SDM Intelektual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

This book describes the primary roles of an SDMi an Indonesian version of "Knowledge Worker". Its main competences which includes problem solving and decision making.The book describes several modern usages of classical techniques like Socratic method, to Ockham razor.

Citation preview

SDMisumber daya manusia intelektual

Ronny Astrada

Bismillaahir-Rahmaanir-RahiimDengan Nama Allah Pemberi Kasih Yang Maha Pengasih

SDMi: Sumber Daya Manusia Intelektual dan Perantinya (XMind for Windows)

Isi

Isi 1 Sumber Daya Manusia Intelektual 3 Selayang Pandang XMind for Windows 11 Intelektualitas 22 Segitiga Intelektualitas 31 Garis Depan Teori-Teori Intelektualitas 41 Dua Langit SDMi 53 Selayang Metode Ilmiah 63 Arsitektur Suatu Masalah 78 Kreativitas 82 Nalar Kritis 90 Belati Okkam 98Isi | 1

Pertanyaan Sokrates 106 Memburu Solusi dengan 10 Heuristik Polya 127 Memutuskan Resolusi dengan Kiat Kepner-Tregoe 141 Konsistensi Internal dan Pengaruh Bias 153 Sintesis Strategi Heuristik 166 Lampiran: Sedikit Tip Penggunaan XMind 170 Pemanfaatan Ikon 171 Pengelompokan Topik 176 Kepustakaan 186 Kitab Suci 186 Artikel 187 Buku 187 Catatan Akhir 189

2 | Ronny Astrada

Sumber Daya Manusia Intelektual

If you lack heaven, seek wisdom, be prepared If you lack earth, run in the fields, seek advantages These rules will guide a persons extremes Hiruzen Sarutobi, Sandaime Hokage

ika akalmu (langit) kurang, belajarlah, bersiapsedialah. Jika ragamu (bumi) kurang, latihlah di lapangan, cari keunggulan. Aturan-aturan ini akan menuntun

J

Sumber Daya Manusia Intelektual | 3

capaian terbaik seseorang, demikian inti wejangan hokage ketiga untuk Naruto dan rekan-rekannya, para ninja pemula. Wejangan tadi pasti membekas di benak kalangan muda yang menjadi target pasar komik Naruto. Akan tetapi renungan mangaka (komikus) serial itu, Masashi Kishimoto, relevan dengan abad 21 yang dipandang Peter F. Drucker sebagai era yang semakin ditentukan oleh produktivitas seorang knowledge worker alias SDM langit. Menurut Drucker, satu-satunya ciri khas pembeda sebuah bisnis dengan bisnis yang lain adalah kemampuannya memanfaatkan segala bentuk pengetahuandari ilmiah dan teknik sampai4 | Ronny Astrada

sosial, ekonomi, dan manajerial. Alhasil, dari sudut pandang tadi, bisnis dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menggubah sumber-daya-luarperusahaan (outside resources), yakni pengetahuan, menjadi hasil-luar-perusahaan (outside results), yakni nilai ekonomis.1 Pengetahuan sendiri adalah sumber daya sosial yang universal. Ia diakuisisi seorang sumber daya manusia melalui pendidikan (akademis) dan pengalaman (karir). SDM jenis ini dinamai knowledge worker yang saya sadur menjadi SDM Intelektual (SDMi). (Andai di Amrik, singkatan ini akan nampak sangat Apple-friendly, karena selain iMac, iPod, iPhone, atau iPad, kini ada pula iWorker alias intellectual Human Resource. Steve Jobs sendiri agak tidak rela kala harus menanggalkan titelnya sebagaiSumber Daya Manusia Intelektual | 5

CEO-sementara menjadi CEO permanen, karena titel yang pertama berakronim iCEO [interim CEO]!) Saat Drucker menggunakan istilah ini di tahun 1959, SDMi masih belum dikenalmeski sudah ada. Saat ini, SDMi telah mendominasi struktur ketenagakerjaan di negara-negara maju, dan kecenderungan serupa terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Pertumbuhan sektor jasa yang makin menggerus sektor pertanian adalah kecenderungan umum data statistik Indonesia.2 Sektor jasa sangat6 | Ronny Astrada

bergantung pada keberadaan dan pertumbuhan SDMi.

SDMi didefinisikan sebagai SDM yang digaji untuk menerapkan dengan efektif apa yang ia pelajari di bangku sekolah alih-alih diupahSumber Daya Manusia Intelektual | 7

berdasarkan kekuatan atau keterampilan fisiknya. Ia konseptor dan bila perlu pelaksana, penggagas dan bila perlu pencetak hasil (making results). SDMi ada di segala bidang. Ia dapat mengambil profesi siswa, analis keuangan, manajer, guru, musisi, dosen, programawan, konsultan, mahasiswa, kapten, marsekal, laksamana, jenderal, bupati, penaksir barang antik, peneliti, sampai presiden. Ia sehari-hari bergelut dengan masalah-masalah sosial (peluang-peluang alias manfaat-manfaat) yang harus ia gubah menjadi solusi-solusi efektif, yang layak terap di lapangan (pasar atau publik).

Apa sajakah kompetensi yang baik dimiliki seorang SDMi? Yang jelas, pertama-tama adalah penguasaan disiplin ilmu yang ia tekuni (spesialisasi). Akan tetapi, ciri utama seorang SDMi adalah: belajar sepanjang hidup. Tak hanya disiplin8 | Ronny Astrada

spesialisasinya, ia juga semestinya mempelajari disiplin-disiplin yang sama sekali tidak relevan. Ia sebaiknya memiliki wawasan politik, sejarah, sosial, ekonomi, bahkan seni. Mengapa? Menurut Drucker, bidang yang dijalani seorang SDMi tergolong liberal arts (multidisiplin). Ia mesti mampu merancang bangun solusi tidak hanya berbekalkan disiplin spesialisasinya, tetapi juga mesti mampu memolesnya dengan sentuhan relevan dari disiplindisiplin yang ia wawas. Solusi bagi kehidupan sehari-hari, umumnyabila enggan menyebut semuanyamemerlukan pendekatan seperti ini.

Kali ini, saya ingin memperkenalkan sebuah peranti bantu yang sangat bermanfaat bagi seorang SDMi. Ia dikategorikan sebagai peranti lunak pemeta-gagasan (mindmapping). Bagi SDMi diSumber Daya Manusia Intelektual | 9

negara maju, peranti ini sudah seperti Microsoft Office. Peranti produktivitas harian. Meski demikian, popularitas peranti ini agaknya kurang bergema di Indonesia. Tak kenal maka tak sayang. Saya akan mengulas dua kompetensi utama yang mesti dimiliki seorang SDMi, yakni (1) kemampuan menuntaskan masalah (problem solving), dan (2) kemampuan mengambil keputusan (decision making). Dalam menguraikan dua kompetensi penting tadi, saya akan memanfaatkan sebuah peranti lunak bantu pemeta-gagasan lepas-lokan (open source) yang tersedia gratis, yakni XMind for Windows.[]

10 | Ronny Astrada

Selayang Pandang XMind for Windows

Tiada tenaga seperkasa sebuah gagasan yang masanya telah tiba Everett Dirksen (1896 1969), Tokoh Politik AS

ebelum melangkah lebih jauh mengulas SDMi, ada baiknya memperkenalkan peranti yang akan digunakan, yakni XMind for Windows. Peranti lunak (tiluna) ini termasuk kategoriSelayang Pandang XMind for Windows | 11

S

peranti pemeta gagasan (mind mapping). Tiluna komersial terpopuler dari kategori ini adalah MindManager (versi 1.0 dirilis tahun 1994), produk Mindjet Corp. Tiluna kategori ini dikembangkan dari ide pemetaan gagasan yang dikembangkan oleh Tony Buzan (l. 1942), seorang penulis dan konsultan pendidikan. Buzan mengembangkan konsep pemetaan gagasan dengan tujuan untuk membantu seseorang memaksimumkan pemanfaatan kapasitas akalnya.

12 | Ronny Astrada

Selain tiluna komersial, ada beragam tiluna lepas-lokan (open source) yang dikembangkan dalam kategori ini, misalnya:Selayang Pandang XMind for Windows | 13

FreeMind, sebuah proyek pengembangan tiluna lepas-lokan yang tergolong paling awal,

Freeplane, sebuah proyek pecahan dari FreeMind yang menambahkan banyak fitur baru sambil mempertahankan keseragaman format14 | Ronny Astrada

dengan FreeMind,

SciPlore MindMapping juga diturunkan dari Freemind dengan tambahan kemampuan melola berkas digital (PDF) seperti ebook dll. juga manajemen bibliografi, sehingga lebih kaya lagiSelayang Pandang XMind for Windows | 15

dibandingkan Freeplane,

Visual Understanding Environment/VUE, yang dikembangkan di Tufts University untuk tujuan pengajaran, belajar, dan riset,

16 | Ronny Astrada

Compendium, sebuah pemeta gagasan gratis (freeware) untuk ilmu-ilmu sosial. Selain tiluna lepas-lokan dan gratis di atas, masih ada pilihan lain yang tersedia. Ini dapat Anda google sendiri di Web.Selayang Pandang XMind for Windows | 17

Saya akhirnya memilih XMind karena tiluna ini memiliki fitur dan tampilan yang paling manis, sehingga saya yakin akan sangat disukai para pengguna Windows. Ada beberapa prasyarat peranti keras untuk penggunaannya: (a) Prosesor 800Mhz atau lebih baik, (b) Memori (RAM) 256Mb atau lebih, disarankan 512Mb ke atas, (c) Ruang simpan 100Mb untuk berkas unduhan dan instalasinya, (d) Koneksi Internet untuk fitur tertentu (seperti Share) dan bagi pengguna XMind Pro. Kita akan memanfaatkan XMind versi gratis (bukan Pro), jadi syarat terakhir tidak perlu dipenuhi. Berikutnya prasyarat untuk pengguna versi18 | Ronny Astrada

Windows (yakni kita-kita ini): (a) Windows XP/2003/Vista 32-bit/7, (b) Microsoft Word/Powerpoint untuk fitur tertentu (seperti Export), (c) JRE/Java Runtime Environment versi 5.0 atau lebih baru.

Cara pemasangan XMind sangat mudah: (1) Pasang JRE (saya sertakan versi 6.0.200.2 dalam CD), kemudian (2) Pasang XMind (saya sertakan versi 3.1.1.200912022330). Apabila semua berjalan lancar, maka Anda akan menikmati tampilan XMind seperti berikut. Selain versi terpasang ada juga versi portabel yang dapat disalinkan ke sebuah subdirektori padaSelayang Pandang XMind for Windows | 19

flash disk Anda.

20 | Ronny Astrada

Penggunaannya tinggal colokkan flash disk pada komputer bersistem operasi Windows XP ke atas, lalu klik dua kali pada berkas bernama xmind.exe dalam subdirektori \XMind_Windows. Selain XMind, tiluna lepas-lokan (open source) atau gratis (freeware) yang boleh didistribusikan saya sertakan juga dalam CDuntuk Anda sampel. Prinsip penggunaannya serupa dengan XMind, meski tentu tak sama persis!

Nah, dalam bab-bab berikutnya, saya akan memanfaatkan XMind untuk memetakan gagasan utama dalam bab-bab itu.[]

Selayang Pandang XMind for Windows | 21

Intelektualitas

Alangkah menyenangkan mengasah dan mengilapkan otak kita pada otak orang lain Michel de Montaigne (1533 1592), Essayis Perancis

DMi digaji karena kekuatan akalnya bukan kekuatan ototnya, maka apakah kekuatan akal alias kecerdasan itu? Ada beragam definisi kecerdasan, akan tetapi pada simposium 1986 mayoritas para psikolog menyepakati kunci kecerdasan terletak pada sumbangsihnya dalam adaptasi terhadap lingkungan. Dengan bahasa sederhana, sosok yang cerdas adalah sosok yang mampu-sintas (survive).22 | Ronny Astrada

S

Menimbang kesepakatan di atas, maka definisi kecerdasan dari Robert J. Sternberg (l. 1949) dapat dikutip di sini. Kecerdasan (intelligence) beliau definisikan sebagai kemampuan beradaptasi secara efektif dengan lingkungan, baik dengan mengubah diri sendiri, mengubah lingkungan, atau menemukan lingkungan baru.3 Selain Sternberg, ada lagi sosok populer yakni Howard E. Gardner III (l. 1943) yang terkenal dengan kajiannya Frames of Mind: the Theory of Multiple Intelligences (1983). Teori kedua tokoh inilah yang terpopuler karena lebih mudah dipahami dan dirasakan oleh kalangan awam. Meski demikian, dukungan empiris (eksperimen) atas teori-teori kecerdasan ini masih terus berjalan (belum final). Bab ini akan mengulas teori Gardner, sementaraIntelektualitas | 23

teori Sternberg akan diulas di bab berikutnya.

Gardner memilah kecerdasan ke dalam 7 puspawarna kecerdasan (multiple intelligences) masing-masing dengan contoh sosok yang mewakili:4 Kecerdasan linguistik, meliputi bakat lisan dan bahasa (verbal), contohnya penyair AS Thomas Stearns Eliot (1888-1965). Contoh lain untuk konteks Indonesia misalnya Chairil Anwar (1922-1945), atau Sutardji Calzoum Bachri (l. 1941). Kecerdasan logika-matematis, yakni kemampuan menalar secara abstrak dan

24 | Ronny Astrada

menyelesaikan masalah matematika dan logika, contohnya Albert Einstein (1879-1955). Kecerdasan visual, yakni kemampuan menangkap informasi visual dan matral (spatial) dan mengonseptualisasikan dunia5 dalam aktivitas seperti navigasi dan seni, contohnya Pablo Picasso (1881-1973). Contoh lain yang dapat saya sebut adalah Piri Rais, laksamana Turki pionir pembuat peta dunia di tahun 1513. Kecerdasan musikal, yakni kemampuan memainkan dan menilai musik, contohnya komponis Igor Fyodorovich Stravinsky (1882-1971). Karakteristik kecerdasan ini mirip yang dimiliki pakar kimia (meracik senyawa kimia) maupun pakar masak (meracik ramuan hidangan). Kecerdasan gerak-ragawi (bodily-kinesthetic), yakni kemampuan seseorang menggunakan tubuh atau bagian tubuhnya dalam beragam aktivitas,Intelektualitas | 25

seperti tarian, atletik, seni peran, pembedahan, dan sulap, contohnya penari dan koreografer AS Martha Graham (1893-1991). Contoh lain misalnya Ibn Abbas az-Zahrawi (w. 404/1013), dokter bedah Muslim ternama yang menulis ensiklopedi bedah 30 volume, At-Tashriif (Pembedahan) yang menjadi buku teks di Eropa Abad Pertengahan. Kecerdasan interpersonal (psikologis), meliputi pemahaman mengenai orang lain dan bertindak menurut pemahaman itu, contohnya psikiatris Sigmund Freud (1893-1991). Contoh yang sangat populer di dunia Islam adalah Al-Ghazali (1058-1111). Psikologi lebih populer dengan nama tashawuf bagi kalangan Muslim. Kecerdasan intrapersonal (psikologis), yakni kemampuan memahami diri sendiri, contohnya Mohandas Gandhi (1869-1948)26 | Ronny Astrada

Contoh dari dunia Muslim misalnya Al-Muhasibi (kira-kira 781-857), guru-intelektual AlGhazali yang sangat mendalami soal-soal sekitar pengenalan diri (penyakit-penyakit hati).

Tahun 1990 Gardner menambahkan kecerdasan naturalis, yakni kemampuan mengenali dan mengklasifikasikan tanaman, hewan, dan mineral; contohnya Charles Robert Darwin (1809-1882). Selain itu, Gardner masih menimbang-nimbang akan keberadaan kecerdasan kesembilan, yakni kecerdasan keperiadaan (existentialist intelligence) yang memungkinkan orang mengambil tanggung jawab atas tindakanIntelektualitas | 27

pribadinya dan membentuk misi hidupnya sendiri. Ini mirip kecerdasan spiritual tetapi tanpa nuansa teologis (ketuhanan). Gardner memandang masing-masing kecerdasan bersifat terpisah dan mandiri. Ia dikritik karena teorinya bersifat ad hocyakni bersifat khusus dan tidak berlaku umum. Uji IQ dalam beragam bidang menunjukkan segenap kecerdasan ini berelasi, yakni ada sebuah sumber kecerdasan (dinamai g intelligence factor) yangmeski belum teridentifikasimewakili segenap cabang kecerdasan itu. Sehingga, seseorang yang unggul pada salah satu cabang kecerdasan, cenderung unggul pula pada cabang kecerdasan yang lain. Selain itu, pendekatan terpisah Gardnerbila diterapkan dalam bidang pendidikancenderung hanya memajukan murid pada beberapa cabang kecerdasan saja, alih-alih segenap cabangnya.

28 | Ronny Astrada

Intelektualitas | 29

Kritik lain menyoroti bahwa kecerdasan yang dimaksud Gardner lebih tepat disebut kecakapan (ability) atau bakat (talent). Kritik terakhir mengembalikan kita ke debat yang belum reda mengenai definisi kecerdasan. Akan tetapi, jika kecerdasan terkait erat dengan kemampuan sintas, sebenarnya teori Gardner tetap relevan.[]

30 | Ronny Astrada

Intelektualitas Segitiga

Perbedaan antara kecerdasan dan pendidikan adalah ini: kecerdasan akan memberimu penghidupan yang layak Charles Kettering (1876-1958), Penemu dan Usahawan AS

ak seperti Gardner, Sternberg memandang kecerdasan sebagai suatu kesatuan yang memiliki 3 aspek utama. Dalam pemahaman saya, kecerdasan bagi Sternberg mirip sebuah segitiga yang memiliki 3 sudut. Teorinya ini lebih mendekati hipotesis kalanganSegitiga Intelektualitas | 31

T

empiris (eksperimen) perihal g intelligence factor. Sternberg mendefinisikan kecerdasan sebagai suatu aktivitas mental yang ditujukan untuk adaptasi-sengaja (purposive adaptation), pemilihan, dan pembentukan atas: lingkungan dunia-nyata (real world) yang relevan dengan kehidupan seseorang.6 Definisi di atas sangat teknis, tetapi secara sederhana dapat dibahasakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan sintas dengan 3 strategi dasar: (1) menyesuaikan atau mengubah diri agar sesuai dengan lingkungan, (2) memilih atau pindah ke lingkungan baru, dan (3) membentuk atau mengubah lingkungan agar selaras dengan keadaan diri.32 | Ronny Astrada

Adapun tiga sudut kecerdasan yang beliau ajukan meliputi: Aspek analitis (school smarts juga disebut componential), sebagaimana terukur dalam ujian akademis, yang meliputi proses penyerapan pengetahuan dan abstraksi realitas. Ini terdiri dari tiga proses: (a) pemutusan apa yang hendak dilakukan sekaligususai pelaksanaanmenilai seberapa baik pelaksanaannya (metacomponents), (b) mempelajari bagaimana melakukannya pada kali pertama (knowledge-acquisition components), dan (c) melakukan apa yang telah diputuskan (performance components). Semua ini mewakili proses kognisi (pemahaman atas sesuatu), yang bersifat internal (dalam benak seseorang).

Segitiga Intelektualitas | 33

Beliau menyontohkan mahasiswanya Alice (si A), yang IP-nya tinggi, dan dinilai sangat cerdas oleh para dosen; tetapi kemudian ia mengalami kesulitan di jenjang S2 karena tidak terbiasa menggagas idenya sendiri. Alice lebih pandai menyerap apa yang sudah ada dan menerapkannya sesuai buku teks, tetapi tidak pandai membuat sintesis atas apa yang telah ia pelajari untuk menghasilkan teori baru. Kasarnya, Alice lebih pandai menghafal daripada memahami teori. Aspek kedua, aspek kreatif (juga disebut experiential atau synthetic atau intuisi), yakni kapasitas inspiratif/imajinatif, meliputi pemaduan dunia internal dan eksternal melalui pengalaman yang telah34 | Ronny Astrada

dijalani (automatization), yakni memanfaatkan pengalaman masa lalu untuk mendapatkan wawasan mengenai atau untuk mengatasi, situasi baru. Salah satu ukurannya ialah kemampuan mengatasi suatu situasi yang jarang atau tidak rutin (novelty), misalnya bagaimana pengguna aktif komputer beradaptasi manakala komputernya rusak, atau bagaimana seorang beretnis Sunda beradaptasi manakala ditempatkan di daerah Irian Jaya. Di sini, pengalaman berfungsi sebagai jembatan antara dunia internal (kognisi) dan dunia eksternal (konteks). Sosok contohnya adalah Barbara (si B) yang meski tidak berkinerja akademis sebaik Alice namun justru direkomendasikan ke Yale University sebuah universitas favorit di ASberdasarkan kecakapan intuisi dan kreativitas yang menyolok. Barbara terbukti di kemudian hari sangat berperan dalam menggagas ide-ide riset baru.Segitiga Intelektualitas | 35

Aspek terakhir, aspek praktis atau naluri jalanan (street smarts juga disebut contextual), yakni kemampuan berubah dan beradaptasi dengan situasi, yang merupakan penerapan ketiga proses36 | Ronny Astrada

analitis (componential) pada kehidupan sehari-hari: [] adaptasi dengan lingkungan yang ada, [] merekayasa lingkungan yang ada ke bentuk yang baru, dan [] pemilihan lingkungan baru bila yang lama terbukti tidak memuaskan. Ini mewakili konteks, yang bersifat eksternal (di luar diri seseorang), yakni kemampuan menyerap cepat apa yang tengah terjadi di lingkungan sekitarnya (konteks) lalu memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya. Sosok contohnya adalah Celia (si C) yang tidak memiliki kemampuan analitis atau kreatif yang menonjol tetapi ia sangat pandai mengenali apa yang ia perlukan agar berhasil dalam lingkungan akademis. Ia tahu jenis riset apa yang dinilai tinggi (tetapi mudah dilakukan), bagaimana membuat suatu artikel dimuat dalam jurnal (melalui negosiasiSegitiga Intelektualitas | 37

personal), bagaimana mengundang kekaguman orang saat wawancara kerja (tebar pesona), dan yang sejenisnya.

Sosok cerdasbagi Sternbergmampu memaksimumkan pemanfaatan kekuatan dirinya, sambil meminimumkan efek kelemahan dirinya. Mereka menemukan celah di mana mereka dapat berkiprah paling efisien. Sternberg memberikan sebuah contoh unik aspek praktis. Seorang pegawai menyintai pekerjaannya namun membenci bosnya. Seorang pemburu SDM (head hunter) meneleponnya. Alihalih mengajukan lamaran, ia memberikan nama bosnya kepada sang perekrut. Bosnya pun direkrut keluar dari perusahaan, dan ia dapat tetap menekuni pekerjaanyang dicintainya. Ada dua alternatif bagi pegawai tadi:38 | Ronny Astrada

(1) memindahkan bosnya dan menghadapi risiko bos baru yang bisa jadi sama atau bahkan lebih buruk, atau (2) pindah ke tempat kerja baru yang mungkin dengan jabatan yang lebih buruk ditambah kemungkinan bos yang buruk juga. Alternatif pertama memiliki 1 risiko: bos buruk (lagi...), yang kedua memiliki 2 risiko: lingkungan kerja buruk dan bos buruk (juga...). Pegawai ini mengunjukkan naluri jalanannya saat secara intuitif memilih alternatif pertama.

Sebagai renungan, baik uraian Sternberg maupun Gardner membuka wawasan akan apa itu kecerdasan. Sternberg memberikan model sederhana yang merupakan kombinasi antara aspek pengetahuan

Segitiga Intelektualitas | 39

dan pengalaman (pengetahuan dari hasil mengamalkan pengetahuan). Sementara Gardner memberi warna model sederhana itu dengan beragam kombinasi yang mungkin dari ketiga sudut segi tiga Sternberg yang telah ditemukan contoh sosoknya dalam kenyataan sehari-hari. Kedua teori ini pada akhirnya dapat dipandang saling melengkapi.[]

40 | Ronny Astrada

Garis Depan Teori-Teori Intelektualitas

Tiada peranti yang lebih bermanfaat daripada kecerdasan. Tiada musuh yang lebih berbahaya daripada kejahilan. Abu Abdullah Muhammad al-Haritsi alBaghdadi al-Mufid (abad 10M), Pakar Hukum Kufah (Irak)

H

ipotesis bermunculan pada dua dekade terakhir ini. Ada yang berteori mengenai keberadaan kecerdasan

Garis Depan Teori-Teori Intelektualitas | 41

emosi (EQ) yang melengkapi kecerdasan nalar (IQ). Psikolog AS, Peter Salovey dan John D. Mayer mengenalkan konsep ini tahun 1990 dan mendefinisikan ulang kecerdasan emosi pada 1997 sebagai [] kemampuan menangkap (perceive), menilai (appraise), dan mengungkapkan (express) emosi dengan akurat dan adaptif; [] kemampuan memahami emosi dan pengetahuan emosional; [] kemampuan mengakses dan/atau membangkitkan perasaan saat itu memudahkan pemikiran; dan

Salovey dan Mayer (inset)

[] kemampuan melola (regulate) emosi dalam cara yang mendukung pemikiran. Insan dengan kecerdasan ini mengarahkan42 | Ronny Astrada

pemikiran dan perilakunya memanfaatkan emosinya serta dapat dengan tepat menafsirkan emosi pihak lain. Daniel Goleman (l. 1946), penulis dan jurnalis AS, mempopulerkan konsep ini dalam karyanya Emotional Intelligence (1995); dan meluaskan konsep itu untuk meliputi juga kompetensi sosial pada umumnya (social intelligence).

Kritikus Goleman memandang konsep EQ yangGaris Depan Teori-Teori Intelektualitas | 43

ia kembangkan tidak memiliki tolok ukur. IQ memiliki tolok ukur, yakni nilai rapor sekolah; tidak demikian halnya dengan EQ. Ada lagi kritik bahwa 5 aspek EQ berhirarki yang ia ajukan tidak dapat diukur, sehingga keterkaitan hirarkis yang ia asumsikan di antara kelima aspek tadi tidak berpondasi ilmiah. Ada juga yang mengkritik bahwa EQ bisa jadi sekadar konformitas, yakni keseragaman dengan lubuk (adat istiadat) tempat seekor ikan tinggal. Makin seragam, makin cerdas. Padahal, nilai yang diseragami itu bisa jadi tidak layak/pantas. Terlepas dari kesahihan kritik-kritik tadi, paling tidak, Goleman telah memberikan perspektif baru bahwa kecerdasan sosial (street smartness) bisa44 | Ronny Astrada

jadi lebih besar sumbangsihnya dalam kesintasan seseorangdibandingkan kecerdasan nalar (school smartness).

Hal lain yang patut disinggung di sini adalah kesimpulan yang disepakati perihal pengaruh (i) genetis (keturunan), dan (ii) lingkungan atas kecerdasan. Pengaruh genetis pada kecerdasan secara umum disimpulkan berporsi 40 sampai 80%, dan mayoritas pakar sepakat dengan porsi yang kira-kira sebesar 50%. Jika pengaruh genetis berkisar 40-80% atau 50%, maka pengaruh lingkungan berkisar antara 2080% ataupukul ratadi angka 50%.

Garis Depan Teori-Teori Intelektualitas | 45

Namun angka-angka tadi berlaku pada tingkat populasi, bukan individu. Jadi, kita tidak dapat menyatakan proporsi pengaruh genetis/lingkungan atas seorang individu menggunakan angka yang sama.

Dua faktor lingkungan yang ditemukan mempengaruhi kecerdasan ialah ukuran keluarga dan urutan kelahiran. Faktor-faktor lain yang layak diketahui ialah ibu hamil yang mengkonsumsi alkohol dalam jumlah banyak akan mengalami sindrom-alkohol janin (fetal alcohol syndrome), yang ditandai ketidaknormalan fisik (cacat), keterbelakangan mental, dan masalah perilaku. Bahkan konsumsi biasa (tidak sampai mabuk) dapat mempengaruhi perkembangan kecerdasan, dan kini dinyatakan tidak ada porsi aman alkohol bagi ibu hamil.46 | Ronny Astrada

Faktor lain yang baru diduga mempengaruhi pertumbuhan kecerdasan ialah polusi timbal pada udara yang terhirup anak, makan dari remah sisa makanan pada kaleng makan dengan cat berbahan timbal, malnutrisi (gizi buruk) yang berkepanjangan, termasuk gaya pengasuhan orang tua dan lingkungan fisik rumah.

IQ Mars (pria) dan Venus (wanita) tidak secara signifikan berbeda, meski sebaran nilai IQ agak berbeda di kedua planet ini. Lelaki cenderung lebih banyak berada pada sisi ekstrim distribusi IQ yang berdistribusi normal, atau berbentuk genta ini. Lelaki lebih rentan terhadap keterbelakangan mental, sekaligus mengungguli wanita pada tingkatan IQ tertinggi. Nilai IQ wanita lebih berkonsentrasi di sekitar rata-rata. Sekali lagi, distribusi di atas berlaku di tataranGaris Depan Teori-Teori Intelektualitas | 47

populasi. Di tataran individu, tidak selalu seorang perempuan ber-IQ rata-rata. Sebagaimana tidak selalu seorang lelaki ber-IQ jenius (atau sebaliknya, yakni idiot).

48 | Ronny Astrada

Lelaki cenderung mengungguli wanita pada kecerdasan matral (ruang, spatial). Alasannya masih belum diketahui. Ada yang berspekulasi karena lelaki dahulunya pemburu dan memerlukan kecerdasan matral untuk melacak buruan juga menyusuri balik jalan pulang dari tempat berburu. Sementara yang lain berspekulasi perbedaan itu akibat pengharapan orang tua yang berbeda terhadap kecakapan yang mesti dipelajari oleh bocah lelaki dan perempuan. Ini merujuk pada tradisi lama bahwa lelaki harus keluar rumah, sementara perempuan harus diam di rumah.

Hal lain yang penyebabnya masih penuh perdebatan emosional adalah perbedaan distribusi IQ antar etnis. Pengukuran IQ di AS memperlihatkan gradasi IQmulai dari yang terendah: etnis Afrika, lalu Latin, Eropa, hingga akhirnya Asia Timur.Garis Depan Teori-Teori Intelektualitas | 49

Variabilitas IQ antar etnis yang tinggi menyulitkan penyimpulan bahwa etnis mempengaruhi IQ.

Dengan kata lain, menghakimi suatu etnis berdasarkan IQ benar-benar perwujudan prasangka burukdan tanpa pondasi ilmiah.

50 | Ronny Astrada

Praktisnya, kecerdasan adalah setengah genetis, setengah lingkungan; alias berpeluang 50: 50, sehingga kekurangan genetis selalu dapat dikompensasi dengan perhatian lebih pada pengubahan faktor lingkungan. Segi tiga kecerdasan Sternberg menekankan pentingnya faktor lingkunganbila enggan menyatakan mengabaikan sama sekali faktor genetis. Lingkunganpendidikan (pengetahuan) maupun peristiwa (pengalaman)sepanjang hidup akan menetapkan kombinasi optimum segi tiga kecerdasan seseorang. Kombinasi optimum itu setidaknya berpucuk pada salah satu puspawarna kecerdasan Gardner. Puspawarna kecerdasan Gardner menunjukkan betapa potensi sintas manusia paling tidak berjumlah 9 kecerdasan. Setiap insan cenderung menonjol pada salah satu dimensi, tetapi jika keberadaannya terancam, saya yakin dimensi lain yang sebelumnya tidur dapat selalu dibangunkanGaris Depan Teori-Teori Intelektualitas | 51

untuk mengatasi situasi. Sembilan kecerdasan itu mirip sembilan perkakas; sebab bila seseorang hanya memiliki palu, maka segenap persoalan akan cenderung ia perlakukan seperti paku.

Bab-bab berikutnya akan mulai mengulas kecakapan dasar pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Sementara kecerdasan apa yang harus dibangunkan selaras dengan tuntutan akan penerapan jawaban yang ditemukan; atau keputusan yang ditetapkan, adalah sepenuhnya di tangan Anda![]

52 | Ronny Astrada

Dua Langit SDMi

Rasa suka pada pekerjaan membubuhkan kesempurnaan pada buah karya Aristoteles (384-322SM)

ua langit yang mesti dimiliki seorang SDMi dan merupakan kompetensi dasar dirinya adalah pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Inilah dua keadaan yang rutin ia hadapi sehari-hari. Umumnya, setiap lulusan formal di Indonesia telah dibekali dengan pengantar metode ilmiah. Meski metode ini sangat penting dan esensial, tetapi pengajarannya di Indonesia umumnya berhentiDua Langit SDMi | 53

D

pada tahap menghafal langkah-langkahnya. Tidak ada upaya sungguh-sungguh untuk menjadikannya kompetensi yang secara sadar dikuasai, mulai dari jenjang menengah pertama sampai ke menengah atas (SMP-SMA). Metode ini baru ditemukan lagi dalam wujudnya yang lebih layak-terap (applicable) di perguruan tinggi. Pendekatan pendidikan di atas patut disayangkan. Anak-anak muda di negara maju sudah mulai menerapkannya dan membuat inovasiinovasi mengejutkan di usia jenjang menengah. Ini karena mereka telah dibiasakan berpikir dan bertindak mengikuti metode itu. Saya berharap, semoga kajian ini dapat menyumbang perbaikan kurikulum Indonesia itu, amiin!

54 | Ronny Astrada

Seperti sudah disinggung di muka, SDMi ditantang untuk merancang bangun solusi bagi masalah-masalah keseharian dengan pendekatan liberal arts. Ia mesti mampu merancang bangun solusi memanfaatkan spesialisasinyadibantuDua Langit SDMi | 55

wawasan interdisipliner dari sejarah, sosiologi, psikologi, filsafat, budaya, hingga agama. Masalah dalam keseharian pada akhirnya berkutat pada dua ancangan tindakan: (1) pemecahan masalah (mencari solusi), dan (2) pengambilan keputusan (memilih resolusi). Jadi, ada dua hasil (results) yang diharapkan dari seorang SDMi, yakni: (1) jawaban atas masalah, dan/atau (2) putusan atasnya.

Ada beragam metode yang sebagian besarnya dikembangkan dari metode ilmiah: Coba-coba (trial and error), Survei kepustakaan, alias jangan menemukan kembali roda (do not reinvent the wheel), yakni56 | Ronny Astrada

belajar dari temuan orang lain, Analogi, yang tercatat dikaji oleh Plato dan Aristoteles, Heuristik (dari kata Yunani eureka saya temukan), rintisan Archimedes yang dipopulerkan matematikawan George Polya (1887-1985), Pemecahan-masalah kreatif (creative problem solving), yang diulas Daniel Goleman, Paul Kaufman dan Michael L. Ray dalam The Creative Spirit (1992), Urun rembuk (brainstorming atau thought shower), yang namanya disematkan oleh Alex Faickney Osborn (1888-1966), Sinektik (synectics)mirip urun-rembukyang berprinsip sentral, Percayai hal-hal yang asing, dan asingkan hal-hal yang dipercayai, rancangan William J.Dua Langit SDMi | 57

Gordon, Nalar-sistemis (systems thinking), yakni pemecahan masalah dalam tim yang diuraikan Peter Senge dalam The Fifth Discipline (1990), Kubus morfologis (morphological box) rancangan Fritz Zwicky (1898-1974), Nalar-lateral (lateral thinking) berikut 6 Topi Nalar, yang dirancang Edward De Bono,Metode Kaoru Ishikawa sangat esensial bagi kemajuan industri Jepang

Analisis akar masalah, misalnya diagram tulang ikan rancangan Kaoru Ishikawa (1915-

1989), TRIZ (akronim Rusia untuk Teori Pemecahan Masalah untuk Penemuan-Ilmiah) dan ARIZ (Algoritma Pemecahan Masalah untuk Penemuan58 | Ronny Astrada

Ilmiah) rancangan Genrikh Genrich Saulovich Altshuller (1926-98), Rekayasa nilai (value engineering) yang berupaya mengoptimumkan nilai lewat peningkatan fungsionalitas sambil menurunkan biaya, temuan Lawrence Delos Miles (1904-85) dan Harry L. Erlicher di General Electric, Simulasi komputer memanfaatkan beragam kiat riset operasional (operational research), AI (Artificial Intelligence [Kecerdasan Tiruan]), yang antara lain dirintis oleh pengkaji pemecahan masalah, Herbert Alexander Simon (1916-2001) seorang pakar manajemen peraih Nobel ekonomi 1978.

Sebagaimana kiat pemecahan masalah, kiat pengambilan keputusan pun beragam, mulai dari

Dua Langit SDMi | 59

yang sederhana: Menimbang untung-rugi masing-masing alternatif, Melempar koin, atau mengurut kancing, Astrologi, atau menanyai orang pintar; sampai yang teknis: BRAND (Benefits, Risks, Alternatives, Nothing [yakni tidak berbuat apa-apa], Decision), yakni Semua sistem yang melibatkan manusia prinsip diagnosa kalangan medis,(kompetitif), cenderung mengikuti distribusi Pareto

Analisis Pareto atau analisis prioritas, yang diperkenalkan oleh Sosiologis/Ekonom Italia, Vilfredo Federico Damaso Pareto (1848-1923). Padanannya di dunia medis dinamai triageyakni pasien paling kritis diberi prioritas penanganan pertama.

60 | Ronny Astrada

Proses Analitis Hirarki (Analytic Hierarchy Process) rancangan matematikawan Thomas L. Saaty, juga versi untuk awamnya dalam Decision Making for Leaders (1982), Analisis Morfologis rancangan Fritz Zwicky, Enam Topi Nalar rancangan De Bono, Analisis mudarat-manfaat (cost-benefit analysis), Pohon keputusan (decision tree), Optimisasi memanfaatkan teknik-teknik riset operasional; sampai...tentu saja...minta tolong..., baik kepada sesama, atau yang paling puncak: kepada Sang Mahakuasa (istikharah memohonkan putusan).

Dua Langit SDMi | 61

Sebenarnya, masih banyak lagi kiat yang beredar yang kira-kira sebanding dengan tantangan keseharian yang dihadapi manusia di dunia ini. Adapun dalam kajian ini, saya akan mengajak Anda untuk menguasai sebuah metode heuristik umum untuk mengatasi dua langit. Mengapa heuristik? Bagi kalangan awam, semakin sederhana dan praktis suatu metode, semakin bermanfaat, sehingga semakin mungkin untuk diamalkan. Metode heuristikyang sesungguhnya berasal dari sistematisasi atas pengalaman umat manusia sangat cocok untuk tujuan ini.[]

62 | Ronny Astrada

Selayang Metode Ilmiah

Aristoteles bersikukuh bahwa perempuan bergigi lebih sedikit daripada lelaki; meski ia menikah dua kali, tak pernah terpikirkan olehnya untuk mencek pernyataannya dengan memeriksa mulut istriistrinya Bertrand Russell (1872-1970), Filsuf dan Matematikawan Inggris

etode ilmiah secara populer selalu dihubungkan dengan sesuatu yang akademis (rumit), tetapi sebenarnya pada mulanya ia dikembangkan untukSelayang Metode Ilmiah | 63

M

keperluan praktis sehari-hari manusia. Manusia setidaknya menurut Al-Qurandiciptakan untuk menghadapi masalah demi masalah (QS al-Balad [90]: 4). Dalam perjalanan sejarah, paling tidak Aristoteles mulai menyuratkan (mengeksplisitkan) metode penemuan solusi. Metode itu tujuannyadewasa inimeliputi penjelajahan (exploration), pelukisan karakteristik fenomena (description), dan penjelasan (explanation). Penjelajahan adalah upaya menyusun pemahaman awal dan kasar atas suatu fenomena. Pelukisan adalah pengukuran teliti dan pelaporan karakteristik dari fenomena yang tengah dipelajari. Penjelasan adalah penemuan dan pelaporan tentang keterkaitan (sebab-akibat) antara beragam aspek fenomena yang dipelajari.64 | Ronny Astrada

Awalnya, pencarian solusi dimaksudkan untuk memecahkan masalah sehari-hari yang dihadapi manusia. Bagaimana mengairi lahan yang lebih tinggi dari sungai? Archimedes (s. 287212SM) pun merancang-bangun kincir air ulir manual. TemuanSelayang Metode Ilmiah | 65

ternama lainnya adalah bagaimana beliau menakar porsi salah satu logam dalam senyawa berkomposisikan beberapa jenis logam. Akhirnya, metode ini tidak hanya digunakan untuk masalah praktis sehari-hari, namun juga pertanyaan-pertanyaan yang menarik perhatian para ilmuwan (dh. filsuf), seperti berapa sesungguhnya jarak matahari dan bumi? Apakah mungkin menyintesis emas dari senyawa logamlogam lain? (Ini pertanyaan yang konon melahirkan ilmu kimia.) Juga pertanyaan-pertanyaan bersifat akademis lainnya. Dari sana, kalangan awam mulai melihat jarak antara metode ilmiah dan realitassebab tidak seluruh temuan dapat langsung diterapkan, dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Ketidakmampuan manusia menerapkan temuan66 | Ronny Astrada

ilmiah (teori) lebih merupakan masalah empiris (teknologi). Meski teori komputer telah ditemukan Charles Babbage (1792-1871) pada tahun 1820, namun teori ini membutuhkan temuan teknologi semikonduktor yang dipicu penemuan transistor pada 1948 untuk benar-benar efektif, murah, dan tersedia secara massal seperti yang kita rasakan saat ini. Sehingga, bagi awam Inggris di masa Babbage, solusi itu dipandang sakadar petualangan intelektual untuk memuaskan rasa ingin tahu saja. Sengaja saya menapak tilas metode ilmiah untuk mendudukkan dalam wawasan kita bahwa metode ilmiah sejatinya peranti kehidupan sehariharibukan sekadar peranti petualangan akademis di sekolah.

Prinsip-prinsip metode ilmiah sangatSelayang Metode Ilmiah | 67

bermanfaat untuk menilai apakah pemecahan masalah maupun pengambilan keputusan keabsahannya terjamin. Ada dua kriteria esensial metode ilmiah, yakni (i) objektivitas pendekatan dan (ii) keabsahan (acceptability) dari kesimpulan suatu studi. Objektivitas mensyaratkan upaya pengamatan objek sebagaimana adanya, tanpa memalsukan pengamatan agar selaras dengan suatu pandangan dunia yang diyakini sebelumnya. Keabsahan ditimbang berdasarkan sampai sejauh mana pengamatan dan percobaan (eksperimen) itu dapat diulang (reproduced) dengan kesimpulan yang sama, atau minimum serupa. Objektivitas mengenyahkan prasangka pribadi dari ikhtiar pencarian solusi; sementara keabsahan68 | Ronny Astrada

memungkinkan pemanfaatan solusi itu oleh orang lain, atau pada kesempatan lain (reusable). Mekanisme pengabsahan ini juga sering disebut dengan ulasan-mitra (peer-review), yakni penelitian seseorang diulang oleh beberapa ilmuwan lain untuk membuktikan bahwa ia bersifat universal. Universal dalam tanda petik karena ia tidak sepenuhnya (mutlak) membuktikan kebenaran hipotesis. Uji keabsahan paling jauh sakadar menelaah konsistensi kesimpulan itu dengan totalitas aspek dalam bingkai permasalahan. Konsistensi internal dalam bingkai permasalahan ini disebut kausalitas (sebab-akibat), di mana suatu akibat (efek) dianggap berkaitan dengan suatu sebab.Selayang Metode Ilmiah | 69

Ilmuwansebagaimana manusia lainnyabisa jadi terbawa oleh suatu pandangan dunia yang dipegang masyarakatnya (bias) dan terfokus pada hasil-hasil eksperimen tertentu yang mendukung bias itu, tinimbang yang selainnya, atau secara naluriah mempraanggapkan suatu teori dan kemudian berusaha mencari pembenarannya. Komunitas ilmuwan secara keseluruhanlah yang nanti akan menguji dan mengkritik (ulasan-mitra) kesimpulan itu; dan di sinilah kunci mengapa studi ilmiah terus-menerus mengalami kemajuan. Kritik sudah menjadi kripik (pedas maupun gurih) yang sama enaknya, karena selalu mengarahkan komunitas ilmuwan kepada kemajuan pemahaman atas ayat-ayat-Nya yang ditebar pada kitab semesta (aayaat kauniyyah tanda-tanda penciptaan).

70 | Ronny Astrada

Aristoteles kerap mengkritik (ulas-mitra) gurunya, Plato. Beliau berkilah, Tentu kita menyintai Plato, tetapi kita lebih menyintai kebenaran. Meski terkadang, keberatan yang beliau ajukan agaknya dibangun di atas pemahaman yang keliru. Di era ilmiah berikutnya, Ibn Sina Humai (980-1037M) sering mengoreksi konsepsi Sang Guru Pertama Aristoteles melalui debat ilmiah yang hidup, dalam

Plato (kiri, dilukis dengan wajah Da Vinci) menunjuk ke atas, dunia gaib, tempat pengetahuan berada. Tak sependapat, Aristoteles (kanan) merentangkan tangannya sejajar dengan bumi (alam semesta), tempat pengamatan dapat dilakukan untuk memperoleh pengetahuan (cuplikan dari lukisan Raphael [1483-1520], Mazhab Athena).

Selayang Metode Ilmiah | 71

semangat ijtihad (gagasan mandiri). Aristoteles, juga Ibn Sina termasuk pionir ulasan-mitra paling dini.

Naskah Al-Quran yang konon berasal dari masa Khalifah 'Utsman [ra]

Usai analisis rasio berdasarkan objektivitas dan keabsahan, paling akhirsebagai Muslimkita juga harus menganalisis solusi itu dari segi keselarasannya dengan Sang Kriteria (Al-Furqaan), yakni Al-Quran.72 | Ronny Astrada

Ini dapat kita namai uji konsistensi eksternal (wahyu) yang melengkapi uji konsistensi internal (rasio). Agar kita dapat makin memahami betapa konsistennyameski kadangkala samarayat-ayatNya yang tertebar di kitab terhampar-Nya (semesta), dengan ayat-ayat-Nya yang tertulis dalam kitab suci-Nya. Wahyu dan rasio dapat berjalan beriringan bak tangan kanan dan tangan kiri, untuk menjangkau kebenaran, demikian Plato, Sebab sains tanpa agama, lumpuh; agama tanpa sains, buta, tambah Einstein.

Saya menyarankan Anda untuk memiliki konkordansi Al-Quran, yakni ensiklopedi yang berisikan tema-tema, sekaligus indeks istilah dalam Al-Quran. Ini memudahkan penelusuran ayat-ayat berdasarkan suatu tema.Selayang Metode Ilmiah | 73

Sepanjang pengetahuan saya, buku yang diterbitkan di Indonesia dan dinamai konkordansi lebih merupakan saduran tidak resmi dari indeks kata Al-Quran karya Muhammad Fu'ad Abdul-Baqi. Akan tetapi daripada tidak ada, maka buku yang tersedia itu pun sudah memadai. Jika Anda mampu mencari akar kata suatu kata Arab, maka saya lebih menyarankan menggunakan buku asilnya, yakni Al-Mujam al-Mufahras lil-Fazh Al-Quran Al-Karim yang dapat ditemukan dengan mudah di toko-toko kitab di tanah air. Jika kocek Anda agak tebal, ada sebuah konkordansi berbahasa Inggris yang baik, yakni A Concordance of the Quran karya Hanna Emmanuel Kassis (profesor emeritus studi agama, University of British Columbia), dan diberi pengantar oleh Fazlur Rahman [alm]. Buku ini sangat tebal, yakni 1484 hlm. Dan dijual di amazon.com dengan harga USD175 (sekitar Rp1,75 juta). Solusi alternatif yang gratis tetapi berkualitas74 | Ronny Astrada

tinggi adalah mengunduh Holy Quran karya Maulana Muhammad Ali dari www.muslim.org/english-quran (semoga belum pindah alamat). Saduran ini dilengkapi indeks tematis pada bagian belakang buku, dan sudah tersedia pula alih-bahasa Indonesianya dengan judul Quran Suci, terbitan Darul-Kutub Islamiyah, Jakarta. Rujukan-rujukan tadi akan memudahkan pencarian gagasan-gagasan kunci dalam al-Quran, sesuai dengan masalah apa yang tengah kita cari solusi/resolusinya.

Jadi, kriteria penghakiman suatu solusi atau resolusi atas masalah berpulang pada tiga pilar: (1) objektivitas, (2) keabsahan internal,

Selayang Metode Ilmiah | 75

dan yang disisihkan para ilmuwan Barat, yaitu (3) keabsahan eksternal (wahyu). Kriteria ketiga mungkin terkesan tabu bagi ilmuwan Barat, tetapi saya yakin tidak sulit dipahami para ilmuwan Muslim.

Akhir kata, fakta yang hendaknya dicamkan adalah bahwa metode ilmiah adalah peranti76 | Ronny Astrada

keseharian umat manusiabukan peranti elit di lab-lab dan sekolah-sekolah. Metode ilmiah bukan sekadar peranti senda gurau intelektual, melainkan peranti amalan nyata sehari-hari![]

Selayang Metode Ilmiah | 77

Arsitektur Suatu Masalah

Adalah pengalaman umum bahwa sebuah masalah yang sulit di malam hari terpecahkan di pagi hari setelah komite peraduan menggarapnya John Steinbeck (1902-1968), Novelis AS

asalah adalah kesenjangan antara realitas dan pengharapan (expectancy). Dengan kata lain, masalah ditemukan manakala suatu entitasbaik manusia, atau sistem pada umumnyatidak mengetahui bagaimana cara untuk beranjak dari78 | Ronny Astrada

M

suatu keadaan ke keadaan yang diinginkan. Jadi, masalah adalah kesenjangan atau jurang antara keadaan kini (realitas) dengan keadaan yang diinginkan (harapan). Situasi sedemikian membutuhkan solusi, baik jawaban atau keputusan. Jawaban diterapkan agar masalah itu berhenti ada. Meski, berhenti adanya suatu masalah lama tidak berarti bahwa tidak akan muncul masalah baru lainnya. Sementara keputusan diterapkan karena efek-efek suatu masalah tak terhindarkan, sehingga hanya dapat disikapi (remedy), dipilih yang maksimum manfaatnyaatau yang paling minimum mudaratnya. Kadangkala, situasi demikian kompleks sehingga sinergi antara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan mesti diterapkan sekaligus. Buah yang ingin dipetik dari solusi/resolusi adalah peningkatan harmoni atau produktivitas; atau dari sisi lain, minimasi malapetaka dan kekacauan.

Arsitektur Suatu Masalah | 79

Masalah pada umumnya mengenalkan dirinya melalui tahap-tahap berikut ini: Pertama, penemuan atau pertemuan dengan masalah (problem discovery) melalui visi dan wawasan nalar terhadap apa-apa yang absen (missing). Kedua, pembingkaian, perumusan, pengerangkaan masalah (problem framing), yakni merevisi pertanyaan sehingga proses pencarian solusi/resolusi dapat dimulai atau diteruskan.

80 | Ronny Astrada

Ketiga, pemecahan masalah (solusi) atau penyikapan masalah (pengambilan keputusan, resolusi). Penemuan masalah memerlukan kreativitas, pembingkaiannya memerlukan pemikiran kritis, sementara penemuan solusi menyintesiskan keduanya. Ketiga aspek ini akan kita ulas satu demi satu.[]

Arsitektur Suatu Masalah | 81

Kreativitas

Tindakan yang logis bukanlah segenap ukuran kecerdasan. Seseorang dapat saja disebut cerdas tanpa mesti bertindak masuk akal Jean Piaget (1896-1980), Psikolog Swiss

reativitas merupakan proses mental yang mencakup pembiakan gagasan baru, atau konotasi (penambahan pengertian) baru atas gagasan yang sudah ada. Kreativitas merupakan pijakan pertama bagi inovasi. Produkbaik konkrit atau abstrakyang menjadi wahana perwujudan kreativitas disebut produk yang inovatif.

K

82 | Ronny Astrada

Produk nalar kreatif biasanya berdimensi (ciri) asli (original), dengan subdimensi: Pertama, keunggulan nalar (intelectual leadership), yakni ia mampu menggagas teori yang baru dan menjanjikan, atau arah (trend) yang memikat yang mengilhami orang lain untuk mengikuti. Ia memulai suatu gerakan, mazhab pemikiran, atau kecenderungan. Kedua, cerdik atau lihai (ingenuity), yakni ia menyajikan solusi yang cantik (neat) danKreativitas | 83

mengejutkan, tidak terpikirkan oleh orang lain, menantang pola pikir yang ada, juga memberikan sudut pandang baru dalam mengamati masalah. Ketiga, luar biasa (unusualness), yakni ia mampu menyusun konotasi dengan rentang yang jauh (remote association) antar gagasan-gagasan yang ada. Ia sekaligus mengena (appropriate), dengan subdimensi: Pertama, sensitivitas (kesesuaian) terhadap masalah, yakni ia harmonis dengan keadaan yang dihadapi. Kedua, manfaat, yakni dapat diterapkan, praktis, manakala batasan-batasan masalah terpenuhi seraya sekaligus menghasilkan solusi/resolusi yang luar biasa dan asli.

84 | Ronny Astrada

Dengan demikian, solusi/resolusi yang kreatif sejatinya produk dari kecerdasan. Mengapa? Dua dimensi utama kreativitas, yakni belum ada padanannya dan bermanfaat, keduanya menyumbang besar pada keberhasilan adaptasi diri, alias kesintasan seseorang.

Ada contoh yang memikat untuk disinggung di sini, yakni iPod click wheel (roda-klik). Selama ini, mayoritas produsen laptop menerapkan teknologi alas-sentuh (touch pad) dengan paradigma memindahkan pengalaman menggunakan mouse dari PC ke laptop. Alhasil, bentuk alas pada umumnya sebuah persegi kecil dengan dua atau tiga buah tombol yang memimik tombol mouse.

Kreativitas | 85

Apple memanfaatkan teknologi yang telah ada dan umum dikenal orang tadi dengan cara yang sama sekali baru. Ia merancang roda-klik berbentuk mirip donat 2 dimensi dengan fungsi yang lebih mengena bagi pengguna awam. Jika pada alas-sentuh orang menggerakkan jarinya dengan bebas, maka pada roda-klik, pengguna awam secara naluriah terdorong untuk menggerakkan jarinya dalam arah berputar ke kiri (melawan jarum jam) atau ke kanan saja. Aspek kreatif di sini: gerakan yang bebas dan tidak beraturan pada alas-sentuh direduksi menjadi gerakan sederhana yang jauh lebih mudah dipahami pengguna. Bentuk roda klik yang melingkar mirip tombol pemutar volume pada umumnya sehingga dengan mudah mengingatkan pengguna pada fungsi86 | Ronny Astrada

tombol pembesar dan pengecil volume suara. Selain itu, Apple juga memanfaatkan 4 arah mata angin pada roda klik dengan melabelkan fungsi: menu dan 3 tombol fungsi yang sudah sangat dikenal pada piranti audio/video. Penempatan keempat fungsi itu di tepi roda klik secara naluriah membimbing pengguna untuk menekan/mengkliknya! Sementara bagian tengah donat difungsikan sebagai tombol klik umum, sehingga tidak diberi label. Perancangan iPod digarap selama hampir 1 tahun, tetapi buahnya benar-benar inovatif. Belum ada produsen yang terpikir bahwa alas-sentuh dapat dirancang ulang menjadi alas-putar, selaras dengan fungsi utama sebuah produk audio/video. Bukanlah tidak mungkin Sony akan belajar dari Apple dan merancang ulang peranti kendali (controller) Playstation menjadi lebih sederhana danKreativitas | 87

ringkeskata orang Jawa.

Pertanyaan besarnya, Bagaimanakah menjadi sosok yang kreatif? Saya tidak memiliki jawaban yang lengkap, tetapi bila kita pelajari biografi sosoksosok yang kreatif, maka ada satu kebiasaan mereka yang dapat kita tiru dalam keseharian. Mereka umumnya gemar menambah wawasan mereka, baik dalam bentuk bacaan dari bidang yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan spesialiasinya sampai aktivitas yang sangat asing. Drucker senang membaca buku sejarah, novel sampai filsafat, juga menulis novelmeski bidang spesialiasinya adalah manajemen modern. Larry Elison (CEO perusahaan peranti lunak Oracle, Inc.), gemar mengisi waktu luangnya menekuni keterampilan menakhodai kapal layar pribadinya (yacht).88 | Ronny Astrada

Bill GatesAnda pasti tahu siapa diaselalu meluangkan 2 minggu dalam setahun untuk mengasingkan diri (retreat). Dalam pengasingannya itu ia melahap buku-buku menarik yang sudah ia beli selama setahun belakangan. Kadang-kadang, ia membawa teman diskusi untuk sebuah topik yang paling mendesak dan penting bagi keberhasilan bisnis maupun kehidupan pribadinya. Intinya, buka wawasan Anda dengan hal-hal yang sama sekali asing. Baik bacaan, tontonan, maupun aktivitas. Bahkan seorang Sufi mendapatkan pencerahan kreatif tidak hanya dari 40 hari berkhalwat, tetapi juga karena ia tak segan datang ke pasar dan berjualan hasil bumi garapan tangannya sendiri! Terkadang ia sengaja berniaga dengan menempuh perjalanan jauh menembus gurun dan lautan. Mengapa? Tanpa aktivitas sampingan ini, tidak mungkin ia meresapi hakikat tawakal.[]

Kreativitas | 89

Nalar Kritis

Sasaran seorang ilmuwan dalam diskusi dengan koleganya bukanlah untuk meyakinkan (persuade) tetapi untuk memeriksa-ulang (clarify) Leo Szilard (1898-1964), Fisikawan Nuklir AS kelahiran Hungaria

alar kritis (critical thinking) merujuk kepada proses mental dalam menganalisis atau menimbang-ulang (evaluate) informasi, terutama pernyataan atau dalil yang umum atau biasa disajikan sebagai kebenaran atau fakta.

N

90 | Ronny Astrada

Nalar Kritis | 91

Ia meliputi: (a) perenungan atas hakikat makna pernyataan, (b) memeriksa bukti dan alasan, dan (c) menjatuhkan vonis (judgment) atas faktafakta. Bahan yang dimanfaatkan berasal dari pengamatan langsung, pengalaman, penalaran, atau buah komunikasi dengan pihak lain (diskusi atau debat). Buah penalaran kritis itu idealnya memiliki: (i) kejernihan (clarity), (ii) akurasi, (iii) presisi, (iv) pembuktian, (v) ketelitian, (vi) keadilan (fairness).

92 | Ronny Astrada

Nilai-nilai tadi umumnya sudah jelas, hanya mungkin perlu diuraikan sedikit perihal perbedaan antara akurasi dan presisi. Bayangkanlah sebuah papan sasaran panah. Sebuah anak panah disebut akurat (tepat) bila menancap pada atau di sekitar titik pusat papan sasaran. Sementara anak panah dapat disebut presisi (seragam) bila berkumpul pada suatu lokasi mana pun pada papan sasaran, meski bukan di titik pusat. Seorang pemanah disebut presisi (namun tidak akurat), manakala anak-anak panahnya mayoritas berhimpun pada suatu titik di luar titik pusat papan sasaran. Pemanah yang baik adalah pemanah yang selain akurat (tepat di titik pusat), juga presisi (mayoritasNalar Kritis | 93

anak panahnya berada di atau sekitar titik pusat).

Prinsip penting sebelum memulai nalar-kritis adalah menunda segenap vonis dengan merangkul pola pikir perseptifyakni membuka pikiran untuk menerima semua data. Ini terbantu dengan memposisikan diri sebagai insan yang khilaf, yakni insan yang tak luput dari salah, dengan cara: Pertama, mengakui bahwa setiap orang termasuk dirinyamemiliki bias bawah-sadar, seraya mempertanyakan setiap vonis/keyakinan pribadi; Kedua, merangkul posisi sepi-ego dan rendah hati; Ketiga, mengingatkan diri akan pengalaman pribadi manakala pernah memegang teguh suatu94 | Ronny Astrada

keyakinan lama dan belakangan terbukti keliru; Keempat, menyadari bahwa nalar setiap insan selalu mengandung banyak celah (blind spot).

Urut-urutan nalar kritis secara sederhana meliputi: (1) Rinci pendapat yang relevan dari segenap sisi tentang suatu tema (topik masalah) dan himpun argumen logis yang mendukung masing-masing pendapat; (2) Uraikan argumen menjadi pernyataanpernyataan penyusunnya dan tarik beragam implikasi (akibat) tambahan dari pernyataanpernyataan ini; (3) Teliti kontradiksi internal pernyataanpernyataan dan implikasi-implikasi tadi; (4) Temukan klaim yang saling berlawanan diNalar Kritis | 95

antara beragam argumen tadi dan beri bobot relatif antar argumen itu: (i) Tambah bobotnya bila klaim memiliki dukungan kuat, terutama rangkaian nalar yang unik atau sumber berita yang berbeda. Kurangi bobot bila klaim mengandung kontradiksi; (ii) Sesuaikan (adjust) pembobotan menurut relevansi informasi terhadap tema utama; (iii) Persyaratkan dukungan memadai untuk menopang setiap klaim luar biasa; jika tidak ada, abaikan klaim itu saat menyusun vonis/kesimpulan akhir; (5) Ukur/hitung bobot klaim-klaim itu.

Nalar kritis tidak menjamin seseorang mencapai kebenaran atau kesimpulan yang benar. Ini karena seseorang selalu tidak memiliki semua data yang96 | Ronny Astrada

relevan. Bisa jadi data penting tetap tak terkuak, atau bahkan mustahil diketahui. Kedua, bias bawah-sadar dapat menghalangi penghimpunan dan penilaian efektif atas informasi yang tersedia. Jadi kesimpulan itu tidak pernah final, namun sekedar kesimpulan sementara, tidak mapan, dan terbuka bagi penilaian ulang (ulasan-mitra) terutama bila data baru menyeruak. Dari sini, seorang ilmuwan yang mumpuni umumnya juga memiliki sifat rendah hati.[]

Nalar Kritis | 97

Belati Okkam

Dalam berteori selalu sisakan sebuah jendela terbuka supaya Anda dapat menyampakkannya keluar jika perlu Bela Schick (1877-1967), Dokter AS kelahiran Hungaria

ebuah peranti bermanfaat dalam melaksanakan butir 2 nalar kritis (penguraian argumen) adalah Belati Okkam dari nama William of Occam (juga dieja: Ockham, s. 1285-1349). Peranti ini juga dinamai prinsip ugahari (ekonomis, principle of parsimony), yaknidalam Bahasa Latinentia non sunt multiplicanda praeter98 | Ronny Astrada

S

necessitatem (entitas hendaknya tidak dilipatgandakan melebihi keperluan),

Cuplikan naskah yang memuat frasa "Belati Okkam"

atau pluritas non est ponenda sine necessitate (kemajemukan hendaknya tidak dimestikan tanpa kebutuhan), atau difrasakan-ulang oleh Isaac Newton (16421727) menjadi: We are to admit no more causes of natural things than such as are both true and sufficient to explain their appearances. (Kita tidak perlu memperhitungkan lebih banyak penyebab suatu fenomena alam selain penyebabBelati Okkam | 99

yang benar dan sekaligus memadai untuk menjelaskan penampakan fenomena itu.) Dengan kata lain, jika ada lebih dari satu teori yang samasama dapat menjelaskan hasil pengamatan, pilihlah yang paling sederhana; sampai bukti tambahan baru menginginkan lain. Janganlah membuat pernyataan dalam argumen lebih daripada yang diperlukan (KISS Keep It Simple, Smarty!).William dari Okkam

Belati Okkam membantu mengiris lepas aspek surplus, atau taksa (redundancy) dari suatu teori/hipotesis.

100 | Ronny Astrada

Patut dicamkan, janganlah menyamakan kesederhanaan dengan kebenaran. Belati ini hanya mengarahkan kita untuk lebih memilih (lebih menyukai) teori/hipotesis yang lebih sederhana dan cukup untuk menjelaskan fenomena. Ambil contoh, meski mekanika Newton lebih sederhana bukan berarti ia lebih benar daripada mekanika Einstein. Mekanika Newton lebih sederhana untuk perhitungan benda-benda di bawah kecepatan cahaya. Manakala benda yang kita amati dalam kecepatan cahaya, maka mekanika Einsteinlah yang harus digunakankarena lebih benar, meski lebih rumit.

Belati Okkam didasari pemikiran bahwa setiap asumsi membawa kemungkinan keliru ke dalam teori. Jika suatu asumsi tambahan tidak memperbaikiBelati Okkam | 101

akurasi suatu teori, maka satu-satunya efeknya ialah membuat teori semakin rentan untuk keliru. Mengingat kekeliruan tidak diinginkan dalam suatu teori, maka asumsi yang berlebih sebaiknya dibuang (dipotong dari teori). Meski demikian tidak berarti Belati Okkam identik dengan gagasan keparipurnaan sama dengan kesederhanaan atau ungkapan Leonardo Da Vinci (1452-1519), Simplicity is the ultimate sophistication (kesederhanaan adalah puncak kecanggihan). Makna tepatnya adalah teori hendaknya sesederhana mungkin, tetapi tidak terlalu sederhana sehingga kekurangan (inadequate), yakni seperti pemahaman Einstein atas Belati Okkam, Segala sesuatu hendaknya dibuat sesederhana mungkin, tetapi bukan lebih gampang (everything should be made as simple as possible, but not simpler). Dengan demikian, pemfrasaan ulang populer102 | Ronny Astrada

Belati Okkam menjadi penjelasan paling sederhana adalah yang paling baikjustru mengarah ke penyederhanaan yang berlebihan (penggampangan), bila makna sederhana disinonimkan dengan mudah. Atas alasan di ataslah, Immanuel Kant (17241804) merasa perlu mewanti-wanti penerapan belati ini dengan memberikan nasihat: keragaman keberadaan (being) hendaknya tidak dengan serampangan diciutkan. Dengan kata lain, gunakanlah teori/hipotesis yang lebih sederhana selama belum ada alasan/bukti kuat untuk menggunakan teori/hipotesis lainyang lebih kompleks.

Terkait pokok bahasan kita, di langkah pertama nalar kritis, kita telah menghimpun seluruh argumen (data) yang berkaitan dengan tema utama.Belati Okkam | 103

104 | Ronny Astrada

Di langkah kedua, kita menguraikan masingmasing argumen (data) ke dalam komponen penyusunnya. Nah, Belati Okkam akan sangat bermanfaat dalam menyederhanakan sebuah argumen. Saat kita telah menyisihkan hal-hal (elemen-elemen) yang tidak mungkin, maka apapun yang tersisa, betapapun sulit diterima, adalah yang terbaik.[]

Belati Okkam | 105

Pertanyaan Sokrates

Memerlukan pikiran yang sangat tidak biasa untuk mengemban analisis atas hal-hal yang lazim (obvious) A. N. Whitehead (1861-1947), Filsuf dan Matematikawan Inggris

engamalan butir 3 dan 4 nalar kritis (analisis kontradiksi dan pembobotan) sangat terbantu memanfaatkan Metode Sokrates (Socratic Method) atau elenchosdari kata Yunani yang bermakna: telaah silang dengan tujuan membatalkan atau membantah.106 | Ronny Astrada

P

Pertanyaan Sokrates | 107

Metode Sokrates adalah metode negasi untuk mengeliminasi hipotesis. Eliminasi dilakukan dalam bingkai pemikiran bahwa hipotesis yang lebih baik lagi akan ditemukan dengan cara terus-menerus mengenali dan mengeliminasi hipotesis yang mengarah ke kontradiksi (nirkonsisten). Metode ini mirip Belati Okkam. Bila Okkam secara kuantitatif menyisihkan kontradiksi, maka metode ini menyisihkannya secara kualitatif. Okkam mengurangi jumlah elemen. Metode ini membahasakan kembali teori/hipotesis yang telah disederhanakan Belati Okkam ke bentuk yang lebih definitif (mengena, langsung ke inti masalah). Metode ini mencari: (a) hipotesis (dugaan), (b) anggapan (asumsi), atau (c) aksioma (sesuatu yang secara umum diterima sebagai kebenaran), yang bisa jadi secara tidak sadar membentuk108 | Ronny Astrada

pendapat seseorang; lalu menjadikan hipotesis/asumsi/aksioma itu subjek penelitian cermat (scrutiny), untuk menentukan konsistensinya dengan keyakinan atas hipotesis/anggapan/aksioma selainnya. Ia berupaya menentukan syarat perlu dan syarat cukup atas suatu hipotesis/anggapan/aksioma. Caranya dengan menggali (explore) definisi, dalam upaya melukiskan karakteristik umum (sifat, ciri) yang dimiliki beragam contoh khusus (induksi). Sedemikian sehingga mampu mengeluarkan definisi yang tersirat (implisit) dalam keyakinan diri, atau membantu orang lain mengembangkan pemahamannya. Tujuan terakhir diberi nama maieutics (sinonim dari Sokratik). Satu ciri khas rangkaian pertanyaan Sokrates: biasanya ada lebih dari satu jawaban yang benar, dan lebih sering lagi, tidak ada jawaban yang jelas sama sekali (aporia). Sasaran utama metode iniyang biasanyaPertanyaan Sokrates | 109

diterapkan di jurusan hukumbukanlah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang umumnya tak berjawab, tetapi menjelajahi lekak-lekuk (contour) suatu tema (sering tema yang sulit) dan mendidik murid akan kecakapan nalar kritis yang diperlukan dalam jalur profesinya nanti.

Mari menyimak rangkuman dari dialog Sokrates yang direkam muridnya, Plato. Dalam dialog ini Sokrates berdiskusi dengan Euthyphro tentang definisi kesalehan. Sokrates: Apakah yang engkau maksud dengan kesalehan? Euthyphro: Apapun yang disukai oleh dewadewa. Sokrates: Apakah kesalehan dan kebejatan berlawanan?

110 | Ronny Astrada

Euthyphro: Ya. Sokrates: Apakah para dewa tak sependapat satu sama lain tentang apa yang baik, apa yang adil, dan seterusnya? Euthyphro: Ya. Sokrates: Jadi tindakan yang sama dapat disukai oleh sebagian dewa dan dibenci yang lain? Euthyphro: Ya. Sokrates: Jadi tindakan yang sama dapat sekaligus bernilai saleh dan bejat? Euthyphro: ...Ya. Catatan penulis: Di sini, Sokrates menguak kenyataan bahwa pemahaman Euthyphro tentang kesalehan masih bercelah. Celah yang dimaksud ialah praanggapan bawah-sadar Euthyphro akan pemihakannya kepada

Pertanyaan Sokrates | 111

sebagian dewasambil mengecilkan arti dewadewa yang lain. Tentu saja, praanggapan seperti ini hanya dapat terjadi pada seseorang yang menganut paganisme (syirik).

Seorang pakar nalar-kritis, Richard W. Paul telah menggolongkan pertanyaan ala Sokrates ke dalam 6 kategori, untuk memudahkan penggunaannya.7Richard Paul berpose di Universitas Oxford, Inggris.

Keenam kategori ini menyigi 6 area yang saling berkaitan dalam suatu pernyataan/pertanyaan: (i) konsep yang mendasari (klarifikasi),112 | Ronny Astrada

(ii) asumsi (praanggapan), (iii) alasan (sebab) dan bukti, (iv) sudut pandang/perspektif/opini dan pendekatan yang mendasari, (v) efek/akibat dan konsekuensi, dan (vi) muatan pernyataan/pertanyaan itu sendiri. Penerapan keenam area ini disesuaikan dengan keadaan yang dihadapi, tidak harus berurutan seperti yang disajikan di sini. (i) Menyigi konsep di balik pertanyaan atau pernyataan (memperjelas, klarifikasi). Buatlah mereka memikirkan lebih dalam tentang apa tepatnya yang mereka tanyakan atau pikirkan. Buktikan konsep di belakang argumen mereka. Gunakan pertanyaan dasar terangkan lebih banyak (tell me more) untuk mengajak mereka mendalami masalah. Berikut beberapa contoh: Mengapa engkau mengatakan hal itu?Pertanyaan Sokrates | 113

Apa menurutmu isu utama di sini? Mari kita lihat apakah aku sudah memahamimu; apakah maksudmu ___ atau ___? Apa yang kau maksud dengan ___? Bagaimanakah ___ berkaitan dengan ___? Bagaimanakah ini berhubungan dengan masalah/diskusi/isu kita? Dapatkah engkau menguraikannya lebih dalam? Sudikah engkau menjelaskan lebih banyak tentang hal itu? Dapatkah engkau menyatakannya dengan cara lain? Apakah yang engkau, Ahmad, maksudkan dengan komentar ini? Apa menurutmu, Budi, yang dimaksud Ahmad dengan komentarnya? Basia, dapatkah engkau merangkum dalam kata-katamu sendiri apa yang dikatakan Chandra? ...

114 | Ronny Astrada

Chandra, inikah yang kau maksud? Dapatkah engkau memberiku sebuah contoh? Apakah ini dapat menjadi contoh, ___? (ii) Menyigi asumsi (praanggapan). Menyigi asumsi membuat mereka memikirkan praanggapan dan keyakinan membuta tempat mereka memijakkan argumennya. Gali penalaran itu alih-alih menganggapnya lumrah (given). Orang sering menggunakan hal yang tidak dipikirkan matang atau pemahaman yang lemah untuk mendukung argumennya. Berikut beberapa contoh: Apa yang engkau asumsikan? Apa alasan seseorang berasumsi demikian? Engkau agaknya beranggapan ___. Apakah pemahamanku ini benar? Bagaimana engkau memilih asumsi-asumsi itu? Bagaimana engkau memastikan atau menyanggah asumsi itu?Pertanyaan Sokrates | 115

Engkau agaknya berasumsi ___. Bagaimana engkau memberinya pembenaran hingga dapat menganggapnya lumrah? Apakah selalu begitu (is that always the case)? Apa yang membuatmu berpikir bahwa asumsi itu berlaku di sini? Semua jalan pemikiranmu bergantung pada gagasan bahwa ___. Mengapa engkau mendasarkan pemikiranmu pada ___ alih-alih ___? Apa lagi yang kita asumsikan di sini? Apa sebaliknya yang dapat kita jadikan asumsi? Apakah engkau setuju atau tidak mengenai ___? Apa yang akan terjadi jika ___? Tolong jelaskan mengapa/bagaimana ___? (iii) Menyigi alasan (sebab) dan bukti. Saat mereka melukiskan bukti di balik argumen, buktikan jika itu adalah fakta atau fiksi. Fakta umumnya membandel. Orang sering menggunakan bukti116 | Ronny Astrada

terbantahkan, atau lemah untuk mendukung argumen mereka. Berikut beberapa contoh. Apa alasanmu menyatakan hal itu? Bagaimana engkau mengetahui hal ini? Mengapakah ___ terjadi? Bagaimana aku dapat memastikan apa yang engkau katakan? Tunjukkan kepadaku perihal ___? Dapatkah engkau memberiku contoh dari hal itu? Apa hakikat (sifat) hal ini? Apa menurutmu penyebab-penyebab dari ___? Dapatkah engkau menjelaskan alasanmu kepada kami? Apakah alasan-alasan ini memadai?Mengapa engkau pikir hal itu benar? Apa bukti yang tersedia untuk mendukungPertanyaan Sokrates | 117

pernyataanmu? Apakah perbedaan yang dimunculkan bukti itu? Apa dasar teori (rujukan, otoritas) dari argumenmu? Apa informasi lain yang engkau perlukan? (iv) Menyigi sudut pandang atau pendekatan yang mendasari pertanyaan/pernyataan. Jika argumen dinyatakan dari suatu sudut pandang, Anda dapat menyigi argumen secara tidak langsung yakni dengan menyigi sudut pandang di belakangnyasudut pandang yang dijadikan dasar baik tersurat atau tersirat. Tetapi pastikan bahwa memang ada sudut pandang lain (alternatif) yang sama absahnya. Berikut beberapa contoh. Apakah pendekatan ini beralasan, serta dapat dibenarkan? Apa alternatif yang tersedia untuk memandang hal ini?

118 | Ronny Astrada

Mengapakah ___ diperlukan? Siapa yang mengambil untung dari hal ini? Mengapa ini lebih baik daripada ___? Apa saja kekuatan dan kelemahan dari ___? Apa saja kemiripan antara ___ dan ___? Apa saja perbedaan antara ___ dan ___? Bagaimanakah engkau memandang hal ini dengan cara berbeda? Mengapa engkau menyatakan hal itu? Apa yang mengarahkanmu untuk meyakini hal itu? Bagaimanakah itu berlaku untuk kasus ini? Apa yang dapat mengubah pandanganmu? Tetapi, adakah bukti kuat untuk keyakinan itu? Adakah alasan untuk meragukan bukti itu? Siapakah yang berada pada posisi untukPertanyaan Sokrates | 119

mengetahui bahwa itu benar? Apa yang akan engkau katakan kepada seseorang yang berpendapat bahwa ___? Dapatkah pihak lain memberikan bukti untuk mendukung pandangan itu? Apa jalan pemikiran yang membawamu kepada kesimpulan itu? Bagaimanakah engkau mendapati hal itu benar? (v) Menyigi akibat dan konsekuensi. Argumen yang mereka berikan mungkin memiliki akibat atau konsekuensi logis yang dapat diprediksi. Apakah ia masuk akal? Apakah ia diharapkan? Berikut beberapa contoh. Lalu, apa yang akan terjadi? Apa konsekuensi dari asumsi itu? Bagaimanakah ___ dapat digunakan untuk ___? Apa akibat-akibat dari ___?

120 | Ronny Astrada

Bagaimanakah ___ selaras dengan apa yang sudah kita pahami? Mengapakah ___ penting? Mengapa pendekatan ini dipandang sebagai yang terbaik? Apa yang engkau maksudkan dengan hal itu? Saat engkau menyatakan ___, apakah engkau memaksudkan ___? Tetapi, jika itu terjadi, apa ada hal lain yang akan terjadi sebagai akibatnya? Mengapa? Apa efek yang akan ia akibatkan? Apakah itu memang mesti terjadi atau hanyalah mungkin terjadi? Apa alternatifnya? Jika ___ dan ___ adalah masalahnya, maka apa lagi yang mungkin juga benar? Jika kita menyatakan bahwa ___ itu etis,Pertanyaan Sokrates | 121

bagaimana dengan ___? (vi) Menyigi pertanyaan/pernyataan. Terkadang bermanfaat untuk bercermin pada pertanyaan, lalu menyerang pertanyaan dengan pertanyaan itu sendiri. Berikut beberapa contoh. Apa gunanya menanyakan pertanyaan itu? Mengapa menurutmu aku menanyakan pertanyaan ini? Apakah artinya? Bagaimanakah kita menemukan jawabannya? Apa yang diasumsikan pertanyaan ini? Apakah ___ akan mengajukan pertanyaan ini secara berbeda? Bagaimanakah seseorang menjawab pertanyaan ini? Dapatkan kita menguraikan pertanyaan ini ke dalam bagian-bagiannya?

122 | Ronny Astrada

Apakah pertanyaan ini jelas? Apakah kita memahaminya? Apakah pertanyaan ini mudah atau sulit dijawab? Mengapa? Apakah pertanyaan ini meminta kitaPertanyaan Sokrates | 123

mengevaluasi (menimbang ulang) sesuatu? Apakah itu? Apakah kita semua sependapat bahwa inilah pertanyaannya? Untuk menjawab pertanyaan ini, apa pertanyaan lain yang mesti dijawab terlebih dahulu? Aku tidak yakin aku memahami bagaimana engkau menafsirkan pertanyaan ini. Apakah ini sama seperti ___? Seberapa dapat ___ menyuratkan isunya (how would ___ state the issue)? Mengapa isu ini penting? Apakah ini pertanyaan terpenting, atau adakah pertanyaan di belakangnya yang merupakan isu sesungguhnya?

124 | Ronny Astrada

Sokrates sendiri mengakui ketidaktahuannya. Beliau yakin bahwa kesadaran akan ketidaktahuannya itu menjadikannya lebih bijak tinimbang mereka yangmeski tidak tahutetap mengklaim berpengetahuan. Meski terkesan Patung Sokrates di Athena, Yunani. paradoks, yakni mengetahui ketidaktahuan diri adalah klaim memiliki pengetahuan juga; kesadaran ini memudahkan Sokrates menemukan kekeliruankekeliruan dalam dirinya, dalam hal mana orang lain bisa jadi beranggapan mereka benar. Kesadaran itu membantu Sokrates terhindar dariPertanyaan Sokrates | 125

penyakit hati yang dilabeli Al-Muhasibiserta disepakati Al-Ghazalisebagai ghuruur (delusi-diri). Bila Al-Muhasibi dikenal sebagai sosok spiritualitas Islam yang diperhitungkan karena sering menghitung-hitung (hisaab) dirinya, maka Sokrates dipuji sebagai yang paling bijak di antara segenap manusia atau tiada manusia yang lebih bijak dibandingkan Sokrates, di masanya. Ungkapan inspiratif Sokrates adalah hidup tanpa ujian (pertanyaan-pertanyaan kritis) tidaklah bernilai untuk dijalani; dengan kata lain, hidup tanpa masalah demi masalah (QS al-Balad [90]: 4) tidaklah hidup![]

126 | Ronny Astrada

Memburu Solusi Heuristik Polya dengan 10

Keberuntungan lebih menyukai pikiran yang siap Louis Pasteur (1822-1895), Pendiri Mikrobiologi

engamalan nalar-kritis dengan memanfaatkan peranti-peranti kreatif seperti belati Okkam atau pertanyaan Sokrates bersifat umum sehingga bagi sebagian sidang pembaca mungkin terkesan gampanggampang susah.Memburu Solusi dengan 10 Heuristik Polya | 127

P

Meski saya merinci langkah-langkah penalaran kritis seperti terlihat pada skema, tetapi sejatinya urut-urutan itu mengikuti naluri akal sehat, sehingga sejatinya tidak perlu dihafalkan. Ia inheren dalam setiap diri yang mau menggunakan akalnya. Akan tetapi, demi memudahkan pengamalannya dalam keseharian, maka saya petikkan pula dua kiat: (1) kiat pertama sangat cocok untuk pencarian solusi (pemecahan masalah), alias mencari jawaban dari suatu masalah yang sudah Anda definisikan. Kiat ini akan memanfaatkan 10 heuristik George Polya, seorang matematikawan yang berkeinginan kuat untuk menjelaskan matematika dengan bahasa pasar lewat bukunya How to Solve It.128 | Ronny Astrada

Polya menunjukkan bahwa kiat untuk pemecahan persamaan matematika dapat pula diterapkan untuk pemecahan masalah sehari-hari. Ini sejalan dengan mazhab saya, yakni metode ilmiah bukanlah peranti kalangan elit di lembaga riset dan pendidikan, tetapi peranti keseharian bagi siapa saja. (2) kiat kedua dirancang untuk pemilihan resolusi (pengambilan keputusan). Saya akan memanfaatkan kiat yang dikembangkan oleh Kepner-Tregoe, dan mudahmudahan penyederhanaan yang saya lakukan benar-benar efektif sehingga dapat Anda manfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, amiin. Kiat kedua akan diulas pada bab berikutnya.

Polya memberikan 10 cara penemuan solusiMemburu Solusi dengan 10 Heuristik Polya | 129

yang saya namai 10 Heuristik Polya. Analogi. Adakah masalah yang serupa dengan masalah ini, namun telah terselesaikan? Analogi adalah penyimpulan (inference, argument) dari sesuatu yang tertentu ke sesuatu yang tertentu lainnya. Generalisasi. Adakah masalah yang lebih umum daripada masalah ini? Ini mirip penalaran induktif, yakni mereka yang umum dari sekian buah contoh khusus. Konsep G adalah generalisasi dari konsep S, jika: (a) setiap isi S tergolong G, (b) ada isi G yang tidak tergolong S. Musik adalah generalisasi dari keroncong, sebab ada musik yang bukan keroncong, yakni dangdut, kasida, atau pop. Lawan generalisasi adalah spesialisasi, yakni S adalah spesialiasi dari G.130 | Ronny Astrada

Improvisasi (variasikan persoalan). Dapatkah masalah divariasikan atau digubah untuk menyusun sebuah atau serangkaian masalah baru yang solusinya membantu menuntaskan persoalan semula? Masalah sekunder (auxiliary problem). Adakah submasalah atau masalah sampingan yang solusinya akan menolong menuntaskan masalah semula? Pengenalan pola (pattern recognition). Adakah masalah lain yang berkaitan dengan masalah ini dan sudah tuntas? Uraikan karakteristik masalah dan cocokkan dengan karakteristik masalah lain yang sudah terpecahkan. Bila suatu solusi cocok untuk masalah dengan karakteristik sama, maka solusi itu berpeluang besar cocok pula bagi masalah yang tengah dihadapi. Spesialisasi. Adakah masalah yang lebih spesifik dan sudah ditemukan solusinya? Ini mirip penalaranMemburu Solusi dengan 10 Heuristik Polya | 131

deduktif. Konsep S adalah spesialisasi konsep G bila: (a) setiap unsur S tergolong unsur G, dan (b) ada unsur G yang tidak tergolong unsur S. Solusi dari masalah yang lebih spesifik, bisa jadi membantu untuk menuntaskan masalah yang lebih umum. Racik ulang (penguraian dan pengombinasian ulang, atau faktorisasi). Dapatkah persoalan diuraikan unsur-unsurnya, lalu dikombinasikan ulang dalam cara yang baru? Ini mirip heuristik divide et impera (divide and conquer), yakni memecah belah masalah menjadi submasalah, lalu submasalah menjadi subsubmasalah hingga mencapai bentuk paling sederhana yang lebih mudah dipahami dan diselesaikan, lalu menuntaskan setiap submasalah, dan dengan demikian: kombinasi segenap solusi tadi menjadi solusi dari masalah semula.132 | Ronny Astrada

Julius Caesarstrategis divide et imperamenerima penyerahan kepala suku Gaul (Perancis), Vercingetorix (inset monumennya di Perancis). Penerapan strategi ini di dunia politik (militer) merupakan kebalikan dari dunia ilmiah: kekuatan-kekuatan yang kecil dicegah untuk bergabung menjadi kekuatan yang besar, sebab memecah belah sebuah kekuatan besar dalam kenyataan lebih sulit.

Subdivisi dapat berupa komponen masalah

Memburu Solusi dengan 10 Heuristik Polya | 133

seperti di atas, atau berupa belahan masalah. Membuat roda, rangka, rantai, dudukan; yang kombinasinya menyusun sebuah sepeda adalah subdivisi komponen. Membersihkan 10 tangkai daun kelapa setiap 1 hari, selama 10 hari berturut-turut; dan kombinasinya menyusun sebuah sapu dengan 100 lidi adalah subdivisi belahan (decrease and conquer). Jalan mundur. Dapatkah penuntasan dimulai dari tujuan (dari depan) lalu mengerjakannya mundur ke sesuatu yang telah diketahui (mundur selangkah demi selangkah ke belakang)? Ini mirip heuristik urut-mundur (backward134 | Ronny Astrada

chaining) atau nalar top-down, atau penalaran abduktif. Kiat ini disetir oleh tujuan (goal driven), lawan dari data driven (dalam kiat urut-maju/forwardchaining atau bottom-up). Kanziseekor bonobo (simpanse kerdil, Pan Paniscus)menyontohkan heuristik ini saat tengah diajari bagaimana membuat pisau batu oleh pelatihnya. Tak mampu menirukan cara kerja sang pelatih, Kanzi akhirnya beralih ke caranya, yakni membanting batu ke atas batu, lalu memilih kepingan yang memiliki ujung tajam. Kanzi memahami produk akhir (tujuan) yang dicontohkan pelatihnya (batu bersisi tajam) dan melihat kemiripan pisau batu itu dengan serpihan bebatuan yang pernah ia temukan di alam liar (sesuatu yang telah diketahui). Jalan mundur yang ia tempuh (baca dari kanan ke kiri): serpihan batu Kita tetapkan bernilai 5 (karena agaknya pihak Malaysia gemar mengulur-ulur waktu). Selanjutnya, kita peroleh nilai sunnah alternatif pertama sebagai berikut: [] Kriteria Sunnah 1: bobot 5 * nilai 10 = 50, [] Kriteria sunnah 2: bobot 5 * nilai 10 = 50, [] Kriteria sunnah 3: bobot 10 * nilai 5 = 50, Jadi total nilai-terbobot bagi alternatif pertama adalah 150. Lakukan lagi hal yang sama untuk keempat alternatif tersisa. (iii) Seleksi dua atau tiga peringkat teratas. Berdasarkan nilai-terbobot dari 3 alternatif tadi, pilih 2 peringkat teratas. Andaikan saja bahwaMemutuskan Resolusi dengan Kiat Kepner-Tregoe | 149

alternatif yang terpilih adalah dua alternatif pertama: diplomasi langsung dan diplomasi multilateral. (5) Antisipasi konsekuensi. Rinci konsekuensi merugikan masing-masing alternatif terseleksi dan pertimbangkan peluang (probability: Tinggi/T, Sedang/S, Rendah/R) dan seberapa parah (severity: T, S, R). Di tahap ini, kita menyusun what-if scenario (skenario kemungkinan) jika memutuskan alternatif 1 atau 2. Ambil contoh, jika memutuskan alternatif 1, maka konsekuensi yang mungkin: [] Kesepakatan berhasil dibuat (peluang: R, akibat: T), [] Perundingan berlarut-larut (peluang: T, akibat: T), [] dst.

150 | Ronny Astrada

(6) Putuskan satu, pilihan akhir dan final dari 2 alternatif tadi.

Memutuskan Resolusi dengan Kiat Kepner-Tregoe | 151

Tahap ini dapat diiringi upaya spiritual seperti bershalat istikharah. Patut dicamkan, andai alternatif kelima (tidak berbuat apa-apa) lolos dari kriteria wajib, dan terpilih sebagai keputusan; maka itu pun merupakan keputusan yang bertanggung jawab (educated decision), karena telah melalui ikhtiar analisis sistematis, bukan karena kemalasan. Akhirnya, setelah menimbang konsekuensi masing-masing alternatif maka putuskan arah yang mesti diambil secara tim, lalu laksanakan (amalkan). Setelah itu, barulah kita berdoa, bertawakal.[]

152 | Ronny Astrada

Internal dan Konsistensi

Pengaruh Bias

Cacat pada alis tak nampak di mata Peribahasa Tamil

hilaf itu manusiawi. Ini sikap yang penting dalam menerapkan nalar-kritis baik dalam mencari solusi atau memutuskan resolusi. Wawasan setiap manusia selalu mengandung celah, noktah gelap. Janganlah sungkan untuk menjawab dengan, Tidak tahu,Konsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 153

K

sebab bahkan para agamawan klasik banyak yang menyatakan bahwa, Sebagian pengetahuan agama ada dalam Kitab-Nya, sebagiannya lagi dalam sunnah rasul-Nya, dan sisanya ada dalam pernyataan, Aku tidak tahu. Bagi khalayak umum mungkin pernyataan tidak tahu sering dihindari karena tidak ingin dianggap bodoh. Akan tetapi sesungguhnya seseorang tidaklah bodoh bila mengetahui apa yang ia tidak ketahui. Inilah sebabnya jawaban tidak tahu juga mencerminkan kekritisan nalar seseorang. Bagi mereka yang mencibir saat Anda menjawab tidak tahu, maka bukankah bersikap lapang dada dan rendah hati menerimanya adalah juga bagian dari karakteristik seseorang yang bernalar kritis?

Akibat keniscayaan kekurangan wawasan pada154 | Ronny Astrada

setiap insan, maka penalaran akan lebih kritis bila kita menyadari beberapa bias yang barangkali secara tidak sadar hadir atau laten dalam pertimbangan kita. Bias adalah praasumsi atau praanggapan atau prasangka, yakni saat seseorang secara inheren/laten memiliki kelebihsukaan (kecondongan) kepada suatu pandangan atau ideologi (termasuk agama) tertentu. Bias dapat berasal dari (a) kesetiaan sosial, (b) kekhawatiran akan risiko sosial, juga (c) ruang lingkup (batas) pengamatan. Bias menciderai objektivitas, dan dengan demikian keabsahan suatu kesimpulan. Ambil contoh sebuah subkategori bias, yakni bias sistemis di mana keberadaan bias diakibatkan cacat yang inheren dalam suatu sistem. ManakalaKonsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 155

penggeledahan anti-terorisme di bandara didasarkan pada profil rasial, yakni menggeledah semua calon penumpang yang Muslim atau Arab, maka sistem penggeledahan seperti itu mengandung bias sistemis. Tujuan sejati penggeledahan adalah mencegah teroris mengeksekusi aksi terornyatidak peduli ia teroris dengan profil apa. Apakah Muslim, Kristen, Yahudi, Budha, Hindu, ataukah Arab, Barat, Tionghoa, dst. Sistem seperti ini akan mudah ditelikung dengan memalsukan identitas dan penampilan fisik.

Studi tentang bias kesadaran (cognitive bias) dipelopori oleh pionir sains kognisi, Amos Tversky (1937-1996) dan Daniel Kahneman (l. 1934). Mereka mengklaim bias setidaknya akan menjadi efek samping pemecahan masalah yang156 | Ronny Astrada

memanfaatkan heuristik. Ada beberapa bias yang paling umum.

Bias selintas lalu (hindsight), kadang disebut efek sudah kuduga sebelumnya (I knew it all along), yakni kecondongan untuk memandang peristiwa yang sudah terjadi sebagai dapat diduga dan beralasan untuk diharapkan. Padahal ini hanya karena peristiwa itu lebih mudah diingat karena lebih kini, dan bukan karena frekuensi kejadiannyaKonsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 157

yang dominan. Orang condong merasa kemampuannya memprediksi peristiwa lebih akurat daripada semestinya, sesudah suatu peristiwa yang ia ramalkan benar-benar terjadi. Ia mengabaikan banyaknya frekuensi di mana ramalannya salah. Contoh sehari-hari ialah frasa kesayangan, Aku bilang juga apa! untuk mengomentari kesalahan orang lain. Bias ini dapat dikurangi dengan mengingat bahwa suatu peristiwa dapat memiliki alternatifalternatif akibat yang sama-sama berpeluang untuk terjadi. Ambil contoh, suatu hari Ragil kecopetan. Temannya, Raka berkomentar, Apa kataku juga? Makanya, jangan bawa dompet di tempat ramai! Peristiwa: Ragil membawa dompet di tempat ramai, mungkin semacam pasar atau bazar. Akibat-akibat alternatif: (1) Ragil cuci mata158 | Ronny Astrada

menikmati keramaian lalu pulang, (2) Ragil berjajan lalu pulang, (3) Ragil membeli oleh-oleh lalu pulang, (4) Ragil mendapat kenalan baru lalu pulang, (5) dll. Jadi, selain akibat kecopetan, bukanlah tidak mungkin ada sekian akibat alternatif yang lebih sering terjadi di mana Ragil pulang ke rumah selamat dengan dompetnya. Di sini, penyimpulan Raka bahwa sebab Ragil membawa dompet di tempat ramai maka membawa akibat ia kecopetan, adalah kesimpulan yang bias. Pelajaran yang dapat diambil: Raka tidak perlu merasa salah dan menjadi takut membawa dompet ke tempat ramai. Kecopetan adalah peristiwa yang kadang terjadi, tetapi tidak selalu dan melulu itu yang terjadi. Kekeliruan penyematan (fundamental attribution error atau actor-observer bias atau correspondence bias atau overattribution effect), yakni kecondongan menjelaskan perilaku seseorangKonsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 159

berdasarkan pembesar-besaran tingkah laku atau ciri kepribadian yang teramati pada diri seseorang sambil mengabaikan peranan dan daya-pengaruh situasi pada perilaku itu. Bias ini dapat diminimasi bila seseorang mengevaluasi perilakunya sendiri. Contoh seharihari, pramuwisma sering diidentikkan dengan kebodohan, Kalau tidak bodoh, tidak mungkin dia jadi pembantu! Ini mengingkari peluang bahwa ada saja pramuwisma yang pandai. Akibatnya, modus penipuan dengan menyaru menjadi pembantu sangat sukses. Contoh lain, media tv sering memilih narasumber lebih atas dasar popularitasnya, bukan kompetensinya pada suatu bidang, misalnya memanfaatkan pandangan seorang bintang sinetron untuk beragam topikyang jelas akan menghadirkan pandangan yang kurang bermanfaat sebagai panduan/rujukan bagi penonton, selain sekadar menghibur.160 | Ronny Astrada

Contoh lain, orang cenderung menganggap para penerima dana bantuan tunai pemerintah sebagai pemalas. Contoh di AS, keturunan Afrika cenderung dipandang miring sebagai berkecenderungan kriminal. Bias penegasan (confirmation), yakni kecondongan untuk mencari-cari atau menafsirkan data agar selaras dengan atau menegaskan prakonsepsi seseorang. Istilah populer yang terkait bias ini adalah self-fulfilling prophecy (ramalan yang kejadian). Bias ini dapat diminimasi dengan membalik (menegasikan) kesimpulan yang telah dibuat, menghimpun bukti/argumen yang mendukung negasi itu, lalu berupaya mematahkan negasi itu. Apabila tak terpatahkan, maka itu pertanda samar bahwa kesimpulan awal mengandung bias. Saya sebut pertanda samar, sebab bisa jadi, kedua argumen (positif maupun negasinya) sama kuatnya, sehingga sama-sama dapat diterima (netral).Konsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 161

Namun cara paling efektif adalah dengan menyimak seksama kritik, sebab bias ini paling sulit diswadeteksi. Contohnya, pria yang meyakini tengah berbincang lewat telepon dengan seorang wanita yang memikat akan bertutur ramah melebihi biasanya. Sang mitra wanita yang tak terlihat akan merespon pula dalam cara yang ramah dan memikat. Akibatnya, siklus positif (yang bias) tercipta. Kesimpulan pria di atas adalah karena suara wanita mitranya bertelepon itu merdu, maka ia pasti tengah berbincang dengan seorang wanita yang cantik. Ini dapat dinegasikan menjadi: apakah suara yang merdu pertanda bahwa sang pemilik suara juga cantik? Dengan menghimpun bukti dan argumen, saya yakin kesimpulan sebaliknya (negasi) bahwa perempuan bersuara merdu belum tentu berwajah cantik akan sulit dipatahkan. Kenyataannya, hanya sedikit perempuan cantik yang162 | Ronny Astrada

sekaligus bersuara merdu. Bias swaladeni (self-serving), yakni saat orang condong mengklaim tanggung jawab atas keberhasilan daripada kegagalan; atau kecondongan menelaah data yang taksa (ambigu) dalam cara yang menguntungkan dirinya. Cara meminimasi bias ini ialah dengan berupaya memahami kedua sisi mata uang, atau memahami paradigma pihak lain. Contoh sehari-hari, bila seseorang diterima cintanya oleh seorang gadis akan berkata, Jelas aja, aku kan ngganteng! sementara bila ditolak, Cewek itu sombong banget! Bias ini istilah gaul-nya GR (Gede Rasa). Kedua pernyataan tadi jelas bertolak dari pandangan aku adalah pusat dunia, dan mengabaikan sudut pandang pihak lain. Contoh lain, meski media memberitakan opini kedua belah pihak, masing-masing pemirsa yangKonsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 163

memihak salah satu partai cenderung memandang media berat sebelah.

Ada pandangan baru dari David C. Funder, profesor psikologi di University of California at Riverside, dan Joachim I. Krueger, profesor-madya psikologi di Brown University, yang menengarai164 | Ronny Astrada

kemungkinan bias dimanfaatkan sebagai jalan pintas penaksiran yang membantu manusia melakukan prediksi manakala informasi yang tersedia sangat terbatas. Bias, dengan demikian, akan selalu bersama kita. Cara menyikapinya ialah dengan membentuk suatu sikap moderat yang mewaspadai setiap benih ekstrimitas. Bukankah bias pun masih mendera komunitas yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip metode ilmiah itu sendiri? Ada, misalnya, ungkapan bahwa sains itu bebas nilai. Akan tetapi, bukankah teori kuantum sudah menyimpulkan bahwa pengamatan atas objek penelitian pun turut mempengaruhi hasil penelitian. Jadi, hasil penelitan seseorang yang memegang teguh agamanya pasti jauh berbeda dengan mereka yang menganggap sepi agamanya. Allah tentu lebih mengetahui![]

Konsistensi Internal dan Pengaruh Bias | 165

Sintesis Strategi Heuristik

Ada dua pertimbangan bagi gagasan apapun. Pertama, Apakah ia memang bagus? Kedua, Dapatkah ia dengan mudah diamalkan? Jean-Jacques Rousseau (1712-1778), Filsuf Perancis berkebangsaan Swiss

kuran yang diterapkan Rousseau tadi membuat saya deg-degan. Meski telah berupaya menyederhanakan semudah mungkin pokok bahasan, tetapi saya yakin pasti ada kekurangan yang membuat uraian 2 kompetensi utama SDMi di sekujur kajian ini mungkin gagal166 | Ronny Astrada

U

pada kriteria kedua Rousseauatau lebih parah lagi: gagal bahkan di kriteria pertama!

Andai Anda berkenan melayangkan kritik terutama yang pedas (saya penggemar yang pedaspedas... :) )atau sekadar pertanyaan, jangan ragu menulis ke alamat email saya untuk buku-buku saya, yakni di [email protected]. Sekadar berbagi uneg-uneg usai membaca buku ini pun boleh.

Sintesis Strategi Heuristik | 167

Bab ini akan merekap segenap ulasan kita, sambil memberikan peta besar Xmind-nya. Tujuannya jelas: agar kajian ini lolos ujian Rousseau di atas tadi.

Kompetensi dasar SDMi hanya dua: (1) Penemuan solusi (pemecahan masalah), dan (2) pemutusan resolusi (pengambilan keputusan). Kedua kompetensi tadi sesungguhnya sudah diajarkan sejak di bangku sekolah menengah, yakni metode ilmiah. Metode ilmiah klasik itu kita modifikasi agar memasukkan pula pertimbangan kewahyuan sebagai uji konsistensi eksternalsehingga tidak hanya mengandalkan ulasan-mitra (peer review). Pengamalan metode ilmiah ke titik optimumnya memerlukan cara bernalar kritis. Ini terbantu dengan

168 | Ronny Astrada

memanfaatkan dua peranti sederhana: belati Okkam dan pertanyaan Sokrates. Agar lebih mudah diamalkan, penerapan metode ilmiah dalam penemuan solusi (pemecahan masalah) memanfaatkan kiat-kiat praktis Polya. Sementara penerapan metode ilmiah dalam pemutusan