

3𝐴2𝑉1

3)] = 1

2𝜌 (

16

27 𝐴2𝑉1

3) (2.6)

Pada persamaan (2.6) terdapat konstanta 16/27 atau = 0.593 yang disebut

sebagai koefisien Betz atau Betz limit. Konstanta tersebut menunjukkan efisiensi

maksimum dari turbin angin yang dapat dinyatakan sebagai koefisien power (Cp). Cp

adalah koefisien yang digunakan untuk menentukan besarnya daya turbin angin yang

dihasilkan. Besarnya nilai Cp dipengaruhi oleh faktor loss energi yang terjadi pada

sistem kinerja turbin angin sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.2. Oleh karena

itu, daya turbin angin dapat dirumuskan sebagai berikut [18].

𝑃𝑡 = 𝐶𝑝 . 𝑃 (2.7)

Page 24: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

11

Gambar 2.2 Ekstraksi energi pada turbin angin [7]

2.3 Turbin Angin Skala Mikro

Turbin angin skala mikro adalah turbin angin yang didirikan pada luas area

berkisar 200 m2 dengan kapasitas energi maksimum yang dihasilkan berkisar 50 kW.

Turbin angin skala mikro membutuhkan kecepatan angin rata-rata minimal antara 4,0

hingga 4,5 m/s untuk menghasilkan daya listrik agar dapat digunakan untuk

kebutuhan rumahan [12]. Adapun, ukuran turbin angin yang dapat digunakan berkisar

antara 1 hingga 7,5 meter [17]. Untuk membangun turbin angin skala mikro, terdapat

dua jenis turbin angin yang dapat digunakan berdasarkan bentuk dan cara kerjanya

yaitu turbin angin sumbu horizontal atau Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) dan

turbin angin sumbu vertikal atau Vertical Axis Wind Turbine (VAWT). Kedua jenis

turbin angin tersebut memiliki keunggulan masing-masing. Secara umum, HAWT

adalah jenis turbin angin yang mayoritas digunakan untuk turbin angin skala mikro.

HAWT memiliki desain bilah yang mirip seperti propeller serta memiliki putaran

pada sumbu vertikal. Pada turbin angin jenis ini, shaft rotor dan generator yang

terletak pada puncak tower harus diarahkan ke arah angin yang bertiup. Selain itu,

turbin ini menggunakan wind plane yang diletakkan di bagian rotor untuk

menggerakan bilah. Kelebihan dari HAWT adalah mampu menangkap energi angin

Page 25: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

12

lebih maksimal karena letak towernya yang tinggi menyebabkan turbin angin ini

mampu mengekstrak energi angin lebih banyak sehingga efisiensi yang dihasilkan

akan lebih tinggi [19]. Turbin angin HAWT terbagi atas dua tipe yaitu upwind dan

downwind. Keduanya memiliki perbedaan pada penempatan rotor. Tipe upwind

memiliki rotor yang berhadapan dengan angin. Sedangkan tipe downwind memiliki

rotor yang ditempatkan dibelakang tower [10].

Gambar 2.3 Turbin angin HAWT [20].

Sedangkan turbin angin VAWT memiliki putaran pada sumbu horizontal dan

shaft rotor vertikal. Turbin angin jenis ini tidak perlu diarahkan ke arah angin bertiup

dan cocok untuk daerah yang memiliki arah angin variatif. Untuk pengaplikasiannya,

maintenance turbin angin VAWT lebih mudah dibandingkan turbin angin HAWT.

Karena, letak towernya tidak tinggi sehingga generator dan komponen primer lainnya

dapat diletakan dekat dengan permukaan tanah. Namun, kekurangan utama dari

turbin angin VAWT adalah efisiensi yang dihasilkannya rendah karena towernya

berada pada ketinggian yang rendah sehingga kecepatan angin yang diperoleh lebih

sedikit akibatnya putaran yang dihasilkan lebih lambat [19]. Turbin angin VAWT

terdiri atas dua tipe yaitu tipe dorong (savonius) dan tipe angkat (darrieus). Keduanya

dibedakan berdasarkan besarnya TSR. Tipe dorong terjadi apabila TSR kurang dari 1

yang artinya bagian bilah cenderung mengalami gaya dorong. Sedangkan tipe angkat

Page 26: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

13

terjadi apabila TSR lebih dari 1 yang artinya bagian bilah cenderung mengalami gaya

angkat [10].

Gambar 2.4 Turbin angin VAWT [10]

2.4 Bilah Turbin Angin

Bilah merupakan bagian turbin angin yang berperan dalam menyapu aliran

angin yang melewatinya. Kemampuan bilah dalam menangkap energi angin

dipengaruhi oleh bentuk bilah. Secara umum, terdapat tiga macam bentuk bilah yaitu

bilah taper dengan ujung yang lebih kecil dari bagian pangkalnya, bilah taperless

dengan lebar ujung dan pangkal bilah yang sama, dan bilah inverse taper dengan

ujung yang lebih besar daripada pangkalnya. Masing-masing jenis bilah tersebut

memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda-beda. Pertama, bilah taper

memiliki kekurangan yaitu torsi yang dihasilkan cukup rendah karena luas

penampang pada ujung bilah berukuran kecil. Hal tersebut dapat mengakibatkan bilah

jenis ini mengalami kesulitan saat berputar terutama pada kecepatan angin rendah.

Meskipun, keunggulan dari bilah jenis ini yaitu mampu menghasilkan putaran yang

tinggi pada kecepatan angin yang tinggi. Namun sebaliknya, putaran yang terlalu

cepat pada bilah dapat menyebabkan gangguan suara yang lebih kencang dan

terkikisnya bagian leading edge pada bilah (Tang, 2012). Kedua, bilah taperless

memiliki kelebihan yaitu torsi yang dihasilkan cukup besar karena luas penampang

Page 27: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

14

bilahnya cukup luas. Kekurangan dari bilah ini ialah mudah menimbulkan gaya

hambat yang menyebabkan bilah tidak dapat beroperasi maksimal pada kecepatan

angin yang tinggi. Ketiga, bilah inverse taper memiliki kelebihan yaitu mampu

berputar pada kecepatan angin yang rendah seperti kecepatan angin rata-rata di

Indonesia. Torsi bilah jenis ini cukup besar dan memiliki gaya dorong yang lebih

besar daripada bilah jenis taper dan taperless. Keunggulan bilah inverse taper ini

memungkinkan untuk dipilih pada penelitian ini [18].

Gambar 2.5 Bilah jenis taper, taperless, dan inverse taper [7]

Selain bentuk bilah, jumlah bilah menjadi faktor penting dalam perancangan

turbin angin. Turbin angin yang menggunakan bilah dengan jumlah banyak akan

memiliki putaran yang lambat. Pengaruh lainnya adalah pada efisiensi yang

dihasilkan. Penelitian oleh Hau (2013) menunjukkan bahwa kenaikan efisiensi dari

desain 1-2 bilah adalah sekitar 10%, desain 2-3 bilah adalah sebesar 3-4%, dan desain

3-4 bilah adalah sebesar 1-2%. Desain dengan 1 atau 2 bilah menyebabkan bilah

dapat bekerja pada kondisi TSR yang lebih tinggi dibandingkan desain 3 bilah.

Namun, kekurangannya ialah dapat menghasilkan gangguan suara yang lebih besar

dan memiliki kondisi kerja aerodinamis yang tidak asimetris sehingga desain 3 bilah

lebih banyak digunakan karena putaran yang dihasilkan lebih stabil [17].

Page 28: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

15

2.4.1 Airfoil

Airfoil merupakan suatu objek yang digunakan dalam perancangan turbin

angin, dimana apabila aliran fluida melewatinya akan menghasilkan efek aerodinamis

berupa gaya angkat atau Coefisien lift (Cl) dan gaya hambat atau Coefisien drag (Cd).

Gaya angkat pada airfoil terjadi karena kecepatan aliran fluida pada permukaan

bagian atas airfoil lebih lambat daripada kecepatan aliran fluida pada permukaan

bawah. Sehingga, tekanan pada permukaan bagian atas lebih rendah dibandingkan

dengan permukaan bagian bawah. Oleh karenanya, aliran fluida akan mengangkat

airfoil dan terjadilah gaya angkat [12]. Salah satu jenis airfoil yang paling banyak

digunakan saat ini adalah airfoil National Advisory Commitee for Aeronautics

(NACA) [21].

Gambar 2.6 Airfoil [22]

Airfoil memiliki bagian-bagian di antaranya mean chamber line, leading edge,

trailing edge, chord line, chamber, thickness, dan angle of attack. Mean chamber line

adalah garis tengah yang berada di antara permukaan atas dan bawah dari airfoil.

Leading edge adalah titik paling depan dari airfoil. Trailing edge adalah titik yang

paling belakang dari airfoil. Chord line adalah garis lurus yang menghubungkan

Page 29: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

16

antara leading edge dengan trailing edge. Chord (c) adalah jarak antara leading edge

dan trailing edge yang berada di sepanjang chord line. Chamber adalah jarak antara

mean chamber line yang tegak lurus terhadap chord line. Thickness adalah jarak

antara permukaan atas dan bawah yang juga tegak lurus terhadap chord line. Dan

angle of attack adalah sudut antara angin relatif dengan chord line [10].

Pada airfoil NACA dengan kode 4 digit, angka pertama menunjukkan

maksimum camber dalam seperseratus chord, angka kedua menunjukkan posisi

maksimum camber pada chord line dalam sepersepuluh chord, dan dua angka

terakhir menunjukkan lebar maksimum airfoil atau maksimum thickness dalam

seperseratus chord. NACA 4418 adalah contoh airfoil kode 4 digit. NACA 4418

memiliki maksimum chamber 4% terletak 40% (0,4 chord) dari leading edge dengan

ketebalan maksimum sebesar 18% dari chord [12]. Prasetiyo et al. [23] melakukan

penelitian kaji eksperimental turbin angin sumbu vertikal dengan airfoil NACA 4418.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah memiliki putaran sebesar 321 rpm

pada kecepatan angin 5,42 m/s dan menghasilkan daya mekanik sebesar 8,5 Watt.

Syuhada et al. [24] melakukan penelitian tentang potensi kecepatan angin di Pantai

Banda Aceh dalam menghasilkan energi listrik menggunakan turbin angin sumbu

horizontal dengan variasi jumlah bilah. Airfoil yang digunakan adalah tipe NACA

4418. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua bilah dapat berputar dengan

baik. Turbin angin dengan 5 bilah dapat berputar pada kecepatan 3 m/s dan

menghasilkan putaran 200 rpm. Turbin angin dengan 6 bilah dapat berputar pada

kecepatan 4 m/s dan mengahasilkan putaran 250 rpm. Turbin angin dengan 7 bilah

dapat berputar pada kecepatan 4,5 m/s dan menghasilkan putaran 200 rpm. Karena

performa yang dihasilkan cukup baik, maka dalam penelitian ini penulis memilih

NACA 4418 untuk perancangan pada turbin angin sumbu horizontal.

Page 30: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

17

2.4.2 Karakteristik Lift dan Drag

Terdapat dua gaya yang terjadi pada airfoil ketika fluida mengalir pada

permukaan airfoil. Gaya tersebut ialah gaya hambat atau drag dan gaya angkat atau

lift. Gaya hambat adalah gaya yang sejajar dengan arah gerak aliran udara yang

menabrak bilah turbn angin. Sedangkan gaya angkat adalah gaya yang tegak lurus

dengan arah gerak aliran udara yang menabrak bilah turbin angin. Kedua gaya

tersebut dimanfaatkan oleh turbin angin untuk memutar rotor. Terjadinya putaran

pada rotor akan menghasilkan kecepatan sudut. Sehingga, besarnya kedua gaya

tersebut bergantung pada sudut serang [25].

Gambar 2.7 Lift dan Drag [25]

2.5 Perancangan Bilah Turbin Angin

Perancangan adalah salah satu proses pembuatan produk dalam bentuk gambar

atau media apapun. Produk yang dibuat harus melalui tahap perancangan yang

matang seperti mempertimbangkan material yang digunakan, tata cara

memproduksinya, dan lain-lain. Oleh karenanya, seorang perancang harus memahami

beberapa prosedur dalam melakukan perancangan di antaranya [26]:

1. Menciptakan ide atau konsep produk yang solutif.

2. Menentukan apakah produk yang dibuat akan statis atau dinamis.

3. Menggambar produk dalam bentuk dua atau tiga dimensi.

Page 31: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

18

4. Melakukan input data material yang digunakan ke dalam gambar.

5. Menganalisis kekuatan produk yang dirancang dengan bantuan software

komputer untuk menghemat biaya. Sehingga dapat diketahui keamanan produk

sebelum diproduksi.

Dalam perancangan bilah turbin angin, terdapat beberapa hal yang harus

dipertimbangkan untuk membuat bilah yang meliputi: material, ukuran, jenis bilah,

panjang chord, jenis airfoil, dan jumlah bilah [17]. Persyaratan tersebut akan

menentukan hasil perhitungan geometri bilah yang mengacu pada parameter-

parameter yang sangat berpengaruh terhadap performa dan kekuatan struktur bilah

yang dirancang.

2.5.1 Parameter Perancangan Bilah Turbin Angin

Dalam perancangan bilah turbin angin sumbu horizontal, terdapat beberapa

parameter yang harus diperhatikan. Parameter – parameter tersebut di antaranya [12]:

1. Panjang bilah adalah parameter yang mempengaruhi besarnya daya yang akan

dihasilkan turbin angin karena panjang bilah akan menentukan luasnya sapuan

bilah.

2. Twist adalah sudut puntir pada sudu antara chord line dengan bidang rotor.

3. Koefisien torsi adalah parameter yang mempresentasikan besarnya torsi yang

diproduksi oleh bilah. Koefisien torsi dirumuskan dengan persamaan sebagai

berikut:

𝐶𝑚 = 𝐶𝑝

𝜆 (2.8)

4. Tip Speed Ratio (TSR) adalah rasio kecepatan ujung rotor terhadap kecepatan

angin relatif. Turbin angin dapat beroperasi maksimal pada TSR tertentu. Bilah

dengan TSR yang besar akan menyebabkan putaran bilah yang tinggi. Apabila

Page 32: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

19

bilah berputar dengan kecepatan yang tinggi maka akan terjadi gangguan suara

yang lebih kencang. Hal tersebut menunjukkan bahwa turbin angin telah

melewati batas optimum TSR. Karenanya, TSR dapat dihitung dengan

perbandingan antara kecepatan rotor dan kecepatan angin yang dirumuskan

sebagai berikut:

𝜆 = 𝜋 𝐷 𝑁

60 𝑣 (2.9)

5. Coefficient performance (Cp) adalah kinerja bilah dalam menyerap energi angin

yang diterimanya. Jika nilai Cp-nya besar maka turbin angin tersebut memiliki

kemampuan yang besar untuk mengekstrak energi angin yang diperolehnya.

Gambar 2.8 Tip Speed Ratio terhadap Cp [27]

6. Rated speed adalah kecepatan angin yang diperlukan turbin untuk

menghasilkan daya. Cut-in speed adalah kecepatan angin minimum yang

diperlukan turbin untuk mulai menghasilkan listrik, sedangkan cut-out speed

adalah kecepatan angin maksimum turbin angin dapat beroperasi.

Page 33: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

20

2.5.2 Pemilihan Material Bilah Turbin Angin

Tahap selanjutnya setelah melakukan perancangan bilah dalam bentuk 3

dimensi adalah menentukan material bilah yang akan digunakan dalam simulasi

kekuatan struktur. Terdapat beberapa macam material yang dapat digunakan untuk

membuat bilah di antaranya logam, komposit, styrofoam, kayu, dan sebagainya.

Material-material tersebut harus diperhatikan keunggulan dan kekurangannya. Seperti

penggunaan steel untuk material bilah dapat menyebabkan bilah sulit berputar karena

materialnya terlalu berat, sedangkan alumunium tidak cukup kuat dan dapat

menyebabkan bilah menjadi patah. Komposit seperti resin polyster merupakan

material yang umum digunakan, namun diperlukan cetakan atau master blade untuk

membuat bilahnya dan hal tersebut membutuhkan biaya yang lebih besar. Sedangkan

bahan styrofoam memiliki sifat yang ringan dan mudah dibentuk. Namun bahan

tersebut cenderung mudah patah [12].

Kayu merupakan pilihan yang paling umum digunakan dalam pembuatan bilah

turbin angin karena memiliki sifat yang ringan, kuat, mudah dibentuk, dan getas.

Kayu yang digunakan pada pembuatan bilah sebaiknya adalah kayu yang lunak dan

ringan, memiliki serat yang rapat dan bebas dari mata kayu jika memungkinkan.

Beberapa contoh jenis kayu yang dapat diimplementasikan dalam pembuatan bilah

adalah kayu pinus, jati, dan mahoni [12]. Dalam penelitian ini, penulis memilih

material kayu untuk simulasi kekuatan struktur pada perancangan bilah turbin angin.

2.5.3 Sifat- Sifat Mekanik Kayu

Kayu adalah material alami yang memiliki karateristik atau sifat mekanik. Sifat

mekanik kayu merupakan sifat yang erat kaitannya dengan kemampuan kayu dalam

menahan beban yang diberikan. Kayu yang diberikan pembebanan akan

menyebabkan terjadinya tegangan yang dapat membuat kayu mengalami perubahan

Page 34: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

21

bentuk. Untuk itu, perlu diketahui beberapa macam sifat mekanik kayu yakni sebagai

berikut (Dumanauw, 1990) [28]:

1. Kekuatan tarik kayu adalah kekuatan kayu dalam menahan beban yang dapat

menyebabkan kayu menjadi tertarik. Kekuatan tarik kayu pada arah serat yang

sejajar memiliki nilai tertinggi dibandingkan arah serat yang tegak lurus.

Kekuatan tarik yang tercipta tersebut menunjukkan suatu hubungan tentang

ketahanan kayu terhadap pembelahan.

2. Kekuatan tekan kayu adalah kekuatan kayu dalam menahan beban tekan.

Kekuatan tekan yang sejajar arah serat memiliki nilai yang lebih besar daripada

kekuatan tekan yang tegak lurs arah serat. Kekuatan tekan kayu erat kaitannya

dengan kekerasan kayu dan kekuatan geser kayu.

3. Kekuatan geser kayu adalah kekuatan kayu dalam menahan beban yang

membuat kayu bergelingsir ke bagian lainnya. Kekuatan geser kayu yang paling

besar terletak pada posisi melintang serat kayu.

4. Kekuatan lentur adalah kekuatan kayu dalam menahan beban yang membuat

kayu menjadi melengkung akibat tekanan yang diberikan secara terus-menerus.

Kekuatan lentur terdiri atas lentur statik dan lentur pukul. Kekuatan lentur statik

adalah kekuatan yang menunjukkan kekuatan kayu dalam menahan beban yang

mengenai kayu secara perlahan-lahan, sedangkan kekuatan lentur pukul adalah

kekuatan kayu dalam menahan beban yang diberikan secara mendadak seperti

pukulan.

5. Keuletan kayu adalah kemampuan kayu terhadap tegangan yang diberikan

secara berulang-ulang dan menyebabkan kayu melampaui batas

proporsionalnya sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk yang

permanen dan kerusakan pada bagian kayu. Dengan kata lain, keuletan

merupakan lawan kata dari kerapuhan kayu. Kayu yang ulet adalah kayu yang

sukar dibelah.

6. Kekerasan kayu adalah kemampuan kayu dalam menahan beban yang dapat

mengakibatkan terjadinya lekukan pada kayu atau dengan kata lain diartikan

Page 35: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

22

sebagai kemampuan kayu dalam menahan kikisan. Kekerasan kayu erat

kaitannya dengan berat jenis kayu. Kayu yang keras termasuk kayu yang berat

dan kayu yang lunak termasuk kayu yang ringan.

7. Kekuatan belah kayu adalah kekuatan kayu dalam menahan beban yang

menyebabkan kayu menjadi terbelah.

2.5.4 Kayu Pinus

Kayu pinus merupakan jenis kayu yang memiliki kualitas baik. Kayu pinus

memiliki berat (kepadatan 0,88 hingga 0,96), densitasnya berkisar 565-750 kg/m3,

dan tahan terhadap panas. Kayu pinus sering digunakan dalam konstruksi, pembuatan

korek api, bubur kertas, furnitur umum, alat peraga lubang, tiang elektronik, kapal,

dan pembuatan kendaraan karena kayu pinus memiliki serat yang lurus dan sama rata

yang dapat mempermudah proses manufaktur dan proses finishing [29]. Sehingga,

jenis kayu pinus menjadi pilihan para peneliti dalam melakukan rancang bangun bilah

turbin angin.

Dahlan [10] melakukan penelitian rancang bangun bilah turbin angin dengan

material kayu pinus dan kayu mahoni. Hasil pengujian bilah tersebut menunjukkan

bahwa ketahanan kayu pinus lebih baik daripada kayu mahoni. Bilah kayu mahoni

mengalami keretakan pada salah satu bilahnya, sedangkan bilah kayu pinus tidak

terjadi keretakan pada semua bilah. Sayogo et al. [30] melakukan penelitian rancang

bangun bilah turbin angin sumbu horizontal untuk daerah Pantai Selatan Jawa

menggunakan material kayu pinus. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa bilah

turbin angin dengan material kayu pinus mampu bekerja dengan baik pada kecepatan

1,5-3,9 m/s. Multazam dan Mulkan [9] melakukan penelitian rancang bangun turbin

angin sumbu horizonyal menggunakan material kayu pinus untuk meningkatkan

performa Permanent Magnet Generator (PMG). Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa bilah turbin angin berbahan kayu pinus memiliki putaran yang optimal

dibandingkan bilah turbin angin berbahan fiberglass sehingga dapat meningkatkan

Page 36: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

23

performa PMG. Performa yang baik pada material kayu pinus dapat dipilih untuk

perancangan bilah inverse taper pada penelitian ini.

2.6 Simulasi Kekuatan Struktur

Simulasi adalah sebuah metode dalam merancang suatu model dari sistem nyata

dengan tujuan untuk mengetahui perilaku sistem yang dibuat. Di era perkembangan

teknologi saat ini, perilaku sistem seperti perpindahan panas, mekanika fluida,

maupun hal-hal yang harus dikerjakan dengan metode numerik dapat dengan mudah

diselesaikan dengan bantuan perangkat lunak yang didukung dengan metode elemen

hingga. Metode ini merupakan salah satu metode pendekatan yang akan

menghasilkan harga-harga pada titik-titik yang ditinjau secara diskrit. Dengan

menggunakan perangkat lunak untuk desain suatu produk maka diharapkan kita dapat

mengetahui kualitas terbaik dari produk yang dirancang. Selain itu, biaya yang murah

untuk analisis produk menggunakan perangkat lunak dapat menekan mahalnya biaya

pengujian karakteristik secara eksperimental. Hasil yang diperoleh pun lebih cepat

dan akurat. Karenanya, diperlukan bantuan perangkat lunak yang mampu

menganalisis karakteristik suatu produk salah satunya dengan perangkat lunak

SolidWorks [31]. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan analisis kekuatan struktur

dengan menggunakan software SolidWorks 2018.

2.6.1 Teori Dasar Metode Finite Elemen

FEM atau Finite Element Method disebut sebagai metode elemen hingga yang

saat ini paling banyak dipergunakan untuk analisis struktur material. Konsep paling

dasar dari FEM adalah menyelesaikan suatu masalah dengan diskritisasi atau

membagi objek yang dianalisa menjadi bagian-bagian kecil yang terhingga. Bagian

tersebut disebut elemen yang terdiri dari nodal atau titik-titik sudut. Kemudian

bagian-bagian tersebut digabungkan kembali untuk memperoleh penyelesaian pada

keseluruhan daerah yang ditinjau. [26].

Page 37: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

24

Metode elemen hingga sangat membantu penyelesaian masalah pada benda-

benda yang mempunyai bentuk tidak teratur (elemen isoparametrik) dan 3 dimensi

yang penyelesaiannya akan sulit jika menggunakan langkah-langkah matematis

manual karena jumlah row coloumn matriksnya sangat banyak. Sehingga, dengan

menggunakan cara numerik pada perangkat lunak berbasis metode elemen hingga

maka solusi permasalahan dapat diperoleh dengan cepat. [19]. Terdapat banyak jenis

perangkat lunak yang dapat digunakan untuk pembuatan model dan uji analisis model

di antaranya CAD, Inventor, Catia, ANSYS, SolidWorks, dll. Akan tetapi, software

yang support sampai ke tahapan analisis hanya beberapa saja, salah satunya software

SolidWorks [15].

Analisis elemen hingga untuk menghitung kekuatan struktur dilakukan dengan

proses meshing dengan membagi objek analisa menjadi bentuk jala seperti elemen-

elemen kecil. Analisis untuk menentukan tegangan, diplacement, dan faktor

keamanan pada struktur material dan struktur dengan memberikan pembebanan baik

statis maupun dinamis disebut analisis statis menggunakan metode elemen hingga.

Sehingga, karakteristik kekuatan objek yang didesain dapat diketahui [13].

2.6.2 Komponen Simulasi Kekuatan Struktur

Komponen dalam melakukan analisis kekuatan struktur diperlukan data-data

pendukung yang digunakan sebagai acuan proses analisa. Data basic yang dibutuhkan

untuk melakukan proses analisa menggunakan perangkat lunak SolidWorks 2018

adalah material, fixtures, external loads, dan create mesh. Pertama adalah material,

data sheet material dari desain produk yang digunakan harus diinput pada bagian

material properties sebagai langkah awal dalam melakukan simulasi kekuatan

struktur. Kedua adalah fixtures yang merupakan menu untuk bagian dari produk yang

akan mempertahankan posisinya apabila diberikan pembebanan. Ketiga adalah

external loads yang merupakan menu untuk menentukan bagian dari desain yang

akan diberikan pembebanan. Keempat adalah create mesh yang merupakan menu

Page 38: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

25

untuk melakukan proses diskritisasi pada objek yang dianalisa. Objek akan dibagi

menjadi elemen-elemen kecil pada bagian ini, proses tersebut didukung dengan

metode elemen hingga [32]. Setelah sampai ke tahap tersebut, maka proses

pengujiaan akan berjalan dalam beberapa detik atau menit tergantung dari banyaknya

jumlah elemen yang ditampilkan pada desain objek yang dirancang.

2.6.3 Parameter Simulasi Kekuatan Struktur

Setelah dilakukan proses simulasi kekuatan struktur menggunakan perangkat

lunak SolidWorks, maka akan diperoleh beberapa hasil yang menunjukkan perilaku

dari desain objek yang dirancang. Sehingga dapat diketahui validitas dari desain

tersebut. Hasil data dari simulasi struktur tersebut di antaranya berkaitan dengan:

1. Tegangan

Tegangan atau stress yang dalam ilmu fisika dilambangkan dengan 𝜎 dan

satuannya ditulis dengan N/m2. Tegangan diartikan sebagai intensitas gaya dan

arahnya yang bekerja dari titik ke titik untuk menentukan kemampuan suatu material

dalam menerima beban. Konsep dasar tegangan biasanya digambarkan dengan

sebuah batang prismatis yang diberikan gaya aksial. Batang prismatis adalah sebuah

elemen struktur lurus yang mempunyai penampang konstan di seluruh panjangnya,

sedangkan gaya aksial adalah beban yang mempunyai arah yang sama dengan sumbu

elemen sehingga mengakibatkan terjadinya tarikan atau tekanan pada batang.

Tegangan yang terjadi pada suatu benda dirumuskan sebagai berikut [33]:

𝜎 = 𝐹

𝐴 (2.10)

Secara umum, tegangan terbagi menjadi dua yaitu tegangan normal atau aksial

dan tegangan geser. Tegangan normal adalah tegangan yang intensitas gayanya

bekerja tegak lurus terhadap permukaan benda. Sedangkan tegangan geser yaitu

Page 39: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

26

tegangan yang intensitas gayanya bekerja sejajar terhadap permukaan benda [15].

Tegangan normal menghasilkan tegangan tarik dan tegangan tekan dimana tegangan

tarik adalah tegangan yang bekerja pada batang akibat adanya gaya tarik aksial yang

menyebabkan benda menjadi bertambah panjang, sedangkan tegangan tekan adalah

tegangan yang bekerja pada batang akibat adanya gaya tekan aksial yang

menyebabkan benda mengalami pengurangan panjang atau memendek [26].

Tegangan pada suatu benda dapat menyebabkan terjadinya regangan. Regangan

dapat berarti benda yang diuji tersebut memanjang, memendek, membesar, mengecil,

dan sebagainya. Hal tersebut terjadi karena beban aksial yang bekerja pada benda.

Sama halnya dengan tegangan, regangan juga mengalami tekanan dan tarikan. Benda

yang mengalami tarikan disebut sebagai regangan tarik yang ditandai dengan

terjadinya perpanjangan pada benda. Sedangkan benda yang mengalami tekanan

disebut sebagai regangan tekan yang ditandai dengan pemendekan pada benda.

Regangan dapat dirumuskan sebagai berikut [33]:

𝜀 = ∆𝐿

𝐿 (2.11)

2. Diplacement

Pembebanan pada suatu benda dapat menyebabkan benda mengalami

perubahan baik bentuk maupun ukuran, keadaan ini disebut sebagai deformasi

(diplacement). Perubahan ukuran ditandai dengan terjadinya pertambahan panjang

yang disebut sebagai elongasi dan pemendekan atau konstraksi. Ketika benda

mengalami proses deformasi maka benda akan menyerap sejumlah energi. Gaya yang

bekerja pada benda menyebabkan deformasi bentuk dan dimensinya. Deformasi

terbagi menjadi dua yaitu deformasi elastis dan deformasi plastis [33]. Deformasi

elastis adalah deformasi yang ditandai dengan perubahan yang terjadi ketika beban

tarik ditiadakan maka material akan kembali ke semula. Sedangkan deformasi plastis

adalah deformasi yang ditandai dengan perubahan yang terjadi k terjadi ketika beban

Page 40: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

27

tarik dilepaskan maka material tersebut tidak akan kembali ke semula. Keadaan

deformasi tersebut erat kaitannya dengan elastisitas bahan yang sering disebut

modulus Young yang dirumuskan sebagai berikut [34]:

𝐸 = 𝜎

𝜀 (2.12)

3. Faktor Keamanan

Faktor keamanan diartikan sebagai nilai perbandingan antara kekuatan

sebenarnya dari material dengan kekuatan yang dibutuhkan. Suatu desain dinyatakan

aman apabila memiliki nilai faktor keamanan diatas 1,0. Nilai dengan minimal 1,0

menunjukkan bahwa desain yang dirancang mampu untuk menghindari suatu

kegagalan atau keruntuhan struktur materialnya. Sehingga, tujuan dari penentuan

faktor keamanan pada suatu produk ialah untuk menentukan produk tersebut layak

atau tidak untuk diimplementasikan. Nilai faktor keamanan dirumuskan sebagai

berikut [15]:

𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 𝑜𝑓 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 (𝑛) = 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 𝑆𝑡𝑟𝑒𝑛𝑔𝑡ℎ

𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑒𝑠𝑢𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 (𝜎) (2.13)

Kekuatan struktur material akan menghasilkan nilai faktor keamanan dibawah

1,0 apabila nilai tegangan yang dibutuhkannya lebih besar dibandingkan nilai

kekuatan materialnya. Hal tersebut dapat menyebabkan bahan tidak layak digunakan

karena deformasi yang terjadi telah melewati harga batas. Oleh karena itu, agar

produk yang dirancang dinyatakan aman, maka nilai minimum faktor keamanan yang

harus dicapai adalah sebesar 1,2. Adapun tingkat faktor keamanan dari suatu struktur

ditetapkan sebagai berikut [15]:

Page 41: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

28

1. n = 1,25 sampai dengan 2,0 ditetapkan pada perancangan struktur yang

menerima pembebanan statis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk

semua data perancangan yang dibuat.

2. n = 2,0 sampai dengan 2,5 ditetapkan pada perancangan struktur statis atau

elemen-elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan tingkat

kepercayaan rata-rata untuk semua data perancangan yang dibuat.

3. n = 2,5 sampai dengan 4,0 ditetapkan pada perancangan struktur statis atau

elemen-elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan tingkat

ketidakpastian mengenai beban, sifat-sifat bahan analisis tegangan, atau

lingkungan.

4. n = 4,0 atau lebih ditetapkan pada perancangan struktur statis atau elemen-

elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan ketidakpastian

mengenai beberapa kombinasi beban, sifat-sifat bahan, analisis tegangan, atau

lingkungan.

Apabila nilai minimal faktor keamanan suatu produk yang dirancang mencapai

3 digit atau lebih, maka produk tersebut dipastikan memiliki tingkat keamanan sangat

tinggi, memiliki kualitas sangat baik, berharga sangat mahal, dan cenderung berbobot

besar karena material yang digunakan banyak [35]. Adapun, harga faktor keamanan

untuk beberapa material ditinjau dari steady load, live load, dan shock load. Saat

diberikan steady load, besarnya faktor keamanan pada material cost iron adalah

sebesar 5-6, wronght iron sebesar 4, steel sebesar 4, soft material dan alloys sebesar

6, leather sebesar 6, dan timber sebesar 7. Lalu, pada saat diberikan live load,

besarnya faktor keamanan pada material cost iron adalah sebesar 8-12, wronght iron

sebesar 7, steel sebesar 8, soft material dan alloys sebesar 9, leather sebesar 12, dan

timber sebesar 10-15. Sedangkan apabila diberikan shock load, besarnya faktor

keamanan pada material cost iron adalah sebesar 16-20, wronght iron sebesar 10-15,

steel sebesar 12-16, soft material dan alloys sebesar 15, leather sebesar 15, dan timber

sebesar 20. Perbedaan nilai faktor keamanan tersebut bergantung pada jenis bahan,

Page 42: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

29

jenis material, proses pembuatan, jenis tegangan, bentuk komponen, dan sebagainya

[36].

2.7 Qblade

QBlade adalah perangkat lunak kalkulasi open source yang menggunakan

Metode Blade Element Momentum (BEM) dan merupakan perangkat lunak simulasi

untuk turbin angin vertikal dan horizontal. Software ini terintegrasi dengan XFOIL

yaitu sebuah perangkat untuk desain dan analisis airfoil. Software Qblade mampu

melakukan perancangan airfoil, pembuatan desain dan optimasi bilah,

pengomputasian performa turbin angin hingga tahap simulasi turbin angin [12].

QBlade menawarkan fungsionalitas untuk komputasi BEM dan desain blade yaitu

sebagai berikut [37]:

1. Ekstrapolasi XFoil yang dihasilkan polar data kutub dalam bentuk 3600 AoA

(Angel of Attack)

2. Optimalisasi desain bilah dalam bentuk visualisasi 3D

3. Pendefinisian turbin (bilah rotor, kontrol turbin, tipe generator)

4. Perhitungan BEM pada rentang rasio kecepatan TSR atau kecepatan angin

5. Fungsionalitas ekspor geometri bilah

6. Penyimpanan hasil proyek, rotor, turbin, airfoil, dan simulasi dalam database

runtime

7. Perhitungan lebih dari 30 variabel rotor yang relevan

Kombinasi kode BEM dan XFoil memungkinkan pengguna dapat dengan cepat

merancang custom airfoils dan menghitung polarnya, mengekstrapolasi data polar

pada kisaran 3600 AoA, dan langsung mengintegrasikannya ke dalam simulasi rotor

turbin angin. Modul-modul pada QBlade terdiri atas [37]:

1. Airfoil design and analysis. Modul analisis ini memungkinkan untuk

mengimpor airfoil dan untuk menghitung data koefisien lift dan drag pada

berbagai sudut serangan.

Page 43: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

30

2. Lift and drag polar extrapolation. Modul ini memungkinkan polar yang

sebelumnya dibuat dapat diekstrapolasi menjadi sudut serang 3600. Sebuah

airfoil polar diekstrapolasi karena koefisien lift dan drag yang terbatas dari

hasil XFoil pada sudut sebelum dan sesudah stall.

3. Blade design and optimization. Modul ini memungkinkan bilah dapat dirancang

dengan menggunakan airfoil dan ektrapolasi polar 360º. Bilah rotor ditentukan

dengan mendistribusikan airfoil ke berbagai bagian bilah seperti jumlah bilah,

radius hub, panjang chord, sudut puntir, twist, dan lain-lain. Parameter tersebut

dimasukkan ke dalam opsi desain bilah lanjutan.

4. Turbine definition and simulation. Modul ini memungkinkan untuk melakukan

simulasi dengan menentukan dengan parameter seperti pengaturan daya,

kecepatan putar, kecepatan cut in dan cut out, atau efisiensi generator.

Gambar 2.9 Modul Qblade [37]

Secara sederhana, proses perancangan bilah menggunakan perangkat lunak

Qblade diawali dengan menggunakan modul airfoil design and analysis. Airfoil yang

dipilih akan mempresentasikan karakteristik aerodinamik berupa kurva koefisien lift

(Cl), koefisien drag (Cd), dan koefisien momentum (Cm). Kemudian dianalisis pada

modul polar ekstrapolation untuk mengetahui nilai Cl dan Cd pada sudut serang yang

lebih tinggi dan lebih rendah. Jika performanya baik maka dilakukan input parameter

untuk pemodelan bilah pada modul blade design and optimization. Setelah itu,

dilakukan simulasi.

Page 44: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

31

Gambar 2.10 Pemodelan bilah pada Qblade

2.8 SolidWorks 2018

Software SolidWorks 2018 adalah sebuah software program rancang bangun

yang banyak digunakan untuk mengerjakan desain berbagai macam produk baik 2D

atau 3D. Software SolidWorks merupakan perangkat lunak berbasis metode elemen

hingga (Finite Element Analysis Program) yang dilengkapi dengan tool untuk

menganalisis hasil desain [33]. Terdapat tiga template utama dalam perangkat lunak

ini untuk pembuatan gambar di antaranya part, assembly, dan drawing. Pada bagian

part, kita dapat merakit desain dalam bentuk 2D atau 3D dengan ekstensi file yang

tersimpan ialah SLDPRT. Selanjutnya, pada bagian assembly kita dapat

menggunakan fitur pemodelan dengan parts, features, dan assembly lain secara

bersamaan dengan ekstensi file yang tersimpan ialah SLDASM. Dan yang terakhir

adalah bagian drawing yang dapat digunakan untuk membuat model 2D dengan

ekstensi file yang tersimpan ialah SLDDRW. [38].

SolidWorks simulation merupakan tool yang dapat digunakan untuk

menganalisis kekuatan struktur. Kehadiran tool simulation ini sangat membantu

Page 45: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

32

untuk mengurangi kesalahan dalam membuat desain karena memberikan validasi

yang cukup baik sehingga perancang dapat mengukur akurat atau tidaknya desain

yang dibuat [38]. Dengan informasi yang dipresentasikan oleh software ini tentunya

mampu memprediksi dampak dari suatu desain sejak awal [39].

Secara sederhana, proses analisis desain diawali dengan memilih jenis material

yang akan digunakan pada objek. Langkah berikutnya adalah menentukan letak

geometry atau tumpuan sebagai acuan statis ketika objek diberikan. Setelah itu,

menentukan arah gaya yang akan diberikan dan melakukan input besarnya

pembebanan. Pada tahap akhjr, dilakukan proses meshing secara computing untuk

menghasilkan data analisis berupa diplacement, stress, dan Factor Of Safety (FOS).

Berikut salah satu output analisis kekuatan struktur berupa FOS dengan

menggunakan perangkat lunak SolidWorks 2018.

Gambar 2.11 Analisis struktur pada SolidWorks

Page 46: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

33

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Lentera Bumi Nusantara pada 23 September –

23 Oktober 2020 dan rumah peneliti pada Desember - Februari 2021.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seperangkat computer tipe Asus X450J

b. Perangkat lunak SolidWorks 2018

c. Perangkat lunak Qblade v0.96

d. Perangkat lunak Microsoft Excel 2016.

e. Perangkat lunak Notepad

f. Data sheet material kayu pinus

3.3 Tahapan Penelitian

Tahapan kerja pada penelitian ini digambarkan melalui diagram alir sebagai

berikut:

Page 47: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

34

Mula

i

Identifikasi awal

Pengumpulan data

Perancangan bilah

Valid

1. Thrust

2. Torsi

3. Daya

4. Koefisien daya

Data I

A

Ya

Tidak

Ya

1. Von misses stress

2. Diplacement

3. FOS (Factor Of

Safety)

Data II

Kesimpulan

Selesai

Pemodelan bilah 3D

A

Input material properties kayu pinus

Analisis kekuatan struktur

terhadap pembebanan

Valid

Tidak

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Page 48: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

35

3.4 Pengolahan Data Penelitian

Pada penelitian ini terdapat empat macam pengolahan data yaitu pemilihan

airfoil, perancangan geometri bilah menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel,

pemodelan 3D dan simulasi untuk menganalisis performa bilah menggunakan

perangkat lunak Qblade yang didukung dengan metode Blade Element Momentum

(BEM), dan pemodelan desain 3D terbaik serta simulasi kekuatan struktur terhadap

pembebanan menggunakan perangkat lunak SolidWorks 2018 yang didukung dengan

Finite Elemen Method (FEM).

3.4.1 Pemilihan Airfoil

Sebelum melakukan perancangan bilah, terlebih dahulu dilakukan pemilihan

airfoil dengan membandingkan beberapa airfoil kemudian dianalisis nilai Cl/Cd

terhadap sudut alpha. Airfoil yang dianalisis yaitu airfoil NACA 4 digit dan airfoil

NACA 5 digit di antaranya NACA 0018, 1410, 16021, 23012, 4418, dan 63210.

Analisis dilakukan menggunakan perangkat lunak Qblade dengan memilih modul

airfoil design. Nomor seri NACA kemudian diinput pada NACA foils yang

merupakan tampilan dari menu foil. Pemodelan airfoil yang akan dianalisis akan

ditampilkan seperti gambar 3.2.

Gambar 3.2 Input nomor seri airfoil

airfoil design

Page 49: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

36

Proses analisis dilanjutkan pada modul XFOIL direct analysis yang akan

menampilkan kurva Cl/Cd terhadap alpha dari masing-masing airfoil seperti gambar

3.3. Hasil analisis menunjukan bahwa airfoil NACA 5 digit memiliki nilai coefficient

lift lebih rendah dari pada airfoil NACA 4 digit. NACA 16021 memiliki nilai Cl/Cd

sebesar 75,47 pada alpha 7,5. NACA 0018 memiliki nilai Cl/Cd sebesar 76,84 pada

alpha 8,5. NACA 1410 memiliki nilai Cl/Cd sebesar 82,55 pada alpha 3,5. NACA

23012 memiliki nilai Cl/Cd sebesar 99,01 pada alpha 9,5. NACA 2412 memiliki nilai

Cl/Cd sebesar 105,37 pada alpha 4,5. Dan NACA 4418 memiliki nilai Cl/Cd sebesar

119,34 pada alpha 6,5. Dari beberapa airfoil yang telah dibandingkan, NACA 4418

memiliki nilai Cl/Cd tertinggi. Mempertimbangkan kelebihan tersebut maka airfoil

untuk perancangan bilah akan menggunakan airfoil NACA 4418.

Gambar 3.3 Kurva perbandingan Cl/Cd terhadap alpha

3.4.2 Perancangan Geometri Bilah Inverse Taper

Tahapan selanjutnya adalah melakukan perancangan geometri bilah dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan parameter pertama

-100,00

-50,00

0,00

50,00

100,00

150,00

-15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Cl/

Cd

Alpha

Perbandingan Cl/Cd Terhadap Alpha Pada Airfoil

NACA 23012 NACA 0018

NACA 16021 NACA 1410

NACA 4418 NACA 2412

Page 50: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

37

Tabel 3.1 Geometri bilah (1)

1. Menentukan kapasitas dan efisiensi sistem. Efisiensi sistem terdiri dari efisiensi

bilah, efisiensi transmisi, efisiensi generator, dan efisiensi kontroler. Dimana

efisiensi bilah sebesar 0,3, efisiensi transmisi sebesar 1, efisiensi generator

sebesar 0,9, dan efisiensi kontroler sebesar 0,9 [40]. Sehingga, efisiensi sistem

secara keseluruhan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.1).

𝐾 = 𝜂𝑏𝑖𝑙𝑎ℎ . 𝜂𝑔𝑒𝑛𝑒𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟 . 𝜂𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑚𝑖𝑠𝑖 . 𝜂𝑐𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙𝑙𝑒𝑟 (3.1)

2. Menentukan jari-jari yang akan digunakan dengan mengetahui luas sapuan

bilah, daya angin yang diperoleh, massa angin, dan kecepatan angin maksimal.

Daya angin harus memiliki nilai yang lebih tinggi daripada daya yang

dirancang. Daya angin dapat ditentukan dengan persamaan (3.2) dengan daya

angin yang dibutuhkan dalam perancangan untuk menghasilkan daya listrik

(𝑊𝑒) adalah sebesar 500 Watt [40]. Setelah daya angin diperoleh, maka luas

sapuan bilah dapat ditentukan dengan persamaan (3.3), dimana kecepatan angin

maksimal yang diinput adalah 12 m/s dan massa jenis sebesar 1,225 kg/m3 [40].

Setelah itu, jari-jari bilah yang akan digunakan dapat ditentukan dengan

menggunakan persamaan (3.4).

𝑊𝑎 = 𝑊𝑒

𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 (3.2)

Page 51: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

38

𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑆𝑎𝑝𝑢𝑎𝑛 (𝐴) =2 × 𝑊𝑎

𝜌 . 𝑣3 (3.3)

R = √𝐴

𝜋 (3.4)

b. Menentukan parameter kedua

Tabel 3.2 Geometri bilah (2)

Tip Speed Ratio

(TSR)

Airfoil Cl/Cd Jumlah

Bilah

3. Menentukan jenis bilah, jumlah bilah, dan airfoil sesuai dengan keperluan

perancangan. Analisis nilai Cl/Cd pada airfoil yang digunakan dapat diperoleh

dari kurva hasil analisis menggunakan perangkat lunak Qblade pada gambar

3.2. Berdasarkan literatur, TSR untuk bilah berjumlah 3 berkisar antara nilai 7-

9 (Ingram, 2011) [12]. Dalam penelitian ini TSR yang digunakan yakni sebesar

7.

c. Menentukan parameter (3)

Tabel 3.3 Geometri bilah (3)

4. Membagi bilah turbin angin menjadi n-elemen untuk memudahkan perhitungan

geometri bilah. Pada penelitian ini, jumlah elemen bilah dibagi sebanyak 11

elemen.

Page 52: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

39

5. Menghitung jari-jari parsial. Panjang elemen 0 atau bagian pangkal bilah

disesuaikan dengan generator TSD 500 Watt yaitu sebesar 0,17 meter [40].

Angka tersebut dinyatakan sebagai innermost station dan R adalah jari-jari

yang digunakan. Sedangkan untuk elemen-elemen berikutnya disesuaikan agar

memiliki panjang yang sama untuk setiap elemennya. Total panjang elemen

bilah harus sesuai dengan jari-jari yang telah ditetapkan dalam perancangan.

Sehingga, jari-jari parsial dapat ditentukan dengan persamaan (3.5)

𝑟𝑝𝑎𝑟𝑠𝑖𝑎𝑙 = 𝑛1 + [(𝑅 − 𝑖𝑛𝑛𝑒𝑟𝑚𝑜𝑠𝑡 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛

𝑛) 𝑛] (3.5)

6. Menentukan Tip Speed Ratio (TSR) parsial dan flow angle. TSR parsial bilah

dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.6) dan flow angle dapat

ditentukan dengan menggunakan persamaan (3.7).

𝜆𝑟 = 𝑟

𝑅𝜆𝑅 (3.6)

∅ = 2

3 𝑡𝑎𝑛−1

1

𝜆𝑟 (3.7)

7. Menentukan lebar chord dan koefisien lift (Cl). Lebar chord dapat ditentukan

dengan menggunakan persamaan (3.8). Lebar chord untuk perancangan bilah

inverse taper ialah menggunakan rasio 1:2 yaitu 0,12:0,24 [12]. Selanjutnya,

menentukan nilai Cl dengan menggunakan persamaan (3.9). Nilai Cl dianalis

pada kurva Cl terhadap alpha untuk memperoleh nilai alpha pada Cl tertentu.

𝐶𝑟 = 𝑛𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙 + 𝑛𝑢𝑗𝑢𝑛𝑔 − 𝑛𝑝𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑙

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛 − 1 × 𝑛 (3.8)

Page 53: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

40

𝐶𝑙 =16 𝜋 𝑅 (

𝑅

𝑟 )

9 𝜆2 𝐵 𝐶𝑟 (3.9)

8. Menentukan twist bilah dengan menggunakan persamaan (3.10). Setelah itu,

dilakukan proses linearisasi twist agar geometri bilah lebih rapi. Linearisasi

twist dilakukan pada 75% panjang bilah atau pada elemen ke-7 dan ke-8 [40].

Penelitian oleh Gibran (2015) menunjukkan bahwa metode linearisasi twist

akan menghasilkan performa yang baik pada bilah yang dirancang. Proses

linearisasi dapat dilakukan menggunakan Microsoft Excel.

𝛽 = 𝜙 − 𝛼 (3.10)

d. Menentukan parameter (4)

Tabel 3.4 Geometri bilah (4)

Elemen X/Cos β Chord Scale

N Z Cr

Milimeter

1

2

N

9. Menentukan besarnya scale dengan menggunakan persamaan (3.11). Ubah

satuan meter menjadi milimeter. Kemudian, nilai chord dibagi dengan 100

untuk menghitung perbesarannya. Nilai 100 merupakan lebar chord dalam

koordinat airfoil [40].

𝑍 = 𝑥

cos 𝛽 (3.11)

Page 54: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

41

3.4.3 Pemodelan 3D Dan Simulasi Bilah Inverse Taper

Tahap selanjutnya adalah membuat pemodelan 3D dan simulasi bilah inverse

taper menggunakan perangkat lunak Qblade dengan tujuan untuk mengetahui

performa bilah yang dirancang. Langkah-langkah pemodelan 3D dan simulasi adalah

sebagai berikut:

1. Merancang bilah sesuai geometri yang sudah ditentukan. Perancangan diawali

dengan memilih tipe ekstrapolasi montgomerie pada modul polar extrapolation

to 360 yang akan menampilkan grafik sudut agar dapat dilakukan simulasi.

Kemudian, geometri yang terdiri atas jumlah bilah, innermost station, jari-jari

parsial, lebar chord, twist, jenis airfoil, dan polarnya diinput pada HAWT Rotor

blade design. Setelah itu, dilakukan simulasi hingga diperoleh hasil desain bilah

seperti gambar 3.4.

Gambar 3.4 Input geometri bilah

Page 55: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

42

Gambar 3.5 Hasil desain 3D bilah pada Qblade

2. Melakukan simulasi rotor pada modul rotor BEM simulation untuk mengetahui

performa dari bilah yang dirancang. Performa yang dihasilkan terdiri atas kurva

koefisien power terhadap rpm, kurva power terhadap rpm, kurva torsi terhadap

rpm, dan kurva thrust terhadap rpm.

Gambar 3.6 Simulasi performa bilah pada Qblade

Page 56: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

43

3. Melakukan simulasi dengan variasi kecepatan untuk mendapatkan data nilai

pembebanan maksimal sebagai data input pada simulasi kekuatan struktur.

Nilai pembebanan kemudian dianalisa dari kurva thrust terhadap kecepatan

putar seperti gambar 3.7, lalu nilai tersebut dibagi dengan jumlah bilah

sebanyak tiga. Karena pemodelan bilah yang dirancang pada SolidWorks untuk

simulasi kekuatan struktur hanya satu model bilah. Sehingga diperoleh nilai

pembebanan pada tabel 3.6.

Gambar 3.7 Kurva thrust terhadap kecepatan putar untuk nilai pembebanan

Tabel 3.5 Variasi pembebanan

Jumlah Beban Beban (N)

Beban 1 53,613

Beban 2 271,20

Beban 3 356,936

4. Menentukan koordinat bilah untuk pemodelan 3D terbaik pada perangkat lunak

SolidWorks 2018. Data koordinat dapat diperoleh dengan melakukan ekspor

1072,53

161

813,60

0,00

200,00

400,00

600,00

800,00

1000,00

1200,00

0,00 500,00 1000,00 1500,00 2000,00 2500,00 3000,00 3500,00 4000,00

Thru

st(N

)

Kecepatan putar (Rpm)

Thrust Terhadap Kecepatan Putar

Beban 3 Beban 1 Beban 2

Page 57: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

44

pada tool airfoil design, kemudian data tersebut disimpan dalam format *dat

atau *txt. Pada perangkat lunak Microsoft Excel, dibuat 3 kolom yang terdiri

atas kolom x, y, dan z untuk setiap elemen bilah mulai dari elemen 0 hingga 10.

Salin data koordinat pada kolom terpisah kemudian lakukan perkalian dengan

100. Hasil perkalian tersebut kemudian diinput pada kolom x dan y untuk

semua elemen. Untuk kolom z pada elemen ke-0 diisi dengan angka 0 dan

untuk kolom z pada elemen ke-1 hingga elemen ke-10 dapat diperoleh dengan

menghitung selisih nilai jari-jari parsial pada setiap elemen dengan nilai jari-jari

parsial pada elemen ke-0.

Gambar 3.8 Perancangan koordinat bilah

5. Salin hasil perhitungan koordinat tiap elemen pada perangkat lunak notepad

dan simpan dalam format *dat atau txt.

Page 58: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

45

3.4.4 Perancangan 3D Bilah Inverse Taper

Perancangan bilah terbaik dalam bentuk 3D dilakukan dengan menggunakan

data koordinat yang sudah ditentukan sebelumnya. Perancangan bilah inverse taper

dilakukan menggunakan software SolidWorks 2018 dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Membuka perangkat lunak SolidWorks 2018 dan mempersiapkan lembar kerja

pemodelan. Lembar kerja yang digunakan adalah template part dan satuan yang

digunakan ialah MMGS (millimeter, gram, second).

Gambar 3.9 Lembar kerja pemodelan

2. Melakukan input koordinat bilah. Koordinat setiap elemen diinput pada curve

through xyz points yang terletak pada menu insert hingga terbentuk 11 curve.

Page 59: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

46

Gambar 3.10 Input koordinat bilah

3. Membuat plane untuk pemodelan bilah 3D. Plane dibuat pada bagian reference

geometry yang terletak pada menu features.

Gambar 3.11 Plane bilah

4. Melakukan move, scale, dan rotate pada plane. Proses tersebut dilakukan pada

move entities yang terletak pada menu sketch. Move dilakukan untuk

Plane

Page 60: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

47

memindahkan objek sejauh 25 mm pada arah –x dari titik originnya. Scale dan

rotate dilakukan untuk memperbesar dan merotasi objek. Nilai yang diinput

untuk scale dan rotate adalah nilai scale dan twist optimum yang sudah

diperoleh pada perhitungan geometri pada tabel 3.5. Kemudian, membuat garis

pada ujung trailing edge objek agar pemodelan 3D berjalan baik.

Gambar 3.12 Move, rotate, scale, dan garis trailing edge

5. Membuat persegi untuk bagian pangkal. Persegi dibuat menggunakan corner

rectangle pada menu sketch dengan panjang 120 dan lebar 34. Jarak persegi

dengan elemen yang pertama adalah 65 mm. Bentuk persegi disesuaikan

dengan airfoil pada elemen yang pertama menggunakan tangent , sehingga

garis pada persegi dan airfoil yang pertama tepat bersinggungan.

Page 61: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

48

Gambar 3.13 Pembuatan persegi pangkal

6. Membuat garis reference untuk menghubungkan elemen bilah dengan pangkal

bilah. Garis reference untuk sisi kanan dibuat dengan menarik garis dari ujung

trailing edge objek atau elemen yang pertama ke persegi panjang. Sedangkan

garis untuk sisi kiri dibuat dengan menarik garis dari ujung leading edge objek.

Gambar 3.14 Pembuatan garis reference

Page 62: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

49

7. Menghubungkan kesebelas elemen menjadi bentuk 3D. Proses tersebut

dilakukan dengan memilih loafted/boss pada menu features dengan melibatkan

sketch ke-1 hingga sketch ke-11.

Gambar 3.15 Pemodelan 3D elemen bilah

8. Menghubungkan bagian pangkal bilah dengan kesebelas elemen dalam bentuk

3D. Pada tahap ini, garis reference yang sudah dibuat akan dipilih pada kotak

guide curve agar bilah dengan bagian pangkal terhubung,

Page 63: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

50

Gambar 3.16 Pemodelan 3D persegi pada pangkal bilah

9. Menyempurnakan pangkal bilah dengan membuat persegi panjang pada

interface bagian pangkal bilah yang sudah berbentuk 3D pada langkah ke-8.

Persegi panjang dibuat seperti langkah kelima. Kemudian, dilakukan extrude

boss/base pada menu features dan input angka 75 mm sebagai kedalaman.

Pangkal bilah akan terbentuk sebagai berikut.

Gambar 3.17 Pemodelan 3D pangkal bilah

10. Memotong bagian pangkal bilah. Pada proses ini, segitiga dibuat pada bagian

kanan dan kiri atas pangkal. Kemudian, dilakukan extrude cut pada menu

features, lalu pilih through all agar bagian pangkal bilah terpotong.

Page 64: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

51

11. Membuat lubang pada pangkal bilah. Lubang dibuat sebanyak tiga buah dengan

ukuran seperti pada gambar 3.17. Kemudian, dilakukan extrude cut pada menu

features, lalu pilih through all agar lubang pada pangkal bilah terbentuk.

Gambar 3.19 Pembuatan lubang pada pangkal bilah

12. Membuat bagian yang menempel dengan hub rotor. Proses tersebut dibuat

dengan menggambar persegi panjang pada ujung pangkal bilah. Kemudian,

dilakukan extrude cut pada menu features, lalu pilih through all agar hub rotor

terbentuk.

Gambar 3.20 Pembuatan hub rotor pada pangkal bilah

Gambar 3.18 Cutting pangkal bilah

Page 65: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

52

Gambar 3.21 Hasil desain 3D bilah inverse taper pada SolidWorks

3.4.5 Simulasi Kekuatan Struktur Bilah Inverse Taper

Tahap terakhir adalah melakukan perancangan bilah inverse taper

menggunakan material kayu pinus. Kemudian dilakukan simulasi kekuatan struktur

pada bilah tersebut dengan memberikan variasi pembebanan untuk mengetahui

besarnya stress, diplacement, dan faktor keamanan. Proses simulasi kekuatan struktur

terdiri atas:

1. Mengaktifkan fitur simulasi pada program SolidWork 2018 yaitu dengan cara

klik option dan pilih add-ins. Pada jendela add-ins centang bagian SolidWorks

simulation dan klik ok. Selanjutnya, mengganti nama simulasi sesuai keinginan

pada tab simulation_new study.

Page 66: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

53

Gambar 3.22 Setting fitur simulasi kekuatan struktur

2. Memilih jenis material untuk bilah yang sudah dirancang. Karena pada

SolidWorks 2018 belum terdapat material kayu pinus maka harus dilakukan

input data sheet material kayu pinus terlebih dahulu. Data sheet yang diinput

tersebut meliputi:

Tabel 3.6 Data sheet kayu pinus (www.ansys.com)

Property Value Unit

Young’s Modulus

Poisson’s Ratio

Bulk Modulus

Shear Modulus

Tensile Yield Strength

Tensile Ultimate Strength

Densitas

9,3E+09

0,374

1,2302E+10

3,3843E+09

4,1E+07

6,63E+07

487

Pa

Pa

Pa

Pa

Pa

Pa

kg/m3

Page 67: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

54

Gambar 3.23 Input data sheet kayu pinus

3. Memilih area untuk mempertahankan posisi part dari pergerakan ketika

diberikan suatu beban. Pada bilah, dipilih bagian pangkal atas dan bawah.

Proses ini dilakukan pada bagian fixtures, fix geometry.

Gambar 3.24 Area tumpuan

4. Memberikan gaya atau pembebanan pada menu external loads. Area

pembebanan terletak pada bagian atas bilah atau top plane. Besarnya

pembebanan yang diberikan mengacu pada nilai thrust maksimal yang

Page 68: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

55

dihasilkan pada simulasi Qblade. Beban diinput satu per satu untuk satu kali

simulasi. Sehingga, simulasi ini dilakukan sebanyak tiga kali.

Gambar 3.25 Input nilai beban

5. Melakukan proses meshing pada menu mesh kemudian memiliih create mesh

agar proses meshing dapat berjalan. Pada proses ini, geometri bilah secara

keseluruhan akan dibagi-bagi dalam elemen-elemen kecil hingga mendekati

hasil nyata. Tahapan ini, melibatkan Finite Elemen Method dimana proses

meshing akan berlangsung secara otomatis dalam beberapa detik atau menit.

Lamanya proses meshing bergantung pada banyaknya jumlah elemen dari

rangka yang dirancang.

Page 69: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

56

Gambar 3.26 Proses meshing

6. Menjalankan run this study untuk melihat hasil simulasi kekuatan struktur

pada bilah bermaterial kayu pinus. SolidWorks dengan kemampuannya

menganalisa metode elemen hingga dengan pemrograman yang dimilikinya,

mampu memberikan hasil simulasi yang terdiri atas stress atau tegangan,

displacement atau defleksi, dan factor of safety atau faktor keamanan. Hasil

simulasi disimpan dengan menggunakan report pada command manager.

Gambar 3.27 Hasil simulasi kekuatan struktur

Page 70: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

57

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Performa Bilah

Hasil simulasi performa bilah inverse taper ditampilkan dalam bentuk beberapa

kurva. Pertama, kurva gaya dorong (thrust) terhadap kecepatan putar yang

mempresentasikan besarnya thrust yang menyebabkan bilah dapat berputar. Dalam

penelitiannya, Dahlan [10] menyebutkan bahwa thrust adalah gaya dorong yang

terbentuk dari resultan gaya angkat dan gaya hambat. Gaya dorong ini memiliki

pengaruh yang efektif dalam memutar sudu rotor. Hasil analisa pada kurva ini

menunjukkan bahwa gaya dorong yang dihasilkan pada bilah jenis inverse taper

mulai meningkat dari kecepatan putar 0 rpm sampai 716 rpm. Gaya dorong optimum

dihasilkan pada kecepatan putar 716 rpm yakni sebesar 161 N. Setelah mencapai titik

maksimum, gaya dorong menurun secara perlahan seiring meningkatnya kecepatan

putar. Hal itu membuat bentuk kurva menjadi melengkung.

Gambar 4.1 Kurva thrust terhadap kecepatan putar

Berdasarkan penelitian Atmadi dan Fitroh [41] yang melakukan analisis

terhadap lengkungan pada kurva performa turbin angin. Lengkungan tersebut terjadi

0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

0

72

143

215

286

358

430

501

573

645

716

788

859

931

100

3

107

4

114

6

121

8

128

9

136

1

Thru

st (

N)

Kecepatan Putar (Rpm)

Thrust terhadap Kecepatan Putar

Page 71: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

58

karena sudu terdefleksi. Ketika kecepatan putaran semakin meningkat, sudu turbin

angin mengalami beban aerodinamika yang besar. Semakin besar beban

aerodinamika maka perubahan sudut puntir yang terjadi juga semakin besar. Adanya

sudut yang menyebabkan defleksi di setiap penampang sudu dapat memicu

pengurangan kecepatan normal dalam arah normal di setiap penampang sudu,

khususnya pada daerah di ujung sudu. Pengurangan kecepatan angin dalam arah

normal menyebabkan prestasi turbin angin yang dihasilkan menjadi berkurang.

Sehingga, perubahan sudut puntir akibat sudu yang terdefleksi sangat mempengaruhi

kinerja turbin angin. Salah satunya ialah penurunan nilai thrust ketika kecepatan putar

terus meningkat.

Kedua, kurva torsi terhadap kecepatan putar yang mempresentasikan

kemampuan bilah berputar pada porosnya [42]. Hasil analisa pada kurva ini

menunjukkan bahwa torsi pada bilah jenis inverse taper mulai meningkat pada

kecepatan putar 0 rpm hingga 358 rpm. Torsi optimum dicapai pada kecepatan putar

358 rpm sebesar 23 Nm. Setelah itu, torsi pada bilah perlahan-lahan menurun saat

kecepatan putar 430 rpm dan berhenti pada kecepatan putar 1361 rpm. Penurunan ini

menurut Bere et.al, [43] terjadi karena adanya peningkatan rugi-rugi mekanik pada

turbin angin akibat kecepatan putaran.

Page 72: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

59

Gambar 4.2 Kurva torsi terhadap kecepatan putar

Ketiga, kurva daya terhadap kecepatan putar yang mempresentasikan daya yang

dihasilkan pada bilah jenis inverse taper. Pada kurva ini, daya meningkat mulai dari

kecepatan putar 0 rpm sampai 573 rpm. Daya maksimum dihasilkan pada kecepatan

putar 573 rpm yaitu sebesar 1025 Watt. Besarnya daya ini tidak melebihi daya yang

dirancang yaitu sebesar 2057,61 Watt. Sehingga, apabila daya maksimum tersebut

dibagi dengan daya yang dirancang, maka akan diperoleh efisiensi maksimum sebesar

49%. Nilai ini sesuai dengan nilai Cp yang ditampilkan pada gambar 4.4. Besarnya

efisiensi yang dihasilkan tersebut telah sesuai dengan teori Betz limit. Menurut Bere

at.al [43], dalam teori Betz, efisiensi maksimum yang dihasilkan turbin angin tidak

lebih dari 59,3%. Hal tersebut dikarenakan menurut Faadhil et.al [44], daya yang

dihasilkan generator tidak bisa mengimbangi peningkatan daya secara teoritis karena

adanya loss energi. Sehingga, daya listrik yang dihasilkan akan lebih kecil

dibandingkan dengan daya teoritis angin. Oleh karenanya, setelah daya mencapai titik

maksimum maka daya akan menurun secara perlahan-lahan seiring meningkatnaya

kecepatan putar. Daya mulai menurun pada kecepatan putar 645 rpm dan berhenti

pada kecepatan putar 1361 rpm.

0

5

10

15

20

25

0

72

143

215

286

358

430

501

573

645

716

788

859

931

100

3

107

4

114

6

121

8

128

9

136

1

To

rsi

(Nm

)

Kecepatan Putar (Rpm)

Torsi terhadap Kecepatan Putar

Page 73: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

60

Gambar 4.3 Kurva daya terhadap kecepatan putar

Keempat, kurva koefisien daya atau Cp terhadap Tip Speed Ratio (TSR) yang

mempresentasikan kinerja turbin angin seiring bertambahnya TSR hingga ditemukan

titik maksimal Cp turbin pada nilai TSR yang ditempati. Hasil analisa pada kurva ini

menunjukkan bahwa Cp yang dihasilkan pada bilah jenis inverse taper mulai

meningkat dari TSR 0 rpm sampai TSR 5. Cp maksimum dicapai pada TSR 4 dan 5

sebesar 0,49. Setelah nilai Cp mencapai titik maksimum, maka terjadi penurunan

efisiensi seiring meningkatnya TSR. Menurut Faadhil et.al [44], penurunan tersebut

disebabkan karena TSR memiliki pengaruh terhadap kecepatan putar generator yang

dapat menimbulkan rugi-rugi energi.

0

200

400

600

800

1000

1200

0

72

143

215

286

358

430

501

573

645

716

788

859

931

100

3

107

4

114

6

121

8

128

9

136

1

Po

wer

(W

)

Kecepatan Putar (Rpm)

Power Terhadap Kecepatan Putar

Page 74: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

61

Gambar 4.4 Kurva Cp terhadap TSR

4.2 Hasil Simulasi Kekuatan Struktur

Simulasi kekuatan struktur pada bilah inverse taper bermaterial kayu pinus

dilakukan terhadap tiga variasi pembebanan yang diberikan yakni sebesar 53,6135 N,

271,20 N, dan 356,936 N. Hasil dari simulasi tersebut adalah dapat diketahuinya

parameter-parameter kekuatan struktur kayu pinus yakni sebagai berikut:

1. Von Mises Stress

Tegangan von misses adalah tegangan statik yang dihitung berdasarkan

pembebanan yang diberikan. Hasil untuk tegangan von misses maksimum

ditunjukkan dengan gardien warna merah. Pada pembebanan 53,6135 N dan 271,20

N, tegangan von misses maksimum yang diperoleh sebesar 6,481 x 106 N/m2 dan

3,273 x 107 N/m2. Area terjadinya tegangan maksimum pada pembebanan pertama

dan kedua terletak di sekitar elemen dekat pangkal bilah. Sedangkan hasil untuk

tegangan von misses minimum ditunjukkan dengan warna biru. Pada pembebanan

53,6135 N dan 271,20 N, tegangan von misses minimum yang diperoleh sebesar

1,073 x 10-6 N/m2 dan 5,421 x 10-6 N/m2. Area terjadinya tegangan minimum pada

0

10

20

30

40

50

60

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Ko

efis

ien P

ow

er (

%)

Tip Speed Ratio (TSR)

Koefisien Power Terhadap Tip Speed Ratio

Page 75: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

62

pembebanan pertama dan kedua terletak di sekitar elemen yang menuju bagian ujung

bilah. Berdasarkan tegangan luluh material bilah yang digunakan yaitu kayu pinus

sebesar 4,1 x 107 N/m2 dapat dipastikan bahwa rancangan tersebut mampu untuk

menahan beban yang diberikan. Karena tegangan maksimum yang didapat tidak

melebihi tegangan luluh material yang digunakan.

Gambar 4.5 Stress akibat pembebanan pertama

Gambar 4.6 Stress akibat pembebanan kedua

Sedangkan pada pembebanan ketiga memberikan hasil yang berbanding

terbalik dengan pembebanan pertama dan pembebanan kedua. Hasil tegangan von

Page 76: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

63

misses maksimum dengan pembebanan 356,936 N adalah sebesar 4,315 x 107 N/m2

dan tegangan von misses minimum adalah sebesar 7,147 x 10-6 N/m2. Karena

tegangan maksimum yang diperoleh melebihi tegangan luluh material kayu pinus,

maka dapat dipastikan bahwa rancangan tersebut tidak mampu untuk menahan beban

yang diberikan.

Gambar 4.7 Stress akibat pembebanan ketiga

Gambar 4.8 Grafik stress maksimum terhadap variasi pembebanan

6481000

32730000

43150000

0

5000000

10000000

15000000

20000000

25000000

30000000

35000000

40000000

45000000

50000000

53,613 271,2 356,936

Str

ess

Max

(N

/m2)

Beban (N)

Stress Maksimum Terhadap Variasi Beban

Page 77: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

64

Gambar 4.9 Grafik stress minimum terhadap variasi pembebanan

Dari hasil analisa tegangan von misses dapat disimpulkan bahwa bilah inverse

taper bermaterial kayu pinus memiliki kekuatan yang cukup baik karena mampu

menahan beban hingga 271,2 N. Sedangkan pengaruh beban terhadap tegangan yang

dihasilkan menunjukkan bahwa semakin besar beban yang diberikan pada bilah maka

tegangan yang dihasilkan juga semakin besar.

2. Diplacement

Hasil analisa diplacement ditunjukkan pada daerah yang mengalami perubahan

bentuk akibat gaya yang diterima. Area yang mengalami diplacement maksimum

ditunjukkan dengan gradien warna merah sedangkan area mengalami diplacement

minimum ditunjukkan dengan gradien warna biru. Pada pembebanan 53,6135 N,

271,20 N, dan 356,936 N diplacement maksimum yang diperoleh adalah sebesar

15,49 mm, 78,23 mm, dan 103,1 mm. Area terjadinya diplacement maksimum pada

pembebanan tersebut terletak di sekitar ujung bilah.

Berdasarkan data yang diperoleh, bilah dengan material kayu memiliki potensi

terjadinya defleksi cukup besar. Hal ini sesuai dengan penelitian M. Shuwa et.al [45],

mengenai investigasi kesesuaian material yaitu alumunium dan kayu pantai untuk

turbin angin sumbu horizontal. Hasilnya menunjukkan bahwa alumunium mengalami

0,000001073

0,000005421

0,000007147

0

0,000001

0,000002

0,000003

0,000004

0,000005

0,000006

0,000007

0,000008

53,613 271,2 356,936

Str

ess

Min

(N

/m2)

Beban (N)

Stress Minimum Terhadap Variasi Beban

Page 78: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

65

defleksi lebih kecil yakni sebesar 49 mm daripada defleksi yang dihasilkan kayu

pantai sebesar 98 mm. Potensi terjadinya defleksi yang besar pada kayu disebabkan

karena material kayu memiliki kepadatan dan kekakuan yang cukup rendah.

Akibatnya, menurut Atmadi dan Fitroh [41] defleksi tersebut dapat mengakibatkan

terjadinya perubahan sudut puntir yang dapat mempengaruhi kinerja turbin angin.

Sedangkan untuk displacement minimum yang dihasilkan bilah inverse taper

pada pembebanan 53,6135 N, 271,20 N, dan 356,936 N adalah sebesar 0 mm. Area

terjadinya diplacement minimum adalah pada bagian pangkal bilah yang jaraknya

dekat dengan area tumpuan (fixed geometry). Menurut Handoko [12], bagian bilah

yang semakin menjauhi pangkal, memiliki nilai diplacement yang lebih besar

dibandingkan bagian lainnya. Sehingga, bagian bilah yang berada di dekat area

tumpuan masih aman dalam menahan terjadinya defleksi.

Gambar 4.10 Diplacement akibat pembebanan pertama

Page 79: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

66

Gambar 4.11 Diplacement akibat pembebanan kedua

Gambar 4.12 Diplacement akibat pembebanan ketiga

Sehingga, dari hasil analisa diplacement ini dapat disimpulkan bahwa bilah

inverse taper bermaterial kayu pinus mengalami diplacement yang berbeda seiring

variasi pembebanan yang berbeda juga. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

beban yang diberikan pada bilah akan menyebabkan diplacement yang terjadi juga

semakin besar.

Page 80: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

67

Gambar 4.13 Grafik diplacement maksimum terhadap variasi pembebanan

3. Factor of Safety

Safety factor pada plot ini mengacu pada kekuatan material dari model dalam

menanggung tegangan yang dialami setelah beban diberikan. Dengan

membandingkan tegangan luluh material dan tegangan von misses maksimum yang

ada, maka akan diperoleh distribusi Factor Of Safety (FOS) pada seluruh bagian

model [46]. Dalam analisa FOS, warna biru menyatakan bahwa tingkat keamanan

desain yang dirancang sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisa, dominasi FOS

ditunjukkan oleh area dengan gradien warna merah. Pada pembebanan 53,6135 N dan

271,20 N nilai faktor keamanan diperoleh sebesar 6,3 dan 1,3. Angka keamanan

tersebut terjadi pada bagian seluruh bilah yang diberikan gaya. Berdasarkan teori,

FOS yang dihasilkan sesuai karena bernilai lebih dari 1,2. Waluyo [47] melakukan

penelitian analisis struktur pada bilah dengan material kayu balsa, nilai faktor

keamanan yang diperoleh adalah sebesar 1,6 pada pembebanan 5 N. Hal ini

menunjukkan bahwa bilah dengan material kayu memiliki tingkat keamanan yang

baik. Sehingga, dapat dipastikan bilah inverse taper bermaterial kayu pinus aman

dalam menahan beban yang diberikan.

15,49

78,23

103,1

0

20

40

60

80

100

120

53,613 271,2 356,936

Dip

lace

men

t (m

m)

Beban (N)

Diplacement MaksimumTerhadap Variasi

Beban

Page 81: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

68

Gambar 4.14 Factor of safety akibat pembebanan pertama

Gambar 4.15 Factor of safety akibat pembebanan kedua

Sedangkan pada pembebanan ketiga memberikan hasil yang berbanding

terbalik dengam pembebanan pertama dan pembebanan kedua. Pada pembebanan

356,936 N menghasilkan nilai faktor keamanan sebesar 0,9502. Dalam hal ini, bilah

inverse taper dinyatakan tidak aman untuk menahan beban yang diberikan karena

nilai FOS berada di bawah standarnya. Menurut Awwaluddin et.al [48], apabila

faktor keamanan sangat rendah maka kemungkinan kegagalan yang terjadi tinggi dan

Page 82: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

69

karena itu desain strukturnya tidak dapat diterima. Kegagalan dapat berarti patah atau

rusak pada suatu struktur.

Gambar 4.16 Factor of safety akibat pembebanan ketiga

Dari hasil analisa FOS, dapat disimpulkan bahwa bilah inverse taper

bermaterial kayu pinus dinyatakan aman dalam menerima beban maksimal hingga

271,20 N. Sedangkan besarnya FOS yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin

besar beban yang diberikan pada bilah maka factor of safety yang dihasilkan semakin

kecil.

Gambar 4.17 Grafik factor of safety terhadap variasi pembebanan

6,3

1,30,95

0

1

2

3

4

5

6

7

53,613 271,2 356,936

Fak

tor

Of

Saf

ety

Beban (N)

Factor of Safety Terhadap Variasi Beban

Page 83: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

70

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan perancangan dan simulasi bilah inverse taper, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Bilah inverse taper memiliki performa yang baik di antaranya memiliki thrust

optimal sebesar 161 N pada kecepatan putar 716 rpm, memiliki torsi optimal

sebesar 23 Nm pada kecepatan putar 358 rpm, memiliki daya output optimal

sebesar 1025 Watt pada kecepatan putar 573 rpm, dan mampu menghasilkan

efisiensi maksimum sebesar 49%.

2. Bilah inverse taper bermaterial kayu pinus memiliki kekuatan struktur yang

baik. Pertama, ditinjau dari hasil tegangan, bilah dinyatakan aman dalam

menerima pembebanan hingga 271,20 N karena stress maksimum yang

dihasilkan (32,73 MPa) tidak melebihi tegangan luluh material kayu pinus (41

Mpa). Kedua, bilah memiliki nilai diplacement yang bervariasi pada setiap

pembebanan; pada pembebanan 53,613 N terjadi diplacement sebesar 15,49

mm, pada pembebanan 271,20 N terjadi diplacement sebesar 78,23 mm, dan

pada pembebanan 356,936 N terjadi diplacement sebesar 103,1 mm. Ketiga,

bilah memiliki tingkat keamanan yang tinggi pada pembebanan 53,613 N

dengan nilai faktor keamanan sebesar 6,3 dan masih cukup aman dalam

menerima pembebanan sebesar 271,20 N karena nilai faktor keamanan yang

dihasilkan adalah sebesar 1,3. Nilai tersebut masih berada di atas standar faktor

keamanan yang ditetapkan (1,2). Namun, bilah inverse taper tidak mampu

menerima beban sebesar 356,936 N karena nilai tegangan yang dihasilkan

(43,15 MPa) telah melebihi tegangan luluh material kayu pinus serta nilai

faktor keamanan yang dihasilkannya rendah yakni 0,95, dimana nilai tersebut

berada di bawah standar yang ditetapkan.

Page 84: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

71

5.2 Saran

Adapun saran yang direkomendasikan oleh penulis untuk para peneliti yang

ingin meneliti tentang kekuatan struktur material pada perancangan bilah turbin angin

adalah perlu dilakukan analisis lebih banyak terhadap jenis-jenis airfoil selain

NACA, agar dapat mengetahui performa terbaiknya. Selain itu, perlu dilakukan

analisis fatigue atau kekuatan lelah untuk mengetahui seberapa lama bilah dapat

beroperasi.

Page 85: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

72

DAFTAR PUSTAKA

[1] M. R. Fachri and H. Hendrayana, “Analisa Potensi Energi Angin dengan

Distribusi Weibull Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Banda

Aceh,” Circuit J. Ilmu Pendidikan Teknik Elektro, vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2017,

doi: 10.22373/crc.v1i1.1377.

[2] Muhammad agus and Hajar Ibnu Darsoni, Seminar Nasional Industri dan

Teknologi (SNIT), Politeknik Negeri Bengkalis, "Perbandingan Pengguna.

Bahan Bakar Prem. dan Gas Terhadap Daya dan Konsumsi Bahan Bakar Pada

Genset Daito 1500 Watt," no. 2013, pp. 270–276, 2016.

[3] A. Rachman, P. Pratiwi, and L. Ashari, “Rancang Bangun dan Uji Prestasi

Horizontal Axis Wind Turbine Jenis Taper Design and Performance

Horizontal Axis Wind Turbine Taper Type,” vol. 9, no. 2, 2019.

[4] M. Hatta and A. Martin, “Perancangan Bilah Tipe Inverse Taper pada Turbin

Angin Berdasarkan Kondisi Angin di Pekanbaru,” F.Teknik, vol. 4, no. 1, pp.

2–5, 2017, [Online]. Available:

https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFTEKNIK/article/viewFile/13466/13030.

[5] A. Pintoko, “Rancang Bangun Bilah Inverse Taper Dengan Airfoil S1210 Pada

Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala Kecil,” 2017.

[6] E. Musyarofah, “Laporan Tugas Akhir Rancang Bangun Sudu Inverse Taper

Pada Small Wind Turbine Dengan Tipe Airfoil SG6042,” 2020.

[7] Y. Kuntara, “Rancang Bangun Bilah Turbin Angin Sumbu Horizontal Skala

Mikro Skripsi,” 2021.

[8] M. Irfansyah and M. Firman,” Perancangan Variasi Material Sudu Pada Turbin

Angin Horisontal", vol. 53, no. 9, pp. 21–25, 2017, [Online]. Available:

http://www.elsevier.com/locate/scp.

[9] T. Multazam and A. Mulkan, “Rancang Bangun Turbin Angin Sumbu

Horizontal Pada Kecepatan Angin Rendah Untuk Meningkatkan Performa

Page 86: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

73

Permanent Magnet Generator,” J. Serambi Eng., vol. 4, no. 2, pp. 616–624,

2019, doi: 10.32672/jse.v4i2.1446.

[10] B. Dahlan, "Rancang Bangun Baling-Baling Kincir Angin Menggunakan Naca

4412 Dan 4415 Dari Bahan Kayu Mahoni (Swietenia Macrophylla) Dan Pinus

(Pinus Merkusii)," 2016.

[11] F. R. Gibran, M. Safhire, and A. D. Warits, “Design Of NACA 4415 Taperless

Twistless Wind Turbine Blade Using Twist Optimization For Indonesia Wind

Characteristics,” ARPN J. Eng. Appl. Sci., vol. 11, no. 4, pp. 2751–2758, 2016.

[12] A. D. Handoko, “Pengembangan Bilah Turbin Angin Jenis Semi-Inversed

Taper untuk Angin Berkecepatan Rendah,” 2019.

[13] E. Prasetyo, R. Hermawan, M. N. I. Ridho, I. I. Hajar, H. Hariri, and E. A.

Pane, “Analisis Kekuatan Rangka Pada Mesin Transverse Ducting Flange

(TDF) Menggunakan Software Solidworks,” Rekayasa, vol. 13, no. 3, pp. 299–

306, 2020, doi: 10.21107/rekayasa.v13i3.8872.

[14] I. Agustiawan, M. Nurbanasari, and M. Firmansyah, “Analisis Kekuatan

Struktur Penyangga Konveyor Yang Dipengaruhi Oleh Korosi Dengan

Bantuan Software Solidworks,” pp. 7–8, 2015.

[15] S. Mubarok, “Pengaruh Variasi Material Dan Beban Keamanan Pada Desain

Pencakar Inner Puller Bearing Berbasis Simulasi Menggunakan,” 2019.

[16] F. Aryanto, I. M. Mara, and M. Nuarsa, “Terhadap Unjuk Kerja Turbin Angin

Poros Horizontal,” Din. Tek. Mesin, vol. 3, no. 1, pp. 50–59, 2013.

[17] A. Msuayafa, “Rancang Bangun Kontrol Logika Fuzzy Pada Sudut Angguk

Turbin Angin Untuk Optimasi Daya Listrik Di Ladang Angin Jawa Timur,”

pp. 1–57, 2012

[18] H. Basori, “Pengaruh Panjang Batang Dan Bentuk Daun Ekor Pada Turbin

Angin Sumbu Horizontal Dengan Mekanisme Furling Terhadap Performa

Turbin,” 2020.

[19] M. Adam, P. Harahap, and M. R. Nasution, “Analisa Pengaruh Perubahan

Kecepatan Angin Pada Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA) Terhadap

Page 87: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

74

Daya Yang Dihasilkan Generator DC,” RELE (Rekayasa Elektr. dan Energi)

J. Tek. Elektro, vol. 2, no. 1, pp. 30–36, 2019, doi: 10.30596/rele.v2i1.3648.

[20] Sahid and S. Priyoatmojo, “Rancang Bangun Turbin Angin Poros Horizontal

Tiga Sudu Flat Berlapis Tiga Dengan Variasi Sudut Dan Posisi Sudu,”

Eksergi, vol. 15, no. 1, p. 14, 2019, doi: 10.32497/eksergi.v15i1.1462.

[21] Sholichan, J. Sidik, and N. Wachid, “Pengaruh Sudut Serang Terhadap

Koefisien Performa Turbin Angin Sumbu Horisontal Skala Mikro Naca 4412,”

vol. 1, no. 1, pp. 1–11, 2020.

[22] M. Resha and A. Yohanes, “Effect Of Airfoil Shape On The Aerodynamic

Characteristics Of Vertical Rotor Wind Turbines,” pp. 9–10, 2019.

[23] B. Prasetiyo, Sudjito, Supriyo, Wahyono, and T.H. Mulud, “Kaji

Eksperimental Turbin Angin Sudu Airfoil Naca 4418 Terhadap Variasi

Bukaan Sudut Sudu (Blade Pitch Angle)"

[24] A. Syuhada, M. I. Maulana, Syahriza, M. S. M. Sani, and R. Mamat, “The

Potential Of Wind Velocity In The Banda Aceh Coast To The Ability To

Generate Electrical Energy By Horizontal Axis Wind Turbines,” IOP Conf.

Ser. Mater. Sci. Eng., vol. 788, no. 1, 2020, doi: 10.1088/1757-

899X/788/1/012082.

[25] Wardoyo, “Hubungan Daya Turbin Angin Berbentuk Propeller 5 Blade

Terhadap Beban Tower Penyangganya,” J. Konversi Energi dan Manufaktur

UNJ, no. 1, pp. 1–6, 2016.

[26] H. Salafuddin, "Desain Dan Analisis Kekuatan Pada Rangka Kendaraan Jenis

Prototype Sesuai Standar Shell Eco Marathon Asia"Title,” vol. 42, no. 1, pp.

1–10, 2016.

[27] M. Musaruddin, A. Rachman, and M. Hasbi, “Penjelasan Ekspansi Aliran

Yang Menyebabkan The Betz Limit Dengan Menggunakan Model Disk

Theory,” no. November, pp. 1–8, 2015.

[28] D. Putra, “Tegangan Geser Ultimit Perekat Epoxy – Resin Tegak Lurus Serat

Pada Sambungan Kayu,” J. Menara Jur. Tek. Sipil, vol. 12, no. 1, pp. 1–11,

Page 88: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

75

2008, [Online]. Available:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/view/3466.

[29] R. Kurniawan, “Implementation Of Used Material (Pallet) On A Living House

(Implementasi Penggunaan Kayu Palet (Jati Belanda) Pada Sebuah Rumah

Tinggal),” J. Mater. Process. Technol., vol. 1, no. 1, pp. 1–8, 2018.

[30] A. Sayogo, N. Caroko, and Wahyudi, “Perancangan Dan Pembuatan Kincir

Angin Tipe Horizontal Axis Wind Turbine (HAWT) Untuk Daerah Pantai

Selatan Jawa,” pp. 1–5, 2014.

[31] A. Prasetyo, I. Malik, and Azharuddin, “Analisis Vibrasi Rangka CNC Router

3 Sumbu Secara Numerik,” vol. 12, no. 1, pp. 28–33, 2020.

[32] C. Putro Indro Suseno, "Analisa Distribusi Tegangan Sistem Sambungan Pada

Knock Down River Ferry", vol. 6. 2017.

[33] I. N. Agus Adi, K. R. Dantes, and I. N. P. Nugraha, “Analisis Tegangan Statik

Pada Rancangan Frame Mobil Listrik Ganesha Sakti (Gaski) Menggunakan

Software Solidworks 2014,” J. Pendidika. Tek. Mesin Undiksha, vol. 6, no. 2,

p. 113, 2018, doi: 10.23887/jjtm.v6i2.13046.

[34] H. Eka Aprillian and Dzulkiflih “Kajian Sifat Mekanik Aluminium Paduan

Seri 7075 Dengan Perlakuan Termal" ISSN : 2302-4313 Prodi Fisika Jurusan

Fisika 2017, vol. 06, pp. 6–13, 2017.

[35] A. A. Karim, W. Arnandi, and A. N. Setyo, “Pengaruh Variasi Beban

Terhadap Kekuatan Frame Mesin Penggiling Lanting Berbasis SolidWorks,” J.

Teknik Mesin Univ. Tidar.,

[36] A. P. Irawan, “Bab 2 Beban, Tegangan, dan Faktor Keamanan,” pp. 6-11.,

[37] J. Carlos Tavares Miguel, “Airfoil Improvement on Horizontal Axis Wind

Turbine Suitable for Local Construction in Underdeveloped Countries", 2019.

[38] K. Bagus Setyawan, “Perancangan Virtual Prototype Auto Transfer System

Stacking Crane Menggunakan Labview Dan Solidworks,” F. T. Kelautan,

2016.

[39] Z. Abidin and B. Rama, “Analisa Distribusi Tegangan Dan Defleksi

Page 89: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

76

Connecting Rod Sepeda Motor 100 Cc Menggunakan Metode Elemen

Hingga,” J. Rekayasa Mesin Univ. Sriwij., vol. 15, no. 1, pp. 30–39, 2015.

[40] I. N. Zahra, “Dasar-Dasar Perancangan Bilah,” LAN, 2020.

[41] B. Hartadi and Rendi., “Pengaruh Gerak Bebas Sudu Pada Rotor Savonius

Modifikasi Untuk Turbin Air,” Al-Jazari J. Ilmu. Tek. Mesin, vol. 3, no. 1, pp.

70–73, 2018, doi: 10.31602/al-jazari.v3i1.1395.

[42] F. M. Bere, V. A. Koehuan, and J. U. Jasron , “Analisis Performansi Turbin

Angin Poros Horisontal Model Double Rotor Contra Rotating dengan Posisi

Rotor Saling Berhimpitan,” J. Tek. Mesin Undana, vol. 02, no. 01, pp. 15–22,

2015.

[43] M. Faadhil, Karnowo, and S. Anis, “Pengaruh Sudut Serang Dan Kecepatan

Angin Terhadap Kinerja Turbin Angin Heliks Gorlov Dengan Penambahan

Curveplate,” Sainteknol J. Sains dan Teknol., vol. 16, no. 1, pp. 73–88, 2018,

doi: 10.15294/sainteknol.v16i1.14242.

[44] M. Shuwa, G. M. Ngala, and A. M. El-Jummah, “Investigating the Suitability

of Selected Structural Material for the Blade of an Horizontal Axis Wind

Turbine,” Arid Zo. J. Eng. Technol. Environ., vol. 13, no. 3, pp. 315–324,

2017.

[45] S. Atmadl et al., “Efek Defleksi Pada Sudu Turbin Angin Terhadap Keluaran

Daya.”

[46] M. Faadhil, Karnowo, and S. Anis, “Pengaruh Sudut Serang Dan Kecepatan

Angin Terhadap Kinerja Turbin Angin Heliks Gorlov Dengan Penambahan

Curveplate,” J. Sains dan Teknol., vol. 16, no. 1, pp. 73–88, 2018, doi:

10.15294/sainteknol.v16i1.14242.

[47] Andriyanto, G. T. Setiadanu, Slamet, and Y. Gunawan, “Pemodelan Rangka

Prototipe Sepeda Listrik Kargo Roda Tiga Multiguna,” vol. 19, no. 1, pp. 41–

50, 2021.

[48] M. Awwaluddin, T. Hardjanto, Sanda, J. Sumanto, and B. Bukit, “Modifikasi

Desain Rangka Sandaran Kursi Pada Perangkat Renograf Terpadu,” vol. 12,

Page 90: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

77

no. November, pp. 47–55, 2015.

Page 91: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

78

INVERSE TAPPER BLADE

Tip Speed Ratio

(TSR) Airfoil Cl/Cd Jumlah Bilah

λR B

7 4418 119.4 3

GEOMETRI BLADE

Elemen

Bilah

Jari-

Jari

Parsial

TSR

Parsial

Flow

Angle Chord

Coefisien

Lift Alpha Twist

Twist

Linear

Twist

Optimum

n r

λr ɸ Cr

Cl α β β β

Meter Derajat Meter Derajat Derajat Derajat Derajat

0 0.17 1.49 22.61 0.120 1.19 6.95 15.66 12.69

1 0.23 2.04 17.42 0.132 0.79 3.15 14.27 12.25

2 0.30 2.59 14.07 0.144 0.57 1 13.07 11.80

3 0.36 3.14 11.77 0.156 0.43 -0.3 12.07 11.35

SPESIFIKASI

Kapasitas

Daya

Listrik

Efisiensi Daya

Angin

Kecepatan

Angin

Maksimal

Luas

Sapuan

Bilah

Jari-Jari

Jari-Jari

yang

Digunakan

Massa Jenis

Udara Bilah Generator Controller Sistem

We ƞ ƞ ƞ K Wa V max A R R

Watt % % % % Watt m/s m^2 Meter Meter kg/m^3

500 0.3 0.9 0.9 0.24 2057.61 12 1.94 0.8 0.80 1.23

LAMPIRAN PERHITUNGAN GEOMETRI BILAH INVERSE TAPER

LAMPIRAN PERHITUNGAN GEOMETRI BILAH INVERSE TAPER

Page 92: SIMULASI KEKUATAN STRUKTUR KAYU PINUS TERHADAP …

79

4 0.42 3.69 10.10 0.168 0.34 -1.15 11.25 10.91

5 0.49 4.24 8.84 0.180 0.28 -1.7 10.54 10.46

6 0.55 4.80 7.85 0.192 0.23 -2.15 10.00 10.01

7 0.61 5.35 7.06 0.204 0.19 -2.5 9.56 9.56 9.56

8 0.67 5.90 6.42 0.216 0.17 -2.7 9.12 9.12 9.12

9 0.74 6.45 5.88 0.228 0.14 -2.95 8.83 8.67

10 0.80 7.00 5.42 0.240 0.13 -3.5 8.92 8.22

CHORD CORECTION

X/Cos β Chord

Scale Z

Cr

Milimeter

0.123 123 1.23

0.135 135 1.35

0.147 147 1.47

0.159 159 1.59

0.171 171 1.71

0.183 183 1.83

0.195 195 1.95

0.207 207 2.07

0.219 219 2.19

0.231 231 2.31

0.242 242 2.42