38
SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU DAN ALIRANNYA Oleh: Anwar Musaddad 1 A. Latar Belakang Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Tanpa bermaksud untuk mengkonsentrasikan kajian pada pemikiran barat dan mengesampingkan pemikiran timur (Islam), kajian ini akan lebih banyak mengulas tentang sejarah aliran-aliran pemikiran barat dimulai dari zaman Yunani klasik yang pada akhirnya melahirkan spesialisasi dan sub- spesialisasi ilmu pada abad ke-20. Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan sehari-hari yang 1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung 1

Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Oleh: Anwar Musaddad

Citation preview

Page 1: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

SEJARAH PERKEMBANGAN FILSAFAT ILMU DAN ALIRANNYA

Oleh: Anwar Musaddad1

A. Latar Belakang

Filsafat dan Ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara

substansial maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari

peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh

aliran-aliran pemikiran filsafat barat. Tanpa bermaksud untuk mengkonsentrasikan

kajian pada pemikiran barat dan mengesampingkan pemikiran timur (Islam), kajian

ini akan lebih banyak mengulas tentang sejarah aliran-aliran pemikiran barat dimulai

dari zaman Yunani klasik yang pada akhirnya melahirkan spesialisasi dan sub-

spesialisasi ilmu pada abad ke-20.

Pengetahuan Ilmiah atau Ilmu (Science) pada dasarnya merupakan usaha

untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan sehari-hari yang

dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan seksama dengan menggunakan

berbagai metode. Dan karena pengetahuan ilmiah a higher level of knowledge, maka

lahirlah filsafat ilmu sebagai pengembangan dari filsafat pengetahuan. Bidang

garapan filsafat ilmu tidak jauh dari komponen-komponen yang menjadi tiang

penyangga eksistensi pengetahuan ilmiah, yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi.

Oleh karena itu, penting dan menarik kiranya kita dapat menggali kembali

sejarah perkembangan filsafat ilmu serta aliran-alirannya, sebagai suatu landasan

berfikir kita demi mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam

yang akan berimplikasi kepada kehidupan manusia yang lebih baik.

1 Mahasiswa Program Pasca Sarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung

1

Page 2: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

B. Sejarah Filsafat Ilmu

Berbicara asal muasal filsafat ilmu tentu tidak akan lepas dari filsafat Yunani

Kuno dan aliran yang dianutnya, dimana perkembangan Filsafat dimulai dari Yunani

dan filsafat yang tertua juga dari Yunani. Tidak lain dan tidak bukan termasuk

filsafat Ilmu juga demikian. Pemikiran manusianya yang tertata, dibanding bangsa

lain pada masa itu, oleh karenanya kiblat ilmupun berasal dari kota itu.

Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan

keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan

diri kepada agama untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak

yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang

beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya

sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta

sehingga secara intelektual orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa

diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Tetapi

filsuf-filsuf Yunani yang terbesar adalah Sokrates, Plato, dan Aristoteles.2

Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah

berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Di

dalam banyak literatur menyebutkan bahwa periode Yunani merupakan tonggak awal

berkembangnnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia.

Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir

yang berkembang saat itu. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang

sangat pesat karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan

kepercayaan terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional.

2 Wikipedia.org/wiki/Filsafat diakses tanggal 21 Oktober 2014

2

Page 3: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Setalah kemajuan filsafat pada zaman Yunani yang begitu luar biasa, sejarah

filsafat mencatat bahwa pada abad pertengahan (400-1500 M) filsafat berfungsi

sebagai alat untuk pembenaran atau justifikasi ajaran agama (The philosophy as a

hand maiden of theology). Sejauh filsafat bisa melayani teologi, ia bisa diterima.

Namun, filsafat dianggap yang dianggap bertentangan dengan ajaran agama atau

gereja, ditolak dan kebebasan berfikir pun dipangkas.

Oleh sebab itu, zaman tersebut sering dinamakan Abad Gelapan Filsafat.

Namun, masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan masa kegemilangan umat

Muslim. Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi

perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan

lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan

penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai

temuan di lapangan ilmiah lainnya.3 Maka sesungguhnya pada zaman Islam itulah

filsafat begitu berkembang pesat sehingga banyak melahirkan para ilmuan-ilmuan

muslim yang luar biasa pada abad itu.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak

abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka

Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa

kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian

diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.4

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat

kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan

3 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Cet Ke-II, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 128

4 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, (Yogyakarta: Kanisius, 1986), hlm. 32.

3

Page 4: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad

ke-14 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad

ke-18 M.5 Mulai itulah ilmu pengetahuan semakin berkembangan dengan pesat

hingga sekarang (zaman kontemporer).

C. Perkembangan Filsafat Ilmu

Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodeisasi sejarah

perkembangan filsafat ilmu pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani

kuno, pada zaman Islam, pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman

kontemporer.6

1. Zaman Yunani Kuno

Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan,

maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah

filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum

para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan

mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan

pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam

disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang.

Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai landasan

berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan. Karena itu, periode

perkembangan filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru

umat manusia.7 Inilah titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan

sekaligus mempertanyakan dirinya dan alam jagad raya.

5 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat6 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 21-67.7 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm 22

4

Page 5: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan kelimuan bangsa

Yunani, karena pada zaman ini kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah

perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat

menonjol adalah Plato (429-347 SM), yang sekaligus murid Socrates.8 Plato, yang

hidup di awal abad ke-4 S.M., adalah seorang filsuf earliest (paling tua) yang tulisan-

tulisannya masih menghiasi dunia akademisi hingga saat ini. Karyanya Timaeus

merupakan karya yang sangat berpengaruh di zaman sebelumnya; dalam karya ini ia

membuat garis besar suatu kosmogoni yang meliputi teori musik yang ditinjau dari

sudut perimbangan dan teori-teori fisika dan fisiologi yang diterima pada saat itu.9

Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-

322 SM). Ia adalah murid Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan gurunya mengenai

soal-soal mendasar. Khususnya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi

dari kenyataan ilmiah. Dan ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan

besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika,

dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut

silogisme.10

2. Zaman Islam

Islam sangat menghargai ilmu, ini terlihat sejak kemunculan agama Islam itu

sendiri yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, saat beliu menerima wahyu

pertama dengan perintah “ iqra’ bacalah”;

8 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm 309 Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu : Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, cetakan Ke-IV

(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), hlm 1010 Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu, hlm. 30

5

Page 6: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan”11

Dari kata iqra tersebut, secara kontekstual sesungguhnya memerintahkan kita

untuk mencari hakikat kebenaran dengan membaca, mengkaji, serta meneliti

Dominasi para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan

ilmu pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada

masa itu adalah ancillla theologiaatau abdi agama.12 Atau dengan kata lain, kegiatan

ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi

problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan

kebenaran sejati.13 Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut

dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya

sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne.14

Josep Schumpeter, misalnya dalam buku magnum opus-nya menyatakan

adanyagreat gap dalam sejarah pemikiran ekonomi selama 500 tahun, yaitu masa

yang dikenal sebagai dark ages. Masa kegelapan Barat itu sebenarnya merupakan

masa kegemilangan umat Muslim, suatu hal yang berusaha ditutup-tutupi oleh Barat

karena pemikiran ekonom Muslim pada masa inilah yang kemudian banyak dicuri

oleh para ekonom Barat.15

Pada saat itulah di Timur terutama di wilayah kekuasaan Islam terjadi

perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan

lebih berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan

11 Al-Qur’an Surat Al-Alaq ayat 112 Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta : PT Bumi Aksara,

2007), hlm. 8513 Surajiyo, Filsafat Ilmu14 Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu, hlm. 1615 Baca lebih lanjut Joseph A. Schumpeter, A History of Economic Analysis, (New york :

Oxford University Press, 1954), dan Adiwarman A. Karim, Ekonomi Mikro Islami, Edisi Ketiga. (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), hlm 10-11

6

Page 7: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

penterjemahan besar-besaran terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai

temuan di lapangan ilmiah lainnya.16

Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik

(650-1250 M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya

kedudukan akal seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini

bertemu dengan persepsi yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani

yang berada di kota-kota pusat peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik,

seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra

(Persia).17 W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa ketika Irak, Syiria,

dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan dan

filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah

terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria,

dan kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad.18

Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di

pangkuan perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal

seperti: Al-Ḥāwī karya al-Rāzī (850-923) merupakan sebuah ensiklopedi mengenai

seluruh perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya.19 Rhazas mengarang suatu

Encyclopedia ilmu kedokteran dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-1037)

menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu

16 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu,Cet Ke-II (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm. 128

17 Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1998), hlm.718 W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas Eropa Abad

Pertengahan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 44-4519 Pembahasan lebih detil tentang sosok, karya, dan pengaruh Abū Bakar Muḥammad ibn

Zakariyyā al-Rāzī bisa dibaca dalam: Lenn E. Goodman, “Muḥammad ibn Zakariyyā al-Rāzī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 243-265.

7

Page 8: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

kedokteran di Eropa. Al-Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun

buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa.

Ia juga menulis perhitungan biasa (Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan

penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd

(1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari karya-karya

Aristoteles. Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal

pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.20

Dalam bidang kimia ada Jabir ibn Ḥayyan (Geber) dan al-Biruni (362-442

H/973-1050 M). Sebagian karya Jabir ibn Ḥayyan memaparkan metode-metode

pengolahan berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata

untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa

orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur

sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.21

Selain disiplin-disiplin ilmu tersebut, sebagian umat Islam juga menekuni

logika dan filsafat. Sebut saja al-Kindi, al-Farabi (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna

(w. 1037 M), al-Ghazali (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn

Ṭufayl atau Abubacer (w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M).

Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani

dapat diakses dan membangun fondasi filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang

jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian diteruskan dan dikembangkan

oleh al-Farabi. Al-Kindi sangat ingin memperkenalkan filsafat dan sains Yunani

20 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, (Yogykarta : Liberty, 1996), hlm 42.

21 W. Montgomery Watt, Islam dan Peradaban Dunia, hlm. 60-61.

8

Page 9: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan, dan

menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing.22

Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen

daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat

Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap

para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-

profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof

profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di

Universitas Paris. Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada

abad pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah

terpuruk berabad-abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan

atau renaisans.23

Pada zaman itu bangsa Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam.

Istilah zenith, nadir, dan azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai

sampai sekarang, yang berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa

Arab. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang24, yaitu:

1) Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan

sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini;

2) Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan,

astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan;

3) Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

22 Felix Klein-Franke, “Al-Kindī”, dalam Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed Hossein Nasr dan Oliver Leaman (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 209-210

23 Russell, Betrand, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm 567.

24 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM, Filsafat Ilmu, hlm. 42-43

9

Page 10: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

3. Zaman Renaisans dan Modern

Michelet, sejarawan terkenal, adalah orang pertama yang menggunakan

istilah renaisans. Para sejarawan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk

berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi

di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Agak sulit menentukan garis batas yang

jelas antara abad pertengahan, zaman renaisans, dan zaman modern. Sementara orang

menganggap bahwa zaman modern hanyalah perluasan dari zaman renaisans.25

Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung

atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Renaisans merupakan era

sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi

perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme,

sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme. Sains berkembang karena semangat dan

hasil empirisisme, sementara Kristen semakin ditinggalkan karena semangat

humanisme.

Pengaruh ilmu pengetahuan Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak

abad ke-12 M itu menimbulkan gerakan kebangkitan kembali (renaisance) pusaka

Yunani di Eropa pada abad ke-14 M. Berkembangnya pemikiran Yunani di Eropa

kali ini adalah melalui terjemahan-terjemahan Arab yang dipelajari dan kemudian

diterjemahkan kembali ke dalam bahasa latin.26

Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang sangat

kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan

itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik (renaisance) pada abad

25 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 5026 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, hlm. 32.

10

Page 11: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

ke-14 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklarung) pada abad

ke-18 M.27 Mulai itulah ilmu pengetahuan semakin berkembangan dengan pesat

hingga sekarang.

4. Zaman Kontemporer

Filsafat kontemporer, yang diawali pada awal abad ke-20, ditandai oleh

variasi pemikiran filsafat yang sangat beragam dan kaya. Mulai dari analisis bahasa,

kebudayaan (antara lain, postmodernisme), kritik sosial, metodologi (fenomenologi,

heremeutika, strukturalisme), filsafat hidup (eksistensialisme), filsafat ilmu, sampai

filsafat tentang perempuan (feminisme). Tema-tema yang banyak dibahas dalam oleh

para filusuf dari periode ini antara lain tentang manusia dan bahasa manusia, ilmu

pengetahuan, kesetaraan gender, kuasa dan struktur yang mengungkung hidup

manusia, dan isu-isu aktual yang berkaitan dengan budaya, sosial, poloitik, ekonomi,

teknologi, moral, ilmu pengetahuan dan hak asasi manusia.28

Ciri lainnya adalah filsafat dewasa ini ditandai oleh profesionalisasi disiplin

filsafat. Maksudnya, para filusuf bukan hanya profesional di bidangnya masing-

masing, tetapi juga mereka telah membentuk komunitas-komunitas dan asosiasi-

asosiasi profesional di bidang-bidang tertentu berdasarkan pada minat dan keahlian

mereka masing-masing. Oleh sebab itu, profesionalisasi disiplin filsafat pun tampak

dengan jelas dari munculnya jurnal-jurnal terkemuka dalam bidang filsafat. Ada

cukup banyak jurnal filsafat, baik yang diterbitkan dalam bentuk cetak maupun

elektronik (online atau e-journal).

27 K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat28 Zainal Abidin, Pengantar Filsafat Barat, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 123-124

11

Page 12: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Dengan demikian, tentunya dewasa ini sesungguhnya menuntut kita untuk

mampu berpartisipasi aktif dalam menyumbangkan ide-ide dan gagasan filosofis

sesuai bidang kita masing-masing. Hal tersebut dapat dilakukan melalui budaya

menulis karya ilmiah untuk kemudian diterbitkan dalam berbagai jurnal ilmiah.

D. Aliran-Aliran dalam Filsafat Ilmu

Persoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-sumber

pengetahuan, dijawab oleh aliran berikut:

1. Rasionalisme

Latar belakang munculnya rasionalisme adalah keinginan untuk

membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik), yang pernah diterima

tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi.

Apa yang ditanam Aristoteles dalam pemikiran saat itu juga masih dipengaruhi oleh

khayalan-khayalan.

Secara etimologis rasionalisme berasal dari kata bahasa Inggris rationalism.

Kata ini berakar dari kata dalam bahasa latin ratio yang berarti “akal”. Menurut A.R.

lacey berdasarkan akar katanya rasionalisme adalah : sebuah pandangan yang

berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan pembenaran.

Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan

ratio, ide-ide yang masuk akal. Selain itu tidak ada sumber kebenaran hakiki.

Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran yang

berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam penjelasan. ia

menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului dan

bebas dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang diperoleh melalui akal

12

Page 13: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

yang memenuhi semua syarat pengetahuan ilmiah alat terpenting dalam memperoleh

pengatahun dan mengetes pengetahuan. “Pengalaman hanya dipakai untuk

mempertegas pengetahuan yang diperoleh akal”.29

Rasionalisme dipelopori oleh Rene Descartes (1596-1650) yang disebut

sebagai bapak filsafat modern. Ia ahli dalam ilmu alam, ilmu hukum, dan ilmu

kedokteran. Ia menyatakan, bahwa ilmu pengetahuan harus satu, tanpa bandinganya,

harus disusun oleh satu orang, sebagai bangunan yang berdiri sendiri menurut satu

metode yang umum.

Rene Descartes yang mendirikan aliran rasionalisme berpendapat, bahwa

sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Hanya pengetahuan yang

diperoleh lewat akallah yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua ilmu

pengetahuan ilmiah. Dengan akal dapat diperoleh kebenaran dengan metode

deduktif, seperti yang dicontohkan dalam ilmu pasti.

Descartes menginginkan cara yang baru dalam berpikir, maka diperlikan titik

tolak pemikiran yang pasti yang dapat ditemukan dalam keragu-raguan, Cogito ergo

sum (saya berfikir maka saya ada). Jelasya, bertolak dari keraguan untuk

mendapatkan kepastian.30

Tokoh-tokoh terpenting aliran rasionalisme adalah:

1) Blaise Pascal

2) Cristian Wolf

3) Rene Descartes

4) Baruch Spinoza

29 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hlm. 127-128 30 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, hlm. 137-141

13

Page 14: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

5) G.W Leibnitz31

2. Empirisme

Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris empiricism dan

experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani έμπειρία (empeiria) yang

berarti pengalaman.32 Sementara menurut A.R. Lacey berdasarkan akar katanya

Empirisme adalah aliran dalam filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan

secara keseluruhan atau parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan

indera.33

Selanjutnya secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai

Empirisme, di antaranya: doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari

dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abstraksi yang dibentuk

dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman inderawi adalah satu-satunya

sumber pengetahuan, dan bukan akal.34 Dengan demikian, empirisme berpendapat

bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal,

melainkan di peroleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah,

telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai

dengan pengalaman manusia.

Aliran empirisme dibangun oleh Francis Bacon (1561-1626) dan Thomas

Hobes (1588-1679), namun mengalami sistematisasi pada dua tokoh berikutnya,

John Locke (1632-1704) Berkeley (1685-1753) dan David Hume (1711-1776).35

31 Surajiyo, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Bumi Aksara,2005), hlm. 6632Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan Kerangka

Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004), hlm. 5233  http://id.wikipedia.org/wiki/Empirisme diakses pada tanggal 20 oktober 201434 Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu.35 Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, hlm 53.

14

Page 15: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

3. Realisme

Dengan memasuki abad ke-20, realisme muncul,khususnya di Inggris dan

Amerika Utara. Real berarti yang aktual atau yang ada, kata tersebut menunjuk

kepada benda-benda atau kejadian-kejadian yang sungguh-sungguh, artinya yang

bukan sekadar khayalan atau apa yang ada dalam pikiran. Real menunjukkan apa

yang ada. Reality adalah keadaan atau sifat benda yang real atau yang ada, yakni

bertentangan dengan yang tampak. Dalam arti umum, realisme berarti kepatuhan

kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang

diinginkan. Akan tetapi dalam filsafat, kata realisme dipakai dalam arti yang lebih

teknis.

Dalam arti filsafat yang sempit, realisme berarti anggapan bahwa obyek

indera kita adalah real, benda-benda ada, adanya itu terlepas dari kenyataan bahwa

benda itu kita ketahui, atau kita persepsikan atau ada hubungannya dengan pikiran

kita. Bagi kelompok realis, alam itu, dan satu-satunya hal yang dapat kita lakukan

adalah: menjalin hubungan yang baik dengannya. Kelompok realis berusaha untuk

melakukan hal ini, bukan untuk menafsirkannya menurut keinginan atau kepercayaan

yang belum dicoba kebenarannya. Seorang realis bangsa Inggris, John Macmurray

mengatakan:

Kita tidak bisa melpaskan diri dari fakta bahwa terdapat perbedaan antara

benda dan ide. Bagi common sense biasa, ide adalah ide tentang sesuatu benda, suatu

fikiran dalam akal kita yang menunjuk suatu benda. Dalam hal ini benda dalah

realitas dan ide adalah 'bagaimana benda itu nampak pada kita'. Oleh karena itu,

maka fikiran kita harus menyesuaikan diri dengan benda-benda, jika mau menjadi

15

Page 16: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

benar, yakni jika kita ingin agar ide kita menjadi benar, jika ide kita cocok dengan

bendanya, maka ide itu salah dan tidak berfaedah. Benda tidak menyesuaikan dengan

ide kita tentang benda tersebut. Kita harus mengganti ide-ide kita dan terus selalu

menggantinya sampai kita mendapatkan ide yang benar. Cara berpikir common sense

semacam itu adalah cara yang realis; cara tersebut adalah realis karena ia menjadikan

'benda' adalah bukan 'ide' sebagai ukuran kebenaran, pusat arti. Realisme menjadikan

benda itu dari real dan ide itu penampakkan benda yang benar atau yang keliru.36

Maka dengan demikian realisme adalah aliran yang menyatakan bahwa

objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya dan tidak bergantung pada

yang mengetahui, atau pun pikiran. Dunia ada sebelum dan sesudah pikiran.

4. Kritisisme

Secara harfiah, kata kritik berarti pemisahan. Jadi filsafatnya dimaksud

sebagai penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara obyektif dan

menentukan batas-batas kemampuannya untuk memberi tempat iman dan

kepercayaan.37

Tokoh aliran kritisisme adalah Imanuel Kant. Filsafat Kant merupakan titik

tolak periode baru bagi filsafat barat. Ia menyimpulkan dan mengatasi aliran

rasionalisme dan empirisme.38 Pada awalnya, Kant mengikuti rasionalisme, tetapi

kemudian tepengaruh oleh empirisnya (Hume). Walaupun demikian, Kant tidak

begitu mudah menerimanya karena ia mengetahui bahwa empirisme terkadang

36 Harold H.Titus, dkk, Living in Philosophy. (Jakarta: Bulan Bintang), hlm. 315-32937 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra, (Bandung:

Rosda, 1990), hlm. 15738 Anton Baker, Metode-Metode Filsafat, (Jakarta Ghalia Indonesia,1986), hlm. 88

16

Page 17: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

skeptisisme. Untuk itu, ia tetap mengakui kebenaran ilmu, dan dengan akal manusia

akan dapat mencapai kebenaran.39

Akhirnya Kant mengakui peranan akal dan keharusan empiri, kemudian

dicobanya mengadakan sintesis. Walaupun pengetahuan bersumber dari akal

(rasionalisme), tetapi adanya pengertian timbul dati benda (empirisme). Ibarat burung

terbang harus mempunyai sayap (rasio) dan udara (empiri). Jadi, metode berpikirnya

disebut kritis. Walaupun ia mendasarkan diri pada nilai yang tinggi dari akal, tetapi ia

tidak mengingkari adanya persoalan-persoalan yang melampaui akal. Sehingga akal

mengenal batas-batasnya.40

Adapun ciri-ciri Kritisisme adalah adalah sebagai berikut:

a. Menganggap obyek pengenalan berpusat pada subyek dan bukan pada

obyek

b. Manegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk mengetahui

realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanya mampu menjangkau gejalanya

atau fenomenanya saja.

c. Menjelaskan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh atas

perpaduan antara peranan unsur apriori yang berasal dari rasio serta berupa

ruang dan waktu dan peranan unsure aposteriori yang berasal dari

pengalaman yang berupa materi.41

Maka dapat disimpulkan bahwa kritisisme adalah aliran yang berusaha

menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Imanuel Kant yang pemikirannya

39 Asoro Achmadi, Filsafat Umum, ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 14040 Asoro Achmadi, Filsafat Umum41 Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofiologi, (Bandung: Pustaka

Setia, 2008), hlm. 283

17

Page 18: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

bertolak pada ruang dan waktu sebagai dua bentuk pengamatan. Akal menerima

bahan-bahan pengetahuan dari empiri (indera dan pengalaman) dan mengaturnya

dalam bentuk pengamatan yakni ruang dan waktu. Pengamatan merupakan

permulaan pegetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal merupakan pembentuknya.

5. Idalisme

Idealime adalah sebuah istilah yang digunakan pertama kali dalam dunia

filsafat oleh Leibniz pada awal abad 18. ia menerapkan istilah ini pada pemikiran

Plato, seraya memperlawankan dengan materialisme. Istilah Idealisme adalah aliran

filsafat yang memandang mental dan ideasional sebagai kunci ke hakikat realitas.42

selain itu, idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik

hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme

diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Pandangan ini telah

dimiliki oleh plato dan pada filsafat modern dipelopori oleh J.G. Fichte, Sckelling,

dan Hegel.43

Pokok utama yang diajukan oleh idealisme adalah jiwa mempunyai

kedudukan yang utama dalam alam semesta. Sebenarnya, idealisme tidak

mengingkari materi. Namun, materi adalah suatu gagasan yang tidak jelas dan bukan

hakikat. Sebab, seseorang akan memikirkan materi dalam hakikatnya yang terdalam,

dia harus memikirkan roh atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah

sesungguhnya materi itu, dia harus meneliti apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan

apakah akal budi itu, bukannya apakah materi itu.

42 Lorens Bagus., Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005)43 Delfgaauw, Bernard, Sejarah Singkat Fisafat Barat, (Yoyakarta: Tiara Wacana, 1992),

hlm. 59

18

Page 19: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Paham ini beranggapan bahwa jiwa adalah kenyataan yang sebenarnya.

Manusia ada karena ada unsur yang tidak terlihat yang mengandung sikap dan

tindakan manusia. Manusia lebih dipandang sebagai makhluk kejiwaan/kerohanian.

Untuk menjadi manusia maka peralatan yang digunakannya bukan semata-mata

peralatan jasmaniah yang mencakup hanya peralatan panca indera, tetapi juga

peralatan rohaniah yang mencakup akal dan budi. Justru akal dan budilah yang

menentukan kualitas manusia.44

6. Positivisme

Pendiri dan sekaligus tokoh terpenting dari aliran filsafat positivisme adalah

Aguste Comte. Aliran positivisme berpendirian bahwa kepercayaan-kepercayaan

yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apa pun yang di luar

dunia pengalaman tidak perlu diperhatikan. Manusia harus menaruh perhatian pada

dunia ini. Beberapa tokoh diantaranya mengatakan bahwa pernyataan yang

mengandung arti adalah pernyataan yang dapat diverifikasi secara empiris.

Pengalaman yang tidak berdasar dan tidak dapat diverifikasi dianggap tidak

bermakna atau bukan merupakan pengetahuan.45

Ide-ide pokok positivisme, antara lain :

1) Bahwa ilmu pengetahuan merupakan jenis pengetahuan yang paling tinggi

tingkatannya, dan karenanya kajian filsafat harus juga bersifat ilmiah (that

science is the highest form of knowledge and that philosophy thus must be

scientific).

44 Rasjidi, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), hlm. 40.45 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 154

19

Page 20: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

2) Bahwa hanya ada satu jenis metode ilmiah yang berlaku secara umum,

untuk segala bidang atau disiplin ilmu, yakni metode penelitian ilmiah

yang lazim digunakan dalam ilmu alam.

3) Bahwa pandangan-pandangan metafisik tidak dapat diterima sebagai ilmu,

tetapi "sekadar" merupakan pseudoscientific.46

Jadi, kebenaran yang dianut positivisme dalam mencari kebenaran adalah

teori korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan

adalah benar jika terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan tersebut.

Atau dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap benar apabila materi yang

terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian (korespodensi) dengan obyek

faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.47

7. Pragmatisme

Pragmatisme diambil dari kata Pragma (bahasa Yunani) yang berarti

tindakan, perbuatan. pragmatisme mula-mula diperkenalkan oleh Charles Sanders

Peirce (1839-1914). Sebenarnya istilah pragmatisme lebih banyak berarti sebagai

metode untuk memperjelas suatu konsep ketimbang sebagai suatu doktrin

kefilsafatan.48 Sedangkan, Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah

aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen

(tindak percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang

memuaskan. Sedangkan, definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan

segala sesuatu secara berguna.49

46 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, hlm. 155-15647 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu48 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra, hlm.19049 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales Sampai Capra

20

Page 21: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Aliran pragmatisme pertama kali tumbuh di Amerika sekitar abad 19 hingga

awal 20. Aliran ini melahirkan beberapa nama yang cukup berpengaruh mulai

Charles Sanders Pierce (1839-1914), William James (1842-1910), John Dewey, dan

seorang pemikir yang juga cukup menonjol bernama George Herbert Mead (1863-

1931). Charles S. Pierce-lah yang membiasakan istilah ini dengan ungkapannya,

“Tentukan apa akibatnya, apakah dapat dipahami secara praktis atau tidak. Kita akan

mendapat pengertian tentang objek itu, kemudian konsep kita tentang akibat itu,

itulah keseluruhan konsep objek tersebut.” Ia juga menambahkan, untuk mengukur

kebenaran suatu konsep, kita harus mempertimbangkan apa konsekuensi logis

penerapan konsep tersebut. Bila suatu konsep yang dipraktekkan tidak mempunyai

akibat apa-apa, maka konsep itu tidak mempunyai pengertian apa-apa bagi kita.

Selain itu, menurut John Dewey, kegunaan atau kemanfaatan untuk umum

hendaknya menjadi ukuran, sedangkan daya untuk mengetahui dan daya untuk

berpikir merupakan sarana.50Dengan demikian aliran ini tidak mempersoalkan apa

hakekat pengetahuan melainkan menanyakan apa guna pengetahuan tersebut.

E. Kesimpulan

Perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini tidaklah

berlangsung secara mendadak, melainkan melalui proses bertahap, dan evolutif. Di

dalam banyak literatur menyebutkan bahwa periode Yunani merupakan tonggak awal

berkembangnnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia.

Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir

yang berkembang saat itu. Dengan paradigma tersebut, ilmu pengetahuan

berkembang sangat pesat hingga saat ini.

50 wikipedia.org/wiki/Pragmatisme, diakses tanggal 20 Oktober 2014

21

Page 22: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Secara garis besar, periodeisasi sejarah perkembangan filsafat ilmu

pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam,

pada zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer.

Adapun aliran-aliran dalam filsafat ilmu terbagi ke dalam:

1. Rasionalisme

2. Empirisme

3. Realisme

4. Kritisisme

5. Idealisme

6. Positivisme

7. Pragmatisme

F. Daftar Pustaka

Ahmad Tafsir. 1990. Filsafat Umum Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

___________. 2000. Filsafat Umum. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Amsal Bakhtiar. 2013. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anton Baker. 1986. Metode-metode Filsafat. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Asoro Achmadi. 2008. Filsafat Umum. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Atang Abdul Hakim. 2008. Filsafat Umum dari Metologi sampai Teofiologi.

Bandung: Pustaka Setia

Delfgaauw, Bernard. 1992. Sejarah Singkat Fisafat Barat.Yoyakarta: Tiara Wacana.

Felix Klein-Franke. 2003. Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam, Vol. 1, ed. Seyyed

Hossein Nasr dan Oliver Leaman. Bandung: Mizan.

22

Page 23: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

Harold H.Titus, dkk. Tth. Living in Philosophy. Jakarta: Bulan Bintang

Harun Nasution. 1998. Islam Rasional. Bandung: Mizan.

Jerome R. Ravertz. 2004. Filsafat Ilmu : Sejarah dan Ruang Lingkup

Bahasan. Cetakan Ke-IV. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

K. Bertens. 1986. Ringkasan Sejarah Filsafat. Yogyakarta: Kanisius

Lorens Bagus. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mohammad Muslih. 2004. Filsafat Ilmu Kajian Atas Asumsi Dasar Paradigma dan

Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Belukar.

Rasjidi. 1997. Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir. 2002. Filsafat Ilmu. Cet Ke-II.Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Russell, Betrand. 2002. Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-

Politik dari Zaman Kuno hingga sekarang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara

_______. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Bumi

Aksara

Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 1996. Filsafat Ilmu. Yogykarta:

Liberty.

W. Montgomery Watt. 1997. Islam dan Peradaban Dunia: Pengaruh Islam atas

Eropa Abad Pertengahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zainal Abidin. 2012. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: Rajawali Pers.

23

Page 24: Sejarah Perkembangan Filsafat Ilmu Dan Alirannya (1)

24