22
Pendahuluan Unsur sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah putih (leukosit), dan fragmen sel yang disebut trombosit. Eritrosit berfungsi sebagai transport atau pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium pertukaran antara sel yang terinfeksi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri. Proses asupan dan keluaran cairan terjadi terus menerus dalam tubuh secara keseluruhan maupun diantara berbagai bagian untuk membawa nutrisi dan olsigen ke sel, membuang sisa, dan membentuk zat tertentu dari sel. Perpindahan air dan zat terlarut diantara bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transportasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan dan elektrolit mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut. Cairan tubuh dan zat-zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang konstan. Sel Darah Merah (Eritrosit) Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 µm, dan tidak memiliki nucleus. Bentuk eritrosit sebenarnya dapat beruba-ubah, seperti etika sel-sel tersebut 1

Sel Darah Merah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

eritrositunsur nyatranspor sel

Citation preview

Page 1: Sel Darah Merah

Pendahuluan

Unsur sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit), beberapa jenis sel darah putih

(leukosit), dan fragmen sel yang disebut trombosit. Eritrosit berfungsi sebagai transport atau

pertukaran oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2). Darah adalah suatu suspensi partikel

dalam suatu larutan koloid cair yang mengandung elektrolit. Darah berperan sebagai medium

pertukaran antara sel yang terinfeksi dalam tubuh dan lingkungan luar, serta memiliki sifat

protektif terhadap organisme dan khususnya terhadap darah sendiri.

Proses asupan dan keluaran cairan terjadi terus menerus dalam tubuh secara

keseluruhan maupun diantara berbagai bagian untuk membawa nutrisi dan olsigen ke sel,

membuang sisa, dan membentuk zat tertentu dari sel. Perpindahan air dan zat terlarut diantara

bagian-bagian tubuh melibatkan mekanisme transportasi. Keseimbangan cairan dan elektrolit

mencakup komposisi dan perpindahan berbagai cairan dan elektrolit mencakup komposisi

dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan

zat terlarut. Cairan tubuh dan zat-zat terlarut didalamnya berada dalam mobilitas yang

konstan.

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit normal berbentuk cakram bikonkaf berdiameter kira-kira 8 µm, dan tidak

memiliki nucleus. Bentuk eritrosit sebenarnya dapat beruba-ubah, seperti etika sel-sel

tersebut beredar melewati kapiler-kapiler. Eritrosit dapat dianggap sebagai kantung yang

dapat berubah menjadi berbagai jenis bentuk. Pria dewasa normal memiliki 5,4 juta sel darah

merah per mikroliter (µL) darah. Wanita normal memiliki 4,8 juta sel darah merah per

mikroliter darah (1 µL = 1 mm3; satu tetes darah kira-kira 50 mm3). Jumlah sel darah merah

ini bervariasi pada kedua jenis kelamin dan pada perbedaan umur.

Setiap butir ertrosit mengandung haemoglobin. Haemoglobin adalah protein pigmen

yang member warna merah pada dara. Setiap haemoglobin terdiri dari protein yang disebut

globin dan pigmen non-protein yang disebut heme. Setiap heme berikatan dengan rantai

polipeptida yang mengandung besi (Fe2+). Fungsi utama haemoglobin adalah mengangkut

okdigen dari paru-paru membentuk oksihemoglobin.

1

Page 2: Sel Darah Merah

Pembentukan eritrosit disebut jugaa eritropoiesis. Eritropoiesis terjadi di sumsum

tulang. Pembentukannya diatur oleh suatu hormone glikoprotein yang disebut dengan

eritropoietin. Sel pertama yang diketahui sebagai rangkaian pembentukan eritrosit disebut

proeritroblas. Dengan rangsangan yang sesuai maka sel-sel tunas (stem cell) ini dapat

dibentuk banyak sekali sel. Proeritroblas kemudian akan membelah beberapa kali. Sel-sel

baru dari generasipertama ini disebut sebagai basofil eritroblas sebab dapat dicat dengan zat

warna basa. Sel-sel ini mengandung sedikit sekali haemoglobin. Pada tahap berikutnya akan

mulai terbentuk cukup haemoglobin yang disebut polikromatofil eritroblas. Sesudah terjadi

pembelahan berikutnya, maka akan terbentuk lebih banyaaak lagi haemoglobin. Sel-sel ini

disebut ortokromatik eritroblas dimana warnanya menjadi merah.akhirnya, bila sitoplasma

dari sel-sel ini sudah dipenuhi oleh haemoglobin sehingga mencapai konsentrasi lebih kurang

34% , nukleus akan memadat sampai ukurannya menjadi kecil dan terdorong dari sel. Sel-sel

ini disebut retikulosit. Retikulosit berkembang menjadi eritrosit dalam satu sampai dua hari

setelah dilepaskan dari sumsum tulang.

Jangka hidup eritrosit kira-kira 120 hari. Ertrosit yang telah tua akan ditelan oleh sel-

sel fagosit yang terdapat dalam hati dan limpa. Didalam hati, haemoglobin diubah menjadi

pigmen empedu (bilirubin) yang berwarna kehijauan. Pigmen empedu di ekskresikan oleh

hati ke dalam empedu. Zat besi dari haemoglobin tidak di eksresikan, tetapi digunakan

kembali untuk membuat eritrosit baru.1

Membran Plasma

a. Struktur dan Fungsi

Membran plasma mempunyai struktur yaitu, lapisan ganda lipid

mempunyai permukaan luar yang bersifat hidrofobik, satu sisi permukaan

hidrofilik menghadap ke daerah sitosolik dan sisi yang lain menghadapa

kepermukaan ekstrasitosolik, molekul protein berinteraksi dengan molekul-

molekul lipid dengan cara yang berbeda-beda. Protein ada yang menempel pada

permukaan luar lipid, protein ini disebut protein perifer, selain itu ada molekul

protein yang terbenam dalam lapisan lipid, protein ini disebut protein integral,

protein integral terbagi atas dua kelompok yaitu protein yang terentang disebut

2

Page 3: Sel Darah Merah

mulai dari permukaan dalam sampai ke permukaan luar lapisan ganda lipid,

protein ini disebut protein transmembran. Protein integral yang lain sebagai

molekulnya terbenam dalam lapisan ganda lipid dan sebagian yang lain muncul di

permukaan, membran plasma yang sebagaian besar disusun oleh lipid ini

menyebabkan membran plasma tidak kaku dan bersifat fleksibel, struktur

membran plasma model mosaik cair ini ditemukan oleh Singer dan Nicolson.

Sedangkan fungsi membran plasma yaitu, sebagai pembatas antara sel

dengan lingkungan luar, dan pembatas antara organel dengan bahan sel lainnya;

mengatur lalu lintas senyawa-senyawa atau ion-ion yang masuk dan keluar sel

atau organel; sebagai reseptor (pengenal) molekul-molekul khusus (hormon)

metabolit dan agensia khas seperti bakteri dan virus; tempat berlangsungnya

berbagai reaksi kimia seperti pada membrane mitokondria, kroloplas, retikulim

endoplasma, dan lain-lain; sebagai reseptor perubahan lingkungan sel, seperti

perubahan suhu, intensitas cahaya, dan lain-lain.

b. Sifat-sifat

Membran plasma merupakan suatu membran yang bersifat dinamis dan

memiliki sifat-sifat yang khas. Sifat-sifat yang khas dari membran plasma di

antaranya adalah sebagai berikut, makromolekul tidak dapat melewati membran

plasma sehingga sitoplasma yang sebagian besar merupa protein tetap berkurung

oleh membrane plasma, membran plasma sebagai pelindung sel mampu menjaga

keseimbangan elektrolit, membrane plasma memiliki kemampuan untuk

melakukan transportasi air, zat-zat yang terlarut dalam lipid dapat pula melewati

membran plasma. Hal ini sesuai dengan teori Globular.2

Transportasi Sel

Transpor molekul antarsel dimungkinkan terjadi karena membrane plasma yang

bersifat semipermiable. Membran plasma adalah selaput tipis yang terdiri atas lapisan ganda

3

Page 4: Sel Darah Merah

fosfolipid dengan gumpalan-gumpalan protein. Gumpalan protein yang menempel di

permukaan lapisan fosfolipid disebut protein perifer, sedangkan gumpalan lainnya yang

menembus lapisan fosfolipid disebut protein integral. Pada kedia jenis protein tersebut sering

dijumpai molekul-molekul gula yang akan membentuk glikoprotein.

Protein integral mengandung bagian yang bersifat hidrofilik dan bagian hidrofobil.

Bagian hidrofilik dapat berekasi dengan air, sedangkan bagian hidrofobik tidak dapat

bereaksi dengan iar. Protein yang berada di dalam lapisan fosfolipid bersifat hidrofilik.

Akibatnya, protein yang hidrofobi bergabung dengan bagian ekor molekul lemak yang

hidrofobik.

Permukaan luar dan permukaan dalam membran plasma tidak mengandung protein

yang sama, tetapi bervariasi dalam jumlah maupun jenisnya. Distribusi protein yang tidak

teratur menyebabkan membran plasma menjadi tidak simetris.

Prinsip-prinsip dasar transport melalui membrane plasma adalah setiap molekul

memiliki kecenderungan untuk selalu bergerak karena mengandung energi kinetic. Transport

melalui membrane plasma dapat terjadi secara pasif dan dapat pula terjadi secara aktif.

a. Transpor Pasif

Transport pasif disebut juga transpor spontan karena tidak memerlukan

energi dalam pergerakannya. Transport pasif meliputi difusi, difusi berfasilitasi,

dan osmosis.

1. Difusi

Tidak semua jenis molekul dapat bergerak melalui membrane

plasma dengan cara difusi. Molekul-molekul yang bersifat hidrofobil dapat

dengan mudah bergerak melalui membrane plasma karena larut dalam

lemak pada lapisan fosfolipid, sedangkan molekul-molekul yang lebih

besar tidak dapat bergerak melalui membran plasma. Molekul-molekul

hidrofilik yang berukuran kecil dapat dengan mudah berdifusi melalui

membran plasma.

Laju difusi antara lain bergantung pada suhu dan densitas

(kepadatan) medium.gas berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat

4

Page 5: Sel Darah Merah

cair, sedangkan zat padat berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat

cair. Molekul-molekul berukuran besar lebih lambat pergerakaannya

disbanding dengan molekul yang lebih kecil.

Proses difusi biasanya bergantung pada beberapa faktor, yaitu

wujud materi, suhu, ukuran molekul, dan konsentrasi. Difusi akan sangat

lambat terjadi jika zatnya berwujud padat. Suhu panas dapat mempercepat

gerakan molekul-molekul sehingga meningkatkan laju difusi. Molekul

yang berukuran kecil lebih cepat elintasi suatu membrane bila

dibandingkan dengan molekul yang lebih besar pada suhu yang sama.

Semakin besar gradien konsentrasi antara kedua daerah maka semakin

cepat laju difusinya.

2. Difusi berfasilitas

Difusi berfasilitas atau difusi fasilitator melibatkan difusidari

molekul polar dengan bantuan protein transport. Protein transport

merupakan protein khusus yang menyediakan suatu ikatan fisik bagi

molekul yang sedang bergerak. Protein transport tersebut

jugamerentangkan membran plasma sehingga menyediakan suatu

mekanisme untuk pergerakan molekul.

3. Osmosis

Osmosis merupakan difusi air melalui membran yang bersifat

selektif semipermiable. Dalam system osmosis dikenal istilah lerutan

hipertonik, larutan hipotonik, dan larutan isotonic. Larutan hipertonik ialah

larutan yang memiliki konsentrasi terlarut tinggi, larutan hipotonik ialah

larutan dengan konsentrasi terlarut rendah, sedangkan larutan isotonic

adalah dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama. Jika

terdapat dua larutan yang tidak sama konsentrasinya maka molekul air

akan melewati membran plasma hingga kedua konsentrasi larutan menjadi

seimbang. Tekanan osmosis ialah kemampuan suatu larutan untuk

menyerap air jika dipisahkan oleh air murni dengan selaput semipermiable.

Tekanan osmosis dapat diukur dengan osmometer.

5

Page 6: Sel Darah Merah

Pada larutan hipertonik, sebagian besar molekul air terikat pada

molekul terlarut sehingga hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa

melewati membran dalam suatu proses osmosis. Pada larutan hipotonik,

molekul air yang bebas lebih banyak sehingga molekul air yang melewati

membran juga lebih banyak.

Volume sel yang terletak dalam larutan isotonic akan konstan

karena sel akan mendapat dan kehilangan air dalam jumlah yang sama.

Jika sel berada dalam larutan hipotonik maka sel itu akan mendapatkan

banyak molekul air sehingga dapat menyebabkan plasmolisis. Sebaliknya,

jika sel berada dalam larutan hipertonik maka sel akan banyak kehilangan

molekul air sehingga sel akan mengecil dan dapat menyebabkan kematian.

Pada hewan, untuk dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang bersifat

hipotonik atau hipertonik makadiperlukan pengaturan keseimbangan air

yang disebut dengan proses osmoregulasi.

b. Transpor Aktif

Pada transpor aktif diperlukan energy dari dalam sel. Transport aktif

sangat diperlukan untuk memlihara keseimbangan molekul-molekul kecil di

dalam sel. Transpor aktif berhenti jika didinginkan pada suhu 2-4oc, ada racu, atau

kehabisan energi.

1. Transpor aktif primer dan sekunder

Transpor aktif primer memerlukan energi dalam bentuk ATP,

sedangkan transport yang bergantung pada potensi alat membran.

Kedua jenis transport aktif tersebut saling berhubungan erat karena

transport aktif primer akan menciptakan potensial membran yang

memungkinkan berlangsungnya transport aktif sekunder.

6

Page 7: Sel Darah Merah

Transpor aktif primer

Transpor aktif primer dicontohkan pada

keberadaan ion K+ dan Na+ dalam membran.

Kebanyakan sel memelihara konsentrasi K+ lebih tinggi

di dalam sel daripada di luar sel. Sementara itu,

konsentrasi Na+ di dalam sel lebih kecil daripada di luar

sel.

Transpor aktif sekunder

Transpor aktif sekunder dicontohkan pada asam

amino dan glukosa dengan molekul pengangkutannya

berupa transport aktif. Padahal pengangkutan tersebut

bersama dengan pengangkutan Na+ adalah transpor aktif

primer yang memungkinkan terjadinya potensial

membran.

2. Eksositosis

Vesikel dari dalam sel berisi senyawa atau sisa metabolisme.

Bersama aliran plasma, vesikel tersebut akhirnya sampai pada

membran plasma hingga terjadi perlekatan. Daerah perlekatan akan

mengalami lisis sehingga isi vesikel keluar.

Banyak sel sekretoris menggunakan eksositosis untuk

mengirim keluar produk-produk mereka, misalnya sel tertentu dalam

pancreas menghasilkan hormone insulin dan mensekresikannya ke

dalam darah dengan cara eksositosis. Contoh lainnya adalah sel saraf

(neuron) yang menggunakan eksositosis untuk melepaskan sinyal

kimiawi yang merangsang neuron atau sel otot.

3. Endositosis

Endositosis merupakan proses pemasukan suatu bahan dari luar

sel ke dalam sel dengan cara melingkupi bahan tersebut dengan

membran plasma. Partikel-partikel dari luar sel menempel pada

membran plasma kemudian mendesak membran plasma hingga

7

Page 8: Sel Darah Merah

terbentuk lekukan yang semakin lama semakin dalam bentuknya

seperti kantong dan akhirnya membulat hingga terlepas dari membran

plasma. Bulatan tersebut berisi partikel kecil dan molekul kecil yang

akan dicerna oleh lisosom atau enzim pencerna lainnya. Terdapat tiga

jenis endositosis, yaitu fagositosis, pinositosis, dan endositosis yang

diperantarai reseptor.

Fagositosis

Fagositosis merupakan proses pemakanan

partikel-partikel dan sel-sel asing. Pada fagositosis, sel

akan memakan suatu partikel dengan menggunakan

pseudopodia yang membalut di sekeliling partikel

tersebut dan membungkusnya di dalam kantong berlapis

membrane yang cukup besar. Partikel akan dicerna

setelah kantong tersebut bergabung dengan lisosom

yang mengandung enzim hidrolitik.

Fagositosis banyak dijumpai pada ssel protozoa

sebagai salah satu cara untuk mendapatkan makanan.

Pada sel-sel metazoan lebih ditujukan untuk pertahanan

diri terhadap benda-benda asing, misalnya fagositosis

terhadap bakteri, debu, dan benda-benda lain yang

dianggap berbahaya bagi sel.

Kemampuan untuk melakukan fagositosis pada

tubuh manusia sangat berkembang dalam sel leukosit

bergranula dan sel-sel yang termasuk dalam sel

makrofag atau sistem retikulo-endotel (macrophagic or

reticulo endothelial system). Sel-sel yang termasuk

dalam golongan ini diantaranya adalah histiosit yang

terdapat dalam jaringan ikat, sel-sel retikuler dalam

sistem hemopoetik, serta sel-sel endotel dalam jaringan

ati, kelenjar adrenal dan hipofise.

Pinositosis

8

Page 9: Sel Darah Merah

Pada pinositosis, cairan akan dimasukan dalam

sel termasuk zat-zat yang terlarut di dalamnya.

Pinositosis yang dilakukan oleh Amoeba sp. Pada

larutan yang mengandung protein telah diamati oleh

mast dan doyle pada tahun 1934 dan pengamatan pada

sel lainnya dilakukan oleh lewi pada sel yang dikultur,

pada pengamatan pinositosis yang terjadi dalam tubuh

Amoeba sp. Ternyata bahwa proses ini dapat terjadi bila

dalam larutan terdapat bahan-bahan yang dibutuhkan

terutama protein, asam-asam amino, dan ion-ion. Dalam

percobaan diamati bahwa bila Amoeba sp. ditaruh

dalam air tidak akan terjadi pinositosis. Demikian pula

apabila ke dalam air dimasukkan karbohidrat. Ternyata

pinositosis akan segera mulai berjalan bila kedalam air

dimasukkan asam amino, protein, atau ion-ion tertentu.

Endositosis yang diperantarai reseptor

Endositosis ini sangat spesifik. Bagian yang

tertanam dalam membran adalah protein dengan tempat

reseptor spesifik yang dipaparkan ke fluida

ekstraseluler. Ekstraseluler yang terikat pada reseptor

disebut ligan. Protein reseptor biasanya mengelompok

dalam daerah membrane yang disebut lubang terlapisi

yang sisi sitoplasmiknya dilapisi oleh lapisan protein

samar. Protein selapis ini mungkin membantu

memperdalam lubang dan membentuk kantong.

Kantong ini tidak saja mentrasnpor substansi antar sel

dan sekelilingnya, tetapi juga memberikan suatu

9

Page 10: Sel Darah Merah

mekanisme untuk memudahkan dan membentuk

kembali membran plasma.3

Ketonusan Sel Darah Merah

Ketonusan atau tekanan osmosis adalah tekanan potensial yang dinyatakan dalam

istilah gaya atau tekanan yang dibutuhkan untuk menghentikan osmosis. Tekanan osmosis

sebanding dengan konsentrasi larutan jadi semakin besar konsentrasi larutan maka tekanan

osmosis semakin besar pula.9

Maka pada tekanan osmosis berlaku rumus :

Π = M R T

Dimana : π = tekanan osmosis

M = molaritas larutan

R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)

T = suhu larutan (dalam Kelvin) 10

Macam-macam ketonusan

a. Isotonik : Dua buah larutan yang memiliki tekanan osmosis yang sama. Pada

peristiwa ini larutan tidak akan berosmosis ke dalam atau ke luar, dan hal inilah yang

biasanya menjadi masalah antara cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler.

b. Hipotonus : digunakan untuk menyatakan larutan yang lebih encer, hanya

mengandung sedikit konsentrasi partikel zat terlarut, dan digunakan untuk

menyatakan suatu larutan yang tekanan osmotiknya/ketonusannya lebih rendah dari

larutan yang lain.

c. Hipertonus : digunakan untuk menyatakan larutan yang lebih kental, yang memiliki

konsentrasi partikel zat terlarut dan tekanan osmotik/ketonusan yang lebih tinggi

dibandingkan larutan yang lain.6

10

Page 11: Sel Darah Merah

Pengaruh kerusakan pada membran plasma dan eritrosit

Krenasi

Krenasi adalah kontraksi atau pembentukan nokta tidak normal di sekitar pinggir sel

setelah dimasukkan ke dalam larutan hipertonik, karena kehilangan air melalui osmosis.

Secara etimologi, krenasi berasal dari bahasa Latin crenatus. Krenasi terjadi karena

lingkungan hipertonik, (sel memiliki larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah

dibandingkan larutan di sekitar luar sel), osmosis (difusi air) menyebabkan pergerakan air

keluar dari sel, menyebabkan sitoplasma berkurang volumenya. Sebagai akibatnya, sel

mengecil. sebagai contoh, jika meletakan sel darah merah dalam suatu larutan hipertonik

(lebih pekat), air yang terdapat dalam sel darah merah akan ditarik ke luar dari sel

sehingga sel mengerut dan rusak. Pada peristiwa ini eritrosit memiliki tonjolan-tonjolan

pendek sebanyak 10-30 buah pada permukaannya.10

Hemolisis

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke dalam

medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat disebabkan oleh

antara lain penambahan larutan hipotonis atau hipertonis ke dalam darah, penurunan

tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu, pemanasan atau

pendinginan, serta rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah, defek sel darah merah,

infeksi, obat, zat kimia, transfusi darah yang tidak cocok, antibodi, kerja limpa yang

berlebihan, dll. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena

penambahan larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan) akan masuk

ke dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel

eritrosit menggembung. Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di

dalam sel eritrosit itu sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke

dalam medium sekelilingnya. Dan sebgai contoh jika meletakkan sel darah merah dalam

larutan yang bersifat hipotonik (lebih encer), air dari larutan akan ditarik masuk ke dalam

sel darah merah sehingga sel mengembang dan pecah. 5,6

11

Page 12: Sel Darah Merah

Jenis Larutan

1. Isotonus : Seperti yang telah disebutkan diatas isotonus menyatakan 2 buah larutan

dengan ketonusan sama. Contohnya : Sel darah merah dengan larutan NaCl 0,9% dan

glukosa 5,54%.

2. Hipotonus : menyatakan larutan yang ketonusannya lebih rendah dari larutan yang

lain. Contohnya : Sel darah merah dengan larutan NaCl 0,2%.

3. Hipertonus : menyatakan larutan yang ketonusannya lebih tinggi dari larutan yang

lain. Contohnya : Sel darah merah dengan NaCl 1,2%. 4

Gangguan/masalah dalam pemenuhan kebutuhan cairan

1. Hipovolume atau dehidrasi

Kekurangan cairan eksternal dapat terjadi karena penurunan asupan cairan dan

kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan cairan tubuh

dengan mengosongkan cairan vaskular. Sebagai kompensasi akibat penurunan cairan

interstisial, tubuh akan mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi

pada pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan eksternal

atau dehidrasi, yaitu:

a. Dehidrasi isotonik, terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya

yang seimbang.

b. Dehidrasi hiperetonik, terjadi jika kehilangan sejumlah air yang lebih banyak

daripada elektrolitnya.

c. Dehidrasi hipotonik, terjadi jika tubuh lebih banyak kehilangan elektrolitnya

daripada air.

Kehilangan cairan ekstrasel yang belebihan akan menyebabkan volume ekstrasel berkurang

(hipovolume). Pada keadaan ini, todal terjadi perpindahan cairan daerah intrasel ke

permukaan, sebab osmolaritasnya sama. Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu

yang lama, maka kadar urea, nitrogen, serta kreatinin akan meningkat dan menyebabkan

terjadinya perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan dalam tubuh

dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak selalu cepat diketahui. Kelebihan asupan

pelarut sepert protein dan klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine

secara berlebihan, serta berkeringat banyak dalam waktu yang lama dan terus-menerus.

Kelainan lain yang menyebabkan kelebihan kelebihan pengeluaran urine adalah adanya

12

Page 13: Sel Darah Merah

gangguan pada hipotalamus, kelenjar gondok dan ginjal, diare, muntah yang terus-menerus,

terpasang drainage, dan lain-lain.

Macam dehidrasi (kurang volume cairan) berdasakan derajatnya:

a. Dehidrasi berat

1. Pengeluaran/kehilangan cairan 4-6 L

2. Serum natrium 159-166 mEq/L

3. Hipotensi

4. Turgor kulit buruk

5. Oliguria

6. Nadi dan pernapasan meningkat

7. Kehilangan cairan mencapai > 10% BB

b. Dehidrasi sedang

1. Kehilangan cairan 2-4 l atau antara 5-10% BB

2. Serum natrium 152-158 mEq/L

3. Mata cekung

c. Dehidrasi ringan, dengan terjadinya kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 L

2. Hipervolume atau overhidrasi

Terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu

hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema (kelebihan cairan pada

interstisial). Normalnya cairan interstisial tidak terikat dengan air, tetapi elastis dan

hanya terdapat di antara jaringan. Keadaan hipervolume dapat menyebabkan pitting

edema, merupakan edema yang berada pada darah perifer atau akan mencekung

setelah ditekan pada daerah yang bengkak. Hal ini disebabkan karena perpindahan

cairan ke jaringan melalui titik tekanan. Cairan dalam jaringan yang edema tidak

digerakkan ke permukaan lain dengan penekanan jari. Nonpitting edema tidak

menunjukkan tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan trauma

yang menyebabkan pengumpulan membekunya cairan pada permukaan jaringan.

Kelebihan cairan vaskular dapat meningkatkan hidrostatik cairan dan akan menekan

cairan ke permukaan interstisial, sehingga menyebabkan edema anasarka (edema yang

terdapat di seluruh tubuh).

13

Page 14: Sel Darah Merah

Peningkatan tekanan hidrostatik yang besar dapat menekan sejumlah cairan

hingga ke membran kapiler paru-paru, sehingga menyebabkan edema paru-paru dan

dapat mengakibatkan kematian. Manifestasi edema paru-paru adalah penumpukan

sputum, dispnea, batuk, dan suara ronkhi. Keadaan edema ini disebabkan oleh gagal

jantung yang mengakibatkan peningkatan penekanan pada kapiler darah paru-paru

dan perpindahan cairan ke jaringan paru-paru. 7

3. Anemia hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan oleh proses hemolisis, yaitu

pemecahan eritrosit dalam pembuluh darah. Anemia hemolitik merupakan anemia

yang tidak terlalu sering dijumpai, anemia hemolitik merupakan 6% dari kasus

anemia. Pada dasarnya anemia hemolitik dapat dibagi menjadi dua golongan besar,

yaitu :

a. Anemia hemolitik karena faktor didalam eritrosit sendiri (intrakorpuskular), yang

sebagian besar bersifat herediter-familiar.

b. Anemia hemolitik karena faktor di luar eritrosit (ekstrakorpuskular), yang sebagian

besar bersifat didapatkan.13

4. Ikterus/ jaundice pada bayi (penyakit kuning)

Ikterus pada bayi baru lahir adalah penyakit yang sering muncul pada masa

neonatus. Ikterus adalah perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, dan

sklera yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus juga

dapat disebabkan oleh proses hemolisis. Secara umum, ikterus yang disebabkan oleh

hemolisis memiliki komplikasi serius yang lebih besar, misalnya ensefalopati).8

Daftar Pustaka

1. Setiowati Tetty. Biologi Interaktif. Jakarta: Azka Press,2007.h.85-6

2. Ferdinand Fictor. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo Media Persada,2007.h.70-

5

3. Zakrinal. Jago Biologi SMA. Jakarta: Media Pusindo, 2009.h.23-9

4. Horne, Mima M. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa. edisi ke 2. Jakarta :

EGC ; 2001

14

Page 15: Sel Darah Merah

5. Sutresna N. Cerdas belajar kimia. Jakarta : Grafindo ; 2007

6. Fawcett, Bloom. Buku ajar histologi. edisi ke 12. Jakarta : EGC ; 2002

7. Hidayat M, Hidayat AAA. Keterampilan dasar praktik klinik untuk kebidanan.

Jakarta: Salemba Medika,2008.h44-6

8. Pedoman klinis pediatri. Schwartz MW, editor. Pedoman klinis pediatri. Jakarta :

EGC ; 2004

9. Sloane E. Anatomi dan Fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC ; 2004

10. Sutresna N. Kimia. Jakarta : Grafindo ; 2006

15