8
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA A. DINAMIKA ARSITEKTUR DARI MASA PRASEJARAH HINGGA MASA HINDU BUDDHA DI INDONESIA PEMBABAKAN MASA PRASEJARAH DI INDONESIA Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup. Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah. Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang- bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah. Berdasarkan geologi: a. ARKAEKUM / zaman tertua Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari

Sejarah Dan Perkembangan Arsitektur Nusantara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sejarah dan perkembangan arsitektur nusantara part 1

Citation preview

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ARSITEKTUR NUSANTARA

A. DINAMIKA ARSITEKTUR DARI MASA PRASEJARAH HINGGA MASA HINDU BUDDHA DI INDONESIA

PEMBABAKAN MASA PRASEJARAH DI INDONESIA

Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi dimana manusia mulai hidup.

Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur baru memasuki era sejarah.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi. Dalam artian bahwa bukti-bukti pra-sejarah hanya didapat dari barang-barang dan tulang-tulang di daerah penggalian situs sejarah.

Berdasarkan geologi:a. ARKAEKUM / zaman tertua

Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Dari penjelasan ini tentu Anda ingin bertanya kapan muncul kehidupan? Untuk itu simak uraian berikutnya.

b. PALEOZOIKUM / zaman primer atau zaman hidup tuaZaman ini berlangsung 340 juta tahun. Makhluk hidup yang muncul pada zaman ini seperti mikro organisme, ikan, ampibi, reptil dan binatang yang tidak bertulang punggung.

c. MESOZOIKUM/zaman sekunder atau zaman hidup pertengahanZaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan jenis reptil mencapai tingkat yang terbesar sehingga pada zaman ini sering disebut juga dengan zaman reptil. Setelah berakhirnya zaman sekunder ini, maka muncul kehidupan yang lain yaitu jenis burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya. Sedangkan jenis reptilnya mengalami kepunahan.

d. NEOZOIKUM / zaman hidup baruZaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu: 1.Tersier / zaman ketiga

Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini ditandai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis primata, contohnya kera. 2. Kuartier / zaman keempat

Zaman ini ditandai dengan adanya kehidupan manusia sehingga merupakan zaman terpenting. Dan zaman ini dibagi lagi menjadi dua zaman yaitu yang disebut dengan zaman Pleistocen dan Holocen.

Untuk memahami zaman tersebut, maka Anda dapat menyimak pada uraian berikut ini: Zaman Pleitocen/Dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang ditandai dengan adanya manusia purba. Zaman Holocen/Alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan terus berkembang sampai dewasa ini. Pada zaman ini ditandai dengan munculnya manusia jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang.

Berdasarkan tingkat kehidupan:a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan

Pada masa ini secara fisik manusia masih terbatas usahanya dalam menghadapi kondisi alam. Tingkat berpikir manusia yang masih rendah menyebabkan hidupnya berpindah-pindah tempat dan menggantungkan hidupnya kepada alam dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan.

b. Masa bercocok tanamPada masa ini kemampuan berpikir manusia mulai berkembang. Sehingga timbul

upaya menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam suatu masa tertentu. Dalam upaya tersebut maka manusia bercocok tanam dan tidak lagi tergantung kepada alam.

c. Masa perundagianPada masa ini masyarakat sudah mengenal teknik-teknik pengolahan logam.

Pengolahan logam memerlukan suatu tempat serta keahlian khusus. Tempat untuk mengolah logam dikenal dengan nama perundagian dan orang yang ahli mengerjakannya dikenal dengan sebutan Undagi.

Berdasarkan jenis bahan artefaktural (peralatannya):a. Zaman Batu

Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu tua dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa:

1. Batu Tua/Palaeolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum

diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana. Contohnya: kapak genggam.2. Batu Tengah Madya/Mesolithikum

Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Pebble/Kapak Sumatera.

Peta penyebaran kebudayaan di Indonesia

3. Batu Muda/Neolithikum Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang

sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya. Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.

Ikhtisar kebudayaan zaman batu

4. Batu Besar/MegalitikumContoh seni budaya yang dihasilkan pada zaman batu:- Lukisan pada dinding gua

Seni lukis telah muncul beribu-ribu tahun yang lalu pada masyarakat prasejarah sebagai ungkapan religi mereka tehadap kekuatan roh nenek moyang dan kekuatan alam sekitar. Sejak masa prasejarah manusia telah menunjukkan kreasinya dalam mengahadapi lingkungan alam dan sekitarnya dalam kaitannya

untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Masyarakat prasejarah meninggalkan sisa kebudayaannya dalam bentuk artefak dan non-artefak. Namun selain itu mereka juga mewariskan karya seni berupa lukisan yang diterakan pada dinding gua tempat huniannya. Seni merupakan salah satu ungkapan religi pada masyarakat prasejarah. Salah satu tempat yang dijadikan data mengenai keberadaan seni cadas ini khususnya di Indonesia dapat ditemukan misalnya disitus-situs di daerah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Irian Jaya, Kepulauan Maluku dan Kepulauan Kei (Soejono 1984).

Karya seni ini biasanya dinyatakan dalam tiga macam teknik penggambaran,

yaitu lukisan(painting) dengan menggunakan bahan-bahan warna tertentu, goresan(engraving) dan pahatan(cerving). Obyek seni yang biasa ditampilkan adalah segala sesuatu yang terdapat dilingkungan hidupnya, terutama sekali kebanyakan adalah motif hewan. Selain itu fenomena alam juga biasa dijadikan sebagai obyeknya. Motif hewan sangat dominan, sehingga ada seorang ahli seni cadas yang layak menyebutnya sebagai seni hewan (animal art) (Laming:1969).

Dalam hal ini tidak semua jenis hewan yang dijadikan sebagai obyek lukis, namun hanya beberapa saja yaitu hewan-hewan yang dikenalnya sehari-hari atau hewan-hewan yang biasa diburunya. Misalnya adalah kuda, babi dan rusa. Terdapat pula beberapa hewan yang mereka jadikan sebagai obyek gambar namun tidak mereka buru atau dimakan, termasuk hewan melata dan serangga, yaitu beruang, harimau, singa, ular dan lipan. Jenis-jenis makhluk yang digambarkan ini hanya merupakan tanda peringatan kepada masyarakat setempat, bahwa hewan tersebut sangat berbahaya bagi manusia dan harus dihindari atau dibinasakan (Laming1969).

b. Zaman LogamPerlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya

zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa

pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian.

Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

Ikhtisar kebudayaan logam

Berdasarkan penjelasan di atas, maka kebudayaan logam yang dikenal di Indonesia berasal dari Dongson, nama kota kuno di Tonkin yang menjadi pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara. Karena itu kebudayaan perunggu di Indonesia disebut juga dengan Kebudayaan Dongson.

Munculnya kepandaian mempergunakan bahan logam, tentu diikuti dengan kemahiran teknologi yang disebut perundagian, karena logam tidak dapat dipukul-pukul atau dipecah seperti batu untuk mendapatkan alat yang dikehendaki, melainkan harus dilebur terlebih dahulu baru kemudian dicetak.

Teknik pembuatan alat -alat perunggu pada zaman prasejarah terdiri dari 2 cara yaitu: 1. Teknik Acireperdue

Membuat bentuk benda yang dikehendaki dengan lilin, setelah membuat model dari lilin maka ditutup dengan menggunakan tanah dan dibuat lubang dari atas dan bawah. Setelah itu dibakar, sehingga lilin yang terbungkus dengan tanah mencair, dan keluar melalui lubang bagian bawah. Untuk selanjutnya melalui lubang bagian atas dimasukkan cairan perunggu, dan apabila sudah dingin, cetakan tersebut dipecah dan keluarlah benda yang dikehendaki.

2. Teknik BivalveMembuat bentuk benda yang dikehendaki dengan menggunakan cetakan yang ditangkupkan dan dapat dibuka, sehingga setelah dingin cetakan tersebut dapat dibuka, maka keluarlah benda yang dikehendaki. Cetakan tersebut terbuat dari batu ataupun kayu

Contoh seni budaya yang dihasilkan pada zaman logam:- Nekara

Nekara dapat juga disebut Genderang Nobat atau Genderang Ketel karena bentuknya semacam berumbung yang terbuat dari perunggu yang berpinggang dan dibagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup. Bagi masyarakat prasejarah, nekara dianggap sesuatu yang suci. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nekara dianggap sesuatu yang suci.

Di daerah asalnya Dongson, pemilikan nekara merupakan simbol status sehingga apabila pemiliknya meninggal maka dibuatlah nekara tiruan yang kecil yang dipakai sebagai bekal kubur. Sedangkan di Indonesia nekara hanya digunakan pada waktu upacara upacara saja anatara lain ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.

Daerah penemuan nekara di Indonesia antara lain, pulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Bali, pulau Sumbawa, pulau Roti, pulau Kei, serta pulau Selayar.

Gambar nekara dan moko

Nekara yang ditemukan di pulau Alor selain bentuknya kecil juga ramping disebut dengan nama Moko. Fungsi Moko selain benda pusaka, juga dapat digunakan sebagai mas kawin.