27
GANGGUAN CEMAS BERPISAH PADA ANAK Pembimbing : dr. Yunita Retno, Sp.KJ Moderator : dr. Indrawati Oleh : Brigitta Natalia L.S.A.M.M 06700223 Ditto Dwi L. 07700141 I Wayan Mahendra 08700019 Citta Adwitiya A. 08700034 Fenty Sulistio E. 08700 Rizal Trianto 08700150 Siti Naimah 08700176 PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER MUDA FK UWKS

seminar kel E proling.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: seminar kel E proling.doc

GANGGUAN CEMAS BERPISAH PADA ANAK

Pembimbing :

dr. Yunita Retno, Sp.KJ

Moderator :

dr. Indrawati

Oleh :

Brigitta Natalia L.S.A.M.M 06700223

Ditto Dwi L. 07700141

I Wayan Mahendra 08700019

Citta Adwitiya A. 08700034

Fenty Sulistio E. 08700

Rizal Trianto 08700150

Siti Naimah 08700176

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER MUDA FK UWKS

LAB / SMF ILMU KESEHATAN JIWA

RSJ DAERAH MENUR SURABAYA 2012

Page 2: seminar kel E proling.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga kami

dapat menyelesaikan tugas seminar “GANGGUAN CEMAS BERPISAH PADA ANAK”,

sebagai salah satu bagian dalam pendidikan dokter muda serta salah satu syarat ujian di bidang

studi ilmu kesehatan jiwa di RSJ DAERAH Menur Surabaya.

Tugas ini juga dibuat sebagai salah satu cara pembelajaran bagi kami dan teman sejawat

dokter muda untuk lebih memahami berbagai macam hal yang ada pada bidang Ilmu Kesehatan

Jiwa pada umumnya terutama mengenai GANGGUAN CEMAS BERPISAH PADA ANAK.

Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Pembimbing dr. Yunita Retno, Sp.KJ

2. Semua pihak serta teman sejawat Dokter Muda yang telah membantu dalam

menyelesaikan makalah ini

Kami sadar tugas kami ini masih memiliki banyak kekurangan dan memerlukan banyak

perbaikan, sehingga kami sangat berterima kasih atas saran dan kritik yang bersifat membangun

untuk menyempurnakannya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Surabaya, 17 Januari 2013

Penyusun

Page 3: seminar kel E proling.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

PEMBAHASAN

RANGKUMAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: seminar kel E proling.doc

BAB I

PENDAHULUAN

Kita sering melihat anak-anak yang tidak mau ditinggal oleh ibunya ketika diantar ke

sekolah, mereka menempel pada ibunya dan menolak setiap upaya untuk menempatkan mereka

ke sekolah. Pemandangan itu telah begitu umum, bahwa banyak orang menganggap hal itu

menjadi bagian integral dari pertumbuhan anak. Tidak ada yang suka pergi ke sekolah dan

perilaku ini bisa dimengerti. Tapi ada beberapa anak yang tidak tahan untuk melihat orang

tua mereka keluar dari pandangan. Adegan ini tidak hanya di depan sekolah, tetapi juga ketika

orang tua pergi untuk bekerja atau contoh-contoh seperti ketika anak itu ditinggalkan. Sementara

kebanyakan orang tua mengabaikan insiden tersebut sebagai bagian alami dari pertumbuhan

anak. Namun kasus ini penting untuk dinilai dan dipertimbangkan.

Meskipun kebanyakan anak segera cenderung lupa bahwa orang tua mereka tidak dekat

mereka dan bergabung dengan lingkungan sekitar mereka, ada beberapa yang menderita

gangguan kecemasan pemisahan. Anak-anak seperti ini akan terus merenung dan menampilkan

rasa ketakutan untuk diri mereka sendiri dan orang yang mereka cintai. Jika kita memberikan

nasihat yang tepat kepada anak, anak dapat mengatasi rasa takut ini. Namun, jika kita

mengabaikannya, maka kondisi ini dapat memiliki efek pada perkembangan anak dan pandangan

masa depan. Untuk itu kita harus mempelajari tentang Separation Anxiety Disorder (Gangguan

Cemas Berpisah). [1]

BAB II

PEMBAHASAN

Page 5: seminar kel E proling.doc

2.1 DEFINISI

Separation Anxiety Disorder atau Gangguan Cemas Berpisah pada anak adalah

psikologis kondisi di mana seseorang mengalami berlebihan kecemasan mengenai

pemisahan dari rumah atau dari orang-orang kepada siapa individu memiliki yang kuat

ikatan emosional (misalnya orangtua, kakek-nenek, atau saudara kandung).

Menurut Asosiasi Psikologi Amerika , pemisahan gangguan kecemasan adalah

tampilan yang tidak pantas dan berlebihan ketakutan dan tertekan ketika menghadapi

situasi pemisahan dari rumah atau dari tokoh lampiran tertentu. Kecemasan yang

dinyatakan dikategorikan sebagai atipikal dari tingkat perkembangan yang diharapkan

dan usia. [2] Tingkat keparahan gejala berkisar dari ketidaknyamanan antisipatif untuk

full-blown kecemasan tentang perpisahan. [3]

2.2 EPIDEMIOLOGI

Pemisahan gangguan kecemasan adalah kesehatan mental gangguan yang dimulai

pada anak usia dan ditandai oleh mengkhawatirkan yang tidak sesuai dengan situasi

sementara meninggalkan rumah atau memisahkan dari orang-orang terkasih. Sekitar 4% -

5% dari anak-anak dan remaja menderita gangguan separation anxiety. [4]

Gangguan Cemas Berpisah paling sering ditemukan pada anak-anak pra-puber

(Bowen, Offord, & Boyle, 1990; Kashani & Orvaschel, 1988), walau sebenarnya bisa

terjadi pada usia berapa pun (Bell-Dolan & Brazeal, 1993; Nielsen dkk. , 2000).   Francis

dkk (1987) menemukan perbedaan gangguan ini pada umur yang berbeda tapi tidak

menemukan perbedaan pada gender .   Anak-anak pra-puber (5-8 tahun) paling sering

mengatakan takut terluka, mengalami mimpi buruk, atau menolak berangkat ke sekolah;

anak-anak usia 9-12 menunjukkan ketegangan yang berlebihan pada saat berpisah; dan

remaja (13-16) paling sering mengemukakan keluhan-keluhan somatik dan menolak

pergi ke sekolah. Anak-anak yang lebih kecil mengemukakan gejala-gejala yang lebih

banyak daripada remaja.

2.3 ETIOLOGI

Page 6: seminar kel E proling.doc

Pemisahan gangguan kecemasan (seperti kebanyakan kondisi kesehatan mental)

kemungkinan disebabkan oleh kombinasi dari kerentanan genetik dan lingkungan bukan

oleh satu hal.

Selain menjadi lebih umum pada anak-anak dengan riwayat keluarga kecemasan,

anak yang ibunya stres selama kehamilan dengan mereka cenderung lebih beresiko untuk

mengembangkan gangguan ini.

Sebagian besar anak-anak dengan gangguan separation anxiety memiliki

penolakan sekolah sebagai gejala dan sampai 80% dari anak-anak yang menolak sekolah

memenuhi syarat untuk diagnosis gangguan separation anxiety. Sekitar 50% -75% dari

anak-anak yang menderita gangguan ini berasal dari rumah-rumah status sosial ekonomi

rendah. [5]

Ibu dari anak dengan gangguan ini juga mempunyai gangguan kecemasan (fobia,

panic) dan sering menunjukkan kelekatan yang tidak wajar dengan anak sehingga anak

juga mempunyai kecemasan yang tinggi. Hubungan anak dengan orangtuanya sangat

dekat dan anak sering menjadi pusat kekhawatiran orangtuanya. Dengan adanya stress

kehidupan yang menyertainya menambah timbulnya gangguan ini, misalnya kematian

keluarga, anak sakit, perubahan lingkungan anak, sekolah atau tetangga baru dan

sebagainya. [6]

2.3.1  Faktor Predisposisi [1]

a.      Beberapa tekanan hidup, seperti kematian seorang keluarga, teman, atau binatang

peliharaan atau pindah wilayah atau pindah sekolah, bisa memicu gangguan tersebut.

Genetika yang mudah kena kegelisahan juga umumnya memainkan sebuah peranan

kunci.

b.      Gangguan ini bsa terjadi karena mungkin anak terlalu medapatkan perhatian lebih

dari anda, sehingga ia terlanjur merasa nyaman dalam “pelukan” dan perhatian anda.

Sehingga saat anak harus menunjukkan eksistensi dirinya di lingkungan, ia menjadi

merasa tidak nyaman. Apalagi harus ditinggal oleh orang tua.

Page 7: seminar kel E proling.doc

c.       Selain memang diri si anak yang mungkin cenderung tidak "eksploratif," peran

pengasuhan orangtua memegang kontribusi yang luar biasa besar. Biasanya, anak dengan

gangguan kecemasan berpisah dibesarkan oleh orangtua dengan gangguan kecemasan

yang sama. Orangtua yang terlalu melindungi anaknya, orangtua yang terlalu

overprotektif, atau keluarga dengan budaya yang terlalu akrab biasanya rentan pada

pengasuhan anak yang dapat menimbulkan gangguan kecemasan berpisah. pada anak-

anak dengan karakteristik seperti ini:

1)      Anak tunggal

2)      Anak bungsu

3)      Anak laki-laki/perempuan satu-satunya di keluarga

4)      Anak pertama meninggal sehingga anak kedua jadi harapan keluarga

5)     Anak yang lahir dengan susah payah (mis. Bayi Tabung) menyebabkan orangtua

berpote nsi menjadi "over”

2.3.2 Faktor Presipitasi [1]

a.      Jika Anda baru saja pindah ke lingkungan baru atau kota atau jika Anda baru saja

mengalami perceraian, kecemasan pemisahan dapat dipicu pada anak bahkan jika ia tidak

pernah mengalaminya sebelumnya.

b.      Anak dengan gangguan ini mengalami gangguan hebat ketika dipisahkan dari rumah

atau dari orang yang mereka sayangi

2.3.3 Psikodinamika [1]

Dari perspektif psikodinamika, kecemasan merefleksikan energi yang dilekatkan

kepada konflik-konflik tak sadar dan usaha ego untuk membiarkannya tetap terepresi.

Psikoanalisis tradisional menyadarkan bahwa kecemasan merupakan simbolisasi dari

konflik dalam diri. Dengan adanya simbolisasi ini ego dapat dibebaskan dari

menghabiskan energi untuk melakukan represi. Dengan demikian ego dapat memberi

perhatian lebih terhadap tugas-tugas yang lebih kreatif dan memberi peningkatan. Begitu

juga dengan yang modern, akan tetapi yang modern lebih menjajaki sumber kecemasan

yang berasal dari keadaaan hubungan sekarang daripada hubungan masa lampau. Selain

itu mereka mendorong klien untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih adaptif.

Page 8: seminar kel E proling.doc

2.3.4 Patopsikologi [1]

Ketakutan itu mungkin berpusat pada apa yang mungkin terjadi dengan individu

yang berpisah dengan anak itu (misalnya orang tua akan meninggal, atau tidak kembali

karena satu alasan lain) atau apa yang terjadi dengan anak itu bila terjadi perpisahan (ia

akan hilang, diculik, disakiti, atau dibunuh). Karena alasan tersebut, anak itu enggan

dipisahkan dari orang lain, dan mungkin karena itulah ia tidak mau tidur sendirian tanpa

ditemani atau didampingi oleh tokoh kesayangannya atau tidak mampu meninggalkan

rumah tanpa disertai orang lain. Dalam beberapa kasus, anak mungkin mengeluh

terhadap simtom-simtom fisik (misalnya, rasa mual, sakit kepala, sakit perut, muntah-

muntah, dsb) atau tidak mau pergi kesekolah semata-mata karena takut akan terjadinya

perpisahan bukan karena alasan lain, seperti kekhawatiran akan peristiwa-peristiwa di

sekolah. Selain masalah itu, gangguan rasa cemas akan perpisahan dapat menganggu dan

memperlambat perkembangan social anak karena ia tidak mengembangkan independentsi

atau belajar bergaul dengan teman-teman sebayanya. Selanjutnya bila anak dipisahkan

(ditinggalkan), ia tidak dapat berfungsi dengan baik karena ia tercekam oleh rasa takut

terhadap apa yang terjadi dengan dirinya atau terhadap orang-orang yang berpisah

dengannya. Meskipun ia berada bersama dengan orang-orang yang penting bagi dirinya,

tetapi fungsi anak itu bisa terganggu karena adanya kecemasan antisipatori terhadap

kemungkinan terjadinya perpisahan. Karena merasa sedih yang berlebihan, maka anak itu

akan menangis, mengadat, merana, apatis, atau mengundurkan diri secara social pada saat

sebelum atau sesudah berlangsungnya perpisahan dengan tokoh yang penting atau akrab

dengannya.

2.3.5 Gejala fisik Separation Anxiety Disorder (SAD)

Gejala SAD dapat menjadi baik mental maupun fisik. Gejala-gejala mental yang telah

dibahas di atas sepenuhnya, tetapi dapat diringkas sebagai kecemasan intens dalam situasi

sosial dan menghindari situasi sosial. Gejala fisik dari SAD meliputi: [7]

Merah kemalu-maluan

Page 9: seminar kel E proling.doc

Berlimpah berkeringat

Gemetar atau bergetar

Kesulitan berbicara, berbicara sangat pelan atau dengan keraguan

Mual

Perut ketidaknyamanan

Diare

Kebingungan

Jantung berdebar

Ketegangan otot

2.3.6 Situasi memicu Separation Anxiety Disorder (SAD)

Setiap orang dengan SAD berbeda, dan dapat memiliki situasi mereka sendiri yang

mengangkat memicu kecemasan mereka. Namun, ada beberapa jenis umum dari

skenario. Orang dengan kecemasan sosial biasanya mengalami kesulitan yang signifikan

dalam situasi berikut: [8] [9]

Makan atau minum di depan orang lain

Menulis atau bekerja di depan orang lain

Menjadi pusat perhatian

Berinteraksi dengan orang-orang, termasuk kencan atau pergi ke pesta

Mengajukan pertanyaan atau memberikan laporan dalam kelompok

Menggunakan toilet umum

Berbicara di telepon

Diperkenalkan kepada orang lain

Page 10: seminar kel E proling.doc

Yang menggoda atau dikritik

Diawasi atau diamati sambil melakukan sesuatu

Setelah mengatakan sesuatu dalam situasi formal, masyarakat

Pertemuan orang dalam otoritas ("orang-orang penting / figur otoritas")

Merasa tidak aman dan keluar dari tempat dalam situasi sosial ("Saya tidak tahu harus

berkata apa.")

Pertemuan mata orang lain

Menelan, menulis, berbicara, membuat panggilan telepon jika di depan umum

Kebanyakan sosial pertemuan, terutama dengan orang asing

Membuat "basi" di pesta-pesta

Berkeliling ruangan dalam lingkaran dan harus mengatakan sesuatu

Setelah gejala-gejala fisik SAD yang tercantum di atas

2.3.7 Penyebab dari Separation Anxiety Disorder (SAD)

Penyebab SAD tidak jelas. Seperti kondisi kesehatan mental, SAD kemungkinan muncul

dari interaksi yang kompleks dari biologi, sejarah pribadi, dan lingkungan.

Biologis

SAD mungkin terkait dengan ketidakseimbangan serotonin. Hal ini ditemukan karena

obat antidepresan, yang mengubah keseimbangan serotonin di otak, membantu

meringankan gejala SAD. [7] Serotonin adalah salah satu dari beberapa utusan kimia

khusus yang disebut neurotransmitter. Ini membantu untuk memindahkan informasi dari

sel saraf ke sel saraf di otak serta mengatur suasana hati dan emosi. Jika neurotransmiter

tidak seimbang, pesan tidak bisa melalui otak dengan benar. Hal ini dapat mengubah cara

otak bereaksi terhadap situasi stres, yang menyebabkan kecemasan. [10]

Page 11: seminar kel E proling.doc

Beberapa peneliti percaya bahwa kelenjar adrenal mungkin terlibat dalam SAD karena

beta blocker propanolol efektif dalam pengobatan. Propranolol bekerja dengan

menghalangi hormon epinefrin (juga dikenal sebagai adrenalin) pada kelenjar adrenal. [7]

Peneliti lain percaya bahwa amigdala otak, yang mengontrol respon rasa takut, mungkin

terlibat. [11] Orang-orang dengan amigdala yang terlalu aktif mungkin memiliki respon

takut tinggi, menyebabkan meningkatnya kecemasan dalam situasi sosial. [12]

SAD tampaknya berjalan dalam keluarga, sehingga menunjukkan faktor genetik. Telah

ditemukan bahwa tingkat pertama kerabat penderita SAD adalah 3 kali lebih mungkin

untuk memiliki SAD daripada yang lain. Namun, gen-gen tertentu pada manusia belum

terisolasi, meskipun gen yang bertanggung jawab untuk belajar fearfulness telah

diidentifikasi pada tikus. [13]

Lingkungan

Orang dengan SAD dapat mengembangkan ketakutan mereka dari mengamati perilaku

orang lain atau melihat apa yang terjadi pada orang lain sebagai hasil dari perilaku

mereka (seperti ditertawakan atau diolok-olok). [14] Ini adalah proses yang disebut

pembelajaran observasional atau modeling sosial. [13]

Selanjutnya, anak-anak yang terlindung atau over protective oleh orang tua mereka tidak

dapat belajar keterampilan sosial yang baik sebagai bagian dari perkembangan normal

mereka. [14] Sebuah menghambat temperamen di masa kecil telah dikaitkan dengan

perkembangan SAD pada masa remaja, juga. [7]

Sejarah Pribadi

Sejarah pribadi memiliki peran yang pasti dalam pengembangan SAD. Meskipun ada

komponen biologis untuk SAD, masih merupakan respon belajar untuk situasi sosial.

Childhood atau pengalaman remaja dapat meningkatkan risiko pengembangan SAD.

Anak-anak dan remaja yang mengalami menggoda, bullying, penolakan, ejekan atau

penghinaan mungkin lebih rentan terhadap SAD. Mereka yang pemalu, penakut, ditarik

Page 12: seminar kel E proling.doc

atau terkendali ketika menghadapi situasi baru atau orang mungkin menghadapi risiko

yang lebih besar. Telah ditemukan bahwa ada hubungan antara SAD dan orang tua yang

lebih pengendali atau pelindung dari anak-anak mereka. Selain itu, peristiwa negatif

lainnya dalam hidup, seperti konflik keluarga atau pelecehan seksual, dapat berhubungan

dengan SAD. [15]

Perkembangan SAD mungkin berasal dari pengalaman memalukan atau memalukan di

acara sosial di masa lalu. Bertemu orang-orang baru, memberikan pidato di depan umum

atau membuat presentasi pekerjaan penting dapat memicu gejala SAD untuk pertama

kalinya. Gejala ini biasanya memiliki akar mereka di masa remaja, namun.

2.3.8 Reaksi anak pada perpisahan [16]

1. Masa bayi(0-1 th)

Dampak perpisahan

Pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang

Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas

a. Menangis keras

b. Pergerakan tubuh yang banyak

c. Ekspresi wajah yang tak menyenangkan

2. Masa todler (2-3 th)

Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan . Disini respon perilaku anak dengan

tahapnya.

a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain

Page 13: seminar kel E proling.doc

b. Putus asa menangis berkurang,anak tak aktif,kurang menunjukkan minat bermain,

sedih, apatis

c. Pengingkaran/ denial

d. Mulai menerima perpisahan

e. Membina hubungan secara dangkal

f. Anak mulai menyukai lingkungannya

3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )

a. Menolak makan

b. Sering bertanya

c. Menangis perlahan

d. Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan

malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja

sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, kehilangan

kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik

Reaksi nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal

5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )

Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya

Page 14: seminar kel E proling.doc

Pembatasan aktifitas kehilangan control

Reaksi yang muncul :

a. Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan

b. Tidak kooperatif dengan petugas

Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :

a. bertanya-tanya

b. menarik diri

c. menolak kehadiran orang lain

2.4 DIAGNOSIS

Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa III (PPDGJ III),

diagnosis dibuat atas dasar gejala-gejala klinik yang memenuhi kriteria diagnostik

Gangguan Ansietas Perpisahan masa kanak (F93.0) yaitu: [6]

A. Ansietas berlebihan yang berkaitan dengan perpisahan dari tokoh yang akrab

hubungannya dengan si anak (biasanya ortu), yang terbukti dengan paling sedikit tiga

dari gejala berikut: [17]

1. Kekhawatiran yang tidak realistik dan menetap tentang kemungkinan terjadinya

bencana pada tokoh yang lekat dengan dirinya atau kekhawatiran ortunya pergi dan

tidak kembali lagi.

2. Kekhawatiran tidak realistik dan mendalam akan terjadinya peristiwa buruk, misal

anak akan kesasar, diculik atau terbunuh yang akan memisahkan dari tokoh yang

lekat dengan dirinya.

Page 15: seminar kel E proling.doc

3. Terus menerus enggan atau menolak masuk sekolah, semata-mata krn takut akan

perpisahan, bukan kekhawatiran mengenai peristiwa di sekolah.

4. Terus menerus enggan atau menolak untuk tidur tanpa ditemani atau didampingi

oleh tokoh kesayangannya.

5. Terus menerus takut yang tak wajar untuk ditinggalkan seorang diri atau tanpa

ditemani orang yang akrab di rumah pada siang hari.

6. Berulang mimpi buruk tentang perpisahan.

7. Sering timbul gejala fisik (rasa mual, sakit perut, sakit kepala, muntah-muntah,

dsb.) pada peristiwa perpisahan dengan tokoh yang akrab dengan dirinya saat keluar

rumah untuk pergi ke sekolah

B. Lama gangguan berlangsung paling sedikit empat minggu.[6]

C. Onset sebelum usia 18 tahun (jarang pada remaja).[6]

D. Gangguan ini berakhir pada masalah sosial, akademik atau fungsi lain yang penting.[6]

E. Gangguan ini tidak terjadi bersamaan dengan gangguan panik dengan agorafobia,

gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia atau gangguan psikotik lain pada remaja.[6]

2.5 DIAGNOSIS BANDING [6]

1. Gangguan ansietas fobik masa kanak

Rasa takut terhadap beraneka macam obyek atau situasi

2. Gangguan ansietas social masa kanak

Rasa takut dan menghindari orang yang tidak dikenal

2.6 PENATALAKSANAAN [18]

Page 16: seminar kel E proling.doc

1. Psikoterapi

a. Psikoterapi Individual

untuk meningkatkan rasa otonomi dan rasa percaya diri anak.

Seperti :

Membantu anak untuk menghadapi kenyataan.

Membesarkan hati anak untuk mengungkapkan perasaan

Mengatakan kebenaran

Membuat anak berani mengajukan pertanyaan

Menjelaskan proses mengapa hal itu terjadi

Meluangkan waktu bersama anak

b. Terapi perilaku : desensitisasi.

Ada 2 cara yaitu:

1) Pelan-pelan dilakukan pemisahan anak dengan ibunya tanpa menimbulkan

ketegangan pada anak.

2) Dengan cara melakukan relaksasi otot-otot dengan disertai bernafas panjang

bila timbul ketegangan.

c. Terapi bermain : (buatlah anak sibuk)

d. Terapi keluarga : reorganisasi keluarga yakni mengembangkan peran yang jelas

dari orang tua dan menambah kemampuan orang tua untuk meningkatkan

pendidikan dan pengasuhan anak.

2. Manipulasi lingkungan sekolah

Page 17: seminar kel E proling.doc

Guru diberi pemahaman bahwa anak sedang dilakukan terapi desentisasi.

3. Farmako terapi.

a. First line: SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor).

termasuk : Fluoxetine, fluvoxamine, sertraline, paroxetine dan citalopram.

Diberikan 0,05 mg/kg BB/hr.

per oral 1x /hr malam hari.

selama maksimal 6 bln.

Tricyclic sudah tidak dianjurkan lagi sebagai first line karena efek

sampingnya terhadap jantung.

b. Diphenhydramine mungkin bisa dipakai dalam jangka waktu singkat untuk

mengontrol gangguan tidur anak

c. Aprazolam, benzodiazepin – bisa diberikan untuk mengontrol gejala ansietas.

d. Clonazepam – bisa mengontrol gejala panik atau gejala ansietas lainnya.

4. Hospitalisasi diperlukan bila kecemasan sangat besar

2.7 PROGNOSA

Prognosis gangguan cemas perpisahan adalah bervariasi dan berhubungan dengan

onset usia, lamanya gejala, dan perkembangan gangguan kecemasan, dan depresif

premorbid. Anak-anak kecil yang mengalami gangguan terapi mampu

mempertahankan kehadirannya di sekolah biasanya memiliki prognosis yang lebih

baik dibandingkan remaja dengan gangguan yang menolak hadir di sekolah untuk

periode waktu yang panjang.

Page 18: seminar kel E proling.doc

BAB III

RINGKASAN

1. Separation Anxiety Disorder atau Gangguan Cema Berpisah pada anak adalah psikologis

kondisi di mana seseorang mengalami berlebihan kecemasan mengenai pemisahan dari

rumah atau dari orang-orang kepada siapa individu memiliki yang kuat ikatan emosional

(misalnya orangtua, kakek-nenek, atau saudara kandung).

2. Gangguan Cemas Berpisah paling sering ditemukan pada anak-anak pra-puber (Bowen,

Offord, & Boyle, 1990; Kashani & Orvaschel, 1988), walau sebenarnya bisa terjadi pada

usia berapa pun (Bell-Dolan & Brazeal, 1993; Nielsen dkk. , 2000).   Francis dkk (1987)

menemukan perbedaan gangguan ini pada umur yang berbeda tapi tidak menemukan

perbedaan pada gender .   Anak-anak pra-puber (5-8 tahun) paling sering mengatakan

takut terluka, mengalami mimpi buruk, atau menolak berangkat ke sekolah; anak-anak

usia 9-12 menunjukkan ketegangan yang berlebihan pada saat berpisah; dan remaja (13-

16) paling sering mengemukakan keluhan-keluhan somatik dan menolak pergi ke

sekolah. Anak-anak yang lebih kecil mengemukakan gejala-gejala yang lebih banyak

daripada remaja.

3.

Page 19: seminar kel E proling.doc

DAFTAR PUSTAKA

1. http://bangeud.blogspot.com/2012/03/separation-anxiety-disorder.html

2. Ehrenreich, J. T, Santucci, LC, Weinrer, CL (2008) Pemisahan gangguan kecemasan pada masa

muda:. Fenomenologi, penilaian, dan pengobatan.

3. Masi, G., Mucci, M.; Millepiedi, S. (2001). "Pemisahan gangguan kecemasan pada anak-anak dan

remaja: epidemiologi, diagnosis dan manajemen." SSP Obat 15 (2):. 93-104.

4. http://www.medicinenet.com/separation_anxiety/article.htm

5. http://www.medicinenet.com/separation_anxiety/page3.htm

6. Pedoman diagnosis dan terapi edisi III, Bagian/ SMF Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit

dokter Soetomo, Surabaya, 2004.

7. Chang. op. cit.

8. SAD / Sosial Kecemasan Association. (2008). Kecemasan Fact Sheet sosial. Diperoleh 21 Juli 2008

dari SAD / Sosial situs Web Kecemasan Asosiasi: http://www.socialphobia.org/fact.html

9. Richards. op. cit.

10. WebMD. (2008). Mental Kesehatan: Gangguan Kecemasan Sosial. Diakses 20 Juli 2008 dari situs

Web WebMD: http://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/mental-health-social-anxiety-disorder

11. Psychology Today. (2005, April 15). Sosial Anxiety Disorder. Diperoleh 21 Juli 2008 dari situs Web

Psychology Today: http://psychologytoday.com/conditions/socphob.html

12. Mayo Clinic Staf. (2007, 28 Agustus). Kecemasan sosial Disorder (SAD). Diperoleh 21 Juli 2008 dari

situs Web Mayo Clinic: http://www.mayoclinic.com/health/social-anxiety-disorder/DS00595

13. Psychology Today. op. cit.

14. WebMD. op. cit.

Page 20: seminar kel E proling.doc

15. Mayo Clinic Staf. op. cit.

16. http://hanif-solo.blogspot.com/2010/02/reaksi-hospitalisasi.html

17. Pedoman penggolongan diagnosis jiwa di Indonesia III, Cetakan Pertama, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Jakarta, 1993.

18. Kaplan H. I, Saddock Bj, Greeb JA. Sinopsis Psikiatri; Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri

Klinis; Edisi 7; Jilid 2; Bina Rupa Aksara; Jakarta; 1997

19. http://www.e-psikologi.com/epsi/anak_detail.asp?id=350