Upload
qhici
View
725
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN SEMINAR KASUS KEPERAWATAN ANAK
ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA An. K
DI PUSKESMAS AMBACANG
Oleh :
FITRIA DIUMAYANI ANWAR, S.Kep
RINI RAHMAYANTI, S.Kep
REVY ARDIANI, S.Kep
MEYDA SYAFTRI, S.Kep
HENDRA, S.Kep
MEERY HANDHAYANI, S.Kep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA
ANAK DI PUSKESMAS AMBACANG”
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih kepada dosen Ilmu Keperawatan Anak dan pembimbing klinik dari
Puskesmas Ambacang yang telah memberikan bimbingannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dan juga terima kasih kepada pihak-pihak lain yang
telah banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.
Padang, Januari 2012
Penulis
2
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1. Konsep Dasar 3
2.2. Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi 10
BAB III TINJAUAN KASUS 16
BAB IV PEMBAHSAN 27
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 29
B. Saran 29
REFERENSI 30
LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak yang sehat merupakan impian setiap orang tua, namun untuk
mewujudkan anak yang sehat diperlukan berbagai usaha dan perhatian dari orang
tua. Apalagi dewasa ini angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita cukup
tinggi (Widjaja, 2002). Hal tersebut bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Padahal
penyakit ini sebagian dapat dicegah dengan pemberian kekebalan terhadap bayi
dan balita melalui imunisasi.
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
terhadap penyakit-penyakit tertentu (Soekidjo Notoatmojo, 1997). Imunisasi
bertujuan untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit
yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang
anak.
Memberikan suntikan imunisasi pada bayi tepat pada waktunya adalah
faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi. Dengan membawa bayi untuk
melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian tanggung
jawab orang tua. Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-
kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter
atau klinik. Imunisasi dapat diperoleh di rumah sakit, puskesmas, BKIA / rumah
bersalin, posyandu, praktek dokter swasta (terutama dokter specialis anak). Peran
perawat di masyarakat untuk mempromosikan program imunisasi ini dengan
harapan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat umumnya dan bayi/
balita khususnya. Perawat juga berperan dalam pelaksanaan imunisasi sebagai
pelaksana imunisasi dan edukator yaitu memberikan penjelasan mengenai
imunisasi. Oleh karena itu, perawat harus memahami imunisasi dan asuhan
keperawatan imunisasi pada anak.
5
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang asuhan keperawatan imunisasi pada anak.
1.2.2 Tujuan khusus
1) Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada anak dengan imunisasi.
2) Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak dengan
imunisasi berdasarkan data pengkajian yang didapat.
3) Mahasiswa mampu menyusun perencanaan (intervensi) keperawatan
sesuai dengan diagnosa keperawatan.
4) Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan
intervensi keperawatan yang telah disusun.
5) Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan setelah dilakukan
implementasi.
6) Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.
6
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
A. DEFINISI
Imunisasi adalah pemberian kekebalan dalam usaha untuk mencegah
timbulnya suatu penyakit dengan cara menyuntikkan bakteri atau virus yang telah
dilemahkan atau yang telah dimatikan (Staf Pengajar IKA, 2005).
Imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit
tertentu (Depkes RI, 2005).
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah suatu
penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini
berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak
tetap sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul
pada masa kanak-kanak.
B. TUJUAN
Sempit : Terjadinya imunitas anak secara individu.
Imunitas Aktif (Didapat secara alami) : Tubuh anak akan membuat sendiri
antibodi setelah diberi suntikan antigen, kekebalan yang didapat akan bertahan
selama bertahun-tahun.
Imunitas Pasif : Tubuh tidak membuat sendiri antibodi tetapi
mendapatkannya dengan cara penyuntikan serum yang telah mengandung
antibodi, kekebalan yang diperoleh biasanya akan berlangsung selama 1-2 bulan
Luas : Untuk eradikasi suatu penyakit pada suatu daerah (Depkes RI, 2005).
C. MANFAAT IMUNISASI
1. Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit menular yang sering berjangkit;
2. Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya
pengobatan jika anak sakit;
7
3. Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara
(Depkes RI, 2002).
D. EFEK SAMPING
Reaksi atopik: terjadi beberapa menit sampai beberapa jam (shock, gatal
diseluruh tubuh, pucat, sianosis, kejang- kejang, kematian ).
Serum Sicknes: terjadi + 6 – 24 hari
Gejala: panas, urtikaria pada daerah glotis
E. JENIS IMUNISASI
1. Imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan
virus tubercle bacili yang hidup di dalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki
kekebalan aktif, dimasukkanlah jenis basil tak berbahaya ini ke dalam tubuh, alias
vaksinasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin).
Jika anak positif terkena TB, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TB
yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan
tak bisa diperpendek karena bakteri TB tergolong sulit mati dan sebagian ada
yang “tidur”. Karenanya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Selain
menghindari anak berkontak dengan penderita TB, juga meningkatkan daya tahan
tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
Jumlah Pemberian:
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman
hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin
berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan.
Usia Pemberian:
Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes
Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan
kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil
tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang
ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG
8
Lokasi Penyuntikan:
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang
melakukan penyuntikan di paha.
Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (atau di selangkangan bila
penyuntikan dilakukan di paha). Biasanya akan sembuh sendiri.
Tanda Keberhasilan:
Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu.
Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sendiri dan
meninggalkan luka parut.
Jikapun bisul tak muncul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan
yang salah, mengingat cara menyuntikkannya perlu keahlian khusus karena vaksin
harus masuk ke dalam kulit. Apalagi bila dilakukan di paha, proses
menyuntikkannya lebih sulit karena lapisan lemak di bawah kulit paha umumnya
lebih tebal.
Jadi, meski bisul tak muncul, antibodi tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar
rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB, infeksi
alamiah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi
alamiah.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan Mantoux
positif.
2. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan
kEmatian.
Jumlah Pemberian:
Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua,
kemudian 5 bulan antara suntikan kedua dan ketiga.
9
Usia Pemberian:
Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak
ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia
antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi
yang dilakukan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisasi
tambahan dengan imunoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24
jam.
Lokasi Penyuntikan:
Pada anak di lengan dengan cara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha
lewat anterolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar).
Penyuntikan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
Efek Samping:
Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri
pada bekas suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun
reaksi ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
Tanda Keberhasilan:
Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan
pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar
hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti
daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun.
Tetapi kalau angkanya cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara
bila angkanya nol berarti si bayi harus disuntik ulang 3 kali lagi.
Tingkat Kekebalan:
Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95%
bayi mengalami respons imun yang cukup.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita sakit berat.
Vaksin Hepatitis B Rekombinan Uniject
Vaksin Hepatitis B Rekombinan adalah vaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasi dan bersifat non-infectious, berasal dari HBsAg yang dihasilkan
dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA
10
rekombinan. Vaksin ini merupakan suspensi berwarna putih yang diproduksi dari
jaringan sel ragi yang mengandung gene HBsAg, yang dimurnikan dan
diinaktivasi melalui beberapa tahap proses fisiko kimia seperti ultrasentrifuse,
kromatografi kolom, dan perlakuan dengan formaldehid.
Indikasi
Untuk Imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus Hepatitis B,
tidak dapat mencegah infeksi yang disebabkan oleh virus lain seperti virus
Hepatitis A, Hepatitis C atau virus lain yang diketahui dapat menginfeksi hati.
Dapat diberikan pada semua usia dan direkomendasikan terutama untuk orang-
orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus Hepatitis B termasuk:
1. Petugas kesehatan: dokter, dokter gigi, dokter ahli bedah, perawat, perawat
gigi, ahli kebersihan gigi, petugas paramedis yang kontak dengan pasien,
staf unit hemodialisis, hematologi dan onkologi, petugas laboratorium
yang menangani darah dan sampel klinis lain, petugas pemakaman dan
kamar mayat, petugas bank darah dan fraksinasi plasma, ahli siropodis,
petugas kebersihan yang menangani pembuangan, petugas gawat darurat
dan petugas ambulans.
2. Pasien:
Pasien yang sering menerima transfusi darah dan produk darah lainnya
seperti pada unit hemodialisa dan onkologi, penderita thallasemia, sickle-
cell anaemia, sirosis dan haemofilia, dll.
3. Petugas lembaga:
Orang yang sering kontak dengan kelompok beresiko tinggi : narapidana
dan petugas penjara, petugas di lembaga untuk penderita gangguan mental.
4. Orang yang beresiko tinggi karena aktivitas seksualnya:
Orang yang berhubungan seks secara berganti-ganti pasangan, orang yang
terkena penyakit kelamin, homoseks, kaum tuna susila.
5. Penyalahgunaan obat suntik
6. Orang dalam perjalanan ke daerah endemisitas tinggi.
7. Keluarga yang kontak dengan penderita Hepatitis B akut atau kronik.
8. Bayi yang lahir dari ibu pengidap (carrier)
11
Waktu pemberian
Vaksinasi dasar terdiri dari 3 dosis intramuskuler dengan jadual 0-1-6 bulan.
Vaksinasi ulang diperlukan setiap 5 tahun setelah vaksinasi dasar.
Vaksin Hepatitis B rekombinan dapat diberikan serempak dengan Hepatitis B
immunoglobulin pada tempat penyuntikan terpisah. Dan juga dapat diberikan
bersama-sama dengan vaksin DPT, OPV dengan menggunakan jarum suntik dan
lokasi penyuntikan yang terpisah, dan tidak akan mengganggu respon imun
terhadap vaksin-vaksin tersebut.
Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan di sekitar tempat
penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2
hari. Keluhan sistemik seperti demam, sakit kepala, mual, pusing dan rasa lelah
belum dapat dibuktikan disebabkan oleh pemberian vaksin.
Kontraindikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain,
vaksin Hepatitis B Rekombinan tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi
berat yang disertai kejang. Tetapi vaksinasi dapat diberikan kepada penderita
infeksi ringan.
3. Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.
Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun
kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan.
Jumlah Pemberian:
Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio
massal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Ingat, tak
ada istilah overdosis dalam imunisasi!
Usia Pemberian:
Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18
bulan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi
dengan vaksin DTP.
12
Cara Pemberian:
Bisa lewat suntikan (Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV), atau lewat mulut
(Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Di tanah air, yang digunakan adalah OPV.
Efek Samping:
Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan,
dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
Tingkat Kekebalan:
Dapat mencekal hingga 90%.
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi
(di atas 380C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS;
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak
dengan mekanisme kekebalan terganggu.
4. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,
pertusis dan tetanus.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1
kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun, diberikan imunisasi TT
Efek Samping:
Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika
demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa si kecil ke
dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa
saja karena kualitas vaksinnya jelek, misal.
Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman.
Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya
ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang.
Jikapun orangtua tetap khawatir, si kecil dapat diberikan vaksin DTP asesular
yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat
ringan.
13
Indikasi Kontra:
Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit
seperti epilepsi, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat
karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh menerima
vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
5. Imunisasi Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring
bertambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh
antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak
mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali
terserang penyakit yang disebabkan virus Morbili ini. Untungnya, campak hanya
diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak
akan terkena lagi.
Usia & Jumlah Pemberian:
Sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali di usia 6 tahun. Dianjurkan,
pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah
menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita.
Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12
bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella).
Efek Samping:
Umumnya tidak ada. Pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare,
namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung seminggu. Kadang
juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
2.2 Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Akan Diimunisasi
1. Pengkajian Pra Imunisasi
1. Tulis biodata klien secara lengkap.
2. Pengkajian secara umum mulai dari head to toe.
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita
4. Riwayat imunisasi yang pernah didapatkan oleh anak
5. Riwayat prenatal
14
6. Riwayat kejang
7. Riwayat penyakit keluarga ( Disfungsi imunologi,HIV/ AIDS, Kanker )
8. Riwayat obat- obatan
9. Riwayat alergi terhadap obat tertentu
2. Analisa Data
No. Data Patofisiologi Masalah
1.
2.
DO:
Imunisasi
Membawa buku KIA
Jadwal imunisasi sesuai
dengan jadwal
DS:
Ibu mengatakan
imunisasi tidak lengkap
Ibu mengatakan tidak
mengetahui jadwal
imunisasi
DO:
Imunisasi
Efek samping
imunisasi
DS:
Ibu anak mengatakan
khawatir dengan efek
samping imunisasi
Ibu mengatakan kurang
tahu cara mengatasi
efek samping yang
ditimbulkan imunisasi
Membawa bayi ke
puskesmas
usia anak
imunisasi yg diberikan
imunisasi sesuai jadwal
Kesiagaan untuk
meningkatkan status
imunisasi
Imunisasi
Efek samping imunisasi
Perubahan status kesehatan
Kecemasan
Kesiagaan untuk
meningkatkan
status imunisasi
Kecemasan
15
3. Diagnosa NANDA, Hasil NOC, dan Intervensi NIC
Diagnosa NOC NIC
1. Kesiagaan
untuk
meningkatkan
status
imunisasi
Kontrol imun yang
hipersensitif
Status respirasi, nadi,
gastrointestinal,dan ginjal
dalam batas normal
Bebas reaksi alergi
Bebas respon imflamasi
lokal
Bebas dari kejadian
autoimun
Tidak ada auto antibody
atau auto-antigen
Status imun
Infeksi ulangan tidak terjadi
Tidak ada bengkak
Imunisasi sekarang
Perilaku imunisasi
Menyatakan resiko penyakit
tampa imunisasi
Mendeskripsikan resiko
yang berhubungan dengan
imunisasi khusus
Mendeskripsikan
kontraindikasi imunisasi
khusus
Membawa kartu vaksin
setiap berkunjung
Konfirmasi jadwal
imunisasi selanjutnya
Pemberian imunisasi/vaksin
Mengajarkan orang tua
daftar imunisasi yang
direkomendasikan, cara
imunisasi diberikan, alasan,
keuntungan, reaksi
berlawanan, dan efek
samping
Sediakan informasi
imunisasi dalam bentuk
tertulis
Sediakan teknik pemberian
yang tepat
Identifikasi rekomendasi
terbaru tentang imunisasi
Memantau pasien selama
periode khusus setelah
pemberian obat
Menahan anak selama
imunisasi
Jadwal imunisasi sesuai
dengan interval waktu
Persiapan vaksin
2. Kecemasan Control kecemasan Pengurangan kecemasan
16
Memantau intensitas
kecemasan
Membuang penyebab
cemas
Menurunkan rangsangan
lingkungan ketika cemas
Merencanakan strategi
koping pada situasi yang
menekan
Mempertahankan hubungan
social
Laporan adukuat tidur
Mengontrol kecemasan
Control dorongan
Mengidentifikasi sikap
yang membahayakan
Identifikasi perasaan utama
yang mendorong aksi
impulsive
Identifikasi akibat aksi
impulasif bagi diri dan
orang lain
Identifikasi dukungan sosial
Keahlian interaksi social
Pengungkapan
Kemudahan menerima
Kerjasama
Sensitifitas
Konfrontasi
Kehangatan
Rileks
Pertimbangan
Berbicara dengan tenang
Jelaskan keadaan harapan
untuk sikap pasien
Jelaskan semua prosedur
termasuk sensasi seperti
pengalaman pada prosedur
Sediakan informaasi nyata
tentang diagnosis,
perlakuan dan prognosis
Tinggal bersama pasien
untuk memperkenalkan
keselamatn dan
mengurangi rasa takut
Teknik tenang
Pegang dan nyamankan
bayi atau anak
Menguncang bayi jika
perlu
Bicara lembut atau
bernyanyi pada bayi atau
anak
Pertahankan kontak mata
Duduk dan bicara dengan
pasien
Tawarkan minuman
hangat atau susu
Kehadiran
Deminstrasikan sikap
menerima
Komunikasi verbal
berempati
Tegakkan kepercayaan dan
17
Control penyerangan
Menahan diri dari luapan
Menahan diri dari tempat
personal orang lain
Menahan diri dari
membahayakan orang lain
Menahan diri dari merusak
property
Kebutuhan komunikasi tang
tepat
Komunikasi perasaan yang
yang tepat
perhatian yang positif
Dengarkan kecemasan
pasien
Pegang pasien untuk
mengurangi kecemasan
Tawarkan atau hubungi
orang lain yang bisa
mendukung
Manajemen rasa khawatir
berlebihan
Ikutsertakan keluarga
dalam perencanaan,
penyediaan, evaluasi, dan
perawatan
Pantau fungsi koognitif
menggunakan standar alat
pengkajian
Sediakan cahaya yang
cukup tapi tidak
menyilaukan
Perkenalkan diri pada
inisiasi kontak
Berikan arah sederhana
pada waktu yang tepat
Berbicara jelas,
lembut,hangat, dengan
suara yang respek
C. Intervensi Keperawatan Saat akan melakukan penyuntikan vaksin
1. Komunikasi teraupeutik dengan orang tua atau keluarga
18
2. Informasi tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak imunisasi.
3. Periksa kembali persiapan untuk imunisasi untuk mengantisipasi hal- hal
yg tdk diinginkan.
4. Baca dengan teliti informasi tentang produk
5. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan
diberikan.
6. Periksa jenis vaksin dan yakinkan kalau vaksin disimpan dengan baik
7. Periksa vaksin yang akan diberikan, apakah ada tanda- tanda perubahan
pada vaksin tersebut, periksa tanggal kadaluawarsa, dan catat hal- hal
istimewa, seperti ada perubahan warna.
8. Yakinkan bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal, dan tawarkan
tawarkan vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal.
9. Berikan vaksin dgn tehnik yang benar.
D. Setelah selesai pemberian vaksin
1. Memberitahu ulang tentang efek samping vaksin dan resiko apabila tidak
imunisasi.
2. Dokumentasikan ke status klien
3. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya.
4. Laporan imunisasi secara rinci harus dilaporkan ke Puskesmas induk ke
Dinas kesehatan ( Bag P2M )
5. Penyuluhan tentang imunisasi
6. Berikan petunjuk, sebaiknya tertulus kepada orang tua/keluarga atau
pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian biasa atau kejadian
yg lebih berat, misalnya pemberian parasetamol bila anak demam.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
Tempat Praktek : Puskesmas Ambacang Kuranji (Ruang Imunisasi)
Tanggal Praktek : 16 Januari 2012
Tanggal Pengkajian : 16 Januari 2012
Tanggal klien masuk RS : 16 Januari 2012 No. RM : 2080
I. IDENTITAS DATA
Nama Anak : An. K BB / TB : 7,5 kg/60 cm
Tempat Tanggal lahir / usia : Padang, 7 Mei 2011/8 bl 9 hr
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan Anak : - Anak ke : 4
Nama ibu : Ny. R Nama ayah : Tn. R
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl.Tunggang Kel.Pasar Ambacang
Dx Medis : Pemberian imunisasi
II. KELUHAN UTAMA( Alasan Masuk RS)
Ny. R membawa An. K ke Puskesmas Ambacang pada tanggal 16 Januari 2012
untuk mendapatkan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Saat dilakukan pengkajian
An. A tidak mengalami masalah kesehatan lainnya.
III.RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Prenatal : Ibu rutin memeriksakan kehamilannya ke bidan yaitu sekali
sebulan
2. Intranatal : Bayi lahir normal, persalinan dilakukan di praktek bidan
3. Postnatal : Setelah persalinan, ibu memeriksakan diri ke bidan 1 kali. BBL
bayi adalah 2500 gr
20
IV.RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
1. Penyakit yang diderita sebelumnya:
Demam, batuk
2. Pernah dirawat di RS:
Tidak pernah
3. Obat-obatan yang pernah digunakan:
Tidak ada
4. Alergi:
Tidak ada
5. Kecelakaan:
Tidak pernah
6. Riwayat imunisasi:
Anak sudah mendapatkan imunisasi HB1, BCG, DPT1, polio 1dan polio 2.
V. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
Saat dilakukan pengkajian, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas
tidak ada, (FP= 40 x/i). BB = 7,5 kg, TB = 60 cm
VI.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA disertai Genogram 3 (Tiga)
generasi.
Keterangan:
= laki-laki
= perempuan
= pasien
------ = serumah
21
VII.RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
1. Kemandirian dan bergaul : -
2. Motorik Kasar : klien belum bisa berdiri dengan pegangan
3. Motorik Halus : klien dapa mengambil sesuatu didekatnya atau
meraih
4. Kognitif dan Bahasa :kilen dapat memanggil “ma” dan “pa”, meniru
bunyi kata-kata
5. Psikososial :-
6. Lain-lain : -
VIII.RIWAYAT SOSIAL
1. Yang mengasuh klien : ibu dan ayah (orang tua)
2. Hubungan dengan anggota keluarga : baik
3. Hubungan dengan teman sebaya : baik
4. Pembawaan secara umum : klien tenang, tidak rewel, mau
berinteraksi dengan orang lain
5. Lingkungan rumah : lingkungan rumah bersih,jauh dari
jalan raya dan pembuangan sampah
IX.PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : sehat, tenang dan tidak takut dengan orang asing
2. TB/BB (cm) : 60 cm/7,5 kg
3. Kepala
a. Lingkar kepala : 45 cm
b. Rambut : Kebersihan : bersih. Warna hitam. Tekstur: halus
Distribusi rambut : merata, tebal. Kuat/ mudah
tercabut : kuat
4. Mata : Simetris
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : tidak anemis
Palpebra : terbuka
22
Pupil : Ukuran: normal. Bentuk isokor. Reaksi cahaya +/+
5. Telinga : Simetris, Serumen ada sedikit,Pendengaran
baik
6. Hidung : Septum simetris (+), Sekret (-), Polip (-)
7. Mulut : Kebersihan: bersih, Warna Bibir merah,
Kelembaban baik
a.Lidah : bersih
b.Gigi : gigi sudah tumbuh 2 buah di bawah depan
8. Leher
a.Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembengkakan
b.Kelenjar Tiroid : tidak ada pembengkakan
c.JVP : JVP sulit dinilai
9. Dada
a. Inspeksi : simetris,tidak ada lesi
b. Palpasi : tidak ada pembengkakan
10.Jantung
a. Inspeksi : ictus kordis tidak terlihat
b. Palpasi : ictus cordis teraba medial (MCS RIC V)
c. Auskultasi : irama teratur
11.Paru-paru
a. Inspeksi : simetris
b. Palpasi : tidak dilakukan
c. Perkusi : tidak ada ksempatan
d.Auskultasi : vesikuler, wheezing (-),ronchi (-)
12.Perut
a. Inpeksi : distensi (-)
b.Palpasi : normal, tidak ada pembengkakan
c.Perkusi : timpani
d.Auskultasi : bising usus (+)
13.Punggung : Bentuk normal
14.Ekstremitas : Kekuatan dan tonus otot baik Refleks-reflekk baik
a. Atas : lesi (-), bengkak (-)
23
b.Bawah : normal
15.Genitalia : tidak ada kelainan
16.Kulit : Warna kuning langsat, Turgor baik, Integritas
baik, Elastisitas baik
17.Pemeriksaan Neurologis : Berkaitan dengan kasus spt meningitis, kejang dlL
X. PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG
- DDST (terlampir) Terdapat 1 keterlambatan pada sektor motorik kasar
(meragukan)
- STATUS NUTRISI (terlampir) An.K obesitas
XI. PEMERIKSAAN PSIKOSOSIAL
Klien tidak takut pada orang asing
XII. PEMERIKSAAN SPRITUAL
XIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium : tidak ada
2. Rontgen : tidak ada
3. Lain-lain : tidak ada
XIV. PEMERIKSAN KHUSUS PADA SISTEM YANG MEMPUNYAI
KELAINAN
Tidak ada kelainan pada bayi sehingga tidak ada pemeriksaan khusus lainnya.
XVI.KEBUTUHAN DASAR SEHARI-HARI
No. Jenis Kebutuhan Di rumah
1. Makan ASI dan bubur saring
2. Minum ASI dan air putih
3. Tidur >8 jam/hr
4. Mandi 2x/hr
5. Eliminasi BAB 2 x sehari
BAK= 5-6x sehari
24
6. Bermain Anak tidak takur pada orang asing,suka
senyum
RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN
(Berisikan tentang alasan masuk RS, identitas, BB & PB, TTV, semua data/
pengkajian yang abnormal/ data fokus dan nantinya akan dimasukkan sebagai DO
dan DS)
An.K usia 8 bulan dibawa orang tuanya ke puskesmas untuk imunisasi. An.K
akan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Klien tampak sehat dan tidak ada keluhan
fisik lainnya. Keluarga mengatakan An.K pernah menderita demam dan batuk 1
bulan yang lalu namun sekarang sedah sembuh.
Status nutrisi
BB = 7,5 kg
TB = 60 cm
BB = 7,5 x 100 %= 84 % (normal)
U 8,9
TB = 60 x 100% = 85,7% (KEP I)
U 70
BB = 7,5 x 100% = 127 (obesitas)
TB 5,9
ANALISIS DATA
No. Data Patofisiologi Masalah
1. DO:
- imunisasi DPT2/HB2
dan polio3
- BB= 7,5kg, TB= 60
kg
- membawa buku KIA
- Jadwal imunisasi
An.K tidak sesuai dg
jadwal yang
Membawa bayi ke
puskesmas
usia anak 8 bulan
imunisasi yg diberikan
PDT2/HB2 dan polio 3
jadwal imunisasi terlambat
Kurang
pengetahuan
25
2.
seharusnya
DS:
- ibu mengatakan dari 4
orang anaknya,
imunisasinya tidak
lengkap
- ibu mengatakan tidak
mengetahui jadwal
imunisasi
DO:
- imunisasi DPT2/HB2
dan polio3
- Efek samping
imunisasi DPT adalah
demam
- Mendapat
parasetamol setelah
imunisasi
DS:
- Ibu anak mengatakan
anaknya demam
setelah imunisasi
yang lalu
- Ibu mengatakan
badan anaknya panas
setelah imunisasi
yang lalu
kurang pengetahuan
Masuknya bakteri yang
dilemahkan
Bakteriemia
Adanya perlawanan/reaksi
dari tubuh karena masuknya
benda asing
Induksi demam
Peningkatan suhu tubuh
Resiko ketidak
seimbangan
peningkatan suhu
tubuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS
1. Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi
26
2. Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian
imunisasi DPT2/HB2
27
ASUHAN KEPERAWATAN
N
ODK
PerencanaanImplementasi Evaluasi
Tujuan Intervensi
1. Kurang
pengetahuan
b.d kurangnya
keinginan
untuk mencari
informasi
1. Pengetahuan:
pengobatan
- Menyatakan nama
pengobatan yang
benar
- Mendeskripsikan
pengobatan yang
muncul
- Mendeskripsikan
tindakan pengobatan
- Mendeskripsikan
efek dari
pengobatan
- Mendeskripsikan
tindakan
1. Mengajarkan: menentukan
pengobatan (imunisasi)
Informasikan pada pasien dari
yang umum dan berbagai jenis
nama di setiap pengobatan
Informasikan pada pasie
maksud dan tindakan di setiap
pengobatan
Instruksikan pada pasien
takaran, perjalanan, dan waktu
di setiap pengobatan
Instruksikan pada pasien untuk
mempersiapkan tata cara yang
dibutuhkan sebelum
melakukan pengobatan
1. Mengajarkan: menentukan
pengobatan (imunisasi)
menginformasikan pada Ibu klien dari
yang umum dan berbagai jenis
imunisasi
“Jenis imunisasi yg wajib yaitu
Hepatitis B, BCG, DPT, campak,
polio. Saat ini bayi mendapatkan
imunisasi DPT, HB, dan polio. DPT
diberikan pada usia 2, 4,6,18 bulan
dan 5 tahun”
menginformasikan pada Ibu klien
maksud dan tindakan imunisasi
“tujuan imunisasi ialah untuk
mengurangi angka penderita suatu
S:
- ibu mengatakan dari
4 orang anaknya
imunisasinya tidak
lengkap
- ibu mengatakan
tidak mengetahui
jadwal imunisasi
- ibu mengatakan
akan melakukan
imunisasi yang
teratur pada anaknya
28
pencegahan dari
pengobatan
(contoh: mencek apakah anak
demam ata sakit sebelum
imunisasi), dengan tepat
Informasikan pada pasien
akibat dari pengobatan yang
tidak dilakukan atau
selanjutnya dilakukan dengan
kasar, dengan tepat
Instruksikan pada pasien efek
samping yang merugikan di
setiap pengobatan
Instruksikan pada pasien
bagaimana mengurangi
dan/atau pencegahan efek
samping yang tepat, dengan
tepat
Instruksikan pada pasien
langkah apa yang diambil jika
efek samping terjaidi
penyakit yang sangat membahayakan
kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya”
menganjurkan pada Ibu klien untuk
mempersiapkan tata cara yang
dibutuhkan sebelum melakukan
pengobatan (contoh: mencek apakah
anak demam ata sakit sebelum
imunisasi), dengan tepat
“imunisasi diberikan saat anak dalam
keadaan sehat”
menginformasikan pada Ibu klien
akibat dari imunisasi yang tidak
dilakukan
“anak akan mudah terserang penyakit”
menganjurkan pada Ibu klien “efek
samping imunisasi DPT/HB yaitu
demam”
menganjurkan pada Ibu klien
O:
- imunisasi
DPT2/HB2 dan
polio3
- membawa buku KIA
- jadwal imunisasi
DPT dan HB telat
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
29
Suhu tubuh normal,
Menyediakan pasien dengan
sumber/penyedia informasi
mengenai tindakan, tujuan,
efek samping, dan lain-lain
dari pengobatan
bantu pasien untuk menulis
jadwal perkembangan
pengobatan
Instruksikan pada pasien untuk
mempunyai dokumentasi dari
cara pengobatan yang
ditentukan
tentukan kemampuan pasien
untuk memperoleh pengobatan
yang wajib
1. Penatalaksanaan demam
- Sering pantau temperatur
bagaimana mengurangi dan/atau
pencegahan efek samping yang tepat,
dengan tepat
“demam pada anak dapat diatasi
dengan kompres pada ketiak dan dahi
anak dan minum obat penurun panas
berupa parasetamol 3x100mg”
Membantu Ibu klien untuk menulis
jadwal imunisasi
menganjurkan pada Ibu klien untuk
mempunyai dokumentasi dari
imunisasi
Menentukan kemampuan pasien untuk
memperoleh pengobatan yang wajib
1. Penatalaksanaan demam
- Menganjurkan ibu sering pantau
temperatur/suhu tubuh anak
30
2. Resiko ketidak
seimbangan
peningkatan
suhu tubuh b.d
pengobatan
(imunisasi
DPT)
Demam teratasi
Kriteria Hasil:
1. Termoregulasi
- Suhu kulit dalam
batas normal (36,5
– 37oC)
- Iritabilitas tidak
terjadi
- Perubahan warna
kulit tidak muncul
- Menggigil tidak
terjadi
- Nadi normal (80-
100)
- Pantau warna kulit dan suhu
- Pantau intake dan output
- Atur pemberian anti piretik
- Mandikan pasien dengan
waslap hangat-hangat kuku
- Beri kompres di bagian area
injeksi
- Beri obat yang tepat
(kolaborasi dalam pemberian
paracetamol 3x100mg
- Menganjurkan ibu pantau warna kulit
dan suhu
- Menganjurkan ibu memberi intake
cairan yang adekuat dan memantau
output
- mengatur pemberian anti piretik
- menganjurkan ibu memandikan
An.K dengan waslap hangat-hangat
kuku
- Menganjurkan Ibu memberi kompres
di bagian area injeksi bila bengkak
- memberi obat yang tepat (kolaborasi
dalam pemberian paracetamol
3x100mg
S:
- ibu klien
mengatakan akan
memanta suhu
tubuh anaknya
- ibu klien
mengatakan akan
mengompres
ketiak dan dahi
klien
- ibu klien
mengatakan akan
minum obat teratur
O:
- dapat paracetamol
3x100mg
A: masalah teratasi
31
P: intervensi dihentikan
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Kelompok melakukan asuhan keperawatan pada anak sehat. An.K datang
dengan ibunya ke Puskesmas Ambacang untuk melakukan imunisasi. Dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa masalah keperawatan yang diperoleh dari
pengkajian dan analisa data yang dilakukan. Selanjutya kelompok akan membahas
dengan kasus yang ditemukan.
Dari pengkajian didapatkan informasi jika An.K datang ke Puskesmas
Ambacang untuk melakukan imunisasi DPT2/HB2 dan polio 3. Anak berumur 8
bulan, anak dalam kondisi sehat, tidak demam, sesak nafas tidak ada, (FP= 40 x/i).
BB = 7,5 kg, TB = 60 cm .Ibu mengatakan sebelumnya anaknya, setelah
mendapat DPT1/Hb1, bulan yang lalu An.K mengalami panas tinggi, merah pada
daerah suntikan setelah mendapatkan imunisasi tersebut.
Hal ini sesuai menurut AH, Markum, 2002, DPT (Dhifteri Pertusis
Tetanus) diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan ( DPT tidak boleh diberikan sebelum
umur 6 minggu ) dengan interval 4-8 minggu (AH, Markum, 2002). Efek samping
dari imunisasi ini yakni demam tinggi, rewel, kemerahan daerah invasi, nyeri-----
2 hari.
Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme
lain yang telah mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin
kemudian merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk
melawan organisme tersebut (tengah). Lain waktu saat organisme tersebut
kembali menyerang tubuh, antibodi dari sistem kekebalan akan menyerang dan
akan menghentikan infeksi (kanan). Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin
didapat setelah menerima vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan
berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang
menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan atau
dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin memicu
respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang
oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan
33
penyerbu dan mencegahnya menginfeksi lagi. Jika terekspos terhadap penyakit
saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan menghadapi antibodi. Kekebalan
anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan yang diperoleh dari
infeksi alami.
Berdasarkan pengkajian dan analisa data pengkajian didapatkan 2
diagnosa, yaitu:
1. Kurang pengetahuan
Diagnosa ini ditunjang dengan data-data antara lain ibu mengatakan anak K mau
imunisasi, ibu mengatakan dari 4 orang anaknya imunisasinya tidak lengkap, ibu
mengatakan tidak mengetahui jadwal imunisasi jadwal imunisasi saat ini
DPT2/HB2 dan polio3, ibu membawa buku KIA, Jadwal imunisasi An.K tidak
sesuai dg jadwal yang seharusnya
2. Resiko ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian
imunisasi DPT2/HB2
Efek samping imunisasi DPT adalah demam, saat selesai imunisasi Ibu
mendapatkan parasetamol, ibu mengatakan imunisasi sebelumnya anaknya
mengalami demam tinggi setelah di imunisasi.
34
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada An. K, diperoleh data-
data yang dapat digunakan untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang
tampak pada klien. Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien , dapat
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data-data dan dirumuskan diagnosa :
Kurang pengetahuan b.d kurangnya keinginan untuk mencari informasi, resiko
ketidakseimbangan peningkatan suhu tubuh b.d pemberian imunisasi DPT2/HB2
2. Perencanaan disusun berdasarkan konsep teoritis
3. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 16 januari 2012, sesuai
dengan intervensi keperawatan yang telah dirumuskan
4. Saat evaluasi keperawatan diketahui bahwa masalah yang dialami klien
teratasi di hari yang sama.
B. Saran
Kelompok berharap agar dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat
dan mahasiswa dapat melakukan implementasi sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun dan melakukan evaluasi keperawatan.
35
REFERENSI
Classification 2009-2011.Singapura: Markono Print Media Pte Ltd.
Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman operasional pelayanan imunisasi.
Jakarta.
-------------------------------- (2005). Pedoman penyelenggaraan immunisasi.
Jakarta.
Hidayat, A. (2006). Pengantar ilmu keperawatan anak buku 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Johnson, Marion, dkk. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). Amerika:
Library Of Congress Cataloging-in-Publication Data.
Markum, AH. (2002). Imunisasi Edisi Ketiga. Jakarta: FKUI.
McCloskey & Bulechek. (1996). Nursing Interventions Classificatio (NIC).
Amerika: Graphic World,Inc.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (2005). Ilmu kesehatan anak 1.
Jakarta: FKUI.
Wong, DL. (2003). Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Edisi 4. Jakarta: EGC.
http://tahukahbunda.wordpress.com/2009/03/12/imunisasi-wajib/
36