18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan seperti dewasa ini tidak berlangsung secara mendadak, akan tetapi terjadi secara bertahap atau evolutif. Oleh sebab itu dalam memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan maka kita harus mempelajari pembagian/ klasifikasi perkembangan sejarah ilmu pengetahuan tersebut. Ini dikarenakan setiap periode menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan penting diketahui untuk memberikan pengertian mendalam mengenai kemajuan ilmu pengetahuan pada saat sekarang ini. Secara Historis kita mendapat kesadaran yang lebih baik atas kebenaran pengetahuan modern sebagai perkembangan dari ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Dari penemuan-penemuan yang telah ditemukan, dan ciri khas-ciri khas setiap zaman yang berbeda, maka akan memberi pemahaman yang lebih dalam memandang ilmu pengetahuan tersebut. Ilmu pengetahuan memberi kita suatu kenyamanan atau kemudahan dalam segala bidang pada era globalisasi seperti sekarang ini. Sehingga sangat wajib rasanya bila kita tidak hanya menggunakan dan mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, tetapi juga mengetahui perkembangan atau perjalanan ilmu pengetahuan tersebut melalui sejarah- sejarah ilmu pengetahuan pada zaman terdahulu. 1.2. Rumusan Masalah 1.2.1. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman Pra-Yunani Kuno? 1.2.2. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman Yunani Kuno? 1.2.3. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman Patristik ? 1.2.4. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada Abad Pertengahan?

Sejarah Ilmu Pengetahuan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Filsafat Sains

Citation preview

Page 1: Sejarah Ilmu Pengetahuan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan seperti dewasa ini tidak berlangsung secara

mendadak, akan tetapi terjadi secara bertahap atau evolutif. Oleh sebab itu dalam memahami

sejarah perkembangan ilmu pengetahuan maka kita harus mempelajari pembagian/

klasifikasi perkembangan sejarah ilmu pengetahuan tersebut. Ini dikarenakan setiap periode

menampilkan ciri khas tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Sejarah

perkembangan ilmu pengetahuan penting diketahui untuk memberikan pengertian

mendalam mengenai kemajuan ilmu pengetahuan pada saat sekarang ini. Secara Historis kita

mendapat kesadaran yang lebih baik atas kebenaran pengetahuan modern sebagai

perkembangan dari ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Dari penemuan-penemuan yang

telah ditemukan, dan ciri khas-ciri khas setiap zaman yang berbeda, maka akan memberi

pemahaman yang lebih dalam memandang ilmu pengetahuan tersebut.

Ilmu pengetahuan memberi kita suatu kenyamanan atau kemudahan dalam segala

bidang pada era globalisasi seperti sekarang ini. Sehingga sangat wajib rasanya bila kita

tidak hanya menggunakan dan mempelajari ilmu pengetahuan tersebut, tetapi juga

mengetahui perkembangan atau perjalanan ilmu pengetahuan tersebut melalui sejarah-

sejarah ilmu pengetahuan pada zaman terdahulu.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman

Pra-Yunani Kuno?

1.2.2. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman

Yunani Kuno?

1.2.3. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada zaman

Patristik ?

1.2.4. Bagaimanakah perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada Abad

Pertengahan?

Page 2: Sejarah Ilmu Pengetahuan

2

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut.

1.3.1. Untuk Mempelajari perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada

zaman Pra Yunani Kuno

1.3.2. Untuk Mempelajari perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada

zaman Yunani Kuno

1.3.3. Untuk Mempelajari perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada

zaman Patristik

1.3.4. Untuk Mempelajari perkembangan dan karakteristik ilmu pengetahuan pada

Abad Pertengahan

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah sebagai referensi bagi pembaca

dalam meningkatkan pengetahuannya mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dari

zaman Pra Yunani Kuno sampai zaman Abad Pertengahan.

Page 3: Sejarah Ilmu Pengetahuan

3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Zaman Pra-Yunani Kuno

Zaman pra-Yunani Kuno berlangsung pada abad 15 SM sampai abad 7 SM.

Perkembangan pengetahuan manusia pada Zaman pra-Yunani Kuno masih sangat kurang

dan tradisional. Zaman pra-Yunani Kuno manusia masih memulai untuk mempelajari alam

untuk bertahan hidup. Setianingtyas, (2013: 8) menyatakan bahwa “pada zaman pra-Yunani

Kuno manusia menggunakan batu sebagai peralatan, karena ditemukan alat-alat yang

bentuknya mirip satu sama lain (misalnya kapak sebagai alat pemotong dan pembelah).

Benda-benda tersebut merupakan bukti bahwa manusia sebagai makhluk berbudaya yang

mampu berkreasi untuk mengatasi tantangan”. Hal ini membuktikan bahwa pada zaman

tersebut sudah terjadi perkembangan pengetahuan.

Zaman pra-Yunani Kuno sesungguhnya terbagi menjadi tiga fase yakni zaman batu

tua, zaman batu muda, dan zaman logam. Pengetahuan manusia pada zaman pra-Yunani

Kuno terus mengalami perubahan dan perkembangan. Alat-alat yang digunakan manusia

pada zaman ini terus mengalami perbaikan, contohnya kapak batu yang dulunya masih

kasar kemudian diasah sehingga lebih mudah digunakan. Manusia memperoleh ilmu

pengetahuannya pada zaman ini melalui proses trial and error yakni uji coba-coba yang

membutuhkan sangat lama. Melalui proses uji coba manusia menyeleksi terhadap alat-alat

yang digunakan sehingga manusia menemukan alat-alat yang baik untuk melangsungkan

hidupnya.

Proses seleksi seleksi terhadap alat-alat yang digunakan dari abad 15 SM sampai

abad 6 SM , manusia telah menemukan logam-logam seperti halnya besi, perak, tembaga

untuk dijadikan peralatan-peralatan. Abad 15 SM besi dipergunakan pertama kali di Negara

Irak, tidak Eropa atau pun Tiongkok.

Zaman pra-Yunani Kuno ditandai dengan munculnya lima kemampuan manusia

sebagai berikut (Setianingtyas, 2013: 9).

1. Know Howe (mengetahui bagaimana) dalam kehidupan sehari-hari yang didasarkan

pada pengalaman

2. Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman yang diterima dengan sikap

receptivemind

Page 4: Sejarah Ilmu Pengetahuan

4

3. Kemampuan menemukan abjad dan system bilangan alam

4. Kemampuan menulis, menghitung dan menyusun kalender yang didasarkan atas

sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan

5. Kemampuan meramal suatu peristiwa yang sebelumnya yang pernah terjadi

2.2. Zaman Yunani Kuno

Zaman Yunani Kuno berlangsung dari abad 7 SM sampai dengan sekitar abad 2 SM.

Pada Zaman ini orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide-ide atau pendapatnya,

karena pada zaman ini dipandang sebagai zaman keemasan filsafat. Ciri yang menonjol dari

filsafat Yunani Kuno diawali kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada

pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan sesuatu asal mula

(arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.

Zaman Yunani pada masa itu dianggap sebagai gudang ilmu dan filsafat karena

bangsa Yunani pada zaman ini tidak lagi mempercayai mitologi-mitologi. Sikap kritis inilah

yang menyebabkan bangsa Yunani tampil sebagai ahli pikir terkenal sepanjang masa. Masa

keemasan perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada masa ini. Ada Beberapa tokoh yang

terkenal pada masa ini, antara lain Thales, Phytagoras, Sokrates, Leucippus, Plato, dan

Aristoteles.

1. Thales (624-548 SM)

Thales (624-548 SM) dari Melitas, adalah

filsuf pertama sebelum masa Socrates. Thales

mengemukakan bahwa segala sesuatu yang ada

berasal dari air. Pendapat yang dikemukakan

Thales tidak sejalan dengan kepercayaan mitis

yang mengasalkan segala sesuatu yang ada

berasal dari dewa-dewa.

Namun pada sisi lain, Thales juga

menyatakan bahwa segala sesuatu sesungguhnya

penuh dengan dewa-dewa. Pernyataan kedua

Thales ini merupakan rumusan yang sebelumnya didahului oleh pengamatan realitas

bukan rumusan yang diterima begitu saja.

Thales

Page 5: Sejarah Ilmu Pengetahuan

5

Ada tiga alasan munculnya persoalan tentang asal alam semesta ini, yaitu:

Sejak Thales mempersoalkan asal alam semesta, persoalan tersebut

merupakan suatu pertanyaan yang terus berlangsung dipersoalkan, dan

dianggap sebagai persoalan abadi (perennial Problems). Hal ini disebut pula

sebagai pertanyaan yang signifikan (a significant question).

Pertanyaan yang diajukan Thales tersebut menimbulkan sebuah konsep baru,

yaitu suatu hal tidak begitu saja ada, tetapi terjadi dari sesuatu. Bertitik tolak

dari hal tersebut, muncul sebuah konsep mengenai perkembangan, suatu

evolusi, atau genesis.

Pertanyaan seperti demikian hanya dapat muncul dalam pemikiran kalangan-

kalangan tertentu saja. Pertanyaan ini muncul bukan dari masyarakat awam,

tetapi masyarakat intelektual yang mempunyai pemikiran lebih maju.

2. Phytagoras (580 –500 SM)

Pythagoras (580 SM –500 SM) yaitu

seorang filusuf yang juga seorang ahli ukur,

namun kebanyakan dikenal dengan sebuah

penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik.

Dia juga di kenal sebagai “Bapak

Bilangan” dan salah satu peninggalan

Pythagoras yang terkenal adalah “Teorema

Pythagoras‘’. Selain itu, dalam ilmu yang

mencangkup ukur dan Aritmatika Pythagoras

berhasil menyumbang sebuah teori mengenai

bilangan, pembentukan benda, dan menemukan antara nada dengan panjang sebuah

dawai.

Phytagoras lebih dikenal dengan penemuannya tentang ilmu ukur dan aritmatik

seperti berikut ini.

Hukum dalam dalil Phytagoras, yaitu a + b = c, yang berlaku pada setiap

segitiga seku-siku dengan sisi a, sisi b, dan hypotenusa c, sedangkan jumlah

sudut dari suatu segi tiga siku-siku sama dengan 1800.

Mengenai teori tentang bilangan, pembagian antara bilangan genap dan

bilangan ganjil, prime numbers (bilangan yang hanya dapat dibagi dengan

Phytagoras

Page 6: Sejarah Ilmu Pengetahuan

6

angka satu dan dengan bilangan itu sendiri) dan composite number, serta

hubungan antara kuadrat natural numbers dengan jumlah ganjil.

Pebuatan benda berdasarkan segi tiga–segi tiga, segi empat – segi empat, segi

lima–segi lima, dan lain sebagainya.

Hubungan antara nada dengan panjang dalam sebuah dawai.

3. Socrates (470 – 399 SM)

Socrates (470 SM-399 SM) adalah

filsuf dari Athena. Mengenai sejarah

umat manusia, Socrates menjelaskan

contoh istimewa tingkah laku filsuf

yang jujur dan berani. Ada banyak hal

yang dapat dipelajari dari dalam diri

Socrates. Salah satunya adalah

berfilsafat pada awalnya harus dimulai

dari diri sendiri, hidup yang tidak

dipertanyakan adalah hidup yang tak

layak dijalani. Socrates menciptakan

sebuah metode ilmu kebidanan yang

dikenal dengan ‘’Maicutika Telenhe ‘’, yaitu suatu metode dialektiva untuk dibuat

kebenaran. Serates tidak pernah meninggalkan tulisan,melainkan pemikirannya

dikenal melalui sebuah dialog – dialog yang ditulis oleh muridnya Plato.

Metode Socrates dikenal sebagai Maieutike Tekhne (ilmu kebidanan), yaitu

sebuah metode dialektika untuk melahirkan sebuah kebenaran. Socrates selalu

mendatangi seorang yang ia anggap memiliki otoritas keilmuan dalam suatu hal

untuk dijadikan berdiskusi mengenai pengertian – pengertian tertentu. Misalnya,

Socrates mendatangi seorang hakim untuk diajak berdiskusi tentang konsep keadilan.

Socrates memancing orang tersebut untuk melahirkan pendapat mengenai suatu

konsep tertentu yang dipersoalkan, sekaligus mengajukan bantahan sehingga dapat

diperoleh pengertian yang sejati mengenai konsep tersebut.

Kadang kala Socrates menyudutkan seseorang dalam sebuah diskusi

sehingga orang tersebut meragukan pendapatnya sendiri mengenai pengertian yang

Socrates

Page 7: Sejarah Ilmu Pengetahuan

7

selama ini dianggap sebagai suatu hal yang bisa dikatakan benar. Socrates lebih

mengutamakan metode dialektika itu sendiri dari pada hasil yang diperoleh.

meskipun Socrates tidak meninggalkan teori – teori ilmu tertentu, tetapi Socrates

meninggalkan suatu sikap kritis melalui metode dialektika yang akan berkembang

dalam dunia ilmu pengetahuan modern.

4. Democritus (460 – 370 SM)

Democritus, dikenal sebagai

bapak atom pertama yang

memperkenalkan konsep atom, bahwa

alam semesta ini sesungguhnya terdiri

atas atom-atom. Atom berasal dari kata

a-tomos: “tak dapat dibagi”. Atom

adalah materi terkecil yang tidak dapat

di bagi-bagi lagi. Democritos meyakini

bahwa atom itu selain jumlahnya tak

terbatas, juga memiliki bentuk yang

beraneka ragam. Sebagian bulat mulus, sebagial lagi tak beraturan dan bergerigi.

Keberadaan ini membuat mereka satu sama lain saling terkait dan menghasilkan

bentuk tertentu. Pemikiran Democritus tentang atom ini mengandung sifat-sifat

seperti berikut ini.

Konsep materialistik-monistik. Artinya, atom merupakan sekadar materi

(matter) yang tidak didampingi apa pun karena sekelilingnya hampa. Materi

merupakan satu-satunya yang ada dan membentuk segala-galanya.

Konsep dinamika perkembangan (developement dynamics). Artinya, segala

sesuatu selalu berada dalam keadaan bergerak sehingga berlaku prinsip

dinamika. Berdasarkan prinsip dinamika itu, tersusunlah segala sesuatu di

dunia.

Konsep yang bersifat murni alamiah (pure natural). Artinya, pergerakan

atom itu bersifat intrinsik, primer, tanpa sebab, dan tidak dipengaruhi oleh

sesuatu di luar dirinya.

Democritus

Page 8: Sejarah Ilmu Pengetahuan

8

Bersifat kebetulan (by chance). Artinya, pergerakan itu terjadi tanpa tujuan

sehingga benturan-benturan yang terjadi tidak beraturan, dan tidak

mengandung tujuan-tujuan tertentu.

5. Plato (427 – 347 SM)

Plato (427 SM- 347 SM), dia adalah

murid Socrates dan guru dari Aristoteles,

filsuf yang pertama kali membangkitkan

persoalan being (hal ada) dan

mempertentangkan dengan becoming (hal

menjadi). Plato bertumpu dari polemik antar

Parmenides dengan Heraclitos. Parmenides

berangapan bahwa realitas itu berasal dari

satu hal (the One) yang tetap dan tidak

berubah, sedangkan Heraklitos bertitik tolak

dari hal Banyak (the Many) yang selalu berubah. Plato menggabungkan kedua

pandangan tersebut dan menyatakannya dengan lebih sistematis yaitu:

Realitas itu memiliki dua kenyataan: ada yang berubah (seperti pemikiran

Heraclitos) dan ada yang tetap (seperti pemikiran Parmeneides)

Yang berubah tertangkap oleh inderawi, sedangkan yang tetap tertangkap

oleh pikiran.

Logos, sebagaimana dikemukakan Heraclitos, menjadi sebab perubahan

terus-menerus, serta yang mengatur dan menyatukan segala keperubahan.

Karena itu logos menjadi asal yang harus dicari dari perubahan yang tampak.

Dasar Pemikiran metafisika Plato terarah pada pembahasan mengenai Being

(hal ada) dan becoming (menjadi). Plato adalah filsuf yang pertama kali

membangkitkan persoalan Being dan mempertentangkannya dengan becoming.

Plato menemukan bahwa becoming (hal menjadi), yakni dunia yang berubah, tidak

memuaskan atau tidak memadai sebagai objek pengetahuan karena bagi Plato setiap

bentuk pengetahuan bersesuaian dengan suatu jenis objek. Plato memikirkan

pengetahuan asli (genuine knowledge), yaitu suatu jenis pengetahuan yang tidak

dapat berubah sehingga objeknya harus sesuatu yang tidak dapat berubah

Plato

Page 9: Sejarah Ilmu Pengetahuan

9

(changeless). Plato yakin bahwa pengetahuan (yang asli) itu harus diarahkan pada

Being. Being bagi Plato dibentuk oleh dunia yang merupakan pola-pola dari segala

sesuatu yang dapat di inderawi., sedangkan ide-ide itu secara kodrati bersifat kekal

dan abadi.

Plato dikenal sebagai filsuf Dualisme, artinya ia mengakui adanya dua

kenyataan yang terpisah dan berdiri sendiri yaitu dunia ide dan dunia bayangan

(inderawi). Dunia ide adalah dunia yang tetap dan abadi, di dalamnya tidak ada

perubahan. Sedangkan dunia bayangan (inderawi) adalah dunia yang berubah, yang

mencakup benda-benda jasmani yang disajikan kepada indera.

6. Aristoteles (384-322 SM)

Aristoteles (384 SM- 322 SM) adalah seorang

filsuf Yunani, murid dari Plato dan sekaligus guru

dari Alexander. Ajaran Aristoteles bisa diklasifikasi

ke dalam tiga bidang, yaitu metafisika, logika, dan

biologi. Aristoteles memberikan kontribusi di dalam

bidang metafisika, Fisika, Etika,

Politik, Ilmu kedokteran dan ilmu alam. Dalam ilmu

alam, Aristotelas merupakan orang pertama yang

mengumpulkan dan mengklasifikasikan spesies biologi secara sisitematis.

Aristoteles mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan adalah mencari

penyebab-penyebab obyek yang diselidiki. Aristoteles berpendapat bahwa tiap-tiap

kejadian mempunyai empat sebab yang semuanya harus disebut apabila manusia

hendak memahami proses kejadian segala sesuatu yaitu penyebab material (material

cause), penyebab formal (formal cause), penyebab efisien (efisien cause), dan

penyebab final (final cause).

Metafisika

Pandangan Aristoteles mengenai metafisika berbeda dengan

pandangan Plato. Ia menolak perinsip Plato tetang ide-ide. Aristoteles lebih

mendasarkan filsafatnya pada realitas itu sendiri. Kenyataan bagi aristoteles

adalah suatu hal yang konkret ini dan itu. Ide umum seperti manusia, pohon,

dan lain-lain, seperti yang dikatakan Plato, tidak terdapat pada kenyataan

konkret (Bertens, 1975: 14).

Aristoteles

Page 10: Sejarah Ilmu Pengetahuan

10

White menunjukan ada beberapa istilah yang sering digunakan

Aristoteles dalam membahas mengeanai realitas yang azali dengan sepuluh

nama yang berbeda, seperti pengetahuan yang kita cari,

kebijaksanaan,pengetahuan tetang kebenaran,filsafat, filsafat pertama,

pengetahuan tetang sebab, studi tetang hal ada sebagai ada, studi tetang

Ousia, studi tetang hal abadi dan hal yang tidak dapat digerakan, theologi

(White dalam Siswomihardjo, 1997). Aritoteles membahas metafisika, istilah

metafisika itu sendiri baru diperkenalkan oleh Adronikus ketika

mengelompokkan ajaran-ajaran Aristoteles, sebagai filsafat pertama dan

menganggapnya sebagai prisip pertama yang mendasari tugas ilmiah.

Aristoteles ingin mengetahui bahwa jika semua hal ada (Being) dapat

dipertimbangkan, maka bukannya dalam beberapa segi khusus atau ilmiah,

melainkan ada dalam pengertian umum(being qua being). Ia menegaskan

bahwa stuktur umum segala sesuatu itu dapat ditentukan.

Konsep self-evidence di dalam filsafat Aristoteles merupakan butir

penting dalam pemahaman filsafat dan fungsi metafisik.Aristoteles

menyatakan bahwa di dalam penjelasan situasi, entitas, peristiwa, atau aturan

kita seolah dipaksa untuk menerangkan (account for). Semea itu dalam

istilah-istilah yang lain lagi sehingga penyelidikan filsafati itu tidak pernah

berakhir.Apabila dalam ajaran Plato pengetahuan dipusatkan pada

pemahaman atas Froms (eidos),maka dalam filsafat aristoteles diarahkan

pada kemampuan untuk menyusun batas-batas penelitian dan menyelidiki

suatu titik penyelesaian. Self-evidence merupakan penjelasan atau materi

tertentu yang tidak dicari pada sesuatu yang lain,tetapi dapat ditemukan

hanya di dalam pemikiran itu sendiri. Pembuktian (the evidence) dicari pada

sesuatu yang terkandung didalam sesuatu hal itu sendiri, bukan di luarnya.

Hukum non-contradiktion dapat diambil sebagai contoh kasus ini.

Sesuatu tidak mungkin sekaligus menjadi A bukan A pada waktu yang sama,

dan dalam cara yang sama. Metafisika hanya menyelidiki prinsif pertama.

Prinsif pertama itu diacu bukan di lur halnya itu sendiri untuk

pembuktiannya. Prinsif pertama digunakan sebagai titik awal bagi

penyelidikan lebih lanjut atau deduksi (Sontag dalam Siswomihardjo, 1997).

Page 11: Sejarah Ilmu Pengetahuan

11

Lingkup metafisika dibedakan dari bidang ilmu pengetahuan lain.

Metafisika adalah studi tentang ada sebagai ada (Being as Being). Kita

mempelajari karakteristik, yakni ada yang mencangkup segala sesuatu,

sedangkan di dalam ilmu pengetahuan kita mempelajari sesuatu hal yang

memiliki karakteristik tertentu. Jadi,metafisika lebih komprehensif dan lebih

fundamental daripada ilmu pengetahuan. Metafisika juga mempelajari

prinsip-prisip umum yang mendahului ilmu pengetahuan (White dalam

Siswomihardjo, 1997)

Logika

Aristoteles menyusun sebuah buku tentang logika untuk menjelaskan

cara menarik kesimpulan (inference) secara valid. Logika Aristoteles

didasarkan atas susunan pikir (syllogisme). Pada dasarnya silogisme itu

terdiri dari tiga pernyataan, yaitu premis mayor sebagai pernyataan pertama

yang mengemukakan hal umum yang telah diakui kebenarannya, premis

minor sebagai pernyataan kedua yang bersifat khusus dan lebih kecil

lingkupnya daripada premis mayor, dan kesimpulan atau konklusi

(conclusion) yang ditarik berdasarkan kedua premis tersebut. Dengan

demikian, silogisme merupakan suatu bentuk jalan pemikiran yang bersifat

deduktif yang kebenarannya bersifat pasti.

Contoh:

Semua makhluk hidup pasti mati.

Manusia termasuk makhluk hidup.

Manusia pasti juga akan mati.

Dengan menyusun l11ogika, aristoteles telah memulai usaha yang sangat

penting dalam ilmu pengetahuan, yaitu sebagai sarana berpikir yang dapat

dipertanggung jawabkan kebenarannya secara umum.

Biologi

Aristoteles tidak hanya dikenal sebagai filsuf, tetapi ia juga adalah

seorang ilmuwan terkenal pada masa itu. Salah satu bidang ilmu yang banyak

mendapat perhatiannya adalah biologi. Dalam embriologi, Aristoteles

melakukan pengamatan (observasi) perkembangan telur ayam sampai

terbentuknya kepala ayam. Ia juga melakukan pemeriksaan anatomi badan

hewan, dan lain sebagainya. Aristoteles mementingkan aspek pengamatan

Page 12: Sejarah Ilmu Pengetahuan

12

sebagai suatu sarana dalam membuktikan kebenaran mengenai sesuatu hal,

terutama dalam ilmu-ilmu empirik.

2.3. Zaman Patristik

Setelah zaman Yunani Kuno perkembangan ilmu pengetahuan kemudian berlanjut

ke zaman Patristik.

2.3.1. Permulaan Patristik

Patristik berasal dari bahasa Latin “patres” yang berarti pujangga-pujangga Kreisten.

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Patristik lebih didominasi oleh pemikiran

keagamaan yakni agama Kristen. Zaman Patristik dikenal dengan sebutan para Bapa Gereja

karena pada zaman ini banyak terdapat Bapa Gereja yang menghasilkan banyak karya ilmu

pengetahuan. Karya-karya Bapa Gereja berupa tulisan-tulisan yang sangat berguna bagi

umat Kristiani. Pemikiran umat kristen harus bertemu dengan pemikiran-pemikiran filosofi

yang beredar dalam masyarakat pada masa itu. Perkembangan pemikiran-pemikiran para

Bapa Gereja juga sangat berguna menangkal pemikiran-pemikiran sesat di masyarakat.

Orang kristiani yang digelari sebagai filsuf

kristen yang pertama adalah Yustinus Martyr (abad

2). Ia mempelajari berbagai sistem filsafat dan sudah

masuk agama Kristen, Ia masih tetap memakai nama

“filsuf”. Ia menuliskan dua karangan untuk membela

hak agama kristen. Yustinus Martyr meninggal

syahid di Roma sekitar tahun 165. Yustinus Martyr

dikenal lewat karyanya Liber Apologeticus atau

Apologi Pertama. Adapun tokoh-tokoh atau Bapa

Gereja pada massa Patristik adalah Athanasius,

Clement dari Aleksandria, Gregorius dari Nyssa,

Tertulianus, Origenes, Iranaeus dari Lyons,

Cyprianus, Basilius, Agustinus dari Hippo, Cyrillus dari Aleksandria, Pelagius, dan

Nestorius. Semua tokoh-tokoh ini memberikan peranan yang sangat penting bagi

perkembangan ilmu pengetahuan di zaman tersebut.

Yustinus Martyr

Page 13: Sejarah Ilmu Pengetahuan

13

2.3.2. Zaman Keemasan Patristik Yunani

Selama abad pertengahan Gereja Kristen terus mengalami penganiayaan oleh pihak

penguasa Romawi. Keadaan ini berubah secara radikal ketika pada tahun 313 Kaisar

Constantinus Agung mengeluarkan pernyataan yang biasanya disebut “edik Milano” di

mana kebebasan beragama untuk semua umat kristen (Bertens, K., 1975: 21). Sejak saat itu

zaman keemasan Patristik dimulai dan agama kristen berkembang pesat. Hal ini pula

menyebabkan jumlah pengarang Yunani bertambah.

Terdapat tiga Bapa Gereja yang berbahasa Yunani yakni Gregorius Dari Nazianza

(330-390), Basilius Agung (335-379), dan Gregorius Dari Nyssa (335-379). Ketiga Bapa

Gereja ini menciptakan satu sintesis antara agama kristen dengan kebudayaan hellenistis.

Dari ketiganya Gregorius Dari Nyssa adalah yang paling pandai dalam bidang filsafat. Ia

mengenal dan menggunakan juga neoplatonisme.

Masa Patristik Yunani berakhir dengan Johannes Damascenus pada awal abad 8. Ia

mengarang satu karya yang berjudul Sumber Pengetahuan di mana dengan cara sistematis

diuraikan seluruh Pratistik Yunani.

2.3.3. Zaman Keemasan Patristik Latin

Abad ke 4 merupakan zaman keemasan bagi pemikiran kristiani di wilayah barat

kekaisaran Romawi. Perkembangan ilmu pengetahuan melalui pemikiran kristiani

mempengaruhi dan memberikan perubahan kehidupan di masyarakat pada masa itu. Zaman

keemasan Patristik Latin pun terjadi ada saat itu di Romawi wilayah Barat.

Perkembangan pemikiran kristiani pada masa itu muncul beberapa nama filsuf

seperti Ambrosius dan Hieronymus. Dari sekian banyak Bapa Gereja yang merupakan Bapa

Gereja paling besar adalah Augustinus yang hidup pada tahun 354 sampai tahun 430.

Augustinus merupakan pemikir yang paling penting di zaman Patristik. Tahun 387

Augustinus dibaptis oleh Ambrosius menjadi anggota gereja Kristen. Selanjutnya pada tahun

396 Augustinus dipilih sebagai uskup baru di kota Hippo Afrika Utara.

2.4. Abad Pertengahan

Awal mula abad pertengahan (middle age) adalah pada abad 6 M sampai sekitar

abad 14 M yang masih berhubungan dengan zaman sebelumnya. Abad pertengahan ditandai

dengan tampilnya para theology di lapangan ilmu pengetahuan. Abad pertengahan lama abad

pertengahan aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan atau dengan kata lain,

Page 14: Sejarah Ilmu Pengetahuan

14

kegiatan ilmiah diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Filsafat abad pertengahan

biasanya dipandang terlampau seragam, dan lebih dari itu dipandang seakan-akan tidak

penting bagi sejarah pemikiran sebenarnya. Filsuf Barat yang cukup terkenal pada zaman

ini adalah Agustinus (354-430). Filsuf yang terkenal pada zaman ini adalah satu orang

dengan filsuf yang terkenal pada zaman Patristik karena kedua zaman ini terjadi pada waktu

yang bersamaan.

Abad pertengahan merupakan zaman kegelapan perkembangan ilmu pengetahuan.

disebut sebagai zaman kegelapan karena pada zaman ini perkembangan ilmu pengetahuan

Eropa yang mengalami kemunduran. Hal ini berbanding terbalik dengan islam yang

mengalami kebangkitan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Terdapat lima ciri yang menandai

kemajuan peradaban Islam pada masa itu yaitu: (1) universalisme, (2) toleransi, (3) pasar

yang bertaraf internasional, (4) penghargaan terhadap ilmu dan ilmuwan, (5) tujuan dan

sarana ilmu yang bersifat islami.

Zaman ini pula banyak terdapat sarjana-sarjana islam yang mempengaruhi

perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam Siswomihardjo (1997) disebutkan bahwa

sumbangan sarjana islam dapat diklasifikasikan menjadi tiga bidang sebagai berikut.

1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sedemikian rupa

sehingga dapat dikenal dunia Barat sampai seperti saat ini.

2. Memperluas pengamatan dalam bidang ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu

kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.

3. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

Dikarenakan pada abad pertengahan islam mengalami perkembangan dan kemajuan

ilmu pengetahuan maka tokoh-tokoh ilmuwan yang berperan adalah dari agama islam.

Berikut adalah beberapa tokoh-tokoh tersebut.

Page 15: Sejarah Ilmu Pengetahuan

15

1. Al – Kindi (801 M–873 M)

Al–Kindi dapat dikatakan seorang filsuf

pertama yang lahir dari keluarga yang menganut

islam. Al-kindi menuliskan cukup banyak karya

dalam bidang goemetri, astronomi, aritmatika, musik

yang dibangun olehnya dari berbagai prinsip

aritmatis, fisika, medis, psikologi, meteorology, dan

politik.

2. Al Farabi (870 M -950 M)

Salah satu filsuf yang sangat ulung di dunia islam

adalah Al Farabi seorang komentator filsafat Yunani. Al

Farabi sangat banyak berkontribusi dalam bidang filosofi,

matematika, pengobatan, bahkan musik. Al Farabi

menggagas berbagai buku tentang sosiologi dan juga

sebuah buku penting dalam bidang musik yakni kitab Al-

musiqa. Karya Al Farabi yang paling terkenal adalah Al-

Madinah Al- fadhilah yang dalam bahasa Indonesia

berarti kota atau negara utama karya tersebut membahas

tentang pencapaian suatu kebahagiaan melalui kehidupan politik dan hubungan antara

razim yang paling baik menurut pemahaman dengan hukum ilahian Islam.

3. Al-Khawarizmi (780 M – 850 M)

Al-Khawarizmi adalah filsuf sekaligus ilmuwan

matematika. Ia memiliki pemikiran yang berdampak besar

pada bidang matematika yang ditulis pada bukunya yang

berjudul Al-jabar, selain karyanya yang berjudul Al-jabar

karya lain yang ditulis Al-Khawarizni adalah Al-kitab, Al-

mukhtasar fi hisab Al-jabar wa’al–muqalaba (buku

rangkuman untuk kulturasi dengan melengkapkan dan

menyeimbangkan), kitab surat Al-ard (Pemandanganan

Bumi). Karya Al-Khawarizmi tersebut sampai sekarang

masih tersimpan di Strassberg, Jerman. Al-Khawarizmi

Al Farabi

Al-Kindi

Page 16: Sejarah Ilmu Pengetahuan

16

4. Al-Ghazali

Al-Ghazali dikenal sebagai Algazel di dunia Barat

adalah seorang filsuf dan theology muslim Persia. Al-

Ghazali memiliki karya yang berupa kitab-kitab, antara

lain kitab Al – munqidih min adh–dalal, Al–risalah Al–

Quadsiyyah, dan mizan Al–Amal.

5. Ibnu Sina (980 M–1037 M)

Ibnu Sina dikenal sebagai A Vicenna di dunia

barat. Beliau adalah seorang filsuf, ilmuwan,

dan juga merupakan seorang dokter. Beliau

juga terkenal sebagai bapak pengobatan

modern dan masih banyak lagi sebutan bagi

beliau yang berkaitan dengan karya yang

beliau ciptakan di bidang kedokteran.

Karya yang beliau ciptakan merupakan rujukan di bidang kedokteran selama

berabad – abad. Sepanjang hidupnya, Ibnu Sina telah menulis lebih dari 450 buku

dan jurnal. Termometer, aromaterapi, rumah sakit jiwa, dan destilasi uap, adalah

beberapa temuan Ibnu Sina yang terpakai hingga sekarang.

6. Ibnu Khaldun (1332 M–1406 M)

Ibnu Khaldun adalah seorang islam yang terkenal

sebagai sejarawan yang berasal Tunisia dan kadang

dijuluki sebagai bapak pendiri ilmu

historiografi, sosiologi dan ekonomi. Salah satu karya

beliau yang terkenal adalah Muqaddimah.

Ibnu Sina

Al-Ghazali

Ibnu Khaldun

Page 17: Sejarah Ilmu Pengetahuan

17

7. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd adalah seorang filsuf yang

berasal dari spanyol (Andalusia). Karya yang

telah diciptakan oleh Ibnu Rusyd meliputi

bidang filsafat, kedokteran dan fiqih dalam

bentuk karangan, ulasan, essai, dan resume.

Ibnu Rusyd mempunyai banyak karya tulis

dalam bidang kedokteran, di antara kitabnya

yang paling penting adalah kitab ‘ilal (nama-nama penyakit) yang mana kitab ini

memaparkan tentang pengobatan penyakit tersebut.

Ibnu Rusyd

Page 18: Sejarah Ilmu Pengetahuan

18

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

3.1.1. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Pra Yunani Kuno adalah

manusia sudah memperhatikan dan mempelajari keadaan alam semesta sebagai

suatu proses trial and error.

3.1.2. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Yunani Kuno sangat pesat

karena zaman ini dan zaman ini merupakan keemasan perkembangan ilmu

pengetahuan.

3.1.3. Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman patristirk terjadi melalui

keagamaan khususnya agama kristen dan terdapat dua pemikiran yang berbeda

mengenai filsafat yakni ada pikiran yang menolak filsafat Yunani dan juga

yang mempelajari filsafat Yunani.

3.1.4. Perkembangan ilmu pengetahuan pada abad pertengahan mengalami

kemunduran atau masa kelam dan berbanding terbalik dengan ilmu

pengetahuan islam yang mengalami perkembangan dan kemajuan.

3.2. Saran

Sejarah ilmu pengetahuan sangat untuk dipelajari dan dipahami untuk itu kami

mengharapkan para pembaca tidak ada hentinya untuk membaca, mempelajari, dan

memahami sejarah ilmu pengetahuan.