Upload
rudy-hermawan
View
601
Download
37
Embed Size (px)
Citation preview
Fungsi Sistem Saraf
Sistem saraf merespon persepsi, sikap, memori, dan pergerakan tubuh. fungsinya
dibagi menjadi:
a. Sensory function
Reseptor sensorik mendeteksi stimulus internal dan eksternal. Informasi sensorik ini
dibawa ke otak dan medula spinalis melalui saraf cranial dan saraf spinal.
b. Integrative function
Saraf memproses informasi sensorik yang diterima neourons aferen dengan
menganalisa dan menyimpan sebagian dari informasi tersebut dan membuat suatu
keputusan. Fungsi integrasi yang paling penting yaitu persepsi, kesadaran terhadap
rangsang sensorik. Dan persepsi terjadi di otak.
c. Motor function
Sekali informasi sensorik di integrasi, sistem saraf akan mengirimkan respon motorik
kepada efektor yang dalam hal ini bisa otot maupun kelenjar. Sehingga dengan
teraktivasinya efektor, otot akan berkontraksi dan kelenjar dapat melakukan sekresi.1
Sistem saraf tersusun dari 2 bagian yaitu Central Nervous System (sistem saraf pusat)
dan Peripheral Nervous System (sistem saraf perifer). SSP / CNS (otak dan medula spinalis)
memproses berbagai informasi sensorik dan pusat emosi, pikiran, dan memori. Impuls saraf
yang merangsang otot untuk berkontraksi dan sekresi kelenjar berasal dari SSP dan target
pryeksinya merupakan saraf perifer. Sedangkan sistem saraf perifer tersusun dari saraf
cranial, saraf spinal, ganglia, dan reseptor sensorik. Dan sistem perifer juga terbagi atas
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Somatik tersusun dari neuron sensorik yang menyampaikan informasi ke SSP dari reseptor
somatik di kepala, badan, dan tungkai dan dari reseptor penglihatan, pendengaran, pengecap,
dan pembau. Saraf somatik juga tersusun dari neuron motorik yang menyampaikan impuls
dari SSP ke otot skelet saja. Karena respon motorik dapat dikontrol dan pergerakan di bagian
perifer ini merupakan volunter atau sadar.
Saraf otonom tersusun dari neurons sensorik yang menyampaikan informasi ke SSP dari
reseptor otonom yang terletak di organ-organ viseral seperti perut, paru-paru, dll. Juga terdiri
dari neuron motorik yang menyampaikan impuls dari SSP ke otot polos, otot jantung, dan
kelenjar. Karena sifat motorik ini adalah involunter atau tidak sadar. Saraf otonom dibagi
2
menjadi simpatis dan parasimpatis yang kerjanya berlawanan, misalnya simpatis
meningkatkan denyut jantung, parasimpatis menurunkan.1
Struktur Jaringan Saraf
Jaringan saraf terdiri dari 2 tipe sel yaitu neurons dan neuroglia. Neurons (sel saraf)
mempunyai fungsi seperti penginderaan, berpikir, mengingat, mengontrol aktivitas otot, dan
regulasi dari sekresi kelenjar. Seperti sel otot, sel saraf atau neuron pun mempunyai aktivitas
listrik yang dapat menimbulkan potensial aksi untuk memberikan respon terhadap
rangsangan. Neuroglia mempunyai tugas menyokong kerja neuron.
Neuron terdiri dari badan sel, dendrit, dan akson. Badan sel tersusun dari inti sel yang
diliputi sitoplasma yang diisi oleh lisosom, mitokondria, dan badan golgi. Badan sel tersusun
dari 2 processus yaitu dendrit dan akson. Dendrit bertugas menerima input dari neuron.
Bentuknya pendek, lonjong, dan bercabang. Sedangkan akson berhubungan dengan neuron
lain misalnya serat otot dan sel kelenjar. Ciri-cirinya panjang, kurus, dibagian pangkalnya
terdapat akson hillock. Pada akson hillock juga ada trigger zone yang menyampaikan impuls
dari bagian proksimal ke bagian distal akson.1,2
Gambar 1.1 Neuron dan bagian-bagiannya.1
Klasifikasi neuron:
a. Multipolar neuron
Mempunyai sekelompok dendrit dan satu akson. Tipe ini terdapat pada neuron otak dan
medula spinalis.
b. Bipolar neuron
Satu akson dan satu dendrit biasanya terdapat di saraf retina, telinga, olfaktori atau
pembau.
3
c. Unipolar neuron
Dendrit dan akson bergabung menjadi satu. Pada tipe ini trigger zone terletak di pertigaan
antara badan sel, dendrit dan akson.
Gambar 1.2 Klasifikasi neuron.1
Berdasarkan fungsinya, neuron diklasifikasikan menjadi 3 bagian:
a. Sensorik atau aferen neuron. Stimulus mengaktifkan reseptor sensorik, potensial
aksi yang terjadi di akson disampaikan ke SSP melalui saraf cranial dan spinal.
Neuron sensorik bentuknya unipolar.
b. Motorik atau eferen neuron. Menyampaikan potensial aksi dari SSP ke efektor
(otot atau kelenjar) di saraf perifer melalui saraf cranial dan saraf spinal. Neuron
motorik bentuknya multipolar.
c. Interneuron
Terletak diantara SSP dengan sensorik dan motorik neuron. Interneuron
mengintegrasi informasi dari sensorik neuron dan mengaktifkan motor neuron.
Inteneuron bentuknya multipolar.
Neuroglia or glia merupakan setengah dari volume SSP. Secara umum neuroglia
lebih kecil dibanding neuron. Pada glia tidak terjadi potensial aksi. 4 tipe neuroglia yang
ditemukan pada SSP: astrosit, oligodendroglia, mikroglia, dan sel ependim, sedangkan tipe
sel di saraf perifer: sel Schwann dan sel satelit.
a. Astrosit
Berbentuk bintang, memiliki banyak cabang, berhubungan dengan kapiler darah, neuron,
dan piamater. Berfungsi untuk menyokong neuron. Astrosit membantu mempertahankan
kondisi kimia lingkungan yang sesuai untuk generasi impuls saraf dengan menyediakan
4
nutrisi neuron, mengurangi kelebihan neurotransmitter, dan mengatur konsentrasi ion
penting.
b. Oligodendroglia
Menyerupai astrosit tetapi lebih kecil dan memiliki sedikit cabang. Cabang ini berfungsi
untuk membentuk selubung mielin pada SSP.
c. Microglia
Bentuknya kecil, cabangnya kurus, berfungsi sebagai fagosit.
d. Sel Ependim
Tersusun selapis dan selnya berbentuk kuboid. Terletak di ventrikel otak dan canalis
sentralis medula spinalis. Sel ependim memproduksi dan membantu cairan serebrospinal
(LCS).
e. Sel Schwann
Berfungsi membentuk mielin di akson saraf perifer.
f. Sel Satelit
Mengelilingi ganglia, selain memberikan dukungan struktural, sel satelit mengatur
pertukaran bahan antara badan sel saraf dan cairan interstisial.2
Mielinisasi pada Akson Saraf
Sebagian besar akson neuron dikelilingi selubung mielin yang berupa lemak dan
neurokeratin. Selubung mielin berguna untuk meningkatkan kecepatan hantaran impuls. Sel
schwann memproduksi selubung mielin di akson saraf perifer, sedangkan oligodendroglia
memproduksi mielin di SSP.
Sel schwann memulai produksi mielin mengelilingi akson selama perkembangan janin. Pada
akson ada bagian yang tidak terselubung ole mielin, atau terletak diantara 2 selubung mielin,
disebut nodus ranvier. Jika pada SSP, oligodendroglia memproduksi mielin untuk beberapa
akson, pada perifer, sel schwann hanya untuk sedikit akson.
Substansia Kelabu dan Substansia Alba
Pada otak dan medula spinalis yang segar, setelah pemotongan akan nampak bagian
berwarna putih dan kelabu. Substansia alba atau putih tersusun dari akson-akson yang
mempunyai mielin. Dimana mielin itu sendiri adalah lemak, sehingga akan berwarna putih.
Sedangkan substasia kelabu atau grisea tersusun dari badan sel, dendrit, akson yang tidak
bermielin, akson terminal, dan neuroglia. Terlihat keabu-abuan karena badan Nissel memberi
5
warna abu-abu dan tidak adanya mielin di area ini. Pada medula spinalis, substansia alba
mengelilingi inti dari abu-abu, dimana bentuknya akn terlihat seperti kupu-kupu atau huruf H.
Sedangkan di otak substansia kelabu melingkupi substansia alba.1
Terjadinya Potensial Aksi
Potensial aksi terjadi karena membran plasma memiliki banyak ion channel di
dalamnya yang senantiasa dapat membuka dan menutup bila ada rangsangan datang. Karena
lipid bilayer pada membran plasma merupakan isolator yang baik, sehingga arus listrik akan
mengalir melalui ion channel yang ada. Ketika ion channel terbuka, ion spesifik akan masuk
ke dalam membran plasma yang tentunya memiliki perbedaan muatan antara luar membran
dengan dalam membran. Mereka bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dan
tentu ion bermuatan (+) bergerak menuju area ion (-), begitupun sebaliknya. Pergerakan
inilah yang nantinya akan mengubah potensial dari membran tersebut.
Saat membran istirahat ion negatif berada di dalam membran, sedangkan ion positif berada di
luar membran. Bila ion-ion ini saling bergerak, maka akan mengubah potensial membran
(voltage). Besar voltage / potensial membran istirahat adalah -70 mV, dimana tanda negatif
menunjukkan bahwa di dalam membran plasma lebih banyak ion negatif dibanding ion
positif. Pada kondisi tersebut, dapat dikatakan bahwa sel dalam kondisi polarisasi.
Potensial aksi dari impuls saraf adalah peristiwa cepat yang terjadi saat pembalikan muatan
yang menyebabkan perubahan potensial membran sampai akhirnya kembali pada kondisi
istirahat. Selama fase depolarisasi, potensial membran yang negatif akan berkurang
kenegatifannya, mendekati nol, dan kemudian menjadi positif. Sedangkan fase repolarisasi,
mengembalikan potensial membran ke -70mV kembali.
2 tipe voltage gated channel membuka dan menutup selama potensial aksi berlangsung. Pintu
channel yang pertama adalah voltage gated Na+ , ion ini akan masuk ke dalam membran sel
menyebabkan depolarisasi, sedangkan yang kedua yaitu pintu ion K+ yang akan keluar
membran menyebabkan repolarisasi.
Potensial aksi tergantung dari kondisi rangsang yang ada. Bila rangsang termasuk rangsang
bawah ambang, maka tidak terjadi potensial aksi karena rangsang terlalu lemah. Di sebagian
besar neuron, rangsang ambang biasanya terjadi pada -55mV karena rangsang ambang
cukup kuat untuk depolarisasi membran. Ada juga rangsang atas ambang yang kekuatannya
di atas rangsang ambang, rangsang ini pun dapat menimbulkan potensial aksi. Potensial aksi
6
yang disebabkan oleh rangsang atas ambang akan mempunyai amplitudo yang sama dengan
yang disebabkan oleh rangsang ambang. Sekali potensial aksi dihasilkan, , amplitudo dari
potensial aksi itu akan selalu sama, tidak tergantung besarnya stimulus. Sedangkan
frekuensi, semakin besar stimulus, frekuensi akan semakin besar.
Pada potensial aksi dikenal Hukum All or None, dimana hukum ini bekerja mirip saat kita
menyentuh domino pertama di barisan domino-domino yang tersusun berdiri. Bila kita
menyentuh dengan kekuatan yang cukup (rangsang ambang) maka akan menjatuhkan domino
kedua, ketiga, dan seterusnya sampai semua baris jatuh, maka akan terjadi potensial aksi. Jika
memakai kekuatan yang lebih kuat pun akan terjadi keadaan yang sama. Sehingga sentuhan
pada domino pertama menentukan semua domino jatuh atau tidak.
Masa setelah potensial aksi dimulai disebut refractory period, sedangkan absolut
refractory period terjadi dari mulai pintu Na aktif dan terbuka sampai pintu Na tertutup. Di
dalam periode ini, stimulus sekuat apapun tidak akan mampu menimbulkan potensial aksi.
Sedangkan relative refractory period adalah periode dimana potensial aksi kedua dapat
terjadi, namun harus dengan stimulus yang sangat kuat.
Di pangkal akson ada bagian yang berguna untuk menentukan suatu stimulus dapat
menyebabkan potensial aksi atau tidak disebut Trigger Zone. Potensial aksi akan berjalan
lebih cepat sepanjang akson yang bermielin dibanding akson tak bermielin. Karena adanya
aktivitas saltatorik jadi saat melewati akson, muatan elektrik akan mengalir dari satu nodus
ke nodus lain melalui cairan ekstraseluler yang membungkus selubung mielin dan melalui
sitosol. Adapun faktor-faktor yang memperngaruhi kecepatan hantaran adalah:
a. Mielin. Potensial aksi berjalan lebih cepat pada akson bermielin.
b. Diameter akson. Potensial aksi berjalan lebih cepat bila diameter akson besar.
c. Temperature. Penyebaran potensial aksi pada akson akan lebih melambat bila dalam
kondisi dingin.
Sinapsis merupakan cara komunikasi antara 2 neuron. Ataupun antara 1 neuron dengan
efektor. Pada sinaps antarneuron, ada neuron yang mengirim sinyal disebut presinaptic
neuron dan ada yang menerima sinyal disebut postsinaptic neuron. Kebanyakan sinaps adalah
axoaxonic (dari akson ke akson lain)), axodendritic (dari akson ke dendrit), dan axosomatic
(dari akson ke badan sel). Ada 2 tipe sinapsis, electrical dan chemica, keduanya berbeda
struktur dan fungsi.1,2,4
7
Terjadinya Chemical Sinapsis
Postsinaptic neuron menerima sinyal kimia lalu menghasilkan postsinaptic potensial.
Sehingga presinaptic mengubah sinyal elektrik (impuls) menjadi sinyal kimia (menghasilkan
neurotransmiter). Neuron postsinaptic menerima sinyal kimia dan menghasilkan sinyal
elektrik (postsinaptic potensial). Cara pengiriman sinapsis sinyal kimia sebagai berikut:
a. Impuls masuk ke akson presinaptik, terjadi depolarisasi yang membuka pintu Ca2+ di
membran sinaptik. Konsentrasi kalsium lebih tinggi dibanding carian luar sel, maka
kalsium masuk melalui pintunya.
b. Peningkatan konsentrasi kalsium di dalam neuron presinaptik membuat vesikel
mengeluarkan neurotransmitter dalam jumlah banyak. Kemudian neurotransmitter
tersebut diikat oleh reseptor neurotransmitter pada membran plasma postsinaptik.
c. Membuat pintu / saluran di membran plasma postsinaptik terbuka sehingga partikel ion
masuk ke membran. Membuat voltage membran berubah sehingga terjadi potensial
postsinaptik. Pembukaan pintu Na+ menyebabkan Na+ masuk sehingga terjadi
depolarisasi, sedangkan terbukanya pintu K+ menyebabkan K+ masuk dan terjadi
Hiperpolarisasi.
d. Ketika depolarisasi potensial postsinaptik mencapai ambang, memicu potensial aksi di
neuron postsinaptik.
Terjadinya Electrical Sinapsis
Electrical sinapsis terjadi karena adanya gap junction atau sambungan diantara sel.
Ion akan mengalir dari satu sel ke sel lain, potensial aksi pun menyebar dari satu sel ke sel
lain. Gap junction biasanya ada di otot polos viseral, otot jantung, dan SSP. Keuntungan
electrical sinapsis adalah:
a. Komunikasi yang cepat. Karena potensial aksi langsung mengalir dari presinaptik ke
postsinaptik melalui gap junction.
b. Sinkronisasi. Electrical sinapsis dapat berkoordinasi atau sinkron dengan neuron lain
ataupun dengan serat otot. Kebanyakan neuron dapat mengalami potensial aksi secara
serempak bila mereka dihubungkan dengan gap junction.
Excitatory dan Inhibitory Postsynaptic Potentials
8
Neurotransmitter yang mendepolarisasi membran postsinaptik adalah eksitatori
karena membawa membran mendekati ambang dan membantu menimbulkan potensial aksi.
Maka disebut Excitatory Postsynaptic Potentials (EPSP). Neurotransmitter yang
menyebabkan hiperpolarisasi di membran postsinaptik disebut inhibitori karena membuat
semakin jauh untuk capai ambang dan potensial aksi. Maka isebut Inhibitory Postsynaptic
Potentials (IPSP).
Organ-Organ yang Berperan Pada Sistem Saraf Otonom
1. Hipothalamus
Bagian kecil dari diencephalon yang berada di inferior thalamus. Disini ada corpus
mamilaris yang bentuknya kecil, memproyeksikan inti bulat dari hipothalamus dan
berfungsi sebagai relay station untuk refleks indera penciuman. Kemudian ada yang
seperti tangkai disebut infundibulum yang menghubungkan kelenjar pituitari dengan
hipothalamus.
Hipothalamus mengontrol aktivitas tubuh. impuls sensorik baik indra somatik dan viseral
berpusat dihipothalamus. Seperti halnya impuls dari reseptor penglihatan, pengecap, dan
penciuman. Juga memonitor kondisi darah, tekanan osmotik, kadar glukosa, konsentrasi
hormon, dan suhu. Hipothalamus mempunyai hubungan yang penting dengan kelenjar
pituitari dan produksi hormon. Beberapa fungsi penting hipothalamus adalah:
a. Mengontrol sistem saraf otonom. Mengatur kerja otot polos dan otot jantung serta
sekresi berbagai kelenjar. Akson memanjang dari hipothalamus ke nuklei simpatik
dan parasimpatik di otak dan medula spinalis. Hipothalamus ada pusat pengatur
aktivitas viseral, termasuk jantung, saluran pencernaan, vesika urinaria.
b. Memproduksi hormon. Dengan berhubungan dengan kelenjar pituitari dan kelenjar
endokrin yang berlokasi di inferioir hipothalamus akan mengatur produksi hormon.
c. Mengatur pola emosi dan perilaku. Bersama dengan sistem limbik, hipothalamus
berpartisipasi dalam pengaturan sikap marah, agresif, rangsangan rasa sakit,
kesenangan, dan seksual.
d. Pengaturan makan dan minum. Hipothalamus mengatur nafsu makan. Berisi pusat
makan dan pusat kenyang yang dimenyebabkan rasa lapar dan kenyang, serta pusat
haus yang distimulasi oleh tekanan osmotik cairan ekstraselular yang akan
menyebabkan rasa haus. Dengan minum akan membuat tekanan osmotik menjadi
normal.
9
e. Mengontrol suhu tubuh. bila suhu aliran darah yang melalui hipothalamus di atas
normal, maka hipothalamus akan memerintah SSO untuk menstimulasi agar tubuh
kehilangan panas. Begitu pula sebaliknya.
f. Mengatur irama sirkadian dan tingkat kesadaran
Mengatur keadaan jaga dan tidur yang terjadi setiap hari.1,3
2. Pons
Terletak di inferior dari midbrain dan di anterior cerebelum. Merupakan jembatan yang
menghubungkan otak dengan bagian lainnya. Pons tersusun dari nuclei, traktus sensorik,
dan traktus motorik. Sinyal voluntary direlay dari area motorik korteks cerebri ke
cerebelum.1
3. Medula Oblongata
Membentuk bagian inferior dari batang otak. Dan merupakan kelanjutan dari medula
spinalis. Medula dimula dai inferior pons ke foramen magnum. Di dalam medula, traktur
sensorik dan motorik memanjang antara medula spinalis sampai ke otak. Beberapa
sumsum medula membentuk tonjolan yang disebut pyramids. Terbentuk dari traktus
motorik dari cerebrum sampai medula spinalis. Disisi lateral pyramids ada bagian yang
disebut oliva yang berbentuk oval. Neuron di dalam oliva merelay impuls dari cerebelum
yang membantu cerebelum mengatur aktivitas otot.1
4. Sistem Limbik
Berfungsi dalam pengendalian emosi, perilaku, dan dorongan, juga penting untuk
memori. Secara anatomi, struktur limbik meliputi gyrus subcallosus, gyrus cinguli, gyrus
parahipocampalis, formasio hippocampi, nucleus amygdala, corpus mamillare, dan
nucleus anterior thalami. Alveus, fimbria, forniwq, tractus mamillothalamicus, dan stria
terminalis membentuk jaras penghubung sistem ini.3
5. Formasio Reticularis
Merupakan anyaman sel dan serabut saraf yang kontinu dan membentang melalui
neuroaksis dari medula spinalis sampai korteks cerebri. Formasio reticularis tidak hanya
memodulasi kontrol sistem motorik, tetapi juga mempengaruhi sistem sensorik. Melalui
jara-jaras ascedens multipelnya yang berproyeksi ke berbagai bagian korteks cerebri,
formasio reticularis diduga mempengaruhi tingkat kesadaran.
Fungsi:
- Pengendalian otot rangka
10
Mengendalikan otot ekspresi wajah bila dikaitkan dengan emosi. Misalnya kontrol
motorik dilakukan fprmasio reticularis pada kedua sisi otak bila seseorang tersenyum
atau tertawa.
- Pengendalian sensasi somatik dan viseral
Lokasinya di sumbu serebrospinal, formasio reticularis dapat mempengaruhi semua
jaras ascendens yang berjalan ke tingkat supraspinal. Formasio reticularis mempunyai
peran kunci dalam mekanisme gerbang mengendalikan persepsi nyeri.
- Pengendalian susunan saraf otonom
Dari korteks cerebri, hipotalamus, dan nuclei subkortikal lainnya, kontrol susunan
saraf otonom yang lebih tinggi dilakukan melalui tractus reticulobulbaris dan
reticulospinalis yang turun ke aliran keluar simpatis dan parasimpatis kraniosakral.3
6. Formasio Hippocampi
Terdiri dari gyrus hippocampalis, gyrus dentatus, dan gyrus parahippocampalis.
Hippocampus merupakan suatu elevasi substansia grisea yang melengkung dan
terbentang di seluruh panjang dasar cornu inferior ventriculus lateralis. Ujung anteriornya
membentuk pes hippocampus. Struktur ini disebut hippocampus karena pada potongan
koronal berbentuk seperti kuda laut. Permukaan ventricular yang konveks diliputi oleh
ependyma yang di bawahnya terdapat lapisan tipis substansia alba yang disebut alveus.
Alveus terdiri dari serabut saraf yang berasal dari dalam hippocampus dan di bagian
medialnya berkumpul membentuk berkas yang disebut fimbria. Fimbria akan berlanjut
sebagai crus fornicis. Hippocampus berakhir di posterior di bawah spenium corpus
callosum.
Gyrus dentatus merupakan pita substansia grisea yang sempit, bertakik, dan terletak
di antara fimbiriae hippocampi dan gyrus parahippocampalis. Di posterior, gyrus diikuti
oleh fimbria hampir sampai ke splenium corpus callosum dan menyambung dengan
indusium griseum yang merupakan lapisan vestigial substansia grisea yang tipis yang
meliputi permukaan superior corpus callosum. Di bagian anterior gyrus dentatus berlanjut
ke uncus.
Gyrus parahippocampalis terletak diantara fissura hippocampi dan sulcus collateralis
serta bersambungan dengan hippocampus di sepanjang tepi medial lobus temporalis.3
7. Nucleus Amygdala
Dinamakan demikian karena berbentuk seperti buah almond. Nukleus ini sebagian
terletak di anterior dan sebagian di posterior ujung cornu inferior ventriculus lateralis.
11
Struktur ini berfusi dengan ujung cauda nucleus caudatus yang berjalan ke anterior di atap
cornu inferior ventriculus lateralis. Stria terminalis muncul dari aspek posteriornya.3
Gambar 1.3 Bagian yang termasuk sistem limbik.2
Sistem Saraf Otonom
Prinsipnya sama dengan sistem saraf somatik, dimana impuls datang kemudian di
tangkap oleh reseptor sensorik di organ viseral kemudian dibawa oleh neuron sensorik ke
SSP lalu neuron motorik menyampaikan ke efektor otot polos, otot jantung, dan kelenjar.
Pada saraf somatik, akson bermielin memanjang dari SSP sampai ke efektornya yaitu otot
skelet. Pada saraf otonom, ada 2 jenis neuron motorik: pertama, badan selnya berada di SSP
sedangkan akson bermielin memanjang sampai ke ganglion otonom. Kedua, badan selnya di
ganglion otonom sedangkan akson tak bermielin memanjang dari ganglion ke efektor (otot
polos, otot jantung, dan kelenjar). Semua neuron motorik pada saraf somatik menghasilkan
neurotransmitter berupa asetilcholin. Sedangkan neuron motorik saraf otonom menghasilkan
asetilcholin dan noreepinefrin.
Pada simpatik, badan sel neuron preganglion berada di substansia kelabu / grisea dari
medula spinalis, sedangkan pada parasimpatik, badan sel preganglion berada pada batang
otak dan segmen sacralis medula spinalis. Ada 2 tipe ganglia otonom, ganglia simpatik dan
ganglia parasimpatik.1,3,5
Sistem Saraf Otonom Menghasilkan Asetilcholin dan Norepinefrin
SSO menghasilkan asetilcholin dan norepinefrin pada saat terjadi hubungan antara
preganglion dengan post ganglion dan saat berhubungan dengan efektor. Berdasarkan
neurotransmitter yang dihasilkan, neuron otonom dibagi menjadi 2, cholinergic dan adrenic.
12
Neurotransmitter otonom akan mengikat reseptor spesifik yang berada di membran plasma
dai neuron postsinaptik maupun sel efektor.
Cholinergic Neuron dan Reseptornya
Menghasilkan neurotransmitter Asetilcholin (ACh). Cholinergic neuron terdapat pada: (1)
semua simpatik dan parasimpatik neuron preganglion, (2) simpatik neuron postganglion yang
mempersarafi kelenjar keringat, (3) semua parasimpatik neuron postganglion. ACh nantinya
akan mengikat reseptor cholinergic yaitu nicotinic dan muscarinic receptors. Nicotinic
receptors ada pada dendrit dan badan sel neuron postganglion baik simpatik maupun
parasimpatik. Muscarinic receptors berada pada semua efektor (otot polos, otot jantung, dan
kelenjar) yang dipersarafi oleh akson postganglion parasimpatik. Nicotinic tidak
mengaktifkan muscarinic, begitupun sebaliknya, namun Ach dapat mengaktifkan keduanya.
Adregenic Neuron dan Reseptornya
Menghasilkan norepinefrin atau juga dikenal dengan nama noradrenaline. Kebanyakan
neuron postganglion simpatik merupakan neuron adregenic. Sama seperti ACh, NE juga
disintesis dan ditampung dalam vesikel sinaptik dan dikeluarkan dengan eksositosis. NE juga
mengikat reseptor: alpha receptors dan beta receptors yang dapat ditemukan pada efektor
yang berupa organ viseral yang dipersarafi oleh akson postganglion simpatik. Reseptor ini
diklasifikasikan lagi menjadi α1, α2, β1, β2, β3.
Simpatik Mendukung Aktivitas Fisik yang Kuat; Parasimpatik Menghemat Energi
Tubuh
Simpatik dan parasimpatik diatur oleh hippothalamus. Keduanya dapat mempengaruhi organ
tubuh secara berbeda karena neuron postganglionnya menghasilkan neurotransmitter yang
berbeda dan juga karena organ efektor memiliki reseptor cholinergic dan adregenic yang
berbeda.
Selama aktivitas fisik atau tekanan emosional, simpatik mendominasi parasimpatik. Simpatik
berguna saat tubuh melakukan aktivitas yang kuat dan dalam produksi ATP yang cepat.
Selain itu, simpatik juga berperan dalam mengurangi fungsi tubuh yang mendukung
penyimpanan energi. Di samping pengerahan tenaga fisik, bebagai emisional, seperti takut,
malu, marah, akan merangsang simpatik. Aktivitas simpatik menyebabkan peningkatan
kewaspadaan dan aktivitas metabolisme dalam situasi darurat atau emergency. Aktifasi
13
sistem simpatik dan pengeluaran hormon oleh medula adrenal menggerakkan respon fisiologi
kolektif yang dinamakan fight or flight respone yang efeknya:
a. Pupil mata melebar.
b. Peningkatan detak jantung, kontraksi jantung, dan tekanan darah.
c. Pelebaran saluran udara yang masuk dan keluar paru-paru.
d. Pembuluh darah yang menyuplai ginjal dan pencernaan akan menyempit sehingga terjadi
penurunan aliran darah, menyebabkan pembentukan urin dan aktivitas pencernaan
melambat.
e. Pembuluh dari yang menyuplai organ yang ikut terlibat dalam exercise atau fighting
suatu bahaya seperti otot skelet, otot jantung, hati, dan jaringan adiposa akan melebar,
aliran darah semakin besar.
f. hati meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa dan jaringan adiposa
mengingkatkan pemecahan trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, menghasilkan
produksi ATP semakin besar.
Disaat simpatik berperan dalam aktivitas fight or flight, maka prasimpatik berperan dalam
proses rest and digest. Parasimpatik mendukung fungsi tubuh dalma menyimpan energi
selama istirahat dan pemulihan. Parasimpatik merangsang kelenjar pencernaan dan otot polos
di gastrointestinal. Ini memungkinkan energi menyuplai makanan untuk di cerna dan diserap.
Pada saat yang sama, parasimpatik mengurangi fungsi tubuh dalam melakukan aktifitas fisik.
Parasimpatik berperan dalam “3 penurunan” yaitu: penurunan detak jantung, penurunan
diameter saluran pernapasan, dan penurunan diameter pupil.1,3
Kesimpulan
14
Berdebar sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan hal itu disebabkan oleh
sistem saraf di dalam tubuh. Sistem saraf sendiri di dalam tubuh jumlahnya sangat banyak
dan berhubungan satu sama lain. Berdebar dipengaruhi oleh sistem saraf yang otonom yang
kerjanya involunter. Sistem otonom dikontrol oleh hipothalamus sebagai pusatnya dan
dipengaruhi oleh emosi yang di atur oleh sistem limbik. Sisem saraf bekerja melalui
mekanisme potensial aksi sehingga dapat mengantarkan impuls dari neuron ke neuron lain.
Daftar Pustaka
15
1. Jenkins GW, Kemnitz CP, Tertora GJ. Anatomy and physiology. 2nd edition. China:
Wiley;2010.p.358-471.
2. Mescher AL. Junqueira’s basic histology. 12th edition. Singapore: McGraw-
Hill;2010.p.140-65.
3. Snell RS.Neuro anatomi klinik. Edisi ke-5. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC;2007.h.339-453.
4. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Edisi ke-1. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC;2004.h.154-66.
5. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Edisi ke-1. Jakarta:
Gramedia;2005.h.305-9.
16