Upload
vongoc
View
244
Download
0
Embed Size (px)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SEJARAH KEBERADAAN JALUR
KERETA API DI KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 1922-1976
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah
Fakultas Sastra Dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh
ANDI PRAMONO
C 0506007
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Andi Pramono
NIM : C0506007
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Sejarah Keberadaan
Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976 adalah betul-betul
karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang
bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan
dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh
dari skripsi tersebut.
Surakarta, Desember 2011
Yang membuat pernyataan,
Andi Pramono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan adalah orang yang tak pernah
berbuat apa-apa.
(Penulis)
Tidak ada daya dan kekuatan yang berguna kecuali dengan pertolongan Allah
Yang Maha Agung.
(Penulis)
Bukan gunungnya yang kita taklukkan, melainkan diri sendiri.
Edmund Hillary
(Orang Pertama yang Mendaki Mount Everest)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan
kepada :
Bapak, Ibu dan keluargaku yang selalu
mendukung dan mengajariku tentang
banyak hal.
Adik dan Kakakku.
Brehita Mustika Wijaya, penyemangatku.
Semua teman sekaligus sahabatku yang
memberiku pengaruh setiap aku
mengambil keputusan.
Almamater.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke-Hadirat Allah
SWT, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan limpahan karunia-Nya
kepada penulis, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “Sejarah Keberadaan Jalur Kereta Api di Kabupaten Wonogiri
Tahun 1922-1976”.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, baik
moral, material maupun spiritual, hingga akhirnya penulisan skripsi ini dapat
berjalan dengan baik dan selesai sesuai yang penulis harapkan, yaitu kepada:
1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed.Ph.d, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan dalam perizinan kepada penulis untuk penelitian dan penyusunan
skripsi ini.
2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Pembimbing Skripsi dan Ketua
Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam
menyeleseikan penelitian ini, yang memberikan banyak dorongan, masukan,
dan kritik yang membangun dalam proses penulisan skripsi ini.
3. Waskito Widi W, S.S, selaku Pembimbing Akademik, yang telah
memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
4. Segenap dosen pengajar di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu
dan wacana pengetahuan.
5. Segenap staf dan karyawan UPT Perpustakaan Pusat UNS, Perpustakaan
Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, Perpustakaan Reksopustoko
Mangkunegaran, Perpustakaan Daerah Wonogiri, Dinas Perhubungan
KOMINFO Kab.Wonogiri, BAKESBANGPOL dan LINMAS Kab.Wonogiri,
Badan Arsip Daerah Semarang.
6. Bapak Tarno, Bapak Kemi, Bapak Sukidi dan Bapak Mesgi serta Mbah Min
yang telah sabar dan penuh semangat membagi informasi dan data-data yang
diperlukan oleh penulis.
7. Bapak dan Ibuku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat
dengan tulus ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.
8. Kakakku, Andri Susanti dan adikku Wisnu Wardhani serta keluarga besarku,
terimakasih atas kasih sayang kalian.
9. Brehita Mustika Wijiya, penyemangatku yang tak henti-hentinya memberikan
dorongan, semangat, perhatian, pengertian dan ide-ide baru kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan maksimal. Terima kasih pula atas
kesabaran mendengar semua keluh kesahku.
10. Teman-teman sejarah angkatan 2006, Dwi “Dweek”, Dani, Gilang P
“Simbah”, Helmi, Ari “Cebret”, Beni, Septa, Eko “Kodok”, Edi “Ocol”,
Lissa, Sunu terima kasih atas persahabatan kalian selama ini. Terima kasih
pula untuk kakak-kakak Alumni Ilmu Sejarah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
11. Segenap keluarga besar PMPA Sentraya Bhuana FSSR UNS yang telah
memberikan banyak hal, pengalaman, wawasan dan persaudaraan yang
penulis banyak dapatkan.
12. Segenap pihak yang telah mendukung dan membantu terlaksananya penulisan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak terlepas dari
kekurangan dan kekeliruan, serta masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis sangat menghargai adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
guna menyempurnakan penulisan-penulisan serupa di masa yang akan datang.
Akhirnya penulis berharap bahwa hasil skripsi ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekalian. Amin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Surakarta, Desember 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .... ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
DAFTAR ISTILAH ......................................................................................... xv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
ABSTRAK …. .... ............................................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Kajian Pustaka ......................................................................... 9
F. Metode Penelitian .................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan .............................................................. 14
BAB II KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT
WONOGIRI TAHUN 1922-1976
A. Kondisi Geografi Wonogiri ..................................................... 15
B. Kondisi Demografi Wonogiri .................................................. 19
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyrakat Wonogiri……………….. 27
D. Sistem Transportasi di Wonogiri ............................................. 31
1. Jalan dan Jembatan ............................................................ 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
2. Stasiun ................................................................................ 37
BAB III DINAMIKA PERKEMBANGAN JALUR KERETA API
DI WONOGIRI
A. Gambaran Umum .................................................................. 40
B. Keberadaan Kereta Api Solo-Wonogiri-Baturetno ............... 48
1. Jenis Lokomotif Solo-Wonogiri-Baturetno .................... 53
2. Jalur Rel Solo-Wonogiri-Baturetno ................................ 60
3. Stasiun-Stasiun Kereta Api Jalur Selatan Wonogiri ....... 64
4. Tarif Kereta Api Solo-Wonogiri-Baturetno .................... 72
5. Jalur Kereta Api Lori Untuk Pengangkutan Batu
Gamping .......................................................................... 75
C. Perkembangan Kereta Api Pada Masa Pendudukan Jepang
Tahun 1942-1945 .................................................................. 79
D. Perkembangan Kereta Api Setelah Perang Kemerdekaan
Tahun 1946-1970 .................................................................. 83
E. Perkembangan Kereta Api Sesudah Tahun 1970-1975 ......... 89
F. Pembongkaran Jalur Kereta Api Wonogiri-Baturetno
Tahun 1976…………………………………………………. 99
BAB IV DAMPAK PEMBONGKARAN JALUR KERETA API
BATURETNO-WONOGIRI OLEH PEMERINTAH ORDE
BARU TAHUN 1976-1978
A. Dampak Pembongkaran Jalur Kereta Api Terhadap
Perubahan Transportasi di Baturetno……………………….. 105
B. Penyebab Terjadinya Transmigrasi………………………… 110
C. Penyebab Terjadinya Urbanisasi…………………………… 114
BAB V KESIMPULAN………………………………………………….. 118
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 121
DAFTAR INFORMAN ................................................................................... 125
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 Kereta api uap C17 jurusan Solo-Wonogiri-Baturetno............... 56
Gambar 2 Lokomotif C20 buatan Pabrik Hartmann Jerman....................... 57
Gambar 3 Lokomotif BB30003 (Punakawan) Wonogiri............................ 59
Gambar 4 Viaduct yang menyilang jalan Wonogiri-Solo.......................... 59
Gambar 5 Lokomotif BB30029 sering disebut kereta api “Fedder”............ 60
Gambar 6 Sketsa rute jaringan kereta api dari Stasiun Purwosari
ke Stasiun Baturetno..................................................................... 61
Gambar 7 Jalur rel kereta api Solo-Wonogiri............................................... 63
Gambar 8 Bekas jembatan kereta api jurusan Baturetno-Wonogiri.............. 63
Gambar 9 Tumpukan bantalan rel kereta api................................................. 64
Gambar 10 Jalan rel kereta api di wilayah Wonokarto.................................... 64
Gambar 11,12 Stasiun Wonogiri masa pemerintahan Belanda............................ 65
Gambar 13 Stasiun Purwosari Tahun1927...................................................... 67
Gambar 14 Stasiun Solokotta (Sangkrah)....................................................... 67
Gambar 15 Kantor PPN di Baturetno............................................................. 67
Gambar 16 Kios-Kios Bekas Stasiun Baturetno.............................................. 67
Gambar 17 Halte Tekaran (Selogiri)............................................................... 68
Gambar 18 Stasiun Wonogiri Tahun 2010...................................................... 78
Gambar 19 Pondasi Bekas Halte Goedangdondong....................................... 71
Gambar 20 Pondasi Bekas Jembatan Kereta Api di Goedangdondong......... 71
Gambar 21 Lorong Bekas Penambangan Batu Gamping............................... 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Gambar 22 Bekas Jembatan Kereta Lori........................................................ 76
Gambar 23 Jenis Kereta Lori untuk pengangkutan batu gamping.................. 78
Gambar 24 Jenis kereta lori untuk pengangkutan tebu................................... 78
Gambar 25 Pengosongan jalur kereta api oleh para tentara agresi militer..... 81
Gambar 26 Depo/bengkel kereta api di Stasiun Wonogiri............................. 91
Gambar 27 Skema aksesbilitas kereta api Wonogiri..................................... 95
Gambar 28 Skema jaringan kereta api Solo-Wonogiri............................. .... 97
Gambar 29 Bendungan Serbaguna Wonogiri diantara dua musim............... 100
Gambar 30 Jembatan Somohulun yang rusak akibat banjir tahun 1966....... 102
Gambar 31 Jalur yang menuju ke Baturetno dan persilangan....................... 103
Gambar 32 Bekas jalan aspal yang menghubungkan Baturetno-Wonogiri.. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Wonogiri……...... 16
Tabel 2 Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran tahun 1930……….. 20
Tabel 3 Rakyat daerah Mangkunegaran tahun 1930………..…………… 21
Table 4 Jumlah migran masuk dalam wilyah Karisidenan Surakarta
tahun 1930……………………………………………………… 24
Tabel 5 Jumlah tenaga kerja pertanian di Praja Mangkunegaran……… 25
Tabel 6 Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran……………. ... 30
Tabel 7 Wilayah kerja NISM untuk pembangunan jalan kereta api di
JawaTengah…………………………………………………… 51
Tabel 8 Daftar rute tujuan pejalanan kereta api NISM………………… 52
Tabel 9 Rute perjalanan dan datar harga tiket kareta api dari Solo…... 72
Tabel 10 Tarif angkutan trem penumpang NISM………………………. 73
Tabel 11 Tarif angkutan barang Trem NISM…………………………… 74
Tabel 12 Tarif angkutan kereta api SS……………………………..….. 74
Tabel 13 Pengambilalihan wilayah kekuasaan kereta api dari Jepang
Tahun 1945…………………………………………………. 85
Table 14 Data Pengungsi/Transmigran Proyek Bendungan Serbaguna
Wonogiri tahun 1981 ………………………………………. 111
Tabel 15 Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 1973-
1976………………………….……………………………… 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR ISTILAH
Afdeeling : Wilayah administrasi Pemerintah Kolonial
Belanda di Indonesia yang berada di bawah
Karesidenan
Apanage : Tanah lunguh yang diberikan kepada para
bangsawan dan pejabat kerajaan sebagai gaji
Bedhol deso : Transmigrasi
Bekel : Pemegang kekuasaan atas Desa-desa. Biasanya
mereka adalah pembuka tanah yasan, dan dianggap
sebagai cikal bakal juga sebagai penebas pajak
atau orang yang mengurus apanage, pemungut
pajak, kepala desa, petani penghubung antara
pemilik desa/penguasa desa dengan penggarap
tanah
Beri-Beri : Penyakit bengkak karena kekurangan vitamin B.
Bonggol : Akar
Cultuurstelsel : Sistem tanam paksa
Distrik : Kawedanan
Enclave : Tanah yang terkurung oleh wilayah lain.
Epidemi pest : Wabah penyakit pes
Fedder : Pengumpan.
Gaplek : Singkong yang dikeringkan secara manual.
Gubernemen : Pemerintah Kolonial Belanda.
Jajar : Jabatan paling rendah dalam birokrasi dan
pelaksana perintah dari jabatan di atasnya yaitu
Bekel.
Kaliwon : Bertugas meneruskan perintah dari Wedana
kepada pejabat dibawahnya.
Karesidenan : Daerah yang dipimpin oleh seorang Residen
Kolonial Verslag : Laporan Pemerintah Kolonial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Katul : Dedak, sisa-sisa penggilingan padi.
Litosol : Jenis batuan kapur
Lurah : Kepala kelurahan.
Mantri : Juru nama pangkat atau jabatan tertentu untuk
melaksanakan suatu tugas atau keahlian khusus.
Nasi gogik : Nasi yang dikeringkan.
Paceklik : Musim kekeringan.
Onderdistrik : Wilayah administrasi setingkat di bawah distrik.
Onderregentschap : Wilayah administrasi setingkat kabupaten, diatas
distrik
Panewu : Kepala rendahan yang membawahi 1000 rumah
tangga
Prototype : Sistem keamanan
Rikuyu Sakyoku : Badan pertahanan militer Jepang yang menguasai
daerah Jawa Tengah.
R25 : R adalah ukuran lebar rel kereta api.
Separo : Setengah
Spoorweg : Jalan kereta api
Tiwul : Jenis makanan yang terbuat dari bahan gaplek.
Transfer : Memindahkan
Transit : Pengangkutan jarang pendek
Vorstenlanden : Daerah kekuasaan dua kerajaan di Jawa
Wedana : Kepala distrik
Wilhelminastraat : Jalan Wilhemina ( Jl. Slamet Riyadi )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR SINGKATAN
DKA : Djawatan Kereta Api
DKARI : Djawatan Kereta Api Republik Indonesia
KITLV : Koniklijk Instituut voor Taal-,Land-,en
Volkenkunde (Institut Kerajaan bagi Linguistik,
Geografi, dan Ethnografi)
K.G.P.A.A : Kangjeng Gusti Pangeran Ario Adipati
N.I.S.M : Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscahppij
O.C.T.A : The Japanese Overseas Technical Cooperation
Agency
PERUMKA : Perusahaan Umum Kereta Api
PJKA : Perusahaan Jawatan Kereta Api
PNKA : Perusahaan Negara Kereta Api
S.S : Staate Spoorwegen Maatschappij
S.T.M : Solosche Tramweg Maatschappij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Wilayah Praja Mangkunegaran pada Tahun 1920……… 126
Lampiran 2 Peta jaringan kereta api di pulau Jawa………………………. 127
Lampiran 3 Jalan trem NISM memperluas ke arah selatan……………….. 128
Lampiran 4 Tram kuda Boyolali-Solo-Kakap dengan panjang
total 94 Km………………………………………………….. 129
Lampiran 5 Persetujuan dari NIS mengenai gambar tanda-tanda garis
rute Solo Kotta- Baturetno………………………………….. 130
Lampiran 6 Surat kepada Direktur Pekerjaan Umum Mangkunegara
tentang pembangunan jalan Solokkota-Baturetno.………….. 131
Lampiran 7 Pembuatan jalan kereta api Wonogiri-Baturetno melewati
daerah Wuryantoro………………………………………….. 132
Lampiran 8 Surat penawaran tentang masalah irigasi di Wonogiri……… 133
Lampiran 9 Mengenai pembangunan lebar rel kereta api Solo-Baturetno.. 134
Lampiran 10 Sumbangan untuk biaya pembuatan jalan di Wonogiri……… 135
Lampiran 11 Diberlakukannya tiket gratis untuk rute perjalanan Solo-
Wonogiri-Kakap……………………………………………… 136
Lampiran 12 Rute perjalanan kereta api NISM…………………………….. 138
Lampiran 13 Surat-Surat dari Pemerintah Belanda mengenai pembukaan
jalur kereta api lintas selatan……………………………….. 140
Lampiran 14 Tanah yang dipakai untuk dagang di sepanjang jurusan
Baturetno-Wonogiri pada tahun1928……………………… 143
Lampiran 15 Daftar pihak swasta yang memakai tanah-tanah
Mangkunegaran yang diberikan pada SS dan NISM
untuk keperluan jalan transportasi Spoor…………………… 144
Lampiran 16 Berkas tentang rute kereta api dari Solo Kotta sampai
kebeberapa tempat lainnya beserta harga karcis tanggal
1 November 1928…………………………………………… 145
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
ABSTRAK
Andi Pramono. C0506007. 2011. Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di
Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini berjudul Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di
Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui (1) Bagaimana proses perkembangan jalur kereta api di Kabupaten
Wonogiri tahun 1922-1976. (2) Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat
dengan adanya jalur transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-
1976. (3) Bagaimana dampak pembongkaran jalur transportasi kereta api terhadap
masyarakat Wonogiri pada tahun 1976. Penelitian ini merupakan penelitian
historis, sehingga langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi
heuristik, kritik sumber baik intern maupun ekstern, interprestasi, dan
historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen
yang di dapat dalam koleksi arsip Perpustakaan Rekso Pustoko Mangkunegaran
dan studi pustaka yang berupa buku dan beberapa tulisan ilmiah yang tentang
perkembangan kereta api di kota Wonogiri. Dari pengumpulan data, kemudian
data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya. Untuk
menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang lain sebagai ilmu bantu
ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
ekonomi, dan sosiologi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jaringan kereta api
di Wonogiri merupakan hasil pembangunan perusahaan swasta Belanda yaitu
NISM yang dimulai pada tahun 1922, dan merupakan percabangan jalur kereta
api dari Kota Solo. Adapun tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan batu
gamping sekaligus membuka daerah pedalaman serta satu-satunya alat
transportasi bagi masyarakat yang bersifat masal dan cepat.
Selama perkembangan jaringan transportasi kereta api di Kabupaten
Wonogiri pada tahun 1976 terjadi pembongkaran jalur Wonogiri-Baturetno, hal
ini dikarenakan dengan adannya faktor pembangunan Waduk Gajah Mungkur
yang merupakan salah satu penanggulangan bahaya banjir. Dengan terputusnya
jalur Wonogiri-Baturetno membuat masyarakat khususnya masyarakat Baturetno
mengalami kesulitan dalam hal penjualan hasil bumi dan pengangkutan batu
gamping mulai tersendat, semakin berkembangnya jaman, muncul sarana
transportasi darat berupa bus dan truk sebagai salah satu transportasi pengganti.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian, bahwa
keberadaan jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri pada tahun 1922-1976
mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat serta keberadaan kereta api
yang beralih fungsi yang dulunya sebagai sarana pengangkutan hasil tambang
menjadi sarana kepentingan perang di jaman Jepang dan sebagai media penyiaran
berita kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
SEJARAH KEBERADAAN JALUR KERETA API
DI KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 1922-1976
Andi Pramono1
Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd2
ABSTRAK
2011. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini berjudul Sejarah Perkembangan Jalur Kereta Api di
Kabupaten Wonogiri Tahun 1922-1976. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui (1) Bagaimana proses perkembangan jalur
kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-1976. (2)
Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan adanya
jalur transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri tahun 1922-
1976. (3) Bagaimana dampak pembongkaran jalur transportasi
kereta api terhadap masyarakat Wonogiri pada tahun 1976.
Penelitian ini merupakan penelitian historis, sehingga langkah-
langkah yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi heuristik,
kritik sumber baik intern maupun ekstern, interprestasi, dan
historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
studi dokumen yang di dapat dalam koleksi arsip Perpustakaan
Rekso Pustoko Mangkunegaran dan studi pustaka yang berupa
buku dan beberapa tulisan ilmiah yang tentang perkembangan
kereta api di kota Wonogiri. Dari pengumpulan data, kemudian
data dianalisa dan diinterpretasikan berdasarkan kronologisnya.
Untuk menganalisis data, digunakan pendekatan ilmu sosial yang
lain sebagai ilmu bantu ilmu sejarah. Pendekatan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan ekonomi, dan sosiologi.
1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah dengan NIM C0506007
2 Dosen Pembimbing
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jaringan kereta
api di Wonogiri merupakan hasil pembangunan perusahaan swasta
Belanda yaitu NISM yang dimulai pada tahun 1922, dan
merupakan percabangan jalur kereta api dari Kota Solo. Adapun
tujuannya untuk mengangkut hasil bumi dan batu gamping
sekaligus membuka daerah pedalaman serta satu-satunya alat
transportasi bagi masyarakat yang bersifat masal dan cepat.
Selama perkembangan jaringan transportasi kereta api di
Kabupaten Wonogiri pada tahun 1976 terjadi pembongkaran jalur
Wonogiri-Baturetno, hal ini dikarenakan dengan adannya faktor
pembangunan Waduk Gajah Mungkur yang merupakan salah satu
penanggulangan bahaya banjir. Dengan terputusnya jalur
Wonogiri-Baturetno membuat masyarakat khususnya masyarakat
Baturetno mengalami kesulitan dalam hal penjualan hasil bumi dan
pengangkutan batu gamping mulai tersendat, semakin
berkembangnya jaman, muncul sarana transportasi darat berupa
bus dan truk sebagai salah satu transportasi pengganti.
Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian, bahwa
keberadaan jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri pada tahun
1922-1976 mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat serta
keberadaan kereta api yang beralih fungsi yang dulunya sebagai
sarana pengangkutan hasil tambang menjadi sarana kepentingan
perang di jaman Jepang dan sebagai media penyiaran berita
kemerdekaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan
dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitannya dengan
kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek-aspek
sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Dalam aspek
perekonomian, transportasi mempunyai pengaruh yang besar. Bahkan data
menunjukan salah satu kendala yang dihadapi dalam kalangan industri adalah
sektor transportasi.1
Transportasi merupakan sarana penting dalam kehidupan masyarakat
untuk jasa pengangkutan barang maupun penumpang, hal tersebut terbukti bahwa
sampai pada abad ke-21 seperti sekarang ini transportasi mesin dibutuhkan bagi
masyarakat. Kalau saja tidak ada alat transportasi maka seluruh kegiatan dalam
kehidupan masyarakat tidak akan berjalan baik dan lancar.
Sebelum awal abad ke-20 transportasi telah digunakan dalam kehidupan
masyarakat. Sebelum tahun 1900 alat pengangkutan yang digunakan adalah
menggunakan tenaga manusia, hewan dan sumber tenaga dari alam dan pada
tahun 1920 sudah semakin maju dengan ditemukan alat transportasi lainnya
seperti kendaraan bermotor dan mobil, angkutan kereta api dan jalan raya
1 H.A. Abbas Salim, Manajemen Transportasi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993,
hal. 6.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
memegang peranan penting dalam pengangkutan secara massal antar daerah
dalam suatu wilayah.2
Transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk menetapkan
perwujudan wawasan nusantara memperkukuh pertahanan nasional, dan
mempererat hubungan antar bangsa dalam usaha mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Kereta api adalah sarana
transportasi berupa kendaraan dengan tenaga gerak baik berjalan sendiri yang
dinamakan lokomotif maupun rangkaian dengan kendaraan lainnya yang
dinamakan gerbong atau kereta yang bergerak di atas rel.3
Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan
dari moda transportasi lain yang ditata dalam transportasi nasional, mempunyai
karakteristik dan pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, perlu
lebih dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung
wilayah baik nasional maupun internasional, sebagai penunjang, pendorong, dan
penggerak pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan rakyat.4
Pada zaman Hindia Belanda, di Indonesia terdapat dua macam perusahaan
kereta api yang beroperasi yaitu:
1. Perusahaan kereta Api Negara (Staats Spoorwegwn disingkat SS)
2. Perusahaan kereta Api swasta yang tergabung dalam wadah yang diberi
nama Verenigde Spoorwebedrijf disingkat VS. SS mulai beroperasi tahun 1878
dari Surabaya ke Lamongan dan selanjunya meluas meliputi walayah Jawa Timur,
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogjakarta, Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera
2 H.A. Abbas Salim, Ibid
3 Rustian Kamaludin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Ghalamania, 1987, hal. 67.
4 H.A. Abbas Salim, Op Cit, hal.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung. Kantor pusat SS berada Di Bandung
(sekarang menjadi pusat PT. Kereta Api Indonesia (Persero) di Jalan Perintis
Kemerdekaan No 1 Bandung). Perusahaan Kereta Api Swasta beroperasi mulai
tahun 1867 dari Semarang ke Temanggung oleh NIS (Nederlandsch Indische
Spoorweg). Selanjutnya wilayah operasi NIS meluas ke wilayah Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Tengah.5 Dengan adanya keberhasilan NIS,
selanjutnya bermunculan perusahaan-perusahaan kereta api swasta lainnya yang
beroperasi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa Barat,
Madura dan Sumatera Utara. Pada masa pendudukan Jepang, perusahaan kereta
api SS dan VS penggelolaanya disatukan dan kereta api di Jawa diberi nama
Rikuyu Sokoku.6
Berdasarkan Maklumat Kementrian Perhubungan Republik Indonesia
Nomor 1/KA tanggal 23 Oktober 1946 perusahaan kereta api SS dan VS dikelola
oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Pada masa perjuangan
fisik dengan datangnya kembali Belanda bersama sekutu, penguasaan kereta api
terbagi menjadi dua. Di daerah yang dikuasai Republik, kereta api dioperasikan
DKARI. Sedangkan untuk daerah yang dikuasai Belanda, kereta api dioperasikan
oleh SS dan VS. Setelah terjadi pengakuan kedaulatan, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perhubungan, Tenaga Dan Pekerjaan Umum Republik
Indonesia Tanggal 6 Januari 1950 Nomor 2 tahun 1950 terhitung 1 Januari 1950
DKARI, SS dan VS digabung menjadi satu jawatan dengan nama Djawatan
5 Simeon R. Oerip, Sejarah Kereta Api Negara (SS/DKA) di Indonesia, Jakarta:
Departemen Penerangan Republik Indonesia.1953. hal. 21-22. 6 Rustian Kamaludin Op. cit, hal 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kereta Api (DKA). Semua kekayaan, hak-hak dan kewajiban DKARI, SS dan VS
mulai 1 Januari 1950 dioper oleh DKA.7
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
1963, Djawatan Kereta Api Indonesia (DKA) diubah menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api Indonesia (PNKA). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 61 Tahun 1971, Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) diubah
menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA). Berdasarkan Peraturan Republik
Indonesia Nomor 57 Tahun 1990, Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) diubah
menjadi Perusahaan Umum Kereta Api (PERUMKA), berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1998 Perusahaan Umum Kereta
Api (PRUMKA) diubah menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero).8
Bertambahnya penduduk dan berkembangnya industri beserta
perkembangan kota-kota bersama dengan urbanisasi dan mobilitas penduduk yang
berpergian terus menerus meningkat. Meningkatnya mobilitas penduduk yang
cepat, disertai dengan terjadinya kongesti pada angkutan jalan raya serta adanya
kecenderungan pertumbuhan kawasan industri yang makin terbesar di Pulau Jawa.
Tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan di bidang transportasi darat
yang benar-benar baik semakin meningkat. Makin meningkatnya penduduk Kota
Wonogiri banyak masyarakat yang merantau banyak yang membutuhkan sarana
transportasi cepat, tarif memadai dan menghemat waktu.9 Pembangunan jalur
kereta api di kabupaten Wonogiri menunjang lalu lintas dan ekonomi masyarakat
7 Siregar, Muchtarudin, Ekonomi Dan Management Pengangkutan, Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universits Indonesia, 1990. hal 65-66 8 Simeon R. Oerip, Op. cit.,hal.95-100.
9 H.A. Abbas Salim, Op.Cit.,hal. 15-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kabupaten Wonogiri karena kereta api juga disebut cikal bakal sarana transportasi
umum yang bersifat massal dan efisien di Kabupaten Wonogiri. Transportasi
kereta api juga membawa dampak mobilitas horizontal dan interaksi dalam
masyarakat sehingga tidak menutup kemungkinan akulturasi baik sosial maupun
budaya masyarakat. Pertumbuhan ekonomi dan mobilitas pribumi menjadi
semakin lancar dengan adanya transportasi kereta api yang menopang keramaian
transportasi dan kehidupan masyarakat Wonogiri.
Pengaruh tentang perkembangan jalur kereta api terhadap pembangunan
kota khususnya di Kabupaten Wonogiri sangat menarik untuk diketahui, tidak
hanya sebagai sarana transportasi semata tetapi sebagai alat transportasi massal
pertama yang ada di Kabupaten Wonogiri. Pada tahun 1922-1976 keberadaan
transportasi kereta api sekaligus membawa dampak modernisasi yang sangat
tinggi bagi masyarakat Wonogiri, sehingga pembangunan perkotaan dan
pelaksanaan pembangunan sistem tata kota juga menarik untuk diketahui.
Semakin meluasnya jaringan transportasi kereta api dan mobilitas
penduduk luar daerah yang menggunakan jasa transportasi kereta api menuju ke
pusat kota. Untuk menunjang kepentinganya didirikanlah fasilitas-faasilitas
pelayanan sosial seperti pasar-pasar, sanitasi, kantor polisi, kantor pos, sarana
hiburan, penginapan, rumah sakit, listrik, dan lainnya yang berada di pusat kota.
Kabupaten Wonogiri merupakan jalan kereta api di Jawa Tengah yang
dibangun oleh NISM yang mana NISM merupakan salah satu perusahaan kereta
api swasta Belanda yang tergabung dalam Verenigde Spoorwegbedrif (VS)
sebagaimana telah penulis jelaskan diatas. Pembangunan jalur kereta api di Jawa
Tengah khusus untuk lintas Solo-Wonogiri-Baturetno peresmian dilakukan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
tanggal 1 Oktober Tahun 1922. Pada awalnya jalur ini dari Purwosari hingga
Baturetno, salah satu kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Jalur kereta api
Wonogiri-Baturetno ditutup untuk selama-lamanya karena pembangunan Waduk
Gajah Mungkur di Wonogiri yang menelan jalur kereta api tersebut. Sehingga
jalur yang tersisa adalah jalur rel antara stasiun Purwosari hingga stasiun
Wonogiri sepanjang kurang lebih 37 kilometer. Jalur kereta api di Kecamatan
Baturetno termasuk daerah operasional VI Yogjakarta yang berada dikilometer
51+590.10
Transportasi kereta api juga membawa perkembangan dan pembangunan
perkotaan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Wonogiri, dengan
demikian pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai wawasan tentang arti
pentingnya transportasi kereta api dalam perkembangan transportasi kereta api
dan perkotaan. Masuknya transportasi kereta api perubahan pandangan
masyarakat berlalu lintas mulai beralih dari transportasi air ke transportasi darat.
Dikarenakan sungai Bengawan Solo mengalami pendangkalan maka
pengangkutan barang hasil perkebunan hanya bisa diangkut pada masa musim
hujan saja, oleh karena itu alternatif transportasi yang digunakan adalah melalui
jalur darat.
Perluasan jaringan kereta api dan pembangunan jalan darat sebagai alat
pendistribusian dan semakin berkembangnya budaya perkotaan di Solo
mendorong migrasi penduduk serta membawa budaya asing yang kurang sehat
masuk hingga praktek-praktek kriminalitas yang semakin tinggi. Budaya budaya
tersebut adalah candu, rokok dan minum-minuman keras. Kebutuhan akan buruh-
10
Peta kerja dan wilayah seksi property VI Yogjakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
buruh secara berpindah pindah baik pada buruh pembangunan kereta api maupun
yang ada pada sentra industri maupun perkebunan, mengakibatkan adanya
pengajian upah dengan uang, sehingga perkotaan menjadi daya tarik sendiri
dalam mengadu nasib di kota. Pertumbuhan urbanisasi maupun mobilitas
penduduk yang berpindah pindah menjadi masalah di perkotaan, dikarenakan
mendorong aktifitas kriminal maupun praktek-praktek prostitusi semakin
berkembang dan meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di uraikan di atas, maka
pokok-pokok perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi pembuatan jalur kereta api di Wonogiri pada
tahun 1922?
2. Bagaimana dinamika perkembangan jalur kereta api di Wonogiri pada
periode tahun 1922-1976?
3. Apa alasan pemerintah Orde Baru melakukan pembongkaran jalur kereta
api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari diadakannya penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui latarbelakang pembuatan jalur kereta api di Wonogiri
pada tahun 1922?
2. Untuk mengetahui dinamika perkembangan jalur kereta api di Wonogiri
pada periode tahun 1922-1976?
3. Untuk mengetahui alasan pemerintah orde baru melakukan pembongkaran
jalur kereta api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penulisan ini adalah penelitian ini bisa
menjadi acuan dan literatur untuk lebih mengetahui perkembangan transportasi
kereta api di Wonogiri tahun 1922-1976. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan baru yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan baik secara historis maupun kebudayaan. Penelitian ini dimaksudkan
untuk memberi pengetahuan tentang sejarah perkembangan kereta api di
Kabupaten Wonogiri dan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan
pendidikan dan penelitian lebih lanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
E. Kajian Pustaka
Dalam penelitian ini penulis menggunakan literature dan referensi untuk
menunjang pokok permasalahan yang akan dikaji. Selain menggunakan sumber
primer penulis juga menggunakan sumber sekunder sebagai studi pustaka sesuai
dengan tema yang akan diangkat. Penelitian ini menggunakan beberapa buku
sebagai bahan acuan pokok untuk menelusuri dan mengungkap pokok
permasalahan ini, yaitu:
Buku karangan Wasino (2008), Kapitalisme Bumi Putera: Perubahan
Masyarakat Mangkunegaran. Buku ini menjelakaskan awal masuk kereta api di
Kota Solo dan jalur traansportasi kereta api, juga menjelaskan jalur-jalur yang
digunakan untuk pengumpulan hasil alam yang akan diangkut dengan kereta api.
Dalam buku ini juga menjelaskan bagaimana dampak adanya transportasi kereta
api, sejalan dengan munculnya budaya perkotaan dikalangan masyarakat Kota
Solo.
Buku karangan Sartono Kartodirjo (1992), Pengantar Sejarah Indonesia
Baru 1500-1900, dalam buku ini menjelaskan simbol moderen yang lain bagi
masyarakat Jawa adalah transportasi moderen kereta api, yang mulai beroperasi
sejak tahun 1863. Percepatan arus perdagangan hasil industri perkebunan untuk
kepentingan ekspor semenjak tanam paksa, membutuhan suatu sarana transportasi
yang lebih memadai, oleh sarana transportasi darat lewat jalan raya pos (Grote-
Postweg) yang dibangun pada masa Gubernur Jendral Daendeles sudah tidak
memadai lagi. Untuk mengatasi masalah itu, pada tahun 1863 pemerintah Hindia
Belanda memberi konsesi kepada Poolman, seorang pengusaha swasta besar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
untuk membuka trayek kereta api pertama yang menghubungkan antara Semarang
dan Yogyakarta (Vorstenlanden).
Buku Th. M. Metz, (1987) Mangkunegaran Analisis Sebuah Kerajaan
Jawa. Terjemahan Moh. Husodo, menjelaskan proses pengangkutan hasil bumi
dari daerah Mangkunegaran yang berada di daerah pelosok selatan mulai
Baturetno sampai Wonogiri kemudian dikirim ke kota daerah Vorstenlanden,
hasil yang diangkut berupa palawija dan padi dan hasil bumi lainnya diangkut
dengan transportasi hewan kemudian diteruskan dengan transportasi kereta api
dan peningkatan penduduk semakin meningkat dimana kereta api mempengaruhi
tingginya angka urbanisasi yang ada di Kota Solo.
Buku karangan Imam Subarkah (1992). Sekilas 125 tahun Kereta Api:
1867-1992. buku ini membahas perkembangan perkeretaapian di Indonesia.
Dalam buku ini juga dijelaskan berbagai perkembangan perkeretaapian mulai dari
pertama muncul di Jawa hingga berkembang di luar Jawa, berserta aspek
perubahan berdasarkan peraturan peraturan yang dikeluarkan pemerintah dalam
masalah perkeretaapian di Indonesia. Dalam buku ini dibahas perkembangan
perekeretaapian mulai dari pemerintahan kolonial, Jepang hingga Republik
Indonesia.
Buku karangan Suhartono (1991), Apanage dan Bekel, Perubahan Sosial
di Pedesaan Surakarta (1830-1920 ). Buku ini membahas tentang Transportasi
dan Mobilitas, yang disebabkan karena adanya kereta api di daerah Vorstenlanden
yang banyak mempengaruhi berbagai segi kehidupan masyarakat Jawa baik
ekonomi, sosial maupun pembangunan infrastruktur kota Solo. Pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
jalur kereta api juga dibahas dalam buku ini secara menyeluruh dan perpindahaan
atau mobilitas yang disebabkan karena adanya kereta api.
Skripsi dari Auditya Martin Nur Rochman. C0504012, yang berjudul
Transportasi Kereta Api Dalam Pembangunan Kota Solo Tahun 1900-1940,
(2010). Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pembangunan
perluasan jaringan kereta api kolonial di Jawa berlangsung dari abad 19-20 yang
bertujuan untuk memoderenisasi sistem transportasi dan pengangkutan secara
masal sekaligus cepat, serta bertujuan untuk membuka daerah pedalaman.
Transportasi kereta api juga membuka daerah pedalaman Vorstenlanden untuk
pengangkutan hasil alam sampai ke pedalaman menuju ke pelabuhan, oleh karena
itu pembangunan jaringan kereta api pertama dilakukan dari Semarang-
Vorstenlanden yang dilakukan oleh perusahaan swasta NISM. Di dalam kota Solo
eksploitasi jaringan kereta api berupa kereta trem yang dikuasai NISM yang
bertujuan mengangkut hasil alam dan sekaligus membuka daerah Solo sampai ke
pedalaman.
Buku karangan Djoko Suryo (1989), Sejarah Sosial Pedesaan
Karesidenan Semarang 1830-1900. Buku tersebut membahas tentang aspek sosial
dan ekonomi saat Cultuurstelsel dan membahas pembangunan perkeretaapian dari
Semarang menuju daerah Vorstenlanden dan membahas dampak dan peranan
kereta api baik sosial maupun ekonomi bagi masyarakat Jawa. Buku ini
memberikan gambaran perubahaan sosial yang diakibatkan dari berbagai faktor
yang terjadi pada abad 18 sampai abad 20an.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Buku karangan Harmen C. Veldhuisen (1993), Batik Belanda 1840-1940.
Buku ini menjelaskan berbagai masalah budaya dan sosial, dalam buku tersebut
memperlihatkan bahwa kereta api sebagai simbol kehidupan moderen yang telah
diterima oleh kalangan elit bangsawan keraton di Jawa. Ketika diselenggarakan
upacara pembukaan di Stasiun pertama di Solo yang diberi nama Stasiun Balapan
pada tahun 1866. Susuhunan Paku Buawana X (Raja terbesar di Keraton Solo)
melangsungkan pernikahan agung dengan menaiki transportasi kereta api dengan
berangkat dari Stasiun Balapan untuk menuju ke Yogyakarta maka ini
memperlihatkan bahwa unsur-unsur moderenitas mulai diserap para kalangan elit
bangsawan feodal tradisional atas kebudayan barat tersebut dalam rangka
penyamaan status sosial.
F. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode sejarah. Metode
sejarah merupakan cara yang digunakan untuk mengadakan penelitian terhadap
data dan fakta yang objektif agar sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga dapat
terbukti secara ilmiah. Metode sejarah mempunyai empat tahapan proses
penelitian, yang pertama adalah heuristik yang menjadi langkah awal dalam
penelitian sejarah. Langkah heuristik yang diambil peneliti adalah mencari dan
menemukan sumber-sumber atau data-data.
Proses heuristik, pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen
seperti arsip tentang rute kereta api dari Solo Kota, Pasar Pon sampai kebeberapa
tempat dan berserta harga atau tarif karcis tanggal 1 November 1928. Koleksi
Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode Arsip P.2446. Surat laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
pada bulan Agustus 1928, tentang tanah Mangkunegaran yang semula untuk
pihak NISM dan SS menjadi terpakai oleh pihak lain. Kode Arsip P.2261. Berkas
tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. Kode Arsip
01.252. Arsip daftar pihak swasta yang memakai tanah-tanah Mangkunegara yang
di berikan pada SS (Stats Spoorwagen) dan NISM (Nederland Indrsche Spoorweg
Maatschappij) untuk keperluan jalan transportasi Spoor. Dalam hal Surat
menyurat tentang tanah yang dipakai untuk jalan kereta api dan foto-foto tentang
kereta api seperti rel kereta api, stasiun-stasiun, kereta api serta lori yang ditarik
dengan hewan, dokumen lain adalah peta-peta tentang jalur kereta api tahun 1930.
Tahap kedua adalah kritik sumber, dalam langkah ini peneliti menyeleksi
tentang kredibilitas data dan keaslian sumber. Dalam hal ini peneliti menyeleksi
data-data yang berhubungan dengan keberadaan awal mula jalur kereta api di
daerah Wonogiri dan data tentang kondisi Kabupaten Wonogiri bersamaan
dengan adanya jalur kereta api yang mulai masuk daerah Kabupaten Wonogiri.
Tahapan Ketiga, adalah interpretasi. Tahapan ini terbagi menjadi dua
bagian, yaitu analisis dan sintesa. Analisis adalah menguraikan data dengan
memperhatikan aspek kausalitas. Sedangkan sintesa adalah penyatuan keduanya.
Tahap keempat adalah historiografi. Historiografi merupakan penulisan
sejarah dengan merangkaikan fakta-fakta yang telah peneliti cari dan menjadi
kisah sejarah. Historiografi ini klimaks dari sebuah metode sejarah. Di sinilah
pemahaman dan interprestasi atau fakta-fakta sejarah mengenai perkembangan
jalur kereta api di Wonogiri tersebut ditulis dalam bentuk kisah sejarah yang
menarik dan masuk akal. Dalam hal ini historiografi adalah penulisan yang berupa
skripsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran terperinci, skripsi ini disusun bab demi bab.
Penyusunan ini dilandasi keinginan agar skripsi ini dapat menyajikan gambaran
yang menunjukkan suatu kontinuitas perkembangan kejadian yang beruntun.
Bab I berupa pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode
penelitian, dan sistematika skripsi.
Bab II membahas tentang gambaran umum tentang kondisi sosial
ekonomi masyarakat Wonogiri tahun 1923-1976 yang terdiri dari kondisi
geografis, kondisi demografis dan sistem pemerintahan, sistem pendidikan, dan
sistem transportasi.
Bab III membahas tentang dinamika perkembangan jalur transportasi
kereta api di Kabupaten Wonogiri, yang berisi mengenai keberadaan kereta api
Solo-Baturetno, jenis lokomotif, jalur rek kerta api Solo-Wonogiri dan stasiun-
stasiun maupun harga tiket kereta api pada masa kolonial Belanda , kependudukan
Jepang dan masa sesudah kemerdekaan yang berada di Kabupaten Wonogiri.
Bab IV membahas tentang alasan pemerintah orde baru melakukan
pembongkaran jalur kereta api di Kabupaten Wonogiri, yaitu mengenai factor
pembangunan waduk gajah mungkur, serta dampak pembongkaran jalur kereta
api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976.
Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
BAB II
KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT WONOGIRI
TAHUN 1922-1976
A. Kondisi Geografis Wonogiri
Pada masa kekuasaan K.G.P.A.A Mangkunegara VII terjadi perubahan
status daerah Wonogiri yang dahulu hanya berstatus Kawedanan menjadi
Kabupaten. Pada tahun 1847 Kadipaten Mangkunegaran dibagi tiga daerah
Onderregwtschppen, (Kadipaten Anom) yaitu Karanganyar meliputi Sukawati,
Matesih, dan Haribaya, Wonogiri meliputi Nglaroh (daerah yang terletak antara
Wonogiri dan Manyaran sekarang) , Hanggabayan (daerah sebelah timur laut kota
Wonogiri sekarang sampai perbatasan Jatipurna dan Jumapolo di daerah
Karanganyar), dan Keduwang (daerah yang terletak di sebelah Timur Bengawan
Solo bagian hulu), serta Malang Jiwan meliputi Pajang. Tahun 1875
Onderregwtschppen Malangjiwan diganti Baturetno, daerahnya Wiroko (meliputi
daerah Tirtomoyo sekarang), Sembuyan (daerah di sekitar Baturetno dan
Wuryantoro sekarang).1 Terjadi pada tahun 1891 masa Mangkunegara V,
onderregenschap Baturetno dihapus dan wilayahnya digabungkan dengan
onderregenschap Wonogiri. Pada tahun 1903 dibawah pemerintahan
Mangkunegara VI terjadi perubahan wilayah yang keempat, yaitu bentuk
Onderregenschap Kota Mangkunegaran. Dengan demikian daerah Praja
Mangkunegaran terbagi menjadi tiga wilyah administrasi yaitu: Kota
1 Daryadi, “Pembangunan Perkampungan Di Kota Mangkunegaran Pada Masa
Mangkunegoro VIII.” Surakarta: 2009, Skripsi Universitas Sebelas Maret, halaman 25.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Mangkunegaran, Wonogiri, Karanganyar, dan ditambah enclave Ngawen.2 Tahun
1929 terjadi perubahan wilayah administrasi lagi yang dilakukan dalam rangka
penghematan. Hal itu dilakukan oleh Mangkunegara VII dikarenakan pada saat itu
dampak-dampak krisis ekonomi yang terjadi di seluruh penjuru dunia sudah mulai
dirasakan oleh Praja Mangkunegaran. Oleh karena itu Mangkunegara VII
menghapus Kabupaten Kota Mangkunegaran, dan wilayahnya dimasukkan ke
wilayah Kabupaten Karanganyar. Hal itu tidak berlagsung lama dengan
penghidupan kembali yaitu bekas Kabupaten Karanganyar menjadi daerah
Kabupaten Mangkunegaran.3
Tabel 1. Pembagian Administrasi Kabupaten Wonogiri pada tahun 1923.
Kabupaten Kawedanan Kecamatan
Wonogiri Wonogiri Wonogiri, Ngadirojo, Selogiri,
Nguntoronadi
Wuryantoro Wuryantoro, Manyaran, Eromoko,
Pracimantoro, Ngawen
Baturetno Baturetno, Giriwoyo, Giritontro,
Baturawno, Tirtomoyo
Jatisrono Jatisrono, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto,
Sidoharjo
Purwantoro Purwantoro,Bulukerto,Slogohimo,
Kismantoro
Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,2006. Sejarah Terjadinya Pemerintahan Di
Wonogiri, Hal. 31-32.
Dengan demikian pada tahun 1930 wilayah administrasi Praja
Mangkunegaran menjadi dua wilayah yaitu; Kabupaten Kota Mangkunegaran
(meliputi Kawedanan Kota Mangkunegaran, Kawedanan Karanganyar,
2 Daerah Onderregentschap disebut daerah Kabupaten. Rijksblad Mangkunegaran Tahun
1917 No. 331 3 Sutrisno Adiwardoyo, 1974. Skripsi: Pertumbuhan Kadipaten Mangkunegaran Sampai
Masuknya Ke Provinsi Jawa Tengah. Surakarta: IKIP Surakarta. hal 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Kawedanan Karang Pandan, Kawedanan Jumapolo) dan Kabupaten Wonogiri
(meliputi Kawedanan Wonogiri, Kawedanan Jatisrono, Kawedanan Wuryantoro,
Kawedanan Baturetno).
Kabupaten Wonogiri yang terkenal dengan sebutan Kota Gaplek,
merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang pembentukannya
ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah. Luar
wilayah Kabupaten Wonogiri secara administratif dibagi menjadi 24 kecamatan;
Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Tirtomoyo, Nguntoronadi,
Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Selogiri, Wonogiri, Ngadirojo,
Sidoharjo, Jatisrono, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto, Slogohimo, Jatiroto,
Jatipuro, Girimarto, Karang Tengah, menjadi kecamatan mulai tahun 1992, dan
Paranggupito menjadi kecamatan mulai tahun 1993. Batuwarno memiliki luas
wilayah yang terbesar yaitu, 13.624Ha. 4
Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah adalah 210.000 Ha, secara
geografis terletak pada garis lintang 7° 32' sampai 8° 15' dan garis bujur 110° 41'
sampai 111° 18' dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Sebelah Selatan : Kabupaten Pacitan (Jawa Timur) dan Samudra Hindia.
Sebelah Barat : Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten Klaten.
4 Badan Statistik Kabupaten Wonogiri, Tahun 1980
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Secara umum daerah ini beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu
penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24° C hingga 32° C. Dengan
topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan dengan kawasan
lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di Wonogiri hampir
sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian, berbatuan dan kering
membuat penduduknya lebih banyak merantau.
Kondisi topografi yang sebagian besar tanahnya berbukit berupa
pegunungan kapur, tidak rata dengan kemiringan rata-rata 300, ketinggian tanah
cukup bervariasi antar wilayah kecamatan yaitu mulai dari 106 meter sampai
dengan lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Bagi penduduk yang tinggal
pedesaan pada umumnya mempunyai sifat goton-royong yang kuat, kerukunan
antar warga terjaga baik dan hidup sederhana dengan mengandalkan alam. Hal itu
mereka wujudkan dengan upacara dan tradisi syukuran dan sesembahan hasil
panen. Pertanian dan perkebunan di Kabupaten Wonogiri selama ini
mengandalkan pada keadaan iklim dan cuaca. Cara ini diperlukan untuk
menentukan masa tanan. Selain itu, sistem irigasi dari waduk di Wonogiri
digunakan dengan tujuan untuk menunjang mengairi pertanian, menampung debit
air hujan, dan mengatasi banjir di Bengawan Sala. Tanahnya terbentuk dari
sendimen alluvial aliran sungai Bengawan Solo. Batuan dan bahan mineral yang
berguna bagi kesuburan tanah. Campuran antara tanah dan lumpur akan menjadi
tanah sekunder untuk pertanian. Pegunungan kapur Selatan meliputi hampir
seluruh Wonogiri dan kecamatan Jumapolo, Karanganyar Selatan seluas 2/3
keseluruhan wilayah Mangkunegaran. Rangkaian pegunungan wilayah Selatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Praja Mangkunegaran ini sebenarnya sebagai rangkaian dari pegunungan kapur
Selatan (Pegunungan Sewu) yang sebagian besar berada di Yogyakarta bagian
Selatan dan Pacitan.5
B. Kondisi Demografi Wonogiri
Pada masa Hindia Belanda, penetapan suatu wilayah menjadi
Staadsgemeente harus memenuhi 3 pertimbangan yaitu personen (penduduk),
omstandigheden (keadaan setempat) dan geld (keuangan). Faktor personen
(penduduk) yang dimaksud ini adalah penduduk kulit putih, bukan semata-mata
orang Belanda, melainkan juga orang Eropa-non Belanda dan bangsa lain
(termasuk etnis Cina) yang disejajarkan dengan orang Belanda, paling tidak harus
mencapai jumlah 10 % dari jumlah penduduk tersebut.6 Tetapi masyarakat di
daerah Wonogiri 100% adalah asli dari suku Jawa dan beragama islam.7
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu gejala sosial ekonomi yang
terjadi pada masyarakat kolonial. Pertambahan penduduk menjadi kasus yang sulit
dipecahkan. Menurut sensus penduduk tahun 1930 pertambahan penduduk pulau
jawa sebesar 40 juta jiwa lebih. Di pulau Jawa sendiri kepadatan penduduknya
cukup banyak berada di Kota Mangkunegaran.8 Selama kurun waktu 1920-1930
5 http://sejarah.fib.ugm.ac.id/artdetail, (Diakses Tanggal 21 April 2011 23:27:36)
6 Endang Sri Wahyuni, Skripsi. Salatiga Masa Perang Kemerdekaan 1945 – 1949 (Kajian
Sejarah Militer),Surakarta :Jurusan Ilmu Sejarah FSSR, UNS,1993; hal 31 7 Th. M. Metz, 1939. Mangkunagaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa. Mangkunegaran
Surakarta: Rekso Pustaka, Halaman.17 8 Marwati Djoened Poesponegoro. Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia V.
Jakarta: Balai Pustaka, hal. 97.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
telah terjadi banyak perubahan penduduk Karisidenan Surakarta.9 Peningkatan
laju pertubuhan penduduk semakin terlihat besar, yakni 10,2% menurut laporan
dari pihak pemerintah pamong praja kerajaan pada tahun 1925 terlihat adanya
lonjakan pertumbuhan penduduk yang berpengaruh terhadap tingkat kepadatan
penduduk di wilayah Surakarta. Ketika kondisi perekonomian memburuk tahun
1930an masih terlihat pertumbuhan penduduk yang cukup besar. Perubahan
jumlah penduduk sebagai hasil perngurangan maupun pertambahan penduduk
dapat pula disebut sebagai pertumbuhan positif maupun negatif.
Tabel 2. Sensus Penduduk Wilayah Mangkunegaran(Kota Mangkunegaran,
Wonogiri, Ngawen) tahun 1930.
No Golongan/ Etnik ( Laki-laki dan Perempuan) Jumlah penduduk
1.
2.
3.
Golongan Bumi Putera
Golongan Eropa
Golongan Asia
902.780 jiwa
1.270 jiwa
4.268 jiwa
Jumlah 98.318 jiwa
Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987.
Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15
Pertumbuhan penduduk juga aterjadi didaerah Mangkunegaran salah satu
daerah swapraja yang wilayahnya tergolong cukup luas diantara daerah swapraja
lainnya. Berdasarkan sensus tahun 1930 (tabel 2), menjelaskan jumlah penduduk
mangkunegaran secara keseluruhan adalah 908.318 jiwa. Jumlah penduduk
tersebut tersebar di seluruh wilayah Praja Mangkunegaran.
9 Dilihat dari segi lingkungan dalam periode ini 1920-an perhitungan penduduk lebih
tergantung pada pemimpin sehingga pemimpin lebih memiliki tujuan atas angka dari jumlah
penduduk itu. Hueder. Overzich van Economishien Toestand der Inkemmsche Bevolking van Java
en Madura ( s‟ Gravenhage : Martinus Nijhoff. 1912)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tabel 3.Rakyat Daerah Mangkunegaran pada tahun 1930
Jenis.
Laki/Perempuan Kota
M.N
Wonogiri Ngawen Jumlah
Bumi
putera
Laki 157.703 284.310 5.110 447.128
Perempuan 159.854 290.441 5.387 455.652
Orang
Eropa
Laki
634
25
-
659
Perempuan 591 20 - 611
Orang
Asia
Laki 1.357 902 2 2.261
Perempuan 1.304 702 1 2.007
Jumlah Laki 159.699 285.237 5.112 450.048
Perempuan 161.749 291.133 5.338 458.270
Total
General
321.448 576.370 10.500 903.318
Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987.
Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15
Mesti pada dasarnya setiap pertumbuhan hanya berpangkal pada tiga
unsur, kelahiran, kematian dan migrasi.10 Masalah kelahiran (natalitas) sangat erat
kaitannya dengan masalah konsumsi pangan dan pola ikatan perkawinan. Sampai
dengan petengahan abad XIX makanan pokok sebagian besar masyarakat
Surakarta adalah beras. Disamping itu masih ada pula yang mengkonsumsi jagung
atau umbi-umbian seperti penduduk di sebagian wilayah afdeling Surakarta yaitu
penduduk Wonogiri yang masih mengkonsumsi jagung, gaplek, katul, thiwul serta
nasi gogik.11 Hal ini tidak mengherankan apabila di wilayah afdeling ini, pada
tahun 1918-1919 laju pertambahan penduduk terlihat agak terganggu karena
banyak penduduk yang terserang berbagai penyakit, seperti influenza, malaria,
10 Barclay, Teknik Analisa Kependudukan. Jakarta: Budi Aksara, 1984, hal. 58
11 Ibid. Halaman 223
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
serta beri-beri.12 Pola makan yang hanya bertujuan untuk mengenyangkan perut
tanpa memperhatikan kandungan zat-zat makanan yang diperlukan tubuh
memberi andil terhadap penurunan gizi serta daya tahan penduduk.13
Masalah kematian (mortalitas) menjadi bagian yang terpenting dari
persoalan kependudukan di Karisidenan Surakarta. Periode 1900-an dapat
dikatakan merupakan periode terburuk dalam masalah kesehatan di wilayah ini.
Beberapa wabah penyakit, seperti kolera-disentri dan cacar, membawa tingkat
kematian yang cukup besar selama periode itu.
Meski demikian berbagai upaya pemeliharaan kesehatan penduduk tetap
dilakukan, sehingga tidak mengherankan bila faktor ini menjadi pendorong tidak
langsung terhadap kenaikan penduduk di Wonogiri. Hingga memasuki tahun 1930
tidak kurang 26 rumah sakit serta poliklinik dibangun dan tersebar di wilayah ini
sebagai penanggulangan penyakit epidemis pes. Bahaya kekurangan pangan
akibat musim kemarau yang panjang tidak dapat diatasi dengan tuntas. Disini
yang dimaksud musim kemarau yang panjang pada tahun 1918-1919 dan tahun
1929 yang terjadi di Kabupaten Wonogiri yang keadaan alamnya kurang baik itu.
Periode pertama terjadi pada bulan-bulan petama pada tahun 1918 di daerah
Ngawen. Maka pemerintah dengan siap menyediakan bahan pangan yaitu beras,
gaplek, dijual kepada rakyat dengan harga yang lebih murah dibanding dengan
harga di pasar. Pemerintah tidak hanya menanggulangi bahaya kekurangan
pangan, dimana pemerintah praja bersiap-siap dengan penanaman padi dan ketela
pohon yang lebih banyak. Tidak berbeda pada masa paceklik tahun 1919 dan
12 Bundle weweran dhaten pratitisipun tetedan tuwin pamilihipun. Arsip M.N., P.2362.
13 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
1929, dimana jeleknya keadaan kesehatan masyarakat Wonogiri yang terserang
epedemi influenza menyebabkan kebanyakan penduduk mengalami kematian, dan
sebagian lagi disebabkan dengan oleh musim yang kurang baik. Sebagian padi
yang baru ditanam mati karena kekeringan.14
Pola migrasi yang menjadi kecenderungan umum bagi penduduk telah
lama dilakukan. Pembukaan jalur transportasi kereta api yang menghubungkan
Vorstenlanden, Semarang merupakan salah satu faktor terjadinya migrasi.
Sepuluh tahun setelah pembukaan jalur transportasi ini, tercatat 15.000 orang
yang telah diangkut dengan kereta api. 15 Perpindahan atau migrasi yang paling
banyak dilakukan oleh penduduk Wonogiri ke beberapa daerah di sekitar
Surakarta, bahkan pada tahun 1919 tanpa sepengetahuan pihak pemerintah mereka
telah dikirim ke Sumatera untuk menjadi buruh. Sampai dengan periode tahun
1930 jumlah migrasi terutama yang masuk ke dalam karesidenan Surakarta cukup
tinggi, yakni mencapai 67,9%. Jumlah migrasi yang cukup bear di Karisidenan
Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
14 Th. M. Metz.Ibid. halaman. 82-83
15 Th. M. Metz.Op.Cit. halaman. 87-89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Tabel 4. Jumlah Migran masuk dalam Wilayah Karisidenan
Surakarta tahun 1930
Kabupaten Laki-laki Perempuan Jumlah
Surakarta 5349 7339 12688
Klaten 3775 4715 8490
Mangkunegaran 2302 2551 4852
Wonogiri 2166 2219 4358
Boyolali 1317 1901 3218
Sragen 1084 1362 2446
Sumber. Volkstelling, 1930 deel II, hal.25
Berdasarkan data di atas, mengemukakan bahwa kepadatan penduduk
wilayah Praja Mangkunegaran keseluruhan begitu sedikit. Di kabupaten Wonogiri
terutamanya terdiri dari tanah yang tandus. Bertambahnya penduduk setelah
sensus tahun 1930, menunjukkan dengan jelas hasil dari pada pemeritahan Sri
Mangkunegoro VII, yang secara baik mengantur populasi jumlah penduduk
dengan cara membuka migrasi pada bidang perkebunan. Tidak hanya itu, untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat banyak di bangun jembatan, jalan–
jalan baru, sekolah–sekolah, dan bank desa memberi kesempatan bagi penduduk
untuk memperbaiki kesejahteraanya.16
Sedangkan kepadatan penduduk di Kabupaten Wonogiri tidak merata di
setiap kecamatan hal ini dimungkinkan karena wilayah Kabupaten Wonogiri yang
luas serta kondisi alamnya yang berupa pegunungan kapur yang memiliki tingkat
16 Th. M. Metz.Op.Cit. halaman 16–17.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kesuburan yang kecil serta sulitnya penyerapan air sehingga masalah air bersih
seringkali menjadi masalah yang utama untuk di daerah Kabupaten Wonogiri.17
Kondisi alam yang 65 persen dari luas wilayah Kabupaten Wonogiri yang berupa
perbukitan menjadi tantangan masyarakat dalam hal pengolahan tanah baik
menjadi tempat tinggal maupun lahan yang produkif.18
Dengan kondisi keadaan tanah di daerah Wonogiri yang berupa
pegunungan sehingga sulit untuk diolah dalam bentuk pertanian apapun
menyebabkan banyaknya migrasi keluar pulau Jawa. dapat dilihat pada tabel
dibawah ini mengenai jumlah tenaga kerja petanian pada tahun 1930.
Tabel 5. Jumlah tenaga kerja pertanian pada tahun 1930 di daerah
Praja Mangkunegaran
Kabupaten Pria Wanita % dari
seluruh
tanah kerja
% dari
penduduk
Kabupaten
Pertanian rakyat diluar
kota:
1. Wonogiri
2. Kota Mangkunegaran
101.64
46.739
20.745
4.433
72,5%
43,4%
21,2%
16,2%
Pada perkebunan gula:
1. Kota Mangkunegaran
9.498
4.702
10,7%
-
Pada Perkebunan-
perkebunan lain bukan
milik Bumiputera:
1. Kota Mangkunegaran
3.603
5.439
6,8%
-
Sumber: T.H. Metz, 1939. Mangkoe-Nagaran: Analyse Van Een Javaanasch Vorstendom. 1987.
Mangkunegaran: Reksa Poestaka, Halaman.15
17 Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima Daerah 1989/1990-1993/1994 Kabupaten
Daerah Tingkat II Wonogiri, hal. 3-13. 18
Ibid. halaman. 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Di dalam Praja Mangkunegaran juga terdapat industri dan kerajinan
rumah, tetapi tidak begitu pentingnya dibandingkan dengan pertanian. Selain
pabrik-pabrik yang berkaitan dengan pertanian besar.19
Pada jaman penjajahan Jepang, kabupaten Wonogiri masih termasuk
wilayah Mangkunegaran, masyarakat Wonogiri semakin merosot karena
kekurangan bahan pangan yaitu gaplek, masyarakat Wonogiri dipaksa dengan
menyetorkan bahan makan oleh pemerintah Jepang. Penyakit busung lapar dan
angka kematian meningkat begitu pesat terutama di daerah Slogohimo,
Purwantoro, dan Jatipurwo. Masyarakat tidak sanggup lagi membeli bahan
makanan yang harganya semakin melonjak.
Pada masa awal Orde Baru ditandai dengan rencana proyek pembangunan
Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yang dimulai pada tahun 1972 yang dilakukan
oleh Departemen Pekerjaan Umum bekerjasama dengan the Japanese Overseas
Technical Cooperation Agency (OCTA) yang telah merumuskan pada tahun 1974
sebagai rancangan induk proyek pengebangan wilayah Sungai Bengawan Solo.
Dengan adanya Proyek Pembangunan Waduk Gajah Mungkur ini mengorbankan
masyarakan di 6 kecamatan harus bertransmigrasi (Bedhol Deso) ke luar Jawa
seperti, ke Sumatera sebanyak 12.500 kepala keluarga. Hal ini mengakibatkan
adanya penurunan jumlah penduduk khususnya masyarakat Nguntoronadi,
Wuryantoro, dan Baturetno yang sebagian besar wilayahnya terendam genangan
Air Waduk Gajah Mungkur.20
19 Th. M. Metz, Op. Cit. halaman. 38
20 Koran Mardika „DHARMA KANDA’. Minggu Ka III Pebruari 1978.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
C. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Wonogiri
Pada hakekatnya ekonomi politik pemerintah kolonial masih
melaksanakan prinsip eksploitasi, namun tidak lagi berdasarkan system tradisional
atau feodal, tetapi selaras dengan prinsip liberal. Prinsip liberal pada dasarnya
memberi kekuasaan kepada golongan swasta untuk melakukan kegiatan
kewiraswastaan. Oleh karena struktur agraris di Jawa masih terikat pada struktur
tradisional, maka diciptakanlah seperangkat aturan yang memungkinkan pihak
swasta bisa berusaha secara bebas dan maksimal.
Jawa sejak lama menjadi sumber komoditas tanaman ekspor yang mampu
menembus pasaran dunia. Sumber pendapatan Praja Mangkunegaran sejak semula
memang dari tanah apanage. Namun perkembangan selanjutnya mengalami
perubahan. Pertanian dan perkebunan nampaknya mulai dipilih untuk dikembangkan
dengan melihat kondisi geografis serta iklim di Praja Mangkunegaran. Setelah terjadi
reorganisasi agrarian, tanah-tanah apanage yang selama ini menjadi andalan
pendapatan praja hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan makanan pokok saja,
seperti beras dan palawija. Setelah tanah apanage dan tanah lunguh dihapuskan.
Praja Mangkunegaran mengharapkan lebih dari tanah Praja Mangkunegaran mampu
menopang pendapatan Praja.21
Di daerah Wonogiri sesuai dengan kondisi geografi yang berupa
pegunungan yang cocok untuk perkebunan kopi dan tebu. Perkebunan kopi dan
tebu yang berada di daerah Wonogiri dikelola oleh Praja Mangkunegaran. Kondisi
perkebunan tersebut membawa kemajuan dibidang ekonomi baik bagi Praja
21 Nugroho Kusumo Mawardi. 2010. Wabah Penyakit dan Pelayanan Kesehatan
Penduduk Pada Masa Pemerintahan Mangkunegoro VII (1916 -1944). Skripsi. Jurusan Ilmu
Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal. 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Mangkunegaran dan sebagian besar masyarakat Wonogiri yang bekerja sebagai
buruh maupun yang menyewakan tanah untuk perkebunan.
Ekonomi pedesaan di wilayah perkebunan Mangkunegaran ini terkait erat
dengan ekonomi perkebunan kopi dan tebu. Pembangunan infrastruktur di
perkebunan, seperti sarana transportasi (jalan raya dan rel kereta api),
mempengaruhi dinamika ekonomi pedesaan. Sebaliknya, industri perkebunan juga
terkait dengan ekonomi pedesaan, terutama yang terkait dengan pemenuhan
tenaga kerja, tanah, jasa dan kebutuhan bahan pangan. Sektor-sektor ekonomi
pedesaan yang hidup di wilayah Mangkunegaran meliputi sektor pertanian
pangan, perdagangan dan tranportasi, serta keuangan dan perbankan.
Jaringan transportasi dan perdagangan di wilayah perkotaan dan pedesaan
berupa kereta api untuk keperluan mengangkut hasil gula dan kopi ternyata
membuka isolasi desa-desa di sekitar perkebunan. Demikian pula perkembangan
jalan raya Surakarta-Semarang, Surakarta-Yogyakarta, Surakarta-Sragen,
Surakarta-Tawangmangu, serta Surakarta-Wonogiri membuka peluang kerja di
sektor jasa transportasi, mulai dari gerobak, pedati, andong dan bus. Sejak
dilakukannya perluasan perkebunan pada awal abad XIX, karesidenan Surakarta
sudah mengkoordinasikan seluruh kegiatannya yang meliputi daerah Klaten,
Boyolali, Kartosuro, Sragen, Karanganyar dan Wonogiri. Letak karesidenan
Surakarta sangat strategis dan mudah dijangkau dari berbagai penjuru. Sepanjang
jalan besar dari Semarang dan Yogyakarta banyak didirikan pos dan benteng
untuk memudahkan pengawasan dan komunikasi. Demikian pula jalan kereta api
Semarang-Vorstenlanden yang dipasang sejak tahun 1864 dan jalan trem yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menghubungkan pusat-pusat perkebunan di pedalaman sudah membentuk jaringan
transportasi yang efektif dengan kota-kota pada akhir abad XIX.22
Kondisi ekonomi di daerah Wonogiri selama kependudukan Jepang, di
daerah Wonogiri terjadi eksploitasi ekonomi terutama masalah pangan, banyak
terjadi sistem tanam paksa dan pengumpulan hasil bumi berupa padi dan gaplek.
Kondisi yang terjadi di Wonogiri pada tahun 1944 telah menjungkirbalikkan
perkiraan. Selama kurun waktu tahun 1944, di daerah Wonogiri jarang diguyur
hujan sehingga mengalami kekeringan yang parah. Kondisi yang demikian ini
menyebabkan produksi gaplek turun hingga 50 persen. Produksi gaplek yang
kurang untuk mememuhi kebutuhan penduduk, tetap diwajibkan untuk disetorkan
kepada pemerintahan Jepang. Gaplek yang dikumpulkan secara paksa sebanyak
kurang lebih 800 rb kilo.23
Selama pemerintahan Jepang di Wonogiri, keberadaan
jumlah penduduk semakin menurun, hal ini disebabkan masalah kesehatan
penduduk yang memburuk akibat kkekurangan bahan makanan sehingga banyak
penduduk meninggal karena kekurangan makanan.
Keberadaan ekonomi masyaraat Wonogiri semakin mengalami perubahan
selama kependudukan Jepang keluar dari daerah Wonogiri, kondisi ekonomi
masyarakat dengan semakin berkembangnya sarana-sarana perkotaan, yang
berupa pasar-pasar daerah, membawa mobiliitas masyarak Wonogiri semakin
22 Suhartono. 1991. Apanage dan Bekel: Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta 1830-
1920. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Halaman. 24 23
Jumlah gaplek yang dilaorkan dengan jumlah perinciannya mengalami perbedaan.
Jumlah gaplek yang dilaoprkan sebesar 849.255, sedangkan jumlah gaplek dalam perincian
sebesar 829,816.Lihat Margono Djojohadikoesoemo dalam bandel pengoempoelan gaplek dan
katjang, 1944-1945. Arsip Reksopustoko Pura Mangkunegaran. No. 1366.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berkembang dalam dunia ekonomi. Banyak masyarakat yang menggunakan jasa
transportasi sebagai angkutan yang cepat untuk menjual hasil-hasil bumi ke pasar-
pasar daerah. Pada tahun 1960-1970 perekonomian di Wonogiri yang sebagian
besar masyarakat khusunya Baturetno yang menggunakan jasa transportasi kereta
api menjadikan pertumbuhan dibidang ekonomi semakin meningkat dengan
penjualan-penjualan hasil bumi dan adanya pajak bagi pihak PPN yang mengakut
batu gamming dari daerah Selomarto.
Tabel 6. Penghasilan Pasar-Pasar Praja Mangkunegaran
(Tahun 1928 - Awal Tahun 1929).
Nama - Nama Pasar
PENDAPATAN PADA TAHUN
Tahun 1928 Tahun 1929 (Januari, Februari,Maret)
Dalamkota. f 30426,97 f 7610.74 Wonogiri f 22501,55 f 5234,40 Wuryantoro f 15367,59 f 3542,62 Baturetno f 14054,90 f 2753,19 Jatisrono f 15262,22 f 3510,13 Purwantoro f 13722,23 f 3104,58 Karanganyar f 19226,31 f 4855,56 Karangpandan f 21884,06 f 5561,29 Jumapolo f 9495,64 f 2226,01 JUMLAH f 161941,47 f 58398,52 Hasil Toko Templek f 1918,75 f 498, - Hasil dari erf Pasar f 233,91 JUMLAH f 164094,13 f 38896,52 Sumber : Daftar Banyaknya Hasil Pasar dalam Daerah Mangkunegaran Tahun 1928-1929, Kode
Arsip P. 1193, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
D. Kondisi Transportasi Di Wonogiri
Transportasi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Terdapat hubungan erat antara transportasi dengan jangkauan
dan lokasi kegiatan manusia, barang-barang dan jasa. Dalam kaitan dengan
kehidupan manusia, transportasi memiliki peranan signifikan dalam aspek aspek
sosial, ekonomi, lingkungan, politik dan pertahanan keamanan. Wujud dari sarana
transportasi adalah berupa peralatan yang dipakai untuk mengangkut barang dan
penumpang yang digerakkan oleh mesin motor atau penggerak lainnya, yaitu
sarana angkutan umum. Sedangkan wujud dari prasarana transportasi adalah jalan,
terminal dan stasiun;
1. Jalan dan Jembatan
Pembangunan yang urgen di Praja Mangkunegaran adalah jalan dan
jembatan. Jalan dan jembatan dipadang mendesak karena mengingat ditinjau dari
teknik lalu lintas letak wilayah Mangkunegaran tidak baik sekali, walaupun
ibukotanya berada di titik persilangan keretapi api yang terpenting dipulau jawa,
karena dua perusahaan kereta api yang terpenting SS dan NIS, namun
mangkunegaran hanya sebagian kecil yang disinggahi. Sebagian besar daerah
mangkunegaran masih terisolir untuk dilalui dengan kendaraan umum. Van Wijk
menceritakan bahwa jalan-jalan di Mangkunegaran sangat buruk sekali, kondisi
ini memang dapat dimengerti karena raja kurang memperhatikan kesejahteraan
dan kepentingan umum. Jalan-jalan pada umumnya dibuat dengan tenaga kerja
rodi dan dibuat alakadarnya. Jaringan jalan-jalan terdiri dari jalan pos, jalan besar,
jalan kuda. Jalan pos dari Sukoharjo ke Wonogiri, Baturetno dan Pacitan dipotong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
oleh Bengawan Solo di Desa Nambangan. Jalan tersebut sejauh 2 paal ( 1 paal =
1507 m).24
Wonogiri dengan daerah yang tanahnya tidak rata atau daerah yang
berbukit-bukit, maka untuk memepermudah lalu lintas jalannya akan dibuat
berkelok-kelok. Untuk keperluan itu perbaikan jalan itu dipimpin oleh Ir. Van
Oordt dari Madiun yang telah melakukan pengukuran dan sebagian dari
perbaikan-perbaikan jalan sudah mendapat ijin denga surat Keputusan Pemerintah
(Gouvernements Besluit) No.36 Tgl. 12 November 1913, yaitu perbaikan jalan
antara pacitan dan glonggong yang memerlukan biaya f 377.000,-.25
Bagian ini, yang seluruhnya ada di dalam afdeling Pacitan, yang semua
akan dibiayai dari Pemerintah Hindia. Rencana untuk memutar bagian jalan dari
Glonggong ke Kakap yang akan menelan biaya f 60.000,- yang 10% akan dibayar
oleh Praja Mangkunagaran (tetapi pada permulaan tahun 1914 ini belum
diijinkan). Perbaikan jalan Kakap-Somoulun, Somoulun-Wonogiri dan Wonogiri-
Krisak yang rencana seluruhnya akan dibiayai oleh Praja Mangkunagaran.
Sebetulnya perintah untuk memulai melaksanakannya telah diberikan oleh
Kontrolir Wonogiri dengan menggali lereng-lereng dari Bukit Kutukan
(reliefworks). Jalan-jalan tesebut memiliki kelemahan karena tidak adanya
jembatan dan tidak dibuat menurut tracee (rancangan) yang baik. Jalan - jalan
besar yang menghubungkan ibukota Kawedanan (district) dan ibukota
24 A. Muhlenfeld, Op.Cit. hal. 7.
25 A. Muhlenfeld, Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kecamatan/ Kapanewon (onder-district) hanya beberapa jalan yang dapat dilalui
kendaran (kereta) yaitu jalan;
1. Wonogiri-Jatipuro
2. Girimarto-Sidoharjo
3. Nguntoronadi – Tirtomoyo
4. Nguntoronadi-Wuryantoro-Eromoko
5. Baturetno-Giritontro-Pracimantoro
6. Wonogiri-Ngadirojo-Sidoharjo
7. Purwantoro-Bulukerto
8. Wonogiri-Manyaran(lewat sendang)
9. Baturetno-Temon-Batuwarno
10. Wonogiri-Jumopolo
11. Wonogiri ke Pracimantoro lewat Wuryantoro dan Eromoko
12. Wonogiri-Krisak-Pule batas Bulu
Jalan yang sulit dilewati kendaraan atau kereta dengan sambungannya
yaitu jalan Sidoharjo-Jatisrono-Purwantoro-Badegan-Ponorogo. Ditinjau dari segi
ekonomi, jalan tersebut merupakan jalan yang terpenting di seluruh onderafdeling
Wonogiri. Banyak pasar terdapat di tepi jalan ini, dan jalan itu melewati
district/kawedanan yang barangkkali paling makmur dari Karisidenan Surakarta.
Jalan tersebut juga merupakan penghubung daerah Tulungagung dan Ponorogo
dengan Surakarta, Klaten, Jogjakarta dan Pacitan. Oleh karena itu maka
pemerintah Hindia, setelah berunding dengan Pemerintah Mangkunagaran,
mengambil keputusan untuk memperbaiki jalan Ponorogo-Wonogiri dengan
memindahkan ke jalan-jalan baru dan melingkar.26
26 A. Muhlenfeld,Op.Cit. hal. 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Jalan antara Wonogiri - Wuryantoro - Eromoko - Pracimantoro yang
merupakan jalur lalu lintas bagian barat dan barat daya selesai dibangun pada
tahun 1913 yang kemudian dapat dilewati kereta. Pada tahun 1912 dan 1913 di
jalan ini dibangun 11 jembatan, dan pada tahun 1914 di bagian antara Eromoko
dan Pracimantoro masih akan dibangun beberapa jembatan lagi.
Pada tahun 1923 tidak ada satu truk pun yang ada di seluruh kabupaten
Wonogiri, truck baru ada pada tahun 1931 yang berjumlah 80 buah. Lalu lintas
juga berpengaruh terhadap harga dari berbagai produk, misalnya harga galek di
daerah Wonogiri pada tahun 1922 masih dijual dengan harga 35 sen ( f. 0,35 ) tiap
pikul, sedangkan pada tahun 1928 setelah ada jalan yang baik dengan daerah yang
membutuhkan gaplek, maka harga gaplek naik menjadi f 1,60 tiap pikul. 27
Pada tahun 1929 jalan Nambangan-Wonogiri-Kakap sampai perbatasan
Pacitan yang semula dipelihara dengan tenaga rodi diganti dengan tenaga bayaran.
Dari sejumlah daerah di Mangkunegaran, Wonogiri-lah yang mendapat perhatian
khusus dalam pembangunan jalan dan jembatan. Hal itu disebabkan karena daerah
Wonogiri masih banyak daerah yang terisolir dengan dunia luar. Dengan
pembangunan jalan-jalan dapat dibuka isolasi di pelosok-pelosok wilayah
Mangkunegaran di bagian selatan. Pembanguna jalan yang terpenting adalah
pembangunan jalan Wonogiri-Jatosrono-Purwantoro dan dari situ ke perbatasan
Praja Mangkunegaran dengan Karisidenan Madiun dengan memerlukan biaya f.
850.000.
27 Th. M. Metz, Op. Cit. hal.59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sistem transportasi di Kabupaten Wonogiri semakin mengalami kemajuan
yang pesat sekali, apalagi peran serta pemerintah Hindia Belanda memiliki peran
andil yang sangat besar dalam kemajuan transportasi di Wonogiri. Pembangunan
jalur kereta api itu dimulai dari Solo menuju ke Wonogiri dan dilanjutkan ke jalur
yang menuju ke barat laut dengan titik akhir di daerah Kakap. Yang merupakan
jalur transprtasi penghubung. Dengan rute pembangunan Boyolali-Solo-Kakap
yang pembangunannya sudah berjalan dari tahun 1899. Perkembangan
transportasi kereta api di Wonogiri selalu mengalami perkembangan ke arah
moderenisasi.
Pada tahun 1930 muncul angkutan jalan raya di wilayah Mangkunegaran
yaitu muncul bus kota yang ,elayani ke arah selatan yaitu ke daerah Wonogiri, ke
arah utara dana timur, Sragen dan Tawangmangu, ke arah barat yaitu Solo-
Boyolali-Salatiga dan ke arah barat daya jurusan Solo-Klaten-Jogjakarta.28
Tiap-tiap jurusan dibagi dalam sejumlah rayek. Untuk wilayah selatan bus
kota dibagi menjadi 11 trayek:
1. Surakarta-Wonogiri-Glonggong-Baturetno
2. Baturetno-Giritontro
3. Wonogiri-Wuryantoro-Pracimantoro
4. Wonogiri-Manyaran-Sukoharjo
5. Wonogiri-Jatisrono-Biting
6. Surakarta-Wonogiri-Glonggong-Baturetno
7. Baturetno-Giritontro
8. Wonogiri-Wuryantoro-Pracimantoro
9. Wonogiri-Manyaran-Sukoharjo
28 Wasino, Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran,
(Yogyakarta: LKIS, 2008), hal.265
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
10. Wonogiri-Jatisrono-Biting
11. Wonogiri-Jatipuro-Jumopolo-Karanganyar
12. Wonogiri-Latung-Girimarto-Jatipurno
13. Wonogiri-Surakarta
14. Jumopolo-Karanganyar
15. Sanggarunggi-Jatipura-Wonogiri
Seiring dengan kemajuan teknologi maka kehidupan manusia akan
semakin mudah, karena ketersedian berbagai macam transportasi yang akan
membantu memudahkan manusia. Begitu juga dalam hal sarana dan prasarana
transportasi yang semakin lama semakin mengalami kemajuan. Dengan memadai
sarana dan prasarana transportasi akan dapat mudah menjangkau daerah-daerah
lain yang mudah dan cepat. Tidak seperti jaman dahulu, dimana masyarakat masih
mengalami kesulitan dalam menjangkau daerah lain karena kurang memadai
sarana dan prasarana transportasi.29
Masih banyak di beberapa tempat yang tidak terdapat jembatan di jalan-
jalan diatas, antara lain; di Bacem 4 paal sebelah selatan kota surakarta, di
Panambangan 6½ paal sebelah utara Wonogiri, di Somoulun 2 paal, di Betal 7
paal, di Pakem 15 paal yang terletak di selatan Wonogiri.30
Direncanakan
pembangunan jembatan di Nambangan, direncanakan akan disatukan dengan
jembatan kereta api N.I.S. jembatan Somoulun diperkirakan akan segera selesai,
jembatan di Betal kemungkinan selesai pada tahun 1915, dan jembatan di Pakem
29 Santi Kurniasih, 2001. Skripsi. Perkembangan Masyarakat Wonogiri Tahun 1990-
2000. Surakarta: Jurusan Ilmu Sejarah, FSSR UNS. Hal. 21 30
A. Muhlenfeld, Op.Cit. hal.7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
diperkirakan selesai pada tahun 1916. Pembangunan jembatan besar yang
menghubungkan Wonogiri-Ponorogo sudah dimulai pada bulan mei 1913 yang
dilaksanakan oleh arsitek Mangkunagaran dengan biaya f 55.000,- dan diharapkan
selesai pada tahun 1915.
Dengan dibangunnya jalan-jalan penghubung yang dampat mempermudah
terjangkaunya daerah-daerah yang masih terisolir, tak luput pula Praja
Mangkunegaran membangun jembatan-jembatan guna mempercepat laju
perkembangan transportasi. Prasarana aatransportasi yang menunjang transportasi
selain jalan adalah terminal. Terminal adalah tempat dimana suatu perjalanan
berhenti atau berakhir baik.31
Penentuan likasi terminal adalah penting dan harus
mencangkup semua jenis angkutan yang ada dikota besar ataua kecil di wilayah
tersebut.32
Terminal sebagai tempat yang memberikan pelayanan kepada
penumpang dalam perjalanan, barang dalam pengiriman dan kendaraan sebelum
dan sesudah melakukan operasinya biasanya dibangun di tempat asal, di tempat
tujuan dan diantara tempat asal dan tempat tujuan.33
2. Stasiun
Kereta api sudah menjadi salah satu sarana transportasi yang vital bagi
masyarakat baik untuk penghubung antar kota maupun dalam kota. Dalam hal ini,
Stasiun Kereta Api memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api
itu sendiri. Fungsi Stasiun Kereta Api tidak hanya sebagai halte pemberhentian
belaka melainkan sebagai fasilitas 'transit' atau tempat kegiatan datang dan pergi
31 Rustiana Kamaludin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Ghalamania,1987:Hal.19
32 F.D.Hobbs, Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Yogyakarta: Gajah Mada
University,1985:Hal.285 33
Soekoco.R, Beberapa Masalah Angkutan Kota,Jakarta: LP3ES,1974;Hal. 6.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
para penumpang, sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap
kota yang dilalui perjalanan kereta api.
Perkeretaapian di Jawa baru dimulai pada tahun 1860an. Perusahaan
kereta api ditangani oleh dua instansi yaitu oleh pihak pemerintah Staats
Spoorwegen (SS) dan oleh pihak swasta Nederlandsch Indische Spoorweg
Maatschappij (NISM), dan maskapai trem swasta lainya). Seperti halnya di Eropa
setelah revolusi industri, perletakkan stasiun sebagai suatu jenis bangunan
baru. Dengan makin majunya perkeretaapian di Jawa pada awal abad ke 20,
yang hampir mencapai seluruh kota di Jawa, maka penempatan stasiun kereta
api baik di kota-kota besar maupun kota Kabupaten menjadi suatu pemikiran
yang penting. Pada akhir abad ke 19 dan abad ke 20, angkutan dengan kereta
api, menjadi salah satu sarana yang sangat penting, baik angkutan barang
maupun manusia di Jawa.34
Stasiun-stasiun lintas Wonogiri-Baturetno dioperasikan pertama kali pada
tanggal 1 April 1922 oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda yaitu
NISM (Nederlandsch-Indische spoortramweg Maatschappij). Pada awalnya jalur
ini dari Purwosari hingga Baturetno, salah satu kecamatan di Kabupaten
Wonogiri. Akan tetapi mulai tanggal 1 Mei 1978, Menurut peraturan Pemerintah
Indonesia juga telah menetapkan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Di dalamnya dijelaskan, bahwa yang
dimaksud dengan Cagar Budaya, adalah benda buatan manusia, bergerak atau
34 Handinoto, 1999, “Peletakan Stasiun Kereta Api Dalam Tata Ruang Kota-Kota di Jawa
(Khususnya Jawa Timur) Pada Masa Kolonial”. Paper Jurusan Tehnik Arsitektur, Fakultas Tehnik
Sipil dan Perencanaan. Universitas Kristen Petra Surabaya, hal. 48.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau
sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa
gaya yang khas dan mewakili masa gaya yang sekurang-kurangnya 50 tahun, serta
dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan
kebudayaan. Bangunan Stasiun Wonogiri masuk kedalam konservasi bangunan
karena usia bangunan yang melebihi 50 tahun, keunikan juga terdapat pada
bangunan stasiun yang masih peninggalan masa kolonial Belanda dengan satu
ciri-cirinya bukaan jendela yang besar-besar, kawasan stasiun juga merupakan
salah satu aset wisata karena bangunan bersejarah yang masuk cagar budaya yang
dilestarikan dapat sebagai investasi yang baik untuk meningkatkan taraf ekonomi
penduduk.
Stasiun kereta api adalah tempat dimana para penumpang dapat naik-
turun dalam memakai sarana transportasi kereta api. Selain stasiun, pada masa lalu
dikenal juga dengan halte kereta api yang memiliki fungsi nyaris sama dengan
stasiun kereta api. Maka stasiun dibangun untuk naik turunya penumpang
maupun barang komoditi ekspor di suatu tempat. Di kota Wonogiri sendiri
hanya ada satu stasiun penting yang sebagai penunjang pengangkutan umum
kereta api. Setiap maskapai baik NISM maupun SS mempunyai stasiun sendiri
dan stasiun juga memiliki fungsi sebagai titik arah tujuan perjalanan dengan
kereta api.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB III
DINAMIKA PERKEMBANGAN JALUR KERETA API DI WONOGIRI
A. Gambaran Umum
Pada zaman Hindia Belanda, di Indonesia terdapat dua macam perusahaan
kereta api yang beroperasi yaitu: Perusahaan kereta Api Swasta yang tergabung
dalam wadah yang diberi nama Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscahppij
(NISM), dan Perusahaan kereta Api Negara (Staats Spoorwegen disingkat SS). SS
mulai beroperasi tahun 1878 dari Surabaya ke Lamongan dan selanjunya meluas
meliputi walayah Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogjakarta,
Jakarta, Jawa Barat, Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Lampung.1
Perusahaan Kereta Api Swasta beroperasi mulai tahun 1867 dari Semarang
ke Temanggung oleh NISM. Selanjutnya wilayah operasi NISM meluas ke wilayah
Jawa Tengah, Daerah Istimewa Jogjakarta dan Jawa Timur. Dengan adanya
keberhasilan NISM, selanjutnya bermunculan perusahaan-perusahaan kereta api
swasta lainnya yang beroperasi di Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa
Yogjakarta, Jawa Barat, Madura dan Sumatera Utara.2
Pembangunan jaringan kereta api di Jawa adalah ide pertama kali dari
Kolonel Jhr Van Der Wijk pada tanggal 15 Agustus 1840. Berdasarkan
analisanya, pembangunan rel kereta api di Jawa akan mendatangkan banyak
manfaat bagi pemerintah Belanda. Keuntungan dalam hal pengangkutan hasil
perkebunan yang melimpah itu sudah jelas. Tetapi di samping itu ada keuntungan
1 Simeon R. Oerip, Sejarah Kereta Api Negara (SS/DKA) di Indonesia, Jakarta:
Departemen Penerangan Republik Indonesia.1953. hal. 21-22. 2 Septi Hariyanti, 2008, Penanganan Masalah Tanah Aset PT Kereta Api Indonesia
(Persero) Yang Dikuasai Masyarakat Di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri, Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro. halaman. 100-103
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
lain yang justru lebih besar, yaitu keuntungan bagi kepentingan militer. Waktu itu
Van Der Wijk mengusulkan pembangunan jalur rel Jakarta-Surabaya lewat Solo,
Jogjakarta, dan Bandung, lengkap dengan simpang-simpanganya. Karena ide Van
Der Wijk memang dirasa cemerlang maka akhirnya pemerintah Belanda
menyambut baik gagasan tersebut melalui surat keputusan No. 270 tertanggal 28
Mei 1842 yang menyatakan bahwa pemerintah akan membangun jalur kereta api.3
Pembuatan jalur rel kereta api di Jawa mendapat simpati dari Pemerintah
Hindia Belanda. Namun setiap kebijakan yang akan dibuat selalu menimbulkan
banyak pertentangan dan banyak juga yang mendukung kebijakan yang akan
dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda seputar dengan rencana pembangunan
transportasi kereta api di Jawa. Pertentangan ini menyebabkan relisasi
pembangunan tidak segera terlaksana karena belum adanya kesepakatan antara
pemerintah, pengusaha dan parlemen.4
Untuk mengatasi permasalahan yang ada maka pada tahun 1860, Raja
Belanda Williem III mengirim sebuah komisi ke Jawa untuk melakukan penelitian
di tanah Jawa, mengenai sistem pengangkutan yang ada dan mengajukan saran-
saran. Hasil penelitian itu memberikan rekomendasi yang sangat kompromis, dia
mengusulkan agar rel kereta api yang akan dibangun nantinya akan melewati
Ungaran, Ambarawa dan Salatiga. Penelitian tentang pembuatan jalur
pengangkutan ini sebenarnya proyek Pemerintah, kemudian hasil dari penelitian
itu dapat dilihat bahwa perlu adanya kereta api untuk pengangkutan hasil-hasil
3 Eddy Supangkat, Ambarawa Kota Lokomotif Tua, (Salatiga: Griya media, 2008),hal. 9
4 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pertanian dan perlu adanya penggangkutan militer untuk mempertahankan Hindia
Belanda.5
Maka dari itu Nederlandsch Indische Spoorweg Maatscahppij (NISM),
mengajukan permintaan kepada pemerintah Hindia Belanda agar diizinkan untuk
membangun dan mengusahakan angkutan jalan rel dari Semarang ke Yogyakarta
melewati Solo. Dalam perkembanganya setelah jalan kereta api swasta
berkembang luas, pembuatan jalur kereta api dimulai pada hari Jumat tanggal 17
Juni 1864 dengan pencangkulan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal
Hindia Belanda Mr.L.A.J. Baron Sloet Van den Beele.6
Semenjak Kereta api mulai beroperasi di Jawa pada 1864. Percepatan arus
perdagangan hasil industri perkebunan untuk kepentingan ekspor semakin
meningkat. Pembangunan jalur kereta api bertujuan agar pengangkutan hasil
perkebunan yang ada di daerah-daerah pedalaman dapat terangkut secara cepat
sampai pelabuhan-pelabuhan yang ada di Batavia, Semarang, dan Surabaya.
Pembangunan jalur kereta api yang ada di Jawa melalui NISM, maka
pembangunan jalur kereta api berencana semakin memperlebar jaringan sampai
Kasunanan Solo dan Kasultanan Yogyakarta. Daerah Kasunanan Solo dan
Kasultanan Yogyakarta yang diketahui banyak menghasilkan hasil-hasil
pertanian, tembakau dan gula yang pada abad 19-20 sebagai komoditi ekspor
terbesar kolonial Hindia Belanda ke Eropa. Bersamaan dengan pembangunan
kereta api sebagai transportasi baik pengangkutan barang maupun penumpang,
pembangunan perusahaan-perusahaan swasta semakin berkembang pesat.
5 Eddy Supangkat, Op.Cit. hal.5
6 Imam Subarkah, Sekilas 125 tahun Kereta Api: 1867-1992, (Bandung: Grafika, 1993),
hal. 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Pembangunan kereta api secara bertahap terus dilakukan, berawal dari
Kedungjati ke timur melewati Padas, Telawah, Karangsono, Gundhi, belok ke
selatan lewat Sumber Lawang, Salam, Kaliyoso sampai Solo-Balapan sejauh 74
Km.7 Pembangunan yang berawal dari Kedungjati menuju Solo ini dikarenakan,
dari Kedungjati ke Solo mempunyai beberapa terminal lokal. Bagian dari
Kedungjati ke Solo ini akhirnya diselesaikan juga pada tahun 1870. Kemudian
setelah jalur Semarang-Solo selesai maka NISM merencanakan kembali
pembangunan trayek jalur Solo menuju Yogyakarta.
Pembangunan jalur dari Solo ke Yogyakarta, NISM mengalami kesulitan
keuangan sehingga untuk melanjutkan pembangunan, NISM mengajukan
permintaan pinjam uang kepada pemerintah dengan pembebasan kewajiban
pembayaran bunga. Setelah mendapatkan modal untuk melanjutkan pembangunan
yang pertama adalah pembangunan Stasiun Solo Balapan diteruskan dengan
pembangunan rute Solo-Ceper, Ceper-Klaten dan sampai ke Yogyakarta (Stasiun
Lempuyangan) yang dibuka pada 1 Januari 1873. Rute Solo- Yogyakarta ini
melewati sawah-sawah irigasi dan pemukiman yang padat peduduk. 8
Dengan selesainya pembangunan jalur Solo-Yogjakarta yang dibangun
oleh NISM yang kekurangan modal, maka untuk meneruskan pembangunan,
pemerintah membentuk jawatan kereta api sendiri yang diberi nama State
Spoorwegen Matchappij (SS).
7 Sri Agus, 1985, “Perjuangan Pegawai Kereta Api Di Lintas Solo-Semarang Pada
Tahun 1945-1947”. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta, hal. 23. 8 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Pembangunan jalan rel oleh Pemerintah melalui SS sangat berarti sekali
didaerah Vorstenlanden karena pengangkutan barang dari pedalaman dapat
terangkut. Perusahaan kereta api State Spoorwegen Matchappij (SS) membangun
jalur jalan rel dari Bogor ke Cicurug sepanjang 27 Km dan diresmikan pada
tanggal 5 Oktober 1881, kemudian diteruskan ke Sukabumi dan terus ke arah
timur melewati Bandung. Jalur ini tersambung sampai ke Yogyakarta pada
tanggal 1 November 1894. Pada tanggal 5 April 1875 rute Surabaya-Pasuruan-
Malang mulai dibangun dan selesai pada tanggal 16 Mei 1878, lintas ini adalah
lintas jalan rel milik pemerintah yang pertama dari arah Timur. Eksploitasinya
sendiri secara resmi dimulai pada tanggal 17 Mei 1878 oleh Staats Spoorwegen
(SS). Pembangunan jalan rel ini diteruskan ke arah barat sampai Solo pada tanggal
24 Mei 1884. Jalur timur ini adalah proyek pertama SS dalam membuat jalur
transportasi kereta api yang menginginkan seluruh Pulau Jawa dapat terhubung
oleh jalur kereta api.9
Berawal dari semakin meningkatnya operasional jalur kereta api dari Solo
ke Semarang atau sebaliknya dari Semarang ke Surabaya maka lalu lintas melalui
Bengawan Sala mulai berkurang fungsinya, meskipun belum mati sama sekali.
Pada musim hujan, perahu-perahu dan armada kecil mulai digunakan sebagai
sarana pengangkutan dari Solo ke Wonogiri. Dalam perkembanganya angkutan
kereta api memasuki abad ke-20 telah mengantikan transportasi sungai, ini
menandakan bahwa masyarakat Jawa telah memasuki abad moderenisasi
9 http://Katvorline.com/2011/04/23.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
angkutan, dimana angkutan pra moderen yang diwakili oleh transportasi sungai
digantikan oleh transportasi darat menggunakan kereta api.
Keorganisasian SS cenderung lebih di instansikan dan setiap instansi
memiliki kewenangan sendiri sendiri. Semuanya berada dibawah pengawasan
pusat oleh Inspektur Jendral yang berada di Bandung. Pada tanggal 6 April 1875,
pemerintah Hindia Belanda menyatakan bahwa tanggal tersebut sebagai awal
kehadiran kereta api pemerintah di tanah jajahan yang diurus oleh suatu jawatan
yang dipimpin oleh seorang Inspektur Jenderal. Namun, pada Tanggal 1 Maret
1885 Jawatan kereta api State Spoorwegen Matchappij (SS) ini dihapus dan
digabung dengan Departemen Van BOW atau Pekerjaan Umum. Jawatan Kereta
Api dan tram Negara digabung lagi dengan Departemen Perusahaan Negara
(Gouvernement Bedrijven) yang dipimpin seorang Kepala Inspektur pada tanggal
1 Juli 1909. Pada tanggal 1 November 1917, kembali terjadi strukturisasi,
sehingga dalam Dinas Kereta Api terdapat beberapa bagian yang masing-masing
bagian dipimpin Kepala Bagian. Pimpinan Jawatan yang mengawasi keseluruhan
ini disebut Kepala Dinas Pengawasan Kereta Api dan Tram yang bernaung di
bawah Departemen Perusahaan Negara.10
Tanggal 15 Maret 1924, ketika Kepala Inspektur Dinas Pengawasan
Kereta Api dan tram dipimpin oleh Ir Staargaard, dengan seijin Pemerintah
Belanda melakukan pembagian wilayah pengawasan menjadi tiga: Eksploitasi
Barat, Tengah, dan Timur. tapi pada awal pelaksanaannya Kepala Eksploitasi
hanya sebagai pelaksana saja, yang tunduk kepada Kepala Inspektur di Bandung.
10
http://semboyan.35.com.12042011.22.30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tanggal 1 April 1934, kembali dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi lagi
yang diarahkan untuk menekan anggaran operasi. Dengan begitu Kepala
Eksploitasi memiliki kewenangan manajemen secara penuh.
Pada masa pendudukan Jepang pada 8 Maret 1942, Jawatan kereta api
NISM diganti dengan nama Rikuyu Sakyoku yang masih tetap berkedudukan di
daerah Semarang yang dijadikan sebagai kantor eksploitasi bagian tengah Jawa.
Di bawah pemerintahan Jepang, nama instansi Negara SS tidak berubah.
Kedudukan kantor pusat SS di Jawa masih tetap berada di Bandung.11
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada 17 Agustus 1945,
karyawan KA yang tergabung dalam "Angkatan Moeda Kereta Api" (AMKA)
mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah
yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh
Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan mulai tanggal 28
September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada ditangan bangsa Indonesia.
Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan
perkeretaapian di Indonesia.
Selanjutnya berdasarkan Maklumat Kementrian Perhubungan Republik
Indonesia Nomor 1/KA tanggal 23 Oktoober 1946 perusahaan kereta api SS
dikelola oleh Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Pada masa
perjuangan fisik dengan datangnya kembali Belanda bersama sekutu, penguasaan
kereta api terbagi menjadi dua. Di daerah yang dikuasai Republik, kereta api
11
Imam Subarkah, Op.Cit. Hal. 51-52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dioperasikan DKARI. Sedangkan untuk daerah yang dikuasai Belanda, kereta api
dioperasikan oleh SS.12
Setelah terjadi pengakuan kedaulatan, berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Perhubungan Tenaga Dan Pekerjaan Umum Republik Indonesia Tanggal
6 Januari 1950 Nomor 2 tahun 1950 terhitung 1 Januari 1950 DKARI, SS/NISM
digabung menjadi satu jawatan dengan nama Djawatan Kereta Api (DKA).13
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republiki Indonesia Nomor 22 Tahun
1963, Djawatan Kereta Api Indonesia (DKA) diubah menjadi Perusahaan Negara
Kereta Api Indonesia (PNKA).14
Selang delapan tahun, Berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1971, Perusahaan Negara
Kereta Api (PNKA) diubah lagi menjadi Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Perubahan lagi berdasarkan Peraturan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 1990,
Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA) diubah menjadi Perusahaan Umum
Kereta Api (PERUMKA), berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 Tahun 1998 Perusahaan Umum Kereta Api (PRUMKA) diubah
menjadi PT Kereta Api Indonesia (Persero) sampai sekarang.
Perkembangan kereta api dikota Solo sangat penting tak hanya sebagai alat
transporasi saja, melainkan perkembangan jalur baru mulai melengkapi kota ini.
Kondisi ini ditunjang dengan semakin meluasnya kebutuhan masyarakat Solo
akan adanya transportasi kereta api, yang menjadikan semakin banyak juga
permintaan akan pembangunan jalur baru demi kelancaran transportasi kereta api
dan sekaligus membuka daerah pedalaman agar bisa terbuka akses antara daerah
12
Septi Hariyanti, Ibid. hal.99 13
Imam Subarkah, Op.Cit. Hal. 83 14
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
pedalaman dengan daerah perkotaan. Peletakan Stasiun kereta api juga
merangsang tumbuhnya budaya perkotaan di kota Solo yang serta merta
membawa perubahan ke arah moderenitas.
B. Keberadaan Kereta Api Solo-Baturetno
Kereta api sebagai sarana transportasi perkotaan paling utama dan
terpenting dikota Solo dalam hal pengangkutan maupun transportasi penumpang
pada akhir abad 19 awal 20, dikarenakan kereta api sebagai transportasi yang
lebih efektif dan bersifat massal pertama di kota Solo. Keberadaan transportasi
kereta api menjadi alternatif pilihan utama masyarakat kota Solo ketika mulai
terhentinya jalur transportasi air yang disebabkan oleh pendangkalan air sungai
Bengawan Solo. Pendangkalan air sungai yang setiap harinya proses
pendangkalanya semakin bertambah sedikit demi sedikit sehingga kapal besar
sulit melewati jalur sungai lagi, khususnya kapal yang dari Wonogiri menuju
Solo, Sragen dan daerah Jawa Timur lainya. Dahulu perdagangan dipusatkan di
sepanjang bantaran sungai Bengawan Solo dengan adanya pendangkalan sungai
Bengawan Solo maka kegiatan perekonomian lebih banyak dialihkan ke tengah
kota, melihat kemajuan yang pesat dalam perekonomian, transportasi kereta api
semakin penting. Sekaligus membuka jalur perdagangan antar kota dan
pedalaman maupun dari daerah ke daerah lainnya.15
Perkembangan transportasi kereta api di kota Solo selalu mengalami
perkembangan ke arah moderenisasi. Jalur rel di Wilayah Solo menjadi semakin
15
http://id.wikipedia.org/wiki/Kereta_Api_(perusahaan)Kelas_Argo/2011/7/23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
lengkap meliputi jalur utama yaitu: Jalur ke arah utara yang menuju ke Semarang,
jalur ke barat yang menuju ke arah Jogjakarta, dan jalur kereta api yang menuju ke
arah timur yaitu menuju ke Surabaya. Ada juga kereta api sekunder (Kelas II)
yang rute perjalananya menuju ke Boyolali. Di dalam kota Solo terdapat juga rute
kereta api dan berpusat di stasiun Sangkrah (stasiun dalam kota) yang menuju di
berbagai macam daerah yang terdapat di Karisidenan Soerakarta seperti Solo-
Boyolali dan Solo-Wonogiri-Baturetno.16
Pembangunan jalur kereta api rute Solo-
Wonogiri-Baturetno merupakan wujud kepentingan ekonomi pemerintah Hindia
Belanda karena terdapat tambang batu gamping yang tersebar di daerah
Selomarto, Nguntoronadi, Gamping (Betal), Baturetno dan dikawasan
pegunungan kapur selatan lainnya.
Pembangunan jalur kereta api ini bagi perkembangan kota Solo sangat
penting karena mengubah moda transportasi tradisional ke modern. Saat itu
transportasi kereta api di kota Solo dan sekitarnya menjadi satu-satunya angkutan
penumpang dan barang jarak dekat yang dikelola NISM. Tidak dimungkiri,
adanya jalur kereta api di dalam kota Solo ikut memengaruhi ada perubahan sosial
dam kesibukan kota menjadi meningkat.
Dalam perkembangannya setelah pergantian kepemilikan jalur trem dari
STM (Solosche Tramweg Maatschappij) ke NISM juga telah selesainya jalur trem
Solo-Boyolali, maka pembangunan dilanjutkan dan diperluas sampai daerah
selatan kota Solo. Pembangunan jalur kereta api itu dimulai dari Solo menuju ke
Wonogiri dan dilanjutkan ke jalur yang menuju ke barat laut dengan titik akhir di
16
Berkas tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran.P.2446
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
daerah Kakap.17
Dengan rute pembangunan Boyolali-Solo-Baturetno yang
pembangunannya sudah berjalan dari tahun 1899. Lintasan Solo-Wonogiri-
Baturetno sampai Wonogiri-Baturetno selesai dengan jarak 29km dan total dari
Solo-Wonogiri-Kakap 79km.18
Dengan biaya pembangunan jaringan kereta api sampai ujung selatan di
daerah Kakap mencapai f.8.317.000, jadi f.105.278 tiap km.19
Berdasarkan
Gouvermant Besluit Nomor 1 Tahun 1862 Tanggal 28 Agustus 1862, Pemerintah
menyerahkan tanah dan memberi konsesi kepada NISM untuk membangun jalan
kereta api di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan wilayah kerja sebagai berikut:
17
Wasino, Kapitalisme Bumi Putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran,
(Yogyakarta: LKIS, 2008), hal. 269. 18
Berkas tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. hal 16-
18. Kode Arsip. 01.252. STM pada tahun 1880-1900-an dan seiringnya dengan waktu perusahaan
ini mengalami kemunduran, dikarenakan mengalami kesulitan dalam mencari penambahan modal
bagi pengembangan usahannya, sehingga perusahaan ini tidak mampu bertahan dan menyerahkan
pengelolaanya kepada perusahaan lain. Akhirnya STM melakukan kerjasama dan pengelolannya
dialihkan menjadi milik NISM, sebuah perusahaan swasta kereta api yang tertua dan terkuat dalam
segi modal di Jawa.
19
Th.M.Metz, Mangkunegaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa, Terjemahan
Moh.Husodo (Surakarta Rekso Pustoko, 1987), hal. 68.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 7. Wilayah kerja NIS untuk pembangunan jalan kereta api di
Jawa Tengah
No Daerah Lintas Keterangan/tgl
peresmian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Jawa tengah
Semarang-Temanggung
Tanggung-tempuran(Kedungjati)
Semarang-Pelabuhan Semarang
Kedungjati-Solo Balapan
Solo Balapan-Ceper
Ceper-Klaten
Klaten-Jogja Lempuyangan
Kedungjati-Ambarawa
Yogja Lepuyangan-Yogja Tugu
Yogja-Cilacap
Yogja-Brosot Yogja-Srandakan
Yogja-Magelang-Secang
Secang-Ambarawa
Solo-Boyolali
Gundih-Gambringan-Kradenan
Solo-Wonogiri-Baturetno
Semarang-Gubug-Gambringan
Kradenan-Cepu
10-8-1867
19-7-1868
20-7-1868
18-2-1870
27-3-2872
9-7-1871
1-1-1873
21-5-1873
7-7-1887
20-7-1887
21-5-1895
15-5-1903
1-2-1905
1-3-1908
15-10-1900
1-5-1922
3-1-1924
1-3-1902
Sumber : Imam Subarkah, Sekilas 125 tahun Kereta Api: 1867-1992, (Bandung: Grafika 1993),
hal.30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pembukaan secara resmi untuk pengangkutan penumpang maupun barang
dengan jalur Solo Kota (Sangkrah)-Wonogiri-Kakap pada 1 April 1922.20
Daerah-
daerah yang di lalui jalur trem NISM untuk lintas selatan antara lain adalah
sebagai berikut: Poerwosari, Pasar Pon, Sriwedari, Solo Kota, Kronelan, Kali
Samin (Sukoharjo), Pasar Nguter, Songgorunggi, Tekaran, Wonogiri, Sumohulun,
Goedangdondong, Nguntoronadi (Betal), Gamping dan terakhir adalah
Baturetno.21
Tabel 8. Dafar Rute Tujuan Perjalanan Kereta Api NISM
Kali Osso-Gawok en Ngasem-Solo Kota v.v.
Prambanan-Soemberlawang en Solo Kota-Bojolali v.v.
Prambanan-Kedoeng Djati en Solo Kota-Bojolali v.v.
Solo Balapan-Soemberlawang v.v.
Solo Balapan-Kali Osso v.v.
Bojolali-Poerwosari-Kali Osso v.v.
Kartasoera-Bojolali v.v.
Ngasem- Poerwosari v.v.
Kedoeng Djati-Poerwosari-Bojolali v.v.
Kali Osso-Soemberlawang v.v.
Poerwosari-Kali Osso v.v.
Solo Balapan-Prambanan v.v.
Kedoeng Djati-Djocja Toegoe en Solo Kota-Bojolali v.v.
Gawok-Klaten v.v.
Tjepper-Srowot v.v.
Brambanan-Klaten v.v.
Solo Kota-Bojolali, Solo Kota-Batoeretno v.v. en Semarang /Vorstenlanden.
Solo Kota-Batoeretno v.v. en Semarang Vorstenlanden.
Semarang-Vorstenlanden.
Salem-Poerwosari-Bojolali v.v.
Sumber : 01.46 . Koleksi Arsip Reksopustoko Pura Mangkunegaran.
Dari tabel diatas menunjukan rute jalur lintasan kereta api NISM yang ada
di kota Solo yang saling menghubungkan antara Semarang-Solo-Yogyakarta,
Boyolali-Baturetno, dengan demikian menunjukan bahwa perkembangan jalur
20
Imam Subarkah, Op. Cit, hal. 30.
21
Berkas Tentang Rute Karcis Kereta Api. Koleksi Arsip Rekso Pustoko
Mangkunegaran. Kode Arsip P.2446.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kereta api di kota Solo semakin luas jaringan jalur perkeretaapianya. Pada huruf
v.v menunjukan jalur pulang pergi.
1. Jenis Lokomotif Solo-Wonogiri-Baturetno
Lokomotif adalah bagian dari rangkaian kereta api dimana terdapat mesin
untuk menggerakkan kereta api. Biasanya lokomotif terletak paling depan dari
rangkaian kereta api. Mesin lokomotif terbagi menjadi:
a. Lokomotif Uap
Merupakan cikal bakal mesin kereta api. Uap yang dihasilkan dari
pemanasan air yang terletak di ketel uap digunakan untuk menggerakkan torak
atau turbin dan selanjutnya dihubungkan ke roda. Bahan bakarnya menggunakan
kayu bakar atau batu bara. Lokomotof uap hampir digunakan di seluruh dunia
mulai tahun 1830 sampai 1970.22
b. Lokomotif Diesel Mekanik
Menggunakan mesin diesel sebagai sumber tenaga kemudian ditransfer ke
roda melalui transmisi mekanis. Lokomotif ini biasanya bertenaga kecil dan
sangat jarang karena keterbatasan kemampuan dari transmisi mekanis untuk dapat
mentransfer daya.
c. Lokomotif Diesel Elektrik
Merupakan lokomotif yang paling banyak populasinya saat ini. Mesin
diesel dipakan untuk memutar generator agar mendapatkan energi listrik.
22
Handinoto, 1999, “Peletakan Stasiun Kereta Api Dalam Tata Ruang Kota-Kota di Jawa
(Khususnya Jawa Timur) Pada Masa Kolonial”. Paper Jurusan Tehnik Arsitektur,. Fakultas
Tehnik Sipil dan Perencanaan. Universitas Kristen Petra Surabaya, hal.14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Kemudian listrik tersebut digunakan untuk menggerakkan motor listrik besar yang
langsung menggerakkan roda.
d. Lokomotif Diesel Hidrolik
Lokomotif ini menggunakan tenaga mesin diesel untuk memompa oli dan
selanjutnya disalurkan ke perangkat hidrolik untuk menggerakkan roda.
Lokomotif ini tidak sepopuler dengan lokomotif diesel elektrik karena perawatan
dan kemungkinan terjadi problem cukup besar.
e. Lokomotif Listrik
Lokomotif ini nomer dua paling popular setelah lokomotif diesel elektrik.
Prinsip kerjanya hampir sama dengan lokomotif diesel elektrik, tapi tidak
menghasilkan elektrik sendiri. Listriknya diperoleh dari kabel transmisi di atas
jalur kereta api. Jangkauan lokomotif ini terbatas hanya pada jalur yang tersedia
jaringan transmisi penyuplai tenaga.
Untuk melayani rute Solo-Wonogiri Baturetno menggunakan lokomotif
uap C17 yang didatangkan oleh perusahaan kereta api swasta Nederlandsch-
Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) dari pabrik Hartmann (Jerman) pada
tahun 1899 – 1902 sebanyak 5 lokomotif. Semula lokomotif ini dioperasionalkan
pada rute Yogyakarta–Magelang–Secang (57 km). Pada tahun 1914, operasional
lokomotif ini dipindah ke rute Solo-Boyolali (27 km) dan pada tahun 1923,
lokomotif ini juga dioperasionalkan untuk rute Solo-Wonogiri-Baturetno. Jalur
kereta api rute Solo-Boyolali selesai dibangun pada tahun 1908. Pembangunan
jalur kereta api dari Solo ke Boyolali dianggap sangat penting karena di Boyolali
terdapat sumber air yang sangat besar dan perkebunan tebu. Saat itu, sumber air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
ini belum digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat, namun untuk
memenuhi kebutuhan air untuk lokomotif uap. Operasional kereta api rute Solo-
Boyolali dikelola oleh perusahaan kereta api swasta Solosche Tramweg
Maatschappij (STM). STM mengoperasionalkan kereta penumpang yang ditarik
oleh 4 ekor kuda. Peran kuda sebagai penarik rangkaian kereta diganti dengan
lokomotif uap milik NISM. Saat itu kereta api menjadi alat transportasi perkotaan
yang utama di kota Solo dan sekitarnya.23
Lokomotif C17 merupakan lokomotif yang menggunakan roda yang
bersistem ‟Golsdoft’. Sistem ‟Golsdoft‟ dikembangkan oleh insinyur dari Austria
yaitu Karl Golsdoft. Sistem ’Golsdoft’ adalah suatu sistem yg digunakan untuk
mengatur jalannya roda lokomotif dan berfungsi untuk membantu lokomotif agar
mampu berbelok dengan mulus pada tikungan. Namun roda dengan sistem
’Golsdoft’ ini tidak dapat melalui jalan rel dengan radius tikungan kecil karena
hanya mengutamakan pergeseran roda ke arah kiri atau kanan ketika melewati
tikungan. Lokomotif C17 memiliki susunan roda 0-6-0T. Lokomotif C17 mampu
melaju hingga kecepatan maksimum 55 km/jam dan menggunakan bahan bakar
kayu jati atau batubara. Lokomotif D17 memiliki berat 25,2 ton dan panjang 7850
mm. Walaupun lokomotif C16 dan lokomotif C17 memiliki bentuk dan susunan
roda yang sama namun secara teknis ada sedikit perbedaan yaitu lokomotif C17
tidak menggunakan tekonologi superheater.24
23
Imam Subarkah. Op.Cit. hal. 18 24
http://kiltv.com. 15/8/2011. 20.45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Gb 1. Kereta api uap C17 (stoomtram) jurusan Solo-Wonogiri-
Baturetno-Kakap, yang sedang melintasi jalanan tengah kota Solo di,
Purwosariweg atau jalan Slamet Riyadi. Foto ini diambil tahun 1951.
Sumber: Van Bruggen. M.P, Wassing. R.S, 1998, Djokja En Solo: Beeld
van de Vorstenlanden, Asia Major, Nederland.
Tidak hanya jenis lokomotif C17 yang pernah digunakan pada lintas
selatan Solo-Wonogiri-Baturetno melainkan jenis lokomotif C20 pernah juga
melayani rute Solo-Wonogiri-Baturetno yang sebelumnya juga pernah
dioperasikan pada rute Gundih-Gambringan-Cepu-Surabaya. Satu buah lokomotif
C20 juga dioperasionalkan pada rute Jakarta-Bogor dibangun oleh NIS pada tahun
1873. Lokomotif C20 memiliki panjang 9420mm dan berat 33,5 ton. Lokomotif
ini memiliki susunan roda 0-6-2T dan dapat melaju hingga kecepatan 60 km/jam.
Secara teknis, posisi tangki lokomotif C20 berada di sisi roda dan memiliki
kapasitas air sebanyak 3 m³. Kapasitas tangki yang terbatas ini menjadi salah satu
kelemahan dari lokomotif C20. Hal ini cukup merepotkan, karena lokomotif C20
menjadi cepat kehabisan air sehingga lokomotif C20 harus sering berhenti di
stasiun untuk mengisi air ke tangki. Untuk mengatasi kendala ini, terutama jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
memasuki musim kemarau, maka di setiap stasiun dibangun tower air atau waduk.
Lokomotif C20 menggunakan bahan bakar batubara atau kayu jati, namun dengan
meningkatnya konsumsi batu bara sehingga batu bara sulit diperoleh, maka kayu
jati menjadi bahan bakar utama untuk lokomotif ini.25
Gb 2. Lokomotif C20 buatan pabrik Hartmann (Jerman),
mulai dioperasikan pada tahun 1902. Sumber: (KILTV )
Jaringan transportasi dan pasar-pasar pribumi di kota Wonogiri memiliki
hubungan yang saling terkait. Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya pembangunan
jalan kereta api dari Semarang-Vorstenlanden yang juga dibantu oleh kedua
kerajaan di Jawa. Jalan kereta api mengalihkan jaringan lalu lintas perdagangan
dari daerah pedalaman ke pesisir, dari lalu lintas lama ke lalu lintas yang baru. Hal
ini mengakibatkan perluasan yang besar pada jaringan jaringan jalan baru di
daerah pedalaman yang berhubungan dengan jalan-jalan kereta api.
Keberadaan kereta api mengalami kemajuan, perubahan dari mesin uap ke
mesin diesel berjalan seiringan waktu. Lokomotif uap adalah kendaraan rel yang
dapat bergerak sendiri dengan penggerak mesin uap yang dihasilkan dari ketel uap
25
Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
yang dipanaskan dengan kayu bakar, batu bara atau minyak bakar. Lokomotif uap
pertama di Indonesia mulai beroperasi pada tahun 1867 seiring dengan
pembukaan jalur kereta api yang pertama dari stasiun Samarang ke Tanggung
sepanjang 26 km. Lokomotif uap tersebut bernomor seri NIS 1 dan NIS 2 buatan
pabrik Borsig di Jerman. Selanjutnya berbagai jenis lokomotif mulai didatangkan
dari Eropa dan Amerika. Lokomotif-lokomotif tersebut memiliki daya sampai
1850 HP (horse power), misalnya lokomotif uap terbesar di Indonesia yaitu
DD52. Mulai tahun 1953, lokomotif diesel mulai datang dan selanjutnya
menggantikan lokomotif uap. Baru sekitar tahun 1980, lokomotif uap tidak
dioperasionalkan lagi kecuali untuk kereta wisata.
Setelah Indonesia merdeka, perusahaan-perusahan kereta api yang semula
ditangan Jepang diambilalih oleh rakyat Indonesia. Pengelolaan perusahaan kereta
api semakin lebih baik dimulai dari DKARI sampai PJKA pada tahun 1971
dengan melewati beberapa kali perubahan nama instansi perkeretaapian di
Indonesia. Dari beberapa kali perubahan nama, jenis lokomotif ikut mengalami
kemajuan yang semula dari mesin uap menjadi mesin diesel seiring setelah
pembongkaran jalur kereta api Wonogiri-Baturetno.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Gb 3. Lokomotif BB30003 (Punakawan)
bermesin diesel mekanik Jurusan Solo
(Purwosari)-Wonogiri tahun 2007 Sumber:
Dok.Pribadi.
Gb 4. Viaduct yang menyilang jalan raya
Wonogiri-Solo.2011.26
Sumber: Koleksi pribadi.
Saat ini lokomotif BB30003 yang berwarna biru dengan gambar empat
sekawan tokoh pewayangan Jawa, Petruk, Gareng, Semar dan Bagong, yang
dikenal dengan Punakawan. Lokomotif buatan Krupp, Jerman tersebut telah
berusia lebih kurang 40 tahun dengan kecepatan jalan maksimal 50 kilometer per
jam. Kereta api ini sudah beroperasi sejak tahun 1971, melihat kondisi lokomotif
yang sudah terlalu tua untuk beroperasi maka dari itu lokomotif BB30003
digantikan dengan Lokomotif BB30029 atau sering disebut kereta api “Fedder”.
Yang dimaksud Fedder “pengumpan” adalah dimana lokomotif dengan satu atau
dua gerbong menjeput penumpang yang berada di stasiun Wonogiri yang akan
menuju ke Jakarta atau luar daerah lain dengan cara di transfer ke stasiun yang
lebih besar yaitu stasiun Purwosari.
26
Viaduct adalah suatu konstruksi di atas jalan raya yang digunakan untuk menghindari
perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan raya. Sistem viaduct yang dibangun ini
barangkali tak pernah terbayangkan akan membentuk sebuah node, salah satu elemen citra kota
yang estetik di perkotaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Gb 5. Lokomotif BB30029 atau sering disebut kereta
api “Fedder”.Dok.Pribadi.
2 Jalur Rel Solo-Wonogiri-Baturetno
Pembangunan jalur kereta api dimulai dari Solo menuju ke Wonogiri dan
dilanjutkan ke jalur yang menuju ke barat laut dengan titik akhir di daerah Kakap.
Pembangunan jalur selatan Solo-Wonogiri-Baturetno dikerjakan dengan ukuran
rel 1.067mm dengan panjang total 79km.27
Sebelumnya rel kereta api dibedakan
menjadi 2 macam yaitu;
1. Jenis rel kereta api konvensional merupakan rel yang terdiri dari dua
batang besi yang diletakkan di bantalan. Di daerah tertentu yang memiliki tingkat
ketinggian curam, digunakan rel bergerigi yang diletakkan ditengah-tengah rel
tersebut serta menggunakan lokomotif khusus yang memiliki roda gigi.
2. Jenis kereta api monorel adalah kereta api dengan satu batang rel, kereta
ini didesain menggantung pad rel atau diatas rel. Kereta ini lebih banyak dijumpai
di kota-kota metropolitan dunia dan dirancang seperti jalan layang.
27
01.252. Berkas tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Gambar 6 . Sketsa jaringan kereta api Purwosari-Baturetno.
Panjang jaringan kereta api dari Stasiun Purwosari ke Stasiun Baturetno
berjarak 79Km. Rute jaringan kereta api Solo-Baturetno melewati 23 halte/tempat
pemberhentian antara lain di Pasanggrahan, Ngadisurian, Bendo, Ngapeman,
Pasar Pon, Coyudan, Kauman, Lojiwetan, Solokota, Kronelan, Kalisamin,
Sukoharjo, Gayam, Kepuh, Songgorunggi, Nguter, Pasar Nguter, Kali Katir,
Tekaran, Wonogiri, Somohulun, Godangdondong, Betal (Nguntoronadi),
Gamping, dan terakhir Stasiun Baturetno.28
Jarak dari stasiun ke stasiun atau halte ke halte dari Stasiun Purwosari
menuju Halte Pasanggrahan berjarak 1 Km, dari Halte Pasanggrahan menuju
28
Perusahaan Jawatan Kereta Api. Buku Jarak untuk Angkutan Barang Jawa dan
Madura. Hal.47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Halte Ngadisurian berjarak 1 Km, Halte Ngadisurian menuju Halte Bendo
berjarak 1 Km, Bendo –Ngapeman berjarak 2 Km, Ngapeman-Pasar Pon 2 Km,
Pasar Pon –Coyudan berjarak 1 Km, Coyudan –Kauman berjarak 2 Km, Kauman-
Lojiwetan-Solokota berjarak 2 km, Solokota-Kronelan berjarak 3 Km, Kronelan-
Kalisamin berjarak 4 Km, Kalisamin-Sukoharjo berjarak 6 Km, Sukoharjo-Gayam
berjarak 1 Km, Gayam-Kepuh berjarak 3 Km, Kepuh-Songgorunggi berjarak 2
Km, Songgorunggi-Nguter berjarak 2 Km, Nguter-Pasar Nguter 1 Km, Pasar
Nguter-Kali Katir berjarak 4 Km, Kali Katir-Tekaran berjarak 1 Km, Tekaran-
Stasiun Wonogiri berjarak 6 Km, Stasiun Wonogiri-Somuhulu berjarak 9 Km,
Somohulun-Gudangdondong berjarak 11 Km, Gudangdondong-Betal
(Ngntoronadi) berjarak 10 Km, Betal-Gamping berjarak 10 Km, Gamping-Stasiun
Baturetno berjarak 10 Km.29
Pembangunan jalur rel Solo-Wonogiri-Baturetno jenis ukuran rel sama
seperti yang digunakan pada rute Solo-Boyolali yang dibangun oleh NISM.
Setelah pembangunan rute Solo-Boyolali selesai pada tanggal 1 Mei 1908, namun
ketika pendudukan Jepang jalur Boyolali-Kartasura beserta jalur rel Solo-
Yogyakarta di bongkar dan hanya tersisa rel yang ukuranya 1.067mm, keadaan
tersebut hampir di seluruh Jawa menggunakan rel yang berukuran 1.067mm. Rel
tersebut digunakan Jepang untuk membangun jaringan kereta api di Negara
Thailand menuju Myanmar.30
29
Ibid
30
Berdasarkan kop surat yang tertera pada tanggal 9 September 1942 pada hal pajak
penghasilan pegawai kereta api di daerah Mangkunegaran. Koleksi arsip Rekso Pustoko
Mangkunegaran. P1419.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Ada tiga macam ukuran rel kereta api (Spoorwidjte) di Jawa yaitu:
1. Breed Spoor atau lebar kereta api yang besar dengan ukuran 1.435mm.
2. Normal Spoor atau lebar kereta api yang biasa dengan ukuran 1.067mm.
3. Smaal Spoor atau lebar kereta api yang kecil dengan ukuran 600mm.31
Setelah pengambilalihan jalur trem dari Solosche Tramweg Maatschappij
(STM) ke NISM sekaligus mempunyai hak penuh untuk eksploitasi jalur trem
kota Solo. Peraturan tentang peralihan kepemilikan itu diatur dalam peraturan
pemerintah (Gvt. Besl. 28 Oktober 1912. No. 13 dengan konsesi selama 75
tahun.).32
Dengan konsesi dari pemerintah sampai pada tanggal 31 Desember
1971.
Gb 7. Jalur rel kereta api Solo-Wonogiri tahun
2008.Sumber: Koleksi Pribadi
Gb 8. Bekas jembatan yang menghubungkan
Baturetno-Gamping terletak di sebelah utara
Stasiun Baturetno. Foto diambil tahun 2011.
Sumber: Koleksi Pribadi
Jalan rel kereta api merupakan prasarana utama dalam perkeretaapian
karena rangkaian kereta api hanya dapat melintas di atas jalan yang dibuat secara
khusus untuknya. Lebar jalan rel yang pernah ada di Indonesia dibedakan dengan
lebar spoor 1435 mm, 1067 mm, 750 mm dan 600 mm. Sedangkan tipe rel yang
31
Imam Subarkah.Op.Cit.hal 12 32
Imam Subarkah, Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pernah digunakan di Indonesia meliputi tipe R25, R33, R42 dan R54. Pada rute
Solo-Wonogiri-Baturetno untuk ukuran rel menggunakan R25, ukuran rel tersebut
menyesuaikan dengan lokomotif uap. Bergantinya lokomotif uap ke lokomotif
diesel, berganti juga ukuran lebar rel. Hal ini menyesuaikan dengan jenis
lokomotif tipe apa yang dipakai. Untuk jalur rel yang semula R25 ini diganti
dengan ukuran R42 dengan bantalan kayu diganti dengan bantalan besi.
Gb 9. Tumpukan bantalan rel kerta api. Berupa besi
yang tersimpan di rumah Bapak Tarno. Foto
diambil tanggal 1 Oktober 2011. 11.15.
Dok.Pribadi.
Gb 10. Jalan rel kereta api di samping rumah Bapak
Tarno di daerah Wonokarto. Dok.pribadi.
3. Stasiun-Stasiun Kereta Api Jalur Selatan Wonogiri
Stasiun kereta api adalah tempat dimana para penumpang dapat naik-turun
dalam memakai sarana transportasi kereta api. Transportasi kereta api sudah
menjadi salah satu sarana transportasi yang vital bagi masyarakat baik untuk
penghubung antar kota maupun dalam kota. Dalam hal ini, Stasiun kereta api
memiliki peran yang tak kalah penting dari fungsi kereta api itu sendiri. Fungsi
Stasiun kereta api tidak hanya sebagai halte pemberhentian belaka melainkan
sebagai fasilitas “transit” atau tempat kegiatan datang dan pergi para penumpang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
sehingga bangunan stasiun menjadi sarana penting pada setiap kota yang dilalui
perjalanan kereta api.
Penempatan posisi stasiun kereta api mempunyai kecenderungan yang
paling mudah karena berada di pusat kota, supaya mudah di jangkau oleh
penumpang dari berbagai penjuru kota.33
Di kota Solo pada abad 20an sudah
terdapat empat stasiun penting dan mempunyai fungsi sebagai jalur penghubung
derah kota Solo dengan daerah disekitar Solo yaitu di derah Barat, Timur, Utara
dan Selatan. Di kota Solo sendiri ada empat stasiun penting yang sebagai
penunjang pengangkutan umum kereta api. Setiap maskapai baik NISM maupun
SS mempunyai stasiun sendiri dan stasiun juga memiliki fungsi sebagai titik arah
tujuan perjalanan dengan kereta api.34
Gb. 11. Stasiun Wonogiri. Sumber: Koleksi
Arsip Foto Rekso Pustoko Mangkunegaran.
Gb. 12. Stasiun Wonogiri. Sumber:Koleksi
Arsip Foto Rekso Pustoko Mangkunegaran.
33
Handinoto, 1999, Op.Cit. hal. 49.
34 Auditya Martin Nur Rochman, 2010. “Transportasi Kereta Api Dalam Pembangunan
Kota Solo Tahun 1900-1940”. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal. 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Keberadaan stasiun Solo Kota berawal dari perubahan jalur kereta api
Trem kota Solo yang dilakukan NISM selaku maskapai yang memegang
transportasi kereta api swasta yang mengantikan kedudukan STM yang
sebelumnya dengan trayek trem dengan mengunakan kuda.35
Rute jalur Boyolali-Solo-Wonogiri-Baturetno semua berpusat pada Stasiun
Purwosari yang terletak di tengoh kota diantara jalan Slamet Riyadi
(Wilheminastraat) kawasan ini terletak di jantung kota Solo dan dekat dengan
kawasan elit yang juga dipakai untuk pemukiman Eropa dan etnis Cina juga
terletak dekat wilayah Mangkunegaran. Pemilihan stasiun ini difokuskan
pemerintah demi memberikan fasilitas perkotaan khususnya diperuntukan oleh
ethis Eropa sebagai strata paling atas diwilayah kerajaan dan memberikan ciri
modernisasi budaya perkotaan di kota Solo.36
Selain stasiun Purwosari, stasiun
Solo Kota (Sangkrah) merupakan stasiun yang dilewati lokomotif yang menuju
dari Solo ke Wonogiri atau pun sebaliknya. Pembangunan stasiun Solo Kota
terjadi pada tanggal l1 Juni 1920. Disebabkan adanya perubahan kedinasan kereta
api trem yang semula dimiliki oleh STM digantian oleh NISM, sekaligus merubah
rel dan rute perjalanan kereta api tram yang semula dari halte depan Benteng
Vastenburg sampai stasiun Jebres. Semenjak perubahan kedinasan itu jalur
tersebut dihapuskan dan dijadikan jalan darat. Kemudian mulai diresmikan juga
jalur perjalanan baru antara Solo sampai Kraton dengan stasiun NISM yang baru
yang berada di daerah Sangkrah dengan nama Solo Kota.
35
Ibid. 36
Ibid, hal. 76
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Gb 13. Foto stasiun Purwosari tahun 1927.
Sumber: (KITLV).
Gb 14. Stasiun Solo Kota (Sangkrah).
Sumber: Koleksi Arsip Foto Rekso Pustoko
Mangkunegaran.
Disamping ada stasiun kereta api, pihak NISM dan SS juga membangun
halte (Stoopslaats) yaitu merupakan tempat pemberhentian kereta untuk menaikan
maupun menurunkan penumpang. Berbeda dengan stasiun yang lebih besar, halte
tidak melayani adanya penjualan karcis pada perjalanan kereta api. Kondisi ini
terlihat dari adanya pelayanan di stasiun yang memperlihatkan adanya aktifitas
kerja para petugas kereta api, sedangkan pada halte hanya berupa tempat
pemberhentian saja dan tidak nampak para pekerja kereta api.37
Gb 15. Kantor PPN di Baturetno. Sekarang
bangunan digunakan oleh Yayasan TKLB,
SDLB, SMPLB. 2011.
Dok.Pribadi.
Gb 16. Kios-kios yang digunakan untuk gudang
hasil rempah-rempah,seperti; kunyit, jahe yang
dulunya bekas Stasiun Baturetno. 2011.
Dok. Pribadi.
37
Majalah KA (Kereta Api), 2007, Jakarta, House of Ilalang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Halte-halte ditempatkan di setiap distrik, sedangkan di setiap afdeeling
ditempatkan satu stasiun yang berada di kota tersebut yang difungsikan sebagai
penampungan barang maupun hasil komoditi alam di daerah distrik yang
selanjutnya akan diangkut menuju pelabuhan. Halte halte di setiap distrik juga
dipergunakan untuk pengangkutan penumpang sebagai penghubung sarana
transportasi. Halte-halte yang berada di rute Solo-Wonogiri-Baturetno semakin
bertambah banyak antara lain tersebar di daerah Tekaran (Selogiri), Wonogiri,
Samohoelun (dahulu letak halte berada di pintu air Bendungan Serbaguna
Wonogiri sekarang), Goedangdondong, Ngoentoronadi (Betal), Gamping,
Baturetno.38
Untuk stasiun Baturetno setelah pembongkaran jalur kereta api,
stasiun tersebut dibongkar dan dijadikan sebagai tempat pembayaran listrik PLN
oleh warga setempat dan dijadikan kios-kios karena letak stasiun tidak jauh dari
pasar Baturetno.
Gb 17. Halte Tekaran (NISM), Selogiri,
Wonogiri 2011. Sumber: Koleksi Pribadi.
Gb 18. Stasiun Wonogiri sekarang. 2011.
Sumber: Koleksi Pribadi.
38
01.252. Berkas tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Halte milik SS cenderung lebih elegan dan berbahan bangunan dari
tembok, walaupun keberadaanya hanya sebagai halte akan tetapi fungsi bangunan
sangat besar untuk pengangkutan barang komoditi ekspor maupun penumpang
sedangkan milik NISM lebih cenderung seadanya dengan berbahan baku kayu.
Walaupun berbahan seadanya akan tetapi fungsi bangunan juga tak kalah
pentingnya dengan fungsi stasiun.
Fungsi bangunan stasiun Kereta Api:
1. Sebagai tempat kereta api berangkat. Mengangkut penumpang
(manusia atau bisa juga hewan) dan barang.
2. Sebagai tempat kereta api berhenti. Menurunkan penumpang (manusia
atau bisa juga hewan) dan barang.
3. Sebagai tempat kereta api bersilang, menyusul atau disusul.39
Sedangkan bangunan stasiun kereta api itu sendiri pada umumnya terdiri
atas bagian-bagian sebagai berikut:
a. Halaman depan atau Front area. Tempat ini berfungsi sebagai
perpindahan dari sistim transportasi jalan baja ke sistim transportasi
jalan raya atau sebaliknya.Tempat ini berupa:
1) Terminal kendaraan umum.
2) Parkir kendaraan.
3) Bongkar muat barang.
39
Joko Triwinarto S, Volume III, no.7, April 1997, “Morfologi Arsitektural Stasiun
Kereta Api Tawang Semarang”, dalam Jurnal Teknik Universitas Brawijaya Malang, hal. 94.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
b. Bangunan Stasiun. Bangunan ini biasanya terdiri dari :
1) Ruang depan (Hall atau Vestibule).
2) Loket.
3) Fasilitas administratif (kantor kepala stasiun & staff).
4) Fasilitas operasional (ruang sinyal, ruang teknik).
5) Kantin dan toilet umum.
c. Peron. Yang terdiri atas:
1) Tempat tunggu penumpang kereta api.
2) Tempat naik-turunnya penumpang maupun barang dari dan menuju
kereta api.
3) Bagian bangunan dari stasiun ini bisa beratap atau bisa pula tidak.
d. Emplasemen. Yang terdiri atas:
1) Jalur kereta api lurus.
2) Peron.
3) Jalur kereta api belok sebagai tempat kereta api berhenti untuk
memberi kesempatan kereta api lain lewat.40
40
Handinoto, Op. Cit hal. 50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Gb 19. Pondasi bekas Halte Goedangdondong,
disebelah kiri pondasi merupakan jalan utama
Baturetno-Wonogiri dan di sebelah kanan pondasi
adalah jalur kereta api. Dok.pribadi; Foto diambil
saat air Bendungan SerbaGuna Wonogiri surut. 1
Oktober 2011.
Gb 20. Pondasi bekas jembatan kereta api di
Goedangdondong yang berada di sebelah selatan dari
Halte Goedangdondong. Pondasi ini hanya terlihat
saat air Bendungan SerbaGuna Wonogiri surut. Foto
diambil tanggal 1 Oktober 2011.
Dok. Pribadi.
Banyaknya kota-kota di Indonesia yang dilalui jalur kereta api diikuti pula
dengan pembangunan stasiun-stasiun dengan rancangan arsitektur yang
menunjukkan berbagai era sejak jaman pemerintah Hindia Belanda hingga saat
ini. Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, bangunan stasiun kereta api
menjadi salah satu fasilitas publik dan aset bangsa yang perlu dijaga dan
dilestarikan. Stasiun Wonogiri merupakan Daerah Operasi VI Yogyakarta
merupakan Daerah Operasi dengan wilayah yang terbentang dari Stasiun
Montelan (barat) sampai dengan Stasiun Kedungbanteng (timur) di Provinsi Jawa
Timur, Stasiun Monggot (utara) dan Stasiun Wonogiri, Stasiun Solo Balapan,
Stasiun Jebres dan stasiun-stasiun di wilayah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.41
41
http:// klitv.com 10042011.03.15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
4. Tarif Kereta Api Solo-Wonogiri-Baturetno
Berlakunya tarif kereta api sudah dimulai pada permulaan pengoperasian
kereta api rute Semarang-Solo. Penggunaaan transportasi kereta api hanya biasa
digunakan oleh kalangan elit saja, melihat biaya yang cukup mahal kaum pribumi
tidak mampu untuk menggunakan jasa transportasi kereta api tersebut. Perubahan
harga tarif perjalanan kereta api trem di kota Solo di mulai pada tanggal 1
November 1928, di kota Solo sendiri diadakan harga tiket istimewa untuk tarif
kereta api milik NISM untuk jalur seperti yang tertulis diatas yang akan digunakan
untuk gerbong kelas tiga dan kelas murah serta pembayaranya.
Tabel 9. Rute Perjalanan dan Daftar Harga Tiket Kereta Api dari Solo mulai
tanggal 1 November 1928.
Dari / ke Ke / dari Harga(Guldens)
Tarif Tiket
Kelas III
Tarif Tiket Kelas
III (Kelas Murah)
Solo Kota Pajang 0,15 0,12
Wonosari 0,30 0,23
Tegalgondo 0,30 0,24
Delanggu 0,45 0,27
Kepoh 0,45 0,33
Ceper 0,60 0,36
Ketandan 0,60 0,42
Klaten 0,75 0,50
Srowot 0,90 0,60
Prambanan 1,05 0,69
Randoesarie 0,60 0,45
Banjoedono 0,42 0,30
Pengging 0,56 0,38
Teras 0,56 0,38
Boyolali 0,60 0,49
Wonogiri 0,52 0,45
Samohoelen 0,72 0,55
Goedang dondong 0,92 0,65
Ngoentoronadi 0,92 0,75
Gamping 1,12 0,85
Baturetno 1,32 0,95 Sumber: Nederlandsch-Indische Spoorweg-Maatschappij. Sepeciale Retourkaarten, Kode
Arsip P. 2446, Surakarta: Reksapustaka Mangkunegaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Sebelumnya telah dikemukakan oleh komisi penyelidik pembangunan
kereta api di Jawa. T.J. Stieltjes mengemukaan pada Gubernur Jendral. Bahwa
orang-orang Jawa memang ingin berpergian tetapi tidak mempunyai cukup uang
untuk itu. Dia menyatakan bahwa selama upah harian masyarakat masih rendah,
maka orang pribumi tidak akan mampu memanfaatkan jalur rel kereta api,
mengingat begitu miskinya mereka, sehingga dari pihak pemerintah Hindia
Belanda membuat keputusan untuk memperbaiki perkeretaapian termasuk juga
tarif angkutan bagi kaum pribumi yang dibagi menjadi beberapa kelas.42
Perkembangan perkeretaapian pada jalur kereta api Nederlandsche Indische
Spoorweg Matchapaij dengan jalur Semarang-Vorstenlanden dan semua Trem
NISM juga diatur menurut aturan yang sama dari maskapai tersebut. Termasuk
juga mengenai tarif angkutan telah ditentukan berdasarkan peraturan perusahaan
yang telah disetujui pemerintah Hindia Belanda. Adapun ketentuan tarif
berdasarkan keputusan tersebut sebagai berikut;
Table 10. Tarif Angkutan Trem Penumpang NISM Kelas Biaya Per Kilometer
(Guldens)
Penumpang :
Kelas 1 (umum) 6
Kelas 2 (umum) 3
Kelas 3 (umum) 1,5
Kelas 3 (pribumi) 1 Sumber: Enyclopaedy Van Nederlandche Indie, Vierde deel („s gravenhage-leiden:
Martinus Nijhoff, 1906). Hal 75. Dalam Zulham Syamsudin, 2003. Tram dan
Petani: Studi Sosial Pedesaan Di REGENTSHAP Bantul 1893-1942, Skripsi Sarjana
Jurusan Ilmu Sejarah UGM. hal 59.
42
Auditya Martin Nur Rochman, Op.Cit. hal. 95
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 11.Tarif Angkutan Barang Trem NISM
Kelas Biaya Per 100 kg
(Guldens)
Barang :
Kelas 1 1,4
Kelas 2 1,2
Kelas 3 1
Kelas 4 0,75
Kelas 5 0,50
Sumber: Enyclopaedy Van Nederlandche Indie, Vierde deel („s
gravenhage-leiden: Martinus Nijhoff, 1906). hal 75. dalam Zulham
Syamsudin, 2003. Tram dan Petani: Studi Sosial Pedesaan Di
Regentschap Bantul 1893-1942, Skripsi Sarjana Jurusan Ilmu Sejarah
UGM. hal 59.
Tabel 12.
Tarif Angkutan Kereta Api Penumpang SS (Nacht-Expres) Kelas Biaya per orang
(Guldens)
Penumpang :
Kelas 1 a
(2 orang dalam satu kabin)
10
6
6x2 orang = 12
Kelas 2 a 6
Kelas 3 c 4
Kelas rendah 1,50
Sumber: Het Indissche Spoor in Oorlogstijd, hal. 29.
Pada tabel 11 dan 12 diatas adalah tabel tarif pengangkutan penumpang
dan barang dengan mengunakan perjalanan kereta api NISM pada jalur kereta api
antara Semarang-Vorstenlanden. Semenjak adanya tarif berdasarkan kelas bagi
penumpang umum maka kaum pribumi sudah mulai berani menaiki maupun
mengirim barang menggunakan kereta api dan kereta api sendiri tak lagi menjadi
angkutan yang terkesan elit dan mahal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
5. Jalur Kereta Lori untuk Pengangkuan Batu Gamping
Menurut hasil wawancara dari Bapak Tarno, bahwa rute jalur kereta api
yang menuju Kakap hanya sebuah rencana dalam kenyataannya bahwa jalur
kereta api hanya sampai di Stasiun Baturetno, namun ada jalur kereta lori yang
menuju Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo, untuk pengangkutan batu gamping
dengan pengangkutan ditarik atau didorong dengan tenaga manusia. 43
Jalur kereta
lori ini dibuat oleh pemerintah Belanda pada tahun 1935 untuk sarana
pengangkutan batu gamping dari Desa Selomarto. Hasil penambangan batu
gamping ini digunakan untuk pencampuran pada penggilingan tebu di Pabrik Gula
Colomadu. Menurut riset dari pemilihan lokasi, hanya di daerah Selomarto yang
mempunyai kualitas batu yang paling bagus untuk pencampuran. Kata Selomarto
sendiri berasal dari kata “Selo” yang berarti batu dan “Marto” berarti hidup,
penjelasan dari Mbah Min warga Selomarto.44
Batu-batu gamping hasil tambang
tersebut dikumpulkan di gudang dekat stasiun lalu diangkut menuju kota Solo dan
disalurkan ke pabrik gula menggunakan gerbong barang bersamaan para
penumpang umum dan pedagang yang menggunakan transportasi kereta api.45
Pengangkutan batu gamping ke daerah Solo sebanyak 3 kali dalam seminggu.
Para pekerja penambangan batu gamping kebanyakan masyarakat Desa
Selomarto dan kebanyakan para kaum laki-laki. Penambangan dilakukan setiap
hatinya dengan upah yang tidak seberapa. Proses penambangan dimulai dengan
menghancurkan tebing gamping terlebih dahulu dan dilanjutkan dengan
penggalian-penggalian batu gamping yang mempunyai kadar zat kapur yang
43
Wawancara Bpk.Tarno, tanggal 12/09/2011. 44
Wawancara Bapak Katimin warga Selomarto. 45
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
bagus.46
Para buruh penambang batu gamping dibedakan menjadi beberapa
kelompok, yaitu kelompok yang khusus menggali, membawa batu gamping ke
lori dan para pekerja yang mengangkut batu gamping menuju gudang dekat
stasiun.
Gb.21. Lorong bekas penambangan batu gamping di
Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo. Dok.pribadi.
2011
Gb.22. Bekas jembatan kereta lori di Desa Ledok
Sari, Kecamatan Giriwoyo. Dok.pribadi.2011
Penambangan terus berlanjut sampai pemerintahan Jepang masuk ke
Indonesia, namun penambangan semakin terhenti bersamaan jadwal transportasi
kereta api yang semakin tersendat dengan adanya penguasaan-penguasaan dari
pemerintahan Jepang. Terjadinya pemogokan-pemogokan jadwal kereta api yang
dilakukan oleh pemerintah Jepang juga dirasakan oleh Pabrik Gula Colomadu
yang masih membutuhkan batu gamping untuk campuran penggilingan.47
Penambangan masih berjalan sampai pada akhir pemerintahan Jepang
meninggalkan daerah Wonogiri serta kereta api mulai beroperasi kembali,
pengangkutan batu gamping pada masa sesudah kemerdekaan masih
menggunakan lori dan didorong oleh para pekerja. Untuk banyaknya gerbong
46
Wawancara Bapak Sukidi warga Batu Lor. 15 Oktober 2011.
47
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
yang digunakan lebih dari 10 gerbong lori yang digunakan untuk mengangkut
batu gamping. Penambangan batu gamping ini hanya memenuhi permintaan pihak
pabrik gula yang membutuhkan untuk bahan pencampuran. Semakin banyaknya
permintaan batu gamping dari pabrik-pabrik gula pada tahun 1965,
mengakibatkan jumlah lori tidak mencukupi untuk pengangkutan serta para
penumpang umum yang melebihi kapasitas angkutan.
Pada awal tahun 1970an dengan masih minimnya angkutan jalan raya,
transportasi kereta api menjadi salah satu pulihan bagi masyrakat umum, baik para
pedagang, anak-anak sekolah dan terutama adalah pengangkutan batu gamping.
Melihat kondisi armada kereta api yang selalu penuh oleh para penumpang dari
daerah Baturetno dan Betal, membuat Kepala Stasiun Baturetno, bapak Soehardi
harus meminta ke kantor pusat Daop VI Yogyakarta untuk penambahan KLB
(Kereta Api Luar Biasa) yang khusus mengangkut batu gamping.48
Penambangan
batu gamping dari daerah Selomarto tidak lagi didorong dan ditarik oleh tenaga
manusia melainkan sudah tersedianya lokomotif berukuran kecil untuk
mengangkut batu gamping.
48
Wawancara Bapak Kemi. Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Gb 23. Jenis lori untuk
mengangkut batu gamping dan
tebu. Sumber: KILTV.
Gb 24. Jenis lori untuk
pengangkutan tebu di Pabrik Gula
Colomadu.Sumber: KILTV
Keadaan ini berlangsung sampai pembongkaran jalur kereta api Baturetno-
Wonogiri pada tahun 1976 dengan adanya proyek pembangunan Waduk Gajah
Mungkur. Pengangkutan batu gamping dialihkan menggunakan angkutan truk
dengan rute jalur yang memutar dan membutuhkan waktu yang lama serta
mahalnya biaya pengangkutan. Pengangkutan batu gamping dengan menggunakan
truk dilakukan dari daerah Selomarto menuju stasiun Wonogiri, selanjutnya
diangkut dengan kereta api menuju ke Kota Solo. Hal ini juga tergantung bagi
para pemilik truk yang bersedia memasok batu gamping atau tidak untuk pabrik-
pabrik gula tersebut. Karena pihak PPN (Pengusaha Perkebunan Gula Negara)
sudah tidak membiayai lagi baik dalam hal penambangan dan pengangkutan.
Bersamaan pembangunan proyek Bendungan Serba Guna Wonogiri serta sulitnya
transportasi pengangkuta lambat laun PPN mulai tutup dan tidak lagi
membutuhkan batu gamping dari daerah Wonogiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
C. Perkembangan Kereta Api Pada Masa Pendudukan Jepang
Tahun 1942-1945
Panasnya api peperangan di Eropa lambat laun merambat dan mulai terasa
di Indonesia, terutama berhubung dengan tidak tercapainya persetujuan dalam
perundingan bidang ekonomi, baik antara pemerintah Hindia Belanda dan
pemerintah Kerajaan Jepang maupun antara pemerintah Amerika Serikat dan
pemerintah Kerajaan Jepang. 49
Dalam situasi yang memanas itu, pemerintah Hindia Belanda mengadakan
persiapan-persiapan kesiapsiagaan untuk menghadapi kemungkinan merambatnya
perang ke Asia Timur dan terjadinya serangan mendadak atas wilayah Hindia
Belanda. Penggunaan kereta api untuk kepentingan militer mulai dipersiapakan.
Gedung-gedung, jembatan besar dan instalasi-instalasi perkeretaapian yang
penting dikamuflase agar tidak terlihat dari udara. Latihan berlindung terhadap
serangan udara mulai digiatkan dan rencana pengungsian pegawai kereta api
disiapkan.50
Terpecahnya perang Asia Timur Raya yang ditandai dengan diserangnya
pangkalan angkatan laut Amerika Serikat di Hawai. Pada tanggal 10 Januari 1942
wilayah Hindia Belanda mulai mendapat serangan udara dan akhirnya pada
tanggal 8 Maret 1942 pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada
angkatan perang Kerajaan Jepang.51
49
Sartono Kartodirdjo, Marwati Djoned Poeponegoro, Nugroho Notosusanto, 1975,
Seajarah nasional Indonesia VI , Balai Pustaka, halaman 12-13. 50
Ibid.hal.58 51
Julianto Ibrahim, 2004, Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan: Kriminalitas
dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta, Wonogiri: Bina Citra Pustaka, halaman 57.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Penguasaan jaringan jalan rel di Indonesia oleh pemerintah Jepang
disatukan dengan kantor pusatnya di gedung kantor pusat SS di Bandung.
Sehubung dengan penyatuan pengusahaan kereta api, pembagian wilayah diatur
kembali. Di pulau jawa yang sebelum perang hanya ada dua wilayah eksploitasi
milik SS, yaitu Eksploitasi Lintas Barat dan Eksploitasi Lintas Timur. Dibentuk
tiga wilayah eksploitasi pengusahaan, yaitu Eksploitasi Barat yang berkantor di
Jakarta, Eksploitasi Tengah dengan kantor pusat di Semarang dan Eksploitasi
Timur dengan kantor pusatnya di Surabaya. Untuk jawatan kereta api NISM
diganti dengan nama Rikuyu Sakyoku yang masih tetap berkedudukan di daerah
Semarang yang dijadikan sebagai kantor Eksploitasi Bagian Tengah.
Perubahan-perubahan terhadap jaringan jalan rel mulai terjadi dibeberapa
lintas seperti di lintas Semarang-Gambringan-Surabaya-Pasarturi yang semulai
lebar jalur 1435mm dipersempit menjadi 1067mm. Hal ini juga terjadi di lintas
Purwosari-Boyolali dan Semarang-Surakarta-Yogyakarta termasuk juga jalur
Solo-Wonogiri-Baturetno.52
Pekerjaan pembangunan lintas-lintas jalan rel baru
dikerjakaan di bawah kekuasaan militer. Pengawas-pengawas pembangunan jalan
rel adalah pegawai-pegawai kereta api bangsa Jepang yang dimiliterisasi, dibantu
pegawai-pegawai kereta api Indonesia. Pekerjaan harus diselesaikan secepatnya,
tanpa mempedulikan besarnya korban manusia maupun kualitas pekerjaan. Untuk
tenaga kerjanya dipakai tawanan perang dan interniran serta pekerja-pekerja yang
banyak diantaranya merupakan pekerja paksa. Kualitas jalan rel yang dibangun
sangat jelek dan jauh dari memenuhi syarat-syarat teknis.
52
Ibid. hal. 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dalam masa pendudukan Jepang di Wonogiri, transportasi bus dan truk
lebih dipergunakan untuk kepentingan tentara pendudukan, berbeda dengan
pemerintahan Hindia Belanda pada saat itu transportasi bus dan truk yang melalui
jalan raya dibatasi dengan peraturan tertentu. Sehingga aktivitas dan mobilitas
rakyat meningkat. Kereta api menjadi penuh sesak, terutama kereta api antar
daerah. Pemerintah Jepang lebih mementingkan perang daripada membangun
sarana transportasi yang lebih baik, Hal ini terbukti pagar-pagar besi disepanjang
jalan rel dan pagar halaman rumah penduduk dibongkar untuk keperluan pabrik-
pabrik senjata. Begitu juga dengan kondisi lokomotif, gerbong, jalan rel, alat-alat
persinyalan dan telekomunikasi semakin memburuk berhubung segala dana
dipergunakan untuk kebutuhan perang. Para pegawai-pegawai bangsa belanda
mulai diberhentikan dan diganti dengan pegawai-pegawai baru yaitu bangsa
Jepang yang dimiliterisasi seterusnya sampai masa jabatan habis.
Gambar 25. Pengosongan terhadap jalur kereta api di jalan Slamet Riyadi pada Agresi
Militer tahun 1949 Sumber. Koleksi pribadi Soedarmono S.U. Oktober 2011.
Pada masa kependudukan Jepang di Wonogiri, pemerintah lebih
mementingkan keadaan bidang ekonomi dan bidang administrasi militer demi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
kepentingan perangnya. Untuk mencapai kemenangannya pemerintah Jepang
lebih memperbanyak hasil dari segala macam hasil bumi dan juga produk lainnya.
Penerapan kebijakan pemerintah Jepang atas bidang ekonomi di Indonesia
sungguh membuat beban penderitaan yang sangat luar biasa bagi rakyat. Mereka
berusaha mengambil alih semua kegiatan dan pengendalian ekonomi dengan
mengeluarkan beberapa peraturan dalam kegiatan perekonomian termasuk juga
pemberhentian penambangan batu gamping.53
Keadaan penduduk Wonogiri sungguh sangat menderita dengan adanya
penanaman secara paksa yang diperintahkan oleh Jepang, serta adanya
pengumpulan bahan makanan, seperti; padi, gaplek, kacang, jagung dan lain-
lain.54
Pemerintah Jepang tidak menguasai penambangan batu gamping di
Selomarto, melainkan lebih mementingkan penduduk untuk penanaman paksa dan
menyetorkan hasil bumi tersebut. Mengenai penambangan batu gamping masih
berjalan tetapi untuk penggangkutan menggunakan angkutan truk.
Pada tahun 1944-1945 wilayah Wonogiri dilanda kekeringan, hal ini
disebabkan oleh faktor alam yang jarang sekali diguyur hujan dan keadaan
geografisnya berupa pegunungan kapur. Kekeringan ini menyebabkan produksi
gaplek, bahan pangan pengganti beras yang tumbuh baik di daerah ini, merosot
hingga 50%. Gaplek yang berhasil terkumpul di Wonogiri hanya sebanyak
800.000 kg. Masyarakat yang semakin memburuk dengan adanya musim
kekeringan dan pengumpulan gaplek, penduduk Wonogiri terpaksa harus
53
Wawancara Bapak Katimin.Ibid. 54
Julianto Ibrahim. Ibid. Hal.44. Gaplek dapat dipergunakan untuk membuat berbagai
macam makanan dan bahan makanan seperti gatot, tepung tapioka, tepung kanji dll. Makanan
yang popular dikonsumsi oleh masyarakat Wonogiri yang terbuat dari gaplek adalah tiwul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
memakan sesuatu yang tidak layak dimakan seperti bonggol pisang dan bonggol
sente yang gatal.55
Kematian dan penyakit busung lapar meningkat terutama di
daerah Slogohimo, Purwantoro dan Jatipurwo.
Keberadaan perkeretaapian di Baturetno untuk trayek jalan semakin
tersendat, hal ini dikarenakan banyaknya politik-politik yang dilakukan
pemerintahan Jepang, sehingga laju transportasi kereta api dan perekonomian
masyarakat mulai terhentikan. Banyak alasan-alasan yang dibuat-buat oleh
pemerintah Jepang untuk menghentikan laju perekonomian dengan transportasi
kereta api, dengan alasan tidak tersedianya bahan bakar kayu untuk lokomotif dan
banyaknya mesin-mesin lokomotif yang hilang sehingga sering terjadi
pemogokan-pemogokan sampai beberapa hari, bahkan sampai empat hari kereta
api tidak melayani rute Solo-Baturetno dan sebaliknya.56
Hal ini tidak seimbang
dengan keadaan pasar yang semakin ramai dan sarana transportasi kereta api yang
mogok, menjadikan keadaan perekonomian semakin memburuk, pedagang-
pedagang kesulitan menjual atau membeli hasil-hasil perkebunanya.
D. Perkembangan Kereta Api Sesudah Perang Kemerdekaan
Tahun 1946-1970
Masa tahun 1945-1950 bagi Negara Republik Indonesia dikenal dengan
masa perang kemerdekaan. Kereta api sebagai salah satu unsur sarana pemerintah,
dengan sendirinya mengalami gejolak-gejolak yang menimpa negara begitu juga
keberadaan kereta api. Masa kemerdekaan penuh peperangan berupa bentrokan-
55
Ibid. hal. 41 56
Wawancara Bapak Sukidi. Tanggal 15 Oktober 2011. 11.30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
bentrokan kecil melawan pasukan Sekutu dan Belanda. Peran kereta api tidak
hanya membantu para pengungsi yang meninggalkan daerah peperangan
melainkan juga sibuk mengangkut para pemuda-pemuda yang bergabung dalam
lascar-laskar rakyat dan ketentaraan menuju medan perang.57
Tidak hanya rakyat, kantor-kantor ikut diungsikan ke daerah pedalaman,
sampai terjadi beberapa kali dipindahkan termasuk beberapa kantor perusahaaan
kereta api. Ancaman terserang peluru dan menjadi tawanan tentara belanda sama
sekali tidak menurunkan semangat juang pegawai kereta api dalam
mempertahankan keberadaan kereta api sebagai salah satu sarana angkutan yang
memadai saat itu.
Setelah pemerintah Jepang menyerah pada sekutu pada tanggal 15 Agustus
1945 dan terjadi kekosongan dalam pemerintahan negara maka dari itu bangsa
Indonesia menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Rakyat Indonesia yang sudah
lama menginginkan akan kemerdekaannya, serentak berita proklamasi menyebar
luas di pelosok-pelosok dengan berbagai macam cara; gedung, jembatan, pohon-
pohon, dan kereta api yang ditulisi kata-kata “MERDEKA”, SEKALI
MERDEKA TETAP MERDEKA” sehingga terbaca oleh banyak rakyat yang
melaluinya dan kereta api sebagai penyebar berita mobil cepat sampai ke pelosok-
pelosok daerah. Berita proklamasi tersebut sampai di Wonogiri tidak diterima
melalui berita radio maupun Surat Kabar, melainkan kurir dari Solo yang
menumpang kereta api ke Baturetno.58
57
Op.Cit, hal 45 58
Sejarah Terjadinya Pemerintahan di Wonogiri. Halaman.34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Setelah proklamasi kemerdekaan Pemerintah Indonesia segera
mengambilalih kekuasaan kereta api dari Jepang. Pengambilalihan tersebut
sebagai berikut :
Tabel 13. Pengambilalihan wilayah kekuasaan
Kereta Api dari Jepang tahun 1945.
No Wilayah Pelaksanaan
Pengambilalihan
Keterangan
1.
2.
Jawa Tengah dan
DIY.
Jakarta dan Jawa
Barat
20 Agustus 1945
4 September 1945
3.
4.
5.
Balai Besar Kereta
Api.
Jawa Timur
Aceh
28 September 1945
30 September 1945
30 September 1945
Dikukuhkan dan Diperingati
sebagai hari kereta api
Indonesia
6.
7.
8.
Sumatera Selatan
danLampung
Sumatera Barat
Sumatera Utara
1 Oktober 1945
1 Oktober 1945
3 Oktober 1945
Sumber : Data Sekunder, PT KAI (Persero) Sub Divisi Property dan Periklanan DOP VI
Yogyakarta, 2007.
Pengambilalihan kantor-kantor kereta api di pusat dan daerah-daerah dari
penguasaan Jepang dilakukan secara terpisah, terhantung pada situasi serta
kondisi setempat. Untuk pengambilalihan kereta api di kantor pusat Bandung
terjadi pada tanggal 28 september 1945. para pegawai senior dan dukungan
ratusan pegawai lainnya di Balai Besar Bandung secara heroik menyatakan
pengambilalihan kekuasaan dari bangsa Jepang. Sejak itu perkeretaapian di
Indonesia dikuasai dan diusahakan oleh “Djawatan Kereta Api Republik
Indonesia” disingkat menjadi DKARI.59
Bersamaan dengan pengambilalihan di
59
Imam Subarkah. Op.Cit. halaman. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Eksploitasi Tengah Semarang terjadi pada tanggal 19 Agustus 1945 sudah
dibentuk sebuah panitia untuk mengambilalih kekuasaan dari tangan pimpinan
Jepang. Panitia ini diberi nama Pucuk Pimpinan Djawatan Kereta Api Djawa
Tengah dengan ketuanya Mr. Soekardan, namun belum matangnya waktu
menyebabkan panitia tidak dapat mencapai hasil. Pada tanggal 12 September 1945
panitia ini diganti dengan sebuah Komite Perjuangan yang diketuai oleh
Parwitokoesoemo dan pada tanggal 26 September 1945 berhasil mengambilalih
kekuasaaan dari tangan Jepang.
Perusahaan-perusahaan kereta api belum seluruhnya menyatu masih
terdapat sedikitnya 11 perusahaan kereta api swasta di Jawa yang masih terpisah
dengan DKARI. Dalam perundingan mengenai status perusahaan-perusahaan
kereta api swasta. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia BAB
IV Pasal 33 ayat (2), kereta api termasuk cabang produksi penting bagi negara
yang menguasai hajat hidup orang banyak. Sehubungan dengan itu, kereta api
harus dikuasai negara. Pemilik-pemilik perusahaan kereta api swasta tentu tidak
mau menerima begitu saja. Dalam perundingan mengenai perkeretaapian banyak
pihak-pihak perusahaan kereta api swasta mengajukan tawaran ganti rugi yang
tinggi. Sebaliknya, pemerintah Indonesia menghendaki pembayaran yang rendah.
Dengan Pengumuman Mentri Perhubungan, Tenaga dan Pekerjaan Umum
No.2 tanggal 6 Januari 1950, mulai tanggal 1 Januari 1950, DKARI dan SS/VS
digabung menjadi satu jawatan dengan nama Djawatan Kereta Api, baik dari
pegawai/pekerja serta semua kekayaan, hak dan kewajiban DKARI dan SS/VS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dilimpahkan ke DKA. Sebagai pimpinan diangkat Ir. Moh. Effendi Saleh sebagai
Direktur Jendral Kepala Djawatan Kereta Api. 60
Setelah pasca perang kemerdekaan alat-alat dan suku cadang serta material
yang ada di luar negeri tidak dapat didatangkan lagi, mengingat dana untuk
pemeliharaan untuk prasarana dan sarana perkeretaapian terbatas sekali. Tahun
demi tahun keberadaan kereta api semakin mengalami masa-masa berat. Dana
perawatan semakin minim, terutama dana penggantian rel, bantalan, alat-alat
penambat rel, suku cadang lokomotif, kereta dan gerbong, alat persinyalan serta
telekomunikasi. Menghadapi keadaan serta masalah-masalah yang semakin berat,
para pemimpin dan segenap pegawai DKA berusaha semaksimal mungkin untuk
menepati kewajiban menyelenggarakan angkutan penumpang dan barang dengan
aman, cepat, tepat dan lancar, serta mempertahankan alat-alat perkeretaapian yang
masih bias digunakan. Cara apa saja ditempuh agar tetap dapat menjalankan
sebanyak mungkin lokomotif , kereta penumpang dan gerbong barang.
Menghadapi kesulitan-kesulitan tersebut pemerinah mengeluarkan
Undang-Undang No 19 Tahun 1960. Berdasarkan Undang-Undang Pemerintah
No 22 Tahun 1963, tanggal 25 Mei 1963 didirikan Perusahaan Negara Kereta Api
(PNKA) serta status DKA dilebur kedalamnya.61
Namun terdapat usaha-usaha
Negara dalam bentuk perusahaan Negara yang dirasa tidak efisien, maka dari itu
pemerintah menetapkan tiga bentuk pokok usaha Negara yaitu Perusahaan
Jawatan, Perusahaan Umum, dan Perusahaan Perseroan.
60
Imam Subarkah.Ibid.Hal.87 61
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Dalam peristiwa pemberontakan G30S/PKI, peran kereta api digunakan
untuk mengangkut para pengungsi dan juga para tentara ABRI/TNI dalam upaya
pemberantasannya. Namun sangat disayangkan, peristiwa ini justru juga berefek
fatal terhadap perusahaan kereta api yang mengakibatkan perubahan radikal pada
situasi kepegawaian perusahaan kereta api. Ribuan pegawai anggota oraganisasi
terlarang diberhentikan dari pekerjaannya. Pemerintah tidak mengijinkan
penggantian pegawai-pegawai itu. Hal ini cenderung merugikan perusahaan kereta
api yang sebagian besar para pegawainya sebagian besar terdiri atas tenaga-tenaga
pelaksana tingkat menengah dan tingkat rendahan, yang merupakan tulang
punggung bagi pekerja perawatan alat-alat prasarana dan sarana vital, seperti jalan
rel, jembatan-jembatan, alat-alat persinyalan dan komunikasi, lokomotif, kereta
dan gerbong.62
Pada kondisi ini kereta api di Wonogiri masih mengalami kesulitan
baik dalam jadwal perjalanan maupun kerusakan-kerusakan sarana dan prasarana.
Bahkan dalam peristiwa ini Kepala Stasiun Baturetno juga diberhentikan dari
tugasnya.63
Kondisi kereta api lintas selatan Solo-Baturetno masih mengalami
kesulitan alam hal trayek jalan, selain banyaknya kerusakan-kerusakan pada
lokomotif, gerbong-gerbong juga dipengaruhi belum stabilnya keadaan serta
kekurangan suku cadang lokomotif. Kerusakan-kerusakan ditambah lagi dengan
peristiwa banjir bandang pada tahun 1966 yang melanda Wonogiri, Solo dan
sepanjang sungai Bengawan Solo. Air yang meluap menyebabkan banyaknya
jalan-jalan rel tergenang dan banyaknya jembatan di daerah Baturetno mengalami
62
Imam Subarkah.Op.Cit.Hal 88. 63
Wawancara Bapak Soehardi pensiunan Kepala Stasiun Baturetno tahun 1997.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kerusakan. Lebih lagi kerusakan pada jalur rel di wilayah Pasar Nguter yang
hanyut berserakan besamaan dengan bantalan rel dan penambat-penambat kerikil
yang hilang.64
Jadwal kereta api terhenti selama beberapa bulan melihat kondisi
jalan yang mengalami kerusakan. Kondisi ini menambah daftar kerusakan-
kerusakan jalur kereta api lintas selatan, namun dengan segeranya PNKA
membenahi kerusakan-kerusakan terutama pada jembatan jalan raya di
Somohulun yang putus akibat banjir besar, sehingga jembatan jalan raya dan
jembatan kereta api digabungkan menjadi satu. Hal ini tidak menghambat laju
transportasi kereta api maupun kendaraan yang melintasi di jembatan Somohulun
tersebut.65
Masa 1945-1970 merupakan masa yang benar-benar berat bagi setiap
pemimpin perusahaan kereta api. Rencana-rencana perbaikan yang telah
dirancanakan tidak satupun yang dapat terlaksana sesuai apa yang diharapkan.
Keinginan setiap pimpinan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan dan
mengurangi defisit perusahaan setiap tahunnya, kapasitas angkutan perusahaaan
tahun demi tahun semakin merosot. Kerusakan alat-alat sarana angkutan karena
semakin tua atau melampaui batas umur tidak mungkin terelakkan lagi.
E. Perkembangan Kereta Api Sesudah Tahun 1970-1975
Dengan dimulainya pembangunan nasional melalui repelita-repelita pada
tahun 1969, pembangunan bidang transportasi maju sangat pesat. Akan tetapi
untuk pembangunan tranportasi lebih diprioritaskan pada angkutan jalan raya.
Sedangkan untuk perkeretaapian masih dibatasi pada pekerjaan rehabilitasi sedikit
64
Wawancara Bapak Sukidi warga Batu Lor, Baturetno. Kamis, 10/10/2011. 11.23. 65
Wawancara Tarno. 2011. 09.15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
demi sedikit. Baru mulai masa-masa repelita ketiga pihak PNKA berkesempatan
untuk merehabilitasi alat-alat prasarana dan sarana, dan dengan keluarnya
Undang-Undang No. 9 Tahun 1969 Tanggal 1 Agustus 1969, dengan Peraturan
Pemerintah No. 61 Tahun 1971 Tanggal 15 September 1971, PNKA dijadikan
Perusahaan Jawatan dengan nama Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
Untuk wilayah Wonogiri, perkembangan sarana transportasi masih belum
terasa sampai pelosok-pelosok desa, hal ini juga dipengaruhi dengan masih
jarangnya angkutan umum seperti bus atau truk yang menuju ke pelosok-pelosok
daerah seperti ke Baturetno. Penduduk lebih memilih menggunakan kereta api
selain jarak yang dapat ditempuh dengan cepat dan dengan biaya yang lebih
murah.
Mengenai rehabilitasi sarana dan prasaran perkeretaapian pihak PJKA
mengganti jalan rel dengan bantalan beton, namun untuk jalur kereta api Solo-
Baturetno masih menggunakan bantalan kayu dan besi. Bantalan-bantalan yang
dipakai adalah buatan pabrik-pabrik dalam negeri, yaitu PT. KODJA dan PT
WIKA. Alat-alat penambata rel yang dipakai terdiri atas beberapa tipe, yaitu
Padrol, DE.Clip, F.Type, Dorken, Nabla. Persinyalan dan komunikasi masih
menggunakan perangkat sinyal kuno seperti Alkmaar.66
Cukup banyak sarana angkut berupa lokomotif, kereta penumpang, dan
gerbong-gerbong barang yang dioperasikan ini masih belum bisa mengganti
66
Imam Subarkah.Op.Cit.hal.92. Alkmaar adalah penggerak/handle sinyal secara
mekanik/manual dengan tenaga manusia. Tuas penggerak/handle dengan palang sinyal pada tiang
sinyal dihubungkan dengan kawat atau rantai. Ciri stasiun menggunakan persinyalan alkmaar
adalah seluruh wesel menggunakan tuas penggerak wesel manual yang berada di dekat setiap
wesel atau dengan kata lain wesel tidak dioperasionalkan secara terpusat. Sistem persinyalan
alkmaar ini tidak bisa dirangkai dengan sinyal blok, sehingga tidak dapat dipakai pada stasiun
yang berbatasan dengan stasiun lain yang menggunakan peralatan persinyalan elektrik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
jumlah-jumlah angkutan yang lama. Walaupun demikian, setiap suku cadang atau
lokomotif, kereta, gerbong atau batangan rel yang dapat didatangkan dari luar
negeri merupakan barang yang langka dan berarti bagi perkembangan
perkeretaapian di Indonesia.
Di daerah Wonogiri hanya terdapat dua depo yaitu di stasiun Wonogiri dan
stasiun Baturetno yang merupakan tempat untuk menginap sekaligus sebagai
tempat untuk memperbaiki apabila kereta api mengalami kerusakan serta sebagai
tempat untuk menyimpan suku cadang, bantalan-bantalan rel dan sebagainya.
Gb 26. Depo/bengkel kereta api di sebelah selatan
Stasiun Wonogiri. Keberadaan sekarang menjadi
bangunan kosong. Dok.pribadi. 20/10/2011.
Setelah pembongkaran jalur Baturetno-Wonogiri, depo Wonogiri ini
dijadikan gudang semen oleh pengusaha dari luar daerah, namun penyewaan
bangunan tersebut tidak berlangsung lama kurang lebih 3 tahun setelah itu
menjadi bangunan kosong sampai sekarang.67
Keberadaan kereta api di Wonogiri sangat menguntungkan khususnya bagi
masyarakat pedagang yang akan menjual hasil perkebunan ke luar daerah, hal ini
lebih efisien dibandingkan menggunakan jasa transportasi truk, perkembangan
67
Wawancara Mujiono warga Bauresan,Wonogiri. 15/9/2011.12.32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
semakin berlanjut seiring perkembangan jaman dari tahu ke tahun, Stasiun
Baturetno merupakan pusat dari berbagai macam pedagang, masyarakat umum
serta perkembangan perekonomian terpusat di Baturetno. Keadaan perkeretapian
semakin lancar, setiap harinya kereta api sampai empat kali melayani rute Solo-
Baturetno. Jadwal kereta api dimulai pada pukul 04.00 pagi dengan melayani rute
Baturetno menuju ke Stasiun Purwosari dan pada pukul 09.00 pagi ada kereta api
dari stasiun Purwosari menuju Baturetno, kembali lagi ke Solo pada pukul 13.00
dan sore harinya pada pukul 20.00 sekaligus kereta api menginap di Stasiun
Baturetno untuk melayani keesokan harinya.68
Transportasi kereta api Solo-Baturetno pada tahun 1970an menurut Bapak
Kemi, bahwa kereta api membawa pemasukan dalam bidang perekonomian.
Perekonomian yang dimaksud adalah semakin bertambahnya pengguna kereta api
baik masyarakat Baturetno maupun masyarakat sekitarnya dalam penjualan hasil
perkebunan, bagi masyarakat yang memiliki hasil perkebunan yang melebihi berat
10kg yang akan dijual ke wilayah Wonogiri atau Solo, wajib menggunakan
begasi.69
Kereta api ini sekali jalan mengangkut para penumpang, barang hasil
bumi dan batu gamping. Banyaknya penumpang juga mempengaruhi penambahan
gerbong-gerbong. Begitu juga pengangkutan batu gamping dari daerah Selomarto
yang dahulunya didorong dan ditarik oleh tenaga manusia, mulai digantikan
dengan menggunakan lokomotif .
Transportasi kereta api ini menjadi salah satu andalan bagi masyarakat
Wonogiri, terutama masyarakat Baturetno, Betal, Gamping dan sekitarnya.
68
Wawancara Bapak Sukidi.Ibid. 69
Wawancara Bapak Kemi.Ibid. Begasi adalah tempat tersendiri untuk barang-barang
bawaan para pedagang maupun para penumpang yang membawa barang lebih dari 10 kg.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Bersamaan dengan majunya perkembangan jaman, sarana transportasi bus
semakin ramai. Wilayah Baturetno semakin tersediannya sarana transportasi bus,
hal ini ditandai dengan adanya pengusaha kaya yang membeli bus-bus untuk
sarana transportasi lintas Baturetno-Jakarta, Baturetno-Semarang, Baturetno-Solo.
Lebih dari 30 bus yang sudah ada di Baturetno yang melayani trayek-trayek ke
luar daerah. Laju pertumbuhan transportasi darat mengalami kemajuan yang pesat
hal ini ditandai dengan pergantian jaman serta pemerintahan yang baru yaitu masa
Orde Baru. Masyarakat tidak lagi kesulitan dalam hal transportasi, banyak
masyarakat menggunakan jasa transportasi kereta api dan angkutan bus, hal ini
dilakukan apabila masyarakat membutuhkan transportasi kereta api namun jadwal
kereta api masih terlalu lama untuk berangkat ke Solo, masyarakat lebih memilih
menggunakan transportasi bus dan jarak untuk menuju ke stasiun masyarakat
harus menggunakan becak atau berjalan kaki terlebih dahulu jadi hal ini
mengakibatkan banyak masyarakat yang memilih menggunakan transportasi bus.
Perkembangan perekonomian ini terhenti sekaligus penutupan jalur kereta
api Baturetno-Wonogiri pada tahun 1976 dengan adanya proyek pembuatan
Bendungan Serbaguna Wonogiri. Masyarakat menerima keputusan pemerintah
mengenai pembangunan Bendungan Serbaguna Wonogiri, dan adanya program
transmigrasi serta penggantian semua asset yang dimiliki oleh masyarakat yang
terkena program tersebut. Keberadan kereta api pun terhenti seketika pada tahun
1977 untuk jalur Baturetno-Wonogiri. Untuk masalah pedagang yang akan
menjual hasil buminya, mereka masih mempertimbangkan penggunaan angkutan
truk dan biaya pengangkutan lebih mahal serta jarak yang ditempuh cukup jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
karena jalan dialihkan ke sebelah timur yang memutar serta harus melewati
Kecamatan Tirtomoyo terlebih dahulu.70
Dengan jarak tempuh Batureto-
Wonogiri-Solo yang jalannya harus memutar terlebih dahulu, ini memungkinkan
penjualan komoditas hasil pertanian di daerah Baturetno dengan menggunakan
angkutan truk atau bus mengakibatkan selain jarak tempuh yang lama juga
rusaknya barang-barang dagangan seperti pisang yang diangkut secara massal.
Setelah pembongkaran jalur transportasi kereta api, keberadaan
transportasi kereta api beralih fungsi yang dahulunya angkutan pilihan menjadi
salah satu transportasi alternatif untk pelayanan masyarakat yang akan berpergian
ke luar kota. Pelayanan transportasi kereta api di Kabupaten Wonogiri relatif
terbatas dan memiliki pelayanan hanya untuk koridor Stasiun Purwosari-Stasiun
Wonogiri. Setelah pembongkaran jalur kereta api dan hanya tersisa rute dari
Stasiun Wonogiri-Stasiun Purwosari menjadi transportasi Feeder Line. Fungsi ini
memberikan aksesbilitas yang cukup terbatas dengan jaringan rel yang ada.
Meskipun sebagai feeder line, transportasi KA Wonogiri-Solo ini memiliki fungsi
yang strategis. Hal ini dikarenakan menghubungkan pada wilayah pusat kegiatan
nasional yang memilki akses luas terhadap jaringan kereta api. Kenyataan yang
ada Kota Solo merupakan titik pertemuan antar jalur lintas yang strategis dengan
menghubungkan lintas selatan dan jalur tengah yang menghubungkan Kota
Semarang sebagai titik strategis lintas utara.71
Keterpaduan antar moda untuk
angkutan kereta api dengan angkutan jalan di Kabupaten Wonogiri sangat baik.
Dikarenakan terdapat akses yang dekat dengan terminal serta dilalui oleh jalur
70
Wawancara Ibu Pur.Ibid. 71
Laporan Akhir. Penyusunan Pedoman Penataan Transportasi Lokal (TATRALOK)
Kabupaten Wonogiri.1999.hal.III-48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
angkutan umum yang memudahkan untuk beralih dan jarak terminal dengan
stasiun ini hanya sekitar 50 meter saja yang sangat memungkinkan orang masih
berjalan dengan mudah seperti halnya di Baturetno kondisi ini hampir sama
keberadaan stasiun selain dekat dengan jalan juga berdekatan dengan pasar.
Gb 27. Skema aksesbilitas kereta api Wonogiri sebagai feeder line. Sumber:
Laporan Akhir TATRALOK Kabupaten Wonogiri. 1999.
Kapasitas sarana transportasi yang diberikan berdasarkan kapasitas lintas
dan kapasitas angkut yang berada di wilayah Kabupaten Wonogiri jumlah kereta
api yang lewat seharinya hanya sebanyak satu kali bolak-balik. Kapasitas
penumpang secara umum relatif mencukupi dengan sekitar 11.000 penumpang per
tahun. Apabila ditinjau per harinya hanya sekitar 30 orang. Hal ini selain sudah
berkembangnya angkutan jalan juga karena hanya menggunakan satu gerbong
kelas ekonomi dengan tarif Rp. 2000 saja. Tarif tersebut dapat lebih murah
dengan adanya pengangkutan penumpang di atar stasiun-stasiun yang dilewati dan
juga terdapat halte-halte.
Batas kecepatan kereta api yang diijinkan 30km/jam, tapi dalam
kenyataannya kereta api hanya melaju sekitar 5-20km/jam dengan rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
10km/jam. Hal ini dimungkinkan dengan kondisi rel yang tua dan ruang lahan
sekitar rel sudah semakin banyak dipergunakan oleh masyarakat untuk pertokoan
maupun untuk tempat tinggal serta banyaknya belokan yang mengharuskan kereta
api berjalan pelan. Jadwal keberangakatan kereta api itupun tidak pasti sekitar
pagi hari dari Solo pukul 7.30 WIB dan berangkat dari Wonogiri pukul 14.20
WIB. Kenyamanan dan keamanan kereta api sering terdapat konflik dengan
pengguna angkuatan jalan serta keamanan di dalam gerbong relative rendah.
Keamanan perlintasan kereta api di kabupaten wonogiri sepanjang jalur rel ke solo
menjadi bagian yang penting. Banyak perlintasan yang tidak terjaga, banyak
daerah yang rawan kecelakaan yang menjadi catatan penting oleh DAOP VI
yogyakarta yaitu perlintasan Keblokan, Wonokerto, Gerdu.72
Pelayanan transportasi kerata api dibedakan menjadi jaringan pelayanan
yang menghubungkan antar stasiun yang berfungsi sebagai pengumpul yang
ditetapkan untuk melayani lintas utama. Sedangkan lintas cabang melayani
angkutan jarak sedang atau dekat yang menghubungkan antar stasiun yang
berfungsi pengumpan dan untuk melayani lintas cabang.
72
Ibid.hal. III-50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Gb 28. Skema jaringan kereta api Solo Wonogiri. Sumber: Laporan Akhir
TATRALOK Kabupaten Wonogiri. 1999.
Secara umum jaringan prasarana jalan rel yang ada memiliki panjang 57
kilometer. Panjang jaringan rel yang beroperasi mencapai 39 kilometer dan non
operasional mencapai 18 kilometer. Jaringan jalan rel ini memiliki kategori kelas
rel III Dengan jenis rel R25. pada lintasan sepanjang 3 kilometer ini terdapat
beberapa jembatan yang ada di lintasan jalur rel Purwosari-Wonogiri, salah
satunya jembatan yang ada di pintu perbatasan Kabupaten Wonogiri dengan
Sukoharjo.Selain itu di wonogiri terdapat pintu perlintasan sebanyak 18 pintu
perlintasan, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
a. Keblokan.km. 23+099
b. Bagusan. Km. 23+464
c. Kali katir. Km. 24+870
d. Tekaran. Km. 25+740
e. Ngalian. Km. 26+065
f. Ngalian. Km 27+034
g. Pancuran. Km. 27+750
h. Pancuran . Km.27+990
i. Pancuran . Km.28+181
j. Wonokerto. Km.29+131
k. Wonokerto. Km.29+326
l. Wonokerto. Km. 30+488
m. Kerdukepik. Km. 30+721
n. Kerdukepik. Km. 31+036
o. Gerdu. Km. 31+570
p. Gerdu. Km. 31+699
q. Bauresan. Km. 32+748
r. Bauresan. Km. 32+65473
Keberadaan perlintasan kereta api di Kabupaten Wonogiri hanya satu
perlintasan yang terjaga yaitu di Km. 30+488 tepatnya di Bauresan. Sarana
transportasi yang berupa stasiun yang masih dipergunakan adala stasiun Wonogiri
dan halte-halte yang tersebar di Kecamatan Selogiri (Tekaran). Tiga stasiun
lainnya yang berada di wilayah selatan Kabupaten Wonogiri seperti halte
Goedangdondong, Gamping dan Betal kondisinya sudah hilang tergenang Waduk
Gajah Mungkur.
73
Tatralok, Op. Cit. hal. 54-55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
F. Penyebab Pembongkaran Jalur Kereta Api Baturetno-Wonogiri
Jalur kereta api Baturetno-Wonogiri merupakan jalur yang panjangnya
sekitar 40 km, jalur ini merupakan jalur yang menghubungkan wilayah Baturetno-
Gamping-Betal-Gudangdondong-Somohulun-Wonogiri yang sebagian besar padat
penduduknya. Sebagian besar masyarakat menggunakan transportasi kereta api
sebagai salah satu angkutan umum dan murah. Jalur kereta api dari Stasiun
Wonogiri menuju ke Stasiun Baturetno yang melewati beberapa tempat
pemberhentian seperti di Somohulun, Godangdondong, Betal dan Gamping
merupakan jalur yang melewati di sisi bukit-bukit di daerah Wuryantoro.74
Jalur
ini juga melewati persawahan dan beriringan dengan jalan raya yang menuju
daerah Baturetno.
Semula jalur kereta api Baturetno-Wonogiri merupakan jalur ekonomi
perdagangan antar wilayah, hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat
Baturetno banyak yang menjual hasil bumi berupa kelapa, beras, pisang, ubi-bian
dan lain sebagainya dengan melebihi gerbong-gerbong barang maupun
penumpang, dan pada gerbong batu gamping diatasnya masih terdapat tumpukan
barang-barang hasil bumi masyarakat yang akan di jual di daerah Solo.75
Selain
itu kereta api digunakan sebagai angkutan umum dan para pelajar yang bersekolah
di daerah Wonogiri.
Keberadaan jalur kereta api yang semakin ramai dan menunjukkan
eksistensinya sebagai moda transportasi yang cepat dan murah serta bersifat masal
untuk para penggunanya, namum seiring perkembangan jaman dan pada masa
74 Pembuatan jalan kereta api Wonogiri-Baturetno melewati daerah Wuryantoro. Koleksi
Arsip Rekso Pustoko Mengkunegaran. Kode Arsip P. 2477 75
Wawancara Ibu Pur warga Baturetno. Tanggal 11/10/2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
pemerintahan Presiden Soeharto dengan ditandai pembangunan Bendungan
SerbaGuna Wonogiri pada tahun 1976, hal ini menjadi fenomena besar yang
dirasakan sebagian besar masyarakat Wonogiri, Somohulun, Gudangdondong,
Nguntoronadi, Gamping dan Baturetno yang wilayahnya akan menjadi genangan
dari program pembangunan Bendungan Serbaguna Wonogiri.
Gb 29. Bendungan Serbaguna Wonogiri diantara dua musim. Dok.Pribadi.
Pembangunan Bendungan Serbaguna Wonogiri bertujuan sebagai
penanggulangan bahaya banjir pada tanggal 1 Maret 1966 dan tanggal 16 Maret
1966. Akibat dari banjir tersebut tanah pegunungan yang seluruhnya tebing curam
longsor dan menimbulkan korban, 9 orang meninggal dunia dan 3 orang luka berat.
Selain korban jiwa, 40 rumah hilang dan hanyut, 52 rumah rusak dan roboh
sementara 14 rumah lainnya rusak ringan. Luapan air banjir juga menghancurkan 4
jembatan dan 4 dam pengairan desa. Sedangkan kerugian tanaman dan bahan
makanan terdiri dari 10 ha tegalan rusak, 3 ha tanaman padi rusak dan 3,5 ton jagung
terendam, hewan ternak yang hilang berjumlah 21 ekor sapi, kerbau dan kambing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
yang melanda sebagian besar masyarakat Wonogiri, Sukoharjo, dan Surakarta.76
Selain mengakibatkan bebagai macam ternak, banjir tersebut juga merusak
jembatan sebagi sarana penghubung antar daerah. Semua jembatan besar dari mata
air di Kabupaten Wonogiri sampai perbatasan Sukoharjo (Nambangan) putus.
Jembatan Pakem (Giriwoyo) mengalami kerusakan berat tetapi masih terlihat utuh
namun jalan yang berada di tepian Bengawan putus 200 meter, demikian pula jalan di
tepian jembatan Glesung (Baturetno) putus 25 meter. Sedangkan jembatan Somoulun
(di sebelah selatan Wonogiri) sebuah jembatan gantung hancur berantakan diterjang
air banjir. Kerangkanya menyangkut di jembatan kereta api yang berjarak 200 meter
dan jembatan kereta api ini tidak mengalami kerusakan sehingga dapat digunakan
sebagai mobilitas masyarakat dari Wonogiri ke Nguntoronadi, dan lain-lain. Banjir
juga menyebabkan hancurnya jembatan Jurang Gempal yang panjangnya 120 meter.
Jembatan Nambangan (Nguter) miring diterjang air banjir dan tidak dapat dilalui
kendaraan.77
76
Ridha Taqobalallah. 2009. Banjir Bengawan Solo Tahun 1966: Dampak dan Respons
Masyarakat Kota Solo. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.Hal.117 77
Ridha Taqobalallah,Ibid. hal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Gambar 30. Jembatan Somohulun yang rusak parah akibat bencana banjir tahun
1966.Sumber. Koleksi Pribadi Ridha Taqobalallah
Program-program mulai dilaksanakan salah satunya pengosongan wilayah
dengan memindahkan penduduk serta yang paling merugikan dibidang
perekonomian bagi masyarakat sekaligus sarana moda transportasi kereta api yang
menuju daerah Baturetno terpaksa dibongkar demi pembangunan Waduk Gajah
Mungkur Wonogiri. Hal ini membuat pihak PJKA dan masyrakat mengalami
kerugian baik sebagai sarana transportasi unggulan dan dari pihak PJKA
merupakan asset pemerintah dan berkurangnya perluasan jalur kereta api menuju
ke daerah selatan Wonogiri.78
Pembongkaran jalur dimulai pada saat rencana pembangunan Bendungan
Serbaguna Wonogiri, tepatnya pada tahun 1975 proses pembongkaran sudah
dimulai dari arah Baturetno menuju Wonogiri, pembongkaran yang pertama
78
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
dilakukan dengan cara mengosongkan isi dipo yang berada di Stasiun Baturetno,
mengenai peralatan-peralatan maupun onderdil mesin lokomotif serta batangan
rel-rel yang tidak digunakan mulai diangkut dan dipindahkan di dipo Stasiun
Wonogiri. Hal ini bersamaan dengan dimulainya pendataan masyarakat mengenai
ganti rugi serta program transmigrasi masyarakat ke luar Jawa. Pembongkaran
jalur kereta api Baturetno-Wonogiri dilakukan oleh para pekerja dari PJKA dan
para buruh borongan, panjang jalur yang dibongkar kurang lebih 40km.79
Dengan
lama pembongkaran jalur kereta api berjalan kurang lebih selama satu bulan.
Gambar 31. Jalur yang menuju ke daerah Baturetno dan jalur persilangan di Stasiun Wonogiri.
Sumber. Dok.pribadi. 28/10/2011.
Bersamaan dengan pembongkaran jalur kereta lori kearah Selomarto,
batangan rel mulai dikumpulkan di Stasiun Baturetno kemudian diangkut menuju
ke Stasiun Wonogiri, pembongkaran ini berjalan begitu cepat seiring dengan
teknik pembongkaran yang mudah yaitu, kereta api berjalan lambat diikuti
pembongkaran jalur sekaligus kereta api membawa bekas-bekas rel maupun
bantalan yang sudah dibongkar.
79
http://www.semboyan35.com/archive/index.php Diakses tanggal 12/08/2011.10.24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Jalur kereta api sudah benar-benar mati pada tahun 1977 dan keadaan
stasiun dan halte yang berada dijalur Baturetno-Wonogiri sudah rata dengan
tanah.80
Keadaan Stasiun Baturetno mulai dipergunakan sebagai pertokoan dan
tempat tinggal oleh masyarakat sekitar. Seiring pebongkaran jalur selesai,
pemerintah juga memembuat akses jalan raya sebagai penghubung anatar daerah
dengan membuka lahan di kecamatan Ngadirojo kearah selatan melewati
Nguntoronadi, Tirtomoyo dan Baturetno diteruskan menuju Giriyowo dan ke
daerah Pacitan.
Gambar 32. Bekas jalan aspal yang menghubungkan Baturetno-Wonogiri. Kondisi jalan sekarang
tergenang oleh Waduk Gajah Mungkur. Foto diambil saat air waduk surut. Dok. Pribadi.2011.
Kondisi jalan yang baru tersebut lebih jauh dan memutar melewati daerah
perbukitan Nguntoronadi dilanjutkan menuju ke timur di daerah Tirtomoyo dan
memutar menuju ke arah selatan hingga sampai di Baturetno.81
Selain jalan yang
memutar dan jauh, pekayanan transportasi pengganti kereta api masih belum
mencukui kebutuhan masyarakat. Kendaraan umum yang melayani rute
Wonogiri-Ngadirojo-Tirtomoyo-Baturetno masih sangat terbatas.
80
Http://www.semboyan35.com/archive/index.php Diakses tanggal 26/12/2011.09.50 81
Wawancara Bapak Kemi, kamis 24 Oktober 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 105
BAB IV
DAMPAK PEMBONGKARAN JALUR KERETA API
BATURETNO-WONOGIRI OLEH PEMERINTAHAN ORDE BARU
TAHUN 1976-1978
A. Dampak Pembongkaran Jalur Kereta Api Terhadap Perubahan
Transportasi Di Baturetno
Jaringan transportasi dan pasar-pasar pribumi di kota Solo memiliki
hubungan yang saling terkait. Jalan kereta api mengalihkan jaringan lalu lintas
perdagangan dari daerah pedalaman ke pesisir, dari lalu lintas lama ke lalu lintas
yang baru. Hal ini mengakibatkan perluasan yang besar pada jaringan-jaringan
jalan baru di daerah pedalaman yang berhubungan dengan jalan-jalan kereta api.
Pasar-pasar baru tumbuh sebagai pusat-pusat kegiatan perdagangan dan
perhubungan untuk melayani bertambahnya kegiatan perdagangan di daerah
pedesaan. Jalan kereta api berfungsi sebagai perangsang dan daya tarik bagi para
pedagang pedesaan dan desa-desa, menghubungkan ekonomi pedesaan yang lebih
tertutup dengan unit-unit pemasaran yang lebih luas.1
Setelah adanya pembongkaran jalur kereta api Baturetno-Wonogiri
dengan adanya faktor pembangunan Bendungan Serba Guna Wonogiri
mengakibatkan para pedagang yang menggunakan jasa transportasi kereta api
mengalami kesulitan dalam hal menjual hasil bumi. Selain itu mulai tersendatnya
pengangkutan batu gamping dari daerah Selomarto. Pengangkutan batu gamping
1 Djoko Suryo, Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900,
(Yogyakarta: Proyek pengembangan Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas (Bank Dunia
XVII) – PAU Studi Sosial Universitas Gajah Mada, 1989), hal. 125.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
dialihkan dengan menggunakan truk itupun bagi para pemilik truk yang bersedia
mengangkut batu gamping dari Selomarto menuju ke Stasiun Wonogiri, sebab
pihak PPN tidak lagi menyediakan saran transportasi.2 Masyarakat mulai beralih
ke transportasi bus dan truk, namum pada tahun 1976-an di Kecamatan Baturetno
masih jarang adanya sarana transportasi bus dan truk, hal ini masih menyulitkan
sebagian besar masyarakat Baturetno dalam menjual hasil bumi maupun
berpergian ke luar daerah. Keberadaan bus sebagai sarana angkutan umum ini
masih menjadi kendala dengan masih minimnya jumlah bus yang ada. Di wilayah
Baturetno hanya terdapat dua jenis bus yaitu Bus “ISMO” dan Bus “RINO”
dengan jurusan Baturetno-Solo-Semarang. Selain itu juga terdapat beberapa
angkutan Colt yang melayani rute Baturetno-Wonogiri.3
Transportasi jalan merupakan salah satu transportasi yang paling penting
di Kabupaten Wonogiri khususnya di Kecamatan Baturetno setelah pengalihan
rute jalan darat yang harus memutar melewati Kecamatan Tirtomoyo terlebih
dahulu. Mobilitas di Kecamatan Baturetno bertumpu pada keandalan dan tingkat
pelayanan jaringan jalan. Angkutan barang maupun penumpang sebagian besar
diangkut melalui angkutan jalan. Sebab peran jalan merupakan sebagai bagian
prasarana transportasi yang mempunyai peran penting dalam bidang ekonomi,
sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta
dipergunakan untuk sebesar-besarnya sebagai kemakmuran bagi rakyat. Selain itu
jalan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa merupakan urat nadi kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara serta sebagai suatu kesatuan yang mengikat
2 Wawancara Ibu Pur warga Baturetno. Ibid.
3 Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
seluruh wilayah.4 Khusus pada pengembangan jalur selatan Wonogiri yang
diarahkan untuk meningkatkan kualitas akses wilayah selatan kabupaten serta
mempermudah akses ke titik-titik aktivitas ekonomi wilayah, sehingga
pengembangan wilayah selatan terutama yang terletak di daerah-daerah jalur
selatan dapat dioptimalkan.
Jaringan jalan dari Kecamatan Baturetno menuju ke Wonogiri atau
menuju ke daerah Solo harus memakan waktu yang relatif lama, karena arus lalu
lintas harus memutari Waduk Gajah Mungkur. Pembanguan jaringan jalan baru
ini menimbulkan adanya para pengusaha-pengusaha angkutan umum seperti bus
dan truk. Pengusaha-pengusah angkutan umum seperti bus dan truk semakin
ramai di wilayah Baturetno. Perkembangan angkutan pedesaan juga semakin
ramai dengan terdapatnya 26 dengan sebanyak 21 trayek yang telah dilayani oleh
angkutan umum.5 Rata-rata angkutan pedesaan yang melayani di daerah Wonogiri
memiliki tarif antara Rp.1000,- sampai Rp. 1.500,-. Trayek pelayanan angkutan
umum yang melayani lintas AKDP terdapat 1 trayek jaringan pelayanan angkutan
AKDP yang melayani sampai ke Kabupaten Wonogiri, sebagian besar trayek
angkutan AKDP melayani ke kota-kota besar seperti kota Surakarta, Semarang,
Salatiga, Purwodadi dan sebagainnya. Trayek pelayanan angkutan antar kota
antar dalam provinsi antara lain sebagai berikut:
a. Solo-Wonogiri-Pracimantoro
b. Solo-Wonogiri-Jatisrono-Slogoohimo-Purwantoro
c. Solo-Wonogiri-Giritontro-Purwantoro
4 Laporan Akhir, Penataan Transportasi Lokal (TATRALOK) Kabupaten Wonogiri.
1997.Hal III-21 5 Laporan Akhir, Ibid. hal. III-17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
d. Solo-Wonogiri-Tirtomoyo
e. Solo-Wonogiri-Baturetno
f. Solo-Wonogiri-Manyaran-Baturetno
g. Solo-Wonogiri-Tirtomoyo-Baturetno
h. Semarang-Salatiga-Solo-Wonogiri-Baturetno
i. Wonogiri-Solo-Sumberlawang-Purwodadi-Blora
j. Solo-Wonogiri-Ponorogo
k. Solo-Wonogiri-Baturetno-Pacitan
l. Yogyakarta-Solo-Wonogiri
m. Wonogiri-Solo-Solatiga-Bawen-Temanggung-Wonosobo-
Purwokerto.6
Angkutan truk digunakan sebagai pengangkutan batu gamping serta
digunakan sebagai angkutan barang dari wilayah Baturetno dan sekitarnya.
Pergerakan angkutan barang relatif cukup banyak dengan memakai truk dengan
engkel atau double. Ada juga angkkutan jenis “Plat Hitam” yang tersebar di
wilayah Baturetno, Giriwoyo, Tirtomoyo, Nguntoronadi dan diwlayah wonogiri
lainnya. Angkutan “Plat Hitam” ini tidak berupa angkutan yang beroperasi setiap
harinya, melainkan angkutan yang melayani sesuai kebutuhan masyrakat dan
khusus di pelosok-pelosok daerah yang sulit dijangkau dengan angkutan umum.
Angkutan plat hitam lebih diidentikkan dengan kendaraan pribadi yang digunakan
sebagai saran angkuatan, tidak setiap orang yang memiliki kendaraan pribadi
dijadikan sebagai angkutan plat hitam, melainkan orang-orang tertentu saja yang
6 Laporan Akhir, Op.Cit. hal.III-16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
menggunakan kendaraan pribadi sebagai angkutan umum guna mencukupi
kebutuhan ekonominya.
Pelayanan angkutan orang dikelompokkan menurut wilyah pelayanan,
operasi pelayanan dan perannya. Menurut wilayah pelayanan, angkutan
penumpang dan kendaraan umum terdiri atas angutan antar kota, angkutan kota,
angkutan pedesaan, dan angkutan perbatasan. Menurut operasi pelayanannya,
angkutan penumpang dengan kendaraan umum dapat dilaksanakan dengan trayek
tetap dan teratur dan tiidak dalam trayek. Trayek tetap biasanya dikaitkan dengan
trayek antar kota antar provinsi (AKAP), trayek antar kota dalam provinsi
(AKDP) dan trayek pedesaan. Untuk wilayah pelayanan angkutan penumpang
tidak dibatasi dengan wilayah, operasional, dan jaraknya , melainkan diatur dalam
peratura lalu lintas yang terkait dengan pelayanan yang diberikan.
Sebelum meluasnya jaringan jalan Baturetno-Wonogiri melewati
Ngadirojo, ada beberapa masyarakat menggunakan transportasi air, salah satunya
pemanfaatan Waduk Gajah Mungkur sebagai penyebrangan dari daerah Baturetno
ke daerah Eromoko dengan menggunakan perahu. Pada musim kemarau juga
dapat digunakan sebagai jalur alternatif melewati tengah waduk yaitu menyusuri
bekas jalan raya yang tergenang dengan menggunakan sepeda motor.
Keterpaduan dengan penyebrangan Baturetno-Eromoko tersebut belum optimal
dengan masih sedikitnya pengembangan-pengembangan transportasi sekitar
waduk.7 Selain sebagai transportasi penyebrangan serta sebagai obyek wisata
ketersediaan sarana transportasi kapal masih relatif sedikit. Begitu juga mengenai
tarif kapal juga masih belum ada ketentuan yang baku.
7Ibid. hal.III-56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
B. Penyebab Terjadinya Transmigrasi
Subwilayah pengembangan daerah aliran anak sungai yang memotong
daerah irigasi dan daerah bebas banjir. Mencangkup pengaturan kembali
mengenai sistem irigasi di aliran anak sungai Bengawan Solo yang luasnya
26.800 Ha yang tekah terpotong oleh sistem irigasi Wonogiri. Penduduk yang
dipindahkan kurang lebih 12.500 KK terdiri dari 68.750 jiwa meliputi penduduk
di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Nguntoronadi, Goedangdondong, Wonogiri
(Somohulun), Wuryantoro, Baturetno, dan Eromoko yang jumlah keseluruhan 45
desa. Penduduk yang bertransmigrasi s/d tahun 1981 sebanyak 10.709 kk terdiri
dari 43.616 jiwa.8
Proses pembebasan tanah untuk pembanguanan Bendungan Serbaguna
Wonogiri terdiri dari dua tahap yaitu: Pembebasan tanah pertama terjadi pada
awal tahun 1976 s/d 1977 dan pelaksanaan pembebasan tanah kedua terjadi pada
awal tahun 1978 s/d 1979.9
8 Koran Joyo Boyo.Ibid.
9 Budi Trapsilo. 2005. “Irigasi Bendungan Serbaguna Wonogiri dan Perubahan Sosial
Ekonomi Petani di Kabupaten Sragen”. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra Dan Seni
Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hal. 70.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 14 . Data Pengungsi/Transmigran Proyek Bendungan Serbaguna
Wonogiri tahun 1981.
NO TUJUAN Jumlah KK Jumlah Jiwa
1 Sitiung I, Sumbar 2.000 8.815
2. Sitiung II, Sumbar 1.200 4.763
3. Jujuhan, Jambi 800 3.341
4. Rimbo Bujang, Jambi 399 1.724
5. Alai Ilir, Jambi 1.460 6.005
6. Pemenang, Jambi 265 1.067
7. Air Lais dan Sebelat, Bengkulu 1.800 7.123
8. Ketahun, Bengkulu 1.726 6.551
9. Ipuh, Bengkulu 570 2.251
10. Panggang, Sumsel 189 770
11. Baturaja, Sumsel 300 1.210
Sumber : Dep. PU DirJen Pengairan Proyek Pengembangan Wilayah SungaiBengawan Solo tahun
1988
Menurut risalah rapat pleno Bapelda Transmigrasi Kabupaten Wonogiri
pada tanggal 1 November 1976, yang bertempat di Operation Room Pemda
Tingkat II Kabupaten Wonogiri, bahwa mengenai tanggungjawab atas
pemberangkatan para transmigran terbagi menjadi 4 penagnggung jawab
keberangkatan para transmigran, yaitu;
1. Transmigran dari daerah asal (Wonogiri) ke Transito Tingkat II menjadi
tanggung jawab Bapelda Transmigrasi Kabupaten Wonogiri.
2. Transmigran dari Transito Wonogiri ke pelabuhan Tanjung Priok menjadi
tanggungjawab Badan Pembina/Provinsi, sedang Bapelda sifatnya hanya
membantu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
3. Transmigran dari Tanjung Priok ke Teluk Bayur menjadi Badan
Pengembangan/Pusat.
4. Transmigran dari Teluk Bayur ke Proyek Penempatan (daerah tujuan)
menjadi tanggungjawab Bapelda Transmigrasi setempat dan Bapem.10
Dalam proses pemberangkatan para transmigran terdapat Team Quartier
Maker yaitu team yang berfungsi sebagai pendamping para transmigran agar
orang-orang tersebut tidak terlalu asing serta membantu tugas Bapelda di daerah
penempatan dan memberikan bantuan moril kepada para transmigran.
Pada tanggal 1 November 1976 pihak Bapelda Transmigrasi Kabupaten
Sijunjung mengadakan kunjungan ke daerah asal (Wonogiri) untuk melihat
persiapan para transmigran dan proses pelaksanaannya. Begitu juga Bupati
Sijunjung dan Kakanwil ikut dalam checking para calon transmigran asal
Wonogiri, hal ini juga dilakukan oleh Bapelda Wonogiri yang juga melihat
persiapan dalam hal daerah penempatan. Para kepala desa setempat juga
diikutsertakan dalam peninjauan tempat lokasi, hal ini dikarenakan rakyat yang
akan mengikuti transmigrasi lebih mempercayakan kepada kepala desa mengenai
layak tidaknya lokasi yang akan ditinggali akan lebih membawa penghidupan
yang lebih baik lagi atau tidak.11
Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak Katimin
yang anaknya juga mengikuti transmigrasi ke Rimbo Bujang, Jambi mengenai
bedhol desa itu tergantung siapa yang paling kuat bertahan dan mempunyai
10
Lembar Risalah Rapat Pleno Bapelda Transmigrasi Kabupaten Wonogiri. Arsip
Daerah Semarang. 11
Wawancara Bapak Tukimin warga Selomarto. Tanggal 10 Oktober 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kepintaran dalam mengolah lahan. Banyak para transmigran yang kembali ke
daerah asalnya dikarenakan tidak kuat bertahan dan sulitnya penghidupan.12
Mengenai para calon transmigran yang hendak mengikuti transmigrasi
diwajibkan sudah melengkapi data-data, antara lain:
1. Pemindahan kartu penduduk.
2. Pemindahan hak pilih.
3. Mutasi pegawai.
4. Daftar kesehatan/data penyakit.
5. Surat Keterangan kelakuan baik.
6. Surat Keterangan hikah/kawin.
7. Mutasi anak sekolah.
8. Data ketrampilan.
9. Data pendidikan dan Pramuka.
10. Data PKK, Koperasi dan KB.
11. Daftar klasifikasi umur.
12. Daftar inventarisasi barang-barang.
13. Pengelompokan penduduk dalam 1 unit Desa beserta susunan aparatur
pemerintahannya.
14. Para transmigran harus sudah mendapatkan ganti rugi tanah.13
Untuk masalah pengangkutan barang-barang bawaan seperti almari dan
hewan-hewan ternak masih dipertimbangkan oleh pihak Bapelda Transmigrasi
Wonogiri. Selain itu para transmigran mendapat bantuan dari pihak swasta
12
Ibid. 13
Lembar Risalah Rapat Pleno Bapelda Transmigrasi Kabupaten Wonogiri. Op.Cit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Kabupaten dan para tetangga yang tidak terkena proyek pembangunan Waduk
Gajah Mungkur diharapkan partisipasinya memberikan bantuan berupa;
a. Lampu Petromax.
b. Radio Transistor.
c. Camping Mode in Wonogiri
d. Tiap-tiap kepala keluarga disediakan tas plastik untuk menyimpan
surat-surat.
e. Radio telekomunikasi untuk menghubungkan Wonogiri-Sitiung.
f. dan dana-dana lainya.14
Bantuan-bantuan diatas untuk para calon transmigran dari Kabupaten
Wonogiri merupakan tanggungjawab pihak Bapelda setempat, dan untuk wilayah
Karisidenan Surakarta merupakan tanggungjawab Bapak Pembantu Gubernur
Wilayah Surakarta.
C. Penyebab Terjadinya Urbanisasi
Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu kabupaten yang padat
penduduknya di Propinsi Jawa Tengah bagian selatan. Berbeda dengan jumlah
penduduk Kabupaten Wonogiri masa awal Orde Baru yaitu tahun 1973-1979
selain berkurangnya penduduk akibat bertransmigrasi ke luar jawa, banyak
penduduk yang tercatat melakukan urbanisasi ke kota-kota besar sehingga jumlah
penduduk di Kabupaten Wonogiri mengalami penurunan, dapat dilihat dari tabel
di bawah;
14
Ibid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Table 15. Jumlah Penduduk Kabupaten Wonogiri Tahun 1973-1979.
No Kecamatan Tahun
1973 1974 1975 1976
1 Pracimantoro 58520 58315 58208 58630
2 Giritontro 42773 43149 43736 44296
3 Giriwoyo 43398 43965 44149 43864
4 Batuwarno 37359 37585 37832 37879
5 Tirtomoyo 46288 46495 46590 47447
6 Nguntoronadi 37796 38577 39330 38728
7 Batuwarno 53087 53580 54357 54621
8 Eromoko 46174 46877 47485 48289
9 Wuryantoro 38680 39280 39910 40184
10 Manyaran 35662 35858 35878 36701
11 Selogiri 40501 41419 42111 42950
12 Wonogiri 57542 59414 60265 61535
13 Ngadirojo 46679 46723 47511 47365
14 Sidoharjo 35388 35680 35726 36107
15 Jatiroto 33629 33669 33715 33240
16 Kismantoro 30996 30927 31146 31547
17 Purwantoro 41699 42159 42557 43369
18 Bulukeerto 42012 42418 42718 43972
19 Slogohimo 41553 40946 42304 41522
20 Jatisrono 46546 46882 47843 48108
21 Jatipurno 28624 29347 29562 29842
22 Girimarto 36284 36482 37090 37790
Jumlah 921190 929747 940023 947724
Sumber: Badan Pusat Statistic Kabupaten Wonogiri, Tahun 1980.
Pada tahun-tahun ini ditandai dengan rencana pembanguan Waduk
Serbaguna Wonogiri, dapat dilihat pada data tabel 15 perubahan yang mencolok
terjadi pada Kecamatan Nguntoronadi, Baturetno, Wuryantoro yang mengalami
penurunan jumlah penduduk yang drastis pada tahun 1978, hal ini dikarenakan
sebagian besar kecamatan ini tergenang air Waduk Gajah Mungkur dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
penduduknya bertransmigrasi ke Sumatera.15
Transmigrasi ini dibagi menjadi
beberapa gelombang dan menempatkan masyarakat Wonogiri di 4 Desa baru di
Kabupaten Sawah Lunto, Sijunjung, Tiumang, Silalang Gaung dan Koto Salak.
Transmigrasi ini dilakukan secara bertahap, dimulai pada tahun 1976-1977
dengan diberangkatkan sebanyak 2000 KK yang berjumlah 8815 jiwa ke wilayah
Sitiung I Sumatra Barat. Tahun berikutnya 1977-1978 diberangkatkan lagi
sebanyak 120 KK yang berjumah 4763 jiwa ke wilayah Sitiung II, dan 800 KK
sebanyak 3341 jiwa ke wilayah Sijunjung, Jambi.16
Walaupun pada awal Orde Baru penduduk Kabupaten Wonogiri megalami
penurunan akibat proyek Waduk Gajah Mungkur serta minimnya lapangan
pekerjaan bagi tenaga-tenaga baru baik dalam bidang pertanian maupun diluar
pertanian dan aksesbilitas sarana transportasi yang terputus membuat sebagian
besar masyarakat Baturetno dan sekitarnya melakukan urabanisasi ke kota-kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Malang, Semarang, hal tersebut dikarenakan
alasan-alasan ekonomi yang tidak mencukupi. Sedangkan bidang pekerjaaan
yang dilakukan masyarakat Wonogiri yang berurbanisasi ke kota-kota besar
sebagian menjadi buruh bangunan, perdagang, pembantu rumah tanggga dan
pengasuh anak. Hal ini dikarenakan karena tingkat pendidikan yang rendah dari
para kaum urban tersebt sehingga sektor informal menjadi sebuah pilihan.
Bersamaan dengan perkembangan jaman dan pergantian era, kemajuan-
kemajuan dibidang saranan transportasi dan lapangan pekerjaan semakin jelas
dan terarah pola pengembangannya. Terbukti pada tahun sesudah tahun 1980an
15
Majalah Tempo, 11 Desember 1976. 16
BPS Kabupaten Wonogiri Tahun 1980.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
perkembangan-perkembangan saranan transportasi baik jalan, terminal, armada
semakin baiik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
BAB V
KESIMPULAN
Pembangunan jaringan kereta api di daerah Wonogiri merupakan
perluasan jaringan kereta api dari daerah Solo. Peresmian jaringan kereta api
Solo-Wonogiri-Baturetno diresmikan pada tahun 1922 oleh perusahaan swasta
Belanda yaitu NISM, pembangunan jalur kereta api di Wonogiri merupakan
perluasan dari jalur kereta api dari arah Boyolali-Solo dan diteruskan ke arah
selatan menuju daerah Baturetno, sekaligus menjadi sarana pengangkutan hasil
bumi dan batu gamping di Desa Selomarto, Kecamatan Giriwoyo yang dimulai
pada tahun 1935 dan sebagai angkutan umum bagi masyarakat baik untuk
berpergian maupun menjual hasil bumi ke luar daerah. Pada masa kependudukan
Jepang keberadaan kereta api Wonogiri tidak sebagaiman mestinya, kereta api
lebih digunakan untuk keperluan perang, seperti pengangkutan para tentara, hasil
bumi yang didapat dari tanam paksa, serta tersendatnya jadwal perjalanan kereta
api.
Sesudah Indonesia merdeka keberadaan kereta api di Kabupaten
Wonogiri, yang dulunya dikuasi oleh Pemerintahan Jepang dan sekarang sudah
menjadi milik Pemerintahan Republik Indonesia, kondisi kereta api lambat laun
mulai menunjukkan eksistensi sebagai sarana transportasi yang cepat, hal ini
terbukti dengan salah satu berita kemerdekaan yang di sampaikan oleh kurir dari
Solo yang menumpang kereta api ke Baturetno. Kereta api berperan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
median penyiaran dengan ditandai dengan tulisan-tulisan “Merdeka” di gerbong-
gerbong. Kemajuan-kemajuan dibidang transportasi semakin berkembang, yang
semula jenis lokomotif uap sudah digantikan dengan lokomotif diesel serta
penambahan gerbong penumpang maupun barang. Sesudah tahun 1970an kereta
api merupakan salah satu transportasi yang diandalkan, gerbong-gerbong
penumpang selalu penuh dengan para pedagang, penumpang umum, anak-anak
sekolah serta gerbong barang yang pebuh dengan muatan batu gamping dari Desa
Selomarto, namun pada tahu 1976 keberadaan kereta api khususnya jalur
Wonogiri-Baturetno terpaksa dibongkar dengan adanya Proyek Pembangunan
Bendungan Serba Guna Wonogiri sebagai salan satu penanggulangan bencana
banjir pada tahun 1966.
Proyek pembangunan ini mengakibatkan tidak hanya menghentikan
perekonomian masyarakat Baturetno dengan pembongkaran jalur kereta api
selain itu dengan adanya pembangunan bendungan, masyarakat Wonogiri harus
bertransmigrasi ke luar Jawa. Kurang lebih 12.500 KK terdiri dari 68.750 jiwa
meliputi penduduk di 6 kecamatan yaitu Kecamatan Nguntoronadi,
Goedangdondong, Wonogiri (Somohulun), Wuryantoro, Baturetno, dan Eromoko
yang jumlah keseluruhan 45 desa harus bersedia dipindahkan ke provinsi
Sumatera. Kondisi tersebut juga mempengaruhi keberadaan transpotasi di daerah
Baturetno yang mulai tersendat dengan adanya pembongkaran jalur kereta api
tersebut. Banyak masyarakat yang kesulitan menjual hasil bumi dan pihak PPN
yang mulai berhenti menambang batu gamping karena terkendala dengan
transportasi yang sulit. Keberadaan jalur kereta api yang terputus serta jaringan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
jalan raya yang sudah tergenang air Waduk Gajah Mungkur, pemerintah
mengupayakan pengalihan jalur transportasi jalan raya melewati daerah
Ngadirojo-Tirtomoyo-Baturetno dengan jarak tempuh yang semakin lama
dibandingkan jalur semula. kondisi jalan yang baru ini menimbulkan semakin
berkembangnya sarana transportasi darat seperti bus dan truk di wilayah
Baturetno untuk memenuhi kebutuhan angkuatan barang dan penumpang.
Perkembangan kereta api di Wonogiri sesudah pembogkaran jalur
Wonogiri-Batuuretno menjadikan kereta api sebagai feeder line. Hal ini
dikarenakan jaringan kereta api yang ke Wonogiri hanya sebagi pengumpan dan
minimnya penumpang dan serta perkembangan transportasi jalan darat yang
semakin maju mengakibatkan sebagian besar masyarakat Baturetno mengguakan
jasa transportasi bus dan truk. Selain itu dengan pemanfaatan Bendungan
Serbaguna Wonogiri, banyak masyarakat yang menggunakan perahu untuk
penyebrangan antar daerah yaitu dari daerah Baturetno ke daerah Eromoko dan
sebaliknya. Semakin berkembanganya jaman, keberadaan transportasi darat
khusunya di wilayah Baturetno semakin maju dan banyaknya para perusahaan
otobus yang berkembang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR PUSTAKA
1. Arsip-Arsip
Berkas tentang den Opzichter DER NIS v/h Baanvak Solo Kotta-Baturetno.
Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. Tanpa Kode Arsip.
Berkas tentang NISM dalam pembanguan lintas Solo-Wonogiri. Koleksi Arsip
Rekso Pustoko Mangkunegaran. Kode Arsip 01.453
Berkas tentang rute kereta api dari Solo Kotta, Pasar Pon sampai kebeberapa
tempat dan berserta harga atau tariff karcis tanggal 1 November 1928.
Koleksi Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode Arsip P 2446.
Berkas tentang NIS dan SS. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. Kode
Arsip 01.252.
Dengan adanya daftar pihak swasta yang memakai tanah-tanah Mangkunegara
yang di berikan pada SS (Stats Spoorwagen) dan NISM (Nederland
Indrsche Spoorweg Maatschappij) untuk keperluan jalan transportasi
Spoor. Dalam hal Surat menyurat tentang tanah yang dipakai untuk jalan
kereta api. Koleksi Arsip Rekso Pustoko Pura Mangkunegaran. Kode
Arsip P.2101.
Berkas tentang tanah NIS sepandjang djoeroesan Batoeretno-Wonogiri jang
dipakai olih Dagang dalam Onderdistrict Batoeretno tahun 1928. Koleksi
Arsip Rekso Pustoko Mangkunegaran. Kode arsip. P. 2.314
2. Buku-Buku
Djoko Suryo. Sejarah Sosial Pedesaan Karesidenan Semarang 1830-1900.
(Proyek pengembangan Pusat Fasilitas Bersama Antar Universitas (Bank
Dunia XVII) – PAU Studi Sosial Universitas Gajah Mada. 1989).
Druk Van G. Kolff. 1926. Nederlandsche Indie, (Waltervreden-Java: 1926)
Eddy Supangkat. AMBARAWA KOTA LOKOMATIF TUA. (Salatiga: Griya
Media. 2008).
Effendi Pasandaran,1991, “Irigasi Di Indonesia; Strategi Dan Pengembangan”,
Jakarta:LP3ES.
Gottshalk, Louis. Mengerti Sejarah. (Jakarta: UI Press. 1986).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H.A. Abbas Salim. Manajemen Transportasi. (Jakarta: PT Raja Grafindo persada.
2004).
Julianto Ibrahim, 2004, Bandit dan Perjuangan di Simpang Bengawan:
Kriminalitas dan Kekerasan Masa Revolusi di Surakarta, Wonogiri: Bina
Citra Pustaka,
Pringgodigdo, A.K. Sejarah Perusahaan-Perusahaan Kerajaan Mangkunegaran.
(Surakarta: Perpustakaan Rekso Pustoko. 1987).
. Sejarah Milik Praja Mangkunegaran. (Surakarta: Perpustakaan
Rekso Pustoko. 1986).
Sajid. Babad Sala. Alih bahasa Darweni. (Surakarta: Reksopustaka
Mangkunegaran. 1984).
Radjiman. 1984. Sejarah Mataram Sampai Surakarta Adiningrat. (Surakarta:
Krida. 1984).
R. Bintarto. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. (Jakarta: Ghalia
Indonesia. 1977).
Rustian Kamaludin. Ekonomi Transportasi. (Jakarta : Ghalamania. 1987).
Subarkah. Imam. Sekilas 125 tahun Kereta Api: 1867-1992. (Bandung: Grafika.
1993).
Soegijanto Padmo. Tobacco Plantations and their impact on pesanat society and
economy in Surakarta Residency:1860-1960. (Yogyakarta: Aditya Media.
1999).
Suhartono. Apanage dan Bekel,Perubahan Sosial di Pedesaan Surakarta (1830-
1920 ). (Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogyakarta. 1991).
Takashi Shiraishi. Zaman Bergerak:Radikalisme Rakyat di Jawa,1912-1926.
(Jakarta: PT pustaka utama Grafiti. 1997).
Th.M.Metz, Mangkunegaran Analisis Sebuah Kerajaan Jawa, Terjemahan
Moh.Husodo (Surakarta: Rekso Pustoko ,1987).
Tiknopranoto dan Mardisuwignyo. 1980. Sejarah Kutha Sala: Kraton Solo,
Bengawan Sala, Gunung Lawu. (Solo: Toko Buku Pelajar. 1980).
Wasino. Kapitalisme Bumi putra: Perubahan Masyarakat Mangkunegaran,
(Yogyakarta: LKIS. 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Karya-Karya Ilmiah
Auditya Martin Nur Rochman, 2010. “Transportasi Kereta Api Dalam
Pembangunan Kota Solo Tahun 1900-1940”. Skripsi: Jurusan Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Agus Wihartomo Kusumo. 2007. Skripsi Komunikasi Visual. The Legacy of
Wiliiem I, Universitas Kristen Petra Surabaya.
Daryadi. 2009. Pembangunan Perkampungan di Kota Mangkunegaran pada
Masa Pemerintahan Mangkunegara VII. Skripsi. Surakarta: Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Handinoto, 1999. Peletakan Stasiun Kereta Api Dalam Tata Ruang Kota-Kota di
Jawa (Khususnya Jawa Timur) Pada Masa Kolonial. Jurusan Tehnik
Arsitektur. Fakultas Tehnik Sipil dan Perencanaan. Universitas Kristen
Petra.
Handinoto. 1999. Kebijakan Politik Dan Ekonomi Pemerintah Kolonial Belanda
Yang Berpengaruh Pada Morfologi (Bentuk dan Struktur) Beberapa Kota
Di Jawa. Jurusan Tehnik Arsitektur. Fakultas Tehnik Sipil dan
Perencanaan. Universitas Kristen Petra.
Heri Dwiyanto, 1995. Skripsi: Pembangunan Bidang Kesehatan Di Praja
Mangkunegaran Pada Masa Mangkunegoro VII. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
Joko Triwinarto S. Morfologi Arsitektural Stasiun Kereta Api Tawang, Semarang,
dalam Jurnal Teknik Universitas Brawijaya Malang, Volume III, no.7,
April 1997.
Kuntowijoyo. 2000. The Making of a Moderen Urban Ecology: Social and
Economic History of Solo.1900-1915. Dalam Lembaran Sejarah Vol. 3
No.1 2000. Jurusan Sejarah Fakultas Sastra UGM.
Koran Joyo Boyo. 6 Desember 1981
Koran DHARMA KANDA. 1 Oktober 1977
Majalah KA. 2007. Jakarta. House of ilalang.
Nina Astiningrum, 2006. Skripsi: Kebijakan Mangkunegoro VII Dalam
Pembangunan Perkotaan Di Praja Mangkunegaran. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rachmat Susatya. 2008. Pengaruh Perkeretaapian di Jawa Barat Pada Masa
Kolonial. Skripsi. Bandung: Universitas Padjajaran.
Ridha Taqobalallah. 2009. Banjir Bengawan Solo Tahun 1966: Dampak dan
Respons Masyarakat Kota Solo. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas
Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sartono Kartodirjo. 1969, Struktur Sosial dari Masyarakat Tradisional dan
Kolonial. Yogyakarta: Jurusaan Sejarah Fakultas Sastra dan Kebudayaan
UGM, Lembaran Sejarah No.4.
Sri Agus, “ Perjuangan Pegawai Kereta Api Di Lintas Solo-Semarang Pada Tahun
1945-1947 “, Skripsi, 1985, Universitas Sebelas Maret : Fakultas Sastra
dan Seni Rupa.
Sri Asih. 2009. Karya Arsitektur Thomas Karsten di Surakarta 1917-1942.
Skripsi. Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Jurusan Ilmu Sejarah, UNS,
Surakarta.
Sri Retna Astuti, Kereta Ambarawa – Jogjakarta Suatu Kajian Sejarah Sosial
Ekonomi Pada Abad Ke-19, (Yogyakarta: Laporan Penelitian Jurahnitra,
1994).
Taufik Adhi Prasangka. 2004. Pengaruh Budaya Indis Terhadap Perkembangan
Arsitektur di Surakarta Awal Abad XX. Skripsi. Surakarta: Fakultas sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.
Wakhudin. 2006. Proses Terjadinya Degradasi Nilai Moral pada Pelacur dan
Solusinya (Thesis). Bandung: Program Studi Pendidikan Umum. Sekolah
Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Website
http://alwishahab.wordpress.com/ 021210. 2.24.52.
http://bagaspati.com. 28/10/2011. 10.35
http://djawa tempo doeloe.multiplay.com.
http:// semboyan35.com/kakominfo/home/sejarahka.