Upload
ngolien
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Scanned by CamScanner
Maklumat Ketua Mahkamah Agung Nomor: 01/Maklumat/KMA/2017
TentangPengawasan dan Pembinaan Hakim, Aparatur MA dan Badan Peradilan di
BawahnyaBawahnya
Memerintahkan kepada Para Pimpinan MA danbadan Peradilan di bawahnya secara berjenjang:
1. Meningkatkan efektivitas pencegahan terjadinyapenyimpangan dalam melaksanakan tugas ataupelanggaran perilaku Hakim, Aparatur MA danBadan Peradilan di bawahnya denganmelakukan pengawasan dan pembinaan didalam maupun di luar kedinasan secara berkaladan berkesinambungan
2. Memastikan tidak adanya lagi Hakim danAparatur yang dipimpinnya melakukanperbuatan yang merendahkan wibawa,kehormatan dan martabat MA dan badanperadilan di bawahnya;
3. Memahami dan memastikan terlaksananyakebijakan Mahkamah Agung
Jam Kerja Hakim
Adanya izin tertulis dari atasan untuk
Hakim yang meninggalkan kantor sebelum jam pulang
kantor
Izin tertulis bagi Hakim yang tidak
masuk kerja di luar kedinasan
Izin langsung dari KMA utk Hakim yang
hendak berpergian ke luar negeri, kecuali utk
kepentingan agama cukup
izin dari pimpinan satker
Pengawasan Pembinaan
Perma Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pengawasan dan Pembinaan atasan
langsung di Lingkungan MA dan Badan Peradilan di Bawahnya
PENGAWASAN
Memantau dan
mengamati dan
memeriksa pelaksanaan tugas agar berjalan sesuai dengan rencana,
ketentuan berlaku dan berdayaguna
Meminta laporan
pertanggungjawaban atas pelaksan
aan tugas
bawahan
Mengidentifikasi dan
memeriksa gejala
penyimpangan serta
kesalahan yang terjadi, menentukan sebab akibat
serta cara mengatasinya
Merumuskan
tindaklanjut dan
mengambil
langkah-langkah sesuai dengan
kewenangannya
Berkonsultasi kepada
atasan langsung
secara berjenjang
dalam rangka
peningkatan mutu
pengawasan yang
dilakukan
PEMBINAAN
Menjelaskan pembagian
tugas, fungsi dan
kewenangan bawahan dibawah
kendali yang berkala
Menetapkan dan
menyetujui sasaran kerja bawahan dan memberikan penilaian dan
evaluasi capaian kerja
Menjelaskan, membuat dan menyepakati
prosedur pelaksanaan
pekerjaan atau kegitan yang dinilai kurang
jelas atau diatur secara khusus
Membina bawahan agar
dapat melaksanakan tugas dengan
baik
Perma Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pengawasan dan Pembinaan
(whistleblowing system) di MA dan Peradilan di Bawahnya
Pengaduan yang ditindaklanjuti
Pengaduan yang tidak
ditindaklanjuti
Pengaduan yang ditindaklanjuti
Identitas pelapor jelas
dan substansi/ materi
pengaduan yang logis dan
memadai
Identitas pelapor tidak jelas namun
substansi/materi
pengaduannya logis dan memadai
Identitas pelapor jelas
namun substansi/materi pengaduan kurang jelas
dapat direkomendasik
an utk diklarifikasi
Pengaduan dengan
permasalahan serupa dengan
pengaduan yang sedang
atau telah dilakukan
pemeriksaan, direkomendasi
kan utk tambahan informasi
Pengaduan yang tidak ditindaklanjuti
Identitas pelapor
tidak jelas dan tidak
disertai data yang
memadai dan tidak
menunjanginformasi
yang diadukan
Identitas pelapor
tidak jelas dan tidak
menunjukkan substansi secara jelas
Pengaduan dimana Terlapor
sudah tidak lagi bekerja
sebagai Hakim
dan/atau Pegawai ASN di Pengadilan
Pengaduan yang
mengandung unsur tindak pidana dan
telah ditangani oleh pejabat
yang berwenang
Pengaduan menganai keberatan terhadap
pertimbangan yuridis dan substansi putusan pengadilan
Pengaduan mengenai pihak atau
instansi lain di luar
yurisdiksi pengadilan
Keputusan KMA Nomor 069/KMA/SK/V/2009 tentang Perubahan Pertama atas Keputusan KMA Nomor 71
.KMA.SK/V/2008 tentang Ketentuan Penegakan Disiplin Kerja dalam Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Khusus Kinerja
Hakim dan Pegawai Negeri pada Mahkamah Agung dan Badan peradilan yang ada di Bawahnya
Pegawai yang terlam
bat masuk kantor
dan pulang sebelu
m waktun
ya, dikurangi 1%
Pegawai yang tidak
masuk kerja
dikurangi 5%
Hakim dan Pegawai Negeri
yang tidak mengikuti
upacara bendera tanggal 17
Agustus, Upacara HUT MA dan
upacara nasional lainnya tanpa
alasan yang sah, dikurangi 5%
Hakim dan Pegawai
memalsukan atau
membantu memalsukan tandatangan
absesnsi hadir atau
pulang untuk oranglain, dikurangi
10%
Hakim dan Pegawai
negeri yang menjalanka
n cuti alasan
penting, dikurangi
1%, kecuali adanya
musibah
Keputusan Bersama MA dan KY No. 047/KMA/SKB/IV/2009 dan No. 02/SKB/P.KY/IV/2009 tentang Kode Etik dan Pedoman
Perilaku Hakim
1. Berperilaku
adil
2. Berperilaku
jujur
3. Berperilaku arif dan
bijaksana
4. Bersikap mandiri
5. Berintegritas
tinggi
6. Bertanggun
gjawab
7. Menjunjung tinggi harga
diri8. Berdisiplin
tinggi
9. Berperilaku rendah hati
10. Bersikap profesional
Keputusan KMA No. 122/KMA/SK/VII/2013 tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku
Panitera dan Jurusita
Sikap dalam melaksanakan
tugasSikap dalam persidangan
Sikap Panitera dan Jurusita dalam melaksanakan tugas
Wajib melayani
masy pencari
keadilan dg pelayanan prima yi. Sopan, teliti,
sunggug-sungguh
dann tidak membedaka
n status sosial dan golongan
Panitera wajib
menjaga kewibaw
aan dalam persidangan
Panitera dan
jurusita wajib
bersikap sopan santun
dan tidak
melakukan
perbuatan
tercela
Panitera dan
jurusita dilarang
memberikan kesa
memihak kepada
salah satu pihak
berperkara atau
kuasanya
Panitera dilarang memboc
orkan hasil
musyawarah/ko
nsep putusan kepada
siapapun
Jurusita dilarang mewakilkan kepada siapaun
penyampaian relaas panggilan ataupun
pemberitahuan
Sikap Panitera dan Jurusita dalam persidangan
Panitera wajib berpakaian rapi
sesuai dg ketentuan yg
berlaku & duduk dg sopan
mengikuti sidang
pemeriksaan perkara
Panitera wajib adil dan tidak
membeda-bedakan para pihak dalam
memanggil ke dalam ruang persidangan
Panitera dilarang
mengaktifkan HP/ponsel
selama persidangan berlangsung
Panitera dilarang
mengantuk/tidur selama
persidangan berlangsung
1.Mentaati segala peraturan perundang-undangandan peraturan kedinasan yang terkait dengantugas pokok dan fungsi MA
2.Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, bersemangatdan bertanggungjawab;
3.Memberikan pelayanan dengan sebaik-baikbyakepada stakeholder MA menurut bidang masing-masing;
4.Wajib melaksanakan perintah kedinasan yangdiberikan oleh atasan yang berwenang;
5.Mentaati ketentuan jam kerja;6.Wajib memelihara barang milik Negara sesuaidengan tanggung jawabnya masing-masing;
7. Berpakaian rapi dan sopan mengenakantanda pengenal dalam lingkungan kerja;
8. Bersikap dan bertingkah laku sopansantun terhadap sesama pegawai danatasan;
9. Menindaklanjuti setiap pengaduandan/atau dugaan pelanggaran kode etik;
10. Menciptakan dan memelihara suasanakerja yang baik;
11. Menjaga nama baik korps pegawai daninstitusi MARI;
1. Melakukan perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme;2. Melakukan tindakan yang dapat berakibat merugikan
stakeholders Mahkamah Agung;3. Menjadi simpatisan atau anggota atau pengurus partai
politik;4. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan pertentangan
kepentingan (confict of interest);5. Melakukan penyimpangan prosedur dan/atau menerima
hadiah atau imbalan dalam bentuk apapun dari pihakmanapun yang diketahui atau patut diduga bahwapemberian itu itu bersangkutan atau mungkinbersangkutan dengan jabatan atau pekerjaanpegawai/pejabat yang bersangkutan;
6.Memanfaatkan barang-barang, uang atau surat-surat berharga milik negara tidak sesuai denganperuntukannya;
7.Membuat, mengkonsumsi, memperdagangkandan atau mendistribusikan segala bentuknarkotika dan minuman keras dan atau obat-obatan psikotropika dan atau barang terlaranglainnya secara ilegal;
8.Melakukan perbuatan asusila dan berjudi;9.Memanfaatkan rahasia negara dan/atau rahasia
jabatan untuk kepentingan pribadi, golonganatau pihak lain;
Putusan Mahkamah Agung Nomor 36 P/HUM/2011 tanggal 9
Februari 2012
Putusan Mahkamah Agung
MAHKAMAH AGUNGAKANMEMBERHENTIKANPIMPINAN MA ATAUPIMPINAN BADANPERADILAN DIBAWAHNYA SECARABERJENJANG DARIJABATANNYA SELAKUATASAN LANGSUNGAPABILA DITEMUKANBUKTI BAHWA PROSESPENGAWASAN DANPEMBINAAN OLEHPIMPINAN TERSEBUTTIDAK DILAKUKANSECARA BERKALA DANBERKESINAMBUNGAN
MAHKAMAHAGUNG TIDAKAKANMEMBERIKANBANTUAN HUKUMKEPADA HAKIMMAUPUNAPARATUR MA DANBADAN PERADILANDI BAWAHNYAYANG DIDUGAMELAKUKANTINDAK PIDANADAN DIPROSES DIPENGADILAN.
“SELAMAT MENGABDI DAN BERBAKTI BAGI KEPENTINGAN MASYARAKAT, BANGSA DAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA”
SOSIALISASI SK SEKRETARISMARI NOMOR 147 / 2017
Kewajibanpenyampaian LHKPNdi lingkungan MA-RIdan badan Peradilandi Bawahnya
PENGERTIAN
Apa itu LHKPN ? laporan yang wajib disampaikanoleh penyelenggara Negaramengenai harta kekayaan yangdimilikinya saat pertama kalimenjabat, sedang menjabat,mutasi, promosi dan pensiun.
MANFAAT
Diri sendiria. Memenuhi kewajiban undang-undangb. Alat akuntabilitas terhadap publikc. Penanaman sifat kejujuran dan tanggung jawabd. Tertib administrasi keluargae. Pembangkit rasa takut untuk melakukan korupsi
Instansi dan Masyarakata. Alat penguji integritas calon aparatb. Alat pengawasanc. Sarana kontrol dari masyarakat.
DASAR HUKUM LHKPNUURI Nomor 28 Tahun 1999 tentang PenyelenggaraNegara Yang Bersih Dan Bebas Dari Korupsi, Kolusi DanNepotisme;UURI Nomor 30 Tahun 2002 tentang KPK;UURI Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;Inpres Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatanpemberantasan Korupsi;Peraturan KPK Nomor: 07 Tahun 2016 tentang Tata CaraPendaftaran, Pengumuman dan Pemeriksaan HartaKekayaan Penyelenggara Negara;Keputusan Sekretaris MARI Nomor 147/Sek/SK/VIII/2017tentang kewajiban penyampaian LHKPN di lingkunganMA dan badan peradilan di bawahnya
RUANG LINGKUP LHKPN Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;Menteri;Gubernur;Hakim;Pejabat negara yang lain sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan yang berlaku; danPejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalamkaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berlaku, ex: Jaksa, Panitera
JABATAN LAINNYA :Surat Edaran Nomor: SE/03/M.PAN/01/2005
tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara)
Pejabat Eselon II;Semua Kepala Kantor di lingkungan Departemen Keuangan;Pemeriksa Bea dan Cukai;Pemeriksa Pajak;Auditor;Pejabat yang mengeluarkan perijinan;Pejabat/Kepala Unit Pelayanan Masyarakat; danPejabat pembuat regulasi
SESUAI SK SEKRETARIS MARI
Semua Hakim dan Hakim Adhoc padasegala tingkatanPejabat eselon I, II dan IIIPanitera, Panitera Muda dan PaniteraPengganti pada segala tingkatanKPA dan PPK Bendaharawan di unit eselon I
KAPAN MELAPORKANNYA
Bersedia diperiksa kekayaannyasebelum, selama dan sesudahmenjabat;
Melaporkan harta kekayaannyapada saat pertama kali menjabat,mutasi, promosi dan pensiun;
TENGGANG WAKTU LAPOR
1 tahun sekali atas harta kekayaanpada posisi tanggal 31 Desemberpaling lambat pada tanggal 31 Marettahun berikutnya;Paling lambat 3 bulan terhitung sejak saat pengangkatan pertama/pengangkatan kembali/ berakhirnya jabatan sebagai penyelenggara negara.
KELALAIANBagi Penyelenggara Negara yang tidakmemenuhi kewajiban LHKPN sebagaimanadiatur dalam Undang-Undang Nomor 28Tahun 1999, maka berdasarkan Pasal 20undang-undang yang sama akan dikenakansanksi administratif sesuai denganperundang-undangan yang berlaku.
Promosi, mutasi, kenaikan pangkat,tunjangan jabatan /kinerja dapat ditinjaukembali (SK Sekma)
PERANAN DAN TANGGUNG JAWABSurat Edaran Nomor: SE/05/M.PAN/04/2005Pimpinan Instansi diminta untuk mengeluarkanSurat Keputusan tentang penetapan jabatan-jabatan yang rawan Korupsi, Kolusi danNepotisme (KKN) di lingkungan masing-masinginstansi yang diwajibkan untuk menyampaikanLHKPN kepada KPK.
Tanggung jawab pribadi apabila lalai
TATA CARA PELAPORAN LHKPN
Sejak tanggal 1 Januari 2017 LHKPN model A dan B tidak berlaku lagi
Menggunakan E-LHKPN
CARA MEMPEROLEH E-LHKPN :
https://www.kpk.go.id/id/layanan-publik/lhkpn/formulir-lhkpn
Sekian dan terima kasih
LAPORAN KEGIATAN QUALITY ASSURANCE
DENGAN TEMA PERAN PENTING AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN UANG TITIPAN PIHAK KETIGA DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS
PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI
EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN SE WILAYAH JAWA BARAT
BANDUNG 12 S/D 14 SEPTEMBER 2017
Pengarahan Kepala Badan Pengawasan :
Fungsi Bawas yaitu sebagai : konsultan, pencegahan, dan penindakan.
Atasan dimintai pertanggung jawaban bila anggota ada masalah untuk itu agar dilaksanakan Waskat dengan sebaik-baiknya.
Adapun kebijakan Pimpinan Mahkamah Agung RI :
1. Tidak ada toleransi terhadap pelanggaran. 2. Pengawasan melekat harus dikedepankan, atasan ikut bertanggung jawab atas
setiap pelanggaran (Perma 8/2016). 3. Kerjasama dengan KPK RI ditingkatkan. 4. Personil Bawas terdidik disebar ke pengadilan-pengadilan. 5. Mengedepankan penindakan.
Untuk kepaniteraan masih adanya permasalahan/ temuan BPK/ BAWAS MARI seperti :
1. Kegiatan REKONSILIASI KEUANGAN PERKARA untuk menguji keakuratan data saldo biaya perkara dan uang titipan pihak ketiga lainnya di Pengadilan.
2. Pertanggungjawaban pengeluaran biaya untuk PEMERIKSAAN SETEMPAT. 3. Pertanggungjawaban pengeluaran biaya PERMOHONAN EKSEKUSI. 4. Pertanggungjawaban MEKANISME PEMUNGUTAN PNBP pada Pengadilan
(Pemungutan, penyetoran ke kas Negara , laporan pertanggungjawaban Pemungutan PNBP).
5. Penatausahaan UANG TAK BERTUAN di Pengadilan (Pengelolaan sisa panjar biaya perkara pada tingkat pertama dan jasa giro rekening.
6. Mekanisme perhitungan Panjar Biaya Perkara sebagai data dukung terbitnya surat kuasa untuk membayar (termasuk perkara yang dibiayai oleh APBN).
7. Penatausahaan Persediaan/ ATK Perkara (distribusi ATK; Stock Opname) 8. Mekanisme penerbitan surat keputusan Ketua Pengadilan tentang pengelolaan
keuangan perkara (Penunjukan petugas pengelola, jenis dan tarif komponen biaya perkara, penanggungjawab pencatatan transaksi).
9. Mekanisme Pertanggungjawaban realisasi komponen biaya perkara oleh kasir (PNBP, Relaas Panggilan/ Pemberitahuan, Materai).
10. Mekanisme Pengungkapan Informasi Keuangan Perkara pada catatan atas laporan keuangan satuan kerja (Penanggungjawab Sumber Data, Verifikasi dan Validasi Data).
Untuk besarnya biaya perkara perdata baik gugatan maupun permohonan agar panmud perdata membuat form untuk pendaftaran biaya perkara dan panmud perdata yang menaksir besarnya biaya perkara.
Untuk pemeriksaan setempat untuk biayanya dibayarkan melalui bank, dimana biaya pemeriksaan setempat dapat dibayar oleh kedua belah pihak.
Untuk SK Radius harus lengkap dan dipublikasikan serta dimuat dalam wibesite pengadilan dan SK Radius sedapat mungkin dibuat bersama dengan Pengadilan Agama setempat dihitung jarak dari pusat pemerintahan bukan dari jarak pengadilan dengan melipatkan dinas perhubungan.
Untuk pelaksanaan eksekusi dihitung sesuai dengan SK Radius untuk ditinjau kembali.
Apabilan ada kelebihan biaya perkara yang tidak terpakai dalam proses berperkara maka biaya tersebut wajib dikembalikan kepada pihak yang berhak bilamana biaya tersebut tidak diambil dalam waktu 6 (enam) bulan setelah pihak yang bersangkutan diberitahu maka uang kelebihan tersebut dikeluarkan dari buku jurnal yang bersangkutan dan dicatat dalam buku tersendiri sebagai uang tak bertuan (1948 KUH Perdata) uang tak bertuan tersebut secara berkala disetorkan ke Kas Negara
Apabila ada uang yang dikonsinyasikann oleh pihak-pihak yang berhubungan dengan pengadilan maka uang tersebut wajib disimpan di Bank. Apabila uang tersebut menghasilkan jasa giro, maka uang jasa giro tersebut wajib disetorkan kepada negara.
FUNGSI BAWASPERAN PENTING AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
DAN UANG TITIPAN PIHAK KETIGA DALAM RANGKA MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI
EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN SE-JAWA BARAT
FUNGSI BAWAS
KONSULTAN
PENCEGAHAN
PENINDAKAN
BADAN PENGAWASAN JANGAN DIJADIKAN SUATU
BADAN/MOMOK YANG MENAKUTKAN AKAN TETAPI DIJADIKAN
SEBAGAI KONTROL DALAM MELAKSANAKAN KINERJA
APARATUR PENGADILAN
KEBIJAKAN PIMPINAN MAHKAMAH AGUNGRI DALAM HAL PENGAWASAN
• TIDAK ADA TOLERANSI TERHADAP PELANGGARAN• WASKAT HARUS LEBIH DIKEDEPANKAN KARENA ATASAN IKUT BERTANGGUNG
JAWAB ATAS SETIAP PELANGGARAN (PERMA NO. 8 TAHUN 2016)• DILAKUKAN KERJASAMA DENGAN KPK, KY, OMBUSDMAN• PERSONIL BAWAS TERDIDIK DISEBAR KE PN-PN• MENGEDEPANKAN PENINDAKAN
PENATAUSAHAAN KEUANGAN PERKARA
YANG BERTANGGUNG JAWAB ADALAH SEKRETARIS SELAKU KUASA PENGGUNAANGGARAN
DASAR HUKUM• PERMA NO. 03 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PROSES• PERSEKMA NO. 03 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI PARAGRAF
10
SEKRETARIS MENYAJIKAN LAPORAN KEUANGAN PERKARA, APAKAH SUDAHSESUAI PENGGUNAAN KEUANGAN PERKARA YANG DITERIMA DAN DIKELUARKAN
LAPORAN HASIL SOSIALISASI
QUALITY ASSURANCE PERAN PENTING AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA DAN UANG TITIPAN PIHAK
KETIGA DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI
REFORMASI BIROKRASI EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN SE JAWA
BARAT TANGGAL 12 S/D 14 SEPTEMBER 2017
DAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
TANGGAL 15 SEPTEMBER 2017
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 23A Undang Undang Dasar 1945; UU. Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; UU. Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU. Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; UU. Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; PP. Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak; PP. Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu; PP. Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak; PP. Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak; PP. Nomor 53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan DiBawahnya; PP. Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang; PP. Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tatacara Pelaksanaan APBN; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik;
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Keskretariatan Peradilan. PENDAPATAN NEGARA
• Penerimaan Perpajakan • Penerimaan Negara Bukan Pajak • Penerimaan Hibah dari DALAM Negeri dan LUAR Negeri
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah :
• Seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan; • PNBP pada dasarnya merupakan penerimaan yang berasal dari partisipasi masyarakat
dalam rangka membiayai pelayanan Pemerintah yang belum mampu sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah.
• Bendahara Penerimaan: 1. Diangkat oleh Sekretaris pada Pengadilan Tingkat Pertama dan Banding bukan oleh
KPA; 2. Bertanggung jawab dalam Penatausahaan seluruh PNBP pada Satker masing-
masing (baik PNBP Fungsional maupun PNBP Umum).
Pemungutan dan Penyetoran Instansi Pemerintah wajib menagih dan atau memungut PNBP yang terutang
dan wajib menyetor langsung ke Kas Negara Seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara Bendahara Penerimaan harus menyetorkan seluruh penerimaannya pada akhir
hari kerja melalui Bank Umum dan badan lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
Tarif PNBP Tarif ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Tarif PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap
masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat
Tarif PNBP yang berlaku pada Mahkamah Agung sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008
Pelaporan : Instansi Pemerintah menyampaikan rencana dan laporan realisasi PNBP secara
tertulis dan berkala kepada Menteri Keuangan Pejabat Instansi pemerintah wajib melaksanakan penyusunan rencana dan
Laporan Realisasi PNBP dalam lingkungan instansi pemerintah yang bersangkutan
Materi dalam Rencana dan laporan Realisasi sekurang-kurangnya memuat jenis, tarif, periode dan jumlah PNBP
Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh Wajib Bayar,
atas permintaan Instansi Pemerintah dapat dilakukan pemeriksaan oleh instansi yang berwenang
Terhadap Instansi Pemerintah atas permintaan Menteri Keuangan dapat dilakukan pemeriksaan khusus oleh instansi yang berwenang
Sanksi: Tidak dipenuhinya kewajiban Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau
memungut dan menyetor, dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran kekurangan PNBP yang terutang, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% per bulan dari jumlah kekurangan PNBP yang terutang
Jenis Penerimaan dalam PNBP 1. Penerimaan Umum, untuk Mahkamah Agung sewa rumah dinas, sewa gedung,
kantin, Jasa Giro, penjualan peralatan dan mesin, keterlambatan pekerjaan, dan TGR.
2. Penerimaan Fungsional : Untuk Mahkamah Agung RI diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang jenis dan tarif yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya.
PENATAUSAHAAN PNBP 1. Penerimaan/ terima 2. Penyimpanan 3. Pembukuan 4. Penyetoran 5. Pembukuan Setoran 6. Pelaporan 7. Arsip
Penatausahaan PNBP pada Mahkamah Agung sudah berbasis IT, yaitu dengan menggunakan aplikasi PNBP pada SIMARI Online. Yang terdiri dari proses penerimaan, penyetoran, pembukuan dan pelaporan PNBP.
Mekanisme Penerimaan PNBP 1. Langsung :Para Pihak ke Kasir dari kasir ke Bendahara Penerima dan disetor ke
Kas Negara melalui Bank Umum/Pos 2. Tidak langsung ke Bendahara Penerima (bayar non tunai melalui potongan
SPM) : pegawai ke Bendahara Pengeluaran/Gaji/Bendahara Penerimaan ke KPPN dan ke Kas Negara.
Penyetoran PNBP Melaui aplikasi simponi : Pendaftaran/Registrasi, Perekaman data atau Penyetoran PNBP muncul e billing lalu setor ke teller, ATM, e Bankingkeluar bukti setor pada aplikasi Simponi.
Penatausahaan PNBP 1. melalui Aplikasi SIMARI (Online) 2. Aplikasi Silabi 3. Komdanas (online)
Pengarsipan PNBP 1. Arsip Dokumen PNBP UMUM 2. Arsip Dokumen PNBP FUNGSIONAL
REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2008 (RPP)
1. Sesuai dengan Nota Kesepahaman antara Mahkamah Agung dan Kementerian Keuangan, yaitu “Mahkamah Agung agar meningkatkan potensi (optimalisasi) PNBP;
2. Sudah selesai pada tahap harmonisasi antara Mahkamah Agung dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Koordinator Bidang Politik,Hukum dan Keamanan, Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian;
3. Tujuan untuk memberikan kejelasan kepada para pengelola PNBP (kasir/staf kepaniteraan) juga Bendahara Penerimaan di satker agar ada keseragaman dalam pemungutan PNBPnya kepada Masyarakat pencari keadilan(para pihak).
4. Penetapan RPP ( Revisi PP 53/2008) ini akan berlaku setelah 60 hari sejak ditetapkan oleh Presiden
5. Posisi RPP saat ini sudah ada di Kementerian Sekretariat Negara
Revisi Jenis PNBP yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya berasal dari biaya perkara yang terdiri dari: a. Hak Kepaniteraan Pada Pengadilan Tingkat Pertama;
b. Hak Kepaniteraan Pada Pengadilan Tingkat Banding;
c. Hak Kepaniteraan Pada Mahkamah Agung RI;
d. Hak Kepaniteraan Lainnya.
TEMUAN DALAM PENGELOLAAN PNBP 1. Ketidak patuhan Terhadap Perundangan undangan:
Pungutan tanpa dasar hukum;
Tidak dipungut;
Keterlambatan penyetoran/tidak disetorkan ke Kas Negara;
Penggunaan langsung.
2. Tarif PNBP yang tidak realistis
3. Perencanaan dan pengawasan PNBP di Satker yang tidak optimal
4. Administrasi pengelolaan PNBP yang belum online
5. Pelayananan Satker pengelola PNBP yang belum sepenuhnya transparan dan akuntabel kepada publik
Besaran tarif pelayanan tidak ditunjukkan di tempat pelayanan
Pungutan pelayanan tidak sesuai tarif resmi
6. Salah kode akun yang tidak sesuai tupoksi atau salah kode unit
organisasi (eselon I) pada saat penyetoran /membuat estimasi
Pendapatan
PERMASALAHAN ATAS TEMUAN AUDIT BPK (JENIS TEMUAN BPK PADA HASIL PEMERIKSAAN ATAS LKPP TERKAIT PENGELOLAAN PNBP) 1. PNBP TIDAK DISETOR TEPAT WAKTU/TERLAMBAT/BELUM DISETOR 2. PNBP BELUM DIDUKUNG DENGAN DASAR HUKUM YANG MEMADAI
AKIBAT :
1. DATA PNBP TIDAK SAMA DENGAN HASIL REKON 2. PNBP KURANG/TIDAK DIPUNGUT
LANGKAH PERBAIKAN PENGELOLAAN PNBP YANG TELAH DAN SEDANG DILAKUKAN OLEH MAHKAMAH AGUNG RI
1. BIDANG ADMINISTRASI MEMINTA KEPADA Satker : 1. MENYELESAIKAN TINDAK LANJUT TEMUAN BPK 2. MEMBERIKAN SANKSI KEPADA PENGELOLA PNBP YANG TIDAK TERTIB 3. MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENGAWASAN INTERNAL BAIK DISATKER MAUPUN
DI TINGKAT BANDING DALAM PENGAWASAN PENGELOLAAN PNBP 4. MELAKUKAN SOSIALISASI PERBAIKAN PENGELOLAAN PNBP KEPADA SATKER
2. BIDANG REGULASI
1. MEREVISI PP TARIF PNBP UNTUK MENYESUAIKAN TARIF PNBP SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN PELAYANAN
2. MEMBUAT PEDOMAN PNBP MAHKAMAH AGUNG
3. BIDANG SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
PENYEMPURNAAN APLIKASI PNBP PADA SIMARI ONLINE
Ralat Kode Akun/unit organisasi/satker Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan No. SE-35/PB/ 2009 tentang Tata Cara Perbaikan Data PNBP Perbaikan data PNBP dilakukan terhadap : a. Kesalahan kode Setoran
b. Kesalahan penyetoran penerimaan negara berupa penyetoran beberapa jenis setoran dan/atau beberapa satuan kerja (satker) penyetor, menggunakan 1(satu) kali bukti setor Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Simponi/ Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) dan disahkan dengan 1 (satu) Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN)
c. Kesalahan penyetoran tidak mengakibatkan uang keluar dari Rekening Kas Negara
TUJUAN DAN KOMITMEN KE DEPAN 1. Semua pungutan PNBP harus memiliki dasar hukum; 2. Peningkatan Potensi PNBP dan Perbaikan Kinerja Satker 3. Memantau progress penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK ; 4. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang menghambat
pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK beserta langkah- langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut;
5. Mencegah terjadinya temuan serupa berulang terhadap pengelolaan PNBP pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya ditahun berjalan dan tahun-tahun mendatang
6. Meningkatkan kualitas pengelolaan PNBP Satker menjadi lebih akuntabel dan transparan
7. Perbaikan pelayanan public oleh Satker yang mengelola PNBP 8. Data PNBP pada aplikasi PNBP di SIMARI Online wajib sama dengan hasil
rekonsiliasi dengan LRA Pendapatan pada SAIBA 9. Menyetor PNBP tepat waktu
10. Meningkatkan pengendalian dalam pengelolaan PNBP dan penyelesaian Piutang
11. Mendorong peran APIP dalam melakukan pengawasan pengelolaan PNBP 12. Mengoptimalkan penggunaan Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI) 13. Mengoptimalkan fungsi pengawasan dan pengendalian terkait PNBP yang
bersumber dari pemanfaatan BMN, antara lain melalui system pengawasan dan pengendalian yang terintegras
14. Mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian pada LKPP.
Terima Kasih
QUALITY ASSURANCE
PERAN PENTING AKUNTABILITAS PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
DAN UANG TITIPAN PIAHK KETIGA DALAM RANGKA MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI
EMPAT LINGKUNGAN PERADILAN SE JAWA BARAT
Administrasi Umum Pengelolaan Keuangan Negara
1. Membuat form belanja untuk ATK, ART yang dikeluarkan oleh Sekretaris. 2. Pengelolaan Barang Persediaan, 3. Form Kegiatan Pemeliharaan Gedung Kantor, 4. Form Pemeliharaan kendaraan dinas, 5. Penggunaan Keuangan secara rinci oleh bendahara pengeluaran diketahui
oleh Sekretaris 6. Kegiatan belanja modal harus mengacu kepada Kepres No 54 Tahun 2010 7. Setelah ditandatangani kontrak paling lama 5 hari kerja harus sudah
melaporkan kepada KPPN. 8. Pertanggungjawaban perjalanan dinas. 9. Pertanggungjawaban PNBP yang disetor ke Kas Negara oleh Bendahara
Penerima.
Keadaan Pengadilan Negeri Purwakarta melihat hal tersebut diatas :
1. Form belanja sudah ada termasuk distribusi barang ke luar. 2. Barang persediaan telah dibukukan pada aplikasi persediaan dikirim ke
Simak BMN dari Simak BMN ke Saiba. Bila barang persedian tidak sama dengan keuangan akan muncul pada Saiba Barang Konsumsi yang belum diregister.
3. Form pemeliharaan gedung dan bangunan dibuatkan jadwal pemeliharaan gedung dan bngunan.
4. Form kendaraan dinas dibuatkan buku kontrol. 5. Dibuktikan dengan Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak dll, sesuai
aplikasi Silabi semua buku lengkap dan setiap bulan ditandatangani oleh Sekretaris Selaku KPA.
6. Telah dilakukan sesuai Kepres 54 Tahun 2010 yaitu penunjukan langsung dan pemilihan langsung yang nilainya dibawah Rp. 200.000,-
7. Telah dilaksanakan dan mengirim ADK Kontrk ke KPPN. 8. Bagi Pejabat yang memegang kendaraan dinas tidak dibolehkan untuk
mendapat biaya transport dan pada PN Purwakarta tidak ada biaya transport hanya uang harian saja. (SE MA No 2 Tahun 2017) harus mengacu ke PMK 113 Tahun 2012
9. Pertanggungjawaban PNBP bendahara Penerima telah membuat Buku : Buku Kas Umum, buku pembantu dll dan dimasukan atau diinput pada Saiba, Simari, Komdanas.
Namun pada hal-hal tersebut diatas masih ada kekurangan, dan kekurangan tersebut akan kami perbaiki.
Temuan :
1. Kasubag Umum tidak membayarkan PNBP Sewa gedung, toko dll sebesar 13.000.000,- dijatuhi hukuman disiplin. Terjadi pada PN kelas IA Khusus.
2. PPK telah membayarkan full 100% padahal pekerjaan belum 50%, jada kelebihan bayar.
3. Pengacara disuruh tandatangan kosong untuk pengembalian sisa uang panjer.
Pembelanjaan Keuangan Negara :
1. dia yang belanja, dia yang membayar, dia yang membukukan itu administrasi yang salah dan keliru.
2. Belanja Lembur : Absennya harus riil. 3. Penatausahaan keuangan perkara Sekretaris harus bertanggungjawab.
INSPEKTUR WILAYAH II :
1. Masalah integritas : kurangnya memahami tugas pook dan fungsi 2. Maklumat KMA No. 1/Maklumat/KMA/IX/2017 : dengan adanya maklumat
ini atasan langsung dikenai sanksi (pembinaan harus terdokumentasi) 3. Radius. 4. Keluar harus ada ijin tertulis
Ka. Bawas :
1. Disiplin dimulai dari diri kita sendiri
PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK MAHKAMAH AGUNG
REPUBLIK INDONESIA
Pasal 23A Undang Undang Dasar 1945; UU. Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; UU. Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; UU. Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; UU. Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; PP. Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak; PP. Nomor 73 Tahun 1999 tentang Tatacara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Bersumber dari Kegiatan Tertentu; PP. Nomor 1 Tahun 2004 tentang Tata Cara Penyampaian Rencana dan Laporan
Realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak; PP. Nomor 22 Tahun 2005 tentang Pemeriksaan Penerimaan Negara Bukan Pajak; PP. Nomor 53 Tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan DiBawahnya; PP. Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penentuan Jumlah, Pembayaran, dan
Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Terutang; PP. Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tatacara Pelaksanaan APBN; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.05/2013 tentang Kedudukan dan
Tanggung Jawab Bendahara Pada Satuan Kerja Pengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.05/2014 tentang Sistem Penerimaan Negara Secara Elektronik;
Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan dan Keskretariatan Peradilan. PENDAPATAN NEGARA
• Penerimaan Perpajakan • Penerimaan Negara Bukan Pajak • Penerimaan Hibah dari DALAM Negeri dan LUAR Negeri
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah :
• Seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan; • PNBP pada dasarnya merupakan penerimaan yang berasal dari partisipasi masyarakat
dalam rangka membiayai pelayanan Pemerintah yang belum mampu sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah.
• Bendahara Penerimaan: 1. Diangkat oleh Sekretaris pada Pengadilan Tingkat Pertama dan Banding bukan oleh
KPA; 2. Bertanggung jawab dalam Penatausahaan seluruh PNBP pada Satker masing-
masing (baik PNBP Fungsional maupun PNBP Umum).
Pemungutan dan Penyetoran Instansi Pemerintah wajib menagih dan atau memungut PNBP yang terutang
dan wajib menyetor langsung ke Kas Negara Seluruh PNBP dikelola dalam sistem APBN Seluruh PNBP wajib disetor langsung secepatnya ke Kas Negara Bendahara Penerimaan harus menyetorkan seluruh penerimaannya pada akhir
hari kerja melalui Bank Umum dan badan lainnya yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
Tarif PNBP Tarif ditetapkan dalam Undang-undang atau Peraturan Pemerintah Tarif PNBP ditetapkan dengan memperhatikan dampak pengenaan terhadap
masyarakat dan kegiatan usahanya, biaya penyelenggaraan dan aspek keadilan dalam pengenaan beban kepada masyarakat
Tarif PNBP yang berlaku pada Mahkamah Agung sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008
Pelaporan : Instansi Pemerintah menyampaikan rencana dan laporan realisasi PNBP secara
tertulis dan berkala kepada Menteri Keuangan Pejabat Instansi pemerintah wajib melaksanakan penyusunan rencana dan
Laporan Realisasi PNBP dalam lingkungan instansi pemerintah yang bersangkutan
Materi dalam Rencana dan laporan Realisasi sekurang-kurangnya memuat jenis, tarif, periode dan jumlah PNBP
Pemeriksaan Terhadap Wajib Bayar untuk jenis PNBP yang dihitung sendiri oleh Wajib Bayar,
atas permintaan Instansi Pemerintah dapat dilakukan pemeriksaan oleh instansi yang berwenang
Terhadap Instansi Pemerintah atas permintaan Menteri Keuangan dapat dilakukan pemeriksaan khusus oleh instansi yang berwenang
Sanksi: Tidak dipenuhinya kewajiban Instansi Pemerintah untuk menagih dan atau
memungut dan menyetor, dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran kekurangan PNBP yang terutang, Wajib Bayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% per bulan dari jumlah kekurangan PNBP yang terutang
Jenis Penerimaan dalam PNBP 1. Penerimaan Umum, untuk Mahkamah Agung sewa rumah dinas, sewa gedung,
kantin, Jasa Giro, penjualan peralatan dan mesin, keterlambatan pekerjaan, dan TGR.
2. Penerimaan Fungsional : Untuk Mahkamah Agung RI diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008 tentang jenis dan tarif yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada dibawahnya.
PENATAUSAHAAN PNBP 1. Penerimaan/ terima 2. Penyimpanan 3. Pembukuan 4. Penyetoran 5. Pembukuan Setoran 6. Pelaporan 7. Arsip
Penatausahaan PNBP pada Mahkamah Agung sudah berbasis IT, yaitu dengan menggunakan aplikasi PNBP pada SIMARI Online. Yang terdiri dari proses penerimaan, penyetoran, pembukuan dan pelaporan PNBP.
Mekanisme Penerimaan PNBP
1. Langsung :Para Pihak ke Kasir dari kasir ke Bendahara Penerima dan disetor ke Kas Negara melalui Bank Umum/Pos
2. Tidak langsung ke Bendahara Penerima (bayar non tunai melalui potongan SPM) : pegawai ke Bendahara Pengeluaran/Gaji/Bendahara Penerimaan ke KPPN dan ke Kas Negara.
Penyetoran PNBP Melaui aplikasi simponi : Pendaftaran/Registrasi, Perekaman data atau Penyetoran PNBP muncul e billing lalu setor ke teller, ATM, e Bankingkeluar bukti setor pada aplikasi Simponi.
Penatausahaan PNBP 1. melalui Aplikasi SIMARI (Online) 2. Aplikasi Silabi 3. Komdanas (online)
Pengarsipan PNBP 1. Arsip Dokumen PNBP UMUM 2. Arsip Dokumen PNBP FUNGSIONAL
REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2008 (RPP)
1. Sesuai dengan Nota Kesepahaman antara Mahkamah Agung dan Kementerian Keuangan, yaitu “Mahkamah Agung agar meningkatkan potensi (optimalisasi) PNBP;
2. Sudah selesai pada tahap harmonisasi antara Mahkamah Agung dengan Kementerian Keuangan, Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Koordinator Bidang Politik,Hukum dan Keamanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
3. Tujuan untuk memberikan kejelasan kepada para pengelola PNBP (kasir/staf kepaniteraan) juga Bendahara Penerimaan di satker agar ada keseragaman dalam pemungutan PNBPnya kepada Masyarakat pencari keadilan(para pihak).
4. Penetapan RPP ( Revisi PP 53/2008) ini akan berlaku setelah 60 hari sejak ditetapkan oleh Presiden
5. Posisi RPP saat ini sudah ada di Kementerian Sekretariat Negara
Revisi Jenis PNBP yang berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada di bawahnya berasal dari biaya perkara yang terdiri dari: a. Hak Kepaniteraan Pada Pengadilan Tingkat Pertama;
b. Hak Kepaniteraan Pada Pengadilan Tingkat Banding;
c. Hak Kepaniteraan Pada Mahkamah Agung RI;
d. Hak Kepaniteraan Lainnya.
TEMUAN DALAM PENGELOLAAN PNBP 1. Ketidak patuhan Terhadap Perundangan undangan:
Pungutan tanpa dasar hukum;
Tidak dipungut;
Keterlambatan penyetoran/tidak disetorkan ke Kas Negara;
Penggunaan langsung.
2. Tarif PNBP yang tidak realistis
3. Perencanaan dan pengawasan PNBP di Satker yang tidak optimal
4. Administrasi pengelolaan PNBP yang belum online
5. Pelayananan Satker pengelola PNBP yang belum sepenuhnya transparan dan akuntabel kepada publik
Besaran tarif pelayanan tidak ditunjukkan di tempat pelayanan
Pungutan pelayanan tidak sesuai tarif resmi
6. Salah kode akun yang tidak sesuai tupoksi atau salah kode unit
organisasi (eselon I) pada saat penyetoran /membuat estimasi
Pendapatan
PERMASALAHAN ATAS TEMUAN AUDIT BPK (JENIS TEMUAN BPK PADA HASIL PEMERIKSAAN ATAS LKPP TERKAIT PENGELOLAAN PNBP) 1. PNBP TIDAK DISETOR TEPAT WAKTU/TERLAMBAT/BELUM DISETOR 2. PNBP BELUM DIDUKUNG DENGAN DASAR HUKUM YANG MEMADAI
AKIBAT : 1. DATA PNBP TIDAK SAMA DENGAN HASIL REKON 2. PNBP KURANG/TIDAK DIPUNGUT
LANGKAH PERBAIKAN PENGELOLAAN PNBP YANG TELAH DAN SEDANG DILAKUKAN OLEH MAHKAMAH AGUNG RI
1. BIDANG ADMINISTRASI MEMINTA KEPADA Satker : 1. MENYELESAIKAN TINDAK LANJUT TEMUAN BPK 2. MEMBERIKAN SANKSI KEPADA PENGELOLA PNBP YANG TIDAK TERTIB 3. MENGOPTIMALKAN FUNGSI PENGAWASAN INTERNAL BAIK DISATKER MAUPUN
DI TINGKAT BANDING DALAM PENGAWASAN PENGELOLAAN PNBP 4. MELAKUKAN SOSIALISASI PERBAIKAN PENGELOLAAN PNBP KEPADA SATKER
2. BIDANG REGULASI
1. MEREVISI PP TARIF PNBP UNTUK MENYESUAIKAN TARIF PNBP SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN KEBUTUHAN PELAYANAN
2. MEMBUAT PEDOMAN PNBP MAHKAMAH AGUNG
3. BIDANG SISTEM TEKNOLOGI INFORMASI
PENYEMPURNAAN APLIKASI PNBP PADA SIMARI ONLINE
Ralat Kode Akun/unit organisasi/satker Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Perbendaharaan No. SE-35/PB/ 2009 tentang Tata Cara Perbaikan Data PNBP Perbaikan data PNBP dilakukan terhadap : a. Kesalahan kode Setoran
b. Kesalahan penyetoran penerimaan negara berupa penyetoran beberapa jenis setoran dan/atau beberapa satuan kerja (satker) penyetor, menggunakan 1(satu) kali bukti setor Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP), Simponi/ Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) dan disahkan dengan 1 (satu) Nomor Tanda Penerimaan Negara (NTPN)
c. Kesalahan penyetoran tidak mengakibatkan uang keluar dari Rekening Kas Negara
TUJUAN DAN KOMITMEN KE DEPAN 1. Semua pungutan PNBP harus memiliki dasar hukum; 2. Peningkatan Potensi PNBP dan Perbaikan Kinerja Satker 3. Memantau progress penyelesaian tindak lanjut atas rekomendasi BPK ; 4. Menginventarisir permasalahan-permasalahan yang menghambat
pelaksanaan tindak lanjut atas rekomendasi BPK beserta langkah- langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut;
5. Mencegah terjadinya temuan serupa berulang terhadap pengelolaan PNBP pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan Yang Berada Dibawahnya ditahun berjalan dan tahun-tahun mendatang
6. Meningkatkan kualitas pengelolaan PNBP Satker menjadi lebih akuntabel dan transparan
7. Perbaikan pelayanan public oleh Satker yang mengelola PNBP
8. Data PNBP pada aplikasi PNBP di SIMARI Online wajib sama dengan hasil rekonsiliasi dengan LRA Pendapatan pada SAIBA
9. Menyetor PNBP tepat waktu 10. Meningkatkan pengendalian dalam pengelolaan PNBP dan penyelesaian
Piutang 11. Mendorong peran APIP dalam melakukan pengawasan pengelolaan PNBP 12. Mengoptimalkan penggunaan Sistem Informasi PNBP Online (SIMPONI) 13. Mengoptimalkan fungsi pengawasan dan pengendalian terkait PNBP yang
bersumber dari pemanfaatan BMN, antara lain melalui system pengawasan dan pengendalian yang terintegras
14. Mempertahankan Opini Wajar Tanpa Pengecualian pada LKPP.
Terima Kasih