19
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP) GANGGUAN PERSEPSI Dosen Pengampu : Evy Apriyani, S. Kep., Ns Rully Andika, S.Kep., Ns. Disusun oleh : Nama : Satrio Sigit Prasojo NIM : 108.109.083 Program Studi : S1 Keperawatan Tingkat/Semester : III B /VI

Sap Ganguan Proses Pikir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sap Ganguan Proses Pikir

Citation preview

Page 1: Sap Ganguan Proses Pikir

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

GANGGUAN PERSEPSI

Dosen Pengampu : Evy Apriyani, S. Kep., Ns

Rully Andika, S.Kep., Ns.

Disusun oleh :

Nama : Satrio Sigit Prasojo

NIM : 108.109.083

Program Studi : S1 Keperawatan

Tingkat/Semester : III B /VI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN 2012

Page 2: Sap Ganguan Proses Pikir

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

MICRO TEACHING GANGGUAN PERSEPSI

Mata Kuliah : Keperawatan Jiwa

Kode Mata Kuliah : MKK 17

SKS : 4 SKS

Waktu Pertemuan : 20 menit

Pertemuan ke :ke 8 - 12

A. Tujuan Instruksional

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah mengikuti pembelajaran tentang gangguan proses pikir dalam

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah selama 1 kali tatap muka (20

menit), mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B Semester

IV mampu memahami gangguan proses piker pada klien gangguan jiwa.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti pembelajaran tentang gangguan proses pikir dalam

Mata Kuliah Asuhan keperawatan jiwa selama 1 kali tatap muka (20

menit), mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B Semester

IV mampu :

a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian berpikir dengan benar

b. Mahasiswa mampu menjelaskan pengetian gangguan proses berpikir

dengan benar

c. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan gangguan arus berpikir

dengan gangguan isi pikir dengan benar

d. Mahasiswa mampi menjelaskan 1 contoh gangguan proses berpikir

dengan benar

Page 3: Sap Ganguan Proses Pikir

B. Pokok Bahasan : gangguan proses berpikir

C. Sub Pokok Bahasan

1. Pengertian proses berpikir

2. Pembagian aspek proses berpikir (bentuk pikir, arus pikir, isi pikir)

D. Pengorganisasian

Pendidik : Satrio Sigit Prasojo

Sasaran : Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan Tingkat II B

Semester IV

Keterangan :

: Dosen Pembimbing

: Pendidik Micro Teaching

: Peserta Didik Micro Teaching

Page 4: Sap Ganguan Proses Pikir

E. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)

TAHAP WAKTUKEGIATAN

METODE MEDIAPENGAJAR MAHASISWA

Pendahuluan 4 menit 1. Memberikan salam

2. Memeperkenalkan

diri

3. Menjelaskan

maksud pertemuan

dan menjelaskan

tujuan dari

pengajaran.

4. Membuat kontrak

waktu

1. Menjawab salam

2. Mendengarkan

3. Mendengarkan

4. Menyetujui

Tanya jawab

-

Isi 12 menit 1. Menjelaskan

Pengertian

proses berpikir

2. Menjelaskan

Pembagian

aspek proses

berpikir (bentuk

pikir, arus pikir,

isi pikir)

Mendengarkan dan

Memperhatikan

Ceramah LCD

Penutup 4 menit 1. Evaluasi kegiatan :

Mengevaluasi

secara verbal

kepada

Menjawab

pertanyaan.

Tanya jawab

-

Page 5: Sap Ganguan Proses Pikir

mahasiswa..

2. Mengucapkan salam

penutup. Menjawab salam

F. Materi Pembelajaran

GANGGUAN PROSES BERPIKIR

Adapun proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgement”),

pemahaman (“comprehension”), ingatan serta penalaran (reasoning). Proses berpikir yang

normal mengandung arus idea, simbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan dan yang

dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan kepada suatu

penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.

Berbagai macam faktor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya faktor

somatic (gangguan otak, kelelahan), faktor psikologik (gangguan emosi, psikosa) dan

faktor sosial (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat mempengaruhi

perhatian atau konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga aspek proses berpikir,

yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah dengan pertimbangan.

Gangguan bentuk pikiran: dalam kategori ini termasuk semua penyimpangan dari

pemikiran rasional, logik dan terarah kepada tujuan.

1. Dereisme atau pikiran dereistik titik berat pada tidak adanya sangkut paut terjadi

antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan. Proses

mentalya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika atau

pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah mengatakan:

“Seorang pegawai negeri dan warga negara yang baik harus kebal korupsi, biarpun

gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya menderita; bila tidak tahan, silahkan

keluar…” atau seorang lain lagi : “ Kita harus memberantas perjudian dan pelacuran,

karena hal-hal itu merupakan “exploitation de I’homme par I’homme” adalah “homo

Page 6: Sap Ganguan Proses Pikir

homini lupus” adalah “machiavellisme”, karena itu kita harus mengikis habis segala

bentuknya, tanpa kecuali….”

2. Pikiran otistik : menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari dalam

pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi. Cara

berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak terpenuhi tanpa

memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam pikirannya sendiri. Kadang-

kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.

3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak berdasarkan

kenyataan, umpamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler/ revaolusioner bila

ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak masuk akal. (Merupakan

gejala yang menonjol pada skizofermia hebefrenik di samping tingkah-laku kekanak-

kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan otistik, tetapi kadang-kadang ketiga

gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu dengan salah satu istilah itu.

Gangguan arus pikiran: yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam pemikiran,

yang timbul dalam berbagai jenis:

1. Perseverasi : berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara

berlebihan. Penulis pernah mendengar seorang pasien berkata: “Nanti besok saya

pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di rumah sudah makan

enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi saya nanti sudah bisa tidur di

rumah, besok ayah akan datang mengambil saya pulang…..”

2. Asosiasi Longgar : mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain

umpamanya “Saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila extrim, maka akan

terjadi inkoherensi.

Asosiasi yang sangat longgar dapat dilihat dari ucapan seorang penderita seperti

berikut ini: “…. Saya yang menjalankan mobil kita harus membikin tenaga nuklir dan

harus minum es krim…”

3. Inkoherensi : gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimatpun sudah sukar

ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin diterangkan

secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan asosiasi yang longgar

secara extrim. Penulis pernah menerima surat yang isinya antara lain sebagai berikut:

“saya minta di janji, tidur, lahir dengan pakaian lengkap untuk anak saya satu atau

Page 7: Sap Ganguan Proses Pikir

lebih menurut pengadilan Allah dengan suami jodohnya yang menyinggung segala

percobaan…”

4. Kecepatan bicara : untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau sangat

cepat.

5. Benturan (blocking): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah sebuah

kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.

6. Logorea: banyak bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa kontrol, mungkin

coherent ataupun incoherent.

7. Pikiran melayang (“flight of ideas”): perubahan yang mendadak lagi cepat dalam

pembicaraan sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah disusul lagi

oleh ide yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita sebagai berikut:

“Waktu saya datang ke rumah sakit Kakak saya baru mendapat rebewes, lalu untuk

saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah makan… “

8. Asosiasi bunyi (clang association): mengucapkan perkataan yang mempunyai

persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar: “Saya mau makan di Tarakan,

seakan-akan berantakan”.

9. Neologisme : membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum, misalnya:

“saya radiltu, semua partimun”.

10. Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan pertanyaan

atau dengan hal yang sedang dibicarakan.

11. Pikiran berputar-putar (circumstantiality): menuju secara tidak langsung kepada ide

pokok dengan menambahkan banyak hal yang remeh-remeh yang menjemukan dan

yang tidak relevan.

12. Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.

Umpamanya pernah penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:

Wahai jagoku yang tersembunyi

Meskipun kau jago

Tanpa kau hatiku sunyi

Tanpa kau hatiku mewangi.

13. Afasi : mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau motorik

(tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan terjadi karena

kerusakan otak.

Page 8: Sap Ganguan Proses Pikir

Gangguan isi pikiran: dapat terjadi baik pada isi pikiran non-verbal, maupun pada isi

pikiran yang diceriterakan, misalnya:

1. Kegembiraan yang luar biasa atau ekstasi (ecstasy) dapat timbul secara mengambang

pada orang yang normal selama fase permulaan narkosa (anestesia umum). Boleh

juga disebabkan oleh Narkotika (feeling high atau fligh sebagai logat para narkotik)

atau kadang-kadang timbul sepintas lalu pada skizofrenia. Semua mengatakan bahwa

isi pikiran mereka itu tidak dapat diceriterakan.

2. Fantasi : ialah isi pikiran tentang suatu keadaan atau kejadian yang diharapkan atau

diinginkan, tetapi dikenal sebagai tidak nyata. Fantasi yang kreatif menyiapkan si

individu untuk bertindak sesudahnya; fantasi dalam lamunan merupakan pelarian

bagi keinginan yang tidak dapat dipenuhi. Pada psedologia fantastika (pseudologia

fantastica) orang itu percaya akan kebenaran fantasinya secara intermittent dan

selama jangka waktu yang cukup lama untuk bertindak sesuai dengan itu.

3. Fobi : rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat

dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional

adanya. Fobi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya fobi kotor atau fobi

kuman menimbulkan kompulsi cuci-cuci tangan. Ini perlu dibedakan dari kecemasan

yang mengambang (free-floating anxiety) atau kecemasan terhadap keadaan umum,

misalnya takut akan jatuh sakit, takut gagal dalam usahanya. Adapun fobi itu

bermacam-macam, diantaranya

1) Agorafobi : terhadap ruang yang luas

2) Ailurofobi : terhadap kucing

3) Akrofobi : terhadap tempat yang tinggi

4) Algofobi : terhadap perasaan nyeri

5) Astrafobi : terhadap badai, Guntur, kilat

6) Bakteriofobi : terhadap kuman

7) Eritrofobi : terhadap mukanya akan menjadi merah

8) Hematofobi : terhadap darah

9) Kankerofobi : terhadap penyakit kanker (cancerophobia)

10) Klaustrofobi : terhadap ruangan yang tertutup

11) Misofobi : terhadap kotoran dan kuman

12) Monofobi : terhadap keadaan sendirian

Page 9: Sap Ganguan Proses Pikir

13) Niktofobi : terhadap kegelapan

14) Okholofobi : terhadap keadaan ramai dengan banyak orang

15) Panfobi : terhadap segala sesuatu

16) Patofobi : terhadap penyakit

17) Pirofobi : terhadap api

18) Sifilofobi : terhadap penyakit sifilis

19) Xenofobi : terhadap o rang asing

20) Zoofobi : terhadap binatang

4. Obsesi : isi pikiran yang kukuh (persistent) timbul, biarpun tidak dikehendakinya, dan

diketahuinya bahwa hal itu tidak wajar atau tidak mungkin, umpamanya: bahwa

anaknya sedang sakit keras atau bahwa seorang wanita menjadi hamil karena

perbuatannya. Obsesi itu dapat mengakibatkan kompulsi, umpamanya obsesi

barangnya hilang menyebabkan kompulsi membuka-buka lemari untuk melihat kalau

berangnya masih ada di dalamnya.

5. Preokupasi: pikiran terpaku hanya pada sebuah ide saja, yang biasanya berhubungan

dengan keadaan yang bernada emosional yang kuat. Ini belum merupakan, tetapi

dapat menjadi obsesi. Umpamanya preokupasi dengan ujian, anak yang sakit, atau

perjalanan yang akan dilakukan.

6. Pikiran yang tak memadai (inadequate) : pikiran yang eksentrik, tidak cocok dengan

banyak hal, terutama dalam pergaulan dan pekerjaan seseorang.

7. Pikiran bunuh diri (suicidal thoughts/ideation): mulai dari kadang-kadang

memikirkan hal bunuh diri sampai terus menerus memikir akan cara bagaimana ia

dapat membunuh dirinya.

8. Pikiran bubungan (ideas of reference): pembicaraan orang lain, benda-benda atau

sesuatu kejadian dihubungkannya dengan dirinya, umpamanya burung bersiul

dianggapnya sebagai sebuah berita baginya, atau temannya memakai kemeja yang

berwarna merah diartikannya bahwa teman itu sedang marah kepadanya. (pasien

mungkin sadar, bahwa pikirannya itu tidak masuk akal).

9. Rasa terasing (alienasi): perasaan bahwa dirinya sudah menjadi lain, berbeda, asing,

umpamanya heran siapakah dia itu sebenarnya; rasanya ia berbeda sekali dari orang

lain; heran kenapa orang lain sudah berbeda, menjadi asing, aneh. Ini dibedakan dari

pikiran isolasi sosial dan dari amnesia.

10. Pikiran isolasi sosial (social isolation): rasa terisolasi, tersekat, terkunci, terpencil

dari masyarakat; rasa ditolak, tidak disukai oleh orang lain; rasa tidak enak bila

Page 10: Sap Ganguan Proses Pikir

berkumpul dengan orang lain; lebih suka menyendiri. Ini dibedakan dari “menarik

diri” yang menunjukkan tingkah laku dan dari “isolasi” sebagai mekanisme

pembelaan psikologik.

11. Pikiran rendah diri: merendahkan, menghinakan dirinya sendiri, menyalahkan

dirinya tentang suatu hal yang pernah atau tidak pernah dilakukannya

12. Merasa dirugikan oleh orang lain: mengira atau menyangka ada orang lain yang

telah merugikannya, sedang mengambil keuntungan dari dirinya atau sedang

mencelakakannya

13. Merasa dingin dalam bidang sexual: acuh-tak-acuh tentang hal sexual; kegairahan

sexual berkurang secara umum (hiposexualitas). Ini dibedakan dari gangguan potensi

sexual dan dari impotensia dan frigiditas

14. Rasa salah: sering mengatakan bahwa ia telah bersalah. Ini bukanlah waham dosa.

15. Pesimisme: mempunyai pandangan yang suram mengenai banyak hal dalam

hidupnya.

16. Sering curiga: mengutarakan ketidakpercayaannya kepada orang lain. Ini bukan

waham curiga.

17. Waham: keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataannya

atau tidak scocok dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaannya, biarpun

dibuktikan kemustahilan hal itu. Waham itu banyak jenisnya, diantaraya:

1) Waham kejaran: umpamanya pasien yakin bahwa ada orang atau komplotan yang

sedang mengganggunya atau bahwa ia sedang ditipu, dimatai-matai atau

kejelekannya sedang dibicarakan orang banyak.

2) Waham somatic atau hipokhondrik: keyakinan tentang (sebagian) tubuhnya yang

tidak mungkin benar, umpamanya bahwa ususnya sudah busuk, otaknya sudah

cair, ada seekor kuda di dalam perutnya.

3) Waham kebesaran: yakni bahwa ia mempunyai kekuatan, pendidikan, kepandaian

atau kekayaan yang luar biasa, umpamanya bahwa dialah Ratu Adil, dapat

membaca pikiran orang lain, mempunyai puluhan atau mobil.

4) Waham keagamaan: waham dengan tema keagamaan

5) Waham dosa: keyakinan bahwa ia telah berbuat dosa atau kesalahan yang besar,

yang tidak dapat diampuni atau bahwa ia bertanggung jawab atas suatu kejadian

yang tidak baik, misalnya kecelakaan keluarga, karena pikirannya yang tidak

baik.

Page 11: Sap Ganguan Proses Pikir

6) Waham pengaruh: yakin bahwa pikirannya, emosi atau perbuatannya diawasi

atau dipengaruhi oleh orang lain atau suatu kekuasaan yang aneh.

7) Waham nihilistic: yakin bahwa dunia ini sudah hancur atau bahwa ia sendiri

dan/atau orang lain sudah mati.

8) Tingkah laku yang dipengaruhi oleh waham: karena waham, maka ia berbuat atau

bertingkah laku demikian.

(Ada juga waham kelompok, seperti pada “folie a deux”, yaitu kelompok 2 orang

berwaham yang sama; “folie a trios”, 3 orang dan sebagainya).

18. Kekuatiran yang tidak wajar tentang kesehatan fisiknya: takut kalau-kalau kesehatan

fisiknya tidak sesuai lagi dengan keadaan badannya yang sebenarnya. Termasuk baik

prihatin tentang sebuah organ, maupun tentang beberapa organ tubuhnya (seperti

pada nerosa hipokhondrik).

Gangguan pertimbangan: ada hubungannya dengan keadaan mental yang menghindari

kenyataan yang menyakitkan. Pertimbangan ialah kemampuan mengevaluasi keadaan

serta langkah yang dapat diambil, alternatif yang dapat dipilih, atau kemampuan menarik

kesimpulan yang wajar berdasarkan pengalaman.

Bila langkah atau kesimpulan yang diambil itu sesuai dengan kenyataan seperti yang

dinilai dengan ukuran orang dewasa yang matang, maka pertimbangan itu utuh, baik atau

bermoral adanya. Sebaliknya jika langkah atau kesimpulan itu tidak cocok dengan

kenyataan, maka pertimbangan itu terganggu, kurang baik atau abnormal adanya. Dalam

pemilihan alternatif mungkin juga orang itu sering keliru, bimbang atau tidak puas

dengan pilihannya.

Gangguan ini dapat timbul dalam keadaan sebagai berikut:

1. Dalam hubungan keluarga; dalam keluarga inti atau keluarga luas, umpamanya tidak

insaf bahwa tingkah-lakunya mengganggu keluarganya

2. Dalam hubungan sosial lain: umpamanya merasa dirinya dirugikan atau dialang-

alangi secara terus menerus

3. Dalam pekerjaan: misalnya harapan yang tidak realistic mengenai pekerjaannya.

4. Dalam rancangan untuk hari kemudiannnya: pasien tidak mempunyai rancangan

apapun (atau bagaimanakah pertimbangannya tentang rancangan yang ada padanya).

Page 12: Sap Ganguan Proses Pikir

G. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

a. Satuan Acara Pengajaran sudah siap satu hari sebelum dilaksanakannya

kegiatan.

b. Alat dan tempat siap.

c. Perencanaan penentuan pendidikan kesehatan sesuai dan tepat.

d. Sudah dibentuknya struktur organisasi atau pembagian tugas.

e. Terapis atau orang siap.

2. Evaluasi Proses

a. Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana.

b. Peserta mau atau bersedia untuk melakukan kegiatan yang telah

direncanakan

3. Evaluasi Hasil

a. 100% Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian berpikir dengan

benar

b. 80% Mahasiswa mampu menjelaskan pengetian gangguan proses

berpikir

c. Mahasiswa mampi menjelaskan perbedaan gangguan arus berpikir

70% dengan gangguan isi pikir

d. 70% Mahasiswa mampi menjelaskan 1 contoh gangguan proses

berpikir dengan benar

Page 13: Sap Ganguan Proses Pikir

DAFTAR PUSTAKA

Imgram , 1993. Catatan Kuliah Psikiatri(Edisi ke-6) . Jakarta : EGC

Kaplan Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of

Psychiatry.Ed. Ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2000.

 Bagian Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Gangguan,orientasi,realitas.,

Diunduh,dari

http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/d7d6b0dd3e6159dbe5c9e38074d7afc

37ba6b285.pdf pada 3 Juni 2012.