39
TINJAUAN PUSTAKA Penanganan panen dan pasca panen (segar) buah salak Panen Buah salak dipanen dengan cara memotong tangkai tandan dengan menggunakan sabit, pisau yang tajam atau gergaji. Buah salak termasuk buah non klimaterik sehingga hanya dapat dipanen jika benar-benar telah matang di pohon, yang ditandai dengan sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, bulu-bulu di kulit telah hilang, bila dipetik mudah terlepas dari tangkai dan beraroma salak. Panen dilakukan dalam keadaan cuaca kering (tidak hujan) pada pagi hari (pukul 9 – 10 pagi) saat buah sudah tidak berembun. Jika panen dilakukan pada saat terlalu pagi dan buah masih berembun maka buah akan mudah kotor dan bila luka sangat rentan terserang penyakit. Bila panen dilakukan pada siang hari, buah akan mengalami penguapan sehingga susut lebih banyak, sedangkan bila pada sore hari dapat berakibat lamanya waktu menunggu, kecuali harus bekerja pada malam hari (Sabari, 1983, diacu dalam Mohamad, 1990). Salak dipanen saat berumur 5 – 6 bulan umur bunga. Untuk salak pondoh, panen raya terjadi pada periode November – Januari, masa panen sedang terjadi pada Mei – Juli, masa panen kecil pada periode Februari – April, dan masa istirahat (kosong) terjadi pada periode Agustus – Oktober. Buah yang masih dapat dipanen pada masa istirahat disebut buah slandren (Arief, 2003). Buah salak pondoh sebenarnya dapat dipanen sebelum berumur 5 bulan (umur bunga) karena rasanya sudah manis dan tidak sepat meski masih muda, namun akan

SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKAPenanganan panen dan pasca panen (segar) buah salakPanenBuah salak dipanen dengan cara memotong tangkai tandan denganmenggunakan sabit, pisau yang tajam atau gergaji. Buah salak termasuk buah nonklimaterik sehingga hanya dapat dipanen jika benar-benar telah matang di pohon,yang ditandai dengan sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitamanatau kuning tua, bulu-bulu di kulit telah hilang, bila dipetik mudah terlepas daritangkai dan beraroma salak.Panen dilakukan dalam keadaan cuaca kering (tidak hujan) pada pagi hari(pukul 9 – 10 pagi) saat buah sudah tidak berembun. Jika panen dilakukan padasaat terlalu pagi dan buah masih berembun maka buah akan mudah kotor dan bilaluka sangat rentan terserang penyakit. Bila panen dilakukan pada siang hari, buahakan mengalami penguapan sehingga susut lebih banyak, sedangkan bila padasore hari dapat berakibat lamanya waktu menunggu, kecuali harus bekerja padamalam hari (Sabari, 1983, diacu dalam Mohamad, 1990).Salak dipanen saat berumur 5 – 6 bulan umur bunga. Untuk salak pondoh,panen raya terjadi pada periode November – Januari, masa panen sedang terjadipada Mei – Juli, masa panen kecil pada periode Februari – April, dan masaistirahat (kosong) terjadi pada periode Agustus – Oktober. Buah yang masihdapat dipanen pada masa istirahat disebut buah slandren (Arief, 2003). Buahsalak pondoh sebenarnya dapat dipanen sebelum berumur 5 bulan (umur bunga)karena rasanya sudah manis dan tidak sepat meski masih muda, namun akandiperoleh buah berukuran kecil dan beraroma lemah karena komponen penyusunaroma buah salak belum terbentuk optimal (Suhardjo et al., 1995).Pada salak bali panen raya berlangsung dari bulan Desember hinggaMaret, masa panen kecil yang disebut Gadu terjadi pada periode Juli – Agustus(Damayanti, 1999). Salak bali disarankan untuk dipanen pada umur 5 bulan(umur bunga) karena bila dipanen melebihi umur tersebut terdapat bercak kebirubiruanpada daging buah salak bali (Suhardjo et al., 1995).

Salak sidimpuan biasanya dipanen pada umur bunga 5.5 bulan. Salakdiangkut menggunakan kereta sorong (beko) maupun kuda menuju tempatpengumpulan (Napitupulu et al., 2001). Salak condet dipanen mulai umur bunga5 bulan karena pada umur tersebut salak condet memiliki kadar gula tertinggi.Kadar gula ini akan menurun pada umur 6 bulan dan disertai dengan penurunankadar asam dan kadar tanin (Suhardjo et al., 1995).Pengumpulan dan pembersihanBuah salak yang dipanen dimasukkan ke dalam keranjang bambu atau petikayu yang diberi alas daun-daunan. Beberapa petani maju menggunakan peti

Page 2: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

plastik jenis HDPE (high density polyethylene) untuk membawa salak dari kebunke kios atau toko yang sekaligus sebagai tempat pengumpulan dan pengemasan.Buah salak diletakkan di tempat yang teduh, seperti di bawah pohon ataunaungan, untuk melindungi dari sengatan matahari yang dapat meningkatkan suhubuah salak sehingga mempercepat kerusakan (Suhardjo et al., 1995).Kebersihan salak berpengaruh terhadap masa simpan buah salak. Tandansalak sering diletakkan dekat dengan permukaan tanah sehingga kotoran dapatmenempel pada buah salak dan menyebabkan binatang-binatang kecil yangmenyukai tempat lembab sering bersembunyi di antara buah dalam tandan.Pembersihan buah salak dilakukan dengan menyikat buah menggunakan sikat ijukatau plastik dengan gerakan searah susunan sisik (Suhardjo et al., 1995) sehinggabuah salak bersih dari kotoran dan sisa-sisa duri. Bersamaan dengan pembersihandapat dilakukan sortasi dan penggolongan (grading).Sortasi dan PenggolonganSortasi bertujuan memilih buah yang baik, tidak cacat, dan dipisahkan daribuah yang busuk, pecah, tergores atau tertusuk. Juga berguna untukmembersihkan buah salak dari kotoran, sisa – sisa duri, tangkai dan ranting.Khusus pada salak bali dengan tujuan pasar lokal tidak dilakukan sortasi(Damayanti, 1999).Penggolongan bertujuan menyeragamkan ukuran dan mutu buah sehinggamendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Sebelum dikemas dalam karung anyaman pandan, buah salak sidimpuan digolongkan secara manual ke dalam 2(dua) kelas yaitu kelas ukuran besar dan kelas ukuran sedang yang dicampurdengan ukuran kecil (Napitupulu et al., 2001). Penggolongan buah salak balididasarkan kepada besar, bentuk, penampilan, warna, corak, bebas penyakit dantidak cacat atau luka (Tabel 1)Tabel 1. Penggolongan buah salak bali (Suhardjo et al., 1995)Kelas Mutu Ciri – ciriAA (super) 12 buah/ kg, sehat, warna kulit kekuninganAB (sedang) 15 – 19 buah/ kg, sehatC (kecil) 25 – 30 buah/ kg, bahan baku manisanBS (tidak diperdagangkan) Busuk, pecahUntuk pasar ekspor, persyaratan mutu lebih tinggi dengan mengikutipersyaratan yang ditetapkan pembeli luar negeri. Pasar Eropa menetapkanpersyaratan keutuhan buah, kesegaran, kehalusan permukaan kulit buah, bebasdari kerusakan fisik, mikrobiologis ataupun bau asing, derajat ketuaan yang tepatdan keadaan yang baik sampai tujuan (Suhardjo et al., 1995).PenyimpananPenyimpanan yang dilakukan petani atau pedagang hanya bersifatsementara dan dilakukan di lapangan. Petani/ pedagang belum melakukan

Page 3: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

kegiatan penyimpanan yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan buahsalak sebelum dipasarkan. Buah yang telah disortasi dan digolongkan dikemas kedalam karung anyaman pandan atau keranjang menunggu dimuat ke saranapengangkutan.Pengangkutan (transportasi) dan pengemasanBiasanya buah salak dikemas dalam keranjang bambu (besek)berkapasitas 5, 10, dan 20 kilogram. Pada kemasan salak pondoh, buah salakyang masih utuh pada tandan diletakkan di tengah dan di sekelilingnya diletakkanbutiran salak yang sudah lepas dari tandan. Salak bali biasanya dikemas dalampeti kayu yang dialasi tikar pandan untuk bantalan. Salak sidimpuan biasanya dikemas dalam karung anyaman pandan yang disebut sumpit dengan kapasitasyang bervariasi sekitar 35 sampai 50 kg/ karung menggunakan kemasan pengisi(bantalan) berupa serat pelepah kering tanaman salak (Gambar 2).Gambar 2. Karung anyaman pandan (sumpit).Pengangkutan salak sidimpuan dari kebun ke tempat pengumpulanberjarak sekitar 1 km. Untuk penjualan ke pasar lokal setempat, buah salakdiangkut menggunakan sarana angkutan mobil pick – up dan biaya transportasiditanggung oleh petani. Untuk pemasaran di luar daerah Padang Sidimpuan,digunakan truk Fuso dan Colt Diesel yang dilengkapi dengan penutup terpal.Kapasitas Truk Fuso sekitar 7 ton (300 karung anyaman pandan). Untuk pasarekspor, buah salak dikemas dengan karton bergelombang yang berkapasitas 10 –11 kg. Dalam kemasan ini, digunakan daun pisang kering maupun potongankertas koran sebagai kemasan pengisi.Pengemasan buah-buahanTujuan dan fungsi pengemasanPengemasan dilakukan untuk meningkatkan keamanan produk selamatransportasi, dan melindungi produk dari pencemaran, susut mutu dan susut bobot,serta memudahkan dalam penggunaan produk yang dikemas. Secara umum,pengemasan berfungsi untuk pemuatan produk pada suatu wadah (containment), perlindungan produk, kegunaan (utility), dan informasi. Untuk keperluantransportasi, fungsi pengemasan lebih diutamakan untuk pemuatan danperlindungan. Sedangkan pengemasan eceran (retail) lebih dititik – beratkan padafungsi kegunaan dan informasi produk (Peleg, 1985).Buah yang akan diangkut dapat dikemas menggunakan berbagai jeniskemasan, seperti karung goni, kardus, keranjang plastik atau bambu, tray daristirofoam dan plastik film, dan peti kayu. Disamping itu, terdapat juga jeniskemasan yang khas sentra produksi buah, misalnya kemasan karung anyamanbambu (sumpit) pada transportasi buah salak sidimpuan.Kerusakan buah dan kemasan selama transportasiSelama transportasi, buah-buahan yang dikemas mengalami kerusakan,dapat berupa kerusakan kimiawi, fisik dan mikrobiologis. Kerusakan kimiawi

Page 4: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

ditandai dengan adanya perubahan warna buah (discoloration) dan busuk (karat)pada buah akibat terinfeksi mikroorganisme. Kerusakan fisik ditandai denganadanya pecah (kulit terkelupas), memar dan luka pada buah (Waluyo, 1991).Kerusakan ini diakibatkan oleh benturan (shock) dan getaran (vibration) selamatransportasi (Maezawa, 1990), beban tekanan yang dialami buah (stress), varietas,tingkat kematangan, bobot dan ukuran buah, karakteristik kulit buah serta kondisilingkungan di sekitar buah (Kays, 1991).Kerusakan fisik dapat juga disebabkan oleh isi kemasan terlalu penuh(over packing) ataupun terlalu kurang (under packing) dan penumpukan kemasanyang terlalu tinggi. Isi kemasan yang terlalu penuh mengakibatkan bertambahnyatekanan (compression) pada buah, sedangkan isi kemasan yang terlalu kurangakan menyebabkan buah yang terletak pada bagian atas saling berbenturan danterlempar karena getaran maupun benturan yang berlangsung selama transportasi.Penumpukan kemasan yang terlalu tinggi menyebabkan buah pada lapisan dasardalam kemasan yang paling bawah dari tumpukan akan mengalami kerusakantekan akibat penambahan tekanan dari tumpukan kemasan (Darmawati, 1994).Pada pengemasan buah salak, kerusakan yang terjadi umumnya adalahkerusakan fisik (pememaran, goresan, retak/ pecah dan luka) dan kerusakanmikrobiologis. Mikroorganisme yang terbawa dari kebun, suasana yang lembab dan hangat dalam kemasan selama pengangkutan mendorong pembusukanberlangsung lebih cepat. Buah yang mengalami luka fisik juga lebih cepat busuk,sehingga memberikan tampilan yang buruk untuk dijual.Hasil – hasil penelitian terdahuluHasil penelitian Singh dan Xu (1993) menunjukkan bahwa kerusakan fisikpada buah apel Mc-Intosh dipengaruhi oleh jenis kemasan dan vibrasi kendaraantransportasi (truk). Dalam penelitian ini tingkat kerusakan fisik diuji dengansimulasi transportasi menggunakan meja getar elektrohidraulik. Uji mengacupada Metode A, ASTM D4728-87 dan merefleksikan transportasi pada 2 (dua)jenis suspensi truk yaitu suspensi pegas daun (leaf spring suspension) dansuspensi bantalan udara (air-ride suspension) yang mensimulasikan perjalanansejauh 88 km/jam (55 mph) pada jalan tol antar daerah selama 180 menitmenggunakan truk bermuatan 8.172 kg (18,000 lb). Hasil penelitian tersebutmenunjukkan bahwa kemasan FTHS (full telescopic half slotted) berkapasitas 96buah apel dan menggunakan tray polistiren adalah kemasan yang terbaik dalammengurangi kerusakan fisik dengan persentase kememaran sebesar 5.2% jikadiangkut menggunakan truk dengan suspensi pegas daun dan sebesar 1.0% dengansuspensi bantalan udara. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa penggunaan

Page 5: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

suspensi bantalan udara untuk truk (kendaraan transportasi) lebih optimal dalammengurangi kerusakan fisik daripada penggunaan suspensi pegas daun.Hasil dari penelitian Ög_t et al. (1999) menunjukkan jenis kemasanbantalan berpengaruh nyata terhadap modulus elastisitas (P < 0.01) setelahtransportasi pada buah peach (Golden Elberta cling). Tingkat perubahan terkecil(modulus elastisitas sebelum dan sesudah simulasi transportasi) terjadi padabantalan papan kertas (paperboard) sedangkan tingkat perubahan moduluselastisitas terbesar terjadi pada bantalan kayu.Studman (1999) meneliti pengaruh kemasan terhadap tingkat kerusakanfisik (memar) akibat transportasi dengan menggunakan metode finite element padabuah apel di Selandia Baru. Hasil percobaan menunjukkan bahwa persentasememar buah apel yang disusun dalam kardus berkapasitas 100 buah apel lebih rendah daripada buah apel yang disusun dalam kardus berkapasitas 88 buah apel,masing – masing berkisar 15 – 73% dan 53 - 94%.Hasil penelitian Waluyo (1990) menunjukkan bahwa kerusakan fisik buahbuahanselama proses transportasi dipengaruhi oleh varietas buah, jenis kemasan,pola susunan buah dalam kemasan dan lama transportasi. Penelitian dilakukanterhadap 3 (tiga) varietas buah jeruk (Citrus sinensis, C. nobilis, dan C.reticulata). Semakin lama transportasi maka kerusakan fisik yang terjadi jugamakin besar, kerusakan fisik buah jeruk yang mengalami simulasi transportasiselama 8 (delapan) jam mencapai 4.40% sedangkan pada simulasi selama 4(empat) jam mencapai 1.99%. Simulasi pengangkutan truk selama 4 (empat) dan8 (delapan) jam masing – masing setara dengan perjalanan sepanjang 653kilometer dan 1,307 km dengan amplitudo getaran 1.74 cm pada jalan luar kota.CGS Noer (1998) memaparkan bahwa pada transportasi jarak dekat, jeniskemasan tidak berpengaruh nyata dalam mereduksi kerusakan fisik pada komodititomat segar. Dari hasil uji transportasi menggunakan truk selama 6 (enam) jamsejauh 230 kilometer (Brastagi – Tanjung Balai), dibuktikan bahwa perlakuanjenis kemasan dan cara penyusunan buah dalam kemasan tidak berpengaruh nyataterhadap kerusakan fisik, pH, total padatan terlarut dan derajat kematangan tomatsegar. Namun cara penyusunan buah dalam kemasan berpengaruh nyata terhadapsusut bobot dan kekerasan tomat segar.Suatu program komputer perancangan kemasan karton gelombang untuktransportasi buah-buahan telah disusun Darmawati (1994). Buah yang digunakandalam penelitian ini adalah buah jeruk siam pontianak. Kemasan hasil rancangandiuji dengan simulasi transportasi meja getar selama 8 (delapan) jam setaradengan pengangkutan dengan truk dalam jarak tempuh 2,490 km panjang jalan

Page 6: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

beraspal baik atau 905 km panjang jalan buruk berbatu. Hasil percobaanmenunjukkan tingkat kerusakan buah dalam kemasan yang dinyatakan sebagaipersentase penurunan nilai kekerasan dan IKS (Indeks Kememaran Setara)dipengaruhi oleh tipe flute dan ketebalan karton gelombang.Shahabasi et. all (1995) telah meneliti pendugaan ketinggian tumpukanbuah apel varietas Jonathan yang disimpan secara curah (bulk). Hasil pendugaanmenunjukkan bahwa apel Jonathan dapat ditumpuk secara curah setinggi 8 meter pada umur petik 1 hari dan hanya dapat ditumpuk setinggi 3 meter pada umursimapn 45 hari dalam penyimpanan dingin.Chen dan Yazdani (1991) meneliti pengaruh ketinggian benturan dan jenisbantalan terhadap tingkat kememaran apel varietas Golden Delicious. Hasilpenelitian ini menunjukkan bahwa apel Golden Delicious sangat rentan terhadapmemar, karena itu sebaiknya apel tersebut tidak mendapat perlakuan jatuhan(dropping) bahkan dari ketinggian jatuh yang rendah. Untuk menghindari memar,yang terbaik adalah menggunakan bantalan setebal 6.35 mm, karena volumememar yang terjadi hanya berkisar 0 – 0.5 cm3 pada ketinggian jatuh 0 – 40 cm.Abrar (2000) meneliti tentang pengukuran tingkat kememaran buah SalakPondoh menggunakan pengolahan citra. Dari penelitian ini didapatkan persamaanlaju kerusakan memar buah salak pada suhu 26 oC dan suhu penyimpanan 10 oC,masing – masing adalah M26 = 100e-0.0041t dan M10 = 100e-0.0016t. Kadar gula buahsalak yang memar mengalami peningkatan dengan bertambahnya waktu, dengankoefisien determinasi hubungan kadar gula dan luas memar untuk suhu 26 oCadalah 0.5624 dan 0.066 untuk suhu penyimpanan 10 oC. Kekerasan buah salakyang memar menurun dengan bertambahnya umur simpan dengan koefisiendeterminasi hubungan kekerasan dan luas memar untuk suhu 26 oC adalah 0.7289dan 0.8991 untuk suhu penyimpanan 10 oC.Suhardjo et al. (1995) memaparkan beberapa informasi mengenaikerusakan fisik buah salak akibat transportasi di Indonesia yang berkaitan dengankondisi transportasi dan jenis kemasan. Pada salak manonjaya, buah salakdikemas dengan keranjang bambu (besek) yang berkapasitas 30 – 40 kg dandisusun secara acak. Salak pondoh juga dikemas dalam keranjang bambuberbobot 5, 10 dan 20 kg dan disusun dengan meletakkan buah salak yang masihmelekat pada tandannya di tengah-tengah kemasan dan di sekelilingnya diletakkanbuah salak yang berbentuk butiran. Buah salak bali disusun sama dengan carasusun salak pondoh, namun kemasan yang digunakan adalah peti kayu denganberat kotor 10 kg (50 x 30 x 30 cm). Kerusakan fisik pada cara susun tersebutlebih kecil daripada cara susun butiran. Pada salak bali yang disusun dalam petikayu dalam bentuk tandan kerusakan fisik yang terjadi sebesar 9.6% sedangkan

Page 7: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

pada bentuk butiran mencapai 11.8% setelah transportasi dari Bali ke Malang. Pada salak bali, kerusakan fisik dalam bentuk tandan sebesar 6.3% dan dalambentuk butiran 6.5% setelah transportasi dari Yogyakarta ke Malang.Alternatif pengemasan buah salak menggunakan kemasan atmosfirtermodifikasi (MAP) untuk transportasi dengan kereta api telah diteliti olehMohamad (1990). Hasil penelitian menunjukkan kombinasi konsentrasi gas CO2

dan O2 yang optimal adalah 10% O2

dan 2.0% CO2. Setelah simulasi transportasi,secara organoleptik buah salak pondoh masih disukai konsumen sampaipenyimpanan hari ke – 20 dan mengandung total padatan terlarut 17.8%.Hasil penelitian Dalimunthe (2002) menunjukkan bahwa kemasantransportasi buah salak dapat dibuat dari pelepah-pelepah salak segar, namun didalam laporan penelitiannya tidak terdapat informasi tentang dimensi dankekuatan (mekanis) kemasan. Kemasan yang dirancang Dalimunthe (2002)adalah kemasan berbentuk kotak dengan bingkai (kerangka) kemasan dari kayudan dinding kemasan dari pelepah-pelepah salak segar. Dari hasil uji transportasimenggunakan truk selama 10 jam (Padang Sidimpuan – Medan) ditunjukkanbahwa kerusakan fisik buah salak yang paling rendah yaitu sebesar 8.3 – 9.2%didapatkan pada kemasan berbobot 10 kg dengan masa penyimpanan 2 (dua) haridibandingkan dengan kemasan berbobot 15 kg dan 20 kg dan masa simpan 4(empat) dan 6 (enam) hari setelah transportasi.Perancangan kemasan transportasi buah – buahanSyarat-syarat perancanganKemasan transportasi untuk komoditi hortikultura, khususnya buah, lebihditujukan untuk melindungi buah dari kerusakan yang dapat menurunkan mutubuah, maka aspek teknis menjadi pertimbangan utama dalam perancangankemasan tersebut. Aspek teknis perancangan mencakup pemilihan bahankemasan, bentuk dan dimensi kemasan, serta uji-uji sifat fisik dan reologi yangberkaitan dengan aspek tersebut dan tetap mempertimbangkan sifat-sifat kritiskomoditi hortikultura yang mempengaruhi perubahan mutu komoditi tersebutselama transportasi.Menurut Maezawa (1990), pengemasan dirancang untuk mengatasi faktorgetaran dan benturan selama transportasi. Pemilihan bahan kemasan jugamengutamakan bahan yang dapat melindungi produk dari kerusakan fisik selamatransportasi. Kemasan harus mampu menahan beban tumpukan, dampakpemuatan dan pembongkaran buah dari sarana transportasi, serta getaran danbenturan selama perjalanan (Waluyo, 1990). Dengan kata lain, kemasan harusmampu menahan beban dan bersifat kaku (rigid) sehingga tidak mentransferbeban apapun kepada buah (Hilton, 1993).Dalam merancang kemasan transportasi untuk komoditi hortikultura perludiperhatikan persyaratan – persyaratan berikut (Soedibjo, 1972, diacu dalamWaluyo, 1990) :1. Kemasan harus benar – benar berfungsi sebagai wadah yang dapat diisiproduk.

Page 8: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

2. Kemasan harus tahan dan tidak berubah bentuk selama pengangkutan.3. Permukaan bagian dalam kemasan harus halus sehingga produk tidak rusakselama pengangkutan.4. Ventilasi kemasan harus cukup, sehingga dapat mengeluarkan gas hasilmetabolisme produk dan menurunkan panas yang timbul. Selain itu, jugadapat menahan laju transpirasi dan respirasi dari produk.5. Bahan untuk kemasan harus cukup kering sehingga beratnya tetap (konstan),dan tidak mengabsorpsi air dan perisa (flavour) produk.6. Kemasan harus bersih dan tidak memindahkan infeksi penyakit ke produk,bahan kemasan juga harus tahan serangan jamur, gigitan serangga dan tikus.7. Kemasan harus mudah diangkat dan dapat disusun pada bak – bak alatangkut dengan sistem pallet (khusus untuk ekspor).8. Kemasan harus ekonomis dan bahan kemasan terdapat di sentra produksi.Persyaratan perancangan serupa juga dipaparkan oleh Roswita dan Erma(1999) untuk kemasan transportasi buah markisa, yaitu :1. Kemasan cukup kuat sehingga dapat melindungi buah dari memar, getarandan tekanan dari tumpukan kemasan.2. Mempunyai sirkulasi udara yang baik.3. Mempunyai permukaan yang halus agar buah tidak luka4. Mudah dipakai dan dapat diangkut (tidak mempersulit penanganan).5. Tidak beracun dan bereaksi dengan buah yang dikemas.

Fungsi proteksi terhadap buah dapat dipenuhi dengan baik dalampenggunaan kemasan peti kayu, stirofoam, dan keranjang plastik yang keras(crates), sedangkan pada kardus (kotak karton gelombang) hanya mampu biladitumpuk setinggi 6 – 7 tumpukan saja. Selain itu jika isi kardus terlalu padatatau RH lingkungan tinggi, maka kardus tidak mampu lagi menahan beban danmentransfer beban tersebut kepada buah. Compressive strength kardus menurunsekitar 35% jika kadar air meningkat dari 10% ke 15% (Hilton, 1993).Hal tersebut sejalan dengan Marcondes (1992) yang menyatakan bahwaRH yang tinggi akan menurunkan compressive strength bahan-bahan dari papanserat korugasi (corrugated fibreboard). Penurunan kemampuan kardus dalammenahan beban akibat RH yang tinggi dapat diatasi dengan pemberian lapisanlilin (waxing) pada bagian dalam dan luar kemasan kardus, atau cukup padabagian dalam kemasan agar lebih ekonomis (Hilton, 1993).Penggunaan keranjang bambu kurang efektif sebagai kemasantransportasi, karena penampang kemasan yang berbentuk lingkaran, daripadakemasan lain yang berpenampang segi empat seperti kayu dan kardus. Bentukpenampang lingkaran pada keranjang bambu menyebabkan keranjang bambubersifat fleksibel saat dikenai beban tumpukan terutama bila diisi penuh (padat)sehingga buah juga akan menerima beban tumpukan tersebut (Gambar 3).Gambar 3. Keranjang bambu.Agar keranjang bambu dapat lebih baik melindungi buah, maka padabagian atas keranjang ditambahkan penahan sehingga bentuk penampangkeranjang tidak mengalami perubahan (deformasi) saat dikenai beban tekanan (Gambar 4). Selain itu pengisian buah diatur sedemikian rupa sehingga keranjang

Page 9: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

tidak terlalu padat (overfilled) (Hilton, 1993).Gambar 4. Keranjang bambu yang diberi penahan pada bagian atas.Kapasitas kemasan ditentukan berdasarkan sistem penanganan yang akandigunakan pada transportasi. Menurut Peleg (1985), kapasitas kemasan untukpenanganan sesuai kemampuan manusia (suitable for carrying man) adalah 15 –30 kilogram dan sekitar 200 – 500 kilogram untuk sistem penanganan mesin(suitable for forklift handling).Menurut Hilton (1993) vibrasi dan benturan selama transportasi dapatdiredam dengan penggunaan kemasan bantalan. Pada jenis kemasan yang terbuatdari kayu atau plastik (hard plastic), kemasan bantalan harus dirancangsedemikian rupa sehingga dapat meredam vibrasi dan benturan sekaligus dapatmenjaga posisi buah tidak berubah di dalam wadah kemasan bantalan selamaproses transportasi dan tidak menyentuh dasar kemasan primer (Gambar 5).Komoditi hortikultura bersifat mudah rusak (perishable) dan masihmelakukan metabolisme sebagai aktivitas hidup maka pemuatan produk dalamkemasan harus dilakukan secara efisien untuk menghindari kerusakan produkselama transportasi. Penggunaan 60 – 65% volume kemasan adalah penggunaanvolume kemasan yang baik untuk mengurangi kerusakan produk karena masihtersedianya ruang dalam kemasan untuk pertukaran gas – gas yang dihasilkan dariproses metabolisme produk selama dikemas (Peleg, 1985).

Waluyo (1990) memaparkan produk (buah) yang dikemas akan semakinrusak bila frekuensi alat angkut (kendaraan transportasi) sesuai dengan naturalfrequency buah karena timbul resonansi sehingga buah akan berbenturan denganlebih kuat dan sering. Natural frequency adalah getaran yang dialami suatusistem massa pegas (spring mass system) pada frekuensi tertentu yang bersifattetap setelah sistem massa pegas tersebut (dalam hal ini buah-buahan) diberibeban tekanan (Maezawa, 1990).Agar natural frequency buah yang dikemas tidak sama dengan frekuensigaya yang diberikan (forced frequency), maka dapat digunakan kendaraan yangfrekuensi suspensinya berbeda dengan natural frequency buah yang diangkut(Hilton, 1993) atau dengan cara menambah massa buah yang dikemas sehinggamemperkecil damping ratio. Penambahan massa buah harus tetap memperhatikanbeban tumpukan yang diterima buah pada lapisan paling bawah kemasan tidakmelebihi beban maksimum (bioyield) yang dapat diterima buah (Waluyo, 1990).Nilai natural frequency buah dapat ditentukan dengan menggunakan kurvarelaksasi buah yang menunjukkan sifat viskoelastis buah sebagai salah satu sifatreologi buah. Apabila sifat tersebut telah diketahui, maka dapat digunakan untukmencari nilai tetapan model Maxwell – Kelvin yang disederhanakan (SimplifiedMaxwell – Kelvin Model) untuk memperkirakan perilaku buah dalam kemasan.

Page 10: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 5. Pengaturan posisi buah di dalam kemasan bantalan.Pada perancangan kemasan transportasi komoditi hortikultura jugadilakukan serangkaian pengujian untuk menilai kemasan hasil rancangan tersebut.Secara garis besar, pengujian-pengujian ini dapat digolongkan pada 2 (dua) jenisuji yaitu pengujian terhadap kemasan hasil rancangan dan pengujian terhadapkomoditi hortikultura. Pengujian terhadap kemasan hasil rancangan berupa ujibeban tekan (compression testing) dan uji ketinggian jatuh (dropping testing)dengan sampel uji tiap kemasan hasil rancangan. Untuk pengujian kemasan hasilrancangan secara tumpukan, dilakukan uji transportasi baik berupa simulasi dilaboratorium maupun uji langsung di lapangan sesuai jalur transportasi yangditentukan (Peleg, 1985). Adapun pengujian terhadap komoditi yang diangkutbertujuan untuk menganalisis kerusakan yang timbul sebelum dan sesudah prosestransportasi, biasanya berupa pengukuran sifat-sifat kritis komoditi yangmempengaruhi mutu komoditi, seperti sifat fisik, reologi, kimia, fisiologik danorganoleptik. Contoh dari sifat fisik dan reologi yang diuji adalah persentasekememaran, firmness, modulus elastisitas dan susut bobot. Sifat kimia misalnyatotal padatan terlarut, pH, dan kadar vitamin C, dan sifat fisiologik misalnya lajurespirasi (Purwanto, 1986; Waluyo, 1990; Mohamad, 1990; Ög_t et al., 1997;CGS Noer, 1998; Darmawati, 1994; Dalimunthe, 2002; Anwar, 2005).Pola penyusunan buah dalam kemasanSecara garis besar, pola penyusunan buah dalam kemasan dapatdigolongkan dalam 2 cara, yaitu pola penyusunan buah secara acak (jumble pack),dan pola penyusunan secara teratur (pattern pack). Pola penyusunan buah secaraacak adalah pola yang paling umum digunakan, terutama untuk buah – buahanyang berharga murah. Pola ini adalah pola yang paling tua, paling sederhana danberbiaya rendah daripada semua pola penyusunan secara teratur. Namun pola inimenyebabkan kerusakan buah yang tinggi, kepadatan buah dalam kemasan yanglebih rendah dan penampilan yang kurang menarik.Menurut Syaifullah dan Soedibyo (1976), diacu dalam Waluyo (1990),penyusunan buah dalam kemasan dapat dilakukan dengan beberapa cara (pola),yaitu pola 2-2, 3-2, 3-3, dan 4-3 (Gambar 6).

Penelitian Waluyo (1990) terhadap buah jeruk yang dikemas dalam petikayu menunjukkan bahwa pola susunan 3-2 lebih unggul daripada pola 3-3.Setelah simulasi transportasi selama 8 (delapan) jam, kekerasan buah jeruk yangdisusun dengan pola 3-2 sebesar 4.9733 kg/cm2 sedangkan kekerasan buah jeruk

Page 11: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

dengan pola 3-3 sebesar 4.0800 kg/cm2.Peleg (1985) mengembangkan pola penyusunan buah secara teraturberdasarkan jarak (selang) antara buah dalam 3 (tiga) dimensi atau sesuai dengansumbu cartesius (x, y, z) dan disebut sebagai Pola Region I, Pola Region II danPola fcc (face-centered cubic). Di antara ketiga pola tersebut, pola fcc merupakanpola susun yang optimal. Pola susun fcc adalah suatu cara penyusunan dalamkemasan dengan bentuk susunan yang mirip kubus. Bentuk kubus ini ditunjukkandengan 5 (lima) buah sebagai contoh susunan, dimana 1 (satu) buah sebagai pusatyang diletakkan di tengah – tengah (titik pusat) kubus dan 4 (empat) buah masing– masing diletakkan di sudut – sudut kubus (Gambar 7). Pola susunan fcc hanyaberlaku untuk buah yang berbentuk spheroid dan ellipsoid. Mayoritas buah –buahan memang berbentuk spheroid.

Standar Mutu SalakStandar mutu salak Indonesia tercantum pada SNI 01 – 3167 – 1992.Salak dibagi atas 2 (dua) kelas mutu, yaitu mutu I dan mutu II (Tabel 2). Ukuranberat dibagi atas ukuran besar untuk salak yang berbobot 61 gram atau lebih perbuah, ukuran sedang berbobot 33 – 60 gram/ buah, dan ukuran kecil berbobot 32gram atau kurang per buah.Tabel 2. Kelas mutu salak berdasarkan SNI 01–3167–1992Tingkat Mutu I Mutu IIKetuaan Seragam tua Kurang seragamKekerasan Keras KerasKerusakan kulit buah Utuh Kurang utuhUkuran Seragam SeragamBusuk (bobot/bobot) 1% 1%Kotoran Bebas Bebas

Seperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen.

PengumpulanGudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.

Page 12: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Penyortiran dan PenggolonganSortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah. Grading/penggolongan bertujuan untuk:a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas)b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemasc) mendapatkan harga yang lebih tinggid) merangsang minat untuk membelie) agar perhitungannya lebih mudahf) untuk menaksir pendapatan sementara.Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri.a) Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 – 30 buah)d) Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.9.3. Pengemasan dan PengangkutanTujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.Pengemasan untuk buah segar:a) alat pengemas harus berlubangb) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luarc) dapat diangkut dengan mudahd) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipastursasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.c) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas pengangkutan yang memadai.

Page 13: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Oleh karena itu pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tua tetapi belum masak.Buah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ini ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda lain bahwa buah yang sudah tua, warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.

PanenKarena buah salak masaknya tidak serempak, maka cara memanennya dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.Tanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim: 1) Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari; 2) Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli; 3) Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.; 4) Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren. Menurut sumber lain panen besar buah salak adalah antara bulan Oktober - Januari.Dalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah +15 ton per hektar.

Pasca PanenSeperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik), sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar. Supaya buah salak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen yaitu :1. Pengumpulan. Gudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.

2. Penyortiran dan Penggolongan. Sortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. Selain itu untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.

3. Grading/penggolonganBertujuan untuk: a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas); b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas; c) mendapatkan harga yang lebih tinggi; d)

Page 14: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

merangsang minat untuk membeli; e) agar perhitungannya lebih mudah; f) untuk menaksir pendapatan sementara.

Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri, yaitu: a) Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah); b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat); c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah); d) Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.

4. Pengemasan dan Pengangkutan. Tujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.

5. Pengemasan Untuk mengemas buah segar dibutuhkan: a) alat pengemas harus berlubang; b) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luar; c) dapat diangkut dengan mudah, d) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipasteurisasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.

6. Pengangkutan Merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan: a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.; c) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas pengangkutan yang memadai.

penulis: slamet widodo. e-mail: [email protected]: Budidaya Salak. Ditjen Hortikultura 2007

Pusat Pengembangan Penyuluhan Pertanian, Badan SDM Pertanian, Jl. Harsono RM No.3 Pasar Minggu Jakarta Selatan, Telp/Fax. 021-7804386 Login

Page 15: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Dinding Info Forum Diskusi Koleksi Foto Acara

 

Informasi Umum

 

Nama:SALAK PONDOH BANJARNEGARA

Kategori:Minat Bersama - Berkebun

Keterangan:1. SEJARAH SINGKAT

Tanaman salak merupakan salah satu tanaman buah yang disukai dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan. Daerah asal nya tidak jelas, tetapi diduga dari Thailand, Malaysia dan Indonesia. Ada pula yang mengatakan bahwa tanaman salak (Salacca edulis) berasal dari Pulau Jawa. Pada masa penjajahan biji-biji salak dibawa oleh para saudagar hingga menyebar ke seluruh Indonesia, bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei dan Muangthai.

2. JENIS TANAMANDi dunia ini dikenal salak liar, seperti Salacca dransfieldiana JP Mo-gea; S. magnifera JP Mogea; S. minuta; S. multiflora dan S. romosiana. Selain salak liar itu, masih dikenal salak liar lainnya seperti Salacca rumphili Wallich ex. Blume yang juga disebut S. wallichiana, C. Martus yang disebut rakum/kumbar (populer di Thailand) sebagai pembuat masam segar pada masakan. Kumbar ini tidak berduri, bunganya berumah 2 (dioeciious). Salak termasuk famili: Palmae (palem-paleman),monokotil, daun-daunnya panjang dengan urat utama kuat seperti pada kelapa yang disebut lidi. Seluruh bagian daunnya berduri tajam Batangnya pendek, lamakelamaan meninggi sampai 3 m atau lebih, akhirnya roboh tidak mampu membawa beban mahkota daun terlalu berat (tidak sebanding dengan batangnya yang kecil).

Banyak varietas salak yang bisa tumbuh di Indonesi. Ada yang masih muda sudah terasa manis, Varietas unggul yang telah dilepas oleh pemerintah untuk dikembangkan ialah: salak pondoh, swaru, nglumut, enrekang, gula batu (Bali), dan lain-lain. Sebenarnya jenis salak yang ada di Indonesia ada 3 perbedaan yang menyolok, yakni: salak Jawa Salacca zalacca (Gaertner) Voss yang berbiji 2-3 butir, salak Bali Slacca amboinensis (Becc) Mogea yang berbiji 1- 2 butir, dan salak Padang

Page 16: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Sidempuan Salacca sumatrana (Becc) yang berdaging merah. Jenis salak itu mempunyai nilai komersial yang tinggi.

3. MANFAAT TANAMANBuah salak hanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Batangnya tidak dapat digunakan untuk bahan bangunan atau kayu bakar. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan). Buah salak yang dipetik pada bulan ke 4 atau ke 5 biasanya untuk dibuat manisan.

4. SENTRA PENANAMANTanaman salak banyak terdapat di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, NTB dan Kalimantan Barat.

5. SYARAT PETUMBUHAN5.1. Iklim1. Tanaman ssalak sesuai bila ditanam di daerah berzona iklim Aa bcd, Babc dan Cbc. A berarti jumlah bulan basah tinggi (11-12 bulan/tahun), B: 8-10 bulan/tahun dan C : 5-7 bulan/tahun.2. Salak akan tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan rata-rata per tahun 200-400 mm/bulan. Curah hujan rata-rata bulanan lebih dari 100 mm sudah tergolong dalam bulan basah. Berarti salak membutuhkan tingkat kebasahan atau kelembaban yang tinggi.3. Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari penuh (100%), tetapi cukup 50-70%, karena itu diperlukan adanya tanaman peneduh.4. Suhu yang paling baik antara 20-30°C. Salak membutuhkan kelembaban tinggi, tetapi tidak tahan genangan air.

5.2. Tanah1. Tanaman salak menyukai tanah yang subur, gembur dan lembab.2. Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk budidaya salak adalah 4,5 - 7,5. Kebun salak tidak tahan dengan genangan air. Untuk pertumbuhannya membutuhkan kelembaban tinggi.

5.3. Ketinggian TempatTanaman salak tumbuh pada ketinggian tempat 100-500 m dpl.

6. PEDOMAN BUDIDAYA6.1. PembibitanSalah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam mengusahakan tanaman salak adalah penggunaan bibit unggul dan bermutu. Tanaman salak merupakan tanaman tahunan, karena itu kesalahan dalam pemakaian bibit akan berakibat buruk dalam pengusahaannya, walaupun diberi perlakuan kultur teknis yang baik tidak akan memberikan hasil yang diinginkan, sehingga modal yang dikeluarkan tidak akan

Page 17: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

kembali karena adanya kerugian dalam usaha tani. Untuk menghindari masalah tersebut, perlu dilakukan cara pembibitan salak yang baik. Pembibitan salak dapat berasal dari biji (generatif) atau dari anakan (vegetatif).

Pembibitan secara generatif adalah pembibitan dengan menggunakan biji yang baik diperoleh dari pohon induk yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu: cepat berbuah, berbuah sepanjang tahun, hasil buah banyak dan seragam, pertumbuhan tanaman baik, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan.

Keuntungan perbanyakan bibit secara generatif:a) dapat dikerjakan dengan mudah dan murahb) diperoleh bibit yang banyakc) tanaman yang dihasilkan tumbuh lebih sehat dan hidup lebih lamad) untuk transportasi biji dan penyimpanan benih lebih mudahe) tanaman yang dihasilkan mempunyai perakaran kuat sehingga tahan rebah dan kekeringanf) memungkinkan diadakan perbaikan sifat dalam bentuk persilangan.

Kekurangan perbanyakan secara generatif:a) kualitas buah yang dihasilkan tidak persis sama dengan pohon induk karena mungkin terjadi penyerbukan silangb) agak sulit diketahui apakah bibit yang dihasilkan jantan atau betina.

1) Persyaratan BibitUntuk mendapatkan bibit yang baik harus dilakukan seleksi terhadap biji yang akan dijadikan benih. Syarat-syarat biji yang akan dijadikan benih :a) Biji berasal dari pohon induk yang memenuhi syarat.b) Buah yang akan diambil bijinya harus di petik pada waktu cukup umur.c) Mempunyai daya tumbuh minimal 85 %.d) Besar ukuran biji seragam dan tidak cacat.e) Biji sehat tidak terserang hama dan penyakit.f) Benih murni dan tidak tercampur dengan kotoran lain.

2)Penyiapan Bibita) Bibit dari Biji:1. Biji salak dibersihkan dari sisa-sisa daging buah yang masih melekat.2. Rendam dalam air bersih selama 24 jam, kemudian dicuci.b) Bibit dari Anakan1. Pilih anakan yang baik dan berasal dari induk yang baik2. Siapkan potongan bambu, kemudian diisi dengan media tanah3) Teknik Penyemaian Bibita) Bibit dari Biji1. Biji salak yang telah direndam dan dicuci, masukkan kedalam kantong plastik yang sudah dilubangi (karung goni basah), lalu diletakkan di tempat teduh dan lembab sampai kecambah berumur 20-30 hari

Page 18: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

2. Satu bulan kemudian diberi pupuk Urea, TSP dan KCl, masing-masing 5 gram, tiap 2-3 minggu sekali3. Agar kelembabannya terjaga, lakukan penyiraman setiap harib) Bibit dari Anakan dengan pesemaian bak kayu:1. Buat bak kayu dengan ukuran tinggi 25 cm, lebar dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan2. Diisi dengan tanah subur dan gembur setebal 15-20 cm3. Diatas tanah diiisi pasir setebal 5-10 cm4. Arah pesemaian Utara Selatan dan diberi naungan menghadap ke Timur5. Benih direndam dalam larutan hormon seperti Atonik selama 1 jam, konsentrasi larutan 0,01-0,02 cc/liter air6. Tanam biji pada bak pesemaian dengan jarak 10 x 10 cm7. Arah biji dibenamkan dengan posisi tegak, miring/rebah dengan mata tunas berada dibawah.Pemeliharaan Pembibitan/PenyemaianUntuk pembibitan dari biji, media pembibitan adalah polybag dengan ukuran 20 x 25 cm yang diisi dengan tanah campur pupuk kandang dengan perbandingan 2:1. Setelah bibit atau kecambah berumur 20-30 hari baru bibit dipindahkan ke polibag.

Pembibitan dengan sistem anakan, bambu diletakkan tepat di bawah anakan salak, kemudian disiram setiap hari. Setelah 1 bulan akar telah tumbuh dan anakan dipisahkan dari induknya, kemudian ditanam dalam polybag. Pupuk Urea, TSP, KCl diberikan 1 bulan sekali sebanyak 1 sendok5) Pemindahan BibitUntuk bibit dari biji, setelah bibit salak berumur 4 bulan baru dipindahkan ke lahan pertanian. Untuk persemaian dari anakan, setelah 6 bulan bibit baru bisa dipindahkan ke lapangan.

Pengolahan Lahan1) PersiapanPenetapan areal untuk perkebunan salak harus memperhatikan faktor kemudahan transportasi dan sumber air.2) Pembukaan Lahana) Membongkar tanaman yang tidak diperlukan dan mematikan alang-alang serta menghilangkan rumput-rumput liar dan perdu dari areal tanam.b) Membajak tanah untuk menghilangkan bongkahan tanah yang terlalu besar.

6.3. Teknik Penanaman1) Pembuatan Lubang TamanLubang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm dengan jarak tanam 1 x 4 m; 2 x 2 m atau 1,5 x 2,5 m. Ukuran lubang dapat juga dibuat 50 x 50 x 40 cm, dengan jarak antar 2 x 4 m atau 3 x 4 m. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah jadi sebanyak 10 kg.2) Cara PenanamanBiji ditanam langsung dalam lubang sebanyak 3-4 biji per lubang. Sebulan kemudian biji mulai tumbuh

Page 19: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

3) Lain-lainUntuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.

6.4. Pemeliharaan TanamanUntuk menghindari sinar matahari penuh, tanaman salak ditanam di bawah tanaman peneduh seperti tanaman kelapa, durian, lamptoro dan sebagainya. Apabila lahan masih belum ada tanaman peneduh, dapat ditanam tanaman peneduh sementara seperti tanaman pisang. Jarak tanam pohon peneduh disesuaikan menurut ukuran luas tajuk misalnya kelapa ditanam dengan jarak 10 x 10 m, durian 12 x 12 m dan lamtoro 12 x 12 m.1.Penjarangan dan PenyulamanUntuk memperoleh buah yang berukuran besar, maka bila tandan sudah mulai rapat perlu dilakukan penjarangan. Biasanya penjarangan dilakukan pada bulan ke 4 atau ke 5.

Penyulaman dilakukan pada tanaman muda atau yang baru ditanam, tetapi mati atau pertumbuhannya kurang bagus atau kerdil, atau misalnya terlalu banyak tanaman betinanya. Untuk keperluan penyulaman kita perlu tanaman cadangan (biasanya perlu disediakan 10%) dari jumlah keseluruhan, yang seumur dengan tanaman lainnya. Awal musim hujan sangat tepat untuk melakukan penyulaman. Tanaman cadangan dipindahkan dengan cara putaran, yaitu mengikutsertakan sebagian tanah yang menutupi daerah perakarannya. Sewaktu membongkar tanaman, bagian pangkal serta tanahnya kita bungkus dengan plastik agar aka-akar di bagian dalam terlindung dari kerusakan, dilakukan dengan hati-hati.2. PenyianganPenyiangan adalah membuang dan memebersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak. Tanaman pengganggu yang lazim di sebut gulma ini bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.

Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.3. PembubunanSambil melakukan penyiangan, dilakukan pula penggemburan dan pembumbunan tanah ke pokok tanaman salak. Hal ini dilakukan untuk menghemat ongkos kerja juga untuk efisiensi perawatan. Tanah yang digemburkan dicangkul membentuk gundukan atau bumbunan yang berfungsi untuk menguatkan akar dan batang tanaman salak pada tempatnya. Bumbunan jangan sampai merusak parit yang ada.4. Perempalan/Pemangkasan

Page 20: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Daun-daun yang sudah tua dan tidak bermanfaat harus dipangkas. Juga daun yang terlalu rimbun atau rusak diserang hama. Tunas-tunas yang terlalu banyak harus dijarangkan, terutama mendekati saat-saat tanaman berbuah (perempalan). Dengan pemangkasan, rumpun tanaman salak tidak terlalu rimbun sehingga kebun yang lembab serta pengap akibat sirkulasi udara yang kurang lancar diperbaiki. Pemangkasan juga membantu penyebaran makanan agar tidak hanya ke daun atau bagian vegetatif saja, melainkan juga ke bunga, buah atau bagian generatif secara seimbang.

Pemangkasan dilakukan setiap 2 bulan sekali, tetapi pada saat mendekati masa berbunga atau berbuah pemangkasan kita lakukan lebih sering, yaitu 1 bulan 1 kali.

Apabila dalam rumpun salak terdapat beberapa anakan, lakukanlah pengurangan anakan menjelang tanaman berbuah. Satu rumpun salak cukup kita sisakan 1 atau 2 anakan. Jumlah anakan maksimal 3-4 buah pada 1 rumpun. Bila lebih dari itu anakan akan mengganggu produktivitas tanaman.

Pemangkasan daun salak sebaiknya sampai pada pangkal pelepahnya. Jangan hanya memotong setengah atau sebagian daun, sebab bagian yang disisakan sebenarnya sudah tidak ada gunanya bagi tanaman.

Pemangkasan pada saat lewat panen harus tetap dilakuakan. Alat pangkas sebaiknya menggunakan golok atau gergaji yang tajam. Pemangkasan yang dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat akan membantu tanaman tumbuh baik dan optimal.5. PemupukanSemua bahan yang diberikan pada tanaman dengan tujuan memberi tambahan unsur hara untuk memperbaiki pertumbuhan dan produksi tanaman disebut pupuk. Ada pupuk yang diberikan melalui daerah perakaran tanaman (pupuk akar). Pupuk yang diberikan dengan cara penyemprotan lewat daun tanaman (pupuk daun). Jenis pupuk ada 2 macam: pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk kandang, pupuk hijau, kompos, abu tanaman, tepung darah dan sebagainya. Pupuk anorganik adalah: Urea, TSP, Kcl, ZA, NPK Hidrasil, Gandasil, Super Fosfat, Bay folan, Green Zit, dan sebagainya. Pupuk organik yang sering diberikan ke tanaman salak adalah pupuk kandang.

Umur tanaman :a) 0-12 bulan (1 x sebulan): Pupuk kandang 1000, Urea 5 gram, TSP 5 gram, KCl 5 gram.b) 12-24 bulan (1 x 2 bulan): Urea 10 gram, TSP 10 gram, KCl 10 gram.c) 24-36 bulan (1 x 3 bulan): Urea 15 gram, TSP 15 gram, KCl 15 gram.d) 36–dst (1 x 6 bulan): Urea 20 gram, TSP 20 gram, KCl 20 gram.6. Pengairan dan PenyiramanAir hujan adalah siraman alami bagi tanaman, tetapi sulit untuk mengatur air hujan agar sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Air hujan sebagian besar akan hilang lewat penguapan, perkolasi dan aliran permukaan. Sebagian kecil saja yang tertahan di daerah perakaran, air yang tersisa ini sering tidak memenuhi kebutuhan tanaman.

Page 21: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Dalam budidaya salak, selama pertumbuhan, kebutuhan akan air harus tercukupi, untuk itu kita perlu memberi air dengan waktu, cara dan jumlah yang sesuai.7. Pemeliharaan LainSetelah ditanam di kebun kita buatkan penopang dari bambu atau kayu untuk menjaga agar tanaman tidak roboh.

7. HAMA DAN PENYAKIT7.1. Hama1. Kutu wol /putih (Cerataphis sp.)Hama ini bersembunyi di sela-sela buah.2. Kumbang penggerek tunas (Omotemnus sp..)3. Kumbang penggerek batangMenyerang ujung daun yang masih muda (paling muda), kemudian akan masuk ke dalam batang. Hal ini tidak menyebabkan kematian tanaman, tetapi akan tumbuh anakan yang banyak di dalam batang tersebut.Pengendalian: dimatikan atau dengan cara meneteskan larutan insektisida (Diazenon) dengan dosis 2 cc per liter pada ujung daun yang terserang atau dengan cara menyemprot. Dalam hal ini diusahakan insektisida dapat masuk ke dalam bekas lubang yang digerek.Memasukkan kawat yang ujungnya lancip ke dalam lubang yang dibuat kumbang hingga mengenai hama.4. Babi hutan, tupai, tikus dan luwakPengendalian: (1) untuk memberantas babi hutan, dilaksanakan dengan penembakan khusus, atau memagari kebun salak dengan salak-salak jantan yang rapat. Akan lebih baik lagi kalau memagari kebun salak dengan kawat berduri; (2) untuk memberantas Tikus, digunakan Zink phosphit, klerat dan lainlain; (3) untuk memberantas Luwak dan Tupai, dapat digunakan umpan buah pisang yang dimasuki Furadan 3 G. Caranya: buah pisang dibelah, kurang lebih 0,5 gram Furadan dimasukkan ke dalamnya, kemudian buah pisang tersebut dijahit dan dijadikan umpan.

7.2. Penyakit1. Penyakit yang sering menyerang salak adalah sebangsa cendawan putih,Gejala: busuknya buah. Buah yang terserang penyakit ini kualitasnya jadi menurun, karena warna kulit salak jadi tidak menarik.Pengendalian: mengurangi kelembaban tanah, yaitu mengurangi pohon-pohon pelindung.2. Noda hitamPenyebab: cendawan Pestalotia sp.Gejala: adanya bercak-bercakhitam pada daun salak.3. Busuk merah (pink)Penyebab:cendawan Corticium salmonicolor.Gejala:adanya pembusukan pada buah dan batang.Pengendalian: tanaman yang sakit dan daun yang terserang harus dipotong dan dibakar di tempat tertentu.

7.3. Gulma

Page 22: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Di beberapa tempat di Pulau Jawa, lahan salak dibangun di bekas persawahan. Sehingga otomatis gulma yang merajai kebun adalah gulma-gulma yang biasa terdapat di sawah. Karena lahan sawah yang biasa tergenang air dikeringkan dan dibumbun tanahnya maka gulma yang mampu bertahan adalah gulma berdaun sempit dan tumbuh menjalar yang sedikit sekali terdapat di sawah. Gulma yang berbatang kurus tegak, berdaun panjang yang umumnya di persawahan kurang mampu bertahan. Itulah sebabnya mengapa gulma di lahan bekas persawahan relatif lebih sedikit. Pengendalian secara manual dengan dikored atau dicangkul pun sudah memadai.

Pemberantasan gulma secara kimia di kebun-kebun salak belum lazim dilaksanakan. Untuk lahan yang tidak seberapa luas, para petani masih menggunakan cara manual (mencabuti rumput-rumputan dengan tangan, dikored atau dicangkul). Bila lahan salak cukup luas, serta baru dibuka, gulma yang terdapat tentu banyak sekali dan sulit diberantas hanya dengan cara manual. Untuk situasi seperti ini perlu menggunakan herbisida, sebab biaya tenaga kerja relatif murah dan hasilnya lebih cepat. Reaksi bahan kimia dalam membunuh tanaman liar juga sangat cepat. Herbisida memiliki pengruh negatif, sebab racun yang dikandungnya dapat membahayakan mahluk hidup lain termasuk ternak dan manusia. Herbisida yang akan digunakan perlu sesuai dengan jenis gulma yang akan diberantas. Pilihan yang kurang tepat akan memboroskan biaya. Gulma dari golongan rumput-rumputan dapat dibasmi dengan herbisida Gramoxone, Gesapas, Basta atau Diuron. Dari golongan teki-tekian dapat diberantas dengan Goal. Alang-alang dapat dibasmi dengan Round-up atau Sun-up. Sedangkan tanaman yang berdaun lebar dapat diatasi dengan Fernimine. Ada juga herbisida yang dapat memberantas beberapa jenis gulma.

8. P A N E N

Mutu buah salak yang baik diperoleh bila pemanenan dilakukan pada tingkat kemasakan yang baik. Buah salak yang belum masak, bila dipungut akan terasa sepet dan tidak manis. Maka pemanenan dilakukan dengancara petik pilih, disinilah letak kesukarannya. Jadi kita harus benar-benar tahu buah salak yang sudah tua tetapi belum masak.

8.1. Ciri dan Umur PanenPBuah salak dapat dipanen setelah matang benar di pohon, biasanya berumur 6 bulan setelah bunga mekar (anthesis). Hal ditandai oleh sisik yang telah jarang, warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua, dan bulu-bulunya telah hilang. Ujung kulit buah (bagian buah yang meruncing) terasa lunak bila ditekan. Tanda buah yang sudah tua, menurut sumber lain adalah: warnanya mengkilat (klimis), bila dipetik mudah terlepas dari tangkai buah dan beraroma salak.

8.2. Cara PanenCara memanen: karena buah salak masaknya tidak serempak, maka dilakukan petik pilih. Yang perlu diperhatikan dalam pemetikan apakah buah salak tersebut akan disimpan lama atau segera dimakan. Bila akan disimpan lama pemetikan dilakukan

Page 23: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

pada saat buah salak tua (Jawa: gemadung), jadi jangan terlalu tua dipohon. Buah salak yang masir tidak tahan lama disimpan. Pemanenan buah dilakukan dengan cara memotong tangkai tandannya.

8.3. Periode PanenTanaman salak dalam masa panennya terdapat 4 musim:1) Panen raya pada bulan Nopember, Desember dan Januari2) Panen sedang pada bulan Mei, Juni dan Juli3) Panen kecil pada bulan-bulan Pebruari, Maret dan April.4) Masa kosong/istirahat pada bulan-bulan Agustus, September dan Oktober. Bila pada bulan-bulan ini ada buah salak maka dinamakan buah slandren. Menurut sumber lain panen besar buah salak adalah antara bulan Oktober - Januari.

8.3. Perkiraan ProduksiDalam budidaya tanaman salak, hasil yang dapat dicapai dalam satu musim tanam adalah 15 ton per hektar.

9. PASCA PANENSeperti buah-buahan lainnya, buah salak mudah rusak dan tidak tahan lama. Kerusakan ditandai dengan bau busuk dan daging buah menjadi lembek serta berwarna kecoklat-coklatan. Setelah dipetik buah salak masih meneruskan proses hidupnya berupa proses fisiologi (perubahan warna, pernafasan, proses biokimia dan perombakan fungsional dengan adanya pembusukan oleh jasad renik). Sehingga buah salak tidak dapat disimpan lama dalam keadaan segar, maka diperlukan penanganan pascapanen.

9.1. PengumpulanGudang pengumpulan berfungsi sebagai tempat penerima buah salak yang berasal dari petani atau kebun. Dalam gudang pengumpulan ini dilakukan: sortasi, grading dan pengemasan.

9.2. Penyortiran dan PenggolonganSortasi/pemilihan bertujuan untuk memilih buah yang baik, tidak cacat, dan layak ekspor. uga bertujuan untuk membersihkan buah-buah dari berbagai bahan yang tidak berguna seperti tangkai, ranting dan kotoran. Bahan-bahan tersebut dipotong dengan pisau, sabit, gunting pangkas tajam tidak berkarat sehinga tidak menimbulkan kerusakan pada buah.

Grading/penggolongan bertujuan untuk:a) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas)b) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemasc) mendapatkan harga yang lebih tinggid) merangsang minat untuk membelie) agar perhitungannya lebih mudahf) untuk menaksir pendapatan sementara.

Page 24: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

Penggolongan ini dapat berdasarkan pada : berat, besar, bentuk, rupa, warna, corak, bebas dari penyakit dan ada tidaknya cacat/luka. Semua itu dimasukkan kedalam kelas dan golongan sendiri-sendiri.a) Salak mutu AA (betul-betul super, kekuningan, 1kg= 12 buah)b) Salak mutu AB (tidak terlalu besar, tidak terlalu kecil, dan sehat)c) Salak mutu C (untuk manisan, 1kg = 25 - 30 buah)d) Salak mutu BS (busuk atau 1/2 pecah), tidak dijual.

9.3. Pengemasan dan PengangkutanTujuan pengemasan adalah untuk melindungi buah salak dari kerusakan, mempermudah dalam penyusunan, baik dalam pengangkutan maupun dalam gudang penyimpanan dan untuk mempermudah perhitungan. Ada pengemasan untuk buah segar dan untuk manisan salak.

Pengemasan untuk buah segar:a) alat pengemas harus berlubangb) harus kuat, agar buah salak terlindung tekanan dari luarc) dapat diangkut dengan mudahd) ukuran pengemas harus disesuaikan dengan jumlah buah.

Pengemasan untuk manisan salak: dikemas dalam kaleng yang ditutup rapat yang telah dipastursasi sehingga semua mikroba seperti jamur, ragi, bakteri dan enzim dapat mati dan tidak akan menimbulkan proses pembusukan. Untuk manisan yang dikeringkan, umumnya dikemas dalam plastik.

Pengangkutan merupakan mata rantai penting dalam penanganan, penyimpanan dan distribusi buah-buahan. Syarat-syarat pengangkutan untuk buah-buahan:a) Pengangkutan harus dilakukan dengan cepat dan tepat.b) Pengemasan dan kondisi pengangkutan yang tepat untuk menjamin terjaganya mutu yang tinggi.c) Harapan adanya keuntungan yang cukup dengan menggunakan fasilitas pengangkutan yang memadai.

10. STANDAR PRODUKSI10.1. Ruang LingkupStandar ini meliputi syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan salak.

10.2. DiskripsiSalak adalah buah dari tanamn salak (Salacca adulia Reinw) dalam keadaan cukup tua, utuh, segar dan bersih. Standar mutu salak di Indonesia tercantum dalam Standar Nasional Indonesia SNI 01-3167-1992.

10.3. Klasifikasi dan Standar MutuJenis mutu salak dalam tiga ukuran, yaitu ukuran besar, sedang dan kecil. Berdasarkan berat, masing-masing digolongkan menjadi dua jenis mutu yaitu Mutu I

Page 25: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

dan Mutu II, ukuran besar, berat 61 gram atau lebih per buah, ukuran sedang, berat 33 – 60 gram per buah dan ukuran kecil, berat 32 gram atau kurang per buah.

a) Tingkat Ketuaan: mutu I seragam tua, mutu II tidak terlalu matang, cara uji organoleptikb) Kekerasan: mutu I keras, mutu II keras, cara uji organoleptikc) Kerusakan Kulit Buah: mutu I kulit buah utuh, mutu II utuh , cara uji Organoleptikd) Ukuran: mutu I seragam, mutu II seragam, cara uji SP-SMP-310-1981e) Busuk (bobot/bobot) : mutu I 1%, mutu II 1 %, cara uji SP-SMP-311-1981f) Kotoran: mutu I bebas, mutu II bebas, cara uji organoleptik

10.4. Pengambilan Contoh

1) Salak Dalam KemasanContoh diambil secara acak dari jumlah kemasan seperti terlihat d bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 2 kg dari bagian atas,tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.

1. Jumlah kemasan dalam partai (lot): s/d100, contoh yang diambil 5.2. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 101-300 contoh yang diambil 7.3. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 301-500 contoh yang diambil 9.4. Jumlah kemasan dalam partai (lot): 501-1000 contoh yang diambil 10.5. Jumlah kemasan dalam partai (lot) >1000 contoh yang diambil min 15.

2) Salak dalam Curah (in bulk)Contoh diambil secara acak sesuai dengqan jumlah berat total seperti terlihat di bawah ini. Contoh-contoh tersebut yang diambil bagian atas, tengah, bawah serta berbagai sudut dicampur, kemudian diacak bertingkat (stratified random sampling) sampai diperoleh minimum 2 kg untuk dianalisa.1. Jumlah berat lot (kg): <> 5.000, contoh yang diambil min. 100.

10.5 PengemasanSalak dikemas dalam besek, keranjang bambu, peti kayu ataupun kemasan lain yang sesuai dengan berat bersih maksimum 40 kg. Daun kering, kertas atau bahan lain dapat dipakai sebagai penyekat. Isi dari kemasan tidak melebihi tutupnya.

Dibagian luar keranjang/kemasan diberi label yang bertuliskan antara lain :a) Nama barangb) Jenis mutuc) Nama/kode perusahaan/eksportird) Golongan ukurane) Berat bersihf) Produksi Indonesiag) Negara/tempat tujuanh) Daerah asal

Page 26: SALAK TINJAUAN PUSTAKA

http://www.facebook.com/group.php?gid=79044885768

file:///F:/Salak/Salak%201.htm