44
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengatar Diabetes Melitus Diabetes merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukoda secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa tersebut dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Dalam hal ini hormone insulin yang diproduksi di hati, sangat berpengaruh dalam mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan cara mengatur produksi dan penyimpanannya. Secara umum, diabetes digolongkan menjadi dua, yaitu tipe 1 (karena insulin) dan tipe 2 (bukan karena insulin). Pada orang dengan diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulinnya. Keadaan inilah yang nantinya menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan komplikasi 1

SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengatar Diabetes Melitus

Diabetes merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukoda secara normal bersirkulasi dalam

jumlah tertentu dalam darah. Glukosa tersebut dibentuk di hati dari makanan yang

dikonsumsi. Dalam hal ini hormone insulin yang diproduksi di hati, sangat berpengaruh

dalam mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan cara mengatur produksi dan

penyimpanannya.

Secara umum, diabetes digolongkan menjadi dua, yaitu tipe 1 (karena insulin) dan

tipe 2 (bukan karena insulin). Pada orang dengan diabetes, kemampuan tubuh untuk bereaksi

terhadap insulin dapat menurun, atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi

insulinnya. Keadaan inilah yang nantinya menimbulkan hiperglikemia yang dapat

mengakibatkan komplikasi metabolic akut seperti diabetes ketoasidosis dan sindrom

hiperglikemik hyperosmolar nonketotik (HHNK). Hiperglikemia jangka panjang dapat ikut

menyebabkan komplikasi mikrovaskuler yang kronis (penyakit ginjal dan mata) dan

komplikasi neuropati (penyakit pada saraf). Diabetes juga disertai dengan peningkatan

insiden penyakit makrovaskuler yang mencakup infark miokard, stroke, dan penyakit

vaskuler perifer.

1.2 Tujuan

1

Page 2: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

1.2.1 Untuk mengetahui konsep dasar penyakit DM type 1 (definisi, etiologi, patofisiologi,

manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, prognosis).

1.2.2 Untuk mengetahui prinsip terapi kondisi klien di atas (cairan dan elektrolit, insulin,

dan penanganan infeksi).

1.2.3 Untuk mengetahui pathway diabetes mellitus tipe 1 pada klien dalam kasus.

1.2.4 Untuk mengetahui asuhan keperawatan untuk kasus klien.

BAB II

PEMBAHASAN

Kasus:

Seorang anak usia 7 tahun, BB + 25 kg dibawa ke IRD dalam kondisi penurunan kesadaran.

Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran somnolen, nafas cepat, dalam, ireguler, nafas bau

aseton, mukosa bibir kering, turgor lambat, CRT 3 detik. HR: 98x/menit, TD: 80/70 mmHg, RR:

35x/menit. Dari hasil anamnesa klien dinyatakan mengalami muntah-muntah sejak 2 hari SMRS

dan klien memiliki riwayat DM type 1 sejak 3 tahun terakhir. Klien dikatakan terus mengalami

penurunan BB sejak terdiagnosis DM. Hasil pemeriksaan laboratorium: GDS > 325 mg/dL,

analisis gas darah: pH: 7,00, PaCO2: 48 mmHg, PaO2: 75 mmHg, HCO3: 12mEq/L, dan SaO2:

85%.

1. Jelaskan konsep dasar penyakit DM type 1 (definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan penunjang, komplikasi, prognosis)!

Pembahan:

a. Definisi

Diabetes tipe 1 adalah diabetes mellitus yang tergantung pada insulin (insulin

dependent diabetes mellitus/IDDM). Pada diabetes jenis ini, sel-sel beta pancreas yang

dalam keadaan normal menghasilkan hormone insulin dihancurkan oleh suatu proses

autoimun. Sebagai akibatnya, penyuntikan insulin sangat diperlukan untuk

2

Page 3: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

mengendalikan kadar glukosa darah. Onset diabetes tipe 1 biasanya dimulai pada umur

sekitar 14 tahun di Amerika Serikat, dan oleh sebab itu, diabetes ini sering disebut

dengan diabetes mellitus juvenilis.

b. Etiologi

Diabetes tipe 1 ditandai dengan oleh penghancuran sel-sel beta pancreas.

Kombinasi factor genetic, imunologi, dan factor lingkungan diperkirakan turut

menimbulkan destruksi sel beta.

Penderita diabetes tidak mewarisi sendiri diabetes tipe 1 itu, tetapi mewarisi suatu

predisposisi atau kecenderungan genetic kea rah terjadinya diabetes tipe 1.

Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA

(human leucocyte antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung

jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 95% pasien yang berkulit putih

(Caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik, yaitu DR3

atau DR4. Resiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat tiga hingga lima kali lipat pada

individu yang memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. resiko tersebut meningkat

sampai sepuluh hingga dua puluh kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3

maupun DR4 (jika dibandingkan dengan populasi umum).

Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respons otoimun. Respons ini

merupakan respons abnormal di mana antibody terarah pada jaringan normal tubuh

dengan cara bereaksi terhadap jaringan normal tersebut yang dianggapnya seolah-olah

sebagai jaringan asing. Factor lingkungan juga memungkinkan adanya proses

penghancuran sel-sel beta, di mana virus atau toksin tertentu dapat memicu proses

otoimun yang menimbulkan destruksi sel beta. Pada manusia, epidemi parotitis, infeksi

rubella, dan koksakievirus telah dikaitkan dengan insiden diabetes mellitus tipe 1. Virus

ini mungkin bekerja secara langsung menghancurkan sel-sel beta, dengan menetap di

dalam sel-sel beta pancreas sebagai infeksi virus lambat, atau dengan memicu respons

imun yang luas ke beberapa jaringan endokrin.

3

Page 4: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

c. Patofisiologi

Sebelumnya sudah dikatakan bahwa insulin merupakan komponen penting dalam

pengaturan kadar glukosa darah. Insulin ini disekresikan oleh sel-sel beta yang

merupakan salah satu dari empat tipe sel dalam pulau-pulau Langerhans pancreas. Insulin

merupakan hormone anabolic atau hormone untuk menyimpan kalori. Apabila seseorang

makan makanan yang mangandung karbohidrat, sekresi insulin akan meningkat dan

menggerakan glukosa ke dalam sel-sel otot, hati, serta lemak. Dalam sel-sel tersebut

insulin menimbulkan efek-efek berikut:

- Menstimulasi penyimpanan glukosa dalam hati dan otot (dalam bentuk glikogen).

- Meningkatkan penyimpanan lemak dari makanan dalam jaringan adipose.

- Mempercepat pengangkutan asam-asam amino yang berasal dari protein makanan ke

dalam sel.

Insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein dan lemak yang disimpan.

Selama puasa (antara jam-jam makan dan pada saat tidur malam), pancreas akan

melepaskan secara terus-menerus dalam jumlah kecil insulin bersama dengan hormone

pancreas lain yang disebut glucagon. Insulin dan glucagon secara bersama-sama

mempertahankan kadar glukosa yang konstan dalam darah dengan menstimulasi

pelepasan glukosa dari hati.

Pada mulanya, hati menghasilkan glukosa melalui pemecahan glikogen

(glikogenolisis). Setelah 8 hingga 12 jam tanpa makanan, hati membentuk glukosa dari

pemecahan zat-zat selain karbohidrat yang mencakup asam amino (glukoneogenesis).

Pada diabetes tipe 1 ini, terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin

karena sel-sel beta pancreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Di samping itu,

glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap

berada dalam darah.

Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa

yang disimpan) dan gluconeogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino

serta substansi lainnya), namun pada penderita defisiensi insulin proses ini akan terjadi

tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu, akan

terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang

4

Page 5: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang

mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.

d. Manifestasi klinis

Ketoasidosis dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen,

mual, muntah, hiperventilasi, nafas bau aseton, dan bila tidak ditangani akan

menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Diabetes tipe 1 ini dapat

timbul tiba-tiba dalam waktu beberapa hari atau minggu, dengan tiga gejala sisa yang

utama, yaitu (1) naiknya kadar glukosa darah; (2) peningkatan penggunaan lemak sebagai

sumber energy dan untuk pembentukan kolesterol oleh hati; (3) berkurangnya protein

dalam tubuh.

Jika konsentrasi dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali

semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine

(glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini

akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan

diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan

mengalami peningkatan dalam berkemih (polyuria). Selain itu, penderita juga akan

mengalami rasa haus (polydipsia) akibat volume cairan yang sangat besar dan keluarnya

air menyebabkan dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel

mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma yang hipertonik (konsentrasi tinggi).

Dehidrasi intrasel ini akan menstimulasi pengeluaran hormone anti-diuretik

(ADH/vasopressin) dan menimbulkan rasa haus. Defisiensi insulin juga akan

mengganggu metabolism protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat

badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat

menurunnya simpanan kalori. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme

protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa

sebagai energy. Aliran darah yang buruk pada pasien dengan diabetes kronis juga dapat

mengalami kelelahan.

e. Pemeriksaan penunjang

5

Page 6: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

- Kadar glukosa darah puasa, di mana adanya kadar glukosa darah meningkat secara

abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosis diabetes. Kadar

gula darah plasma pada waktu puasa (gula darah nuchter) yang besarnya di atas 140

mg/dL (SI: 7,8 mmol/L) atau kadar glukosa darah sewaktu (gula darah random) yang

diatas 200 mg/dL (SI: 11,1 mmol/L) pada satu kali pemeriksaan atau lebih merupakan

kriteria diagnostic penyakit diabetes. Jika kadar gula darah puasanya normal atau

mendekati normal, penegakan diagnosis harus berdasarkan tes toleransi glukosa.

- Tes toleransi glukosa oral, merupakan pemeriksaan yang lebih sensitif daripada tes

toleransi glukosa intravena yang hanya digunakan dalam situasi tertentu. Dalam hal

ini, ada beberapa factor yang memengaruhi tes toleransi glukosa oral, yang mencakup

metode analisis, sumber specimen (darah utuh, plasma atau serum, darah kapiler atau

vena), diet, tingkat aktivitas, lama tirah baring, adanya penyakit kronis, pengobatan,

dan jumlah glukosa yang dikonsumsi.

- Tes glukosa urine, merupakan tes kuantitatif laboratorium yang dapat digunakan

untuk menentukan jumlah glukosa yang hilang dalam urine. Pada umumnya, jumlah

glukosa yang dikeluarkan dalam urine orang normal sukar untuk dihitung, sedangkan

pada kasus diabetes, glukosa yang dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak

sekali, sesuai dengan berat penyakit dan asupan karbohidratnya.

- Pernapasan aseton, yang sangat meningkat pada pasien diabetes yang berat. Aseton

bersifat mudah menguap dan dikeluarkan dalam udara ekspirasi. Akibatnya seseorang

seringkali dapat membuat diagnose diabetes mellitus tipe 1 hanya dengan mencium

bau aseton pada napas pasien.

f. Komplikasi

- Kerusakan pada system kardiovaskular, di mana diabetes jangka panjang memberikan

dampak yang parah ke system kardiovaskular, yang dipengaruhi oleh diabetes

mellitus kronis. Terjadi kerusakan mikrovaskular di arteriol kecil, kapiler, dan venula.

Kerusakan mikrovaskular terjadi di arteri besar dan sedang. Semua organ dan

jaringan tubuh akan terkena akibat dari gangguan mikro dan makrovaskular ini.

Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penebalan membrane basal pembuluh-

6

Page 7: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

pembuluh kecil. Penebalan mikrovaskular menyebabkan iskemia dan penurunan

penyaluran oksigen dan zat gizi lain ke jaringan. Selain itu, hemoglobin terglikosilasi

memiliki afinitas terhadap oksigen yang lebih tinggi sehingga oksiigen terikat lebih

erat ke molekul hemoglobin. Hal ini menyebabkan ketersediaan oksigen untuk

jaringan berkurang. Asidosis menyebabkan penurunan 2,3-difosfogliserat sel darah

merah, yang juga menyebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terhadap oksigen

sehingga semakin kecil kemungkinan jaringan teroksigenasi secara adekuat. Hipoksia

kronis, dapat merusak atau menghancurkan sel, juga menyebabkan hipertensi karena

jantung dipaksa untuk meningkatkan curah jantung sebagai usaha untuk menyalurkan

lebih banyak oksigen ke jaringan yang iskemik.

- Ketoasidosis diabetic merupakan komplikasi akut yang hampir selalu hanya dijumpai

pada penderita diabetes mellitus tipe 1, yang ditandai dengan perburukan semua

gejala diabetes. Pada ketoasidosis diabetic, kadar glukosa darah meningkat dengan

cepat akibat gluconeogenesis dan peningkatan penguraian lemak yang progesif. Pada

ketosis (peningkatan keton), pH turun di bawah 7,3, sehingga menyebabkan asidosis

metabolic dan menstimulasi hiperventilasi, yang disebut pernapasan Kussmaul.

- Hipoglikemia, yang biasanya didapat setelah melakukan injeksi insulin. Gejala yang

mungkin terjadi adalah kehilangan kesadaran, bahkan koma ketika mengalami

hipoglikemia yang berat. Pasien diabetes mellitus tipe 1 yang terkontrol ketat, yaitu

pasien yang melakukan injeksi insulin multiple sepanjang hari dan mempertahankan

kadar HbA1c sama atau kurang dari 7%, meningkatkan resiko untuk mengalami

hipoglikemia. Oleh karena itu, manfaat kadar HbA1c yang baik harus diseimbangkan

dengan resiko hipoglikemia.

- Efek Somogyi, merupakan komplikasi akut yang ditandai dengan penurunan unik

kadar glukosa darah di malam hari, kemudian di pagi hari kadar glukosa kembali

meningkat. Penyebab hipoglikemia malam hari ini kemungkinan besar berkaitan

dengan penyuntikan insulin di sore harinya. Hipoglikemia itu sendiri kemudian

menyebabkan peningkatan glucagon, katekolamin, kortisol, dan hormone

pertumbuhan. Hormone ini menstimulasi gluconeogenesis sehingga pada pagi hari

terjadi hiperglikemia.

7

Page 8: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

- Fenomena Fajar (down phenomenon) adalah hiperglikemia pada pagi hari (antara jam

5 dan 9 pagi) yang tampaknya disebabkan oleh peningkatan sirkadi kadar glukosa di

pagi hari. Hormone-hormon yang memperlihatkan variasi sirkadian pada pagi hari

adalah kortisol dan hormone pertumbuhan, yang keduanya merangsang

gluconeogenesis.

- Gagal ginjal, merupakan komplikasi jangka panjang dari diabetes ini. Lesi-lesi

sklerotik nodular, yang disebut nodul Kimmelstiel-Wilson, terbentuk di glomerulus

sehingga akan menghambat aliran darah dan kemudian merusak nefron. Glomerulus

yang melebar akibat lesi, akan mulai mengalami kebocoran protein ke urine.

Meskipun jumlah protein yang hilang bersama urine dalam jumlah yang sedikit,

namun kerusakan terus berlanjut, dan siklus umpan balik positif terus terjadi.

Kebocoran protein yang menembus glomerulus selanjutnya akan merusak nefron,

sehingga akan lebih banyak protein yang keluar bersama urine. Pada akhirnya,

proteinuria yang bermakna terjadi, yang berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal

dan angka harapan hidup. Dengan memburuknya fungsi ginjal, kemampuan untuk

mensekresi ion hydrogen ke dalam urine akan menurun. Penurunan pembentukan

vitamin D oleh ginjal menyebabkan defisiensi sel darah merah dan anemia.

- Diabetes mellitus juga merusak system saraf perifer, termasuk komponen sensorik

dan motoric divisi somatic dan otonom. Penyakit saraf yang disebabkan oleh diabetes

mellitus ini disebut dengan neuropati diabetic, yang terjadi akibat hipoksia kronis sel-

sel saraf yang kronis serta efek dari hiperglikemia, termasuk hiperglikosilasi protein

yang melibatkan fungsi saraf. Sel-sel penunjang saraf, terutama sel Schwann, mulai

menggunakan metode alternative untuk mengatasi beban peningkatan glukosa kronis,

yang pada akhirnya menyebabkan demielinisasi segmental saraf perifer.

g. Prognosis

Diabetes mellitus tipe 1 bukan merupakan penyakit benigna. Pada suatu penelitian yang

lama terhadap 45 anak berumur kurang dari 12 tahun pada saat didiagnosis, ada beberapa

kematian dalam 10-25 tahun diagnosis; tiga dapat dianggap langsung diabetes, dan dua

karena bunuh diri; tiga penderita mencoba bunuh diri tetapi gagal. Komplikasi visual,

8

Page 9: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

ginjal, neuropati dan lainnya relative sering. Pengenalan alat portable yang dapat

deprogram untuk memberikan infus insulin terus-menerus merupakan satu pendekatan

terhadap penyelesaian masalah jangka panjang ini.

2. Jelaskan prinsip terapi kondisi klien di atas (cairan dan elektrolit, insulin, dan

penanganan infeksi)!

Pembahasan:

a. Cairan dan elektrolit

Penambahan volume intravaskuler yang berkurang dan koreksi kurangnya

cadangan cairan dan elektrolit adalah paling penting dalam pengobatan diabetes mellitus,

khususnya bila mengalami ketoasidosis diabetic (KAD). Berdasarkan kasus klien di atas,

harus ditekankan bahwa insulin eksogen sangat penting untuk menghentikan

dekompensasi metabolic lebih lanjut. Mukosa bibir kecing, turgor lambat, dan muntah-

muntah merupakan indikasi bahwa klien di atas mengalami dehidrasi. Dehidrasi biasanya

sekitar 10%; terapi cairan awal dapat didasarkan pada perkiraan ini, dengan penyesuaian

lebih lanjut bersama dengan data klinis dan laboratorium. Cairan hidrasi awal haruslah

salin isotonis (0,9%). Dalam hal ini, penurunan osmolalitas diharapkan bertahap karena

penurunan yang terlalu cepat dihubungkan dengan terjadinya edema otak, salah satu dari

komplikasi utama dari terapi diabetes pada anak. Karena alasan yang sama, kecepatan

penggantian cairan disesuaikan dengan memberikan hanya 50-60% deficit yang

diperkirakan dalam 12 jam pertama, kemudian sisanya 40-50% diberikan selama 24 jam

berikutnya. Juga, pemberian glukosa (5% larutan dalam 0,2 Normal Salin) diberikan

ketika kadar glukosa darah mendekati 300 mg/dL agar membatasi penurunan osmolalitas

serum dan mengurangi resiko berkembangnya edema otak.

Pemberian kalium (K+) harus dimulai sejak awal. Kalium tubuh total dapat sangat

berkurang selama asidosis, walaupun kadar kalium normal serum normal atau meningkat.

Sementara kalium berpindah dari tempat intraseluler ke ekstraseluler selama asidosis,

sebaliknya terjadi selama koreksi asidosis, terutama ketika insulin eksogen dan glukosa

tersedia dalam sirkulasi. Pergerakan kalium ini kembali ke ruang-ruang intraseluler dapat

menyebabkan hypokalemia yang mengancam kehidupan. Karenanya, setelah penggantian

9

Page 10: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

cairan awal sekitar 20 mL/kg salin isotonis (0,9%) diberikan, kalium harus ditambahkan

pada infusan berikutnya jika curah urine cukup. Dalam hal ini, kadar kalium serum harus

dimonitor secara berkala.

 Kira-kira kebutuhan

rumatan Kira-kira  setiap hari* jumlah kehilanganǂ

Air 1500 mL/m2100 mL/kg (kisaran 60-100 mL/kg)

Natrium 45 mEq/m2 6 mEq/kg (kisaran 5-13 mEq/kg)Kalium 35 mEq/m2 5 mEq/kg (kisaran 4-6 mEq/kg)Klorida 30 mEq/m2 4 mEq/kg (kisaran 3-9 mEq/kg)Fosfat 10 mEq/m2 3 mEq/kg (kisaran 2-5 mEq/kg)

b. Insulin

Penyuntikan insulin sering dilakukan dua kali per hari (atau bahkan lebih sering

lagi) untuk mengendalikan kadar glukosa darah sesudah makan dan pada malam hari.

Karena dosis insulin yang diperlukan juga tergantung pada masing-masing pasien, maka

pemantauan kadar gluksoa darah yang akurat sangatlah penting.

Tipe pemberian insulin yang digunakan oleh seorang pasien bervariasi menurut

berbagai factor. Sebagai contoh, pengetahuan pasien, kemauan, tujuan yang hendak

dicapai, status kesehatan, dan kemampuan secara finansial, semuanya ini dapat

memengaruhi keputusan yang menyangkut pemberian insulin. Selain itu, filosofi dokter

tentang pengendalian kadat glukosa darah dan ketersediaan alat serta staf pendukung

dapat pula memengaruhi keputusan yang berkaitan dengan terapi insulin.

Namun, secara umum insulin dapat diberikan melalui infus intravena terus-menerus

mulai dengan jamm kedua terapi cairan. Karena glukosa darah dapat menurun secara dramatis 10

Tabel 1 Rumatan Cairan dan Elektrolit: Kebutuhan dan Kehilangan yang Diperkirakan pada Ketoasidosis DiabetikDikutip dari Behrman, R.E., Kliegman, R.M., dan Arvin, A.M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC.Keterangan:* Rumatan dinyatakan pada daerah permukaan untuk menentukan keseragaman karena

kebutuhan cairan berubah bila berat badan naik.ǂ Kehilangan dinyatakan per unit berat badan karena kehilangan tetap relative konstan dalam

kaitannya dengan berat badan total.

Page 11: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

dengan hanya terapi cairan, dosis pembebanan intravena seharusnya 0,05 U/kg/jam insulin

reguler. Setelah jumlah insulin untuk 6-8 jam pertama dihitung, jumlah ini ditambahkan pada

250- atau 500- mL botol 0,9% garam fisiologis.

Glukosa DarahDosis Insulin

TotalDosis

Intravena

Dosis Intramuskuler Frekuensiatau Subkutan

> 600 mg/dL 1 U/kg 0,5 U/kg 0,5 U/kg setiap 2 - 4 jam300 - 600 mg/dL 0,5 U/kg 0,25 U/kg 0,25 U/kg setiap 2 - 4 jam

c. Penanganan infeksi

Kadar glukosa darah yang tinggi dapat mengganggu fungsi kekebalan tubuh dalam

menghdapai masuknya jumlah bakteri atau kuman, sehingga para penderita diabetes

mudah untuk terkena infeksi. Keadaan ini juga bisa merusak system saraf, sehingga

mengurangi kepekaan pesien terhadap infeksi. Oleh karena itu, pengobatan terpenting

dalam menangani masalah ini adalah dengan memberikan antibiotic yang sesuai dengan

jenis dan letak infeksi, untuk membunuh kuman atau mikroorganisme yang masuk.

3. Susunlah pathway untuk kasus klien di atas!

Pembahasan:

Di lampiran.

4. Buatlah asuhan keperawatan untuk kasus klien di atas!

a. Pengkajian

- Riwayat adanya factor resiko, yang meliputi:

Riwayat keluarga tentang penyakit.

Kegemukan.

Riwayat pankreatitis kronis.

Riwayat lahir lebih dari dari Sembilan pon.

11

Tabel 2 Regimen Insulin Intermitten untuk Ketoasidosis DiabetikDikutip dari Behrman, R.E., Kliegman, R.M., dan Arvin, A.M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Volume 3. Jakarta: EGC.

Page 12: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Riwayat glukosuria selama stress (pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau

terapi obat (glukokortikosteroid, diuretic tiazid).

- Kaji terhadap manifestasi diabetes mellitus, yang meliputi:

Poliuria (akibat dari diuresis osmotic bila ambang ginjal terhadap reabsorbsi

glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal).

Polidipsi (disebabkan oleh dehidrasi dari polyuria).

Polifagia (disebabkan oleh kebutuhan energy dari perubahan sintesis protein dan

lemak).

- Pemeriksaan diagnostic, yang meliputi:

Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200 mg/dL).

Gula darah puasa (FBS) normal atau di atas normal.

Essei hemoglobin glikolisat di atas rentang normal. Tes ini mengukur persentase

glukosa yang melekat pada hemoglobin, dengan rentang normal adalah 5-6%.

Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. Pada respons terhadap defisiensi

intraselular, protein dan lemak telah diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis)

untuk energy.

Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan

ketidakadekuatan control glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya

aterosklerosis.

- Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostic, dan

tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.

- Kaji perasaan pasien tentang kondisinya.

- Analisis data berdasarkan kasus

Anak di atas memiliki kesadaran somnolen, yang berarti ia mengalami penurunan

kesadaran di mana anak tersebut masih bisa dibangunkan dengan rangsangan

biasnya tetapi ia akan segera tertidur kembali bila rangsangan dihentikan.

Nafas cepat, dalam, ireguler, mengindikasikan bahwa anak memerlukan pasokan

oksigen yang adekuat.

Nafas bau aseton, merupakan salah satu ciri penderita diabetes yang gulanya tidak

terkontrol, akibat dari pemecahan asam keton.

12

Page 13: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Mukosa bibir kering, dan turgor lambat, menandakan anak tersebut mengalami

dehidrasi.

CRT 3 detik (tidak normal karena normalnya adalah < 2 detik).

HR: 98x/menit, menandakan anak tersebut memiliki frekuensi jantung normal

(anak dengan umur 2-10 tahun memiliki rentang normal 70-110 x/menit).

TD: 80/70 mmHg, yang berarti anak tersebut memiliki tekanan darah yang cukup

tinggi (anak umur 5-10 tahun memiliki nilai tekanan darah normal 100/60

mmHg).

RR: 35x/menit, menandakan anak tersebut memiliki frekuensi napas yang cepat

(anak usia 5-10 tahun memiliki nilai normal RR dengan rentang 15-30 x/menit).

Dari hasil anamnesa klien dinyatakan mengalami muntah-muntah sejak 2 hari

SMRS, berarti dehidrasi sudah terjadi sejak dua hari SMRS.

Klien memiliki riwayat DM type 1 sejak 3 tahun terakhir.

Klien dikatakan terus mengalami penurunan BB sejak terdiagnosis DM, berarti

klien mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Hasil pemeriksaan laboratorium: GDS > 325 mg/dL (melebihi batas normal),

karena nilai normal darah sewaktu adalah 70-110 mg/dL.

Analisis gas darah: pH: 7,00 (normal)

PaCO2: 48 mmHg (tidak normal). PaCO2 adalah menunjukan kadar CO2 dalam

darah, yang memiliki batas normal 35-40 mmHg.

PaO2 (kadar darah arteri): 75 mmHg (normal)

HCO3: 12mEq/L (tidak normal/terlalu rendah). Kadar normalnya adalah 22-26

mEq/L.

dan SaO2: 85%, yang berarti kadar oksigen yang terikat hemoglobin hanya 85%,

padahal nilai normal untuk SaO2 adalah sama atau lebih dari 95%.

b. Diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi

A. Dx: Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan

13

Page 14: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan perawatan

selama 2 x 24 jam diharapkan

pasien tahu mengenai

penyakit yang dideritanya,

dengan criteria hasil:

NOC Label: Knowledge:

Diabetes Management

a. Pasien tahu mengenai

penyebab dan factor

yang berkontribusi dari

penyakit diabetes melitus

tipe 1. (skala 3)

b. Pasien tahu mengenai

tanda dan gejala awal

dari penyakit diabetes

melitus tipe 1. (skala 3)

c. Pasien paham mengenai

peran diet dalam

mengontrol kadar

glukosa darah (skala 4)

d. Pasien tahu peran latihan

untuk mengontrol kadar

glukosa dalam darah

(skala 3)

e. Pasien tahu mengenai

hiperglikemia dan gejala

yang berhubungan

dengan hiperglikemia

(skala 3)

NIC Label: Teaching

desease process

a. Jelaskan mengenai

patofisiologi dan

bagaimana hubungannya

dengan anatomi dan

fisiologi tubuh.

b. Tinjau pengetahuan

pasien mengenai

kondisinya.

c. Deskripsikan tanda dan

gejala umum dari

penyakit diabetes

mellitus tipe 1.

d. Tanyakan pada pasien

apa yang telah dilakukan

untuk mengatasi gejala

diabetes mellitus tipe 1

e. Deskripsikan pada

pasien bagaimana proses

dari penyakit diabetes

mellitus tipe 1.

f. Identifikasi penyebab

dari diabetes mellitus

tipe 1.

g. Menyediakan informasi

mengenai kondisi

pasien.

h. Diskusikan perubahan

NIC Label: Teaching

desease process

a. Agar pasien tahu

mengenai penyakit

yang dideritanya.

b. Untuk mengetahui

sejauh mana

pengetahuan pasien

tentang penyaakitnya.

c. Untuk meningkatkan

pengetahuan pasien

tentang penyakitnya.

d. Untuk mengetahui

tindakan apa saja yang

telah dilakukan pasien

untuk menangani

penyakitnya.

e. Untuk meningkatkan

pemahaman pasien

mengenai

penyakitnya.

f. Untuk mengetahui apa

penyebab dari

penyakit pasien.

g. Untuk memudahkan

pasien memperoleh

informasi mengenai

penyakitnya.

h. Untuk mencegah

14

Page 15: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

f. Pasien tahu bagaimana

mencegah hiperglikemia

(skala 3)

g. Pasien tahu tindakan

yang harus dilakukan

untuk menangani

hiperglikemia (skala 3)

h. Pasien tahu mengenai

hipoglikemia dan gejala

yang berhubungan

dengan hipoglikemia

(skala 3)

i. Pasien tahu bagaimana

mencegah hipoglikemia

(skala 3)

j. Pasien tahu bagaimana

menggunakan dengaan

benar obat yang

diresepkan (skala 4)

gaya hidup yang

dibutuhkaan untuk

mencegah komplikasi

dan/atau untuk penyakit

diabetes mellitus tipe 1.

i. Instruksikan paada

pasien mengenai tanda

dan gejala yang harus

dilaporkan pada petugas

kesehatan.

adanya komplikasi.

i. Agar pasien dapat

memperoleh

perawatan jika terjadi

komplikasi atau ketika

mengalami masalah.

Evaluasi:

S : Pasien mengatakan sudah tahu dan lebih memahami mengenai kondisi dan penyakit yang

dideritanya.

O : Pasien tidak kebingungan lagi dan mengikuti prosedur perawatan.

A : Tujuan telah tercapai

P : Lanjutkan intervensi

B. Dx: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual muntah.

15

Page 16: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan 2 x 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi

klien tercukupi, dengan

kriteria hasil :

NOC label : Appetite

a. Klien terstimulasi untuk

makan (skala 4)

b. Klien dapat menikmati

makanan (skala 3)

NOC label : Nutritional

Status

a. Intake nutrisi klien

tercukupi. (skala 4)

b. Intake makanan klien

tercukupi. (skala 4)

c. Intake cairan tercukupi.

(skala 4)

NIC label: Nutrition

Management

a. Mengajarkan pasien

untuk menjaga

kebiasaan makan sesuai

dengan kebutuhan

tubuh dan gaya hidup

sehat.

b. Mengajarkan cara

penyiapan makanan dan

teknik penyajian

makanan yang sehat.

c. Memonitor pemasukan

nutrisi dan kalori klien.

NIC label: Nutrition

Management

a. Untuk menjaga

kestabilan kadar

glukosa darah dan

untuk menjaga berat

badan ideal klien.

b. Agar intake makanan

higienis dan sesuai

dengan kebutuhan

tubuh klien.

c. Agar intake nutrisi dan

kalori dalam porsi yang

sesuai tidak berlebih

ataupun kurang dari

kebutuhan tubuh klien.

Evaluasi:

S : Pasien mengatakan nafsu makannya bertambah dan tidak merasa lemas lagi.

O : Pasien terlihat lebih tenang dan nutrisinya terpenuhi.

A : tujian telah tercapai.

P : Lanjutkan intervensi

C. Dx: Kekurangan volume cairan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan NIC Label : Fluid NIC Label : Fluid

16

Page 17: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

keperawatan selama …x24

jam, diharapkan kebutuhan

cairan px terpenuhi, dengan

kriteria hasil :

NOC Label : Fluid Balance

a. Tekanan darah klien normal

yaitu 80/70 mmHg (skala 4)

b. Denyut nadi arteri radial

normal, yaitu 98x/menit

(skala 4)

c.Intake cairan dalam 24 jam

tidak seimbang, intake =

output, (skala 3)

Management

a. Monitor berat badan

harian klien.

b. Monitor status hidrasi

(membran mukosa,

keadekuatan tekanan

nadi).

c. Instruksikan keluarga

membantu memberikan

asupan makanan sesuai

diet.

d. Monitor intake dan

output cairan tiap 24

jam.

Management

a. Mengetahui derajat

dehidrasi (kalau ada.

b. Indicator keadekuatan

volume sirkulasi.

Hipotensi ortostatik

memiliki resiko jatuh

setelah perubahan

posisi.

c. Meresusuitasi cairan

yang aktif keluar,

memenuhi kebutuhan

cairan harian.

d. Dapat mengetahui

status keseimbangan

cairan klien.

Evaluasi

S : Keluarga klien mengatakan klien mau sedikit minum dan makan

O : Tekanan darah klien, denyut nadi arteri radial klien normal.

A : Tujuan tercapai sebagian.

P : Lanjutkan intervensi.

D. Dx: Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penipisan jaringan integument

dan perubahan status cairan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….x24

jam, diharapkan dapat

NIC label: Skin care

tropical treatment

a. Hindari menggunakan

NIC label: Skin care

tropical treatment

a. Linen tempat tidur yang

17

Page 18: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

memperbaiki integritas kulit

NOC label: Tissue Integrity:

Skin and mucous

membranes

Dengan kriteria hasil:

a. Suhu kuli normal (36,5-

37,5oC

b. Sensasi kulit baik

c. Elastisitas baik

d. Tekstur kulit baik

e. Pertumbuhan rambut

dikulit normal

f. Integritas kulit baik

g. Tidak terdapat pigmentasi

abnormal

h. Tidak terdapat lesi pada

kulit atau mukosa

membrane

i. Tidak terdapat nekrosis

pada kulit

NOC label: Fluid Balance

Dengan kriteria hasil:

a. Tekanan darah pasien

tidak terganggu (5)

b. Berat Badan stabil (5)

c. Turgor Kulit tidak lambat

(5)

d. Mukosa membrane

lembab (5)

linen tempat tidur

yang bertekstur kasar

b. Bersihkan klien

menggunakan sabun

anti bacterial, jika

diperlukan

c. Anjurkan klien

menggunakan pakaian

yang tidak terlalu ketat

d. Jaga linen tempat tidur

bersih, kering dan

bebas kerut

e. Gunakan bahan tempat

tidur yang melindungi

pasien, misalnya kulit

domba

f. Gunakan antibiotic

topical pada area yang

terkelupas

g. Inspeksi kulit pasien

yang berisiko

mengalami kerusakan

setiap hari

h. Dokumentasikan

derajat kerusakan kulit

klien

i. Tambahkan pelembab

pada ruangan dengan

humidifier

NIC label: Medication

kasar akan semakin

memperparah kerusakan

kulit klien saat tidur

b. Sabun anti bacterial ini

berfungsi agar tidak

terjadi infeksi

c. Sebaiknya klien

menggunakan baju yang

tidak ketat agar tidak

terjadi tekanan atau

gesekan kulit yang

terlalu parah

d. Untuk mengindari

kerusakan lebih parah

dan terjadinya infeksi

e. Untuk menghindari

kerusakan integritas

kulit dengan

menggunakan bahan

yang lembut

f. Mencegah infeksi pada

kulit

g. Untuk mengetahui

seberapa parah kulit

klien mengalami

kerusakan sehingga

dapat menentukan

intervensi selanjutnya

h. Untuk mengetahui

seberapa parah kulit

18

Page 19: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

e. Intake dan Ouput 24 jam

seimbang (4)

Administration: Skin

a. Ikuti lima benar

pemberian obat

b. Catat riwayat

kesehatan dan riwayat

alergi pasien

c. Tentukan pengetahuan

pasien mengenai obat-

obatan dan

penggunaan

d. Tentukan Area Kulit

yang akan diberikan

obat

e. Ganti dosis obat

sebelumnya dan

bersihkan kulit

f. Ukur jumlah obat

sistemik yang benar

dioleskan dengan

menggunakan

pengukuran standar

g. Berikan agen topical

yang diresepkan

Monitor efek local,

sistemik dan kerugian

obat

klien mengalami

kerusakan sehingga

dapat menentukan

intervensi selanjutnya

i. Untuk melembapkan

ruangan, sehingga risiko

kerusakan kulit klien

karena kering lebih

minimal

NIC label: Medication

Administration: Skin

a. Agar aman bagi pasien

b. Untuk mengetahui

apakah klien alergi

terhadap obat yang

diberikan atau tidak

c. Untuk menyamakan

persepsi perawat dank

lien mengenai obat

dan penggunaannya

d. Agar obat dilokasinya

di area yang tepat

e. Agar tidak terinfeksi

f. Agar jumlah obat

sesuai dengan area

yang perlu

g. Resep yang benar

akan membuat

intervensi terapeutik

19

Page 20: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Untuk menentukan

intervensi selanjutnya

E. Dx: Kelelahan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan asuhan

keperawatan …. x 24 jam

diharapkan peningkatan

kelelahan fisik klien dapat

teratasi, dengan kriteria hasil :

NOC label : Rest

a. Jumlah istirahat klien

tercukupi.

b. Kualitas istirahat klien

baik.

c. Pola istirahat klien teratur.

NOC label :Sleep

a. Pengaturan

temperature/suhu ruangan

klien agar merasa nyaman

saat beristirahat/tidur.

b. Waktu yang diperlukan

klien untuk stirahat/tidur

sesuai kebutuhan tubuh.

c. Klien dapat

berstirahat/tidur secara

rutin.

NIC label: Energy

Management

a. Menentukan penyebab

kelelahan fisik dan

emosional klien

NIC label: Nutrition

Management

a. Mengajarkan pasien

untuk menjaga

kebiasaan makan

sesuai dengan

kebutuhan tubuh dan

gaya hidup sehat.

b. Memonitor pemasukan

nutrisi dan kalori

klien.

NIC label: Sleep

Enhancement

a. Menyesuaikan

lingkungan (seperti:

cahaya/lampu,

bunyi/ribut, suhu dan

NIC label: Energy

Management

a. Agar hal yang

menyebakan keletihan

fisik dan emosional

klien dapat teratasi.

NIC label : Nutrition

Management

a. Agar intake makanan

sesuai dengan

kebutuhan tubuh klien.

b. Agar intake nutrisi dan

kalori dalam porsi yang

sesuai tidak berlebih

ataupun kurang dari

kebutuhan tubuh klien.

NIC label: Sleep

Enhancement

a. Untuk menjaga dan

menyesuaikan

kenyamanan

istirahat/tidur klien.

20

Page 21: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

tempat tidur)

istirahat/tidur klien

Evaluasi

S: Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah merasa lebih baik setelah mendapatkan asupan

nutrisi dan istirahat yang cukup.

O: Ekspresi wajah pasien terlihat lebih baik dan TTV pasien normal

A: Tujuan asuhan keperawatan tercapai.

P: Intervensi dilanjutkan.

F. Dx: Nyeri akut

21

Page 22: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

22

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ….x24

jam, diharapkan klien dapat

mngontrol nyeri dengan:

NOC label: Pain Control

Dengan kriteria hasil:

a. Mengenal faktor penyebab

b. Menggunakan metode

pencegahan

c. Menggunakan metode

nonanalgesik untuk

mengurangi nyeri

d. Mengenali gejala-gejala

nyeri

e. Melaporkan nyeri sudah

terkontrol

NOC label : Pain level

Dengan criteria hasil :

a. Melaporkan adanya nyeri

b. Frekuensi nyeri

c. Panjangnya episode nyeri

d. Pernyataan nyeri

e. Ekspresi wajah saat nyeri

NIC label:

Pain Management

a. Lakukan pengkajian

nyeri secara

komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik,

durasi, frekuensi,

kualitas, dan faktor

presipitasi

b. Observasi reaksi non

verbal dari

ketidaknyamanan

a. Gunakan komunikasi

terapeutik untuk

mengetahui

pengalaman nyeri

b. Pilih dan lakukan

penanganan nyeri (non

farmakologi, dan inter

personal)

c. Berikan analgesic untuk

mengurangi nyeri

NIC label: Analgetic

dministration

a. Tentukan lokasi,

karakteristik, kualitas,

dan derajat nyeri

sebelum pemberian

obat

b. Cek intruksi dokter

tentang jenis obat,

dosis dan frekuensi

c. Cek riwayat alergi

d. Tentukan pilihan

analgesic tergantung

tipe dan beratnya nyeri

e. Monitor vital sign

NIC label:

Pain Management

a. Dengan melakukan

pengkajian secara

lengkap maka

intervensi pun dapat

dilakukan dengan tepat

b. Reaski nonverbal,

seperti ekspresi raut

muka akan membantu

dalam menentukan

skala nyeri klien.

c. Berkomunikasi dengan

cara yang tepat akan

membuat klien merasa

nyaman dalam

menceritakan

pengalaman nyerinya.

d. Skala nyeri yang lebih

kecil biasanya bila

dihilangkan dengan

teknik distraksi.

e. Analgesic diberikan

untuk penanganan

nyeri secara

farmakologik.

NIC label: Analgetic

Administration

a. Agar nantinya dapat

dilakukan pengobatan

dengan tepat.

b. Agar tidak salah

dalam memberikan

obat.

c. Memastikan bahwa

obat tidak akan

membahayakan klien.

Page 23: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Evaluasi:

23

Page 24: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

S: Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah merasa lebih nyaman setelah diberikan terapi

terapeutik dan analgesik

O: Ekspresi wajah pasien terlihat lebih baik dan nyeri pada klien berkurang serta TTV pasien

normal

A: Tujuan asuhan keperawatan tercapai

P: Intervensi dilanjutkan

G. Dx: Resiko jatuh

Tujuan Dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

Setelah dilaksanakan

perawatan selama 1 x 24 jam,

kondisi pasien diharapkan

sesuai dengan criteria hasil,

yakni :

NOC Label : Risk Control

a. Memonitor factor

lingkungan yang dapat

menyebabkan resiko

terjatuh (skala 5)

b. Memonitor prilaku pasien

yang dapat resiko terjatuh

(skala 5)

c. Menyediakan strategi

efektif untuk mengontrol

resiko (skala 4)

d. Pasien dapat

menyesuaikan diri dengan

strategi pengontrolan

resiko (skala 4)

NIC Label : Fall

Prevention

a. Identifikasi

kekurangan kognitif

Maupun fisik pasien

yang mungkin

meningkatkan potensi

jatuh di lingkungan

tertentu

b. Identifikasi faaktor

prilaku yang dapat

berefek pada resiko

jatuh

c. Identifikasi

karakteristik

lingkungan yang

mungkin

meningkatkan potensi

untuk jatuh

d. Menyediakan

pencahayaan yang

NIC Label : Fall

Prevention

a. Untuk mengetahui

factor resiko jatuh

dan meminimalkan

factor resiko

b. Untuk mengetahui

prilaku pasien yang

dapat menyebabkan

jatuh dan

memberikan

penanganan yang

tepat

c. Mengetahui

karakteristik

lingkungan yang

berpotensi dalam

menyebabkan jatuh

d. Untuk mencegah

resiko jatuh yang

disebabkan oleh

24

Page 25: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

e. Pasien dapat mengikuti

strategi pengontrolan

resiko yang dipilihkan

(skala 4)

f. Pasien menyadari adanya

perubahan status

kesehatan (skala 4)

g. Memonitor perubahan

status kesehatan (skala 5)

adekuat untuk

peningkatkan

penglihatan

e. Menyediakan

permukaan lantai yang

tidak licin

f. Menyediakan

permukaan yang tidak

licin di kamar mandi

g. Pastikan pasien

menggunakan sepatu

yang pas, yang

dikencangkan dengan

aman, dan memiliki

permukaan yang tidak

licin

h. Edukasi keluarga

pasien mengenai factor

resiko yang

berkontribusi

menyebabkan jatuh

dan bagaimana mereka

dapat meminimalkan

resiko

i. Bantu keluarga pasien

untuk mengidentifikasi

bahaya di rumah dan

memodifikasinya

pencahayaan yang

tidak adekuat

e. Meminimalkan

factor resiko

f. Meminimalkan

factor resiko jatuh

g. Meminimalkan

factor resiko jatuh

dan mencegah

adanya luka

h. Memberikan

keluarga

pengetahuan

menganai resiko

jatuh dan untuk

meminimalkan

factor resiko

i. Untuk

meminimalkan

factor resiko dan

mengajak keluarga

pasien untuk

berperan serta dalam

mencegah adanya

factor resiko

25

Page 26: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

NOC label: Safe Home

Enviroment

Dengan kriteria hasil:

a. Menyediakan pencahayaan

yang adekuat

b. Membersihkan tempat

tinggal

c. Menempatkan pegangan

tangan

d. Menyimpan barang di

pencahayaan yang tepat

NIC label :

Enviromental

Management

a. Bentuk lingkungan

yang aman bagi

pasien

b. Pantau keamanaan

yang dibutuhkan

pasien

c. Tentukan tempat tidur

yang tinggi atau

rendah jika diperlukan

dan tempatkan tempat

tidur dan posisi yang

mudah dijangkau

pasien

d. Anjurkan penggunaan

matras

e. Tempatkan object

yang sering digunakan

pasien mudah

dijangkau

f. Fasilitasi penggunaan

benda atau barang.

NIC label :

Enviromental

Management

a. Untuk mengurangi

resiko jatuh

b. Agar klien tetap

terlindungi

c. Agar klien merasa

nyaman

d. Agar klien merasa

nyaman

e. Mempermudah

aktivitas klien

f. Mempermudah

aktivitas klien

BAB III

26

Page 27: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Diabetes mellitus merupakan sindrom homeostasis gangguan energy yang

disebabkan oleh defisiensi insulin atau oleh defisiensi kerjanya yang mengakibatkan

metabolism karbohidrat, protein, dan lemak tidak normal. Kelainan ini merupakan gangguan

metabolic-endokrin masa anak dan remaja yang paling lazim dengan konsenkuensi penting

pada perkembangan fisik dan emosi. Individu yang menderita diabetes tergantung insulin

(tipe 1) mengahadapi beban serius yang meliputi kebutuhan mutlak akan insulin eksogen

setiap harinya, dan tentunya kebutuhan untuk memperhatikan terus-menerus pada masukan

diet.

Morbiditas dan mortalitas yang berasal dari kekacauan metabolic dan dari

komplikasi jangkan panjang yang memengaruhi pembuluh kecil dan besar, serta

menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang akut maupun komplikasi kronis.

Pertimbangan-pertimbangan untuk membentuk dasar pendekatan terapeutis terhadap

penyakit ini adalah dengan memerhatikan manifestasi klinis yang muncul pada pasien itu

sendiri.

Pemberian insulin bersama dengan cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan

memperbaiki dengan cepat kelainan metabolic tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemia

serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar glukosa darah yang sering

merupakan komponen terapi yang penting.

DAFTAR PUSTAKA

27

Page 28: SGD 2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Gangguan Endokrin (DM Tipe 1)

Aquilino, M.L., et al. 2004. Nursing Outcomes Classification (NOC). Fourt Edition. Missouri:

Mosby Elsevier.

Behrman, R.E., Kliegman, R.M., dan Arvin, A.M. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15.

Volume 3. Jakarta: EGC.

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Volume 2. Jakarta: EGC.

Corwin, E.J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 3. Jakarta:

EGC.

McCloskey, J.C. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). Fourth Edition. Missouri:

Mosby Elsevier.

NANDA International. 2010. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Taylor, C.M., dan Ralph, S.S. 2010. Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC.

28