Seleksi Genetik Itik Mojosari

  • Upload
    arifgii

  • View
    911

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Itik merupakan salah satu ternak yang memiliki peranan pentingsebagai sumber pendapatan tunai bagi petani kecil di beberapa wilayahdi Indonesia. Berdasarkan Data Statistik Peternakan (2009) populasi itiklokal cukup tinggi yaitu sekitar 40,68 juta ekor. Meski demikian,sumbangan yang diberikan dari itik sebagai unggas penghasil telur dandaging secara nasional justru relatif kecil, yaitu 18 % dari total produksitelur nasional. Hal ini menunjukkan potensi populasi itik belum mampuberperan sebagai sumber pangan andalan, karena produktivitas itik yangmasih rendah (Hardjosworo, et all., 2001).Itik lokal belum banyak dikembangkan sebagai ternak itikkomersial karena memiliki produktivitas yang masih rendah. Itik lokalMojosari misalnya, meski banyak dipelihara sebagai penghasil telurnamun belum banyak peternak yang memelihara secara intensif. Itiklokal asal Mojosari kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini juga memilikidaya adaptasi yang baik. Namun produksi telurnya yang masih rendahmenjadi kendala dalam mengembangkan usaha ternak itik Mojosari.Prasetyo, et all., (1998) melaporkan bahwa rata-rata produksi telur itikMojosari dalam satu tahun adalah 194 butir. Rendahnya produksi telurini menunjukkan perlunya upaya perbaikan mutu genetik untukmeningkatkan produktivitas ternak itik Mojosari.Perbaikan mutu genetik sangat penting karena akan memberikandampak yang lebih permanen terhadap produktivitasnya. Upaya yangdapat dilakukan untuk memperbaiki mutu genetik itik Mojosari, salahsatunya melalui seleksi. Seleksi dilakukan untuk menghasilkan bibitunggul dan menjaga kemurnian itik Mojosari. Parameter seleksi sepertiproduksi telur merupakan sifat kuantitatif Itik yang dapat dijadikan acuanuntuk menghasilkan bibit unggul dan bernilai ekonomis (Dudi, 2007).

Citation preview

ILMU PEMULIAAN TERNAK PENINGKATAN MUTU GENETIK ITIK MOJOSARI MELALUI APLIKASI SELEKSI GENETIK DI DESA MODOPURO KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

OLEH : ARIF SUGIANTO NIM. P2DA10010

PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2011

ABSTRACT In Indonesia, duck farming plays as an alternative source of income for small farmers with their population about 40,6 million ducks. However, the population that relatively high do not have an important role as source food, because the production of duck farming is still low. Mojosari Duck is one of the local ducks that have low production. This certainly requires a genetik improvements are by using selection and line breeding to improve the production of Mojosari duck. This study is aimed to selection Mojosari duck and estimate the best response selection in egg production for three generation. Selection method are by using simulation of selection in egg production of Mojosari duck. Record of performance Mojosari duck were obtained from random numbers trough data transformation. Material that used in this research are 100 hen female Mojosari ducks and 10 hen of male Mojosari ducks. Selection criteria that used in this selection are the highest egg production at the age of six months The simulation results showed an increase in the average population of generation I of 108,38 3,29; generation II 110,01 4,45; and generation III 113,22 5,96. Selection in this program indicates value of selection response in generation I, generation II and the generation III, respectively 0,36; 0,36; 0,32. The highest rate of increase occurred in the generation I and generation II with the same selection response value are 0.8. This matter can be concluded that selection program simulation can yield 100 hen of Mojosari duck owning mean produce egg 113,22 item/hen/6 months. Key words : selection, mojosari duck, eggs production, generation, selection response

1

ABSTRAK Ternak itik merupakan salah satu sumber pendapatan tunai bagi keluarga dengan populasi 40.6 juta ekor. Namun potensi populasi ini belum mampu berperan sebagai sumber pangan andalan, karena produktivitas itik yang relatif rendah. Itik Mojosari merupakan salah satu itik lokal yang memiliki produksi yang rendah. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi telur itik Mojosari adalah perbaikan terhadap mutu genetik melalui seleksi dan perkawinan line breeding. Penelitian ini dilakukan untuk menyeleksi itik Mojosari dan menduga nilai respon seleksi pada produksi telur itik Mojosari selama tiga generasi. Materi yang digunakan penelitian ini adalah itik Mojosari jantan 10 ekor dan betina sebagai induk 100 ekor dengan populasi dasar dibangkitkan menggunakan angka random yang terdistribusi normal berdasarkan rataan produksi telur itik Mojosari 103,6 2,3 butir/induk/6 bulan. Metode penelitian adalah simulasi seleksi terhadap produksi telur enam bulan itik Mojosari Hasil simulasi menunjukkan adanya peningkatan rataan populasi generasi I 108,38 3,29; generasi II 110,01 4,45; dan generasi III 113,22 5,96. Seleksi menunjukkan adanya respon seleksi generasi I, generasi II, dan generasi III berturut-turut adalah 0,36; 0,36; 0,32. Laju peningkatan tertinggi terjadi pada generasi I dan generasi II dengan respon seleksi yang sama yakni sebesar 0,36. Dengan demikian, simulasi program seleksi mampu menghasilkan 100 ekor itik Mojosari dengan rataan produksi telur 113,22 butir/ekor/6 bulan. Kata kunci : seleksi, itik mojosari, produksi telur, generasi, respon seleksi.

2

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Itik merupakan salah satu ternak yang memiliki peranan penting sebagai sumber pendapatan tunai bagi petani kecil di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan Data Statistik Peternakan (2009) populasi itik lokal cukup tinggi yaitu sekitar 40,68 juta ekor. Meski demikian, sumbangan yang diberikan dari itik sebagai unggas penghasil telur dan daging secara nasional justru relatif kecil, yaitu 18 % dari total produksi telur nasional. Hal ini menunjukkan potensi populasi itik belum mampu berperan sebagai sumber pangan andalan, karena produktivitas itik yang masih rendah (Hardjosworo, et all., 2001). Itik lokal belum banyak dikembangkan sebagai ternak itik komersial karena memiliki produktivitas yang masih rendah. Itik lokal Mojosari misalnya, meski banyak dipelihara sebagai penghasil telur namun belum banyak peternak yang memelihara secara intensif. Itik lokal asal Mojosari kabupaten Mojokerto Jawa Timur ini juga memiliki daya adaptasi yang baik. Namun produksi telurnya yang masih rendah menjadi kendala dalam mengembangkan usaha ternak itik Mojosari. Prasetyo, et all., (1998) melaporkan bahwa rata-rata produksi telur itik Mojosari dalam satu tahun adalah 194 butir. Rendahnya produksi telur ini menunjukkan perlunya upaya perbaikan mutu genetik untuk meningkatkan produktivitas ternak itik Mojosari. Perbaikan mutu genetik sangat penting karena akan memberikan dampak yang lebih permanen terhadap produktivitasnya. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki mutu genetik itik Mojosari, salah satunya melalui seleksi. Seleksi dilakukan untuk menghasilkan bibit unggul dan menjaga kemurnian itik Mojosari. Parameter seleksi seperti produksi telur merupakan sifat kuantitatif Itik yang dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan bibit unggul dan bernilai ekonomis (Dudi, 2007). 3 1.1

Perumusan Masalah Produksi telur itik Mojosari oleh masyarakat Kecamatan Mojosari relative rendah yaitu 194 butir per tahun (Prasetyo, et all., 1998). Hal tersebut disebabkan mutu genetik yang rendah, sistem pemeliharaan dan pemberian pakan seadanya. Disisi lain kebutuhan akan telur itik semakin meningkat sejalan dengan kesadaran gizi masyarakat yang membaik. Untuk dapat memenuhi kebutuhan telur itik yang berkesinambungan dalam jumlah dan kualitas yang memadai, diperlukan upaya peningkatan mutu genetik itik, terutama dalam penyediaan bibit yang mempunyai produksi telur tinggi. Perbaikan mutu genetik merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan produksi telur itik Mojosari. Salah satu upaya dalam melakukan perbaikan mutu genetik yakni melalui seleksi terarah terhadap produksi telur serta mengaplikasikan pola perkawinan terkontrol (line breeding). Upaya perbaikan mutu genetik tersebut diharapkan mampu menghasilkan bibit itik Mojosari unggul yang dapat diaplikasikan ke industri pembibitan dalam menyediakan bibit dalam jumlah banyak dan berkesinambungan.

1.2

4

II. TUJUAN DAN MANFAAT 2.1 Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk menaksir respon seleksi produksi telur itik Mojosari dengan kriteria produksi telur umur enam bulan dari generasi I sampai generasi III. 2.2 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah menghasilkan bibit itik Mojosari unggul dari hasil seleksi dengan sifat produksi telur tinggi. Sehingga dapat diaplikasikan pada industri pembibitan dan atau BPTU (Balai Perbibitan Ternak Unggul) untuk menyediakan DOD dalam jumlah banyak dan berkesinambungan.

5

III. TINJAUAN PUSTAKA Produksi Telur Itik Mojosari Itik Mojosari juga disebut itik Mojokerto atau Madupuro. Jenis itik ini merupakan itik lokal yang berasal dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Itik Mojosari merupakan itik petelur unggul. Bentuk tubuh itik Mojosari adalah seperti botol dan berdiri tegak. Warna itik jantan maupun betina tidak berbeda yaitu berwarna kemerahan dengan beberapa variasi (Wahono, 2003). Meskipun postur tubuhnya lebih kecil jika dibandingkan itik petelur unggul lain, itik Mojosari mempunyai telur yang ukurannya relatif besar, dengan warna kerabang biru kehijauhijauan. Kelebihan Itik Mojosari adalah masa produktifnya dalam menghasilkan telur cukup lama (Prasetyo, et all., 1998). Produksi telur merupakan salah satu sifat penting yang bernilai ekonomi dari performans ternak petelur. Kemampuan seekor unggas untuk menghasilkan telur dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pakan, kepadatan kandang, sistem pemeliharaan, cahaya, temperatur dan kelembaban udara (Noyansa, 2004). Faktor genetik sangat berpengaruh terhadap produksi telur (Srigandono, 1986). Faktor genetik menunjukkan kemampuan individu seekor ternak untuk dapat memproduksi telur. Produksi telur 3 bulan Itik Mojosari adalah 67 butir, sedangkan produksi per tahun sebanyak 238 butir (Prasetyo, et all., 1998; Prasetyo dan Susanti, 2000). Salah satu faktor yang menunjukkan korelasi genetik yang tinggi terhadap produksi telur selama satu tahun adalah produksi telur umur enam bulan (Gunawan, 1988). Penelitian Susanti (2003) melaporkan bahwa rata-rata produksi telur itik Mojosari pada umur enam bulan sebesar 103,6 2,3 butir, sedangkan rata-rata produksi per tahun 194 butir (Prasetyo, et all.,.,l., 1998). Secara umum, produksi telur Itik Mojosari pada bulan pertama mencapai 40% kemudian akan mencapai 80% sebagai produksi puncak pada bulan ke empat (Mahmudi 2001). Produksi telur tertinggi dicapai pada umur 27 sampai 6 3.1

32 minggu (Susanti, 2003). Itik masih dianggap produktif sampai umur dua hingga tiga tahun, setelah lebih dari umur tersebut sudah tidak ekonomis lagi (Hardjosworo,1985). 3.2 Seleksi

Seleksi dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk membiarkan ternak-ternak tertentu bereproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi kesempatan bereproduksi (Noor, 2000). Seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan. Terdapat dua kekuatan yang menentukan apakah ternak pada generasi tertentu bisa menjadi tetua pada generasi selanjutnya, yaitu seleksi alam dan buatan. Seleksi alam adalah seleksi yang ditentukan oleh alam sedangkan seleksi buatan adalah bila pengamatan atau penentuan dilakukan oleh manusia (Martojo, 1992). Seleksi buatan dilakukan terhadap suatu tujuan atau sasaran tertentu untuk memenuhi kebutuhan manusia (Pane, 1986). Seleksi dalam pemuliaan ternak menunjukkan keputusan yang diambil oleh para pemulia pada tiap generasi untuk menentukan ternak mana yang akan dipilih sebagai tetua pada generasi berikutnya dan mana yang akan disisihkan sehingga tidak memberikan keturunan, kemudian menentukan apakah beberapa dari individu-individu yang terpilih akan dibiarkan mempunyai beberapa keturunan saja. Fungsi seleksi adalah mengubah frekuensi gen. Dimana frekuensi gen-gen yang diinginkan akan meningkat, sedangkan frekuensi gen-gen yang tidak diinginkan akan menurun. Seleksi sebagai kekuatan untuk mengubah frekuensi gen yang mengatur beberapa sifat kualitatif dan juga kuantitatif yang dipengaruhi oleh banyak gen dimana pengaruh dari masing-masing gen biasanya tidak dapat dilihat (Warwick, et all., 1995).

7

IV. MATERI DAN METODE 4.1 Materi Penelitian mengenai simulasi seleksi itik Mojosari akan dilakukan di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto dengan ketinggian tempat 22 meter diatas permukaan laut. Materi yang digunakan dalam simulasi seleksi adalah itik Mojosari berumur 20 minggu yang diperoleh dari peternakan di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Jumlah itik Mojosari yang digunakan sebanyak 100 ekor betina dan 10 ekor jantan, sehingga setiap pejantan mengawini 10 ekor betina. Data yang diamati adalah produksi telur umur 6 bulan yang dihasilkan induk maupun keturunannya. Adapun pakan yang diberikan adalah ransum komersial (Charoen Phokphand), terdiri dari tiga macam yaitu ransum starter (1 hari - 8 minggu), grower (8 - 20 minggu) dan ransum untuk produksi telur. Susunan ransum dan kandungan gizinya disesuaikan dengan umur itik. 4.2 Metode Metode yang digunakan adalah metode simulasi seleksi untuk menduga taksiran respon seleksi itik Mojosari untuk tiga generasi. Simulasi seleksi dilakukan menggunakan kriteria produksi telur enam bulan tertinggi. Diasumsikan bahwa dalam populasi awal seluruh induk sudah dapat dikawinkan sehingga menghasilkan keturunan pada umur 6 bulan. Itik dikawinkan secara line breeding dengan tujuan untuk memperbanyak populasi murni. Setelah dikawinkan, Itik kemudian diseleksi untuk memilih tetua dengan produksi telur tertinggi dan dipilih sebanyak 75 persen dari populasi. Selama seleksi berlangsung diasumsikan tidak ada kematian, dan jumlah ternak tetap dari awal populasi hingga menghasilkan generasi III. Populasi awal merupakan populasi dasar yang dibangkitkan menggunakan angka random dan terdistribusi normal berdasarkan 8

rataan produksi telur itik Mojosari 103,6 2,3 butir/induk/6 bulan (Susanti, 2003). Setiap generasi diseleksi sebanyak 75 ekor tetua terbaik dan akan dikeluarkan sejumlah 25 ekor. Kekosongan induk kemudian akan diisi oleh induk terpilih dari hasil seleksi dimana replecement stock (ternak pengganti) berasal dari keturunanya. Semua induk dan pejantan diasumsikan fertil, daya tetas 100 persen serta banyaknya kelahiran anak jantan dan betina dengan perbandingan 1:1. Dengan demikian, induk akan menghasilkan keturunan sebanyak 100 ekor yang terdiri dari 50 ekor itik jantan dan 50 ekor itik betina. Untuk memilih replacement stock, 50 ekor anak betina yang dihasilkan diseleksi berdasarkan nilai fenotipik produksi telur tertinggi sebanyak 25 ekor. Selanjutnya 75 ekor induk yang terpilih dan 25 ekor anak yang terpilih akan digunakan untuk induk generasi yang akan dating, sehingga jumlah induk yang digunakan tetap dipertahankan 100 ekor. Nilai heritabilitas ditetapkan sebesar 0.2 dan repitabilitas sebesar 0.4 (Susanti, 2003). 4.2.1 Cara Kerja 1. Data dicari dengan menggunakan program SPSS. 2. Spesifikasi komponen data ditulis di lembar variabel view dengan kode yaitu : TAG (nomor itik betina), PT (produksi telur), RPT (rataan produksi telur), HERIT (heritabilitas), TNP (taksiran nilai pemuliaan), TTT (tetua terpilih), SDEF (seleksi diferensial), RTT (rataan tetua terpilih), RSEL (taksiran respon seleksi). 3. Spesifikasi kode data tiap generasi,diikuti dengan rincian kode yaitu : G0 (generasi ke-0), G1 (generasi ke-1), G2 (generasi ke-2), G3 (generasi ke-3), F1 (anak generasi ke-0), F2 (anak generasi ke-1) dan F3 (anak generasi ke-2). 4. Kolom TAG diisi dengan nomor individu itik Mojosari betina. 5. Kolom PT diisi dengan estimasi produksi telur enam bulan yang diperoleh dari angka random dari proses transformasi data.

9

6. Kolom RPT diisi dengan rataan produksi telur enam bulan itik Mojosari yang didapat dari statistik deskriptif. 7. Kolom HERIT diisi dengan nilai heritabilitas produksi telur Itik Mojosari. 8. Kolom TNP diisi dengan taksiran nilai pemuliaan. 9. Kolom TTT diisi dengan tetua terpilih yaitu 75 ekor ternak dengan nilai taksiran nilai pemuliaan tertinggi. 10. Kolom SDEF diisi dengan hasil perhitungan seleksi diferensial. 11. Kolom RTT diisi dengan nilai rataan dari produksi telur tetua terpilih. 12. Kolom RSEL diisi dengan nilai taksiran respon seleksi tetua terpilih. 13. Data yang sudah diperoleh dihitung hingga generasi ke-3. 4.2.2 Analisis Data Analisis yang digunakan pada data kuantitatif menggunakan analisis deskriptif statistic Warwick, dkk., 1995). a. Nilai pemuliaan Nilai pemuliaan catatan tunggal dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sedangkan Nilai pemuliaan catatan berulang :

Keterangan: h2 = Nilai heritabilitas Pi = Catatan Individu bersangkutan P = Rataan Populasi n = jumlah catatan

10

b. Respon Seleksi Pendugaan respon seleksi dihitung berdasarkan rumus Falconer dan Mackay (1996) yaitu respon seleksi dihitung berdasarkan diferensial seleksi (expected selection response), sebagai berikut.: R = h2 S Sedangkan respon seleksi per tahun dapat dihitung menggunakan rumus berikut.

Keterangan: R = Respon seleksi h2 = Nilai heritabilitas S = Diferensial seleksi I = Interval Generasi

11

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Produksi Telur Seleksi merupakan suatu proses pemilihan ternak dengan karakteristik tertentu yang akan dijadikan sebagai tetua pada generasi berikutnya. Adapun tujuan dilakukannya seleksi pada itik Mojosari adalah untuk meningkatkan produktivitas itik mojosari, yakni produksi telur. Dipilihnya kriteria seleksi produksi telur enam bulan pada itik Mojosari karena memiliki korelasi genetik yang tinggi dengan produksi telur selama satu tahun (Gunawan, 1988). Sehingga hasil seleksi dari produksi telur enam bulan dapat digunakan sebagai acuan besarnya produksi telur selama satu periode produksi. Hasil seleksi selama tiga generasi menunjukkan terjadinya peningkatan produksi telur itik mojosari pada tiap generasi. Peningkatan produksi telur ini ditunjukkan pada nilai rata-rata populasi awal itik dan rata-rata populasi terseleksi (tersaji pada lampiran 2). Hal ini terjadi karena tetua terpilih yang digunakan pada generasi selanjutnya merupakan ternak yang memiliki karakteristik produksi telur terbaik. Rataan produksi telur meningkat dari generasi G1 sebesar 104,96 butir/induk/6 bulan menjadi 113,22 butir/induk/6 bulan pada generasi G3. Dengan demikian, simulasi program seleksi mampu menghasilkan 100 ekor itik Mojosari dengan rataan produksi telur 113,22 butir/induk/6 bulan dari generasi G3. 5.2 Respon Seleksi Respon seleksi atau kemajuan seleksi ialah perbandingan antara rata-rata performan anak dengan rata-rata performan tetua. Keberhasilan suatu program seleksi ditunjukkan dengan meningkatnya respon seleksi. Besarnya nilai respon seleksi dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu heritabilitas, intensitas seleksi yang ditentukan oleh proporsi

12

individu yang diteliti, simpang baku genetik, dan interval generasi seleksi diferensial, heritablitas, dan interval generasi (Adjisoedarmo, 1989). Taksiran respon seleksi jangka pendek pada generasi I, generasi II dan generasi III terhadap produksi telur itik Mojosari umur 6 bulan tersaji pada lampiran 4. Taksiran respon seleksi tertinggi ditunjukkan pada generasi I dan generasi II sebesar 0.36. Laju nilai respon seleksi pada generasi I stabil hingga generasi II kemudian menurun pada generasi III sebesar 0.32. Hal tersebut sesuai dengan Richadson (1968), yang menyatakan bahwa respon seleksi yang diperoleh dalam proses seleksi umumnya menurun besarnya dari generasi ke generasi. Hasil respon seleksi juga mendekati hasil taksiran respon seleksi nyata pada penelitian Susanti (2003), dimana respon seleksi yang dihasilkan dari produksi itik mojosari umur enam bulan sebesar 0,3. Artinya, rata-rata produksi telur itik Mojosari meningkat sebesar 0,3 butir per satu generasi. Penurunan respon seleksi pada tiap generasi disebabkan nilai seleksi diferensial yang menurun pada generasi G3 sebesar 0,23. Seleksi diferensial adalah perbedaan rata-rata performan individuindividu yang terseleksi dengan rata-rata performan individu-individu pada populasi awal (Falconer dan Mackay, 1996). Atau dengan kata lain, seleksi diferensial adalah keunggulan ternak-ternak yang terseleksi terhadap rata-rata populasi, sehingga jika keunggulan tetua terpilihnya menurun akan mengakibatkan respon seleksi yang menurun. Berbeda dengan generasi III, laju respon seleksi pada generasi II justru stabil dari generasi I. Besarnya seleksi diferensial II tidak jauh berbeda dengan generasi I sehingga respon seleksi yang dihasilkan memiliki nilai yang sama besarnya dengan generasi I.

13

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan kajian simulasi seleksi yang diperoleh dalam upaya meningkatkan produksi telur itik Mojosari, dapat disimpulkan bahwa akan terjadi peningkatan rataan produksi telur itik Mojosari dari generasi I, generasi II dan generasi III berturut-turut sebesar 108,38 3,29; 110,01 4,45; 113,22 5,96 butir/ekor/6 bulan. Laju peningkatan terbesar ditunjukkan pada generasi I dan generasi II dengan nilai respon seleksi yang sama sebesar 0,36 dan kemudian menurun pada generasi III sebesar 0,32 6.2 Saran 1. Pada pelaksanaan seleksi sebaiknya lebih ditekankan pada proses perkawinan untuk menghindari terjadinya in breeding. 2. Dalam menyusun program pemuliaan sebaiknya diselaraskan dengan simulasi seleksi sehingga pelaksanaan seleksi lebih tepat dan efektif. 3. Untuk menghasilkan itik mojosari dengan produktivitas unggul, selain upaya peningkatan mutu genetik melalui seleksi, sebaiknya juga diikuti dengan perbaikan pakan dan manajemen.

14

DAFTAR PUSTAKA Adjisoedarmo, S. 1989. Simulasi Seleksi Untuk Meningkatkan Mutu Genetik Domba Lokal. Disertasi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Dudi. 2007. Identifikasi Sifat Kuantitatif Itik Cihateup sebagai Sumberdaya Genetik Unggas Lokal. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.7(1). Falconer, D.S., D Mackay. 1996. Introduction to Quantitative Genetiks. Ed ke-4, Longman, England. Gunawan, B. 1988. Teknologi Pemuliabiakan Itik Petelur Indonesia. Proceedings Seminar Nasional Peternakan dan Forum Petemak : Unggas dan Aneka Ternak II. Ciawi. Bogor. Gunawan, B., P. Edianingsih, H. Martojo dan Komarudin. 1994. Produktifitas dan Keragaman Fenotipik Itik Alabio Pada Sistem Pemeliharaan Intensif. Prosidings Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor. Hardjosworo, P.S. 1985. Konservasi Temak Asli. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian. Bogor. Hardjosworo, P.S., A.R. Setioko, P.P. Ketaren, L.H. Prasetyo, A.P. Sinurat dan Rukmiasih. 2001. Prosiding Lokakarya Unggas Air. Pengembangan Agribisnis Unggas Air Sebagai Peluang Usaha Baru. Kerjasama Institut Pertanian Bogor, Balai penelitian Ternak. Bogor dan Yayasan Kehati. Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas, Bogor. Noyansa, Dwin. 2004. KarakteristikPenetasan dari Itik Mojosari Alabio dan Persilangannya. Thesis. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Noor, R. R. 2000. Genetika Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 15

Pane, I. 1986. Pemuliabiakan Tenak Sapi. Gramedia. Jakarta. Prasetyo, L.H. dan Susanti, T. 2000. Persilangan timbal balik antara itik Alabio dan Mojosari. I : Awal pertumbuhan dan awal bertelur. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. Vol.2(3):152-156. Prasetyo, L.H., Y.C. Raharjo, T. Susanti dan W.K. Sejati. 1998. Persilangan timbal balik antara Itik Tegal dan Mojosari. Kumpuian Hasil-Hasil Penelitian Peternakan. Balai Penelitian Ternak, Ciawi Bogor. Hal 205 - 211. Richardson, R. H. And K. Kojima, 1968. An Analysis of Shortterm Selection Experiments. Heridity. 23 : 493 506 Susanti, T. 2003. Strategi Pembibitan Itik Alabio dan Itik Mojosari. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Statistik Peternakan. 2009. Biro Pusat Statistika Peternakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Srigandono, B. 1986. Ilmu Unggas Air. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Wahono, Eddy. 2003. Pengamatan Morfometrik pada Itik Alabio, Mojosari dan Persilangannya. Thesis. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Warwick, E.J., M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Temak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

16

Lampiran 1.

SKEMA SIMULASI SELEKSI ITIK MOJOSARI 3 GENERASI

10 ekor Jantan

100 ekor Betina (G0) 50 50Produksi telur 6 bulan Seleksi 75% terbaik

GENERASI 1

10 ekor Jantan

25 ekor 75 ekor betina (G1) betina (G1)Produksi telur 6 bulan Seleksi 75% terbaik

50 50

GENERASI 2

10 ekor Jantan 50 50

25 ekor 25 ekor 50 ekor betina (G2) betina (G2) betina (G2)Produksi telur 6 bulan Seleksi 75% terbaik

GENERASI 3

25 ekor 25 ekor 25 ekor 25 ekor betina (G3) betina (G3) betina (G3) betina (G3)

17

Lampiran 2.

Tabel 1. Rataan Produksi (butir/ekor/6 bulan) Generasi Populasi awal Generasi I Generasi II Generasi III

Telur

Itik

Mojosari

Hasil

Seleksi

Rataan sd 104.96 4.22 108.38 3.29 110.01 4.45 113.22 5.96

Tabel 2. Respon Seleksi Produksi Telur Itik Mojosari Tiap Generasi Generasi Generasi I Generasi II Generasi III Respon Seleksi 0.36 0.36 0.32

18

Lampiran 3. Gambar 1. Grafik rataan produksi telur (butir/ekor/6 bulan)

Gambar 2. Grafik Nilai Respon Seleksi per Generasi

19

Lampiran 5. Rincian Biaya PenelitianHarga Satuan (Rp) 65,000 70,000 4,500 4,200 4,000 3,000,000 850,000 100,000 1,000,000 120,000 100,000 100,000 100,000 6,000,000 450,000 200,000 Jumlah (Rp) 650,000 7,000,000 6,682,500 17,325,000 46,596,000 9,000,000 61,200,000 3,600,000 1,000,000 4,320,000 3,600,000 1,000,000 3,600,000 6,000,000 450,000 200,000 172,223,500

No 1 2 3

Jenis Pengeluaran Itik Jantan itik Betina Pakan Starter Grower Produksi

Quantity 10 ekor 100 ekor 4.5 Kg x 110 ekor x 3 th 12.5 Kg x 110 ekor x 3 th 35,3 Kg x 110 ekor x 3 th 3 th 2 orang x 36 bulan 36 bulan 1 unit 36 bulan 36 bulan 10 unit 36 bulan 1 unir 1 unit 1 paket

4 6 5 7 8 9 10 11 12 13 14

Sewa Kandang Tenaga Kerja Obat Ternak Mesin Tetas Listrik Air Peralatan kandang Transportasi Komputer Printer Alat Tulis TOTAL

20

Lampiran 6.

Gambar 3. Itik Mojosari 21

Lanjutan.

Gambar 4. Peternakan Itik Mojosari

Gambar 5. DOD Itik Mojosari 22

Lanjutan.

Gambar 6. Telur Itik Mojosari

23

Gambar 7. Peternakan Masyarakat di Kecamatan Mojosari

24