26
RPU (RUMAH POTONG UNGGAS) ANDI HUSNUL KHATIMAH O111 12 274 PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 1

RPU RUMAH POTONG UNGGAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RUMAH POTONG UNGGAS ADALAH

Citation preview

Page 1: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

RPU(RUMAH POTONG UNGGAS)

ANDI HUSNUL KHATIMAHO111 12 274

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2015

1

Page 2: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan karunia-Nya, penyusun dapat menyelesaikan tugas Higine Pangan Asal Hewan yang berjudul “Rumah Potong Unggas (RPU)” untuk pemenuhan tugas “semester 6” tepat pada waktunya dengan senang dan tanpa halangan ataupun kesulitan yang cukup berarti.

Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengetahui tentang Rumah Potong Unggas (RPU).

Penyusun telah berupaya secara maksimal untuk membuat makalah ini, namun karena kita sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan sekecil apapun, rasanya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran dari teman-teman sekalian.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat dan motivasi kepada penyusun.

Demikian makalah ini penyusun buat, semoga bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.

Makassar, 19 Mei 2015

2

Page 3: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..2

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………….4

I.1 Latar belakang……………………………………………………4

I.2 Tujuan ……………………………………………………………4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5

II.1 Pengertian Rumah Potong Unggas..................................................5II.2 Bangunan Rumah Pemotongan Unggas..........................................5II.3 Peralatan Rumah Potong Unggas....................................................8II.4 Persyaratan higiene karyawan dan perusahaan meliputi.................9II.5 Persyaratan kendaraan pengangkut daging unggas meliputi...........9II.6 Proses Penerimaan, Pemotongan dan pengiriman Unggas..............9II.7 Beberapa Contoh Penyimpangan Yang Terjadi di Masyarakat ....12

BAB III PENUTUP .............................................................................................16

III.1 Kesimpulan .....................................................................................16

III.2 Saran ................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

3

Page 4: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

BAB IPENDAHULUAN

I.1 . Latar Belakang

Indonesia memiliki UU No.7/1996 tentang pangan, yang antara lain mengatur tentang Sistem Keamanan Pangan. Begitu juga kita telah memiliki Sistem Kesehatan Hewan Nasional (Siskeswannas) dan SNI 01-6160-1999 tentang Rumah Pemotongan Unggas. Ketiga sistem tersebut nampaknya belum terpadu dan kurang dapat terimplementasikan khususnya dalam kaitannya dengan sistem persediaan dan keamanan pangan khususnya daging. Dalam sistem keamanan pangan, kesehatan hewan harus dipandang sebagai bagian dari kesehatan masyarakat (public health), bagian dari penyediaan pangan asal hewan (food of animal origin), dan bagian dari pembangunan pertanian secara keseluruhan, termasuk usaha pemotongan ayam. Konsep HACCP yang mulai dicanangkan di beberapa negara di dunia sebagai program FAo merupakan salah satu konsep yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk pertanian khususnya untuk menjamin keamanan pangan (Anonymous, 1997). HACCP merupakan sistem untuk mencegah terjadinya bahaya yang disebabkan oleh pangan dan bertujuan untuk dapat menjamin keamanan pangan (Anonymous, 1994). Kemungkinan untuk dapat dilaksanakan dan diterapkannya sistem HACCP terhadap produk karkas/daging ayam yang dihasilkan RPA tradisional dan karkas ayam yang beredar di pasar tradisional perlu dikaji dan dipertimbangkan.secara serius.

Daging ayam mudah tercemar oleh berbagai mikroorganisme dari lingkungan sekitarnya. Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi langsung atau tidak langsung dengan sumber–sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan dan pernafasan manusia maupun hewan.

Proses keamanan dan kelayakan daging ayam ini harus dilakukan sedini mungkin yakni mulai dari peternakan (farm) hingga daging ayam dikonsumsi (dimeja makan). Salah satu permasalahan yang paling penting dalam proses panjang ini adalah permasalahan kelayakan Rumah Pemotongan Unggas (RPU). Peranan RPU sebagai penyedia daging ayam yang akan dikonsumsi manusia sangat besar. Bahkan RPU merupakan penentu dari proses panjang perjalanan peternakan ayam. Meskipun ayam tersebut dinyatakan sehat dari peternakan (farm), jika ditingkat RPU (hilir) pemotongannya tidak memenuhi kriteria pemotongan yang baik maka kecenderungan menimbulkan penyakit akan semakin besar.

I.2 . Tujuan1. Untuk Mengetahui Pengertian Rumah Potong Unggas dan Kegunaannya.2. Untuk Mengetahui Standarisasi Rumah Potong Unggas.3. Untuk Mengetahui Permasalahan Rumah Potong Unggas di masyarakat.

4

Page 5: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Rumah Potong UnggasRumah Potong Unggas adalah komplek bangunan dengan disain

dan konstruksi  khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong Unggas atau ayam bagi konsumsi masyarakat umum.

Tujuan pemotongan unggas adalah untuk memenuhi kebutuhan daging unggas khususnya ayam bagi masyarakat. Dalam penyediaan daging ayam tersebut pada umumnya dilakukan melalui rumah potong unggas (RPU) atau rumah potong ayam (RPA), baik yang terkoordinir maupun yang tidak terkoodinir oleh pemerintah. Dalam penyediaan daging tersebut harus memenuhi persyaratan aman dan layak untuk dikonsumsi. Di Indonesia sendiri dalam penyediaan daging harus memenuni persyaratan Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).

II.2 Bangunan Rumah Pemotongan Unggas

Rumah Pemotongan Unggas adalah kompleks bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong unggas bagi konsumsi masyarakat umum (SNI, 1999).

Lokasi Rumah Pemotongan Unggas perlu memenuhi syarat sebagai berikut:1. Tidak bertentangan dengan Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR),

Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) setempat dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK).

5

Page 6: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

2. Tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya serta letaknya lebih rendahdari pemukimam penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan.

3. Tidak berada dekat industri logam dan kimia, tidak berada di daerah rawan banjir, bebas dari asap, bau debu dan kontaminan lainya.

4. Memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan Rumah Pemotongan Unggas (SNI, 1999).

Sarana pada Rumah Pemotongan Unggas harus dilengkapi dengan:1. Sarana jalan yang baik yang dapat dilalui kendaraan pengangkut unggas

hidup dan daging unggas.2. Sumber air yang cukup dan memenuhi persyaratan baku mutu air minum

sesuai dengan SNI 01-0220-1987. Persediaan air yang minimum harus disediakan yaitu 25-35 liter/ekor/hari.

3. Sumber tenaga listrik yang cukup.4. Persediaan air yang bertekanan 1,05 kg/cm2 (15 psi) seta fasilitas air

panas dengan suhu minimal 82oC.5. Kendaraan pengangkut daging unggas (SNI, 1999).

Kompleks Rumah Pemotongan Unggas minimal harus terdiri dari bangunan utama, tempat penurunan unggas hidup (unloading), kantor administrasi dan kantor Dokter Hewan, tempat istirahat pegawai, tempat penyimpanan barang pribadi (locker) atau ruang ganti pakaian, kamar mandi dan WC, sarana penanganan limbah insenerator, tempat parkir, rumah jaga, menara air, gardu listrik (SNI, 1999). Pintu masuk unggas hidup sebaiknya terpisah dari pintu keluar daging unggas. Dalam kompleks Rumah Pemotongan Unggas seyogyanya dilengkapi dengan ruang pembekuan cepat (blast freezer), ruang penyimpanan beku (cold storage), ruang pengolahan daging unggas, laboratorium (SNI, 1999).

Ruang pembekuan cepat mempunyai alat pendingin yang dilengkapi dengan kipas (blast freezer). Suhu di dalam ruang maksimum adalah -35oC dengan kecepatan udara minimum 2 meter per detik (SNI, 1999). Ruang penyimpanan beku terletak didaerah bersih dengan suhu maksimum didalam ruang adalah -20oC, ruang pengolahan daging unggas juga harus berada di daerah bersih dengan suhu maksimum -15oC. Letak laboratorium berada di dekat kantor dokter hewan (SNI, 1999).

Pembagian ruang bangunan utama RPU terdiri dari:

1. Daerah kotor meliputi penurunan, pemeriksaan antemortem dan penggantungan unggas hidup, pemingsanan (stunning), penyembelihan (killing), pencelupan ke air panas (scalding tank), pencabutan bulu

6

Page 7: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

(defeathering), pencucian karkas, pengeluaran (evisceration) dan pemeriksaan postmortem, penanganan jeroan.

2. Daerah bersih meliputi pencucian karkas, pendinginan karkas (chiling), seleksi (grading), penimbangan karkas, pemotongan karkas (cutting), Pemisahan daging dari tulang (deboning), pengemasan, penyimpanan segar (chiling room) (SNI, 1999).

Sistem saluran pembuangan limbah cair harus cukup besar dan didesain agar aliran limbah mengalir dengan lancar, terbuat dari bahan yang mudah dirawat dan dibersihkan, kedap air agar tidak mencemari tanah mudah diawasi dan dijaga agar tidak menjadi sarang tikus atau rodensia lainnya. Saluran pembuangan dilengkapi dengan penyaring yang mudah diawasi dan dibersihkan. Di dalam kompleks Rumah Pemotongan Unggas sistem saluran pembuangan limbah cair harus selalu tertutup agar tidak menimbulkan bau. Di dalam bangunan utama, saluran pembuangan dilengkapi dengan grill yang mudah dibuka-tutup dan terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah korosif (SNI, 1999).

Saluran pembuangan dari kamar mandi atau WC ini dibuat khusus ke arah septic tank, tidak menjadi satu dengan saluran pembuangan limbah prose pemotongan. Sarana Penanganan Limbah harus sesuai dengan rekomendasi Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) (SNI, 1999).

7

Page 8: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

II.3 Peralatan Rumah Potong UnggasPersyaratan peralatan meliputi:

1. Seluruh perlengkapan pendukung dan penunjang di Rumah Pemotongan Unggas darus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi serta mudah dirawat.

2. Bangunan utama harus dilengkapi dengan sistem rel (railing system) dan alat penggantung karkas yang didesain khusus dan disesuaikan dengan alur proses.

3. Sarana untuk mencuci tangan harus didesain sedemikian rupa agar tangan tidak menyentuh kran air setelah selesai mencuci tangan, dilengkapi dengan sabun dan pengering tangan seperti lap yang senantiasa diganti, kertas tissue atau pengering mekanik (hand drier). Jika menggunakan kertas tissue, maka disediakan pula tempat sampah tertutup yang dioperasikan dengan menggunakan kaki

4. Sarana untuk mencuci tangan disediakan tahap proses pemotongan dan diletakkan ditempat yang mudah dijangkau.

5. Pintu masuk bangunan utama harus dilengkapi sarana untuk mencuci tangan dan sarana sepatu boot yang dilengkapi sabun, desinfektan dan sikat sepatu.

6. Peralatan yang digunakan untuk menangani perkerjaan bersih harus berbeda dengan yang digunakan untuk pekerjaan kotor, misalnya pisau untuk penyembelihan tidak boleh digunakan untuk pengerjaan karkas.

7. Permukaan meja tempat penanganan atau pemrosesan produk tidak terbuat dari kayu, tidak toksik, tidak mudah rusak, mudah dibersihkan, mudah mengering dan dikeringkan.

8. Bahan dasar kemasan harus bersifat tidak toksik, kedap air dan tidak mudah rusak atau terpengaruh sifatnya oleh produk makanan yang dikemasnya maupun komponen bahan pembersih.

9. Untuk peralatan yang tidak dapat dibongkar pasang dengan mudah sarana pembersihan dan desinfeksi dilakukan dengan metode pembersihan tempat (clean in place).

10. Mesin pencabut bulu dan alat semprot pencuci karkas harus ditempatkan dan didesain sedemikian rupa sehingga percikan air, bulu-bulu atau bahan-bahan yang dapat berperan sebagai kontaminan karkas dapat dihindarkan penyebarannya ke daerah sekitarnya..

11. Bagi setiap karyawan disediakan lemari yang dilengkapi kunci pada ruang ganti pakaian untuk menyimpan barang-barang pribadi.

8

Page 9: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

12. Perlengkapan standar untuk pekerja pada proses pemotongan dan penanganan daging adalah pakaian kerja khusus, apron plastik, penutup kepala, penutup hidung dan sepatu boot (SNI, 1999).

II.4 Persyaratan higiene karyawan dan perusahaan meliputi :1. Rumah Pemotongan Unggas harus memiliki peraturan untuk semua

karyawan dan pengunjung agar pelaksanaan sanitasi dan higiene rumah pemotongan unggas dan higiene produk tetap terjaga baik

2. Setiap karyawan harus sehat dan diperiksa kesehatannya secara rutin minimal satu kali dalam setahun.

3. Setiap karyawan harus mendapat pelatihan yang berkesinambungan tentang higiene dan mutu.

4. Daerah kotor atau daerah bersih hanya diperkenakan dimasuki oleh karyawan yang bekerja di masing-masing tempat tersebut, dokter hewan dan petugas pemeriksa berwenang.

5. Orang lain (misalnya tamu) yang hendak memasuki bangunan utama Rumah Pemotongan Unggas harus mendapat izin dari pengelola dan mengikuti peraturan yang berlaku (SNI, 1999).

Pengawasan kesehatan masyarakat veteriner serta pemeriksaan antemortem dan postmortem di Rumah Pemotongan Unggas dilakukan oleh petugas pemeriksa berwenang, setiap rumah pemotongan unggas harus mempunyai tenaga dokter hewan yang bertanggung jawab terhadap dipenuhinya syarat-syarat dan prosedur pemotongan unggas, penanganan daging serta sanitasi dan higiene, dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter hewan dapat ditunjuk seorang yang memiliki pengetahuan di dalam bidang kesehatan masyarakat veteriner yang bekerja di bawah pengawasan dokter hewan (SNI, 1999).

II.5 Persyaratan kendaraan pengangkut daging unggas meliputi :1. Boks pada kendaraan untuk mengangkut daging unggas tertutup.2. Lapisan dalam boks pada kendaraan pengangkut daging harus terbuat dari

bahan yang tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan didesinfeksi, mudah dirawat serta mempunyai sifat insulasi yang baik.

3. Boks dilengkapi dangan alat pendingin yang mempertahankan suhu bagian dalam daging unggas segar maksimum +4ºC.

4. Suhu ruangan dalam boks kendaraan pengangkut daging unggas beku maksimum adalah -18ºC (SNI, 1999).

II.6 Proses Penerimaan, Pemotongan dan pengiriman UnggasSecara Umum Proses Pemotongan ;1. Penanganan ayam sebelum pemotongan

9

Page 10: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

2. Pemeriksan antemortem 3. Pemotongan ayam 4. Pemeriksaan postmortem 5. Penanganan karkas/daging ayamPenghentian Pemberian Pakan Dan Obat, bertujuan :a.    Mendapatkan daging yang aman, sehat dan bebas dari residu obat b.    Penghentian pemberian pakan dilakukan 8 jam sebelum ayam disembelih.c.    Penghentian pemberian obat  maksimal 7 hari sebelum ayam disembelih Penanganan Hewan Sebelum Pemotongan a. Hewan ditransportasikan dengan baikb. Hewan diperiksa kesehatannya (pemeriksaan antemortem) oleh Dokter

Hewan atau Tenaga Kesehatan Hewan yang berwenang c. Hewan diistirahatkan (1-3 jam) sebelum pemotongan d. Hewan dipuasakan tetapi tetap diberi minum e. Hanya hewan sehat yang boleh disembelihPenerimaan Ayam, bertujuan :a. Mendapatkan ayam yang sehat dan sesuai standar (tidak cacat, tidak

memar dan tidak patah sayapnya)b. Titik berat pada Animal Welfarec. Tempat penerimaan,keranjang dan kendaraan harus bersih d. Pastikan ayam sudah dipuasakan dengan pemeriksaan ingluvies Pemeriksaan ante mortem, bertujuan :

a.    Memperoleh ayam yg cukup istirahat b.    Mengnhindari penyembelihan ayam sakit c.    Informasi awal pemeriksaan postmortemd.    Kondisi ayam tidak mengalami penyimpangan Penanganan Hewan Saat Pemotongan a.   Hewan ditangani dengan baik dan manusiawi (hewan jangan disiksa dan

disakiti)b.   Pemotongan dilakukan dengan mengikuti syariat Islam (Pemotongan

HALAL)c.   Biarkan darah keluar sampai habis dan jangan lakukan apapun terhadap

hewan;  lakukan proses selanjutnya setelah hewan benar-benar mati Pemotongan dengan pemingsanan, bertujuan :a.      Membuat ayam tidak sadar dan mengurangi rasa sakit b.      Mempermudah proses penyembelihan c.      Mengurangi kepakan sayap dan bintik darah pada karkas d.      Mempercepat proses pengeluaran darah Penyembelihan Halal (Halal System), persyaratan :a.   Petugas beragama islam, dewasa, dan berakal sehat b.   Membaca basmalah sebelum penyembelihan c.   Pisau harus tajam,

10

Page 11: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

d.  Dilakukan pada pangkal leher dan memutuskan saluran dengan sekali sayatan:1)      pernafasan (trakea/hulkum),2)      Saluran makan (esofagus/marik)3)      2 Urat nadi leher/pembuluh darah kiri dan kanan (wadajain)

e.  Setelah pemotongan dilakukan pentirisan darah (bleeding time) selama 2-3 menit

Perebusan (Scalding), bertujuan :a.   Untuk mempermudah pencabutan bulu b.   Pastikan ayam dalam keadaan mati ketika dimasukkan kedalam scalder c.   Suhu air : 60-65ºC selama ± 1,5 menit atau 52,5OC untuk mempertahankan

epidermisd.   Pastikan kualitas air yang digunakan Pencabutan Bulu, bertujuan :a.    Mendapatkan daging ayam yang bersih dari bulu

1)      Kontrol air pada proses pencabutan bulu 2)      Lama pencabutan bulu 30 detik.

Eviscerating (Pengeluaran Organ Dalam), bertujuan :a.    Untuk membersihkan daging dari organ dalam.

1)      Kaki dipotong pada Hock Joint.2)      Kepala dan leher dipotong sesuai permintaan. 3)      Seluruh organ dalam dikeluarkan dengan sempurna.

Pencucian, bertujuan :a.    Mendapatkan karkas yang bersih.

1)    Seluruh peralatan dan air yang digunakan harus bersih.2)    Temperatur air maksimal 10ºC.3)    Kadar Klorin 20 – 30 ppm. 4)    Pastikan rongga dada dan perut bersih dari lemak,darah, oesophagus, dan trachea.

Prechilling Dan Chilling, bertujuan :a.    Mendinginkan karkas

1)   Suhu air maksimal 2ºC dengan kadar klorin 20 – 30 ppm.2)   Suhu daging setelah proses maksimal 4ºC.

Cut Up & Trimming Carcass, bertujuan :a.    Menghsilkan potongan karkas yang sesuai standar

1)   Karkas yang telah dipotong-potong dibersihkan dari sisa paru-paru, ginjal, kulit dan lemak.2)   Karkas direndam kembali di air dengan suhu maksimal air 2ºC.3)    Pastikan temperatur daging sesuai standar.

Pengemasan Dan Pemberian Labela.   Suhu karkas sebelum dikemas maksimal 4ºC.b.   Pengemasan menggunakan plastik Poly Ethylene.

11

Page 12: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

c.   Setelah itu dilakukan pelabelan sesuai kebutuhan.d.   Produk yang telah dikemas diletakkan dalam krat berventilasi/krat terbuka.

Penyimpanan Dan Pengirimana.   Temperatur ruangan/boks pengiriman (-4) – 0ºC, sehingga tercapai suhu

produk maksimal 4ºC.b.   Penyimpanan menggunakan suhu -4oC untuk ayam segar dan -18oC untuk

ayam beku.

II.7. Beberapa Contoh Penyimpangan Yang Terjadi di Masyarakat

1. Ini adalah gambar yang diperoleh dari sebuah tempat pemasok ayam potong di Inggris bernama The 2 Sisters Food Group dan Facenda dituntut karena melakukan proses pengolahan daging ayam mentah dengan tidak benar. Dua perusahaan ini biasanya memasok daging ayam mentah ke beberapa restoran dan supermarket besar, misalnya Tesco, Sainsbury's dan Nando's.

Proses produksi ayam potong yang tidak higienis | Foto: copyright dailymail.co.uk

Restoran dan supermarket ini menuntut dua perusahaan itu karena dianggap melanggar standarisasi kebersihan yang mana dapat berdampak pada kesehatan pelanggannya. Setelah melakukan audit, restoran dan supermarket tersebut mengajukan tuntutan karena:

Daging ayam yang jatuh ke lantai saat produksi, dipungut kembali, dikemas dan dijual lagi kepada konsumen.

Kebersihan alat yang dianggap terkontaminasi oleh bulu, isi perut dan jerohan, tidak dibersihkan lagi, ditemukan di perusahaan 2 Sisters.

12

Page 13: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

Kelalaian perawatan alat potong menyebabkan sekitar 250.000 ayam tiap harinya dicuci di air yang kotor saat produksi berlangsung.

Sebuah alat penangkap ayam yang dijalankan oleh Faccenda melanggar aturan biosekuriti yang mengakibatkan penyebaran campylobacter

Apa yang dilakukan oleh dua perusahaan ayam potong ini tentunya melanggar standar perlindungan konsumen dan Food Standars Agency yang diberlakukan di dunia. Mengenaskannya, para pekerja mengaku mereka terlalu sibuk dan menerima gaji yang rendah sehingga mereka tidak peduli dengan kebersihan produk makanannya.

2. Rumah Pemotongan Hewan (RPH)di kawasan pasar hewan Semanggi, Pasarkliwon, Solo.

Terlihat tidak layak, mulai dari pemotongan ayam yang tidak segera digantung (diletakkan begitu saja dilantai), daerah kotor dan daerah bersih tidak

ada perbedaan atau semuanya dilakukan di satu area.

3. Hal ini banyak di jumpai di pasar-pasar traditional . Penyimpanyan yang terjadi yaitu jeroan ayam dan daging ayam tidak dipisah, selain itu daging ayam diletakkan saja di meja jualan tanpa menggunakan plastik ataupun pelindung dari kontaminasi lingkungan sekitar.

4. Ini juga bentuk potret sebagian besar Rumah Potong Unggas (RPU) berskala kecil dimana jauh dari kata higenis. Pada gambar terlihat seorang pria (tanpa uniform) yang

13

Page 14: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

sedang berkutat dengan ayam yang sudah di sembelih. Harusnya petugas atau pria itu menggunakan uniform yang layak bukannya tidak menggunakan sama sekali guna menghindari kontaminasi dari manusia ke ayam ataupun sebaliknya. Selain itu ayamnya hanya diletakkan di lantai yang sama sekali tidak terjaga kebersihannya. Air yang digunakannya pun sudah terlihat keruh dan tak layak.

5. Rumah Pemotongan Unggas (RPU) di Semanggi, Pasar Kliwon. Seperti Permasalahan Rumah Potong Unggas berskala kecil yang lain, Bangunan RPU ini terlihat tidak sesuai standar, tidak ada pemisah antara daerah kotor dan daerah bersih, tidak ada tempat untuk menggantung ayam saat dipotong, tidak terlihat tempat pengolahan limbah dan masih banyak lagi.

6. Pada gambar di samping adalah tempat pencabutan  ayam potong yang lokasinya berada di luar pasar. Namun tempat ini kurang layak, prosesnya tidak higienis dan tidak ada fasilitas limbah, terutama air bekas pencucian.

7. Sejumlah pedagang ayam di Jakarta masih melakukan aktivitas penampungan dan pemotongan ayam di area pasar. Hal ini setidaknya terdapat di Pasar Lokbin Meruya Ilir, Jalan Meruya Ilir, Kembangan, Jakarta Barat.

14

Page 15: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

Gambar Lain yang Memperlihatkan Penyimpangan pada Rumah Potong Unggas

15

Page 16: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

BAB IIIPENUTUP

III. 1 . Kesimpulan

Rumah Potong Unggas adalah komplek bangunan dengan disain dan konstruksi  khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong Unggas atau ayam bagi konsumsi masyarakat umum.

Rumah Potong Unggas yang baik adalah Rumah Potong yang berasaskan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, Halal). Maka dari itu Rumah Potong Unggas harus memiliki standarisasi yang berasaskan SNI (Standar Nasional Indonesia), baik bangunan maupun pengolahan dagingnya.

Banyak pelanggaran yang terjadi dimasyarakat terlebih rumah potong yang berskala kecil.

III.2. Saran1. Sebaiknya membeli ayam di tempat yang terpercaya dan terjaga

kebersihannya.2. Pemerintah harusnya menertibkan lapak lapak pemotongan ayam yang

tidak sesuai dengan standarisasi dan jauh dari kehigienisan.3. Harusnya di adakan pembekalan kepada masyarakat mengenai kesehatan

dan kelayakan daging ayam.

16

Page 17: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2012. Manajemen Bisnis Dirumah Pemotongan. (Online). http://sukahatipemasaranlokal.blogspot.com/2012/02/manajemen-bisnis-di-rumah-pemotongan.html

Anonimous. 2012. Makalah Manajemen Ternak. (Online). http://rangkaianhatierlin.blogspot.com/2012/11/makalah-manajemen-ternak-unggas.html

Anonimous. 2013. Proposal Penerapan Analisa Usaha. (Online). http://c31121142.blogspot.com/2013/07/proposal-penerapan-analisa-usaha.html

Bolton, DJ, Doherty, AM, Sherudan, JJ. 2001. Beef HACCP: intervention and non-intervention systems. Int J Food Microbiol 66: 119-129.

Dewan Standarisasi Nasional. 1995. SNI 01-3924-1995 tentang Mutu Karkas dan Daging Ayam Pedaging. Departemen Pertanian, Jakarta.

Dewan Standarisasi Nasional. 1999. SNI 01-6160-1999 tentang Rumah Pemotongan Unggas. Departemen Pertanian, Jakarta.

Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian. 2003. Buku Statistik Peternakan Tahun 2003. Jakarta: Departemen Pertanian.

Iwan Berri Prima dkk. Laporan Koas Daerah Bidang RPH/RPU dan Kedinasan-FKH IPB.

17

Page 18: RPU RUMAH POTONG UNGGAS

18