7
Sectio Caesarea A. Pengertian sectio caesaria Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992). Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991). Kesimpulannya, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. B. Jenis – jenis operasi Section Caesarea 1. Abdomen (Sectio caesarea abdominalis) a. Sectio caesarea transperitonealis - SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri) Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihan : Mengeluarkan janin dengan cepat Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sectio Caesarea

Embed Size (px)

Citation preview

Sectio Caesarea

A. Pengertian sectio caesaria

Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding

uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).

Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui

suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim

dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).

Kesimpulannya, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi

pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan

dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.

B. Jenis – jenis operasi Section Caesarea

1. Abdomen (Sectio caesarea abdominalis)

a. Sectio caesarea transperitonealis

- SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

Mengeluarkan janin dengan cepat

Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

Sayatan bias diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis

yang baik

 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan

- SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low

servical transversal) kira-kira 10 cm

Kelebihan :

Penjahitan luka lebih mudah

Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi

uterus ke rongga peritoneum

Perdarahan tidak begitu banyak

Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil

Kekurangan :

Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri

uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak

Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi

b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan

demikian tidak membuka cavum abdominal.

2. Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :

1.    Sayatan memanjang ( longitudinal )

2.    Sayatan melintang ( Transversal )

3.    Sayatan huruf T ( T insicion )

C. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akanmenyebabkan

resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-halyang perlu tindakan SC proses

persalinan normal lama/ kegagalan prosespersalinan normal (Dystosia):

Fetal distress.

His lemah/melemah.

Janin dalam posisi sungsang atau melintang.

Bayi besar (BBL > 4,2 kg).

Plasenta previa.

Kalainan letak.

Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan

panggul).

Rupture uteri mengancam.

Hydrocephalus

Primi muda atau tua.

Partus dengan komplikasi.

Panggul sempit.

Problema plasenta

D. Tanda dan Gejala

a) Kejang parsial ( fokal, lokal )

Kejang parsial sederhana :

Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:

1. Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya

gerakan setipa kejang sama.

2. Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.

3. Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh

dari udara, parestesia.

4. Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.

Kejang parsial kompleks

1. Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks.

2. Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap –ngecapkan

bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang –ulang pada tangan dan gerakan

tangan lainnya.

3. Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

b) Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )

Kejang absens

1. Gangguan kewaspadaan dan responsivitas

2. Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik

3. Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh

Kejang mioklonik

1. Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara

mendadak.

2 .Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologikberupa kedutan keduatn

sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.

3. Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok.

4. Kehilangan kesadaran hanya sesaat.

Kejang tonik klonik

1. Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas,

batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit.

2. Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih.

3. Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.

4. Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal

Kejang atonik

1 . Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun,

kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.

2 . Singkat dan terjadi tanpa peringatan

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu menetapkan jenis dan fokus dari

kejang.

2. Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih sensitif dri biasanya untuk

mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.

3. Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan denganmenggunakan

lapanganmagnetik dan gelombang radio, berguna untukmemperlihatkan daerah – daerah

otak yang itdak jelas terliht bilamenggunakan pemindaian CT

4. Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasikejang yang

membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahanmetabolik atau alirann

darah dalam otak

5. Uji laboratorium

Pungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler

Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit

Panel elektrolit

Skrining toksik dari serum dan urin

GDA

Kadar kalsium darah

Kadar natrium darah

Kadar magnesium darahF. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain:

1. Infeksi puerperal (Nifas):

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit

kembung.

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik.

2. Perdarahan:

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.

- Perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu

tinggi