12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan mencapai 950 spesies. Beberapa spesies Aedes aegypti yang khas dalam subgenus Stegomya yang besar memiliki peran penting secara medik. Nyamuk Ae. aegypti, yang tersebar luas di daerah tropik dan subtropik merupakan vektor penyakit demam kuning (YF) dan vektor utama virus dengue (DF dan DHF), [13] B. Klasifikasi Urutan dari sistematika nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai berikut.Golongan : Animalia, Filum : Arthropoda, Subphlum : uniramia, Klas : Insekta, Ordo : Diptera, Famili : Culicidae, Subfamili : Culicinae Tribus, Genus : Aedes, Subgenus : Stegomyia, Spesies : Aedes aegypti C. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk dan antenna yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap (piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus), sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih nenyukai cairan tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose, sedangkan nyamuk jantan tipe plumose. [14] Segera setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam 24 – 35 jam. Darah merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur. [14]

siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

Embed Size (px)

DESCRIPTION

morfologi nyamuk, etiologi, klasifikasi dan daur hidup nyamuk aedes aegypti serta pengendalian dan pencegahan infeksi oleh nyamuk aedes aegypti. pengobatan, pemeliharaan nyamuk untuk penelitian.

Citation preview

Page 1: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh dunia dan diperkirakan

mencapai 950 spesies. Beberapa spesies Aedes aegypti yang khas dalam

subgenus Stegomya yang besar memiliki peran penting secara medik.

Nyamuk Ae. aegypti, yang tersebar luas di daerah tropik dan subtropik

merupakan vektor penyakit demam kuning (YF) dan vektor utama virus

dengue (DF dan DHF),[13]

B. Klasifikasi

Urutan dari sistematika nyamuk Aedes aegypti adalah sebagai

berikut.Golongan : Animalia, Filum : Arthropoda, Subphlum : uniramia, Klas

: Insekta, Ordo : Diptera, Famili : Culicidae, Subfamili : Culicinae Tribus,

Genus : Aedes, Subgenus : Stegomyia, Spesies : Aedes aegypti

C. Morfologi Nyamuk Aedes aegypti

Nyamuk Aedes aegypti tubuhnya tersusun dari tiga bagian, yaitu

kepala, dada dan perut. Pada bagian kepala terdapat sepasang mata majemuk

dan antenna yang berbulu. Alat mulut nyamuk betina tipe penusuk-pengisap

(piercing-sucking) dan termasuk lebih menyukai manusia (anthropophagus),

sedangkan nyamuk jantan bagian mulut lebih lemah sehingga tidak mampu

menembus kulit manusia, karena itu tergolong lebih nenyukai cairan

tumbuhan (phytophagus). Nyamuk betina mempunyai antenna tipe-pilose,

sedangkan nyamuk jantan tipe plumose.[14]

Segera setelah muncul, nyamuk dewasa akan kawin dan nyamuk

betina yang sudah dibuahi akan menghisap darah dalam 24 – 35 jam. Darah

merupakan sumber protein yang esensial untuk mematangkan telur.[14]

Page 2: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

D. Siklus Hidup

Nyamuk Aedes aegypti, seperti halnya culicines lain, meletakkan telur

pada permukaan air bersih secara individual. Setiap hari nyamuk Aedes betina

dapat bertelur rata-rata 100 butir. Telurnya berbentuk elip berwarna hitam dan

terpisah satu dengan yang lain. Telur menetas dalam satu sampai dua terpisah

dua hari menjadi larva.[15]

Terdapat empat tahapan dalam perkembangan larva yang disebut

instar. Perkembangan dari instar satu ke instar empat memerlukan waktu

sekitar lima hari. Setelah mencapai instar keempat, larva berubah menjadi

pupa di mana larva memasuki masa dorman (inaktif, tidur).[15]

E. Bionomik Nyamuk Aedes aegypti

1. Tempat perindukan

Tempat perindukan Aedes aegypti berupa tempat penyimpanan/

penampungan air (TPA) tangki air, bak besar, bak mandi, bak WC, drum,

tempayan, ember, kaleng bekas, vas bunga, dan potongan bambu yang

mengapung di air.[16]

2. Kebiasaan menggigit

Aedes aegypti sangat antropofilik, walaupun ia juga makan dari hewan

yang berdarah panas lainnya. Sebagai hewan diurnal, nyamuk betina

mempunyai dua periode aktif menggigit, yaitu pada pagi hari dan selama

beberapa jam sebelum gelap. Waktu menggigit lebih banyak pada siang

hari dari pada malam hari, yaitu antara jam 08.00 – 12.00 dan jam 15.00 –

17.00, dan lebih banyak menggigit di dalam rumah dari pada di luar

rumah.

Jika masa makannya terganggu, Aedes aegypti biasa menggigit beberapa

orang secara bergantian dalam waktu singkat, dimana keadaan ini sangat

membantu dalam memindahkan virus dengue ke beberapa orang

sekaligus.[14]

Page 3: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

3. Kebiasaan beristirahat

Setelah menggigit (menghisap darah) dan selama menunggu pematangan

telur, nyamuk Aedes aegypti beristirahat di tempat-tempat gelap, lembab

dan sedikit angin, misalnya di bawah furniture, benda-benda yang

tergantung seperti baju dan gorden, serta di dinding.[14]

4. Jarak terbang

Penyebaran nyamuk Aedes aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh

beberapa faktor termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi

tempatnya terbatas sampai jarak 100 meter dari lokasi kemunculan. Akan

tetapi, penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan bahwa nyamuk ini

dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari

tempat bertelur.[17]

F. Habitat

Densitas nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk

memprediksi potensi penularan arbovirus namun sangat sulit dilakukan.[18] Ae

aegypti dan Ae albopictus merupakan nyamuk yang liar dan sangat lincah

sehingga sangat sulit ditangkap. Kedua spesies beristirahat (bersembuyi) di

tempat yang berbeda. Ae aegypti di dalam rumah (indoors) sedangkan Ae

albopictus di luar rumah (outdoors), bahkan pada tempat-tempat yang tidak

terjangkau.[19]

G. Faktor Lingkungan Fisik yang Mempengaruhi Nyamuk Aedes aegypti

1. Suhu

Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti dimana nyamuk

dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10oC) tetapi proses

metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila suhu sampai di bawah

suhu (4,5oC) pada suhu yang lebih tinggi dari 350C mengalami

keterbatasan proses fisiologis. Suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk

berkisar antara 25o – 27oC. Suhu udara mempengaruhi perkembangan virus

dalam tubuh nyamuk.[14]

Page 4: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

2. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara

yang dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap air yang besar

maka daya penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk

menggunakan pipa udara (trachea) dengan lubang-lubang pada dinding

tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka lebar tanpa ada

mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah menyebabkan

penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan tubuh.

Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi

umur nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan

menggigit, istirahat dan lain-lain.[14]

H. Pengendalian

Pengendalian nyamuk dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Pengendalian secara mekanik

Cara ini dapat dilakukan dengan mengubur kaleng-kaleng bekas atau

tempat-tempat sejenis yang dapat menampung air hujan dan membersihkan

lingkungan yang berpotensial dijadikan sebagai sarang nyamuk Aedes

aegypti misalnya got dan potongan bambu. Pengendalian mekanis lain

yang dapat dilakukan adalah pemasangan kelambu dan pemasangan

perangkap nyamuk baik menggunakan cahaya lampu dan raket pemukul.[20

2. Pengendalian secara biologis

Intervensi yang didasarkan pada pengenalan organisme pemangsa, parasit,

pesaing untuk menurunkan jumlah Aedes aegypti. Pengendalian ini biasa

dilakukan dengan memelihara ikan yang relative kuat dan tahan. Misalnya

ikan mujaer di bak atau tempat penampungan air lainnya sehingga sebagai

predator bagi jentik dan pupa.[20]

3. Pengendalian secara kimia

Penggunaan insektisida secara sembarangan untuk pencegahan dan

pengontrolan infeksi dengue harus dihindari. Selama periode sedikit atau

tidak ada aktifitas virus dengue, tindakan reduksi sumber secara rutin yang

Page 5: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

diuraikan dalam bagian metode pelaksana lingkungan dapat dipadukan

dengan penggunaan larvasida dalam wadah yang tidak dapat dibuang di

tutup, diisi atau ditangani dengan cara lain. Untuk pengendalian emergensi

menekan epidemik virus dengue atau untuk mencegah ancaman wabah,

suatu program penghancuran yang tepat dan pasif terhadap Aedes aegypti

harus dilakukan dengan insektisida.[20]

Jenis-jenis insektisida yang digunakan dalam pemberantasan demam

berdarah dengue adalah :

a. Golongan hidrokarbon/organoklorin antara lain : DDT, Dieldrin, Endrin.

b. Golongan organophosphate antara lain : Malathion, Fenitrothion,

Temefos.

c. Golongan karbamat antara lain : Propoxur, Karbamil, Bendiocarb.

d. Golongan piretrum/sintetik piretroid antara lain : Permethrin,

Delmamethrin, Cyhalothrin.

Penggunaan insektisida tersebut dapat dilakukan dengan cara Indoor

Residual Spraying, Knock down effect dengan pengabutan atau untuk

pencelupan kelambu. Organoklorin terutama DDT dan Dieldrin biasanya

digunakan secara IRS, karena memiliki sifat residual efek yang lama, sekitar 6

bulan.

Hal-hal yang menguntungkan dari pemakaian kelambu yang sudah

dicelup dengan insektisida antara lain :

1) Cara pencelupan kelambu sederhana dan mudah.

2) Dapat menurunkan transmisi demam berdarah dengue karena nyamuk

yang hinggap akan mati.

3) Juga efektif membunuh serangga lainnya seperti lipas, kutu busuk, lalat

rumah dan semut.

4) Dapat memberikan perlindungan yang cukup lama.

Cara tersebut adalah pencelupan biasa, kelambu dimasukkan kantong

plastik dituang suspense insektisida dan diremas-remas serta kelambu

Page 6: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

direntang. Hasil penelitian Barodji, dkk menunjukkan bahwa efikasi residu

insektisida permethrin 100 EC pada kelambu paling baik dengan cara aplikasi

celup.

I. Insektisida

Insektisida adalah bahan-bahan kimia yang digunakan untuk

memberantas serangga. Berdasarkan stadium serangga yang dibunuhnya maka

insektisida dibagi menjadi imagosida yang ditujukan kepada serangga serta

ovisida yang ditujukan untuk membunuh telurnya.[21]

Berdasarkan susunan kimia pyrethroid sintetik merupakan senyawa-

senyawa yang struktur kimianya seperti piretrin yang berasal dari tumbukan.

Senyawa-senyawa golongan ini sangat stabil dari cahaya dan menunjukkan

efikasi yang lebih tinggi terhadap serangga dan pada umumnya toksisitasnya

terhadap mamalia lebih rendah dibandingkan dengan insektisida lainnya.

Bekerja terutama secara kontak dan tidak sistemik. Contoh senyawa ini adalah

permethrin, tetramethrin, fenitrin dan lain-lain.

J. Permethrin

Permethrin yang digunakan oleh program P2M dalam pemberantasan

dengan merk Dagang Permanet 100 EC adalah insektisida baru yang

menunjukkan aktifitas tinggi terhadap serangga pengganggu kesehatan

masyarakat. Insektisida jenis ini memiliki spektrum yang luas (Broad

spectrum) baik terhadap serangga terbang maupun terhadap serangga merayap

termasuk lalat, nyamuk dan kecoa. Keunggulan lainnya permethrin lebih

stabil terhadap sinar ultra violet dibanding insektisida piretroid sejenisnya.

Daya racun permethrin terhadap mamalia yang rendah juga memberikan rasa

aman kepada petugas kesehatan maupun kepada masyarakat pada umumnya.

Permethrin tidak terakumulasi dalam lingkungan dan sering untuk

mengendalikan serangga yang telah resisten terhadap insektisida jenis

organophospat dan organoclorin

Page 7: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

1. Cara kerja

Insektisida permethrin sebagai racun kontak bekerja dengan cara

mencegah ion sodium melewati celah sodium dalam selaput membran

sehingga menghambat perintah pada implus syaraf. Oleh karena itu

diharapkan tubuh nyamuk harus kontak dengan media yang memiliki

residu insektisida racun kontak.

Keuntungan dari penggunaan insektisida permethrin yaitu :

a. Efektif mengendalikan nyamuk Aedea aegypti

b. Bekerja cepat pada sasaran

c. Hemat, dosis aplikasi yang rendah

d. Murah dan sangat efektif pada dosis rendah

e. Residu dapat bertahan sampai 6 bulan

f. Aman karena toksisitas yang rendah bagi manusia

g. Tidak berbau dan tidak menimbulkan efek merugikan pada

manusia.[22]

2. Dosis

dosis yang diperlukan dalam pengendalian vektor nyamuk maupun

serangga lainnya di dalam ruangan yaitu indoor Residual Spraying(IRS)

dengan insektisida permethrin yaitu dosis 4 ml/m2.

3. Serangga sasaran

Permethrin merupakan racun yang dipergunakan untuk membunuh

serangga di dalam ruangan maupun di lapangann jenis-jenis serangga

sasaran yang dapat berupa nyamuk, kecoa , tikus, lalat, kumbang dan

hama lainnya dengan dosis masing-masing sasaran berbeda-beda.

4. Efektifitas

Pada aplikasi formulasi dengan penyemprotan terhadap dinding

(IRS), Insektisida ini dapat bertahan 2- 6 bulan. Pada tahun 1962 WHO

merekomendasikan insektisida golongan pyrethroid sintetik (termasuk

permethrin) untuk digunakan dalam pengendalian vektor karena

insektisida ini lebih aman, daya insektisidanya cepat, efikasinya dapat

bertahan 6 bulan.

Page 8: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

5. Efek samping

Insektisida ini mempunyai daya bunuh tinggi dan toksisitas sangat

rendah terhadap mamalia dan organism nontarget, namun bila kontak

yang lama dapat menyebabkan iritasi ringan pada kulit.

K. Model Payung Perangkap Nyamuk

Payung perangkap adalah alat yang menyerupai payung, dengan atap

berupa kain berwarna hitam. Atap payung bagian dalam diberi sirip atau kain

yang digantungkan atau dijahit di sela-sela jeruji, dengan ukuran 40x40 cm.

Kain ini sebagai tempat untuk hinggap dan bersembunyi bagi nyamuk Aedes

aegypti. Atap payung dan sirip-siripnya merupakan satu kesatuan bangunan

payung yang dapat dilepas dari rangkanya untuk dicelup dengan insektisida.

Payung perangkap ini dilengkapi dengan tiang penyangga setinggi 80 cm.

Kain penutup dan sirip-sirip payung dicelup dengan menggunakan insektisida

permethrin.

Adapun gambar model payung perangkap nyamuk sebagai berikut:

kandang perangkap nyamuk payung perangkap nyamuk

Gambar. 2.1. kandang dan payung perangkap nyamuk

L. Cara Pencelupan

Memasukkan kain hitam berbahan kaos, kain hitam berbahan katun,

kain lurik berbahan kaos, dan kain lurik berbahan katun berdasarkan larutan

insektisida dimasukkan dalam kantong plastik kemudian dituang suspensi

Page 9: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

insektisida secara perlahan-lahan, ujung plastik diikat dengan tali rafia.

Selanjutnya kelambu yang ada di dalam kantong plastik ditekan-tekan atau

diremas-remas. Setelah semua insektisida terserap kelambu dikeluarkan dan

diletakkan di atas plastik dibiarkan kering pada suhu kamar (tidak terkena

matahari) dengan cara dibentang di atas lantai yang di alas plastik.

Berdasarkan ketentuan WHO (1989), bahwa suatu insektisida

dikatakan efektif bila mampu mematikan nyamuk uji di atas 70. Menurut

Komisi Pestisida bahwa insektisida dikatakan efektif bila persentase kematian

nyamuk uji di atas 90%.

Kriteria penilai keefektifan suatu insektisida efektif, toleran atau

resisten diukur dengan tingkat kematian setelah 24 jam pengamatan sebagai

berikut:

1) Efektif apabila nyamuk yang diuji 99 – 100%

2) Toleran apabila kematia nyamuk antara 80 – 98%

3) Resistensi apabila kematian nyamuk <80%

Page 10: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

M. Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori di atas, dapat disusun kerangka teori sebagai

berikut :

Sumber : Ditjen P2M & PLP DepKes RI

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Di dalam rumah

Tempat untuk beristirahat

Tempat untuk mencari darah

Tempat untuk berkembangbiak

Larvasida

Kain berinsektisida

Telur

Nyamuk dewasa

Pupa

Larva/ jentik

Kematian nyamuk Aedes aegypti

- Suhu - Kelembaban

Di luar rumah Di luar rumah

Page 11: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti

N. Kerangka Konseptual

Mengacu kepada kerangka teori yang telah dipaparkan, kerangka konsep

dalam penelitian adalah :

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

O. Hipotesis

1. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain

hitam bahan kaos.

2. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain

hitam bahan katun.

3. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain

lurik bahan kaos.

4. Ada nyamuk yang mati terperangkap pada payung perangkap dengan kain

lurik bahan katun.

5. Ada perbedaan jumlah nyamuk yang mati terperangkap pada masing-

masing jenis kain payung perangkap nyamuk.

Model payung perangkap nyamuk:

Variabel Bebas

Kematian Nyamuk Aedes aegypti

Variabel Terikat

1. Kain hitam bahan kaos

2. Kain hitam bahan katun

3. Kain lurik bahan kaos

4. Kain lurik bahan katun

Variabel Terkendali

Suhu

Kelembaban

Kepadatan nyamuk Aedes aegypti

Page 12: siklus hidup aedes aegypti, pencegahan, penatalaksanaan dan cara pemeliharaan nyamuk aedes agypti