25
OLYVIA PRISKILLA SHERLY VANIA HALIM SEJARAH INDONESIA

Sejarah Indonesia X-IPS 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sejarah Indonesia X-IPS 1

Citation preview

Slide 1

OLYVIA PRISKILLA SHERLY VANIA HALIM SEJARAH INDONESIAMASA PERUNDAGIAN : BUDAYA MEGALITHIK DAN BUDAYA LOGAMAsal usul manusia Sekitar tahun 300 SM, gelombang kedua dari bangsa Melayu Austronesia dari ras Mongoloid tiba di Nunsantara. Mereka lazim juga disebut bangsa Deutero Melayu atau Melayu Muda. Bangsa Deutero Melayu ini hidup bersama dan bahkan kawin mawin dengan penduduk asli dari bangsa dan ras yang sama jauh lebih dulu tiba di Nusantara (pada masa bercocok tanam), yang biasa disebut bangsa Proto Melayu. Selain melalui aktivitas perdagangan yang semakin intens pada masa ini, pembaruan ini diduga mempermudah serta mempercepat penyebaran serta pertukaran hasil-hasil budaya. 2Bangunan-bangunan Megalithik seperti punden berundak, menhir (batu tegak), sarkofagus (keranda batu), dolmen, dan kubur batu, misalnya semakin berkembang pada masa ini. Secara khusus, pendatang baru ini memperkanalkan benda-benda dari logam. Karena itu pula, kebudayaan masa perundagian diketahui pernah hidup di Anyer Lor (Jawa Barat), Puger (Jawa Timur), Gilimanuk (Bali), dan Melolo (Sumba)b. Corak kehidupan sosial-ekonomis

Masa ini disebut masa perundagian, dari kata undagi yang berarti terampil, karena pada masa ini muncul golongan undagi atau golongan yang terampil melakukan suatu jenis usaha tertentu seperti membuat alat-alat dari logam, rumah kayu, gerabah, perhiasan, dsb. Kendati demikian, dalam arti khusus, golongan undagi mengacu pada orang-orang yang ahli membuat alat-alat dari logam. Karena itu, dikenalnya logam menandai awal masa perundagian. Karena membutuhkan keahlian khusus, barang logam ini, terutama di awal masa perundagian dan kemungkinan besar selama periode pertengahan, termasuk barang mahal dan langka.

4Kendati demikian, alat-alat dari logam ini tidak menggatikan gerabah. Gerabah tetap memainkan peran penting. Dapat dikatakan, munculnya alat-alat dari logam hanya mengganti alat-alat dari batu dan tulang, dan tidak menggatikan gerabah.Pembuatan gerabah bahkan mengalami kemajuan yang pesat : tidak lagi menggunakan tangan dan tatap abtu, tetapi juga menggunakan roda pemutar. Selain itu, munculnya kemampuan membuat alat-alat dari logam tidak meggantikan mata pencarian pokok, yaitu bercocok tanam. Dalam perkembangannya, alat-alat dari logam itu juga dipakai untuk tujuan ritual keagamaan, seiring dengan semakin berkembangnya sistem kepercayaan mereka dalam bentuk animisme dan dinamisme. Sementara itu, penduduk Nusantara hidup secara menetap di desa-desa di daerah pegunungan, dataran rendah dan di tepi pantai. Perdagangan dilakukan di antar-pulau di Indonesia dan antara kepulauan Indonesia dan daratan Asia Tenggara. Perahu Bercadik memainkan peranan yang besar dalam hubungan perdagangan ini. Perdagangan dilakukan dengan cara barter yang diperlukan tiap-tiap pihak.Ada 2 teknik utama mebuat barang-barang dari logam, yaitu a cire pardue (teknik cetak uang) dan bivalve (teknik 2 setangkup).

Berikut ini langkah-langkah membuat benda logam dengan terknik cetak uang :Bentuk model benda logam yang diinginkan dengan bahan dasar dari lilin terlebih dahuluModel lilin dilapisi dengan tanah liat ; setelah mengeras, tanah liat tersebut dipanaskan dengan api, sehingga lilin mencair melalui lubang yang telah disiapkan di bagian bawah model. Dari lubang bagian atas model yang sudah disiapkan, masukkan logam cair dan biarkan sampai cairan logam mendingin.Setelah dingin, model dari tanah liat tadi dipecahkan, dan benda logam yang kita inginkan pun sudah jadi.

Keuntungan dari teknik a cire pardue adalah benda yang diinginkan dapat mempunyai detail yang sempurna ; kelemahannya adalah cetakan model hanya dapat digunakan sekali saja.Keuntungan dari teknik dua setangkup adalah cetakan dapat digunakan berulang kali ; kelemahannya adalah terdapat rongga dalam benda logam yang sudah jadi sehingga kurang kuat.Adapun cara pengolahan logam dengan teknik 2 setangkup (bivalve) dapat dilakukan sebagai berikut :Buat cetakan model dari benda yang dikehendaki dengan bentuk yang dapat saling ditangkupkan.Kemudian tuangkan logam cair ke dalam cetakan tersebut.Kedua cetakan kemudian saling ditangkupkanBiarkan sampai logam dingin dan cetakan dapat dibukaBenda logam yang diinginkan sudah dapat digunakan.

Teknik penuangan perunggu tidak hanya menghasilkan benda-benda sederhana, seperti kapak perunggu, gelang, dan mata tombak, tetapi juga benda-benda lain berupa patung, moko, dan benda-benda upacara lain yang diperindah. Cetakan-cetakan benda perunggu di Indonesia ditemukan di Jawa Barat berupa cetakan tangkup kapak perunggu dan gelang perunggu yang dibuat dari terakota dan cetakan nekara tipe Pejeng dari batu padas di Manuaba (Bali). Pada masa ini, kehadiran pemimpin semakin penting untuk menyikapi perkembangan masyarakat yang semakin dinamis.Pemimpin diperlukan untuk memfasilitasi kerja sama serta menegakkan/mengawasi pelaksanaan aturan dan nilai norma bersama itu. Hal yang sama berlaku juga hubungan-hubungan sosial yang lain termasuk misalnya dalam hal upacar keagamaan.Dalam masyarakat ini, mulai tampak pembedaan golongan-golongan tertentu seperti golongan pengatur upacara-upacara/yang berhubungan dengan kepercayaan, petani, pedagang, serta pembuat benda-benda logam atau gerabah.HASIL-HASIL BUDAYA. Alat-alat dari logam perunggu Berdasarkan temuan- temuan arkeologis Indonesia hanya mengenal alat-alat dari perunggu dan besi. Contohnya: nekara perunggu, kapak perunggu, bejana perunggu,arca-arca perunggu; sedangkan alat-alat dari besi diantaranya mata kapak, mata sabit,mata pisau,mata pedang,cangkul dan tongkat. Nekara dan Moko Nekara berbentuk seperti dandang terbalik dengan bagian atas datar dan bagian bawah yang terbuka. Bentuk nekara umumnya tersusun atas tiga bagian: bagian atas terdiri dari bidang pukul yang datar dan bagian bahu dengan pegangan; bagian tengah berbentuk silinder, dan bagian bawah atau kaki yang melebar.Mula-mula dari wilayah Dong Son, Vietnam (antara 3000-2000 SM), persebaran nekara perunggu meluas ke seluruh wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos, Malaysia dan Indonesia.

Nekara memiliki beragam fungsi: alat upacara keagamaan, sebagai ganderang perang, alat memanggil hujan, benda tukar, wadah atau bekal kubur,penanda status, atau mas kawin. Setiap wilayah umumnya mengambil salah satu atau dua fungsi tersebut. Di Alor, Flores, dan Rote(ketiganya di NTT), misalnya fungsi nekara lebih kompleks: sebagai sarana upacara,lambang status sosial,dan sebagai mas kawin. Di Bali, nekara berfungsi sebagai benda pujaan (sakral) dan wadah kubur.

Nekara buatan Indonesia: Nekara tipe Pejeng

Nekara produk Indonesia sendiri adalah nekara tipe Pejeng(Bali); yang berukuran kecil disebut moko atau mako. Nekara dari Pejeng berukuran besar memilki tinggi 1,98m. Pendapat bahwa nekara tipe Pejeng merupakan produk asli Indonesia didasarkan pada temuan berupa cetakan dari batu, yang diduga sebagai cetakan untuk membuat nekara di Desa Manuaba (Gianyar-Bali).

Moko

Moko banyak beredar di bagian timur Indonesia. Orang Alor menyebutnya moko atau mako, sedangkan penduduk Pulau Pentar menamakan benda ini kendang perunggu. Bentuk moko ini masuk dalam nekara tipe Pejeng, tetapi dengan ukuran kecil dengan hiasan yang lebih sederhana

Kapak Perunggu

Berdasarkan tipenya, kapak perunggu dibagi dalam dua golongan , yaitu kapak corong (kapak sepatu) dan kapak upacara. H.R . Van Heekeren menambahkan satu tipe lagi : yaitu tembilang atau tajak. Ada dua fungsi kapak perunggu yaitu: sebagai alat upacara atau benda pusaka, dan sebagai perkakas atau alat untuk bekerja.

Bejana Perunggu

Bejana Perunggu, ditemukan di Indonesia hanya dua buah , yaitu di Sumatra dan Madura. Bejana perunggu berbentuk bulat panjang sepertikepisiatau keranjang untuk tempat ikan yang diikatkan di pinggang ketika orang sedang mencari ikan. Bejana ini dibuat dari dua lempengan perunggu yang cembung, yang diletakan dengan pacuk besi pada sisi-sisinya.

Patung PerungguPatung Perunggu yang ditemukan di Indonesia mempunyai bentuk yang bermacam-macam, seperti bentuk orang atau binatang. Patung berbentuk orang antara lain berupa penari-penari yang bergaya dinamis. Patung- patung ini ditemukan di Bangkinang(Riau). Sementara patung perunggu berbentuk kerbau ditemukan di Limbangan (Bogor)Gelang dan Cincin PerungguGelang dan cincin perunggu umumnya tanpa hiasan, Namun ada juga yang dihias dengan pola geometris atau pola binatang.

Alat-alat dari besiSering ditemukan sebagai bekal kubur,misalnya di kubur-kubur di Wonosari (Jawa Tengah) dan Besuki (Jawa Timur)

GerabahTradisi gerabah Nusantara pada masa perundagian mendapat pengaruh dari dua tradisi gerabah di Asia Tenggara, yaitu Tradisi Gerabah Sa-Huynh-Kalany dan Tradisi Gerabah Bau-Malayu.Umumnya Gerabah dibuat untuk kepentingan rumah tangga sehari hari,misalnya tempat air, alat untuk memasak makanan, dan tempat untuk menyimpan makanan dan barnag lain. Dan dalam upacara-upacara keagamaan gerabah digunakan pula sebagai tempayan kubur dan sebagai bekal kubur.

Bentuk KepercayaanKepercayaan kepada pengaruh arwah nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia serta upacara-upacara religius yang menyertainya semakin berkembang pada masa perundagian. Hasil budayanya berupa bangunan-bangunan besar atau megalithik(mega berarti besar, dan lithikum atau lithos berarti batu) yang berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada roh nenek moyang, seperti menhir, batu berundak, dolmen , kubur batu, sarkofagus, waruga, serta berbagai jenis arca berukuran besar,

Menhir Menhir adalah tugu atau batu yang tegak, yang sengaja ditempatkan di suatu tempat untuk memperingati orang yang sudah meninggal., waruga, serta berbagai jenis arca berukuran besar,

2) Punden Berundak Punden berundak merupakan bangunan yang disusun secara bertingkat-tingkat yang dimaksudkan untuk melakukan pemujaan terhadap roh nenek moyang.

3) Kubur BatuBentuknya mirip seperti bangunan kuburan seperti yang dapat kita lihat saat ini : umumnya tersusun dari batu yang terdiri dari dua sisi panjang dan dua sisi lebar. Waruga adalah kubur batu yang tidak memiliki tutup ; waruga banyak ditemukan di situs Gilimanuk, Bali Sarkofagus adalah sejenis kubur batu tetapi memiliki tutup diatasnya; biasanya antara wadah dan tutup berukuran sama.

4) Dolmen Dolmen merupakan bangunan megalithik yang memiliki banyak bentuk dan fungsi ; sebagai pelinggih roh atau tempat sesaji pada saat upacara.5) Arca Batu Bentuknya fapat menyerupai binatang, atau manusia dengan cirinegrito. Suatu tempat yang khusus dimaksudkan untuk keperluan pemujaan semacam itu adalah Pasir Angin, sebuah bukit yang terletak di dekat Leuwiliang(Jawa Barat). Selain itu, orang yang telah meninggal diberikan penghormatan dan sesajian selengkap mungkin dengan maksdu mengantar arwah dengan sebaik-baiknya ke tempat tujuannya, yaitu dunia arwah. Pada penguburan langsung (primer), mayat langsung dikuburkan di tanah atau diletakkan dalam suatu wadah di dalam tanah. Penguburan ini biasa dilakukan di sekitar tempat kediaman dan seringkali mayat diletakkan mengarah ke yempat yang dipandang sebagai asal-usul suatu kelompok penduduk atau yang dianggap sebagai tempat arwah nenek moyang bersemayam

Terima Kasih !