53
LAPORAN SEMINAR KASUS KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA An. K DI PUSKESMAS AMBACANG Oleh : FITRIA DIUMAYANI ANWAR, S.Kep RINI RAHMAYANTI, S.Kep REVY ARDIANI, S.Kep MEYDA SYAFTRI, S.Kep HENDRA, S.Kep MEERY HANDHAYANI, S.Kep PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

  • Upload
    qhici

  • View
    725

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

LAPORAN SEMINAR KASUS KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA An. K

DI PUSKESMAS AMBACANG

Oleh :

FITRIA DIUMAYANI ANWAR, S.Kep

RINI RAHMAYANTI, S.Kep

REVY ARDIANI, S.Kep

MEYDA SYAFTRI, S.Kep

HENDRA, S.Kep

MEERY HANDHAYANI, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2012

1

Page 2: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA

ANAK DI PUSKESMAS AMBACANG”

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima

kasih kepada dosen Ilmu Keperawatan Anak dan pembimbing klinik dari

Puskesmas Ambacang yang telah memberikan bimbingannya sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ini dan juga terima kasih kepada pihak-pihak lain yang

telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.

Padang, Januari 2012

Penulis

2

Page 3: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

3

Page 4: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Tujuan 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1. Konsep Dasar 3

2.2. Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi 10

BAB III TINJAUAN KASUS 16

BAB IV PEMBAHSAN 27

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 29

B. Saran 29

REFERENSI 30

LAMPIRAN

4

Page 5: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Anak yang sehat merupakan impian setiap orang tua, namun untuk

mewujudkan anak yang sehat diperlukan berbagai usaha dan perhatian dari orang

tua. Apalagi dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita cukup

tinggi (Widjaja, 2002). Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Padahal

penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi

dan balita melalui imunisasi.

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

terhadap penyakit-penyakit tertentu (Soekidjo Notoatmojo, 1997). Imunisasi

bertujuan untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap  penyakit-penyakit

yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang

anak. 

Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah

faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Dengan membawa bayi untuk

melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung

jawab orang tua.  Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-

kanak.  Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter

atau klinik. Imunisasi dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, BKIA / rumah

bersalin, posyandu, praktek dokter swasta (terutama dokter specialis anak). Peran

perawat di masyarakat untuk mempromosikan program imunisasi ini dengan

harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan bayi/

balita khususnya. Perawat juga berperan dalam pelaksanaan imunisasi sebagai

pelaksana imunisasi dan edukator yaitu memberikan penjelasan mengenai

imunisasi. Oleh karena itu, perawat harus memahami imunisasi dan asuhan

keperawatan imunisasi pada anak.

5

Page 6: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

1.2 Tujuan

1.2.1   Tujuan umum

Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu

memahami tentang asuhan keperawatan imunisasi pada anak.

 

1.2.2   Tujuan khusus

1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan imunisasi.

2) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan

imunisasi berdasarkan data pengkajian yang didapat.

3) Mahasiswa mampu menyusun perencanaan (intervensi) keperawatan

sesuai dengan diagnosa keperawatan.

4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan

intervensi keperawatan yang telah disusun.

5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan setelah dilakukan

implementasi.

6) Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah

dilakukan.

                                                                                         

 

 

6

Page 7: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

 

2.1 Konsep Dasar

A.    DEFINISI

Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam usaha untuk mencegah

timbulnya suatu penyakit dengan cara  menyuntikkan bakteri atau virus yang telah

dilemahkan atau yang telah dimatikan (Staf Pengajar IKA, 2005).

Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit

tertentu (Depkes RI, 2005).

Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu

penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini

berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak

tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul

pada masa kanak-kanak.

 

B.    TUJUAN

Sempit   :  Terjadinya imunitas anak secara individu.

Imunitas Aktif (Didapat secara alami) : Tubuh anak akan membuat sendiri

antibodi setelah diberi suntikan antigen, kekebalan yang didapat akan bertahan

selama bertahun-tahun.

Imunitas Pasif : Tubuh tidak membuat sendiri antibodi tetapi

mendapatkannya dengan cara penyuntikan serum yang telah mengandung

antibodi, kekebalan yang diperoleh biasanya akan berlangsung selama 1-2 bulan

Luas       : Untuk eradikasi suatu penyakit pada suatu daerah (Depkes RI, 2005).

 

C.    MANFAAT IMUNISASI

1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh

penyakit menular yang sering berjangkit;

2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya

pengobatan jika anak sakit;

7

Page 8: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan

bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara

(Depkes RI, 2002).

 

D.    EFEK SAMPING

Reaksi atopik: terjadi beberapa menit sampai beberapa jam (shock, gatal

diseluruh tubuh, pucat, sianosis, kejang- kejang, kematian ).

Serum Sicknes: terjadi  +  6 – 24 hari

Gejala: panas, urtikaria pada daerah glotis

 

E.    JENIS IMUNISASI

1.      Imunisasi BCG

Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan

virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki

kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias

vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).

Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB

yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan

tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada

yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain

menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan

tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.

Jumlah Pemberian:

Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman

hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin

berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.

Usia Pemberian:

Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes

Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan

kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil

tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang

ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG

8

Page 9: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Lokasi Penyuntikan:

Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang

melakukan penyuntikan di paha.

Efek Samping:

Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar

getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila

penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.

Tanda Keberhasilan:

Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu.

Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan

meninggalkan luka parut.

Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan

yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin

harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses

menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya

lebih tebal.

Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar

rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi

alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi

alamiah.

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux

positif.

 

2.      Imunisasi HBV

Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.

Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan

kEmatian.

 Jumlah Pemberian:

Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,

kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.

 

9

Page 10: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Usia Pemberian:

Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak

ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia

antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi

yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi

tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24

jam.

Lokasi Penyuntikan:

Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha

lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar).

Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

Efek Samping:

Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri

pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun

reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.

Tanda Keberhasilan:

Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan

pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar

hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti

daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun.

Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara

bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.

Tingkat Kekebalan:

Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95%

bayi mengalami respons imun yang cukup.

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.

 

Vaksin Hepatitis B Rekombinan Uniject

Vaksin Hepatitis B Rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah

diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan

dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA

10

Page 11: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari

jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg, yang dimurnikan dan

diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse,

kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.

Indikasi

Untuk Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B,

tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus

Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati.

Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-

orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B termasuk:

1. Petugas kesehatan: dokter, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat

gigi, ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dengan pasien,

staf unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium

yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan

kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis,

petugas kebersihan yang menangani pembuangan, petugas gawat darurat

dan petugas ambulans.

2. Pasien:

Pasien yang sering menerima transfusi darah dan produk darah lainnya

seperti pada unit hemodialisa dan onkologi, penderita thallasemia, sickle-

cell anaemia, sirosis dan haemofilia, dll.

3. Petugas lembaga:

Orang yang sering kontak dengan kelompok beresiko tinggi : narapidana

dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk penderita gangguan mental.

4. Orang yang beresiko tinggi karena aktivitas seksualnya:

Orang yang berhubungan seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang 

terkena penyakit kelamin, homoseks, kaum tuna susila.

5. Penyalahgunaan obat suntik

6. Orang dalam perjalanan ke daerah endemisitas tinggi.

7. Keluarga yang kontak dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik.

8. Bayi yang lahir dari ibu pengidap (carrier)

11

Page 12: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Waktu pemberian

Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan.

Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.

Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatitis B

immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan

bersama-sama dengan vaksin DPT, OPV dengan menggunakan jarum suntik dan

lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun

terhadap vaksin-vaksin tersebut.

Efek samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat

penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2

hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah

belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,

vaksin Hepatitis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi

berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada penderita

infeksi ringan.

 

3.      Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun

kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot

pernafasan dan otot untuk menelan.

Jumlah Pemberian:

Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio

massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak

ada istilah overdosis dalam imunisasi!

Usia Pemberian:

Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18

bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi

dengan vaksin DTP.

12

Page 13: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Cara Pemberian:

Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut

(Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.

Efek Samping:

Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,

dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.

Tingkat Kekebalan:

Dapat mencekal hingga 90%.

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi

(di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS;

sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak

dengan mekanisme kekebalan terganggu.

 

4.      Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,

pertusis dan tetanus.

Usia & Jumlah Pemberian:

Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1

kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT

Efek Samping:

Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika

demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke

dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa

saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.

Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman.

Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya

ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang.

Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular

yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat

ringan.

13

Page 14: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Indikasi Kontra:

Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit

seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat

karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima

vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.

 

5.      Imunisasi Campak

Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring

bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh

antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak

mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali

terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya

diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak

akan terkena lagi.

Usia & Jumlah Pemberian:

Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,

pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah

menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.

Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12

bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).

Efek Samping:

Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,

namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang

juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.

 

2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi

1. Pengkajian Pra Imunisasi

1. Tulis biodata klien secara lengkap.

2. Pengkajian secara umum mulai dari head to toe.

3. Riwayat penyakit yang pernah diderita

4. Riwayat imunisasi yang pernah didapatkan oleh anak

5. Riwayat prenatal

14

Page 15: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

6. Riwayat kejang

7. Riwayat penyakit keluarga ( Disfungsi imunologi,HIV/ AIDS, Kanker )

8. Riwayat obat- obatan

9. Riwayat alergi terhadap obat tertentu

2. Analisa Data

No. Data Patofisiologi Masalah

1.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

2.

 

 

 

 

 

 

 

 

DO:

Imunisasi

Membawa buku KIA

Jadwal imunisasi sesuai

dengan jadwal 

DS:

Ibu mengatakan

imunisasi tidak lengkap

Ibu mengatakan tidak

mengetahui jadwal

imunisasi

DO:

Imunisasi

Efek samping

imunisasi

DS:

Ibu anak mengatakan

khawatir dengan efek

samping imunisasi

Ibu mengatakan kurang

tahu cara mengatasi

efek samping yang

ditimbulkan imunisasi

Membawa bayi ke

puskesmas

 

usia anak

 

imunisasi yg diberikan

 

imunisasi sesuai jadwal

 

Kesiagaan untuk

meningkatkan status

imunisasi

  

Imunisasi

Efek samping imunisasi

Perubahan status kesehatan

Kecemasan

Kesiagaan untuk

meningkatkan

status imunisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 Kecemasan

15

Page 16: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

3. Diagnosa NANDA, Hasil NOC, dan Intervensi NIC

Diagnosa NOC NIC

1. Kesiagaan

untuk

meningkatkan

status

imunisasi

Kontrol imun yang

hipersensitif

Status respirasi, nadi,

gastrointestinal,dan ginjal

dalam batas normal

Bebas reaksi alergi

Bebas respon imflamasi

lokal

Bebas dari kejadian

autoimun

Tidak ada auto antibody

atau auto-antigen

Status imun

Infeksi ulangan tidak terjadi

Tidak ada bengkak

Imunisasi sekarang

Perilaku imunisasi

Menyatakan resiko penyakit

tampa imunisasi

Mendeskripsikan resiko

yang berhubungan dengan 

imunisasi khusus

Mendeskripsikan

kontraindikasi imunisasi

khusus

Membawa kartu vaksin

setiap berkunjung

Konfirmasi jadwal

imunisasi selanjutnya

Pemberian imunisasi/vaksin

Mengajarkan orang tua

daftar imunisasi yang

direkomendasikan, cara

imunisasi diberikan, alasan,

keuntungan, reaksi

berlawanan, dan efek

samping

Sediakan informasi

imunisasi dalam bentuk

tertulis

Sediakan teknik pemberian

yang tepat

Identifikasi rekomendasi

terbaru tentang imunisasi

Memantau pasien selama

periode khusus setelah

pemberian obat

Menahan anak selama

imunisasi

Jadwal imunisasi sesuai

dengan interval waktu

Persiapan vaksin

 

2.    Kecemasan Control kecemasan Pengurangan kecemasan

16

Page 17: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Memantau intensitas

kecemasan

Membuang penyebab

cemas

Menurunkan rangsangan 

lingkungan ketika cemas

Merencanakan strategi

koping pada situasi yang

menekan

Mempertahankan hubungan

social

Laporan adukuat tidur

Mengontrol kecemasan

Control dorongan

Mengidentifikasi sikap

yang membahayakan

Identifikasi perasaan utama

yang mendorong aksi

impulsive

Identifikasi akibat aksi

impulasif bagi diri dan

orang lain

Identifikasi dukungan sosial

Keahlian interaksi social

Pengungkapan

Kemudahan menerima

Kerjasama

Sensitifitas

Konfrontasi

Kehangatan

Rileks

Pertimbangan

Berbicara dengan tenang

Jelaskan keadaan harapan

untuk sikap pasien

Jelaskan semua prosedur

termasuk sensasi seperti

pengalaman pada prosedur

Sediakan informaasi nyata

tentang diagnosis,

perlakuan dan prognosis

Tinggal bersama pasien

untuk memperkenalkan

keselamatn dan

mengurangi rasa takut

Teknik tenang

Pegang dan nyamankan

bayi atau anak

Menguncang bayi jika

perlu

Bicara lembut atau

bernyanyi pada bayi atau

anak

Pertahankan kontak mata

Duduk dan bicara dengan

pasien

Tawarkan minuman

hangat atau susu

Kehadiran

Deminstrasikan sikap

menerima

Komunikasi verbal

berempati

Tegakkan kepercayaan dan

17

Page 18: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Control penyerangan

Menahan diri dari luapan

Menahan diri dari  tempat

personal orang lain

Menahan diri dari

membahayakan orang lain

Menahan diri dari merusak

property

Kebutuhan komunikasi tang

tepat

Komunikasi perasaan yang

yang tepat

 

perhatian yang positif

Dengarkan kecemasan

pasien

Pegang pasien untuk

mengurangi kecemasan

Tawarkan atau hubungi

orang lain yang bisa

mendukung

Manajemen rasa khawatir

berlebihan

Ikutsertakan keluarga

dalam perencanaan,

penyediaan, evaluasi, dan

perawatan

Pantau fungsi koognitif

menggunakan standar alat

pengkajian

Sediakan cahaya yang

cukup tapi tidak

menyilaukan

Perkenalkan diri pada

inisiasi kontak

Berikan arah sederhana

pada waktu yang tepat

Berbicara jelas,

lembut,hangat, dengan

suara yang respek

 

 

C.  Intervensi Keperawatan Saat akan melakukan penyuntikan vaksin

1. Komunikasi teraupeutik dengan orang tua atau keluarga

18

Page 19: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

2. Informasi tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak imunisasi.

3. Periksa kembali persiapan untuk imunisasi untuk mengantisipasi hal- hal

yg tdk diinginkan.

4. Baca dengan teliti informasi tentang produk

5. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan

diberikan.

6. Periksa jenis vaksin dan yakinkan kalau vaksin disimpan dengan baik

7. Periksa vaksin yang akan diberikan, apakah ada tanda- tanda perubahan

pada vaksin tersebut, periksa tanggal kadaluawarsa, dan catat hal- hal

istimewa, seperti ada perubahan warna.

8. Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal, dan tawarkan

tawarkan vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.

9. Berikan vaksin dgn tehnik yang benar.

 

D.  Setelah selesai pemberian vaksin

1. Memberitahu ulang tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak

imunisasi.

2. Dokumentasikan ke status klien

3. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya.

4. Laporan imunisasi secara rinci harus dilaporkan ke Puskesmas induk ke

Dinas kesehatan ( Bag P2M )

5. Penyuluhan tentang imunisasi

6. Berikan petunjuk, sebaiknya tertulus kepada orang tua/keluarga atau

pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian biasa atau kejadian

yg lebih berat, misalnya pemberian parasetamol bila anak demam.

 

 

19

Page 20: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tempat Praktek : Puskesmas Ambacang Kuranji (Ruang Imunisasi)

Tanggal Praktek : 16 Januari 2012

Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2012

Tanggal klien masuk RS : 16 Januari 2012 No. RM : 2080

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. K BB / TB : 7,5 kg/60 cm

Tempat Tanggal lahir / usia : Padang, 7 Mei 2011/8 bl 9 hr

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pendidikan Anak : - Anak ke : 4

Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. R

Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Alamat : Jl.Tunggang Kel.Pasar Ambacang

Dx Medis : Pemberian imunisasi

II. KELUHAN UTAMA( Alasan Masuk RS)

Ny. R membawa An. K ke Puskesmas Ambacang pada tanggal 16 Januari 2012

untuk mendapatkan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Saat dilakukan pengkajian

An. A tidak mengalami masalah kesehatan lainnya.

III.RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN

1. Prenatal : Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan yaitu sekali

sebulan

2. Intranatal : Bayi lahir normal, persalinan dilakukan di praktek bidan

3. Postnatal : Setelah persalinan, ibu memeriksakan diri ke bidan 1 kali. BBL

bayi adalah 2500 gr

20

Page 21: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

IV.RIWAYAT KESEHATAN DAHULU

1. Penyakit yang diderita sebelumnya:

Demam, batuk

2. Pernah dirawat di RS:

Tidak pernah

3. Obat-obatan yang pernah digunakan:

Tidak ada

4. Alergi:

Tidak ada

5. Kecelakaan:

Tidak pernah

6. Riwayat imunisasi:

Anak sudah mendapatkan imunisasi HB1, BCG, DPT1, polio 1dan polio 2.

V. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI

Saat dilakukan pengkajian, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas

tidak ada, (FP= 40 x/i). BB = 7,5 kg, TB = 60 cm

VI.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA disertai Genogram 3 (Tiga)

generasi.

Keterangan:

= laki-laki

= perempuan

= pasien

------ = serumah

21

Page 22: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

VII.RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

1. Kemandirian dan bergaul : -

2. Motorik Kasar : klien belum bisa berdiri dengan pegangan

3. Motorik Halus : klien dapa mengambil sesuatu didekatnya atau

meraih

4. Kognitif dan Bahasa :kilen dapat memanggil “ma” dan “pa”, meniru

bunyi kata-kata

5. Psikososial :-

6. Lain-lain : -

VIII.RIWAYAT SOSIAL

1. Yang mengasuh klien : ibu dan ayah (orang tua)

2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik

3. Hubungan dengan teman sebaya : baik

4. Pembawaan secara umum : klien tenang, tidak rewel, mau

berinteraksi dengan orang lain

5. Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih,jauh dari

jalan raya dan pembuangan sampah

IX.PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum : sehat, tenang dan tidak takut dengan orang asing

2. TB/BB (cm) : 60 cm/7,5 kg

3. Kepala

a. Lingkar kepala : 45 cm

b. Rambut : Kebersihan : bersih. Warna hitam. Tekstur: halus

Distribusi rambut : merata, tebal. Kuat/ mudah

tercabut : kuat

4. Mata : Simetris

Sklera : tidak ikterik

Konjungtiva : tidak anemis

Palpebra : terbuka

22

Page 23: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Pupil : Ukuran: normal. Bentuk isokor. Reaksi cahaya +/+

5. Telinga : Simetris, Serumen ada sedikit,Pendengaran

baik

6. Hidung : Septum simetris (+), Sekret (-), Polip (-)

7. Mulut : Kebersihan: bersih, Warna Bibir merah,

Kelembaban baik

a.Lidah : bersih

b.Gigi : gigi sudah tumbuh 2 buah di bawah depan

8. Leher

a.Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembengkakan

b.Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan

c.JVP : JVP sulit dinilai

9. Dada

a. Inspeksi : simetris,tidak ada lesi

b. Palpasi : tidak ada pembengkakan

10.Jantung

a. Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat

b. Palpasi : ictus cordis teraba medial (MCS RIC V)

c. Auskultasi : irama teratur

11.Paru-paru

a. Inspeksi : simetris

b. Palpasi : tidak dilakukan

c. Perkusi : tidak ada ksempatan

d.Auskultasi : vesikuler, wheezing (-),ronchi (-)

12.Perut

a. Inpeksi : distensi (-)

b.Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan

c.Perkusi : timpani

d.Auskultasi : bising usus (+)

13.Punggung : Bentuk normal

14.Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik Refleks-reflekk baik

a. Atas : lesi (-), bengkak (-)

23

Page 24: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

b.Bawah : normal

15.Genitalia : tidak ada kelainan

16.Kulit : Warna kuning langsat, Turgor baik, Integritas

baik, Elastisitas baik

17.Pemeriksaan Neurologis : Berkaitan dengan kasus spt meningitis, kejang dlL

X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG

- DDST (terlampir) Terdapat 1 keterlambatan pada sektor motorik kasar

(meragukan)

- STATUS NUTRISI (terlampir) An.K obesitas

XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL

Klien tidak takut pada orang asing

XII. PEMERIKSAAN SPRITUAL

XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium : tidak ada

2. Rontgen : tidak ada

3. Lain-lain : tidak ada

XIV. PEMERIKSAN KHUSUS PADA SISTEM YANG MEMPUNYAI

KELAINAN

Tidak ada kelainan pada bayi sehingga tidak ada pemeriksaan khusus lainnya.

XVI.KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI

No. Jenis Kebutuhan Di rumah

1. Makan ASI dan bubur saring

2. Minum ASI dan air putih

3. Tidur >8 jam/hr

4. Mandi 2x/hr

5. Eliminasi BAB 2 x sehari

BAK= 5-6x sehari

24

Page 25: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

6. Bermain Anak tidak takur pada orang asing,suka

senyum

RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

(Berisikan tentang alasan masuk RS, identitas, BB & PB, TTV, semua data/

pengkajian yang abnormal/ data fokus dan nantinya akan dimasukkan sebagai DO

dan DS)

An.K usia 8 bulan dibawa orang tuanya ke puskesmas untuk imunisasi. An.K

akan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Klien tampak sehat dan tidak ada keluhan

fisik lainnya. Keluarga mengatakan An.K pernah menderita demam dan batuk 1

bulan yang lalu namun sekarang sedah sembuh.

Status nutrisi

BB = 7,5 kg

TB = 60 cm

BB = 7,5 x 100 %= 84 % (normal)

U 8,9

TB = 60 x 100% = 85,7% (KEP I)

U 70

BB = 7,5 x 100% = 127 (obesitas)

TB 5,9

ANALISIS DATA

No. Data Patofisiologi Masalah

1. DO:

- imunisasi DPT2/HB2

dan polio3

- BB= 7,5kg, TB= 60

kg

- membawa buku KIA

- Jadwal imunisasi

An.K tidak sesuai dg

jadwal yang

Membawa bayi ke

puskesmas

usia anak 8 bulan

imunisasi yg diberikan

PDT2/HB2 dan polio 3

jadwal imunisasi terlambat

Kurang

pengetahuan

25

Page 26: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

2.

seharusnya

DS:

- ibu mengatakan dari 4

orang anaknya,

imunisasinya tidak

lengkap

- ibu mengatakan tidak

mengetahui jadwal

imunisasi

DO:

- imunisasi DPT2/HB2

dan polio3

- Efek samping

imunisasi DPT adalah

demam

- Mendapat

parasetamol setelah

imunisasi

DS:

- Ibu anak mengatakan

anaknya demam

setelah imunisasi

yang lalu

- Ibu mengatakan

badan anaknya panas

setelah imunisasi

yang lalu

kurang pengetahuan

Masuknya bakteri yang

dilemahkan

Bakteriemia

Adanya perlawanan/reaksi

dari tubuh karena masuknya

benda asing

Induksi demam

Peningkatan suhu tubuh

Resiko ketidak

seimbangan

peningkatan suhu

tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS

1. Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi

26

Page 27: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

2. Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian

imunisasi DPT2/HB2

27

Page 28: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

ASUHAN KEPERAWATAN

N

ODK

PerencanaanImplementasi Evaluasi

Tujuan Intervensi

1. Kurang

pengetahuan

b.d kurangnya

keinginan

untuk mencari

informasi

1. Pengetahuan:

pengobatan

- Menyatakan nama

pengobatan yang

benar

- Mendeskripsikan

pengobatan yang

muncul

- Mendeskripsikan

tindakan pengobatan

- Mendeskripsikan

efek dari

pengobatan

- Mendeskripsikan

tindakan

1. Mengajarkan: menentukan

pengobatan (imunisasi)

Informasikan pada pasien dari

yang umum dan berbagai jenis

nama di setiap pengobatan

Informasikan pada pasie

maksud dan tindakan di setiap

pengobatan

Instruksikan pada pasien

takaran, perjalanan, dan waktu

di setiap pengobatan

Instruksikan pada pasien untuk

mempersiapkan tata cara yang

dibutuhkan sebelum

melakukan pengobatan

1. Mengajarkan: menentukan

pengobatan (imunisasi)

menginformasikan pada Ibu klien dari

yang umum dan berbagai jenis

imunisasi

“Jenis imunisasi yg wajib yaitu

Hepatitis B, BCG, DPT, campak,

polio. Saat ini bayi mendapatkan

imunisasi DPT, HB, dan polio. DPT

diberikan pada usia 2, 4,6,18 bulan

dan 5 tahun”

menginformasikan pada Ibu klien

maksud dan tindakan imunisasi

“tujuan imunisasi ialah untuk

mengurangi angka penderita suatu

S:

- ibu mengatakan dari

4 orang anaknya

imunisasinya tidak

lengkap

- ibu mengatakan

tidak mengetahui

jadwal imunisasi

- ibu mengatakan

akan melakukan

imunisasi yang

teratur pada anaknya

28

Page 29: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

pencegahan dari

pengobatan

(contoh: mencek apakah anak

demam ata sakit sebelum

imunisasi), dengan tepat

Informasikan pada pasien

akibat dari pengobatan yang

tidak dilakukan atau

selanjutnya dilakukan dengan

kasar, dengan tepat

Instruksikan pada pasien efek

samping yang merugikan di

setiap pengobatan

Instruksikan pada pasien

bagaimana mengurangi

dan/atau pencegahan efek

samping yang tepat, dengan

tepat

Instruksikan pada pasien

langkah apa yang diambil jika

efek samping terjaidi

penyakit yang sangat membahayakan

kesehatan bahkan bisa menyebabkan

kematian pada penderitanya”

menganjurkan pada Ibu klien untuk

mempersiapkan tata cara yang

dibutuhkan sebelum melakukan

pengobatan (contoh: mencek apakah

anak demam ata sakit sebelum

imunisasi), dengan tepat

“imunisasi diberikan saat anak dalam

keadaan sehat”

menginformasikan pada Ibu klien

akibat dari imunisasi yang tidak

dilakukan

“anak akan mudah terserang penyakit”

menganjurkan pada Ibu klien “efek

samping imunisasi DPT/HB yaitu

demam”

menganjurkan pada Ibu klien

O:

- imunisasi

DPT2/HB2 dan

polio3

- membawa buku KIA

- jadwal imunisasi

DPT dan HB telat

A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan

29

Page 30: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

Suhu tubuh normal,

Menyediakan pasien dengan

sumber/penyedia informasi

mengenai tindakan, tujuan,

efek samping, dan lain-lain

dari pengobatan

bantu pasien untuk menulis

jadwal perkembangan

pengobatan

Instruksikan pada pasien untuk

mempunyai dokumentasi dari

cara pengobatan yang

ditentukan

tentukan kemampuan pasien

untuk memperoleh pengobatan

yang wajib

1. Penatalaksanaan demam

- Sering pantau temperatur

bagaimana mengurangi dan/atau

pencegahan efek samping yang tepat,

dengan tepat

“demam pada anak dapat diatasi

dengan kompres pada ketiak dan dahi

anak dan minum obat penurun panas

berupa parasetamol 3x100mg”

Membantu Ibu klien untuk menulis

jadwal imunisasi

menganjurkan pada Ibu klien untuk

mempunyai dokumentasi dari

imunisasi

Menentukan kemampuan pasien untuk

memperoleh pengobatan yang wajib

1. Penatalaksanaan demam

- Menganjurkan ibu sering pantau

temperatur/suhu tubuh anak

30

Page 31: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

2. Resiko ketidak

seimbangan

peningkatan

suhu tubuh b.d

pengobatan

(imunisasi

DPT)

Demam teratasi

Kriteria Hasil:

1. Termoregulasi

- Suhu kulit dalam

batas normal (36,5

– 37oC)

- Iritabilitas tidak

terjadi

- Perubahan warna

kulit tidak muncul

- Menggigil tidak

terjadi

- Nadi normal (80-

100)

- Pantau warna kulit dan suhu

- Pantau intake dan output

- Atur pemberian anti piretik

- Mandikan pasien dengan

waslap hangat-hangat kuku

- Beri kompres di bagian area

injeksi

- Beri obat yang tepat

(kolaborasi dalam pemberian

paracetamol 3x100mg

- Menganjurkan ibu pantau warna kulit

dan suhu

- Menganjurkan ibu memberi intake

cairan yang adekuat dan memantau

output

- mengatur pemberian anti piretik

- menganjurkan ibu memandikan

An.K dengan waslap hangat-hangat

kuku

- Menganjurkan Ibu memberi kompres

di bagian area injeksi bila bengkak

- memberi obat yang tepat (kolaborasi

dalam pemberian paracetamol

3x100mg

S:

- ibu klien

mengatakan akan

memanta suhu

tubuh anaknya

- ibu klien

mengatakan akan

mengompres

ketiak dan dahi

klien

- ibu klien

mengatakan akan

minum obat teratur

O:

- dapat paracetamol

3x100mg

A: masalah teratasi

31

Page 32: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

P: intervensi dihentikan

32

Page 33: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

BAB IV

PEMBAHASAN

 

Kelompok melakukan asuhan keperawatan pada anak sehat. An.K datang

dengan ibunya ke Puskesmas Ambacang untuk melakukan imunisasi. Dalam

pelaksanaannya terdapat beberapa masalah keperawatan yang diperoleh dari

pengkajian dan analisa data yang dilakukan. Selanjutya kelompok akan membahas

dengan kasus yang ditemukan.

Dari pengkajian didapatkan informasi jika An.K datang ke Puskesmas

Ambacang untuk melakukan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Anak berumur 8

bulan, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas tidak ada, (FP= 40 x/i).

BB = 7,5 kg, TB = 60 cm       .Ibu mengatakan sebelumnya anaknya, setelah

mendapat DPT1/Hb1, bulan yang lalu An.K mengalami panas tinggi, merah pada

daerah suntikan setelah mendapatkan imunisasi tersebut.

Hal ini sesuai menurut AH, Markum, 2002, DPT (Dhifteri Pertusis

Tetanus) diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum

umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu (AH, Markum, 2002). Efek samping

dari imunisasi ini yakni demam tinggi, rewel, kemerahan daerah invasi, nyeri-----

2 hari.

Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme

lain yang telah mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin

kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk

melawan organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat organisme tersebut

kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan

akan menghentikan infeksi (kanan). Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin

didapat setelah menerima vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan

berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang

menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan atau

dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin memicu

respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang

oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan

33

Page 34: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

penyerbu dan mencegahnya menginfeksi lagi. Jika terekspos terhadap penyakit

saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan menghadapi antibodi. Kekebalan

anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan yang diperoleh dari

infeksi alami.

Berdasarkan pengkajian dan analisa data pengkajian didapatkan 2

diagnosa, yaitu:

1.      Kurang pengetahuan

Diagnosa ini ditunjang dengan data-data antara lain ibu mengatakan anak K mau

imunisasi, ibu mengatakan dari 4 orang anaknya imunisasinya tidak lengkap, ibu

mengatakan tidak mengetahui jadwal imunisasi jadwal imunisasi saat ini

DPT2/HB2 dan polio3, ibu membawa buku KIA, Jadwal imunisasi An.K tidak

sesuai dg jadwal yang seharusnya

2.      Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian

imunisasi DPT2/HB2

Efek samping imunisasi DPT adalah demam, saat selesai imunisasi Ibu

mendapatkan parasetamol, ibu mengatakan imunisasi sebelumnya anaknya

mengalami demam tinggi setelah di imunisasi.

 

 

34

Page 35: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

BAB V

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada An. K, diperoleh data-

data yang dapat digunakan untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang

tampak pada klien. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien , dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1.    Diagnosa keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data-data dan dirumuskan diagnosa :

Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi, resiko

ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian imunisasi DPT2/HB2

2.    Perencanaan disusun berdasarkan konsep teoritis

3.    Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 16 januari 2012, sesuai

dengan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan

4.    Saat evaluasi keperawatan diketahui bahwa masalah yang dialami klien

teratasi di hari yang sama.

 

B.     Saran

Kelompok berharap agar dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat

dan mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai dengan intervensi

keperawatan yang telah disusun dan melakukan evaluasi keperawatan. 

 

 

 

 

 

35

Page 36: Seminar Kasus Kelompok 1 Imunisasi

REFERENSI

 

 

Classification 2009-2011.Singapura: Markono Print Media Pte Ltd.

Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman operasional pelayanan imunisasi.

Jakarta.

-------------------------------- (2005). Pedoman penyelenggaraan immunisasi.

Jakarta.

Hidayat, A. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak buku 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Johnson, Marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). Amerika:

Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data.

Markum, AH. (2002). Imunisasi Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.

McCloskey & Bulechek. (1996). Nursing Interventions Classificatio (NIC).

Amerika: Graphic World,Inc.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2005). Ilmu kesehatan anak 1.

Jakarta: FKUI.

Wong, DL. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

http://tahukahbunda.wordpress.com/2009/03/12/imunisasi-wajib/

36