22
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pencegahan Primer Osteomeilitis TUGAS SISTEM MUSKULO Pembimbing : Ns. Lucky Erlandy P S.kep Disusun oleh: Achmad Luthfi F (S12 001) Dedi Pranata (S12 007) Ambarsari (S12 002) Dessty Intan (S12 008) Aprilia Nindiya (S12 003) Dewi Lestari (S12 009) Arif PusfiaN (S12 004) Dona Agarevi (S12 010)

SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SAP osteomielitis

Citation preview

Page 1: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pencegahan Primer Osteomeilitis

TUGAS SISTEM MUSKULO

Pembimbing : Ns. Lucky Erlandy P S.kep

Disusun oleh:

Achmad Luthfi F (S12 001) Dedi Pranata (S12 007)

Ambarsari (S12 002) Dessty Intan (S12 008)

Aprilia Nindiya (S12 003) Dewi Lestari (S12 009)

Arif PusfiaN (S12 004) Dona Agarevi (S12 010)

Dea Kusuma (S12 005) Eka Nur Safitri (S12 011)

Dedi Cahyadi (S12 006) Endah Kusuma (S12 012)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENCEGAHAN PRIMER OSTEOMEILITIS

Pokok bahasan : Osteomeilitis

Sub pokok bahasan : Pencegahan Primer Osteomeilitis

Sasaran : Warga Jatirejo

Hari/tanggal : Rabu, 29 Oktober 2014

Waktu : 30 menit

Tempat : Balai Desa Jarirejo

A. LATAR BELAKANG

Osteomielitis adalah infeksi tulang, lebih sulitdi sembuhkan dari pada

infeksi jaringan lunak,karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan

terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum

(Pembentukan tulang baru disekeliling jaringan tulang mati).

Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi

kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Infeksi disebabkan

oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fukos infeksi di tempat lain

(misalnya : tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas).

Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi di tempat di mana

terdapat trauma atau di mana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat

trauma subklinis (tak jelas). Infeksi dapat berhubungan dengan penyebaran

infeksi jaringan lunak (misalnya : ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus

vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (misalnya: fraktur terbuka, cedera

traumatic seperti luka tembak, pembedahan tulang).

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita diabetes mellitus. Selain

itu, pasien yang menderita artitis rheumatoid, telah di rawat lama di rumah

sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan

sendi sebelum operasi sekarang, atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu

pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka

user, 28/10/14,
TAMBAHKAN DI LATAR BELAKANG PENTINGNYA PENCEGAHAN PRIMER PADA KLIEN YANG BERESIKO TINGGI
Page 3: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

mengeluarkan pus, mengalami nefrosis insisi margial atau dehidrasi luka, atau

memerlukan evakuasi hematoma pascaoperasi.Osteomielitis ini cenderung

terjadi pada anak dan remaja namun demikian seluruh usia bisa saja beresiko

untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya kasus ini banyak terjadi laki-laki

dengan perbandingan 2 : 1.

B. TUJUAN

1) Tujuan Instruksional Umum.

Setelah diberikan penyuluhan, peserta dapat menjelaskan tentang

Osteomeilitis

2) Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 30 menit

diharapkan peserta mampu :

a. Peserta dapat menjelaskan pengertian Osteomeilitis

b. Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis

c. Peserta dapat mengebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis

d. Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis

e. Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis

C. ISI MATERI

TERLAMPIR

D. METODE

a. Ceramah

b. Tanya jawab

c. Demonstrasi

E. MEDIA

1. Laptop

2. LCD

3. Leaaflet

Page 4: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

F. SETTING TEMPAT

Keterangan

Moderator : 1

Notulen : 2

Operator : 3

Penyaji : 4

Observer : 5

Peserta : 6

Fasilitator : 7

Penyelundup : 8

G. PENGORGANISASIAN

Moderator : Dewi Lestari

Pemberi Materi : Dea Kusuma

3 42 1

6

5

user, 28/10/14,
GUNAKAN SHAPES FORMAL DAN TIDAK USAH DIBERIKAN STYLE TERTENTU
Page 5: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

Notulen : Donna Agarevi

Operator : Aprilia Nindiya Putri

Obsever : Desty Intan

Fasilitator : 1. Endah

2. Dedi C

Penyelundup : 1. Eka Nur Safitri

2. Dedi Pranata

3. Arif Puspian

4. Ambarsari

5. Ahmad Lutfi

H. KEGIATAN PENYULUHAN

NO TAHAPKEGITAN

MAHASISWA

KEGITAN

AUDIENSWAKTU ALAT

1. Pendahuluan a. Menyampaikan

salam

b. Menjelaskan

tujuan

c. Kotrak waktu

a. membalas

salam

b. memperhatikan

c. memberikan

respon

5 menit

2. Penyampaian

materi

a. Menjelaskan

pengertian

Osteomeilitis

b. Menjelaskan

penyebab

Osteomeilitis

c. Menjelaskan tanda

dan gejala

Osteomeilitis

d. Menjelaskan

pencegahan

Osteomeilitis

a. memperhatikan

penjelasan

b. menanyakan hal

yang belum/

jelas

c. memperhatikan

jawaban

penyuluh

20 menit LCD

Laptop

user, 28/10/14,
??????????
Page 6: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

e. Menjelaskan

penatalaksanaan

Osteomeilitis

3. Penutup a. Tanya jawab

(Evaluasi)

b. Menyimpulkan

hasil materi

c.Leaflet

mengakhiri kegiatan

a. menanyakan

hasil yang

belum jelas dan

menjawab

pertanyaan

b. menjawab

salam penutup

5 menit

I. KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi struktur

a. Menyiapkan satuan acara penyuluhan pencegahn primer tenatang

Osteomeilitis.

b. Melakukan kontrak waktu dengan orang tua dan anak untuk dilakukan

satuan acara penyuluhan pencegahn primer tenatang Osteomeilitis

c. Menyiapkan leaflet dan alat yang dibutuhkan seperti laptop serta LCD

sebagai media dalam satuan acara penyuluhan kesehatan

2. Evaluasi proses

a. Peserta dan penyaji datang sesuai dengan kontrak waktu yang telah

disepakati.

b. Peserta memperhatikan terhadap materi yang disampaikan oleh penyaji.

c. Peserta aktif bertanya terhadap hal-hal yang belum diketahui.

d. Peserta mengikuti pendidikan kesehatan dari awal sampai selesai

3. Evaluasi hasil

a. Peserta mampu menjawab post test > 7 pertanyaan atau nilai post test

>70

b. Peserta mampu menjelaskan Osteomeilitis

c. Peserta dapat menejelaskan penyebab Osteomeilitis

d. Peserta dapat mengebutkan tanda dan gejala Osteomeilitis

Page 7: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

e. Peserta dapat menjelaskan pencegahan Osteomeilitis

f. Peserta dapat mengetahui penatalaksaan pada Osteomeilitis

MATERI

Page 8: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

A. Defenisi

Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit disembuhkan

daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah, respons jaringan

terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan pembentukan involukrum

(pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan tulang mati). Osteomeilitis dapat

menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi kualitas hidup atau

mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Beberapa ahli memberikan defenisi

terhadap osteomyelitis sebagai berkut :

Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus

influensae.

Osteomyelitis adalah infeksi tulang.

Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang

disebabkan oleh staphylococcus.

Osteomyelitis adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang

disebabkan oleh staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus

influenzae, infeksi yang hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.

Tetapi juga Haemophylus influenzae, streplococcus dan organisme lain dapat

juga menyebabkannya osteomyelitis adalah infeksi lain.

B. Etiologi

Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari

fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi,

infeksi saluran nafas atas). Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya

terjadi ditempat di mana terdapat trauma dimana terdapat resistensi rendah

kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).

Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan

lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi

langsung tulang (mis, fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang

(mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, pembedahan tulang.

Page 9: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang

nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien

yang menderita artritis reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat

terapi kortikosteroid jangka panjang, menjalani pembedahan sendi sebelum

operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan, begitu pula yang menjalani

pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan pus,

mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan

evakuasi hematoma pascaoperasi.

C. Klasifikasi

Menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu :

1. Osteomyelitis Primer Kuman-kuman mencapai tulang secara langsung

melalui luka.

2. Osteomyelitis Sekunder Adalah kuman-kuman mencapai tulang melalui

aliran darah dari suatu focus primer ditempat lain (misalnya infeksi saluran

nafas, genitourinaria furunkel).

Sedangkan osteomyelitis menurut perlangsungannya dibedakan atas :

a. Steomyelitis akut

Nyeri daerah lesi

Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional

Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka

Pembengkakan lokal

Kemerahan

Suhu raba hangat

Gangguan fungsi

Lab = anemia, leukositosis

b. Osteomyelitis kronis

Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri

Gejala-gejala umum tidak ada

Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur

Lab = LED meningkat

Page 10: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah osteomyelitis biogenik yang paling

sering :

Staphylococcus (orang dewasa)

Streplococcus (anak-anak)

Pneumococcus dan Gonococcus

D. Insiden

Osteomyelitis ini cenderung terjadi pada anak dan remaja namun demikian

seluruh usia bisa saja beresiko untuk terjadinya osteomyelitis pada umumnya

kasus ini banyak terjadi laki-laki dengan perbandingan 2 : 1.

E. Patofisiologi

Staphylococcus aurens merupakan penyebab 70% sampai 80% infeksi

tulang. Organisme patogenik lainnya sering dujumpai pada osteomielitis meliputi

Proteus, Pseudomonas dan Ecerichia coli. Terdapat peningkatan insiden infeksi

resisten penisilin, nosokomial, gram negatif dan anaerobik.

Awitan osteomielitis setelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam 3

bulan pertama (akut fulminan stadium I) dan sering berhubungan dengan

penumpukan hematoma atau infeksi superfisial. Infeksi awitan lambat (stadium 2)

terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama

(stadium 3) biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih

setelah pembedahan.

Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,

peningkatan Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada

pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan

nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan

lunak atau sendi di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal,

kemudian akan terbentuk abses tulang.

Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang

lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang

terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada

Page 11: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

rongga abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah

mencair dan mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh,

seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru

(involukrum) dan mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses

penyembuhan, namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan

mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis

tipe kronik.

F. Manifestasi Klinis

Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering

terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi,

denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik pada awalnya dapat

menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga

sumsum ke korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan

bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien

menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan

gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.

Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau

kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi

membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.

Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu

mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,

pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada

jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.

G. Evaluasi Diagnostik

Pada osteomielitis akut, pemeriksaan sinar – x awal hanya menunjukkan

pembengkakan jaringan lunak. Pada sekitar 2 minggu terdapat daerah

dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang baru. Pemindaian tulang dan MRI dapat

membantu diagnosis definitif awal. Pemeriksaan darah memperlihatkan

Page 12: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

peningkatan leukosit dan peningkatan laju endap darah. Kultur darah dan kultur

abses diperlukan untuk menentukan jenis antibiotika yang sesuai.

Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum,

sequestra atau pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x. pemindaian

tulang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan

jumlah sel darah putih biasanya normal. Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik.

Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme infektif dan terapi antibiotik

yang tepat.

H. Pencegahan

Sasaran utamanya adalah Pencegahan osteomielitis. Penanganan infeksi

lokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen. Penanganan infeksi

jaringan lunak pada mengontrol erosi tulang. Pemilihan pasien dengan teliti dan

perhatian terhadap lingkungan operasi dan teknik pembedahan dapat menurunkan

insiden osteomielitis pascaoperasi.

Antibiotika profilaksis, diberikan untuk mencapai kadar jaringan yang

memadai saat pembedahan dan selama 24 jam sampai 48 jam setelah operasi akan

sangat membantu. Teknik perawatan luka pascaoperasi aseptik akan menurunkan

insiden infeksi superfisial dan potensial terjadinya osteomielitis.

I. Penatalaksanaan

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi

ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan rendaman

salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan aliran

daerah.

Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi,

Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi

organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang, infeksi disebabkan oleh

lebih dari satu patogen.

Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi

antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus yang

Page 13: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah

mengentrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat

terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu

sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus

tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang

diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi tampak telah

terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan.

Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum bersama makanan.

Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi antibiotika, tulang

yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen dan nekrotik

diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan salin fisiologis

steril. Tetapi antibitika dianjurkan.

Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuvan terhadap

debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan involukrum

secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang harus

dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi

cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang

terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.

Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space) atau

dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau dilakukan grafting

dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk mengontrol

hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin normal

selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi

ini.Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang kanselus untuk

merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar, rongga dapat diisi

dengan transfer tulang berpembuluh darah atau flup otot (dimana suatu otot

diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh darah yang utuh).

Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah

kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi.

Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan

penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian

Page 14: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi i nterna atau alat

penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang

DAFTAR PUSTAKA

Page 15: SATUAN ACARA PENYULUHAN Pencegahan Primer Osteomeilitis

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan-Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 3. Jakarta

: EGC

Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan DiagnosaKeperawatan. Jakarta : EGC

Prince, Sylvia Anderson. 1999. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi. 4.

Jakarta : EGC

Wilkinson, M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan

Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC

user, 28/10/14,
OUT OF DATE
user, 28/10/14,
OUT OF DATE
user, 28/10/14,
OUT OF DATTE