Robby Eriend (0910912021)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Akhir Teknik Mesin bidang Material Teknik

Citation preview

  • TUGAS AKHIR

    POTENSI PENYAMBUNGAN ANTARA AA 5052 DENGAN AISI 1045

    MENGGUNAKAN FREE VACUUM DIFFUSION BONDING

    DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SYARAT KELULUSAN PENDIDIKAN TINGKAT STRATA I

    PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UNIVERSITAS ANDALAS

    Oleh:

    Nama : Robby Eriend

    No. BP : 0910912021

    JURUSAN TEKNIK MESIN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS ANDALAS

    PADANG

    2014

  • Untaian nasihat, dorongan semangat, dan doa yang tiada henti

    Yang menguatkan secercah harapan ketika rintangan datang

    Sehingga untaian kata ini tersusun rapi menjadi sebuah karya

    Yang dipersembahkan untuk ayah, ibu, dan kakak.

  • ABSTRAK

    Penyambungan untuk logam - logam yang berbeda jenis banyak digunakan untuk

    komponen komponen yang membutuhkan kedua sifat dari logam yang disambung. Friction

    welding merupakan salah satu contoh dari proses pengelasan padat yang digunakan untuk

    penyambungan logam yang berbeda jenis. Beberapa kelemahan dari hasil sambungan

    friction welding ini masih ditemui diantaranya, terjadinya perubahan dimensi dari hasil

    sambungan, perlunya proses penyelesaian lanjutan setelah proses penyambungan,

    terdapatnya logam yang terbuang pada proses penyambungan, serta tidak fleksibel pada

    beberapa kondisi sambungan yang membutuhkan ketelitian tinggi. Penyambungan presisi

    untuk komponen-komponen yang membutuhkan ketelitian tinggi hanya bisa dilakukan

    dengan penyambungan difusi. Berhubung proses penyambungan difusi membutuhkan

    peralatan yang mahal serta biaya produksi yang tinggi (listrik dan waktu proses), maka

    penyambungan difusi dengan tungku perlakuan panas menjadi menarik untuk digunakan.

    Perlindungan proses pada penyambungan difusi menggunakan tungku perlakuan panas bisa

    dilakukan dengan mengalirkan gas pelindung argon untuk menekan induksi oksigen ke

    daerah sambungan. Proses penyambungan ini biasa dikenal sebagai free vacuum diffusion

    bonding. Ketersambungan logam berbeda jenis dengan free vacuum diffusion bonding ini

    perlu di amati dan diteliti.

    Material yang digunakan pada penelitian ini adalah aluminium AA 5052 baja AISI

    1045. Tekanan kontak pada sambungan diberikan melalui hydraulic press sebesar 94 MPa

    dengan temperatur pemanasan yang diatur pada tungku perlakuan panas sebesar 490oC.

    Debit aliran gas pelindung digunakan sebagai variasi pengujian yaitu tanpa argon, argon

    aliran 1 liter/menit (lpm), dan argon aliran 3 liter/menit (lpm).

    Hasil sambungan yang didapatkan antara AA 5052 AISI 1045 menggunakan

    metode free vacuum diffusion bonding dengan tiga buah variasi aliran gas argon masih

    belum baik, dimana hanya pada variasi argon aliran 1 liter/menit (lpm) dan argon aliran 3

    liter/menit (lpm) yang tersambung. Tidak baiknya ketersambungan yang terjadi pada 3

    variasi yang diujikan ini, disebabkan karena distribusi difusi atom yang tidak merata pada

    permukaan sambungan serta kecilnya persentase difusi yang terjadi antar material.

    Kata kunci : free vacuum diffusion bonding, Variasi debit aliran gas pelindung, Hasil

    sambungan, Distribusi difusi atom pada permukaan sambungan, dan Persentase difusi.

  • i

    KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena dengan

    rahmat dan anugrah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul Potensi

    Penyambungan antara AA 5052 dengan AISI 1045 Menggunakan Free Vacuum

    Diffusion Bonding. Salawat beriring salam kepada Rasulullah SAW.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis berikan kepada kedua orang

    tua tercinta, serta seluruh keluarga yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis. Pada

    kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Kedua Orang tua penulis yang selalu memberikan doa dan semangat dalam

    menyelesaikan tugas akhir.

    2. Bapak Prof. Dr.-Ing. H. Hairul Abral, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

    Andalas.

    3. Bapak Dr. Ir. H. Is Prima Nanda, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Fakultas Teknik Universitas Andalas sekaligus sebagai pembimbing akademik.

    4. Bapak Dr Eng. Jon Affi dan Bapak Dedison Gasni, Ph.D, selaku pembimbing

    tugas akhir yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan motivasi,

    dorongan, dan bimbingan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebaik

    mungkin.

    5. Kelompok diffusion bonding serta semua teman-teman penulis yang telah setia

    menemani penulis dalam susah dan senang.

    Untuk semua bantuan dan bimbingan di atas penulis berharap dapat menjadi amal

    ibadah disisi Allah SWT dengan pahala yang berlipat ganda, Aamiin.

    Tugas Akhir ini juga masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan

    kritik dan saran dari seluruh pembaca. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat.

    Padang, 23 Juni 2014

    Robby Eriend

  • ii

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PENGESAHAN

    LEMBAR PENETAPAN TUGAS AKHIR

    KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

    DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv

    DAFTAR TABEL ............................................................................................. vi

    DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................vii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

    1.2 Tujuan ........................................................................................................... 2

    1.3 Manfaat ......................................................................................................... 2

    1.4 Batasan Masalah ........................................................................................... 2

    1.5 Sistematika Penulisan ................................................................................... 3

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Diffusion Bonding ........................................................................................ 4

    2.2 Mekanisme Difusi Atom ............................................................................... 4

    2.2.1 Difusi Interstisi ..................................................................................... 5

    2.2.2 Difusi Vacancy ..................................................................................... 5

    2.2.3 Difusi Substitusi ................................................................................... 6

    2.3 Mekanisme Diffusion Bonding ...................................................................... 6

    2.4 Parameter Proses ........................................................................................... 7

    2.5 Material Uji ................................................................................................... 8

    2.5.1 Aluminum ............................................................................................. 9

    2.5.2 Ferro ..................................................................................................... 9

    2.6 Kelebihan dan Kekurangan Diffusion Bonding .......................................... 10

    2.7 Gas Pelindung ............................................................................................... 11

    2.8 Polishing ....................................................................................................... 12

  • iii

    BAB III METODOLOGI

    3.1 Metode Penelitian.......................................................................................... 13

    3.2 Parameter Penelitian...................................................................................... 13

    3.3 Prosedur Penelitian........................................................................................ 14

    3.4 Alat dan Bahan .............................................................................................. 16

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengamatan Ketersambungan antara AA 5052 AISI 1045 ........................ 24

    4.2 Pengamatan Struktur Mikro Permukaan Sambungan ................................... 26

    4.3 Penghitungan Luas Area Difusi Pada Permukaan Sambungan..................... 29

    BAB V PENUTUP

    5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 32

    5.2 Saran .............................................................................................................. 32

    DAFTAR PUSTAKA

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Difusi Interstisi[2]

    ........................................................................ 5

    Gambar 2.2 Difusi Vacancy[2]

    ........................................................................ 5

    Gambar 2.3 Difusi Subtitusi[3]

    ........................................................................ 6

    Gambar 2.4 Mekanisme Diffusion Bonding[4]

    ................................................ 7

    Gambar 2.5 Gas Pelindung Argon ( Ar ) ........................................................ 11

    Gambar 2.6 Serbuk Alumina ( Al2O3 ) ........................................................... 12

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian .............................................................. 14

    Gambar 3.2 Mesin Poles ................................................................................. 17

    Gambar 3.3 Mesin Penggiling ........................................................................ 18

    Gambar 3.4 Hair Dryer .................................................................................. 19

    Gambar 3.5 Hydraulic Press .......................................................................... 19

    Gambar 3.6 Furnance ..................................................................................... 20

    Gambar 3.7 Mikroskop Stereo........................................................................ 21

    Gambar 3.8 Mikroskop Optik ......................................................................... 22

    Gambar 3.9 Particle Size Analyzer ................................................................. 23

    Gambar 4.1 Tiga Buah Variasi Pengujian Free Vacuum Diffusion Bonding

    antara AA 5052 AISI 1045 ...................................................... 24

    Gambar 4.2 Area Difusi pada Permukaan AA 5052 dan AISI 1045 untuk

    3 Variasi Pengujian ..................................................................... 25

    Gambar 4.3 Area Difusi pada AA 5052 Menggunakan Mikroskop Stereo

    0.63x dengan Variasi (a) Tanpa Argon, (b) Argon 1, dan (c)

    Argon 3 ....................................................................................... 26

    Gambar 4.4 Area Difusi pada AISI 1045 Menggunakan Mikroskop Stereo

    0.63x dengan Variasi (a) Tanpa Argon, (b) Argon 1, dan (c)

    Argon 3 ....................................................................................... 27

    Gambar 4.5 Hasil dari Mikroskop (a) Stereo 0.63x, (b) Optik 15x dan (c)

    Optik 50x .................................................................................... 28

    Gambar 4.6 Identifikasi dan Hasil Penghitungan Luas Area Difusi Variasi

    Argon 0 ....................................................................................... 29

  • v

    Gambar 4.7 Grafik Persentase Difusi pada Sambungan AA 5052 AISI

    1045 untuk 3 Variasi Pengujian .................................................. 30

  • vi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Sifat fisik AA 5052[5][6][10]

    ............................................................... 9

    Tabel 2.2 Sifat fisik AISI 1045[6][7]

    ................................................................. 10

  • vii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran A Karakteristik Baja AISI 1045 dan Aluminum AA 5052 ............ A1

    Lampiran B Penghitungan Tekanan yang Diberikan ..................................... B7

    Lampiran C Hasil Penghitungan Luas Area Difusi Melalui Opensource

    Program ImageJ ......................................................................... C9

    Lampiran D Hasil Penghitungan Persentase Difusi ....................................... D13

    Lampiran E Hasil Particle Size Analyzer Alumina ........................................ E15

  • Tugas Akhir Pendahuluan

    Robby Eriend (0910912021) 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Penyambungan logam yang berbeda jenis banyak digunakan untuk

    komponen - komponen yang membutuhkan kedua sifat dari logam yang disambung.

    Namun penyambungan logam yang berbeda jenis untuk saat ini tidak dapat dilakukan

    melalui metode pengelasan secara konvensional, oleh karena itu diperlukan suatu

    metode penyambungan dua buah logam yang berbeda jenis dengan tujuan untuk

    mendapatkan kedua sifat dari logam yang disambung pada daerah sambungan. Salah

    satu contohnya adalah metode penyambungan friction welding pada subframe mobil,

    dimana terdapat penyambungan yang memanfaatkan kekuatan dari steel serta berat

    yang ringan dari aluminum. Namun pada proses penyambungan friction welding

    terdapat beberapa kelemahan seperti, terjadi perubahan dimensi dari hasil sambungan,

    diperlukanya proses penyelesaian lanjutan setelah proses penyambungan, serta

    terdapatnya logam yang terbuang pada saat proses peyambungan. Oleh karena itu

    digunakan variant dari metode diffusion bonding, yaitu free vacuum diffusion bonding

    yang dapat meminalisir kelemahan tersebut serta lebih murah dalam biaya

    pengerjaan.

    Gas pelindung merupakan suatu parameter pendukung pada proses

    penyambungan, dimana gas pelindung berfungsi untuk melindungi daerah

    sambungan serta meminimalisir terjadinya lapisan oksida yang terjadi pada beberapa

    logam. Contohnya pada proses penyambungan yang menggunakan logam aluminum,

    dimana pada permukaan logam aluminum akan terbentuk lapisan oksida ketika

    berinteraksi dengan oksigen. Lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan logam

    aluminum bersifat protektif dari korosi yang merusak, namun dengan terbentuknya

    lapisan oksida pada permukaan logam aluminum mengakibatkan tidak baiknya hasil

    sambungan yang didapatkan dari proses penyambungan menggunakan free vacuum

    diffusion bonding. Hal ini dikarenakan pada proses free vacuum diffusion bonding

  • Tugas Akhir Pendahuluan

    Robby Eriend (0910912021) 2

    memanfatkan migrasi atom pada proses penyambungan, adanya lapisan oksida yang

    terbentuk pada permukaan logam aluminum mengakibatkan atom membutuhkan

    energi vibrasi yang lebih untuk menembus lapisan oksida. Oleh karena itu diharapkan

    dengan meningkatnya aliran gas pelindung pada proses free vacuum diffusion

    bonding dapat lebih meminimalisir lapisan oksida yang terjadi, sehingga diharapkan

    ketersambungan antara aluminum dan steel akan lebih baik.

    1.2 Tujuan

    Mengamati ketersambungan pada permukaan sambungan AA 5052 AISI

    1045.

    Mengamati struktur mikro pada permukaan sambungan AA 5052 AISI

    1045.

    Mengidentifikasi dan menghitung luas area difusi pada permukaan

    sambungan AA 5052 AISI 1045.

    1.3 Manfaat

    Mengetahui dan memahami parameter parameter yang berperan penting

    dalam proses free vacuum diffusion bonding antara AA 5052 AISI 1045.

    Menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai free vacuum

    diffusion bonding antara AA 5052 AISI 1045.

    1.4 Batasan Masalah

    Hanya membahas potensi penyambungan free vacuum diffusion bonding

    untuk tiga buah variasi debit aliran gas pelindung yang diujikan.

    Kekasaran permukaan, laju aliran gas pelindung, dan pemberian tekanan

    pada saat proses penyambungan dianggap seragam.

    Tidak membahas tentang pemilihan kriteria material yang cocok dalam

    penyambungan.

  • Tugas Akhir Pendahuluan

    Robby Eriend (0910912021) 3

    1.5 Sistematika Penulisan

    Laporan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab, antara lain :

    1. Bab I Pendahuluan

    Menjelaskan mengenai latar belakang masalah, tujuan, manfaat, batasan

    masalah dan sistematika penulisan.

    2. Bab II Tinjauan Pustaka

    Menjelaskan mengenai definisi diffusion bonding, mekanisme difusi

    atom, mekanisme diffusion bonding, parameter proses dan jenis-jenis

    material yang dapat disambung, kelebihan dan keurangan, gas pelindung,

    dan polishing.

    3. Bab III Metodologi

    Menjelaskan mengenai metode penelitan, parameter penelitian, rincian

    kerja prosedur penelitian, serta alat dan bahan yang digunakan.

    4. Bab IV Hasil dan Pembahasan

    Memaparkan dan menganalisis data-data yang didapatkan dari hasil

    pengujian.

    5. Bab V Penutup

    Menjelaskan mengenai kesimpulan akhir penelitian dan saran-saran yang

    direkomendasikan berdasarkan pengalaman di lapangan untuk perbaikan

    proses pengujian selanjutnya.

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Diffusion Bonding

    Diffusion bonding merupakan suatu mekanisme penyambungan dua buah

    material dalam keadaan padat, dengan memanfaatkan mekanisme difusi pada atom

    pada proses penyambungan[1]

    . Mekanisme difusi atom yang terjadi pada diffusion

    bonding terdapat pada permukaan kontak antara material yang disambung dalam

    suatu penekanan dan pemberian temperatur pada kondisi tertentu, dimana temperatur

    yang diberikan berada di bawah titik leleh dari material yang akan disambung. Pada

    umumnya temperatur yang dipakai sekitar 0.5% dari titik leleh material yang akan

    disambung[1]

    , hal ini bertujuan agar tidak terjadinya perubahan fasa dari material

    yang akan disambung serta menjaga dimensi dari sambungan setelah proses

    penyambungan berlangsung.

    2.2 Mekanisme Difusi Atom

    Mekanisme difusi atom adalah suatu proses penting dalam free vacuum

    diffusion bonding, dimana mekanisme ini merupakan suatu proses transfer massa

    pada material yang disambung. Mekanisme difusi atom merupakan suatu proses

    migrasi atom yang disebabkan oleh pemanasan dan penekanan yang terjadi pada

    proses penyambungan. Migrasi atom yang terjadi pada free vacuum diffusion

    bonding, dikarenakan atom yang bergetar pada saat pemanasan, sehingga terciptanya

    ruang kosong pada material yang disambung. Ruang kosong yang terdapat pada

    logam baik itu dari cacat maupun dikarenakan oleh bergetarnya atom merupakan

    suatu media untuk terjadinya migrasi atom, sehingga logam yang akan disambung

    mengalami penguatan secara larut padat. Mekanisme difusi atom itu sendiri terbagi

    atas 3 macam mekanisme antara lain difusi interstisi, difusi vacancy, dan difusi

    subtitusi.

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 5

    2.2.1 Difusi interstisi

    Difusi interstisi terjadi apabila ukuran atom yang berpindah memiliki

    ukuran yang jauh lebih kecil dari atom induknya. Dimana perbedaan diameter atom

    induk lebih besar 0.15 kali dari diameter atom intertisi. Mekanisme difusi interstisi

    terlihat pada Gambar 2.1.

    Gambar 2.1 Difusi interstisi[2]

    .

    Pada Gambar 2.1 terlihat pergerakan dari atom intertstisi yang menyisip pada atom

    induk, dimana pergerakan dari atom iterstisi ini terjadi dikarenakan adanya celah

    diantara beberapa atom induk sehingga terdapat ruang kosong yang memungkinkan

    atom interstisi untuk menyusup ke ruang kosong diantara atom induk tersebut.

    2.2.2 Difusi vacancy

    Difusi vacancy terjadi apabila terdapat kekosongan atom pada suatu susunan

    atom dari suatu material, dimana menyebabkan kecenderungan atom bergerak

    mengisi kekosongan tersebut. Mekanisme difusi vacancy terlihat pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Difusi vacancy[2]

    .

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 6

    Pada Gambar 2.2 terlihat pergerakan dari atom, baik itu atom induk maupun atom

    pengganti menuju ke daerah kosong yang terdapat pada suatu susunan atom dari

    suatu material. Pergerakan atom mengisi daerah kosong ini dikenal dengan difusi

    vacancy.

    2.2.3 Difusi substitusi

    Difusi substitusi terjadi apabila atom yang berpindah memiliki ukuran yang

    relatif sama dengan atom induknya. Mekanisme difusi subtitusi terlihat pada

    Gambar 2.3.

    Gambar 2.3 Difusi substitusi[3]

    .

    Pada Gambar 2.3 terlihat pertukaran antar atom induk dengan atom pengganti. Atom

    substitusi dapat berpindah jika disekitarnya terdapat kekosongan dan energi

    vibrasi atom yang cukup untuk melewati energi hambatan atom tetangga.

    2.3 Mekanisme Diffusion Bonding

    Diffusion bonding pada dasarnya merupakan suatu proses penyambungan

    antara dua buah material secara padat yang diakibatkan oleh migrasi atom. Proses

    difusi atom terjadi pada asperity di permukaan material yang menjadi kontak awal

    pada saat material mengalami penekanan. Mekanisme diffusion bonding terbagi atas

    4 tahapan yang diawali dengan kontak pada asperity, deformasi plastis lokal pada

    asperity, deformasi pada batas butir, dan diakhiri dengan deformasi pada tahap

    volume.

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 7

    Adapun mekanisme penyatuan permukaan dapat terlihat pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Mekanisme Diffusion Bonding[4]

    .

    Pada Gambar 2.4 (a), terlihat dua buah permuakaan material dimana terdapat

    beberapa asperity sebagai titik kontak awal dari proses diffusion bonding. Tahap

    selanjutnya pada Gambar 2.4 (b), merupakan deformasi tahap pertama dimana

    deformasi ini terjadi pada permukaan asperity. Deformasi yang terjadi berupa

    deformasi plastis dan berlanjut dengan efek creep yang terjadi pada saat pemanasan,

    dimana deformasi plastis pada permukaan asperity ini menyebakan bertambahnya

    area permukaan yang berkontak antara material.

    Pada Gambar 2.4 (c), merupakan deformasi tahap kedua dimana deformasi

    yang terjadi pada atom di batas butir, dimana pada tahap ini terjadi migrasi baik

    dalam batas butir atau atom pada batas butir yang bermigrasi antara material. Tahap

    selanjutnya pada Gambar 2.4 (d), merupakan deformasi tahap ketiga dimana

    deformasi pada skala volume dari atom ini terjadi migrasi menuju celah kosong pada

    permukaan material atau daerah void yang terdapat pada permukaan material.

    2.4 Parameter Proses

    Parameter proses merupakan kumpulan variabel yang berpengaruh dalam

    berlangsungnya proses free vacuum diffusion bonding. Parameter proses ini dapat

    dijadikan acuan dalam pelaksanaan proses penyambungan free vacuum diffusion

    bonding yang akan dilakukan.

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 8

    Parameter - parameter yang berpengaruh terhadap hasil free vacuum diffusion

    bonding pada penelitian ini antara lain :

    a) Temperatur

    b) Tekanan

    c) Kondisi permukaan material

    d) Waktu

    e) Gas Pelindung

    Temperatur dan tekanan merupakan parameter yang mempengaruhi terjadinya

    perpindahan atom dan menjaga agar tidak terjadi perubahan bentuk pada hasil

    sambungan free vacuum diffusion bonding. Sedangkan kondisi permukaan material

    mempengaruhi luas area kontak pada sambungan jika kondisi permukaan material

    halus, maka kualitas sambungan akan lebih baik dikarenakan semakin banyaknya

    area difusi pada permukaan material.

    Pada beberapa material memiliki sifat protektif yang menciptakan lapisan

    oksida ketika mengalami interaksi dari luar. Parameter gas pelindung ini berperan

    penting pada free vacuum diffusion bonding untuk material yang memiliki lapisan

    oksida pada permukaan. Pengunaan gas pelindung ini bertujuan untuk meminimalisir

    lapisan oksida yang dihasilkan oleh material, sehingga meningkatkan atom yang

    berdifusi pada proses free vacuum diffusion bonding.

    2.5 Material Uji

    Ada beberapa material yang dapat disambung yaitu antara lain Titanium,

    Steel, Cuprum, Aluminum, Nickel, dan masih banyak lagi material yang dapat

    disambung dengan metode diffusion bonding. Contoh material yang dapat disambung

    seperti :

    a) Titanium - Aluminum

    b) Aluminum - Cuprum

    c) Titanium - Nickel

    d) Steel Cuprum

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 9

    2.5.1 Aluminum

    Aluminum dalam tabel periodik memiliki lambang Al dengan nomor atom 13

    dan titik leleh antara (568.3 638)oC. Aluminum merupakan material dengan

    konduktifitas listrik dan thermal yang baik, ringan, serta tahan akan korosi, biasanya

    aluminum digunakan pada kabel bertegangan tinggi dan badan pesawat terbang. Sifat

    tahan korosi dari aluminum diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida pada

    permukaan aluminum. Lapisan ini membuat Al tahan korosi namun sukar dilas

    dikarenakan perbedaan titik leleh antara permukaan Al dengan permukaan lapisan

    oksida, dimana aluminum pada umumnya meleleh pada temperatur 600C dan

    aluminum oksida melebur pada temperatur 2000C.

    Aluminum yang akan digunakan adalah AA 5052 dengan komposisi 2.5%

    magnesium dan 0.25% chromium yang dapat dilihat pada Lampiran A. Sifat fisik AA

    5052 terlihat pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Sifat fisik AA 5052[5][6][10]

    .

    Jari Jari Atom 0.118 nm

    Tegangan Yield 89.6 MPa

    Titik Leleh (568.3 638)C

    Dimensi 24 x 12 x 4 mm

    Pada Tabel 2.1 dapat dilihat beberapa sifat fisik dari AA 5052 yang berperan penting

    dalam proses free vacuum diffusion bonding, dimana tegangan yield dan titik leleh

    menjadi parameter utama untuk menentukan tekanan serta temperatur yang akan

    diberikan pada proses penyambungan di penelitian ini.

    2.5.2 Ferro

    Ferro merupakan salah satu logam yang banyak dijumpai dalam kehidupan

    sehari hari, hal ini dikarenakan pada lapisan kerak bumi, ferro termasuk beberapa

    logam yang memiliki persentase yang cukup besar. Ferro dalam tabel periodik

    memiliki lambang Fe dengan nomor atom 26 serta titik leleh pada (1370 1400)C.

    Ferro juga memiliki beberapa kekurangan salah satunya adalah mudah mengalami

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 10

    korosi, namun dengan sifat dari ferro yang mudah dimodifikasi menyebabkan hal ini

    dapat diatasi.

    Ferro yang akan digunakan tergolong dalam Steel dengan tipe AISI 1045,

    memiliki kandungan karbon sekitar (0.43 0.5)% yang dapat dilihat pada Lampiran

    A, serta titik leleh kurang lebih 1370oC. Mempunyai sifat mampu tempa, daya hantar

    listrik, konduktor, serta sifat mampu las yang baik. Sifat fisik AISI 1045 ditunjukan

    pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2 Sifat fisik AISI 1045[6][7]

    .

    Jari Jari Atom 0.156 nm

    Tegangan Yield 1034 MPa

    Titik Leleh (1370 1400)C

    Dimensi 24 x 12 x 7 mm

    Pada Tabel 2.2 dapat dilihat beberapa sifat fisik dari AISI 1045 yang berperan

    penting dalam proses free vacuum diffusion bonding, dimana tegangan yield dan titik

    leleh menjadi parameter utama untuk menentukan tekanan serta temperatur yang akan

    diberikan pada proses penyambungan di penelitian ini.

    2.6 Kelebihan dan Kekurangan Diffusion Bonding

    a) Kelebihan

    Beberapa kelebihan dari proses diffusion bonding antara lain adalah:

    Sambungan yang dihasilkan hampir menyerupai logam induk, distorsi

    yang terjadi minimum, dan dapat melakukan pengelasan pada paduan

    yang berbeda yang tidak dapat dilakukan pada pengelasan fusi[8]

    .

    Pada diffusion bonding juga tidak perlu adanya material yang mengalami

    pelelehan atau terbuang dan beberapa cacat yang terjadi pada las fusi

    hampir tidak terlihat pada proses diffusion bonding.

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 11

    b) Kekurangan

    Beberapa kekurangan dari proses diffusion bonding antara lain adalah:

    Pada umumnya siklus pemanasan yang diperlukan lebih lama

    dibandingkan dengan pengelasan konvensional, biaya peralatan dan

    bahan yang cukup mahal, non destructive test untuk quality assurance

    pada proses diffusion bonding masih belum tersedia dan permukaan

    material yang akan disambung harus sesuai ukuranya dengan material

    pasanganya agar proses diffusion bonding berlangsung maksimal[8]

    .

    Perlunya Persiapan khusus pada beberapa material yang cenderung

    menghasilkan lapisan oksida saat mengalami interaksi dengan pengaruh

    luar.

    2.7 Gas Pelindung

    Gas pelindung merupakan salah satu faktor yang mendukung proses diffusion

    bonding berjalan dengan baik, terutama pada material yang memiliki sifat cenderung

    menghasilkan lapisan oksida pada permukaan material. Contohnya pada aluminum

    yang membentuk lapisan oksida ketika mengalami interaksi dengan oksigen, lapisan

    oksida yang terjadi akan menghambat terjadinya proses difusi atom antar material.

    Gas pelindung yang digunakan terlihat pada Gambar 2.5.

    Gambar 2.5 Gas Pelindung Argon (Ar).

  • Tugas Akhir Tinjauan Pustaka

    Robby Eriend (0910912021) 12

    Pada Gambar 2.5 dapat dilihat gas pelindung yg digunakan, dimana pada penelitian

    free vacuum diffusion bonding antara AA 5052 AISI 1045 ini menggunakan gas

    argon. Gas Argon merupakan suatu gas yang memiliki unsur yang stabil sehingga

    cenderung tidak bereaksi dengan unsur lain, hal ini dikarenakan gas argon tergolong

    pada bagian gas mulia (VIII) yang memiliki konfigurasi elektron yang telah terisi

    penuh.

    2.8 Polishing

    Polishing merupakan salah proses yang bertujuan untuk menghaluskan

    permukaan material setelah dilakukan proses pengamplasan. Pada tahap Polishing ini

    menggunakan senyawa kimia sebagai material abrasif, dimana senyawa kimia yang

    akan digunakan pada penelitian kali ini adalah alumina atau yang lebih dikenal

    dengan nama aluminum oksida. Serbuk alumina yang akan digunakan terlihat pada

    Gambar 2.6.

    Gambar 2.6 Serbuk Alumina (Al2O3).

    Pada Gambar 2.6 dapat dilihat alumina yang digunakan, alumina memiliki kekerasan

    yang cukup baik sehingga dapat digunakan sebagai material abrasif. Semakin kecil

    ukuran partikel dari serbuk alumina yang digunakan, maka hasil polishing yang akan

    didapatkan pada permukaan material semakin baik.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 13

    BAB III

    METODOLOGI

    3.1 Metode Penelitian

    Metode yang akan dilakukan pada penelitian ini merupakan tahap lanjut dari

    bimbingan dan tinjauan pustaka yang telah dilakukan. Metode penyambungan yang

    digunakan adalah free vacuum diffusion bonding, dimana pada penelitian free vacuum

    diffusion bonding ini akan dilakukan beberapa tahapan. Pertama persiapan spesimen

    penelitian baik dari segi alat maupun bahan, dilanjutkan dengan proses free vacuum

    diffusion bonding, lalu sebagai akhir dari penelitian dilakukan identifikasi dan

    penghitungan luas area difusi pada sambungan AA 5052 dengan AISI 1045.

    Penelitian ini dilakukan di jurusan Teknik Mesin Universitas Andalas.

    3.2 Parameter Penelitian

    Pada penelitian ini akan divariasikan debit aliran gas argon pada proses

    penyambungan AA 5052 dengan AISI 1045. Sebelum proses penyambungan

    dilakukan diperlukan penentuan parameter yang mendukung proses free vacuum

    diffusion bonding tersebut nantinya. Parameter penelitian tersebut antara lain

    Alumina Polishing = (0.1 0.4) m

    Pengamplasan = Bertahap dari (100, 500, 800, 1500, sampai 2000)

    Tekanan = 94 MPa

    Temperatur = 490oC

    Holding = 60 min

    Variasi debit aliran = tanpa gas argon (argon 0), argon aliran 1 (argon1),

    dan argon aliran 3 (argon 3) liter per menit.

    Penghitungan tekanan yang diberikan pada proses free vacuum diffusion bonding

    dapat dilihat pada Lampiran B.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 14

    3.3 Prosedur Penelitian

    Diagram alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

    Gambar 3.1 Diagram alir penelitian.

    Penyiapan spesimen

    Proses free vacuum

    diffusion bonding dan

    pengamatan sambungan

    Penghitungan luas area

    difusi

    Penyiapan alat dan bahan

    Mulai

    Selesai

    Pengamplasan bertahap 100, 500, 800, 1500,

    dan 2000 mesh.

    Pemolesan menggunakan serbuk alumina 0.1

    0.4 mikro meter

    Pemasangan spesimen AA 5052 dan AISI

    1045 yang telah di poles pada penjepit

    Penekanan spesimen

    Pemanasan spesimen di dalam furnance

    Pengamatan permukaan sambungan

    menggunakan mikroskop stereo

    Pengamatan permukaan sambungan

    menggunakan mikroskop optik

    Identifikasi area difusi

    Penghitungan luas area difusi

    Analisa

    Laporan

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 15

    Pada Gambar 3.1 dapat dilihat diagram alir dari penelitian menggunakan metode free

    vacuum diffusion bonding, dimana pada diagram alir dapat dilihat 3 bagian tahapan

    dari proses free vacuum diffusion bonding yang akan di lakukan. 3 bagian tahapan itu

    antara lain.

    Penyiapan Spesimen Penelitian

    Adapun langkah langkah pada penyiapan spesimen penelitian sebagai

    berikut:

    1. Pemotongan material dalam bentuk bulk menjadi ukuran (24 x 12 x 4) mm

    untuk AA 5052 dan (24 x 12 x 7) mm untuk AISI 1045.

    2. Proses sizing tahap pertama untuk alumina menggunakan nanomiling

    dengan parameter antara lain diameter bola 10 mm sebanyak 10 buah,

    selama 60 menit dalam dua kali putaran.

    3. Proses sizing tahap kedua untuk alumina menggunakan nanomiling dengan

    parameter antara lain diameter bola 5 mm sebanyak 60 buah, selama 60

    menit dalam dua kali putaran.

    4. Pengamatan ukuran serbuk alumina menggunakan Particle Size Analyzer.

    Proses Diffusion bonding dan Pengamatan Sambungan

    Adapun langkah langkah pada proses diffusion bonding dan pengamatan

    sambungan sebagai berikut:

    1. Pengamplasan AISI 1045 untuk variasi tanpa argon secara bertahap dari

    100, 500, 800, 1000, 1500, sampai 2000 mesh.

    2. Pengamplasan AA 5052 untuk variasi tanpa argon secara bertahap dari

    100, 500, 800, 1000, 1500, sampai 2000 mesh.

    3. Polishing AISI 1045 dilanjutkan dengan Polishing AA 5052 menggunakan

    serbuk alumina ukuran (0.1 - 0.4) m.

    4. Pegaturan letak spesimen pada klem di lanjutkan dengan pemberian

    penekanan sebesar 94 MPa menggunakan mesin hydraulic press.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 16

    5. Pengaturan temperatur 490oC dan lama penahanan 60 min serta proses

    pemanasan menggunakan tungku Nabertherm.

    6. Pendinginan spesimen setelah proses pemanasan selesai.

    7. Ulangi langkah 1 6 untuk variasi argon dengan aliran 1 dan aliran 3.

    8. Pengamatan sambungan untuk tiap variasi menggunakan mikroskop stereo.

    9. Pengambilan gambar sambungan dengan perbesaran 15x dan 50x untuk

    tiap variasi menggunakan mikroskop optik.

    Penghitungan Luas Area Difusi

    Adapun langkah langkah pada penghitungan luas area difusi sebagai berikut:

    1. Identifikasi gambar yang memiliki banyak informasi terhadap permukaan

    sambungan yang mengalami difusi.

    2. Proses penghitungan luas area difusi pada permukaan sambungan

    menggunakan opensource program ImageJ sebagai alat bantu dengan

    memanfaatkan metode pixel.

    3. Penghitungan persentase difusi

    % 100%LuasAreaDifusi

    Difusi xLuasAreaPermukaan

    3.1

    3.4 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian free vacuum diffusion bonding

    ini antara lain,

    A. Mesin Poles

    Untuk menghaluskan spesimen AA 5052 dan AISI 1045 sebelum

    disambungkan dengan metode free vacuum diffusion bonding maka

    diperlukan proses polishing dengan bantuan alumina (0,1 - 0.4) m

    menggunakan mesin poles yang dapat dilihat pada Gambar 3.2.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 17

    Spesifikasi alat sebagai berikut :

    o Merek : Nanofin

    o No Mesin : 644$27

    o Power Supply : 240 V

    o Frekuensi : 50 Hz

    Gambar 3.2 Mesin poles.

    Pada Gambar 3.2 dapat dilihat mesin poles dengan merek Nanofin, dimana

    prinsip kerja dari mesin poles ini dengan memanfaatkan putaran dari dudukan

    yang berbentuk lingkaran untuk proses grinding dan polishing dari material.

    B. Mesin Penggiling

    Untuk menghaluskan alumina sampai ukuran 0,1 0.4 m digunakan

    mesin penggiling yang dapat dilihat pada Gambar 3.3.

    Spesifikasi alat sebagai berikut :

    o Merek : Nano mill Fritsch

    o Negara pembuat : Jerman

    o Daya : 1100 W

    o Frekuensi : 50/60 Hz

    o Arus : 10 A

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 18

    Gambar 3.3 Mesin penggiling.

    Pada Gambar 3.3 dapat dilihat mesin penggiling dengan merek Nano Mill,

    dimana prinsip kerja dari Nano Mill ini memanfaatkan putaran dari chamber

    yang berisi material yang akan di giling serta bola penggiling dengan ukuran

    tertentu.

    C. Hair Dryer

    Hair dryer merupakan suatu alat bantu yang digunakan untuk

    mengeringkan permukaan AA 5052 dan AISI 1045 setelah dibersihkan dari

    pengotor dengan menggunakan alkohol, Variant dari hair dryer yang

    digunakan pada penelitian ini adalah Kirin yang dapat dilihat pada Gambar

    3.4.

    Spesifikasi alat sebagai berikut :

    o Merek : Kirin

    o Model : KHD - 2503

    o Daya : 400 W

    o Power Supply : 220 V

    o Frekuensi : 50 Hz

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 19

    Gambar 3.4 Hair dryer.

    D. Alat Uji Tekan

    Alat yang digunakan untuk menyatukan titik kontak pada AA 5052 dan

    AISI 1045 dengan memberikan pembebanan sebelum terjadinya proses difusi

    menggunakan alat uji tekan yang dapat dilihat pada Gambar 3.5.

    Spesifikasi alat sebagai berikut :

    o Jenis : Hydraulic Press

    o Kapasitas : 75 Ton

    Gambar 3.5 Hydraulic press.

    Pada Gambar 3.5 dapat dilihat alat uji tekan dengan jenis hydraulic press,

    dimana prinsip kerjanya memanfaatkan hidrolik dalam pemberian beban tekan

    kepada spesimen pengujian.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 20

    E. Furnance

    Alat yang digunakan untuk tempat memanaskan AA 5052 dan AISI 1045

    setelah diberi pembebanan dengan menggunakan furnance yang dapat dilihat

    pada Gambar 3.6.

    Spesifikasi alat sebagai berikut :

    o Merek : Nabertherm

    o Negara pembuat : Jerman

    o Tipe : L 9/11/SKM

    o Temperatur Max : 1100 C

    o Peredaman panas dari empat sisi dengan peredam keramik.

    Gambar 3.6 Furnance.

    Pada Gambar 3.6 dapat dilihat furnance dengan merek Nabertherm, dimana

    pengaturan pemanasan secara digital serta dilengkapi empat sisi peredam

    panas berupa keramik (batu tahan api) dan lubang masukan untuk gas

    pelindung pada sisi belakang.

    F. Mikroskop Stereo

    Untuk melihat bentuk ketersambungan pada permukaan sambungan AA

    5052 AISI 1045 digunakan mikroskop stereo yang dapat dilihat pada

    Gambar 3.7.

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 21

    Spesifikasi alat uji sebagai berikut:

    o Merek :Olympus Yamata

    o Negara pembuat : Jepang

    o Model : SZX10.

    o Daya : 150 W

    o Power Supply : 220-240 V

    Gambar 3.7 Mikroskop stereo.

    Pada Gambar 3.7 dapat dilihat mikroskop stereo dengan merek Olympus

    Yamata, dimana alat ini merupakan tahap awal dari pengamatan suatu

    spesimen sebelum dilanjutkan ke pengamatan selanjutnya menggunakan

    mikroskop optik.

    G. Mikroskop Optik

    Untuk melihat struktur mikro pada sambungan AA 5052 AISI 1045

    setelah proses free vacuum diffusion bonding digunakan mikroskop optik

    dapat dilihat pada Gambar 3.8.

    Spesifikasi alat uji sebagai berikut:

    o Merek :Olympus

    o Negara pembuat : Jepang

    o Model : GX71F

    o Daya : 150 W

    o Power Supply : 220-240 V

    o Frekuensi : 50/60Hz

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 22

    Gambar 3.8 Mikroskop optik.

    Pada Gambar 3.8 dapat dilihat mikroskop optik dengan merek Olympus,

    dimana pengamatan menggunakan alat ini dilakukan setelah melakukan

    pengamatan dengan mikroskop stereo. Hal ini dikarenakan mikroskop optik

    ini khusus untuk melihat lebih detail suatu titik pada spesimen dengan

    perbesaran yang besar dibandingkan dengan mikroskop stereo.

    H. Particle Size Analyzer

    Particle Size Analyzer merupakan suatu alat yang digunakan untuk

    mengidentifikasi ukuran dari serbuk alumina, variant produk particle size

    analyzer yang dipakai pada penelitian kali ini tergolong dalam analysette 22

    nanotech fritsch yang dapat dilihat pada Gambar 3.9.

    Spesifikasi alat uji sebagai berikut:

    o Merek :Analysette 22 Nanotech Fritsch

    o Negara pembuat : Jerman

    o Model : Nanotech Plus

    o Daya : 60 W

    o Frekuensi : 36 kHz

  • Tugas Akhir Metodologi

    Robby Eriend (0910912021) 23

    Gambar 3.9 Particle size analyzer.

    Pada Gambar 3.9 dapat dilihat particle size analyzer dengan Merek analysette

    22 nanotech fritsch, dimana prinsip kerja alat ini untuk mengidentifikasi

    ukuran dari partikel dengan memanfaatkan pantulan sinar laser. Dimana hasil

    dari pantulan tersebut akan teridentifikasi pada komputer server dan

    menghasilkan data perhitungan dari sampel yang dimasuukan. Hasil

    penghitungan alumina melalui particle size analyzer dapat dilihat pada

    Lampiran E.

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 24

    BAB IV

    Hasil dan Pembahasan

    4.1 Pengamatan Ketersambungan antara AA 5052 AISI 1045

    Pada penelitian ini proses free vacuum diffusion bonding dilakukan dengan 3

    buah variasi perlakuan, yaitu tanpa gas argon (argon 0) dan dengan menggunakan gas

    argon, dimana pada variasi dengan menggunakan gas argon terbagi lagi menjadi 2

    yaitu gas argon dengan aliran 1 lpm (argon 1) dan gas argon dengan aliran 3 lpm

    (argon 3). Hasil dari proses free vacuum diffusion bonding untuk tiga buah variasi

    perlakuan di atas dapat dilihat pada Gambar 4.1.

    Gambar 4.1 Tiga buah variasi pengujian free vacuum diffusion bonding antara AA 5052 AISI 1045.

    Pada Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa dari 3 buah variasi pengujian yang telah

    dilakukan, pada variasi argon 0 tidak tersambung dengan baik sehingga sambungan

    antara AA 5052 dengan AISI 1045 terlepas. Pada 2 variasi lainnya, pada argon 1dan

    argon 3 tersambung dengan baik.

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 25

    Hasil sambungan untuk variasi argon 1 dan argon 3, mengalami kegagalan

    pada saat pemotongan. Pada Gambar 4.2 memperlihatkan foto dari hasil permukaan

    sambungan untuk ketiga buah variasi yang dilakukan. Pada Gambar 4.2 lingkaran

    biru memperlihatkan area yang mengalami kontak antara AA 5052 dan AISI 1045,

    sedangkan lingkaran merah menunjukkan bagian yang mengalami difusi. Area yang

    mengalami kontak untuk ketiga variasi perlakuan berbeda-beda, hal ini disebabkan

    karena permukaan yang tidak rata pada beberapa bagian tepi dari permukaan. Dari

    gambar tersebut juga dapat dilihat bahwa tanpa pemberian gas argon akan

    memperkecil area yang mengalami difusi, hal ini disebakan karena tebalnya lapisan

    oksida yang terbentuk pada daerah tersebut yang menyebabkan sulitnya atom

    berdifusi antar material.

    Gambar 4.2 Area difusi pada permukaan AA 5052 dan AISI 1045 untuk 3 variasi pengujian.

    Pada variasi dengan menggunakan gas argon baik itu argon 1 maupun argon

    3 luas area yang berdifusi lebih luas dibandingkan dengan variasi argon 0. Hal ini

    disebabkan oleh adanya pengaruh gas argon sebagai gas pelindung yang cenderung

    stabil dan tidak berinteraksi dengan unsur lain yg berada disekitarnya, sehingga pada

    saat gas argon menyelimuti permukaan dari sambungan antara AA 5052 dengan AISI

    1045 efek dari gas pelindung ini meminimalisir terciptanya lapisan oksida yang

    merupakan efek dari alumunium ketika mengalami interaksi dengan oksigen.

    Keberadaan lapisan oksida pada permukaan sambungan ini yang menghambat

    terjadinya difusi atom antara AA 5052 dengan AISI 1045 dikarenakan atom

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 26

    membutuhkan energi yang lebih besar untuk menembus lapisan oksida ini pada

    permukaan AA 5052.

    4.2 Pengamatan Struktur Mikro Permukaan Sambungan

    Untuk mengamati struktur mikro pada permukaan sambungan AA 5052 dan

    AISI 1045 digunakan alat bantu mikroskop stereo dan mikroskop optik. Foto dari

    hasil pengamatan pada sisi AA 5052 dengan mikroskop stereo pada perbesaran 0.63x

    untuk ketiga variasi perlakuan (argon 0 (a), argon 1 (b), dan argon 3 (c)) dapat dilihat

    pada Gambar 4.3.

    Gambar 4.3 Area difusi pada AA 5052 menggunakan mikroskop stereo 0.63x dengan variasi (a)

    argon 0, (b) argon 1, dan (c) argon 3.

    Pada Gambar 4.3, lingkaran merah memperlihatkan area difusi yang terjadi pada

    permukaan sambungan sedangkan panah hitam menunjukkan area yang tidak

    mengalami difusi.

    . Foto dari hasil pengamatan pada sisi AISI 1045 dengan mikroskop stereo

    pada perbesaran 0.63x untuk ketiga variasi perlakuan (argon 0 (a), argon 1 (b), dan

    argon 3 (c)) dapat dilihat pada Gambar 4.4, dimana pada gambar ini diambil 7 hari

    setelah terlepasnya sambungan antara AA 5052 AISI 1045. Pada foto dari hasil

    pengamatan terlihat fenomena korosi yang merusak pada daerah permukaan

    sambungan yang ditunjukkan dengan lingkaran kuning, sedangkan pada daerah yang

    mengalami difusi yang tidak mengalami korosi merusak ditunjukkan dengan

    lingkaran merah.

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 27

    Foto dari hasil pengamatan pada sisi AISI 1045 dapat dilihat pada Gambar 4.4.

    Gambar 4.4 Area difusi pada AISI 1045 menggunakan mikroskop stereo 0.63x dengan variasi (a)

    argon 0, (b) argon 1, dan (c) argon 3.

    Pada 3 variasi perlakuan seperti terlihat pada Gambar 4.4 memperlihatkan

    bahwa daerah permukaan yang mengalami difusi tidak mengalami korosi, hal ini

    disebabkan karena salah satu dari sifat atom Al yang cenderung tahan terhadap korosi

    oleh atom Fe yang diakibatkan oleh sifat protektif dari atom Al yang menciptakan

    lapisan oksida ketika berinteraksi dengan oksigen. Dari Gambar 4.4 dapat

    diasumsikan bahwa telah terjadi migrasi atom Al pada sisi permukaan Fe, dimana

    ditandai dengan tidak terjadinya korosi di daerah yang diasumsikan mengalami difusi

    pada permukaan AISI 1045. Namun besarnya migrasi atom yang terjadi tidak dapat

    diidentifikasi karena ketersambungan yang masih belum baik dari sambungan antara

    AA 5052 dengan AISI 1045

    Untuk mengidentifikasi distribusi difusi yang terjadi pada permukaan

    sambungan antara AA 5052 AISI 1045 maka diambil satu sampel variasi pada sisi

    AISI 1045 tanpa argon, untuk diamati struktur mikro pada salah satu titik melalui

    mikroskop optik dengan perbesaran 15x dan 50x. Foto dari hasil pengamatan

    menggunakan mikroskop optik, merupakan perbesaran lanjutan pada salah satu area

    dari hasil pengamatan menggunakan mikroskop stereo dengan perbesaran 0.63x.

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 28

    Foto perbesaran pada suatu area dari sisi AISI 1045 untuk variasi argon 0 dapat

    dilihat pada Gambar 4.5.

    Gambar 4.5 Hasil dari mikroskop (a) stereo 0.63x, (b) optik 15x dan (c) optik 50x.

    Pada gambar 4.5(a) dapat dilihat hasil dari mikroskop stereo dengan

    perbesaran 0.63x dimana terdapat lingkaran hitam yang menunjukan area yang akan

    diperbesar menggunakan mikroskop optik. Pada Gambar 4.5(b) dapat dilihat hasil

    perbesaran 15x menggunakan mikroskop optik dimana pada gambar ini terdapat dua

    area yang berbeda, yaitu area yang berkontak dan mengalami difusi yang ditandai

    dengan panah hitam dimana terjadi difusi atom Al pada permukaan AISI 1045 serta

    area yang hanya mengalami kontak saja yang ditandai dengan panah merah. Pada

    Gambar 4.5(b) dapat dilihat panah biru yang menunjukan area yang akan diperbesar

    menggunakan mikroskop optik, dimana hasil dari perbesaran melalui mikroskop

    optik sebesar 50x dapat dilihat pada Gambar 4.5(c). Pada Gambar 4.5(c) dapat dilihat

    celah pada area difusi serta panah kuning yang menunjukan area yang mengalami

    korosi diantara area difusi yang disebabkan oleh atom Fe, dimana dapat disimpulkan

    bahwa ditribusi difusi pada permukaan sambungan AA 5052 AISI 1045 masih

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 29

    belum merata yang menyebabkan ketersambungan pada sambungan AA 5052 AISI

    1045 tidak baik.

    4.3 Penghitungan Luas Area Difusi Pada Permukaan Sambungan

    Pada penghitungan luas area difusi pada penelitian ini menggunakan metode

    penghitungan pixel dengan alat bantu program opensource ImageJ. Program ini dapat

    membedakan suatu daerah atau area dengan memanfaatkan perbedaan warna pada

    spesimen yang akan dihitung dengan memanfaatkan toleransi dari perbedaan warna

    untuk menandai luas area yang akan dihitung. Penghitungan luas area difusi untuk

    variasi argon 0 dapat dilihat pada Gambar 4.6.

    Gambar 4.6 Identifikasi dan hasil penghitungan luas area difusi variasi argon 0.

    Pada saat penghitungan memanfaatkan skala yang telah ada dari hasil dari

    mikroskop optic, dimana skala yang dipakai untuk gambar di atas adalah 91 pixel

    untuk setiap satu milimeter (mm) pada gambar. Sehingga setelah diidentifikasi

    terdapat 8 area difusi maka didapatkan total luas area difusi pada variasi argon 0

    adalah sekitar 76.01 mm2. Sedangkan luas permukaan material sendiri adalah sekitar

    288 mm2, maka dapat diketahui persentase besarnya difusi yang terjadi pada tiap

    variasi. Untuk variasi argon 1 dan argon 3 identifikasi luas area difusi melalui

    opensource program ImageJ dapat dilihat pada Lampiran C.

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 30

    Besarnya persentase difusi pada variasi argon 0 yang didapatkan melalui persamaan

    3.1 adalah sebesar,

    % 26.39%Difusi

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi argon 0 adalah sekitar 26.39%.

    Rendahnya persentase difusi yang terjadi, menyebabkan kualitas sambungan yang

    kurang baik pada variasi argon 0.

    Untuk variasi argon 1 dan argon 3, luas area difusi yang didapatkan serta persentase

    difusi yang didapatkan melalui persamaan 3.1 dapat dilihat pada Lampiran D. Untuk

    lebih memperjelas pengaruh dari gas pelindung terhadap persentase difusi yang

    terjadi, maka hasil perhitungan pada Lampiran D di interpretasikan melalui grafik

    pada Gambar 4.7.

    Gambar 4.7 Grafik persentase difusi pada sambungan AA 5052 AISI 1045 untuk 3 variasi

    pengujian.

    Pada Gambar 4.7 dapat dilihat pengaruh gas pelindung terhadap peningkatan secara

    bertahap dari persentase difusi yang terjadi pada tiga variasi pengujian, dimana

    persentase difusi terbesar terjadi pada argon 3 dengan persentase difusi sebesar

    54.71 %. Dari Gambar 4.7 dapat dilihat meningkatnya persentase difusi yang terjadi

    pada sambungan dengan 3 variasi yang diujikan seiring dengan peningkatan aliran

    gas pelindung yang diberikan pada proses penyambungan, namun terlihat perbedaan

  • Tugas Akhir Hasil dan Pembahasan

    Robby Eriend (0910912021) 31

    yang tidak terlalu signifikan antara variasi argon 0 dengan argon 1. Hal ini

    disebabkan karena masih tebalnya lapisan oksida pada permukaan sambungan yang

    diakibatkan oleh minimnya gas pelindung (argon) yang melindungi pada saat proses

    penyambungan berlangsung.

  • Tugas Akhir Penutup

    Robby Eriend (0910912021) Page 29

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa kesimpulan

    diantaranya :

    Pada variasi argon 1 dan argon 3 telah terjadi sambungan antara AA 5052

    - AISI 1045 namun kondisi ketersambungan masih belum baik.

    Berdasarkan pengamatan struktur mikro dapat disimpulkan bahwa

    ketersambungan yang kurang baik antara AA 5052 AISI 1045 salah

    satunya disebabkan oleh distribusi difusi atom pada permukaan

    sambungan yang tidak merata.

    Dari ketiga variasi yang dilakukan terdapat beberapa area difusi yang

    menyebar pada permukaan sambungan, serta terjadi peningkatan luas area

    difusi seiring meningkatnya debit aliran gas argon. Luas area difusi

    terbesar terdapat pada variasi argon 3 sebesar 157.58 mm2 (54.71%).

    5.2 Saran

    Untuk penelitian free vacuum diffusion bonding selanjutnya disarankan untuk

    meningkatan aliran gas pelindung yang diberikan serta mengurangi waktu pemanasan

    sehingga diharapkan dapat lebih meminimalisir terjadinya lapisan okisda pada AA

    5052 serta menghemat pemakaian gas pelindung pada saat proses penyambungan.

  • DAFTAR PUSTAKA

    [1] Kalpakjian, Serope. 1984. Manufacturing Process for Engineering

    Materials. New Jersey: Pearson Education, Inc.

    [2] Callister, William D. 2007. Material Science and Engineering An

    Introduction. New York: John Wiley and Sons, Inc.

    [3] Kopeliovich, Dmitri. 2012. Solid Solutions.

    http://www.substech.com/dokuwiki/doku.php?id=solid_solutions. 23 mei

    2014.

    [4] Mahoney, Murray W & Bampton, Cliff C. 1993. Fundamentals of

    Diffusion Bonding. ASM Handbook. Volume 6.

    ftp://63.174.97.22/pub/MARC_Records/V06/asmhba0001350.pdf. 13

    januari 2014.

    [5] Matweb. Aluminum 5052-0.

    http://matweb.com/search/DataSheet.aspx?MatGUID=b3430ccca1334449b

    0d59cde9f977b57&ckck=1. 23 mei 2014.

    [6] Periodictable. Atomic Radius of the Elements.

    http://periodictable.com/Properties/A/AtomicRadius.v.html. 23 mei 2014.

    [7] Steelss. AISI 1045. http://www.steelss.com/Carbon-steel/aisi-1045-.html.

    23 mei 2014.

    [8] Rusnaldy. 2001. Diffusion Bonding : An Advance of Material Process.

    Rotasi. Volume 3.

    http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi/article/viewFile/2487/2199.

    13 Mei 2014.

    [9] Ferreira, Tiago & Rasband, Wayne. 2012. ImageJ User Guide. Fiji.

    [10] Rafli, Ferdial. 2011. Pengaruh ecap alur L dan T terhadap peningkatan

    sifat mekanik dan struktur mikro aluminium dan tembaga murni komersil.

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Univesitas Andalas.

  • Tugas Akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A1

    LAMPIRAN A

    KARAKTERISTIK BAJA AISI 1045 DAN

    ALUMINUM AA 5052

  • Tugas Akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A2

    A.1 Karakteristik AISI 1045

    A.1.1 Sertifikat Baja AISI 1045

    Gambar A.1 Sertifikat material baja AISI 1045.

  • Tugas akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A3

    A.1.2 Hasil Uji Spektrografi Baja AISI 1045

    Tabel A.1 Data hasil uji spektrografi baja AISI 1045.

  • Tugas Akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A4

    A.2 Karakteristik Aluminum AA 5052

    A.2.1 Sifat Aluminum AA 5052

    Tabel A.2 Karakteristik Aluminum [5][6][10].

    Nama, symbol dan nomor Aluminum, Al, 13

    Radius atom 0.188 nm

    Wujud Padat

    Massa jenis 2,70 gram/cm3

    Massa jenis dan wujud cair 2,375 gram/cm3

    Titik lebur 933,47 K, 660,32 0C, 1220,58

    0F

    Titik didih 1792 K, 660,32

    0C, 4566

    0F

    Kalor jenis (250C) 24,2 J/mol K

    Resistansi listrik (200C) 28,2 n m

    Konduktifitas termal (300 0K) 237 W/m K

    Pemuaian termal (250C) 23,1m/m K

    Modulus Young 70 GPa

    Modulus geser 26 GPa

    Poisson ratio 0,35

    Kekerasan skala Mohr 2,75

    Kekerasan skala Vickers 167 MPa

    Kekerasan skala Brinnel 245 MPa

    Paduan Komposisi (%) Kekuatan tensil, yield (MPa)

    5052 2,5 Mg, 0,2 Cr 89.6 Mpa

  • Tugas Akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A5

    A.2.2 Hasil Uji Spektrografi Aluminum AA 5052

    Tabel A.3 Data hasil uji spektrografi aluminum AA 5052.

  • Tugas Akhir Lampiran A

    Robby Eriend (0910912021) A6

    A.3 Alat Uji Spektrografi

    Gambar A.2 Alat uji spektrografi Foundry-Master Xpert Oxford Instrument.

  • Tugas Akhir Lampiran B

    Robby Eriend (0910912021) B7

    LAMPIRAN B

    PENGHITUNGAN TEKANAN YANG DIBERIKAN

  • Tugas Akhir Lampiran B

    Robby Eriend (0910912021) B8

    B.1 Penghitungan Tekanan

    Diketahui:

    Dimensi Spesimen = ( 23 x 12 ) mm

    Yield Stress = 89.6 MPa

    22

    89.6 23 12

    (89.6 ) ( 276mm )

    24729.6

    yield

    F

    A

    FMPa

    mm x mm

    NFmm

    F N

    Maka Tekanan yang diberikan sebesar,

    2

    2

    26000

    23 12

    26000

    276

    94.2

    94.2

    N

    mm x mm

    N

    mm

    N

    mm

    MPa

  • Tugas Akhir Lampiran C

    Robby Eriend (0910912021) C9

    LAMPIRAN C

    HASIL PENGHITUNGAN LUAS AREA DIFUSI

    MELALUI OPENSOURCE PROGRAM IMAGEJ

  • Tugas Akhir Lampiran C

    Robby Eriend (0910912021) C10

    C.1 Penghitungan Luas Area Difusi

    C.1.1 Variasi Argon 0

    Gambar C.1 Hasil penghitungan luas area difusi variasi argon 0.

    Pada saat penghitungan memanfaatkan skala yang telah ada hasil dari

    mikroskop optik dimana skala yang dipakai untuk gambar diatas adalah 91 pixel

    untuk setiap satu milimeter (mm) pada gambar. Sehingga setelah diidentifikasi

    terdapat 8 area difusi maka didapatkan total luas area difusi pada variasi tanpa argon

    adalah sekitar 76.014 mm2. Sedangkan luas permukaan material sendiri adalah sekitar

    288 mm2, maka dapat diketahui persentase besarnya difusi yang terjadi pada tiap

    variasi.

    % 100%LuasAreaDifusi

    Difusi xLuasAreaPermukaan

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi tanpa argon adalah sebesar,

    2

    2

    76.014% 100%

    288

    mmDifusi x

    mm

    % 26.394%Difusi

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi tanpa argon adalah sekitar

    26.394% kecilnya persentase difusi menyebabkan kualitas sambungan yang kurang

    baik pada variasi tanpa argon.

  • Tugas Akhir Lampiran C

    Robby Eriend (0910912021) C11

    C.1.2 Variasi Argon 1

    Gambar C.2 Hasil penghitungan luas area difusi variasi argon 1.

    Pada saat penghitungan memanfaatkan skala yang telah ada hasil dari

    mikroskop optik dimana skala yang dipakai untuk gambar diatas adalah 91 pixel

    untuk setiap satu milimeter (mm) pada gambar. Sehingga setelah diidentifikasi

    terdapat 17 area difusi maka didapatkan total luas area difusi pada variasi argon 1

    adalah sekitar 76.512 mm2. Sedangkan luas permukaan material sendiri adalah sekitar

    288 mm2, maka dapat diketahui persentase besarnya difusi yang terjadi pada tiap

    variasi.

    % 100%LuasAreaDifusi

    Difusi xLuasAreaPermukaan

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi argon 1 adalah sebesar,

    2

    2

    76.512% 100%

    288

    mmDifusi x

    mm

    % 26.567%Difusi

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi argon 1 adalah

    sekitar 26.567%, tidak jauh berbeda dengan persentase difusi variasi tanpa argon

    kecilnya persentase difusi ini menyebabkan kualitas sambungan yang kurang baik

    pada variasi argon 1.

  • Tugas Akhir Lampiran C

    Robby Eriend (0910912021) C12

    C.1.3 Variasi Argon 3

    Gambar C.3 Hasil penghitungan luas area difusi variasi argon 3.

    Pada saat penghitungan memanfaatkan skala yang telah ada hasil dari

    mikroskop optik dimana skala yang dipakai untuk gambar diatas adalah 72 pixel

    untuk setiap satu milimeter (mm) pada gambar. Sehingga setelah diidentifikasi

    terdapat 9 area difusi maka didapatkan total luas area difusi pada variasi argon 3

    adalah sekitar 157.576 mm2.

    Sedangkan luas permukaan material sendiri adalah sekitar 288 mm2, maka dapat

    diketahui persentase besarnya difusi yang terjadi pada tiap variasi.

    % 100%LuasAreaDifusi

    Difusi xLuasAreaPermukaan

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi argon 3 adalah sebesar,

    2

    2

    157.576% 100%

    288

    mmDifusi x

    mm

    % 54.714%Difusi

    Besarnya persentase difusi yang terjadi pada variasi argon 3 adalah sekitar 54.714%,

    terlihat perbedaan yang cukup besar jika dibandingkan dengan variasi argon 0 dan

    variasi argon 1.

  • Tugas Akhir Lampiran D

    Robby Eriend (0910912021) D13

    LAMPIRAN D

    HASIL PENGHITUNGAN PERSENTASE DIFUSI

  • Tugas Akhir Lampiran D

    Robby Eriend (0910912021) D14

    D.1 Penghitungan Persentase Difusi

    Tabel D.1 Hasil Penghitungan Persentase Difusi

    Variasi Luas Area Difusi ( mm2

    ) Persentase Difusi (%)

    Argon 0 76.01 26.39

    Argon 1 76.51 26.57

    Argon 3 157.57 54.71

  • Tugas Akhir Lampiran E

    Robby Eriend (0910912021) E15

    LAMPIRAN E

    HASIL PARTICLE SIZE ANALYZER ALUMINA

  • Tugas Akhir Lampiran E

    Robby Eriend (0910912021) E16

    E.1 Hasil Particle Size Analyzer Alumina

    Tabel E.1 Hasil particle size analyzer Alumina

    Gambar E.1 Grafik hasil particle size analyzer alumina