31
1 www.sang-aktor.blogspot.com SANG AKTOR DAN SANG EMANSIPATOR YANG PROFESIONAL Karya Tulis Oleh: Nurjaya, S. Pd (www.sang-aktor.blogspot.com) Guru SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin Dibuat sebagai persyaratan seleksi guru berprestasi Kota Banjarmasin tahun 2013 SD ISLAM SABILAL MUHTADIN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANJARMASIN DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL MEI 2013

Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

1 www.sang-aktor.blogspot.com

SANG AKTOR DAN SANG EMANSIPATOR

YANG PROFESIONAL

Karya Tulis

Oleh:

Nurjaya, S. Pd

(www.sang-aktor.blogspot.com)

Guru SD Islam Sabilal Muhtadin Banjarmasin

Dibuat sebagai persyaratan seleksi guru berprestasi

Kota Banjarmasin tahun 2013

SD ISLAM SABILAL MUHTADIN

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANJARMASIN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

MEI 2013

Page 2: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

2 www.sang-aktor.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Asslamu alaikum wr. wb.

Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah

ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya penyusun tidak akan sanggup

menyelesaikan makalah tersebut.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Peranan

Guru, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di

susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang

datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan

akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Peranan Guru saat menjadi Aktor atau

Emansipator dan Profesional” yang akan menjadi acuan untuk menjadi guru

profesional.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan. Penyusun mohon untuk saran

dan kritiknya. Terima kasih.

Akhirul kalam, Wabillahi taufiq warrahma, wassalamu alaikum wr. wb.

Banjarmasin, Mei 2013

Hormat kami,

Penulis

Page 3: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

3 www.sang-aktor.blogspot.com

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa Pendidikan adalah suatu bentuk

investasi jangka panjang yang penting bagi seorang manusia. Pendidikan yang berhasil

akan menciptakan manusia yang pantas dan berkelayakan di masyarakat serta tidak

menyusahkan orang lain. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling

maju mengakui bahwa pendidik/guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur

pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-

beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya

peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih

menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang

sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya.

Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika

menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan

kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-

guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka

miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik.

Sebagaimana telah dimaklumi bahwa dalam lingkup pendidikan yang terkecil

yaitu sekolah, guru memegang peranan yang amat penting dan strategis. Kelancaran

proses seluruh kegiatan pendidikan terutama disekolah, sepenuhnya berada dalam

tanggung jawab para guru. Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur,

mengawasi dan mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang

menjadi lingkup tanggung jawabnya.

Dalam menghadapi tuntunan situasi perkembangan zaman dan pembangunan

nasional, sistem pendidikan nasional harus dapat dilaksanakan secara tepat guna dan

hasil guna dalam berbagai aspek dimensi, jenjang dan tingkat pendidikan. Keadaan

semacam itu pada gilirannya akan menuntut para pelaksana dalam bidang pendidikan

diberbagai jenjang untuk mampu menjawab tuntutan tersebut melalui fungsi-fungsinya

sebagai guru.

Page 4: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

4 www.sang-aktor.blogspot.com

Guru memegang peranan yang sangat penting dan strategis dalam upaya

membentuk watak bangsa dan mengembangkan potensi siswa dalam kerangka

pembangunan pendidikan di Indonesia. Tampaknya kehadiran guru hingga saat ini

bahkan sampai akhir hayat nanti tidak akan pernah dapat digantikan oleh yang lain,

terlebih pada masyarakat Indonesia yang multikultural dan multibudaya, kehadiran

teknologi tidak dapat menggantikan tugas-tugas guru yang cukup kompleks dan unik.

Oleh sebab itu, diperlukan guru yang memiliki kemampuan yang maksimal

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan diharapkan secara

berkesinambungan mereka dapat meningkatkan kompetensinya, baik kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, maupun profesional. Profesional artinya dilaksanakan

secara sungguh-sungguh dan didukung oleh para petugas secara profesional. Petugas

yang profesional adalah petugas yang memiliki keahlian, tanggung jawab, dan rasa

kesejawatan yang didukung oleh etika profesi yanng kuat. Untuk menguji kompetensi

tersebut, pemerintah menerapkan sertifikasi bagi guru khususnya guru dalam jabatan.

Penilaian sertifikasi dilakukan secara portofolio.

Sejumlah penelitian membuktikan bahwa guru yang profesional merupakan

salah satu indikator penting dari sekolah berkualitas. Guru yang profesional akan sangat

membantu proses pencapaian visi misi sekolah. Mengingat strategisnya peran yang

dimiliki oleh seorang guru, usaha-usaha untuk mengenali dan mengembangkan

profesionalisme guru menjadi sangat penting untuk dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam menyusun makalah ini, maka penulis

merumuskan beberapa permasalahan. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana peran guru sebagai Aktor?

2. Bagaimana peran guru sebagai Emansipator?

3. Apa yang dimaksud dengan profesionalisme guru?

4. Bagaimana peran guru profesional dalam proses pembelajaran?

5. Apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru?

6. Apa saja syarat-syarat menjadi guru profesionalisme?

7. Bagaimana upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru?

Page 5: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

5 www.sang-aktor.blogspot.com

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Aktor.

2. Untuk mengetahui peranan guru sebagai Emansipator.

3. Untuk menjelaskan profesionalisme guru.

4. Untuk mengetahui peran guru profesional dalam proses pembelajaran.

5. Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi profesionalisme guru.

6. Untuk mengetahui syarat-syarat menjadi guru profesionalisme.

7. Menjelaskan upaya-upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru.

Page 6: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

6 www.sang-aktor.blogspot.com

BAB II

PEMBAHASAN

A. Guru Sebagai Penulis Naskah, Sutradara dan Sekaligus Aktor

Menjadi guru memang tidaklah gampang, karena guru dalam membelajarkan

siswa sangat dituntut profesionalismenya dalam membuka sekaligus mengembangkan

potensi serta motivasi belajar siswa. Ibarat sebuah sinetron maka guru dalam

pementasan sebuah adegan dalam setiap episode pembelajaran berperan sebagai penulis

naskah ( skenario ), sutradara dan sekaligus pemain bersama dengan siswa.

1. Guru Sebagai Penulis Naskah

Dalam perannya sebagai penulis naskah sebelum pelaksanaan pembelajaran guru

harus mempersiapkan materi (bahan ajar) pembelajaran yang akan mendukung dalam

pencapaian tujuan pembelajaran. Bahan ajar tersebut harus memuat ketercapaian

kompetensi Dasar yang dituangkan dalam bentuk indikator-indikator pencapaian

kompetensi dan tujuan pembelajaran. Disamping itu bahan ajar dalam

pengembangannya harus menganut prinsip sebagai berikut :

a. Mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang kongkret

untuk memahami yang abstrak;

b. Pengulangan untuk memperkuat pemahaman;

c. Umpan balik positif untuk memberikan penguatan terhadap pemahaman

peserta didik;

d. Motivasi belajar yang tinggi sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan

belajar;

e. Untuk mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya

akan mencapai ketinggian tertentu;

f. Mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong peserta didik untuk

terus mencapai tujuan.

2. Guru Sebagai Sutradara

Page 7: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

7 www.sang-aktor.blogspot.com

Dalam perannya sebagai sutradara, guru lebih awal harus memperoleh informasi

sekaligus mengumpulkan data tentang kondisi awal siswa yang akan diajar kemudian

mempersiapkan segala bahan dan peralatan yang kan dipakai setelah action dikelas. Hal

ini dimaksudkan supaya dalam menyusun rancangan pembelajaran (skenario) yang

sekarang lebih dikenal dengan nama Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) guru

dapat memilih materi, metode, strategi dan penilaian pembelajaran yang tepat. Dalam

RPP yang dibuat guru sedapat mungkin dapat komunikatif artinya dapat menuntun

jalannya adegan-adegan di dalam kegiatan pembelajaran, mulai dari kegiatan persiapan ,

kegiatan inti sampai pada kegiatan penutup. Bila perlu dan demi lancarnya kegiatan

pembelajaran guru masih diharapkan dapat memberi penjelasan-penjelasan yang terkait

lakon yang harus dilakukan siswa sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan

dengan lancar, efektif dan efisien.

Khususnya dengan metode dan strategi pembelajaran pada dasarnya tidak ada

satupun metode atau strategi yang paling bagus, kecuali jika digunakan pada situasi dan

kondisi yang tepat. Salah menggunakan metode atau strategi maka sudah barang tentu

tujuan pembelajaran yang akan dicapai tidak akan maksimal.

(http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis-naskah

sutradara.html di unggah pada 3 April 2013)

3. Guru Sebagai Aktor

Dalam perannya sebagai aktor ( pemain ), setelah naskah ( materi ) ada, skenario

lengkap, sutradara sudah bekerja dengan baik maka selanjutnya guru masih harus

berperan sebagai pemain langsung dalam setiap episode pembelajaran. Walaupun dalam

filosofi pembelajaran yang dikembangkan sekarang peran dan fungsi guru bukan lagi

sebagai pengajar melainkan lebih kepada sebagai fasilitator. Dalam perannya sebagai

fasilitator tidak berarti bahwa guru sudah terlepas dari tugas sebagai pengajar, akan

tetapi bentuk mengajarnya guru lebih besifat kepada bentuk pembimbingan dan bahkan

sekali-kali menjadi model dalam setiap episode pembelajaran. Guru senantiasa harus

mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan baik

dilakukan dalam bentuk layanan individu maupun dalam bentuk layanan kelompok.

Berikut ini hal-hal yang perlu dilakukan guru dalam setiap episode

pembelajaran:

Page 8: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

8 www.sang-aktor.blogspot.com

a. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

pembelajaran. Artinya guru harus berusaha melibatkan emosional siswa

pada materi yang akan dipelajari misalkan dengan menghubungkan materi

dengan kondisi keseharian siswa serta meenyampaikan manfaat atau

kegunaan materi tersebut dipelajari;

b. Menjelaskan tujuan pembelajaran. Ini dimaksudkan agar supaya siswa

punya batasan atau sasaran dalam mengeksplorasi serta mengelaborasi

pengetahuannya;

c. Menciptakan kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik.Kegiatan pembelajaran menggunakan metode yang

disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pela jaran yang

meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi;

d. Melakukan pembimbingan baik secara individu maupun secara kelompok;

e. Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

f. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;

g. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik

tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta

didik;

h. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya;

Tak terbantahkan lagi, guru menjadi figur sentral dalam kegiatan pembelajaran

di kelas. Begitu pintu kelas ditutup, puluhan pasang akan mengalihkan perhatiannya

kepada sosok yang berdiri di depan kelas. Mulai ujung rambut hingga ujung kaki akan

“ditelanjangi” oleh peserta didik. Tak berlebihan kalau ada yang bilang, figur seorang

guru akan menjadi “rujukan” para siswa dalam bersikap dan bertingkah laku. Itu juga

yang makna yang melekat pada akronim “Digugu dan Ditiru” (dipercaya dan

Page 9: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

9 www.sang-aktor.blogspot.com

diteladani). Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-

kelas/ diunggah pada 02 April 2013)

Mengingat demikian pentingnya peran seorang guru di depan kelas, tak perlu

heran juga kalau ada yang mengibaratkan guru bagaikan aktor. Hidup-matinya sebuah

kelas akan sangat ditentukan peran seorang guru dalam mendesain dan mengelola kelas.

Ia (baca: guru) juga diibaratkan seperti konduktor yang akan mengatur irama dan

orkestra kelas. Semakin kreatif seorang guru dalam mendesain situasi kelas, semakin

hidup pula permainan orkestrasi kelas yang dikendalikannya.

Nah, seiring dengan dinamika pembelajaran yang terus berkembang seiring

dengan perkembangan zaman dan peradaban, guru memang bukan menjadi satu-satunya

sumber belajar. Di tengah kemajuan teknologi pada abad gelombang informasi seperti

saat ini, anak-anak bisa memperoleh asupan ilmu dari berbagai sarana dan media. Kini,

anak-anak dengan mudah mengakses berbagai informasi mutakhir yang terkait dengan

dunia keilmuan di jagad maya. Hanya dengan berhadapan dengan layar monitor yang

terhubung secara online dengan jaringan internet, peserta didik dapat menjelajahi lautan

informasi keilmuan (nyaris) tanpa batas.

Dalam konteks demikian, guru pun diharapkan juga tak ketinggalan informasi

dengan murid-muridnya. Sungguh celaka apabila guru yang menjadi salah satu sumber

belajar bagi siswa didik, penguasaan informasinya justru “disalip” oleh murid-

muridnya. Ini artinya, dalam situasi dan kondisi apa pun, guru jelas masih sangat

membutuhkan kewibawaan masih melekat ke dalam “darah” ke-resi-annya. Salah satu

cara yang paling tepat untuk menegakkan wibawa guru adalah penguasaan substansi

materi keilmuan sesuai dengan bidang yang menjadi tanggung jawabnya.

Sebagai seorang aktor, guru haru melakukan apa yang ada di dalam naskah yang

telah disusun dengan mempertimbangkan pesan yang akan disampaikan kepada

penonton. Penampilan yang bagus dari seorang aktor akan mengkibatkan para penonton

tertawa, mengikuti dengan sungguh-sungguh, dan bisa pula menangis terbawa oleh

penanmpilan sang aktor. Untuk bisa berperan sesuai dengan tuntutan naskah, dia harus

menganalisis dan melihat kemampuannya sendiri, persiapannya, memperbaiki

kelemahan, menyempurnakan aspek-aspek baru dari setiap penampilan,

mempergunakan pakaian, tata rias sebagaimana diminta, dan kondisinya sendiriuntuk

Page 10: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

10 www.sang-aktor.blogspot.com

menghadapi ketegangan emosinya dari malam ke malam serta mekanisme fisik yang

baru ditampilkan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59

Sang aktor harus siap mental terhadap pernyataan senang dan tidak senang dari

para penonton dan kritik yang diberikan oleh media massa. Emosi harus dikuasai karena

kalau seseorang telah mencintai atau membenci sesuatu akan berlaku tidak objektif,

perilakunya menjadi distorsi dan tak terkontrol. Ringkasnya, untuk menjadi aktor yang

mampu membuat para penonton bisa menikmati penampilannya serta memahami pesan

yang ingin disampaikan, diperlukan persiapan, baik pikiran, perasaan maupun latihan

fisik.

Setiap individu memiliki banyak peran untuk dimainkan dalam kehidupan sehari-

hari, tetapi kebanyakan menolak anggapan bahwa gagasan dan pengalaman, serta harus

menyadari bahwa orang lainpun berkesempatan untuk memilikinya. Untuk dapat

mentransfer gagasan, ia harus mengembangkan pengetahuan yang telah dikumpulkan

serta mengembangkan kemapuan mengkomunikasikan pengetahuan itu. Kemempuan

berkomunikasi merupakan suatu seni atau keterampilan yang dikenal dengan mengajar.

Sebagai seorang aktor, guru melakukan penelitian tidak terbatas pada materi yang

harus ditransferkan, melainkan juga juga tentang keperibadian manusia sehingga

mampu memahami respon-respon pendengarannya, dan merencanakan kembali

pekerjaannya sehingga dapat dikontrol. Untuk melakukan hal ini ia mempelajari semua

hal yang berhubungan dengan tugasnya, sehingga dapat bekerja secara efektif.

Sebagai aktor, guru berangkat dengan jiwa pengabdiandan inspirasi yang dalam

yang akan mengarahkkan kegiatannya. Tahun demi tahun sang aktor berusaha

mengurangi respon bosan dan berusaha meningkatkan minat para pendengar.

Demikianlah, guru memiliki kemampuan menunjukkan keterampilannya di depan kelas.

Guru harus menguasai materi standard dalam bidang studi yang menjadi tanggung

jawabnya, memperbaiki keterampilan, dan mengembangkanuntuk mentransfer bidang

studi itu. Ia mempelajari peserta didik, alat-alat yang dapat dipergunakan untuk menarik

minat, dan tentu saja mempelajari bagaimana menggunakan alat-alat secara efektif dan

efesien. (Mulyasa, Ibid, Hal. 59)

Bidang studi yang harus diajarkan telah diseleksi sebagai bagian dari kurikulum.

Guru harus mempelajarinya dengan seksama, termasuk urutan penyajiannya. Berbagai

Page 11: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

11 www.sang-aktor.blogspot.com

usaha untuk meningkatkan minat dan mempermudah pencapaian tujuan haruslah

dilaksanakan, misalnya alat peraga, warna dinding dan pengaturan cahaya atau fenilasi

kelas.

Untuk menghibur orang-orang yang merasa bahwa guru bukanlah seorang aktor

atau harus tidak bertindak sebagai aktor, sebaiknya dilihat proses bagaimana dia

menjadi seorang aktor yang nyata. Ia memilih mengajar sebagai karier, mengabdi

melalui bidang studi tertentu, yang memerlukan waktu, uang, tenaga dan harus

menguasai bidangnya, serta belajar mengajarkannya kepada orang lain.

Guru harus mampu tampil prima di depan kelas menyampaikan materi pelajaran

dengan memikat sehingga siswa antusias dan bersemangat. Problemnya, seringkali guru

„kurang cara‟ untuk tampil memikat jadinya situasi belajar-mengajar (KBM)

membosankan.

Tersirat dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) bahwa

guru yang profesional harus mempu menciptakan situasi belajar-mengajar (KBM) yang

kondusif. Tujuannya agar siswa bersemangat dan terinspirasi untuk terus belajar. Guru

pun harus selalu mengeksplorasi metode serta setrategi pembelajaran agar siswa

antusias menyimak materi pelajaran. Begitulah, tugas guru ternyata tidak sekedar

menyampaikan materi yang diamanatkan kurikulum. (MPR RI, UUD RI 1945 dan

Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen MPR RI, 2011), hal. 197)

Menafsirkan makna „tampil prima‟ dan „menarik di depan siswa‟ saya sedikit

memiliki pemikiran nyleneh tentang penampilan guru. Saya membayangkan guru

adalah seorang aktor yang „bermain‟ di depan kelas dengan „naskah‟ materi pelajaran

serta siswa adalah „penonton‟ yang aktif. Dalam konsep teater modern, penonton yang

aktif adalah penonton yang terlibat dalam permainan (baca; ikut bermain). Guru adalah

aktor!

“Persoalan yang sempat saya simpulkan dari pertemuan dengan guru dari berbagai

sekolah di Jombang, Mojokerto, serta sejumlah wilayah lain menunjukkan jika sikap

kurang percaya diri menjadi masalah utama. Justru bukan kepada penguasaan materi

ajar, tetapi lebih pada aspek psikologi individual. Ini berarti alternatif solusinya adalah

dengan „mengasosiasikan‟ diri sebagai aktor di „panggung‟ kelas”. Cucuk Suparno.

Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/, diunggah pada

02 April 2013)

Page 12: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

12 www.sang-aktor.blogspot.com

Seorang aktor mampu mengatasi rasa kurang percaya diri dengan berbagai latihan

dan tindak pengkondisian psikis. Nah! Guru tidak ada salahnya melakukan tindak

pengkondisian psikis. Menjadi aktor tunggal di depan kelas harus mampu „berakting‟

yang total agar „pertunjukkan‟ menarik. Implikasinya, guru harus selalu mengeksplorasi

materi ajar yang di-create menjadi mentode pengajaran yang memikat.

Ambil contoh, materi sastra yang oleh banyak guru dikeluhkan sebagai materi

paling sulit diajarkan. Karena siswa menganggap sastra itu berbelit, membosankan, dan

diharuskan menghafal banyak tokoh serta karya sastra. Jangan salah! Sastra justru

menjadi pelajaran yang menarik apabila kita memiliki setrategi mengajar yang jitu.

Siswa tidak tertarik, dipastikan kelas menjadi ramai dan sulit dikendalikan.

Coba saja, misalnya guru masuk kelas membawa boneka. Dengan gaya tertentu

ajak boneka seolah itu adalah „seseorang‟ yang sedih karena selalu tidak di dengar.

Nah! Akting pun dimulai. Eksplorasi boneka sehingga siswa pun merasa empati

terhadap tokoh rekaan tersebut. Ketika siswa empati, kelas pun jadi mudah

dikendalikan. Selanjutnya, gunakan boneka itu sebagai media pembelajaran. Sedikit

akting akan menggiring siswa tanpa disadari oleh siswa itu sendiri.

Sampai di sini, saya berkesimpulan masalah utama justru ada dalam diri guru itu

sendiri. Rasa kurang percaya diri muncul karena „malu‟ untuk mengeksplorasi metode

yang kurang lazim. Kenapa saya sebut kurang lazim? Sebab siswa akan jenuh cepat

bosan jika menghadapi guru yang normatif dan tidak memiliki „kejutan-kejutan‟ baru

dalam menyampaikan materi pelajaran.

Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan

keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki

keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa tidak

ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa mesti malu

berekspresi ? Karena guru adalah aktor! (Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2012)

B. Guru sebagai Emansipator

Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum yang

merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum pendidik,

guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur keadilan,

penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan generasi masa

Page 13: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

13 www.sang-aktor.blogspot.com

depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik, menghormati setiap insan, guru

hendaknya menyadari bahwa kebanyakan manusia merupakan budak stagnasi

kebudayaan. (Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56

Dengan kecerdikannya, guru mampu memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan, dan menyadari bahwa kebanyakan insan merupakan “budak”

stagnasi kebudayaan. Ketika masyarakat membicarakan rasa tidak senang kepada

peserta didik tertentu, guru harus mengenal kebutuhan peserta didik tersebut akan

pengalaman, pengakuan, dan dorongan. Dia tahu bahwa pengalaman, pengakuan dan

dorongan seringkali membebaskan peserta didik dari “self image” yang tidak

menyenangkan , kebodohan, dan dari perasaan tertolak dan rendah diri. Dalam hal ini,

guru harus mempu melihat sesuatu yang tersirat di samping yang tersurat, serta mencari

kemungkinan pengembangannya. (Mulyasa, Ibid, hal. 60)

Untuk memiliki kemampuan yang tersirat, perlu memanfaatkan pengalaman

selama bekerja, kesabaran dan tentu saja kemampuan menganalisis fakta yang

dilihatnya, sehingga guru mampu mengubah kemampuan peserta didik dari status

“terbuang” menjadi “dipertimbangkan” oleh masyarakat. Guru telah melaksanakan

fungsinya sebagai emansipator, ketika peserta didik yang telah menilai dirinya sebagai

pribadi yang tak berharga, merasa dicampakkan orang lain atau selalu diuji dengan

sebagai kesulitan sehingga hampir putus asa, dibandingkan kembali menjadi pribadi

yang percaya diri. Ketika peserta didik hampir putus asa, diperlukan ketelatenan,

keuletan dan seni termotivasi agar timbul kembali kesadaran, dan bangkit lagi

harapannya.

Guru sadar bahwa informasi tertentu telah dimiliki peserta didik sebelum mereka

masuk kelas, ia juga sudah sadar bahwa apa yang diketahui orang bisa jadi fakta yang

belum diorganisir menjadi hubungan yang bermakna. Salah satu tanda bahwa peserta

didik telah memahami hubungan yang bermakna adalah mampu menjelaskan apa yang

diketahuinya. Karena itu, guru harus membina kemampuan peserta didik untuk

menginformasikan apa yang ada dalam pikirannya. Jika kemampuan tersebut telah

dimiliki, maka perasaan rendah diri tadi berangsur-angsur hilang, dan bebaslah peserta

didik dari keadaan yang tidak menyenangkan. Dalam hal ini, guru telah melakukan

emansipasi.

Page 14: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

14 www.sang-aktor.blogspot.com

Guru sering melihat potensi ketika air kreativitas telah nampak mengalir, ia

melihat sekelompok peserta didik yang terisolasi dari aliran air yang lain, dan mengisi

sumur itu dengan ide-ide, pengetahuan, dan harapan. Hal ini akan membantu peserta

didik meraih hubungan dengan budaya yang disekitarnya dan hidup lebih berisi, lebih

kaya, walaupun seringkali mendapatkan hambatan, itulah kehidupan.( Mulyasa, Ibid,

hal. 61)

Bagaikan seorang penasehat, guru melihat potensi yang terdapat pada benda

(bahan) yang dikerjakannya. Dia menerima itu sebagaimana adanya, dan dengan penuh

kesungguhan bahan itu “dijadikan”. Demikianlah guru menerima peserta didik yang

datang dengan berbagai latar belakang budaya di sekelilingnya.

Karena benda yang digarap bukan benda mati sebagaimana yang digarap oleh

pemahat, maka guru berkewajiban mengembangkan potensi peserta didik sedemikian

rupa sehingga menjadi pribadi yang kreatif. Untuk itu dia memberikan kesempatan

kepada peserta didik mengajukan pertanyaan, memberikan balikan, memberikan kritik

dan sebagainya, sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan yang wajar.

Dalam komunitas makhluk hidup pada umumnya dan komunitas siswa

khususnya pasti ada kelompok pandai, sedang dan kurang pandai, kelompok aktif,

sedang dan kurang aktif, kelompok rajin,sedang dan kurang rajin, dan lain-lain yang

ujungnya secara psikologis mereka itu membuat kelompok-kelompok yang anggotanya

dianggap setara.

Kelompok yang terakhir yakni kelompok kurang mampu, kurang pandai,kurang

rajin, kurang aktif, kurang cerdas sering mengalami minder, kurang percaya diri, tidak

termotivasi untuk mengembangkan diri dan paling parah timbulnya perasaan putus asa.

Menghadapi kelompok yang demikian ini , guru hendaknya segera bertindak

sesuai perannya sebagai emansipator. Mengembalikan kelompok ini menjadi bangkit,

termotivasi, percaya diri dan tidak putus asa adalah peran guru sebagai emansipator.

(Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-guru-

berkualitas/) diunggah pada 04 April 2012).

C. Pengertian profesionalisme guru

Page 15: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

15 www.sang-aktor.blogspot.com

Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional.

Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan ) yang

berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih

berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai

mata pencaharian.(Mc. Leod,1989)

Dalam kamus bahasa Indonesia edisi kedua (1991), guru diartikan sebagai orang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut ”

Mu‟alim”, dalam bahasa inggris ”teacher” memiliki arti sederhana yakni ” A person

whose occuption is teaching others” ( Mc. Leod,1989) artinya seseorang yang

pekerjaannya mengajar orang lain.

Undang – undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, yakni sebagaimana

tercantum dalam bab 1 ketentuan umum pasal 1 ayat 1 sebagai berikut guru adalah

pendidik profesional dengan tugas utama, mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar

dan menegah.

Di dalam UU sistem pendidikan nasional tahun 2003 pada pasal 39 ayat 2

menjelaskan:

Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada

masyarakat.

Profesionalisme guru merupakan kondisi,arah, nilai,tujuan, dan kualitas suatu

keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Adapun guru yang

profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompeten, dan guru yang

dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses

belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar siswa yang lebih baik.

Page 16: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

16 www.sang-aktor.blogspot.com

Secara sederhana pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan

pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat atau tidak memperoleh

pekerjaan yang lainnya.

Profesionalisme yang berdasarkan keterbukaan dan kebijakan terhadap ide-ide

pembaharuan itulah yang akan mampu melestarikan eksistensi madrasah atau sekolah

kita, sebagaimana dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda:

”Jika suatu urusan diserahkan kepada orang yang bukan profesinya (ahlinya)

maka tunggulah kehancurannya.” (H.R. Bukhari)

Juga Firman Allah SWT dalam Q.S Al-An‟am ayat 135 yang berbunyi

Artinya: Katakanlah: "Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, Sesungguhnya

akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui, siapakah yang akan memperoleh

hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan

mendapatkan keberuntungan.

D. Peran Guru Profesionalisme Dalam Proses Belajar Mengajar

Proses merupakan serangkaian aktivitas dalam memberlangsungkan sesuatu dari

awal sampai akhir, maka suatu proses merupakan suatu rangkaian yang tidak terpisah

dari fungsi dan proses manajemen.

Proses dari pada administrasi dan manajemen,menurut Luther Gullick yang

terkenal dengan akronim ( Suwarno, 24 ) adalah :

Page 17: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

17 www.sang-aktor.blogspot.com

1. Perencanaan ( planing ) adalah perincian dalam garis besar untuk memudahkan

pelaksanaan dan metode yang digunakan dalam menyelesaikan maksud atau

tujuan badan usaha itu.

2. Pengorganisasian adalah menetapkan struktur formal dari pada kewenangan

dimana pekerjaan di bagi-bagi sedemikian rupa, ditentukan dan dikoordinasikan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3. Penyusunan pegawai adalah keseluruhan fungsi dari pada kepegawaian sebagai

usaha pelaksanaannya, melatih para staf dan memelihara situasi pekerjaan yang

menyenangkan.

4. Pembina kerja (directing) merupakan tugas yang terus menerus didalam

pengambilan keputusan, yang berwujud suatu perintah khusus atau umum dan

intruksi intruksi dan bertindak sebagai pemimpin dalam suatu badan usaha atau

organisasi.

5. Pengkoordinasiaan (coordinating) merupakan jewajiban yang penting untuk

menghubungkan berbagai kegiatan dari pada pekerjaan.

6. Pelaporan (reporting) yaitu pimpinan yang bertanggung jawab harus mengetahui

apa yang sedang dilakukan, baik bagi keperluan pimpinan maupun bawahannya

melalui catatan,penelitian, maupun inpeksi

7. Anggaran (budgeting) yaitu semua anggaran akan berjalan dengan baik bila

disertai dengan usaha pembiayaan dalam bentuk rencana anggaran dan

pengawasan anggaran.

Dengan pandangan diatas maka guru yang profesional dituntut harus mampu

berperan selaku manajer yang baik yang didalamnya harus mampu melangsungkan

seluruh tahap-tahap aktivitas dan proses pembelajaran dengan manajerial yang baik

sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat diraih dengan hasil yang

memuaskan.

Peran guru profesional atau tenaga kependidikan adalah :

a. Tenaga kependidikan sebagai pendidik dan pengajar yakni tenaga kependidikan

yang harus memiliki kesetabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersifat

realistas, bersikap jujur dan terbuka, peka terhadap perkembangan,terutama

inovasi pendidikan.

Page 18: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

18 www.sang-aktor.blogspot.com

b. Tenaga kependidikan sebagai anggota masyarakat,untuk itu harus menguasai

psikologi sosial, memiliki pengetahuan tentang hubungan antar manusia dan

sebagai anggota masyarakat harus memiliki keterampilan membina kelompok,

keterampilan bekerja sama.

c. Tenaga kependidikan perlu memiliki kepribadian menguasai ilmu

kepemimpinan menguasai prinsif hubungan manusia, tekhnik berkomunikasi

serta menguasai berbagai aspek kegiatan organisasi yang ada di sekolah.

d. Tenaga kependidikan sebagai pengelola proses belajar mengajar yakni tenaga

kependidikan yang harus mampu dan menguasai berbagai metode mengajar dan

harus mampu menguasai situasi belajar mengajar didalam kelas maupun di luar

kelas.

E. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Guru Professional

Secara garis besarnya faktor-faktor yang mempengaruhi guru profesional antara

lain sebagai berikut:

a. Status Akademik

Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Secara sederhana

pekerjaan yang bersifat profesi adalah pekerjaan yang hanya dilakukan oleh mereka

yang secara khusus disiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan lainnya. Untuk

menciptakan tenaga –tenaga profesional tersebut pada dasarnya disekolah dibina dan

dikembangkan dari sebagai segi diantaranya:

1. Segi toritis yaitu dilembaga atau sekolah-sekolah keguruan yang membina dan

menciftakan tenaga-tenaga profesional ini diberikan ilmu-ilmu pengetahuan

selain ilmu pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik,juga

diberikan ilmu –ilmu pengetahuan khusus unuk menunjang kepropfesionalannya

sebagai guru yang berupa ilmu mendidik, ilmu jiwa , didaktik metodik

administrasi pendidikan dan sebagainya.

Page 19: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

19 www.sang-aktor.blogspot.com

2. Segi praktis yaitu secara praktis dapat diartikan dengan berdasarkan praktek

adalah cara melakukan apayang tersebut dalam teori ( W.J.S. Porwadarminta

1999:99 )

b. Pengalaman belajar

Dalam menghadapi anak didik tidaklah mudah untuk mengorganisir mereka,

dan hal tersebut banyak menjadi keluhan, serta banyak pula dijumpai guru yang

mengeluh karena sulit untuk menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang

menyenangkan dan menggairahkan. Hal tersebut dikarenakan guru kurang mampu

untuk menguasai dan menyesuaikan diri terhadap proses belajar mengajar yang

berlangsung.

c. Mencintai profesi sebagai guru

Rasa cinta tumbuh dari naluri kemanusiaan dan rasa cinta akan mendorong

individu untuk melakukan sesuatu sebagai usaha dan pengorbanan. Seseorang yang

melakukan sesuatu dengan tanpa adanya rasa cinta biasanya orang yang keadaannya

dalam paksaan orang lain, maka dalam melaksanakan hak nya itu dengan merasa

terpaksa. Dalam melakukan sesuatu akan lebih berhasil apabila disertai dengan adanya

rasa mencintai terhadap apa yang dilakukannya itu.

d. Berkepribadian

Secara bahasa kepribadian adalah keseluruhan sifat- sifat yang merupakan

watak seseorang. Dalam proses belajar mengajar kepribadian seorang guru ikut serta

menentukan watak kepada siswanya. Dalam proses belajar mengajar kepribadian

seorang guru sangat menentukan terhadap pembentukan kepribadian siswa untuk

menanamkan akhlak yang baik sebagai umat manusia. Mendidik adalah prilaku yang

universal artinya pada dasarnya semua orang dapat melakukannya, orang tua mendidik

anaknya, pemimpin mendidik bawahannya , pelatih mendidik anak asuhnya dan sudah

barang tentu guru mendidik muridnya. Tetapi bagaimana cara mendidik yang lebih

efektif dibanding dengan cara mendidik yang biasa.

Page 20: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

20 www.sang-aktor.blogspot.com

Dihadapan anak, guru dianggap sebagai orang yanng mempunyai kelebihan

dibanding dengan orang – orang yanng dikenal oleh mereka. Oleh sebab itu guru harus

mampu bertindak sesuai dengan kedudukannya seperti yang dinyatakan oleh Kent

Wiliam yaitu:

Sebagai hakim

Sebagai wakil masyarakat

Sebagai narasumber

Sebagai wasit

Sebagai penolong siswa

Seabagai objek identifikasi

Sebagai pereda ketegangan atau kecemasan

Sebagai pengganti orang tua

Sebagai objek penumpahan masalah dan kekecewaan

Guru sebagai pelaksana proses pendidikan, perlu memiliki keahlian dalam

melaksanakan tugasnya. Oleh karenanya keberhasilan proses belajar mengajar sangat

tergantung kepada bagaimana guru mengajar. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya

dengan efektif dan efisien, maka guru perlu memiliki kompetensi yang dapat

menunjang tugasnya. Kompetensi tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Kompetensi pribadi

Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama

Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi

Memlki pengetahuan tentanng demokrasi

Memiliki pengetahuan tentang estetika

Setia terhadap harkat dan martabat manusia

Sedangkan kompetensi lebih khusus pribadi adalah bersikap simpati, empati,

terbuka, berwibawa , bertanggunng jawab, dan mampu menilai diri sendiri

2. Kompetensi profesional,mencakup kemampuan dalam hal :

Page 21: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

21 www.sang-aktor.blogspot.com

Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofis dan

psikologis

Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat

perkembangan perilaku peserta didik

Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan

kepadanya

Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai

Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas yang

lain

Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran

Mampu melaksanakan evaluasi belajar

Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik

3. Kompetensi social

Kemampuan sosial tenaga kependidikan adalah salah satu daya atau

kemampuan tenaga kependidikan untuk memperiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang baik serta kemapuan untuk mendidik, membimbing

masyarakat dalam menghadapi kehidupan yang akan datang.

Tenaga kependidikan harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat, mampu

bergaul dan melayani masyarakat dengan baik , mampu mendorong dan menunjang

kreatifitas masyarakat, dan menjaga emosi dan perilaku yang tidak baik.

G. Syarat - syarat menjadi guru professional

Dilihat dari tugas dan tanggung jawabnya, tenaga kependidikan ternyata

bahwa untuk menyandang pekerjaan dan jabatan tersebut dituntut beberapa

persyaratan. Menurut Muhammad Ali ( 1985 : 35 ) sebagai berikut :

1. Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

Page 22: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

22 www.sang-aktor.blogspot.com

2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesinya

3. Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai

4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya

5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya

Untuk itulah seorang guru harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk

memenuhi panggilan tugasnya, baik berupa im-service training ( diklat/penataran )

maupun pre service training (pendidikan keguruan secara formal ).

Secara khusus, sebagai sebuah profesi keguruan, ada beberapa kriteria seorang

guru. Menurut versi National Education Association (NEA), guru berarti jabatan yang

melibatkan kegiatan intelektual, menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus,

memerlukan persiapan profesional yang lama, memerlukan latihan dalam jabatan yang

berkesinambungan, menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen,

menentukan standarnya sendiri, lebih mementingkan layanan di atas keuntungan

pribadi, mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

Tidak mudah menjadi guru, perlu persiapan, latihan, pembiasaan dan pendidikan

yang cukup. Itulah sebabnya, salah satu kompetensi guru profesional itu harus ada

ijazah guru. Ijazah bukan semata-mata karena alasan formalitas.

Selain itu sebagaimana dikemukakan oleh tim pembina kuliah Didaktik metodik

kurikulum UPI ( 1989 : 9 ) persyaratan guru adalah :

1. Persyaratan Fisik yaitu kesehatan jasmani

2. Persyaratan psikis yaitu sehat rohaninya serta diharapkan memiliki bakat dan minat

keguruan

3. Persyaratan mental yaitu memiliki sikap mental yang baik terhadap profesi keguruan

mencintai dan mengabdi dedikasi pada tugas jabatannya.

4. Persyaratan moral yaitu sifat susila dan budi pekeri yang luhur

Page 23: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

23 www.sang-aktor.blogspot.com

5. Persyaratan intelektual atau akademis yaitu mengenal pengetahuan dan keterampilan

khusus yang diperoleh dari lembaga pendidikan guru yang memberi bekal untuk

menunaikan tugas sebagai pendidik formal di sekolah

6. Berdasarkan PP nomor 19 tahun 2007 tentang standar nasional pendidikan, standar

tenaga pendidik ditetapkan, pendidik pada usia dini SD / MI, SMP / MTs, SMA /

MA atau bentuk lain yang sederajat memiliki kualifikasi akademik pendidikan

minimum Diploma IV atau sarjana S1, latar belakang pendidikan tinggi dibidang

pendidikan anak usia dini , SD/ MI, SMP/MTs, SMA atau yang sederajat dan

kependidikan lain atau psikologi dan sertifikasi profesi guru.

Guru yang memenuhi persyaratan atau yang profesional tentunya akan dapat

menumbuhkan perhatian siswa dalam belajar, sehingga dapat mewujudkan situasi

belajar mengajar yang baik. Sebagaimana Nana Sudjana ( 2000 : 16 ) menyatakan :

Tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya ialah tuntunan dan

panggilan untuk selalu mencintai, menghargai , menjaga , dan meningkatkan tugas dan

tanggung jawab terhadap profesi. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung

jawabnya tidak bisa dilakukan oleh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.

Berkenaan dengan hal tersbut diatas sehingga dalam kegiatan belajar mengajar,

guru dituntut dapat melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh rasa tanggung

jawab disertai dengan kasih sayang kepada siswa sehingga dapat menarik

perhatiansiswa, minat serta keaktifan dalam belajar mengajar dengan baik dan optimal.

G. Upaya-Upaya Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru

Profesionalisme guru merupakan acuan yang sangat penting bagi peningkatan

dunia pendidikan. banyak cara yang dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme

guru. Jalan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Profesionalisme guru antara lain:

1. Peningkatan kesejahteraan. Agar seorang guru bermartabat dan mampu

"membangun"manusia muda dengan penuh percaya diri, guru harus memiliki

kesejahteraan yang cukup Gaji yang memadai. Perlu ditata ulang sistem penggajian

guru agar gaji yang diterimanya setiap bulan dapat mencukupi kebutuhan hidup

Page 24: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

24 www.sang-aktor.blogspot.com

dirinya dan keluarganya dan pendidikan putra-putrinya. Dengan penghasilan yang

mencukupi, tidak perlu guru bersusah payah untuk mencari nafkah tambahan di luar

jam kerjanya. Guru akan lebih berkonsentrasi pada profesinya, tanpa harus

mengkhawatirkan kehidupan rumah tangganya serta khawatirakan pendidikan putra-

putrinya. Guru mempunyai waktu yang cukup untukmempersiapkan diri tampil

prima di depan kelas. Jika mungkin, seorang guru dapat meningkatkan profesinya

dengan menulis buku materi pelajaran yang dapat dipergunakan diri sendiri untuk

mengajar dan membantu guru-guru lain yang belum mencapai tingkatnya. Hal ini

dapat lebih menyejahterakan kehidupan guru dan akan lebih meningkatkan status

sosial guru. Guru akan lebih dihormati dan dikagumi oleh anak didiknya. Jika anak

didik mengagumi gurunya maka motivasi belajar siswa akan meningkat dan

pendidikan pasti akan lebih berhasil.

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

Sebaiknya tugas-tugas administrasi yang selama ini harus dikerjakan seorang guru,

dibuat oleh suatu tim di Diknas atau Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

yang disesuaikan dengan kondisi daerah dan bersifat fleksibel (bukan harga mati)

lalu disosialisasikan kepada guru melalui sekolah-sekolah. Hal ini dapat dijadikan

sebagai pegangan guru mengajar dalam mengajar dan membantu guru-guru pemula

untuk mengajar tanpa membebani tugas-tugas rutin guru.

3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana. Salah satu usaha untuk meningkatkan

profesionalitas guru adalah pendalaman materi pelajaran melalui pelatihan-pelatihan.

Beri kesempatan guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan tanpa beban biaya atau

melengkapi sarana dan kesempatan agar guru dapat banyak membaca buku-buku

materi pelajaran yang dibutuhkan guru untuk memperdalam pengetahuannya.

4. Pembinaan perilaku kerja. Studi-studi sosiologi sejak zaman Max Weber di awal

abad ke-20 dan penelitian penelitian manajemen dua puluh tahun belakangan

bermuara pada satu kesimpulan utama bahwa keberhasilan pada berbagai

wilayah kehidupan ternyata ditentukan oleh perilaku manusia, terutama perilaku

kerja.

5. Penciptaan waktu luang. Waktu luang (leisure time) sudah lama menjadi sebuah

bagian proses pembudayaan. Salah satu tujuan pendidikan klasik (Yunani-Romawi)

adalah menjadikan manusia makin menjadi "penganggur terhormat", dalam arti

Page 25: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

25 www.sang-aktor.blogspot.com

semakin memiliki banyak waktu luang untuk mempertajam intelektualitas (mind)

dan kepribadian (personal).

6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada, Upaya memahami tuntutan standar

profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai

prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini

didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berikut: Pertama, persaingan global

sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara. Kedua, sebagai

profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara

global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan vang lebih baik. Cara

satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belaiar secara terus

menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat

perkembangan baru di bidangnya.

7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan, Kemudian upaya

mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah

pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang

memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang

dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-

service tarining dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi

8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi

profesi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat

dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus

berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.

9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan

bermutu tinggi kepada konstituen, Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau

budaya kerja yang mengutamakan pelavanan bermutu tinggi kepada konstituen

merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk

memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada

konstituennya yaitu siswa, orangtua dan sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi

pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik vang didanai. diadakan,

dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

Page 26: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

26 www.sang-aktor.blogspot.com

10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan

teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan

dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan media

dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer

(hard technologies) dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi

pendidikan (soft technologies). Upaya-upaya guru untuk meningkatkan

profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari

semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus

memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI,

pemerintah dan juga masyarakat.

Page 27: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

27 www.sang-aktor.blogspot.com

BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan

Dalam ilmu keaktoran, kejutan-kejutan ini ibarat suspen in act. Diperlukan

keliaran imajinasi untuk memunculkan kejutan baru itu. Guru pun harus memiliki

keliaran metode sehingga apapun pelajarannya tetap menarik. Patut diingat bahwa

tidak ada eksplorasi yang salah selalu berdasar rencana pengajaran. Jadi kenapa

mesti malu berekspresi? Karena guru adalah aktor.

Emansipasi (Emansipator) adalah pembebasan kaum budak menjadi kaum

yang merdeka. Dengan kata lain emansipasi adalah persamaan hak. Sebagai kaum

pendidik, guru seharusnya menyadari bahwa di dalam tugasnya terkandung unsur

keadilan, penggugah semangat peserta didik dan penerang dalam kegelapan

generasi masa depan. Dengan modal memahami potensi peserta didik,

menghormati setiap insan, guru hendaknya menyadari bahwa kebanyakan

manusia merupakan budak stagnasi kebudayaan.

Istilah profesional aslinya adalah kata sifat dari kata ” profession ” (pekerjaan)

yang berarti sangat mampu melakukan pekerjaan. Sebagai kata benda, profesional lebih

berarti orang yang melaksanakan sebuah profesi dengan menggunakan profesi sebagai

mata pencaharian.(Mc. Leod,1989) Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah,

nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan

pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.

Adapun guru yang profesional itu sendiri adalah guru yang berkualitas, berkompetensi,

dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu

mempengaruhi proses belajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi belajar

siswa yang lebih baik.

Peran guru profesionalalisme dalam proses dari pada administrasi dan

manajemen proses belajar mengajar : perencanaan, pengorganisasian, penyusunan ,

pembinaan kerja, pengkoordinasian , pelaporan, anggaran.

Page 28: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

28 www.sang-aktor.blogspot.com

Faktor- faktor yang mempengaruhi guru profesional : status akademik,

pengalaman belajar, mencintai profesi sebagai guru, berkepribadian.

Syarat- syarat menjadi guru profesional :

Menuntut adanya keteramplilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan

yang mendalam

Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesinya

Menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai

Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang

dilaksanakannya

Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupannya

Upaya-upaya meningkatkan profesionalisme guru :

1. Peningkatan kesejahteraan

2. Kurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang sangat menyita waktu.

3. Penyelenggaraan pelatihan dan sarana

4. Pembinaan perilaku kerja

5. Penciptaan waktu luang.

6. Memahami tuntutan standar profesi yang ada

7. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan

8. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi

profesi.

9. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan

bermutu tinggi kepada konstituen

10. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi

komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam

kemampuannya mengelola pembelajaran.

B. Saran

Sebaiknya pembaca dapat mengumpulkan informasi dari sumber lain atau

referensi lainnya mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini guna menambah

Page 29: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

29 www.sang-aktor.blogspot.com

wawasan mengenai peran guru dalam proses pembelajaran terkhusus guru sebagai

pembaharu, model dan teladan, serta guru sebagai pribadi.

Penyusun makalah ini manusia biasa banyak kelemahan dan kekhilafan. Maka

dari itu penyusun menyarankan pada pembaca yang ingin mendalami masalah

profesionalisme guru ,setelah membaca makalah ini membaca sumber lain yang lebih

lengkap. Marilah kita belajar untuk menjadi calon guru yang profesional.

Page 30: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

30 www.sang-aktor.blogspot.com

DAFTAR REFERENSI

Cucuk, Suparno. 2010. http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-

aktor/.

Marijan. 2010. http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-

guru-berkualitas/.

MPR RI. 2011. UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI. Jakarta: Sekjen MPR RI.

Muhadi, Umar. 2010. http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-

penulis-naskah-sutradara.html.

Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesonal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset .

Sawali. 2010. http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-

kelas/ .

[1] Muhadi, (http://umarmuhadi.blogspot.com/2010/10/guru-sebagai-penulis-

naskah-sutradara.html di unggah pada 3 April 2013)

[2] Muhadi, Ibid. 3 April 2013

[3] Sawali. (http://pawiyatan.com/2010/12/09/guru-sebagai-aktor-di-depan-

kelas/ diunggah pada 02 April 2013)

[4] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. VII Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2008), hal. 59

[5] Mulyasa, Ibid, Hal. 59

[6] MPR RI, UUD RI 1945 dan Ketetapan MPR RI, (Cet. X, Jakarta: Sekjen

MPR RI, 2011), hal. 197

[7] Cucuk, (http://suaraguru.wordpress.com/2010/12/07/guru-adalah-aktor/,

diunggah pada 02 April 2013)

[8] Cucuk, Ibid, Pada 02 April 2013

Page 31: Sang aktor dan sang emansipator yang profesional

31 www.sang-aktor.blogspot.com

[9] Mulyasa, Menjadi Guru Profesonal, (Cet. V Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset, 2005), hal. 56

[10] Mulyasa, Ibid, hal. 60

[11] Mulyasa, Ibid, hal. 61

[12] Marijan, (http://enewsletterdisdik.wordpress.com/2010/12/23/lima-e-sikap-

guru-berkualitas/) diunggah pada 04 April 2013.

Al- Qur‟an dan terjemahannya , CV Dipenogoro Bandung. 2004

Aqib Zainal. Profesionalisme guru dalam pembelajaran. Insan Cendikia Surabaya.2002

Handayaninngrat, soewarno.Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan manajemen

Gunung Agung.Jakarta. 1996

Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar tenaga pendidik

Rusyan Tabrani.

Profesionalisme tenaga kependidikan.Nine Karya Jaya Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan. 1999

Surya M.Kapaita selekta Kependidikan Universitas Terbuka. Jakarta. 2007

Suara Daerah Edisi Oktober 2007

UU Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003