10
ARSITEKTUR SENI RUPA ISLAM INDONESIA M A S J I D Unsur Universal kebudayaan Islam terutama elemen kubah, minaret, kelengkungan, dan kaligrafi, telah menyatukan tampilan arsitektur masjid seakan menjadi sama corak. Kubah, lengkung, kaligrafi, dan mimbar bukan benda-benda suci yang perlu diistimewakan. Apabila dilihat dengan cermat tampilan tersebut mengandung ciri pembeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Ciri pembeda tersebut, untuk daerah di sekitar Timur Tengah memang terasa kecil. Namun, tetap menjadi petunjuk adanya corak kedaerahan. Hal ini menandai keberadaan unsure lokal selalu tetap dihargai dalam tampilan arsitektur Islam. Ciri khas dari masjid di Indonesia adalah sebagai berikut : A. ATAP Atap adalah salah satu elemen terpenting masjid di Jawa. Bentuk atap tajug yang kerap disebut sebagai “konstruksi atap berbentuk pyramid memusat yang bertingkat” bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu karakteristik masjid tradisional. Bangunan masjid tradisional Jawa kebanyakan menggunakan struktur atap tajug, yang secara inheren memiliki ruang pusat diantara empat saka guru (empat kolom utama) ruang terpusat dan ruang yang berada di belakangnya biasanya memiliki nilai lebih tinggi namun untuk bangunan masjid, penggunaan ruang sehari-hari telah mengalahkan makna simbolis aslinya. Filosofi atap tajug diasosiasikan sebagai jamaah yang betumpuk-tumpuk memadati masjid untuk beribadah kepada Allah.

SEJARAH SENI RUPA ISLAM INDONESIA

  • Upload
    ntsxy

  • View
    166

  • Download
    35

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang

Citation preview

ARSITEKTUR SENI RUPA ISLAM INDONESIA

M A S J I D

Unsur Universal kebudayaan Islam terutama elemen kubah, minaret, kelengkungan, dan kaligrafi, telah menyatukan tampilan arsitektur masjid seakan menjadi sama corak. Kubah, lengkung, kaligrafi, dan mimbar bukan benda-benda suci yang perlu diistimewakan. Apabila dilihat dengan cermat tampilan tersebut mengandung ciri pembeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. Ciri pembeda tersebut, untuk daerah di sekitar Timur Tengah memang terasa kecil. Namun, tetap menjadi petunjuk adanya corak kedaerahan. Hal ini menandai keberadaan unsure lokal selalu tetap dihargai dalam tampilan arsitektur Islam. Ciri khas dari masjid di Indonesia adalah sebagai berikut :

A. ATAPAtap adalah salah satu elemen terpenting masjid di Jawa. Bentuk atap tajug yang kerap disebut sebagai konstruksi atap berbentuk pyramid memusat yang bertingkat bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu karakteristik masjid tradisional. Bangunan masjid tradisional Jawa kebanyakan menggunakan struktur atap tajug, yang secara inheren memiliki ruang pusat diantara empat saka guru (empat kolom utama) ruang terpusat dan ruang yang berada di belakangnya biasanya memiliki nilai lebih tinggi namun untuk bangunan masjid, penggunaan ruang sehari-hari telah mengalahkan makna simbolis aslinya. Filosofi atap tajug diasosiasikan sebagai jamaah yang betumpuk-tumpuk memadati masjid untuk beribadah kepada Allah.

GAMBAR PERSPEKTIF MASJID CIPANTI TEMPO DULU

Penggunaan atap berupa kubah di Indonesia merupakan wujud kemajuan jaman dan modernitas. Sehingga dapat menggeser penggunaan bentuk atap dan puncak yang tradisional (Tajug atau Tumpang dan Mustaka). Sebenarnya kubah masjid juga memiliki sejarah yang sangat panjang dalam perkembangannya. Meskipun sebenarnya kubah belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW. Bentuk pertama kali Masjid Madinah (Nabawi) yang merupakan masjid pertama di dunia belum menggunakan atap kubah. Akan tetapi berbentuk persegi empat dengan dinding pembatas di sekelilingnya. Di Nusantara, masjid umumnya beratap tumpang. Kubah belum dikenal. Penggunaan kubah di Asia Tenggara dimulai setelah Perang Rusia-Turki pada 1877-1878 antara Rusia, Romania, Serbia, Montenegro, dan Bulgaria melawan Kekaisaran Ottoman yang mencuatkan ide revitalisasi Islam dan Pan-Islamisme. Saat itu Kekaisaran Ottoman melancarkan gerakan budaya, termasuk pengenalan jenis masjid baru. Gerakan ini bergema di Asia Tenggara. Sehingga pada perkembangannya kubah menjadi simbol arsitektur Islam paling modern yang seakan-akan wajib dipergunakan dalam masjid-masjid baru di Asia Tenggara. Masjid pertama di Nusantara yang menggunakan atap berupa kubah adalah Masjid Riau yang dibangun pada tahun 1803 pada saat direnovasi oleh Raja Abdul Rohman (1833-1843). Sedangkan menurut Pijper dalam Akbar (2010) menduga yaitu masjid di Jawa yang menggunakan kubah pertama kali berada di Tuban, yang peletakanbatu pertamanya dilakukan pada tahun 1894 Masehi. Penggunaan atap kubah ini menghilangkan ciri khas dari arsitektur kuno Indonesia.B. MASQURAMaksura adalah ruang khusus tempat shalat raja atau sultan pada sebuah masjid. Ruang ini biasanya merupakan kelengkapan dari masjid kerajaan yang terletak di tepat ruang utama. Tujuan keberadaan dari maksura tersebut antara lain yaitu di maksudkan untuk menjaga keamanan penguasa apabila berkenan hadir untuk melakukan shalat. Maksura terdapat di Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, maksura berbentuk seperti sangkar pesergi yang terbuat dari kayu jati berukuran 270x220x210 dengan lantai setinggi 20 cm dari lantai ruangan utama.

GAMBAR MAKSURA PADA MASJID GEDHE KAUMAN YOGYAKARTA

Pada sebelah kiri di sisi luar Maksura terdapat tempat tombak berjumlah 2 buah berfungsi untuk meletakkan tombak para pengawal Sri Sultan. Di Masjid Agung Kraton Surakarta, ruang tersebut diberi atap limas. Baik di Yogyakarta maupun Surakarta, maksura terletak di ruang utama, berada di sudut kiri depan, atau di sebelah kiri mihrab. Selain di kedua masjid tersebut, maksura terdapat di Masjid Puro Pakualaman, Yogyakarta dan Masjid Nur Sulaiman, Banyumas.C. BEDUGBedug merupakan alat musik tabuh seperti gendang yang memiliki fungsi sebagai alat komunikasi tradisional, baik dalam kegiatan ritual keagamaan maupun politik. Di Indonesia, sebuah bedug biasa dibunyikan untuk pemberitahuan mengenai waktu shalat. Bedug sebenarnya berasal dari India dan Cina. Berdasarkan legenda Cheng Ho dari Cina, ketika Laksamana Cheng Ho datang ke Semarang, mereka disambut baik oleh Raja Jawa pada masa itu. Kemudian, ketika Cheng Ho hendak pergi, dan hendak memberikan hadiah, raja dari Semarang mengatakan bahwa dirinya hanya ingin mendengarkan suara bedug dari masjid. Sejak itulah, bedug kemudian menjadi bagian dari masjid, seperti di negara Cina, Korea dan Jepang, yang memposisikan bedug di kuil-kuil sebagai alat komunikasi ritual keagamaan.

GAMBAR BEDUG DI MASJID ISTIQLAL, JAKARTAP E M A K A M A NPada makam pada umumnya memiliki batu nisan. Disamping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makan tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain. Wujud akulturasi Hindu dan Islam pada bangunan makam memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat

Makamnya terbuat dari bangunan batu dan begitu pula nisannya juga terbuat dari batu

Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut denga cngkup atau kubba

Dilengkapi dengan tembok atau gapura menghubung antara makam dengan makam atau kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang terbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu)

Di dekat makam biasanya dibangun masjid, biasanya makam tersebut adalah makam dari para wali atau raja. Contohnya antara lain Masjid Makam Sendang Duwur di Tuban

I S T A N A

Istilah keraton atau istana (bahasa jawa untuk istana) mengacu pada singgasana (ratu- di tingkat raja atau pangeran). Di Jawa, keratonlah yang menentukan citra kerajaan secara geografis, bukan wilayah. Pengaruh kehidupan islam dalam bangunan rumah dan istana banyak terdapat di Indonesia, tetapi unsur tersebut umumnya diterapkan dalam detail atau dekorasi dari bangunannya. Berdasarkan dari apa yang terlihat di Indonesia, peniruan gaya asli perumahan dari negara Arab yang berikilim panas dan udara pasir memang tidak sesuai di Indonesia. karena itu penerapan dekorasi terlihat lebih wajar. Sebagai contoh yaitu di rumah tradisional di daerah yang penganutnya taat pada islam, sering terdapat unsur-unsur ke islaman di dalam rumahnya seperti di rumah-rumah tradisional Aceh, Jakarta, Makasar dan di daerah-daerah lainnya. Dalam bentuknya yang megah, istana sultan deli menonjolkan gaya khas dari Islam itu sendiri meskipun bangunan tersebut ciptaan seorang arsitek belanda.

GAMBAR ISTANA MAIMUN

Di lain tempat, meskipun Masjid Agung Demak dianggap umum sebagai masjid yang tertua di Indonesia, namun hal itu tidak berarti bahwa bangunan tertua di kawasan itu dibangun oleh arsitek islam. Walaupun terdapat beberapa bukti patung Kuna Hindu Sivaite pernah dihubungkan dengan bangunan ini, menurut sejarah lisan memaparkan bahwa penguasa Cirebon beralih ke agama Islam pada pertengahan abad ke-15. Istana zaman awal Islam. Istana Kasepuhan secara khusus menarik karena mulai dibangun pada periode pra-Islam akhir dan terus berkembang sepanjang masa peralihan. Gugus tersebut mengandung petunjuk tahapan tata olah yang melaluinya secara bertahap Islam menjadi terpadu dalam arsitektur Indonesia.

KARYA SENI RUPA ISLAM INDONESIA

W A Y A N G

Wayang adalah bentuk budaya yang telah ada sejak zaman prasejarah sekitar 1.500 SM. Di Indonesia wayang ini berkembang karena kepercayaan animisme yaitu pemujaan ruh nenek moyang yang disebut Hyang atau Dahyang, berubah menjadi wayang berkembang menjadi Budaya. Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang berkembang terutama di Jawa dan Bali, pertunjukan wayang telah diakui oleh UNESCO sebagai karya kebudayaan Indonesia yang mengagumkan.

Ada beberapa jenis wayang di Indonesia :

A. WAYANG ORANG

Wayang orang yaitu wayang yang di mainkan oleh orang dengan memakai kostum tertentu sesuai dengan tokoh yang di perankan.

B. WAYANG KULIT

Wayang kulit yaitu wayang yang terbuat dari kulit binatang yang merupakan gambar dari tokoh tertentu. Wayang ini di perkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Wayang ini di mainkan oleh Dalang dengan membawakan cerita tertentu dan di pentaskan dalam waktu semalam suntuk dengan menggunakan bahasa daerah.

C. WAYANG GOLEK

Wayang golek yaitu wayang yang terbuat dari kayu yang di mainkan oleh dalang. Wayang ini berkembang di Jawa Barat.

Tokoh tokoh dalam wayang jumlahnya kurang lebih sebanyak 78 orang di tambah tokoh Punakawan yang jumlahnya 4 orang nan 4 orang teman para Punakawan. Dalam perkenbangannya wayang di gunakan oleh Sunan Kalijaga untuk sarana dakwahmenyebarkan agama islam di Nusantara. Sunan Kalijaga juga menciptakan gamelan dan gending-gending Jawa sehingga pementasan wayang menjadi lebih menarik.

Bagi masyarakat Jawa, wayang mengandung nilai penting dalam kehidupan yaitu nilai filosofi, agama, dan pendidikan. Tokoh wayang yang baik bentuk maupun sifatnya mengandung filosofi manusia dengan berbagai sifat yang terkadang berebut kekuasaan, bertengkar, dan terkadang damai, akan selalu ada pertentangan antara hal-hal baik dan maupun buruk. Filosofi bentuk wayang ada yang gendut dan ada yang kurus dan kebanyakan tokoh yang baik, terpelajar dan mulia adalah tokoh yang perutnya kecil artinya mereka lebih banyak prihatin, jujur dan cerdas. Dalam pendidikan wayang dipentaskan memberi banyak pengajaran hidup untuk menjadi orang baik, orang yang berbudi, menghormati yang lebih tua, menjadi pemimpin yang mengayomi masyarakat dll.KARYA SENI RUPA ISLAM INDONESIA

B A T I KBatik menyumbang peran bagi pemberdayaan masyarakat, sebaliknya masyarakat memberikan warna di sepanjang masa perkembangan batik. Karena itu, perkembangan batik yang banyak terjadi di daerah santri membuat pengaruh Islam turut mewarnai perkembangan batik. Dan tak heran jika batik juga merupakan media perjuangan muslim dan dakwah di bumi pertiwi ini. Wujud pengaruh kuat Islam dalam seni batik secara lebih spesifik dapat ditemukan pada batik Rifaiyah. Nama Rifaiyah diambil dari nama tarekat yang didirikan oleh KH Ahmad Rifai. Komunitas Rifaiyah muncul di Kalisalak, kabupaten Batang, Jawa Tengah pada 1850. Batik ini mendapat pengaruh kuat Islam, yang ditampilkan dalam motif dan coraknya. Jika diperhatikan, motif batik Rifaiyah tidak berbeda dengan batik pesisir. Beberapa motif, pola, dan warna bahkan mirip dengan batik Pekalongan yang banyak terpengaruh oleh kebudayaan asing, seperti Cina, Belanda, dan Arab. Bedanya, sebagaimana dalam budaya Islam, hal-hal yang berhubungan dengan benda bernyawa tidak boleh digambarkan sesuai persis sesama aslinya. Inilah yang secara tegas diterapkan oleh para pengikut tarekat Rifaiyah. Karena itu, batik Rifaiyah menghindari motif binatang atau manusia. Kalaupun motif tersebut digunakan maka ia digambarkan secara tidak utuh. Misalnya, dengan hanya menggambarkan sayapnya atau membuat guratan dilehernya, sehingga mengesankan gambar hewan yang disembelih. Selain cara itu, penggambaran juga dilakukan dengan menggayakan anggita tubuh tertentu dari mahluk hidup yang digambarkan. Misalnya, mengganti kaki burung dengan ranting atau cabang pohon, kepala ayam dengan bunga, atau ekor burung dengan juntaian dedaunan yang panjang. Cara-cara itu merupakan penerapan ajaran Islam yang melarang penggambaran mahluk hidup seperti bentuk aslinya. Batik rifaiyah biasanya dibuat dalam bentuk kain panjang, sarung, atau selendang, yang dimaksudkan sebagai pakaian penutup aurat. Selain itu, batik Rifaiyah juga menjadi lambang status sosial dan dipakai berdasarkan pertimbangan nilai moral dan kesopanan. Kaena itu, batik ini sekaligus menjadi tanda pengenal bagi masyarakat pengikut tarekat Rifaiyah. Bagi komunitas rifaiyah, membatik bukanlah kegiatan yang asing. Mereka telah melakoni aktivitas membatik sejak kecil, terutama bagi kaum wanita. Sewaktu mereka beranjak dewasa atau saat menunggu dipinang, para wanita ini membuat batik yang paling bagus dari sekian karya batik yang mereka pernah buat. Hasilnya, akan dikenakan bersama dengan mempelai pria pada acara pernikahan. Batik Rifaiyah bukan sekedar batik biasa, batik ini mempunyai makna yang mendalam di setiap motifnya. Ragam hias dalam batik Rifaiyah yang menghindari gambar-gambar mahluk hidup, bertujuan menghindarkan syirik bagi pembuat atau pemakainya. Mereka diingatkan untuk selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya.